Karya Ilmiah Heru Manafe

48
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan zaman menyebabkan situasi masyarakat selalu berubah. Perubahan tersebut menuntut perkembangan di segala bidang, terutama dalam dunia pendidikan. Dengan pendidikan manusia tidak hanya memikirkan masa lalu dan sekarang, tetapi juga apa yang akan dihadapi di masa yang akan datang. Oleh karena itu, sumber daya manusia yang berkualitas dan berdedikasi tinggi diperlukan dalam peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan dapat diperoleh melalui dua jalur, yaitu pendidikan formal dan non formal. Sekolah merupakan jalur pendidikan formal. Pembelajaran di sekolah dilaksanakan secara sistematis dan menggunakan kurikulum sebagai acuan. Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dengan perangkat pembelajaran yang mencakup tujuan, materi, metode, media, ataupun model pembelajaran dan evaluasi hasil belajar yang mengacu pada kurikulum. Pada kenyataannya kurikulum sering berganti dalam jangka waktu yang relatif cepat. Sehingga sekolah susah menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Hal 1

Transcript of Karya Ilmiah Heru Manafe

Page 1: Karya Ilmiah Heru Manafe

BAB I

PENDAHULUAN

11 Latar Belakang

Perubahan zaman menyebabkan situasi masyarakat selalu berubah

Perubahan tersebut menuntut perkembangan di segala bidang terutama

dalam dunia pendidikan Dengan pendidikan manusia tidak hanya

memikirkan masa lalu dan sekarang tetapi juga apa yang akan dihadapi di

masa yang akan datang Oleh karena itu sumber daya manusia yang

berkualitas dan berdedikasi tinggi diperlukan dalam peningkatan mutu

pendidikan

Pendidikan dapat diperoleh melalui dua jalur yaitu pendidikan formal

dan non formal Sekolah merupakan jalur pendidikan formal Pembelajaran

di sekolah dilaksanakan secara sistematis dan menggunakan kurikulum

sebagai acuan Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan dengan perangkat

pembelajaran yang mencakup tujuan materi metode media ataupun model

pembelajaran dan evaluasi hasil belajar yang mengacu pada kurikulum Pada

kenyataannya kurikulum sering berganti dalam jangka waktu yang relatif

cepat Sehingga sekolah susah menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut

Hal ini berpengaruh pada proses pembelajaran di sekolah

Salah satu permasalahan pokok yang dihadapi dalam pembelajaran

pada sekolah formal saat ini adalah rendahnya daya serap peserta didik

terhadap apa yang dipelajari Hal ini terlihat dari rata-rata hasil belajar siswa

yang selalu memprihatinkan Pernyataan tersebut berdasarkan data nilai

ulangan harian mata pelajaran kimia dan fisika kelas X dan nilai UAS (Ujian

Akhir Sekolah) untuk kelas IPA di SMA Kristen 1 Kupang Untuk mata

pelajaran kimia rata-rata 40-50 siswa setiap kelasnya tidak tuntas dengan

rerata hasil belajar kurang dari tujuh Hal ini disebabkan beberapa hal antara

lain daya serap siswa yang rendah pendekatan pembelajaran yang kurang

menarik sehingga kurang memotivasi siswa untuk mengikuti proses

pembelajaran Selain itu dari data nilai UAS (2006-2008) untuk kelas IPA

1

rata-rata nilai UAS untuk mata pelajaran kimia terlihat menurun Kondisi

tersebut merupakan hasil pembelajaran yang kurang menyentuh siswa

Dengan kata lain proses pembelajaran hingga saat ini masih didominasi oleh

guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara

mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya

Beberapa siswa merasa jenuh dengan pelajaran kimia dengan alasan

terlalu rumit penuh hafalan dan rumus-rumus yang melihatnya saja sudah

merasa pusing apalagi untuk mengerti dan memahaminya Kondisi tersebut

menyebabkan beberapa siswa tersebut tidak tuntas dalam pembelajaran kimia

salah satunya pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan variasi mengajar yang menarik Beberapa penelitian dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif telah dilakukan salah satunya

adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Studens Teams-

Achievment Division) atau PPT (Peningkatan Prestasi Tim) Penelitian-

penelitian tersebut antara lain

1 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2

Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model

Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) (Lismiyati

2006)

2 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-

Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA

Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 (Rina Apitasari 2005)

3 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan

kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan

Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang (Renita Tri Parwati

2006)

4 Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Studens Teams-

Achievment Division) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa

Kelas XI SMA Negeri 15 Semarang pada Materi Pokok Kesetimbangan

Dalam Larutan (Yuli Susilowati 2006)

2

Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan masih terdapat

beberapa kelemahan antara lain

1 Manajemen waktu yang kurang baik sehingga siswa tidak memanfaatkan

waktu dengan baik untuk diskusi dan pemahaman materi

2 Belum ada variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

menarik perhatian siswa

Dari uraian diatas perlu adanya kombinasi antara model pembelajaran

kooperatif dengan media permainan yang menarik dapat memotivasi dan

meningkatkan hasil belajar siswa Salah satunya adalah dengan menggunakan

media permainan ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT (Peningkatan Prestasi Tim) Penggunaan

model pembelajaran ini cenderung mengajarkan siswa untuk bekerja sama

sebagai tim untuk mencapai tujuan yang sama yaitu tujuan belajar Dalam

pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang beranggotakan

4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi jenis

kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran kemudian siswa

bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh anggota

kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan Permainan ular

tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan belajar

Berdasarkan masalah dalam pembelajaran kimia yang diuraikan diatas

dan menariknya model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini maka akan

dilaksanakan penelitian dengan judul rdquo Pemanfaatan Media Ular Tangga

yang Dikombinasikan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe PPT

(Peningkatan Prestasi Tim) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Kelas X SMA Kristen 1 Kupangrdquo

3

12 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah permasalahan yang akan dikaji

dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu

1 Apakah hasil belajar kognitif siswa yang diajar pokok bahasan reaksi

oksidasi-reduksi menggunakan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT terjadi peningkatan yang

signifikan

2 Apakah dengan pemanfaatan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT siswa dapat mencapai

ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

13 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut

1 Mengetahui apakah hasil belajar kognitif siswa yang diajar pokok

bahasan reaksi oksidasi-reduksi menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT terjadi

peningkatan yang signifikan

2 Mengetahui apakah dengan pemanfaatan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT siswa

dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi oksidasi-

reduksi

14 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Dengan pembelajaran yang menyenangkan diharapkan anak dapat lebih

termotivasi untuk belajar

2 Dengan pemanfaatan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT (Peningkatan Prestasi Tim)

diharapkan kimia bukan lagi pelajaran yang sulit dan menjenuhkan bagi

siswa

3 Dapat memberikan masukan kepada siswa bagaimana cara belajar yang

efektif untuk menigkatkan hasil belajar

4

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode

kepustakaan atau tinjauan literatur

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia

dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan (Chatarina

2004 2) Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan kebiasan

sikap keyakinan tujuan kepribadian dan bahkan persepsi manusia oleh

karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar seseorang

mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting

dalam proses psikologis

Menurut Catharina (2004 12) banyak ahli di bidang pendidikan yang

mencoba memberikan definisi ataupun pengertian belajar ditinjau dari

berbagai aspek sehingga muncul berbagai pengertian belajarnya diantaranya

1 Gagne dan Berliner dalam Catharina (2004 12) menyatakan bahwa

belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya

karena hasil dari pengalaman

2 W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa belajar

pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas

3 Slavin dalam Catharina (2004 12) menyatakan belajar merupakan

perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman

Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai belajar dapat

disimpulakan bahwa belajar dalam arti umum adalah segala aktivitas individu

yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku pada diri individu tersebut

Aktivitas ini dapat berupa latihan maupun pengalaman dalam situasi tertentu

dimana tingkah laku yang mengalami perubahan itu menyangkut banyak

aspek

6

22 Permainan Sebagai Media Belajar

Permainan merupakan kontes antar pemain yang berinteraksi satu

sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan

tertentu Komponen utama yang terdapat dalam sebuah permainan yaitu

pemain lingkungan tempat berinteraksi aturan permainan dan tujuan yang

ingin dicapai

Permainan dapat digunakan sebagai media belajar siswa Tujuan

digunakannya permainan sebagai media yaitu untuk membantu siswa dalam

belajar secara mandiri dan menciptakan suasana yang rekretatif bagi siswa

sehingga belajar terasa lebih menarik Kelebihan permainan sebagai media

belajar antara lain

1 permainan merupakan kegiatan yang bersifat menyenangkan dan

menghibur sehingga siswa tertarik untuk belajar sambil bermain

2 siswa berpartisipasi untuk belajar

3 siswa mendapatkan umpan balik

4 permainan dapat menyesuaikan kondisi siswa

5 permainan dapat dilakukan di luar kelas

6 permainan pada umumnya mudah dilakukan

Selain itu permainan sebagai media belajar juga mempunyai

kelemahan yaitu

1 permainan yang bersifat rumit memerlukan banyak waktu untuk

dijelaskan

2 satu permainan tidak dapat diadopsi untuk semua materi

3 kurangnya pemahaman aturan permainan oleh siswa dapat menimbulkan

kericuhan

4 siswa yang tidak menguasai materi dengan baik akan mengalami

kesulitan dalam bermain

Dalam menggunakan permainan sebagai media belajar guru harus

memperhatikan beberapa hal yaitu

1 permainan harus benar-benar mengikat perhatian siswa

2 permainan harus benar-benar menarik dan mudah dilakukan

7

3 siswa harus dapat terlibat secara penuh dalam permainan

Permainan yang baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran adalah

permainan yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut

1 alat atau perlengkapan permainan itu mudah ditemukan atau dibuat

mudah disimpan dan tahan lama

2 permainan mempunyai aturan yang jelas dan sederhana

3 permainan dapat dimainkan dalam waktu yang relatif singkat

4 permainan harus berkaitan atau dapat mencapai tujuan pembelajaran

23 Ular Tangga

Menurut situs httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga ular tangga

merupakan permainan anak-anak berbentuk papan yang dimainkan oleh dua

orang atau lebih Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil sejumlah

tangga atau ular digambar di beberapa kotak yang menghubungkannya

dengan kotak lain Permainan ini diciptakan pada tahun 1870

Gambar 21 Contoh papan permainan ular tangga

8

Tidak ada bentuk standar dari papan permainan ular tangga Setiap

orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak ular

dan tangga yang berlainan

Setiap pemain memulai permainan dengan meletakkan bidaknya di

kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) kemudian secara

bergiliran pemain melemparkan dadu Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah

mata dadu yang muncul Jika bidak pemain berhenti di ujung bawah sebuah

tangga bidak tersebut dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain Bila

bidak pemain berhenti di kotak dengan gambar ekor ular mereka harus turun

ke kotak di ujung bawah ular Pemenang adalah pemain pertama yang

bidaknya mencapai kotak terakhir

Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu yang

dilempar mereka mendapat giliran sekali lagi untuk melempar dadu Jika

tidak maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya

Papan permainan ular tangga dapat dimodifikasi menjadi media

pembelajaran Modifikasi dapat dilakukan dengan cara mengganti peraturan

permainan Pada penelitian sebelumya mengunakan permainan ular tangga

dengan papan permainan tetap terdapat ular ataupun tangga seperti pada

umumnya Namun berbeda pada prosedur kenaikan pada tangga dan

penurunan pada ular Pada ular tangga penelitian tersebut untuk dapat

menaiki tangga maka peserta yang berhenti pada ujung bawah tangga harus

dapat menjawab pertanyaan yang terdapat di balik kartu bertanda T

sedangkan bila peserta berhenti pada ekor ular agar ia dapat bertahan atau

tidak turun ke kepala ular maka ia harus dapat menjawab pertanyaan yang

terdapat di balik kartu bertanda U (Dianto 2008)

Selain bentuk U dan T modifikasi juga dapat dilakukan dengan

mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-nomor bonus yaitu nomor-

nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular tangga Apabila bidak

berhenti pada nomo-nomor tersebut pemain harus menjawab pertanyaan

yang disediakan oleh wasit Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak

bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain

sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham

9

24 Model Pembelajaran Kooperatif

Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut

241 Permainan Tim (PT)

Penerapan model PT dilakukan dengan cara mengelompokkan

siswa secara heterogen Tiap kelompok mendapatkan tugas yang sama

atau berbeda Setelah tugas diperoleh setiap kelompok bekerja sama

dalam bentuk kerja individual dan diskusi Usahakan dinamikia

kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar

kelompok Suasana diskuisi dibuat nyaman dan menyenangkan sepeti

dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap

terbuka ramah lembut dan santun Setelah selesai kerja kelompok

sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok siswa heterogen yang terdiri dari 4 orang

kemudian memberikan informasi pokok materi dan mekanisme

kegiatan

2 Menyiapkan meja turnamen secukupnya misalnya 10 meja Untuk

tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara meja I

diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan

seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya

paling rendah Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu

adalah hasil kesepakatan kelompok

3 Turnamen dilaksanakan dengan cara setiap siswa mengambil kartu

soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya

untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit) Siswa bisa

mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai

sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan

sekaligus skor kelompok asal Siswa pada tiap meja tunamen

diberikan gelar superior very good good medium sesuai dengan

skor yang diperolehnya

10

4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk

turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk

pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa

superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula

untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar

yang sama

5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual

serta memberikan penghargaan kelompok dan individual

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya

2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain

3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial

Sedangkan kelemahannya yaitu

1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok

2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk

diatur

3 Memakan banyak waktu

242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang

jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen

Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan

pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan

penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini

berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif

kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu

dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok

Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan

dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain

11

1 Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana

Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

beserta lembar jawabannya

2 Membentuk kelompok kooperatif

Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa

dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis

kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar

kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas

ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan

kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik

3 Menentukan skor awal

Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai

skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu

hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah

pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal

4 Pengaturan tempat duduk

Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka

pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan

supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-

pindah

5 Kerja kelompok

Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan

latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-

masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal

Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam

pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang

cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe

pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya

pemberian penghargaan pada kelompok

12

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Seluruh siswa menjadi lebih siap

2 Melatih kerjasama dengan baik

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah

1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam

penyesuaian

2 Membedakan siswa

243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)

Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =

com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan

bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model

pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar

adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun

pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran

dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan

siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi

Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar

berupa modul

2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh

siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar

jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam

kelompok

3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif

4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok

Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk

mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit

diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah

melaksanakan pembelajaran kooperatif

13

244 Jigsaw (Tim Ahli)

Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut

1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen

yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang

2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks

yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan

3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang

ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya

4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan

yang sama berdiskusi dalam tim ahli

5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-

temannya setelah selesai berdiskusi

6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para

siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)

Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir

sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model

pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan

dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-

masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu

245 Berpikir Berpasangan

Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan

tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai

lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut

1 Berpikir

Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa

Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri

menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang

diajukan

2 Berpasangan

Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban

yang diperoleh melalui metode berpikir

14

3 Berbagi

Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa

yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara

presentasi (Trianto 2007 62)

Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis

siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya

tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa

disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu

246 Investigasi Kelompok

Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah

1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan

orientasi tugas

2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok

menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya

mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di

dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah

banyak guru dan staf sekolah)

3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis

individual

4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan

berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609

pembelajaranhtml

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif

paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan

untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit

dan mempunyai jam pelajaran lebih

247 Kepala Bernomor

Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah

sebagai berikut

1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor

tertentu

15

2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok

sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa

tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)

3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa

yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi

kelas

4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta

mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Setiap siswa menjadi siap semua

2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

Sedangkan kelemahannya yaitu

4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru

5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling

mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam

pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT

Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat

prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran

kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh

anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan

Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan

belajar

Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan

nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada

papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut

pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban

pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan

16

bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan

semua pemain paham

25 Hasil Belajar

Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan

rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang

diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat

pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh

kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat

penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon

terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan

baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh

pelakunya

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu

tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar

memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang

diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan

menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi

17

26 Reaksi Oksidasi - Reduksi

Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti

pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi

hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks

yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan

reaksi autoredoks

261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi

Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam

berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya

arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon

meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada

logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada

tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian

contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi

262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan

Oksigen

Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan

dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada

mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari

penggabungan dan pelepasan oksigen

Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat

dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat

disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi

1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)

2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)

3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)

4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)

5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)

Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe

Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3

18

setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami

reaksi oksidasi

Contoh reaksi reduksi

1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)

2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)

3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)

Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2

demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen

menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering

digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah

2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)

Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami

oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3

mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi

terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks

263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron

Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas

oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan

oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi

pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan

elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron

Contohnya pada pembentukan ion Na+

Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash

Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi

Contohnya pada pembentukan ion S2-

S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)

Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan

reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu

Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash

Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)

19

Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan

menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor

Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi

dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi

264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan

Penurunan) Bilangan Oksidasi

Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan

kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar

tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)

adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung

dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain

1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas

unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3

P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K

Mg C dan lain-lain)

Contoh

a H dalam H2

b O dalam O2 dan O3

c F dalam F2

d Na dalam Na

2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa

hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa

yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh

NaH KH CaH2)

Contoh H dalam H2O NH3 HCl

3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali

a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2

mempunyai bilok (ndash1)

b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)

20

c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12

)

Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO

4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif

Contoh

a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)

b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok

(+2)

c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+

5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif

Contoh

a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)

b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)

6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah

muatannya

Contoh

Bilok S dalam SO42-

Bilok O = ndash2

Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)

ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))

ndash2 = bilok S + (ndash8)

Bilok S = +6

7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)

Contoh H2S

Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))

0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))

0 = (+2) + bilok S

Bilok S = (ndash2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi

reduksi adalah reaksi penurunan bilok

21

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 2: Karya Ilmiah Heru Manafe

rata-rata nilai UAS untuk mata pelajaran kimia terlihat menurun Kondisi

tersebut merupakan hasil pembelajaran yang kurang menyentuh siswa

Dengan kata lain proses pembelajaran hingga saat ini masih didominasi oleh

guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara

mandiri melalui penemuan dan proses berpikirnya

Beberapa siswa merasa jenuh dengan pelajaran kimia dengan alasan

terlalu rumit penuh hafalan dan rumus-rumus yang melihatnya saja sudah

merasa pusing apalagi untuk mengerti dan memahaminya Kondisi tersebut

menyebabkan beberapa siswa tersebut tidak tuntas dalam pembelajaran kimia

salah satunya pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan variasi mengajar yang menarik Beberapa penelitian dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif telah dilakukan salah satunya

adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Studens Teams-

Achievment Division) atau PPT (Peningkatan Prestasi Tim) Penelitian-

penelitian tersebut antara lain

1 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2

Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model

Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) (Lismiyati

2006)

2 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-

Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA

Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 (Rina Apitasari 2005)

3 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan

kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan

Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang (Renita Tri Parwati

2006)

4 Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif STAD (Studens Teams-

Achievment Division) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa

Kelas XI SMA Negeri 15 Semarang pada Materi Pokok Kesetimbangan

Dalam Larutan (Yuli Susilowati 2006)

2

Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan masih terdapat

beberapa kelemahan antara lain

1 Manajemen waktu yang kurang baik sehingga siswa tidak memanfaatkan

waktu dengan baik untuk diskusi dan pemahaman materi

2 Belum ada variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

menarik perhatian siswa

Dari uraian diatas perlu adanya kombinasi antara model pembelajaran

kooperatif dengan media permainan yang menarik dapat memotivasi dan

meningkatkan hasil belajar siswa Salah satunya adalah dengan menggunakan

media permainan ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT (Peningkatan Prestasi Tim) Penggunaan

model pembelajaran ini cenderung mengajarkan siswa untuk bekerja sama

sebagai tim untuk mencapai tujuan yang sama yaitu tujuan belajar Dalam

pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang beranggotakan

4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi jenis

kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran kemudian siswa

bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh anggota

kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan Permainan ular

tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan belajar

Berdasarkan masalah dalam pembelajaran kimia yang diuraikan diatas

dan menariknya model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini maka akan

dilaksanakan penelitian dengan judul rdquo Pemanfaatan Media Ular Tangga

yang Dikombinasikan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe PPT

(Peningkatan Prestasi Tim) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Kelas X SMA Kristen 1 Kupangrdquo

3

12 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah permasalahan yang akan dikaji

dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu

1 Apakah hasil belajar kognitif siswa yang diajar pokok bahasan reaksi

oksidasi-reduksi menggunakan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT terjadi peningkatan yang

signifikan

2 Apakah dengan pemanfaatan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT siswa dapat mencapai

ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

13 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut

1 Mengetahui apakah hasil belajar kognitif siswa yang diajar pokok

bahasan reaksi oksidasi-reduksi menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT terjadi

peningkatan yang signifikan

2 Mengetahui apakah dengan pemanfaatan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT siswa

dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi oksidasi-

reduksi

14 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Dengan pembelajaran yang menyenangkan diharapkan anak dapat lebih

termotivasi untuk belajar

2 Dengan pemanfaatan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT (Peningkatan Prestasi Tim)

diharapkan kimia bukan lagi pelajaran yang sulit dan menjenuhkan bagi

siswa

3 Dapat memberikan masukan kepada siswa bagaimana cara belajar yang

efektif untuk menigkatkan hasil belajar

4

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode

kepustakaan atau tinjauan literatur

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia

dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan (Chatarina

2004 2) Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan kebiasan

sikap keyakinan tujuan kepribadian dan bahkan persepsi manusia oleh

karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar seseorang

mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting

dalam proses psikologis

Menurut Catharina (2004 12) banyak ahli di bidang pendidikan yang

mencoba memberikan definisi ataupun pengertian belajar ditinjau dari

berbagai aspek sehingga muncul berbagai pengertian belajarnya diantaranya

1 Gagne dan Berliner dalam Catharina (2004 12) menyatakan bahwa

belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya

karena hasil dari pengalaman

2 W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa belajar

pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas

3 Slavin dalam Catharina (2004 12) menyatakan belajar merupakan

perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman

Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai belajar dapat

disimpulakan bahwa belajar dalam arti umum adalah segala aktivitas individu

yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku pada diri individu tersebut

Aktivitas ini dapat berupa latihan maupun pengalaman dalam situasi tertentu

dimana tingkah laku yang mengalami perubahan itu menyangkut banyak

aspek

6

22 Permainan Sebagai Media Belajar

Permainan merupakan kontes antar pemain yang berinteraksi satu

sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan

tertentu Komponen utama yang terdapat dalam sebuah permainan yaitu

pemain lingkungan tempat berinteraksi aturan permainan dan tujuan yang

ingin dicapai

Permainan dapat digunakan sebagai media belajar siswa Tujuan

digunakannya permainan sebagai media yaitu untuk membantu siswa dalam

belajar secara mandiri dan menciptakan suasana yang rekretatif bagi siswa

sehingga belajar terasa lebih menarik Kelebihan permainan sebagai media

belajar antara lain

1 permainan merupakan kegiatan yang bersifat menyenangkan dan

menghibur sehingga siswa tertarik untuk belajar sambil bermain

2 siswa berpartisipasi untuk belajar

3 siswa mendapatkan umpan balik

4 permainan dapat menyesuaikan kondisi siswa

5 permainan dapat dilakukan di luar kelas

6 permainan pada umumnya mudah dilakukan

Selain itu permainan sebagai media belajar juga mempunyai

kelemahan yaitu

1 permainan yang bersifat rumit memerlukan banyak waktu untuk

dijelaskan

2 satu permainan tidak dapat diadopsi untuk semua materi

3 kurangnya pemahaman aturan permainan oleh siswa dapat menimbulkan

kericuhan

4 siswa yang tidak menguasai materi dengan baik akan mengalami

kesulitan dalam bermain

Dalam menggunakan permainan sebagai media belajar guru harus

memperhatikan beberapa hal yaitu

1 permainan harus benar-benar mengikat perhatian siswa

2 permainan harus benar-benar menarik dan mudah dilakukan

7

3 siswa harus dapat terlibat secara penuh dalam permainan

Permainan yang baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran adalah

permainan yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut

1 alat atau perlengkapan permainan itu mudah ditemukan atau dibuat

mudah disimpan dan tahan lama

2 permainan mempunyai aturan yang jelas dan sederhana

3 permainan dapat dimainkan dalam waktu yang relatif singkat

4 permainan harus berkaitan atau dapat mencapai tujuan pembelajaran

23 Ular Tangga

Menurut situs httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga ular tangga

merupakan permainan anak-anak berbentuk papan yang dimainkan oleh dua

orang atau lebih Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil sejumlah

tangga atau ular digambar di beberapa kotak yang menghubungkannya

dengan kotak lain Permainan ini diciptakan pada tahun 1870

Gambar 21 Contoh papan permainan ular tangga

8

Tidak ada bentuk standar dari papan permainan ular tangga Setiap

orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak ular

dan tangga yang berlainan

Setiap pemain memulai permainan dengan meletakkan bidaknya di

kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) kemudian secara

bergiliran pemain melemparkan dadu Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah

mata dadu yang muncul Jika bidak pemain berhenti di ujung bawah sebuah

tangga bidak tersebut dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain Bila

bidak pemain berhenti di kotak dengan gambar ekor ular mereka harus turun

ke kotak di ujung bawah ular Pemenang adalah pemain pertama yang

bidaknya mencapai kotak terakhir

Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu yang

dilempar mereka mendapat giliran sekali lagi untuk melempar dadu Jika

tidak maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya

Papan permainan ular tangga dapat dimodifikasi menjadi media

pembelajaran Modifikasi dapat dilakukan dengan cara mengganti peraturan

permainan Pada penelitian sebelumya mengunakan permainan ular tangga

dengan papan permainan tetap terdapat ular ataupun tangga seperti pada

umumnya Namun berbeda pada prosedur kenaikan pada tangga dan

penurunan pada ular Pada ular tangga penelitian tersebut untuk dapat

menaiki tangga maka peserta yang berhenti pada ujung bawah tangga harus

dapat menjawab pertanyaan yang terdapat di balik kartu bertanda T

sedangkan bila peserta berhenti pada ekor ular agar ia dapat bertahan atau

tidak turun ke kepala ular maka ia harus dapat menjawab pertanyaan yang

terdapat di balik kartu bertanda U (Dianto 2008)

Selain bentuk U dan T modifikasi juga dapat dilakukan dengan

mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-nomor bonus yaitu nomor-

nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular tangga Apabila bidak

berhenti pada nomo-nomor tersebut pemain harus menjawab pertanyaan

yang disediakan oleh wasit Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak

bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain

sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham

9

24 Model Pembelajaran Kooperatif

Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut

241 Permainan Tim (PT)

Penerapan model PT dilakukan dengan cara mengelompokkan

siswa secara heterogen Tiap kelompok mendapatkan tugas yang sama

atau berbeda Setelah tugas diperoleh setiap kelompok bekerja sama

dalam bentuk kerja individual dan diskusi Usahakan dinamikia

kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar

kelompok Suasana diskuisi dibuat nyaman dan menyenangkan sepeti

dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap

terbuka ramah lembut dan santun Setelah selesai kerja kelompok

sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok siswa heterogen yang terdiri dari 4 orang

kemudian memberikan informasi pokok materi dan mekanisme

kegiatan

2 Menyiapkan meja turnamen secukupnya misalnya 10 meja Untuk

tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara meja I

diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan

seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya

paling rendah Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu

adalah hasil kesepakatan kelompok

3 Turnamen dilaksanakan dengan cara setiap siswa mengambil kartu

soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya

untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit) Siswa bisa

mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai

sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan

sekaligus skor kelompok asal Siswa pada tiap meja tunamen

diberikan gelar superior very good good medium sesuai dengan

skor yang diperolehnya

10

4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk

turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk

pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa

superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula

untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar

yang sama

5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual

serta memberikan penghargaan kelompok dan individual

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya

2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain

3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial

Sedangkan kelemahannya yaitu

1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok

2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk

diatur

3 Memakan banyak waktu

242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang

jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen

Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan

pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan

penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini

berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif

kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu

dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok

Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan

dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain

11

1 Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana

Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

beserta lembar jawabannya

2 Membentuk kelompok kooperatif

Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa

dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis

kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar

kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas

ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan

kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik

3 Menentukan skor awal

Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai

skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu

hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah

pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal

4 Pengaturan tempat duduk

Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka

pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan

supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-

pindah

5 Kerja kelompok

Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan

latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-

masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal

Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam

pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang

cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe

pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya

pemberian penghargaan pada kelompok

12

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Seluruh siswa menjadi lebih siap

2 Melatih kerjasama dengan baik

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah

1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam

penyesuaian

2 Membedakan siswa

243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)

Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =

com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan

bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model

pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar

adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun

pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran

dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan

siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi

Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar

berupa modul

2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh

siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar

jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam

kelompok

3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif

4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok

Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk

mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit

diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah

melaksanakan pembelajaran kooperatif

13

244 Jigsaw (Tim Ahli)

Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut

1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen

yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang

2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks

yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan

3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang

ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya

4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan

yang sama berdiskusi dalam tim ahli

5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-

temannya setelah selesai berdiskusi

6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para

siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)

Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir

sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model

pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan

dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-

masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu

245 Berpikir Berpasangan

Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan

tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai

lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut

1 Berpikir

Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa

Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri

menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang

diajukan

2 Berpasangan

Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban

yang diperoleh melalui metode berpikir

14

3 Berbagi

Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa

yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara

presentasi (Trianto 2007 62)

Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis

siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya

tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa

disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu

246 Investigasi Kelompok

Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah

1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan

orientasi tugas

2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok

menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya

mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di

dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah

banyak guru dan staf sekolah)

3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis

individual

4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan

berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609

pembelajaranhtml

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif

paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan

untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit

dan mempunyai jam pelajaran lebih

247 Kepala Bernomor

Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah

sebagai berikut

1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor

tertentu

15

2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok

sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa

tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)

3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa

yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi

kelas

4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta

mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Setiap siswa menjadi siap semua

2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

Sedangkan kelemahannya yaitu

4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru

5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling

mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam

pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT

Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat

prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran

kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh

anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan

Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan

belajar

Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan

nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada

papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut

pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban

pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan

16

bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan

semua pemain paham

25 Hasil Belajar

Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan

rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang

diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat

pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh

kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat

penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon

terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan

baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh

pelakunya

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu

tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar

memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang

diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan

menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi

17

26 Reaksi Oksidasi - Reduksi

Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti

pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi

hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks

yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan

reaksi autoredoks

261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi

Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam

berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya

arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon

meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada

logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada

tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian

contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi

262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan

Oksigen

Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan

dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada

mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari

penggabungan dan pelepasan oksigen

Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat

dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat

disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi

1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)

2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)

3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)

4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)

5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)

Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe

Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3

18

setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami

reaksi oksidasi

Contoh reaksi reduksi

1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)

2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)

3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)

Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2

demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen

menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering

digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah

2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)

Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami

oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3

mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi

terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks

263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron

Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas

oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan

oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi

pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan

elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron

Contohnya pada pembentukan ion Na+

Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash

Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi

Contohnya pada pembentukan ion S2-

S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)

Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan

reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu

Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash

Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)

19

Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan

menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor

Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi

dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi

264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan

Penurunan) Bilangan Oksidasi

Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan

kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar

tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)

adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung

dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain

1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas

unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3

P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K

Mg C dan lain-lain)

Contoh

a H dalam H2

b O dalam O2 dan O3

c F dalam F2

d Na dalam Na

2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa

hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa

yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh

NaH KH CaH2)

Contoh H dalam H2O NH3 HCl

3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali

a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2

mempunyai bilok (ndash1)

b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)

20

c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12

)

Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO

4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif

Contoh

a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)

b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok

(+2)

c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+

5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif

Contoh

a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)

b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)

6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah

muatannya

Contoh

Bilok S dalam SO42-

Bilok O = ndash2

Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)

ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))

ndash2 = bilok S + (ndash8)

Bilok S = +6

7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)

Contoh H2S

Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))

0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))

0 = (+2) + bilok S

Bilok S = (ndash2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi

reduksi adalah reaksi penurunan bilok

21

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 3: Karya Ilmiah Heru Manafe

Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan masih terdapat

beberapa kelemahan antara lain

1 Manajemen waktu yang kurang baik sehingga siswa tidak memanfaatkan

waktu dengan baik untuk diskusi dan pemahaman materi

2 Belum ada variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

menarik perhatian siswa

Dari uraian diatas perlu adanya kombinasi antara model pembelajaran

kooperatif dengan media permainan yang menarik dapat memotivasi dan

meningkatkan hasil belajar siswa Salah satunya adalah dengan menggunakan

media permainan ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT (Peningkatan Prestasi Tim) Penggunaan

model pembelajaran ini cenderung mengajarkan siswa untuk bekerja sama

sebagai tim untuk mencapai tujuan yang sama yaitu tujuan belajar Dalam

pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang beranggotakan

4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi jenis

kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran kemudian siswa

bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh anggota

kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan Permainan ular

tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan belajar

Berdasarkan masalah dalam pembelajaran kimia yang diuraikan diatas

dan menariknya model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini maka akan

dilaksanakan penelitian dengan judul rdquo Pemanfaatan Media Ular Tangga

yang Dikombinasikan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe PPT

(Peningkatan Prestasi Tim) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Kelas X SMA Kristen 1 Kupangrdquo

3

12 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah permasalahan yang akan dikaji

dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu

1 Apakah hasil belajar kognitif siswa yang diajar pokok bahasan reaksi

oksidasi-reduksi menggunakan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT terjadi peningkatan yang

signifikan

2 Apakah dengan pemanfaatan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT siswa dapat mencapai

ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

13 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut

1 Mengetahui apakah hasil belajar kognitif siswa yang diajar pokok

bahasan reaksi oksidasi-reduksi menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT terjadi

peningkatan yang signifikan

2 Mengetahui apakah dengan pemanfaatan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT siswa

dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi oksidasi-

reduksi

14 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Dengan pembelajaran yang menyenangkan diharapkan anak dapat lebih

termotivasi untuk belajar

2 Dengan pemanfaatan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT (Peningkatan Prestasi Tim)

diharapkan kimia bukan lagi pelajaran yang sulit dan menjenuhkan bagi

siswa

3 Dapat memberikan masukan kepada siswa bagaimana cara belajar yang

efektif untuk menigkatkan hasil belajar

4

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode

kepustakaan atau tinjauan literatur

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia

dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan (Chatarina

2004 2) Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan kebiasan

sikap keyakinan tujuan kepribadian dan bahkan persepsi manusia oleh

karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar seseorang

mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting

dalam proses psikologis

Menurut Catharina (2004 12) banyak ahli di bidang pendidikan yang

mencoba memberikan definisi ataupun pengertian belajar ditinjau dari

berbagai aspek sehingga muncul berbagai pengertian belajarnya diantaranya

1 Gagne dan Berliner dalam Catharina (2004 12) menyatakan bahwa

belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya

karena hasil dari pengalaman

2 W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa belajar

pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas

3 Slavin dalam Catharina (2004 12) menyatakan belajar merupakan

perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman

Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai belajar dapat

disimpulakan bahwa belajar dalam arti umum adalah segala aktivitas individu

yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku pada diri individu tersebut

Aktivitas ini dapat berupa latihan maupun pengalaman dalam situasi tertentu

dimana tingkah laku yang mengalami perubahan itu menyangkut banyak

aspek

6

22 Permainan Sebagai Media Belajar

Permainan merupakan kontes antar pemain yang berinteraksi satu

sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan

tertentu Komponen utama yang terdapat dalam sebuah permainan yaitu

pemain lingkungan tempat berinteraksi aturan permainan dan tujuan yang

ingin dicapai

Permainan dapat digunakan sebagai media belajar siswa Tujuan

digunakannya permainan sebagai media yaitu untuk membantu siswa dalam

belajar secara mandiri dan menciptakan suasana yang rekretatif bagi siswa

sehingga belajar terasa lebih menarik Kelebihan permainan sebagai media

belajar antara lain

1 permainan merupakan kegiatan yang bersifat menyenangkan dan

menghibur sehingga siswa tertarik untuk belajar sambil bermain

2 siswa berpartisipasi untuk belajar

3 siswa mendapatkan umpan balik

4 permainan dapat menyesuaikan kondisi siswa

5 permainan dapat dilakukan di luar kelas

6 permainan pada umumnya mudah dilakukan

Selain itu permainan sebagai media belajar juga mempunyai

kelemahan yaitu

1 permainan yang bersifat rumit memerlukan banyak waktu untuk

dijelaskan

2 satu permainan tidak dapat diadopsi untuk semua materi

3 kurangnya pemahaman aturan permainan oleh siswa dapat menimbulkan

kericuhan

4 siswa yang tidak menguasai materi dengan baik akan mengalami

kesulitan dalam bermain

Dalam menggunakan permainan sebagai media belajar guru harus

memperhatikan beberapa hal yaitu

1 permainan harus benar-benar mengikat perhatian siswa

2 permainan harus benar-benar menarik dan mudah dilakukan

7

3 siswa harus dapat terlibat secara penuh dalam permainan

Permainan yang baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran adalah

permainan yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut

1 alat atau perlengkapan permainan itu mudah ditemukan atau dibuat

mudah disimpan dan tahan lama

2 permainan mempunyai aturan yang jelas dan sederhana

3 permainan dapat dimainkan dalam waktu yang relatif singkat

4 permainan harus berkaitan atau dapat mencapai tujuan pembelajaran

23 Ular Tangga

Menurut situs httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga ular tangga

merupakan permainan anak-anak berbentuk papan yang dimainkan oleh dua

orang atau lebih Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil sejumlah

tangga atau ular digambar di beberapa kotak yang menghubungkannya

dengan kotak lain Permainan ini diciptakan pada tahun 1870

Gambar 21 Contoh papan permainan ular tangga

8

Tidak ada bentuk standar dari papan permainan ular tangga Setiap

orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak ular

dan tangga yang berlainan

Setiap pemain memulai permainan dengan meletakkan bidaknya di

kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) kemudian secara

bergiliran pemain melemparkan dadu Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah

mata dadu yang muncul Jika bidak pemain berhenti di ujung bawah sebuah

tangga bidak tersebut dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain Bila

bidak pemain berhenti di kotak dengan gambar ekor ular mereka harus turun

ke kotak di ujung bawah ular Pemenang adalah pemain pertama yang

bidaknya mencapai kotak terakhir

Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu yang

dilempar mereka mendapat giliran sekali lagi untuk melempar dadu Jika

tidak maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya

Papan permainan ular tangga dapat dimodifikasi menjadi media

pembelajaran Modifikasi dapat dilakukan dengan cara mengganti peraturan

permainan Pada penelitian sebelumya mengunakan permainan ular tangga

dengan papan permainan tetap terdapat ular ataupun tangga seperti pada

umumnya Namun berbeda pada prosedur kenaikan pada tangga dan

penurunan pada ular Pada ular tangga penelitian tersebut untuk dapat

menaiki tangga maka peserta yang berhenti pada ujung bawah tangga harus

dapat menjawab pertanyaan yang terdapat di balik kartu bertanda T

sedangkan bila peserta berhenti pada ekor ular agar ia dapat bertahan atau

tidak turun ke kepala ular maka ia harus dapat menjawab pertanyaan yang

terdapat di balik kartu bertanda U (Dianto 2008)

Selain bentuk U dan T modifikasi juga dapat dilakukan dengan

mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-nomor bonus yaitu nomor-

nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular tangga Apabila bidak

berhenti pada nomo-nomor tersebut pemain harus menjawab pertanyaan

yang disediakan oleh wasit Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak

bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain

sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham

9

24 Model Pembelajaran Kooperatif

Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut

241 Permainan Tim (PT)

Penerapan model PT dilakukan dengan cara mengelompokkan

siswa secara heterogen Tiap kelompok mendapatkan tugas yang sama

atau berbeda Setelah tugas diperoleh setiap kelompok bekerja sama

dalam bentuk kerja individual dan diskusi Usahakan dinamikia

kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar

kelompok Suasana diskuisi dibuat nyaman dan menyenangkan sepeti

dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap

terbuka ramah lembut dan santun Setelah selesai kerja kelompok

sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok siswa heterogen yang terdiri dari 4 orang

kemudian memberikan informasi pokok materi dan mekanisme

kegiatan

2 Menyiapkan meja turnamen secukupnya misalnya 10 meja Untuk

tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara meja I

diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan

seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya

paling rendah Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu

adalah hasil kesepakatan kelompok

3 Turnamen dilaksanakan dengan cara setiap siswa mengambil kartu

soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya

untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit) Siswa bisa

mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai

sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan

sekaligus skor kelompok asal Siswa pada tiap meja tunamen

diberikan gelar superior very good good medium sesuai dengan

skor yang diperolehnya

10

4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk

turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk

pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa

superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula

untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar

yang sama

5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual

serta memberikan penghargaan kelompok dan individual

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya

2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain

3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial

Sedangkan kelemahannya yaitu

1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok

2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk

diatur

3 Memakan banyak waktu

242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang

jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen

Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan

pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan

penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini

berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif

kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu

dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok

Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan

dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain

11

1 Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana

Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

beserta lembar jawabannya

2 Membentuk kelompok kooperatif

Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa

dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis

kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar

kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas

ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan

kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik

3 Menentukan skor awal

Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai

skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu

hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah

pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal

4 Pengaturan tempat duduk

Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka

pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan

supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-

pindah

5 Kerja kelompok

Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan

latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-

masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal

Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam

pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang

cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe

pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya

pemberian penghargaan pada kelompok

12

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Seluruh siswa menjadi lebih siap

2 Melatih kerjasama dengan baik

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah

1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam

penyesuaian

2 Membedakan siswa

243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)

Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =

com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan

bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model

pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar

adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun

pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran

dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan

siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi

Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar

berupa modul

2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh

siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar

jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam

kelompok

3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif

4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok

Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk

mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit

diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah

melaksanakan pembelajaran kooperatif

13

244 Jigsaw (Tim Ahli)

Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut

1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen

yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang

2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks

yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan

3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang

ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya

4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan

yang sama berdiskusi dalam tim ahli

5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-

temannya setelah selesai berdiskusi

6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para

siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)

Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir

sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model

pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan

dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-

masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu

245 Berpikir Berpasangan

Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan

tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai

lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut

1 Berpikir

Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa

Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri

menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang

diajukan

2 Berpasangan

Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban

yang diperoleh melalui metode berpikir

14

3 Berbagi

Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa

yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara

presentasi (Trianto 2007 62)

Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis

siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya

tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa

disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu

246 Investigasi Kelompok

Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah

1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan

orientasi tugas

2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok

menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya

mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di

dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah

banyak guru dan staf sekolah)

3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis

individual

4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan

berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609

pembelajaranhtml

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif

paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan

untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit

dan mempunyai jam pelajaran lebih

247 Kepala Bernomor

Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah

sebagai berikut

1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor

tertentu

15

2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok

sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa

tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)

3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa

yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi

kelas

4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta

mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Setiap siswa menjadi siap semua

2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

Sedangkan kelemahannya yaitu

4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru

5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling

mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam

pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT

Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat

prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran

kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh

anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan

Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan

belajar

Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan

nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada

papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut

pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban

pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan

16

bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan

semua pemain paham

25 Hasil Belajar

Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan

rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang

diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat

pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh

kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat

penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon

terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan

baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh

pelakunya

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu

tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar

memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang

diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan

menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi

17

26 Reaksi Oksidasi - Reduksi

Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti

pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi

hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks

yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan

reaksi autoredoks

261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi

Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam

berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya

arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon

meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada

logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada

tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian

contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi

262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan

Oksigen

Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan

dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada

mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari

penggabungan dan pelepasan oksigen

Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat

dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat

disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi

1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)

2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)

3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)

4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)

5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)

Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe

Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3

18

setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami

reaksi oksidasi

Contoh reaksi reduksi

1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)

2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)

3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)

Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2

demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen

menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering

digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah

2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)

Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami

oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3

mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi

terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks

263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron

Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas

oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan

oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi

pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan

elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron

Contohnya pada pembentukan ion Na+

Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash

Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi

Contohnya pada pembentukan ion S2-

S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)

Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan

reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu

Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash

Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)

19

Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan

menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor

Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi

dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi

264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan

Penurunan) Bilangan Oksidasi

Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan

kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar

tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)

adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung

dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain

1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas

unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3

P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K

Mg C dan lain-lain)

Contoh

a H dalam H2

b O dalam O2 dan O3

c F dalam F2

d Na dalam Na

2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa

hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa

yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh

NaH KH CaH2)

Contoh H dalam H2O NH3 HCl

3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali

a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2

mempunyai bilok (ndash1)

b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)

20

c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12

)

Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO

4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif

Contoh

a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)

b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok

(+2)

c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+

5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif

Contoh

a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)

b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)

6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah

muatannya

Contoh

Bilok S dalam SO42-

Bilok O = ndash2

Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)

ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))

ndash2 = bilok S + (ndash8)

Bilok S = +6

7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)

Contoh H2S

Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))

0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))

0 = (+2) + bilok S

Bilok S = (ndash2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi

reduksi adalah reaksi penurunan bilok

21

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 4: Karya Ilmiah Heru Manafe

12 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah permasalahan yang akan dikaji

dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu

1 Apakah hasil belajar kognitif siswa yang diajar pokok bahasan reaksi

oksidasi-reduksi menggunakan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT terjadi peningkatan yang

signifikan

2 Apakah dengan pemanfaatan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT siswa dapat mencapai

ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

13 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut

1 Mengetahui apakah hasil belajar kognitif siswa yang diajar pokok

bahasan reaksi oksidasi-reduksi menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT terjadi

peningkatan yang signifikan

2 Mengetahui apakah dengan pemanfaatan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT siswa

dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi oksidasi-

reduksi

14 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1 Dengan pembelajaran yang menyenangkan diharapkan anak dapat lebih

termotivasi untuk belajar

2 Dengan pemanfaatan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT (Peningkatan Prestasi Tim)

diharapkan kimia bukan lagi pelajaran yang sulit dan menjenuhkan bagi

siswa

3 Dapat memberikan masukan kepada siswa bagaimana cara belajar yang

efektif untuk menigkatkan hasil belajar

4

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode

kepustakaan atau tinjauan literatur

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia

dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan (Chatarina

2004 2) Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan kebiasan

sikap keyakinan tujuan kepribadian dan bahkan persepsi manusia oleh

karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar seseorang

mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting

dalam proses psikologis

Menurut Catharina (2004 12) banyak ahli di bidang pendidikan yang

mencoba memberikan definisi ataupun pengertian belajar ditinjau dari

berbagai aspek sehingga muncul berbagai pengertian belajarnya diantaranya

1 Gagne dan Berliner dalam Catharina (2004 12) menyatakan bahwa

belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya

karena hasil dari pengalaman

2 W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa belajar

pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas

3 Slavin dalam Catharina (2004 12) menyatakan belajar merupakan

perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman

Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai belajar dapat

disimpulakan bahwa belajar dalam arti umum adalah segala aktivitas individu

yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku pada diri individu tersebut

Aktivitas ini dapat berupa latihan maupun pengalaman dalam situasi tertentu

dimana tingkah laku yang mengalami perubahan itu menyangkut banyak

aspek

6

22 Permainan Sebagai Media Belajar

Permainan merupakan kontes antar pemain yang berinteraksi satu

sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan

tertentu Komponen utama yang terdapat dalam sebuah permainan yaitu

pemain lingkungan tempat berinteraksi aturan permainan dan tujuan yang

ingin dicapai

Permainan dapat digunakan sebagai media belajar siswa Tujuan

digunakannya permainan sebagai media yaitu untuk membantu siswa dalam

belajar secara mandiri dan menciptakan suasana yang rekretatif bagi siswa

sehingga belajar terasa lebih menarik Kelebihan permainan sebagai media

belajar antara lain

1 permainan merupakan kegiatan yang bersifat menyenangkan dan

menghibur sehingga siswa tertarik untuk belajar sambil bermain

2 siswa berpartisipasi untuk belajar

3 siswa mendapatkan umpan balik

4 permainan dapat menyesuaikan kondisi siswa

5 permainan dapat dilakukan di luar kelas

6 permainan pada umumnya mudah dilakukan

Selain itu permainan sebagai media belajar juga mempunyai

kelemahan yaitu

1 permainan yang bersifat rumit memerlukan banyak waktu untuk

dijelaskan

2 satu permainan tidak dapat diadopsi untuk semua materi

3 kurangnya pemahaman aturan permainan oleh siswa dapat menimbulkan

kericuhan

4 siswa yang tidak menguasai materi dengan baik akan mengalami

kesulitan dalam bermain

Dalam menggunakan permainan sebagai media belajar guru harus

memperhatikan beberapa hal yaitu

1 permainan harus benar-benar mengikat perhatian siswa

2 permainan harus benar-benar menarik dan mudah dilakukan

7

3 siswa harus dapat terlibat secara penuh dalam permainan

Permainan yang baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran adalah

permainan yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut

1 alat atau perlengkapan permainan itu mudah ditemukan atau dibuat

mudah disimpan dan tahan lama

2 permainan mempunyai aturan yang jelas dan sederhana

3 permainan dapat dimainkan dalam waktu yang relatif singkat

4 permainan harus berkaitan atau dapat mencapai tujuan pembelajaran

23 Ular Tangga

Menurut situs httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga ular tangga

merupakan permainan anak-anak berbentuk papan yang dimainkan oleh dua

orang atau lebih Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil sejumlah

tangga atau ular digambar di beberapa kotak yang menghubungkannya

dengan kotak lain Permainan ini diciptakan pada tahun 1870

Gambar 21 Contoh papan permainan ular tangga

8

Tidak ada bentuk standar dari papan permainan ular tangga Setiap

orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak ular

dan tangga yang berlainan

Setiap pemain memulai permainan dengan meletakkan bidaknya di

kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) kemudian secara

bergiliran pemain melemparkan dadu Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah

mata dadu yang muncul Jika bidak pemain berhenti di ujung bawah sebuah

tangga bidak tersebut dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain Bila

bidak pemain berhenti di kotak dengan gambar ekor ular mereka harus turun

ke kotak di ujung bawah ular Pemenang adalah pemain pertama yang

bidaknya mencapai kotak terakhir

Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu yang

dilempar mereka mendapat giliran sekali lagi untuk melempar dadu Jika

tidak maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya

Papan permainan ular tangga dapat dimodifikasi menjadi media

pembelajaran Modifikasi dapat dilakukan dengan cara mengganti peraturan

permainan Pada penelitian sebelumya mengunakan permainan ular tangga

dengan papan permainan tetap terdapat ular ataupun tangga seperti pada

umumnya Namun berbeda pada prosedur kenaikan pada tangga dan

penurunan pada ular Pada ular tangga penelitian tersebut untuk dapat

menaiki tangga maka peserta yang berhenti pada ujung bawah tangga harus

dapat menjawab pertanyaan yang terdapat di balik kartu bertanda T

sedangkan bila peserta berhenti pada ekor ular agar ia dapat bertahan atau

tidak turun ke kepala ular maka ia harus dapat menjawab pertanyaan yang

terdapat di balik kartu bertanda U (Dianto 2008)

Selain bentuk U dan T modifikasi juga dapat dilakukan dengan

mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-nomor bonus yaitu nomor-

nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular tangga Apabila bidak

berhenti pada nomo-nomor tersebut pemain harus menjawab pertanyaan

yang disediakan oleh wasit Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak

bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain

sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham

9

24 Model Pembelajaran Kooperatif

Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut

241 Permainan Tim (PT)

Penerapan model PT dilakukan dengan cara mengelompokkan

siswa secara heterogen Tiap kelompok mendapatkan tugas yang sama

atau berbeda Setelah tugas diperoleh setiap kelompok bekerja sama

dalam bentuk kerja individual dan diskusi Usahakan dinamikia

kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar

kelompok Suasana diskuisi dibuat nyaman dan menyenangkan sepeti

dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap

terbuka ramah lembut dan santun Setelah selesai kerja kelompok

sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok siswa heterogen yang terdiri dari 4 orang

kemudian memberikan informasi pokok materi dan mekanisme

kegiatan

2 Menyiapkan meja turnamen secukupnya misalnya 10 meja Untuk

tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara meja I

diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan

seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya

paling rendah Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu

adalah hasil kesepakatan kelompok

3 Turnamen dilaksanakan dengan cara setiap siswa mengambil kartu

soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya

untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit) Siswa bisa

mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai

sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan

sekaligus skor kelompok asal Siswa pada tiap meja tunamen

diberikan gelar superior very good good medium sesuai dengan

skor yang diperolehnya

10

4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk

turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk

pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa

superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula

untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar

yang sama

5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual

serta memberikan penghargaan kelompok dan individual

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya

2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain

3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial

Sedangkan kelemahannya yaitu

1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok

2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk

diatur

3 Memakan banyak waktu

242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang

jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen

Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan

pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan

penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini

berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif

kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu

dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok

Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan

dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain

11

1 Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana

Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

beserta lembar jawabannya

2 Membentuk kelompok kooperatif

Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa

dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis

kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar

kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas

ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan

kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik

3 Menentukan skor awal

Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai

skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu

hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah

pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal

4 Pengaturan tempat duduk

Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka

pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan

supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-

pindah

5 Kerja kelompok

Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan

latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-

masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal

Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam

pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang

cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe

pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya

pemberian penghargaan pada kelompok

12

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Seluruh siswa menjadi lebih siap

2 Melatih kerjasama dengan baik

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah

1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam

penyesuaian

2 Membedakan siswa

243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)

Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =

com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan

bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model

pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar

adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun

pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran

dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan

siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi

Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar

berupa modul

2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh

siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar

jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam

kelompok

3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif

4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok

Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk

mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit

diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah

melaksanakan pembelajaran kooperatif

13

244 Jigsaw (Tim Ahli)

Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut

1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen

yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang

2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks

yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan

3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang

ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya

4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan

yang sama berdiskusi dalam tim ahli

5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-

temannya setelah selesai berdiskusi

6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para

siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)

Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir

sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model

pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan

dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-

masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu

245 Berpikir Berpasangan

Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan

tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai

lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut

1 Berpikir

Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa

Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri

menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang

diajukan

2 Berpasangan

Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban

yang diperoleh melalui metode berpikir

14

3 Berbagi

Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa

yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara

presentasi (Trianto 2007 62)

Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis

siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya

tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa

disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu

246 Investigasi Kelompok

Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah

1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan

orientasi tugas

2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok

menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya

mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di

dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah

banyak guru dan staf sekolah)

3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis

individual

4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan

berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609

pembelajaranhtml

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif

paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan

untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit

dan mempunyai jam pelajaran lebih

247 Kepala Bernomor

Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah

sebagai berikut

1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor

tertentu

15

2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok

sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa

tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)

3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa

yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi

kelas

4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta

mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Setiap siswa menjadi siap semua

2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

Sedangkan kelemahannya yaitu

4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru

5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling

mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam

pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT

Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat

prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran

kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh

anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan

Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan

belajar

Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan

nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada

papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut

pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban

pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan

16

bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan

semua pemain paham

25 Hasil Belajar

Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan

rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang

diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat

pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh

kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat

penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon

terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan

baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh

pelakunya

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu

tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar

memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang

diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan

menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi

17

26 Reaksi Oksidasi - Reduksi

Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti

pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi

hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks

yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan

reaksi autoredoks

261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi

Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam

berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya

arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon

meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada

logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada

tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian

contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi

262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan

Oksigen

Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan

dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada

mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari

penggabungan dan pelepasan oksigen

Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat

dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat

disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi

1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)

2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)

3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)

4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)

5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)

Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe

Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3

18

setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami

reaksi oksidasi

Contoh reaksi reduksi

1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)

2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)

3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)

Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2

demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen

menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering

digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah

2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)

Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami

oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3

mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi

terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks

263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron

Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas

oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan

oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi

pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan

elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron

Contohnya pada pembentukan ion Na+

Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash

Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi

Contohnya pada pembentukan ion S2-

S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)

Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan

reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu

Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash

Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)

19

Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan

menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor

Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi

dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi

264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan

Penurunan) Bilangan Oksidasi

Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan

kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar

tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)

adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung

dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain

1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas

unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3

P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K

Mg C dan lain-lain)

Contoh

a H dalam H2

b O dalam O2 dan O3

c F dalam F2

d Na dalam Na

2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa

hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa

yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh

NaH KH CaH2)

Contoh H dalam H2O NH3 HCl

3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali

a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2

mempunyai bilok (ndash1)

b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)

20

c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12

)

Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO

4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif

Contoh

a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)

b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok

(+2)

c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+

5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif

Contoh

a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)

b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)

6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah

muatannya

Contoh

Bilok S dalam SO42-

Bilok O = ndash2

Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)

ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))

ndash2 = bilok S + (ndash8)

Bilok S = +6

7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)

Contoh H2S

Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))

0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))

0 = (+2) + bilok S

Bilok S = (ndash2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi

reduksi adalah reaksi penurunan bilok

21

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 5: Karya Ilmiah Heru Manafe

15 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode

kepustakaan atau tinjauan literatur

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia

dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan (Chatarina

2004 2) Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan kebiasan

sikap keyakinan tujuan kepribadian dan bahkan persepsi manusia oleh

karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar seseorang

mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting

dalam proses psikologis

Menurut Catharina (2004 12) banyak ahli di bidang pendidikan yang

mencoba memberikan definisi ataupun pengertian belajar ditinjau dari

berbagai aspek sehingga muncul berbagai pengertian belajarnya diantaranya

1 Gagne dan Berliner dalam Catharina (2004 12) menyatakan bahwa

belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya

karena hasil dari pengalaman

2 W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa belajar

pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas

3 Slavin dalam Catharina (2004 12) menyatakan belajar merupakan

perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman

Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai belajar dapat

disimpulakan bahwa belajar dalam arti umum adalah segala aktivitas individu

yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku pada diri individu tersebut

Aktivitas ini dapat berupa latihan maupun pengalaman dalam situasi tertentu

dimana tingkah laku yang mengalami perubahan itu menyangkut banyak

aspek

6

22 Permainan Sebagai Media Belajar

Permainan merupakan kontes antar pemain yang berinteraksi satu

sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan

tertentu Komponen utama yang terdapat dalam sebuah permainan yaitu

pemain lingkungan tempat berinteraksi aturan permainan dan tujuan yang

ingin dicapai

Permainan dapat digunakan sebagai media belajar siswa Tujuan

digunakannya permainan sebagai media yaitu untuk membantu siswa dalam

belajar secara mandiri dan menciptakan suasana yang rekretatif bagi siswa

sehingga belajar terasa lebih menarik Kelebihan permainan sebagai media

belajar antara lain

1 permainan merupakan kegiatan yang bersifat menyenangkan dan

menghibur sehingga siswa tertarik untuk belajar sambil bermain

2 siswa berpartisipasi untuk belajar

3 siswa mendapatkan umpan balik

4 permainan dapat menyesuaikan kondisi siswa

5 permainan dapat dilakukan di luar kelas

6 permainan pada umumnya mudah dilakukan

Selain itu permainan sebagai media belajar juga mempunyai

kelemahan yaitu

1 permainan yang bersifat rumit memerlukan banyak waktu untuk

dijelaskan

2 satu permainan tidak dapat diadopsi untuk semua materi

3 kurangnya pemahaman aturan permainan oleh siswa dapat menimbulkan

kericuhan

4 siswa yang tidak menguasai materi dengan baik akan mengalami

kesulitan dalam bermain

Dalam menggunakan permainan sebagai media belajar guru harus

memperhatikan beberapa hal yaitu

1 permainan harus benar-benar mengikat perhatian siswa

2 permainan harus benar-benar menarik dan mudah dilakukan

7

3 siswa harus dapat terlibat secara penuh dalam permainan

Permainan yang baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran adalah

permainan yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut

1 alat atau perlengkapan permainan itu mudah ditemukan atau dibuat

mudah disimpan dan tahan lama

2 permainan mempunyai aturan yang jelas dan sederhana

3 permainan dapat dimainkan dalam waktu yang relatif singkat

4 permainan harus berkaitan atau dapat mencapai tujuan pembelajaran

23 Ular Tangga

Menurut situs httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga ular tangga

merupakan permainan anak-anak berbentuk papan yang dimainkan oleh dua

orang atau lebih Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil sejumlah

tangga atau ular digambar di beberapa kotak yang menghubungkannya

dengan kotak lain Permainan ini diciptakan pada tahun 1870

Gambar 21 Contoh papan permainan ular tangga

8

Tidak ada bentuk standar dari papan permainan ular tangga Setiap

orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak ular

dan tangga yang berlainan

Setiap pemain memulai permainan dengan meletakkan bidaknya di

kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) kemudian secara

bergiliran pemain melemparkan dadu Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah

mata dadu yang muncul Jika bidak pemain berhenti di ujung bawah sebuah

tangga bidak tersebut dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain Bila

bidak pemain berhenti di kotak dengan gambar ekor ular mereka harus turun

ke kotak di ujung bawah ular Pemenang adalah pemain pertama yang

bidaknya mencapai kotak terakhir

Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu yang

dilempar mereka mendapat giliran sekali lagi untuk melempar dadu Jika

tidak maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya

Papan permainan ular tangga dapat dimodifikasi menjadi media

pembelajaran Modifikasi dapat dilakukan dengan cara mengganti peraturan

permainan Pada penelitian sebelumya mengunakan permainan ular tangga

dengan papan permainan tetap terdapat ular ataupun tangga seperti pada

umumnya Namun berbeda pada prosedur kenaikan pada tangga dan

penurunan pada ular Pada ular tangga penelitian tersebut untuk dapat

menaiki tangga maka peserta yang berhenti pada ujung bawah tangga harus

dapat menjawab pertanyaan yang terdapat di balik kartu bertanda T

sedangkan bila peserta berhenti pada ekor ular agar ia dapat bertahan atau

tidak turun ke kepala ular maka ia harus dapat menjawab pertanyaan yang

terdapat di balik kartu bertanda U (Dianto 2008)

Selain bentuk U dan T modifikasi juga dapat dilakukan dengan

mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-nomor bonus yaitu nomor-

nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular tangga Apabila bidak

berhenti pada nomo-nomor tersebut pemain harus menjawab pertanyaan

yang disediakan oleh wasit Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak

bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain

sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham

9

24 Model Pembelajaran Kooperatif

Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut

241 Permainan Tim (PT)

Penerapan model PT dilakukan dengan cara mengelompokkan

siswa secara heterogen Tiap kelompok mendapatkan tugas yang sama

atau berbeda Setelah tugas diperoleh setiap kelompok bekerja sama

dalam bentuk kerja individual dan diskusi Usahakan dinamikia

kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar

kelompok Suasana diskuisi dibuat nyaman dan menyenangkan sepeti

dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap

terbuka ramah lembut dan santun Setelah selesai kerja kelompok

sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok siswa heterogen yang terdiri dari 4 orang

kemudian memberikan informasi pokok materi dan mekanisme

kegiatan

2 Menyiapkan meja turnamen secukupnya misalnya 10 meja Untuk

tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara meja I

diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan

seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya

paling rendah Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu

adalah hasil kesepakatan kelompok

3 Turnamen dilaksanakan dengan cara setiap siswa mengambil kartu

soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya

untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit) Siswa bisa

mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai

sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan

sekaligus skor kelompok asal Siswa pada tiap meja tunamen

diberikan gelar superior very good good medium sesuai dengan

skor yang diperolehnya

10

4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk

turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk

pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa

superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula

untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar

yang sama

5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual

serta memberikan penghargaan kelompok dan individual

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya

2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain

3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial

Sedangkan kelemahannya yaitu

1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok

2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk

diatur

3 Memakan banyak waktu

242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang

jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen

Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan

pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan

penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini

berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif

kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu

dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok

Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan

dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain

11

1 Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana

Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

beserta lembar jawabannya

2 Membentuk kelompok kooperatif

Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa

dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis

kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar

kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas

ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan

kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik

3 Menentukan skor awal

Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai

skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu

hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah

pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal

4 Pengaturan tempat duduk

Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka

pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan

supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-

pindah

5 Kerja kelompok

Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan

latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-

masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal

Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam

pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang

cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe

pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya

pemberian penghargaan pada kelompok

12

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Seluruh siswa menjadi lebih siap

2 Melatih kerjasama dengan baik

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah

1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam

penyesuaian

2 Membedakan siswa

243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)

Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =

com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan

bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model

pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar

adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun

pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran

dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan

siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi

Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar

berupa modul

2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh

siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar

jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam

kelompok

3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif

4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok

Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk

mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit

diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah

melaksanakan pembelajaran kooperatif

13

244 Jigsaw (Tim Ahli)

Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut

1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen

yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang

2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks

yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan

3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang

ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya

4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan

yang sama berdiskusi dalam tim ahli

5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-

temannya setelah selesai berdiskusi

6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para

siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)

Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir

sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model

pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan

dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-

masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu

245 Berpikir Berpasangan

Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan

tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai

lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut

1 Berpikir

Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa

Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri

menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang

diajukan

2 Berpasangan

Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban

yang diperoleh melalui metode berpikir

14

3 Berbagi

Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa

yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara

presentasi (Trianto 2007 62)

Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis

siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya

tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa

disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu

246 Investigasi Kelompok

Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah

1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan

orientasi tugas

2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok

menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya

mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di

dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah

banyak guru dan staf sekolah)

3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis

individual

4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan

berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609

pembelajaranhtml

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif

paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan

untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit

dan mempunyai jam pelajaran lebih

247 Kepala Bernomor

Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah

sebagai berikut

1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor

tertentu

15

2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok

sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa

tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)

3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa

yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi

kelas

4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta

mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Setiap siswa menjadi siap semua

2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

Sedangkan kelemahannya yaitu

4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru

5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling

mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam

pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT

Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat

prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran

kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh

anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan

Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan

belajar

Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan

nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada

papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut

pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban

pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan

16

bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan

semua pemain paham

25 Hasil Belajar

Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan

rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang

diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat

pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh

kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat

penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon

terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan

baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh

pelakunya

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu

tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar

memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang

diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan

menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi

17

26 Reaksi Oksidasi - Reduksi

Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti

pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi

hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks

yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan

reaksi autoredoks

261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi

Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam

berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya

arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon

meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada

logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada

tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian

contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi

262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan

Oksigen

Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan

dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada

mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari

penggabungan dan pelepasan oksigen

Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat

dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat

disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi

1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)

2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)

3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)

4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)

5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)

Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe

Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3

18

setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami

reaksi oksidasi

Contoh reaksi reduksi

1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)

2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)

3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)

Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2

demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen

menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering

digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah

2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)

Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami

oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3

mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi

terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks

263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron

Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas

oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan

oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi

pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan

elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron

Contohnya pada pembentukan ion Na+

Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash

Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi

Contohnya pada pembentukan ion S2-

S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)

Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan

reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu

Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash

Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)

19

Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan

menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor

Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi

dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi

264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan

Penurunan) Bilangan Oksidasi

Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan

kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar

tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)

adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung

dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain

1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas

unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3

P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K

Mg C dan lain-lain)

Contoh

a H dalam H2

b O dalam O2 dan O3

c F dalam F2

d Na dalam Na

2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa

hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa

yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh

NaH KH CaH2)

Contoh H dalam H2O NH3 HCl

3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali

a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2

mempunyai bilok (ndash1)

b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)

20

c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12

)

Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO

4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif

Contoh

a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)

b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok

(+2)

c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+

5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif

Contoh

a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)

b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)

6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah

muatannya

Contoh

Bilok S dalam SO42-

Bilok O = ndash2

Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)

ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))

ndash2 = bilok S + (ndash8)

Bilok S = +6

7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)

Contoh H2S

Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))

0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))

0 = (+2) + bilok S

Bilok S = (ndash2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi

reduksi adalah reaksi penurunan bilok

21

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 6: Karya Ilmiah Heru Manafe

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

21 Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia

dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan (Chatarina

2004 2) Belajar memegang peranan penting dalam perkembangan kebiasan

sikap keyakinan tujuan kepribadian dan bahkan persepsi manusia oleh

karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip dasar tentang belajar seseorang

mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting

dalam proses psikologis

Menurut Catharina (2004 12) banyak ahli di bidang pendidikan yang

mencoba memberikan definisi ataupun pengertian belajar ditinjau dari

berbagai aspek sehingga muncul berbagai pengertian belajarnya diantaranya

1 Gagne dan Berliner dalam Catharina (2004 12) menyatakan bahwa

belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya

karena hasil dari pengalaman

2 W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa belajar

pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas

3 Slavin dalam Catharina (2004 12) menyatakan belajar merupakan

perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman

Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai belajar dapat

disimpulakan bahwa belajar dalam arti umum adalah segala aktivitas individu

yang dapat menimbulkan perubahan tingkah laku pada diri individu tersebut

Aktivitas ini dapat berupa latihan maupun pengalaman dalam situasi tertentu

dimana tingkah laku yang mengalami perubahan itu menyangkut banyak

aspek

6

22 Permainan Sebagai Media Belajar

Permainan merupakan kontes antar pemain yang berinteraksi satu

sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan

tertentu Komponen utama yang terdapat dalam sebuah permainan yaitu

pemain lingkungan tempat berinteraksi aturan permainan dan tujuan yang

ingin dicapai

Permainan dapat digunakan sebagai media belajar siswa Tujuan

digunakannya permainan sebagai media yaitu untuk membantu siswa dalam

belajar secara mandiri dan menciptakan suasana yang rekretatif bagi siswa

sehingga belajar terasa lebih menarik Kelebihan permainan sebagai media

belajar antara lain

1 permainan merupakan kegiatan yang bersifat menyenangkan dan

menghibur sehingga siswa tertarik untuk belajar sambil bermain

2 siswa berpartisipasi untuk belajar

3 siswa mendapatkan umpan balik

4 permainan dapat menyesuaikan kondisi siswa

5 permainan dapat dilakukan di luar kelas

6 permainan pada umumnya mudah dilakukan

Selain itu permainan sebagai media belajar juga mempunyai

kelemahan yaitu

1 permainan yang bersifat rumit memerlukan banyak waktu untuk

dijelaskan

2 satu permainan tidak dapat diadopsi untuk semua materi

3 kurangnya pemahaman aturan permainan oleh siswa dapat menimbulkan

kericuhan

4 siswa yang tidak menguasai materi dengan baik akan mengalami

kesulitan dalam bermain

Dalam menggunakan permainan sebagai media belajar guru harus

memperhatikan beberapa hal yaitu

1 permainan harus benar-benar mengikat perhatian siswa

2 permainan harus benar-benar menarik dan mudah dilakukan

7

3 siswa harus dapat terlibat secara penuh dalam permainan

Permainan yang baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran adalah

permainan yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut

1 alat atau perlengkapan permainan itu mudah ditemukan atau dibuat

mudah disimpan dan tahan lama

2 permainan mempunyai aturan yang jelas dan sederhana

3 permainan dapat dimainkan dalam waktu yang relatif singkat

4 permainan harus berkaitan atau dapat mencapai tujuan pembelajaran

23 Ular Tangga

Menurut situs httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga ular tangga

merupakan permainan anak-anak berbentuk papan yang dimainkan oleh dua

orang atau lebih Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil sejumlah

tangga atau ular digambar di beberapa kotak yang menghubungkannya

dengan kotak lain Permainan ini diciptakan pada tahun 1870

Gambar 21 Contoh papan permainan ular tangga

8

Tidak ada bentuk standar dari papan permainan ular tangga Setiap

orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak ular

dan tangga yang berlainan

Setiap pemain memulai permainan dengan meletakkan bidaknya di

kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) kemudian secara

bergiliran pemain melemparkan dadu Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah

mata dadu yang muncul Jika bidak pemain berhenti di ujung bawah sebuah

tangga bidak tersebut dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain Bila

bidak pemain berhenti di kotak dengan gambar ekor ular mereka harus turun

ke kotak di ujung bawah ular Pemenang adalah pemain pertama yang

bidaknya mencapai kotak terakhir

Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu yang

dilempar mereka mendapat giliran sekali lagi untuk melempar dadu Jika

tidak maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya

Papan permainan ular tangga dapat dimodifikasi menjadi media

pembelajaran Modifikasi dapat dilakukan dengan cara mengganti peraturan

permainan Pada penelitian sebelumya mengunakan permainan ular tangga

dengan papan permainan tetap terdapat ular ataupun tangga seperti pada

umumnya Namun berbeda pada prosedur kenaikan pada tangga dan

penurunan pada ular Pada ular tangga penelitian tersebut untuk dapat

menaiki tangga maka peserta yang berhenti pada ujung bawah tangga harus

dapat menjawab pertanyaan yang terdapat di balik kartu bertanda T

sedangkan bila peserta berhenti pada ekor ular agar ia dapat bertahan atau

tidak turun ke kepala ular maka ia harus dapat menjawab pertanyaan yang

terdapat di balik kartu bertanda U (Dianto 2008)

Selain bentuk U dan T modifikasi juga dapat dilakukan dengan

mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-nomor bonus yaitu nomor-

nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular tangga Apabila bidak

berhenti pada nomo-nomor tersebut pemain harus menjawab pertanyaan

yang disediakan oleh wasit Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak

bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain

sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham

9

24 Model Pembelajaran Kooperatif

Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut

241 Permainan Tim (PT)

Penerapan model PT dilakukan dengan cara mengelompokkan

siswa secara heterogen Tiap kelompok mendapatkan tugas yang sama

atau berbeda Setelah tugas diperoleh setiap kelompok bekerja sama

dalam bentuk kerja individual dan diskusi Usahakan dinamikia

kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar

kelompok Suasana diskuisi dibuat nyaman dan menyenangkan sepeti

dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap

terbuka ramah lembut dan santun Setelah selesai kerja kelompok

sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok siswa heterogen yang terdiri dari 4 orang

kemudian memberikan informasi pokok materi dan mekanisme

kegiatan

2 Menyiapkan meja turnamen secukupnya misalnya 10 meja Untuk

tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara meja I

diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan

seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya

paling rendah Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu

adalah hasil kesepakatan kelompok

3 Turnamen dilaksanakan dengan cara setiap siswa mengambil kartu

soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya

untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit) Siswa bisa

mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai

sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan

sekaligus skor kelompok asal Siswa pada tiap meja tunamen

diberikan gelar superior very good good medium sesuai dengan

skor yang diperolehnya

10

4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk

turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk

pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa

superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula

untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar

yang sama

5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual

serta memberikan penghargaan kelompok dan individual

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya

2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain

3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial

Sedangkan kelemahannya yaitu

1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok

2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk

diatur

3 Memakan banyak waktu

242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang

jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen

Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan

pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan

penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini

berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif

kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu

dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok

Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan

dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain

11

1 Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana

Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

beserta lembar jawabannya

2 Membentuk kelompok kooperatif

Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa

dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis

kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar

kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas

ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan

kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik

3 Menentukan skor awal

Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai

skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu

hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah

pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal

4 Pengaturan tempat duduk

Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka

pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan

supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-

pindah

5 Kerja kelompok

Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan

latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-

masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal

Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam

pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang

cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe

pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya

pemberian penghargaan pada kelompok

12

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Seluruh siswa menjadi lebih siap

2 Melatih kerjasama dengan baik

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah

1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam

penyesuaian

2 Membedakan siswa

243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)

Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =

com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan

bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model

pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar

adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun

pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran

dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan

siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi

Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar

berupa modul

2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh

siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar

jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam

kelompok

3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif

4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok

Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk

mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit

diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah

melaksanakan pembelajaran kooperatif

13

244 Jigsaw (Tim Ahli)

Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut

1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen

yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang

2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks

yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan

3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang

ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya

4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan

yang sama berdiskusi dalam tim ahli

5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-

temannya setelah selesai berdiskusi

6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para

siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)

Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir

sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model

pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan

dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-

masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu

245 Berpikir Berpasangan

Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan

tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai

lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut

1 Berpikir

Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa

Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri

menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang

diajukan

2 Berpasangan

Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban

yang diperoleh melalui metode berpikir

14

3 Berbagi

Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa

yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara

presentasi (Trianto 2007 62)

Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis

siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya

tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa

disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu

246 Investigasi Kelompok

Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah

1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan

orientasi tugas

2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok

menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya

mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di

dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah

banyak guru dan staf sekolah)

3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis

individual

4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan

berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609

pembelajaranhtml

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif

paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan

untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit

dan mempunyai jam pelajaran lebih

247 Kepala Bernomor

Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah

sebagai berikut

1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor

tertentu

15

2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok

sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa

tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)

3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa

yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi

kelas

4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta

mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Setiap siswa menjadi siap semua

2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

Sedangkan kelemahannya yaitu

4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru

5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling

mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam

pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT

Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat

prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran

kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh

anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan

Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan

belajar

Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan

nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada

papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut

pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban

pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan

16

bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan

semua pemain paham

25 Hasil Belajar

Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan

rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang

diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat

pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh

kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat

penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon

terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan

baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh

pelakunya

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu

tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar

memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang

diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan

menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi

17

26 Reaksi Oksidasi - Reduksi

Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti

pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi

hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks

yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan

reaksi autoredoks

261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi

Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam

berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya

arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon

meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada

logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada

tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian

contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi

262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan

Oksigen

Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan

dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada

mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari

penggabungan dan pelepasan oksigen

Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat

dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat

disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi

1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)

2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)

3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)

4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)

5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)

Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe

Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3

18

setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami

reaksi oksidasi

Contoh reaksi reduksi

1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)

2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)

3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)

Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2

demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen

menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering

digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah

2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)

Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami

oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3

mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi

terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks

263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron

Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas

oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan

oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi

pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan

elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron

Contohnya pada pembentukan ion Na+

Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash

Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi

Contohnya pada pembentukan ion S2-

S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)

Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan

reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu

Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash

Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)

19

Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan

menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor

Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi

dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi

264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan

Penurunan) Bilangan Oksidasi

Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan

kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar

tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)

adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung

dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain

1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas

unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3

P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K

Mg C dan lain-lain)

Contoh

a H dalam H2

b O dalam O2 dan O3

c F dalam F2

d Na dalam Na

2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa

hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa

yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh

NaH KH CaH2)

Contoh H dalam H2O NH3 HCl

3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali

a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2

mempunyai bilok (ndash1)

b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)

20

c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12

)

Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO

4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif

Contoh

a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)

b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok

(+2)

c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+

5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif

Contoh

a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)

b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)

6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah

muatannya

Contoh

Bilok S dalam SO42-

Bilok O = ndash2

Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)

ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))

ndash2 = bilok S + (ndash8)

Bilok S = +6

7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)

Contoh H2S

Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))

0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))

0 = (+2) + bilok S

Bilok S = (ndash2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi

reduksi adalah reaksi penurunan bilok

21

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 7: Karya Ilmiah Heru Manafe

22 Permainan Sebagai Media Belajar

Permainan merupakan kontes antar pemain yang berinteraksi satu

sama lain dengan mengikuti aturan-aturan tertentu untuk mencapai tujuan

tertentu Komponen utama yang terdapat dalam sebuah permainan yaitu

pemain lingkungan tempat berinteraksi aturan permainan dan tujuan yang

ingin dicapai

Permainan dapat digunakan sebagai media belajar siswa Tujuan

digunakannya permainan sebagai media yaitu untuk membantu siswa dalam

belajar secara mandiri dan menciptakan suasana yang rekretatif bagi siswa

sehingga belajar terasa lebih menarik Kelebihan permainan sebagai media

belajar antara lain

1 permainan merupakan kegiatan yang bersifat menyenangkan dan

menghibur sehingga siswa tertarik untuk belajar sambil bermain

2 siswa berpartisipasi untuk belajar

3 siswa mendapatkan umpan balik

4 permainan dapat menyesuaikan kondisi siswa

5 permainan dapat dilakukan di luar kelas

6 permainan pada umumnya mudah dilakukan

Selain itu permainan sebagai media belajar juga mempunyai

kelemahan yaitu

1 permainan yang bersifat rumit memerlukan banyak waktu untuk

dijelaskan

2 satu permainan tidak dapat diadopsi untuk semua materi

3 kurangnya pemahaman aturan permainan oleh siswa dapat menimbulkan

kericuhan

4 siswa yang tidak menguasai materi dengan baik akan mengalami

kesulitan dalam bermain

Dalam menggunakan permainan sebagai media belajar guru harus

memperhatikan beberapa hal yaitu

1 permainan harus benar-benar mengikat perhatian siswa

2 permainan harus benar-benar menarik dan mudah dilakukan

7

3 siswa harus dapat terlibat secara penuh dalam permainan

Permainan yang baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran adalah

permainan yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut

1 alat atau perlengkapan permainan itu mudah ditemukan atau dibuat

mudah disimpan dan tahan lama

2 permainan mempunyai aturan yang jelas dan sederhana

3 permainan dapat dimainkan dalam waktu yang relatif singkat

4 permainan harus berkaitan atau dapat mencapai tujuan pembelajaran

23 Ular Tangga

Menurut situs httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga ular tangga

merupakan permainan anak-anak berbentuk papan yang dimainkan oleh dua

orang atau lebih Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil sejumlah

tangga atau ular digambar di beberapa kotak yang menghubungkannya

dengan kotak lain Permainan ini diciptakan pada tahun 1870

Gambar 21 Contoh papan permainan ular tangga

8

Tidak ada bentuk standar dari papan permainan ular tangga Setiap

orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak ular

dan tangga yang berlainan

Setiap pemain memulai permainan dengan meletakkan bidaknya di

kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) kemudian secara

bergiliran pemain melemparkan dadu Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah

mata dadu yang muncul Jika bidak pemain berhenti di ujung bawah sebuah

tangga bidak tersebut dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain Bila

bidak pemain berhenti di kotak dengan gambar ekor ular mereka harus turun

ke kotak di ujung bawah ular Pemenang adalah pemain pertama yang

bidaknya mencapai kotak terakhir

Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu yang

dilempar mereka mendapat giliran sekali lagi untuk melempar dadu Jika

tidak maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya

Papan permainan ular tangga dapat dimodifikasi menjadi media

pembelajaran Modifikasi dapat dilakukan dengan cara mengganti peraturan

permainan Pada penelitian sebelumya mengunakan permainan ular tangga

dengan papan permainan tetap terdapat ular ataupun tangga seperti pada

umumnya Namun berbeda pada prosedur kenaikan pada tangga dan

penurunan pada ular Pada ular tangga penelitian tersebut untuk dapat

menaiki tangga maka peserta yang berhenti pada ujung bawah tangga harus

dapat menjawab pertanyaan yang terdapat di balik kartu bertanda T

sedangkan bila peserta berhenti pada ekor ular agar ia dapat bertahan atau

tidak turun ke kepala ular maka ia harus dapat menjawab pertanyaan yang

terdapat di balik kartu bertanda U (Dianto 2008)

Selain bentuk U dan T modifikasi juga dapat dilakukan dengan

mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-nomor bonus yaitu nomor-

nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular tangga Apabila bidak

berhenti pada nomo-nomor tersebut pemain harus menjawab pertanyaan

yang disediakan oleh wasit Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak

bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain

sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham

9

24 Model Pembelajaran Kooperatif

Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut

241 Permainan Tim (PT)

Penerapan model PT dilakukan dengan cara mengelompokkan

siswa secara heterogen Tiap kelompok mendapatkan tugas yang sama

atau berbeda Setelah tugas diperoleh setiap kelompok bekerja sama

dalam bentuk kerja individual dan diskusi Usahakan dinamikia

kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar

kelompok Suasana diskuisi dibuat nyaman dan menyenangkan sepeti

dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap

terbuka ramah lembut dan santun Setelah selesai kerja kelompok

sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok siswa heterogen yang terdiri dari 4 orang

kemudian memberikan informasi pokok materi dan mekanisme

kegiatan

2 Menyiapkan meja turnamen secukupnya misalnya 10 meja Untuk

tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara meja I

diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan

seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya

paling rendah Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu

adalah hasil kesepakatan kelompok

3 Turnamen dilaksanakan dengan cara setiap siswa mengambil kartu

soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya

untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit) Siswa bisa

mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai

sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan

sekaligus skor kelompok asal Siswa pada tiap meja tunamen

diberikan gelar superior very good good medium sesuai dengan

skor yang diperolehnya

10

4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk

turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk

pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa

superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula

untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar

yang sama

5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual

serta memberikan penghargaan kelompok dan individual

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya

2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain

3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial

Sedangkan kelemahannya yaitu

1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok

2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk

diatur

3 Memakan banyak waktu

242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang

jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen

Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan

pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan

penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini

berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif

kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu

dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok

Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan

dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain

11

1 Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana

Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

beserta lembar jawabannya

2 Membentuk kelompok kooperatif

Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa

dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis

kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar

kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas

ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan

kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik

3 Menentukan skor awal

Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai

skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu

hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah

pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal

4 Pengaturan tempat duduk

Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka

pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan

supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-

pindah

5 Kerja kelompok

Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan

latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-

masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal

Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam

pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang

cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe

pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya

pemberian penghargaan pada kelompok

12

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Seluruh siswa menjadi lebih siap

2 Melatih kerjasama dengan baik

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah

1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam

penyesuaian

2 Membedakan siswa

243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)

Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =

com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan

bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model

pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar

adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun

pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran

dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan

siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi

Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar

berupa modul

2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh

siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar

jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam

kelompok

3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif

4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok

Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk

mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit

diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah

melaksanakan pembelajaran kooperatif

13

244 Jigsaw (Tim Ahli)

Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut

1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen

yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang

2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks

yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan

3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang

ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya

4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan

yang sama berdiskusi dalam tim ahli

5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-

temannya setelah selesai berdiskusi

6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para

siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)

Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir

sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model

pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan

dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-

masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu

245 Berpikir Berpasangan

Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan

tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai

lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut

1 Berpikir

Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa

Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri

menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang

diajukan

2 Berpasangan

Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban

yang diperoleh melalui metode berpikir

14

3 Berbagi

Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa

yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara

presentasi (Trianto 2007 62)

Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis

siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya

tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa

disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu

246 Investigasi Kelompok

Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah

1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan

orientasi tugas

2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok

menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya

mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di

dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah

banyak guru dan staf sekolah)

3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis

individual

4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan

berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609

pembelajaranhtml

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif

paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan

untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit

dan mempunyai jam pelajaran lebih

247 Kepala Bernomor

Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah

sebagai berikut

1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor

tertentu

15

2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok

sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa

tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)

3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa

yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi

kelas

4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta

mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Setiap siswa menjadi siap semua

2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

Sedangkan kelemahannya yaitu

4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru

5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling

mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam

pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT

Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat

prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran

kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh

anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan

Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan

belajar

Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan

nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada

papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut

pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban

pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan

16

bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan

semua pemain paham

25 Hasil Belajar

Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan

rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang

diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat

pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh

kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat

penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon

terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan

baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh

pelakunya

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu

tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar

memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang

diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan

menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi

17

26 Reaksi Oksidasi - Reduksi

Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti

pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi

hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks

yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan

reaksi autoredoks

261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi

Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam

berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya

arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon

meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada

logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada

tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian

contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi

262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan

Oksigen

Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan

dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada

mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari

penggabungan dan pelepasan oksigen

Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat

dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat

disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi

1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)

2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)

3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)

4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)

5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)

Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe

Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3

18

setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami

reaksi oksidasi

Contoh reaksi reduksi

1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)

2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)

3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)

Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2

demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen

menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering

digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah

2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)

Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami

oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3

mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi

terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks

263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron

Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas

oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan

oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi

pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan

elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron

Contohnya pada pembentukan ion Na+

Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash

Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi

Contohnya pada pembentukan ion S2-

S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)

Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan

reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu

Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash

Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)

19

Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan

menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor

Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi

dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi

264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan

Penurunan) Bilangan Oksidasi

Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan

kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar

tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)

adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung

dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain

1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas

unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3

P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K

Mg C dan lain-lain)

Contoh

a H dalam H2

b O dalam O2 dan O3

c F dalam F2

d Na dalam Na

2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa

hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa

yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh

NaH KH CaH2)

Contoh H dalam H2O NH3 HCl

3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali

a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2

mempunyai bilok (ndash1)

b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)

20

c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12

)

Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO

4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif

Contoh

a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)

b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok

(+2)

c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+

5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif

Contoh

a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)

b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)

6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah

muatannya

Contoh

Bilok S dalam SO42-

Bilok O = ndash2

Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)

ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))

ndash2 = bilok S + (ndash8)

Bilok S = +6

7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)

Contoh H2S

Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))

0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))

0 = (+2) + bilok S

Bilok S = (ndash2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi

reduksi adalah reaksi penurunan bilok

21

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 8: Karya Ilmiah Heru Manafe

3 siswa harus dapat terlibat secara penuh dalam permainan

Permainan yang baik untuk digunakan sebagai media pembelajaran adalah

permainan yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut

1 alat atau perlengkapan permainan itu mudah ditemukan atau dibuat

mudah disimpan dan tahan lama

2 permainan mempunyai aturan yang jelas dan sederhana

3 permainan dapat dimainkan dalam waktu yang relatif singkat

4 permainan harus berkaitan atau dapat mencapai tujuan pembelajaran

23 Ular Tangga

Menurut situs httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga ular tangga

merupakan permainan anak-anak berbentuk papan yang dimainkan oleh dua

orang atau lebih Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil sejumlah

tangga atau ular digambar di beberapa kotak yang menghubungkannya

dengan kotak lain Permainan ini diciptakan pada tahun 1870

Gambar 21 Contoh papan permainan ular tangga

8

Tidak ada bentuk standar dari papan permainan ular tangga Setiap

orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak ular

dan tangga yang berlainan

Setiap pemain memulai permainan dengan meletakkan bidaknya di

kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) kemudian secara

bergiliran pemain melemparkan dadu Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah

mata dadu yang muncul Jika bidak pemain berhenti di ujung bawah sebuah

tangga bidak tersebut dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain Bila

bidak pemain berhenti di kotak dengan gambar ekor ular mereka harus turun

ke kotak di ujung bawah ular Pemenang adalah pemain pertama yang

bidaknya mencapai kotak terakhir

Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu yang

dilempar mereka mendapat giliran sekali lagi untuk melempar dadu Jika

tidak maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya

Papan permainan ular tangga dapat dimodifikasi menjadi media

pembelajaran Modifikasi dapat dilakukan dengan cara mengganti peraturan

permainan Pada penelitian sebelumya mengunakan permainan ular tangga

dengan papan permainan tetap terdapat ular ataupun tangga seperti pada

umumnya Namun berbeda pada prosedur kenaikan pada tangga dan

penurunan pada ular Pada ular tangga penelitian tersebut untuk dapat

menaiki tangga maka peserta yang berhenti pada ujung bawah tangga harus

dapat menjawab pertanyaan yang terdapat di balik kartu bertanda T

sedangkan bila peserta berhenti pada ekor ular agar ia dapat bertahan atau

tidak turun ke kepala ular maka ia harus dapat menjawab pertanyaan yang

terdapat di balik kartu bertanda U (Dianto 2008)

Selain bentuk U dan T modifikasi juga dapat dilakukan dengan

mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-nomor bonus yaitu nomor-

nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular tangga Apabila bidak

berhenti pada nomo-nomor tersebut pemain harus menjawab pertanyaan

yang disediakan oleh wasit Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak

bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain

sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham

9

24 Model Pembelajaran Kooperatif

Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut

241 Permainan Tim (PT)

Penerapan model PT dilakukan dengan cara mengelompokkan

siswa secara heterogen Tiap kelompok mendapatkan tugas yang sama

atau berbeda Setelah tugas diperoleh setiap kelompok bekerja sama

dalam bentuk kerja individual dan diskusi Usahakan dinamikia

kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar

kelompok Suasana diskuisi dibuat nyaman dan menyenangkan sepeti

dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap

terbuka ramah lembut dan santun Setelah selesai kerja kelompok

sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok siswa heterogen yang terdiri dari 4 orang

kemudian memberikan informasi pokok materi dan mekanisme

kegiatan

2 Menyiapkan meja turnamen secukupnya misalnya 10 meja Untuk

tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara meja I

diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan

seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya

paling rendah Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu

adalah hasil kesepakatan kelompok

3 Turnamen dilaksanakan dengan cara setiap siswa mengambil kartu

soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya

untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit) Siswa bisa

mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai

sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan

sekaligus skor kelompok asal Siswa pada tiap meja tunamen

diberikan gelar superior very good good medium sesuai dengan

skor yang diperolehnya

10

4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk

turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk

pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa

superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula

untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar

yang sama

5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual

serta memberikan penghargaan kelompok dan individual

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya

2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain

3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial

Sedangkan kelemahannya yaitu

1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok

2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk

diatur

3 Memakan banyak waktu

242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang

jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen

Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan

pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan

penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini

berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif

kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu

dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok

Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan

dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain

11

1 Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana

Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

beserta lembar jawabannya

2 Membentuk kelompok kooperatif

Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa

dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis

kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar

kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas

ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan

kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik

3 Menentukan skor awal

Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai

skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu

hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah

pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal

4 Pengaturan tempat duduk

Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka

pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan

supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-

pindah

5 Kerja kelompok

Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan

latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-

masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal

Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam

pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang

cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe

pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya

pemberian penghargaan pada kelompok

12

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Seluruh siswa menjadi lebih siap

2 Melatih kerjasama dengan baik

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah

1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam

penyesuaian

2 Membedakan siswa

243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)

Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =

com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan

bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model

pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar

adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun

pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran

dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan

siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi

Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar

berupa modul

2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh

siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar

jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam

kelompok

3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif

4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok

Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk

mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit

diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah

melaksanakan pembelajaran kooperatif

13

244 Jigsaw (Tim Ahli)

Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut

1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen

yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang

2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks

yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan

3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang

ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya

4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan

yang sama berdiskusi dalam tim ahli

5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-

temannya setelah selesai berdiskusi

6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para

siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)

Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir

sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model

pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan

dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-

masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu

245 Berpikir Berpasangan

Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan

tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai

lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut

1 Berpikir

Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa

Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri

menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang

diajukan

2 Berpasangan

Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban

yang diperoleh melalui metode berpikir

14

3 Berbagi

Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa

yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara

presentasi (Trianto 2007 62)

Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis

siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya

tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa

disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu

246 Investigasi Kelompok

Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah

1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan

orientasi tugas

2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok

menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya

mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di

dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah

banyak guru dan staf sekolah)

3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis

individual

4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan

berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609

pembelajaranhtml

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif

paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan

untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit

dan mempunyai jam pelajaran lebih

247 Kepala Bernomor

Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah

sebagai berikut

1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor

tertentu

15

2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok

sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa

tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)

3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa

yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi

kelas

4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta

mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Setiap siswa menjadi siap semua

2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

Sedangkan kelemahannya yaitu

4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru

5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling

mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam

pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT

Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat

prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran

kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh

anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan

Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan

belajar

Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan

nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada

papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut

pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban

pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan

16

bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan

semua pemain paham

25 Hasil Belajar

Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan

rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang

diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat

pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh

kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat

penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon

terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan

baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh

pelakunya

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu

tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar

memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang

diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan

menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi

17

26 Reaksi Oksidasi - Reduksi

Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti

pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi

hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks

yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan

reaksi autoredoks

261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi

Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam

berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya

arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon

meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada

logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada

tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian

contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi

262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan

Oksigen

Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan

dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada

mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari

penggabungan dan pelepasan oksigen

Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat

dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat

disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi

1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)

2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)

3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)

4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)

5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)

Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe

Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3

18

setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami

reaksi oksidasi

Contoh reaksi reduksi

1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)

2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)

3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)

Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2

demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen

menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering

digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah

2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)

Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami

oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3

mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi

terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks

263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron

Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas

oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan

oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi

pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan

elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron

Contohnya pada pembentukan ion Na+

Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash

Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi

Contohnya pada pembentukan ion S2-

S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)

Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan

reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu

Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash

Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)

19

Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan

menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor

Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi

dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi

264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan

Penurunan) Bilangan Oksidasi

Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan

kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar

tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)

adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung

dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain

1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas

unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3

P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K

Mg C dan lain-lain)

Contoh

a H dalam H2

b O dalam O2 dan O3

c F dalam F2

d Na dalam Na

2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa

hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa

yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh

NaH KH CaH2)

Contoh H dalam H2O NH3 HCl

3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali

a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2

mempunyai bilok (ndash1)

b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)

20

c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12

)

Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO

4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif

Contoh

a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)

b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok

(+2)

c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+

5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif

Contoh

a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)

b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)

6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah

muatannya

Contoh

Bilok S dalam SO42-

Bilok O = ndash2

Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)

ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))

ndash2 = bilok S + (ndash8)

Bilok S = +6

7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)

Contoh H2S

Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))

0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))

0 = (+2) + bilok S

Bilok S = (ndash2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi

reduksi adalah reaksi penurunan bilok

21

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 9: Karya Ilmiah Heru Manafe

Tidak ada bentuk standar dari papan permainan ular tangga Setiap

orang dapat menciptakan sendiri papan mereka dengan jumlah kotak ular

dan tangga yang berlainan

Setiap pemain memulai permainan dengan meletakkan bidaknya di

kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) kemudian secara

bergiliran pemain melemparkan dadu Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah

mata dadu yang muncul Jika bidak pemain berhenti di ujung bawah sebuah

tangga bidak tersebut dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain Bila

bidak pemain berhenti di kotak dengan gambar ekor ular mereka harus turun

ke kotak di ujung bawah ular Pemenang adalah pemain pertama yang

bidaknya mencapai kotak terakhir

Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu yang

dilempar mereka mendapat giliran sekali lagi untuk melempar dadu Jika

tidak maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya

Papan permainan ular tangga dapat dimodifikasi menjadi media

pembelajaran Modifikasi dapat dilakukan dengan cara mengganti peraturan

permainan Pada penelitian sebelumya mengunakan permainan ular tangga

dengan papan permainan tetap terdapat ular ataupun tangga seperti pada

umumnya Namun berbeda pada prosedur kenaikan pada tangga dan

penurunan pada ular Pada ular tangga penelitian tersebut untuk dapat

menaiki tangga maka peserta yang berhenti pada ujung bawah tangga harus

dapat menjawab pertanyaan yang terdapat di balik kartu bertanda T

sedangkan bila peserta berhenti pada ekor ular agar ia dapat bertahan atau

tidak turun ke kepala ular maka ia harus dapat menjawab pertanyaan yang

terdapat di balik kartu bertanda U (Dianto 2008)

Selain bentuk U dan T modifikasi juga dapat dilakukan dengan

mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-nomor bonus yaitu nomor-

nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular tangga Apabila bidak

berhenti pada nomo-nomor tersebut pemain harus menjawab pertanyaan

yang disediakan oleh wasit Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak

bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain

sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham

9

24 Model Pembelajaran Kooperatif

Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut

241 Permainan Tim (PT)

Penerapan model PT dilakukan dengan cara mengelompokkan

siswa secara heterogen Tiap kelompok mendapatkan tugas yang sama

atau berbeda Setelah tugas diperoleh setiap kelompok bekerja sama

dalam bentuk kerja individual dan diskusi Usahakan dinamikia

kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar

kelompok Suasana diskuisi dibuat nyaman dan menyenangkan sepeti

dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap

terbuka ramah lembut dan santun Setelah selesai kerja kelompok

sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok siswa heterogen yang terdiri dari 4 orang

kemudian memberikan informasi pokok materi dan mekanisme

kegiatan

2 Menyiapkan meja turnamen secukupnya misalnya 10 meja Untuk

tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara meja I

diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan

seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya

paling rendah Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu

adalah hasil kesepakatan kelompok

3 Turnamen dilaksanakan dengan cara setiap siswa mengambil kartu

soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya

untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit) Siswa bisa

mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai

sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan

sekaligus skor kelompok asal Siswa pada tiap meja tunamen

diberikan gelar superior very good good medium sesuai dengan

skor yang diperolehnya

10

4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk

turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk

pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa

superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula

untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar

yang sama

5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual

serta memberikan penghargaan kelompok dan individual

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya

2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain

3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial

Sedangkan kelemahannya yaitu

1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok

2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk

diatur

3 Memakan banyak waktu

242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang

jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen

Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan

pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan

penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini

berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif

kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu

dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok

Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan

dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain

11

1 Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana

Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

beserta lembar jawabannya

2 Membentuk kelompok kooperatif

Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa

dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis

kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar

kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas

ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan

kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik

3 Menentukan skor awal

Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai

skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu

hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah

pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal

4 Pengaturan tempat duduk

Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka

pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan

supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-

pindah

5 Kerja kelompok

Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan

latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-

masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal

Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam

pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang

cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe

pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya

pemberian penghargaan pada kelompok

12

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Seluruh siswa menjadi lebih siap

2 Melatih kerjasama dengan baik

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah

1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam

penyesuaian

2 Membedakan siswa

243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)

Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =

com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan

bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model

pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar

adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun

pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran

dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan

siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi

Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar

berupa modul

2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh

siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar

jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam

kelompok

3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif

4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok

Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk

mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit

diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah

melaksanakan pembelajaran kooperatif

13

244 Jigsaw (Tim Ahli)

Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut

1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen

yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang

2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks

yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan

3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang

ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya

4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan

yang sama berdiskusi dalam tim ahli

5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-

temannya setelah selesai berdiskusi

6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para

siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)

Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir

sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model

pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan

dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-

masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu

245 Berpikir Berpasangan

Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan

tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai

lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut

1 Berpikir

Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa

Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri

menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang

diajukan

2 Berpasangan

Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban

yang diperoleh melalui metode berpikir

14

3 Berbagi

Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa

yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara

presentasi (Trianto 2007 62)

Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis

siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya

tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa

disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu

246 Investigasi Kelompok

Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah

1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan

orientasi tugas

2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok

menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya

mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di

dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah

banyak guru dan staf sekolah)

3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis

individual

4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan

berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609

pembelajaranhtml

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif

paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan

untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit

dan mempunyai jam pelajaran lebih

247 Kepala Bernomor

Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah

sebagai berikut

1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor

tertentu

15

2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok

sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa

tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)

3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa

yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi

kelas

4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta

mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Setiap siswa menjadi siap semua

2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

Sedangkan kelemahannya yaitu

4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru

5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling

mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam

pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT

Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat

prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran

kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh

anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan

Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan

belajar

Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan

nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada

papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut

pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban

pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan

16

bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan

semua pemain paham

25 Hasil Belajar

Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan

rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang

diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat

pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh

kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat

penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon

terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan

baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh

pelakunya

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu

tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar

memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang

diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan

menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi

17

26 Reaksi Oksidasi - Reduksi

Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti

pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi

hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks

yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan

reaksi autoredoks

261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi

Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam

berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya

arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon

meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada

logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada

tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian

contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi

262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan

Oksigen

Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan

dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada

mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari

penggabungan dan pelepasan oksigen

Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat

dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat

disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi

1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)

2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)

3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)

4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)

5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)

Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe

Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3

18

setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami

reaksi oksidasi

Contoh reaksi reduksi

1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)

2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)

3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)

Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2

demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen

menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering

digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah

2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)

Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami

oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3

mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi

terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks

263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron

Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas

oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan

oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi

pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan

elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron

Contohnya pada pembentukan ion Na+

Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash

Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi

Contohnya pada pembentukan ion S2-

S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)

Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan

reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu

Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash

Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)

19

Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan

menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor

Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi

dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi

264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan

Penurunan) Bilangan Oksidasi

Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan

kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar

tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)

adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung

dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain

1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas

unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3

P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K

Mg C dan lain-lain)

Contoh

a H dalam H2

b O dalam O2 dan O3

c F dalam F2

d Na dalam Na

2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa

hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa

yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh

NaH KH CaH2)

Contoh H dalam H2O NH3 HCl

3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali

a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2

mempunyai bilok (ndash1)

b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)

20

c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12

)

Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO

4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif

Contoh

a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)

b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok

(+2)

c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+

5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif

Contoh

a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)

b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)

6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah

muatannya

Contoh

Bilok S dalam SO42-

Bilok O = ndash2

Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)

ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))

ndash2 = bilok S + (ndash8)

Bilok S = +6

7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)

Contoh H2S

Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))

0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))

0 = (+2) + bilok S

Bilok S = (ndash2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi

reduksi adalah reaksi penurunan bilok

21

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 10: Karya Ilmiah Heru Manafe

24 Model Pembelajaran Kooperatif

Beberapa tipe model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut

241 Permainan Tim (PT)

Penerapan model PT dilakukan dengan cara mengelompokkan

siswa secara heterogen Tiap kelompok mendapatkan tugas yang sama

atau berbeda Setelah tugas diperoleh setiap kelompok bekerja sama

dalam bentuk kerja individual dan diskusi Usahakan dinamikia

kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar

kelompok Suasana diskuisi dibuat nyaman dan menyenangkan sepeti

dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap

terbuka ramah lembut dan santun Setelah selesai kerja kelompok

sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok siswa heterogen yang terdiri dari 4 orang

kemudian memberikan informasi pokok materi dan mekanisme

kegiatan

2 Menyiapkan meja turnamen secukupnya misalnya 10 meja Untuk

tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara meja I

diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan

seterusnya sampai meja ke-X ditempati oleh siswa yang levelnya

paling rendah Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu

adalah hasil kesepakatan kelompok

3 Turnamen dilaksanakan dengan cara setiap siswa mengambil kartu

soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya

untuk jangka waktu tertentu (misal 3 menit) Siswa bisa

mengerjakan lebih dari satu soal dan hasilnya diperiksa dan dinilai

sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan

sekaligus skor kelompok asal Siswa pada tiap meja tunamen

diberikan gelar superior very good good medium sesuai dengan

skor yang diperolehnya

10

4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk

turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk

pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa

superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula

untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar

yang sama

5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual

serta memberikan penghargaan kelompok dan individual

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya

2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain

3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial

Sedangkan kelemahannya yaitu

1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok

2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk

diatur

3 Memakan banyak waktu

242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang

jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen

Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan

pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan

penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini

berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif

kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu

dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok

Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan

dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain

11

1 Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana

Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

beserta lembar jawabannya

2 Membentuk kelompok kooperatif

Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa

dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis

kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar

kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas

ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan

kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik

3 Menentukan skor awal

Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai

skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu

hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah

pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal

4 Pengaturan tempat duduk

Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka

pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan

supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-

pindah

5 Kerja kelompok

Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan

latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-

masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal

Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam

pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang

cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe

pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya

pemberian penghargaan pada kelompok

12

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Seluruh siswa menjadi lebih siap

2 Melatih kerjasama dengan baik

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah

1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam

penyesuaian

2 Membedakan siswa

243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)

Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =

com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan

bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model

pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar

adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun

pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran

dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan

siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi

Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar

berupa modul

2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh

siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar

jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam

kelompok

3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif

4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok

Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk

mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit

diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah

melaksanakan pembelajaran kooperatif

13

244 Jigsaw (Tim Ahli)

Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut

1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen

yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang

2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks

yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan

3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang

ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya

4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan

yang sama berdiskusi dalam tim ahli

5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-

temannya setelah selesai berdiskusi

6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para

siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)

Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir

sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model

pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan

dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-

masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu

245 Berpikir Berpasangan

Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan

tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai

lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut

1 Berpikir

Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa

Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri

menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang

diajukan

2 Berpasangan

Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban

yang diperoleh melalui metode berpikir

14

3 Berbagi

Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa

yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara

presentasi (Trianto 2007 62)

Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis

siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya

tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa

disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu

246 Investigasi Kelompok

Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah

1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan

orientasi tugas

2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok

menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya

mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di

dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah

banyak guru dan staf sekolah)

3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis

individual

4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan

berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609

pembelajaranhtml

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif

paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan

untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit

dan mempunyai jam pelajaran lebih

247 Kepala Bernomor

Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah

sebagai berikut

1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor

tertentu

15

2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok

sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa

tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)

3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa

yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi

kelas

4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta

mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Setiap siswa menjadi siap semua

2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

Sedangkan kelemahannya yaitu

4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru

5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling

mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam

pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT

Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat

prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran

kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh

anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan

Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan

belajar

Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan

nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada

papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut

pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban

pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan

16

bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan

semua pemain paham

25 Hasil Belajar

Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan

rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang

diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat

pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh

kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat

penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon

terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan

baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh

pelakunya

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu

tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar

memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang

diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan

menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi

17

26 Reaksi Oksidasi - Reduksi

Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti

pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi

hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks

yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan

reaksi autoredoks

261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi

Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam

berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya

arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon

meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada

logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada

tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian

contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi

262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan

Oksigen

Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan

dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada

mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari

penggabungan dan pelepasan oksigen

Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat

dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat

disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi

1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)

2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)

3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)

4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)

5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)

Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe

Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3

18

setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami

reaksi oksidasi

Contoh reaksi reduksi

1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)

2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)

3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)

Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2

demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen

menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering

digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah

2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)

Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami

oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3

mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi

terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks

263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron

Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas

oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan

oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi

pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan

elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron

Contohnya pada pembentukan ion Na+

Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash

Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi

Contohnya pada pembentukan ion S2-

S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)

Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan

reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu

Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash

Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)

19

Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan

menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor

Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi

dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi

264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan

Penurunan) Bilangan Oksidasi

Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan

kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar

tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)

adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung

dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain

1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas

unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3

P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K

Mg C dan lain-lain)

Contoh

a H dalam H2

b O dalam O2 dan O3

c F dalam F2

d Na dalam Na

2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa

hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa

yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh

NaH KH CaH2)

Contoh H dalam H2O NH3 HCl

3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali

a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2

mempunyai bilok (ndash1)

b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)

20

c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12

)

Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO

4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif

Contoh

a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)

b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok

(+2)

c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+

5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif

Contoh

a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)

b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)

6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah

muatannya

Contoh

Bilok S dalam SO42-

Bilok O = ndash2

Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)

ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))

ndash2 = bilok S + (ndash8)

Bilok S = +6

7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)

Contoh H2S

Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))

0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))

0 = (+2) + bilok S

Bilok S = (ndash2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi

reduksi adalah reaksi penurunan bilok

21

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 11: Karya Ilmiah Heru Manafe

4 Pergeseran yaitu pada turnamen kedua ( begitu juga untuk

turnamen ketiga-keempat dst) dilakukan pergeseran tempat duduk

pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi Siswa

superior dalam kelompok meja turnamen yang sama begitu pula

untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar

yang sama

5 Menghitung skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual

serta memberikan penghargaan kelompok dan individual

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasannya

2 Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain

3 Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosial

Sedangkan kelemahannya yaitu

1 Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok

2 Tempat duduk yang kadang sulit atau kurang mendukung untuk

diatur

3 Memakan banyak waktu

242 Peningkatan Prestasi Tim (PPT)

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe PPT merupakan model pembelajaran

kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang

jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen

Kegiatan belajar mengajarnya diawali dengan penyampaian tujuan

pembelajaran penyampaian materi kegiatan kelompok kuis dan

penghargaan kelompok Kegiatan kelompok dalam pembelajaran ini

berupa diskusi bahan belajar seperti LKS atau modul secara kolabratif

kemudian menyajikannya dengan cara presentasi kelompok Selain itu

dibuat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok

Menurut Trianto (200754) persiapan-persiapan yang dibutuhkan

dalam pembelajaran kooperatif tipe PPT antara lain

11

1 Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana

Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

beserta lembar jawabannya

2 Membentuk kelompok kooperatif

Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa

dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis

kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar

kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas

ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan

kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik

3 Menentukan skor awal

Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai

skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu

hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah

pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal

4 Pengaturan tempat duduk

Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka

pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan

supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-

pindah

5 Kerja kelompok

Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan

latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-

masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal

Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam

pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang

cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe

pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya

pemberian penghargaan pada kelompok

12

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Seluruh siswa menjadi lebih siap

2 Melatih kerjasama dengan baik

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah

1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam

penyesuaian

2 Membedakan siswa

243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)

Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =

com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan

bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model

pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar

adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun

pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran

dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan

siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi

Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar

berupa modul

2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh

siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar

jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam

kelompok

3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif

4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok

Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk

mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit

diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah

melaksanakan pembelajaran kooperatif

13

244 Jigsaw (Tim Ahli)

Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut

1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen

yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang

2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks

yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan

3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang

ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya

4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan

yang sama berdiskusi dalam tim ahli

5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-

temannya setelah selesai berdiskusi

6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para

siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)

Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir

sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model

pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan

dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-

masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu

245 Berpikir Berpasangan

Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan

tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai

lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut

1 Berpikir

Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa

Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri

menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang

diajukan

2 Berpasangan

Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban

yang diperoleh melalui metode berpikir

14

3 Berbagi

Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa

yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara

presentasi (Trianto 2007 62)

Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis

siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya

tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa

disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu

246 Investigasi Kelompok

Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah

1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan

orientasi tugas

2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok

menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya

mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di

dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah

banyak guru dan staf sekolah)

3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis

individual

4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan

berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609

pembelajaranhtml

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif

paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan

untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit

dan mempunyai jam pelajaran lebih

247 Kepala Bernomor

Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah

sebagai berikut

1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor

tertentu

15

2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok

sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa

tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)

3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa

yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi

kelas

4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta

mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Setiap siswa menjadi siap semua

2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

Sedangkan kelemahannya yaitu

4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru

5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling

mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam

pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT

Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat

prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran

kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh

anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan

Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan

belajar

Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan

nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada

papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut

pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban

pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan

16

bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan

semua pemain paham

25 Hasil Belajar

Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan

rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang

diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat

pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh

kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat

penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon

terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan

baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh

pelakunya

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu

tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar

memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang

diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan

menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi

17

26 Reaksi Oksidasi - Reduksi

Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti

pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi

hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks

yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan

reaksi autoredoks

261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi

Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam

berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya

arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon

meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada

logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada

tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian

contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi

262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan

Oksigen

Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan

dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada

mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari

penggabungan dan pelepasan oksigen

Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat

dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat

disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi

1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)

2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)

3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)

4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)

5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)

Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe

Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3

18

setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami

reaksi oksidasi

Contoh reaksi reduksi

1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)

2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)

3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)

Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2

demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen

menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering

digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah

2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)

Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami

oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3

mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi

terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks

263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron

Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas

oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan

oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi

pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan

elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron

Contohnya pada pembentukan ion Na+

Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash

Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi

Contohnya pada pembentukan ion S2-

S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)

Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan

reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu

Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash

Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)

19

Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan

menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor

Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi

dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi

264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan

Penurunan) Bilangan Oksidasi

Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan

kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar

tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)

adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung

dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain

1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas

unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3

P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K

Mg C dan lain-lain)

Contoh

a H dalam H2

b O dalam O2 dan O3

c F dalam F2

d Na dalam Na

2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa

hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa

yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh

NaH KH CaH2)

Contoh H dalam H2O NH3 HCl

3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali

a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2

mempunyai bilok (ndash1)

b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)

20

c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12

)

Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO

4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif

Contoh

a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)

b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok

(+2)

c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+

5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif

Contoh

a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)

b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)

6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah

muatannya

Contoh

Bilok S dalam SO42-

Bilok O = ndash2

Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)

ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))

ndash2 = bilok S + (ndash8)

Bilok S = +6

7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)

Contoh H2S

Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))

0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))

0 = (+2) + bilok S

Bilok S = (ndash2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi

reduksi adalah reaksi penurunan bilok

21

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 12: Karya Ilmiah Heru Manafe

1 Perangkat pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang dibutuhkan meliputi Rencana

Pembelajaran (RP) Buku Siswa Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

beserta lembar jawabannya

2 Membentuk kelompok kooperatif

Dalam menentukan kelompok diusahakan agar kemampuan siswa

dalam satu kelompok heterogen baik berdasarkan prestasi jenis

kelamin suku dan latar belakang sosial Kemampuan antar

kelompok diusahakan homogen Apabila dalam kelas terdiri atas

ras dan latar belakang yang relatif sama maka pembentukan

kelompok bisa didasarkan pada prestasi akademik

3 Menentukan skor awal

Nilai ulangan sebelumnya dalam kelas ini dapat dijadikan sebagai

skor awal Skor ini bisa berubah setelah diadakan kuis Selain itu

hasil tes masing-masing individu yang diadakan setelah

pembelajaran lebih lanjut juga dapat dijadikan sebagai skor awal

4 Pengaturan tempat duduk

Untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif maka

pengaturan tempat duduk diusahakan satu kelompok berdekatan

supaya tidak kacau Tempat duduk sebaiknya tidak berpindah-

pindah

5 Kerja kelompok

Supaya tidak terjadi kekacauan lain maka terlebih dahulu diadakan

latihan kerjasama dalam kelompok Hal ini dilakukan agar masing-

masing individu dalam satu kelompok lebih saling mengenal

Model pembelajaran kooperatif tipe PPT ini merupakan tipe

pembelajaran kooperatif yang cukup sederhana Hal ini karena dalam

pembelajaran PPT ini masih ada penyampaian materi pelajaran yang

cenderung seperti model pembelajaran konvensional Perbedaan tipe

pembelajaran ini dengan metode konvensional terletak pada adanya

pemberian penghargaan pada kelompok

12

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Seluruh siswa menjadi lebih siap

2 Melatih kerjasama dengan baik

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah

1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam

penyesuaian

2 Membedakan siswa

243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)

Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =

com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan

bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model

pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar

adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun

pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran

dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan

siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi

Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar

berupa modul

2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh

siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar

jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam

kelompok

3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif

4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok

Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk

mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit

diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah

melaksanakan pembelajaran kooperatif

13

244 Jigsaw (Tim Ahli)

Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut

1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen

yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang

2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks

yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan

3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang

ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya

4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan

yang sama berdiskusi dalam tim ahli

5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-

temannya setelah selesai berdiskusi

6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para

siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)

Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir

sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model

pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan

dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-

masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu

245 Berpikir Berpasangan

Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan

tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai

lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut

1 Berpikir

Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa

Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri

menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang

diajukan

2 Berpasangan

Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban

yang diperoleh melalui metode berpikir

14

3 Berbagi

Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa

yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara

presentasi (Trianto 2007 62)

Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis

siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya

tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa

disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu

246 Investigasi Kelompok

Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah

1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan

orientasi tugas

2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok

menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya

mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di

dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah

banyak guru dan staf sekolah)

3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis

individual

4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan

berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609

pembelajaranhtml

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif

paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan

untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit

dan mempunyai jam pelajaran lebih

247 Kepala Bernomor

Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah

sebagai berikut

1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor

tertentu

15

2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok

sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa

tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)

3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa

yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi

kelas

4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta

mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Setiap siswa menjadi siap semua

2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

Sedangkan kelemahannya yaitu

4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru

5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling

mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam

pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT

Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat

prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran

kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh

anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan

Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan

belajar

Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan

nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada

papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut

pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban

pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan

16

bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan

semua pemain paham

25 Hasil Belajar

Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan

rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang

diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat

pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh

kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat

penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon

terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan

baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh

pelakunya

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu

tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar

memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang

diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan

menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi

17

26 Reaksi Oksidasi - Reduksi

Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti

pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi

hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks

yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan

reaksi autoredoks

261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi

Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam

berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya

arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon

meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada

logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada

tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian

contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi

262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan

Oksigen

Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan

dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada

mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari

penggabungan dan pelepasan oksigen

Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat

dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat

disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi

1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)

2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)

3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)

4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)

5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)

Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe

Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3

18

setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami

reaksi oksidasi

Contoh reaksi reduksi

1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)

2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)

3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)

Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2

demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen

menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering

digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah

2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)

Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami

oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3

mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi

terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks

263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron

Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas

oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan

oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi

pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan

elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron

Contohnya pada pembentukan ion Na+

Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash

Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi

Contohnya pada pembentukan ion S2-

S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)

Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan

reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu

Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash

Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)

19

Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan

menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor

Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi

dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi

264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan

Penurunan) Bilangan Oksidasi

Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan

kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar

tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)

adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung

dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain

1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas

unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3

P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K

Mg C dan lain-lain)

Contoh

a H dalam H2

b O dalam O2 dan O3

c F dalam F2

d Na dalam Na

2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa

hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa

yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh

NaH KH CaH2)

Contoh H dalam H2O NH3 HCl

3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali

a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2

mempunyai bilok (ndash1)

b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)

20

c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12

)

Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO

4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif

Contoh

a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)

b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok

(+2)

c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+

5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif

Contoh

a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)

b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)

6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah

muatannya

Contoh

Bilok S dalam SO42-

Bilok O = ndash2

Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)

ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))

ndash2 = bilok S + (ndash8)

Bilok S = +6

7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)

Contoh H2S

Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))

0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))

0 = (+2) + bilok S

Bilok S = (ndash2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi

reduksi adalah reaksi penurunan bilok

21

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 13: Karya Ilmiah Heru Manafe

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Seluruh siswa menjadi lebih siap

2 Melatih kerjasama dengan baik

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran ini adalah

1 Anggota kelompok semua mengalami kesulitan dalam

penyesuaian

2 Membedakan siswa

243 Bidak (Bantuan Individual Dalam Kelompok)

Menurut situs httpeducaree-fkipunlanetindexphpoption =

com bantuan Individual dalam Kelompok (Bidak) adalah terjemahan

bebas dari Team Assisted Individually (TAI) yang merupakan model

pembelajaran kooperatif dengan karateristirk tanggung jawab belajar

adalah pada siswa Oleh karena itu siswa harus membangun

pengetahuan sendiri dengan kata lain tidak menerima materi pelajaran

dalam bentuk jadi dari guru Pola komunikasi antara guru dengan

siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi

Langkah-langkah pembelajaran dengan Bidak adalah sebagai berikut

1 Membuat kelompok secara heterogen dan memberikan bahan ajar

berupa modul

2 Siswa-siswa yang telah dikelompokan belajar dengan dibantu oleh

siswa pandai dari anggota kelompok secara individual saling tukar

jawaban dan saling berbagi sehingga terjadi diskusi dalam

kelompok

3 Melaksanakan refleksi dan tes formatif

4 Memberikan penghargaan terhadap kelompok

Model pembelajaran ini memang mengajak siswa untuk

mengkontstruksi pengetahuannya sendiri Namun Bidak sulit

diterapkan pada kelas yang siswanya sama sekali belum pernah

melaksanakan pembelajaran kooperatif

13

244 Jigsaw (Tim Ahli)

Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut

1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen

yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang

2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks

yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan

3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang

ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya

4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan

yang sama berdiskusi dalam tim ahli

5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-

temannya setelah selesai berdiskusi

6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para

siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)

Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir

sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model

pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan

dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-

masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu

245 Berpikir Berpasangan

Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan

tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai

lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut

1 Berpikir

Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa

Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri

menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang

diajukan

2 Berpasangan

Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban

yang diperoleh melalui metode berpikir

14

3 Berbagi

Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa

yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara

presentasi (Trianto 2007 62)

Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis

siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya

tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa

disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu

246 Investigasi Kelompok

Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah

1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan

orientasi tugas

2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok

menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya

mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di

dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah

banyak guru dan staf sekolah)

3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis

individual

4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan

berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609

pembelajaranhtml

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif

paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan

untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit

dan mempunyai jam pelajaran lebih

247 Kepala Bernomor

Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah

sebagai berikut

1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor

tertentu

15

2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok

sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa

tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)

3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa

yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi

kelas

4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta

mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Setiap siswa menjadi siap semua

2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

Sedangkan kelemahannya yaitu

4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru

5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling

mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam

pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT

Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat

prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran

kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh

anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan

Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan

belajar

Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan

nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada

papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut

pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban

pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan

16

bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan

semua pemain paham

25 Hasil Belajar

Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan

rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang

diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat

pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh

kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat

penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon

terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan

baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh

pelakunya

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu

tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar

memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang

diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan

menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi

17

26 Reaksi Oksidasi - Reduksi

Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti

pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi

hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks

yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan

reaksi autoredoks

261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi

Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam

berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya

arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon

meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada

logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada

tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian

contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi

262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan

Oksigen

Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan

dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada

mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari

penggabungan dan pelepasan oksigen

Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat

dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat

disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi

1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)

2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)

3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)

4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)

5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)

Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe

Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3

18

setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami

reaksi oksidasi

Contoh reaksi reduksi

1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)

2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)

3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)

Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2

demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen

menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering

digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah

2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)

Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami

oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3

mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi

terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks

263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron

Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas

oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan

oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi

pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan

elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron

Contohnya pada pembentukan ion Na+

Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash

Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi

Contohnya pada pembentukan ion S2-

S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)

Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan

reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu

Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash

Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)

19

Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan

menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor

Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi

dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi

264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan

Penurunan) Bilangan Oksidasi

Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan

kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar

tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)

adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung

dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain

1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas

unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3

P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K

Mg C dan lain-lain)

Contoh

a H dalam H2

b O dalam O2 dan O3

c F dalam F2

d Na dalam Na

2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa

hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa

yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh

NaH KH CaH2)

Contoh H dalam H2O NH3 HCl

3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali

a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2

mempunyai bilok (ndash1)

b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)

20

c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12

)

Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO

4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif

Contoh

a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)

b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok

(+2)

c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+

5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif

Contoh

a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)

b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)

6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah

muatannya

Contoh

Bilok S dalam SO42-

Bilok O = ndash2

Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)

ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))

ndash2 = bilok S + (ndash8)

Bilok S = +6

7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)

Contoh H2S

Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))

0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))

0 = (+2) + bilok S

Bilok S = (ndash2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi

reduksi adalah reaksi penurunan bilok

21

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 14: Karya Ilmiah Heru Manafe

244 Jigsaw (Tim Ahli)

Langkah-langkah pada pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut

1 Membagi para siswa kedalam beberapa kelompok secara heterogen

yang tiap kelompok beranggotakan 5-6 orang

2 Memberikan materi pelajaran kepada siswa dalam bentuk teks

yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub pokok bahasan

3 Setiap anggota kelompok membaca sub pokok bahasan yang

ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya

4 Anggota dari kelompok lain yang mempelajari sub pokok bahasan

yang sama berdiskusi dalam tim ahli

5 Setiap anggota tim ahli kembali ke kelompoknya mengajar teman-

temannya setelah selesai berdiskusi

6 Pada saat bertemu dengan kelompok asal dan berdiskusi para

siswa mendapat tagihan berupa kuis individu (Trianto 2007 57)

Kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran ini hampir

sama dengan model kooperatif tipe PPT Selain itu model

pembelajaran ini lebih rumit karena diskusi tidak hanya dilaksanakan

dalam kelompok tetapi juga dilakukan oleh tim ahli dari masing-

masing kelompok Hal ini membutuhkan banyak waktu

245 Berpikir Berpasangan

Berpikir berpasangan atau Think Pairs Share (TPS) merupakan

tipe pembelajaran kooperatif yang dirancang agar siswa mempunyai

lebih banyak waktu untuk berfikir merespon dan saling membantu

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut

1 Berpikir

Suatu pertanyaan atau masalah diajukan oleh guru kepada siswa

Dalam beberapa menit siswa diberi waktu untuk berpikir sendiri

menemukan jawaban atau jalan keluar dari permasalahan yang

diajukan

2 Berpasangan

Guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan jawaban

yang diperoleh melalui metode berpikir

14

3 Berbagi

Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa

yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara

presentasi (Trianto 2007 62)

Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis

siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya

tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa

disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu

246 Investigasi Kelompok

Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah

1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan

orientasi tugas

2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok

menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya

mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di

dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah

banyak guru dan staf sekolah)

3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis

individual

4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan

berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609

pembelajaranhtml

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif

paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan

untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit

dan mempunyai jam pelajaran lebih

247 Kepala Bernomor

Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah

sebagai berikut

1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor

tertentu

15

2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok

sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa

tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)

3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa

yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi

kelas

4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta

mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Setiap siswa menjadi siap semua

2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

Sedangkan kelemahannya yaitu

4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru

5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling

mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam

pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT

Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat

prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran

kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh

anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan

Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan

belajar

Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan

nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada

papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut

pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban

pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan

16

bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan

semua pemain paham

25 Hasil Belajar

Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan

rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang

diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat

pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh

kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat

penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon

terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan

baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh

pelakunya

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu

tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar

memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang

diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan

menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi

17

26 Reaksi Oksidasi - Reduksi

Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti

pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi

hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks

yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan

reaksi autoredoks

261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi

Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam

berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya

arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon

meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada

logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada

tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian

contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi

262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan

Oksigen

Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan

dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada

mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari

penggabungan dan pelepasan oksigen

Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat

dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat

disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi

1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)

2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)

3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)

4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)

5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)

Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe

Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3

18

setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami

reaksi oksidasi

Contoh reaksi reduksi

1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)

2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)

3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)

Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2

demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen

menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering

digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah

2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)

Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami

oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3

mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi

terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks

263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron

Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas

oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan

oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi

pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan

elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron

Contohnya pada pembentukan ion Na+

Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash

Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi

Contohnya pada pembentukan ion S2-

S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)

Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan

reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu

Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash

Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)

19

Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan

menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor

Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi

dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi

264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan

Penurunan) Bilangan Oksidasi

Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan

kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar

tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)

adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung

dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain

1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas

unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3

P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K

Mg C dan lain-lain)

Contoh

a H dalam H2

b O dalam O2 dan O3

c F dalam F2

d Na dalam Na

2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa

hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa

yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh

NaH KH CaH2)

Contoh H dalam H2O NH3 HCl

3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali

a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2

mempunyai bilok (ndash1)

b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)

20

c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12

)

Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO

4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif

Contoh

a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)

b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok

(+2)

c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+

5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif

Contoh

a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)

b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)

6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah

muatannya

Contoh

Bilok S dalam SO42-

Bilok O = ndash2

Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)

ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))

ndash2 = bilok S + (ndash8)

Bilok S = +6

7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)

Contoh H2S

Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))

0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))

0 = (+2) + bilok S

Bilok S = (ndash2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi

reduksi adalah reaksi penurunan bilok

21

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 15: Karya Ilmiah Heru Manafe

3 Berbagi

Guru meminta pasangan-pasangan tersebut menyampaikan apa

yang telah mereka diskusikan kepada seluruh kelas dengan cara

presentasi (Trianto 2007 62)

Model pembelajaran ini baik untuk melatih kemapuan berpikir kritis

siswa dalam diskusi Tetapi perlu diperhatikan pasangan sebaiknya

tidak selalu sama Dalam kelas besar presentasi belum tentu bisa

disampaikan oleh semua pasangan karena terbatasnya waktu

246 Investigasi Kelompok

Langkah-langkah pembelajaran Investigasi Kelompok adalah

1 Membuat kelompok heterogen yang terdiri atas 5-6 siswa dengan

orientasi tugas

2 Merencanakan pelaksanaan investigasi Tiap kelompok

menginvestigasi proyek tertentu (bisa di luar kelas misalnya

mengukur tinggi pohon mendata banyak dan jenis kendaraan di

dalam sekolah jenis dagangan dan keuntungan di kantin sekolah

banyak guru dan staf sekolah)

3 Mengolah data penyajian data hasil investigasi presentasi kuis

individual

4 Membuat skor perkembangan siswa umumkan hasil kuis dan

berikan reward httplearning-with-meblogspotcom200609

pembelajaranhtml

Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif

paling rumit dan sulit untuk dilaksanakan Tetapi bisa dilaksanakan

untuk kelas yang jumlah siswanya tidak terlalu banyak ataupun sedikit

dan mempunyai jam pelajaran lebih

247 Kepala Bernomor

Langkah-langkah dalam pembelajaran Kepala Bernomor adalah

sebagai berikut

1 Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor

tertentu

15

2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok

sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa

tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)

3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa

yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi

kelas

4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta

mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Setiap siswa menjadi siap semua

2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

Sedangkan kelemahannya yaitu

4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru

5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling

mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam

pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT

Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat

prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran

kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh

anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan

Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan

belajar

Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan

nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada

papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut

pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban

pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan

16

bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan

semua pemain paham

25 Hasil Belajar

Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan

rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang

diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat

pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh

kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat

penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon

terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan

baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh

pelakunya

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu

tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar

memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang

diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan

menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi

17

26 Reaksi Oksidasi - Reduksi

Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti

pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi

hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks

yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan

reaksi autoredoks

261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi

Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam

berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya

arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon

meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada

logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada

tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian

contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi

262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan

Oksigen

Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan

dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada

mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari

penggabungan dan pelepasan oksigen

Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat

dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat

disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi

1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)

2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)

3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)

4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)

5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)

Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe

Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3

18

setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami

reaksi oksidasi

Contoh reaksi reduksi

1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)

2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)

3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)

Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2

demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen

menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering

digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah

2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)

Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami

oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3

mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi

terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks

263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron

Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas

oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan

oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi

pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan

elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron

Contohnya pada pembentukan ion Na+

Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash

Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi

Contohnya pada pembentukan ion S2-

S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)

Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan

reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu

Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash

Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)

19

Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan

menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor

Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi

dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi

264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan

Penurunan) Bilangan Oksidasi

Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan

kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar

tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)

adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung

dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain

1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas

unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3

P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K

Mg C dan lain-lain)

Contoh

a H dalam H2

b O dalam O2 dan O3

c F dalam F2

d Na dalam Na

2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa

hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa

yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh

NaH KH CaH2)

Contoh H dalam H2O NH3 HCl

3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali

a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2

mempunyai bilok (ndash1)

b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)

20

c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12

)

Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO

4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif

Contoh

a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)

b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok

(+2)

c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+

5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif

Contoh

a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)

b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)

6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah

muatannya

Contoh

Bilok S dalam SO42-

Bilok O = ndash2

Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)

ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))

ndash2 = bilok S + (ndash8)

Bilok S = +6

7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)

Contoh H2S

Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))

0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))

0 = (+2) + bilok S

Bilok S = (ndash2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi

reduksi adalah reaksi penurunan bilok

21

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 16: Karya Ilmiah Heru Manafe

2 Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok

sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa

tiap siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama)

3 Bekerja kelompok dan presentasi kelompok dengan nomor siswa

yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi

kelas

4 Kuis individual membuat skor perkembangan tiap siswa serta

mengumumkan hasil kuis dan pemberian reward

Kelebihan dari model pembelajaran ini adalah

1 Setiap siswa menjadi siap semua

2 Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3 Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

Sedangkan kelemahannya yaitu

4 Kemungkinan nomor yang dipanggil dipanggil lagi oleh guru

5 Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Dari beberapa model pembelajara kooperatif tersebut yang paling

mudah untuk dikombinasikan dengan media ular tangga adalah model

pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan tidak terlalu rumit dalam

pelaksanaannya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe PPT

Dalam pelaksanaannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang

beranggotakan 4-5 orang siswa yang merupakan campuran menurut tingkat

prestasi jenis kelamin dan suku Guru menyampaikan materi pelajaran

kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka memastikan bahwa seluruh

anggota kelompok telah menguasai materi pelajaran yang disampaikan

Permainan ular tangga disisipkan setiap akhir pertemuan sebagai penguatan

belajar

Gambar ular dan tangga dalam papan permainan diganti dengan

nomor-nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada

papan ular tangga Apabila bidak berhenti pada nomo-nomor tersebut

pemain harus menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban

pemain tersebut salah atau tidak bisa menjawab pertanyaan maka pertanyaan

16

bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan

semua pemain paham

25 Hasil Belajar

Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan

rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang

diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat

pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh

kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat

penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon

terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan

baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh

pelakunya

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu

tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar

memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang

diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan

menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi

17

26 Reaksi Oksidasi - Reduksi

Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti

pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi

hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks

yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan

reaksi autoredoks

261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi

Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam

berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya

arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon

meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada

logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada

tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian

contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi

262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan

Oksigen

Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan

dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada

mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari

penggabungan dan pelepasan oksigen

Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat

dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat

disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi

1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)

2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)

3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)

4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)

5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)

Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe

Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3

18

setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami

reaksi oksidasi

Contoh reaksi reduksi

1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)

2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)

3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)

Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2

demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen

menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering

digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah

2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)

Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami

oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3

mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi

terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks

263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron

Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas

oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan

oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi

pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan

elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron

Contohnya pada pembentukan ion Na+

Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash

Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi

Contohnya pada pembentukan ion S2-

S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)

Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan

reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu

Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash

Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)

19

Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan

menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor

Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi

dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi

264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan

Penurunan) Bilangan Oksidasi

Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan

kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar

tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)

adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung

dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain

1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas

unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3

P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K

Mg C dan lain-lain)

Contoh

a H dalam H2

b O dalam O2 dan O3

c F dalam F2

d Na dalam Na

2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa

hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa

yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh

NaH KH CaH2)

Contoh H dalam H2O NH3 HCl

3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali

a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2

mempunyai bilok (ndash1)

b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)

20

c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12

)

Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO

4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif

Contoh

a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)

b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok

(+2)

c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+

5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif

Contoh

a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)

b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)

6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah

muatannya

Contoh

Bilok S dalam SO42-

Bilok O = ndash2

Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)

ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))

ndash2 = bilok S + (ndash8)

Bilok S = +6

7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)

Contoh H2S

Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))

0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))

0 = (+2) + bilok S

Bilok S = (ndash2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi

reduksi adalah reaksi penurunan bilok

21

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 17: Karya Ilmiah Heru Manafe

bisa dilempar ke pemain lain sampai pertanyaan terjawab dengan benar dan

semua pemain paham

25 Hasil Belajar

Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan

rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang

diharapkan dikuasai oleh siswa setelah mengikuti pelajaran Tingkat

pencapaian tujuan menunjukkan kualitas pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Siswa yang termotivasi akan menunjukkan belajar dengan penuh

kesadaran kesungguhan tidak ada paksaan untuk memperoleh tingkat

penguasaan pengetahuan Di samping itu motivasi sangat berpengaruh

terhadap pengetahuan dan konsentrasi siswa pada pelajaran

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Latihan-latihan adalah suatu pengulangan atau tindakan sebagai respon

terhadap rangsangan dari luar dalam rangka memperoleh kemampuan

baru untuk bertindak Latihan merupakan proses belajar yang disadari oleh

pelakunya

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun waktu

tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu hasil belajar

memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan pelajaran yang

diberikan selama proses pembelajaran yang dilangsungkan dengan

menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu proses evaluasi

17

26 Reaksi Oksidasi - Reduksi

Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti

pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi

hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks

yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan

reaksi autoredoks

261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi

Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam

berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya

arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon

meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada

logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada

tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian

contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi

262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan

Oksigen

Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan

dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada

mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari

penggabungan dan pelepasan oksigen

Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat

dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat

disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi

1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)

2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)

3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)

4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)

5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)

Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe

Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3

18

setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami

reaksi oksidasi

Contoh reaksi reduksi

1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)

2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)

3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)

Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2

demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen

menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering

digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah

2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)

Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami

oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3

mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi

terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks

263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron

Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas

oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan

oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi

pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan

elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron

Contohnya pada pembentukan ion Na+

Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash

Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi

Contohnya pada pembentukan ion S2-

S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)

Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan

reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu

Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash

Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)

19

Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan

menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor

Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi

dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi

264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan

Penurunan) Bilangan Oksidasi

Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan

kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar

tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)

adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung

dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain

1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas

unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3

P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K

Mg C dan lain-lain)

Contoh

a H dalam H2

b O dalam O2 dan O3

c F dalam F2

d Na dalam Na

2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa

hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa

yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh

NaH KH CaH2)

Contoh H dalam H2O NH3 HCl

3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali

a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2

mempunyai bilok (ndash1)

b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)

20

c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12

)

Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO

4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif

Contoh

a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)

b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok

(+2)

c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+

5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif

Contoh

a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)

b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)

6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah

muatannya

Contoh

Bilok S dalam SO42-

Bilok O = ndash2

Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)

ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))

ndash2 = bilok S + (ndash8)

Bilok S = +6

7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)

Contoh H2S

Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))

0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))

0 = (+2) + bilok S

Bilok S = (ndash2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi

reduksi adalah reaksi penurunan bilok

21

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 18: Karya Ilmiah Heru Manafe

26 Reaksi Oksidasi - Reduksi

Perubahan kimia yang terjadi di sekitar kita beragam jenisnya seperti

pembusukan fermentasi reaksi penggaraman atau penetralan reaksi

hidrolisis reaksi pembakaran oksidasi atau reaksi reduksiReaksi redoks

yaitu reaksi reduksi dan oksidasi bilangan oksidasi oksidator reduktor dan

reaksi autoredoks

261 Definisi Reaksi Oksidasi dan Reduksi

Di sekitar kita sering dijumpai peristiwa kimiawi seperti logam

berkarat pembuatan besi dari bijih besi penyepuhan logam terjadinya

arus listrik pada aki atau baterai buah masak buah busuk mercon

meledak kembang api dibakar dan lain sebagainya Perkaratan pada

logam pembakaran pembusukan oleh mikroba fotosintesis pada

tumbuhan dan metabolism di dalam tubuh merupakan sebagian

contoh-contoh reaksi oksidasi dan reduksi

262 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan

Oksigen

Konsep reaksi oksidasi dan reduksi mengalami perkembangan

dari masa ke masa sesuai cakupan konsep yang dijelaskan Pada

mulanya konsep reaksi oksidasi dan reduksi ditinjau dari

penggabungan dan pelepasan oksigen

Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi pengikatan suatu zat

dengan oksigen Sebaliknya reaksi pelepasan oksigen oleh suatu zat

disebut reaksi reduksi Contoh reaksi oksidasi

1 C(s) + O2(g) rarr CO2(g)

2 4 Fe(s) + 3 O2(g) rarr 2 Fe2O3(s)

3 Cu(s) + O2(g) rarr CuO(s)

4 S(s) + O2(g) rarr SO2(g)

5 SO2(g) + O2(g) rarr SO3(g)

Pada reaksi di atas C mengikat O2 membentuk CO2 Demikian juga Fe

Cu S dan SO2 berturut-turut menjadi Fe2O3 CuO SO2 dan SO3

18

setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami

reaksi oksidasi

Contoh reaksi reduksi

1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)

2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)

3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)

Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2

demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen

menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering

digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah

2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)

Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami

oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3

mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi

terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks

263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron

Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas

oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan

oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi

pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan

elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron

Contohnya pada pembentukan ion Na+

Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash

Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi

Contohnya pada pembentukan ion S2-

S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)

Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan

reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu

Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash

Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)

19

Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan

menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor

Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi

dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi

264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan

Penurunan) Bilangan Oksidasi

Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan

kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar

tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)

adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung

dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain

1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas

unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3

P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K

Mg C dan lain-lain)

Contoh

a H dalam H2

b O dalam O2 dan O3

c F dalam F2

d Na dalam Na

2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa

hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa

yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh

NaH KH CaH2)

Contoh H dalam H2O NH3 HCl

3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali

a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2

mempunyai bilok (ndash1)

b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)

20

c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12

)

Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO

4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif

Contoh

a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)

b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok

(+2)

c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+

5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif

Contoh

a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)

b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)

6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah

muatannya

Contoh

Bilok S dalam SO42-

Bilok O = ndash2

Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)

ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))

ndash2 = bilok S + (ndash8)

Bilok S = +6

7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)

Contoh H2S

Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))

0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))

0 = (+2) + bilok S

Bilok S = (ndash2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi

reduksi adalah reaksi penurunan bilok

21

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 19: Karya Ilmiah Heru Manafe

setelah mengikat oksigen Jadi C Fe Cu S dan SO2 telah mengalami

reaksi oksidasi

Contoh reaksi reduksi

1 2 SO3(g) rarr 2 SO2(g) + O2(g)

2 2 KClO3(s) rarr 2 KCl(s) + 3 O2(g)

3 2 KNO3(aq) rarr 2 KNO2(aq) + O2(g)

Perhatikan reaksi di atas SO3 melepaskan oksigen membentuk SO2

demikian juga KClO3 dan KNO3 masingmasing melepaskan oksigen

menjadi KCl dan KNO2 Jadi SO3 KClO3 dan KNO3 mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi termit menghasilkan besi cair yang sering

digunakan untuk mengelas benda-benda dari besi reaksinya adalah

2 Al(s) + Fe2O3(s) rarr 2 Fe(l) + Al2O3(s)

Al mengikat oksigen membentuk Al2O3 berarti Al mengalami

oksidasi Fe2O3 melepaskan oksigen membentuk Fe Jadi Fe2O3

mengalami reduksi Pada reaksi termit tersebut oksidasi dan reduksi

terjadi bersamaan reaksi seperti ini disebut reaksi redoks

263 Konsep Redoks Berdasarkan Pengikatan Dan Pelepasan Elektron

Pada reaksi Na(s) + S(s) rarr Na2S(s) tidak melibatkan gas

oksigen maka konsep redoks berdasarkan pengikatan dan pelepasan

oksigen tidak dapat digunakan Konsep redoks berkembang bukan lagi

pengikatan dan pelepasan oksigen tetapi pengikatan dan pelepasan

elektron Reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron

Contohnya pada pembentukan ion Na+

Na(s) rarr Na+ (aq) + e ndash

Sebaliknya reaksi pengikatan elektron disebut reaksi reduksi

Contohnya pada pembentukan ion S2-

S (s) + 2e ndash rarrS2- (aq)

Reaksi redoks adalah reaksi yang terjadi di mana reaksi oksidasi dan

reduksi terjadi bersama-sama 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Reaksi di atas dapat ditulis menjadi 2 tahap yaitu

Reaksi oksidasi 2Na(s) rarr Na+(aq) + 2 endash

Reaksi reduksi S (s) + 2 endash rarr S 2- (aq)

19

Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan

menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor

Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi

dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi

264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan

Penurunan) Bilangan Oksidasi

Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan

kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar

tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)

adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung

dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain

1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas

unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3

P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K

Mg C dan lain-lain)

Contoh

a H dalam H2

b O dalam O2 dan O3

c F dalam F2

d Na dalam Na

2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa

hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa

yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh

NaH KH CaH2)

Contoh H dalam H2O NH3 HCl

3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali

a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2

mempunyai bilok (ndash1)

b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)

20

c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12

)

Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO

4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif

Contoh

a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)

b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok

(+2)

c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+

5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif

Contoh

a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)

b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)

6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah

muatannya

Contoh

Bilok S dalam SO42-

Bilok O = ndash2

Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)

ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))

ndash2 = bilok S + (ndash8)

Bilok S = +6

7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)

Contoh H2S

Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))

0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))

0 = (+2) + bilok S

Bilok S = (ndash2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi

reduksi adalah reaksi penurunan bilok

21

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 20: Karya Ilmiah Heru Manafe

Reaksi redoks 2Na(s) + S(s) rarr Na2S(s)

Pada reaksi di atas Na mengalami reaksi oksidasi dan

menyebabkan S tereduksi Zat seperti Na ini disebut reduktor

Sedangkan S disebut oksidator karena menyebabkan Na teroksidasi

dan dia sendiri mengalami reaksi reduksi

264 Konsep Redoks Berdasarkan Perubahan (Kenaikkan Dan

Penurunan) Bilangan Oksidasi

Sebelum mempelajari konsep reaksi redoks berdasarkan

kenaikan dan penurunan bilangan oksidasi ada baiknya kamu belajar

tentang bilangan oksidasi terlebih dahulu Bilangan oksidasi (bilok)

adalah jumlah muatan yang dimiliki atom suatu unsure jika bergabung

dengan atom unsur lain Aturan biloks antara lain

1 Unsur bebas mempunyai bilok 0 (nol) yang termasuk unsur bebas

unsur diatomik (H2 N2 O2 F2 Cl2 Br2 I2) unsur poliatomik (O3

P4 S8) Selain unsur tersebut adalah unsur monoatomik (Na K

Mg C dan lain-lain)

Contoh

a H dalam H2

b O dalam O2 dan O3

c F dalam F2

d Na dalam Na

2 Unsur H umumnya mempunyai biloks (+1) kecuali pada senyawa

hidrida mempunyai biloks (ndash1) Senyawa hidrida adalah senyawa

yang terbentuk jika logam bergabung dengan atom H (Contoh

NaH KH CaH2)

Contoh H dalam H2O NH3 HCl

3 Unsur O umumnya mempunyai biloks (ndash2) kecuali

a Pada senyawa peroksida contohnya Na2O2 H2O2 BaO2

mempunyai bilok (ndash1)

b Senyawa F2O mempunyai bilok (+2)

20

c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12

)

Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO

4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif

Contoh

a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)

b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok

(+2)

c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+

5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif

Contoh

a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)

b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)

6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah

muatannya

Contoh

Bilok S dalam SO42-

Bilok O = ndash2

Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)

ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))

ndash2 = bilok S + (ndash8)

Bilok S = +6

7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)

Contoh H2S

Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))

0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))

0 = (+2) + bilok S

Bilok S = (ndash2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi

reduksi adalah reaksi penurunan bilok

21

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 21: Karya Ilmiah Heru Manafe

c Senyawa superoksida (contohnya KO2) mempunyai biloks (ndash12

)

Contoh O dalam H2O Na2O Fe2O3 MgO

4 Unsur logam dalam senyawa umumnya mempunyai biloks positif

Contoh

a Golongan IA (Li Na K Rb dan Cs) mempunyai biloks (+1)

b Golongan IIA ( Be Mg Ca Sr dan Ba) mempunyai bilok

(+2)

c Al3+ Ag+ Zn2+ Pb2+ Pb3+ Fe2+ dan Fe3+

5 Unsur nonlogam umumnya mempunyai bilok negatif

Contoh

a Golongan VIIA (F Cl Br I) mempunyai bilok (ndash1)

b Golongan VIA (O S Se Te) mempunyai bilok (ndash2)

6 Jumlah bilok unsur-unsur dalam ion sama dengan jumlah

muatannya

Contoh

Bilok S dalam SO42-

Bilok O = ndash2

Jumlah bilok = (1 times bilok S + 4 times bilok O)

ndash2 = (1 times bilok S + 4 times (ndash2))

ndash2 = bilok S + (ndash8)

Bilok S = +6

7 Jumlah bilok unsur-unsur dalam senyawa sama dengan 0 (nol)

Contoh H2S

Jumlah bilok = ((2 times bilok H) + (1 times bilok S))

0 = ((2 times (+1)) + (1 times bilok S))

0 = (+2) + bilok S

Bilok S = (ndash2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi kenaikkan bilok Sedangkan reaksi

reduksi adalah reaksi penurunan bilok

21

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 22: Karya Ilmiah Heru Manafe

Contoh

1 Zn(s) + 2HCl(aq) 1048687 ZnCl2(aq) + H2(g)

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn dalam ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami reaksi

oksidasi

Bilok H dalam HCl = +1

Bilok H dalam H2 (unsur bebas) = 0

Jadi H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

2 Reaksi pemakaian baterai Zn + 2NH4Cl rarr ZnCl2 + 2NH3 + H2

Bilok Zn (unsur bebas) = 0

Bilok Zn pada ZnCl2 = +2

Berarti Zn mengalami kenaikkan bilok maka Zn mengalami

reaksi oksidasi

Bilok H pada NH4Cl = +1

Bilok H pada H2 (unsur bebas = 0

Berarti H mengalami penurunan bilok maka H mengalami reaksi

reduksi

3 Reaksi pelapisan logam Cu + 2AgNO3 rarr Cu(NO3)2 + 2Ag

Bilok Cu (unsur bebas) = 0

Bilok Cu pada Cu(NO3)2 = +2

Berarti Cu mengalami kenaikkan bilok maka Cu mengalami reaksi

oksidasi

Bilok Ag pada AgNO3 = +1

Bilok Ag (unsur bebas) = 0

Berarti Ag mengalami penurunan bilok maka Ag mengalami

reaksi reduksi Pada reaksi di atas terjadi kenaikkan bilok (reaksi

22

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 23: Karya Ilmiah Heru Manafe

oksidasi) dan penurunan bilok (reaksi reduksi) secara

bersamasama maka disebut reaksi redoks Jika suatu zat

mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi maka reaksi ini

disebut autoredoks (disproporsionasi)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah penggunaan

media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT dapat meningkatkan hasil belajar siswa Dalam penelitian

tersebut digunakan populasi siswa kelas X SMA Kristen 1 Kupang sebanyak

109 orang yang terbagi dalam 3 kelas Dengan data nilai mid semester

digunakan 49 uji normalitas dan homogenitas Dari hasil perhitungan

diketahui bahwa populasi mempunyai homogenitas yang sama Dan seluruh

populasi dalam kelas berdistribusi normal Kemudian peneliti mengambil

secara acak dari populasi sebagai sampel Diperoleh kelas X E sebagai

kelompok eksperimen dengan media ular tangga yang dikombinasikan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT dan X D sebagai kelompok

kontrol dengan menggunakan metode konvensional Peneliti memilih atau

mengambil pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi karena di dalam pokok

bahasan ini terdapat konsep-konsep dan perhitungan kimia Penelitian

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih 1 bulan Kelas eksperimen diberikan

pengajaran dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe PPT Dalam metode ini peneliti membagi 37

siswa menjadi 8 kelompok yakni 5 kelompok yang terdiri dari lima orang dan

3 kelompok yang terdiri dari empat orang Pembagian kelompok dilakukan

berdasarkan nilai mid semester jenis kelamin dan latar belakang sosial yang

di konsultasikan dengan guru Hal ini dilakukan agar dihasilkan siswa yang

kemampuannya heterogen dalam satu kelompok dan antar kelompok

memiliki kemampuan yang homogen

23

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 24: Karya Ilmiah Heru Manafe

Kegiatan pelaksanan pembelajaran dilakukan 8 kali pertemuan

dengan pertemuan pertama untuk pretest dan pertemuan terakhir untuk

posttest Dalam setiap pertemuan tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa

sehingga siswa yang satu kelompok berdekatan Dalam pembelajaran peneliti

menjelaskan hal-hal pokok dan memberi contoh-contoh perhitungan serta

latihan kepada siswa 50 Kemudian dilanjutkan dengan diskusi antar

kelompok tentang materi yang sudah diajarkan Sebagai penguatan sisa jam

pelajaran digunakan untuk bermain ular tangga

Sebelum penelitian dilakukan peneliti menyadari akan timbul kendala dalam

hal kerja kelompok karena siswa belum terbiasa untuk bekerja secara

kooperatif dalam kelompok Untuk itu peneliti memberikan tugas kelompok

awal setelah pelaksanaan pretest sebelum pertemuan pembelajaran pertama

dan menjelaskan kepada siswa akan pentingnya kerjasama dalam kelompok

Kemudian pada kegiatan awal dalam pertemuan pertama pembelajaran guru

menanyai siswa secara acak Hal ini dilakukan untuk melatih tanggung jawab

siswa terhadap tugas kelompoknya Selain itu sebelumnya peneliti

mengadakan pertemuan dengan wasit tiap kelompok di luar jam pelajaran

untuk membahas bagaimana tata cara permainan ular tangga Awalnya

peneliti merencanakan bahwa wasit untuk tiap kelompok bergantian tapi

kemudian diperoleh kesepakatan bahwa wasit untuk tiap kelompok tetap

Penilaian terhadap wasit dilakukan oleh guru (peneliti)

Dari 8 kali pertemuan permainan ular tangga dilakukan sebanyak 4

kali yaitu pada pertemuan kedua ketiga kelima dan ketujuh Dalam

permainan ular tangga ini siswa bermain dalam kelompok masing-masing

dengan wasit yang berasal dari kelompok lain Papan ular tangga

dimodifikasi dengan mengganti gambar ular dan tangga dengan nomor-

nomor bonus yaitu nomor-nomor tertentu yang disusun acak pada papan ular

tangga Apabila bidak berhenti pada nomor-nomor tersebut pemain harus

menjawab pertanyaan yang disediakan oleh wasit Jika jawaban benar pemain

mendapatkan skor 10 Jika jawaban pemain tersebut salah atau tidak bisa

menjawab pertanyaan maka pertanyaan bisa dilempar ke pemain lain sampai

pertanyaan terjawab dengan benar dan semua pemain paham Siapapun yang

24

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 25: Karya Ilmiah Heru Manafe

dapat menjawab pertanyaan wasit dengan benar akan mendapat skor 10 untuk

tiap soalnya Apabila tidak ada yang bisa menjawab dengan benar maka

wasitlah yang harus menjelaskan jawaban sampai semua paham Jadi wasit

sebelumnya sudah mendapatkan soal sekaligus kunci jawaban singkat Bila

wasit tidak mampu menjelaskan jawaban maka wasit boleh bertanya

langsung pada guru (peneliti)

Untuk pertemuan keenam kegiatan pembelajaran diisi dengan

presentasi masing-masing kelompok dengan tugas kelompok yang diberikan

pada pertemuan sebelumnya Akan tetapi pelaksanaanya tidak sesuai seperti

yang direncanakan karena waktu yang terbatas Jadi presentasi hanya bisa

dilakukan di tempat duduk masing-masing kelompok yang dilanjutkan

dengan diskusi antar kelompok Di dalam pembelajaran siswa diarahkan

untuk bersifat aktif dalam pembelajaran

Pertemuan terakhir yaitu pertemuan ke-8 digunakan untuk evaluasi

Dari hasil evaluasi didapatkan data hasil belajar kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kontrol yang selanjutnya digunakan dalam analisis data

Siswa yang diajar dengan model pembelajaran PPT mempunyai hasil

belajar yang lebih baik hal ini dikarenakan dalam pembelajarannya siswa

dituntut untuk selalu bekerja sama dalam tim atau kelompoknya untuk

meningkatkan prestasi timnya dengan cara meningkatkan pemahaman dan

prestasi setiap individu dalam kelompok Selain itu siswa diberi penguatan

dengan permainan media ular tangga yang memancing diskusi dan keaktifan

siswa Siswa juga diberitahukan perkembangan skor tiap kelompok dan

individu Kemudian penghargaan diberikan kepada kelompok terbaik dan

individu terbaik Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa dalam belajar

baik baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas

Peneliti berusaha melakukan prosedur dengan benar dan maksimal

namun hasil yang didapatkan masih belum memuaskan dan kelemahan-

kelemahan penelitian sebelumnya belum sepenuhnya teratasi Beberapa

kendala yang dihadapi dalam penelitian ini antara lain penentuan sampel

secara cluster random didapatkan kelas X E sebagai kelas eksperimen dan X

D sebagai kelas kontrol Menurut guru pembimbing kondisi kedua kelas

25

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 26: Karya Ilmiah Heru Manafe

secara umum baik namun ketika peneliti melakukan penelitian ternyata kelas

kontrol lebih tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung tanpa hambatan

berarti Namun kelas eksperimen berbeda kelas ini lebih ramai sehingga

banyak menit yang terbuang sia-sia Hal ini juga yang menyebabkan peneliti

kesulitan untuk mengadakan pembelajaran presentasi kelompok Peneliti

sudah mencoba berkonsultasi dengan guru pembimbing namun hasilnya

belum maksimal hingga penelitian usai Permainan ular tangga dari peneliti

juga masih perlu dikembangkan lagi dengan bentuk yang lebih menarik serta

soal yang lebih berbobot dan memancing diskusi Selain itu peneliti

menyadari bahwa instrumen yang dikembangkan belum sempurna sehingga

belum dapat membedakan dengan baik antara kelas eksperimen yang diajar

dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

PPT dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan media ular tangga yang

dikombinasikan dengan model pembelajaran PPT

Dari beberapa penelitian sebelumnya yang peneliti temukan

kebanyakan metode STAD tidak divariasi kalaupun divariasi belum

menggunakan permainan sebagai media belajar tapi dengan model atau

metode pembelajaran lain Tujuan digunakannya permainan sebagai media

belajar adalah untuk membantu siswa belajar secara mandiri dan

menciptakan suasana yang rekreatif sehingga siswa merasa tertarik untuk

mengikuti pembelajaran Selain itu fungsi media ular tangga yang peneliti

gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai penguatan belajar yang

berbentuk permainan Penelitian tentang media permainan ular tangga

sebelumnya masih mempunyai kelemahan dalam aturan permainan yang

belum memancing diskusi dan dalam waktu pelaksanaannya Dalam

penelitian ini peneliti berusaha membuat aturan permainan agar siswa tidak

hanya bermain tapi juga belajar bersama dalam memecahkan soal Dalam hal

waktu pelaksanaan permainan hanya dilakukan 4 kali dengan pertimbangan

agar siswa tidak bosan

W S Winkel dalam Catharina (2004 12) menerangkan bahwa

belajar pada manusia dirumuskan sebagai suatu aktivitas mentalpsikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

26

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 27: Karya Ilmiah Heru Manafe

perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman ketrampilan dan

nilai sikap Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas Dalam

penelitian ini media ular tangga digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman siswa pada pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi

Sedangkan model pembelajaran PPT melatih siswa bagaimana bekerja sama

dalam tim atau kelompok dan memahami makna serta pentingnya melakukan

sesuatu secara bersama untuk mencapai tujuan bersama Setiap siswa dalam

tim mempunyai tanggung jawab yang sama untuk meningkatkan prestasi

timnya dengan cara saling berbagi baik itu sebuah pengetahuan atau sebuah

ketidaktahuan Dari hal tersebut diharapkan siswa dapat mengalami

perubahan dalam perilaku dan sikapnya Dalam penelitian ini peneliti tidak

mengadakan pembelajaran praktikum untuk melatih ketrampilan atau aspek

psikomotorik siswa Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu dan persiapan

peneliti Menurut Chatarina (20044) hasil belajar merupakan perubahan

perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas

belajarPerubahan tingkah laku dikatakan sebagai hasil belajar apabila

1 Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan menekankan pentingnya tujuan

mengajar

Ketegasan dalam menetapkan tujuan akan memberikan arah yang jelas

pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran Dalam hal ini sebelum

penelitian peneliti menyusun perangkat pembelajaran berupa RPP alat

evaluasi serta mempersiapkan media yang akan digunakan dalam

pembelajaran

2 Hasil belajar merupakan proses kegiatan belajar yang disadari

Dalam proses pembelajaran peneliti memberikan motivasi kepada siswa

ataupun kelompok diantaranya dengan memberikan penghargaan kepada

siswa atau kelompok yang berprestasi

3 Hasil belajar sebagai proses latihan

Proses latihan dan pengulangan dalam penelitian ini dilakukan dengan

media ular tangga

4 Hasil belajar merupakan tindak-tanduk yang berfungsi dalam kurun

waktu tertentu atau hasil belajar harus bersifat permanent Selain itu

27

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 28: Karya Ilmiah Heru Manafe

hasil belajar memberikan informasi mengenai tingkat penguasaan

pelajaran yang diberikan selama proses pembelajaran yang

dilangsungkan dengan menggunakan alat ukur berupa tes dalam suatu

proses evaluasi Dalam hal ini di akhir pembelajaran peneliti

mengadakan evaluasi hasil belajar dengan instrument tes yang

sebelumnya telah diuji keampuhannya Walaupun dalam kurikulum

KTSP terdapat tiga ranah yang diukur yaitu ranah kognitif afektif dan

psikomotorik tujuan pembelajaran pada pokok bahasan lebih

menekankan ranah kognitif Hal ini dapat dilihat dari standar

kompetensi kompetensi dasar hingga indikator pada pokok bahasan

tersebut Selain itu media ular tangga dibuat untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada ranah kognitif karena yang terdapat dalam media

tersebut adalah soal-soal yang berfungsi sebagai penguatan siswa setelah

proses pembelajaran Walaupun demikian peneliti tidak ingin melupakan

ranah afektif dan psikomotorik begitu saja maka media ular tangga

dikombinasikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe PPT yang

mengasah sikap dan ketrampilan siswa Hal tersebut yang menjadi

alasan mengapa yang dikaji dalam skripsi ini hanya aspek kognitif saja

28

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 29: Karya Ilmiah Heru Manafe

BAB IV

PENUTUP

41 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan

bahwa

1 Media ular tangga yang dikombinasikan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe PPT meningkatkan hasil belajar kognitif siswa yang

diajar pokok bahasan reaksi oksidasi-reduksi Hal ini berdasarkan hasil

uji tanda Wilcoxon untuk nilai posttest mempunyai jumlah rank positif

yang lebih besar (221) dari rank negatifnya (104)

2 Siswa dapat mencapai ketuntasan belajar untuk pokok bahasan reaksi

oksidasi reduksi dengan media ular tangga yang dikombinasikan dengan

model pembelajaran kooperatif tipe PPT Hal ini berdasarkan rata-rata

hasil posttest kedua kelas lebih dari 65 yaitu rata-rata untuk kelas

eksperimen 718 dan untuk kelas control 662

42 Saran

Saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini yaitu

1 Sebelum melakukan penelitian perlu dicermati dengan teliti populasi

yang akan diteliti sehingga sampel benar-benar homogen bukan hanya

dari sisi akademik tetapi juga sisi-sisi lain seperti kondisi kelas

2 Ular tangga perlu dikembangkan lagi baik dari bentuk aturan permainan

maupun soal-soalnya

3 Guru hendaknya lebih kreatif dalam menyampaikan pelajaran sehingga

dengan kondisi kelas seperti apapun pembelajaran dapat berlangsung

secara efektif

4 Sebaiknya dalam mengajar terdapat guru pendamping sehingga guru

tidak kewalahan dalam mengawasi permainan

5 Sebaiknya permainan ular tang dilakukan di luar jam pelajaran

6 Hasil penelitian hanya bisa digunakan untuk sekolah tertentu yang

mempunyai kelas kecil

29

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30

Page 30: Karya Ilmiah Heru Manafe

DAFTAR PUSTAKA

Anni CT 2004 Psikologi Belajar Semarang UNNES

Suharsimi Arikunto 2002a Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Jakarta Bumi Aksara

Bahri S dan AZ 2002 Strategi Belajar Mengajar Jakarta Erlangga

Dianto 2008 Pengaruh Penggunaan Ular Tangga Redoks sebagai Media Chemo-Edutainment Bervisi Sets terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Kelas X Semester II Tahun 20072008 Semarang Universitas Negeri Semarang

httpidwikipediaorgwikiUlar_tangga

httplearning-with-meblogspotcom200609 pembelajaranhtml

Lismiyati 2006 Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI Semester 2 SMA N 2 Demak dengan Memberikan Umpan Balik Kuis dalam Model Pembelajaran Studens Teams-Achievment Division (STAD) Semarang Universitas Negeri Semarang

Mungin Eddy Wibowo dkk 2008 Panduan Penulisan Karya Ilmiah Semarang Universitas Negeri Semarang

Nana Sudjana 2005 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar Bandung Sinar Baru Algensindo

Poerwadarminta W J S 1999 Kamus Umum Bahasa Indonesia Jakarta Balai Pustaka

Rina Apitasari 2005 Penggunaan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Studens Teams-Achievment Division (STAD) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia pada Materi Pokok Stoikiometri Siswa Kelas X-6 Semester 1 SMA Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 20042005 Semarang Universitas Negeri Semarang

Renita Tri Parwati 2006 Peningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X dengan Menggunakan kombinasi Metode Studens Teams-Achievment Division (STAD) dan Structure Exercise Methode di SMA N 16 Semarang Semarang Universitas Negeri Semarang

Saptorini 2004 Strategi Belajar Mengajar Semarang Unnes Soeprodjo 1997 Metode Statistik Semarang Jurusan Kimia FPMIPA IKIP

Semarang

30