Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Bidang Lingkungan (Juara II Mahasiswa Berprestasi FISIP Unair 2007)

download Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Bidang Lingkungan (Juara II Mahasiswa Berprestasi FISIP Unair 2007)

If you can't read please download the document

Transcript of Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Bidang Lingkungan (Juara II Mahasiswa Berprestasi FISIP Unair 2007)

KARYA TULIS ILMIAH Bidang IPS (Dibuat dalam rangka ajang Mahasiswa Berprestasi tingkat Fakultas 2007) Dengan Judul: KURSUS PIJAT FISIOTERAPI ARTHRITIS SEBAGAI STRATEGI PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN NELAYANOleh : Darundiyo Pandupitoyo 070417391JURUSAN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2007LEMBAR PENGESAHAN Setuju untuk diikutkan dalam Lomba Karya Tulis Mahasiswa, tulisan berjudul: KURSUS PIJAT FISIOTERAPI ARTHRITIS SEBAGAI STRATEGI PEMBERDAYAAN KELUARGA MISKIN NELAYANOleh: Darundiyo Pandupitoyo 070417391 Surabaya, 7 Mei 2007 Dosen Pembimbing,Dra. Retno Andriati, MA. -------------------------------------------NIP. 131 570 347DAFTAR ISILembar Pengesahan Kata Pengantar Bab I Pendahuluan 1.1 latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan 1.4 Manfaat Penulisan Bab II Telaah Pustaka 2.1 Keadaan Sosial Budaya Membentuk Arthritis Bab III Metode Penulisan 3.1 Pemilihan Masalah 3.2 Pengumpulan Data 3.3 Pengolahan Data 3.4 Teknik analisis 3.5 Rekomendasi Bab IV Analisa Data 4.1 Arthritis : Deskripsi dan Faktor Penyebabnya 4.2 Arthritis di Kalangan Nelayan 4.3 Kursus Fisioterapi model aplikatif 4.3.1 Pengaturan Tempat Kegiatan 4.3.2 Pengaturan Jumlah Siswa 4.3.3 Pengaturan Penyaringan Siswa Bermodel Aplikatif 4.3.5Pengaturan Penempatan Kerja Setelah 18 Lulus Kursus 10 12 14 15 16 16 7 7 7 9 9 5 1 3 4 44.3.4 Pengaturan Tata Pelaksanaan Kursus 17Bab V Penutup 5.1 Simpulan 5.2 Saran Daftar Pustaka Lampiran 19 20Daftar BaganBagan 1.1 Metode Pengumpulan dan pengolahan dataBagan 1.2 Analisis Sintesis permasalahan dalam penulisan Bagan 1.3 Model kerjasama antar elemen dalam terlaksananya89 15kursus pijat fisioterapiDaftar TabelTabel 1.1 Jenis penyakit yang paling banyak diderita warga kecamatan Tambakboyo dan kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. 13Daftar GambarGambar 1.1 Rematik pada pinggul dan rematik pada lutut Gambar 1.2 Contoh pijat fisioterapi pada penderita rematik 10 11BAB I PENDAHULUANI.1 Latar Belakang Masalah Budaya sehat nasional merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan di Indonesia, karena merupakan langkah awal bagi pengembangan sumber daya manusia. Namun kesadaran diri dan wawasan masyarakat tentang lingkungan hidup yang lebih berperan peran penting dalam membentuk budaya sehat nasional tersebut. Pemerintah belum maksimal untuk mengatasi masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat, karena kendala intern dan kendala dari masyarakat sendiri, khususnya kesehatan lingkungan kampung dan keluarga nelayan di Indonesia. Contoh kurangnya perhatian pemerintah pada kampung nelayan nampak pada Kelurahan Sukabumi dan Mayangan, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo, kampung nelayan Kenjeran, Kotamadya Surabaya masih terlihat kumuh seperti dalam artikel Kampung Nelayan Tidak Sehat & Kenjeran, Pantai sampah (Kompas, 2005). Kesehatan para nelayan masih banyak yang luput dari perhatian pemerintah, khususnya para nelayan yang menderita suatu penyakit dalam kategori tidak terlalu populer namun mempunyai efek yang cukup signifikan bagi kehidupan para nelayan. Salah satu contohnya penyakit arthritis, yang terdiri dari berbagai macam penyakit seperti rematik, encok, pegal linu, nyeri pada punggung bagian bawah dll. pekerjaan nelayan melaut yang menjadi salah satu penyebab nelayan menderita penyakit ini. Salah satu hal yang menyebabkan Pemerintah Daerah tidak bisa mengatasi permasalahan kesehatan tersebut, karena kurangnya anggaran. Beberapa studi District Health Account (DHA) pada 83 Kabupaten/ kota menunjukkan daerah-daerah belum cukup mengalokasikan anggaran untuk kesehatan. Ketidakcukupan ini nampak dari kinerja para Pemerintah Daerah yang belum memenuhi ukuran makro seperti rekomendasi Bank Dunia 1999 dengan Rp 42.000/ kapita/tahun untuk layanan kesehatan masyarakat dan orang miskin serta 7,8 dollar AS/kapita/tahun untuk pelayanan kuratif 1. Demikian juga dengan proporsi alokasi anggaran kesehatan antara 3-8 persen dari APBD, sementara komitmen bupati seluruh Indonesia adalah 15 persen dari APBD. Keterbatasan1 Penyembuhan suatu penyakitanggaran juga menyebabkan tidak cukupnya pendanaan. Sekitar 50-70% anggaran kesehatan daerah habis untuk biaya rutin (gaji, perjalanan, administrasi) dan sekitar 8-14 persen untuk operasional Puskesmas seperti tertulis dalam Resentralisasi Layanan Kesehatan? (Kompas, 2005). Dengan anggaran yang terbatas tersebut, Pemerintah Daerah akan sangat sulit membuka pos-pos kesehatan di banyak titik. Untuk itu diharapkan masyarakat mampu secara mandiri memiliki pengetahuan pengobatan, khususnya yang berkaitan dengan penyakit-penyakit yang banyak menjangkiti masyarakat. Pengobatan yang murah dan cukup mempunyai efek kuratif adalah pijat fisioterapi dengan cara yang benar menurut medis tentunya. Namun ahli fisioterapi, jumlahnya sangat minim di Indonesia tercatat hanya sekitar 2.000 orang. Jika jumlah tersebut dibandingkan dengan penduduk Indonesia yang mencapai kurang lebih 220 juta orang, maka ada 1 orang fisioterapis dari 100 .000 orang. Sementara di Thailand satu orang fisioterapis dibanding 15.000 orang, lihat Repubilka online Fisioterapi Mulai Bayi Sampai Orangtua (Republika, 25 Februari 2003). Berdasarkan fenomena kesehatan lingkungan dan kesehatan keluarga neelayan ini, perlu pekerjaan alternatif sebagai fisioterapis mandiri bagi nelayan. Dalam karya ilmiah ini penulis mencoba memberikan alternatif dalam menangani penyakit arthritis secara mandiri, yakni pemberdayaan keluarga nelayan yang tidak ikut melaut melalui kursus pijat fisioterapi2 arthritis. Penulis mengharapkan kursus ini bisa mencetak individu-individu yang mampu mengobati penyakit arthritis. Penulis juga berusaha agar alternatif ini bisa membantu permasalahan ekonomi penduduk di kampung nelayan, karena Kusnadi dalam Andriati (2004:15) menggolongkan penduduk kampung nelayan sebagai penduduk miskin dan menurut penelitian Sutawi dan Hermawan (2003), 70 % nelayan masih dalam kodisi miskin apalagi Kebanyakan keluarga nelayan hanya menggantungkan kehidupannya dengan melaut. Keluarga nelayan yang mendapatkan keahlian dari kursus tersebut bisa menggunakannya untuk mengatasi penyakit arthritis yang diderita oleh keluarganya yang berprofesi sebagai nelayan. Strategi ini juga berfungsi membentuk pendapatan alternatif dengan membuka praktek pijat sendiri atau cara lainnya adalah pemerintah sebagai2 Fisioterapi adalah metode penyembuhan dari luar tubuh, biasanya dipakai untuk pengobatan gangguan pada saraf, tulang dsb.penyelenggara kursus menyalurkan mereka ke panti pijat yang dikelola oleh Dinas Sosial. Strategi tersebut akan memberikan pekerjaan alternatif bagi keluarga nelayan yang selama ini belum banyak diberdayakan, menurut hasil penelitian Andriati (2005:27) pada saat musim-musim tertentu mengharuskan para nelayan tidak melaut, seperti musim badai laut pada bulan November sampai dengan Januari di Kelurahan Kingking dan Karangsari, Kecamatan Tuban. Sementara nelayan di Kelurahan Sidomulyo, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban yang sengaja tidak melaut saat musim angin barat, karena ikan teri yang menjadi buruan utama mereka tidak muncul pada musim tersebut, mereka masih bisa mendapatkan uang dari hasil memijat. Penulis memfokuskan pada pelestarian fungsi lingkungan hidup khususnya fungsi lingkungan sosial, yaitu bagaimana menciptakan simbiosis mutualisme antara rakyat, pemerintah dan swasta serta pelestarian fungsi keluarga dalam kehidupan bermasyarakat. I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:1.Strategi apakah yang tepat untuk mengatasi problem penyakit arthritis di kalangan nelayan? Bagaimana proses mekanisme kerja dan strategi tersebut agar memberikan sumber pendapatan alternatif bagi keluarga nelayan?2.3.I.3 Tujuan Penulisan Penulisan ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat nelayan 2. Memahami strategi alternatif yang efektif dalam mengatasi penyakit arthtritis secara mandiri dan peningkatan kehidupan sosial ekonomi nelayan. I.4 Manfaat Penulisan Pemerintah Daerah yang berada di pesisir pantai dan mempunyai beberapa kampung nelayan dapat menggunakan strategi ini sebagai salah satu program pembangunan di bidang kesehatan, karena walau terlihat ringan, sebenarnya bila arthritis terjadi terus menerus dalam jangka waktu yang lama, maka jelas akan menggangguaktifitas kerja para nelayan sehingga otomatis pendapatan mereka berkurang. Nelayan yang mempunyai keluarga dekat dan memiliki keahlian fisioterapi, maka akan sangat berguna bagi mereka yang mengalami penyakit ini karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk berobat. Keahlian yang dimiliki oleh keluarga nelayan dapat dijadikan sebagai penghasilan tambahan, karena mereka akan diberdayakan di panti pijat milik Pemerintah Daerah. Mekanisme dari strategi ini juga akan meningkatkan hubungan antar elemen-elemen Pemerintah Daerah, yaitu antara Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, dinas perianan dan kelautan serta masyarakat.BAB II TELAAH PUSTAKADalam bab ini penulis menguraikan landasan berpikir yang digunakan untuk mencari titik permasalahan dan menganalisis temuan data. Bab ini mendeskripsikan mengenai etiologi dari arthritis dipandang dari persepektif sosial budaya masyarakat nelayan. II.1 Keadaan Sosial Budaya Membentuk Arthritis Nelayan yang menderita arthritis dipengaruhi oleh salah satu dari tujuh unsur kebudayaan, yaitu sistem mata pencaharian hidup. Foster dan Anderson (2004:3) mempunyai pemikiran bahwa sebenarnya faktor sosial budaya ikut membentuk kesehatan dan penyakit seseorang seperti misal jenis gangguan culture bound syndrome pada kasus psikiatri akibat seseorang tidak mampu mengikuti perubahan budaya yang sangat cepat. Dalam hal ini budaya menjadi faktor pendukung sekaligus pembentuk gangguan kesehatan pada seseorang. Para nelayan, khususnya nelayan buruh melakukan aktifitas melautnya hampir setiap hari, padahal perlu tenaga yang ekstra untuk terus aktif di dalamnya, karena melaut menuntut nelayan untuk selalu bekerja keras demi kelangsungan hidup keluarganya. Hal-hal yang menyangkut sistem mata pencaharian nelayan tersebut bisa menjadi faktor pendukung bagi munculnya arthritis di kalangan nelayan. Foster dan Anderson (2004:3) menjelaskan bahwa studi antropologi kesehatan mempelajari bagaimana budaya mempengaruhi terbentunya kesehatan dan munculnya penyakit pada diri seseorang: memberi perhatian terhadap aspek-aspek biologis dan sosial-budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya di sepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Dalam kajian antropologi kesehatan juga mempelajari beberapa faktor yang menyebabkan seseorang enggan untuk berobat ke rumah sakit, selain kondisi ekonomi keluarga. Menurut pemikiran Brown dalam Foster dan Anderson (2004) keengganan tersebut muncul karena pelayanan yang buruk terhadap pasien, transisi pada budaya baru yang pasien tidak kenal hingga kelakuan para staf medis yang cenderung menghilangkanidentitas pasien. Kondisi-kondisi ini membuat nelayan melakukan pemijatan-pemijatan sendiri yang dilakukan oleh orang-orang terdekat, seperti anak atau istri mereka, karena strategi ini yang dianggap paling efisien dan ekonomis. Tetapi apakah anak dan istri para nelayan mempunyai pengetahuan fisioterapi yang baik, mengingat bila sampai terjadi kecelakaan fatal dalam pemijatan akan mengganggu aktifitas nelayan dalam melaut. Padahal banyak nelayan yang menggantungkan hidupnya hanya dari kegiatan melautnya saja tanpa usaha alternatif lain, menurut Sutawi dan Hermawan (2003): Kehidupan nelayan yang miskin juga diliputi oleh kerentanan, misalnya ditunjukkan oleh terbatasnya anggota keluarga yang secara langsung dapat ikut dalam kegiatan produksi dan ketergantungan nelayan yang sangat besar pada satu mata pencaharian, yaitu menangkap ikan Menurut Acheson dalam Andriati (1996:21) penyebab kemiskinan nelayan adalah kendala khusus berupa gangguan alam, yaitu hubungan alam dengan lingkungannya selalu diliputi ketidakpastian. Kehidupan mereka semakin berat dengan adanya kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak), karena sebagian besar nelayan menggunakan motor yang berbahan bakar solar untuk melaut setiap harinya seperti tertulis dalam artikel BBM Semakin Miskinkan Nelayan: Ada Kecenderungan Jatah Makan Dikurangi (Kompas, 2006). Para nelayan harus mengeluarkan biaya minimal Rp. 60.000,- dalam sekali melaut untuk biaya membeli solar 15 liter walaupun sekarang menurut penelitian Andriati dkk (2005:27) terdapat beberapa nelayan yang mencampur minyak tanah dengan oli gardan sehingga mendapatkan harga relatif lebih murah.BAB IIIMETODE PENULISANBab ini akan mengulas tentang metode penulisan yang dilakukan oleh penulis dalam menyelesaikan karya tulis ini. Metode penulisan yang dimaksud mencakup pemilihan masalah, pengumpulan data, pengolahan data dan teknis analisis. III.1 Pemilihan Masalah Penulis memilih kasus-kasus gangguan kesehatan yang banyak diderita oleh para nelayan dari tipe-tipe gangguan kesehatan yang terasa remeh namun berakibat cukup fatal, karena masyarakat cenderung meremehkan gangguan kesehatan kecil. Penulis memilih arthritis yang biasa kita ketahui sebagai encok, rematik, pegal linu di kalangan nelayan khususnya dan masyarakat pada umumnya. Masalah ini penulis anggap serius karena bila seseorang khususnya nelayan mengalami penyakit ini maka akan mengalami kelumpuhan fisik maupun perekonomian pada keluarga nelayan. III.2 Pengumpulan Data Penulis menggali data dari hasil telaah pustaka, yaitu buku-buku, artikel koran ataupun web site yang berhubungan dengan fokus masalah. Data kualitatif pendukung lainnya dari observasi dan interview terhadap beberapa warga kampung nelayan, serta dari beberapa beberapa puskesmas yang ada di Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Penulis mendatangi beberapa Puskesmas yang ada di kampung nelayan, dan mengambil data mengenai penyakit apa sajakah yang menduduki peringkat teratas dengan penderita terbanyak. III.3 Pengolahan Data Data yang didapat langsung diolah dengan menggunakan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan permasalahan. Penulis tidak hanya terpaku pada pendekatanpendekatan yang ada dalam disiplin ilmu yang dipelajari oleh penulis saat ini yaitu antropologi, namun disini penulis mencoba menggabungkan berbagai pendekatan yang sekiranya cocok dan paling realistis untuk diaplikasikan dalam mencari solusi permasalahan.Bagan 1.1 Metode Pengumpulan dan Pengolahan dataBukuDikumpulkanArtikel koranData kualitatif Wawancara ObservasiIII.4 Teknik Analisis Penulis menggunakan teknik analisis sintesis dalam menganalisa data-data dan permasalahan yang ada dalam tulisan ini. Analisis sintesis yang ideal sesuai dengan apa yang ditulis oleh Muhadjir (2000) adalah dengan mengembangkan pertanyaan terus menerus lalu menyempitkan fokus, tentunya penulis menyesuaikannya dengan tema dan topik penulisan ini. Berikut adalah bagan dari analisis sintesis dari permasalahan dalam penulisan ini.Bagan 1.2 Analisis Sintesis Permasalahan dalam PenulisanKesehatan lingkungan hidup Kesehatan lingkungan pesisir Kesehatan kalangan nelayan Penyakit yang banyak muncul, namun dianggap remeh oleh para nelayan Bagaimana cara mengatasinya secara mandiri agar tidak menghabiskan dana untuk berobat Bagaimana strategi ini juga dapat membantu meningkatkan pendapatan penduduk Kursus pijat FisioterapiBAB IV KURSUS PIJAT FISIOTERAPI BAGI KELUARGA NELAYANBab ini membahas mengenai Arthritis di kalangan nelayan dan solusi pengobatan mandirinya melalui kursus pijat fisioterapi. Kursus ini menjadi strategi alternatif bagi penyembuhan arthritis dan sebagai strategi peningkatan ekonomi masyarakat nelayan. IV.1 Arthritis : Deskripsi dan Faktor Penyebabnya Arthritis adalah istilah medis untuk penyakit atau kelainan yang menyebabkan pembengkakan atau kerusakan pada persendian. Penyakit-penyakit yang masuk dalam golongan arthritis adalah rematik, encok, pegal linu, radang sendi dsb. Faktor lingkungan, genetis dan biologis sangat mempengaruhi terjadinya arthritis. Pekerjaan dan aktifitas sehari-hari mewakili faktor lingkungan, faktor keturunan dari orang tua mewakili faktor genetis dan jenis hormon, umur, jenis kelamin mewakili faktor biologis. Menurut Iskadarwati (2005) salah satu penyebab penyakit encok dan rematik atau nyeri sendi, adalah jenis pekerjaan sehari-hari yang menyangkut kegiatan fisik melebihi kemampuan seseorang, kecelakaan sendi seperti kecetit, kecekluk atau jatuh dari tangga.Gambar 1.1 (gambar lutut Sumber:rematik pada pinggul kiri) dan rematik pada www.musckids.comPenyakit golongan arthritis mempunyai jenis lain, yaitu low back pain atau nyeri pada punggung bagian bawah, salah satu penyebabnya adalah berdiam diri pada posisi yang statis dalam jangka waktu karena dapat merusak otot-otot punggung yang penting. Keadaan diam tersebut menyebabkan otot kurang bergerak, sehingga melemahkan otot-otot penyokong dan pelindung tulang belakang. Demikian hasil penelitian para ahli yang dituangkan dalam majalah New Scientist dalam artikel Berdiam Diri Cederai Otot Punggung. Menurut Bajamal (2004:3) Penyebab lain dari nyeri punggung bagian bawah adalah hernia nucleous pulposus atau kondisi dimana saraf tulang belakang terjepit diantara kedua ruas tulang belakang. Penderita akan merasa kesemutan dari tungkai sampai ke kaki, bahkan bila parah akan menimbulkan kelumpuhanArthritis sangat mengganggu kegiatan nelayan, namun para nelayan masih belum menganggap penyakit ini dalam prioritas utama dalam penyembuhan. Mereka menganggap masih bisa mengobatinya dengan pemijatan-pemijatan yang biasa dilakukan oleh anggota keluarga mereka. Pemijatan-pemijatan yang dilakukan tidak berdasar pada metode-metode yang disarankan oleh medis modern, akan menambah rasa sakit bagi si penderita. pemijat yang menangani lewat pemijatan dengan cara yang benar, kemungkinan akan menimbulkan efek kuratif pada penyakit si penderita.Gambar 1.2 Contoh pijat fisioterapi pada penderita rematik Sumber: www.39clinic.comSebagian orang mengira manfaat pijat hanya untuk menghilangkan rasa pegalpegal pada tubuh, padahal pijat memberi manfaat yang lebih luas pada semua organ tubuh, dengan syarat menerapkan pijat yang benar pada seluruh tubuh seperti ditulis dalam artikel Pijat, Tubuh Segar Usai Mudik (www.kapanlagi.com, 2006). Selama ini masyarakat mengobati encok, pegal linu, rematik atau nyeri sendi dengan obat-obatan jenis analgesik yang mempunyai efek penghilang atau pereda rasa sakit yang ada pada tubuh. Salah satu merek dagang obat-obatan berjenis analgesik adalah Antalgin, menurut artikel Mengenal Analgetik Dan Antipiretik (www.banjarmasinpost.com, 2005) gangguan jangka panjang obat jenis analgesik ini mengakibatkan gangguan pada ginjal. Penggunaan analgesik sebagai obat rematik atau nyeri sendi, encok dan pegal linu terbukti dengan banyaknya produk-produk jamu yang beredar di masyarakat yang mempunyai khasiat mengobati penyakit-penyakit tersebut menggunakan antalgin di dalam ramuannya seperti misal Jamu Rematik Encok No 2 Prima Jasa produksi perusahan jamu Prima Jaya, Banyumas atau Jamu Rematik (Pegel Linu) 2 produksi perusahan jamu Sari Alam, Cilacap, seperti ditulis dalam artikel WaspadaiJamu Berbahan Kimia Obat keras (www.jaga-jaga.com, 1999). IV.2 Arthritis di Kalangan Nelayan Nelayan yang setiap hari berjibaku dengan pekerjaan berat mereka, menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya Arthritis dan pekerjaan tersebut hampir dilakukan setiap hari kecuali pada musim-musim tertentu, sehingga penderita akan semakin banyak. Kegiatan melaut, seperti menjala, memancing, duduk dalam posisi yang statis dalam waktu lama merupakan penyebab penyakit arthritis. Pekerjaan-pekerjaan tersebut rutin dilakukan dan merupakan beban yang sangat berat untuk dilakukan setiap hari. Menurut Raymond Firth dalam Sutawi dan Hermawan (2003), pendapatan para nelayan bersifat harian (daily increments) dan tubuh mereka tidak bisa menyesuaikan dengan kerja yang terlalu berat, akhirnya terjadilah gangguan kesehatan tersebut. Salah satu contoh di Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban, Jawa Timur yang di dalamnya terdapat banyak kampung nelayan.Tabel 1.1 Jenis penyakit yang paling banyak diderita warga Kecamatan Tambakboyo dan Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban, Jawa Timur.No. 1. 2. 3. 4. 5.Jenis Penyakit Arthritis Penyakit membran periodontal ISPA Diare AshmaTambakboyo (%) 18,76 18,13 10 9,6 1Tuban (%) 10 6 32 2 1Sumber: Diolah kembali dari data yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Tambakboyo dan Kecamatan Tuban, Kabupaten TubanKeseluruhan dari 18,76 % penderita penyakit arthritis, 45 % diantaranya adalah nelayan di kampung-kampung nelayan Kecamatan Tambakboyo. Menurut Sutawi dan Hermawan (2003) di Indonesia saat ini terdapat sekitar 3,2 juta rumah tangga nelayan. Jika rata-rata tiap keluarga nelayan beranggota lima orang, maka jumlah masyarakat nelayan sekitar 16 juta jiwa, di antaranya 1,7 juta jiwa (10,6 persen) berada di Jawa Timur. Jumlah nelayan sebesar itu merupakan suatu kekuatan sosial maupun ekonomi yang harus betul-betul dilestarikan fungsinya terutama fungsi proteksi, sebab keluarga mempunyai fungsi proteksi terhadap anggota di dalamnya. Metode pijat fisioterapimerupakan salah satu cara yang tepat untuk pengobatan arthritis yang diderita oleh para nelayan, seperti ditulis Iskadarwati (2005). Menurut tulisan sebuah artikel yang berjudul Fisioterapi Mulai Bayi Sampai Orang tua (Republika, 2001), fisioterapi juga memiliki efek preventif yaitu untuk memelihara kondisi umum. Penderita yang mengandalkan obat-obatan jenis analgesik3 hanya bisa menghilangkan rasa sakitnya saja tanpa menghilangkan permasalahan sebenarnya. Penggunaan analgesik dalam jangka waktu lama akan menimbulkan gangguan pada ginjal. Pijat merupakan pemberian energi lewat sentuhan-sentuhan fisik yang dimasukkan ke dalam tubuh untuk memperlancar peredaran darah, Sehingga dapat terhindar dari penyakit atau bahkan mengobati penyakit yang diderita. Pemijatanpemijatan yang benar dapat memberikan kenyamanan tersendiri dan efek kuratif pada arthritis. Jasa pemijatan sebagian besar tidak memiliki keterampilan yang memadai mengenai pemijatan yang benar secara medis dan benar-benar memiliki efek kuratif, ditambah lagi dengan biaya pijat yang cukup mahal untuk ukuran seorang nelayan biasa. Penulis mendapatkan data dari panti pijat yang dikelola langsung oleh Dinas Sosial, rata-rata biaya satu kali pijat dengan durasi kurang lebih dua jam adalah Rp. 22.500,- .penulis juga mendapat data dari beberapa nelayan di Tuban, rata-rata mendapat Rp. 75.000,- sampai Rp. 90.000,- dari hasil penjualan ikan sehari, terkadang mereka harus menjualnya ke tengkulak dengan harga yang sangat murah karena sudah terlanjur terlilit hutang kepada tengkulaknya dari awal. Padahal biaya untuk sekali melaut minimal Rp. 60.000,- untuk biaya 15 liter solar belum lagi untuk biaya konsumsi dan keperluan yang lain saat melaut, sehingga kecil kemungkinan para nelayan datang ke panti pijat untuk mengobati sakitnya. IV.3 Kursus Pijat Fisioterapi Model Aplikatif Pelibatan elemen Pemerintah Daerah merupakan syarat utama strategi ini. Elemen-elemen tersebut adalah Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Perikanan dan Kelautan yang bekerjasama mengadakan program kursus pijat fisioterapi bagi keluarga keluarga nelayan. Pemerintah Daerah menunjuk Dinas Sosial sebagai perancang lapangan3 Jenis obat-obatan penghilang rasa sakitBeberapa elemen yang bekerjasama menghasilkan : kursus pijat Kelautan: Dinas Perikanan dan fisioterapiPenyuluhan terhadap nelayankarena sering mengadakan kursus-kursus pemberdayaan bagi masyarakat menengah kebawah seperti contoh kursus-kursus pijat atau jahit yang diadakan di balai-balai desa atau di tempat-tempat rehabilitasi. Berdasar temuan data, maka penulis mengusulkan model strategi bentuk kerjasama antar elemen Pemerintah Daerah adalah:Bagan 1.3 Model Kerjasama antar Elemen dalam Terlaksananya Kursus Pijat FisioterapiPemerintah DaerahDinas Kesehatan bertugas mendatangkan dan menyeleksi kru pengajar fisioterapi dari institusi-intitusi pendidikan yang memiliki program studi atau jurusan fisioterapi serta memiliki jam terbang tinggi dalam hal mengajar metode fisioterapi. Dinas Kesehatan setempat diharapkan mempunyai kemampuan menetapkan standardisasi bagi para pengajar yang layak untuk mengajar. Dinas Kesehatan bertugas menyiapkan berbagai peralatan yang dibutuhkan terkait dengan urusan medis. Dinas Perikanan dan Kelautan sebagai lembaga penyosialisasi ke keluarga nelayan sekaligus sebagai pencari lokasi yang strategis tempat kurus. Siswa yang lulus nantinya akan ditempatkan di panti pijat Dinas Sosial setempat yang biasanyaseragam di seluruh Indonesia bernama Tongkat Putih. Detail pelaksanan kursus pijat fisioterapi adalah: 4.3.1 PengaturanTempat Kegiatan Tempat kegiatan kursus harus mudah dijangkau oleh semua siswa dan mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pergi ke tempat tersebut. Berhubungan dengan hal ini Pemerintah Daerah harus menunjuk Dinas Perikanan dan Kelautan yang mengetahui seluk beluk kampung nelayan di daerahnya. Metode pembelajaran harus menyesuaikan pada tingkat pendidikan penduduk, karena berhubungan dengan kemudahan penduduk setempat dalam menyerap pelajaran yang ada dalam kursus, sehingga bisa mengaplikasikan ilmunya dengan baik tanpa adanya kesalahan yang berarti. Pemerintah Daerah hendaknya menyerahkan tugas ini kepada Dinas Perikanan dan Kelautan. Lembaga tersebut adalah satu-satunya lembaga yang mengetahui seluk beluk kampung nelayan dari ketiga lembaga yang bekerjasama. Pengajar idealnya berada di tengah para siswa pada saat mengajar di kelas agar memudahkan siswa untuk melihat dan mendengarkan pengajar saat berbicara dan memberi contoh aksi. 4.3.2 Pengaturan Jumlah Siswa Jumlah siswa keseluruhan sebaiknya dibatasi maksimal 40 siswa dan dibagi menjadi dua kelompok besar pertemuan, masing-masing kelompok berjumlah 20 siswa agar lebih efektif dalam proses pengajaran. Jumlah siswa yang terlalu banyak membuat pengajaran tidak efektif dan kelas cenderung gaduh membuat siswa tidak fokus ke pelajaran. Mekanisme pelaksanaan penting untuk dikontrol, sesuai dengan kondisi lapangan 4.3.3 Pengaturan Penyaringan Siswa Siswa yang mendaftar berjenis kelamin pria ataupun wanita berasal dari keluarga nelayan, berumur minimal 20 tahun. Siswa minimal berusia 20 tahun sebab tubuh manusia biasanya telah mencapai fase remaja dan seterusnya telah menginjak fase dewasa, menurut Glinka (1994:65) di usia tersebut bagian-bagian badan dalampertumbuhannya telah mencapai proporsi final dan sudah mulai proses pematangan secara fisik maupun mental, sehingga memudahkan siswa belajar sesuatu yang baru. Siswa yang masuk bukan seorang nelayan yang aktif membantu orang tua atau keluarganya dalam melaut, justru kita harus mengutamakan keluarga nelayan yang banyak menganggur di rumah, biasanya ibu-ibu atau anak-anak wanita yang beranjak dewasa tidak ikut melaut karena keluarga nelayan biasanya mengandalkan seorang figur ayah (nelayan) untuk menjalankan roda kehidupan keluarga. Keahlian sang ayah juga akan diturunkan kepada anak laki-laki saat anak tersebut beranjak dewasa, namun menurut penelitian Andriati dkk (2005) sekarang hal tersebut mengalami penurunan jumlah karena anak laki-laki semakin malu untuk diajak melaut oleh orang tuanya. 4.3.4 Pengaturan Tata Pelaksanaan Kursus Bermodel Aplikatif Kursus dilaksanakan intensif 6 hari dalam seminggu, 3 hari untuk kelompok pertama dan 3 hari kemudian untuk kelompok kedua. Satu kali pertemuan kurang lebih dilaksanakan selama 2 sampai 3 jam, hal ini untuk menghindari kebosanan dalam proses belajar mengajar, sebab apabila pengajar atau yang diajar mengalami kebosanan, maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar dan efektif. Pelaksanaan kursus idealnya dilakukan pada siang atau sore hari, karena beberapa anggota keluarga nelayan beraktifitas pada pagi harinya, seperti menjual ikan di pasar, mengolah ikan dsb. Pengajaran dibuat dengan porsi aplikasi (praktek) dan diskusi lebih dominan dari pelajaran yang bersifat teoritis, karena pengajaran dengan metode diskusi dan praktek akan lebih mudah dicerna oleh para siswa. Penduduk kampung nelayan digolongkan sebagai penduduk yang miskin, sehingga tingkat pendidikan mereka juga rendah karena ketiadaan biaya melanjutkan sekolah ke jenjang yang tinggi. Hal tersebut nampak pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Andriati dkk terhadap 124 orang dari 64 pasangan suami-istri nelayan pada tiga Kecamatan di Kabupaten Tuban, Jawa Timur (2005:24). Dari jumlah tersebut 19 orang lulus SLTP, 98 orang lulus SD, dan 11 orang sisanya buta huruf atau tidak pernah sekolah. Pengajaran lebih efektif apabila siswa dibagikan hand out sebagai panduan untuk belajar di rumah. Para pengajar diharapkan menghindari istilah yang sekiranya sulit untuk dimengerti dan dipahami penduduk, seperti istilah-istilah di bidang medis misalnya.Masalah materi pengajaran diserahkan pada para pengajar fisioterapi. 4.3.5 Pengaturan Penempatan Kerja Setelah Lulus Kursus Pemerintah Daerah akan mempekerjakan para siswa yang lulus kursus sebagai ahli pijat di panti pijat Dinas Sosial yang mempunyai keseragaman nama yaitu Tongkat Putih. Dinas Sosial mendapat keuntungan dengan mendapat tambahan tenaga ektra untuk pemijat di panti pijatnya. Keluarga nelayan yang tadinya tidak begitu produktif dapat menambah penghasilan keluarganya serta dapat mengobati sang suami yang berprofesi sebagai nelayan dari penyakit arthritis. Namun penulis tidak ingin memberikan form baku agar semua lulusan bisa dipekerjakan, karena hal tersebut terserah pada kebijakan pelaksana.BAB V PENUTUPV.1 Simpulan Penyimpulan dari semua deskripsi dan analisa diatas adalah: 1. Kursus pijat fisioterapi model aplikatif untuk keluarga nelayan merupakan cara yang efektif untuk mencetak individu-individu dengan hasil keahlian untuk mengobati Arthritis atau biasa kita kenal dengan encok, rematik dan pegal linu secara mandiri. Tingkat kesembuhan penderita atau paling tidak berkurangnyakeluhan tentang penyakit ini di puskesmas dan rumah sakit di daerah tersebut menjadi parameter keefektifan program ini saat diaplikasikan. Metode aplikasi yang mendominasi kursus ini membuat para siswa dengan mudah memahami isi pelajaran serta mengetahui cara penerapan yang sesuai standart medis. Jadi, selain membantu meningkatkan perekonomian nelayan dan membantu elemen-elemen pemerintah daerah, strategi ini juga mempunyai nilai guna dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup dalam hal ini terlihat pada pelestarian fungsi lingkungan sosial, yaitu menciptakan simbiosis mutualisme antara rakyat dan pemerintah. Pelestarian fungsi lingkungan sosial ini juga fokus pada pelestarian fungsi keluarga dalam kehidupan sosial. Pemberdayaan keluarga harus dilakukan karena merupakan bentuk terkecil dari organisasi sosial dalam masyarakat agar keluarga tidak kehilangan perannya dalam lingkungan sosial. Keluarga sebagai organisasi sosial mempunyai banyak sekali fungsi, salah satunya adalah fungsi proteksi. fungsi tersebut harus tetap lestari karena akan sangat merugikan bila sampai hilang dalam sebuah keluarga. 2. Strategi yang penulis tawarkan ini bisa membentuk keahlian pijat fisioterapi mandiri bagi keluarga nelayan sekaligus memberi memberdayakan keluarga nelayan yang tidak ikut melaut dengan memberi sumber penghasilan alternatif baru bagi mereka yaitu dengan menjadi fisioterapis arthritis. Strategi ini bila diterapkan akan menghasilkan para lulusan yang mempunyai keahlian memijat yang sesuai dengan standart medis. kelanjutan dari strategi ini adalah penempatan para lulusan ke panti pijat komersil yang dikelola olah Dinas Sosial daerah masing-masing. Para lulusan akan mendapatkan pembagian hasil memijat dari panti pijat tersebut, sehingga keluarga nelayan yang tadinya kurang produktif bisa membantu menghasilkan uang bagi kelanjutan hidup. Para Ahli Antropologi Maritim berasumsi bahwa nelayan yang sukses adalah nelayan yang memiliki kemampuan untuk mengektensifikasikan lahan pekerjaan mereka. Nelayan sukses mampu mencari bidang pekerjaan lain selain melaut, sehingga tidak terlalu menggantungkan diri pada hasil pencarian ikan yang selalu fluktuatif, baik dari segi jumlah ikan maupun kondisi cuaca di laut. Akumulasi modal juga merupakan syarat utama bagi para nelayan yang ingin menjadi sukses. Nelayan yang dianggap gagal adalahnelayan yang hanya menggantungkan diri pada hasil melautnya dan tidak mau bereksperimen untuk mengekstensifikasikan lahan pekerjaan mereka. Mereka selalu terbelit hutang pada para tengkulak atau para juragan kapal, sehingga sepanjang hidup mereka hanya menjadi buruh nelayan turun temurun. V.2 Saran Strategi kursus pijat fisioterapi arthritis untuk keluarga nelayan mempunyai banyak kegunaan bila diterapkan menjadi suatu program Pemerintah Daerah lebih lanjut. Kursus pijat fisioterapi dapat menjadi suatu solusi permasalahan bagi dua hal yang dianggap krusial, yaitu masalah kesehatan dan masalah ekonomi di daerah nelayan. Strategi ini adalah suatu solusi permasalahan bagi banyaknya kasus arthritis yang diderita oleh para nelayan khususnya dan masyarakat umumnya, sekaligus solusi untuk memberikan penghasilan alternatif bagi keluarga nelayan. Penerapan strategi ini dapat membantu Pemerintah Daerah masing-masing karena dapat merekatkan hubungan antara masyarakat kampung nelayan dan juga Pemerintah Daerah. Dinas Sosial juga mendapatkan keuntungan berupa tenaga ahli pijat tambahan dan Dinas Kesehatan merasa lebih ringan tugasnya dalam sosialisasi kesehatan ke masyarakat. Keuntungan yang didapat Dinas Perikanan dan Kelautan pengokohan eksistensinya sebagai pelindung bagi nelayan beserta komoditas laut. Pemerintah Daerah diharapkan lebih jeli melihat benang merah antara permasalahan kesehatan dan permasalahan ekonomi, serta harus lebih memrioritaskan kesehatan penduduk karena kesehatan adalah gerbang awal menuju kemajuan sejati.