Karya Ilmiah Timah

19
KARYA ILMIAH Mengatasi Tumpang Tindih antara Lahan Pertambangan dan Kehutanan OLEH : FREDDY HERDYMAN 07312074

description

Karya Ilmiah Timah

Transcript of Karya Ilmiah Timah

Page 1: Karya Ilmiah Timah

KARYA ILMIAH

Mengatasi Tumpang Tindih antara Lahan Pertambangan dan Kehutanan

OLEH :

FREDDY HERDYMAN

07312074

UNIVERSITAS TRISAKTI

Page 2: Karya Ilmiah Timah

Kata Pengantar Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesai- kan tugas Karya Ilmiah  Bahasa Indonesia ini. Tidak lupa juga Saya ucapkan terima kasih kepada dosen Bahasa Indonesia yang telah membimbing Saya agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah ini. Karya Ilmiah Ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Mengatasi Tumpang tindih antara lahan pertambangan dan kehutanan. Semoga Karya Ilmiah Saya Dapat bermanfaat bagi Para Mahasiswa, Pelajar, Umum Khususnya pada diri saya sendiri dan semua yang membaca Karya Tulis Saya ini, Dan  mudah mudahan juga  dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca . Walaupun Karya Ilmiah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Saya mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih

Penulis

Freddy

Page 3: Karya Ilmiah Timah

Abstraksi

Secara umum studi ini bertujuan mengkaji berbagai permasalahan yang dihadapi sektorpertambangan dan kehutanan. Secara khusus, studi ini mengkaji permasalahan yang terkait di antara keduanya, sehubungan dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 (UUNo.41/1999) tentang Kehutanan, yang di dalamnya terdapat tumpang tindih penggunaan lahanantara kegiatan kehutanan (khususnya hutan lindung) dengan kegiatan pertambangan (khususnyapertambangan terbuka). Metodologi kajian ini terbagi atas empat tahap, yaitu: (1) kajian teknis/kasus; (2) Kajian kebijakan; (3) tinjauan literatur; (4) perumusan alternatif penyelesaian masalah. Hasil kajian menunjukkan pemberlakuan UU No.41/1999 menyebabkan semakin terbatasnya ruang gerak pertambangan dan berpotensi menurunkan investasi pertambangan di Indonesia. Kesimpulan studi ini antara lain: (1) tumpang tindih lahan sektor kehutanan denganpertambangan memerlukan perhatian dan “kelapangan dada” kedua belah pihak untuk sama-sama mencari solusinya: (2) perlu diidentifikasi lebih teliti tentang lokasi kegiatan penambangan, apakah benar-benar berada di dalam kawasan hutan lindung atau tidak; (3) perusahaan yang terbukti tidak beroperasi dalam kawasan hutan lindung, maka diberi kembali hak melakukan penambangan; (4) perusahaan yang wilayah pertambangannya di dalam kawasan hutan lindung, penyelesaiannya perlu mempertimbangkan beberapa hal, di antaranya: pertimbangan ekonomis, sosial, kestrategisan, dan keberlangsungan lingkungan.

Rekomendasi hasil kajian ini dapat dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu: (1) penyelesaian non teknis dengan menempuh jalur yuridis, seperti Judicial Review, Fatwa MA, Perpu dan Adendum aturan peralihan; (2) penyelesaian teknis dengan melakukan langkah-langkah seperti re-scoring, perubahan peruntukan, dan peninjauan ulang zonasi hutan lindung dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh. Penyelesaian permasalahan tumpang tindihpenggunaan lahan dengan transparan, adil, dan obyektif dan memakan waktu tidak terlalu lama,diharapkan menimbulkan citra yang baik dalam hal konsistensi penerapan peraturan perundangundangan.Hal ini penting bagi investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia, khususnyadi bidang pertambangan.

Page 4: Karya Ilmiah Timah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

 Batubara merupakan salah satu bahan galian strategis yang sekaligus menjadi sumber

daya energy yang sangat besar. Indonesia pada tahun 2006 mampu memproduksi batu bara

sebesar 162 juta ton dan 120 juta ton diantaranya diekspor. Sementara itu sekitar 29 juta ton

diekspor ke Jepang. indonesia memiliki cadangan batubara yang tersebar di Pulau Kalimantan

dan Pulau Sumatera, sedangkan dalam jumlah kecil, batu bara berada di Jawa Barat, Jawa

Tengah, Papua dan Sulawesi. Sedangkan rumus empirik batubara untuk jenis bituminous adalah

C137H97O9NS, sedangkan untuk antrasit adalah C240H90O4NS.

Indonesia memiliki cadangan batu bara yang sangat besar dan menduduki posisi ke-4 di

dunia sebagai negara pengekspor batubara. Di masa yang akan datang batubara menjadi salah

satu sumber energi alternatif potensial untuk menggantikan potensi minyak dan gas bumi yang

semakin menipis. Pengembangan pengusahaan pertambangan batubara secara ekonomis telah

mendatangkan hasil yang cukup besar, baik sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun

sebagai sumber devisa.

Bersamaan dengan itu, eksploitasi besar-besaran terhadap batubara secara ekologis

sangat memprihatinkan karena menimbulkan dampak yang mengancam kelestarian fungsi

lingkungan hidup dan menghambat terselenggaranya sustainable eco-development. Untuk

memberikan perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup, maka kebijakan hukum

pidana sebagai penunjang ditaatinya norma-norma hukum administrasi ladministrative penal

law) merupakan salah satu kebijakan yang perlu mendapat perhatian, karena pada tataran

implementasinya sangat tergantung pada hukum administrasi. Diskresi luas yang dimiliki pejabat

administratif serta pemahaman sempit terhadap fungsi hukum pidana sebagai ultimum remedium

dalam penanggulangan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup, seringkali menjadi

Page 5: Karya Ilmiah Timah

kendala dalam penegakan norma-norma hukum lingkungan. Akibatnya, ketidaksinkronan

berbagai peraturan perundang-undangan yang disebabkan tumpang tindih kepentingan antar

sektor mewarnai berbagai kebijakan di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Bertitik tolak dari

kondisi di atas, maka selain urgennya sinkronisasi kebijakan hukum pidana, diperlukan pula

pemberdayaan upaya-upaya lain untuk mengatasi kelemahan penggunaan sarana hukum pidana,

dalam rangka memberikan perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup dan

korban yang timbul akibat degradasi fungsi lingkungan hidup.

B. Rumusan Masalah

  Bagaimana cara pencegahan dari dampak pertambangan Batubara bagi lingkungan, serta solusi untuk membuang limbah Batubara

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dampak dampak dari penambangan batubara bagi lingkungan dan bagaimana solusi atau cara penanggulangan dari dampak penambangan batubara bagi lingkungan

D. Manfaat Penelitian

Agar kita mengetahui dampak positif dari penambangan batubara dan agar kita juga mengetahui dampak negatif dari penambangan batu bara. Serta, untuk mempelajari cara exsplorasi batu bara dan kita mengetahui cara menanggulangi limbah batu bara.

 

 

BAB II

Page 6: Karya Ilmiah Timah

LANDASAN TEORI

           

A. Pengertian Batu Bara

Batu bara adalah termasuk salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam berbagai bentuk.

B. Umur Batu Bara

Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang lalu (jtl), adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk.

Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu bara yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di pelbagai belahan bumi lain.

C. Materi Pembentuk Batu BaraHampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan

pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:

1. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit endapan batu bara dari perioda ini.

2. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.

3. Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tumbuhan-tumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.

4. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, misalnya pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.

Page 7: Karya Ilmiah Timah

5. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.

D. Pembentukan Batu Bara

Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut dengan istilah pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang terjadi, yakni:

1.Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.

2.Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.

E. Tahap ExsplorasiTahap eksplorasi batu bara umumnya dilaksanakan melalui empat tahap, yakni survei

tinjau, prospeksi, eksplorasi pendahuluan, dan eksplorasi rinci. Tujuan penyelidikan geologi ini adalah untuk mengidentifikasi keterdapatan, keberadaan, ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas, serta kualitas suatu endapan batu barasebagai dasar analisis/kajian kemungkinan dilakukannya investasi. Tahap penyelidikan tersebut menentukan tingkat keyakinan geologi dan kelas sumber daya batu bara yang dihasilkan.1. Survei Tinjau (Reconnaissance)

Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi batu bara yang paling awal dengan tujuan mengidentifikasi daerah-daerah yang secara geologis mengandung endapan batu bara yang berpotensi untuk diselidiki lebih lanjut serta mengumpulkan informasi tentang kondisi geografi, tata guna lahan, dan kesampaian daerah. Kegiatannya, antara lain, studi geologi regional, penafsiran penginderaan jauh, metode tidak langsung lainnya, serta inspeksi lapangan pendahuluan yang menggunakan peta dasar dengan skala sekurang-kurangnya 1:100.000.2. Prospeksi (Prospecting)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk membatasi daerah sebaran endapan batu bara yang akan menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, di antaranya, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:50.000, pengukuran penampang stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan sumuran, pemboran uji (scout drilling), pencontohan, dan analisis. Metode eksplorasi tidak langsung, seperti penyelidikan geofisika, dapat dilaksanakan apabila dianggap perlu.3. Eksplorasi Pendahuluan (Preliminary Exploration)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui gambaran awal bentuk tiga-dimensi endapan batu bara yang meliputi ketebalan lapisan, bentuk, korelasi, sebaran, struktur, kuantitas dan kualitas. Kegiatan yang dilakukan antara lain, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:10.000, pemetaan topografi, pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya,

Page 8: Karya Ilmiah Timah

penampangan (logging) geofisika, pembuatan sumuran/paritan uji, dan pencontohan yang andal. Pengkajian awal geoteknik dan geohidrologi mulai dapat dilakukan.4. Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas serta model tiga dimensi endapan batu bara secara lebih rinci. Kegiatan yang harus dilakukan adalah pemetaan geologi dan topografi dengan skala minimal 1:2.000, pemboran dan pencontohan yang dilakukan dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya, penampangan (logging) geofisika, serta pengkajian geohidrologi dan geoteknik. Pada tahap ini perlu dilakukan penyelidikan pendahuluan pada batu bara, batuan, air dan lainnya yang dipandang perlu sebagai bahan pengkajian lingkungan yang berkaitan dengan rencana kegiatan penambangan yang diajukan.

F. Tipe Endapan Batu Bara dan Kondisi

1. Tipe Endapan Batu BaraSecara umum endapan batu bara utama di Indonesia terdapat dalam tipe endapan batu

bara Ombilin, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Bengkulu. Tipe endapan batu bara tersebut masing-masing memiliki karakteristik tersendiri yang mencerminkan sejarah sedimentasinya. Selain itu, proses pasca pengendapan seperti tektonik, metamorfosis, vulkanik dan proses sedimentasi lainnya turut mempengaruhi kondisi geologi atau tingkat kompleksitas pada saat pembentukan batu bara.2. Kondisi Geologi/Kompleksitas

Berdasarkan proses sedimentasi dan pengaruh tektonik, karakteristik geologi tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama : Kelompok geologi sederhana, kelompok geologi moderat, dan kelompok geologi kompleks. Uraian tentang batasan umum untuk masing-masing kelompok tersebut beserta tipe lokalitasnya adalah sebagai berikut.

a. Kelompok Geologi SederhanaEndapan batu baradalam kelompok ini umumnya tidak dipengaruhi oleh aktivitas

tektonik, seperti sesar, lipatan, dan intrusi. Lapisan batu bara pada umumnya landai, menerus secara lateral sampai ribuan meter, dan hampir tidak mempunyai percabangan. Ketebalan lapisan batu bara secara lateral dan kualitasnya tidak memperlihatkan variasi yang berarti. Contoh jenis kelompok ini antara lain, di lapangan Bangko Selatan dan Muara Tiga Besar (Sumatera Selatan), Senakin Barat (Kalimantan Selatan), dan Cerenti (Riau).

b. Kelompok Geologi ModeratBatu bara dalam kelompok ini diendapkan dalam kondisi sedimentasi yang lebih

bervariasi dan sampai tingkat tertentu telah mengalami perubahan pasca pengendapan dan tektonik. Sesar dan lipatan tidak banyak, begitu pula pergeseran dan perlipatan yang diakibatkannya relatif sedang. Kelompok ini dicirikan pula oleh kemiringan lapisan dan variasi ketebalan lateral yang sedang serta berkembangnya percabangan lapisan batu bara, namun sebarannya masih dapat diikuti sampai ratusan meter. Kualitas batu bara secara langsung berkaitan dengan tingkat perubahan yang terjadi baik pada saat proses sedimentasi berlangsung maupun pada pasca pengendapan. Pada beberapa tempat intrusi batuan beku mempengaruhi struktur lapisan dan kualitas batu baranya. Endapan batu barakelompok ini terdapat antara lain di daerah Senakin, Formasi Tanjung (Kalimantan Selatan), Loa Janan- Loa Kulu, Petanggis (Kalimantan Timur), Suban dan Air Laya (Sumatera Selatan), serta Gunung Batu Besar (Kalimantan Selatan).

Page 9: Karya Ilmiah Timah

c. Kelompok Geologi KompleksBatu bara pada kelompok ini umumnya diendapkan dalam sistim sedimentasi yang

komplek atau telah mengalami deformasi tektonik yang ekstensif yang mengakibatkan terbentuknya lapisan batu bara dengan ketebalan yang beragam. Kualitas batu baranya banyak dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada saat proses sedimentasi berlangsung atau pada pasca pengendapan seperti pembelahan atau kerusakan lapisan (wash out).

Pergeseran, perlipatan dan pembalikan (overtumed) yang ditimbulkan oleh aktivitas tektonik, umum dijumpai dan sifatnya rapat sehingga menjadikan lapisan batu bara sukar dikorelasikan. Perlipatan yang kuat juga mengakibatkan kemiringan lapisan yang terjal. Secara lateral, sebaran lapisan batu baranya terbatas dan hanya dapat diikuti sampai puluhan meter. Endapan batu bara dari kelompok ini, antara lain, diketemukan di Ambakiang, Formasi Warukin, Ninian, Belahing dan Upau (Kalimantan Selatan), Sawahluhung (Sawahlunto. Sumatera Barat). daerah Air Kotok (Bengkulu), Bojongmanik (Jawa Barat), serta daerah batu bara yang mengalami ubahan intrusi batuan beku di Bunian Utara (Sumatera Selatan).

 

Page 10: Karya Ilmiah Timah

BAB III

PEMBAHASAN

 

Dampak Negatif Penambangan Batu Bara

1.       BanjirSebelum ada penambangan batu bara, di desa Ponoragan yang merupakan salah satu desa

di Kecamatan Loa Kulu jarang terjadi banjir. Kira-kira terjadi banjir setiap satu tahun sekali. Itupun kalau hujan deras yang bersamaan dengan pasang air Sungai Mahakam. Jarangnya terjadi banjir dikarenakan masih banyaknya pohon-pohon yang akarnya mengikat butir-butir air.

Tapi sekarang sering terjadi banjir yang disebakan adanya batu bara tersebut karena air hujan tidak bisa ditampung oleh pohon-pohon yang telah ditebang untuk pembukaan lahan batu bara. Banjir yang berkepanjangan ini menyebabkan banyak kerugian bagi petani padi dan petani ikan. Bagi petani padi banyak sawah yang gagal panen karena terkena banjir tersebut. Pada saat akan menebar benih, lahan sawah masih tergenang air yang disebabkan oleh banjir sehingga para petani tidak bisa menanam padi dan padi membusuk. Pada saat pertengahan tanam, hujan deras membuat lahan sawah terendam dan banjir sehingga padinya membusuk dan gagal panen. Biasanya petani Loa Kulu panen 3 kali dalam setahun tapi sekarang panen hanya setahun sekali.

Bagi petani ikan, banyak petani ikan yang lepas ikut arus air banjir sehingga banyak petani ikan yang rugi besar. Setelah banjir, petani ikan akan mengeluarkan dana lebih banyak lagi untuk merenovasi kolam dan membeli bibit ikan dan para petani ikan harus memulai lagi dari nol.

2.       Penggundulan HutanBanyak hutan yang ditebang untuk pembukaan lahan batu bara baik oleh masyarakat

maupun dari pihak perusahaan batu bara itu sendiri. Dari masyarakat banyak yang melakukan pembukaan lahan hutan karena masyarakat menganggap bahwa tanah tersebut adalah tanah milik leluhurnya dan masyarakatlah yang menjadi ahli warisnya. Dari hal tersebut maka ditakutkan terjadi tanah longsor dan banjir karena tidak ada yang menahan laju air hujan yang langsung jatuh ke tanah. Dari hujan yang langsung mencapai tanah tersebut akan mengakibatkan percikan air yang menyebabkan adanya erosi pada tanah dan terjadi longsor. Jadi, daerah di tempat yang lebih rendah menjadi korban tanah longsor dan korban banjir. Selain itu, dampak dari penggundulan hutan ini banyak hewan lari dari habitatnya. Sebagai contoh, di daerah dekat Loa Sumber pernah ada kera yang lumayan besar yang menyebrang jalan. Padahal dulu tidak ada kera besar yang menyebrang jalan. Ini bukti bahwa telah terjadi penggundulan hutan dan merusak habitat kera.

3.       Rusaknya TanahTanah bekas penambangan batu bara jarang dapat untuk ditanami lagi, karena tanah

bekas penambangan batu bara sudah kehilangan humusnya. Seperti di beberapa daerah di jalan ke Samarinda banyak lobang-lobang besar bekas adanya penambangan batu bara. Ini menjadi bukti bahwa setelah adanya pengerukan batu bara, perusahaan tidak mengadakan reboisasi. Sehingga, nanti bekas dari pengerukan batu bara ini akan menjadi lahan yang gundul dan ekologi di daerah batu bara rawan rusak.

Page 11: Karya Ilmiah Timah

4.       Rusaknya Karamba IkanPonton yang membawa batu bara sering kali menabrak dan menghancurkan keramba

petani ikan. Banyak keramba yang rusak akibat hal tersebut. Beberapa pendapat mengatakan bahwa kadang terjadi penabrakan keramba ikan karena adanya kabut yang cukup tebal dan jarak pandang yang cukup pendek. Sehingga banyak orang yang hanya melihat saja karambanya yang rusak. Tapi hal ini diganti rugi oleh pihak perusahaan batu bara. Kerusakan karamba membuat petani karamba memulai lagi dari nol.

5.       Tanah LongsorTanah di perbukitan sekitar penambangan batu bara banyak yang longsor ketika terjadi

hujan, karena hujan yang turun langsung mencapai tanah. Sehingga, air hujan yang langsung sampai ke tanah meengakibatkan percikan-percikan menyebabkan erosi tanah dan terjadi longsor karena tanah tidak ada yang menahan karena gundulnya hutan.

6.       Limbah Batu BaraDampak negatif dari aktifitas pertambangan batu bara bukan hanya menyebabkan terjadi

kerusakan lingkungan. Melainkan, ada bahaya lain yang saat ini diduga sering disembunyikan para pengeoloa pertambangan batu bara di Indonesia. Kerusakan permanen akibat terbukanya lahan, kehilangan beragama jenis tanaman, dan sejumlah kerusakan lingkungan lain ternyata hanya bagian dari dampak negatif yang terlihat mata.

Pertambangan batu bara ternyata menyimpan bahaya lingkungan yang berbahaya bagi manusia. Bahaya lain dari pertambangan batu bara adalah air buangan tambang berupa luput dan tanah hasil pencucian yang diakibatkan dari proses pencucian batu bara yang lebih popular disebut Sludge

Saat ini banyak analis pertambangan yang tidak mau mengekspose secara detail tentang bahaya air cucian batu bara. Limbah cucian batu bara yang ditampung dalam bak penampung sangat berbahaya karena mengandung logam-logam beracun yang jauh lebih berbahaya dibanding proses pemurnian pertambangan emas yang mengunakan sianida (CN).

Proses pencucian dilakukan untuk menjadikan batu bara lebih bersih dan murni sehingga memiliki nilai jual tinggi. Proses ini dilakukan karena pada saat dilakukan eksploitasi biasanya batu bara bercampur tanah dan batuan.

Agar lebih mudah dan murah, dibuatlah bak penampung untuk pencucian. Kolam penampung itu berisi air cucian yang bercampur lumpur.

Sluge mengandung bahan kimia karsinogenik yang digunakan dalam pemrosessan batu bara yang logam berat beracun yang terkandung di batu bara seperti arsenic, merkuri, kromium, boron, selenium dan nikel.

Dibandingkan tailing dari limbah luput pertambangan emas, unsur berancun dari logam berat yang ada limbah pertambangan batu bara jauh lebih berbahaya. Sayangnya sampai sekarang tidak ada publikasi atau informasi dari perusahan pertambangan terhadap bahaya sluge kepada masyarakat di sekitar pertambangan.

Unsur ini menyebabkan penyakit kulit, gangguan pencernaan, paru dan penyakit kanker otak. Air sungai tempat buangan limbah digunakan masyarakat secara terus menerus. Gejala penyakit itu biasa akan tampak setelah bahan beracun terakumulasi dalam tubuh manusia.

Beberapa perusahaan tambang di Kalimantan Timur ditengarai tidak melakukan pengelolaan water treatmen terhadap limbah buangan tambang dan juga tanpa penggunaan bahan

Page 12: Karya Ilmiah Timah

penjernih Aluminum Clorida, Tawar dan kapur. Akibatnya limbah buangan tambang menyebabkan sungai sarana pembuagan limbah cair berwarna keruh.

Alangkah bijaknya jika perusahaan pertambangan batu bara tetap memperhatikan kualitas limbah tambangnya dengan membuat water treatment dan penggunaan bahan penjernih air hingga limbah buangan aman bagi masyarakat dan lingkungan.

7.       Intrusi Sungai MahakamSedimentasi yang terus berlangsung di Sungai Mahakam menyebabkan air laut berbalik

ke arah hulu sungai sehingga menyebabkan intrusi air laut sepanjang 120 kilometer dari arah muara atau delta Mahakam. Intrusi air laut ini tidak hanya menyebabkan penduduk yang bermukim di sekitar Sungai Mahakam kesulitan mendapatkan air bersih, tetapi berbagai jenis ikan air tawar juga ikut musnah.

Hal ini disebabkan adanya pembabatan hutan secara besar-besaran di bagian hulu dan sekitar daerah aliran sungai (DAS) sehingga menimbulkan sedimentasi atau pengendapan lumpur. Sedimentasi ini telah menyebabkan muara Sungai Mahakam menjadi sangat dangkal, tak sampai satu meter  pada saat air laut sedang surut. Akibatnya, kapal-kapal besar tidak bisa masuk Sungai Mahakam pada saat air sedang surut dan harus menunggu air laut pasang.

Kondisi ini semakin diperburuk lagi dengan kegiatan tambang emas dan batu bara di bagian hulu Sungai Mahakam. Sejumlah perusahaan tambang batu bara diketahui membuang limbahnya langsung ke Sungai Mahakam sehingga terjadi pencemaran dengan bahan partikel terlarut (suspended particulate matter/SPM) yang tinggi dengan konsentrasi 80 miligram/liter. Bahkan sebuah perusahaan tambang batu bara yang beroperasi di Kecamatan Loa Kulu, terbukti menutup sebuah sub daerah aliran sungai Mahakam dan dijadikan jalan tambang. Padahal, mestinya perusahaan tersebut membuat gorong-gorong untuk jalan tambang.

Page 13: Karya Ilmiah Timah

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.      Simpulan

Dari pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:.

1. Selain membawa dampak positif, penambangan batu bara juga membawa dampak negatif diantaranya banjir, penggundulan hutan, rusaknya hutan, rusaknya karamba ikan, tanah longsor, limbah batu bara, intrusi sungai mahakam.

2. Dari adanya dampak negatif tersebut masyarakat, perusahaan tambang batu bara mengadakan cara penanggulangan dampak negatif dari penambangan batu bara. Beberapa hal yang dapat ditanggulangi antara lain kerusakan karamba ikan, erosi tanah di sekitar sungai mahakam, dan penanggulangan limbah batu bara.

B.      Saran

Berdasarkan landasan teori dan pembahasan maka penulis menyarankan  :

1. Bagi pemerintah supaya memberikan sanksi kepada perusahaan tambang batu bara yang membuang limbahnya langsung ke sungai tanpa ada pengolahan limbah.

2. Bagi perusahaan batu bara sebaiknya mengolah limbah batu bara terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan.

3. Bagi generasi muda agar melakukan penelitian terhadap endapan limbah batu bara sebagai sumber energi baru.

Page 14: Karya Ilmiah Timah

DAFTAR PUSTAKA

Soemarwoto, 0 . 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada Uversity

Press. Yogyakarta.

Suhala, S, A. F. Yoesoef dan Muta'alim. 1995. Teknologi Pertambangan Indonesia. Pusat

Penelitlan dan Pengembangan Teknologi Mineral,Direktorat Jenderal Pertambangan Umum

Departemen Pertambangan dan Energi. Jakarta.

Wardana. W. A. 2001 . Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi

Yogyakarta.Yogyakarta.

Pusat Penelitian ttan Pengembangan (Puslitbang) Teknologi Mineral dan Batubara.

Departemen ESDM. 2006. Batubara Indonesia. Departemen ESDM. Jakarta.