Karsinoma laring alfi

27
KARSINOMA LARING Alfiatur Rizki 110.2008.017 Pembimbing: dr. Aswaldi Ahmad, Sp. THT 1 Kepaniteraan Telinga Hidung Tenggorok RSUD Pasar Rebo Jakarta

description

bbn

Transcript of Karsinoma laring alfi

KARSINOMA LARING

Alfiatur Rizki110.2008.017

Pembimbing: dr. Aswaldi Ahmad, Sp. THT

1

Kepaniteraan Telinga Hidung TenggorokRSUD Pasar Rebo

Jakarta

ANATOMI LARING

2

ANATOMI LARING (CONT..)

3

HISTOPATOLOGI

4

KARSINOME SEL SKUAMOSA

Karsinoma sel skuamosa meliputi 95 – 98% dari semua tumor ganas laring.

Dengan derajat difrensiasi yang berbeda-beda, yaitu berdiferensiasi baik, sedang dan berdiferensiasi buruk.

5

KARSINOMA VERUKOSA

Adalah satu tumor yang secara histologis kelihatannya jinak, akan tetapi klinis ganas.

Insidennya 1 – 2% dari seluruh tumor ganas laring, lebih banyak mengenai pria dari wanita dengan perbandingan 3 : 1.

Tumor tumbuh lambat tetapi dapat membesar Prognosanya sangat baik.

6

ADENOKARSINOMA

Angka insidennya 1% dari seluruh tumor ganas laring. Sering dari kelenjar mukus supraglotis dan subglotis dan tidak pernah dari glottis.

Sering bermetastase ke paru-paru dan hepar. two years survival rate-nya sangat rendah.

Terapi yang dianjurkan adalah reseksi radikal dengan diseksi kelenjar limfe regional dan radiasi pasca operasi.

7

KONDROSARKOMA

Adalah tumor ganas yang berasal dari tulang rawan krikoid 70%, tiroid 20% dan aritenoid 10%.

Sering pada laki-laki 40 – 60 tahun.

Terapi yang dianjurkan adalah laringektomi total.

8

EPIDEMIOLOGI

Karsinoma laring ditemukan pada pria usia lanjut (70% - 90%)

Tipe glotik merupakan 60 – 65 %, supraglotik 30 – 35 %, dan infraglotik hanya 5 %.

Merokok merupakan penyebab utama9

ETIOLOGI

10

KLASIFIKASI Klasifikasi Tumor Ganas Laring ( AJCC dan UICC 1988 ):

SupraglotisTis : karsinoma insituT1 : tumor terdapat pada satu sisi suara / pita suara palsu ( gerakan masih baik ).T2 : Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daerah supraglotis dan glotis masih bisa bergerak ( tidak terfiksir ).T3 : tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke daerah ke krikod bagian belakang, dinding medial dari sinus piriformis, dan kearah rongga preepiglotis.T4 : Tumor sudah meluas keluar laring, menginfiltrasi orofaring jaringan lunak pada leher atau sudah merusak tulang rawan tiroid. 11

GlotisTis : karsinoma insitu.T1 : Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik, atau tumor sudah terdapat pada kommisura anterior atau posterior.T2 : Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir ( impaired mobility ).T3 : Tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksir.T4 : Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari laring.

12

SubglotisTis : Karsinoma insitu.T1 : Tumor terbatas pada daerah subglotis.T2 : Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir.T3 : Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.T4 : Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring atau dua – duanya.

13

Penjalaran ke kelenjar limfe ( N )Nx : Kelenjar limfe tidak teraba.N0 : Secara klinis kelenjar tidak teraba.N1 : Secara klinis teraba satu kelenjar limfe dengan ukuran diameter 3 cm homolateral.N2 : Teraba kelenjar limfe tunggal, ipsilateral dengan ukuran diameter 3-6 cm.N2a : Satu kelenjar limfe ipsilateral, diameter lebih dari 3 cm tapi tidak lebih dari 6 cm.N2b : Multipel kelenjar limfe ipsilateral, diameter tidak lebih dari 6 cm.N2c : Metastasis bilateral atau kontralateral, diameter tidak lebih dari 6 cm.N3 : Metastasis kelenjar limfe lebih dari 6 cm.

14

Metastasis jauh ( M )

Mx : Tidak terdapat / terdeteksi.M0 : Tidak ada metastasis jauh.M1 : Terdapat metastasis jauh.

15

Staging (Stadium)

ST1 : T1 N0 M0

ST II : T2 N0 M0

ST III : T3 N0 M0 atau T1/T2/T3 N1 M0

ST IV : T4 N0/N1 M0 T1/T2/T3/T4 N2/N3 T1/T2T3/T4 N1/N2/N3 M1

16

MANIFESTASI KLINIS

1. Serak.

2. Suara Bergumam (Hot Potato Voice).

3. Dispnea dan stridor.

4. Nyeri Tenggorok.

5. Disfagia.

6. Batuk dan Hemoptisis.

7. Nyeri Tekan Laring. 17

DIAGNOSIS

Anamnesis dan Pemeriksaan Klinis Pemeriksaan Laring Untuk menilai lokasi tumor, kemudian dilakukan

biopsi untuk pemeriksaan Patologi Anatomi. Pemeriksaan Penunjang Foto Rontgen Thoraks CT Scan Diagnosa Pasti ditegakkan dengan Patologi

Anatomi dari bahan biopsi laring. Hasil terbanyak adalah Karsinoma Sel Skuamosa.

18

DIAGNOSIS BANDING

19

PEMERIKSAAN PENUNJANG

20

PENATALAKSANAAN

21

PEMBEDAHAN

22

RADIOTERAPI

Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis T1 dan T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%).

Keuntungan dengan cara ini adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan.

Dosis yang dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000 – 7000 rad.

23

KEMOTERAPI

Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun paliatif. Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80–120 mg/m2 dan 5 FU 800–1000 mg/m2.

24

REHABILITASI SUARA

agar pasien dapat memasyarakat dan mandiri kembali, maupun rehabilitasi khusus yakni rehabilitasi suara (voice rehabilitation), agar penderita dapat

berbicara (bersuara), sehingga berkomunikasi verbal.

25

PROGNOSIS Tergantung dari stadium tumor, pilihan

pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan tenaga ahli.

Secara umum dikatakan five years survival pada karsinoma laring

1. stadium I 90 – 98% 2. stadium II 75 – 85%3. stadium III 60 – 70%4. stadium IV 40 – 50%.

Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan menurunkan 5 year survival rate sebesar 50%.

26

DAFTAR PUSTAKA1. Adam, GL. Tumor-tumor Ganas Kepala dan Leher. Dalam:

Adam GL, Boies LR Jr, Higler PA editors. Boies Buku ajar penyakit THT. Edisi Bahasa Indonesia, Alih bahasa Wijaya C. Jakarta EGC.1997: 430-52.

2. http://library.usu.ac.id/download/fk/tht-siti%20hajar.pdf

3. Hermani B, Abdurrachman H. Tumor Laring. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD editors. Buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala & leher. Edisi 6. Balai Penerbit FKUI Jakarta 2008: h. 194-98.

4. Wim de Jong, Sjamsuhidayat R, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal : 461 – 463.

5. Cohen JI. Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam: Adam GL, Boies LR Jr, Higler PA editors. Boies Buku ajar penyakit THT. Edisi Bahasa Indonesia, Alih bahasa Wijaya C. Jakarta EGC.1997: 369-77.

6. http://medlinux.blogspot.com/2012/02/tumor-laring.html

27