Karya tulis hubungan merokok
-
Upload
muhammad-fadlilah -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
description
Transcript of Karya tulis hubungan merokok
PENGARUH ROKOK TERHADAP HIPERTENSI
Muhammad Fadlilah
1118011080
ABSTRAK
Latar Belakang : Hipertensi merupakan salah satu penyakit utama di dunia saat ini, dan prevalensinya semakin lama semakin meningkat. Banyak faktor resiko dari hipertensi, salah satu faktor resikonya adalah rokok.
Tujuan Penulisan : Untuk mengetahui pengaruh rokok terhadap hipertensi
Pembahasan : Rokok adalah salah satu faktor resiko dari hipertensi, hal ini dikarenakan rokok mengandung berbagai zat, seperti nikotin dan karbon monoksida. Zat – zat tersebut akan mengakibatkan rusaknya pembuluh darah dan akan menaikan tekanan darah.
Kesimpulan : Rokok memiiki pengaruh terhadap terjadinya hipertensi
Kata Kunci : Rokok, Hipertensi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan penyakit tidak menular menjadi suatu tantangan di dunia, penyakit tidak menular telah
menyebabkan tiga juta kematian di tahun 2005. Satu di antara penyakit tidak menular yang cukup
banyak mempengaruhi angka kesakitan dan kematian di dunia adalah penyakit kardiovaskular. World
Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah kematian akibat penyakit kardiovaskular pada
tahun 2008 sebesar 1/3(15,3 juta) terjadi di negara berkembang dan berpenghasilan menengah ke
bawah.1
Satu di antara penyakit kardiovaskular adalah hipertensi. Hipertensi telah menjadi masalah utama
dalam kesehatan dunia. WHO menyatakan sejak tahun 2000 hingga saat ini prevalensi hipertensi terus
meningkat, penduduk dunia yang terkena hipertensi sebanyak 639 juta kasus atau 26,4%. Dua pertiga
dari kasus tersebut terjadi di negara berkembang dan sepertiganya terjadi di negara maju. Prevalensi
hipertensi pada orang dewasa usia 20 atau lebih di Amerika dari tahun 2005-2008 terus meningkat
dari 24% hingga 32%. WHO memperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi akan terjadi pada
tahun 2025, terutama di negara berkembang, sehingga pada tahun 2025 penderita hipertensi di dunia
akan menjadi 1,15 milyar.
Prediksi ini didasarkan pada angka penderita hipertensi dan pertambahan penduduk saat ini.
1 Hipertensi juga merupakan satu di antara masalah kesehatan di Indonesia. Menurut hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2 Tahun 2007, hipertensi merupakan urutan ketiga penyebab kematian di Indonesia. Hipertensi
menduduki urutan ketujuh dari sepuluh penyakit terbanyak rawat jalan rumah sakit Indonesia dan
menduduki urutan keenam rawat inap rumah sakit Indonesia.
3 Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang timbul karena interaksi antara faktor risiko
tertentu, yaitu riwayat keluarga hipertensi, usia, jenis kelamin, alkohol, konsumsi garam berlebihan,
obesitas, merokok dan aktivitas fisik yang kurang.
4 Hipertensi dapat terjadi pada segala usia, namun sering dijumpai pada orang yang berusia 35 tahun
atau lebih.
5 Prevalensi hipertensi pada kelompok usia 25–65 tahun yang mempunyai kebiasaan merokok cukup
tinggi yaitu pada pria 54,5% dan wanita 1,2%. Ironisnya berdasarkan tingginya kasus tersebut tidak
diikuti kebiasaan olahraga yang adekuat yakni hanya sebesar 14,3%.6 Hal ini dipertegas oleh Brown
(2006), seseorang yang tidak aktif secara fisik
memiliki risiko 30–50% lebih besar untuk mengalami hipertensi.
Merokok merupakan faktor risiko terbesar untuk mati mendadak. Risiko terjadinya penyakit
jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.
Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang dihisap. Dari tahun
ke tahun prevalensi kebiasaan merokok masyarakat indonesia semakin meningkat. Hal ini
tampak pada hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 dalah 52,9 % pada laki-
laki dan 3,6 % pada wanita. SKRT tahun 1995 menunjukan prevalensi perokok laki-laki 68,8
% pada wanita 2,6 %. 16 Jurnal Kesehatan Kartika 20 Indonesia merupakan negara perokok
terbesar di lingkungan negara-negara ASEAN. “Hal itu berdasarkan data dari The ASEAN
Tobacco Control Report tahun 2007. “The ASEAN Tobacco Control Report Card tahun
2007”. Jumlah perokok di ASEAN mencapai 124.691 juta orang dan Indonesia
menyumbang perokok terbesar, yakni 57.563 juta orang atau sekitar 46,16%.
Gejala hipertensi pada umumnya tidak mempunyai keluhan khusus dan tidak mengetahui
dirinya menderita hipertensi. Seorang penderita hipertensi datang berobat ke dokter di dorong
oleh keluhan-keluhan yang disebabkan oleh kenaikan tekanan darah itu sendiri yang
mengganggu, ada kelainan pembuluh darah, atau adanya penyakit lain yang menyebabkan
tekanan darah tinggi, seperti sakit kepala, terutama pada waktu bangun tidur kemudian
menghilang sendiri setelah beberapa jam, kemerahan pada wajah, cepat capek, lesu,
impotensi, gejala-gejala yang mungkin timbul karena adanya kelainan pembuluh darah antara
lain : mimisan, kencing darah (hematuria), penglihatan terganggu karena gangguan retina,
nyeri dada (angina pectoris), lemah dan lesu yang sering karena adanya gangguan iskemia
pada pembuluh darah otak (Karyadi, 2002).
Klasifikasi hipertensi menurut tipe, antara lain : 1). Hipertensi sistole dan diastole, dimana
tekanan darah sistole 140 mmHg atau lebih dan diastole 90 mmHg atau lebih, 2). Hipertensi
sistole terisolasi, kenaikan tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih tetapi tekanan diastolik
kurang dari 90 mmHg atau masih dalam kisaran normal, hipertensi ini sering ditemukan pada
usia lanjut, 3). White coat hypertension (hipertensi baju putih), seseorang menjadi hipertensi
sewaktu tekanan darahnya diukur di kamar praktek atau di rumah sakit dan kembali normal
bila tekanan darah diukur di luar fasilitas kesehatan misalnya di rumahnya (Lumbantobing,
2008). Klasifikasi hipertensi menurut tingkat keparahannya menurut Ruhyanudin (2007)
Tabel 1. Kalsifikasi hipertensi
Kategori Tekanan Darah Sistolik
(mmHg)
Tekanan Darah Diastolik
(mmHg)
Normal Di bawah 130 Di bawah 85
Normal tinggi 130-139 85-89
Stadium 1
(hipertensi ringan)
140-159 90-99
Stadium 2
(hipertensi sedang)
160-179 100-109
Stadium 3
(hipertensi berat)
180-209 110-119
Stadium 4
(hipertensi maligna
210 atau lebih 120 atau lebih
Faktor pemicu hipertensi yang tidak dapat dikontrol, antara lain : Usia, jenis kelamin,
keturunan (genetik), sedangkan faktor yang dapat dikontrol : Kegemukan (obesitas),
dislipidemia, Stres, peminum alcohol, Konsumsi garam berlebih, diet yang tidak seimbang,
olahraga atau aktivitas fisik berlebihan atau berat, merokok.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara jumlah konsumsi batang
rokok dengan tingkat hipertensi
Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui pengaruh rokok
terhadap hipertensi
PEMBAHASAN
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm atau
bervariasi tergantung negara dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun tembakau yang
telah dicacah (Aula, 2010). Rokok merupakan salah satu produk industri dan komuditi
internasional yang mengandung sekitar 4000 bahan kimiawi. Unsur yang paling penting
antara lain tar, nikotin, metil klorida, aseton, amonia dan karbon monoksida, dari 4000 zat
kimia itu 20 diantaranya adalah racun mematikan dari 20 racun maut itu, 8 diantaranya
adalah zat karsinogenik atau penyebab kanker ganas dan sisanya adalah racun tikus hidrogen
sianida yang biasa digunakan untuk mengeksekusi narapidana yang dihukum mati, bahan
bakar roket atau metanol, bahan bakar korek api atau butan, arsen atau racun serangga, racun
knalpot atau karbon monoksida, amonia dan racun hama (Partodiharjo, 2006).
Jenis rokok berdasarkan bahan pembungkus, meliputi : 1). Klobot dari daun jagung, 2).
Kawung dari daun aren, 3). Sigaret dari kertas, 4). Cerutu dari daun tembakau.
Jenis rokok berdasarkan bahan baku atau isi, meliputi : 1). Rokok putih yang berisi saus
untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu, 2). Rokok kretek berisi daun tembakau dan
cengkeh yang diberi saus, 3). Rokok klembak berisi daun tembakau, cengkeh dan kemenyan
serta saus.
Bahan kimia yang terkandung dalam rokok antara lain : Nikotin, Aseton, Metanol, Naftalen,
Karbonmonoksida, Hidrogen Sianida, Amonia, Toluen, Arsen, DDT (racun serangga),
Butena, Kadnium (Partodiharjo, 2006). Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon
monoksida yang dihisap akan masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel
pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan darah tinggi
(Karyadi, 2002).
Macam-macam perokok meliputi: Perokok aktif : orang yang secara langsung menghisap
rokok dan perokok pasif : Yaitu orang yang tidak secara langsung menghisap rokok tetapi
menghisap asap rokok yang dikeluarkan dari mulut orang yang sedang merokok.
Tipe perokok menurut jumlah rokok yang dihisap, meliputi : 1). Perokok ringan apabila
merokok kurang dari 10 batang per hari, 2). perokok sedang apabila merokok 10-20 batang
per hari dan 3). perokok berat apabila merokok lebih dari 20 batang per hari (Bustan, 2007)
Pada penelitian di Jepang 90% wanita yang terkena kanker payudara dan kanker rahim adalah
istri yang suaminya perokok, dan menurut penelitian di Amerika Serikat 86 % anak yang
kecerdasannya rendah adalah anak yang orang tuanya merokok (Partodiharjo, 2006).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, tembakau membunuh lebih dari lima juta
orang per tahun, dan diproyeksikan akan membunuh 10 juta sampai tahun 2020. Dari jumlah
itu, 70 persen korban berasal dari negara berkembang. Lembaga demografi Universitas
Indonesia mencatat, angka kematian akibat penyakit yang disebabkan rokok tahun 2004
adalah 427.948 jiwa, berarti 1.172 jiwa per hari atau sekitar 22,5 persen dari total kematian di
Indonesia (Bustan, 2007).
Prevalensi merokok berdasarkan jumlah total batang yang dihisap pertahun pada 5 negara
yang mengkonsumsi terbanyak. Pada tahun 2002: Indonesia mengkonsumsi 182 milyar
batang rokok, menduduki peringkat kelima konsumsi rokok terbesar setelah Cina (1697
milyar batang), Amerika Serikat (464 milyar batang), Rusia (375 milyar batang), dan Jepang
(299 milyar batang).
Pada tahun 2008 menunjukkan konsumsi rokok di Indonesia sebesar 240 milyar batang
meningkat tajam setelah tahun 2005 sebesar 214 milyar batang. Sedangkan berdasarkan
jumlah perokok, Indonesia adalah negara ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia
setelah Cina dan India, dimana jumlah perokok di Cina 30 %, India 11,2 %, dan di Indonesia
mencapai 4,8 %. Di Jawa Tengah prevalensi perokok umur lebih dari 15 tahun mencapai 34,3
% (Riskesdas, 2007). Penyakit hipertensi masih menjadi perhatian bidang kesehatan karena
angka prevalensinya yang tinggi dan akibat
Hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah
terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Lanny Sustrani dkk, 2004:12).
Dengan menghisap sebatang rokok maka akan mempunyai pengaruh besar terhadap kenaikan
tekanan darah atau hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena gas CO yang dihasilkan oleh
asap rokok dapat menyebabkan pembuluh darah “kramp” sehingga tekanan darah naik,
dinding pembuluh darah menjadi robek (Suparto, 2000:74).
Karbon monoksida menimbulkan desaturasi hemoglobin, menurunkan langsung peredaran
oksigen untuk jaringan seluruh tubuh termasuk miokard. CO menggantikan tempat oksigen di
hemoglobin, mengganggu pelepasan oksigen, dan mempercepat arterosklerosis (pengapuran
atau penebalan dinding pembuluh darah). Dengan demikian CO menurunkan kapasitas
latihan fisik, meningkatkan viskositas darah sehingga mempermudah penggumpalan darah.
Selain zat CO asap rokok juga mengandung nikotin. Nikotin mengganggu sistem saraf
simpatis dengan akibat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard. Selain menyebabkan
ketagihan merokok, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin, meningkatkan frekuensi
denyut jantung, tekanan darah dan kebutuhan oksigen jantung serta menyebabkan gangguan
irama jantung. Nikotin juga menggangu kerja otak, saraf dan bagian tubuh yang lain.
Nikotin mengaktifkan trombosit dengan akibat timbulnya adhesi trombo (penggumpalan) ke
dinding pembuluh darah. Nikotin, CO dan bahan lainnya dalam asap rokok terbukti merusak
dinding endotel (dinding dalam pembuluh darah), dan mempermudah penggumpalan darah.
Akibat penggumpalan (trombosit) akan merusak pembuluh darah perifer.
Walaupun nikotin dan merokok menaikkan tekanan darah diastole secara akut, namun tidak
tampak lebih sering di antara perokok, dan tekanan diastole sedikit berubah bila orang
berhenti merokok. Hal ini mungkin berhubungan dengan fakta bahwa perokok sekitar 10-20
pon lebih ringan dari pada bukan perokok yang sama umurnya, tinggi badannya, jenis
kelaminnya. Bila mereka berhenti merokok, sering berat badan naik. Dua kekuatan, turunnya
tekanan diastole akibat adanya nikotin dan naiknya tekanan diastole karena peningkatan berat
badan, tampaknya mengimbangi satu sama lain pada kebanyakan orang, sehingga tekanan
diastole sedikit berubah bila mereka berhenti merokok. Selain itu juga mengakibatkan
vasokonstriksi pembuluh darah perifer maupun pembuluh darah di ginjal sehingga terjadi
peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang setiap hari akan mengakibatkan tekanan darah
sistole 10-25 mgHg dan menambah detak jantung 5-20 kali persatu menit (Mangku Sitoepoe,
1997:29).
Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi (padahal sesungguhnya tidak)
Gejala yang dimaksud adalah :
Sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja
terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
· sakit kepala
· kelelahan
· mual
· muntah
· sesak nafas
· gelisah
· pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung
dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan
penanganan segera. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer.
Berbagai faktor yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi
tekanan darah. Salah satunya adalah kebiasaan hidup yang tidak baik seperti merokok.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil pembahasan di atas yaitu merokok memiliki pengaruh terhadap
hipertensi. Hal ini dikarenakan di dalam rokok terdapat zat – zat seperti karbon monoksida
dan nikotin yang dapat menyebabkan berbagai dampak terhadap pembuluh darah dan sebagai
hasilnya akan menimbulkan peningkatan tekanan darah (hipertensi).
DAFTAR PUSTAKA
Aula L.E. 2010. Stop Merokok. Jogjakarta : Gara Ilmu..
Bustan M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Edisi Kedua. Jakarta : Rineka
Cipta.
Karyadi E. 2002. Hidup Bersama Penyakit Hipertensi, Asam Urat, Jantung Koroner.
Jakarta : PT. Intisari Mediatama.
Partodiharjo S. 2006. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaan. Jakarta : Erlangga.
Ruhyanudin F. 2007.. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Kardivaskuler.Edisi 2. Malang : UMM.
Sitoepoe, M. (1997). Usaha Mencegah Bahaya Merokok. PT Gramedia. Jakarta
Sustrani, L. (2004). Hipertensi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Suparto..(2000). Sehat menjelang usia senja. Remaja Rosdakarya Effset. Bandung.