Karsinoma Endometrium

23
REFERAT KARSINOMA ENDOMETRIUM OLEH : Berland P.E. Candra, S.ked PEMBIMBING dr. Laurens Paulus, Sp.OG DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITRAAN KLINIK SMF/BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FK UNDANA- RSUD PROF W.Z. JOHANNES KUPANG 2015

description

obstetri

Transcript of Karsinoma Endometrium

  • REFERAT

    KARSINOMA ENDOMETRIUM

    OLEH :

    Berland P.E. Candra, S.ked

    PEMBIMBING

    dr. Laurens Paulus, Sp.OG

    DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITRAAN KLINIK

    SMF/BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

    FK UNDANA- RSUD PROF W.Z. JOHANNES

    KUPANG 2015

  • 1

    Lembar Pengesahan

    REFERAT

    Karsinoma Endometrium

    Diajukan Untuk Melengkapi

    Persyaratan Pendidikan Dokter di Bagian Obstetri dan Ginekologi

    FK UNDANA

    Diperiksa dan Disetujui

    Kupang, April 2015

    Pembimbing

    dr. Laurens Paulus, Sp.OG

  • 2

    Daftar Isi

    Lembar Pengesahan ...........................................................................................1

    Daftar Isi .............................................................................................................2

    Daftar Tabel .......................................................................................................3

    Daftar Gambar ....................................................................................................4

    BAB 1 Pendahuluan ..........................................................................................5

    1.1 Latar Belakang .............................................................................................5

    BAB 2 Tinjauan Pustaka .................................................................................7

    2.1 Definisi .........................................................................................................7

    2.2 insidensi .......................................................................................................7

    2.3 Etiologi .........................................................................................................8

    2.4 Faktor Resiko ...............................................................................................8

    2.5 Gejala dan tanda ...........................................................................................9

    2.6 Diagnosis ......................................................................................................11

    2.7 Terapi ...........................................................................................................16

    2.8 Pengamatan Lanjut .......................................................................................18

    2.9 residif dan penanganannya ...........................................................................20

    BAB 3 Penutup .................................................................................................21

    3.1 Kesimpulan ..................................................................................................21

    Daftar Pustaka ....................................................................................................22

  • 3

    Daftar Tabel

    Tabel 2.1 Klasifikasi Histologik Kanker Endometrium .....................................13

    Tabel 2.2 Pembagian Stadium FIGO 2009 ........................................................14

    Tabel 2.3 Kriteria Histopatologik untuk menentukan grade FIGO ...................16

  • 4

    Daftar Gambar

    Gambar 2.1 Pembagian stadium karsinoma endometrium FIGO 2009 ............... 15

  • 5

    BAB 1

    Pendahuluan

    1. Latar belakang

    Endometrium adalah lapisan dari uterus (rahim). Endometrium ini

    berperan penting dalam berbagai perubahan klinis terutama pada masa

    subur wanita. Mayoritas keganasan yang muncul pada badan uterus adalah

    kanker endometrium, terutama adenokarsinoma yang angka kejadiannya

    70-75% dari kasus karsinoma endometrium. Karsinoma endometrium

    adalah keganasan yang berasal dari sel-sel epitel yang melapisi rongga

    rahim. (1,3)

    Saat ini karsinoma endometrium sering ditemukan pada keganasan

    ginekologi, karsinoma endometrium menduduki peringkat keenam

    penyebab kematian dari keganasan pada wanita. Di Indonesia kanker

    endometrium menduduki peringkat ketiga kanker genitalia setelah kanker

    serviks (leher rahim) dan ovarium. Secara keseluruhan kira-kira 2-3%

    wanita akan mengalami karsinoma endometrium selama hidupnya.(1)

    Karsinoma endometrium sering memberikan gejala pada stadium

    awal, sehingga seharusnya penyakit ini dapat didiagnosis lebih awal. Rata-

    rata angka rata-rata harapan hidup 5 tahunnya (membandingkan angka rata-

    rata harapan hidup pada penderita kanker dan pasien non kanker pada usia

    yang sama ) relatif tinggi di negara maju, seperti di Amerika dapat mencapai

    69%, meskipun di negara berkembang lebih rendah dibanding di negara

    maju. Angka kejadian kanker dan rata-rata harapan hidupnya saat ini didata

    pada register kanker yang sudah banyak dibentuk pada berbagai negara,

    namun belum semua kasus terdata. Sebagai contoh pada negara-negara

    berkembang, yang masih kurang kesadaran masyarakat untuk menghubungi

  • 6

    pihak medis, serta tindakan pelayanan deteksi dini kanker yang belum

    sepenuhnya berjalan pada negara berkembang.(1,3)

    Peningkatan angka kejadian karsinoma endometrium berhubungan

    dengan meningkatnya status kesehatan sehingga usia harapan hidup kaum

    wanita semakin tinggi yang mengakibatkan jumlah wanita yang berusia

    lanjut semakin banyak diiringi dengan terapi hormon pengganti untuk

    mengatasi gejala-gejala menopausenya.(1,2)

  • 7

    BAB 2

    Tinjauan Pustaka

    2.1 Definisi

    Karsinoma endometrium adalah tumor ganas yang muncul dari sel-sel epitel

    primer lapisan endometrium. Umumnya dengan differensiasi grandular dan

    berpotensi mengenai miometrium dan menyebar jauh. 75% tumor ganas

    endometrium adalah adenokarsinoma, sisanya ialah karsinoma epidermoid atau

    karsinoma tipe sel squamous (5-10%), adenoakantoma dan adenosquamous(30%),

    sarkoma uterin (1-5%).(2,9)

    Secara biologis dan histologis, karsinoma endometrium adalah jenis

    neoplasma yang memiliki dua model pathogenesis. Karsinoma endometrium tipe 1

    yang estrogen dependent dan mempunyai prognosis lebih baik, dan karsinoma

    endometrium tipe 2 non- estrogen dependent yang lebih agresif dan berprognosis

    lebih buruk.(3)

    2.2 Insidensi

    Karsinoma endometrium adalah kejadian keganasan tertinggi keenam yang

    paling sering terjadi yang terjadi pada wanita di seluruh dunia. Dari 290.000 kasus

    baru yang dilaporkan pada 2008, terhitung 5 % dari semua kasus keganasan baru

    pada wanita. Penyakit ini paling banyak terjadi di negara maju seperti Amerika,

    negara-negara di Eropa tengah dan Eropa timur dan insiden lebih rendah di Afrika

    timur. Tingkat kejadian karsinoma endometrium seiring pertambahan usia juga

    meningkat di negara-negara berkembang.(3)

    Di seluruh dunia, angka kejadian karsinoma endometrium seiring

    pertambahan usia berkisar antara 15 per 100.000 wanita (di daerah Amerika dan

    sebagian Eropa) sampai kurang dari 5 per 100.000 wanita (di daerah Afrika dan

  • 8

    Asia). Resiko karsinoma endometrium meningkat seiring usia, dimana kebanyakan

    kasus terdiagnosa setelah menopause. (1,3)

    Di Indonesia, sebuah penelitian tahun 2005 mendapatkan prevalensi kanker

    endometrium di Jakarta mencapai 7,2 kasus per tahun. Usia penderita yang

    cenderung lebih muda pada penelitian tersebut jika dibandingkan dengan penderita

    di negara-negara barat dan eropa (berusia>50 tahun terbanyak), kemungkinan

    disebabkan di indonesia pengguanaan TSH masih sangat jarang. Pemakaian TSH

    menyebabkan tingginya jumlah penderita kanker ini di negara Barat dan Eropa di

    era tahun 70-an.(2)

    2.3 Etiologi

    Kebanyakan kasus karsinoma endometrium (80%) dihubungkan dengan

    endometrium terpapar stimulasi estrogen secara kronis (hormonal) dari sumber

    endogen dan eksogen lain. Kanker yang dihubungkan dengan estrogen (estrogen

    dependent ) ini cenderung untuk mengalami hiperplasia dan berdiferensiasi lebih

    baik, dan secara umum punya prognosis baik. Sementara itu, tipe kanker

    endometrium yang tidak bergantung pada estrogen (non estrogen dependent)

    berkembang dengan non hiperplasia dan berdiferensiasi jelek dan lebih agresif.

    Banyak kasus karsinoma endometrium yang dilaporkan pada wanita tanpa faktor

    resiko yang sudah diketahui seperti mereka dengan gangguan hormonal. Beberapa

    studi menunjukan bahwa sindroma ovarium polikistik dan resistensi insulin yang

    merupakan komponen dari sindrom metabolik, dapat berperan dalam pathogenesis

    karsinoma endometrium. (1,2,3)

    2.4 Faktor resiko

    Kebanyakan penelitian menyimpulkan bahwa nulipara mempunyai resiko

    tiga kali lebih besar menderita kanker endometrium dibanding multipara. Berbeda

    dengan kanker payudara, usia pertama melahirkan tidak memperlihatkan adanya

  • 9

    hubungan terhadap terjadinya kanker ini walaupun masa laktasi yang panjang dapat

    berperan sebagai proteksi.(2)

    Hipotesis bahwa infertilitas menjadi faktor resiko untuk kanker

    endometrium didukung oleh penelitian- penelitian yang menunjukkan resiko yang

    lebih tinggi untuk nulipara dibanding wanita yang tidak pernah

    menikah.Perubahan-perubahan biologis yang berhubungan dengan infertilitas

    dihubungkan dengan resiko kanker endometrium adalah siklus anovulasi (terekspos

    estrogen yang lama tanpa progesteron yang cukup), kadar androstenodion serum

    yang tinggi (kelebihan androstenodion dikonversi menjadi estrone), tidak

    mengelupasnya lapisan endometrium setiap bulan dan efek dari kadar estrogen

    bebas dalam serum rendah pada nulipara. (2,3)

    Usia menarche dini (

  • 10

    hormon, peningkatan produksi estrogen yang akhirnya mengarah pada karsinoma

    endometrium. Selain penyakit, penggunaan obat tamoxifen untuk penatalaksanaan

    kanker payudara memiliki pengaruh lain pada jaringan uterus. Pada jaringan uterus,

    obat ini bertindak seperti estrogen, sehingga bagi wanita yang telah menopause,

    pengaruhnya dapat membuat pertumbuhan lapisan endometrium secara berlebihan,

    namun resikonya masih rendah (kurang dari 1% kasus). (5)

    2.5 Gejala dan tanda

    Diagnosis dini dari karsinoma endometrium hampir sepenuhnya bergantung

    pada pengetahuan dan kesadaran pasien akan adanya perdarahan pervaginam yang

    tidak teratur. Sebagian besar keluhan utama yang diderita pasien kanker

    endometrium adalah perdarahan abnormal pascamenopause bagi pasien yang telah

    menopause dan perdarahan intermenstruasi bagi pasien yang belum menopause.

    Seorang klinisi harus mengevaluasi dengan teliti adanya perdarahan saat menstruasi

    yang berlebihan atau bercak darah. Karena beberapa kelainan atau tumor jinak juga

    memberikan gejala serupa. Selain itu keluahan yang dapat menyertai adalah :

    - Keluhan keluar sekret putih atau merah muda dari vagina

    - Keluhan nyeri perut bawah atau panggul yang menetap 2 minggu atau lebih

    - Nyeri saat berhubungan sex

    Sayangnya, kebanyakan pasien tidak langsung mendatangi tenaga medis saat

    sampai terjadi perdarahan berbulan-bulan, tahun, atau perdarahan yang berlebihan

    dan irregular. Pasien dengan tipe Papillary serous tumour atau clear cell tumour

    sering datang dengan gejala dan tanda yang mengindikasikan karsinoma epitel

    ovarium yang sudah memberat. Tipe papillary serous tumour dan clear cell tumour

    adalah termasuk karsinoma endometrium tipe 2 yang berkembang agresif dan

    memiliki prognostik cenderung lebih buruk. Tipe papillary serous tumour

    (insidensinya 5-10% dari seluruh kasus) adalah jenis yang tumbuh dari sel

    endometrium yang atrhropi ( biasanya dari wanita lansia) yang memiliki tipikal

    histologik pertumbuhan selnya lebih tidak beraturan, adanya keratinisasi dengan

  • 11

    inti yang atipik. Karsinoma endometrium tipe 2 yang mayor lainnya adalah clear

    cell tumour dengan insiden lebih rendah (

  • 12

    96,5% dan spesifitas 93,6% bagi histeroskopi dalam mengenali lesi intra uterin pada

    pasien menopause dengan perdarahan pervaginam, termasuk lesi awal karsinoma

    endometrium.(7)

    Satu-satunya tumor marker klinis yang berguna dalam penatalaksanaan

    kanker endometrium adalah jumlah serum CA-125. Secara langsung, peningkatan

    jumlah serum ini menunjukan progresivitas penyakitnya (sensitivitas 63% dan

    spesifitas 88% pada level cuttoff 35 U/mL). Dalam aplikasinya, pada pasien tingkat

    lanjut, serum ini dapat membantu mengevaluasi respon terhadap terapi selama

    dalam penanganan. Namun, meskipun evaluasi serum ini cukup bermakna,

    biasanya penemuan klinis lain masih terbatas.(3,10)

    Penggunaan radiologi pada karsinoma endometrium juga masih terbatas.

    Secara umum, pada wanita dengan karsinoma endometrium tipe 1 yang

    progresifitasnya lebih baik, foto thoraks adalah satu-satunya evaluasi radiologis

    yang dibutuhkan dalam diagnosa preoperativ. Visualisasi menggunakan Computed

    tomography (CT) atau Magnetic Resonance (MR) biasanya tidak banyak

    dibutuhkan. Namun dalam beberapa kasus, MRI dapat membantu membedakan

    karsinoma endometrium dan perluasan dari karsinoma serviks primer. Penelitian

    Yela (2009) menunjukan penggunaan USG transvaginal juga memiliki hasil yang

    memuaskan dalam diagnostik kelainan uterus. USG transvaginal dapat mendeteksi

    lesi pada endometrium dengan ketebalan lebih dari 4-5cm sehingga sangat akurat

    dalam mendeteksi polip, mioma, hiperplasia ataupun karsinoma endometrium. (2,7)

    Histologi

    Umumnya (70-75% kasus) tipe histologik kanker endometrium adalah

    endometrial/endometrioid adenokarsinoma, yaitu karsinoma yang berasal dari

    jaringan kelenjar atau karsinoma yang memiliki karakteristik sel-sel tumornya

    membentuk struktur seperti kelenjar sehingga membedakan dengan jaringan

    endometrium normal. Adanya karsinoma tipe endometrium tipe ini biasanya

    dihubungkan dengan tumor grade rendah dan invasi ke miometrium yang kurang

    masiv. Namun, ketika komponen kelenjar berkurang dan diganti dengan jaringan

  • 13

    solid dan sel berlapis, tumor ini akan diklasifikasi sebagai grade yang tinggi,

    sebagai tambahan, endometrium yang atropi biasanya lebih dihubungkan dengan

    lesi pre-kanker grade tinggi yang umumnya bermetastase.(3) Empat varian dari tipe

    endometrioid dan tipe histologis lainnya dapat dilihat dalam tabel 2.1.

    Tabel 2.1

    Klasifikasi histologik kanker endometrium oleh The International Society of

    Gynecologic Pathologist (3,4)

    1 Endometrioid (75%) (secretory, ciliated, papillary or villoglandular)

    2 Adenocarcinoma with squamous differentiation. 3 Adenoacanthoma (benign squamous component) 4 Adenosquamous (malignant squamous component) 5 Uterine papillary serous (5%10%) 6 Clear cell (1%5%) 7 Malignant mixed Mullerian tumours or carcinosarcomas (12%) 8 Uterine sarcomas (leiomyosarcoma, endometrial stromal sarcoma, undifferentiated) (3%)

    9 Mucinous (1%) 10 Undifferentiated.

    Sumber : Endometrial Cancer. :ESMO Clinical Practice Guidelines for diagnosis, treatment and

    follow up. http://annonc.oxfordjournals.org/.

    Berdasarkan histopathologinya, terdapat 2 jenis kanker endometrium, yaitu

    adenokarsinoma endometrium tipe 1 dengan karakteristik berdiferensiasi baik dan

    invasi secara superfisial. Tipe ini sensitif terhadap progesteron dan penderita

    cenderung memiliki prognosis yang baik. Adenokarsinoma endometrium tipe 2

    berdiferensiasi dengan buruk atau bertipe histologik yang agresif (clear cell,

    papillary serous) dan berinvasi ke miometrium. Prognosis penderita tipe ini kurang

    baik dan memiliki survival rate yang lebih rendah dibanding penderita tipe 1. Selain

    itu pada beberapa jenis adenokarsinoma endometrium tipe 2 ditemukan

    peningkatan molekul-molekul yang umumnya ditemukan pada tipe 1, ini

    mengindikasikan bahwa adenokarsinoma endometrium tipe 2 dapat terjadi sebagai

    perburukan dari tipe 1 yang telah ada sebelumnya. (4)

  • 14

    Stadium

    Pada literatur lama, terdapat 2 jenis stadium pada kanker endometrium,

    yaitu stadium klinis dan stadium surgikal. Stadium klinik bertujuan untuk

    menentukan jenis terapi yang akan diberikan, sedangkan stadium surgikal bertujuan

    untuk menentukan terapi adjuvannya.(2,4)

    Kini penentuan stadium telah bergeser dari stadium klinik ke stadium

    surgikal/operasi. Akan tetapi stadium klinik masih dipergunakan bila penderita

    dipertimbangkan tidak dapat menjalani proses pembedahan. Pembagian stadium

    menurut FIGO (the International Federation of Gynecology and Obstetric) 2009

    terlampir dalam tabel 2.2.

    Tabel 2.2 Pembagian Stadium FIGO 2009 (4)

    Sumber : Endometrial Cancer. :ESMO Clinical Practice Guidelines for diagnosis, treatment and

    follow up. http://annonc.oxfordjournals.org/

  • 15

    Penilaian FIGO secara pathologis meliputi(3) :

    - Kedalaman invasi ke miometrium (ratio invasi dan total ketebalan

    miometrium.

    - Keterlibatan serviks (invasi stroma/glandular)

    - Ukuran tumor dan lokasi ( fundus, segmen bawah rahim, atau serviks)

    - Meluasnya tumor ke tuba fallopi dan ovarium.

    - Grade tumor dan tipe histologis sel

    - Invasi ke kelenjar lmfe dan pembuluh darah /Lymphovascular space

    invasion (LVSI)

    - Status kelenjar limfe. Tingkat insidensi keterlibatan kelenjar limfe dalam

    klasifikasi FIGO ; stage IA :5%, IB :10%, IC; 15%, II: 20%, III : 55%.

    Gambar 2.1 Gambaran Pembagian stadium karsinoma endometrium FIGO 2009(3)

    Sumber : Williams Gynecology. Second Edition. McGraw-Hill Companies.Inc. United States. 2008

  • 16

    Grade

    Pada grade 1 lesi minimal dengan kecenderungan belum menyebar keluar

    uterus, tumor grade 2 memiliki prognosis sedang / intermediet, dan grade 3 identik

    dengan meningkatnya potensi invasi dalam miometrium serta metastase nodular ke

    jaringan luar. Metastase kgb pelvis dan para aorta meningkat dengan meningkatnya

    grade. Pembagian karsinoma endometrium dalam grade yang paling umum

    digunakan di seluruh dunia adalah berdasarkan FIGO.(4)

    Tabel 2.3 Kriteria Histopatologik untuk menentukan grade FIGO(3)

    Grade Defenition

    1

    2

    3

    5 % of a non squamous or nonmorular solid growth

    pattern

    6-50 % of a non squamous or nonmorular solid growth

    pattern

    >50% of a non squamous or nonmorular solid growth

    pattern

    Sumber : Williams Gynecology. Second Edition. McGraw-Hill Companies.Inc. United States. 2008

    Untuk menentukan stadium surgikal kanker uterus, dua faktor prognosis-

    grade dan kedalaman invasi miometrium harus dicantumkan dalam penulisannya.

    2.7 Terapi

    Radiasi atau histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis merupakan

    pilihan terapi untuk adenokarsinoma endoserviks yang masih terlokalisasi,

    sedangkan staging surgikal (surgical staging) yang meliputi histerktomi simpel dan

    pengambilan contoh kelenjar getah bening para aorta adalah penatalaksanaan

  • 17

    umum adenokarsinoma endometrium. Staging surgikal dengan bantuan laparoskopi

    untuk kanker endometrium stadium 1 telah banyak dilaporkan, yaitu meliputi

    histerektomi vaginal dengan bantuan laparoskopi disertai limpadenektomi kgb

    pelvis dan para-aorta.(2,3)

    Pembedahan

    Pasien dengan karsinoma endometrium sebagian besar harus menjalani

    histerektomi. Penentuan stadium surgikal meliputi insisi mediana, bilasan

    peritoneum, eksplorasi metastasis, histerektomi total, salpingo ooforektomi

    bilateral, limfadenektomi kelenjar getah bening pelvis dan para-aorta. Beberapa ahli

    hnya melakukan sampel biopsi pada kelenjar getah bening, terutama pada yang

    mengalami pembesaran.(2,6)

    Pada stadium II dimana terbukti ada keterlibatan endoserviks, prosedur

    pengangkatan uterus dilakukan secara radikal (histerektomi radikal). Akan tetapi,

    beberapa ahli tetap melakukan histerktomi total apabila diyakini bahwa keganasan

    memang berasal dari endometrium, dengan alasan lokasi kekambuhan terbanyak

    pada vagina dan angka kekambuhan yang kurang dari 10%.(2,6)

    Pada stadium III dan IV dapat dilakukan radiasi, dan/ atau kemoterapi.

    Penanganan pasien stage III dan IV sangat bersifat individual dengan radiasi dan

    kemoterapi. Pada beberapa literatur untuk stage III dan IV dengan metastase masih

    menganjurkan dilakukan histerektomi paliativ dengan pengangakatan kedua tuba

    dan ovarium serta eksisi metastase bila mungkin, tergantung kondisi pasien,

    manfaat yang diharapkan dan keputusan tim ahli. Pembedahan dapat diikuti dengan

    terapi radiasi dan kemoterapi.(2,4)

    Radioterapi

    Stadium I dan II yang inoperabel secara medis hanya diberi terapi radiasi,

    angka ketahanan hidup 5 tahunnya menurun 20-30 % dibanding pasien dengan

  • 18

    terapi operatif dan radiasi. Pada pasien dengan resiko rendah (stadium IA grade

    1atau 2) tidak memerlukan radiasi ajuvan pascaoperasi.

    Radiasi ajuvan diberikan pada

    - Penderita stadium 1, apabila berusia diatas 60 tahun, grade III dan atau

    invasi melebihi setengah miometrium.

    - Penderita stadium II A/II B, grade I,II,III

    Penderita dengan stadium IIIA atau lebih diberikan terapi secara tersendiri.(2,3)

    Terapi medikamentosa

    Kemoterapi

    a. Cisplatin dan doxorubicin adalah agen yang paling sensitif

    b. Agen kemoterapi lain adalah paclitaxel, doxorubicin, dan ifosfamide.

    Hormon

    Tumor yang mempunyai reseptor estrogen dan progesteron akan memberikan

    respon yang lebih baik terhadap terapi hormon. Pemberian progestin oral sama

    efektifnya dengan pemberian intramuskular. Sepertiga pasien yang mengalami

    kekambuhan memberikan respon terhadap progestin (2,3)

    Dosis yang dianjurkan :

    - Depo-Provera, 400mg IM per minggu

    - Provera, 200 mg per oral 4 x sehari

    - Megastrol acetate (Megace), 800 mg per oral 4 x sehari.

    2.8 Pengamatan lanjut

    Untuk pasien dengan stadium I dan II, evaluasi dilakukan setiap 6 bulan

    selama 3 tahun pertama dan setelah itu cukup setahun sekali. Pap smear dilakukan

    setiap tahun. Tidak dibutuhkan rontgen thoraks secara rutin. Level CA-125 harus

    dipantau jika saat diagnosis terdapat peningkatan.(2)

  • 19

    Untuk pasien dengan stadium III dan IV, evaluasi dilakukan lebih sering,

    dengan interval 3 bulan di 2 tahun pertama, interval 6 bulan untuk 3-5 tahun

    berikutnya dan selanjutnya setahun sekali. Pap smear dilakukan setiap 6 bulan. Foto

    thoraks dibutuhkan setiap tahun. Level CA-125 harus dipantau jika saat diagnosis

    terdapat peningkatan. (2)

    Pasien karsinoma endometrium dapat dibagi kedalam kelompok

    pengobatan berdasarkan resiko kekambuhan dan prognostik penyakitnya(8).

    - Resiko rendah : karsinoma endometrium terbatas pada endometrium (stage

    IA : tidak ada atau invasi 50%, termasuk pasien dengan

    stage IA, IB dan sebagian pasien dengan stage II yang belum menginvasi ke

    serviks.

    - Resiko tinggi : termasuk didalamnya pasien dengan karsinoma

    endometrium yang melibatkan serviks, stage II, III, IV, dan pasien dengan

    karsinoma endometrium tipe 2 yang agresiv seperti papillary serous tumour

    dan clear cell tumour.

    Tabel 2.4

    Pembagian kelompok pengobatan berdasarkan resiko rekurensi dan prognosis

  • 20

    2.9 Residif dan penanganannya

    Pada penelitian Sofian A (2005), angka bebas dari kekambuhan penderita

    kanker endometrium pada tahun pertama adalah 97,8 %dan angka bebas dari

    kekambuhan pada tahun kelima adalah 71,9%. Angka ini sedikit rendah

    dibandingkan jika semua penderita tidak mempunyai faktor resiko derajat

    diferensiasi dan invasi miometrium, dimana rata-rata bebas kekambuhan dalam 3

    tahun dapat mencapai 92,7%. Kenyataan ini menunjukkan bahwa ketahanan hidup

    penderita cukup baik.(2)

    Pilihan terapi untuk pasien residif meliputi terapi hormonal dan kemoterapi.

    Terapi hormonal merupakan pilihan utama bagi pasien dengan diferensiasi baik dan

    sedang.respon terapi endokrin akan maksimal pada kasus kanker endometrium

    berdsiferensiasi baik, disease free interval setelah terapi utama yang panjang dan

    meningkatnya konsentrasi reseptor progesteron.(4)

    Kemoterapi untuk pasien kanker endometrium stadium lanjut yang residif

    bersifat paliatif. Sebagian kecil penderita yang mengalami remisi komplit, responya

    akan bertahan sampai beberpa tahun. Tidak ada keuntungan mengombinasikan

    kemoterapi dengan terapi hormonal.(2,6)

  • 21

    BAB 3

    Penutup

    3.1 Kesimpulan

    Karsinoma endometrium adalah salah satu jenis keganasan yang tinggi

    kejadiannya, sekaligus menyumbang angka kematian besar pada peringkat

    keganasan yang terjadi khususnya pada wanita. Pengenalan dan deteksi dini akan

    jenis keganasan ini sangat penting untuk penentuan status keparahan dan

    prognosisnya serta penentuan tatalaksana yang tepat. Survival rate penyakit ini

    bergantung pada stadium dan gradenya sehingga diperlukan pemantauan lanjut oleh

    tenaga medis untuk terapi lanjutan dan terapi saat terjadinya relaps atau residif.

  • 22

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Endometrial Cancer 2013 Report. American Institute for Cancer

    Research. http://www.dietandcancerreport.org. Diakses pada 28-02-

    2015

    2. Farid M. Abdul S. Onkologi ginekologi. Edisi 1. Yayasan Bina Pustaka

    Sarwono Prawihardjo. Jakarta 2006

    3. Barbara L, Hoffman w. Et al. Williams Gynecology. Second Edition.

    McGraw-Hill Companies.Inc. United States. 2008

    4. Platnois G, Castiglione M. Endometrial Cancer. :ESMO Clinical

    Practice Guidelines for diagnosis, treatment and follow up. Annals of

    Oncology 21 : V41-V45. 2010.

    http://annonc.oxfordjournals.org/. Diakses tanggal 28-02-2015.

    5. William B, Orr. J, Leitao M, Et al. Endometrial cancer: A review and

    current management strategies: Part I. Gynecologic Oncologic 134

    :382-385.2014. http://www.elsevier.com/locate/ygyno. Diakses tanggal

    3-03-2015

    6. Endometrial Cancer. CLINICAL PRACTICE GUIDELINE GYNE-

    002. Alberta healt Service 2014. http://Albertahealthservices.ca/ diakses

    tanggal 3-03-2015

    7. Yela D.A, Et al. Comparative Study of Trasvaginal Ultrasound and Outpatient Hysterecopy for Diagnosing Pathologic endometrial Lession

    in Postmenopausal Women. Revised Association Medical Brass 2009 ;

    55 (5). 8. William T, Marion J. Endometrial Cancer treatment protocol.

    Distinguished University Professor, Department of Obstetrics and

    Gynecology, Medical University of South Carolina College of

    Medicine. Dalam http://emedicine.medscape.com diakses tanggal 19-

    03-2015.

    9. Stern J. Uterus : Endometrial Carcinoma. Womens Cancer Information

    Center. http://www.womenscancercenter.com/info/types/uterus.html .

    Diakses tanggal 19-03-2015

    10. Sebastianelli A. Preoperative CA-125 Tumour marker in Endometrial

    Cancer : Correlation with Advanced Stage Disease. Gynaecology.

    JOGC. September 2010 : 856-860.

    11. Muggia,F. Oliva E. Uterine Cancer-Screening,Diagnostik and

    treatment. 2009. http://www.springer.com/978-1-58829-736-5. Diakses

    tanggal 3-03-2015