Karya Ilmiah

42
PENGARUH TERAPI AKUPUNTUR PADA PASIEN OBESITAS Oleh: Monica Shintia Dewi/25/17597

description

tugas bahasa indonesia

Transcript of Karya Ilmiah

PENGARUH TERAPI AKUPUNTURPADA PASIEN OBESITAS

Oleh:Monica Shintia Dewi/25/17597

Program Studi IPAMei 2013

PENGARUH TERAPI AKUPUNTURPADA PASIEN OBESITASKarya tulis ini diajukan dalam rangka memenuhi tugas akhir semester 2 mata pelajaran Bahasa Indonesia tahun pelajaran 2012/2014.

Oleh:Smak DiponegoroProgram Jurusan IPA

Kata Mutiara

" Orang bijak harus menganggap kesehatan sebagai rahmat terbesar untuk manusia dan belajar bagaimana caranyamengambil hikmah dari penyakitnya "

(HIPPOCRATES)

HALAMAN PENGESAHANKarya tulis dengan judul PENGARUH TERAPI AKUPUNTUR PADA PASIEN OBESITAS, disusun oleh Monica Shintia Dewi kelas XI-A1 telah diperiksa oleh guru pembimbing Bahasa Indonesia pada tanggal

Blitar,Guru pembimbing

ABSTRAK

Dewi, Monica Shintia. PENGARUH TERAPI AKUPUNTUR PADA PASIEN OBESITAS. Tahun 2013. Pembimbing Bapak Eko Haryanto.

Obesitas merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatiandan harus segera diatasi karena dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Penggunaanterapiakupunktur dalam menangani obesitas telah banyak dilakukan di berbagainegara termasuk Indonesia.Di poli akupunktur puskesmas Kanigoro, formulasi titikyang digunakan dalam terapi obesitas adalah titik CV 12, CV 6, ST 25, ST 36, GB 26 dan SP 6. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh titik-titik tersebut terhadap perubahan IMT pasien obesitas di poli akupunktur puskesmas Kanigoro. Desain penelitian ini menggunakan penelitian pre-experimental denganpretest dan posttest design.Populasinya adalah semua pasien obesitas yang melakukan terapi akupunktur di poli akupunktur puskesmas Kanigoro selama kurun waktu satu bulan. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling denganjumlah sampel 10 orang. Variabel penelitian nyaadalah terapi akupunktur pada titikCV 12, CV 6, ST 25, ST 36, GB 26 dan SP 6 dan IMT. Data penelitian ini diambil dengan menggunakan lembar observasi yang terdiri dari data umum pasien dan lembar IMT pretest dan posttest. Setelah data dikumpulkan, data di tabulasi dan dianalisis dengan menggunakan paired test dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 9 responden (90%) mengalami penurunan nilai IMT setelah diterapi akupunktur dan hanya 1 orang responden (10%) yang tidak mengalami penurunan pada nilai IMTnya. Melihat hasil penelitian ini maka terapi akupunktur dapat dijadikansebagai alternatif pengobatan dalam menangani obesitas yang tentu saja harus diimbangi dengan pola hidup yang sehat.Kata kunci : terapi akupunktur pada titik CV 12, CV 6, ST 25, ST 36, GB 26 dan SP6, nilai IMT

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami ucapkan atas pengetahuan dan ilmu yang telah di anugerahkan sehingga tugas Karya ilmiah " PENGARUH TERAPI AKUPUNTUR PADA PASIEN OBESITAS " ini dapat terselesaikan dengan baik.Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada guru pembimbing yang telah membantu dalam mengerjakan proyek ilmiah ini. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan karya ilmiah ini.Dengan selesainya tugas karya ilmiah " PENGARUH TERAPI AKUPUNTUR PADA PASIEN OBESITAS " ini saya mengharapkan akan dapat memberikan pengetahuan tambahan tentang " PENGARUH TERAPI AKUPUNTUR PADA PASIEN OBESITAS " dimasa yang akan datang, dan juga sebagai bahan referensi bagi mereka yang membutuhkan informasi.Dan kami sadar bahwa makalah ilmiah " PENGARUH TERAPI AKUPUNTUR PADA PASIEN OBESITAS " ini masih jauh dari sempurna. Dan oleh karena itu kami mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ilmiah " PENGARUH TERAPI AKUPUNTUR PADA PASIEN OBESITAS " ini dimasa yang akan datang.Semoga karya ilmiah yang kami buat ini dapat membuat kita mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.

Penyusun

Monica Shintia Dewi

DAFTAR ISI

BAB IPENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANG Obesitasmerupakan masalah global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia (Hardian, 2008). Obesitas adalah berat badan yang berlebihan sebagai akibat terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan dalam jaringan lemak tubuh (Tanzil, 2007).Saat ini, 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia mengalami berat badan berlebih (overweight), dan sekurang-kurangnya 400 juta diantaranya mengalami obesitas. Pada tahun 2015, diperkirakan 2,3 miliar orang dewasa akan mengalami overweightdan 700 juta di antaranya obesitas. Di Indonesia, menurut data Riset Kesehatan Dasar(Riskesdas) tahun 2007, pengumpulan data nasional obesitas umum pada penduduk berusia 15 tahun adalah 10,3% (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%). Sedangkan pengumpulan data berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada laki-laki 9,5% dan padaperempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan data WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun (Depkes, 2009). Obesitas merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian dan harus segera diatasi karena dapat menyebabkan timbulnya penyakit.Berdasarkan laporan kesehatan dunia WHO tahun 2002, obesitas dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi, peningkatan kadar kolesterol, kadar trigliserida dan resistensi insulin. Resiko terjadinya Penyakit Jantung Koroner, stroke iskemik, dan Diabetes Melitus tipe 2 meningkat seiring dengan peningkatan indeks massa tubuh (IMT). Peningkatan IMT juga dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, usus besar, prostat, endometrium,ginjal dan kandung empedu (House of Commons Health Committee, 2004)Ukuran tubuh yang tidak ideal akibat obesitas juga dapat menyebabkan rasa rendah diri karena tidak dapat tampil menarik dalam berbagai model pakaian. Berbagai upaya untuk melangsingkan tubuh telah banyak dilakukan diantaranya dengan pengaturan makanan, mengubah gaya hidup, pemberian obat danpembedahan untuk mengurangi lemak atau mengangkat sebagian usus (Hardian,2008). Sebagian besar obat pelangsing dapat menimbulkan dampak yang negatif, seperti: gangguan emosi, hiperaktif, sulit tidur, perut kembung atau perih, keletihan terus-menerus, depresi, ketagihan, mual, muntah, dan tubuh gemetar. Ada juga yangmengganggu kesuburan dan sirkulasi menstruasi (Faellasufa, 2007).Penggunaan akupunktur sebagai salah satu alternatif untuk membantu programpengurangan berat badan telah terbukti efektif dan relatif tanpa efek samping. Metode ini telah ada sekitar 3.000 tahun sebelum masehi. Disamping itu berbagai hasil penelitian telah dikemukakan para ahli akupunkturdunia, bahwa akupunktur mempunyai efek yang baik dalam penurunan berat badan (Noviani, 2003).Sebuah studi di Russia menemukan bahwa penanganan obesitas dengan terapi akupunktur yang rutin dapat menghasilkan penurunan indeks massa tubuh dan massajaringan lemak, menurunkan nafsu makan, meningkatkan rasa kenyang hanya dengan sedikit makan, meningkatkan sirkulasi darah dan nutrisi ke otot, tulang dan jaringan sehingga proses pembakaran lemak meningkat (Healthy News Service, 2006).Sedangkan di Indonesia, penelitian Hari menemukan bahwa rangsangan elektro akupunktur frekuensi rendah (2-15Hz) pada titik ST 36 dan SP 6 selama 30 menit menghasilkan peningkatan methioninenkephalin yang signifikan di hipothalamus yang dapat mengakibatkan berkurangnya nafsu makan (Marinusa) Di poli Akupunktur Puskesmas Kanigoro, yang mulai dibuka pada Mei 2008. Banyak dikunjungi oleh penderita kelebihan berat badan dan obesitas. Mulaipembukaan hingga bulan April 2011, rata-rata pasien yang datang adalah pasien wanita. Jumlah pasien wanita kelebihan berat badan dan obesitas di poli akupunkturPuskesmas Kanigoro mencapai 128 orang. Salah satu alasan utama pasien memilih terapi akupunktur untuk mengurangi berat badannya adalah karena terapi akupunkturdianggap relatif aman dibandingkan dengan mengkonsumsi obat pelangsing. Formulasi titik yang umumnya digunakan dalam terapi obesitas di poli akupunkturPuskesmas Kanigoro adalah titik CV 12, CV 6, ST 25, ST 36, GB 26 dan SP 6. Di luar negeri, penelitian mengenai pengaruh terapi akupunkur tehadapperubahan IMT pasien obesitas pernah dilakukan, tetapi formulasi titik yang digunakan berbeda dan sering dikombinasikan dengan diet.Sedangkan penelitian di Indonesia mengenai pengaruh terapi akupunktur terhadap IMT masih belum pernah dilakukan. Berdasarkan pada Meridian jurnal akupunkturIndonesia yang diterbitkan oleh PAKSI DPD Jawa Timur, penelitian pengaruh terapi akupunktur untuk pasien obesitas hanya mengacu pada perubahan berat badan.Salah satu indikator yang biasa dipakai untuk mengukur kategori berat badan seseorang adalah Indeks Massa Tubuh atau yang singkat dengan IMT. Bagaimana cara menghitung IMT? Caranya adalah dengan : berat badan (kilo gram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (meter).Rumus IMT = Berat Badan : Tinggi Badan2Ingat, satuan berat badan yang digunakan adalah kilogram (kg) dan satuan tinggi badan adalah meter (m)Lalu, setelah kita mendapatkan IMT, cocokkan hasilnya dengan kategori yang ada. Untuk orang Asia dewasa, kategori IMT adalah sebagai berikut :KLASIFIKASIIMT (kg/m2)

BB kurangBB normalBB lebih- Preobesitas- Obesitas I- Obesitas II< 18,518,5 22,92323 24,525 29,9> 30

Artinya, jika Anda mendapatkan IMT 20,5 berarti Berat Badan Anda termasuk dalam kategori normal.Formulasi titik-titik akupunktur yang digunakan pun berbeda. Sehingga dengan latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahuipengaruh terapi akupunktur, khususnya pada titik CV 12, CV 6, ST 25, ST 36, GB26 dan SP 6 terhadap perubahan indeks massa tubuh pada pasien obesitas di poli akupunktur puskesmas Kanigoro.

1.2 RUMUSAN MASLAH

Rumusan umum: Apakah terapi akupunktur pada titik CV 12,CV 6, ST 25, ST 36, GB 26 danSP 6 berpengaruh terhadap perubahanindeks massa tubuh pada pasienobesitas di poli akupunktur puskesmasKanigoro ?

Maka penyusun dapat membatasi:

1.Berapakah indeks massa tubuh pasienobesitas sebelum dilakukan terapiakupunktur pada titik CV 12, CV 6, ST 25, ST 36, GB 26 dan SP 6 ?2.Berapakah indeks massa tubuh pasienobesitas setelah dilakukan terapiakupunktur pada titik CV 12, CV 6, ST 25, ST 36, GB 26 dan SP 6?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan UmumHasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan khususnya bagi ilmu akupunktur dalam menerapi pasien obesitas dan dapat memberikan stimulus kepada responden untuk lebih dapat mengetahui pengaruh terapi akupuntur pada obesitas.

1.3.2 Tujuan Khusus1.Mengukur indeks massa tubuh pasien obesitas sebelum dilakukan terapiakupunktur pada titik CV 12, CV 6, ST 25, ST 36, GB 26 dan SP 6.

2.Mengukur indeks massa tubuh pasien obesitassesudah dilakukan terapiakupunktur pada titik CV 12, CV 6, ST 25, ST 36, GB 26 dan SP 6.

3. Membandingkan pengaruh terapi akupunktur pada titik CV 12, CV 6, ST 25,ST 36, GB 26 dan SP 6 terhadap perubahan indeks massa tubuh sebelum dan sesudah dilakukan terapi akupunktur pada pasien obesitas

1.4 Tujuan PenelitianHasil penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kesehatan khususnya bagi ilmu akupunktur dalam menerapi pasien obesitas dan dapat memberikan stimulus kepada responden untuk lebih dapat mengetahuipengaruh terapi akupunktur pada kasus obesitas.

1.5 HipotesaAda perubahan Indeks MassaTubuh pada penderita obesitas setelah dilakukan terapi akupunktur pada titikCV 12, CV 6, ST 25, ST 36, GB 26 dan SP 6.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

2.1 Obesitas

2.1.1 Definisi

Obesitas adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasipada bagian-bagian tertentu (Harrison, 2005). Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi (Sudoyo, 2006). Standar definisi dari obesitas dilihat berdasarkan indeks massa tubuh (IMT). IMTmerupakan indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan berlebih dan obesitas pada orang dewasa. IMT diukurdengan satuan berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meterkuadrat (m2) (Harrison, 2005).

2.1.2 Etiologi

Menurut para peneliti, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kegemukandiantaranya (Ramayulis, 2008) : Faktor genetik, kerusakan pada Hipotalamus Ventromedial, pola makan berlebih, kurang bergerak atau jarang berolahraga, ketidakstabilan emosi, dan Lingkungan.

2.2 Jaringan LemakJaringan lemak adalah jenis jaringan ikat khusus yang terdiri atas sel lemak(adiposit). Ada dua tipe umum sel lemak di tubuh yaitu lemak putih dan lemakcokelat. Sel lemak putih merupakan bentuk konvensional lemak. Jaringan lemakmerupakan salah satu organ terbesar dalam tubuh. Pada pria dewasa normal, jaringan lemak merupakan 15-20% dari berat badan sedangkan pada wanita normal, 20-25% dari berat badan (Junqueiraet al, 1998).Jaringan lemak merupakan jaringan penimbun yang sangat efisien. Jaringan lemak selalu diganti dengan yang baru dan sensitif terhadap rangsang dan hormon. Lapis lemak subkutan turut berperan dalam membentuk permukaan tubuh, sedangkan penimbunan lemak dalam bentuk bantalan berfungsi sebagai peredam goncangan, terutama pada telapak tangan dan kaki. Karena lemak merupakan konduktor panas yang jelek, maka lemak berfungsi sebagai isolator suhu bagi tubuh. Pada mamalia, jaringan lemak terdiri dari dua jenis yang dicirikan oleh struktur selnya, letaknya, warnanya dan patologinya (Junqueira et al, 1998).

2.2.1 Jaringan Lemak Putih

Jaringan lemak putih terdiri atas se yang mengandung satu droplet lemak besar(unilokular) dalam sitoplasmanya. Sel unilokular akan mendorong inti sel ke arah membran plasma sehingga sel akan menyerupai sebuah cincin. Jaringan lemak ini ditemukan tersebar di seluruh tubuh kecuali pada kelopak mata, penis, skrotum, dan aurikula telinga luar kecuali lobulus. Penyebaran dan tebalnya lemak ditentukan oleh usia dan jenis kelamin (Junqueiraet al, 1998). Jaringan lemak putih memiliki tiga fungsi yaitu sebagai isolasi panas, bantalan mekanik dan yang paling penting sebagai sumber energi ( Sudoyo, 2006).Kelebihan berat badan pada orang dewasa dapat terjadi akibat penimbunan lemakyang berlebihan pada sel-sel jaringan lemak putih yang membesar melebihi biasanya(obesitas hipertrofik). Penambahan jumlah sel lemak menimbulkan obesitas hiperplastik (Junqueiraet al, 1998).

2.2.2 Jaringan Lemak Cokelat

Jaringan lemak cokelat terdiri atas sel-sel lemak cokelat yang tersusun atas droplet-droplet lipid kecil (multilokular) yang tersimpan diantara pabrik energi yang sangat kecil yang disebut dengan mitokondria (Gummesson, 2009). Warna cokelat disebabkan oleh banyaknya kapiler darah dalam jaringan ini danbanyaknya mitokondria (mengandung sitokrom berwarna) dalam sel. Jaringan lemakcokelat berfungsi untuk mempertahankan panas tubuh (thermogenesis) dan untukmembakar energi (Sudoyo, 2006). Jaringan lemak cokelat menyerupai kelenjarendokrin karena sel-selnya terdiri atas massa berhimpit padat dengan banyakpembuluh darah kapiler. Sel-sel dari jaringan ini menerima inervasi simpatik secara langsung (Junqueira et al, 1998).Pada manusia, sel-sel lemak cokelat terutama ditemukan di area leher bayi baru lahir, untuk membantu menghangatkan tubuhnya. Sel-sel lemak cokelat sebagian besar menghilang ketika seseorang beranjak dewasa, tetapi precursornya tetap ada didalam tubuh yang tersimpan sementara di depot sel lemak putih (Wikipedia, 2009) 2.3 Kecepatan Metabolisme

Kecepatan metabolisme dinyatakan sebagai jumlah kalori panas. Proses ini meliputi kontraksi otot rangka, pemompaan jantung, penguraian normal komponen-komponen sel. Oleh karena itu, produksi panas bisa diukur dengan mengukuraktivitas metabolisme. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan metabolisme (Scanlon, 2007) antara lain:

1. Latihan kontraksi otot rangka meningkatkan kecepatan metabolisme.

2. Usia kecepatan metabolisme paling tinggi adalah pada anak, dan menurun seiringpertambahan usia. Kebutuhan energi untuk pertumbuhan dan kehilangan panas yang lebih banyak pada tubuh yang kecil menimbulkan peningkatan kecepatan metabolisme pada anak-anak. Setelah pertumbuhan terhenti, kecepatan metabolisme turun sekitar 2% tiap dekade. Bila seseorang menjadi kurang aktif, penurunan totalbisa sampai 5% tiap dekade.

3. Konfigurasi tubuh orang dewasa Individu yang tinggi kurus biasanya mempunyai kecepatan metabolisme yang tinggi daripada individu pendek kekar dengan berat badan sama. Hal ini karena orang yang tinggi kurus mempunyai permukaan tubuh yang lebih luas (proporsional beratbadan) yang menyebabkan kehilangan panas secara terus-menerus. Oleh karena itu, kecepatan metabolisme sedikit lebih tinggi untuk menggantikan kehilangan panas yang lebih banyak

2.4 Pathogenesis Obesitas

Obesitas merupakan akibat dari ketidakseimbangan asupan energi danpengeluaran energi. Berlebihnya asupan makanan disimpan sebagai lemak yang kemudian digunakan untuk metabolisme dan energi. Berlebihnya massa jaringan lemakjuga dapat dilihat sebagai kekacauan pathologis dalam umpan balik antara asupan dan pengeluaran energi (Daniels et al, 2005). Kestabilan berat badan tergantung pada regulasi otonom keseimbangan energi. Jika pengaturan tersebut tidak dapat berinteraksi secara optimal dengan kondisi lingkungan, walaupun hanya sedikit perbedaan dalam pemasukan energi atau pengeluaran energi dapat menyebabkan perubahan berat badan (Gummesson, 2009). Pemahaman tentang pengaturan asupan energi membutuhkan pembedaan sinyal waktu pendek yang mengontrol rasa lapar, asupan makanan, dan rasa kenyang sedangkan sinyal waktu panjang yang mengatur pertahanan penyimpanan energi, jaringan tak berlemak, atau keduanya. Pada pengaturan waktu pendek, sinyal gastroin testinal memberikan input penting ke otak. Untuk bagian terbesar, hormon-hormon dilepaskan dari lambung dan usus yang dapat mempengaruhi penghambatanpencernaan makanan (Daniels et al, 2005).Jaringan lemak juga memiliki aktivitas endokrin, paracrine dan autocrine. Adiposit (sel lemak) mensekresi berbagai hormon-hormon peptida yang mengontrol keseimbangan energi seluruh tubuh, inflamasi, sensitivitas insulin, pengaturan tekanan darah, angiogenesis dan perkembangan sel (Gummesson, 2009). Leptin dan adiponectin merupakan dua hormon terpenting. Kurangnya produksi hormon leptin mengakibatkan obesitas, terapi leptin-defisien pada individu menyebabkan berkurangnya asupan makanan dan berat badan. Pada sebagian besarorang obesitas, leptin memiliki sedikit efek pada asupan makanan dan berat badan. Adiponectin merupakan hormon terbanyak yang terdapat pada sel-sel lemak, yang dapat meningkatkan sensitivitas insulin (Daniels et al, 2005).

2.5 Tipe-Tipe Obesitas

2.5.1 Berdasarkan Bentuk Tubuh

a. Tipe AndroidLemak tertimbun terutama pada bagian atas pusar: perut, dada, punggung muka.Disebut juga bentuk apel. Rasio lingkar perut/linggkar panggul >0,9. Biasanya lebihbanyak pada pria dan lebih berhubungan dengan berbagai macam komplikasipenyakit sepertidiabetes, jantung koroner, darah tinggi dan lain-lain(Winata, 2009).

b. Tipe GenoidTimbunan lemak terutama pada bawah pusar, pinggul, paha, bokong. Disebutjuga bentuk pear. Rasio lingkar perut/lingkar panggul >0,8 dan lebih banyak padawanita serta lebih jarang berhubungan dengan berbagai penyakit komplikasi (Winata,2009).

2.5.2 Berdasarkan Keadaan Sel Lemak

a. Tipe Hyperplastik

Terjadi oleh karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan keadaannormal, tetapi ukuran sel-selnya tidak bertambah besar (Hardian, 2008).

b. Tipe Hypertropik

Terjadi oleh karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan dengankeadaan normal. Upaya untuk menurunkan berat badan lebih mudah dibandingkan tipe hyperplastik (Hardian, 2008).

2.6 Tatalaksana Obesitas

Obesitas merupakan kondisi kronik yang sulit untuk ditangani. Walaupunjaringan lemak telah diambil dengan cara operasi pembedahan (liposuction atauomentectomy), satu-satunya jalan utuk mengurangi timbunan lemak adalah melalui keseimbangan energi negatif (output kalori lebih besar daripada input kalori). Secara teoritis, hal ini dapat dicapai dengan mengurangi asupan makanan, uptake energi, meningkatkan pengeluaran energi, atau kombinasi dari kesemuanya. Berikut adalahbeberapa tatalaksana obesitas :

1. Manajemen diet dan aktivitas fisik. Beberapa diet yang dianjurkan meliputi diet rendah karbohidrat, diet rendah lemak, diet tinggi protein, dan diet rendah indeks glikemik. Diet khusus yaitu diet rendah kalori, dimana terdapat pada makanan yang kaya akan serat dan rendah lemak, dimana makanan yang kaya akan seratakan menyebabkan gastric emptlying tinggi (tahan lama dalam lambung), mengikat lemak atau kolesterol, transit time (waktu tinggal di usus) rendah dan mengakibatkan rasa kenyang yang lama. Berdasarkan meta analisis,penggabungan antara intervensi diet yang tepat dengan aktivitas fisik dapat meningkatkan keberhasilan penurunan berat badan yang dapat dipertahankan dalam waktu yang lama (Gummesson, 2009).2. Pembedahan

Pembedahan dilakukan untuk mengambil jaringan lemak yangberlebih. Tindakan ini merupakan tindakan bedah kosmetik, tindakan lainnya adalah dengan mengangkat sebagian usus agar penyerapan makanan berkurang.Operasi pembedahan umumnya dipertimbangkan bagi penderita dewasa yang memilki IMT sekitar 35 kg/m240 kg/m2 dengan kondisi komorbid serius seperti sleep apnea, diabetes mellitus, atau penyakit sendi (Gummesson, 2009).

3. AkupunkturAkupuntur berperan dalam menurunkan berat badan diantaranya melalui mekanisme neuro humoral yang dapat menghambat nafsu makan, mengurangi fungsi lambung dan usus yang berlebih dalam pencernaan dan penyerapaan makanan. Dari penelitian Liu Zhi Cheng dilaporkan bahwa akupunktur dapat meningkatkan metabolisme pada obesitas, meningkatkan konsumsi energi dan meningkatkan penguraian lemak sehingga dapat mengurangi lemak tubuh (Hardian, 2008).

2.7Akupunktur

2.7.1 Pengertian Akupunktur

Akupunktur berasal dari bahasa Latin, terdiri dari kata acus yang mengandung arti jarum, dan pungere yang mengandung arti tusuk (Wardani, 2008). Akupunktur adalah suatu cara pengobatan yang memanfaatkan rangsangan pada titik-titik akupunktur pada tubuh penderita, telinga, kepala, sekitar telapak kaki dan tangan untuk mempengaruhi/memperbaiki kesalahan aliran bioenergi tubuh yang disebut dengan Qi (Satrio, 2009).

2.7.2 Pengertian Titik Akupunktur

Menurut Prof. Pierre Moal, titik akupunktur merupakan titik yang terdapatkumpulan sel-sel yang mempunyai komponen molekul logam yang bersifat magnetik(Hoediono, 2006).Titik akupunktur pada permukaan tubuh adalah suatu area kecil dan spesifiksebagai bagian dari sistem meridian, juga sebagai stasiun keluar masuknya energi Qike dalam sistem organ tubuh. Ratusan titik akupunktur pada permukaan tubuh daribelasan meridian mempunyai sifat-sifat spesifik terhadap energi organ yang sampaisaat ini sulit diterapkan dengan penelitian modern secara tuntas (Saputra, 2002).

2.7.3 Pengertian Meridian

Meridian berasal dari kata Jing Luo , terdiri atas kataJing Mai (saluran) danLuo Mai (kolateral),Jing Mai merupakan bagian dari meridian yang berjalan membujur menghubungkan atas dan bawah, serta luar dan dalam. SedangkanLuo Mai yang berarti jala, berjalan mengelilingi dan menyebar keseluruh tubuh membentuk suatu jaringan. Jing Luo adalah sebuah sistem saluran yang membujurdan melintang, yang berfungsi menyalurkan Qi dan Xue, menghubungkan atas danbawah, kanan dan kiri, muka dan belakang, luar dan dalam, organZang Fu dengan seluruh jaringan tubuh dari kulit, tendon, otot hingga tulang (Saputra, 2005).

2.8 Akupunktur untuk Obesitas

Dalam pengobatan China, obesitas disebabkan oleh defisiensi Qi dan ekses panasphlegm lembab. Ketika asupan kalori melebihi kebutuhan tubuh, kelebihan kaloriakan terakumulasi dan berubah menjadi lemak yang kemudian disimpan didalamtubuh(Wuet al, 2009).

2.9 Mekanisme Akupunktur Dalam Menangani ObesitasMenurut KedokteranBarat

Salah satu pathogenesis obesitasadalah gangguan mekanisme dalam mengaturasupan makanan yang menghasilkan suatu peningkatan nafsu makan dan berlebihnya asupan makanan. Akupunktur dapat menerapi gangguan tersebut dengan beberap acara yaitu (Cermin Dunia Kedokteran No 123, 1999) :

1. Menurunkan nafsu makan melalui jalur serotonergic di otak.

2. Mengurangi nafsu makan melalui nervus vagus di conchae telinga (auricularacupuncture)

3. Mengurangi asupan nutrisi dengan menurunkan hyper fungsi pencernaan lambung dan absorpsi usus.

4. Meningkatkan pengeluaran energi dengan meningkatkan Basal Metabolic Rate (BMR)

5. Berperan dalan Hiper insulinisme

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah semua pasien obesitas yang melakukan terapi akupunktur dengantujuan mengurangi berat badan atau pelangsingan di Poli Akupunktur Puskesmas Kepanjenselama kurun waktu satu bulan penelitian dengan kriteria populasisebagai berikut :1.Wanita yang bersedia menjadi responden

4. memiliki nilai IMT > 24,9 kg/m2

4. Melakukan terapi akupunktur selama 6 kali terapi

3.3.2 Sampel

Sampel yang dipilih untuk penelitian ini adalah semua pasien obesitas yang melakukan terapiakupunktur dengan tujuan mengurangi berat badan atau pelangsingan dipoli AkupunkturPuskesmas Kanigoro yang memenuhi kriteria populasi selama kurun waktu 3 minggu yangberjumlah 10 pasien.

3.3.3 Teknik Sampling

Sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara semua anggota populasi dijadikan sampel dalam periode waktu tertentu.

3.4 Identifikasi Variabel Terapi akupunktur pada indeks massa tubuh

33.3.6 Pengumpulan Data dan AnalisisData

3.6.1 Pengumpulan Data

Proses Pengumpulan Data

a)Pasien pertama kali datang untuk melakukan terapi pelangsingan dengan akupunktur.

b)Pasien yang bersedia menjadi responden, diminta untuk menandatangani informed consentterlebih dahulu.

c)Sebelum pasien diterapi, pasien diukur terlebih dahulu berat badannya dengan menggunakan alat timbangan badan dan tinggi badannya menggunakan meteran, kemudian dihitung Indeks Massa Tubuhnya

d)Setelah pasien melakukan terapi akupunktur selama 6 kali, berat badan pasien diukurkembali dan dihitung IMTnya.

2.Instrumen Pengumpulan Data

a)Standar Operasional PelaksanaanTerapi Akupunktur

Pasien berbaring dengan santai tanpa rasa tegang, tidak terlalu lelah, tidak terlalu kenyangdan tidak terlalu lapar. Terapis akupunktur melakukan disinfeksi pada tangannyadengan bola kapas steril yangsudah dibasahi alkohol 70%.

Sebelum dilakukan penusukan, area titik yang akan ditusuk dilakukandisinfeksi terlebihdahulu dengan bola kapas steril yang sudah dibasahi alkohol 70%.

Setelah itu dilakukan penusukan secara berturut-turut pada titik CV 12, ST 25, GB 26, CV 6,ST 36, dan SP 6 menggunakan jarum filiform steril. Kemudian jarum yang sudah tertancap dialiri listrik dengan metode pelemahan (frekuensi 80Hz)menggunakan elektrostimulator akupunktur KWD808-I Multi Purpose Health Devicedengan gelombang kontinyu selama 30 menit.

Pemasangan anoda dan katoda sesuai dengan kaidah kanan kiri, urutan meridian dan nomertitik akupunktur.

Setelah jarum dirangsang selama 30 menit, jarum dicabut. Setiap pencabutan jarum, bekastusukan dilakukan disinfeksi kembali menggunakan bola kapas steril yang telah dibasahialkohol 70%.

b)Lembar Observasi yang terdiri dari : Data umum pasien IMT pretest dan posttest

3.7 Keterbatasan

1. Dalam waktu 6 kali terapi atau setengah seri terapi, kedatangan pasien ada yang 2 kali perminggu atau 3 kali per minggu sehinggadapat mempengaruhi hasil penghitungan IMT.

2. Dalam penelitian tidak dilakukan pengkajian apakah pasien menjalani diet ketat, mengkonsumsi obat atau jamu pelangsing ataupun olahraga khusus yang dapat mempengaruhi hasil penghitungan IMT.

BAB IVPEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini menyajikan hasil dari penelitian mengenai pengaruh terapi akupunktur pada titik CV 12, CV 6, ST 25, ST 36, GB 26 dan SP 6 terhadapperubahan IMT pasien obesitas di poli akupunktur Puskesmas Kanigoro yang dilakukan pada bulan April minggu ke-3 sampai bulan Mei minggu ke-2 tahun 2013. Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk data umum dan data khusus.Data umum akan menyajikan karakteristik responden yang meliputi karakteristikresponden berdasarkan usia, pekerjaan, pendidikan, aktivitas, status perkawinan, kunjungan terapi per minggu, dan anamnesis khusus setelah 6 kali terapi. Data khusus akan menyajikan hasil pengukuran berat badan dan penghitungan IMT responden sebelum dan sesudah terapi akupunktur.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Indeks Massa Tubuh Responden sebelum Terapi Akupunktur

Dari hasil penelitian, nilai IMT semua responden yang berjumlah 10 orang sebelum terapi akupunktur menunjukkan nilai yang tinggi, yaitu > 24,9 kg/m2yangberarti tergolong obesitas. IMT merupakan indikator yang paling sering digunakan dan praktis untukmengukur tingkat populasi yang mengalami berat badan berlebih dan obesitas pada orang dewasa. IMT diukur dengan satuan berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (m2) (Harrison, 2005).Berdasarkan Klasifikasi Berat badan terhadap IMT untuk orang Asia dewasa, IMT untukorang obesitas memiliki resiko morbiditas moderat hingga berat (Sugondo, 2006). Menurut para peneliti, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan obesitas diantaranya (Ramayulis, 2008 : 14) : Faktor genetik, kerusakan pada Hipotalamus Ventromedial, pola makan berlebih, kurang bergerak atau jarangberolahraga, ketidakstabilan emosi, dan lingkungan.Dari hasil penelitian, nilai IMT responden sebelum terapi menunjukkan nilai yang tinggi dan berisiko morbiditas tinggi. Pada nilai IMT responden yang tinggi ini mungkin terjadi karena aktivitas responden sebanyak 80% tergolong kurang, jarang melakukan aktivitas fisik maupun olahraga. Dilihat dari segi usia, sebanyak 80% responden berusia diantara 20-40 tahun dan sebanyak 20% berusia 41-65 tahun dimana pada usia tersebut proses pertumbuhan sudah terhenti sehingga kecepatan metabolisme menurun. Bila ditunjang dengan kurangnya aktivitas fisik, penurunan kecepatan metabolisme semakin bertambah. Sehingga dapat menyebabkan kelebihan asupan makanan yang disimpan sebagai lemak. Akibatnya semua responden memilikiIMT tinggi yang sudah masuk dalam kategori obesitas.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai IMT pasien obesitas diantaranya adalah :

1. Diet khusus terutama diet rendah kalori yang dapat menyebabkan gastric emptlyingtinggi (tahan lama dalam lambung), mengikat lemak atau kolesterol, transit time (waktu tinggal di usus) rendah dan mengakibatkan rasa kenyang yang lama(Gummesson, 2009).3. Pembedahan dilakukan untuk pasien dewasa yang memiliki IMT sekitar 35 kg/m240 kg/m2 (Gummesson, 2009).4. Akupunktur yang berperan melalui mekanisme neuro humoral yang dapat menghambat nafsu makan, mengurangi fungsi lambung dan usus yang berlebih dalam pencernaan dan penyerapaan makanan. Dapat meningkatkan metabolisme, meningkatkan konsumsi energi dan meningkatkan penguraian lemak sehingga dapat mengurangi lemak tubuh (Hardian, 2008).

Dari hasil penelitian, penurunan IMT responden ini bisa disebabkan olehpengaruh terapi akupunktur dengan kedatangan terapi yang rutin yaitu 3 kali terapi akupunktur/minggu. Pengaruh terapi akupunktur dapat menurunkan nafsu makan, mengurangi fungsi lambung dan usus yang berlebih dalam pencernaan makanan danpenyerapan makanan sehingga dapat mengurangi lemak tubuh. Pada penelitian initidak dilakukan pengkajian tentang diet khusus, konsumsi obat-obatan ataupun jamupelangsing dan olahraga khusus yang dilakukan responden. Penurunan IMT ini bisa saja terjadi selain karena diterapi akupunktur, sehingga faktor-faktor tersebut juga turut berpengaruh. Usia responden ternyata tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penurunanIMT.

4.2.3 Indeks Massa Tubuh responden sebelum dan sesudah terapi akupunktur

Berdasarkan hasil uji analisis data menggunakan paired t test, ada pengaruh terapi akupunktur pada titik CV 12, CV 6, ST 25, ST 36, GB 26, dan SP 6 terhadapperubahan IMT responden yang menderita obesitas. Dari hasil penelitian, sebelum diterapi akupunktur sebanyak 10 orang responden memiliki nilai IMT yang tinggi. Setelah diterapi akupunktursebanyak 6 kali, sebanyak 9 responden (90%) mengalami penurunan padaIMTnya.Banyak faktor yang mempengaruhi penurunan ini. Perubahannilai IMT ini bisa terjadi oleh karena sebanyak 90% responden mengalami penurunan nafsu makan dan BAB menjadi lebih lancarsetelah 6 kali terapi.Pada penelitian ini tidak dilakukan pengkajian terhadap diet, konsumsi obat-obatan atau jamu pelangsing dan olahraga khusus. Karena sulit sekali diterapkan jikapasien atau sampel penelitian tidak dikarantina. Artinya selama proses penelitian,peneliti tidak dapat mengawasi pasien selama 24 jam karena sampel penelitian sayabukanlah hewan coba yang dapat dikontrol semua variabelnya. Sehinggaperubahan bisa saja terjadi oleh karena pasien yang mengkombinasi terapi akupunktur ini dengan diet khusus, konsumsi obat-obatan atau jamu pelangsing maupun olahraga khusus.Pada responden yang tidak mengalami perubahan IMT sama sekali, hal ini terjadioleh karena tidak adanya perubahan pada nafsu makan dan BAB responden juga tidaklancar.

BAB VSIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. IMT responden sebelum dilakukan terapi akupunktur pada titik CV 12, CV6,ST 25, ST 36, GB 26 dan SP 6 adalah tinggi

2. Setelah dilakukan terapi akupunktur pada titik CV 12, CV6, ST 25, ST 36,GB 26 danSP 6, IMT responden mengalami penurunan.

3. Setelah dan sesudah melakukan terapi, sangat terasa perubahan yang terjadi. Jika sebelum melakukan terapi, para penderita obesitas dan kelebihan berat badan memiliki IMT tinggi dibandingkan sesudah melakukan terapi akupuntur.

5.2 Saran

1. Penelitian ini hendaknya menjadi pendorong untuk dilakukan penelitian-penelitian lebih lanjut, khususnya terapi akupunktur untuk pasien obesitas.

2. Diharapkan pada penelitian yang lebih lanjut, dapat digunakan dua subyekpenelitian yaitu pria dan wanita dengan jumlah yang lebih banyak dan rentang waktu yang lebih lama agar lebih bisa dibedakanpengaruh terapi menurut jenis kelamin dan perbedaan hasil sebelum dan sesudah terapi lebih signifikan.