KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

42
KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT

Transcript of KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

Page 1: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT

Page 2: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id
Page 3: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

i

KATA PENGANTAR

Tanaman jangelan atau cincau hitam (Mesona palustris BL) dibudidayakan dan

merupakan tanaman konservasi serta memiliki nilai ekonomi tinggi penghasil devisa

negara. Buku Teknologi Tepat Guna ” Budidaya janggelan secara organik pada lahan

berlereng “ dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang cara budidaya janggelan

dengan teknik pengendalian erosi pada lahan berlereng, khususnya di lahan tidak produktif.

Buku ini hasil diseminasi teknologi bertanam janggelan yang berlandaskan pada percepatan

dan kemudahan adopsi teknologi di tingkat grass root. Selain itu mempunyai tujuan untuk

dijadikan acuan pengguna lahan, penyuluh, organisasi petani, pengambil kebijakan dalam

pelaksanaan budidaya janggelan di lahan berlereng.

Penulis mencoba membatasi materi pada tataran yang dapat menyediakan wawasan

yang dapat dipahami oleh umum. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan RISTE-DIKTI melalui

Program Pengabdian Kepada Masyarakat dengan skema Program Kemitraan

Wilayah (PKW) tahun 2018.

2. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Merdeka

Madiun sebagai pengusul dan LPPM Universitas PGRI Madiun serta PEMKAB

Magetan sebagai mitra untuk pelaksanaan Program Kemitraan Wilayah.

3. Dinas Pertanian Kabupaten Magetan (c.q Petugas Penyuluh Lapangan Kecamatan

Panekan) yang telah berkonstribusi untuk pelaksanaan Program Kemitraan

Wilayah.

4. Gapoktan Desa Tapak dan Desa Sukowidi Kabupaten Magetan yang telah

berkonstribusi untuk pelaksanaan Program Kemitraan Wilayah.

Penulis sungguh berharap buku ini dapat memberikan manfaat bagi banyak orang

sebagai bagian proses pendidikan dan pencerahan bangsa.

Madiun 25 Juni 2018

Penulis

Page 4: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Permasalahan .................................................................................................. 3

BAB II. PERSIAPAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA JANGGELAN ......................... 4

A. Teras Gulud (Cotour Terrace) ......................................................................... 9

B. Teras bangku (Benc Terrace) .......................................................................... 11

a. Teras bangku datar ...................................................................................... 12

b. Teras bangku miring ke dalam (goler kampak) .......................................... 13

BAB III. PENGOLAHAN TANAH DAN PENANAMAN JANGGELAN ..................... 15

A. Pengolahan Tanah (Tillage) ............................................................................ 15

a. Budidaya janggelan tanpa pengolahan tanah (notillage) ............................ 15

b. Budidaya janggelan dengan pengolahan tanah minimum (minimum

tillage) ......................................................................................................... 16

B. Penanaman Janggelan (Mesona palustris BL) ................................................ 16

a. Bibit tanaman janggelan ............................................................................. 16

b. Penyiangan tanaman janggelan .................................................................. 18

BAB IV. PESTISIDA NABATI DAN AGEN HAYATI UNTUK

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN

JANGGELAN ..................................................................................................... 20

A. Hama dan Penyakit pada Tanaman Janggelan ................................................ 20

B. Pembuatan Pestisida Nabati dari Kulit Biji Jambu mete ................................ 20

a. Cairan pestisida nabati dari kulit biji jambu mete .................................... 21

b. Butiran pestisida nabati dari kulit biji jambu mete ..................................... 21

C. Isolasi dan Perbanyakan Agen Hayati ........................................................... 22

Page 5: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

iii

a. Isolasi jamur Trichoderma dan Metharhizium anisopliae serta

Beauveria bassiana ........................................................................................ 22

B. Perbanyakan jamur Trichoderma dan Metharhizium anisopliae

serta Beauveria bassiana ............................................................................... 22

C. Aplikasi Pestisida Nabati dari Kulit Biji Jambu mete ................................... 26

a. Cairan pestisida nabati dari kulit biji jambu mete ...................................... 26

b. Butiran pestisida nabati dari kulit biji jambu mete ..................................... 27

D. Aplikasi Trichoderma sebagai Agen Hayati di Pertanaman Janggelan 27

a. Cairan Trichoderma ..................................................................................... 27

b. Butiran Trichoderma ................................................................................... 27

E. Aplikasi Metharhizium anisopliae sebagai Agen Hayati di Pertanaman

Janggelan ........................................................................................................ 28

a. Menaburkan pada lubang perangkap di lahan pertanaman janggelan 28

b. Penyemprotan ............................................................................................. 28

F. Aplikasi Beauveria bassiana sebagai Agen hayati di Pertanaman

Janggelan ........................................................................................................ 29

BAB V. PEMANENAN TANAMAN JANGGELAN ..................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 31

Page 6: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

iv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Cara membuat alat kerja (Frame A) untuk persiapan budidaya

janggelan di lahan miring ............................................................................... 6

Gambar 2. Cara mencari titik lintasan pada kemiringan tanah ......................................... 7

Gambar 3. Cara menentukan garis lintasan pada kemiringan tanah ................................. 7

Gambar 4. Cara membuat jarak antar garis lintasan pada kemiringan tanah ................... 8

Gambar 5. Penampang melintang teras gulud .................................................................. 10

Gambar 6. Penampang melintang teras bangku ............................................................... 12

Gambar 7. Penampang melintang teras bangku miring ke dalam .................................... 13

Gambar 8. Penampang melintang teras bangku miring ke dalam (goler kampak) ............ 13

Gambar 9. Penampang melintang pengolahan tanah minimum ....................................... 16

Gambar 10. Hama uret dan kutu kebul serta gejala penyakit pada tanaman

janggelan .......................................................................................................... 21

Gambar 11. Butiran kulit biji jambu mete sebagai pestisida nabati ................................... 22

Gambar 12. Illustrasi fermentator untuk perbanyakan agen hayati dari limbah botol

minuman kemasan ............................................................................................. 28

Page 7: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

2

KATA PENGANTAR

Tanaman jangelan atau cincau hitam (Mesona palustris BL) dibudidayakan dan

merupakan tanaman konservasi serta memiliki nilai ekonomi tinggi penghasil devisa

negara. Buku Teknologi Tepat Guna ” Budidaya janggelan secara organik pada lahan

berlereng “ dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang cara budidaya janggelan

dengan teknik pengendalian erosi pada lahan berlereng, khususnya di lahan tidak produktif.

Buku ini hasil diseminasi teknologi bertanam janggelan yang berlandaskan pada percepatan

dan kemudahan adopsi teknologi di tingkat grass root. Selain itu mempunyai tujuan untuk

dijadikan acuan pengguna lahan, penyuluh, organisasi petani, pengambil kebijakan dalam

pelaksanaan budidaya janggelan di lahan berlereng.

Penulis mencoba membatasi materi pada tataran yang dapat menyediakan wawasan

yang dapat dipahami oleh umum. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan RISTE-DIKTI melalui

Program Pengabdian Kepada Masyarakat dengan skema Program Kemitraan

Wilayah (PKW) tahun 2018.

2. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Merdeka

Madiun sebagai pengusul dan LPPM Universitas PGRI Madiun serta PEMKAB

Magetan sebagai mitra untuk pelaksanaan Program Kemitraan Wilayah.

3. Dinas Pertanian Kabupaten Magetan (c.q Petugas Penyuluh Lapangan Kecamatan

Panekan) yang telah berkonstribusi untuk pelaksanaan Program Kemitraan

Wilayah.

4. Gapoktan Desa Tapak dan Desa Sukowidi Kabupaten Magetan yang telah

berkonstribusi untuk pelaksanaan Program Kemitraan Wilayah.

Penulis sungguh berharap buku ini dapat memberikan manfaat bagi banyak orang

sebagai bagian proses pendidikan dan pencerahan bangsa.

Madiun 25 Juni 2018

Penulis

Page 8: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

i

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Permasalahan .................................................................................................. 3

BAB II. PERSIAPAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA JANGGELAN ......................... 4

A. Teras Gulud (Cotour Terrace) ......................................................................... 9

B. Teras bangku (Benc Terrace) .......................................................................... 11

a. Teras bangku datar ...................................................................................... 12

b. Teras bangku miring ke dalam (goler kampak) .......................................... 13

BAB III. PENGOLAHAN TANAH DAN PENANAMAN JANGGELAN ..................... 15

A. Pengolahan Tanah (Tillage) ............................................................................ 15

a. Budidaya janggelan tanpa pengolahan tanah (notillage) ............................ 15

b. Budidaya janggelan dengan pengolahan tanah minimum (minimum

tillage) ......................................................................................................... 16

B. Penanaman Janggelan (Mesona palustris BL) ................................................ 16

a. Bibit tanaman janggelan ............................................................................. 16

b. Penyiangan tanaman janggelan .................................................................. 18

BAB IV. PESTISIDA NABATI DAN AGEN HAYATI UNTUK

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN

JANGGELAN ..................................................................................................... 20

A. Hama dan Penyakit pada Tanaman Janggelan ................................................ 20

B. Pembuatan Pestisida Nabati dari Kulit Biji Jambu mete ................................ 20

a. Cairan pestisida nabati dari kulit biji jambu mete .................................... 21

b. Butiran pestisida nabati dari kulit biji jambu mete ..................................... 21

C. Isolasi dan Perbanyakan Agen Hayati ........................................................... 22

Page 9: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

ii

a. Isolasi jamur Trichoderma dan Metharhizium anisopliae serta

Beauveria bassiana ........................................................................................ 22

B. Perbanyakan jamur Trichoderma dan Metharhizium anisopliae

serta Beauveria bassiana ............................................................................... 22

C. Aplikasi Pestisida Nabati dari Kulit Biji Jambu mete ................................... 26

a. Cairan pestisida nabati dari kulit biji jambu mete ...................................... 26

b. Butiran pestisida nabati dari kulit biji jambu mete ..................................... 27

D. Aplikasi Trichoderma sebagai Agen Hayati di Pertanaman Janggelan 27

a. Cairan Trichoderma ..................................................................................... 27

b. Butiran Trichoderma ................................................................................... 27

E. Aplikasi Metharhizium anisopliae sebagai Agen Hayati di Pertanaman

Janggelan ........................................................................................................ 28

a. Menaburkan pada lubang perangkap di lahan pertanaman janggelan 28

b. Penyemprotan ............................................................................................. 28

F. Aplikasi Beauveria bassiana sebagai Agen hayati di Pertanaman

Janggelan ........................................................................................................ 29

BAB V. PEMANENAN TANAMAN JANGGELAN ..................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 31

Page 10: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

iii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Cara membuat alat kerja (Frame A) untuk persiapan budidaya

janggelan di lahan miring ............................................................................... 6

Gambar 2. Cara mencari titik lintasan pada kemiringan tanah ......................................... 7

Gambar 3. Cara menentukan garis lintasan pada kemiringan tanah ................................. 7

Gambar 4. Cara membuat jarak antar garis lintasan pada kemiringan tanah ................... 8

Gambar 5. Penampang melintang teras gulud .................................................................. 10

Gambar 6. Penampang melintang teras bangku ............................................................... 12

Gambar 7. Penampang melintang teras bangku miring ke dalam .................................... 13

Gambar 8. Penampang melintang teras bangku miring ke dalam (goler kampak) ............ 13

Gambar 9. Penampang melintang pengolahan tanah minimum ....................................... 16

Gambar 10. Hama uret dan kutu kebul serta gejala penyakit pada tanaman

janggelan .......................................................................................................... 21

Gambar 11. Butiran kulit biji jambu mete sebagai pestisida nabati ................................... 22

Gambar 12. Illustrasi fermentator untuk perbanyakan agen hayati dari limbah botol

minuman kemasan .............................................................................................

Page 11: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

1

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman cincau berasal dari daerah Tiongkok dan berasal dari genus Mesona.

Terdapat beberapa jenis cincau antara lain Cincau perdu (Melasthoma polyanthum), Cincau

rambat(Cylea barbata Miers) dan Cincau Hitam (Melasthima palustris). Kandungan cincau

antara lain : Karbohidrat yang menyerap air, Zat lemak, kalium, fosfor, vitamin A dan

vitamin B, alkaloid siklein, Kardioplegikum, Tentradine, dimetil tetradine, Polifenol,

Saponoid dan flavonoida. Tanaman janggelan atau cincau hitam (Mesona palustris BL)

dibudidayakan dan dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Sekilas tanaman janggelan ini

seperti rerumputan atau tanaman liar yang tidak dibudidayakan karena menyebar di seluruh

penjuru pegunungan. Tanaman ini telah lama menjadi bahan dagangan nasional dan ekspor

penghasil devisa negara. Bagian daun tanaman janggelan dapat menghasilkan ekstrak gel

cincau yang lebih banyak dibandingkan bagian batang. Selain menyegarkan cincau juga

memiliki beberapa manfaat seperti membantu menyembuhkan demam, dapat sebagai obat

radang lambung, oabat tipus, obat tekanan darah tinggi dan masih banyak yang lainnya.

Nama lain dari Cincau antara lain Camcauh, tarawalu,kepleng dan juju.

Tanaman janggelan dapat digunakan sebagai tanaman konservasi dan sering

dijumpai di hutan yang tumbuh secara liar. Hal ini karena memiliki kemampuan untuk

dapat hidup pada kondisi yang kering dan tidak subur tanahnya serta mempunyai perakaran

lebat yang sifatnya mengikat tanah, sehingga dapat ditanam di galengan teras atau tempat

yang berlereng. Oleh karena itu pengelolaan teknologi lahan berlereng yang tepat guna dan

tepat sasaran akan dapat menjamin perolehan keuntungan ekonomi dari tanaman janggelan

dan lingkungan serta kelestarian sumber daya lahan secara simultan.

Praktek budidaya janggelan di lahan berlereng mempunyai posisi strategis dalam

pengembangan pertanian dan seyogyanya menerapkan sistem usaha tani konservasi. Sistim

usaha tani (SUT) konservasi mengintegrasikan dan mensinergikan tanaman di bidang olah,

tanaman penguat bibir teras dan ternak ruminansia kecil atau besar yang dikandangkan di

pekarangan rumah. Integrasi dan sinergi tersebut harus menguntungkan petani. Ada tiga

komponen teknologi SUT konservasi dari sisi tanaman yaitu dengan pengaturan pola tanam

Page 12: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

2

pada bidang olah, peningkatan kesuburan tanah dan ketersediaan air serta sistem wanatani.

Pengaturan pola tanam pada bidang olah ini mempunyai tujuan untuk memaksimalkan

penutupan lahan, untuk mengurangi daya pukul butiran hujan langsung ke permukaan

tanah. Faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan pola tanam ini adalah iklim,

tingkat kesuburan tanah, ketersediaan tenaga kerja dan permintaan pasar. Lahan pertanian

di lahan berlereng dapat mengalami kemunduran kesuburan tanah apabila tanaman

janggelan dibudidayakan tanpa memperhatikan kaedah konservasi, sehingga dalam jangka

panjang lahan yang terdegradasi semakin meluas dan kerusakan lingkungan semakin

meningkat. Teknik konservasi dapat menggunakan cara mekanis dan vegetatif berdasarkan

kondisi kemiringan lahan dan kedalaman tanah serta kepekaan tanah terhadap erosi. Oleh

karena itu konservasi mekanis untuk pengendalian erosi selalu diikuti oleh cara vegetatif,

yaitu:

1) Penggunaan sisa-sisa tanaman atau tumbuhan, misalnya untuk mulsa dan pupuk

hijau karena mudah terurai dengan tanah dan menambah unsur hara ke tanah.

Penggunaan input berupa bahan organik sebagai sumber pupuk dan pestisida dapat

mengurangi penggunaan input kimia yang menjadi pemicu terjadinya degradasi

lahan.

2) Penerapan pola tanam yang dapat menutup permukaan tanah sepanjang tahun.

Penggunaan seresah sebagai mulsa juga akan mengatasi cekaman kekeringan karena

air yang menguap dari dalam tanah tertahan oleh mulsa dan jatuh kembali ke tanah

serta mempunyai konduktivitas panas yang rendah dibandingkan dengan mulsa

plastik.

3) Teknik konservasi tanah dengan pembuatan teras. Teknik pembuatan teras relatif

mudah dilaksanakan oleh petani dan murah harganya serta dapat terjaga kesuburan

tanahnya secara berkesinambungan untuk produksi. Semua jenis teras harus disertai

dengan penanaman tanaman penguat teras, seperti rumput dan legume yang juga

merupakan sumber makanan ternak.

Budidaya janggelan di lahan berlereng sebagai tanaman konservasi dapat dilakukan

dengan sistim tanpa olah tanah (notillage) dan pengolahan tanah hanya pada spot-spot bibit

yang akan ditanam janggelan (minimum tillage). Budidaya janggelan dengan sistim

Page 13: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

3

notillage akan menghasilkan rendemen yang lebih baik dibandingkan dengan minimum

tillage. Program Penerapan dan Pengembangan Teknologi Tepat Guna ini telah diukur

sampai sejauh mana dampak positif terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat, antara

lain:

1. Menjamin kondisi tanah yang mendukung bagi pertumbuhan tanaman janggelan,

khususnya dengan mengelola bahan-bahan organik dan meningkatkan kehidupan

dalam tanah.

2. Mengoptimalkan ketersediaan unsur hara dan menyeimbangkan arus unsur hara,

khususnya melalui pengikatan nitrogen, pemompaan unsur hara, daur ulang, dan

pemanfaatan pupuk organik.

3. Meminimalkan kerugian sebagai akibat radiasi matahari, udara, dan air dengan cara

pengelolaan iklim mikro, pengelolaan air, dan pengendalian erosi.

4. Meminimalkan serangan hama dan penyakit pada tanaman janggelan dengan

pencegahan dan perlakuan yang aman untuk manusia dan lingkungan serta kekebalan

terhadap hama dan penyakit.

B. Permasalahan

Lahan berlereng mempunyai peluang untuk budidaya janggelan, meskipun lahan

berlereng rentan terhadap longsor dan erosi, karena tingkat kemiringannya, curah hujan

relatif tinggi dan tanah tidak stabil. Beberapa tahun terakhir, bencana alam longsor makin

meningkat, baik daya rusak maupun intensitasnya. Bencana tersebut telah menimbulkan

banyak korban manusia, harta, lahan pertanian, infrastruktur dan sebagainya. Degradasi

lahan juga makin meningkat dan meluas, terutama akibat tingginya tingkat erosi tanah,

khususnya di daerah berlereng. Bahaya longsor dan erosi akan meningkat bila lahan

berlereng yang semula tertutup hutan dibuka menjadi areal pertanian dan tidak menerapkan

praktek konservasi tanah serta air yang tidak ramah lingkungan. Longsor dan erosi di

kawasan berlereng ditentukan oleh karakteristik lahan dan kondisi iklim. Selain itu

dipengaruhi oleh sistim dan teknik budidaya pertanian di wilayah tersebut.

Page 14: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

4

BAB II. PERSIAPAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA JANGGELAN

Masalah utama usahatani pada lahan kering berlereng tanpa tindakan konservasi

akan menyebabkan erosi. Setiap musim penghujan tiba, banyak informasi tentang

terjadinya tanah longsor terutama di daerah-daerah perbukitan dan kawasan pegunungan,

fenomena ini tidak jarang merenggut korban jiwa dan harta benda. Pada kenyataannya

memang lahan pegunungan dan perbukitan merupakan kawasan pertanian dan perkebunan

yang produktif, kerapkali dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bercocok tanam berbagai

macam tanaman terutama hortikultura, perkebunan dan tanaman pangan untuk dapat

memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari guna menopang ekonomi keluarga. Sebenarnya

aktivitas bercocok tanam tidak dilarang pada kawasan perbukitan dan pegunungan asalkan

memperhatikan prinsip konservasi tanah dan air, mengingat wilayah tersebut sangat rentan

terhadap longsor dan erosi. Oleh karena perlu menggerakkan dan memotivasi petani agar

dalam budidaya di daerah lahan berlereng tidak melupakan kaidah-kaidah konservasi tanah

dan air.

Tanaman cincau hitam (Mesona palustris) merupakan tanaman perdu yang

tingginya 30-60 cm dan tumbuh baik saat musim hujan dan musim kemarau pada

ketinggian 75-2300 meter di atas permukaan laut. Di lahan pegunungan, budidaya tanaman

janggelan dihadapkan kepada faktor pembatas biofisik seperti lereng yang relatif curam,

kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi, curah hujan yang relatif tinggi dan lain-lain.

Longsor dipicu oleh absennya pohon-pohon dengan perakaran dalam dan intensif. Namun

jika lantai kebun berbasis tanaman tahunan diolah secara intensif dan digunakan untuk

tanaman semusim, maka erosi akan meningkat. Selain itu, masalah utama usahatani pada

lahan kering berlereng tanpa tindakan konservasi akan menyebabkan erosi.

Kesalahan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya lahan di daerah

pegunungan dapat menimbulkan kerusakan berupa degradasi kesuburan tanah dan

ketersediaan air yang dampaknya tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di lahan

pegunungan tetapi juga di dataran rendah. Bila budidaya pertanian di wilayah dataran tinggi

dikelola dengan baik, dapat memberikan keuntungan langsung kepada petani disamping

Page 15: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

5

menghasilkan berbagai jasa yang dibutuhkan masyarakat pada umumnya, antara lain

sebagai obyek wisata agro, penyedia lapangan kerja, penggalang ketahanan pangan.

Metode Sloping Agriculture Land Technology (SALT) merupakan salah satu teknik

untuk menata lahan miring yang diperuntukan bagi kegiatan pertanian. Pemanfaatan lahan

miring dalam bentuk kebun dan sawah memiliki resiko erosi dan tanah longsor yang tinggi.

Sehingga banyak petani enggan memanfaatkan lahan miring untuk tanaman pangan,

mereka hanya memanfaatkannya untuk tanaman keras. Oleh karena itu ekstensifikasi lahan

pertanian untuk tanaman janggelan menjadi salah satu pilihan yang tak bisa dihindari.

Pemanfaatan lahan miring untuk kegiatan pertanaman janggelan menjadi salah satu pilihan

yang realistis ditengah keterbatasan lahan yang ada.

Teknik SALT mampu meminimalkan erosi, membantu mengembalikan struktur

dan kesuburan tanah, meningkatkan produksi tanaman, mudah dipraktekkan karena

menggunakan alat sederhana, membutuhkan tenaga yang rendah sehingga cocok untuk

petani berlahan sempit, dan tidak membutuhkan modal besar. Beberapa langkah untuk

menerapkan teknik menata lahan miring dengan metode SALT yaitu:

1) Membuat alat kerja

Alat kerja atau frame A digunakan untuk menata lahan miring untuk persiapan lahan

untuk budidaya janggelan. Sebuah alat yang berbentuk menyerupai huruf A, terbuat dari

kayu ataupun bambu. Alat ini bisa dibuat sendiri dengan mudah. Caranya, pilih tongkat

kayu atau bambu yang kuat tetapi jangan terlalu besar. Tongkat tersebut dipotong dengan

panjang 1,5 meter sebanyak 2 buah, yang nantinya akan berfungsi sebagai kaki penopang.

Kemudian buat lagi potongan tongkat lain dengan panjang ½ meter, yang akan dipakai

untuk bagian palang. Satukan salah satu ujung dari kedua tongkat yang berfungsi sebagai

kaki penopang, bisa dengan cara diikat ataupun dipaku. Kemudian ujung lainnya letakkan

ditanah yang datar, beri jarak sejauh 1 meter antar ujung tersebut sehingga membentuk

segitiga. Pasang dan ikatkan, tongkat yang ketiga pada segitiga tersebut sehingga

membentuk huruf A. Paku atau ikat dengan kuat. Frame A ini akan digunakan untuk

membuat garis lintasan. Pembuatan Frame A disajikan pada Gambar 1.

Page 16: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

6

Gambar 1. Cara membuat alat kerja (Frame A) untuk persiapan budidaya janggelan di lahan

miring

2) Menemukan titik lintasan

Tahap selanjutnya dalam menata lahan miring adalah menentukan titik-titik

lintasan. Sebaiknya untuk menentukan titik-titik lintasan ini diikerjakan oleh 2 orang, satu

memegang alat Frame A, satu lagi menancapkan patok pada setiap titik yang ditandai.

Pertama-tama tongkat kayu atau bambu dipotong sepanjang 30 cm untuk patok atau tiang

pancang. Banyaknya patok disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan luas lahan yang

akan kita tata. Bersihkan lahan dari semua rintangan dan semak belukar untuk

memudahkan menentukan titik lintasan dan memberi tanda.

Pilih sembarang titik dimana garis lintasan akan dibentuk. Pekerjaan dimulai pada

areal yang paling tinggi. Cara mengerjakannya sebagai berikut, letakan salah satu kaki (kita

sebut saja kaki belakang) dari Frame A di atas tanah. Cari tempat untuk meletakkan kaki

yang lain (sebut saja kaki depan) di atas tanah yang tingginya sama dengan kaki belakang.

Untuk memastikan ketinggian tanah antara kaki belakang dan kaki depan telah sama,

gunakan benang yang diikatkan pada ujung segitiga Frame A bagian atas. Sedangkan ujung

benang lainnya diberi pendulum, boleh paku atau benda lainnya. Apabila garis benang

tersebut membagi bidang Frame A sama besar (lihat Gambar 1), bisa dikatakan kedua

permukaan tanah sama tinggi. Fungsi benang dan pendulum bisa juga digantikan dengan

meletakkan water pass pada palang Frame A, dimana gelembung air harus berada di

tengah. Ketika meletakkan kedua kaki Frame A pada ketinggian tanah yang sama, berarti

kita sudah berhasil menentukan titik lintasan. Berilah tanda dengan patok yang telah dibuat

Page 17: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

7

pada kaki bagian belakang. Selanjutnya, putarlah kaki belakang Frame A dimana kaki

bagian depan berfungsi sebagai poros (jangan diangkat). Sekarang kaki belakang jadi kaki

depan dan kaki depan jadi kaki belakang. Carilah permukaan tanah yang mempunyai

ketinggian yang sama dengan kaki yang menjadi poros dan angkat bagian poros dan tandai

dengan patok, sehingga titik-titik lintasan akan dapat diketahui (Gambar 2)

Gambar 2. Cara mencari titik lintasan pada kemiringan tanah

3) Menentukan garis lintasan

Frame A digerakkan secara terus menerus ke arah depan dengan cara seperti di

atas. Patok diberi tanda pada setiap titik yang didapatkan . Langkah ini dilakukan terus,

hingga tiba pada titik terakhir dari areal lahan kita. Kemudian tarik garis yang

menyambungkan titik yang telah dibuat, sehingga kita menemukan garis lintasan tersebut

(Gambar 3).

Gambar 3. Cara menentukan garis lintasan pada kemiringan tanah

4. Membuat jarak antar garis lintasan

Garis lintasan dibuat dengan pembuatan lintasan-lintasan di bawahnya. Semakin

dekat batas garis antar lintasan maka peluang untuk erosi berkurang. Selain itu peluang

Page 18: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

8

untuk memproduksi unsur hara dalam bentuk biomassa semakin besar dan memungkinkan

tanamanan tumbuh dengan baik. Kriteria untuk menentukan jarak antar lintasan dengan

garis vertikal dan garis horizontal. Secara vertikal, sebaiknya garis berikutnya tidak lebih

dari 1 meter dibawahnya untuk mencegah erosi berlebihan. Pada bagian dengan

kemiringannya ekstrim atau curam, jaraknya harus lebih pendek. Sementara itu, pada lahan

yang datar, sebaiknya jarak horizontal antar garis tidak lebih dari 5 meter untuk

memaksimalkan manajemen kesuburan tanah (Gambar 4).

Gambar 4. Cara membuat jarak antar garis lintasan pada kemiringan tanah

Selanjutnya lahan yang bergelombang/ miring perlu dilakukan dengan pembuatan

teras-teras dan guludan untuk menghambat aliran permukaan air dan mengurangi erosi,

serta menampung dan menyalurkan aliran air dengan kekuatan yang tidak merusak. Oleh

karena itu perlu melakukan penanaman seccara kontur dan pemanfaatan pupuk organik

secara insitu. Konservasi tanah dan air secara mekanis dibuat untuk memperpendek panjang

lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan

tanah melintang lereng, sehingga kondisi lereng bertangga-tangga (terasiring). Terasiring

sering digunakan pada daerah atau kawasan berbukit dan rawan longsor dan dapat

menghambat terkikisnya tanah oleh aliran air hujan. Terassiring adalah suatu konsep yang

digunakan untuk meletakkan tanaman dengan sistem yang bertingkat-tingkat. Lahan yang

paling cocok dan pas digunakan untuk terassiring adalah lahan yang bentuknya miring.

Tujuan pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run

off) dan memperbesar peresapan air, sehingga kehilangan tanah berkurang. Cara mekanik

menahan erosi air dan angin dengan cara menyusun campuran dedaunan dan ranting pohon

Page 19: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

9

yang berjatuhan di atas tanah untuk pembuatan guludan (counter bunds) sebagai

penghambat aliran permukaan dan menyimpan air di atasnya serta memotong panjang

lorong. Tinggi tumpukan tanah antara 25-30 cm dengan lebar dasar 25-30 cm. Pembuatan

terasiring disesuaikan dengan kondisi kemiringan lahannya. Hal ini merupakan tindakan

bijaksana dan penyelamatan lingkungan untuk mengatasi degradasi lahan.

Desa Sukowidi dan Desa Tapak di Kabupaten Magetan sebagian besar mempunyai

kemiringan lahan antara 30-40% dan merupakan lahan pertanian yang potensial relatif

subur dengan jenis penggunaan hortikultura serta janggelan. Oleh karena itu diperlukan

teknik konservasi tanah dengan pembuatan teras yang relatif mudah dilaksanakan oleh

petani dan murah harganya serta dapat terjaga kesuburan tanahnya secara

berkesinambungan untuk produksi.

Pembuatan teras diusahakan mengikuti kontur dan harus direncanakan dengan

matang sesuai dengan iklim, tebal solum tanah, topografi, jenis tanah dan luas areal. Garis

kontur (sabuk gunung) dapat dibuat dengan penggunaan Ondol-Ondol. Lebar teras

tergantung pada besarnya lereng, kedalaman tanah, tanaman dan pola tanamnya. Rasio

tampingan teras atas dengan lereng adalah 1:0,5 dan rasio tampingan bawah dengan lereng

adalah 1: 1 – 0,5. Perencanan terassiring diperlukan pertimbangan-pertimbangan khusus

yaitu: (a) keadaan tata guna tanah pada daerah yang bersangkutan, (b) pembuatan saluran

pembuangan (outlet), (c) penentuan tata letak teras, dan (d) rencana pertanian yang akan

diusahakan.

A. Teras Gulud (Cotour Terrace)

Teras gulud adalah barisan gulud atau tumpukan tanah yang dilengkapi dengan

rumput penguat gulud. Teras gulud ini sangat cocok dibuat pada kemiringan lahan antara

10-40 %. Tujuan pembuatan guludan adalah untuk meringankan biaya pembuatannya, akan

tetapi konservasi tanah dapat terlaksana, sehingga diharapkan lama kelamaan teras guludan

akan berangsur menjadi teras bangku. Jika penguat teras menggunakan rumput hendaknya

dapat dipilih jenis rumput yang dapat bermanfaat ganda antara lain dapat menjadi makanan

ternak.

Page 20: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

10

Teras gulud ini dapat dibuat untuk tanah-tanah yang agak dangkal lapisan tanahnya

(> 20 cm). Selain itu tanah memiliki kecepatan infiltrasi atau kemampuan peresapan air

yang tinggi. Teras guludan dibuat tanpa mengubah kelerengan guludan dibuat untuk

memperbesar resapan air ke dalam tanah karena akan memperlambat aliran permukaan.

Saluran air digali dan tanah hasil galian ditimbun di bagian bawah lereng dijadikan

guludan. Saluran air dibuat pada bagian guludan di atasnya. Saluran air berfungsi

mengalirkan air aliran dari permukaan dari bidang olah ke saluran pembuangan air dan

mengalikan ke bagian bawah lereng. Saluran air digali dan tanah hasil galian ditimbun di

bagian bawah lereng dijadikan guludan. Saluran pembuangan air dibuat dengan lebar dan

kedalaman antara 0,5 − 1 m serta diperkuat dengan rumput Paspalum notatum atau batu

agar aman untuk dasar dan tebing saluran. Jika saluran agak panjang diperlukan

pemotongan saluran dengan membuat bangunan terjunan air. Pembuatan guludan dimulai

dari lereng atas dan berlanjut ke bagian bawahnya (Gambar 5).

Gambar 5. Penampang melintang teras gulud

Penggunaan teras gulud mempunyai keuntungan biaya pembuatannya lebih murah

dari teras bangku dan dapat dilakukan pada tanah-tanah bersolum ( lapisan tanah subur)

Page 21: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

11

yang agak dangkal. Meskipun demikian penggunaan teras gulud juga mempunyai kerugian.

Apabila rumput penutup belum kuat menyebabkan guludan tidak stabil atau mudah hanyut

oleh aliran air permukaan saat hujan lebat. Selain itu makin tinggi volume curah hujan dan

makin lama durasi hujan, maka masa tanah mengalami erosi semakin besar. Oleh karena

itu perlakuan guludan pada lahan berlereng mengalami erosi lebih besar dibandingkan

dengan lahan berlereng yang mendapat perlakuan teras.

B. Teras Bangku (Bench Terrace)

Teras bangku atau teras tangga dibuat pada lahan dengan kelerengan 20 - 40 % dan

tidak dianjurkan untuk kemiringan di atas 40 %. Pembuatan teras bangku mencegah erosi

pada lereng yang ditanami janggelan. Teras bangku ini memotong lereng dan meratakan

tanah di bidang olah sehingga terjadi suatu deretan berbentuk tangga. Dengan kemiringan

beberapa derajad ke arah yang berlawanan dengan lereng asli. Efektifitas teras bangku

sebagai pengendali erosi akan meningkat bila ditanami dengan tanaman penguat teras di

bibir dan tampingan teras.

Rumput setaria (Setaria sphacelata), rumput gajah (Pernisetum purpureum), rumput

raja (Penisetum purporoides) dapat digunakan sebagai penguat teras. Aliran air permukaan

dari setiap bidang olah akan mengalir dari bibir teras ke saluran teras (saluran pembuangan

air), sehingga tidak terjadi pengiriman air ke teras di bawahnya. Bangunan terjunan dibuat

sepanjang saluran pembuangan air yang tegak lurus dengan arah garis kontur. Bangunan

terjunan ini ditujukan untuk pengamanan saluran dan mengendalikan air dari saluran teras.

Bangunan terjunan dapat dibuat dari batu, jika aliran kecil hanya diperkuat dengan rumput

(Gambar 6).

Page 22: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

12

Gambar 6. Penampang melintang teras bangku

Pembuatan teras bangku ini memerlukan biaya yang lebih mahal dibandingkan

dengan pembuatan teras gulud karena lebih banyak penggalian bidang olah. Penggalian

bidang olah ini akan menyebabkan lapisan bawah tanah tersingkap di permukaan, sehingga

saluran teras ini tidak subur atau kurang subur. Meskipun demikian pembuatan teras

bangku ini efektif mengurangi erosi. Teras bangku datar dan teras bangku berlereng ke

dalam banyak dibuat di Indonesia.

Teras bangku ini perlu dilakukan untuk pemeliharaan dengan : 1) pengeruk tanah

yang menimbun di selokan atau rorak untuk dipindahkan ke bidang olah;2) pemelihara

guludan dan talud atau tampingan dengan perbaikan bagian yang longsor; 3) penyulam dan

pemangkas tanaman penguat teras (rumput gajah, rumput benggala, rumput setaria) dan

tanaman talud (rumput) serta pemangkas rumput yang tumbuh di saluran, tampingan dan

bibir teras untuk makanan ternak.

Penerapan teknik konservasi teras bangku belum dapat dirasakan manfaatnya

dalam jangka pendek. Namun dalam jangka panjang (minimal 5 tahun) manfaat ekologis

dan ekonomi dapat dirasakan oleh para petani dan hal itu akan terus berkelanjutan.

a. Teras bangku datar

Teras bangku datar membentuk sudut nol derajad dengan bidang horizontal, sehingga

bidang olahnya datar yang dilengkapi dengan saluran air di bawah talud teras. Teras

bangku datar ini mempunyai tujuan agar lapisan tanah olah tetap lembab. Teras ini efektif

Page 23: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

13

menahan erosi, apabila bibir teras dibuat lebih tinggi dari bidang olah dan ditanam rumput

sebagai penguat (Gambar 7).

Gambar 7. Penampang melintang teras bangku datar

b. Teras bangku miring ke dalam (goler kampak)

Teras bangku miring ke dalam (gulir kampak) adalah teras bangku yang bidang

olahnya miring ke arah yang berlawanan dengan lereng asli. Teras bangku miring ke dalam

dibangun pada tanah yang permeabilitasnya rendah di lahan tegalan tadah hujan. Air aliran

permukaan dari setiap bidang olah mengalir dari bibir teras ke saluran teras dan terus ke

SPA sehingga hampir tidak pernah terjadi pengiriman air aliran permukaan dari satu teras

ke teras yang di bawahnya. Tujuannya agar air tidak segera terinfiltrasi menggenangi

bidang olah dan tidak mengalir melalui talud di bibir teras (Gambar 8).

Gambar 8. Penampang melintang teras bangku miring ke dalam

Page 24: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

14

Teras bangku goler kampak memerlukan biaya yang mahal karena lebih banyak

penggalian bidang olah. Selain itu bagian bidang olah di sekitar saluran teras merupakan

bagian yang kurang/tidak subur karena merupakan bagian lapisan tanah bawah (subsoil)

yang tersingkap di permukaan tanah. Namun jika dibuat dengan benar, teras bangku gulir

kampak sangat efektif mengurangi erosi.

Page 25: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

15

BAB III. PENGOLAHAN TANAH DAN PENANAMAN JANGGELAN

Lahan yang akan digunakan untuk menanam atau budidaya tanaman janggelan

dibersihkan terlebih dahulu dari tanaman pengganggu seperti gulma dan rumput liar hingga

ke akarnya. Setelah itu, membuat lubang tanam dengan jarak 50 cm × 50 cm, lalu lakukan

pemupukan dasar dengan pupuk kandang di setiap lubang tanam. Dibutuhkan sekitar 6 – 9

ton pupuk kandang untuk 1 hektar lahan. Pengolahan tanah untuk penanaman janggelan

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

A. Pengolahan Tanah (Tillage)

Olah tanah mempunyai tujuan untuk memberikan kondisi tempat tumbuh yang

optimal bagi bibit janggelan yang akan ditanam.Pengolahan tanah konservasi dapat

dilakukan dengan Tanpa Olah Tanah (TOT) dan Minimum Olah Tanah (MOT).

Pengolahan tanah dengan cara ini mempunyai tujuan untuk mengurangi erosi dan

penguapan air dari dalam tanah. Hal ini sangat menguntungkan untuk tanaman janggelan.

Oleh karena budidaya tanaman janggelan dapat dilakukan dengan tanpa pengolahan tanah

sama sekali (notillage) dan pengolahan tanah secara minimum (minimum tillage). Mulsa

atau seresah yang sudah lapuk dapat digunakan untuk mengendalikan gulma dan aktivitas

organisme tanah serta menahan jatuhnya air hujan langsung ke permukaan tanah. Cara

pemberiannya dengan menghempaskan seresah di atas permukaan tanah secara merata pada

ketebalan 3− 5 cm.

a. Budidaya tanaman janggelan tanpa pengolahan tanah (notillage)

Sebelum tanam, sisa tanaman atau gulma dikendalikan, sehingga tidak mengganggu

penempatan bibit janggelan. Budidaya Tanpa olah tanah (TOT) hanya membuka lubang

kecil dengan tugal untuk menanam bibit janggelan. Seresah tanaman yang mati

dihamparkan ke permukaan tanah. Seresah ini sebagai mulsa dan mempunyai peran untuk

menekan pertumbuhan gulma baru dan pada akhirnya dapat memperbaiki sifat dan tata air

tanah. Waktu persiapan tanah memerlukan waktu yang lebih sebentar dan biaya pengolahan

tanah menjadi lebih rendah dibandingkan budidaya pengolahan secara minimum dan

sempurna. Sistim tanpa olah tanah menyebabkan unsur hara dan kandungan organik

meningkat, meskipun tekstur tanah menjadi rendah dan penguapan tidak ada.

Page 26: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

16

Keuntungan lain yang di dapat pada sistim tanpa olah tanah yaitu adanya kepadatan

perakaran yang lebih banyak, penguapan lebih sedikit, air tersedia bagi tanaman makin

banyak.

Tanah yang tidak diolah akar tanaman hanya mampu menembus kedalam 30-40 cm.

Hal ini cocok untuk tanaman janggelan. Budidaya notilage, bibit tanaman janggelan

ditancapkan dalam tanah dan dibiarkan tumbuh secara alami.

b. Budidaya tanaman janggelan dengan pengolahan tanah minimum (minimum tilage)

Pengolahan tanah dilakukan pada bagian perakaran tanaman saja (sesuai kebutuhan

tanaman), sehingga bagian tanah yang tidak diolah akan terjaga struktur tanahnya karena

agregat tanah tidak rusak dan mikroorganisme tanah berkembang dengan baik. Tanah yang

diolah hanya pada spot-spot tertentu dimana bibit janggelan yang akan dibudidayakan

tersebut ditanam. Bibit tanaman janggelan di tancapkan pada lubang tanaman selanjutnya

dibiarkan tumbuh secara alami (Gambar 9).

Gambar 9. Penampang melintang pengolahan tanah minimum

Pengolahan tanah minimum cukup efektif dalam mengendalikan erosi, dan biasa

dilakukan pada tanah-tanah yang berpasir dan rentan terhadap erosi. Sebagian petani

menganggap teknik budidaya tanpa pengolahan sama sekali (notillage) dapat menghasilkan

rendemen dari tanaman janggelan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknik budidaya

dengan pengolahan lahan minimum (minimum tillage).

B. Penanaman Tanaman Janggelan (Mesona palustris BL)

a. Bibit tanaman janggelan

Bibit janggelan dapat diambil dari anakan rumpun tanaman janggelan yang telah

tua dan akarnya sudah ada serta tingginya antara 15−20 cm. Bibit dari anakan dapat

Page 27: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

17

langsung ditanam dan ditancapkan untuk dibiarkan tumbuh secara alami. Bibit juga dapat

diambil dari stek batang. Stek batang diperoleh dari cabang tanaman induk yang

mempunyai 3 ruas (panjang stek 10−15 cm). Stek direndam dalam air ± 1 minggu,

sehingga keluar rambut-rambut akar pada buku batang. Stek dipindahkan ke dalam polybag

yang berisi tanah yang dijaga kelembabannya selama beberapa hari, selanjutnya

dipindahkan ke lapangan setelah tumbuh daun-daun baru. Pembudidayaan janggelan

dengan cara vegetatif (stek batang, tunas akar, meruduk) tidak membutuhkan waktu yang

lama dan tingkat keberhasilannya tinggi serta mempunyai sifat yang sama dengan induknya

dibandingkan dengan cara generatif (biji). Hal ini karena bibit dari biji harus disemaikan

terlebih dahulu sebelum ditanam di lahan. Biji harus dipilih yang sudah tua dan berwarna

merah atau hitam serta dikeringkan terlebih dahulu atau dianginkan. Biji disemaikan

ditempat yang teduh selama 6 minggu. Setiap hektar tanah memerlukan bibit janggelan

sebanyak 2,5−3 ton.

Tanaman janggelan mudah tumbuh tanpa harus dilakukan pemeliharaan secara

intensif dan pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk kandang dan tanpa pupuk

kimia tanaman ini dapat tumbuh dengan baik. Pupuk kandang diberikan di bagian bawah

lubang tanam hingga batas tinggi leher akar bibit yang akan ditanam. Padatkan tanah pada

semua bagian sisi samping lubang untuk menghindari efek longsor jika tersiram air atau

terkena hujan deras, agar bibit yang ditanam tidak berubah posisi setelah penanaman bibit

janggelan. Jenis tanah-tanah berat dan liat dengan kandung fraksi lempung yang tinggi

menggunakan komposisi 1 hingga 1,5 bagian pukan/kohe dicampur dengan 3 bagian tanah.

Jenis tanah sedang dengan kandungan fraksi lempung, debu, dan pasir seimbang, dapat

dicampurkan 2 bagian pukan/kohe dengan 3 bagian tanah. Tanah-tanah dengan kandungan

fraksi pasir yang tinggi menggunakan komposisi 2 hingga 3 bagian pukan/kohe

dicampurkan dengan 3 bagian tanah.

Pemberian bahan organik dalam bentuk pukan/kohe akan sangat membantu untuk

menambah jumlah bahan organik tanah, memperbaiki struktur tanah menjadi lebih remah

(crumb) sehingga menjadi tempat pertumbuhan akar yang sangat ideal, perkembangan akar

menjadi lebih cepat dan bisa menyebar dengan baik dalam waktu yang lebih singkat.

Pemberian pupuk kandang juga dapat menjamin ketersediaan pasokan hara-hara makro dan

Page 28: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

18

mikro esensial dari hasil perombakan (dekomposisi) bahan organik di awal pertumbuhan

tanaman di lahan. Selain itu, pemberian bahan organik berarti menciptakan lingkungan

yang sangat baik bagi mikrobia (jasad renik), baik yang ada di dalam pukan/kohe itu sendiri

maupun yang ada di dalam tanah. Lingkungan yang baik tersebut akan sangat membantu

terjadinya proses perombakan/peruraian bahan organik yang menghasilkan begitu banyak

hara-hara makro dan mikro esensial. Pukan/kohe yang digunakan telah terdekomposisi

sempurna (rasio C/N kurang dari 15%) untuk menghindari efek terbakar (burning effect)

yang bisa menyebabkan kematian tanaman. Setiap hektar tanah memerlukan pupuk

kandang sebanyak 6−9 ton.

Bibit janggelan ditanam pada musim hujan karena awal pertumbuhan tanah perlu

air yang cukup. Jarak tanam menggunakan 50 x 50 cm dan setiap lubang ditanami 2 bibit

janggelan. Tanaman janggelan akan memperlihatkan warna hijau dan muncul daun-daun

baru setelah tanaman berumur 5−20 hari. Batang yang tua dan kering perlu dipangkas agar

tumbuh tunas-tunas baru.

b. Penyiangan tanaman janggelan

Pertumbuhan tanaman janggelan muda sangat dipengaruh oleh persaingannya

dengan gulma yang tumbuh dengan cepat di sekeliling tanaman tersebut. Persaingan

tanaman muda dengan gulma lebih ke arah perebutan hara dan air yang bersifat kritis bagi

tanaman tersebut. Penyiangan dilakukan agar areal tanaman bersih dari gulma atau rumput

pengganggu dan dicabut sampai ke akarnya secara manual. Hal ini perlu dilakukan untuk

mendapatkan pertumbuhan yang optimal dari tanaman janggelan. Selanjutnya seresah dari

jerami dihamparkan di permukaan areal tanam sebagai mulsa dengan ketebalan 5-10 cm.

Peletakannya sebaiknya jangan terlalu dekat dengan tanaman utama beri kerenggangan

sekitar 10-15 cm. Supaya lebih aman dari serangan hama yang di timbulkan dari jerami

sebaiknya di lakukan penyemprotan mulsa tersebut menggunakan cairan yang berasal dari

ekstrak kulit biji mete dan didiamkan selama 3-5 hari sebelum penanaman bibit janggelan.

Penyiangan tanaman janggelan dan pemberian seresah perlu ditambahkan kembali

saat tanaman berumur 30 hari untuk menekan pertumbuhan gulma baru serta memperbaiki

sifat dan tata air tanah, sehingga mengurangi cekaman kekeringan. Selain itu seresah

sebelum dihamparkan diberi Trichoderma untuk menekan perkembangan patogen. Seresah

Page 29: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

19

mempunyai konduktivitas panas rendah sehingga panas yang sampai ke permukaan tanah

akan lebih sedikit dibandingkan dengan tanpa mulsa atau mulsa dengan konduktivitas

panas yang tinggi seperti plastik. Selain itu kandungan yang ada pada jerami sangat di

butuhkan oleh tanaman janggelan , beberapa unsur yang terkandung dalam jerami tersebut

di antarannya adalah jerami mengandung unsur hara Si 4 – 7 % K20 1,2 – 1,7 % P205 0,07

– 0,12% dan N 0, 5 – 0,8 % dan lain sebagainya. Penggunaan jerami sebagai mulsa harus di

pilih jenis bahan jerami yang baru di panen. Hal ini di maksudkan jerami supaya jerami

bisa tahan lama dan tidak cepat membusuk jika terlalu membusuk tentu akan berdampak

tidak baik untuk tanaman yang belum selesai panen.

Page 30: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

20

BAB IV. PESTISIDA NABATI DAN AGEN HAYATI UNTUK PENGENDALIAN

HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN JANGGELAN

Kulit biji jambu mete (Anacardium occidentale Linn) merupakan limbah pada

pengolahan biji jambu mete yang terdapat disekitar 67% dari mete gelondong dan

mengandung 32-37% minyak laka atau CNSL (Cashew Nut Shell Liquid). Minyak laka

mengandung 90 % asam anakardat,10 % kardol, 2-metil kardol, kardanol. Pemanfaatan

hasil metabolit sekunder dari bagian tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai alternatif

untuk pengendalian hama dan penyakit pada tanaman janggelan. Senyawa ini mempunyai

biodegrabilitas yang tinggi dan ramah lingkungan. Hal ini berbeda dengan senyawa fenol

sintetis dari insektisida sintetis. Senyawa asam anakardat atau fenolat alam ini merupakan

senyawa metabolit sekunder dari golongan flavonoid dapat digunakan sebagai repellent dan

antifeedant pada hama serta mampu menghambat pertumbuhan dari hifa dari jamur.

A. Hama dan Penyakit pada Tanaman Janggelan

Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman janggelan perlu dilakukan karena

penanaman janggelan yang ditanam di pegunungan berlereng menggunakan sistim tanpa

olah tanah ataupun olah tanah minimum, sehingga untuk mengatasi gulma perlu dilakukan

dengan penggunaan mulsa dari seresah atau jerami. Upaya preventif dengan pestisida

nabati dilakukan sejak penghamparan mulsa. Pembusukan jerami atau seresah akan

menimbulkan masalah terhadap munculnya hama dan patogen tanah yang baru. Oleh

karena itu setelah tanaman berumur 30 hari ditambahkan lagi mulsa seresah atau jerami

yang telah dicampur dengan jamur Trichoderma (Lihat Bab II).

Hama uret (Leucopholis rorida) dan penyakit busuk batang sering menyerang

tanaman janggelan. Hama uret menyerang bagian bawah batang yang dekat dengan tanah

dan akar tanaman, sehingga tanaman menjadi layu. Sedangkan serangan penyakit busuk

batang akan menyebabkan batang dipenuhi miselium berwarna putih dan jika batangnya

dibelah nampak perubahan warna menjadi coklat kehitaman. Gejala penyakit ini akan

menyebabkan tanaman menjadi layu. Tanaman janggelan sering diserang penyakit busuk

batang sejak tanaman berumur 15−30 hari (Gambar 10).

Page 31: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

21

Gambar 10. Hama uret dan gejala serangan hama dan penyakit pada tanaman janggelan. A:

hama uret/lundi ; B: kutu kebul; C. gejala serangan hama; C: gejala penyakit

busuk batang

Upaya preventif terhadap serangan uret dilakukan dengan membuat perangkap uret

ukuran 0,5 x 0,5x 0,5 sebanyak tiga lubang tiap 1000 m2. Lubang diisi dengan limbah

kandang yang belum diolah dan dicampur bahan organik, misal seresah, jerami.

Selanjutnya ditaburkan jamur Metharhizium dan dicampur hingga merata. Pengendalian

secara mekanik juga dapat dilakukan dengan mengumpulkan dan membakar uret.

B. Pembuatan Pestisida Nabati dari Kulit Biji Jambu Mete

Pestisida nabati dari kulit biji jambu mete dapat dibuat dengan bentuk cairan atau

butiran (granule). Proses ini dapat dilakukan tanpa ketrampilan tinggi, sehingga semua

orang bisa melakukan. Cairan dan butiran pestisida nabati dari kulit biji jambu mete dibuat

dengan cara sebagai berikut:

a. Cairan pestisida nabati dari kulit biji jambu mete

Cairan pestisida nabati dari kulit biji mete ini dapat dibuat dengan proses

penyangraian yang sangat sederhana. Proses penyangraian kulit biji mete memerlukan

penambahan minyak kelapa agar memacu keluarnya minyak dari kulit biji jambu mete.

Minyak kulit jambu mete tersebut mempunyai warna hitam. Selanjutnya minyak tersebut

disaring untuk dipisahkan dari kulit jambu mete dan didinginkan sebagai biang pestisida

nabati dari kulit biji jambu mete untuk diaplikasikan di lapangan.

b. Butiran pestisida nabati dari kulit biji jambu mete

Kulit biji jambu mete (±1 kg) dikeringanginkan sampai kandungan air minimum

(berat kulit biji berkurang sampai 50%). Selanjutnya kulit biji jambu mete dilakukan

pengepresan dan dipotong kecil-kecil dengan ukuran (± 1 mm2) (Gambar 11).

A B C D

Page 32: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

22

Gambar 11. Butiran kulit biji jambu mete sebagai pestisida nabati

C. Isolasi dan Perbanyakan Agen Hayati

Potensi agen hayati dari jamur Trichoderma dan Metharhizium anisopliae serta

Beauveria bassiana dapat digunakan sebagai alternatif untuk pengendalian penyakit dan

hama pada tanaman janggelan. Jamur Trichoderma mudah ditemukan pada ekosistim

tanah dan memiliki kemampuan memparasit terhadap cendawan patogen. Jamur ini

menghasilkan enzim dan senyawa untuk menghambat dan membunuh jamur patogen dari

tanah. Jamur Metharhizium anisopliae merupakan jamur entomopatogen yang dapat

digunakan untuk mengendalikan uret pada tanaman janggelan. Hama uret ini pada stadium

ketiga sering merusak akar tanaman janggelan. Hama uret yang mati menunjukkan gejala

naik kepermukaan tanah dengan warna hitam dan kaku. Sedangkan jamur Beauveria

bassiana dapat digunakan untuk mengendalikan kutu kebul. Hal ini karena kutu kebul

hampir menyerang semua tanaman. Saat ini hama kutu kebul telah dapat beradatasi pada

daerah dataran tinggi.

a. Isolasi jamur Trichoderma dan Metharhizium anisopliae serta Beauveria bassiana

Isolat jamur Trichoderma diperoleh dari sampel tanah sehat dari tanaman janggelan.

Isolasi jamur ini dilakukan dengan metode pengenceran hingga pengenceran 10-3

.

Selanjutan larutan dikembangkan pada media Potato Dextrose Agar dan dilakukan

identifikasi berdasarkan ciri-ciri dari jamur Trichoderma. Isolat murni tersebut diperbanyak

dan digunakan sebagai F1 untuk bahan perbanyakan Metharhizium dengan alat fermentator

di lapangan.

Isolat jamur Metharhizium diperoleh dari hama uret yang terinfeksi oleh jamur

Metharhizium dan telah menjadi mummi di lapangan. Hama uret tersebut dimasukkan ke

dalam 100 ml air steril, kemudian disuspensikan. Suspensi isolat tersebut diencerkan

Page 33: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

23

dengan konsentrasi 105. Hasil pengenceran dibiakkan pada media Potato Dextrose Agar

(PDA) dan diinkubasikan 2 x 24 jam. Koloni tunggal yang muncul dipindahkan ke PDA

lain pada cawan petri. Isolat murni tersebut diperbanyak dan digunakan sebagai F1 untuk

bahan perbanyakan Metharhizium dengan alat fermentator di lapangan.

Isolat B. bassiana diperoleh dari hama wereng coklat yang terinfeksi oleh jamur

tersebut dan telah menjadi mummi di lapangan. Hama wereng tersebut dimasukkan ke

dalam 100 ml air steril, kemudian disuspensikan. Suspensi isolat tersebut diencerkan

dengan konsentrasi 105. Hasil pengenceran dibiakkan pada media Potato Dextrose Agar

(PDA) dan diinkubasikan 2 x 24 jam. Koloni tunggal yang muncul dipindahkan ke PDA

lain pada cawan petri. Setelah murni dikarakterisasi dengan identifikasi berdasarkan Barnet

dan Hunter (l972). Isolat murni tersebut diperbanyak dan digunakan sebagai F1 untuk

bahan perbanyakan B. bassiana dengan alat fermentator di lapangan.

Isolat murni jamur Trichoderma dan Metharhizium serta Beauveria bassiana juga

dapat diperoleh dari Laboratorium Pengamat Hama dan Penyakit Tanaman Pangan dan

Hortikultura di Pilangkenceng, Kabupaten Madiun. Hal ini disebabkan peralatan

pendukung, seperti autoclave dan inkast belum tersedia di desa tersebut.

b. Perbanyakan jamur Trichoderma dan Metharhizium anisopliae serta Beauveria

bassiana

Alat fermentor dirancang dari bahan limbah minuman kemasan dan dibuat dengan

rangkaian pada posisi selang dalam setiap botol. Alat fermentator ini digunakan untuk

perbanyakan agen hayati dalam bentuk cair. Setiap botol mempunyai posisi selang yang

tercelup dan tidak tercelup. Sedang pada botol yang berisi air steril mempunyai posisi

selang yang tercelup. Botol yang berisi larutan kalium Permanganat (PK) dihubungkan

dengan airator dan posisi selang yang tidak tercelup pada botol dihubungkan dengan botol

yang berisi kapas. Posisi selang yang tidak tercelup pada botol yang berisi kapas

dihubungkan dengan botol perbanyakan yang berisi ekstrak kedelai yang telah dicampur

dengan isolat murni dari masing-masing jamur . Selanjutnya selang yang tidak tercelup

dari botol tersebut dihubungkan lagi dengan botol perbanyakan lain (botol perbanyakan ke

dua) yang telah dicampur dengan isolat murni masing-masing jamur. Akhirnya selang

yang tidak tercelup dari botol perbanyakan kedua dihubungkan dengan botol yang berisi air

Page 34: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

24

steril. Media perbanyakan agens Trichoderma dan Metharhizium serta Beauveria bassiana

dengan alat fermentator ini tidak perlu dibuka dan diaduk setiap hari, sehingga

meminimalkan terjadinya kontaminasi (Gambar 12 ).

Gambar 12. Illustrasi fermentator untuk perbanyakan agen hayati dari dari limbah botol

minuman kemasan

a) Cara kerja untuk perbanyakan Trichoderma cair

1. Rebus air , setelah mendidih masukkan ke dalam jerigen bertujuan untuk

mensetrilkan,jerigen tutup rapat . tunggu kira-kira 1 jam

2. Kentang yang sehat di cuci bersih , dikupas kulitnya, dipotong – potong persegi

ukuran 2x2 cm.

3. Kentang yang sudah dipotong dicuci lagi sampai bersih .

4. Kentang direbus dalam panci sampai lunak.

5. Ambil kentangnya dan tinggalkan airnya saja lalu tambahkan gula putih sambil

diaduk ,hingga mendidih.

6. Masukkan media yang masih panas kedalam jerigen / galon air mineral sebanyak 2/3

bagian dan tutup rapat .

7. Tunggu media sampai dalam kondisi dingin (24 jam) untuk siap diinokulasi.

8. Saat inokulasi sebaiknya keadaan sekitar steril ( dengan disemprotkan alkohol 70%)

Page 35: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

25

9. Lalu jerigen/ galon dirangkai pada fermentor hingga 14 hari. Jika suspensi hasil

perbanyakan tidak langsung digunakan (5 bulan) perlu disimpan di temperatur

kamar. Jika lebih dari 6 bulan maka perlu penyimpanan pada suhu rendah (kulkas).

b) Cara kerja untuk perbanyakan Trichoderma padat

1. Timbang Beras /Jagung giling, bersihkan dari kotoran kerikil dan kulit ari dengan cara

di tampi.

2. Cuci beras / jagung giling hingga bersih dan direbus air panas

3. Rendam beras / jagung giling yang telah dicuci selama 5-10 menit dengan air panas.

4. Tiriskan dan kukus beras / jagung giling menggunakan dandang biasa selama 45

menit .

5. Angkat media beras / jagung giling , tunggu hingga dingin.

6. Masukkan media beras / jagung giling ke dalam kantong plastik tahan panas

sebanyak 200 gram / kantong plastik.

7. Sterilkan media yang sudah dibungkus plastik ke dalam autoclave selama 20 menit

pada suhu 121˚ C tekan 1 atm atau menggunakan dandang biasa selama 1 jam.

8. Setelah mencapai waktu yang ditentukan ,lalu angkat dan dinginkan sampai benar –

benar dingin.

9. Setelah dingin media siap diinokulasi cendawan entomopatogen Trichoderma di

dalam inkas .

10. Setelah diinokulasi diinkubasi pada suhu ruangan ± 1-2 minggu .

d) Cara kerja untuk perbanyakan Metharhizium padat

1) Timbang Beras /Jagung giling, bersihkan dari kotoran kerikil dan kulit ari dengan

cara di tampi.

2) Cuci beras / jagung giling hingga bersih dan direbus

3) Rendam beras / jagung giling yang telah dicuci selama 10 menit dengan air panas.

dan ditiriskan

4) Masukkan media beras / jagung giling ke dalam kantong plastik tahan panas

sebanyak 200 gram / kantong plastik dalam keadaan panas.

Page 36: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

26

5) Sterilkan media yang sudah dibungkus plastik ke dalam autoclave selama 20 menit

pada suhu 121˚ C tekan 1 atm atau menggunakan dandang biasa selama 1 jam.

6) Setelah mencapai waktu yang ditentukan ,lalu angkat dan dinginkan sampai dingin.

7) Setelah dingin media siap diinokulasi cendawan entomopatogen Metarhizium di

dalam inkas .

8) Tutup rapat plastik dengan dibentuk segitiga dan diinkubasi pada suhu ruangan ± 1-2

minggu.

e) Cara kerja untuk perbanyakan Beauveria bassiana cair

1) Menyiapkan isolat jamur B. bassiana dalam bentuk suspensi (100 µl) dan dituang

dalam media PDA yang belum memadat serta digoyang-goyang sampai memadat.

Selanjutnya diinkubasikan selama 7 hari pada temperatur 28 oC, hingga petridish

penuh dengan spora.

2) Spora diambil dengan cork borer ( 1 plong spora) untuk 500 ml. Ekstrak kedelai

yang diperlukan sebanyak 4 liter/ jerigen.

3) Suspensi di inkubasikan selama 7 hari dengan menggunakan airator. Jika suspensi

hasil perbanyakan tidak langsung digunakan (5 bulan) perlu disimpan di temperatur

kamar. Jika lebih dari 6 bulan maka perlu penyimpanan pada suhu rendah (kulkas).

D. Aplikasi Pestisida Nabati dari Kulit Biji Jambu Mete di Pertanaman Janggelan

Pestisida nabati dari kulit biji jambu mete ini akan larut dalam air, sehingga mulsa

mengandung bahan bioaktif dari kulit biji jambu mete. Selain itu bagian tanaman yang

mengandung bahan aktif dari kulit biji jambu mete, jika masuk ke dalam sistim pencernaan

serangga akan membunuh hama. Bahan bioaktif ini dapat digunakan sebagai agen

penginduksi ketahanan terhadap patogen.

a. Cairan pestisida nabati dari kulit biji jambu mete

Pestisida nabati ini berupa minyak, sehingga sulit larut dalam air. Oleh karena itu

perlu ditambahkan detergen cair untuk dapat dilarutkan dalam air. Selain itu memiliki

kekentalan dan mudah terbakar. Penyemprotan pestisida nabati ini harus dilakukan setiap

minggu dengan dosis yang rendah karena mudah menguap. Selain itu aplikasinya perlu

Page 37: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

27

ditambahkan 2 ml sabun cair sebagai pengemulsi untuk 5 ml pestisida nabati pada 1000 cc

air, sehingga efikasi dari biopestisida ini dapat optimal.

Penyemprotan pada daun dengan dosis tinggi dapat menutup stomata dan

menghilangkan lapisan lilin daun dan daun nampak terbakar, sehingga harus digunakan

secara bijaksana. Pestisida nabati ini dapat disemprotkan ke seresah sebelum dihamparkan

ke lahan untuk mulsa.

b. Butiran pestisida nabati dari kulit biji jambu mete

Penggunaan butiran pestisida nabati dari kulit biji jambu mete ini dapat ditaburkan

atau dicampurkan ke mulsa dan pupuk kandang sebelum dimasukkan ke lubang tanam.

Setiap hektar tanah memerlukan butiran pestisida nabati dari kulit biji jambu mete sebanyak

20 kg.

E. Aplikasi Trichoderma sebagai Agen Hayati di Pertanaman Janggelan

Aplikasi Trichoderma mempunyai manfaat sebagai pengganti pupuk kimia. Selain

itu dapat bermanfaat untuk menghambat pertumbuhan serta penyebaran patogen tanah,

seperti Fusarium oxysporum, Ralstonia solanacearum, Sclerotium rolfsii dan lain-lain.

Aplikasi akan mempunyai keefektifan jika dilakukan sebelum tanaman terserang penyakit.

Tiga macam cara aplikasi menggunakan Trichoderma sebagai biofertilizer dan biopestisida

antara lain:

a. Cairan Trichoderma

Aplikasi Trichoderma berbentuk cair dapat dilakukan dengan pengocoran saat

tanaman janggelan berumur 7−10 HST (Hari Setelah Tanam) dan diulangi setiap 10 hari

sampai 4 perlakuan. Jika aplikasidilakukan saat umur 7 HST, maka aplikasi berikutnya saat

umur 14, 21 dan 28 HST. Dosis pengocoran kira-kira sebesar 1 sendok teh per 250 ml air

pada setiap tanaman. Selain itu aplikasi dapat dilakukan dengan penyemprotan pada mulsa

seresah sebelum dan setelah disebarkan mulsa dengan takaran 1 gelas Trichoderma per

tangki semprot.

a. Butiran Trichoderma

Aplikasi Trichoderma pada bedengan dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian

pupuk dasar (pupuk kandang) dan ditaburkan secara merata di bedengan yang masih

Page 38: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

28

setengah jadi atau tidak diberikan di atas bedengan yang telah jadi. Dosisnya kurang lebih

500 kg/Ha atau setiap tanam 20-25 gram. Cara ini diharapkan patogen tular tanah akan mati

sebelum penanaman bibit, sehingga perakaran akan aman dari penyakit layu.

Aplikasi Trichoderma juga dapat dilakukan pada lubang tanam pada saat pindah

tanam dengan cara menaburkan Trichoderma di setiap lubang tanam, sehingga saat bibit

ditanam maka posisi Trichoderma akan tepat langsung mengenai perakaran. Dosis

Trichoderma yang digunakan ukurannya setengah sendok teh.

F. Aplikasi Metharhizium anisopliae sebagai Agen Hayati di Pertanaman Janggelan

Aplikasi jamur Metharhzium di di pertanaman janggelan dapat menurunkan hama

uret dan meningkatkan hasil panen lebih dari 60%. Jamur dapat bertahan di pertanaman

lebih dari enam bulan sehingga berpotensi mengendalikan Hama uret dalam jangka

panjang. Aplikasi Metharhizium anisopliae dalam bentuk padat dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu:

a. Menaburkan pada lubang perangkap di lahan pertanaman janggelan

Aplikasi jamur Metharhizium anisopliae dalam bentuk padat dapat dilakukan

dengan membuat lubang perangkap yang diisi dengan campuran seresah dan kotoran sapi

yang masih segar. Setiap 100 m2 luas lahan tanaman janggelan dibuat lubang dengan

diameter 30 cm. Setiap lubang tanam diisi 50 gram jamur Metharhizium.

b. Penyemprotan

Dosis penggunaan Metarrhizium anisopliae berbentuk powder yaitu 3 – 4 kg/ha

dengan kebutuhan larutan semprot 400–500 liter. Dalam aplikasi di lapangan perlu

ditambah detergen untuk menghilangkan ketegangan permukaan spora sehingga terpisah

satu dengan yang lain. Di samping itu perlu ditambah gula pasir untuk nutrisi tambahan

bagi Metarrhizium anisopliae (untuk tiap tangki ukuran + 10 liter ditambahkan 1 (satu )

sendok teh detergen dan 2 (dua ) sendok teh gula pasir.Waktu aplikasi sebaiknya pada sore

hari untuk menghindari sinar ultra violet yang akan menurunkan efektifitas cendawan

Metarrhizium anisopliae. Selain itu aplikasi dapat dilakukan dengan penyemprotan pada

mulsa seresah sebelum dan setelah disebarkan mulsa dengan takaran 1 gelas Metharhizium

anisopliae per tangki semprot.

Page 39: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

29

G. Aplikasi Beauveria bassiana di Pertanaman Janggelan

Aplikasi penyemprotan B. bassiana lebih efektif dilakukan saat pagi hari atau sore

hari dengan kelembaban tinggi dan suhu rendah sampai moderat untuk menghindar matinya

spora akibat sengatan matahari. Aplikasi harus dilakukan berulang-ulang karena residunya

akan cepat hilang (± 4 hari). Dosis menggunakan 200 ml cairan hasil perbanyakan

Beauveria bassiana untuk dicampur dengan 14 liter air (satu tangki).

Page 40: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

30

BAB V. PEMANENAN TANAMAN JANGGELAN

Tanaman menjelang berbunga (umur sekitar 3−4 bulan dari saat tanam) sudah dapat

dipanen dengan cara dipotong dengan sabit dan disisakan sekitar 3 – 5 cm tanaman dari

permukaan tanah. Sisa tanaman tersebut akan tumbuh dengan membentuk baru dan

dipanen lagi dengan interval waktu sekitar 3 bulan. Batang dan daun hasil panen selajutnya

dikeringkan dengan cara penjemuran selama 1 hari (kondisi matahari terik). Selanjutnya

hasil pengeringan ditumpuk supaya terjadi kering angin selama 2 hari sampai kadar air ± 10

% , sehingga warnanya berubah dari hijau menjadi coklat tua. Tanaman dapat dipanen

selama 1 tahun antara 3 – 4 kali tanpa haru melakukan olah tanah yang baru.

Tanaman janggelan mempunyai ketahanan dalam penyimpanan selama setahun,jika

kondisinya kering. Kondisi tanaman janggelan yang lembab selama penyimpanan akan

menyebabkan tumbuhnya jamur pada tanaman kering tersebut. Tanaman janggelan akan

dapat dipanen sebanyak 7,5− 9 ton janggelan basah atau 1,5 ton janggelan kering per

hektar. Tanaman janggelan kering ini merupakan bahan baku pembuatan cincau hitam.

Simplisia kering janggelan yang telah dipotong-potong kemudian dimasukkan ke dalam

karung dan ditekan menjadi padat serta siap untuk dipasarkan.

Page 41: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

31

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB-Press. Bogor.

Anom, l992. Sistim tanpa olah tanah. Peluang di Lahan Kering Warta Pertanian No. 110-

111. Th IX/1992. Hal 32-40.

Barnet, H.L dan Hunter, B.B. 1972. Illustrated genera of imperfect fungi. Burgess

Publishing Company, Minnessota. 241 p.

Departemen Pertanian. 2007. Petunjuk teknis Teknologi Konservasi Tanah Dan Air:

Jakarta.

Idjudin , A. Abas. 2011. Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 5 No.2, Peranan Konservasi

Lahan Dalam Pengelolaan Perkebunan: Bogor.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 47/Permentan/ OT.140/10/2006 tentang “Pedoman

Umum Budidaya Pertanian Pada Lahan Pegunungan”.

Page 42: KARYA CIPTA DENGAN SERTIFIKAT - unmermadiun.ac.id

32

BIODATA PENULIS

Nama : Dr. Ir. Wuye Ria Andayanie, MP

Pekerjaan : Staf pengajar Universitas Merdeka Madiun

Pengalaman Pengabdian Masyarakat:

1. Program Iptek bagi Wilayah (IbW)-CSR. Tahun 2012 s/d 2015

2. Program Kemitraan Wilayah-Pemda. Tahun 2018

Nama : Dra. Retno Iswati, MSi

Pekerjaan : Staf pengajar Universitas Merdeka Madiun

Pengalaman Pengabdian Masyarakat (Ristek-Dikti):

1. Program Iptek bagi Wilayah (IbW)-CSR. Tahun 2012 s/d

sampai 2015

2. Program Iptek bagi Wilayah. Tahun 2017

3. Program Kemitraan Wilayah-Pemda. Tahun 2018

Nama : Dr. Dra. Ninik Srijani, MPd

Pekerjaan : Staf pengajar Universitas PGRI Madiun

Pengalaman Pengabdian Masyarakat (Ristek-Dikti):

1. Program Iptek bagi Wilayah (IbW)-CSR. Tahun 2012 s/d

2015

2. Program Kemitraan Wilayah-Pemda. Tahun 2018