karya ilmiah kabahasaan
-
Upload
ahmad-khoirudin -
Category
Documents
-
view
42 -
download
1
description
Transcript of karya ilmiah kabahasaan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Menurut Pateda (1987:4) bahwa bahasa merupakan saluran untuk
menyampaikan semua yang dirasakan, dipikirkan, dan diketahui seseorang kepada
orang lain. Bahasa juga memungkinkan manusia dapat bekerja sama dengan orang
lain dalam masyarakat. Hal tersebut berkaitan erat bahwa hakikat manusia sebagai
makhluk sosial memerlukan bahasa untuk memenuhi hasratnya.
Sebagai alat komunikasi, bahasa mempunyai fungsi sosial dan fungsi
kultural. Bahasa sebagai fungsi sosial adalah sebagai alat perhubungan
antaranggota masyarakat. Sedangkan sebagai aspek kultural, bahasa sebagai
sarana pelestarian budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Hal ini
meliputi segala aspek kehidupan manusia yang tidak terlepas dari peranan
kehidupan manusia yang tidak terlepas dari peranan bahasa sebagai alat untuk
memperlancar proses sosial manusia.
Bahasa berperan meliputi segala aspek kehidupan manusia. Termasuk salah
satu peran tersebut adalah untuk memperlancar proses sosial manusia. Hal ini
sejalan dengan pendapat Nababan (1984:38) bahwa bahasa adalah bagian dari
kebudayaan dan bahasalah yang memungkinkan pengembangan kebudayaan
sebagaimana kita kenal sekarang.
Bahasa dapat pula berperan sebagai alat integrasi sosial sekaligus alat
adaptasi sosial, hal ini mengingat bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa yang
majemuk. Kemajemukan ini membutuhkan satu alat sebagai pemersatu
keberseragaman tersebut. Di sinilah fungsi bahasa sangat diperlukan sebagai alat
integrasi sosial. Bahasa disebut sebagai alat adaptasi sosial apabila seseorang
berada di suatu tempat yang memiliki perbedaan adat, tata krama, dan aturan-
aturan dari tempatnya berasal. Proses adaptasi ini akan berjalan baik apabila
terdapat sebuah alat yang membuat satu sama lainnya mengerti, alat tersebut
disebut bahasa. Dari uraian ini dapat kita tarik kesimpulan bahwa bahasa
merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia.
Saat ini bahasa gaul telah banyak terasimilasi dan menjadi umum. Bahasa
gaul sering digunakan sebagai bentuk percakapan sehari-hari dalam pergaulan di
lingkungan sosial bahkan dalam media-media populer serperti TV, radio, dunia
perfilman nasional, dan digunakan sebagai publikasi yang ditujukan untuk
kalangan remaja oleh majalah-majalah remaja populer. Oleh sebab itu, bahasa
gaul dapat disimpulkan sebagai bahasa utama yang digunakan untuk komunikasi
verbal oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa gaul bukan saja berkembang di pusat kota tapi juga menyebar luas
ke penjuru desa, menjadi perhatian utama penulis pemakaian bahasa gaul
dikalangan remaja di Kecamatan Kuok. Tentu saja semua itu sangat
mempengaruhi keaslian bahasa daerah di Kuok ataupun bahasa Indonesia.
Keadaan ini lambat laun akan menjadi masalah yang sangat besar
dikemudian hari, karena para remaja akan tumbuh menjadi orang dewasa dan
akan menurunkan tradisi-tradisi tersebut dari generasi ke generasi.
Jarang sekali dijumpai remaja-remaja yang masih prihatin terhadap budaya
lokalnya sendiri, akibat globalisasi yang hampir tidak terkendali menyebabkan
lama-kelamaan budaya lokal terkikis bahkan habis di permukaan begitu halnya
dengan bahasa lokal.
Harapan kami dengan pesatnya perkembangan globlisasi, banyaknya
pengaruh globalisasi tidak membuat surut kemurnian bahasa asli Indonesia serta
bahasa lokal, khususnya bahasa lokal daerah Kuok.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang dapat kita tarik permasalahan yang dihadapi adalah :
1. Apa dampak perkembangan bahasa prokem atau bahasa gaul terhadap
kemurnian bahasa Indonesia dan bahasa lokal, khususnya bahasa lokal
Kecamatan Kuok
2. Bagaimana cara penyeimbangan perkembangan bahasa prokem atau
gaul dikalangan remaja Kecamatan Kuok
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan dengan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah :
1. Mendeskripsikan dampak perkembangan bahasa prokem atau gaul
terhadap kemurnian bahasa Indonesia dan bahasa lokal, khususnya
bahasa lokal Kecamatan Kuok
2. Menjelaskan cara penyeimbangan bahasa prokem atau gaul dikalangan
remaja di Kecamatan Kuok agar kemurnian bahasa Indonesia ataupun
bahasa lokal tetap terjaga
D. BATASAN MASALAH
Adapun penelitian ini dalam lingkupan Kecamatan Kuok saja, dan survey
dilakukan diwilayah Kuok yaitu kepada sample 20 orang remaja Kuok.
E. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut.
1. Membentuk kepedulian semua kalangan tentang permasalah konteks
bahasa dewasa ini
2. Menyadarkan kaum muda untuk melestarikan serta menjaga kemurnian
bahasa ibu (mother tongue) dan bahasa murni Indonesia
3. Menyelaraskan antara tata bahasa Indonesia serta bahasa lokal
Kecamatan Kuok dengan perkembangan globalisasi dan bahasa prokem
atau gaul
BAB II
METODELOGI
A) METODE DAN OBJEK PENGAMATAN
Adapun karya tulis ini memakai metode pengamatan dari berbagai sumber , buku,
situs-situs dan survei
B) WAKTU DAN TEMPAT PENELITAN
Waktu pengamatan ini memerlukan sekitar 2 minggu , tempatnya dilakukan di
perpustakaan , warnet , lingkungan sekitar dan berbagai objek pengamatan lainnya
C) METODE PENGUMPULAN DATA
Adapun metode pengumpulan data adalah sebagai berikut :
Mengumpulkan sumber, seperti buku , survei serta tajuk referensi
lainnya
Mengambil intisari dari sumber – sumber tersebut
Melakukan observasi terhadap lingkungn sekitar,
Merumuskan hasil pengamatan tersebut terhadap penggunaan bahasa
gaul atau prokem si kalangan remaja Kecamatan Kuok serta dampak
terhadap kemurnian bahasa Indonesia serta bahasa lokal Kecamatan
Kuok
D) CARA ANALISIS
a. Bagaimana perkembangan bahasa prokem atau gaul menyebabkan asimilasi
kedalam bahasa Indonesia serta bahasa lokal di Kecamatan Kuok
b. Bagaimana cara penyelarasan dan penyeimbangan pemakaian bahasa prokem atau
gaul di kalangan remaja Kecamatan Kuok
BAB III
PEMBAHASAN
A. PERKEMBANGAN BAHASA PROKEM ATAU GAUL
Kompas (2006: 50) menyebutkan bahwa bahasa gaul sebenarnya sudah ada
sejak tahun 1970an. Awalnya istilah-istilah dalam bahasa gaul itu digunakan
untuk merahasiakan isi obrolan dalam komunitas tertentu. Tapi karena intensitas
pemakaian tinggi, maka istilah-istilah tersebut menjadi bahasa sehari-hari.
Hal ini sejalan dengan laman Wilimedia Ensiklopedi Indonesia (2006),
yang menyatakan bahwa bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa
Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir
ahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasa para bajingan atau
anak jalanan disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman. Lebih
lanjut dalam Pikiran Rakyat, tercatat bahwa bahasa gaul pada awalnya merupakan
bahasa yang banyak digunakan oleh kalangan sosial tertentu di Jakarta, kemudian
secara perlahan merambah kalangan remaja terutama di kota-kota besar.
Dalam sebuah milis (2006) disebutkan bahwa bahasa gaul memiliki sejarah
sebelum penggunaannya popular seperti sekarang ini. Sebagai bahan teori, berikut
adalah sejarah kata bahasa gaul tersebut:
1). Nih Yee...
Ucapan ini terkenal di tahun 1980-an, tepatnya November 1985.
pertama kali yang mengucap
kan kata tersebut adalah seorang pelawak bernama Diran. Selanjutnya
dijadikan bahan lelucon oleh
Euis Darliah dan popular hingga saat ini.
2) Memble dan Kece
Dalam milis tersebut dinyatakan bahwa kata memble dan kece
merupakan kata-kata ciptaan
khas Jaja Mihardja. Pada tahun 1986, muncul sebuah film berjudul
Memble tapi Kece yang
diperankan oleh Jaja Mihardja ditemani oleh Dorce Gamalama.
3) Booo....
Kata ini popular pada pertengahan awal 1990-an. Penutur pertama
kata Boo…
adalah grup GSP yang beranggotakan Hennyta Tarigan dan Rina
Gunawan. Kemudian kata-kata
dilanjutkan oleh Lenong Rumpi dan menjadi popular di lingkungan
pergaulan kalangan artis.
Salah seorang artis bernama Titi DJ kemudian disebut sebagai artis yang
benar-benar mempopulerkan
kata ini.
4) Nek...
Setelah kata Boo... popular, tak lama kemudian muncul kata-kata
Nek... yang dipopulerkan
anak-anak SMA di pertengahan 90-an. Kata Nek... pertama kali di
ucapkan oleh Budi Hartadi
seorang remaja di kawasan kebayoran yang tinggal bersama neneknya.
Oleh karena itu, lelaki yang latah tersebut sering mengucapkan kata Nek...
5) Jayus
Di akhir dekade 90-an dan di awal abad 21, ucapan jayus sangat
popular. Kata ini dapat
berarti sebagai ‘lawakan yang tidak lucu’, atau ‘tingkah laku yang
disengaca untuk menarik perhatian,
tetapi justru membosankan’. Kelompomk yang pertama kali mengucapkan
kata ini adalah kelompok
anak SMU yang bergaul di kitaran Kemang.
Asal mula kata ini dari Herman Setiabudhi. Dirinya dipanggil oleh
teman-temannya Jayus.
Hal ini karena ayahnya bernama Jayus Kelana, seorang pelukis di kawasan
Blok M. Herman atau
Jayus selalu melakukan hal-hal yang aneh-aneh dengan maksud mencari
perhatian, tetapi justru
menjadikan bosan teman-temannya. Salah satu temannya bernama Sonny
Hassan atau Oni Acan
sering memberi komentar jayus kepada Herman. Ucapan Oni Acan inilah
yang kemudian diikuti teman-
temannya di daerah Sajam, Kemang lalu kemudian merambat populer di
lingkungan anak-anak SMU
sekitar.
6. Jaim
Ucapan jaim ini di populerkan oleh Bapak Drs. Sutoko
Purwosasmito, seorang pejabat di sebuah departemen, yang selalu mengucapkan
kepada anak buahnya untuk menjaga tingkah laku atau menjaga image.
itu
7. Gitu Loh...(GL)
Kata GL pertama kali diucapin oleh Gina Natasha seorang remaja
Sejarah sebagian bahasa gaul tersebut merupakan lonjatan awal
penelitian, dimana bahasa gaul adalah bahasa baru yang sangat berkembang
cepat dan hingga kepelosok negeri.
B. DAMPAK MUNCULNYA BAHASA PROKEM ATAU GAUL
TERHADAP KEMURNIAN
BAHASA INDONESIA DAN BAHASA LOKAL
Hilangnya bahasa ibu juga berarti hilangnya masa depan kebudayaan dan
rasa menjadi bagian dari suatu masyarakat. (Romo Chr. Aria Prabantara)
Bahasa daerah adalah salah satu warisan budaya nonbenda (intangible
heritage) bangsa Indonesia yang mengandung peristiwa historis dan kultural di
balik makna-maknanya. Menurut Direktur Peninggalan Purbakala Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata. Junus Satrio Atmojo (9/1/2010), sudah sekitar 15
bahasa daerah yang sudah punah. Dan menurut Multamia RMT Lauder dari
Departemen Linguistik, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
(13/6/2010), ada sekitar 169 bahasa daerah yang kini terancam punah.
Indonesia sekarang terdiri dari 33 provinsi, mempunyai 17.504 buah. pulau
dan 7.870 di antaranya telah mempunyai nama, sedangkan 9.634 belum memiliki
nama. Terdapat 1.128 suku bangsa dan 750 bahasa daerah. Alangkah indahnya
keberagaman seni dan tradisi Indonesia. Ribuan sumber mata air tradisi telah
mengilhami nasionalisme keindonesiaan founding fathers negeri ini.
Ironis sekali memang jika bahsa asli Indonesia serta bahasa lokal lambat
laun harus terkikis dengan percampuran bahasa terlebih lagi bahasa prokem.
Bahasa prokem bukanlah bahasa Indonesia resmi meskipun bahasa ini
digunakan secara luas dalam percakapan verbal dalam kehidupan sehari-hari. Cara
pengucapan bahasa gaul dilafalkan secara sama seperti halnya bahasa Indonesia.
Kosakata-kosakata yang meminjam dari bahasa lain seperti bahasa Inggris
ataupun Belanda diterjemahkan pengucapannya, contohnya, 'Please' ditulis
sebagai Plis, dan 'Married' sebagai Merit.
Struktur dan tatabahasa dari bahasa prokem tidak terlalu jauh berbeda dari
bahasa formalnya (bahasa Indonesia), dalam banyak kasus kosakata yang
dimilikinya hanya merupakan singkatan dari bahasa formalnya. Perbedaan utama
antara bahasa formal dengan bahasa prokem ada dalam perbendaharaan kata.
Banyak orang asing yang belajar Bahasa Indonesia merasa bingung saat
mereka berbicara langsung dengan orang Indonesia asli, karena Bahasa yang
mereka pakai adalah formal, sedangkan kebanyakan orang Indonesia berbicara
dengan bahasa daerahnya masing-masing atau juga menggunakan bahasa prokem.
Contoh:
Bahasa Indonesia Bahasa prokem (informal)
Aku, saya Gue, gua (ditulis pula gw)
Kamu Lu, lo (ditulis pula lw)
Penatlah! Capek deh!
Benarkah? Emangnya bener?
Tidak Enggak
Tidak peduli Emang gue pikirin!
Seperti itulah bentuk global perkembangan bahasa prokem di
Indonesia. Dan menurut fakta di lapangan terkhusus di Kecamatan Kuok
membuat bahasa Lokal di Kuok semakin hari semakin tersudut. Lain hal nya lagi
dengan pemakaian bahasa asli Indonesia, para remaja hanya sedikit sekali yang
mengerti serta faham bagaimana penggunaan , tata bahasa serta EYD yang benar
dan tepat.
Sehingga maraknya pemakaian bahasa gaul membuat para remaja latah,
meniru-niru apa yang memang sama sekali mereka tidak ketahui. Para remaja di
Kecamatan Kuok semakin terseret kedalam arus globalisasi yang semakin pesat
berkecambah.
Tapi kekhawatiran tentang penggunaan bahasa gaul dikalangan
remaja di Kecamatan Kuok hanya sekitar 25%, karena banyak diantara remaja
memandang penggunaan bahasa gaul kurang baik. Bisa ditarik kesimpulan bahwa
mereka masih jauh dari tingkat kekhawatiran akan hilangnya jati diri bangsa.
Namun, apabila tidak diberikan pengertian lebih lanjut tentunya
masalah ini akan menjelma menjadi raksasa yang akan mengoyak-ngoyak jati diri
diri sendiri sebagai penopang bangsa, sebagai tiang kokoh untuk membangun
bangsa.
Dampak langsung yang terlihat di lapangan ketika bahasa gaul
berkontaminasi dengan bahasa Indonesia bahkan bahasa daerah , yaitu :
Timbulnya kebingungan orang-orang asing terhadap penggunaan bahasa
Indonesia serta bahasa lokal yang berbaur dengan bahasa gaul yang sangat
bervariasi
Hilangnya masa depan kebudayaan, hilangnya jati diri dan merasa tidak bangga
jika harus berbahasa Indonesia yang baku bahkan merasa malu jika dituntut untuk
berbahasa lokal
C. FAKTA LAPANGAN PENGGUNAAN BAHASA DIKALANGAN REMAJA
KECAMATAN KUOK
Dari hasil survey yang kami lakukan, baik itu melalui polling sms dengan
mengajukan beberapa pertanyaan :
No Pertanyaan Ya Sedikit Tidak
1
1
Masih perlukah bahasa Daerah
dilestarikan ?
75% 25% 0%
2
2
Apakah anda paham tentang
pengucapan kalimat dari bahasa
lokal Kecamatan Kuok ?
50% 25% 25%
3
3
Apakah anda paham pengucapan
bahasa prokem atau gaul ?
70% 25% 5%
Setelah disurvey tentang bahasa yang sering digunakan di lingkungan
sekolah sekitar 75% Responden menggunakan Bahasa prokem atau gaul yang
dicampur dengan bahasa lokal, ini terlihat dari pengucapan kata-kata dikalangan
remaja Kecamatan Kuok yang terlihat alay dan dibuat-buat.
Sedangkan mayoritas Remaja Kuok menggunakan bahasa lokal dalam
percakapan di rumah, namun penggunaan kosakata masih sangat sederhana dan
masih bersifat umum. Remaja di Kecamatan Kuok lebih mengerti bahasa prokem
atau gaul ketimbang bahasa lokal kecamatan Kuok.
Fakta hasil survey yang dilakukan mengenai kosakata bahasa prokem
atau gaul dan bahasa lokal Kecamatan Kuok
Bahasa Prokem / Gaul
No Kosaka Mengerti Tidak Mengerti
1 Cupu 100% 0%
2 Meneketehe 100% 0%
3 Capcay 50% 50%
Kosakata bahasa lokal Kecamatan Kuok
No Kosakata Mengerti Tidak
1 Lagan 25% 75%
2 Bodie-Bodie 50% 50%
3 Colok 45% 55%
Dari hasil survey diatas bisa ditarik Kesimpulan dangkalnya pengetahuan
bahasa lokal Kecamatan Kuok di kalangan para remajanya, meskipun dari dalam
diri mereka tidak sepenuhnya membenarkan keberadaan bahasa prokem atau
gaul .
Ini sangat jelas ketika kita membandingkan para remaja Kecamatan Kuok
lebih paham bahasa prokem atau gaul ketimbang bahasa lokal daerah sendiri.
Apabila fakta ini semakin memburuk maka lambat laun kenegerian Kuok yang
sangat kental sekali akan kebudayaan akan tenggelam terbawa arus zaman yang
semakin modern. Bukan hanya saja kebahasaan tapi juga kebudayaan-kebudayaan
lainnya sangat perlu juga untuk diperhatikan.
Sebagai contoh, bagi orang tua yang memiliki anak-anak baru gede
(ABG), seringkali menjadi bingung, karena banyak percakapan yang mereka
gunakan banyak yang tidak dimengerti. Jika ditanya mereka menjawab ini adalah
“Bahasa Gaul”.
Bagi remaja di Kecamatan Kuok bahasa prokem atau gaul ini memiliki
daya tarik tersendiri, memiliki suatu keunikan tatanan bahasa. Dibawah ini ada
beberapa kosakata bahasa prokem atau gaul yang memiliki keunikan tersendiri .
Garink : tidak lucu
japak : jablay pakuan…
pasutri : pasukan suami takut istri
cimut : ciuman maut
kemek : makan
hasem : pingin ngerokok
skull : sekolah
kull : kuliah
ngondoy : urun
Meneketehe : Mana Aku tau
Kemsi : Kemek siang (makan
siang)
Parno : Paranoid
Sherina : Serius na
Marsyanda : Masa oloh serius na
Tp : tebar pesona
Bapuk : jelek/buluk
Caur : ancur
Gazebo : Gak zelas bo
Nembak : menyatakan cinta
Jadian : pacaran
Tase : bermesraan
Tababmerematahua : (udah yang palng
jelek!)
AA Gym GTL : agak agak gimana gitu
loh!
Siting sob (giting, alias sinting sob!)
Bokis : bohong
Jorki : Joker (jorok)
Pewe : Posisi (Wu)enak
Songong : belagu
Pecun : perek culun
Gaptek : gagap teknologi
Neting : Negatif Thinking
Doror : Double eror
Tajir : Orkay (orang kaya)
jadul : jaman dulu
Ciamik : bagus
Cingcay lah : lumayan lah
Jarpul : jarang pulang
SMP : sehabis makan pulang
Capcus : cabut (pulang/pergi)
Macacci : masa sih
Makaci : terimakasih
SMS : suka sama suka
Sodokur : sodara
Titi kamal : hati2 kalau malam
Balon : bakal calon
bekibolang : belok kiri boleh
brondong : lebih muda
brownis : brondong manies
cemat : cewe matre
cemen : gak ada nyali
CDMA : cape deh males ah
Ember : iya (benar/setuju)
gahom : gagah homo
Namun beberapa kalangan tidak terlalu prihatin terhadap keadaan ini,
mereka berpendapat bahasa gaul akan mengalami masa “pasang-surut”, tiap
generasi memiliki selera dan dinamikanya sendiri, tidak perlu dipersoalkan secara
serius sebagai sebuah ancaman rusaknya tatanan bahasa, karena hanya bersifat
sementara, datang dan pergi dan selalu akan begitu. Bahasa gaul hanya digunakan
sebagai bahasa komunitas kaum muda usia yang mencoba membangun solidaritas
dan bertahan ditengah-tengah jaman yang semakin cepat berlari.
Begitulah segelumit fakta di Kecamatan Kuok yang remajanya sangat
terpengaruh lingkungan sekitar, jati diri seakan-akan hilang disebabkan oleh arus
zaman yang semakin bergulir. Asimilasi kebudayaan yang juga berpengaruh
kepada tatanan bahasa membuat berbagai kalangan menjadi sangat bingung tapi
ada juga yang menilai ini merupakan suatu hal yang lumrah terjadi.
Dan kesemuanya ini tergantung pada individu remaja sendiri, apakah
mereka masih peduli terhadap jati diri mereka ?, ataukah mereka harus terbawa ke
arus globalisasi ?. pemakaian bahasa prokem atau gaul tidak sepenuhnya memicu
dampak negative, akan tetapi jika bahasa prokem atau gaul ini menggeser jati diri,
kebahasaan Lokal khususnya bahasa lokal Kecamatan Kuok dan juga menggeser
keaslian bahasa Indonesia, ini merupakan hal yang sangat menyedihkan.
D. PENANGGULANGAN KRISIS BAHASA DAERAH SERTA BAHASA
INDONESIA MURNI DALAM PERKEMBANGAN BAHASA PROKEM
ATAU GAUL DIKALANGAN REMAJAKECAMATAN KUOK
Dewasa ini pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dunia film mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak
remaja yang dikenal dengan bahasa gaul. Interferensi bahasa gaul kadang muncul
dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi resmi yang mengakibatkan
penggunaan bahasa tidak baik dan tidak benar.
Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang
digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua
pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa
nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
Dewasa ini, bahasa prokem mengalami pergeseran fungsi dari bahasa
rahasia menjadi bahasa gaul. Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan
dialek bahasa Indonesia non-formal yang terutama digunakan di suatu daerah atau
komunitas tertentu.
Tidak hanya bahasa Indonesia yang mengalami pergeseran nilai akan
tetapi bahasa Lokal juga sangat mengalami keterpurukan. Faktanya di kalangan
remaja Kecamatan Kuok bahasa prokem atau gaul ini berada ditingkat atas
kepopuleran.
Tentu saja tidak terlalu muluk apabila ini disebut sebagai ambang
keterpurukan jati diri bangsa. Bangsa Indonesia yang latah akan menjadi sangat
memalukan apabila harus terus mengadopsi budaya-budaya yang memang trendy
di era sekarang ini. Karena bahasa prokem atau gaul ini tidak hanya menjadi
bagian bahasa Indonesia saja, tapi istilah-istilah barat juga termasuk didalamnya.
Langkah yang harus ditempuh sekarang bukanlah langkah prefentiv atau
yang dikenal dengan pencegahan, melainkan langkah kuratif yaitu bagaimana cara
menanggulangi. Disini ditekankan bagaimana masuknya bahasa prokem atau gaul
ini tidak menghapus jati diri, khususnya jati diri remaja di Kecamatan Kuok.
Remaja yang sedang mencari jati diri jangan sampai menjadikan bahasa prokem
atau gaul ini sebagai bahasa satu-satunya.
Maka dari itu beberapa pihak perlu memperhatikan:
1. Pihak pemerintah : Karena merupakan salah-satu kewajiban yaitu tetap menjaga,
melestarikan budaya sendiri, terlebih lagi bahasa Indonesia asli. Pihak pemerintah,
seperti anggota DPR, dan sederajat haruslah menjadi contoh bagaimana mereka
bersikap. Masih ditemui anggota-anggota DPR , aktivis-aktivis partai yang
berbahasa asal nyerocos saja, tidak memperhatikan apa yang di omongkan apalagi
jenis bahasa yang mereka pakai, pemakaian bahasa prokem atau gaul dikalangan
taraf ini sangat menyelewengkan pekerjaan mereka. Merekalah yang harus
menjadi panutan rakyat bagaimana bersikap serta bertutur kata yang baik dan
benar.
2. Kaum sastrawan : harus adanya keprihatinan yang mendalam dari kaum ini.
pengembalian jati diri tentunya bisa dilakukan dengan cara memberikan
pemahaman-pemahaman , khususnya kepada remaja di Kecamatan Kuok
bagaimana bahasa asli Kuok itu seperti apa ?, agar mereka bisa mencintai
daerahnya. Pepatah tak kenal maka tak cinta, tak cinta maka tak sayang. Jadi
haruslah ada pengenalan tingkat lanjut seperti halnya mereka mengenal bahasa
prokem atau bahasa gaul.
3. Kaum awam : berbahasalah sesuai pada tempatnya, ketika harus berbahasa
Indonesia berbahasa Indonesia, ketika ada tempat yang menggunakan bahasa
lokal berbahasa lokallah, dan ada pula saatnya harus berbahasa gaul berbahasa
gaullah, jangan mencampur-campurkan karena hanya akan membuat bingung ibu
pertiwi. Suatu bahasa mempunyai wadah.
Sedangakah apabila kita melihat fakta di dunia remaja, akan sangat
mustahil menghapus system bahasa prokem atau gaul ini karena sesungguhnya
mereka juga tidak boleh dihapus.
Jadi harus adanya niatan didalam diri setiap remaja, khususnya lagi remaja
di Kecamatan Kuok. Niatkan rasa Nasionalisme didalam diri, karena siapa lagi
yang akan menjaga, melestarikan serta mengenalkan jati diri bangsa, asset-aset
yang sangat berharga dari warisan budaya sendiri kepada generasi-generasi
selanjutnya kalau tidak para remaja itu sendiri.
Jangan memncampur adukkan, serta berbahasalah sesuai keadaan saat itu.
Jangan sampai bahasa prokem atau gaul menjadi secarik tinta hitam nantinya.
Perlu pengetahuan remaja tentang bahasa-bahasa daerah sendiri, timbulkanlah
keingintahuan terhadap budaya sendiri.
Kepedulian pemerintah serta masyarakat terhadap kelestarian budaya
seberapa kecil tindakan tersebut pastinya akan berdampak baik bagi pencitraan
suatu negeri. Sehingga jati diri yang sesungguhnya tidak pudar dalam kehidupan.
BAB VI
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut hasil pengamatan kami, Bahasa prokem atau gaul secara global telah
tersebar di kota-kota besar hingga ke sudut desa sekalipun. Perkembangannya di
sertai arus globalisasi, penataan bahasa prokem simple, merupakan bagian bahasa
Indonesia tapi juga mengadopsi beberapa bahasa asing.
Bahasa prokem atau gaul ini bisa menyebabkan lunturnya jati diri suatu
negeri, menyebabkan tercampur aduknya penataan bahasa sehingga membuat
bingung. Namun bahasa ini akan berubah-ubah dengan terus berkembangnya
zaman.
Penggunaan bahasa prokem atau gaul ini mustahil sekali dienyahkan karena
sangat melekat dalam pergaulan. Butuh beberapa tindakan dari pemerintah,
sastrawan bahkan dari kalangan kaum awam supaya pengunaan bahasa prokem
atau gaul ini tidak menyebabkan para remaja kehilangan jati diri dan latah
terhadap budaya globalisasi.
Khususnya remaja kecamatan Kuok butuh niatan yang baik untuk
melestarikan budaya , karena budaya merupakan aset yang tidak bisa dibeli.
Lunturnya bahasa Indonesia serta bahasa ibu akan membawa bencana besar bagi
masa depan bangsa.
B. SARAN
Penulis berharap supaya pembaca bisa memahami serta ikut andil dalam
pelestarian bahasa Indonesia serta bahasa lokal Kecamatan Kuok. Gunakan
bahasa sesuai dengan kaidahnya. Jangan jadikan bahasa prokem atau gaul sebagai
penunjang identitas diri, tetaplah selalu menjaga citraan lokal