kontradiksi kehadiran saksi-saksi yehuwa sebagai denominasi ...
Karya Anak BKSM SAKSI-01
-
Upload
bksm-saksi-iain-mataram -
Category
Documents
-
view
17 -
download
2
description
Transcript of Karya Anak BKSM SAKSI-01
KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm
KAS (Karya Anak Saksi)
001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
1
2 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
TIM REDAKSI
Penanggung Jawab : Roni Mahyudi
Pimpinan Redaksi : Rohmi Hafizah
Editor : Hasrul Hamdi Putra
Cover Desain : Rohmi Hafizah
Penerbit : Devisi Sastra
BKSM-SAKSI IAIN Mataram
Copyright©2015 bksm-saksi
3 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
PRAKATA
Oleh: M. Awaluddin
Salam kreasi !! Semangat Art !!
Segala puji syukur kam
i panjatkan kehadirat Allah SWT, sebab dengan
rahmat dan kasih sayang-Nya kami bisa
merampungkan bait demi bait tulisan ini menjadi
sebuah buku sederhana penuh makna.
Sastra merupakan sebuah wadah yang tak pernah
habis dengan bentuk dan tema, sebab sastra
merupakan ruang ekspresi dari setiap ide. Salah
satu bentuk sastra yang tak akan habis idenya
adalah puisi dan cerpen. Puisi merupakan sebuah
bentuk kesenian yang lebih mengunggulkan kata-
kata sebagai daya tariknya. Puisi mengajak siapa
saja membuka pikirannya lewat tulisan, setidaknya
Puisi mampu menjadi wadah curhat bagi sebagian
orang.
Badan Kegiatan Seni Mahasiswa – Sanggar Apresiasi
dan Konstelasi Seni Islami (BKSM SAKSI) kemudian
hadir dengan pemikiran terbuka untuk menampung
karya-karya tulis anggotanya melalui sebuah wadah
yang kemudian dinamai dengan KAS (Karya Anak
Saksi). KAS merupakan kelanjutan dari ALAKADAR
SAKSI beberapa waktu yang lalu, selain itu
hadirnya KAS merupakan kejelian dari seorang
pimpinan devisi sastra yang melihat potensi
terpedam dari anggota BKSM SAKSI saat ini.
Hadirnya KAS menjadi ajang lomba karya dalam kata
bagi seluruh keluarga besar BKSM SAKSI. Pada awal
kemunculannya ini atau yang kami sebut sebagai
4 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
edisi pertama dan perdana, berisi puisi dan
cerpen hasil karya anggota BKSM SAKSI.
Akhir kata, jika kamu terjebak pada pencarian
cinta, tangisan, senyuman, gembira, merana dan
kegelisahan setiap jiwa yang tak mampu bicara
dalam lisan dan hanya mampu merangkai kata indah
nan sempurna. Maka mari berkata dalam KAS
berikutnya !!
Salam Cinta dari Sastra !!
Mataram, 31 Januari 2015
5 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
ISI
CERPEN
MIMPI YANG ANEH
UANG KAGET
PUISI
CERITA KETAKUTAN MENITI KENANGAN PENYESALANKU SERIBU KATA YANG YANG KULONTARKAN BILA BERSUA DENGANMU
STATUSMU BASI BUAT MEREKA YANG TAK MENGERTI KEKUATAN KOTANYA PARA
METROPOLITAN DEMI SEBUAH NAMA JERITAN RAKYAT RASAKU TAK
TERTAHAN DO’A GOSIP TAK INGAT WAKTU SENDAWA SEMU OVER MIND
NGAMBANG ASA BASI METAMORFOSA DOSA JERA NINA BOBO SANG
SAKA SEMENTARA WAKTU BERPALING SAJAK UNTUK AYAH
PART. 2 SAJAK PENGASINGAN DULU PENYESALAN SENJA
6 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
7 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
CERPEN
8 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
9 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
MIMPI YANG ANEH
Oleh: Hamzani
Malam itu udara terasa dingin menyengat,
Rizki yang masih terjaga perlahan-lahan mulai
merasa ngantuk. Rizki adalah seorang
mahasiswa jurusan ekonomi di salah satu
universitas di kota Mataram, kota itu adalah
kota yang sangat indah. Semua fasilitas di
kota tersebut ditata dengan rapi. Mulai dari
jalan, taman, dan gedung-gedung tinggi yang
menjulang semuanya terlihat rapi dan indah.
Namun Rizki hanyalah anak kos-kosan di kota
itu. Sebenarnya dia adalah anak desa yang
sedang melanjutkan studinya ke kota karena di
desanya tidak ada sekolah tinggi. Jadi, dia
harus hijrah ke kota untuk melanjutkan
studinya. Karena Rizki besar di lingkungan
pedesaan jadi Rizki tumbuh menjadi pemuda
yang rajin, ulet dalam bekerja dan juga baik
hati.
Di kampus, Rizki terkenal baik dan rajin, di
sana juga Rizki telah jatuh hati pada seorang
gadis yang cantik dan baik pula. Dari sinilah
kehidupan Rizki perlahan-lahan mulai berubah,
yang dulunya kalem menjadi lebih agresif.
Tiiit… Tiiit… Tiiit… suara handphonenya
berbunyi, karena malam itu ia sedang asik
smsan dengan teman sekelasnya yaitu Rendi.
Rendi adalah teman Rizki dari semenjak ia
masuk di universitas itu. Kemudian Rizki
membalas sms dari Rendi, “Aduh udah ngantuk
banget nih aku tidur dulu ya”. Kata Rizki
yang sudah tidak bisa lagi menahan kantuk. “
ya deh kamu tidur aja duluan aku belum
10 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
ngantuk.” Balas Rendi melalui pesan singkat
dari handphonenya.
“sebelum tidur lebih baik aku berdo’a dulu
siapa tahu nanti bisa mimpi yang indah
bersama Dea, bismikallah huma ahya wa amut.”
Setelah membaca do’a Rizki perlahan tertidur,
semakin dalam semakin lelap.
“ah aku ada di mana nih? Ini tempat apa kok
serem banget sih? Aduuuh aku takut.” Tanya
Rizki di dalam mimpinya yang aneh itu. Dia
tidak tahu dirinya berada di mana sekarang,
dia kebingungan harus pergi kemana. Tiba-tiba
datang seorang cewek yang cantik yang tak
asing lagi baginya tidak lain cewek itu
adalah Dea. Dea adalah cewek yang merubah
hidup Rizki, dia adalah pujaan hati Rizki.
Dia seorang cewek yang manis dan cantik baik
hati pula, tidak heran Rizki bisa tergila-
gila padanya. Tidak hanya Rizki banyak cowok
yang mengincar dia dan mengejar-ngejarnya.
“heh.. siapa itu? Kayaknya aku kenal, apaaa?
Dea? Sejak kapan dia ada di sini kok dia tahu
tempat aneh kayak gini, lebih baik aku tanya
aja sama dia biar semuanya jelas.” Pikir
Rizki dengan semua kebingungannya, kemudian
ia menghampiri Dea dan bertanya kepadanya.
“Dea… kamu ngapain di tempat seperti ini?”
tanya Rizki, tapi Dea hanya diam saja tanpa
membuka mulut. “ Dea kok kamu diam aja
ngomong dong jangan bikin aku takut gini.”
Tapi Dea tetap saja diam dengan tatapan
kosongnya.
Tiba-tiba Dea tersenyum sinis kepada Rizki,
terlihat oleh rizki ada taring yang runcing
keluar dari mulut Dea. Rizki terkejut dan tak
11 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
menyangka kalau Dea adalah vampire. Dia
sungguh takut campur bingung kenapa ini bisa
terjadi ternyata orang yang selama ini dia
cintai adalah seorang vampire yang
menakutkan.
“ti..tidak, ini pasti salah, ini tidak
mungkin pasti ini cuman mimpi
tidaaaaakkkk!!!” Teriak Rizki sembari berlari
karena Dea yang menyeramkan itu mengejar
dirinya.
Dia berlari sekencang mungkin sampai Dea
tidak bisa mengejarnya. Setelah ia sudah
berada jauh dari Dea ia kemudian berhenti dan
terengah-engeh karena kelelahan.
Di alam nyata Rizki yang sedang tidur
terlihat seperti orang yang gelisah. Posisi
tidurnya tidak beraturan, sampai ia
mengeluarkan keringat dingin. Ternyata efek
dari saat ia berlari di dalam mimpinya Nampak
di dunia nyata.
Kembali ke dalam mimpi Rizki, sekarang dia
berada di tempat yang jauh dari tempat semula
ia berada. Dea juga sudah tidak terlihat
lagi, sekarang ia semakin bingung tidak tahu
harus kemana. Dia sekarang berda di tengah
hutang yang penuh dengan kabut tebal, ia
hanya bisa melihat sejauh tiga meter dari
posisinya sekarang.
Rizki terus saja berjalan tanpa tujuan,
sampai terlihat olehnya sebuah gubuk tua.
Meskipun terlihat remang-remang, ia masih
tidak yakin kalau itu adalah sebuah gubuk
tua, ia menggosok matanya untuk meyakinkan
bahwa apa yang ia lihat itu benar.
12 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Ternyata memang benar, itu adalah sebuah
gubuk tua tapi Rizki masih bingung dengan
semua ini. “ kenapa di tempat seperti ini ada
gubuk ya? Emang siapa yang mau tinggal di
tempat yang menyeramkan seperti ini? Bener-
bener aneh, mungkin aku coba masuk dulu siapa
tahu ada orang di dalam dan aku bisa nanya
sama pemilik gubuk ini.”
“permisi… apa ada orang di dalam?”. Sahut
Rizki di depan pintu gubuk tua itu dan
berharap ada orang yang akan keluar. Ternyata
apa yang diharapkan terpenuhi, tidak lama
kemudian keluar gadis super cantik dari dalam
gubuk itu. Rizki pun terkesima dengan
kecantikan gadis itu, mulutnya menganga tak
satu katapun keluar dari mulutnya.
Sampai ia tersadar bahwa dia ingin bertanya
sesuatu kepada pemilik gubuk itu. “Ma.. maaf
ini di mana ya?” sambil terbata-bata Rizki
meluncurkan pertanyaan kepada gadis cantik
tersebut. “ini adalah hutan impian dan
kenangan, kamu kenapa bisa sampai di sini?
Hanya orang yang mempunyai kenangan pahit dan
impian yang tinggilah yang bisa sampai di
sini, jangan-jangan kamu…???” kata gadis itu
menjelaskan kepada Rizki tetapi penjelasannya
terpotong karena gadis cantik itu bingung dan
penasaran dengan pemuda yang di temuinya itu.
Rizki juga tidak kalah bingung bahkan dia
lebih bingung lagi dari gadis itu. “ apa ya
maksud gadis ini aku nggak ngerti?” tanya
Rizki dalam hati. “ maksud kamu apa sih aku
nggak ngerti dengan semua omongan kamu tadi?”
tanya Rizki kepada gadis tersebut dengan
kebingungan.
13 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
“jadi begini, tidak sembarangan orang yang
bisa masuk ke hutan ini hanya orang yang
mempunyai kenangan pahit dan mempunyai impian
yang sangat tinggi yang bisa masuk ke dalam
hutan ini, apakah kamu seperti itu atahu
tidak?” jelas gadis cantik itu lagi.
“ya aku emang punya kenangan pahit dan aku
juga punya impian yang sangat tinggi, tapi
hari gini apa masih ada tempat yang seperti
itu? Itu yang membuat aku bingung.” Kata
Rizki dengan penuh tanda tanya di pikirannya.
“ternyata kamulah orang yang selama ini aku
tunggu-tunggu, setelah sekian lama aku
menunggu kamu akhirnya kamu datang juga, aku
lah yang akan merubah hidupmu aku akan
mendampingi kamu selamanya kamu harus jadi
suamiku.” Seru gadis cantik itu dengan muka
yang berseri-seri.
“ti tidak ini tidak mungkin, ini pasti hanya
mimpi mana mungkin ini bisa terjadi.” Kata
Rizki membantah perkataan gadis cantik itu
karena ia masih tidak percaya bahwa dirinya
adalah orang yang dimaksud gadis cantik itu.
“ sebenarnya kamu ini siapa sih? Dan
bagaimana kamu bisa ngomong seperti itu?”
tanya Rizki kepada gadis itu.
“namaku adalah Ivana, aku sudah hidup selama
ratusan tahun di sini, dan aku ditugaskan
untuk menunggu seseorang yang akan membawaku
dari sini, sebelum orang itu datang dan
membawaku pergi aku tidak bisa meninggalkan
tempat ini. Karena kalau aku meninggalkan
tempat ini aku akan mati dengan mengenaskan.”
Jelas gadis itu panjang lebar supaya Rizki
mengerti dengan kisahnya.
14 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
“ta.. tapi aku tidak mengenalmu mana mungkin
aku membawamu pergi, mungkin aku bukan orang
yang kamu maksud. Aku juga sudah mencintai
orang lain dan dia sekarang berubah menjadi
vampire dan mengejarku makanya aku bisa
sampai di sini.” Rizki mencoba menepis
perkataan gadis itu, ia juga masih belum bisa
melupakan Dea gadis yang sangat dia cintai.
“ya aku sudah tahu itu, akulah yang
membuatnya seperti itu, supaya tidak ada yang
bisa menghalangi kita berdua untuk hidup
bersama selamanya hahaha.” Tegas gadis itu
dengan wajah yang sinis dan menakutkan.
“a apa? Kamu jahat sekali, kenapa kau
melakukan itu semua?” teriak Rizki marah atas
perbuatan Ivana terhadap Dea. “Kamu memang
benar-benar jahat apa yang kamu lakuin sama
Dea? Cepat katakana!” teriak Rizki karena
tidak terima dengan perbuatan Ivana terhadap
Dea. “jangan-jangan kamu adalah siluman
penunggu hutan ini, kembalikan Dea seperti
semula!” ancam Rizki dengan nada tinggi, dia
benar-benar tidak terima kalau gadis yang dia
cintai diperlakukan seperti itu. Meskipun Dea
tidak menerima cintanya tapi ia masih sayang
dan cinta pada Dea.
“hahaha jadi kamu mengancamku? Ya kamu memang
benar aku adalah siluman penunggu hutan ini
dan aku mencari orang-orang seperti kamu
untuk aku jadikan tumbal supaya aku bisa
hidup abadi hahaha sekarang apa yang bisa
kamu lakukan?” bentak Ivana dengan wajah yang
tadinya cantik berubah menjadi wajah yang
menyeramkan dan taringnya juga mulai keluar
dari mulutnya.
15 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Selang beberapa waktu datanglah Dea dengan
muka yang aneh dan taring di mulutnya. Rizki
terkejut, “ Dea sadarlah jangan terpengaruh
oleh iblis itu!” kata Rizki ingin menydarkan
Dea akan tetapi Dea hanya diam dan mulutnya
mulai menganga ingin memakan Rizki. “ Dea…
jangan, aku sayang kamu Dea please jangan
lakukan itu Dea, aku cinta sama kamu Dea,
please sadarlah Dea sadaaar!!!” Rizki mencoba
mencegah Dea supaya tidak memakannya, ia
ingin melawan tetapi ia tidak sanggup
menyakiti gadis yang dia cintai. Sambil
menghindar dari Dea dan DUAAAAARRRRRR………!!!!
Rizki terjatuh dari tempat tidurnya.
“haah? Ternyata cuman mimpi syukurlah aku
lega banget ternyata cuman mimpi aja.” Sambil
menghela napasnya Rizki kemudia beranjak dari
tempat tidur dan melihat jamnya ternyata
sudah siang. “ apaaa udah jam Sembilan gawat
aku telat nih mana dosennya sekarang killer
banget lagi aduh harus buru-buru nih” gerutu
Rizki dalam hati sambil bergegas kekamar
mandi karena dia sudah terlambat untuk pergi
kekampus.
Ia langsung bergegas kekamar mandi,
menyelakan keran dan mengguyur badannya
dengan air. Selesai itu ia segera berpakaian
dan langsung berangkat ke kampus dengan buru-
buru.
Dengan mengendarai sepeda motornya Rizki
bergegas menuju kampus, ia takut terlambat
karena dosennya galak dan banyak sekali
aturannya. Tapi apa mau dikata Rizki memang
sudah terlambat satu jam, jadi Ia tidak bisa
apa-apa selain berdo’a supaya dosennya tidak
masuk. Dengan kecepatan 90-100 km/jam ia
16 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
memacu sepeda motornya karena terburu-buru.
Sesampainya di areal kampus ia memarkirkan
sepeda motornya dan berlari menuju ruang
kelasnya.
Al hasil dia memang sudah terlambat dan kelas
juga sudah bubar. “ sial kelasnya udah bubar
aduh gawat nih bisa-bisa aku dapat C besok,
aduh gimana nih.” Gerutu Rizki dalam hatinya.
Ia tidak jadi masuk dan berbalik arah untuk
menuju kelas yang selanjutnya. Tapi
langkahnya terhenti saat dia melihat Dea yang
tetap menawan di matanya, ia begitu anggun
dengan senyuman khas ala Dea dan senyuman
itulah yang membuat Rizki tergila-gila.
Dug dag dug dag!! Suara degup jangtung Rizki
ketika Dea bejalan kearahnya, tiba-tiba ia
teringat akan mimpinya semalam. “ Dea baik-
baik aja kok nggak serem kayak semalam, dia
juga tambah cantik bahkan lebih cantik dari
biasanya.” Pikir Rizki. Dea semakin mendekat
kearahnya dan dia menebar senyuman kepada
Rizki dengan senyuman khasnya, Rizki terdiam
dan tiba-tiba dari bibir manis Dea keluar
taring seperti dalam mimpi Rizki.
”Tidaaaaaaaaaaaakkkk” teriak Rizki ketakutan.
“ Rizki kamu kenapa? Kamu baik-baik aja kan?”
tanya Dea kebingungan dengan tingkah laku
Rizki yang tiba-tiba saja berteriak di
depannya. “ aaah ng nggak apa-apa Dea.” Rizki
pun tersadar dan ternyata itu hanya
halusinasinya saja.” Untung Cuma halusinasiku
saja syukururlah.” Batin Rizki sambil
mengusap-ngusap dadanya karena merasa lega.
“kamu beneran nggak apa-apa? Kok tiba-tiba
teriak nggak jelas gitu ada yang salah ya ama
aku? Atahu kamu lagi sakit?” tanya Dea
17 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
kebingungan atas tingkah laku Rizki yang aneh
itu. ”Beneran Dea aku nggak apa-apa kok
tenang aja, aku Cuma kesel aja tadi aku telat
di pelajaran pak Regar dosen yang killer itu,
aku takut aja nanti dapet C.” jelas Rizki
tapi bukan itu yang membuatnya seperti itu
melainkan gadis yang sedang berdiri di
depanyalah yang membuatnya jadi seperti orang
gila.
“sekarang kamu mau kemana Ki? Ada kelas lagi
nggak?” tanya Dea mengalihkan pembicaraan.”
Ada.. tapi masih lama, aku mau keperpus aja
mau tidur di sana soalnya aku masih ngantuk
hehe.” Jawab Rizki dengan cengegesan. Memang
kalau sudah berada di dekat Dea Rizki merasa
tak berdaya lagi.” Kamu ini Ki perpus bukan
tempat buat tidur, tapi tempat buat baca
buku, kamu ini gimana sih, menyalah gunakan
pasilitas kampus itu namanya.” Hardik Dea
karena merasa tidak setuju dengan perkataan
Rizki.
“hehe.. habis aku ngantuk banget Dea.. eh
kamu sendiri mau kemana? Ada kelas nggak?”
jawab Rizki memperbaiki suasana.” Ada tapi
jam ketiga, sama kayak kamu, aku mau ketaman
aja duduk dan baca buku di sana, mending kamu
ikut aku ketaman dari pada di perpus cuman
buat tidur aja!” ajak Dea dengan senyum
manisnya, sungguh Rizki benar-benar tak
berdaya dibuatnya dan Rizki tak mampu menolak
ajakkan Dea. Seakan-akan dia terhipnotis oleh
senyuman itu.” Iya deh ayo!” kata Rizki
setuju.” Ayo!” mereka berdua berjalan di
lorong kampus dengan Dea berada di depan dan
Rizki di belakangnya. Rizki tak menyangka
18 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
bahwa mimpinya semalam membuahkan hasil
seperti ini.
“aduuuh aku nggak nyangka akan jadi seperti
ini bisa berduaan sama Dea, hahaha ini ni
yang namanya anugrah di balik musibah asiik.”
Batin Rizki riang gembira karena akan duduk
berdua di taman dengan gadis pujaannya. Tak
terbayang dalam benak Rizki betapa gembiranya
dia dengan suasana seperti itu.
Di taman itu terdapat sebuah bangku yang
lumayan panjang, di sana mereka duduk berdua.
Awalnya mereka hanya terdiam tak satu patah
kata pun keluar dari mulut mereka. Dea
membuka ransel kecilnya dari dalam ransel itu
dia mengeluarkan sebuah buku kecil tidak
terlalu kecil seukuran buku tulis dan mulai
membacanya. “aduuuh aku harus ngapain nih?
Masak aku cuman bengong aja sih sedangkan Dea
lagi baca buku, jadi nggak seru nih.” Gerutu
Rizki dalam hati karena merasa suasana saat
itu terasa hambar tidak ada sensasi yang
menarik.
“ah mending aku dengerin musik aja biar nggak
terlalu garing, Dea baca buku dan aku
dengerin musik jadi kita punya kesibukan
sendiri hehe.” Pikir Rizki yang mulai bosan
dengan suasana yang tidak asik itu.
Senandung lagu yang menyejukkan hati mulai
terdengar di telinga Rizki, dengan earphone
yang menempel di telinganya ia mulai terbawa
suasana dengan lagu paforitnya. Ia terbawa
dalam hayalan tingkat tinggi seperti syair-
syair lagu itu menghipnotis dirinya.
Sedangkan di sampingnya terlihat Dea sedang
pokus membaca buku. Lembaran demi lembaran
19 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
telah ia baca kemudian ia menutup bukunya dan
mukanya sedikit mendongak keatas,
pandangannya terlihat kosong dan tiba-tiba
air matanya menetes dari dari pipinya yang
putih mulus itu. Tidak tahu apa yang sedang
terjadi pada dirinya dalam sekejap wajah yang
tadinya terlihat ceria dan senyuman yang
begitu manis berubah menjadi raut muka yang
muram sehingga terlihat kesedihan dalam
dirinya.
Awalnya Rizki belum menyadri apa yang terjadi
pada gadis manis yang ada di sampingnya itu.
Ia masih terbawa ke alam hayalnya oleh lagu
yang diputarnya itu, ketika dia menoleh
kearah Dea dia begitu kaget dan langsung
mencabut earphone yang ada di telinganya.
“Dea! Kamu kenapa nangis? Siapa yang membuat
kamu nangis gini? Siapa? Siapa yang udah
bikin kamu netesin air mata kayak gini?”
bermacam pertanyaan terlontar dari Rizki akan
tetapi Dea hanya diam dan air mata terus saja
mengalis dari pelupuk matanya dan mengalir di
pipinya.
Rizki benar-benar bingung sekarang, apa yang
harus dia lakukan agar Dea tidak menangis
lagi. Ia tidak sanggup melihat gadis yang ia
cintai bersedih seperti itu. “siapa yang udah
tega ngelakuin ini sama kamu Dea? Tega-
teganya dia menyakiti gadis secantik dan
semanis ini.” Batin Rizki sembari kedua
tangannya memegang pipi Dea dan dengan ibu
jarinya ia menyeka air mata yang keluar dari
mata Dea.
“kamu kenapa nangis gini sih? Udah dong!
Kalau kamu ada masalah cerita aja sama aku!
Udah ya jangan nangis lagi!” hiburnya sambil
20 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
terus menyeka air mata Dea. “Ki aku nggak
kuat lagi Ki.” Dea mulai berbicara sambil
terisak oleh tangisnya. “kamu nggak kuat
kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya
Rizki lagi. Dea kembali menangis dan tidak
mau menjawab pertanyaan Rizki,”ya udah nangis
aja dulu kalau suasana hati kamu udah mulai
membaik cerita sama aku apa yang udah terjadi
pada kamu!” Dea terus menangis dan pelahan
merebahkan kepalanya di bahu Rizki dengan
penuh kasih sayang Rizki membiarkan Dea
menyandarkan kepala di bahunya dan ia pun
mengusap kepala Dea dengan rasa sayang.
Setelah lama Dea menangis, perasaannya sudah
cukup tenang dan dia mulai bercerita tentang
apa yang terjadi padanya. “pacarku Ki… aku
berantem sama pacarku, aku nggak tahu aku
salah apa tiba-tiba aja dia marah-marah nggak
jelas gitu sama aku.” Cerita Dea sambil
terisak. “aku udah coba nanya baik-baik sama
dia tapi dia semakin marah sama aku. Akhirnya
aku udah nggak tahan lagi dan kami pun saling
bentak sampe-sampe dia nampar aku Ki, aku
ngerasa sakit sekarang Ki sakit banget hati
ini.” Terang Dead an air matanya metes lagi.
“apa? Dia sampe nampar kamu? Emangnya kamu
udah ngelakuin apa sih sampe dia marah kayak
gitu?” tanya Rizki dengan emosi yang meluap-
luap karena ia tidak rela kalau gadis yang
dicintainya itu disakiti oleh seseorang.
Rizki menjadi geram atas perlakuan pacar Dea,
ia ingin sekali menghajar orang itu sampai
orang itu tidak bisa menyakiti Dea lagi.
“aku juga nggak tahu Ki… tiba-tiba aja dia
kayak gitu aku juga heran apa maksudnya dia
marah-marah terus sampai dia berani nampar
21 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
aku, apa dia udah nggak sayang lagi sama
aku?” jawab Dea tak kuasa menahan suasana
hatinya. “coba kamu pikir-pikir dulu mungkin
kamu lupa pernah ngelakuin sesuatu yang bikin
dia marah!” kata Rizki mencoba memberikan
saran pada Dea yang mulai menangis lagi.
“udah dong Dea jangan nangis lagi, aku nggak
mau liat kamu nangis gitu, kamu itu harus
kuat. Kamu harus jadi wanita yang tegar,
jangan hanya karena maslah seperti itu kamu
jadi lemah kayak gini. Aku yakin di balik
semua ini pasti ada sesuatu yang berharga
atahu bahkan lebih baik seperti yang kamu
alami sekarang. Tuhan itu maha adil Dea ingat
itu!” kata Rizki menceramahi Dea, ia sendiri
tidak menyangka bisa berkata seperti itu
bahkan dia sendiri sama seperti Dea yang
gampang putus asa. Bahkan waktu ia mendengar
Dea udah punya pacar ia seperti orang yang
sudah tidak ada harapan untuk hidup lagi.
“makasi ya Ki kamu baik banget, kamu juga
perhatian banget sama aku. Sekali lagi makasi
ya, perasaanku sudah mulai membaik sekarang.”
Kata Dea terharu atas perhatian Rizki
padanya. “ya masama Dea, itu semua aku
lakukan karena aku sayang sama kamu.” Secara
tidak sadar kata-kata itu terlontar dari
mulut Rizki. “apa? Apa maksudmu sayang sama
aku?” tanya Dea heran.
“eh anu nggak ada aksud apa-apa kok Dea. Aku
kan temen kamu jadi sesama teman harus saling
menyayangi kan?” ucap Rizki mengalihkan
suasana. Ia kebingungan, tidak tahu mau jawab
apa. Kalau ia jujur dengan perasaannya ia
rasa suasananya tidak tepat. Apalagi Dea
sedang ada masalah dengan pacarnya.
22 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Tak terasa waktu berjalan dengan cepat, Rizki
dan Dea harus masuk ke dalam kelas karena
masih ada mata kulaih yang harus mereka
ikuti. “eh udah jam segini, kamu nggak masuk
Dea?” tanya Rizki karena tersadar bahwa ada
ata kulaiah yang harus ia ikuti. “emang udah
jam berapa sekarang?” tanya Dea. “udah jam 3
nih ayo kita masuk! Tapi kamu udah baikan
kan? Kalo kamu belum baikan mending kamu
pulang aja takut nanti kamu nggak bisa
nguasai diri di kelas.” Jawab Rizki sambil
memberikan saran kepada Dea.
“aku uadag nggak apa-apa kok Ki, ayo kita
barengan ke kelas! Eh kamu di ruang berapa
Ki?” ucap Dea karena sudah merasa baikan dan
ia mengajak Rizki untuk masuk ke dalam kelas.
“ aku di ruang 11… kamu sendiri di ruang
berapa Dea?” Rizki balik bertanya sambil
mereka berjalan menuju gedung perkuliahan. “
kalau aku di ruang 12 jadi ruangan kita
berdekatan deh… makanya ayo cepat nanti telat
lo…” tegas Dea yang suasana hatinya telah
membaik berkat Rizki yang setia menemaninya.
Mereka terus berjalan menuju kelas mereka
yang berdekatan itu. Dalam hati Rizki
bersorak gembira karena bisa sedekat itu
dengan gadis pujaannya. Dia bisa melihatnya
dari jarak sedekat itu. Ruang 11 dan 12
terletak di lantai dua jadi mereka harus
menaiki tangga untuk sampai ke lantai dua.
ketika sedang menaiki tangga, ternyata banyak
orang yang berada di sana, ada yang naik dan
ada juga yang turun. Karena tangganya terlalu
sempit maka setiap orang harus berdesakan
untuk melewatinya.
23 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Di tengah desakan itu, tiba-tiba saja Dea
menggenggam tangan Rizki. Rizki pun kaget,
dan tak percaya hal ini bisa terjadi. Ia bisa
merasakan hangat dan lembutnya telapak tangan
Dea. Rizki berinisiatif untuk memegang erat
tangan tersebut agar tidak lepas karena
kesempatan ini harus ia manfaatkan dan jarang
juga bisa terjadi.
Ruang 11 sudah mulai terlihat, mereka masih
dalam bergandengan tangan. Mata mereka saling
menatap seperti dalam sinetron. “ ehemmmm
ehemmmm cie ada yang udah jadian nih…!!!”
teriak Dimas kepada mereka yang asik
bergandengan tangan. Dimas adalah sahabat
Rizki apapun masalah Rizki pasti Dimas tahu,
bahkan dialah yang mengenalkan Rizki kepada
Dea.
Dimas mengira Rizki dan Dea sudah jadian,
padahal mereka belum sadar atas apa yang
mereka lakukan sekarang. “kamu ngomong apa
sih Dim nggak jelas banget? Siapa juga yang
jadian?” bantah Rizki terhadap perkataan
Dimas. “ trus itu apa maksudnya?” tanya Dimas
sambil menunjuk kearah tangan Rizki dengan
mulutnya. “ itu yang mana?” Rizki balik
bertanya karena tidak mengerti dengan apa
yang dimaksud oleh Dimas. “itu tangan kamu…
kok erat banget megang tangannya Dea?” jelas
Dimas sambil menunjuk tangan Rizki. Dengan
rafleks Dea dan Rizki melepaskan tangan
mereka masing-masing. “ eh anu ini tidak
seperti yang kamu pikirkan Dim…” dengan
serempak kata-kata itu keluar dari muluk Dea
dan Rizki. Wajah mereka terlihat memerah
karena malu, mereka juga jadi salah tingkah
dan berbicara tidak karuan.
24 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
“hahaha udah ngaku aja nggak usah
disebunyiin…!!” seru Dimas kepada mereka
berdua.” Beneran kok Dim, yang tadi itu, aku
Cuma bantuin Dea naik tangga aja soalnya tadi
di tangga banyak banget orang biar Dea nggak
kenapa-kenapa ya aku pegang aja tangannya
biar nggak jatuh” jelas Rizki panjang lebar.
“eh udah dulu ya aku mau masuk dulu dosennya
udah dateng tuh… daaa” kata Dea menyela
pembicaraan dan berjalan menuju kelasnya.
Dimas dan Rizki hanya bisa melihat Dea masuk
ke dalam kelasnya. “ eh apa yang terjadi
dengan kalian berdua tadi aku curiga sama
kalian berdua ayo ngaku apa yng udah kamu
kerjakan sama Dea tadi?” tanya Dimas yang
penasaran atas tingkah laku temannya itu. “
kamu ini mau tahu aja, ayo kita masuk itu
dosennya sudah datang kapan-kapan aku cerita
deh sama kamu” jawab Rizki dan kemudian
berjalan meninggalkan Dimas.
Di dalam kelas Rizki hanya membayangkan apa
yang telah terjadi tadi, dia merasa sangat
senang. Tapi dia juga merasa kesal dengan
perlakuan pacar Dea terhadap Dea. Dia tidak
rela kalau Dea diperlakukan seperti itu.
Hari itu adalah hari yang penuh dengan
kejutan bagi Rizki, dari mimpinya yang aneh
dan menyeramkan itu berubah menjadi suatu
yang indah dan ia juga masih merasa kesal
dengan apa yang telah dialami oleh Dea.
-*0*-
25 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
UANG KAGET
Oleh: Rohmi Hafizah
Di luar gerimis sementara malam semakin
larut tapi pak Karmin masih tak bisa tidur,
diseduhnya secangkir kopi yang tinggal
beberapa sendok, disisakannya sedikit untuk
esok pagi, selang beberapa saat terdengar
suara ribut-ribut dari kejauhan, ia diam
memasang telinga lekat-lekat.
“Kejarr..kejarr..maliiing..maliingg..”. Ia
penasaran dibukanya sedikit pintu, suaranya
semakin dekat dan Seseorang tiba tiba
memaksa masuk kedalam rumah, wajahnya
bersimbah darah, memar-memar bekas pukulan.
“Tolong selamatkan saya pak” pintanya
mengiba Pak Karmin tak sampai hati sebab
orang orang di luar sana bisa saja
membunuhnya. “Sembunyi di belakang “
jawabnya. Dan ketika suara kerumunan orang
semakin dekat pak Karmin membuka pintu.
“Ada apa ini ?” Tanya pak karmin pada
seseorang di antara mereka. ”Bapak lihat
seseorang berlari kearah sini?” orang tadi
kembali bertanya. ”Tidak ada pak” Mendengar
jawaban itu mereka berlalu.
Pak Karmin menutup pintu rapat rapat
kemudian bergegas ke belakang rumah. Gelap,
26 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
tak ada siapa-siapa, diperiksanya lagi
mungkin di balik tumpukan barang-barang
rongsokan pikirnya, juga tak ada. Dilihatnya
jendela kecil di ujung terbuka. Ia kabur,
laki-laki jangkung berbadan kurus itu
kembali ke kamar, dilihatnya istri dan kedua
anaknya masih tidur pulas, iapun rebah.
Malam lelap lagi, seolah tak terjadi apa-
apa. Kembali senyap. Kecuali sekali dua kali
terdengar erangan rel kereta api yang
melintas. Hingga subuh tiba, semua masih
tenang-tenang saja. Bu marinah membuka
jendela agar ruangan yang terbuat dari kayu
bedek sedikit lebih terang sebab lampu
kuning 5 watt yang bergelantungan di langit-
langit sudah beberapa hari tak lagi bisa
menyala. Setelah shalat subuh dibereskannya
tumpukan barang-barang rongsokan yang
berserakan di belakang rumahnya yang sempit.
Dinyalakannya kompor, sambil memerika beras
yang mungkin hanya bisa untuk makan dua hari
lagi, itupun warnanya sudah kecoklatan dan
penuh kutu. Ia menghebuskan nafas karena tak
sampai hati memasak beras yang sudah
berwarna kecoklaan untuk suami dan anak-
anaknya, tapi harus bagaimana lagi.
Setelah shalat, pak Karmin duduk-duduk di
ruang depan, entah itu bernama ruang tamu
27 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
atahu ruang kelurga karena semuanya menyatu
dan sempit. “Bu seduhkan kopi” pinta pak
Karmin “Kopinya habis pak”. “Lah tadi malam
masih ada kok, bapak yang sisain”. “Kopinya
habis tumpah, bapak sih toplesnya tidak
ditutup rapat, gulanya juga berceceran, lain
kali hati hati pak” istrinya ngedumel. Pak
karmin diam saja, tidak perlu menceritakan
kejadian tadi malam pikirnya. Tapi tak lama
setelah itu bu Marinah memanggil sedikit
keras “Pak..pak..sini cepat!“. “Ada apa?”
Tanya pak karmin heran. Bu Marinah menunjuk
sebuah tas besar. “Ini milik siapa pak?“.
“Mana bapak tahu“. Pak Karmin mendekati tas
tersebut, ia mencoba memeriksanya terlebih
dahulu. Di ingat-ingatnya lagi, yang
terpikirkan hanya maling tadi malam. Memang
tak sempat diperhatikannya apa yang di bawa
laki-laki bersimbah darah tersebut karena ia
sangat gugup dan takut. “Kita buka saja
pak“. “Jangan Bu “ cegahnya. Kemudian pak
Karmin menceritakan peristiwa tadi malam
“Biarkan saja disitu bu, mungkin saja nanti
orang tersebut kembali mengambilnya, jangan
disentuh apalagi dibuka, nanti kita ikut
kena getahnya“. Bu Marinah manggut-manggut.
Ditutupnya tas tersebut dengan sebuah
karung.
28 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Seperti biasa jam 07.30 anak-anak pak Karmin
sudah berangkat sekolah, kakak beradik itu
berangkat sekolah berjalan kaki, tak ada
sepeda, semua sudah dijual bersama TV dan
barang berharga lainnya. Semenjak pak Karmin
diPHK keadaan semakin sulit, ia kemudian
memutuskan menjadi tukang parkir di sebuah
toko dan istrinya mencari barang barang
bekas untuk di jual.
“Bu, coba belikan kopi di warung“, pinta pak
Karmin yang tak terbiasa tanpa kopi. Selang
beberapa menit bu Marinah kembali membawa
bubuk kopi. Ia kebelakang sebentar kemudian
kembali membawa secangkir kopi dengan wajah
pucat. “Tadi di warung saya dengar maling
yang tadi malam meninggal di keroyok warga”
cerita istrinya. “Innalillah” Ucap pak
Karmin lirih. Dibenarkannya tempat duduknya,
raut wajahnya mulai berubah.
Hening sejenak,sampai bu Marinah angkat
bicara lagi.“Bagaimana dengan tas itu pak?”
kali ini pak karmin kebingungan, apa yang
harus dilakukannya pada tas tersebut. Ia
mulai berpikir untuk membukanya, ia ingin
tahu apakah tas itu berisi barang hasil
curian atahu barang milik si pencuri. Pak
Karmin menuju belakang rumah diikuti oleh
istrinya, dengan hati-hati ia dan istri
29 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
membuka tas tersebut. Dan alangkah kagetnya
mereka ketika lembaran uang berhamburan
keluar seperti sudah sesak berada di dalam
tas. Pasangan suami istri itu terbelalak,
matanya seperti hendak meloncat keluar, tak
ada suara untuk beberapa saat, mereka saling
pandang.
“Pak?” kini Bu Marinah mulai membuka suara
meski lirih. “Ini mungkin hasil curian bu”
katanya sambil menggelenng-gelengkan kepala
“Kita serahkan saja ke polisi pak”. “Tunggu
dulu, sepertinya ada dompet juga” pak Karman
merogoh tangannya lebih dalam dan mengangkat
sebuah dompet berwarna hitam mengkilat ia
membukanya dan mengeluarkan satu persatu
kartu di dalamnya. Ia menemukan sebuah kartu
nama tertera nomor telepon dan alamat rumah.
“Ini ada alamatnya bu, kita kembalikan saja
langsung ke rumahnya, kalau kita ke polisi
bapak khawatir kita malah terkena imbasnya”.
“Kalau begitu kita segera kembalikan saja
pak, pasti yang punya sangat khawatir”.
“Tapi bapak pergi bekerja dulu, tidak ada
untuk ongkos dan makan hari ini, ibu tunggu
saja sampai bapak pulang” jelas pak Karmin
yang dibalas dengan anggukan sang istri.
Pak Karmin bekerja seperti biasa, menjadi
tukang parkir di sebuah toko. Tak berani
30 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
disentuhnya uang itu sepeserpun, kalaupun ia
mau, ia bisa mengambil selembar saja toh
tidak ada yang tahu, ia dan keluarga bisa
makan enak dan tidak perlu capek capek
bekerja, tapi ia faham betul uang-uang itu
bukan miliknya.
Sedangakan sang istri memutuskan untuk tidak
pergi bekerja, ia tak berani meninggalkan
uang begitu banyak dalam keadaan rumah
kosong. Hingga malam menjelang pak Karmin
sudah bersiap siap untuk mengembalikan uang
tersebut kepada pemiliknya. Dilihatnya
alamat yang tertera pada dompet, tidak
terlalu jauh pikirnya. Ia bungkus tas itu
dengan sebuah karung bekas agar orang lain
tak curiga. Setelah shalat magrib ia
berpamitan pada istrinya dan mencari angkot,
tak lupa ia membawa payung karena di luar
mulai gerimis. Sesampainya di alamat yang
dituju ia terbelalak lagi, rumah itu begitu
besar dan megah. Sangat berbeda jauh
rumahnya yang sempit dan hanya terbuat dari
triplek. Tak henti-hentinya ia takjub. Pasti
pemiliknya orang yang sangat kaya, pantas
saja diincar maling, pikirnya. Pak Karmin
kemudian menghampiri gerbang dan memanggil
satpam. Tapi satpam tersebut terlihat enggan
beranjak dari tempat duduknya, mungkin
31 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
dikiranya pengemis atahu orang meminta
sumbangan. Ketika satpam hendak berdiri,
seorang laki-laki berpakaian rapi keluar.
Berbadan pendek, rambutnya tipis hampir
botak mirip dengan foto yang ada di dompet.
Satpam bergegas membukakan gerbang. “Pak,
saya ada perlu dengan bos bapak” kata pak
Karmin. “Ada perlu apa pak?”. “Saya ingin
mengembalikan dompet yang hilang, ini ada
alamatnya disini” Jelas pak Karmin sembari
mengeluarkan sebuah dompet. “Tunggu
sebentar” pinta satpam tersebut. Satpam
tersebut menghampiri bosnya. Dari kejauhan
ia melihat mereka berbicara sebentar sebelum
pak satpam kembali. “Silahkan masuk”.
“Terimakasih” jawab pak Karmin yang dibalas
dengan anggukan. Pak Karmin menghampiri si
Bos dan menyalaminya. “Saya Karmin pak”. “Oh
ya ya, benar bapak menemukan dompet saya?”
Tanya bos tersebut tanpa basi basi. Pak
Karmin buru buru membuka karungnya,
mengeluarkan tas dan dompet yang ia temukan.
Ia menceritakan bagaimana tas dan dompet
tersebut berada dalam rumahnya. Si bos hanya
mengangguk angguk. “Pasti berat rasanya
kehilangan barang berharga seperti ini pak,
makanya setelah tahu disini ada alamatnya
saya langsung buru-buru mengembalikan”
terang pak Karmin
32 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
“Ah, iya iya lumayan. Disini ada KTP, SIM,
ATM dan kartu kartu penting lainnya. Waktu
itu saya sedang dalam perjalanan pulang,
tiba-tiba ada orang mencegat saya di tengah
jalan, mereka membawa golok, dari pada nyawa
saya dihabisi saya serahkan saja tas yang
berisi uang ini, toh uang bisa dicari tapi
nyawa?” Ceritanya panjang lebar “Tapi setelah
beberapa saat saya sadar di sana juga ada
dompet, seharusnya saya ambil dompetnya dulu
karena banyak kartu penting yang pastinya
tidak berguna untuk si pencuri ,ketika
beberapa saat setelahnya saya bertemu dengan
preman-preman dan meminta bantuan kepada
mereka” Lanjutnya lagi. Sesekali diusapnya
kepalanya yang berambut tipis. Perut
buncitnya turun naik. Pak Karmin sedikit
kaget, kehilangan barang seberharga itu
katanya hanya lumayan. Dia seperti tak
terlalu merasa kehilangan. Ah, si pencuri itu
sampai kehilangan nyawa, sementara bagi si
bos uang itu mungkin tak terlalu di
hiraukannya.
“Ah iya,maaf sebelumnya pak saya sedang buru
buru, ada undangan yang harus saya hadiri
saat ini” Pinta si boss. “Oh, tidak apa-apa
pak, saya juga harus pulang” sambil
menyodorkan tangan hendak menyalami. “Tunggu
sebentar pak” Kata si bos sambil membuka
33 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
pintu mobil di ambilnya dua buah amplop
berukuran besar, dimasukkannya lembaran
lembaran uang sampai amplop penuh. “Anggap
saja ini sebagai ungkapan terimakasih,
terimalah” Pinta si bos. Kali ini pak Karmin
lebih kaget lagi, bahkan lebih kaget dari
ketika ia menemukan uang tersebut. Tak tahu
apa yang harus ia katakana, ia masih tak
percaya dengan kata-kata si Bos.
“Buat saya pak?” pak Karmin memastikan masih
tak percaya. “Iyaa,ambillah,bisa untuk
sekedar jalan-jalan dengan anak istri” Jawab
si bos dengan tawa terkekeh. Ini bukan lagi
untuk sekedar jalan jalan dengan anak istri
pak,ini bisa untuk menambah istri jawabnya
dalam hati. Diterimanya dua buah amplop besar
tersebut dengan tangan gemetar, dilihatnya
lagi, kali ini dengan raut wajah yang tak
bisa ditebak, serupa orang habis menenggak
racun kecoak, pucat pasi. “Sudah ambillah,
saya harus segera pergi, sekali lagi
terimakasih, sekarang ini sulit menemukan
orang jujur seperti bapak, hati-hati di
jalan”. “Sama-sama pak” Jawab pak Karmin
singkat. Si bos berlalu dengan mobilnya. Pak
Karmin buru-buru memasukan uang tersebut ke
dalam karung, setelah berpamitan dengan
satpam ia menininggalkan halaman rumah mewah
tersebut.
34 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
***
Hujan makin lebat, tapi ketegangan yang tadi
ia rasakan mulai mencair. Ia pulang dengan
sedikit tergesa gesa dengan mengapit karng
miliknya agar tak basah. Setelah turun di
depan gang ia menengok kanan kiri, pintu-
pintu rumah tetangga sudah tertutup rapat
meski jam masih menunjukan pukuk 09:00 malam.
Dipercepat langkahnya agar cepat sampai, tak
dipedulikannya genangan air juga tanah yang
mulai melumpur memerciki kakinya.
Setibanya di rumah digedornya pintu yang
sudah tertutup rapat, tak lama kemudian pintu
terbuka, melihat suaminya basah kuyup bu
Marinah bergegas mengambil handuk dan pakaian
ganti. “Bagaimana pak, sudah dikembalikan
uangnya?” Tanya bu Marinah penasaran “Iya bu
sudah” kemudian mengengeluarkan dua buah
amplop yang di berikan bos tadi. “Ini
pemberian pemilik tas tadi Bu, katanya
sebagai ucapan terimakasih” cerita pak Karmin
sambil mengeluarkan isi amplop. “Astaga,
banyak sekali pak?” bu Marinah tak kalah
kaget. “Bapak juga tadinya berpikiran begitu
bu, uang ini terlalu banyak kalau sebagai
ucapan terimakasih”. “Tapi ya mungkin ini
rejeki kita bu, kita sukuri saja, mungkin ini
terjadi sekali seumur hidup yang penting ini
35 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
halal, bukan hasil curian atahu korupsi”
lanjutnya. “Kalau begitu besok kita bisa
belanja ya pak, belikan televisi, sepeda buat
anak-anak, kita juga bisa membuat usaha”
Pinta bu Marinah. Kali ini dengan sedikit
senyuman genit. “Tentu saja” jawabnya sambil
mencium kening sang istri.
***
Keesokan harinya pak Karmin dan istri pergi
berbelanja. Dibelinya kopi satu dus, sembako,
sepeda untuk sekolah anak-anak, pakaian dan
tak lupa televisi. Setelah membeli semua
kebutuhan dan berjalan-jalan seharian,
mereka pulang menjelang malam. Setibanya di
rumah dinikmatinya hasil belanjaan tadi,
pakaian dan makanan enak, malam itu kelurga
tukang parkir itu tidur sangat pulas ,entah
karena kelelahan atahu baru kali ini merasa
tidur tanpa beban, mungkin karena mereka
berpikir besok tak perlu menjadi tukang
parkir atahu tak perlu berkeliling untuk
mencari barang bekas lagi.
Paginya keluarga itu terbangun dengan senyum
sumringah siap menyambut hari-hari yang lebih
baik, Bu Karmin tidak lagi memasak beras
coklat penuh kutu, kali ini beras putih
besar-besar dengan lauk ayam dan sop yang
enak. Menikmati sarapan sambil menonton
36 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
infotainment seperti orang-orang kaya dan
tentu saja bisa bergelas-gelas kopi yang tak
habis habis, kelurga tersebut terlihat
bahagia.
“Ayo pak sarapan sudah siap” ajak istrinya.
Pak Karmin tak menjawab, tapi langsung duduk
di depan hidangan dan menyalakan televisi.
Istri dan anak-anaknya makan dengan lahap, ia
tersenyum senang, ia pun menyuap nasi di
piringnya.
Sebuah stasiun telivisi menampilkan sebuah
berita “Hari ini Bapak Budiantono Bagyo
Subroto dinyatakan sebagai tersangka kasus
korupsi hambalang, kerugian Negara ditaksir
mencapai ratusan milyar rupiah”. Pak Karmin
mengalihkan perhatiannya pada telivisi, pak
Karmin terbelalak, nasi yang disuapnya
tercekat ditenggorokan, ditelan tak bisa
dikeluarkanpun enggan. Kali ini ia jauh lebih
kaget dari kekagetannya yang tak habis habis,
betapa tidak, tersangka kasus korupsi yang
dimaksud di televisi itu adalah si bos yang
memberinya uang. Di lepasnya piring yang ia
pegang, nasi putih gendut seukuran biji
jagung yang baru pertama kali dirasakannya
dan lauk ayam dan sop enak buatan istrinya
itu tiba-tiba terasa hambar, ia tak nafsu
37 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
makan. Sementara anak dan istrinya masih
makan dengan lahap.
-*0*-
38 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
39 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
PUISI
40 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
41 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Cerita Ketakutan
Yang pernah terlihat
tak selamanya dapat kau mengerti
Begitu juga ketakutan,
tak selamanya mampu mengalahkan
kadang gelap akan menjadi indah
kala kau jenuh dengan gemerlap
Ini sebuah kejujuran
tentang baik dan buruk
Hanya saja sepertinya
tak cukup waktu untuk dapat kau mengerti
Sebab segala yang kau lewati
tak selamaya kau sadari
Selayak udara yang begitu saja
keluar dan masuk dalam ragamu
Tak ada keniscayaan untuk kau lupa
Dan semua kerinduan yang kau rasa
Berlalu begitu saja
Karena tak pernah kau resapi
Dan penolong sejati itu berwujud mimpi
42 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Meniti kenangan
Ini tentang kita,
semua yang telah terlewati
seperti senja yang hilang terganti malam
tak ada yang kuasa untuk menahan
Ini tentang kita,
seperti menanti keajaiban
untuk mengulangnya kembali
dan kita akan terus menanati
Ini tentang kita,
seperti bunga yang tak sempat berwarna
seperti nyanyian yang tak pernah dilagukan
43 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Ini tenatang kita,
bukan sekedar apa yang pernah terlihat
bukan juga apa yang pernah terdengar
Ini tentang kita,
yang terus berlayar tanpa ingin berubah
yang terus ingin berlari tanpa ingin
berjalan
Ya,ini tentang kita,
kita tak akan terjebak dengan aku dan kamu
semua tersadar bahwa ini adalah “kita”
44 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Penyesalanku
Oleh: Siti Syariah
Ibu..ibu..ibu..
Kau yang selalu ada untukku
jasamu begitu banyak
hingga aku tak mampu membayar semuanya
masih teringat jelas di ingatanku
harapanmu melihatku terbang bebas
meraih mimpi
Pesan itu..yaa..!!
ibu selalu berpesan kepadaku
“jangan menikah dulu anakku,
lihatlah betapa sulitnya
ibumu ini mencari uang”
Kata kata yang sering terdengar
ditelingaku
hingga aku hanya menjawab “iya bu !!“
jawabku kasar
jawaban yang tidak pantas terdengar di
telinga ibu
45 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Kebiasaanku berkata kasar
bibirku yang tidak terlatih berkata manis
kelakuanku yang tidak habisnya bertingkah
tapi ibu tetap saja
menerimaku,menyayangiku
layaknya aku tidak pernah salah di
hadapanmu
ibu..ibu...
maafkan anakmu ini ibu..
46 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Seribu Kata yang Kulontarkan
Bila Bersua Denganmu
Oleh : Cici Suryaningsih
Untuk siapa?
Tatapan itu untuk siapa?
Senyum itu untuk siapa?
Sapaan hangat, panggilan lembut itu untuk
siapa?
Cinta yang selalu kau banggakan itu untuk
siapa?
Petikan senar gitar itu untuk siapa?
Lagu lagu yang kau dendangkan setiap malam
jadi penghantar tidur itu untuk siapa?
Perubahan yang kau tunjukkan dari ujung
rambut sampai ujung kaki iyu untuk siapa?
Dan yang terakhir, sebenarnya yang kau
pilih itu siapa?
47 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Pertanyaan ini tidak akan bosan kuulangi
sampai seribu kali
sampai jawabanmu tak abu abu lagi.
Bila jawabanmu memaksa membuat aku tak
merindukanmu lagi
cukup,terimakasih telah membuatku mengemis
karena cinta
luka yang kau toreh beserta kenangan
manismu akan kubungkus rapi
dalam peti mati !!
48 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Statusmu
Oleh : Cici Suryaningsih
Kau tak menginginkan aku yang dulu
kau juga tak menginginkan aku yang
sekarang
yang kau inginkan aku yang kemarin
Bagaimana jika aku mengungkap hal yang
sama
akankah kau berbalik menoleh padaku
Lucu,,
berjumpa denganmu seolah tak terjadi apa
apa
Cinta,kasih,sayang
hanya teori bagimu
aku butuh teorema bukan teori
yang menjadi menu wajib yang kusantap
setiap hari
Kau terlalu menganggaap remeh
padahal permintaanku tak banyak
tak bisakah kau melihat hanya kepadaku ???
49 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Basi Buat Mereka yang Tak Mengerti
Oleh: Cici Suryaningsih
Ini sebenarnya hal sepele yang tak perlu
di perbincangkan di meja makan
hanya saja gonggongan itu
selalu memekikkan telinga
disaat candaan yang diguluti cemooh itu
membuat suasana kian terasa tak bermakna
lagi.
Yang perlu kau tahu,
jawabanku cukup simple
“Aku tak mau menjadi orang yang munafik
yang hanya setia pada satu nama,
aku bukan manusia yang diciptakan tanpa
perasaan,
kita ini insane yang berbeda,hati kita tak
sama,hanya saja kalian terlalu
mendramatisir semuanya”
50 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Dikala kau ingin bibir ini bersuara,
cukup kau dengar,
resapi dan maknai dalam dalam
karena itu yang ingin kalian dengarkan
bukan ??
Satu lagi,,
jangan pernah melemparku dengan
pertanyaan-pertanyaan yang sama ,
karena jawabanku akan tetap sama
Wajar jika saat ini egois menemani
karena anjing tak ingin di salahkan lagi
!!
51 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Kekuatan
Oleh: Rabiatul Adawiyah
Samudra menampar
karang karang lancing melawan
aku tak kuasa di penjara kegelisahan
hatiku menjerit ingin berteriak sekeras
kerasnya
ingin melawan dan menerjang
bagaimana bisa aku tersenyum tanpa nafsu ?
dimana ada amarah tanpa kecewa
ada setitik cahaya putih yang membulatkan
tekadku,untuk terus berjuang
melawan arus
hingga sampai ketepian
aku selalu berusaha menetralisirkan
perasaan juga menghantam dada
tekad yang kuat untuk meraih cahaya cinta
dan memanjakan mata setiap insan
yang memandang indahnya berjuta warna
pelangi
karena,ku ingin menjadi salah satu dari
pelangi
52 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
KOTANYA PARA METROPOLITAN
Oleh : Arianto Yahya
Ohhmmm…
Ketika ku buka mata di pagi hari
Terdengar suara kicauan burung nan merdu
Menjadi pertanda bawah pagi ini adalah
pagi yang cerah
Walaupun suara kendaraan pagi yang
mengaung
Seolah-olah kicauan burung tak mau kalah
akan hal itu
Tapi.. lama kelamaan kicauan itu makin
jauh,,jauhh, dan lebih jauh..
Seakan-akan mereka sirna dari telingaku.
Yang hanya bisa ku dengar sekarang
hanyalah suara kendaraan para penghuni
kota metropolitan ini
udara yang tadinya segar,, sekarang
menjadi panas dan berdebu
kota yang tadinya indah
seakan sekarang menjadi kota yang ternodai
darah kotor yang menghuninya.
53 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Kupu-kupu dan burung, mulai meninggalkan
kota ini
Bahkan kehijauan pepohonan makin memudar
Dan sekarang kota ini menjadi kota para
pengendara saja..
69 tahun Indonesia merdeka
Tapi sampai sekarang kami belum merasakan
kemerdekaan itu
Banyak diantara kami yang masih kelaparan
Dan bahkan tempat tinggal yang tak layak
untuk di huni
Apa pantas keadaan itu di katakan
merdeka.?
Di negeri ini merdeka masih menjadi
misteri
Entah kapan misteri itu terpecahka.
54 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Demi Sebuah Nama
Oleh : Arianto Yahya
Dengan modal tekat yang kuat
Aku melangkahkan kaki mencantumkan namaku
dalam kertas putih itu
Walaupun duri menusuk telapak kakiku
Walaupun hujan membasahi tubuhku
Walaupun panas membakar kulitku
Aku tak pernah berpikir untuk mundur
Dipermalukan, dicaci dan dimaki
Tak pernah ku hiraukan
Sempat aku ingin melawan
Bahkan sempat aku ingin mundur
Tapi berkat keyakinan dan kegigihanku
Keinginanku untuk menjadi salah satu
bintang di langit
Telah tercapai.
Dan sekarang setelah aku menjadi bintang
Aku akan berusaha agar aku bisa menjadi
bintang yang paling terang
Agar langit tempatku berpijar
Bangga akan kehadiranku..
55 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Jeritan Rakyat
Oleh : Rohana Sulistiana
Diatas bumi pertiwi ku injakkan kaki
Bernaung dengan sejuta harapan
Berjuta jiwa mengais untuk mendapat pelita
Tapi apa.. ?
Mereka dicampakkan layak barang bekas
tiada arti.
Wahai penguasa negeriku !
Dimana kebijakanmu ?
Dimana kau tumpahkan janj janji Teriakanku
tak berguna Tangisku diabaikan !
Jiwaku, bagai mayat hidup yang berjalan !
56 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Rasaku Tak Tertahan
Oleh : Rohana Sulistiana
Pagi dihiasi mendung
sangat terasa dalam jiwa yg hampa
titik kejenuhan mulai terasa seakan
mengarungi lautan kehidupan
ingin rasanya menari dengan keadaan
tapi,,,
semua tak mungkin
rasaku tertahan dgn hadirnya kabut dalam
pikiran yg mengotori otak
kumenanti sang hujan
namun hanya mendung yg ada
memandang langit tujuan mendapat jawaban
57 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Do’a
Oleh: Rohmi Hafizah
Warna jingga di wajahmu serupa
deraian musim dingin dan kau hanyut
terbawa derasnya kenangan
Pada setiap kenangan yang kau kemas
menjadi bingkisan luka yang kau ratapi dan
selalu berakhir
pada derai air mata
Semusim lagi kataku,
kuharap kau lelap dalam mantra-mantra maaf
sekalipun sekap gigil kali ini tak bisa
terhangati
Pada dalamnya sesal kusebut namamu
satu satu didalam
doa-doa tak berkesudahan
‘Semoga di musim-musim nanti kau tak
sendiri’
58 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
======================================
Oleh: Rohmi Hafizah
A...a...a...a...a...a...!!!
ingin berteriak ku di lautan lepas!
sepiku di tengah ramai!
gelapku di bawah cahaya!
heningku di tengah bingar!
Lelahku sudah lama tak bisa lelap
sebab air mata tarlalu banyak hilang
aku lupa,
sudah sejauh mana aku hitam,
karena kelam tak juga bisa hilang
meski terguyur hujan….
GALAU sialan !
59 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Gosip
Oleh: Rohmi Hafizah
Penatku di sini !
di antara bising suara suara tak bertuan
kasak kusuk wajah wajah tak berbentuk
hanya mulut lebar menganga berbau busuk !
suara itu terkadang nyaring melengking
memekak !
tinggi menapaki tembok tembok ,gedung
gedung bahkan gunung !
tapi terkadang lirih melewati telinga
telinga berbisik licik !
achhh GOSIP !!
60 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Tak Ingat Waktu
Oleh: Rohmi Hafizah
Sudah pagi??
siang?
malam?
sudah pagi lagi??
waktu lebih cepat berlari deri detak
jantung kita sendiri
sementara kita MENUA masih tak tahu arti!
masih tak tahu diri!
61 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Sendawa
Oleh: L. Refi J.
Ilusi itu membuatku takut, sejak ku
putuskan tuk menggulung benang asa masa
remajaku,
Bersama_Mu itu yang ku mau, Dulu !
tapi raga ku seakan tak lagi menyatu,
ketika logikaku mencoba mengagungkan_mu.
Tak ku temui sedikitpun cela dalam
diri_mu,
tapi otak ku tak ingin durhaka, sedang
hati ku pun tak mampu berdusta bahwa,
buat_Mu sudah tak ada lagi Cinta.
Kini biarkan aku Bersendawa lega, Karna
aku sudah bukan tawanan pesona diri_mu
lagi.
62 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Semu
Oleh: L. Refi J.
Aku sangka itu cinta, tapi ternyata itu
semua tak lebih dari sekedar luapan hasrat
Remaja
aku sangka akan abadi selamanya, tapi
ternyata hanya sekedar bayangan semu
fatamorgana
aku kira rasa itu murni dari hati, tapi
ternyata hanya pelampiasan hati sejoli
yang sepi
aku kira kita kan bersatu tuk selamnya,
tapi akhirnya tetap terpisah jua
Semuanya tak jelas awalnya dan tak
disangka akhirnya.
63 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Over Mind
Oleh: L. Refi J.
Sungguh aku telah melampaui batas, telah
lupa akan tujuan utama diri diciptakan .
aku telah diperbudak oleh nafsu, dibutakan
oleh cinta tak bermata.
jiwaku meronta ingin dibebaskan, tapi
nafsuku menggelora menuntut di lampiaskan,
sedang batinku tersiksa oleh penyesalan.
apakah cerita cinta buta ini takkan pernah
berakhir ?
dan akan selalu menjadi duri di sepanjang
jalan kisah hidupku,
pelita hidup, apakah sudah tidak mungkin
lagi untukku peroleh ?
64 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Ngambang
Oleh: L. Refi J.
Semuanya seolah mimpi disiang bolong
Sedih senang, suka duka, canda tawa,
semuanya tidak ada yang terlalu berarti
Bak bongkahan emas di kegelapan,
keberadaannya tidak ada yang tahu
Keberhargaanya tidak ada yang peduli,
tetap terpandang seperti batu
Sama tak ada kilauan, dan sama terasa
berat dan keras
Hanya sedikit pantulan cahaya yang dapat
membuktikan bahwa itu adalah emas
Benda padat yang harganya berlipat-lipat
Hidupku pun demikian, seolah tak berarti
lagi
Aku tak peduli lagi dengan impian
Tak ada lagi harapan masa depan
Tak ada lagi cita dan asa di masa
mendatang
Dan tak ada lagi bayangan kebahagiaaan
Sedikitpun….!
65 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Asa Basi
Oleh: L. Refi J.
Terkadang aku mendambakan seseorang untuk
ku Sayangi
Menjadi hati ke-2 setelah hati ku ini
Yang membuat ku bahagia karena melihatnya
bahagia
Menghapuskan duka karena senyumannya
Mengajarkan akan arti Cinta yang
sebenarnya
Menjadikan hidup terasa lebih berharga
Menjadi pelita akan hidup yang sebelumnya
Meredup
66 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Metamorfosa Dosa
Oleh: L. Refi J.
Sudah terlalu lama aku bergulat dengan
dimensi waktu, Hitam Putih sisi hidupanku
pun saling beradu berebut tahta tertinggi
singasana hatiku, kini ku sudah mulai
lelah dengan semua ini, ku tak tahu lagi
kemana harus ku bawa jiwa renta yang di
grogoti kusta ini, Hati ku sudah mulai
membusuk di grogoti ulat yang bahkan sudah
mulai beranak pinak menggantungkan
gulungan Pupa yang tak lama lagi akan
bermetamorforsa menjadi Larva, Iya, larva
yang kemudian menjelma menjadi ulat dewasa
berspesies Dosa.
Tidak membutuhkan waktu yang lama bagi
ulat untuk mengubah dirinya menjadi kupu-
kupu yang indah untuk dipandang mata.
Dosa-dosa kecil ini terlalu cepat
menjelmakan dirinya menjadi kukpu-kupu,
Menggelapkan mata menggubah fitnah menjadi
Indah, Yaa Rabb, Tuntunlah hati Hamba_Mu
yang tengah berputus asa dan berkubang
dusta ini
67 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Jera
Oleh: L. Refi J.
Meski tak bersuara, bukan berarti hati ini
mati rasa
Meski terlihat seakan Tuna Asmara, bukan
berati tak ingin bercinta
Asa selalu ada, cinta hadir di dalam dada
Tapi jiwa seolah meronta, Aku tak ingin
disakiti lagi,,!!!
68 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Nina Bobo Sang Saka
Oleh: M. Awaluddin
Meretas ruang dan waktu antara revolusi
dan modernisasi..
Menguak jalan antara tua dan muda
Merintis sejarah dari darah hingga ke
gengsi
Menuntut balas pada bendera usang di ujung
negeri
“Perang telah usai ... “ kata veteran di
ujung sana
“Aman terkendali ... “ ucap tentara dari
seberang
“Ilmu itu menunggu .. “ sambut teriakan
oemar bakri
“Berisik .. aku sedang tidur .. “ pekik
muda – mudi
Bendera tanda merdeka itu, kini tak lebih
dari kain usang yang berkibar tak bermakna
Buku gudang ilmu itupun kini berserakan di
gudang gudang penampungan ilmu
Dirobek , dibakar, dibuang, jadi bungkus
gorengan, atahu bahkan jadi kiloan ..
69 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Entah sudah berapa lama macan asia ini
ternina bobokan..
Jauh di dalam sana
Kuharap bendera tetap berkibar, walau
hanya sekedar berkibar
Ku harap buku itu tetap ada, walau hanya
pajangan semata
Yang utama, bangun dari nina bobo sang
saka merah putih lewat kata merdeka
Lebih utama, buka jendela-jendela duniamu
Srikandi srikandi oemar bakri menunggu
dengan sejuta senyum
Sudah saatnya
Pahlawan yang dulu berperang kini duduk
tenang dengan tanda jasanya
Tinggal pahlawan tanpa tanda jasa yang
terus berperang melawan rasa kantuk
kebodohan negeri
“Selamat hari pahlawan dan hari guru
Nasional Republik Indonesia!”
2014
70 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Sementara Waktu
Oleh: Yunk
Aku ada dalam sejuta kegelisahanmu
Engkau hadir dalam penantian ini
Menyatu kita dalam samudera nan luas
Teguk demi teguk cinta,
Bekal perjalanan ini
Setidaknya harapan itu kian besar
Inilah perjalanannya
Pahit-manis.
2013
71 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Berpaling
Oleh: Yunk
Tak akan lagi kuungkapkan
Terkutuklah aku dalam bisu
Takkan ada yang mampu menghalau
Kini biarlah aku begini
Badai datanglah
Banjir dalanglah
Engkau takkan bergeming
Dengan ini.
2014
72 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Sajak Untuk Ayah
Part. 2
Oleh: Yunk
Sudah tak mampu lagi kusanksikan diam ini
Entah mimpi itu,
Atahu rindu yang terlalu dalam?
Hujan tak kunjung reda sejak siang tadi
Mengguyur seluruh tubuh ini hingga ke tulang
belulang
Rasa kantuk menjadi-jadi
Sejadinya pula pertikaian terus beradu
Ayah, bilakah kembali???
Ini anakmu rindu petikan tali senar gitarmu.
2014
73 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Sajak Pengasingan
Oleh: Yunk
Aku melukis kesepian ini pada kanvas cinta
Dengan tinta pewarna duka
Tentunya dengan kuas berbulu rindu
Ingin aku hidup pada hamparan savanna itu,
Dengan sebuah gubuk.
Sakit, tak ada yang tahu
Mati,
Pun tak ada yang tahu
Biarlah aku dikubur Tuhan dengan gubukku
Karena aku hanyalah milik Tuhanku.
2014
74 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Dulu
Oleh: Yunk
Kita pernah berjalan bersama
Meski tak berdampingan,
Meski langkah tak seiring,
Meski tak sejalan
Kita pernah bernyanyi bersama
Meski tak senada,
Meski tak seirama,
Meski lagu kita berbeda
Kita pernah merindu bersama
Sejatinya jua kita mencinta
Kau bahagia, kita tertawa
Kau terluka, kita berduka
Meski itu dulu.
2014
75 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
=======================================
Oleh: Yunk
Setiap nafasmu adalah nafsu
Setiap penggalan katamu adalah dusta
Setiap langkahmu adalah hina
Serta gerak gerikmu derita
Kini usiamu hanya sisa
Meski termuntahkan gelak tawa
Aku tetap memandangmu luka
Sukamu tak bermakna
2014
76 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
Penyesalan Senja
Oleh: Yunk
Pagi ini secangkir kopi hangat
Sepasang lalat mendekat
Hinggap pada cangkir melekat
Mereka bercumbu mesra nikmat
Tanpa malu mereka melihat
Aku menatap dengan penuh khidmat
Sementara perbincangan kita lambat
Sadarku hari siang amat
Tamat.
2014
77 KAS (Karya Anak Saksi)
Edisi: 001/sastra/bksm-saksi/IAIN-Mtr/2015
==========================================
Oleh: Yunk
Belum terlambat bila harus menyadari
Tanggal-tanggal kalender terus tertinggal
Ini sudah dekat
Kita masih senang menikmati
masa kanak-kanak pada dewasa ini
Kemunafikan terus terjual
“Selagi tak ada Tuhan”
Seperti itulah yang dapat kubaca
2015