kartu huruf 1

59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA BAGI ANAK YANG BERKESULITAN BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS II SEMESTER I SD NEGERI 04 BEJEN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011 S K R I P S I Oleh : R O Y A N I NIM: X.5108517 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

description

ok

Transcript of kartu huruf 1

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA BAGI ANAK YANG BERKESULITAN BELAJAR BAHASA

    INDONESIA PADA SISWA KELAS II SEMESTER I SD NEGERI 04 BEJEN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN

    PELAJARAN 2010/2011

    S K R I P S I

    Oleh :

    R O Y A N I NIM: X.5108517

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ii

    PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA BAGI ANAK YANG BERKESULITAN BELAJAR BAHASA

    INDONESIA PADA SISWA KELAS II SEMESTER I SD NEGERI 04 BEJEN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN

    PELAJARAN 2010/2011

    SKRIPSI

    Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

    mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi

    Pendidikan Luar Biasa Jurusan Ilmu Pendidikan

    Oleh :

    R O Y A N I NIM: X.5108517

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iii

    PERSETUJUAN

    Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

    Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

    Surakarta.

    Persetujuan Pembimbing

    Pembimbing I Pembimbing II

    Drs. Maryadi, M.Ag. Dewi Sri Rejeki, S.Pd.,M.Pd. NIP. 19520601 198103 1003 NIP. 19760730 200604 2 001

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

    PENGESAHAN

    Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

    Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

    untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

    Pada hari : Rabu

    Tanggal : 5 Januari 2011

    Tim Penguji Skripsi:

    Nama Terang Tanda Tangan

    Ketua : Drs. A. Salim Choiri, M.Kes. ..

    Sekretaris : Sugini, S.Pd. ..

    Anggota I : Drs. Maryadi, M.Ag. ...

    Anggota II : Dewi Sri Rejeki, S.Pd., M.Pd. ..

    Disahkan oleh

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Sebelas Maret

    Dekan,

    Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP. 1960 0727 198702 1 001

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    v

    ABSTRAK

    Royani. PENGGUNAAN MEDIA KARTU HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA BAGI ANAK YANG BERKESULITAN BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA SISWA KELAS II SEMESTER I SD NEGERI 04 BEJEN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Oktober 2010.

    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca anak berkesulitan belajar Bahasa Indonesia menggunakan media kartu huruf pada siswa kelas II SD Negeri 04 Bejen Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.

    Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran membaca bagi anak yang berkesulitan belajar Bahasa Indonesia. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas II SD Negeri 04 Bejen, Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 5 siswa. Teknik analisis data digunakan analisis perbandingan, artinya membandingkan data nilai kemampuan membaca permulaan sebelum perbaikan dengan siklus 1 dan siklus 2.

    Dari penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penggunaan media kartu huruf dapat meningkatkan kemampuan membaca bagi anak berkesulitan belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas II SD Negeri 04 Bejen Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vi

    ABSTRACT

    Royani. THE USING OF LETTER CARD MEDIA TO INCREASE THE READING ABILITY OF STUDENTS WHO ARE DIFFICULT TO STUDY INDONESIAN ON CLASS II STUDENTS SEMESTER I SD NEGERI 04 BEJEN KARANGANYAR REGENCY IN THE SCHOOL YEAR 2009/2010. Thesis, Surakarta: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, October 2010.

    The aim of this research is to increase the reading ability of students who are difficult of study Indonesian by using the media of letter card on class II students semester I SD Negeri 04 Bejen Karanganyar Regency in the school year 2010/2011.

    The research used is Class Action Research (CAR) namely the study that is carried out by a teacher in my classroom, by stressing on the perfectness or increasing practice and process in teaching reading for students who ore difficult to study Indonesian. The subject of this study is the class II students SD Negeri 04 Bejen, Karanganyar in the school year 2010/2011 that consists of 5 students. To analysis the data this research uses comparative analysis technique. It means that comparing the data of the early reading ability value before improvement to the cycle 1 and the cycle 2.

    From the classroom action research that has been carried out, it can be concluded that the using of letter card media card increase the reading ability of students who are difficult of study Indonesian on class II students SD Negeri 04 Bejen Karanganyar Regency in the school year 2010/2011.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    MOTTO

    Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka

    meninggalkan keturunan yang lemah ......

    ( Terjemah Q.S. An-Nissa: 9)

    Wahai generasi muda

    Masa depan akan menantangmu

    Kuatkan iman !

    Perbanyak ilmu !

    Kebahagiaan yang kau damba

    Kan menyertai langkahmu.

    ( Penulis )

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    PERSEMBAHAN

    Skripsi ini kupersembahkan kepada:

    - Istri tercinta.

    - Anak-anak tersayang. - Rekan-rekan di PLB FKIP UNS. - Murid-murid yang kusayangi. - Almamater.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ix

    KATA PENGANTAR

    Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT., atas rahmat

    dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas

    (PTK) ini untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana

    Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Ilmu Pendidikan,

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

    Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

    penulisan penelitian tindakan kelas ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak

    akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat diatasi. Untuk itu, atas segala

    bentuk bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada

    yang terhormat:

    1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi ijin

    kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

    2. Drs. R. Indianto, M.Pd., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah

    memberikan petunjuk kepada penulis dalam menulisan skripsi.

    3. Drs. H.A. Salim Choiri, M.Kes., Ketua Program Studi Pendidikan Luar Biasa

    yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi.

    4. Drs. Maryadi, M.Ag., selaku pembimbing I yang dengan sabar telah

    memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat

    terselesaikan.

    5. Dewi Sri Rejeki, S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II yang telah memberikan

    petunjuk kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

    6. Sutardi, S.Pd., selaku Kepala SD Negeri 04 Bejen, Karanganyar yang telah

    memberikan ijin tempat penelitian dan informasi yang dibutuhkan penulis.

    7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian

    tindakan kelas ini.

    Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih ada kekurangan,

    karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    x

    kesempurnaan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang bersifat membangun

    sangat penulis harapkan.

    Semoga kebaikan Bapak, Ibu, mendapat pahala dari Allah SWT., dan

    menjadi amal kebaikan yang tiada putus-putusnya dan semoga skripsi ini dapat

    bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

    Surakarta, Oktober 2010

    Penulis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

    HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................ ii

    HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii

    HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv

    HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. v

    HALAMAN ABSTRACT .............................................................................. vi

    HALAMAN MOTTO ..................................................................................... vii

    HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... viii

    KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

    DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xv

    DAFTAR GRAFIK ......................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

    BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................... 1

    A. Latar Belakang........................................................................... 1

    B. Perumusan Masalah .................................................................. 4

    C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 4

    D. Manfaat Penelitian .................................................................... 5

    BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 6

    A. Kajian Teori .............................................................................. 6

    1. Tinjauan Tentang Anak Berkesulitan Belajar .................... 6

    2. Tinjauan Tentang Kartu Huruf ........................................... 14

    3. Peranan Guru bagi Anak Berkesulitan Belajar ................... 22

    4. Tinjauan Tentang Belajar Membaca ................................... 23

    B. Kerangka Pemikiran ................................................................. 32

    C. Perumusan Hipotesis ................................................................. 33

    BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................ 34

    A. Setting Penelitian ...................................................................... 34

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xii

    Halaman

    B. Subyek Penelitian ...................................................................... 34

    C. Data dan Sumber Data............................................................... 34

    D. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 34

    E. Validitas Data ............................................................................ 40

    F. Analisis Data.............................................................................. 41

    G. Indikator Kinerja........................................................................ 42

    H. Prosedur Penelitian ................................................................... 42

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 44

    A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 44

    B. Hasil Penelitian .......................................................................... 55

    C. Pembahaan Hasil Penelitian ....................................................... 58

    BAB V SIMPULAN DAN SARAN............................................................. 62

    A. Simpulan .................................................................................... 62

    B. Saran .......................................................................................... 62

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 63

    LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 65

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiii

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................ 34

    Tabel 3.2. Prosedur Penelitian ........................................................................ 43

    Tabel 4.1. Kemampuan Membaca Bagi Anak Berkesulitan Belajar Bahasa

    Indonesia Kelas II SD Negeri 04 Bejen Karanganyar pada

    Kondisi Awal .................................................................................. 45

    Tabel 4.2. Kemampuan Membaca Bagi Anak Berkesulitan Belajar Bahasa

    Indonesia Kelas II SD Negeri 04 Bejen Karanganyar pada

    Siklus I ............................................................................................ 49

    Tabel 4.3. Kemampuan Membaca Bagi Anak Berkesulitan Belajar Bahasa

    Indonesia Kelas II SD Negeri 04 Bejen Karanganyar pada

    Siklus II ........................................................................................... 54

    Tabel 4.4. Kemampuan Membaca Setiap Siklus Melalui Media Kartu .......... 59

    Tabel 4.5. Peningkatan Nilai Rata-rata Kemampuan Membaca Setiap

    Siklus .............................................................................................. 60

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiv

    DAFTAR BAGAN

    Halaman

    Bagan 2.1. Kerangka Berpikir......................................................................... 33

    Bagan 3.1. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas....................................... 42

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xv

    DAFTAR GRAFIK

    Halaman

    Grafik 4.1. Peningkatan Kemampuan Membaca Setiap Siswa Melalui

    Media Kartu Huruf ....................................................................... 59

    Grafik 4.2. Peningkatan Kemampuan Membaca Setiap Siklus ...................... 60

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Daftar Siswa Berkesulitan Belajar Bahasa Indonesia Kelas

    II SDN 04 Bejen Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011..... 65

    Lampiran 2. Program Pembelajaran Individual (PPI) Siklus I ..................... 66

    Lampiran 3. Program Pembelajaran Individual (PPI) Siklus II ................... 70

    Lampiran 4. Soal Tes Membaca Kelas II SD Negeri 04 Bejen Pre Test .... 74

    Lampiran 5. Soal Tes Membaca Kelas II SD Negeri 04 Bejen Siklus I ...... 75

    Lampiran 6. Soal Tes Membaca Kelas II SD Negeri 04 Bejen Siklus II ..... 76

    Lampiran 7. Kemampuan Membaca Siwa Kelas II SD Negeri 04 Bejen

    (Nilai Awal ) ........................................................................... 77

    Lampiran 8. Kemampuan Membaca Siwa Kelas II SD Negeri 04 Bejen

    (Siklus I) ................................................................................. 78

    Lampiran 9. Kemampuan Membaca Siwa Kelas II SD Negeri 04 Bejen

    (Siklus II) ................................................................................ 79

    Lampiran 10. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru (Siklus I) ...................... 80

    Lampiran 11. Lembar Pengamatan Aktivitas Guru (Siklus II) ..................... 81

    Lampiran 12. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa (Siklus I) ..................... 82

    Lampiran 13. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa (Siklus II) .................... 83

    Lampiran 14. Media Pembelajaran Kartu Huruf dan Kartu Kata .................. 84

    Lampiran 15. Foto-foto Kegiatan Penelitian .................................................. 85

    Lampiran 16. Perijinan Penelitian .................................................................. 88

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Tujuan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang telah

    diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 tercantum dalam Pembukaan

    Undang-Undang Dasar1945 khususnya alenia keempat (4) antara lain sebagai

    berikut ... untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

    bangsa, ... sebagai upaya untuk mencapai tujuan negara tersebut di atas maka

    pemerintah menyelenggarakan suatu bentuk pembangunan yang komprehensif

    dalam berbagai aspek kehidupan baik yang menyangkut bidang fisik maupun non

    fisik, termasuk pembangunan bidang pendidikan. Perwujudan pembangunan

    bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Di samping itu

    pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia

    dalam menciptakan masyarakat yang maju, makmur, serta memberi kesempatan

    kepada warganya untuk mengembangkan diri yang sejajar dengan bangsa lain di

    dunia. Demi terciptanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang

    sejajar dengan bangsa lain di dunia, maka pembangunan nasional di bidang

    pendidikan harus mendapatkan prioritas, serta mengadakan penyempurnaan

    penyelenggaraan pendidikan nasional dari waktu ke waktu.

    Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran.

    Makna yang terkandung pada pasal 31 UUD 1945 di atas sesuai dengan

    pernyataan UNESCO tentang pendidikan untuk semua (Education for all).

    Pernyataan tersebut dideklarasikan oleh UNESCO di Jantion Thailand tahun

    1990. Diperkuat dengan deklarasi Salamanca (1994) dan Dakkar (2000). Hal

    inilah yang kemudian memunculkan konsep pendidikan Inklusi.

    Dewasa ini pendidikan inklusi menjadi paradigma baru dalam dunia

    pendidikan. Konsep ini dimaksudkan untuk memberi akses seluas mungkin bagi

    semua anak termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk belajar. Sistem

    layanan ini mensyaratkan di sekolah terdekat di kelas biasa bersama-sama dengan

    teman seusianya.

    1

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    Sekolah Dasar Negeri 04 Bejen Kabupaten Karanganyar telah dipercaya

    oleh pemerintah untuk menyelenggarakan pendidikan inklusi sejak tahun 2004.

    Saat ini memiliki siswa keseluruhan 235 siswa, 42 di antaranya adalah anak

    berkebutuhan khusus, 5 di antara 42 anak berkebutuhan khusus adalah siswa

    kelas II. Mereka rata-rata belum bisa membaca, padahal kita tahu bahwa membaca

    merupakan kunci daripada ilmu.

    Anak berkesulitan belajar membaca adalah anak-anak yang dalam

    mengenal tulisan serta menyuarakan tulisan kata atau kalimat yang bermakna

    mengalami kesulitan, sehingga dampak dari kesulitan membaca ini sangat luas,

    antara lain rendah diri, diolok-olok oleh teman dan sudah pasti adalah rendahnya

    prestasi belajar, yang sangat berpotensi untuk tinggal kelas bahkan drop out.

    Padahal menurut berbagai penelitian para ahli prevalensi anak-anak berkesulitan

    membaca populasinya cukup signifikan sekitar 71,8% dari jumlah sekitar 100%

    populasi siswa yang mengalami kesulitan belajar (Berit H. Johnsen, 2004: 4).

    Bahasa, bagi sebagian orang, diperlakukan sekedar alat komunikasi.

    Implikasinya adalah adanya kecenderungan yang lebih menekankan aspek

    komunikasi daripada aspek lain yang sebenarnya juga penting dalam kaitannya

    dengan bahasa. Harus diakui, manusia di mana pun, lebih banyak melakukan

    komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan. Jadilah kemudian komunikasi lisan

    dianggap jauh lebih penting dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan

    (Maman S. Mahayana, 2008: 1). Melalui bahasa manusia dapat saling

    berhubungan (berkomunikasi), saling berbagi pengalaman, saling belajar dari

    yang lain, dan meningkatkan kemampuan intelektual. Mata pelajaran bahasa

    Indonesia adalah program untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan

    berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia.

    Kemampuan membaca merupakan modal dasar bagi siswa dalam

    pembelajaran di sekolah, karena dengan membaca siswa dapat memberikan

    makna terhadap tulisan. Menurut Dechant yang dikutip Darmiyati Zuhdi

    (2007:21), membaca adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    dengan maksud penulis. Lebih lanjut Smith mendefinisikan membaca sebagai

    proses komunikasi yang berupa pemerolehan informasi dari penulis oleh

    pembaca (Darmiyati Zuhdi, 2007:21).

    Sudah banyak usaha-usaha yang telah dilaksanakan baik oleh pemerintah

    maupun pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan untuk meningkatkan

    kualitas pendidikan khususnya pendidikan dasar. Namun sedikit sekali usaha-

    usaha ini yang dapat menyentuh anak-anak berkesulitan belajar. Mungkin karena

    itulah maka usaha untuk meningkatkan kualitas lulusan itu belum banyak berhasil.

    Hal ini ditandai dengan masih sangat rendahnya kualitas lulusan Sekolah Dasar,

    sehingga anak berkesulitan belajar perlu mendapatkan cara pelayanan yang lebih

    intensif dan pemilihan pendekatan dan metode yang menarik minat belajar anak.

    Kualitas lulusan Sekolah Dasar sangat dipengaruhi oleh kemampuan 3R

    yaitu Reading, Writing, dan Arimatics (membaca, menulis, dan berhitung). Siswa

    akan mampu berkembang dan mempelajari topik lain atau mempelajari mata

    pelajaran lain maka kemampuan dasarnya harus mampu membaca, menulis, dan

    berhitung dengan baik. Kalau kemampuan dasar ini baik maka kemungkinan

    berkembang dan berprestasi baik, tetapi jika kemampuan awal ini tidak baik maka

    kemungkinan prestasinya juga tidak baik. Sehingga jelas sekali bahwa

    kemampuan membaca merupakan syarat mutlak bagi setiap manusia untuk

    menyerap informasi yang pada umumnya tersaji dalam bentuk tulisan. Demikian

    pula bagi siswa Sekolah Dasar tanpa menguasai kemampuan membaca yang baik

    maka tidak akan bisa berkembang, menyerap informasi dan komunikasi dengan

    lingkungannya.

    Keberhasilan pembelajaran Membaca dan Menulis Permulaan (MMP)

    sangat tergantung pada banyak hal antara lain: kesiapan siswa, sarana, metode

    pembelajaran dan sebagainya. Berbagai metode pembelajaran telah diterapkan

    oleh guru-guru Sekolah Dasar untuk sarana pembelajaran membaca.

    Jika dalam membaca siswa menjumpai kata dan mengatakan tidak

    memahami kata tersebut, ada tiga penjelasan kesulitan membaca yang mungkin

    dapat dikemukakan: 1) Ia mungkin mengenalnya, tetapi tidak memahami

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    maknanya; 2) ia mungkin mengetahui artinya secara lisan, tetapi tidak mengenal

    kata tersebut secara tertulis; dan 3) ia mungkin tidak mengenalnya dan sekaligus

    juga tidak memperdulikan artinya. (Darmiyati Zuhdi, 2007: 35). Jika anak

    mengalami kesulitan jenis pertama, ia haraus mengembangkan kosakata

    bermakna. Jika kesulitannya adalah jenis kedua, ia memerlukan latihan

    pengenalan kata. Jika kelemahannya pada pengenalan kata maupun kosakata

    bermakna, kedua macam itu perlu diberikan secara serentak.

    Media kartu huruf adalah media kartu yang di dalamnya terdapat huruf

    yang secara teoritis sangat menarik bagi anak didik untuk belajar membaca huruf,

    kata atau kalimat. Karena itu untuk membuktikan kebenaran asumsi tersebut

    penulis mengangkat judul penelitian yaitu PENGGUNAAN MEDIA KARTU

    HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA BAGI

    ANAK YANG BERKESULITAN BELAJAR BAHASA INDONESIA PADA

    SISWA KELAS II SEMESTER I SD NEGERI 04 BEJEN KABUPATEN

    KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah mengenai penggunaan kartu huruf

    untuk meningkatkan kemampuan membaca bagi anak berkesulitan belajar bahasa

    Indonesia maka dapat dirumuskah permasalahan sebagai berikut:

    Apakah penggunaan media kartu huruf dapat meningkatkan kemampuan

    membaca bagi anak yang berkesulitan belajar Bahasa Indonesia siswa kelas II SD

    Negeri 04 Bejen Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011 ?

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca anak

    berkesulitan belajar Bahasa Indonesia siswa kelas II SD Negeri 04 Bejen

    Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    F. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang diharapan dalam penelitian ini adalah:

    1. Manfaat teoritis

    Mengetahui peranan penggunaan media kartu huruf untuk meningkatkan

    kemampuan membaca bagi anak yang berkesulitan belajar Bahasa Indonesia

    pada siswa kelas II SD Negeri 04 Bejen Kabupaten Karanganyar tahun

    pelajaran 2010/2011.

    2. Manfaat praktis

    a. Menemukan alternatif untuk meningkatkan kemampuan membaca pada

    siswa yang mengalami kesulitan belajar Bahasa Indonesia.

    b. Mencari solusi permasalahan yang dialami siswa yang mengalami

    kesulitan belajar Bahasa Indonesia dalam hal membaca.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Kajian Teori

    1. Tinjauan tentang Anak Berkesulitan Belajar

    a. Pengertian Anak Berkesulitan Belajar

    Dewasa ini pendidikan inklusif makin digalakkan. Program ini

    bertujuan untuk memberi akses yang seluas mungkin untuk semua anak,

    termasuk untuk anak yang berkebutuhan khusus (ABK). Diharapkan ABK

    mampu belajar bersama dengan anak-anak normal pada satu kelas yang sama,

    dengan hak dan kewajiban yang sama pula.

    Salah satu yang disebut anak berkebutuhan khusus adalah anak yang

    mengalami kesulitan dalam belajarnya. Anak berkesulitan belajar atau learning

    disabilities sering dijadikan sebutan untuk anak yang mempunyai prestasi

    rendah, entah prestasi dalam bidang bahasa, pengetahuan umum maupun

    logika atau penalaran.

    Batasan tentang anak berkesulitan belajar menurut Kirk (dalam

    Sunaryo Kartadinata, 2002: 71) adalah:

    Murid yang tidak digolongkan kepada kategori normal (keluarbiasaan), namun mereka mengalami kelemahan dalam berbicara perseptual motorik (berbahasa) persepsi visual dan auditory. Anak dengan kondisi saat mulai mempelajari mata pelajaran dasar, cenderung mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, mengeja, dan berhitung.

    The Nationt Joint Commite for Learning Disabilities (NJCLD)

    mengemukakan definisi yang dikutip oleh Hammill, Leigh, Mc.Nutt dan

    Larsen (dalam Mulyono Abdurrahman, 2003: 7-8) sebagai berikut:

    Kesulitan belajar adalah suatu batasan generik yang menunjuk pada suatu kelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata (significant) dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengar, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang matematika. Gangguan tersebut intrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya disfungsi sistem syaraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar mungkin terjadi berbarengan

    6

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    dengan adanya kondisi gangguan lain (misalnya gangguan sensoris, retardasi mental, hambatan sosial, dan emosional) atau pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat, faktor-faktor psikogenik). Hambatan-hambatan tersebut bukan penyebab atau pengaruh langsung.

    Pendapat Cannadian Association for Children and Adult with Learning

    Disabilities adalah mereka yang tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolah

    meskipun kecerdasannya termasuk normal, sedikit di atas normal atau sedikit

    di bawah normal (Mulyono Abdurrahman, 2003: 8). Menurut batasan ini anak

    yang mempunyai kecerdasan berkisar antara 90, dan mempunyai prestasi

    belajar yang rendah sering dikategorikan dengan anak yang berkesulitan

    belajar.

    Keadaan ini terjadi sebagai akibat Disfungsi Minimal Otak (DMO)

    yang terjadi karena penyimpangan perkembangan otak yang dapat berwujud

    dalam berbagai kombinasi gejala gangguan seperti gangguan persepsi,

    membentuk konsep bahasa ingatan, kontrol perhatian atau gangguan motorik.

    Keadaan ini tidak disebabkan oleh gangguan primer pada penglihatan,

    pendengaran, cacat motorik atau gangguan emosional.

    Anak berkesulitan belajar adalah anak secara nyata mengalami

    kesulitan dalam tugas-tugas akademik, baik disebabkan oleh adanya disfungsi

    neurologis, proses psikologis dasar maupun sebab-sebab lain sehingga prestasi

    belajarnya rendah, dan anak tersebut beresiko tinggal kelas (Munawir Yusuf,

    1997: 7).

    Learning disorder or learning difficulty, is a classification several disorders in which a person has difficulty learning in a typical manner, usually caused by an unknown factors. The unknown factor is the disorder that affects the brains ability to receive and process information. This disorder can make it problematic for a person to learn as quickly or in the same way as someone whto inst affected by a learning disability. Learning disability is not indicative of intelligence level. Rather, pepole with a learning disability have trouble performing specific types of skills or completing tasks if left to figure things out by themselves or if taught in conventional ways. (Berit H. Johnsen, 2004: 6).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    (Kesulitan belajar atau kesulitan belajar, adalah termasuk dari beberapa klasifikasi gangguan di mana seseorang mengalami kesulitan belajar dengan ciri-ciri khusus, biasanya disebabkan oleh faktor yang diketahui atau faktor-faktor lain. Faktor yang tidak diketahui adalah gangguan yang mempengaruhi kemampuan otak untuk menerima dan memproses informasi, gangguan ini dapat membuat masalah bagi seseorang untuk belajar dengan cepat atau dengan cara yang sama sebagai seseorang yang tidak terpengaruh oleh ketidakmampuan belajar. Kesulitan belajar tidak menunjukkan tingkat kecerdasan. Sebaliknya, orang dengan ketidakmampuan belajar mengalami hal-hal yang oleh mereka sendiri atau jika diajarkan dengan cara konvensional. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar

    (learning disabilities) merupakan istilah generik yang merujuk kepada

    keragaman kelompok yang mengalami gangguan dimana gangguan tersebut

    diwujudkan dalam kesilitan-kesulitan yang signifikan yang dapat menimbulkan

    gangguan proses belajar. Umumnya masalah ini tampak ketika murid mulai

    mempelajari mata pelajaran dasar seperti menulis, membaca, berhitung, dan

    mengeja.

    b. Klasifikasi Anak Berkesulitan Belajar

    Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua

    kelompok, (1) kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan

    (developmental learning disabilities) dan (2) kesulitan belajar akademik

    (academic learning disabilities) (Mulyono Abdurrahman, 2003: 11).

    Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan mencakup

    gangguan motirik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan

    kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku sosial. Kesulitan belajar akademik

    menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan pencapaian prestasi akademik

    yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan. Kegagalan-kegagalan tersebut

    mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, dan/atau

    matematika.

    Secara umum kesulitan belajar khusus menurut Munawir Yusuf (1997:

    7) dapat diklasifikasikan menjadi dua: Pertama, kesulitan belajar pra akademik,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    meliputi: (1) gangguan perkembangan motorik dan persepsi, (2) kesulitan

    belajar kognitif, (3) gangguan perkembangan bahasa, dan (4) kesulitan

    menyesuaikan sosial. Kedua, kesulitan belajar akademik, meliputi: (1) kesulitan

    belajar membaca, (2) kesulitan belajar menulis, dan (3) kesulitan belajar

    berhitung dan matematika.

    Kesulitan belajar secara umum maupun kesulitan belajar secara khusus

    pada umumnya mempunyai gangguan penyerta/penyebab yang dikelompokkan

    sebagai berikut (Munawir Yusuf, 1997:16-17):

    1) Gangguan intelegensi rendah

    Anak yang ber IQ antara 70-90, mereka termasuk dikategorikan

    under line (garis batas) yang secara pendidikan disebut sebagai slow learner

    (lambat belajar). Gejala yang nampak antara lain prestasi belajar sebagian

    besar atau seluruh mata pelajaran umumnya rendah, sering tidak naik kelas,

    sulit menangkap pelajaran, dan sebagainya akibat lebih jauh dari kondisi ini

    adalah putus sekolah.

    2) Anak berprestasi di bawah potensi (under achiever)

    Anak-anak yang berpotensi unggul secara intelektual atau yang

    sering disebut memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa tidak selalu

    menunjukkan hasil belajar yang tinggi. Apabila prestasi belajar yang mereka

    capai berada dibawah potensinya mereka disebut under achiever.

    3) Gangguan emosi dan perilaku

    Tidak ada definisi yang baku mengenai gangguan emosi dan

    perilaku tetapi ciri-ciri umum mengambarkan adanya 4 definisi (Hallahan

    dan Kauffman), sebagai berikut:

    a) Anak yang mengalami gangguan perilaku, contoh adalah: suka berkelahi, memukul, menyerang, bersifat pemarah tidak penurut/ melawan peraturan, suka merusak baik milik sendiri maupun orang lain, kasar, tidak sopan, tidak mau kerjasama, penentang, suka ribut, mudah marah, suka mendominasi orang lain, suka mengancam atau menggertak, iri hati, cemburu, suka bertengkar, tidak bertanggung jawab, ceroboh, mencuri, mengancam, menggoda, menolak kesalahan dan menyalahkan orang lain, murung, cemberut, meningkatkan diri sendiri.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    b) Anak yang mengalami kecemasan dan menyendiri, contoh: rasa takut, bersalah, cemas, pemalu, mengasingkan diri, tidak punya teman, perasaan tertekan, sedih, sensitif, mudah merasa disakiti hatinya, merasa rendah diri, merasa tidak berharga, mudah frustasi, kurang keyakinan, pendiam.

    c) Anak yang agresif sosial memiliki perkumpulan yang tidak baik, contoh: berani mencuri, loyal terhadap teman yang suka melanggar hukum, suka begadang sampai larut malam, melarikan diri dari sekolah, melarikan diri dari rumah.

    d) Individu yang tidak pernah dewasa perhatiannya terbatas kurang konsentrasi, contoh: melamun, kaku, canggung, pasif, kurang inisiatif, mudah digerakkan, lamban, ceroboh, mudah bosan, kurang tabah, tidak rapi (Munawir Yusuf, 1997:17).

    Emosi merupakan faktor dalam struktur pribadi. Pernyataan emosi

    tersebut dapat berbentuk senang dan tidak senang, dan perasaan yang tidak

    senang ini yang akan menggangu proses belajar. Reaksi emosi terhadap

    jasmani adalah bermacam-macam, misalnya denyut jantung terlalu cepat,

    pencernaan terganggu, sukar tidur, gugup dan sebagainya. Perkembangan

    emosi itu dimulai sejak lahir, pada masa bagi pernyataan emosi cukup pada

    tangis dan artinya bisa bermacam-macam, misalnya takut, marah, sakit,

    lapar, haus, pedih. Pada dasarnya emosi dibagi menjadi dua bagian, yaitu

    emosi yang tidak menyenangkan biasanya merugikan, antara lain : marah,

    takut, iri, susah dan sebagainya. Berhasil atau gagalnya anak dalam belajar

    sebagian besar tergantung pada sikap emosi, anak yang selalu dimarahi akan

    menjadi rendah diri, takut, dan menjadi tenang-tenang. Jadi jelaslah bahwa

    kemunduran atau kesulitan suatu kegagalan belajar itu bukan faktor

    intelegensinya juga bukan karena bakat, tetapi karena emosinya yang

    mengalami kegagalan.

    4) Gangguan komunikasi

    Di Indonesia gangguan komunikasi sering disamakan dengan

    gangguan wicara. Menurut Hallahan dan Kauffman gangguan komunikasi

    terdiri atas:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    (1)gangguan wicara, dan (2) gangguan bahasa. Gangguan wicara adalah suatu kerusakan atau gangguan dari suatu artikulasi dari bunyi dan atau kelancaran wicara. Jadi gangguan wicara terdiri dari tiga macam yaitu: gangguan suara, gangguan artikulasi dan gangguan kelancaran bicara. (Munawir Yusuf, 1997:18).

    Gangguan dari pemahaman atau penggunaan bahasa ujaran, bahasa

    tulis atau sistem simbol, kerusakan tersebut mungkin meliputi bentuk bahasa

    (fonologi, morfologi dan sintaksis), isi bahasa atau semantik, dan fungsi

    bahasa atau pragmatik.. Anak yang mengalami gangguan komunikasi

    biasanya menunjukkan gejala tidak lancar berbicara, pembicaraanya sulit

    ditangkap, suaranya tidak normal, gagap dan sebagainya, penyebabnya dapat

    bersifat organik dan dapat pula psikologik.

    5) Gangguan gizi dan kesehatan

    Anak-anak yang mempunyai penyakit kronis dan bergizi kurang,

    cenderung mengalami kesulitan belajar. Jenis penyakit kronis dimaksud

    antara lain: epilepsi, diabetes, cytic fibrosis, hemofilia dan luka bakar.

    Sedangkan gangguan gizi terutama bagi mereka yang kekurangan kalori dan

    protein serta kekurangan zat iodium.

    6) Gangguan gerakan/anggota tubuh

    Ada dua kategori cacat tubuh, ialah cacat anggota karena penyakit

    polio, dan cacat tubuh karena kerusakan otak sehingga mengakibatkan

    ketidakmampuan gerak (disebut cerebral palsy) pada dasarnya cerebral

    palsy merupakan koordinasi otot, ototnya sendiri sebenarnya normal, tetapi

    otak mengalami gangguan dalam mengirimkan sinyal-sinyal yang penting

    untuk memerintahkan otot-otot untuk memendek atau memanjang atau harus

    merengang.

    Anak-anak semacam ini masih dapat belajar dengan menggunakan

    semua inderanya. Tingkat intelektualnya umumnya normal bahkan ada yang

    superior. Namun, karena pada otak, mereka akan mengalami kesulitan dalam

    melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan koordinasi motorik

    ketrampilan fisik, hal ini dapat menyebabkan terjadinya kesulitan belajar.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    7) Gangguan penglihatan ringan

    Untuk mengenal anak apakah mereka mengalami gangguan

    penglihatan, dapat dilihat dari ciri-ciri fisik, perilaku maupun keluhan.

    a) Contoh ciri fisik: seperti mata juling, sering berkedip, menyipitkan mata,

    kelopak mata merah, mata infeksi, gerakan mata tak beraturan (goyang),

    mata yang selalu berair.

    b) Contoh ciri perilaku; membaca terlalu dekat, membaca banyak terlewati,

    cepat lelah ketika membaca, mengerutkan mata ketika melihat papan

    tulis, sering mengupas mata, mendongokkan kepala saat melihat benda

    jarak jauh, cenderung melihat dengan memiringkan kepala, berjalan

    sering manabrak benda di depannya, salah menyalin dalam jarak dekat.

    c) Contoh ciri keluhan: seperti merasa sakit kepala, sulit melihat dengan

    jelas dari jarak jauh, pengelihatan terasa kabur ketika membaca, menulis,

    benda terlihat seperti dua buah, mata sering terasa gatal.

    8) Gangguan pendengaran ringan

    Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh kerusakan fungsi dari

    sebagian atau seluruh alat atau organ-organ pendengaran, dapat diketahui

    dengan menggunakan (Andiometer).

    Dengan menggunakan ciri-ciri fisik dan perilaku anak, seseorang

    dapat dideteksi sebagai mengalami gangguan pendengaran atau tidak. Ciri-

    ciri tersebut, antara lain sering keluar cairan dari liang telinga, bentuk daun

    telinga tidak normal, sering mengeluh gatal atau sakit di liang telinga, kalau

    berbicara selalu melihat gerakan bibir lawan bicara, sering tidak bereaksi

    jika diajak bicara kurang keras, selalu minta diulang dalam pembicaraan,

    dan sebagainya.

    Dampak anak yang mengalami gangguan pendengaran dapat

    menyebabkan terjadinya kesulitan belajar.

    c. Penyebab Kesulitan Belajar

    Banyak faktor yang dapat menyebabkan anak mengalami kesulitan

    dalam belajar.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    Penyebab utama kesulitan belajar (learning disabilities) adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis; sedangkan penyebab utama problema belajar (learning problems) adalah faktor eksternal, yaitu antara lain strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan (reinforcement) yang tidak tepat (Mulyono Abdurrahman, 2003: 13).

    Disfungsi neurologis sering tidak hanya menyebabkan kesulitan belajar

    tetapi juga menyebabkan tunagrahita atau emosional. Berbagai faktor yang

    dapat menyebabkan disfungsi neurologis yang pada gilirannya dapat

    menyebabkan kesultian belajar (Mulyono Abdurrahman, 2003: 13) antara lain:

    1) Faktor genetik

    2) Luka pada otak karena trauma fisik atau kekurangan oksigen.

    3) Biokimia yang hilang (misalnya biokimia yang diperlukan untuk

    memfungsikan sistem syaraf pusat).

    4) Biokimia yang dapat merusak otak (misalnya zat pewarna pada makanan).

    5) Pencemaran lingkungan (misalnya mencemaran timah hitam).

    6) Gizi yang tidak memadai.

    7) Pengaruh-pengaruh psikologis dan sosial yang merugikan perkembangan

    anak (deprevasi lingkungan).

    Sebagaimana dapat dilihat di atas, kesulitan belajar dapat terdiri dari

    banyak bentuk. Di masa lalu, pendekatan-pendekatan pengajaran anak yang

    berkelainan ditentukan oleh diagnosis medis yang diberikan kepada mereka.

    Dengan pendekatan tersebut, anak-anak dengan diagnosis yang serupa harus

    diajar dengan cara yang sama.

    Sekarang disadari bahwa walaupun pembelajaran akan dipengaruhi

    oleh kecacatan, tetapi ada faktor-faktor lain yang lebih penting. Faktor-faktor

    tersebut dapat terletak dalam pengalaman tergantung pada: 1) Lingkungan, termasuk sikap terhadap anak-anak pada umumnya dan

    terhadap anak tertentu karena: a) Lingkungan yang tidak responsif dan kurang stimulasi b) Pemahaman atau kesalahpahaman guru akan proses

    pembelajaran. c) Isi, pendekatan pengajaran dan materi pembelajaran d) Faktor-faktor lingkungan umum yang berkaitan dengan kondisi

    sosial, ekonomi dan politik di masa lalu dan sekarang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    2) Faktor-faktor dalam diri anak termasuk: a) Keingintahuan b) Motivasi c) Inisiatif, interaksi dan komunikasi d) Kompetensi sosial e) Kreatifitas f) Temperamen g) Dorongan untuk belajar dan gaya belajar h) Kemampuan

    3) Hakikat dan tingkat kecacatan kecacatan, jika ini merupakan bagian dari gambaran tentang anak itu. (Miriam Donath Skjorten, 2004: 23).

    Dari poin-poin di atas dapat dilihat bahwa kesulitan belajar dapat

    terjadi juga ketika tidak ada kecacatan terlibat di sana. Juga dapat dilihat

    kompleksitas dan multiplisitas kondisi pembelajaran. Diharapkan dengan

    mempertimbangkan semua faktor ini akan meningkatkan pemahaman tentang

    keunikan setiap individu. Apa yang harus diingat adalah bahwa menghadapi

    keunikan dapat menjadi tantangan yang besar dalam sebuah kelas dan

    khususnya dalam kelas yang besar.

    Konsep kesulitan belajar menarik perhatian pada kesulitan dan

    tantangan yang dapat muncul di setiap kelas, kesulitan-kesulitan yang dapat

    dihadapi oleh semua anak. Namun, konsep ini juga membantu menyadarkan

    besarnya implikasi dari kesulitan belajar yang disebabkan oleh faktor sensori,

    motorik, kognitif, emosional dan lingkungan.

    2. Tinjauan tentang Kartu Huruf

    a. Pengertian Media Pembelajaran

    Banyak batasan yang diberikan orang tentang media pembelajaran. Dari

    berbagai literatur diperoleh penjelasan sebagai berikut:

    Pengertian media menurut Sri Anitah (2010: 4) adalah sebagai berikut:

    kata media berasal dari bahasa Latin medium adalah sesuatu yang terletak di

    tengah (antara dua kutub atau antara dua pihak); atau suatu alat. Banyak

    batasan yang diberikan oleh para ahli tentang media menurut Association for

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    Educational Communications Technology (AECT) di Amerika yang dikutip

    oleh Azhar Arsyad (2002: 3) media pendidikan ialah segala bentuk saluran

    yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan/informasi. Sementara itu

    Gagne (dalam Arief S. Sadiman, dkk, 2009: 6): media adalah berbagai jenis

    komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

    Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan, media pembelajaran

    adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari

    guru ke siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan

    minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran

    terjadi dan berlangsung lebih efisien.

    Media merupakan salah satu komponen dalam sistem pendidikan atau

    pembelajaran. Komponen sistem pembelajaran ini, dan media pembelajaran

    memegang peran penting. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan

    untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian

    dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada

    diri peserta didik.

    Media bukan sekedar alat bantu, tetapi lebih merupakan bagian integral

    dalam proses belajar mengajar. Kehadiran media pembelajaran ini merupakan

    suatu keharusan dan menuntut para guru untuk merancang sistem instruksional

    yang terpadu. Guru dan media secara bersama-sama membagi tanggung jawab

    dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Guru tetap sebagai pengelola,

    motivator dan tutor; sedangkan media sebagai penyaji materi (bahan) ajar.

    Dengan demikian guru dapat menggunakan waktunya secara lebih efisien dan

    beban tugas dapat dikurangi, produktivitas pengajaran lebih tinggi.

    Media pembelajaran sangat diperlukan bila media tersebut dapat

    membantu guru dalam membangkitkan semangat untuk belajar, dengan

    demikian media pembelajaran di samping berfungsi untuk memperjelas materi

    yang diajarkan, media juga untuk memberikan motivasi dan mengkondisikan

    konsentrasi dalam pembelajaran.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    b. Fungsi Media Pendidikan

    Pembelajaran adalah proses komunikasi interaksi antara guru dan murid.

    Proses komunikasi terdapat tiga bagian yang tidak dapat dilepaskan satu sama

    lain yaitu pembawa pesan, penyampai pesan dan penerima pesan. Arief S.

    Sadiman, dkk. (2009: 16-17) mengemukakan, secara umum media pendidikan

    mempunyai kegunaan sebagai berikut:

    1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

    2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra seperti misalnya: a) Obyek terlalu besar bisa digantikan dengan realitas gambar,

    film bingkai, film dan model. b) Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film

    bingkai, film dan gambar. c) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu high

    speed photography atau low speed photography. 3) Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi

    dapat diatasi sikap pasif anak didik dalam hal ini media berguna untuk: a) Menimbulkan kegairahan belajar. b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik

    dengan lingkungan. c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut

    kemampuan dan minatnya. 4) Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan

    lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum, dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bilamana latar belakang guru dan siswa sangat berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan.

    Dari uraian di atas media dapat membantu untuk mengatasi berbagai

    macam hambatan diantaranya mengurangi sifat verbalisme mengatasi

    keterbatasan ruang, waktu dan tipe belajar murid karena kelemahan di salah

    satu indra, mengatasi sifat anak pasif menjadi aktif, membantu mengatasi

    kesulitan guru dalam memberikan pelayanan belajar kepada murid serta

    memperingan beban guru.

    Oemar Hamalik (2000: 19), menyebutkan bahwa banyak manfaat yang

    diperoleh jika menggunakan media dalam kegiatan belajar mengajar, namun

    secara umum media pembelajaran memiliki fungsi seperti berikut:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistik, artinya hanya berbentuk kata-kata tertulis atau lisan.

    2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya objek yang besar diganti gambar, objek yang terlalu kecil bisa diganti dengan proyektor mikro, film bingkai, gambar, sedang gerak yang lambat atau cepat bisa dibantu dengan time-lapse atau high-speed photography, tentang kejadian masa lalu dapat ditampilkan kembali lewat rekaman film, video, film bingkai, foto, kemudian objek yang terlalu kompleks bisa dibantu dengan modul, diagram, terakhir konsep yang sangat luas seperti gunung berapi, gempa bumi, iklim dan divisualisasikan dalam bentuk film, film bingkai, gambar dan lain sebagianya.

    3) Menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi akan dapat diatasi sikap pasif anak didik atau siswa. Dalam situasi demikian media pembelajaran dapat menimbulkan kegairahan belajar dan memungkinkan terjadinya interaksi secara langsung antara anak didik dengan lingkungannya serta memungkinkan anak didik belajar sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

    Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rifai (2001: 2-3) media dapat

    mempertinggi proses belajar siswa dalam gilirannya dapat mempertinggi hasil

    belajar yang dicapai. Ada beberapa alasan di antaranya yang berkenaan dengan

    manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa antara lain:

    1) Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

    2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai materi lebih baik.

    3) Metode mengajar akan lebih bervariasi. 4) Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya

    mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemontrasikan dan sebagainya.

    Dari kenyataan yang demikian maka penggunaan media pembelajaran

    diharapkan dapat membantu memecahkan masalah-masalah yang ada,

    sehubungan media pembelajaran memiliki kemampuan memberi perangsang

    yang sama, pengalaman yang sama, kemudian terakhir memberi persepsi yang

    sama pula.

    Dalam penelitian ini diharapkan media pembelajaran yang digunakan

    dalam mengajar siswa dapat efektif artinya media tersebut akan lebih tepat

    guna dan bermanfaat sesuai yang diharapkan dibandingkan dengan mengajar

    tanpa menggunakan media. Dengan demikian kegunaan media antara lain:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik

    (hafalan, dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).

    2) Mengetahui keterbatasan ruang, waktu dan daya indra.

    3) Dengan menggunakan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi

    sifat pasif anak didik sehingga siswa lebih bergairah.

    4) Meletakkan dasar yang penting untuk perkembangan belajar, oleh

    karena itu membuat belajar lebih mantap. Dengan media penanaman

    pengertian lebih jelas.

    Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa media pendidikan sangat

    besar manfaatnya dalam rangka mengefektifkan proses pembelajaran

    sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal.

    c. Pengertian Kartu Huruf

    Kartu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1995:

    448) adalah kertas tebal yang berbentuk persegi panjang. Kartu adalah

    kertas tebal yang berbentuk persegi panjang untuk berbagai macam

    keperluan (Peter Salim dan Yenni Salim (1991: 425). Dari pendapat

    tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa kartu adalah jenis kertas yang

    berukuran tebal dan berbentuk persegi panjang dan dapat dipergunakan

    untuk berbagai keperluan.

    Huruf menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1995:

    362) adalah tanda aksara atau tata tulis yang merupakan abjad yang

    melambangkan bunyi bahasa atau aksara. Dari Kamus Besar Bahasa

    Indonesia (WJS. Poerwadarminta, 1996: 527), huruf adalah unsur abjad

    yang melambangkan bunyi. Jadi dapat penulis simpulkan huruf adalah tanda

    aksara atau abjad yang melambangkan bunyi bahasa tertentu menurut model

    dan bentuknya.

    Dari pengertian tentang kartu dan huruf di atas maka dapat penulis

    simpulkan bahwa kartu huruf adalah jenis kertas yang berukuran tebal dan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    berbentuk persegi panjang yang ditulisi atau ditandai dengan unsur abjad

    atau huruf tertentu yang melambangkan bunyi bahasa tertentu. Kartu huruf

    merupakan suatu alat peraga yang praktis dan menarik bagi kalangan anak

    anak khususnya anak tunagrahita yang sangat membutuhkan rangsangan

    untuk memicu kemampuan belajar khususnya kemampuan membaca

    permulaan.

    d. Jenis-jenis Kartu

    Kartu yang digunakan dalam pembelajaran terdiri dari berbagai jenis.

    Penulis mencoba menggunakan alat peraga kartu kata dan kartu bergambar

    untuk pengembangan kemampuan membaca bagi anak berkesulitan

    belajar. Dengan kartu huruf merupakan suatu alat peraga yang praktis

    dan menarik bagi anak-anak khususnya anak yang berkesulitan belajar

    yang sangat membutuhkan rangsangan untuk memacu kemampuan belajar

    anak khususnya kemampuan membaca.

    Menurut Thachir A. Malik (1995: 2) Di dalam pelajaran Bahasa

    Indonesia terdapat beberapa jenis kartu kata yang digunakan sebagai alat

    peraga dalam membantu siswa membaca antara lain berupa kartu huruf,

    kartu suku kata, kartu kata, dan kartu gambar.

    Berikut jenis-jenis kartu yang digunakan sebagai alat peraga dalam

    membantu siswa dalam bukunya Pandai Membaca dan Menulis oleh Thachir

    A. Malik (1995: 3) sebagai berikut:

    1) kartu huruf

    2) kartu suku kata

    3) kartu kata

    4) kartu tembus pandang

    5) karton.

    Dari berbagai macam kartu di atas, penulis mencoba menggunakan

    alat peraga kartu huruf untuk pengembangan kemampuan membaca bagi

    anak yang berkesulitan belajar membaca. Kartu huruf terdiri dari unsur

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    abjad yang dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca

    dengan cara penggunaannya bisa dengan diadakan permainan antara anak

    didik dengan guru. Selain itu bisa juga bisa digunakan permainan antar

    sesama anak didik. Dengan kartu huruf ada kemungkinan anak-anak tertarik

    oleh adanya huruf-huruf yang berwarna-warni sehingga merespon anak

    untuk bisa menyebutkan kata-kata yang mempunyai huruf tertentu.

    e. Hubungan Pengguna Kartu Huruf dengan Anak Berkesulitan Belajar

    Membaca

    Kartu huruf merupakan suatu alat peraga praktis dan menarik bagi

    kalangan anak-anak khususnya anak yang berkesulitan belajar membaca

    yang sangat membutuhkan rangsangan untuk memicu kemampuan

    membaca. Glenn Doman (1991: 154) menyatakan bahwa dalam mengajari

    anak membaca semua metode mempunyai tiga persamaan penting yang

    perlu diperhatikan adalah:

    1) Setiap metode yang digunakan untuk mengajar anak kecil membaca

    selalu berhasil.

    2) Setiap metode menggunakan huruf dengan ukuran besar.

    3) Setiap metode menekankan perlunya merasakan dan memperhatikan

    kegembiraan dalam proses membaca.

    Huruf yang digunakan dalam pelajaran membaca permulaan terdiri

    atas 26 huruf yang terbagi 5 huruf vokal dan 21 huruf konsonan.

    Berikut adalah huruf (abjad) yang dipakai dalam pelajaran Bahasa

    Indonesia dalam bukunya Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia oleh Tarigan,

    H.G. (1994: 12).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    Huruf Nama

    Aa

    Bb

    Cc

    Dd

    Ee

    Ff

    Gg

    Hh

    Ii

    Jj

    Kk

    Ll

    Mm

    Nn

    Oo

    Pp

    Qq

    Rr

    Ss

    Tt

    Uu

    Vv

    Ww

    Xx

    Yy

    Zz

    Aa

    Be

    Ce

    De

    Ee

    Ef

    Ge

    Ha

    Ii

    Je

    Ka

    El

    Em

    En

    Oo

    Pe

    Qi

    Er

    Es

    Te

    Uu

    Ve

    We

    Ex

    Ye

    Zet

    Dari beberapa uraian tersebut di atas dapat penulis simpulkan bahwa

    kartu huruf sangat diperlukan bagi anak yang berkesulitan membaca pada masa

    awal sekolah dimana masih memerlukan kekongkritan dan rangsangan atau

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    stimulus dalam belajar membaca permulaan. Dengan alat peraga kartu huruf

    ini anak yang berkesulitan belajar membaca yang mengalami hambatan dalam

    aspek kognitif akan dapat memahami apa yang ada dalam setiap kartu huruf

    sehingga anak berkesulitan belajar membaca lebih mudah mencerna huruf

    maupun kosa kata yang ada pada setiap huruf-huruf itu.

    3. Peranan Guru Anak Berkesulitan Belajar

    Guru memiliki peranan yang sangat penting untuk mencerdaskan generasi yang akan datang untuk kemajuan bangsa. Dalam mengajar guru diwajibkan memiliki kritreria tertentu sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

    Menurut Munawir Yusuf (2002 : 12): Guru khusus untuk anak dengan berproblema belajar sebaiknya memperoleh pendidikan khusus dalam bidang tersebut pada jurusan atau program studi pendidikan luar biasa di lembaga pendidikan tenaga kependidikan (FKIP). Guru-guru di sekolah reguler seyogyanya mendapatkan pelatihan khusus untuk dapat mengoptimalkan kegiatan pembelajaran di kelas dan membantu anak dengan problema belajar. Kerja sama antara guru PLB dan guru kelas reguler sangat penting.

    Terkait dengan peranan guru anak berkebutuhan khusus di sekolah menurut Munawir Yusuf (2002: 13) menyebutkan ada sembilan peranan, yaitu: a. Menyusun rancangan program identifikasi, asesmen dan pembelajaran anak

    berkesulitan belajar. b. Berpartisipasi dalam penjaringan, asesmen dan evaluasi anak berkesulitan

    belajar. c. Berkonsultasi dengan para ahli yang terkait (psikolog, dokter) dan

    menginterpretasikan laporan para ahli tersebut. d. Menyelenggarakan tes, baik tes formal maupun tes informal. e. Berpartisipasi dalam penyusunan program pendidikan individual. f. Melaksanakan program pendidikan individual. g. Menyelengarakan pertemuan dan wawancara dengan orang tua. h. Bekerja sama dengan guru reguler atau guru kelas untuk memahami anak dan

    menyediakan pembelajaran yang efektif, dan i. Membantu anak dalam mengembangkan pemahaman diri dan memperoleh

    harapan untuk berhasil serta keyakinan kesanggupan mengatasi kesulitan belajar.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    Ada dua kompetensi yang harus di kuasai oleh guru bagi anak berkesulitan

    belajar, ialah: (l) kompetensi teknis dan (2) kompetensi konsultasi kolaboratif.

    Kompetensi teknis mencakup:

    1. Memahami berbagai teori tentang kesulitan belajar.

    2. Memahami berbagai tes yang terkait dengan kesulitan belajar.

    3. Terampil dalam melaksanakan asesmen dan evaluasi,dan

    4. Terampil dalam mengajarkan bahasa ujaran (lisan), bahasa tulis, membaca,

    berhitung, mengelola perilaku, dan terampil dalam memberikan pelajaran

    prevoksional dan vokasional.

    Kompetensi konsultasi koluboratif mencakup :

    Kemampuan untuk menjamin hubungan kerja sama dengan semua orang

    yang terkait dengan upaya memberikan bantuan kepada anak berkesulitan belajar.

    Orang-orang yang terkait dengan upaya memberikan bantuan kepada anak

    tersebut adalah guru kelas, kepala sekolah, tim ahli (dokter psikolog, konselor dan

    sebagainya), dan orang tua.

    Guru kelas sering tidak memperoleh latihan dibidang ini dan tidak

    dipersiapkan untuk mengajar anak berkesulitan belajar, mereka sering takut

    terhadap tanggung jawab dan enggan menerima tugas tambahan untuk membantu

    anak berkesulitan belajar. Padahal, tujuan pembelajaran yang dirancang untuk

    anak hanya dapat dicapai jika semua orang yang terlibat dalam memberikan

    bantuan kepada anak berfungsi secara terpadu. Oleh karena itu, diperlukan adanya

    konsultasi kolaboratif yang dapat meningkatkan kerja sama antar orang-orang

    yang terlibat dalam upaya memberikan bantuan kepada anak dengan problema

    belajar disekolah-sekolah reguler khususnya di sekolah dasar.

    4. Tinjauan Kesulitan Belajar Membaca

    a. Pengertian Bahasa Indonesia

    Bahasa memiliki banyak makna dan terdapat penjelasan darti beberapa

    literatur mengenai arti bahasa Indonesia.

    Pengertian bahasa menurut Owens yang dikutip Mulyono

    Abdurrahman (2003: 183): Bahasa merupakan kode atau sistem kovensional

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    yang disepakati secara sosial untuk menyajikan berbagai pengertian melalui

    penggunaan simbol-simbol sembarang (arbitrary sysmbols) dan tersusun

    berdasarkan aturan yang telah ditentukan. Menurut Maman S. Mahayana

    (2008: 2), bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang dipergunakan

    oleh anggota kelompok sosial untuk berkomunikasi, mengidentifikasikan diri,

    bekerja sama, dan melakukan kontrol sosiol.

    Dari beberapa pengertian bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa

    bahasa adalah kode atau sistem kovensional yang disepakati secara sosial

    untuk menyajikan berbagai pengertian melalui penggunaan simbol-simbol

    sembarang (arbitrary sysmbols) dan tersusun berdasarkan aturan yang telah

    ditentukan untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi

    yang diharapkan (rasional).

    b. Pengertian Membaca

    Membaca memiliki beberapa pengertian menurut beberapa literatur.

    Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan yang berkaitan dengan

    membaca.

    Menurut Dechant yang dikutip Darmiyati Zuhdi (2007:21), membaca

    adalah proses pemberian makna terhadap tulisan, sesuai dengan maksud

    penulis. Lebih lanjut Smith mendefinisikan membaca sebagai proses

    komunikasi yang berupa pemperolehan informasi dari penulis oleh pembaca

    (Darmiyati Zuhdi, 2007:21). Menutur Farida Rahim (2007:2), membaca

    adalah proses menerjemahkan simbol tulisan (huruf) ke dalam kata-kata

    lisan.

    Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa membaca

    adalah proses komunikasi menerjemahkan simbol tulisan (huruf) dalam

    pemberian makna terhadap tulisan untuk memperoleh informasi, sesuai dengan

    maksud penulis ke dalam kata-kata lisan.

    c. Materi Membaca

    Membaca terdiri dari beberapa materi, tergantung dari tingkatan kelas

    yang diajarkan. Menurut Sunardi (1997: 3), materi membaca meliputi

    keterampilan membaca teknis dan membaca pemahaman.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    1) Membaca Teknis

    Membaca teknis adalah proses decoding atau mengubah simbol-

    simbol tertulis berupa huruf atau kata menjadi sistem bunyi atau yang

    sejenisnya. Proses ini juga sering disebut pengenalan kata. Dalam proses

    membaca teknis, ada beberapa keterampilan yang dipersyaratkan.

    Keterampilan pertama disebut konfigurasi, yaitu pengenalan secara

    grobal bentuk huruf atau kata. Misalnya, kata buku lebih panjang dari kata

    aku. Kata Ani bermula dengan huruf besar. Tinggi huruf l adalah dua kali

    tinggi huruf u.

    Keterampilan kedua disebut analisis konteks, yaitu memanfaatkan

    kata-kata petunjuk lain di sekitarnya untuk menerka makna suatu kata.

    Analisis konteks ini bersifat struktual, artinya memanfaatkan pengetahuan

    tata bahasa atau bersifat semantik. Misalnya, pada waktu anak membaca

    kalimat Ani pergi ke sekolah naik kodo. Kata kodo sebenarnya tidak ada.

    Tetapi dengan memasukkan dalam konek, anak dapat menerka bahwa kodo

    adalah sejenis kendaraan. Konteks yang diberikan kepada anak untuk

    membantunya membaca dapat dilakukan melalui gambar kendaraan.

    Keterampilan ketiga adalah penguasaan kosakata pandang (sight

    vocabulary), yaitu kata-kata yang dapat dibaca dengan mudah oleh anak

    tanpa dipikir lagi. Kosakata pandang adalah kata-kata yang sangat sering

    dibaca atau ditemui oleh anak sehingga tanpa berpikir pun mereka dapat

    membacanya. Untuk membantu anak yang berkesulitan membaca, guru

    dapat menyusun daftar kosakata pandang. Misalnya, daftar100 kosakata

    pandang, diurutkan berdasarkan frekuensi penggunaan dalam kehidupan

    sehari-hari. Kata-kata ini dapat ditulis pada kertas besar dan digantung di

    dinding kelas, sehingga anak akan membacanya setiap saat.

    Keterampilan keempat disebut analisis fonik, yaitu memahami

    kaitan huruf dan bunyi pada kata. Keterampilan ini meliputi pengetahuan

    tentang semua konsonan, vokal, konsonan ganda, bunyi hidup, bunyi mati,

    bunyi sempurna, dan sebagainya. Misalnya, anak perlu memahami bahwa

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    huruf a melambangkan bunyi /a/, huruf ng menghasilkan bunyi eng, suara

    /b/ pada kata bapak diucapkan berbeda dengan huruf /b/ pada kata sabtu,

    huruf o pada kata toko dan tolong diucapkan berbeda, dan sebagainya.

    Keterampilan kelima disebut analisis struktural, yaitu pemahaman

    atas struktur bahasa. Termasuk di sini misalnya pengertian bahwa suku kata

    terdiri dari vokal dan konsonan, berbagai imbuhan kata dan maknanya,

    tanda baca, jenis kata, kata majemuk, dan sebagainya. Misalnya pada waktu

    membaca pada kata membaca, anak harus memahami bahwa kata ini

    berasal dari kata baca mendapat awalan me- yang menunjukkan kegiatan

    aktif.

    Secara lebih operasional, proses membaca teknis atau pengenalan

    kata menuntut kemampuan sebagai berikut.

    b) Mengenal huruf kecil dan besar pada alfabet

    c) Mengucapkan bunyi (bukan nama) huruf, terdiri dari

    1) konsonan tunggal (b, d, h, k, ...)

    2) vokal (a, i, u, e, ...)

    3) konsonan ganda (kr, gr, tr, ...)

    4) diftong (ai, au, oi, ...)

    d) Menggabungkan bunyi membentuk kata ( s a y a, i b u)

    e) Variasi bunyi (/u/ pada kata pukulp, /o/ pada toko dan pohon)

    f) Menerka kata menggunakan konteks

    g) Menggunakan analisis struktural untuk identifikasi kata (kata ulang, kata

    majemuk, imbuhan)

    2) Membaca Pemahaman

    Membaca pemahaman meliputi beberapa komponen juga.

    Komponen pertama adalah pengembangan kosakata. Penguasaan

    kosakata sangat penting dalam memahami kata-kata yang dipakai oleh

    penulis. Beberapa kegiatan dapat dilakukan dalam pengembangan kosakata.

    Misalnya, memberikan pengalaman yang bermakna (menyediakan buku-

    buku, memperkenalkan dengan orang atau lingkungan baru),

    pengembangan kosakata melalui konteks, dan sebagainya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    Komponen kedua disebut pemahaman literal, yaitu memahami dan

    mengingat informasi secara tersurat pada wacana. Keterampilan yang

    diperlukan pada pemahaman literal meliputi mencari pokok pikiran bacaan,

    beberapa informasi rinci yang penting, urutan kejadian, dan menjawab

    pertanyaan bacaan. Misalnya, dari kalimat, Ani murid kelas I. Ia anak

    rajin. Setiap hari ia membantu ibu, anak harus mengerti murid kelas berapa

    Ani, apa yang dikerjakan setiap hari, dan pokok pikiran bahwa Ani anak

    yang baik.

    Komponen ketiga disebut pemahaman inferensial, menarik

    kesimpulan dari informasi yang tersurat berdasarkan intuisi dan

    pengalamannya. Istilah yang juga dikenal adalah pemahaman tersirat.

    Beberapa aktivitas membaca misalnya mencari hubungan sebab akibat,

    mengantisipasi lanjutan cerita. Dari tiga kalimat di atas, anak seharusnya

    mampu menerka kegiatan Ani setiap pagi, apa yang dilakukannya jika suatu

    hari sakit dan tidak masuk sekolah.

    Komponen keempat adalah membaca kritis atau evaluatif, yaitu

    memberikan penilaian materi wacana berdasarkan pengalaman,

    pengetahuan, dan kriterianya sendiri. Penilaian yang dimaksudkan meliputi

    kecermatan, akseptebilitas (dapat diterima), harga, dan kemungkinan

    terjadi, apakah fantasi atau kenyataan, apakah fakta atau opini, dan apakah

    kemampuan menulis pertanyaan seperti, Bagaimana pendapatmu tentang

    wacana yang kau baca? dapat diberikan kepada anak.

    Komponen terakhir adalah apresiasi, menyangkut kepekaan emosi

    dan estetik (seni) anak atas materi wacana. Untuk dapat mengapresiasi isi

    wacana, anak harus dilatih menempatkan dirinya sebagai pelaku dalam

    kejadian yang ditulis pada wacana secara verbal mengekspresikan emosi

    dan perasaannya.

    Secara lebih operasional, membaca pemahaman menuntut

    kemampuan berikut.

    a) Mengingat pokok pikiran wacana tertulis

    b) Mengingat urutan kejadian atau pendapat

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    c) Menjari jawaban atas pertanyaan rinci isi wacana tertulis

    d) Mengikuti petunjuk tertulis

    e) Mencari hubungan sebab akibat

    f) Mencari kesimpulan berdasarkan wacana tertulis

    g) Mengetahui kejanggalan isi wacana

    h) Mengenal materi faktual dan fiktif

    i) Memanfaatkan daftar isi dan indeks buku

    j) Membaca tabel, diagram, peta

    k) Memanfaatkan berbagai makna dari suatu kata.

    d. Pengertian tentang Kesulitan Belajar Membaca

    Kesulitan belajar membaca yang terjadi pada anak biasanya bersamaan

    dengan kesulitan belajar pada materi yang lain. Menurut The National Joint

    Committee For Learning Desability (NJCLD) yang dikutip Munawir Yusuf

    (1997:6):

    Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengar, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau kemampuan dalam bidang studi matematika.

    Kesulitan belajar membaca sering disebut juga diseksi (dyslexia).

    Perkataan disleksia berasal dari bahasa Yunani yang berarti kesulitan

    membaca (Mulyono Abdurrahman, 2003: 204). Menurut Mercer yang dikutip

    Mulyono Abdurrahman (2003: 204), bahwa disleksia sebagai suatu sindroma

    kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat,

    mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar

    segala sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah, dan masa.

    Ada dua tipe disleksia, ialah disleksia auditoris dan disleksia visual

    (Munawir Yusuf, 1997: 14) dengan gejala-gejala sebagai berikut:

    Gejala disleksia auditoris adalah :

    1) Kesulitan dalam diskriminasi auditoris dan presepsi sehingga mengalami

    kesulitan dalam analisis fonetik.

    2) Kesulitan analisis dan sintesis auditoris. Gangguan ini dapat menyebabkan

    kesulitan membaca dan mengeja.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    3) Kesulitan re-auditoris bunyi atau kata. Bila diberi huruf tidak dapat

    mengingat bunyi huruf atau kata tersebut, atau kalau melihat kata tidak

    dapat mengungkapkannya walaupun mengerti arti kata tersebut.

    4) Membaca dalam hati lebih baik dari membaca lisan.

    5) Kadang-kadang disertai dengan gangguan auditoris.

    6) Anak cenderung melakukan aktivitas visual.

    Gejala diseleksia visual adalah:

    1) Tendensi terbalik

    2) Kesulitan diskriminasi, mengacaukan huruf atau kata yang mirip

    3) Kesulitan mengikuti dan mengingat urutan visual. Bila diberi huruf cetak

    atau menyusun kata mengalami kesulitan. Misal kata ibu menjadi ubi atau

    iub

    4) Memori visual terganggu

    5) Kecepatan persepsi lambat

    6) Kesulitan analisis dan sintesis visual

    7) Hasil tes membaca buruk

    8) Biasanya lebih baik dalam kemampuan aktivitas auditorik.

    Menurut Mulyono Abdurrahman (2003: 206), anak-anak berkesulitan

    belajar membaca permulaan mengalami berbagai kesalahan dalam membaca

    sebagai berikut:

    1) Penghilangan kata atau huruf

    2) Penyelipan kata

    3) Penggantian kata

    4) Pengucapan kata salah dan makna berbeda

    5) Pengucapan kata salah tetapi makna sama

    6) Pengucapan makna salah dan tidak bermakna

    7) Pengucapan kata dengan bantuan guru

    8) Pengulangan

    9) Pembalikan kata

    10) Pembalikan huruf

    11) Kurang memperhatikan tanda baca

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    12) Pembetulan sendiri

    13) Ragu-ragu dan

    14) Tersendat-sendat.

    Berdasarkan pengertian kesulitan belajar dan membaca di atas maka

    dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar membaca adalah suatu keadaan

    yang menunjukkan bahwa dalam aktifitas auditif dan visual untuk memperoleh

    makna dari simbol berupa huruf dan kata atau melihat serta memahami isi dari

    apa yang tertulis (dengan melesankan atau hanya dalam hati) siswa mengalami

    kesulitan. Sebagai akibatnya adalah siswa kesulitan mencapai hasil belajar

    membaca atau tujuan pembelajaran sesuai dengan ketentuan yang telah

    ditetapkan.

    e. Faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar membaca

    Tujuan membaca, tentu saja berkaitan erat dengan motivasi dalam

    membaca dan minat terhadap materi bacaan. Jika motivasi dan minat sangat

    rendah atau bahkan sama sekali tidak ada, menetapkan tujuan yang jelas sering

    kali tidak menciptakan motivasi dan meningkatkan minat baca, walaupun

    sedikit, kehadirannya sangat berarti.

    Kemampuan membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang ada dalam diri pembaca meliputi kemampuan linguistik (kebahasaan), minat, motivasi, dan kumpulan membaca (seberapa baik pembaca dapat membaca), sedangkan faktor dari luar diri pembaca salah satunya adalah faktor kesiapan guru dalam pembelajaran (Johnson dan Pearson dalam Darmiyati Zuhdi, 2007:23-24).

    Ketepatan guru dalam mendiagnosis hal-hal yang diduga sebagai faktor

    yang mempengaruhi kemampuan siswa seperti yang penulis uraikan tersebut di

    atas dapat menjadi petunjuk bagi guru bahasa Indonesia menangani

    permasalahan dalam pengajaran membaca. Pembaca yang efektif

    menggunakan berbagai strategi membaca yang sesuai dengan teks dan konteks

    dalam rangka mengkonstruk makna ketika membaca.

    Mengenai berbagai faktor penentuan kemampuan membaca, menurut

    Yap yang dikutip Darmiyati Zuchdi (2007:25), bahwa:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    Kemampuan membaca seseorang sangat ditentukan oleh faktor kuantitas membacanya, maksudnya adalah kemampuan membaca seseorang itu sangat dipengaruhi oleh jumlah waktu yang digunakan untuk melakukan aktivitas membaca. Semakin bayak waktu membaca setiap hari, besar kemungkinan semakin tinggi tingkat komprehensinya atau semakin mudah memahami bacaan.

    Menurut Zaenal Alimin (2008: 44), kemampuan membaca dapat

    dipengaruh oleh beberapa faktor sebagai berikut:

    Membaca permulaan merupakan keterampilan memahami symbol bahasa atau tanda-tanda baca. Cepat lambatnya pemahaman terhadap symbol atau tanda-tanda baca tadi akan banyak bergantung pada metode yang digunakan. Namun demikian keterampilan itu biasanya mencakup sekurang-kurangnya pada empat aspek yaitu; a) mengenal huruf (Latter indintification), b) peleburan bunyi ( Sound blanding), c) membaca kata (Word Attack), dan d) membaca kalimat (Understanding). Membaca permulaan pada dasarnya merupakan suatu proses di dalam membunyikan simbol bahasa, apakah itu huruf, suku-kata, kata atau kalimat. Kesadaran akan lambang bahasa tadi dengan bunyi dari lambang yang dibaca memiliki kaitan yang sangat erat dalam membaca permulaan.

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa banyak faktor yang

    mempengaruhi perkembangan kemampuan membaca baik itu faktor instrinsik

    maupun faktor ekstrinsik. Bagi anak tunagrahita faktor instrinsik berupa

    kemampuan psikologis antara lain tingkat intelegensi yang rendah,

    kemampuan koordinasi motorik lambat, bicara lambat dan daya ingat yang

    rendah perlu diperhatikan dengan merangsang kemampuannya berupa

    stimulus dari luar.

    f. Asesmen kesulitan membaca

    Menurut Sunardi (1997: 11) Asesmen informal yang dapat digunakan

    mengukur kemampuan prestasi belajar membaca ada lima, yaitu: observasi

    guru, daftar kata bergradasi, inventori membaca informal, prosedur Cloze dan

    tes berdasarkan kurikulum.

    Penjelasan dari lima asesmen informal prestasi belajar membaca adalah

    sebagai berikut:

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    1) Observasi guru

    Observasi pengumpulan informasi harian secara teliti yang

    dilakukan oleh guru terhadap siswa berkesulitan belajar membaca baik

    dalam pembelajaran membaca, membaca bersuara, mengerjakan tugas di

    kelas, mengerjakan ulangan harian, dan kegiatan rekreatif.

    2) Daftar kata bergradasi

    Daftar kata bergradasi adalah susunan kata secara teratur mulai dari

    yang mudah dibaca sampai ke yang sulit dibaca.

    3) Inventori Membaca Informal

    Infentori membaca informal adalah beberapa bacaan informal yang

    masing-masing terdiri dari 50 kata sampai 200 kata yang diurutkan dari

    materi yang paling rendah (mudah) ke materi yang lebih tinggi (sulit).

    Materi tersebut belum pernah dibaca siswa.

    4) Prosedur Cloze

    Prosedur cloze adalah bacaan informal yang terdiri dari lebih kurang

    250 kata. Kalimat pertama dan terakhir dibiarkan utuh. Mulai kalimat

    kedua, ada beberapa kata yang dihilangkan. Siswa diminta untuk

    melengkapi kata yang hilang tersebut.

    5) Tes berdasarkan kurikulum

    Tes berdasarkan kurikulum adalah suatu ulangan yang bertujuan

    untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran khusus setiap pokok

    bahasan.

    B. Kerangka Berfikir

    Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan diatas maka kerangka

    berfikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Bahwa anak yang berkesulitan belajar kemampuan dalam membaca sangat

    rendah. Untuk meningkatkan kemampuan membaca anak tersebut diperlukan cara

    yang tepat dan sesuai. Media kartu huruf merupakan salah satu media untuk

    memotivasi minat belajar membaca anak berkesulitan belajar.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    Sehubungan dengan hal tersebut diduga pembelajaran dengan

    menggunakan media kartu huruf dapat meningkatkan kemampuan membaca pada

    anak berkesulitan belajar Bahasa Indonesia pada SDN 04 Bejen Karanganyar.

    Secara sederhana bagan kerangka berfikir tersebut dapat digambarkan

    dalam bentuk bagan sebagai berikut:

    uru

    Bagan 2.1. Kerangka Pemikiran

    C. Perumusan Hipotesis

    Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas maka dapat

    dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

    Melalui penggunaan media kartu huruf dapat meningkatkan kemampuan

    membaca bagi anak yang berkesulitan belajar Bahasa Indonesia pada kelas II SD

    Negeri 04 Bejen Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011.

    Kondisi awal

    Tindakan

    Kondisi akhir

    Kemampuan membaca ABK SDN 04 Bejen

    sebelum menggunakan media kartu huruf rendah

    Guru menggunakan media kartu huruf

    kemampuan membaca anak yang berkesulitan

    belajar Bahasa Indonesia meningkat

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Setting dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini memilih setting di kelas II SD Negeri 04 Bejen Kabupaten

    Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011. Pemilihan setting ini dengan

    pertimbangan sebagai berikut:

    1. SD Negeri 04 Bejen Karanganyar merupakan sekolah yang melayani

    pendidikan untuk inklusi.

    2. Sekolah ini mengharapkan adanya upaya memaksimalkan kemampuan

    kognitif peningkatan prestasi belajar ABK.

    3. Penelitian mengenai penggunaan media kartu huruf untuk meningkatkan

    kemampuan membaca belum banyak dilakukan.

    Perlakuan dilaksanakan di ruang khusus tapi masih di lingkungan sekolah

    untuk menjaga situasi pembelajaran tetap alami seperti pelajaran sehari-hari.

    Penelitian ini dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:

    Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian.

    Bulan Minggu Juni Juli Agustus September Oktober No. U r a i a n

    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pembuatan Proposal

    2 Perijinan penulisan sripsi dan penulisan Bab I-III

    3 Persetujuan Bab I-III

    4 Perijinan Penelitian

    5 Pelaksanaan Penelitian

    6 Penulisan Bab IV-V

    34

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    B. Subyek Penelitian

    Dalam penelitian tindakan kelas diperlukan subyek penelitian yang

    menjadi sumber data yang diamati oleh peneliti. Subyek penelitian menurut

    Suharsimi Arikunto (2006: 89) adalah keadaan atau orang, variabel melekat yang

    dipermasalahkan. Penentuan subyek dalam penelitian ini menggunakan teknik

    purposive yaitu, subyek dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu

    dan juga dengan tujuan tertentu. Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan

    dalam penentuan subyek adalah sebagai berikut:

    1. Subyek adalah anak berkebutuhan khusus dengan kondisi kesulitan dalam

    belajar di SD Negeri 04 Bejen Karanganyar kelas II.

    2. Subyek masih dalam tahap awal belajar.

    3. Subyek mengalami kesulitan dalam bidang membaca-menulis.

    Berdasarkan pertimbangan tersebut, diperoleh 5 orang anak sebagai

    subyek penelitian yang terdiri dari 3 anak laki-laki dan 2 anak perempuan.

    C. Data dan Sumber Data

    Dalam penelitian ini data yang berupa data kesulitan belajar membaca.

    Sumber data kesuitan belajar siswa kelas II SD Negeri 04 Bejen Kabupaten

    Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011 pada penelitian ini dari informan, arsip

    atau dokumen dan tempat dan peristiwa. Informan yang dimaksud adalah dari

    wali kelas tentang anak berkebutuhan khusus. Baik itu tentang data diri anak

    maupun tentang prestasi mereka. Arsip dan dokumen digunakan untuk

    mengetahui daftar anak dan progres atau kemajuan anak. Tempat dan peristiwa

    berupa kegiatan belajar dan bermain anak.

    D. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dan harus

    diperhatikan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian, karena hal ini

    merupakan sesuatu yang paling mendasar guna keberhasilan suatu penelitian

    dapat tercapai.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    Penelitian, di samping perlu menggunakan metode yang tepat, juga perlu

    memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan teknik dan

    alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif.

    Di bawah ini akan diuraikan teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian

    sebagai cara yang ditempuh untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara

    terencana dan sistematis untuk pemecahan masalah.

    Berorientasi pada judul penelitian maka metode yang akan penulis

    gunakan dalam penelitian tindakan kelas ini dengan metode observasi,

    dokumentasi, dan tes.

    1. Observasi

    a. Pengertian Observasi

    Observasi memiliki beberapa pengertian yang berbeda antara satu

    dengan yang lain, yang pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Dari

    beberapa literatur diperoleh penjelasan sebagai berikut:

    Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan

    pengamatan secara langsung mengenal fenomena-fenomena dan gejala psikis

    maupun psikologi dengan pencatatan. Format yang disusun berisi item-item

    tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi (Suharsimi

    Arikunto, 2006: 229). Menurut Supardi (2008: 127), observasi adalah

    kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek

    tindakan telah mencapai sasaran.

    Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa observasi

    adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) secara langsung mengenal

    fenomena-fenomena dan gejala psikis maupun psikologi dengan pencatatan

    untuk memotret seberapa jauh efek tindaka