Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

32
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kulit dan Jaringan Penunjang merupakan bagian tubuh yang sangat penting untuk dipelihara dan dirawat terutama saat mengalami trauma baik mekanik (luka) maupun kimiawi. Beberapa penyakit yang diderita pasien dapat memperparah penyakit kulit dan jaringan di bawahnya, dalam keadaan terburuk menyebabkan nyeri hebat dan berujung pada kematian jaringan. Pasien yang menderita Diabetes Mellitus (kadar glukosa darah yang tinggi) misalnya, dapat menyebabkan luka yang dideritanya susah untuk sembuh bahkan kadang berakhir pada gangren (kematian jaringan relatif). Hal ini menunjukkan luka kecil pada pasien dengan kelainan metabolik diabetes dapat menjadi keluhan berat pasien. Jumlah pasien dengan penyakit diabetes di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, Berdasarkan data tahun 2007, diperkirakan penderita diabetes sudah mencapai sekitar 5,6 persen atau 7 juta orang dari 200 juta penduduk Indonesia di atas usia 15 tahun yang menderita diabetes, jumlah ini menempatkan Indonesia di peringkat 4 dunia setelah Cina, Amerika dan India [35] . Penyakit diabetes ini bermacam-macam dan dipengaruhi oleh beberapa risiko misalnya Kadar Toleransi Glukosa dan Indeks Masa Tubuh. Di Indonesia, prevalensi TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada penduduk usia>15 tahun di perkotaan adalah 8.6% dan sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diatas prevalensi nasional [34] . Hal ini dilanjutkan dengan hasil prevalensi diabetes mellitus di Indonesia 2030 akan mencapai 21,3 juta orang. Berdasarkan Riskesdes Tahun 2007, terdapat 2,4 juta penduduk mengalami kematian akibat diabetes dengan prevalensi sekitar 1,9 % dan dilaporkan bahwa terdapat 246 juta penderita diabetes, 6 juta kasus baru DM dan 3,5 juta penduduk mengalami kematian akibat diabetes [34]. . Berdasarakan Riskesdes (2007) [34] , Kalimantan Barat merupakan Provinsi dengan

description

SXQXXQWXE3

Transcript of Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

Page 1: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kulit dan Jaringan Penunjang merupakan bagian tubuh yang sangat penting

untuk dipelihara dan dirawat terutama saat mengalami trauma baik mekanik (luka)

maupun kimiawi. Beberapa penyakit yang diderita pasien dapat memperparah

penyakit kulit dan jaringan di bawahnya, dalam keadaan terburuk menyebabkan nyeri

hebat dan berujung pada kematian jaringan. Pasien yang menderita Diabetes Mellitus

(kadar glukosa darah yang tinggi) misalnya, dapat menyebabkan luka yang

dideritanya susah untuk sembuh bahkan kadang berakhir pada gangren (kematian

jaringan relatif). Hal ini menunjukkan luka kecil pada pasien dengan kelainan

metabolik diabetes dapat menjadi keluhan berat pasien.

Jumlah pasien dengan penyakit diabetes di Indonesia terus mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun, Berdasarkan data tahun 2007, diperkirakan

penderita diabetes sudah mencapai sekitar 5,6 persen atau 7 juta orang dari 200 juta

penduduk Indonesia di atas usia 15 tahun yang menderita diabetes, jumlah ini

menempatkan Indonesia di peringkat 4 dunia setelah Cina, Amerika dan India [35]

.

Penyakit diabetes ini bermacam-macam dan dipengaruhi oleh beberapa risiko

misalnya Kadar Toleransi Glukosa dan Indeks Masa Tubuh. Di Indonesia, prevalensi

TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada penduduk usia>15 tahun di perkotaan

adalah 8.6% dan sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diatas prevalensi

nasional [34]

. Hal ini dilanjutkan dengan hasil prevalensi diabetes mellitus di

Indonesia 2030 akan mencapai 21,3 juta orang. Berdasarkan Riskesdes Tahun 2007,

terdapat 2,4 juta penduduk mengalami kematian akibat diabetes dengan prevalensi

sekitar 1,9 % dan dilaporkan bahwa terdapat 246 juta penderita diabetes, 6 juta kasus

baru DM dan 3,5 juta penduduk mengalami kematian akibat diabetes [34].

.

Berdasarakan Riskesdes (2007) [34]

, Kalimantan Barat merupakan Provinsi dengan

Page 2: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

2

penderita diabetes mellitus dan Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) tertinggi di

Inonesia dengan 11.2 % dari penduduk menderita DM diikuti Maluku Utara (10.4%).

Sehingga tingginya jumlah penderita DM di Indonesia dapat dihubungkan

dengan kasus banyaknya pasian luka diabetik yang meninggal, misalnya berdasarkan

rekam medis di Rumah sakit Adam Malik, Medan menyatakan terdapat 1.369 pasien

rawat jalan di bulan September, dengan jumlah 113 kasus DM baru yang disebabkan

oleh banyaknya komplikasi DM terutama luka diabetik ulkus (54%), sedangkan

sisanya adalah neuropati dan penyakit kardiovaskular lainnya [33]

.

Tingginya komplikasi ulkus diabetik pada kaki menyebabkan banyak keluhan

pasien DM, sehingga luka yang awalnya kecil dapat berkembang lebih parah ke

tingkat yang lebih tinggi. Klasifikasi tingkat luka kaki diabetik didasarkan pada

klasifikasi Wagner, dengan rata-rata pasien harus mengamputasi kakinya di grade 4

[29]. Sejauh ini, banyak bentuk penatalakasanaan luka kaki diabetik baik secara

konservatif maupun farmakologis yang secara umum menyebabkan perubahan luka

membaik, tetapi tidak signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan pasien akan

hal-hal yang harus diperhatikan dalam merawat luka. Pengobatan farmakologis yang

ditujukan untuk mengurangi tekanan/rasa nyeri, antibiotik untuk mengurangi adanya

infeksi dan obat-obatan perangsan jaringan untuk membentuk jaringan kulit baru

pada ulkus. Namun untuk obat-obat perangsang jaringan, tidak semua golongan

masyarakat dapat menjangkau obat-obatan perangsang jaringan dengan harga

terjangkau, melainkan lebih menjangkau obat-obat pereda rasa sakit dan antibiotik

[32]. Kondisi inilah yang menyababkan prognosis luka diabetik menjadi buruk, dan

berujung pada luka gangren parah yang harus diamputasi, hal ini tentu mengurangi

kualitas hidup dari pasien DM. Angka amputasi luka ulkus diabetik meningkat

dengan ketidakmampuan pasien menjangkau tatalaksana modern yang memiliki

tingkat keberhasilan lebih baik.

Page 3: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

3

Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah kurangnya pengetahuan akan jenis

pengobatan dan perawatan terjangkau. Perawatan sederhana dirumah adalah

tatalaksana yang paling mudah dilakukan oleh pasien DM. Karena itu, dibutuhkan

suatu terapi yang bisa dilakukan dirumah misalnya dengan memanfaatkan potensi

herbal tumbuhan.

Beberapa tumbuhan yang sejauh ini potensial adalah Pegagan (Centella

asiatica), Bangun-bangun(Plectranthus amboinicus) dan paku-pakuan (Blechnum

orientale Linn) [30]

.Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan kandungan

pegagan berperan dalam mempercepat penyembuhan luka dalam berbagai ukuran

serta mencegah keloid [26]

. Sedangkan pada tumbuhan bangun-bangun ditemukan

kandungan yang menyerupai substrat pembentuk jaringan kulit (fibroblas) untuk

merangsang perbaikan jaringan kulit hingga jaringan subkutis dan antiinflamatik

[21,39]. Kedua tumbuhan ini dapat tumbuh subur di hutan dan kebun tropis di Asia

Tenggara, termasuk Indonesia. Tumbuhan liar ini dapat ditemukan di seluruh hutan

liar dan di beberapa daerah tertentu memanfaatkan pegagan sebagai sayuran.

Sedangkan daun bangun-bangun paling banyak di Pulau Sumatera dan kebun-kebun

di Pulau Kalimantan, karena sejak zaman dahulu digunakan oleh masyarakat sebagai

rempah dan obat-obatan [25]

.

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka diperlukan tatalaksana lain yang

dapat dijadikan terapi alternatif pasien terutama bagi pasien yang kurang

mendapatkan edukasi dari dokter/perawat serta masyarakat pada golongan menengah

ke bawah. Hal ini salah satunya dapat diaplikasikan dengan melalui bahan dasar krim

alami terbuat dari pegagan dan bangun-bangun sebagai bahan yang mudah didapat

dilingkungan masyarakat khususnya di pedasaan (jauh dari pusat kesehatan

masyarakat).

Page 4: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

4

1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana permasalahan kegawatdaruratan dan penyembuhan luka

diabetik?

2. Bagaimana faktor kombinasi pegagan dan bangun-bangun terhadap luka

diabetik ?

3. Bagaimana potensi bahan alami campuran pegagan dan bangun-bangun

sebagai obat topikal baru yang dapat berperan dalam penyembuhan luka

diabetik ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan

a. Menambah variasi baru pengembangan obat-obatan topikal berbasis

fitofarmaka.

a. Mengetahui potensi herbal dari pegagan dan bangun-bangun dalam

penyembuhan luka diabetik.

b. Memanfaatkan potensi herbal pada pegagan dan bangun-bangun sebagai

kombinasi baru untuk formulasi baru obat topikal.

c. Sebagai alternatif bahan alami baru yang berkontribusi dalam terapi

penyembuhan luka diabetik.

d. Menggagas bahan alami yang sederhana, berkhasiat tinggi, mudah

didapat dan dapat dijangkau masyarakat yang bisa diaplikasikan secara

langsung dalam kehidupan sehar

Page 5: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Luka Diabetik dan Klasifikasi Wagner

Penyakit Diabetes Mellitus (DM) sering disebut the great imitator karena

penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh seperti otak (stroke), ginjal (gagal

ginjal), jantung, mata, dan kaki (gangren diabetik). Gejala DM dapat timbul perlahan-

lahan sehingga pasien tidak menyadari adanya perubahan pada dirinya seperti minum

menjadi lebih banyak (polidipsi), buang air kecil lebih sering (poliuri), makan lebih

banyak (polifagi) ataupun berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. Salah satu

komplikasi menahun dari DM adalah kelainan pada kaki yang disebut sebagai kaki

diabetik.

Komplikasi yang paling sering dialami pengidap diabetes adalah komplikasi

pada kaki (15 %) yang dapat bermanifestasikan sebagai ulkus, infeksi, gangren dan

artropati Charcot. Di antara penderita kaki diabetik tersebut memerlukan tindakan

amputasi. Resiko amputasi terjadi bila ada faktor; neuropati perifer, deformitas

tulang, insufisiensi vaskular, riwayat ulkus/amputasi dan gangguan patologi kuku

berat.Neuropati perifer mempunyai peranan yang sangat besar dalam terjadinya kaki

diabetik akibat hilangnya proteksi sensasi nyeri terutama di kaki.Lebih dari 80% kaki

DM dilatarbelakangi oleh neuropati (cedera saraf) [23]

.

Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya

komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang

lebih lanjut, terdapat luka yang pada penderita sering tidak dirasakan, dan dapat

berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob. Suatu

penyakit pada penderita diabetes bagian kaki, dengan gejala dan tanda sebagai

berikut[27]

:

Page 6: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

6

1. Sering kesemutan/gringgingan (asmiptomatus).

2. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil).

3. Nyeri saat istirahat.

4. Kerusakan jaringan (necrosis, ulkus).

Kaki diabetes merupakan kombinasi antara arteriosklerosis ke-2 tersering

setelah arteriosklerosis pembuluh koroner, dan yang terserang pembuluh darah

tungkai bawah.Umumnya kelainan ini dikenal sebagai PVD (Peripheral Vascular

Disease).Ada 3 faktor yang dipandang sebagai predisposisi kerusakan jaringan pada

kaki diabetes, yaitu neuropati, PVD, dan infeksi.Pada kaki neuropatik, somatik dan

otonom rusak, namun sirkulasi masih intak sehingga nadi teraba jelas, secara klinis

kaki teraba hangat, sensasi terhadap rabaan berkurang, dan kering. Komplikasi kaki

neuropatik ini ada 3 macam : ulkus neuropatik, sendi neuropatik (sendi Charcot) dan

edema neuropatik [27]

.

Gambar 1. Skema terjadinya Ulkus Kaki Diabetik

Page 7: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

7

2.2. Klasifikasi ulkus diabetik

Berdasarkan dalamnya luka, derajat infeksi dan derajat gangren ,maka dibuat

klasifikasi derajat lesi pada kaki diabetik menurut Wagner [22]

.

Tingkat Karakteristik kaki

Derajat 0 Tidak ada ulserasi, tetapi beresiko tinggi walaupun tidak ada ulserasi,

untuk menjadi kaki diabetik. Penderita dalam kelompokini perlu

mendapat perhatian khusus. Pengamatan berkala, perawatan kaki yang

baik danpenyuluhan penting untuk mencegah ulserasi.

Derajat I Ulkus superfisial, tanpa infeksidisebut juga ulkus neuropatik, oleh karena

itu lebih sering ditemukan pada daerah kaki yang banyak

mengalamitekanan berat badan yaitu di daerah ibu jari kaki danplantar.

Sering terlihat adanya kallus.

Derajat II Ulkus dalam, disertai selulitis, tanpa abses ataukelainan tulang Adanya

ulkus dalam, sering disertaiinfeksi tetapi tanpa adanya kelainan tulang.

Derajat III Ulkus dalam disertai kelainan kulit dan abses luasyang dalam.

Derajat IV Gangren terbatas yaitu hanya pada ibu jari kaki, tumitPenyebab utama

adalah iskemi, oleh karena itu disebut juga ulkus iskemi yang terbatas

pada daerah tertentu.

Derajat V Gangren seluruh kakiBiasanya oleh karena sumbatan arteri besar, tetapi

juga ada kelainan neuropati dan infeksi.

Berikut gambar Kaki diabetik menurut klasifikasi Wagner.

Tabel 1. Klasifikasi ulkus DM berdasarkan Wagner

Page 8: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

8

2.3.Proses Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks karena proses

penyembuhan luka adalah kegiatan bio-seluler, bio-kimia yang terjadi

berkesinambungan. Penggabungan respon vaskuler, aktivitas seluler dan

terbentuknya bahan kimia sebagai substansi mediator di daerah luka merupakan

komponen yang saling terkait pada proses penyembuhan luka. Besarnya

perbedaan mengenai penelitian dasar mekanisme penyembuhan luka dan aplikasi

klinis saat ini telah dapat diperkecil dengan pemahaman dan penelitian yang

berhubungan dengan proses penyembuhan luka dan pemakaiaan bahan

pengobatan yang berhasil memberikan kesembuhan.

Peran fibroblas sangat besar dalam proses perbaikan, yaitu bertanggung

jawab dalam persiapan menghasilkan produk protein yang akan digunakan

selama proses konstruksi jaringan. Pada jaringan lunak yang normal tanpa

perlukan, pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya tersembunyi di

Gambar 2.Gambaran Klasifikasi kaki diabetik menurut Wagner

Page 9: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

9

matriks jaringan penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak

dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang

(proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (Kolagen, elastin,

Inyalruounc acid, fibronectin dan profeoglycans) yang berperan dalam

membangun (rekonstruksi) jaringan baru. Fungsi kolagen yang lebih spesifik

adalah membentuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan

dengan dikeluarkannya substrat oleh fibroblas, memberikan tanda bahwa

makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai kesatuan unit dapat

memasuki kawasan luka. Sejumlah sel pembuluh darah baru yang tertanam di

dalam jaringan baru berfungsi sebagai jaringan granulasi, sedangkan proses

proliferasi fibroblas dengan aktivitas sintetiknya di sebut fibroblasia, migrasi,

deposit jaringan matriks, kontraksi luka.

Angiogenesis suatu pembentukan pembuluh kapiler baru di dalam luka,

mempunyai peran penting pada tahap proliferasi proses penyembuhan luka.

Vaskularisai yang tidak lancar, penyakit (diabetes), pengobatan (radiasi) atau

obat (preparat steroid) mengakibatkan lambatnya proses sembuh karena

terbentuknya ulkus yang kronis. Jaringan vaskuler yang melakukan invasi ke

dalam luka merupakan suatu respon untuk memberikan oksigen dan nutrisi yang

cukup di daerah luka karena oksigen. Pada fase ini fibroplasia dan angiogenesis

merupakan pembentukan kolagen muda (gelatinious collagen) yang terbentuk

pada fase proliferasi akan berubah menjadi kolagen yang lebih matang, yaitu

lebih kuat dan struktur yang lebih baik (proses re-modelling). Untuk mencapai

penyembuhan yang optimal di perlukan keseimbangan antara kolagen yang

diproduksi dengan yang di pecahkan. Kolagen yang berlebihan akan

mengakibatkan terjadinya penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar,

sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut

dan luka akan selalu terbuka. Luka di katakan sembuh apabila telah terjadi

kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan jaringan kulit sehingga mampu melakukan

aktivitas yang normal. Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap

Page 10: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

10

penderita, namun hasil yang dicapai sangat tergantung dari kondisi biologik

masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat

akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan yang kurang gizi, dan

yang disertai oleh penyakit sistemik (diabetes mellitus) [28]

.

2.3.1. Luka Diabetik

Luka diabetik adalah luka yang terjadi pada pasien diabetik yang

melibatkan gangguan pada saraf peripheral dan autonomic. Luka diabetik

merupakan luka yang terjadi karena adanya kelainan pada saraf, kelainan

pembuluh darah dan kemudian adanya infeksi. Bila infeksi tidak diatasi dengan

baik, hal itu akan berlanjut menjadi pembusukan bahkan dapat diamputasi.

Terjadinya kaki diabetik tidak terlepas dari tingginya kadar glukosa darah

penyandang diabetes. Tingginya kadar gula darah berkelanjutan dan dalam

jangka waktu yang lama dapat menimbulkan masalah ada kaki penyandang

diabetes [38]

.

Gangren diabetik adalah luka diabetik yang sudah membusuk dan bisa

melebar, ditandai dengan jaringan yang mati berwarna kehitaman dan membau

karena diseratai pembusukan oleh bakteri [36]

. Beberapa faktor secara bersama-

sama berperan pada terjadinya ulkus atau gangren diabetes. Banyak faktor yang

mempengaruhi luka diabetes, dimulai dari faktor pengelolaan kaki yang tidak

baik pada penderita diabetes, adanya neuropati , faktor komplikasi vaskuler yang

memperburuk aliran darah ke kaki tempat luka, faktor kerentanan terhadap

infeksi akibat respons kekebalan tubuh yang menurun pada keadaan DM tidak

terkendali, serta kemudian faktor ketidaktahuan pasien sehingga terjadi masalah

gangren diabetic [21]

. Secara umum, gangren diabetik biasanya terjadi akibat, (1)

neuropati perifer, (2) insufisiensi vaskuler perifer (iskemik), (3) infeksi, (4)

penderita yang berisiko tingi mengalami gangren diabetik yaitu pasien dengan

lama penyakit diabetes yang melebiihi 10 tahun, usia pasien yang lebih dari 40

tahun, riwayat merokok, penurunan denyut nadi perifer, penurunan sensibilitas,

Page 11: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

11

deformitas anatomis atau bagian yang menonjol (seperti bunion atau kalus),

riwayat ulkus kaki atau amputasi, pengendalian kadar gula darah yang buruk [21]

.

Rangkaian yang khas dalam proses timbulnya gangren diabetik pada kaki

dimulai dari edem jaringan lunak pada kaki, pembentukan fisura antara jari-jari

kaki atau didaerah kaki kering, atau pembentukan kalus. Jaringan yang terkena

mula-mula berubah warna menjadi kebiruan dan terasa dingin bila disentuh.

Kemudian jaringan akan mati, menghitam dan berbau busuk. Rasa sakit pada

waktu cedera tidak dirasakan oleh pasien yang kepekaannya sudah menghilang

dan cedera yang terjadi bisa berupa cedera termal, cedera kimia atau cedera

traumatik.Pengeluaran nanah, pembengkakan, kemerahan (akibat selulitis) pada

gangren biasanya merupakan tanda-tanda pertama masalah kaki yang menjadi

perhatian penderita [38]

.

Penyembuhan luka terjadi melalui tahapan yang berurutan mulai proses

inflamasi, proliferasi, pematangan dan penutupan luka. Pada gangren, tindakan

debridement yang baik sangat penting untuk mendapatkan hasil pengelolaan

yang perawatan luka diabetik yang memuaskan dengan melihat kondisi luka

terlebih dahulu, apakah luka yang dialami pasien dalam keadaan kotor atau tidak,

ada apus atau ada jaringan nekrotik (mati) atau tidak. Setelah dikaji , barulah

dilakukan perawatan luka. Perawatan luka biasanya menggunakan antiseptik dan

kassa steril. Jika ada jaringan nekrotik sebaiknya dibuang daengan cara digunting

sedikit demi sedikit sampai kondisi luka mengalami granulasi (jaringan baru

yang mulai tumbuh). Lihat kedalam luka, pada pasien diabetes dilihat apakah

terdapat sinus (luka dalam yang sampai berlubang) atau tidak.Bila terdapat sinus,

sebaiknya disemprot (irigasi) dengan NaCl sampai pada kedalaman luka, sebab

pada sinus terdapat banyak kuman.Lakukan pembersihan luka sehari minimal

dua kali (pagi dan sore), setelah dilakukan perawatan lakukan pengkajian apakah

sudah tumbuh granulasi, (pembersihan dilakukan dengan kassa steril yang

dibasahi larutan NaCl).Setelah luka dibersihkan lalu tutup dengan kassa basah

yang diberi larutan NaCl lalu dibalut disekitar luka. Tutup dengan kassa jaga

Page 12: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

12

agar jaringan luar luka tertutup. Sebab jika jaringan luar ikut tertutup akan

menimbulkan maserasi (pembengkakan). Setelah luka ditutup dengan kassa

basah bercampur NaCl, lalu tutup kembali dengan kassa steril yang kering untuk

selanjutnya dibalut [11]. Jika luka sudah mengalami penumbuhan granulasi,

selanjutnya akan ada penutupan luka (skin draw). Penanganan luka diabetik,

harus ekstra agresif sebab pada luka diabetik kuman akan terus menyebar dan

memperparah kondisi luka [38]

.

2.4. Pegagan (Centella asiatica) dan Bangun-bangun(Plectranthus amboinicus),

Pegagan (Centella asiatica) adalah tanaman yang tumbuh liar di padang

rumput, tepi selokan, sawah atau ditanam sebagai penutup tanah di perkebunan dan di

pekarangan sebagai tanaman sayur. Pegagan memiliki klasifikasi ilmiah sebagai

berikut:

Kingdom Plantae

Divisi Magnoliophyta

Kelas Magnoliopsida

Ordo Apiales

Famili Mackinlayaceae

Marga Centella

Spesies C.asiatica

Pegagan berasal dari daerah Asia beriklim tropis, menyukai tanah yang agak

lembab, cukup sinar matahari atau agak terlindung, dapat ditemukan di daerah

dataran rendah sampai daerah dengan ketinggian 2.500 m dpl.Pegagan juga dikenal

sebagai tanaman kaki kuda di berbagai daerah karena memiliki bentuk yang

menyerupai kaki kuda (Gambar 1).Beberapa daerah di Indonesia telah mengkonsumsi

pegagan sebagai lalapan dan jamu karena dianggap dapat meningkatkan kecerdasan.

Tabel 2. Taksonoi Pegagan

Page 13: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

13

Pegagan terdiri dari berbagai jenis komponen di dalamnya baik komponen gizi

maupun komponen non gizi. Tabel 1 menunjukkan kandungan gizi dan mineral yang

terdapat pada pegagan [19]

.

Komponen Kadar Per 100g berat basah

Energi 52 kkal

Kadar air 88 g

Protein 3 g

Lemak 2.7 g

Serat 1.92 g

Kadar Abu 2.54 g

Karbohidrat 3.81 g

Mineral Per 100 gram berat kering

Kalsium 2425 mg

Fosfor 327 mg

Natrium 16 mg

Mangan 23 mg

Tembaga 7 mg

Seng 20 mg

Magnesium 271 mg

Besi 18 mg

Pegagan dikenal berkhasiat tonik, antiinfeksi, antitoksik, penghenti pendarahan

(hemostatis), peluruh kencing (diuerik ringan), pembersih darah, memperbanyak

pengeluaran empedu, pereda demam (antipiretik), penenang (sedatif), mempercepat

penyembuhan luka, dan melebarkan pembuluh darah tepi (vasodilator perifer).

Pegagan mengandung asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecassoside,

Gambar 3. Pegagan

Tabel 3. Kandungan Pegagan

Page 14: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

14

brahmoisde, brahminoside, brahmic acid, madasitic acid, hydrocotyline,

mesoinositol, centellose, caretenoids, garam mineral (seperi garam kalium, natrium,

magnesium, kalsium, besi), zat pahit vellarine, dan zat samak. Diduga senyawa

glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside berperan dalam berbagai aktivitas

penyembuhan luka.Asiaticoside berperan dan senyawaan sejenis juga berkhasiat anti

lepra (kusta). Secara umum, pegagan berkasiat sebagai hepatoprotektor yaitu

melindungi sel hati dari berbagai kerusakan akibat racun dan zat berbahaya.

Penanganan tuberkolosis dengan menggunakan herbal pegagan dapat teratasi dengan

adanya zat asiatikosida yang aktif melawan basil tuberkolosis [20]

. Pegagan juga

mempunyai kemampuan antioksidan yakni 88% inhibisi dalam 100 mg/ml dari

ekstraksi metanol [19]

.

Salah satu kandungan herbal pegagan adalah vallerin, suatu zat cair bewarna

kuning yang berkhasiat sebagai anti lepra dan anti lues. Kandungan glikosida saponin

brahmosida dan brahmosida yang terdapat pada pegagan menunjukkan khasiat anti

radang. Adanya kandungan kalium yang relatif tinggi pada tanaman pegagan

memberikan efek diuretik yang selanjutnya memungkinkan terjadinya efek

hipotensif[20]

.

Daun bangun-bangun memiliki ciri-ciri bertulang lunak, beruas-ruas,

melingkar, dengan diameter sekitar 15 mm, bagian tengah dan ujungnya sekitar 10

mm ± 5 mm, dapat berkembang- biak dengan mudah. Daun yang masih segar

bentuknya tebal, berwarna hijau tua, kedua permukaan daun licin. Tanaman ini

Gambar 4.Daun bangun-bangun

(Pteranthecus amboinicus)

Klasifikasi taksonomi daun bangun-bangun

Kingdom : Plantae

Divisi : Phanerogamae

Subdivisi : Spermatophyta

Kelas : Angiospermae

Order : Tubiflorae

Famili : Lamiceae (Labialae)

Sub Famili : Oscimoidae

Genus : Pteranthecus

Spesies : PteranthecusAmboinicus

Page 15: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

15

ditemukan hampir di seluruh wilayah Indonesia dengan berbagai nama yang berbeda,

di Jawa Tengah disebut daun Cumin, Orang Sunda menyebutnya daun ajeran, di

Madura disebut daun kambing dan di Bali disebut daun Iwak. Di daerah Batak

Sumatra Utara sendiri disebut sebagai daun bangun-bangun atau torbangun[6]

.

Sejak dulu suku batak di Indonesia menggunakan daun torbangun sebagai

stimulant Air Susu Ibu (ASI)/Laktogogum.Tumubuhan ini sering digunakan oleh

masyarakat karena fungsi herbalnya yaitu antioksidan yang kyat dan nilai terapeutik

yang cukup kuat.Coleusaromaticus juga bermanfaat dalam formulasi antibiotik

natural sebagai gradian aktif yang bisa melawan kuman [13]

. Jus yang terbuat dari

daun torbangun (Coleus aromaticus) efektif untuk menyembuhkan konstipasi dan

masalah pencernaan lain [16]

. Termasuk sakit perut dan gagal jantung

kongestif.Torbangun juga membantu mengatasi kanker karena memiliki aktivitas

sitotoksik dan anti-tumor [15]

. Sedangkan dalam penelitian lain, Heyne (1997) [12]

menyatakan bahwa dari 120 kg terna kering segar kira–kira terdapat 25 ml minyak

atsiri yang mengandung phenol (isopropyl-O-kresol). Lebih lanjut disebutkan bahwa

phenol tersebut berperan sebagai antisepticum yang bernilai tinggi. Minyak atsiri dari

daun Torbangun ternyata juga mempunyai aktivitas tinggi melawan infeksi terutama

pada daerah infeksi [14]

.

2.5. Formulasi Krim Berbahan ekstrak tumbuhan Pegagan dan Torbangun

Basis berminyak lebih mudah melepaskan ekstrak herba pegagan.Ini

disebabkan karena zat aktif dari herba pegagan adalah asiatikosid, yang merupakan

senyawa yang bersifat hidrofil sedangkan basis salep bersifat lipofil. Penyembuhan

luka lebih cepat (Betadin) hal ini disebabkan karena Betadinmengandung providone

iodine bekerja sebagai antiseptic bersprektrum luas dan iodine sendiri memberi efek

panas pada jaringan sehingga daerah luka cepat menjadi kering [9]

.

Page 16: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

16

2.5.1. Pembuatan Ekstrak Herba Pegagan

Ekstrak herba pegagan dibuat dengan cara maserasi, yaitu 250 g serbuk herba

pegagan dengan 1.875 ml etanol 70% , ditutup dan dibiarkan selama 5 hari dan

terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai,

ampas diperas. Ampas ditambah etanol 70% secukupnya diaduk dan diserkai,

sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 2500 ml. Bejana ditutup, dibiarkan ditempat

sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Kemudian endapan

dipisahkan.Kemudian dilakukan penguapan pada suhu 50°C dengan rotavapor

sehingga sebagian besar alkohol menguap hingga diperoleh ekstrak kental [1]

.

2.5.2 Pembuatan Sediaan Salep

Sediaan salep dibuat sesuai dengan formula masing-masing tipe basis [1]

.

Tabel 4. Formula Sedian Salep Basis Berminyak

Bahan Jumlah

R/Cera alba 4.75

Vaselin putih 90.07

Butilhidroksianisol (BHA) 0.01

Metil Praben 0.15

Propil Praben 0.02

Ekstrak Kental 5 Sumber : (Rosanti 2003).

2.5.3 Cara pembuatan Sedian Salep Berbasis Minyak

Cera alba dilelehkan diatas penangas air, vaselin putih ditambahkan,diaduk

sampai homogen dan dingin. BHA yang telah dilarutkan dengan etanol dimasukkan

kedalam basis salep digerus homogen.Metil paraben dan propil paraben yang telah

dilarutkan dengan etanol dicampurkan dengan ekstrak.Ekstrak kental pegagan

dicampurkan ke dalam basis sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai

homogen.Salep dikemas dalam wadah [7]

.

Page 17: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

17

BAB III

METODE PENULISAN

3.1. Pengumpulan Data dan Informasi

Penulisan gagasan ini didasarkan atas beberapa sumber data yang primer

maupun sekunder.Beberapa data primer yang digunakan adalah berupa hasil

dokumentasi gambar dan tabel pendukung informasi dalam penulisan.Namun dalam

penulisan ini juga diutamakan sumber sekunder dengan validitas tertinggi yakni

jurnal ilmiah paling aktual yang berhubungan dengan subtema penulisan

ini.Kemudian data/informasi yang didapat ditulis secara naratif dengan pendekatan

semikuantitatif tanpa hipotesis mengingat tulisan ini adalah berbentuk gagasan

tertulis.

3.2. Analisis Sintesis

Masalah yang didapat dari data/informasi dianalisis secara objektif sesuai

dengan fakta yang terjadi kemudian dihubungkan dengan gagasan yang diajukan

untuk menemukan titik temu yang akan dijadikan benang merah penulisan. Pokok

permasalahan yang didapat kemudian dilanjutkan dengan tinjauan pustaka yaitu

berupa penelitian/telaah actual yang sebelumnya dilakukan sebagai dasar dan

informasi pendukung ide/gagasan.

Gagasan yang dibuat disesuaikan dengan pokok permasalahan dimana hal ini

diharapkan terbentuk gagasan yang benar-benar menjadi solusi nyata dari

permasalahan yang terjadi.Kemudian dilakukan pre-evaluasi pada gagasan yang

didapat sebagai bentuk konfirmasi ilmiah baik dari segi validitas sumber, alur

penulisan dan kesimpulan yang paling representatif.

Page 18: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

18

BAB IV

ANALISIS DAN SINTESIS

4.1. Penyembuhan Dressing Topikal untuk Luka Diabetik

Pokok permasalahan yang terjadi pada proses penyembuhan luka diabetik

kerap kali terjadi pada sulitnya terbentuk jaringan-jaringan baru yang dapat menutupi

luka dari ancaman-ancaman kronik seperti infeksi lanjut dan gangguan mekanik.

Gangguan ini akan memperparah komplikasi yang terjadi, banyak penatalaksanaan

yang bisa dilakukan untuk membentuk jaringan, tetapi secara topikal akan jauh lebih

terlihat secara signifikan terutama perubahan-perubahan yang terjadi pada luka baik

secara makroskopis maupun mikroskopis yang dimana keduanya bisa juga terlihat

infeksi yang terjadi. Infeksi yang terjadi pada luka diabetik sering diikuti dengan

ulserasi (ulkus) karena insufisiensi vaskular dan menurunnya fungsi leukosit sebagai

faktor pertahanan dalam proses inflamasi. Luka diabetes baik ringan, sedang mauun

luka berat semuanya bisa dianggap serius karena dua faktor yaitu luka yang terjadi

adalah luka terbuka dan menurunnya system pertahanan oleh imunitas, sehingga yang

terlihat secara makroskopis terjadi infeksi hingga lapisan subkutan kulit kemudian

berlanjut ke struktur kulit yang lebih dalam.

Terganggunya sirkulasi darah mikrovaskular pada diabetes dapat membatasi

pemindahan sel fagosit dan antibiotik ke daerah luka [11]

. Oleh Karena itu, selain luka

diabetik diterapi dengan perbaikan metabolik dari dalam dan antibiotik, tentu

dibutuhkan juga aplikasi topikal yang merupakan suatu kombinasi antara bahan

dressing topikal dibutuhkan masing-masing jenis luka diabetik (sesuai

klasifikasinya), hal ini karena dalam luka diabetik terapi yang efektif tidak dapat

menurunkan risiko eksaserbasi dan amputasi. Menutupnya luka adalah terapi utama

(target) yang dimana akan sangat tergantung pada grade/severity (Wagner),

Page 19: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

19

vaskularisasi da nada tidaknya infeksi [10]

. Tatalaksana kaki diabetes meliputi elevasi

kaki, penghilang nyeri tekan, pembuangan jaringan nekrotik, aplikasi topikal

termasuk dressing wet-to-dry, antiseptik, film semipermeable, sabun/busa dan

hidrokoloid. Adanya infeksi akan memeprlambat terjadinya closure(penutupan) luka,

sehingga dibutuhkan banyak alternatif bahan dressing luka diabetik selain

menggunakan bahan sintetis seperti hidrokoloid.

4.2. Kombinasi Pegagan (Centella asiatica) dan Bangun-bangun(Plectranthus

amboinicus)

4.2.1 Perkembangan Makroskopik (klasifikasi Wagner)

Tatalaksana atau terapi topikal berbahan herbal telah banyak digunakan oleh

seluruh dunia termasuk di Asia, seperti istilah Traditional Chinese Medicine (TCM),

sedangkan di Indonesia lebih dikenal dengan Tanaman Obat Keluarga

(TOGA).Formulasi yang dapat dibuat dari bahan alami ini dapat dibentuk dalam

berbagai sediaan topikal misalnya Krim (salep).Krim Herbal ini mengandung ekstrak

2 jenis tanaman yaitu pegagan (Centella asiatica) dan Bangun-bangun(Plectranthus

amboinicus).Pegagan dan bangun-bangun ini memiliki kemampuan antiinflamasi dan

komponen kimiawi dalam penyembuhan luka.

Bangun-bangun juga sering digunakan di Kenya sebagai obat pada luka bakar,

luka terbuka, gigitan binatang dan alergi kulit.Hal ini karena terkenal dengan

kemampuannya dalam mengurangi edema dengan relatif cepat.Kemampuannya ini

dikarenakan daun bangun-bangun dalam dosis tertentu memiliki efek secara in vivo

yang memiliki aktivitas antiinflamasi dan anti tumor.Bahkan dalam beberapa

penelitian, ekstrak daun bangun-bangun dapat digunakan dalam mengatasi

tenggorokan sakit, demam dan gigitan nyamuk liar [5]

. Ekstrak daun bangun-bangun

dalam hal ini diharapkan dapat menjadi antiinflamasi untama sekaligus dapat

mengurangi nyeri, selain itu penambahan ekstrak antiinflmasi ini diharapkan dapat

memodulasi aktivitas enzim antioksidan di hati dan produksi dari tumor necrosis

Page 20: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

20

factor-alpha (TNF-α) yang merupakan substansi penting dalam perbaikan jaringan

yang terancam nekrosis setelah mengalami inflamasi tingkat lanjut.

Tumbuhan Pegagan memiliki banyak sekali substrat yang dibutuhkan dalam

luka antibiotik “asiaticoside”, perangsang Hidroksiprolin dan kolagen. Tanaman

C.asiatica telah diteliti dalam sebuah percobaan pada luka perut babi yang

dikondisikan, hasilnya asaiticoside0.2% yang di aplikasikan secara topikal dapat

meningkatkan aktivitas hidroksiprolin (65%), meningkatkan kekuatan regangan

(tensil luka) (56%) dan meningkatkan sebaran kolagen dan epitelisasi kulit yang

mengalami luka [3]

. Sesuai dengan apa yang dijelaskan di tinjauan pustaka, pegagan

juga memiliki kandungan senyawa derivative triterpene pentasiklik, dimana pada luka

sangat dibutuhkan untuk memperbaiki insufisiensi pembuluh darah vena dan

mecegah adanya striae-gravidarum (kelainan kulit yang ditandai dengan

meregangnya kolagen kulit akibat dari susunan fibroblas yang rusak).

Kedua bahan ini memiliki kandungan yang komplementer, dimana pegagan

sangat efektif untuk reepitalisasi dan sintesis kolagen sedangkan bangun-bangun

bertindak sebagai antiinflamasi dan analgesik (antinyeri) topikal yang dapat terus

memperbaiki jaringan. Fungsi kombinasi ini akan berjalan dengan baik jika dipadu

dalam ekstrak yang nantinya akan disesuaikan dosisnya terhadap tingkat keparahan

luka diabetik yang dialami. Secara farmakologi, komposisi kandungan bahan sangat

menentukan kesembuhan luka, karena yang menentukan durasi penyembuhan juga

tergantung komposisi zat yang dibutuhkan luka itu sendiri.

Gambaran kebutuhan topikal luka berdasarkan klasifikasi Wagner adalah

sebagai berikut:

Page 21: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

21

Klasifikasi

Wagner Tatalaksana Kebutuhan

Grade 0 Penilaian setiap tahun Observasi dan Kontrol Mekanik

Grade 1 Penilaian setiap 3 bulan Observasi, Antibiotik, Analgesik,

Dressing,

Grade 2 Treatment khusus Observasi, Antibiotik, Analgesik,

Dressing, Antiinflamasi,

Grade 3 Kemungkinan Amputasi

Observasi, Antibiotik, Analgesik,

Dressing, elevasi, antiinflamasi,

hidrokoloid,

Grade 4 Amputasi parsial -

Grade 5 Amputasi Total -

Efektivitas salep yang dibuat dapat diamati dengan baik setelah beberapa hari

aplikasi.Salep yang dimaksud juga dapat ditambahkan dengan absorben serat

karboksil-metil-selulose non-woven untuk mengatasi ketebalan luka yang terjadi.

Karena berdasarkan penelitian, absorben ini juga dapat menyerap 3 kali berat eksudat

yang ada dengan lingkungan/daerah luka yang bersih dan terhindar dari kontaminasi

bakteri yang bisa menyebabkan infeksi lanjut [2]

.

4.2.2 Tinjauan Makroskopis

Indikator keberhasilan salep ini dapat diamati pula secara makroskopik

dimana harus ada perkembangan luka kearah perbaikan jaringan.Penggolangan jenis

luka menurut klasifikasi Wagner bisa dijadikan sebuah indikasi ada tidaknya

perbaikan jaringan fokal luka diabetik serta persentase perubahan ukuran luka

diabetik yang dialami.Berikut perubahan yang dapat terjadi:

Ukuran Luka : 4.58 cm2

Grade Wagner : 3

Ukuran Luka : 2.8 cm2

Grade Wagner : 2

Page 22: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

22

Ukuran luka dan grade Wagner menandakan ada atau tidaknya perbaikan jaringan

yang dapat dijadikan sebagai parameter observasi baik pasien di rumah maupun oleh

perawat kaki diabetik. Pada gambar di atas, luka yang terjadi cukup berisiko pada

amputasi parsial (Grade 4) dengan ukuran luka yang besar.Namun setelah aplikasi

topikal herbal luka mengalami perbaikan dengan berkurangnya luas permukaan luka

dan membaiknya luka ke Grade 2 Wagner.Sekeliling fokal luka juga terdapat

perubahan warna yaitu dari luka yang awalnya gelap (merah pekat/hitam) menjadi

terang (kuning/putih) yang merupakan pertanda terjadinya akumulasi kolagen dan

fibroblas pada jaringan kulit.

4.2.3 Tinjauan Histopatologi

Secara histologi jaringan luka terdiri dari sebaran limfosit, granulasi,

devaskularisasi, berkuranganya kolagen dan terdapat scarring yang menyebabkan

kontraksi luka berlebihan.Spesimen kulit pada luka diabetik menunjukkan

kegawatdaruratan kulit yang harus cepat diperbaiki, terutama karena hilangnya

kolagen yang merupakan substansi yang penting dalam dressing luka diabetik yang

ekspansif. Pada pemeriksaan mikroskopis kulit yang diberikan obat topikal akan

terdapat perubahan yang terjadi terutama pada deposisi kolagen, granulasi jaringan,

Ukuran Luka : 11.27 cm2

Grade Wagner : 3

Ukuran Luka : 8.06 cm2

Grade Wagner : 2

Gambar 5 . Perubahan ukuran dan grade luka setelah aplikasi topikal herbal

Page 23: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

23

kontraksi, remodeling matriks, dan kondisi pembuluh darah. Berikut gambaran

perubahan jaringan luka setelah pemberian obat topikal herbal melalui pewarnaan

Haematoxilin & Eosin (HE) dan Masson-trichrome (MT).

Epitaslisasi kurang

Konraksi luka kurang (bc: blood capillaries)

Epitaslisasi

Konraksi (C: serat kolagen)

Tanpa Epitaslisasi

Granulasi (GT: Granulation Tissue)

Epitaslisasi

Banyak kolagen sintesis :C

Sedikit fibroblas deposisi fibroblas banyak dan BC

Gambar 6 . Perubahan histopatologi luka setelah aplikasi topikal herbal

Page 24: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

24

Gambar di atas menjelaskan bahwa setelah penambahan topikal herbal

terdapat perubahan yang seignifikan yang ditandai dengan perbaikan jaringan melalui

deposisi kolagen, proliferasi fibroblas, Angioenesis (pembentukan pembuluh-

pembuluh darah kecil), dan epitelisasi.Hal ini tentu dipicu oleh kadungan enzim

hidroksiprolin, antioksidan, antiinflamasi, antibiotik, analgesik, tripertene pentasikilik

dan absorben eksudat luka.

Secara tradisional pembuatan obat topikal ini juga tidak harus tersedia dalam

bentuk salep, karena salep merupakan bentuk sediaan yang bertujuan untuk

mempertahankan ekstrak supaya tetap aktif walaupun sudah tidak bersama tumbuhan

aslinya. Masyarakat dengan akses kesehatan yang sulit, dapat dijadikan alternative

pengobatan topikal ini dengan mudah serta langsung dengan cara tradisional misalnya

dengan aplikasi lokal dari lumatan pegagan dicampur dengan daun bangun-bangun

yang sebelumnya sudah dilakukan sterilisasi alat-alat dan lokasi luka

4.3. Potensi pada Formulasi Topikal Tradisional

4.3.1 Keuntungan dan Kelemahan

Pemakaian bahan alami dari pegagan sebagai bahan pembuat salep tradisional

adalah suatu alternatif yang perlu digalakkan, sebab mempunyai harga murah, mudah

diperoleh dan mempunyai resiko efek samping yang relatif kecil dibandingkan obat

sintetis atau semisintetis serta dapat digunakan untuk menggantikan obat sintesis

yang sudah resisten. Namun untuk lebih menjamin khasiat dan keamanan yang relatif

tinggi, lebih efektif dan rasional, maka perlu dilakukan formulasi khusus sesuai

kandungan pegagan maupun bangun-bangun yang berpeluang untuk diuji dalam skala

laboratorium yang besar agar diperoleh suatu sediaan obat tradisional topikal yang

memenuhi standar baku.

Page 25: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

25

4.3.2 Perencanaan (Plan Action) dalam IPTEK dan Kontribusinya terhadap

Tatalaksana Diabetes

Upaya pencarian obat topikal baru terutama yang berasal dari tumbuhan

sangat giat dilakukan. Hal ini disebabkan oleh karena pemakaian bahan yang berasal

dari alam untuk mengobati penyakit selain murah dan mudah didapat, juga memiliki

resiko efek samping yang kecil sehingga relatif aman jika dibandingkan obat-obat

sintesis. Obat sintesis untuk penyakit infeksi pada saat ini sudah banyak yang resisten

sehingga tidak begitu efektif lagi dalam mengobati penyakit yang disebabkan oleh

mikroba.

Berdasarkan gagasan ini, diharapkan dapat ditemukan sediaan modifikasi dan

kombinasi baru yang poten dan aman yang berasal dari tumbuhan Indonesia sehingga

bisa dikembangan sebagai obat alternatif baru dalam mengobati luka diabetik.

Gagasan ini merupakan upaya untuk mendapatkan formula dressing rasional untuk

pasien luka diabetik, disamping itu hal ini juga untuk memperkaya sumber, formulasi

dan jenis obat topikal baru agar ketergantungan impor bahan baku dressing topikal

obat sintesis dapat dikurangi

Page 26: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

26

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Kegawatdaruratan luka diabetik masih menjadi focus utama penatalaksanaan

pasien diabetes mellitus dengan ancaman aputasi dan penurunan kualitas

hidup pasien.

2. Pegagan dan bangun-bangun merupakan kombinasi yang saling melengkapi

dalam memenuhi kebutuhan zat yang dibutuhkan luka diabetik untuk

mengalami proses penyembuhan sehingga diharapkan dapat mempercepat

proses penutupan luka (closure) dan terbentuknya jaringan penunjang baru

(dressing) lebih cepat.

3. Dressing topikal kombinasi pegagan dan bangun-bangun secara tradisional

merupakan formulasi krim yang potensial menjadi obat topikal baru bagi

penderita luka akibat komplikasi metabolik diabetes terutama bagi pasien

kurang mampu dengan cara memanfaatkan aplikasi langsung bahan herbal di

lingkungan sekitar

5.2. Saran

Berdasarkan telaah pustaka yang ada, ide ini dapat kiranya diteliti lebih lanjut

secara detail oleh mahasiswa kesehatan, badan penelitian dan pemerintah untuk

pengembangan lebih lanjut mengenai krim alami terbuat dari pegagan dan bangun-

bangun sehingga dapat diimplementasikan lingkungan masyarakat. Selain itu

alternatif obat ini dapat menjadi potensi fitofarmaka penutup jaringan (dressing) yang

lebih murah untuk menangani luka diabetik yang diderita sehingga dapat menurunkan

risiko amputasi, kecacatan dan kematian.

Page 27: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

27

DAFTAR PUSTAKA

1. Moerfiah, Muztabadiharja. Et.al. 2011. Efektivitas Sediaan Salep Ekstrak Herba

Pegagan (Centella asiatica (L) Urb) Untuk Penyembuhan Luka Pada Mencit

Jantan (Mus musculus albinus). Jurnal Fitofarmaka. Vol 1. No. 1 Juni 2011: 17-

23

2. Brown-Etris, C. Milne, H. Orsted et al., 2008.“A prospective, randomized,

multisite clinical evaluation of a transparent absorbent acrylic dressing and a

hydrocolloid dressing in the management of Stage II and shallow Stage III

pressure ulcers,” Advances in Skin & Wound Care, vol. 21, no. 4, pp. 169–174,

2008.

3. Shukla, A. M. Rasik, G. K. Jain, R. Shankar, D. K. Kulshrestha, and B. N.

Dhawan. 2006. “in vitro and in vivo woundhealing activity of asiaticoside

isolated from Centella asiatica,” Journal of Ethnopharmacology, vol. 65, no. 1,

pp. 1–11, 2006.

4. Lukhoba, C. W. M. S. J. Simmonds, and A. J. Paton. 2006.“Plectranthus: a

review of ethnobotanical uses,” Journal ofEthnopharmacology, vol. 103, no. 1,

pp. 1–24, 2006.

5. Chiu, T. H. Huang, and C. S. Chiu, “Analgesik and antiinflammatory activities

of the aqueous extract from Plectranthusamboinicus (Lour.)Spreng.Both in vitro

and in vivo,” Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, vol.

2012, Article ID 508137, 11 pages, 2012.

6. Gembong T. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). 2004. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta.

7. Anief, M. Formulasi Obat Topikal Dengan Dasar penyakit Kulit.Yogyakarta;

Gajah Mada Press: 2003. 3-32.

8. Rosanti, A. S.,N. Sugihartini, dan Oetari. 2003. Pengaruh Tipe basis Salep

TerhadapAktivitas minyak Atsiri Daun Sirih (Piper betle Linn.)

9. Saratman., S. A. Sumiwi dan D. Gozali. 2009. Pengaruh Ekstrak Antanan dalam

Bentuk

10. Frykberg, R. G. 2007b. “Diabetik foot ulcers: pathogenesis and

management,”American Family Physician, vol. 66, no. 9, pp. 1655–1662,

11. Frykberga, R. G..Wittmayer, and T. Zgonis, 2007a.“Surgical management of

diabetik foot infections and osteomyelitis,” Clinics in PodiatricMedicine and

Surgery, vol. 24, no. 3, pp. 469–482,Salep, Krim dan Jelly Terhadap

Penyembuhan Luka Bakar. Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam. Universitas Padjadjaran, Bandung.

Page 28: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

28

12. Heyne, K. 1997. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Departemen Kehutanan RI,

Jakarta.

13. Koba K, Garde D, Sanda K, Raynaud C and Chaumont, JP, Chemical

composition and antimicrobial properties of the leaf essential oil of Coleus

aromaticus Benth. from Cambodia. Inter. J. of Essential Oil Therapeutics, 1(1):

16-20, (2007).

14. Vasquez, E.A., W. Kraus, A.D. Solsoloy, B., dan M. Rejesus. 2010. The Use of

Spices and Medicinal: Antifungal, Antibacterial, Anthelmintic, and

Molluscicidal Constituents of Philipphine Plants.

15. Gurgel APAD, da Silva JG, GrangeiroaARS, Oliveira DC, Limaa CMP, da

Silvaa ACP, Oliveira RAG and Souzac IA, In vivo study of the anti-

inflammatory and antitumor activities of leaves from Plectranthus amboinicus

(Lour.) Spreng (Lamiaceae), J. of Ethnopharmacol, 125: 361–363, (2009).

16. Ong HC and Nordiana M, Malay ethnomedico botany in Machang, Kelantan,

Malaysia, Fitoterapia, 70: 502-513, (2009).

17. Damanik R, Torbangun (Coleus amboinicus Lour): a Bataknese

traditionalcuisine perceived as lactagogue byBataknese lactating women in

Simalungun, North Sumatera, Indonesia. J Hum Lact. 25(1): 64-72, (2009).

18. Warsiki E, Damayanthy E, Damanik R. Karakteristik mutu sop daun torbangun

(Coleus amboinicus Los) dalam kemasan kaleng dan perhitungan total migrasi

bahan kemasan. J Tek Ind Pert. 2009;Vol 18(3):21-24

19. Odhav, B, Beekrum, S., Akula, Us., Baijnath, H. 2007. Preliminary assesment of

nutritional value of traditional leafy vegetables in KwaZulu-Natal, South Africa.

Journal of Food Composition and Analysis 20 (2007) 430-435.

20. Yusuf, Muhammad. 2008. Kajian Proses Pembuatan Teh Herbal Pegagan

(Centella asiatica L. Urban). [Skripsi]. Fateta IPB Bogor

21. Santosa, Christin Marganingsih dkk. 2011. Efek Air Daun bangun-bangun

(Coleus amboinicus) pada aktivitas inflamasi dan linmfosit tikus putih. Bagian

Patologi Klinik Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

22. Wagner FW. The Dysvascular Foot: a System of Diagnosis and Treatment.

FootAnkle.1991; 2: 64-221.

23. Boyko EJ, Ahroni JH, Cohen V, et al. Prediction of diabetik foot ulcer occurence

24. using commonly available clinical information. Diabetes Care.2006; 31: 2318-

24.

25. Nastiti, Tri Pamuji dkk. 2012. Pegagan Hijau, Si Liar Pencegah Keloid. (online:

http://www. harianjogja.com/baca/2012/08/27/obat-herbal-pegagan-hijau-si-liar-

pencegah-keloid-322204) diakses tanggal 10 Oktober 2012.

26. Arundina, Ira. Dkk. 2010.Isolasi Terpenoid Dari Pegagan (Centella asiatica L)

Sebagai Growth Factor Untuk Terapi Infeksi Periodontal Menggunakan

Teknologi Stem Sel. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran Libr. Vol

12. Bandung.

27. Waspadji S. Kaki Diabetes. Dalam : Aru W, dkk, editors, Ilmu Penyakit Dalam,

Jilid III, Edisi keempat, Penerbit FK UI, Jakarta 2006.

Page 29: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

29

28. Hasan, Hasliyawati. et.al. 2009.Clinical and Laboratory Aspects of Diabetik Foot

Infection. The Indonesian Journal of Medical Science Volume 2 No. 1 March

2009.

29. Arnold. 2003. University of Texas. Foot Diabetik Classification System. Texas.

USA. Texas university online library. (online; http://www.library.txstate.edu/)

diakses tanggal 8 Oktober 2012.

30. How Yee Lai & Yau Yan Lim. 2012.Potential dermal wound healing agent in

31. Blechnum orientale Linn and Plectrahthus.BMC Journal Complementary and

Alternative Medicine 2011.Vol 11.No.62. diakses 8 Oktober 2012.

32. Rahadi. 2009. Penatalaksanaa Luka Ulkus Diabetik pada Pasien Setelah Pulang

dari rawat Inap.(online)(http://obatkencingmanis.net/terapi/fakta-terbaru-terkait-

pengobatan-ulkus-diabetes-mellitus) diakses tanggal 9 Oktober 2012.

33. Edison. 2010. Diabetes Mellitus Di Medan (online)

(http://www.hariansumutpos.com/v2/wp-comments-post.php) diakses tanggal 6

Oktober 2012

34. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdes). 2007. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes

Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang. (online) (http://www.depkes.

go.id/index.php/berita/press -release/414-tahun-2030-prevalensi-diabetes-

melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html) diaksese tanggal 7 Oktober

2011

35. World Health Organization (WHO). 2009. Diabetik Report Count and Card

2010. Time Table and News of Indonesian Helat Observatory Report vol 4.

(online) (http://apps.who.int/ghodata/) diakses tanggal 05 Oktober 2012

36. Eshart H. and M.A. Hussain 2007. Hypoglicemic, Hypolipidemic and

antioxidant properties of Combination from Curcuma longa, Linn and partially

purified product from Abroma augusta, Linn in streptozotocin induced diabetes.

Indian Journal of Clinical Biochemistry, 17 (2): 33-43

37. International Diabetik Federation (IDF). 2007. Indonesian on Cases. (online)

(http://pdnindo.com/berita-65-jumlah-penderita-diabetes-indonesia-ranking-ke4-

di-dunia.html) diakses tanggal 3 Oktober 2012

38. Winarsih, W. Wieantarsih.Estuningsih.2008. Kajian Aktivitas Ekstrak Rimpang

Kunyit (Curcuma Longa) dalam Proses Persembuhan luka pada mencit sebagai

model penderita diabetes.Laporan Penelitian Hibah Bersaing XV Perguruan

Tinggi/ FKH-IPB.

39. Yuan, Sung Kuo. Et.al. Plectranthus amboinicus Creamfor the Treatment of

Diabetic Foot Ulcers. Hindawi Publishing Corporation Evidence-Based

Complementary and Alternative Medicine Volume 2012, Article ID 418679, 9

pages

Page 30: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

30

a. Ketua

Nama : Tajul Anshor F.H

NIM : I111 10 024

Tempat/Tanggal Lahir : Pontianak, 12 Juli 1993

Alamat : Jl. Tanjung Raya II

Pendidikan

1. Mahasiswa S-1 Pendidikan Dokter Universitas Tanjungpura (2010-sekarang).

2. MAN 2 Pontianak (2007-2010).

Lomba/Prestasi yang Pernah Diikuti :

1. Juara II Lomba Inovasi Teknologi tingkat SMA Se-Kota Pontianak dengan Judul

“Smog Vacum Absorber” Politeknik Negeri Pontianak. 2008.

2. Finalis 4 LBSK bidang Karya Tulis Ilmiah Tingkat SMA Se-KalBar 2009.

3. Juara II Lomba Penalaran Ilmiah Mahasiswa Se-Kota Pontianak Universitas

Tanjungpura 2010.

4. Juara I Lomba Penelitian Ilmiah tingkat Mahasiswa oleh Kantor Lembaga

Penelitian dan Pengembangan se-Kalimantan Barat 2011.

5. Finalis Lomba LKT SejarahKemenbudpar Nasional Tahun 2011, Palu Sulteng

6. PKM K didanai 2011 , 2012

7. Juara III LKTIPekan Ilmiah Gizi Indonesia tk Nasional (Makassar, Sulsel) 2011

8. Finalist LKTI Nasional BNN, Jakarta 2009

9. Juara II Lomba Penalaran Ilmiah Mahasiswa (KOMPAS) Untan 2010.

10. 1st Winner of English Writing on Muhammad’s History FMIPA 2010

11. 2nd winner of English Competition UPT Bahasa Untan tk Kota Pontianak 2010

12. 3rd winner Kalimantan Region English Debating Championship, Univ.

Lambungmangkurat, Banjarmasin 2011

13. Participant of National University English Debating Championship, Udayana

University, Bali 2011

14. Best Participant of International Youth Summit on Climate Change, Bogor 2011

15. Juara I Lomba Penelitian Ilmiah tingkat Mahasiswa oleh Kantor Lembaga

Penelitian dan Pengembangan se-Kalimantan Barat 2011.

16. Juara II LKTI Kesehatan dan Gizi Nasional, Fakultas Kedokteran Univ.

Hasanuddin Makassar 2011

17. Finalis Lomba LKT SejarahKemenbudpar Nasional Palu, Sulawesi Tengah 2011

18. Peraih Beasiswa Japan-East Asia Student Exchange (JENESYS ) Program, Japan

2012

19. Duta Kalimantan Barat dalam International Youth Conference, Kemenpora

Jakarta 2012

20. Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM K) didanai 2011

21. Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM P) didanai 2012

22. Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) Universitas Tanjungpura 2012

23. 3rd Winner of National Research Competition and Exhibition (Narration) 2012,

University of Indonesia/Lomba Riset Nasional 2012

Page 31: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

31

Anggota 1

Nama /NIM : Gama Natakusumawati / I11111017

TempatTanggalLahir : Cianjur, 28 Maret 1994

Alamat : Jalan Silat Baru K4, Pontianak

No.Hp : 085759251288

Email : [email protected]

RiwayatPendidikan : 1) Mahasiswa S-1 Fakultas

KedokteranUniversitasTanjungpura

2011

2) SMA Negeri 2 Bandung

3) SMP Negeri 2 Bandung

4) SDN Padasuka 2 Lembang

Pengalaman organisasi : 1) Staff Pengembangan Sumber Daya

Mahasiswa 2012-2013

2) Anggota Minerva Fakultas Kedokteran

Untan

Prestasi dan karya tulis yang pernahbuat:

1. Hibiscus rosasinensis sebagai alternatif sabun kain batik (2010)

2. Juara 1 lomba Mading Online se-Jawa Barat (2010)

3. Juara 2 storry telling Banddung Cimahi

4. Peserta Debat Bahasa Inggris Nasional (U.S. Embassy Policy)

Anggota 2

Nama /NIM : Edi Kurnawan / I11110013

Tempat Tanggal Lahir : Sambas, 29 September 1992

Alamat : Jln.Sepakat II. Gg Citra Mandiri,

Pontianak

No.Hp : 085245722452

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan : 5) Mahasiswa S-1 Fakultas Kedokteran

Universitas Tanjungpura 2010

6) SMA Negeri 1 Sambas

7) SMP Negeri 2 Sambas

8) SDN No.27 Sebawi

Pengalaman organisasi : 3) Staff Bidang Kerohanian Keluarga

Besar Mahasiswa Buddhis (KBMB)

Page 32: Karya Ilmiah - Majesty Tim FK Untan 2012

32

Untan periode 2011-2012

4) Staff Bidang Pengabdian Masyarakat

Ikatan Mahasiswa Kedokteran Untan

(IMKU) periode 2011-2012

5) Kepala Divisi Pengembangan Anggota

UKM LISMA Untan periode 2011-

2012

Prestasi dan karya tulis yang pernah buat:

5. Finalis Astra Honda Motor Best Student dengan judul “Motor

Honda Yang Ramah Lingkungan Dan Kaitannya Dengan Isu Global

Warming Dan Penghijauan” (2008)

6. Karya Tulis denagn judul “Pengakuan Akan Remaja sebagai Wujud

Pengendalian Kenakalan Remaja” (2009)

7. Juara 1 LKTI Tingkat Pelajar, Mahasiswa dan Guru Se-Kalbar

“Peranan Kurikulum Pendidikan Dalam Memberikan Jaminan

Lapangan Kerja Bagi Siswa Lulusan Sekolah Menengah Atas

(SMA) (2010)

8. Juara 2 Olimpiade Sains Nasional Pertamina Tingkat Provinsi Kal-

Bar Bidang Biologi.

9. Juara 2 LKTI Dies Natalis dengan judul “Pengimplementasian

Problem Based Learning; Sebuah Student Centre Learning Method

dalam Menghasilkan Mahasiswa Kritis-Solutif sebagai Upaya

Menghadapi Tantangan Persaingan Global; Studi Observasi Di

Universitas Tanjungpura” (2012)

10. Finalis Olimpiade Sains Nasiona (OSN) Pertamina tingkat Provinsi

Kalimantan Barat 2012.