Karmil Dodiet Lumwartono Tentang Wasrik

61
TERBATAS OPTIMALISASI KEMAMPUAN PERWIRA PEMERIKSA BIDANG PROGRAM DAN ANGGARAN DALAM RANGKA MENDUKUNG PELAKSANAAN TUGAS PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN BAB I PENDAHULUAN 1. Umum. a. Pengawasan dan pemeriksaan (wasrik) merupakan salah satu fungsi manajemen yang tidak dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya dan dilaksanakan setiap unit organisasi untuk mencegah terjadinya kesalahan maupun penyimpangan dalam setiap proses pelaksanaan kegiatan sebagaimana tertuang pada program kerja dan anggaran, sehingga diharapkan dapat mencapai hasil dan tujuan organisasi secara optimal. Dengan demikian pelaksanaan wasrik turut berperan dan menentukan keberhasilan setiap organisasi ditengah tuntutan di era globalisasi yaitu penyelenggaraan manajemen yang transparan, akuntabel dan efisien guna mencegah terjadinya penyimpangan dan kebocoran terhadap pelaksanaan program kerja dan anggaran sesuai kebijakan sasaran wasrik, meliputi meningkatkan peran dan fungsi wasrik sesuai siklus manajemen pada organisasi di satuan jajaran Kodam untuk menjamin optimalisasi pencapaian tujuan dan sasaran pembinaan secara efektif dan efisien, meningkatkan wasrik terhadap administrasi laporan pertanggungjawaban keuangan atau materiil dan kinerja satuan jajaran Kodam mulai tahap perencanaan sampai dengan TERBATAS

Transcript of Karmil Dodiet Lumwartono Tentang Wasrik

TERBATAS

OPTIMALISASI KEMAMPUAN PERWIRA PEMERIKSA BIDANG PROGRAM DAN ANGGARAN DALAM RANGKA

MENDUKUNG PELAKSANAAN TUGASPENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN

BAB I

PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Pengawasan dan pemeriksaan (wasrik) merupakan salah satu fungsi

manajemen yang tidak dapat dipisahkan dengan fungsi-fungsi manajemen

lainnya dan dilaksanakan setiap unit organisasi untuk mencegah terjadinya

kesalahan maupun penyimpangan dalam setiap proses pelaksanaan kegiatan

sebagaimana tertuang pada program kerja dan anggaran, sehingga diharapkan

dapat mencapai hasil dan tujuan organisasi secara optimal. Dengan demikian

pelaksanaan wasrik turut berperan dan menentukan keberhasilan setiap

organisasi ditengah tuntutan di era globalisasi yaitu penyelenggaraan

manajemen yang transparan, akuntabel dan efisien guna mencegah terjadinya

penyimpangan dan kebocoran terhadap pelaksanaan program kerja dan

anggaran sesuai kebijakan sasaran wasrik, meliputi meningkatkan peran dan

fungsi wasrik sesuai siklus manajemen pada organisasi di satuan jajaran Kodam

untuk menjamin optimalisasi pencapaian tujuan dan sasaran pembinaan secara

efektif dan efisien, meningkatkan wasrik terhadap administrasi laporan

pertanggungjawaban keuangan atau materiil dan kinerja satuan jajaran Kodam

mulai tahap perencanaan sampai dengan laporan pelaksanaan, terwujudnya tata

kelola laporan administrasi dan pertanggungjawaban keuangan mempedomani

prinsip 2K3E yaitu ketaatan, kepatuhan terhadap aturan dan ekonomis, efektif

serta efisien terhadap penggunaan anggaran, meningkatkan pelaksanaan wasrik

untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan kebocoran sumber daya

terhadap pelaksanaan program kerja dan anggaran di satuan jajaran Kodam

menuju penilaian wajar tanpa pengecualian (WTP) atas opini pemeriksaan

eksternal Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI).

TERBATAS

2

b. Salah satu komponen fungsi wasrik di lingkungan Kodam adalah perwira

pemeriksa (Parik) di satuan Itdam. Parik selalu dituntut kualitas hasil wasrik,

sehingga dapat dijadikan acuan dalam proses perbaikan dan tindak lanjut

terhadap penyimpangan yang terjadi dalam organisasi atau satuan kerja. Seiring

hal tersebut, perlu adanya personel Parik Itdam yang memiliki integritas, obyektif

dan kompeten sesuai dengan bidang tugas masing-masing. Tingkat kemampuan

Parik bidang proggar sebagai salah satu personel Parik di staf Itdam sangat

menentukan keberhasilan pelaksanaan fungsi ini, namun pada kenyataannya

bahwa kondisi nyata dilapangan masih terdapat persoalan-persoalan yang belum

disiapkan secara maksimal, meliputi Pertama : Masih terdapat Parik bidang

proggar yang belum memiliki sertifikasi auditor ahli; Kedua : Kurang mengikuti

sosialisasi aturan yang terbaru tentang pelaksanaan proggar; Ketiga : Mentalitas

pejabat Parik bidang proggar yang rendah; Keempat : Keterbatasan dukungan

pagu anggaran khususnya perjalanan dinas (jaldis) pada kegiatan wasrik untuk

menjangkau satuan-satuan obyek pemeriksaan (obrik); Kelima : Belum

terdukungnya pagu anggaran untuk kegiatan pendampingan tim wasrik

eksternal, terdiri dari BPK RI, Inspektorat Jenderal (Itjen) Kemenhan, Itjen TNI

dan Itjenad; Keenam : Keterbatasan sarana maupun prasarana untuk

mendukung pelaksanaan wasrik; Ketujuh : Keterbatasan jumlah personel Parik

yang menduduki jabatan definitif sebagai Pabanda Proggar Itdam. Berdasarkan

kondisi riil di lapangan masih terdapat persoalan-persoalan tersebut diatas masih

belum ditangani secara komprehensif sebagaimana yang diharapkan.

c. Agar fungsi wasrik dapat dilaksanakan secara berhasil guna dan berdaya

guna, maka perlunya optimalisasi kemampuan Parik bidang proggar dalam

rangka mendukung pelaksanaan tugas wasrik.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Memberikan gambaran tentang optimalisasi kemampuan Parik

bidang proggar dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas wasrik.

b. Tujuan. Sebagai bahan masukan bagi pimpinan dalam mengambil

keputusan dan kebijakan guna optimalisasi kemampuan Parik di Kotama

khususnya bagi pejabat Parik yang membidangi proggar di masa yang akan

datang.

3

3. Ruang Lingkup dan Tata Urut. Tulisan ini membahas tentang kemampuan

Parik bidang proggar dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas wasrik yang

dibatasi pada Parik bidang proggar di satuan Itdam, disusun dengan tata urut sebagai

berikut:

a. Pendahuluan.

b. Latar Belakang Pemikiran.

c. Kondisi Kemampuan Parik Bidang Proggar saat ini.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi.

e. Kondisi Kemampuan Parik Bidang Proggar yang Diharapkan.

f. Optimalisasi Kemampuan Parik Bidang Proggar.

g. Penutup.

4. Metode dan Pendekatan.

a. Metode. Pembahasan tulisan ini menggunakan metode deskriptif analisis.

b. Pendekatan. Pendekatan pengalaman penulis selama melaksanakan

tugas sebagai Parik bidang proggar di Itdam XVI/Pattimura dan studi

kepustakaan.

5. Pengertian-pengertian.

a. Pengawasan. Pengawasan adalah segala usaha dan kegiatan untuk

meyakinkan apakah hasil-hasil pelaksanaan atau kelancaran penyelenggaraan

dan pelaksanaan suatu pekerjaan sudah sesuai dengan maksud dan tujuan

suatu rencana, program yang sudah ditetapkan.1

b. Pemeriksaan. Pemeriksaan adalah tindakan yang dilakukan dengan cara

pengamatan, pencocokan, penelitian ditempat suatu penyelenggaraan kegiatan

untuk membandingkan antara keadaan sebenarnya (kondisi) dengan keadaan

yang seharusnya (kriteria).2

c. Desk Audit. Desk Audit adalah kegiatan wasrik pasif/tidak mengunjungi

obyek wasrik, dilakukan dengan cara memeriksa data-data tentang laporan

program kerja dan pelaksanaan kegiatan obyek wasrik.3

1 Perkasad/70/X/2009, Bujuknik, Verifikasi sertijab, hal 52.2 Perkasad/70/X/2009, Bujuknik, Verifikasi sertijab, hal 52.3 Skep Irjenad/6/II/2005, Bujukmin, Wasrik, hal 29.

4

BAB II

LATAR BELAKANG PEMIKIRAN

6. Umum. Keberhasilan pelaksanaan tugas, berjalannya fungsi dan

penyelenggaraan manajemen secara keseluruhan pada suatu organisasi sangat

dipengaruhi oleh efektifitas dan efisiensi fungsi wasrik dengan didukung oleh

kemampuan Parik khususnya bidang proggar di satuan Itdam.

7. Landasan Pemikiran.

a. Landasan Idiil. Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara yang

mutlak, mempunyai pengertian secara abstrak ataupun universal. Sila kelima

secara universal yang berbunyi ”Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”,

hal ini mengamanatkan tentang pemberantasan korupsi sebagai salah satu

prioritas yang harus segera diwujudkan tanpa pandang bulu atau tebang pilih,

sehingga dengan terwujudnya Negara yang bebas dari korupsi akan dapat

meningkatkan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Hal ini dapat

terwujud dengan mengoptimalkan pelaksanaan fungsi wasrik termasuk

didalamnya tentang kemampuan Parik bidang proggar di satuan Itdam.

b. Landasan Konstitusional.

1) Pada pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea keempat

mengamanatkan tujuan negara, diantaranya adalah mencerdaskan

kehidupan bangsa. Demikian juga dalam batang tubuh yaitu pasal 31 ayat

1 UUD 1945 menyatakan bahwa tiap warga negara berhak mendapatkan

pengajaran. Hal ini menunjukkan bahwa semangat untuk mewujudkan

sumber daya manusia melalui pendidikan terkandung dalam UUD 1945

termasuk didalamnya untuk meningkatkan kemampuan Parik bidang

proggar di satuan Itdam.

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2002 tentang

pertahanan negara pada Bab I pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa

pengelolaan pertahanan negara adalah segala kegiatan pada tingkat

strategis dan kebijakan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan, dan pengendalian pertahanan negara. Hal ini mengandung

5

maksud bahwa pengelolaan pertahanan Negara yang bersumber dari

APBN harus dilaksanakan wasrik untuk menjamin transparansi

pengelolaan Negara yang akuntabel sebagai bagian dari bentuk

pertanggungjawaban terhadap keuangan Negara, sehingga diperlukan

Parik bidang proggar yang memiliki kemampuan dalam rangka

mendukung pelaksanaan tugas wasrik di satuan Itdam secara optimal.

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2004 tentang

Tentara Nasional Indonesia disebutkan bahwa Tentara Nasional

Indonesia dibangun dan dikembangkan secara profesional sesuai

kepentingan politik negara, mengacu pada nilai dan prinsip demokrasi,

supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan

ketentuan hukum internasional yang sudah diratifikasi, dengan dukungan

anggaran belanja negara yang dikelola secara transparan dan akuntabel.

Hal ini mengandung maksud bahwa dukungan anggaran belanja Negara

yang bersumber dari anggaran pendapatan belanja Negara (APBN) harus

dilaksanakan wasrik secara komprehensif dan terpadu melibatkan

segenap institusi TNI secara berjenjang dan berlanjut untuk menjamin

transparansi dan akuntabel terhadap pertanggungjawaban penggunaan

keuangan Negara, sehingga diperlukan personel Parik bidang proggar

yang memiliki kemampuan dalam rangka mendukung keberhasilan

pelaksanaan tugas wasrik di satuan Itdam untuk mewujudkan pencapaian

sasaran atau tujuan yang diharapkan.

4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2001 tentang

pemberantasan tindak pidana korupsi disebutkan bahwa tindak pidana

korupsi yang selama ini terjadi secara meluas, tidak hanya merugikan

keuangan negara, tetapi juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-

hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana

korupsi perlu digolongkan sebagai kejahatan yang pemberantasannya

harus dilakukan secara luar biasa. Hal ini mengandung maksud bahwa

dalam pelaksanaan wasrik yang dilaksanakan oleh Parik bidang proggar

akan dapat mencegah dan mengeliminir terjadinya penyalahgunaan

keuangan Negara sebagai bentuk transparansi dan akuntabel terhadap

pertanggungjawaban penggunaan keuangan Negara.

6

c. Landasan Operasional.

1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2008

tentang sistem pengendalian intern pemerintah pada Bab I Pasal 1 ayat 3

disebutkan bahwa pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan

audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lain

terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka

memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah ditetapkan

secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan

tata kepemerintahan yang baik. Hal ini mengandung maksud bahwa

dalam pelaksanaan wasrik yang dilaksanakan oleh Parik bidang proggar

akan dapat mengukur sejauh mana program kerja dan anggaran dapat

dilaksanakan berorientasi 2K 3E yaitu ketaatan dan kepatuhan terhadap

peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta efektif, efisien dan

ekonomis terhadap penggunaan anggaran.

2) Surat Keputusan Irjenad Nomor Skep/6/II/2005 tanggal 22 Pebruari

2005 tentang buku petunjuk wasrik pada Bab I Pasal 1 yang berbunyi

bahwa fungsi wasrik sebagai fungsi organik TNI AD yang selanjutnya

disingkat fungsi wasrik merupakan fungsi penting pada proses

manajemen organisasi TNI AD dalam rangka menjamin pencapaian

tujuan dan sasaran pelaksanaan tugas pokok TNI AD secara efektif dan

efisien untuk menghindari penyimpangan sesuai ketentuan yang berlaku.

Hal ini mengandung maksud bahwa dalam pelaksanaan wasrik yang

dilaksanakan oleh Parik bidang proggar akan dapat menjamin

terselenggaranya program kerja dan anggaran secara efektif, efisien,

berhasil guna dan berdayaguna.

3) Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Perkasad/13/

III/2009 tanggal 17 Maret 2009 tentang orgas Makodam, pada Bab III

Pasal 13 yang berbunyi bahwa tugas kewajiban mengadakan wasrik

umum serta membuat penilaian dan laporan keadaan disiplin,

kesiapsiagaan, pembinaan pendidikan, pembinaan latihan, pembinaan

teritorial dan perlawanan rakyat dalam rangka pelaksanaan tugas pokok

Kodam. Hal ini mengandung maksud bahwa dalam pelaksanaan wasrik

7

yang dilaksanakan oleh staf Parik bidang proggar akan dapat menilai dan

melaporkan pelaksanaan program kerja dan anggaran di satuan jajaran

Kodam.

4) Peraturan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Perkasad/70/X/ 2009

tanggal 13 Oktober 2009 tentang buku petunjuk teknik verifikasi serah

terima jabatan Irjenad dan Asisten Kasad serta Pang/Dan/Gub/Dir/Ka

Kotama Balakpus Angkatan Darat pada Bab II Pasal 7 yang berbunyi

bahwa tujuan wasrik untuk menjamin tercapainya transparansi, akuntabel

dan dapat dipertanggungjawabkan guna menemukan dan mencegah

terjadinya penyimpangan dalam penyelenggaraan kegiatan program,

anggaran dan kinerja serta pelaksanaan program khusus di satuan. Hal ini

mengandung maksud bahwa dalam pelaksanaan wasrik yang

dilaksanakan oleh Parik bidang proggar akan dapat menemukan dan

mencegah terjadinya penyimpangan dalam penyelenggaraan kegiatan

program, anggaran dan kinerja serta pelaksanaan program khusus di

satuan.

8. Dasar Pemikiran. Kemampuan Parik bidang proggar di satuan Itdam dalam

mendukung pelaksanaan fungsi wasrik saat ini belum sesuai dengan harapan. Kondisi

tersebut berdasarkan dari hasil penilaian oleh BPK RI terhadap institusi TNI yaitu

memberikan opini wajar dengan pengecualian (WDP), sehingga mengindikasikan

bahwa penyelenggaraan manajemen organisasi aspek wasrik di satuan Itdam yang

secara operasional dilakukan oleh Parik bidang proggar belum dilaksanakan secara

optimal. Sementara itu harapan atau keinginan ke depan adalah mendapatkan hasil

penilaian oleh BPK RI dengan tercapainya opini wajar tanpa pengecualian (WTP). Hal

ini dapat segera tercapai salah satunya adalah dengan cara mengoptimalisasikan

kemampuan Parik bidang proggar dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas wasrik

di satuan Itdam. Guna menjamin pelaksanaan kegiatan wasrik serta pembinaan

kemampuan di satuan Itdam, maka perlu ditentukan tugas, kebijakan dan sasaran yang

harus dicapai. Hal ini akan memberi arah dalam menyusun perencanaan, persiapan

dan pelaksanaan kegiatan serta mengukur pencapaian kegiatan yang dilakukan. Tugas

pokok, kebijakan, prioritas sasaran dan pokok-pokok pelaksanaan wasrik yang telah

ditetapkan untuk dijadikan sebagai pedoman dalam pembinaan serta pencapaian

tujuan, meliputi:

8

a. Tugas Pokok. Inspektorat Kodam mempunyai tugas pokok membantu

Pangdam di bidang wasrik umum dan perbendaharaan terhadap staf umum

beserta satuan jajaran Kodam dalam rangka mendukung tugas pokok Kodam

berdasarkan rencana, program, norma dan ketentuan serta peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

b. Kebijakan Bidang Wasrik. Pelaksanaan wasrik dalam rangka

optimalisasi pencapaian sasaran program kerja berorientasi 2K3E (ketaatan,

ketertiban terhadap aturan serta efektif, efisien dan ekonomis dalam

penggunaan anggaran). Dihadapkan dengan keterbatasan personel dan

penggunaan anggaran operasional maka pelaksanaan wasrik diprioritaskan

kepada sasaran yang bernilai strategis secara selektif. Secara umum kebijakan

sasaran wasrik, adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan peran dan fungsi wasrik sesuai siklus manajemen

pada organisasi di satuan jajaran Kodam untuk menjamin optimalisasi

pencapaian tujuan dan sasaran pembinaan secara efektif dan efisien.

2) Meningkatkan wasrik terhadap administrasi laporan pertanggung

jawaban keuangan atau materiil dan kinerja satuan jajaran Kodam mulai

tahap perencanaan sampai dengan laporan pelaksanaan.

3) Terwujudnya tata kelola laporan administrasi dan pertanggung

jawaban keuangan berorientasi 2K 3E yaitu ketaatan, kepatuhan terhadap

aturan serta efektif, efisien dan ekonomis terhadap penggunaan

anggaran.

4) Meningkatkan pelaksanaan wasrik untuk mencegah terjadinya

penyimpangan dan kebocoran sumber daya terhadap pelaksanaan

program kerja dan anggaran di satuan jajaran Kodam menuju penilaian

“wajar tanpa pengecualian (WTP)” atas opini pemeriksaan eksternal

Badan Pengawas Keuangan Republik Indonesia (BPK RI).

c. Prioritas Sasaran Wasrik Bidang Proggar.

1) Anggaran. Peningkatan pengendalian dan pengawasan anggaran.

2) Keuangan.

9

a) Pengelolaan belanja personel.

b) Pelaksanaan petunjuk administrasi keuangan Hankam atau

Dirkuad di lingkungan pemegang kas (pekas) dan keuangan daerah

militer (Kudam).

c) Prosedur atau pengurusan dana dan pembiayaan termasuk

kelengkapan dan ketertiban administrasinya pertanggung jawaban

keuangan (perwabku).

d) Efisiensi penggunaan dana.

e) Pelaksanaan pemotongan pajak-pajak.

f) Penyelesaian NHV (Nota Hasil Verifikasi), AHP (Atensi Hasil

Pemeriksaan) Irjenad, Irjen TNI dan Irjen Kemhan.

g) Jadwal pelaksanaan wasrik terus dikoordinasikan antara

instansi pengawasan satuan dengan satuan obrik.

h) Pelaksanaan penerapan petunjuk administrasi keuangan

Dirkuad di lingkungan Kodam.

i) Pembinaan pemegang kas (Pekas) dan juru bayar (juyar)

dalam bidang administrasi keuangan.

3) Pengadaan. Kelengkapan administrasi pengadaan barang dan

jasa.

4) Bidang produksi dan jasa.

a) Pengelolaan Puskop dan Primkopad satuan.

b) Tertib administrasi dan keuangan koperasi.

c) Peningkatan peran koperasi satuan dalam rangka

membantu kesejahteraan anggota.

d) Pelaksanaaan KPR BTN melalui TWP TNI-AD.

d. Pokok-pokok Pelaksanaan Wasrik.

1) Pelaksanaan wasrik di lapangan.

10

a) Pelaksanaan wasrik agar tetap berpedoman pada norma,

peraturan yang ada sehingga kehadiran tim wasrik dapat menjadi

penangkal terhadap mereka yang tadinya ingin melakukan

penyimpangan terhadap norma dan peraturan yang berlaku.

b) Kehadiran tim wasrik agar dapat dirasakan sebagai suatu

kegiatan yang bermanfaat bagi satuan yang diperiksa.

c) Citra Parik agar tetap dipelihara. Kemampuan profesional

merupakan salah satu wujud citra yang harus dijunjung tinggi

disamping faktor lain. Hindarkan diri dari upaya tindakan yang

tidak perlu atau tidak terpuji, keterbukaan pejabat yang diperiksa

sangat dipengaruhi oleh sikap, tindak tanduk Parik. Keberhasilan

wasrik dapat dicapai kalau ada keterbukaan dari pihak yang

diperiksa disamping sikap yang wajar dari pihak pemeriksa.

2) Pelaksanaan wasrik buril (Desk Audit).

a) Keberhasilan wasrik sangat ditentukan oleh lengkap

tidaknya data awal yang dibawa (sumber dari buril). Setiap Parik

sudah harus mempunyai gambaran tentang apa yang terjadi di

lapangan. Kegiatan pengumpulan data di tempat harus dihindari,

kalau tidak ada data awal mengenai sasaran tertentu sebaiknya

tidak diturunkan tim wasrik ke sasaran tersebut.

b) Sumber utama data wasrik khususnya bidang keuangan dan

pengadaan berasal dari verifikasi Unit Verben Itjenad maupun

tembusan laporan-laporan dari waslakgiat.

3) Pelaksanaan wasrik di satuan-satuan.

a) Pelaksanaan wasrik dilaksanakan pada setiap triwulan

dalam satu tahun anggaran berjalan. Wasrik khusus dapat

dilakukan sewaktu-waktu tanpa terikat jadwal dan personel wasrik

tidak terbatas personel Itdam saja melainkan dapat ditambah

dengan personel non organik Itdam disesuaikan dengan kebutuhan

dan sasaran yang ingin dicapai.

11

b) Prioritas sasaran obyek wasrik berdasarkan pemilihan

sasaran obyek wasrik atas pertimbangan berbagai kepentingan

dan masukan serta disesuaikan dengan kegiatan wasrik dari

Itjenad, Itjen TNI dan Itjen Kemhan.

c) Prinsip pelaksanaan wasrik.

(1) Preventif adalah pelaksanaan fungsi wasrik yang

dilakukan sesuai program kerja (wasrik rutin) guna

mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam

pelaksanaan program kerja dari obyek yang diperiksa.

(2) Represif adalah wasrik khusus yang pelaksanaannya

dilakukan sebagai tindak lanjut dari preventif atau atas

permintaan pimpinan akibat adanya laporan penyimpangan

atau dugaan adanya penyimpangan.

d) Metode wasrik.

(1) Wasrik secara tidak langsung (desk audit)

dilaksanakan dengan cara memeriksa laporan tertulis yang

diterima, hasil pemeriksaan bilamana ditemukan

permasalahan selanjutnya dikoordinasikan dengan satuan

terkait untuk mendapatkan penyelesaikan atau dapat

digunakan sebagai data awal untuk melaksanakan wasrik ke

lapangan.

(2) Wasrik langsung (field audit) menggunakan

pendekatan secara langsung ke lapangan melalui

wawancara, pertanyaan dan penelitian atau pencocokan dan

peninjauan langsung.

e) Produk wasrik. Merupakan bentuk pertanggung jawaban

Itdam kepada Pangdam dalam melaksanakan fungsinya, dibuat

sesuai dengan ketentuan atau peraturan yang berlaku.

12

BAB III

KONDISI KEMAMPUAN PARIK

BIDANG PROGGAR SAAT INI

9. Umum. Profesionalisme sebagai tuntutan dari dinamika kehidupan prajurit

diupayakan harus melekat dan tercermin dalam pelaksanaan tugas, termasuk

didalamnya adalah personel Parik bidang proggar sebagai salah satu perwira staf di

lingkungan satuan Itdam yang tugas dan fungsinya sebagai perwira yang

melaksanakan wasrik di satuan-satuan jajaran Kodam. Adapun kondisi kemampuan

Parik bidang proggar saat ini adalah bahwa secara umum tidak memiliki sertifikasi

auditor ahli, kurang mengikuti sosialisasi aturan yang terbaru khususnya yang

menyangkut tentang pengelolaan anggaran di lingkungan TNI AD, pengalaman

penugasannya masih rendah, masih memiliki mentalitas yang rendah, terbatasnya

dukungan anggaran khususnya BPD Jaldis kegiatan wasrik untuk menjangkau satuan-

satuan, tidak adanya dukungan anggaran kegiatan pendampingan tim wasrik eksternal

dari BPK, Itjen Kemhan, Itjen TNI dan Itjenad, terbatasnya sarana dan prasarana serta

terbatasnya kuantitas jumlah personel Parik bidang proggar untuk mendukung

pelaksanaan wasrik.

10. Parik Bidang Proggar tidak Memiliki Sertifikasi Auditor Ahli. Pengawasan

merupakan unsur yang penting untuk keberhasilan penyelenggaraan tugas pokok dan

fungsi dalam suatu organisasi khususnya di lingkungan TNI AD. Kebijakan bidang

wasrik yaitu untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan kebocoran sumber daya

terhadap pelaksanaan program kerja dan anggaran di satuan jajaran Kodam menuju

penilaian “Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)” atas opini pemeriksaan eksternal Badan

Pengawas Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Hal ini tentunya merupakan suatu

tantangan ke depan yang tidak semakin ringan menuntut segera dilakukannya

reformasi internal termasuk dalam pengelolaan anggaran yang transparan dan

ankutabel.

Langkah konkrit yang telah dilakukan oleh pimpinan TNI untuk meningkatkan

kapabilitas dan kemampuan Aparat Pengawasan Fungsional (APF) yaitu dengan

melaksanakan kerjasama dengan pusat pendidikan latihan dan pengawasan di

lembaga Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (Pusdiklatwas BPKP).

13

Hingga saat ini sudah menyelenggarakan program sertifikasi auditor ahli sebanyak 4

kali, maka jika dibandingkan dengan jumlah personel yang ada masih belum tercapai

secara optimal. Adapun tujuan diselenggarakannya diklat sertifikasi auditor ahli ini guna

meningkatkan profesionalisme pelaksanaan tugas pengawasan atas penyelenggaraan

tugas agar terlaksana secara efisien dan efektif serta sesuai dengan kebijakan dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sasaran yang dicapai dalam

penyelenggaraan diklat sertifikasi auditor ahli, adalah:

a. Menyiapkan aparat wasrik yang bermutu, mempunyai pengetahuan,

keterampilan dan perilaku yang sesuai dengan jenjang jabatannya.

b. Mewujudkan keseragaman pemahaman antar aparat pengawasan

fungsional.

c. Meningkatkan wawasan dan profesionalisme aparat pengawasan

fungsional.

Kondisi nyata di lapangan yang terjadi di satuan-satuan Itdam adalah bahwa

personel Parik bidang proggar secara umum masih belum melalui tahap sertifikasi

auditor ahli sebagai persyaratan yang seharusnya dimiliki bagi setiap Parik di

lingkungan Itdam, hal ini terjadi dikarenakan, sebagai berikut:

a. Keterbatasan alokasi diklat sertifikasi auditor ahli. Adanya

keterbatasan alokasi, dimana pada setiap Kotama khususnya satuan Itdam

hanya mengirimkan satu orang peserta didik saja. Penyelenggaraan diklat

sertifikasi auditor ahli oleh Mabes TNI hanya dilaksanakan satu kali dalam

setahun dan setiap gelombang diklat hanya terbatas sebanyak kurang lebih 30

Orang dari 3 (tiga) Matra angkatan, yaitu: Angkatan Darat, Angkatan Laut dan

Angkatan Udara. Adapun personel yang mengikuti diklat sertifikasi auditor ahli

berasal dari satuan-satuan Inspektorat di lingkungan Itjen TNI, Itjenad, Itjenal,

Itjenau, Inspektorat di satuan-satuan jajaran Kodam, Koppasus dan Kostrad

serta satuan-satuan Inspektorat di lingkungan TNI AL dan TNI AU. Keterbatasan

alokasi peserta didik ini berdasarkan pagu anggaran yang tersedia di Mabes TNI,

sehingga banyak Parik khususnya di lingkungan Itdam yang belum banyak

terserap untuk mengikuti diklat sertifikasi auditor ahli.

14

b. Kurangnya kepedulian dan skala prioritas. Pejabat Inspektur Kodam

belum memiliki kepedulian dan memprioritaskan personel yang akan mengikuti

diklat sertifikasi auditor ahli khususnya bagi Parik bidang proggar. Kepentingan

pengawasan dan pemeriksaan yang paling urgensi selayaknya difokuskan

kepada pelaksanaan pengelolaan program dan anggaran.

c. Mutasi personel dalam rangka Tour Of Duty (TOD) atau Tour Of Area

(TOA). Dinamika mutasi atau perpindahan personel khususnya bagi personel

Parik bidang proggar dalam rangka Tour Of Duty (TOD) atau Tour Of Area (TOA)

yang begitu cepat dan berubah secara berkesinambungan, sehingga personel

baru yang menduduki jabatan sebagai Parik bidang proggar belum mengikuti

diklat sertifikasi auditor ahli. Personel yang semula telah lulus mengikuti diklat

sertifikasi auditor ahli seringkali dimutasi ke satuan lainnya dengan adanya

kebijakan untuk menempati jabatan yang sama tidak boleh lebih dari 2 tahun,

sehingga personel pengganti yang baru belum memiliki sertifikasi auditor ahli.

11. Parik Bidang Proggar kurang Mengikuti Sosialisasi Aturan yang Terbaru.

Pada era keterbukaan atau transparansi publik berimbas terhadap perubahan-

perubahan yang sering terjadi khususnya hal-hal yang menyangkut tentang

pengelolaan keuangan Negara. Pengetatan anggaran di berbagai sektor dan lembaga

pemerintah seringkali terjadi dan tidak jarang menimbulkan dampak atau pengaruh

negatif. Keterbatasan dukungan anggaran yang terjadi pada kurun waktu 3 tahun

terakhir ini khususnya sejak terjadinya manipulasi data tentang program dan kegiatan

untuk biaya perjalanan dinas (BPD), maka berdampak terhadap institusi pemerintah

dan TNI menekan pengeluaran rutin BPD. Hal ini mengakibatkan rendahnya intensitas

kegiatan yang diselenggarakan oleh Itjen TNI maupun Itjenad dalam rangka sosialisasi

aturan maupun ketentuan-ketentuan khususnya yang menyangkut pengelolaan

anggaran di lingkungan TNI AD. Minimnya kegiatan sosialisasi tersebut berdampak

kepada Parik bidang proggar kurang mengikuti sosialisasi aturan dan perUndang-

Undangan yang berlaku tentang pengelolaan keuangan Negara.

12. Parik Bidang Proggar Memiliki Pengalaman Penugasan Masih Rendah.

Sebagai seorang prajurit disamping harus memiliki ilmu kemiliteran secara umum, maka

bagi personel Parik bidang proggar dituntut pula untuk menguasai materi yang menjadi

15

tugas dan tangung jawabnya (job description). Akan tetapi jika dilihat dari pengalaman

penugasannya masih rendah, hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain:

a. Penguasaan Ilmu Wasrik. Ilmu wasrik bagi Parik bidang proggar belum

menguasai secara maksimal, sehingga temuan-temuan berupa penyimpangan

terhadap program dan anggaran yang di tuangkan dalam bentuk atensi hasil

pemeriksaan (AHP) masih belum mengungkap secara mendalam tentang

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pengelolaan keuangan di

satuan-satuan jajaran Kodam.

b. Pengalaman dan pengetahuan aplikasi di lapangan. Masih minimnya

pengalaman dan pengetahuan aplikasi di lapangan yang dimiliki oleh Parik

bidang proggar, sehingga kurang memiliki kepercayaan diri dalam pelaksanaan

wasrik. Pengalaman penugasan yang masih rendah berdampak kepada

kemampuan Parik untuk mencermati dan menemukan penyimpangan-

penyimpangan yang dilakukan oleh satuan-satuan tersebut.

c. Penugasan. Kurangnya pengalaman dalam penugasan berdampak

terhadap penguasaan materi wasrik, sementara obrik yang harus ditangani jika

dibandingkan dengan waktu yang tersedia relatif singkat. Kondisi demikian

mengakibatkan pelaksanaan wasrik hanya sekedar berjalan dan berlalu

menghabiskan jadwal yang ada, namun pencapaian tugas pokok dan fungsi

wasrik seakan-akan diabaikan begitu saja atau tidak berjalan secara maksimal.

d. Seringkali terjadi perbedaan pemahaman dan penerapan norma maupun

aturan yang berlaku terhadap suatu proggar, hal ini terjadi karena masih

minimnya pengalaman penugasan dan minimnya pengetahuan serta referensi

atau peranti lunak yang dimiliki oleh Parik bidang proggar.

13. Parik Bidang Proggar Masih Memiliki Mentalitas yang Rendah. Seorang

Parik bidang proggar mempunyai sikap mental dan kepribadian yang rendah. Hal ini

ditinjau dari berbagai indikator-indikator di lapangan dalam melaksanakan tugasnya

belum berjalan secara maksimal, antara lain:

16

a. Hanya berorientasi sekedar melaksanakan tugas. Adanya

kecenderungan Parik bidang proggar tidak melaksanakan tugas dengan baik,

dimana seharusnya menemukan berbagai penyimpangan tetapi kenyataannya

mereka hanya berorientasi sekedar untuk menyelesaikan tugas saja.

b. Tidak obyektif. Didalam penyampaian hasil temuan wasrik cenderung

tidak obyektif. Hal ini dikarenakan adanya berbagai aspek, antara lain:

1) Kedekatan antara perwira pemeriksa dengan personel yang

diperiksa.

2) Adanya benturan kepentingan dalam melaksanakan kewajiban

profesionalitasnya.

3) Tidak bersifat netral dan bersifat memihak terhadap obrik.

4) Adanya pengaruh-pengaruh terhadap independensinya selaku

Parik.

5) Tidak bersikap tenang dan tidak mampu mengendalikan diri.

6) Adanya intimidasi atau tunduk pada tekanan orang lain atau obrik.

7) Dipengaruhi oleh prasangka, interpretasi atau kepentingan tertentu,

baik kepentingan pribadi pemeriksa sendiri maupun pihak-pihak lainnya

yang berkepentingan dengan hasil pemeriksaan.

c. Rutinitas. Adanya anggapan bahwa pelaksanaan wasrik adalah sebagai

suatu kegiatan yang bersifat rutinitas, sehingga tidak ada upaya untuk membuat

perencanaan dan persiapan dengan sempurna. Parik bidang proggar

melaksanakan wasrik hanya semata-mata untuk melaksanakan program kerja

dan anggaran Itdam berdasarkan pengalaman-pengalaman yang terdahulu

(bersifat rutinitas), sehingga tidak direncanakan secara matang dan baik.

d. Kesehatan dan kesegaran jasmani. Kesehatan dan kesegaran jasmani

yang kurang memadai akan berakibat terhadap ketidaksiapan melaksanakan

tugas wasrik. Kondisi yang demikian tersebut terjadi karena relatif padatnya

pelaksanaan kegiatan wasrik yang menuntut Parik bidang proggar kurang

17

memiliki waktu untuk pembinaan fisiknya. Rutinitas kegiatan yang harus

berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya yang relatif berjauhan serta

pola makan yang kurang terkontrol akan mempengaruhi kondisi tubuh bagi

personel yang bersangkutan.

14. Terbatasnya Dukungan Anggaran Khususnya BPD Jaldis Kegiatan Wasrik

untuk Menjangkau Satuan-satuan. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang

tersebar dari sabang sampai merauke. Satuan-satuan di jajaran Kodam sebagian besar

tersebar pada pulau-pulau yang hanya dapat dijangkau dengan menggunakan sarana

transportasi laut (kapal laut) maupun udara (pesawat terbang). Keterbatasan dukungan

pagu anggaran dari komando atas khususnya biaya perjalanan dinas (BPD) dalam

rangka kegiatan wasrik guna menjangkau satuan-satuan tersebut dirasakan masih

belum memadai jika dibandingkan dengan fluktuatifnya harga jasa transportasi laut

maupun penerbangan yang sering kali berubah-ubah dan tidak menentu. Kondisi

demikian berakibat pada tidak cukupnya anggaran yang disediakan oleh komando atas

jika harus dilaksanakan kegiatan wasrik khususnya pada satuan-satuan terpencil.

15. Tidak Adanya Dukungan Anggaran Kegiatan Pendampingan Tim Wasrik

Eksternal dari BPK, Itjen Kemhan, Itjen TNI dan Itjenad. Keterbatasan dukungan

anggaran juga terjadi pada kegiatan pendampingan tim wasrik eksternal dari badan

pengawas keuangan RI (BPK RI), Itjen Kemhan, Itjen TNI dan Itjenad. Keterbatasan

dukungan pagu anggaran dari komando atas khususnya biaya perjalanan dinas (BPD)

dalam rangka kegiatan wasrik dalam rangka pendampingan guna menjangkau di

satuan-satuan jajaran Kodam tersebut hingga saat ini masih belum didukung. Kondisi

ini berdampak terhadap pemberian kesempatan bagi Parik bidang proggar untuk diikut

sertakan dalam penugasan mendampingi kegiatan tersebut, sehingga kurang memiliki

pengalaman untuk melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan.

16. Terbatasnya Sarana dan Prasarana untuk Mendukung Pelaksanaan Wasrik.

Mengingat pentingnya pelaksanaan wasrik tersebut, namun secara nyata dilapangan

masih terdapat kekurangan atau keterbatasan dukungan baik berupa sarana maupun

prasarana. Adapun dukungan berupa sarana transportasi (kendaraan), meliputi:

Kendaraan dinas berupa sedan 1 Unit, Spm 2 Unit, Tr ¼ T berjumlah 9 Unit, bus kecil 2

Unit dan prasarana pendukung seperti alat perekam, kamera, laptop dan perlengkapan

lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan wasrik sangat terbatas dan belum

18

didukung secara maksimal. Kondisi riil dilapangan yang terjadi hingga kini, bahwa

sarana dan prasarana tersebut masih belum terdukung dan berdampak terhadap

optimalisasi pencapaian tugas wasrik.

17. Terbatasnya Kuantitas Jumlah Personel Parik Bidang Proggar untuk

Mendukung Pelaksanaan Wasrik. Adanya keengganan prajurit khususnya Parik untuk

menduduki jabatan sebagai perwira pembantu muda (Pabanda) bidang proggar, hal ini

dikarenakan anggapan bahwa memeriksa pengelolaan anggaran sangat sulit

dilaksanakan karena memerlukan perhitungan, ketelitian dan kecermatan dalam

melaksanakan wasrik. Kondisi riil atau nyata dilapangan menunjukkan bahwa sebagian

besar personel Parik enggan untuk menduduki jabatan tersebut, sehingga sering terjadi

kekosongan jabatan khususnya yang membidangi proggar. Dukungan personel dari

komando atas seringkali tidak memprioritaskan personel yang menduduki jabatan

sebagai Parik bidang proggar.

19

BAB IV

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

18. Umum. Kondisi Parik bidang proggar saat ini tidak terlepas dari pengaruh

beberapa faktor yang dapat menunjang ataupun menghambat dalam pelaksanaan

tugas pokoknya sebagai seorang Parik, baik internal maupun eksternal.

19. Faktor Internal.

a. Kekuatan.

1) Motivasi mengikuti pendidikan/kursus/penataran. Tingginya

keinginan Parik bidang proggar untuk meningkatkan pengetahuan

maupun keterampilan dalam bidang wasrik melalui pendidikan atau

kursus, yang diselenggarakan oleh Kemenhan, Mabes TNI dan Mabesad,

meliputi:

a) Kemenhan.

(1) Kegiatan sosialisasi tentang peraturan pengelolaan

keuangan negara terhadap pengadaan barang dan jasa di

lingkungan pelaksanaan tugas pokok (PTP) Kemenhan.

(2) Penyelenggaraan kursus wasrik untuk meningkatkan

kompetensi dan kemampuan Parik bidang proggar.

b) Mabes TNI.

(1) Kegiatan sosialisasi tentang peraturan pengelolaan

keuangan negara terhadap pengadaan barang dan jasa di

lingkungan satuan-satuan jajaran Mabes TNI di daerah

khususnya satuan-satuan selaku kotama operasi.

(2) Penyelenggaraan sertifikasi auditor ahli untuk

meningkatkan kapabilitas dan kemampuan Aparat

Pengawasan Fungsional (APF) yang dilaksanakan oleh

Pusdiklatwas di lembaga BPKP.

20

c) Mabesad.

(1) Kegiatan sosialisasi tentang peraturan pengelolaan

keuangan negara terhadap pengadaan barang dan jasa di

lingkungan satuan-satuan jajaran Mabesad di daerah

khususnya satuan-satuan selaku kotama pembinaan.

(2) Penyelenggaraan kegiatan penataran-penataran

wasrik baik yang diselenggarakan secara terpusat maupun

di masing-masing Kotama untuk meningkatkan kompetensi

dan kemampuan Parik bidang proggar.

2) Keinginan memperluas pengalaman. Semangat dan motivasi

personel Parik bidang proggar memperluas pengalaman untuk

meningkatkan kompetensi dan kemampuannya.

3) Kemauan melaksanakan penugasan. Penugasan Parik bidang

proggar secara umum memiliki kemauan yang tinggi untuk melaksanakan

tugasnya dan menambah pengalaman serta pengetahuan tentang kondisi

satuan-satuan jajaran Kodam. Parik sangat antusia dan tertarik serta

merasakan bahwa penugasan wasrik sebagai bentuk kegiatan lapangan

sekaligus refreshing menghindari kejenuhan dan rutinitas di staf

Inspektorat.

4) Dedikasi akan pencapaian tugas. Personel Parik bidang proggar

memiliki dedikasi dalam pencapaian tugas mempedomani program kerja

dan anggaran Itdam pada lampiran B bidang wasrik, program kegiatan

pemeriksaan tahunan (PKPT) dan rencana kerja.

5) Disiplin. Personel Parik bidang proggar masih memiliki disiplin yang

cukup tinggi dalam melaksanakan tugasnya di satuan Itdam.

b. Kelemahan.

1) Kepercayaan diri. Masih adanya anggapan yang menyatakan

bahwa jabatan staf Inspektorat adalah personel yang “Masuk Kotak”

(personel yang bermasalah), sehingga mempengaruhi dalam

melaksanakan tugas menjadi tidak maksimal dan kepercayaan diri

menjadi rendah.

21

2) Kepedulian terhadap tugas pokok. Kurangnya kepedulian Parik

bidang proggar terhadap tugas dan tanggung jawabnya, sehingga tujuan

wasrik tidak tercapai secara optimal. Adanya anggapan bahwa merasa

tabu untuk mengecek dan memeriksa keuangan satuan obrik.

3) Kesehatan dan kesegaran jasmani. Parik bidang proggar

seharusnya memiliki kondisi fisik serta postur yang baik agar dapat

melaksanakan tugas secara optimal, namun masih ditemukan

ketidaksiapan dalam aspek kesehatan dan jasmani, antara lain:

a) Aspek kesehatan. Tidak dapat melaksanakan tugas sebagai

Parik karena kondisi kesehatan yang kurang baik, sehingga

terpaksa digantikan oleh Parik yang lain. Kegiatan wasrik

memerlukan fisik dan kondisi kesehatan yang prima, dengan

dinamika kegiatan dilapangan yang begitu padatnya menuntut

kesiapan fisik yang memadai bagi seorang Parik. Namun kondisi

nyata dilapangan bahwa pembinaan fisik bagi seorang personel

Staf Itdam relatif kurang. Hal ini terjadi akibat dari konsekwensi

logis tentang rutinitas dalam menjalankan tugas sebagai Parik

mengakibatkan kurangnya waktu untuk menjaga atau membina

kesegaran jasmaninya.

b) Aspek kesiapan fisik dan kesegaran jasmani. Tidak mampu

mengikuti kegiatan wasrik di satuan-satuan jajaran Kodam karena

fisik yang lemah. Kondisi demikian kerap kali terjadi akibat

intensitas kegiatan yang memerlukan waktu dan tenaga yang

cukup banyak khususnya bagi Parik bidang proggar, sehingga

dalam pelaksanaan wasrik tidak dapat berjalan secara optimal.

c) Aspek postur tubuh. Tidak memiliki penampilan dan

kepercayaan diri karena postur tubuh tidak ideal. Kurangnya

pembinaan fisik yang memadai dan aktifitas di satuan-satuan obrik

yang memberikan pelayanan untuk mendukung Parik

mengakibatkan penambahan berat badan dan postur tubuh yang

tidak ideal. Hal ini akan mempengaruhi penampilan dan rasa

percaya diri bagi Parik bidang proggar dalam melaksanakan tugas

wasrik.

22

20. Faktor Eksternal.

a. Peluang.

1) Peran pimpinan atau atasan. Kualitas Parik bidang proggar akan

banyak dipengaruhi oleh perhatian atau bimbingan dari pimpinan satuan

atau komando atasannya.

2) Kemajuan teknologi. Pesatnya kemajuan teknologi dan informasi

dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan bahan keterangan atau akses

data berkaitan dengan pelaksanaan wasrik. Hal ini sangat diperlukan

untuk memudahkan dan memperluas sasaran obrik khususnya satuan-

satuan yang letaknya relatif terpencil atau sulit dijangkau.

b. Kendala.

1) Program diklat. Keterbatasan diklat yang diselenggarakan oleh

komando atas. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pencapaian

kompetensi dan kemampuan bagi personel Parik bidang proggar.

2) Kegiatan sosialisasi bidang proggar. Pelaksanaan sosialisasi

tentang aturan-aturan dan perundang-undangan yang terbaru belum

dilaksanakan oleh komando atas secara optimal, sehingga dapat

berakibat adanya kesalahan persepsi tentang pengelolaan keuangan

negara.

3) Dukungan anggaran biaya perjalanan dinas (BPD). Adanya

keterbatasan dukungan BPD dari komando atas untuk menjangkau

satuan-satuan yang terpencil, sehingga berakibat penyelenggaraan wasrik

oleh Parik bidang proggar menjadi belum maksimal.

4) Dukungan anggaran kegiatan pendampingan tim wasrik eksternal.

Adanya keterbatasan dukungan BPD dari komando atas dalam kegiatan

wasrik eksternal oleh BPK, Itjen Kemhan, Itjen TNI dan Itjenad.

5) Sarana dan Prasarana. Keterbatasan dukungan sarana dan

prasarana dari komando atas bagi personel Parik bidang proggar untuk

mendukung pelaksanaan wasrik.

23

BAB V

KONDISI KEMAMPUAN PARIK

BIDANG PROGGAR YANG DIHARAPKAN

21. Umum. Dalam rangka mendukung pelaksanaan fungsi wasrik secara berhasil

guna dan berdaya guna, maka kualitas personel Parik bidang proggar sangat

menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas pokok satuan Itdam. Untuk memenuhi hal

tersebut, maka Parik bidang proggar harus memiliki kriteria yang baik, meliputi: Memiliki

sertifikasi auditor ahli, mengikuti sosialisasi aturan yang terbaru, pengalaman

penugasan, mentalitas, terdukungnya anggaran khususnya BPD jaldis, terdukungnya

anggaran kegiatan pendampingan tim wasrik eksternal dari BPK RI, Itjen Kemhan, Itjen

TNI dan Itjenad, sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan wasrik,

terpenuhinya secara kuantitas jumlah personel.

22. Parik Bidang Proggar telah Memiliki Sertifikasi Auditor Ahli. Bekal

kemampuan seorang Parik bidang proggar diprioritaskan untuk mengikuti sertifikasi

auditor ahli, hal ini mengingat pentingnya kemampuan yang harus dimiliki sebagai

dasar dalam penugasan ke depan yang semakin kompleks dan rumitnya

permasalahan-permasalahan pengelolaan keuangan negara. Sebagaimana telah

ditetapkan oleh BPK RI tentang opini atau penilaian dalam pelaksanaan wasrik, yang

meliputi:

a. Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion).

b. Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion).

c. Tidak Wajar (Adverse Opinion).

d. Menolak Memberikan Pendapat (No Opinion/Disclaimer).

Berdasarkan penetapan penilaian tersebut, maka fungsi wasrik internal yang

dilaksanakan oleh Itdam khususnya oleh Parik bidang proggar adalah guna mencegah

terjadinya penyimpangan dan kebocoran, sehingga dapat mencapai penilaian “Wajar

Tanpa Pengecualian (WTP) atau Unqualified Opinion”. Sehingga diperlukan

kemampuan dan keterampilan bagi Parik bidang proggar untuk memahami pengelolaan

keuangan Negara secara transparan dan ankutabel guna mendukung keberhasilan

penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi dalam suatu organisasi khususnya di

lingkungan TNI AD.

24

Kondisi yang diharapkan dapat meningkatkan kapabilitas dan kemampuan

Aparat Pengawasan Fungsional (APF) bagi personel Parik bidang proggar, yaitu:

a. Memprioritaskan Parik bidang proggar untuk memiliki sertifikasi auditor

ahli sebagai persyaratan yang harus dimiliki guna terwujudnya profesionalitas

dalam pelaksanaan tugas.

b. Menambah alokasi diklat sertifikasi auditor ahli untuk memenuhi

kebutuhan satuan Itdam, sehingga penyelenggaraan pendidikan dan latihan

sertifikasi auditor ahli oleh Mabes TNI dapat dilaksanakan secara

berkesinambungan.

c. Kepedulian untuk memberikan skala prioritas bagi personel yang akan

mengikuti diklat sertifikasi auditor ahli khususnya Parik bidang proggar.

Mengingat tugas dan tanggung jawabnya guna kepentingan wasrik yang paling

urgensi selayaknya difokuskan kepada pelaksanaan pengelolaan proggar.

d. Mutasi personel dalam rangka Tour Of Duty (TOD) atau Tour Of Area

(TOA) senantiasa mempertimbangkan adanya kaderisasi, sehingga dinamika

mutasi personel khususnya bagi personel Parik bidang proggar dengan terlebih

dahulu menyiapkan personel pengganti baru yang memiliki sertifikasi auditor ahli.

23. Parik Bidang Proggar telah Mengikuti Sosialisasi Aturan yang Terbaru

secara Optimal. Dinamika perubahan dan perkembangan peraturan dan perundang-

undangan sejalan dengan pesatnya perubahan kondisi masyarakat yang dinamis.

Termasuk perubahan-perubahan aturan dan perundang-undangan terhadap

pengelolaan keuangan negara. Pentingnya sosialisasi aturan Pada era keterbukaan

atau transparansi publik berimbas terhadap perubahan-perubahan yang sering terjadi

khususnya hal-hal yang menyangkut tentang pengelolaan keuangan Negara bagi

personel Parik bidang proggar dengan memberikan dukungan anggaran yang memadai

demi tercapainya intensitas kegiatan yang diselenggarakan oleh Itjen TNI maupun

Itjenad dalam rangka sosialisasi aturan maupun ketentuan-ketentuan khususnya yang

menyangkut pengelolaan anggaran di lingkungan TNI AD. Sehingga kegiatan

sosialisasi aturan dan perUndang-Undangan tentang pengelolaan keuangan Negara

tersebut dapat diikuti oleh Parik bidang proggar secara berkesinambungan.

25

24. Parik Bidang Proggar Memiliki Pengalaman Penugasan secara Optimal.

Personel Parik bidang proggar memiliki pengalaman dan menguasai materi yang

menjadi tugas dan tangung jawabnya. Hal ini dapat dilihat atau diukur dari beberapa

indikator-indikator, antara lain:

a. Ilmu wasrik bagi Parik bidang proggar telah dikuasai secara maksimal,

sehingga temuan-temuan berupa penyimpangan terhadap program dan

anggaran khususnya menyangkut pengelolaan keuangan Negara yang di

tuangkan dalam bentuk atensi hasil pemeriksaan (AHP) dapat mengungkap

secara mendalam tentang penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam

pengelolaan keuangan di satuan-satuan jajaran Kodam. Dengan demikian tertib

administrasi keuangan dapat tercapai secara maksimal.

b. Pengalaman dan pengetahuan aplikasi di lapangan yang dimiliki oleh

Parik bidang proggar dapat mendukung pelaksanaan kegiatan wasrik untuk

mencermati dan menemukan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh

satuan-satuan di jajaran Kodam.

c. Pengalaman dalam penugasan yang memadai bagi personel Parik bidang

proggar, maka akan mendukung pencapaian tugas pokok dan fungsi

pengawasan serta pemeriksaan dapat berjalan secara maksimal.

d. Pemahaman dan penerapan norma maupun aturan yang berlaku

terhadap suatu program dan anggaran telah dikuasai oleh personel Parik bidang

proggar dengan memberikan pengalaman penugasan dan pengetahuan serta

referensi atau peranti lunak yang memadai.

25. Parik Bidang Proggar Memiliki Mentalitas yang Baik. Seorang Parik bidang

proggar mempunyai sikap mental dan kepribadian yang baik. Hal ini ditinjau dari

berbagai indikator-indikator di lapangan dalam melaksanakan tugasnya sudah berjalan

secara optimal, antara lain:

a. Adanya kemampuan Parik bidang proggar untuk melaksanakan tugas

dengan baik dengan berdasarkan kemampuan untuk mengungkap dan

menemukan berbagai penyimpangan tentang pengelolaan keuangan negara

tanpa dilandasi tendensi terhadap pengaruh pihak obrik.

26

b. Didalam penyampaian atensi hasil temuan (AHP) wasrik dapat berjalan

secara obyektif, yaitu mengungkap fakta dan data tentang pengelolaan

keuangan yang dilaksanakan oleh obrik. Hal ini dikarenakan adanya berbagai

indikator, antara lain:

1) Tidak adanya unsur kedekatan antara perwira pemeriksa dengan

personel yang diperiksa.

2) Bertugas secara profesional tanpa adanya benturan kepentingan

dalam melaksanakan kewajibannya.

3) Bersifat netral dan tidak berpihak terhadap personel yang diperiksa

(obrik).

4) Tidak adanya pengaruh-pengaruh terhadap independensinya

selaku perwira pemeriksa.

5) Bersikap tenang dan mampu mengendalikan diri selama

melaksanakan tugas wasrik.

6) Tidak adanya intimidasi atau tekanan orang lain atau personel yang

diperiksa (obrik).

7) Terhindar dari prasangka, interpretasi atau kepentingan tertentu,

baik kepentingan pribadi pemeriksa sendiri maupun pihak-pihak lainnya

yang berkepentingan dengan hasil pemeriksaan.

c. Pelaksanaan wasrik telah direncanakan dan dipersiapan secara secara

matang dan baik mempedomani program kerja dan anggaran Itdam, program

kegiatan pengawasan tahunan (PKPT) dan rencana wasrik yang telah disusun.

d. Pembinaan kesehatan dan kesegaran jasmani yang dilaksanakan secara

periodik dengan mengatur jadwal pelaksanaan wasrik, sehingga memberikan

waktu dan kesempatan bagi Parik bidang proggar untuk melaksanakan

pembinaan fisiknya.

27

26. Anggaran Khususnya BPD Jaldis Kegiatan Wasrik untuk Menjangkau

Satuan-satuan telah Terdukung secara Optimal. Dukungan pagu anggaran dari

komando atas khususnya biaya perjalanan dinas (BPD) dalam rangka kegiatan wasrik

guna menjangkau satuan-satuan terpencil telah didukung secara optimal oleh komando

atas, sehingga pencapaian keberhasilan kegiatan wasrik dapat dilaksanakan secara

maksimal.

27. Anggaran Kegiatan Pendampingan Tim Wasrik Eksternal dari BPK, Itjen

Kemhan, Itjen TNI dan Itjenad telah Terdukung secara Optimal. Dukungan

anggaran pada kegiatan pendampingan tim wasrik eksternal dari badan pengawas

keuangan RI (BPK RI), Itjen Kemhan, Itjen TNI dan Itjenad telah didukung secara

optimal. Sehingga kondisi ini berdampak terhadap pemberian kesempatan bagi Parik

bidang proggar untuk diikut sertakan dalam penugasan mendampingi kegiatan tersebut

agar memiliki pengalaman yang luas dalam melaksanakan kegiatan wasrik.

28. Sarana dan Prasarana untuk Mendukung Pelaksanaan Wasrik telah

Terdukung secara Optimal. Sarana dan prasarana yang diperlukan selama kegiatan

wasrik telah didukung secara optimal akan berdampak terhadap optimalisasi

pencapaian tugas wasrik oleh personel Parik bidang proggar dapat berjalan secara

berhasil guna dan berdaya guna.

29. Terpenuhinya secara Kuantitas Jumlah Personel Parik bidang proggar

untuk Mendukung Pelaksanaan Wasrik. Terpenuhinya jabatan di staf Itdam dengan

memberikan skala prioritas personel sebagai perwira pembantu muda (Pabanda)

bidang proggar dengan mempertimbangkan kaderisasi yang memadai. Dukungan

personel dari komando memprioritaskan personel yang menduduki jabatan sebagai

Parik bidang proggar senantiasa tidak mengalami kekosongan jabatan.

28

BAB VI

OPTIMALISASI KEMAMPUAN PARIK

BIDANG PROGGAR

30. Umum. Dalam mengoptimalkan kemampuan Parik bidang proggar sebagai

komponen yang dominan dalam pencapaian pelaksanaan tugas wasrik, maka

diperlukan langkah optimalisasi yang meliputi: aspek memiliki sertifikasi auditor ahli,

mengikuti sosialisasi aturan yang terbaru, pengalaman penugasan, mentalitas,

terdukungnya anggaran khususnya BPD jaldis, terdukungnya anggaran kegiatan

pendampingan tim wasrik eksternal dari BPK RI, Itjen Kemhan, Itjen TNI dan Itjenad,

sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan wasrik, terpenuhinya secara

kuantitas jumlah personel.

31. Tujuan. Agar kemampuan Parik bidang proggar dapat dioptimalkan untuk

mendukung pelaksanaan tugas wasrik secara berdaya guna dan berhasil guna.

32. Sasaran. Terwujudnya kemampuan kemampuan Parik bidang proggar meliputi:

aspek memiliki sertifikasi auditor ahli, mengikuti sosialisasi aturan yang terbaru,

pengalaman penugasan, mentalitas, terdukungnya anggaran khususnya BPD jaldis,

terdukungnya anggaran kegiatan pendampingan tim wasrik eksternal dari BPK RI, Itjen

Kemhan, Itjen TNI dan Itjenad, sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan

wasrik, terpenuhinya secara kuantitas jumlah personel.

33. Subyek.

a. Pangdam. Pangdam selaku pejabat pembina personel wasrik tingkat

Kotama berwenang dan bertanggung jawab atas terselenggaranya pembinaan

personel wasrik tingkat Kodam.

b. Irdam. Irdam selaku pelaksana pembinaan personel wasrik tingkat

Kotama mengadakan pembinaan personel secara terus menerus dan selektif

terhadap seluruh personel yang bertugas di Itdam khususnya Parik bidang

proggar.

34. Obyek. Parik bidang proggar (Pabanda Proggar Itdam).

29

35. Metode. Untuk meningkatkan kemampuan Parik bidang proggar digunakan

beberapa metode, antara lain:

a. Parik bidang proggar memiliki sertifikasi auditor ahli.

1) Pengajuan mengikuti sertifikasi.

2) Memberikan masukan ke komando atas untuk penambahan

alokasi.

3) Kepedulian dan skala prioritas.

4) Kaderisasi Parik bidang proggar.

b. Parik bidang proggar mengikuti sosialisasi aturan yang terbaru.

1) Pengajuan mengikuti pendidikan/penataran.

2) Latihan.

c. Parik bidang proggar memiliki pengalaman penugasan.

1) Penugasan wasrik rutin (internal).

2) Penugasan wasrik khusus.

3) Penugasan verifikasi serah terima jabatan (Sertijab) satuan-satuan

jajaran Kodam.

d. Parik bidang proggar memiliki mentalitas yang baik.

1) Briefing Parik bidang proggar.

2) Penilaian.

3) Pengecekan kesiapan wasrik.

4) Pengamatan.

5) Reward and punishment.

6) Pembinaan kesehatan dan kesegaran jasmani.

30

e. Anggaran khususnya BPD Jaldis kegiatan wasrik untuk menjangkau

satuan.

1) Pelaksanaan wasrik berdasarkan skala prioritas.

2) Mengajukan dukungan anggaran ke komando atas.

3) Memberikan saran dan masukan kepada komando atas.

f. Anggaran Kegiatan Pendampingan Tim Wasrik Eksternal dari BPK,

Itjen Kemhan, Itjen TNI dan Itjenad.

1) Mengajukan dukungan anggaran khusus.

2) Mengajukan dukungan anggaran ke komando atas.

3) Memberikan saran dan masukan kepada komando atas.

g. Sarana dan Prasarana untuk mendukung pelaksanaan wasrik.

1) Memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia.

2) Mengajukan dukungan sarana dan prasarana.

3) Memberikan saran dan masukan kepada komando atas.

h. Terpenuhinya secara Kuantitas Jumlah Personel Parik bidang

proggar.

1) Melaksanakan kaderisasi.

2) Mengajukan pemenuhan personel.

3) Memberikan saran dan masukan kepada komando atas.

36. Sarana dan prasarana. Untuk mengoptimalisasikan kemampuan Parik bidang

anggaran sesuai persyaratan dan kriteria yang ditentukan, maka memerlukan sarana

dan prasarana berupa peranti lunak sebagai referensi dan alat perlengkapan yang

memadai untuk mendukung pelaksanaan tugas wasrik.

31

37. Langkah-langkah optimalisasi. Adapun kegiatan yang dilakukan untuk

mengoptimalkan kemampuan Parik bidang proggar dalam mendukung pelaksanaan

tugas wasrik, antara lain:

a. Parik bidang proggar memiliki sertifikasi auditor ahli. Seyogyanya

setiap Parik bidang proggar harus memiliki sertifikasi sebagai auditor ahli. Sesuai

dengan job descriptions agar mampu melaksanakan tugas untuk mencegah

terjadinya penyimpangan pelaksanaan program dan anggaran satuan khususnya

yang menyangkut pengelolaan keuangan negara, maka untuk mendapatkan

kriteria personel yang dimaksud, maka diperlukan langkah-langkah optimalisasi

kemampuan, sebagai berikut:

1) Pengajuan mengikuti sertifikasi. Pangdam mengajukan personel

Parik bidang proggar untuk mengikuti Penyelenggaraan sertifikasi auditor

ahli untuk meningkatkan kapabilitas dan kemampuan Aparat Pengawasan

Fungsional (APF) yang dilaksanakan oleh Pusdiklatwas di lembaga BPKP

dengan terlebih dahulu diajukan pengusulan oleh Irdam sesuai dengan

alokasi penyelenggaraan pendidikan dari komando atas.

2) Memberikan masukan ke komando atas untuk penambahan

alokasi. Keterbatasan alokasi diklat sertifikasi auditor ahli setiap kotama,

dimana pada setiap Kotama khususnya satuan Itdam hanya diberikan

alokasi satu orang peserta didik saja. Hal ini perlu adanya saran atau

masukan ke komando atas pada saat pelaksanaan Rakorwas yang

diselenggarakan pada setiap awal tahun untuk menambah alokasi

personel mengingat pentingnya kegiatan tersebut sebagai persyaratan

yang harus dimiliki oleh setiap Parik bidang proggar.

3) Kepedulian dan skala prioritas. Pejabat Inspektur Kodam memiliki

kepedulian dan memprioritaskan personel yang akan mengikuti diklat

sertifikasi auditor ahli khususnya bagi Parik bidang proggar. Kepentingan

pengawasan dan pemeriksaan yang paling urgensi selayaknya difokuskan

kepada pelaksanaan pengelolaan keuangan Negara.

32

4) Kaderisasi Parik bidang proggar. Dinamika mutasi atau

perpindahan personel khususnya bagi personel Parik bidang proggar

sesuai kebutuhan organisasi. Melihat kondisi riil atau nyata tersebut, maka

diperlukan adanya kaderisasi, sehingga personel baru yang menduduki

jabatan sebagai Parik bidang proggar diharapkan telah dipersiapkan jauh-

jauh hari sebelumnya untuk mengikuti diklat sertifikasi auditor ahli.

b. Parik bidang proggar mengikuti sosialisasi aturan yang terbaru.

Dinamika perubahan dan perkembangan peraturan dan perundang-undangan

dapat terjadi setiap waktu atau setiap saat. Termasuk perubahan-perubahan

aturan dan perundang-undangan terhadap pengelolaan keuangan Negara, maka

diperlukan sosialisasi aturan secara berjenjang dan berkesinambungan yang

dapat diikuti oleh Parik bidang proggar. Menyikapi dinamisnya perubahan

tersebut, maka dapat ditempuh langkah-langkah optimalisasi kemampuan yang

dapat dilaksanakan, sebagai berikut:

1) Pengajuan mengikuti pendidikan/penataran. Pangdam mengajukan

personel Parik bidang proggar untuk mengikuti pendidikan/penataran

yang diselenggarakan di lingkungan Kemenhan, Mabes TNI dan

Mabesad, yaitu:

a) Kemenhan.

(1) Kegiatan penataran/sosialisasi tentang peraturan

pengelolaan keuangan negara terhadap pengadaan barang

dan jasa di lingkungan pelaksanaan tugas pokok (PTP)

Kemenhan.

(2) Penyelenggaraan kursus wasrik untuk meningkatkan

kompetensi dan kemampuan Parik bidang proggar.

b) Mabes TNI. Kegiatan sosialisasi tentang peraturan

pengelolaan keuangan negara terhadap pengadaan barang dan

jasa di lingkungan satuan-satuan jajaran Mabes TNI di daerah

khususnya satuan-satuan selaku kotama operasi.

33

c) Mabesad.

(1) Kegiatan sosialisasi tentang peraturan pengelolaan

keuangan negara terhadap pengadaan barang dan jasa di

lingkungan satuan-satuan jajaran Mabesad di daerah

khususnya satuan-satuan selaku kotama pembinaan.

(2) Penyelenggaraan kegiatan penataran-penataran

wasrik baik yang diselenggarakan secara terpusat maupun

di masing-masing Kotama untuk meningkatkan kompetensi

dan kemampuan Parik bidang proggar.

2) Latihan. Pangdam memberikan petunjuk dan perencanaan untuk

melaksanakan latihan dalam satuan bagi peningkatan kemampuan parik

yang selanjutnya ditindaklanjuti oleh Irdam dengan merencanakan,

menyiapkan dan melaksanakan latihan fungsi wasrik khususnya terhadap

Parik bidang proggar. Kegiatan latihan dilaksanakan secara bertahap,

bertingkat dan berlanjut disesuaikan dengan kebutuhan organisasi yang

menjadi tugas dan tanggung jawab Parik bidang. Latihan dilaksanakan

dengan metode penataran dan study kasus terhadap kejadian yang

merupakan penyimpangan terhadap pengelolaan keuangan negara.

c. Parik bidang proggar memiliki pengalaman penugasan. Agar personel

Parik bidang proggar memiliki pengalaman dan menguasai materi yang menjadi

tugas dan tangung jawabnya, maka dapat ditempuh langkah-langkah

optimalisasi kemampuan yang dapat dilaksanakan, sebagai berikut:

1) Penugasan wasrik rutin (internal). Pangdam memberikan perintah

untuk melaksanakan tugas wasrik dengan penuh rasa tanggung jawab

kepada Irdam selaku staf pembantu Pangdam dalam pembinaan fungsi

wasrik. Pemberian tugas dalam pelaksanaan wasrik semaksimal mungkin

sesuai dengan tugas dan tanggung jawab khususnya bagi personel Parik

bidang proggar. Setelah melaksanakan penugasan tersebut Parik bidang

proggar mempunyai kewajiban membuat laporan sesuai dengan

ketentuan administrasi yang berlaku. Hal ini akan dapat

mengoptimalisasikan kemampuan Parik bidang proggar, meliputi:

34

a) Parik bidang proggar akan secara aplikatif dapat menguasai

ilmu wasrik secara maksimal, sehingga temuan-temuan berupa

penyimpangan terhadap program dan anggaran khususnya

menyangkut pengelolaan keuangan Negara yang di tuangkan

dalam bentuk atensi hasil pemeriksaan (AHP) dapat mengungkap

secara mendalam tentang penyimpangan-penyimpangan atau

kebocoran-kebocoran yang terjadi dalam pengelolaan keuangan di

satuan-satuan jajaran Kodam. Dengan demikian tertib administrasi

keuangan dapat tercapai secara optimal.

b) Parik bidang proggar akan memiliki pengalaman dan

pengetahuan secara aplikasi di lapangan, sehingga dapat

mendukung pelaksanaan tugas wasrik untuk mencermati dan

menemukan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh

satuan-satuan di jajaran Kodam.

c) Parik bidang proggar akan memiliki pengalaman dalam

penugasan yang memadai, maka akan mendukung pencapaian

tugas pokok wasrik dapat berjalan secara optimal.

d) Parik bidang proggar akan memiliki pemahaman dan

penerapan norma maupun aturan yang berlaku terhadap suatu

program dan anggaran secara optimal.

2) Penugasan wasrik khusus. Pangdam memberikan perintah untuk

melaksanakan tugas wasrik khusus dengan penuh rasa tanggung jawab

kepada Irdam selaku staf pembantu Pangdam. Pemberian tugas dalam

pelaksanaan wasrik khusus akan dapat mengoptimalisasikan kemampuan

Parik bidang proggar.

3) Penugasan verifikasi serah terima jabatan (Sertijab) satuan-satuan

jajaran Kodam. Pangdam memberikan perintah untuk melaksanakan

tugas verifikasi dengan penuh rasa tanggung jawab kepada Irdam selaku

staf pembantu Pangdam. Pemberian tugas dalam pelaksanaan verifikasi

dalam rangka sertijab akan dapat mengoptimalisasikan kemampuan Parik

bidang proggar.

35

d. Parik bidang proggar memiliki mentalitas yang baik. Agar seorang

Parik bidang proggar mempunyai sikap mental dan kepribadian yang baik, maka

dapat ditempuh langkah-langkah optimalisasi kemampuan yang dapat

dilaksanakan, sebagai berikut:

1) Briefing Parik bidang proggar. Irdam mengadakan briefing kepada

Parik bidang proggar secara periodik dengan tujuan untuk memberikan

semangat dan menekankan peran atau fungsi wasrik serta hal-hal yang

harus dilaksanakan untuk mendukung penyelenggaraan program kerja

Itdam dengan target menemukan dan mencegah terjadinya

penyimpangan yang menonjol, sehingga tidak terjadi potensi KKN di

satuan jajaran Kodam. Hal yang dapat dilaksanakan untuk mencapai

kondisi tersebut adalah dengan melaksanakan tindakan secara

komprehensif dan terpadu dengan mempertimbangkan beberapa aspek,

meliputi:

a) Parik tidak memiliki unsur kedekatan dengan personel yang

akan diperiksa.

b) Menjamin pelaksanaan tugas seorang Parik dapat berjalan

secara profesional tanpa adanya benturan kepentingan dalam

melaksanakan kewajibannya.

c) Parik bersifat netral dan tidak berpihak terhadap personel

yang diperiksa (obrik).

d) Meyakinkan tidak adanya pengaruh-pengaruh terhadap

independensinya selaku Parik.

e) Parik senantiasa bersikap tenang dan mampu

mengendalikan diri selama melaksanakan tugas wasrik.

f) Parik terbebas dari segala bentuk intimidasi atau tekanan

orang lain atau personel yang akan diperiksa (obrik). Parik bidang

proggar untuk melaksanakan tugas dapat berjalan dengan baik

dengan berdasarkan kemampuan untuk mengungkap dan

menemukan berbagai penyimpangan tentang pengelolaan

keuangan negara tanpa dilandasi tendensi terhadap pengaruh

pihak obrik.

36

g) Parik terhindar dari prasangka, interpretasi atau kepentingan

tertentu, baik kepentingan pribadi maupun pihak-pihak lainnya yang

berkepentingan dengan hasil pemeriksaan.

2) Penilaian. Pangdam berwenang dan bertanggung jawab atas

pembinaan personel wasrik tingkat Kodam dan pelaksana kegiatan

dilakukan oleh Irdam dengan kewajiban mengadakan penelitian, penilaian

dan penganalisaan secara terus menerus terhadap Parik berdasarkan

persyaratan dan kriteria yang ditentukan, sehinga diperoleh kualitas kerja

organisasi yang optimal. Hasil penilaian tersebut sebagai saran bagi

Pangdam dalam rangka pembinaan personel Wasrik.

3) Pengecekan kesiapan wasrik. Pangdam mengeluarkan perintah

pelaksanaan wasrik dan ditindaklanjuti dengan perencanaan oleh Irdam.

Irdam melaksanakan pengecekan kesiapan wasrik kepada Parik meliputi

kesiapan materi, alat peralatan, referensi dan hal lain sebagai

kelengkapan parik untuk meningkatkan kepercayaan diri Parik serta

menghilangkan peranggapan bahwa wasrik adalah kegiatan rutin,

sehingga memacu Parik bidang proggar untuk berupaya melaksanakan

wasrik sebaik-baiknya dengan membuat perencanaan dan persiapan

yang sempurna.

4) Pengamatan. Pangdam dan Irdam melaksanakan pengamatan

terhadap Parik bidang proggar selama jalannya pemeriksaan khususnya

tentang penerapan aplikasi penguasaan fungsi wasrik, guna

membangkitkan kepedulian Parik terhadap bidang tugasnya. Selanjutnya

Irdam memberikan analisa dan evaluasi prestasi parik sebagai bahan

pertimbangan penempatan personel agar tepat tempat sesuai

kemampuan.

5) Reward and punishment. Pangdam dan Irdam memberikan reward

and punishment khususnya bagi personel Parik bidang proggar dalam

melaksanakan tugasnya, sehingga memacu kinerja dan meningkatkan

motivasi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara

optimal.

37

6) Pembinaan kesehatan dan kesegaran jasmani. Agar dapatnya

mempertimbangkan dan mengatur jadwal pelaksanaan wasrik, sehingga

memberikan waktu dan kesempatan bagi Parik bidang proggar untuk

melaksanakan pembinaan fisiknya. Hal yang dapat ditempuh langkah-

langkah optimalisasi kemampuan kesehatan dan jasmani, sebagai berikut:

a) Pemeriksaan kesehatan (Rikkes) secara berkala. Pangdam

memberikan perintah kepada Kakesdam untuk melaksanakan

program pemeriksaan kesehatan secara berkala minimal enam

bulan sekali guna mengetahui kondisi kesehatan. Irdam mengatur

pelaksanaannya dan apabila membutuhkan penanganan lebih

lanjut dapat bersandar pada instansi kesehatan yang ada di

wilayah. Hal ini dilaksanakan untuk menjaga kondisi kesehatan

secara dini, sehingga dapat melaksanakan tugas pokoknya dengan

baik.

b) Pembinaan kesegaran jasmani secara periodik. Pangdam

memerintahkan Kajasdam untuk melaksanakan pembinaan

jasmani secara bertahap, bertingkat dan berlanjut serta diadakan

pemisahan sesuai dengan kelompok umur sehingga memiliki

kondisi fisik yang prima guna menunjang tugasnya. Kegiatan ini

dilaksanakan secara periodik tanpa menghambat pelaksanaan

tugas pokok. Dengan memberikan kesempatan dan waktu yang

cukup untuk melaksanakan pembinaan fisik (kesegaran jasmani)

secara periodik dengan cara mengatur jadwal pelaksanaan

kegiatan wasrik, sehingga tersedia waktu yang cukup untuk

melaksanakan pembinaan fisik.

e. Anggaran khususnya BPD Jaldis kegiatan wasrik untuk menjangkau

satuan. Terdukungnya pagu anggaran dari komando atas khususnya biaya

perjalanan dinas (BPD) dalam rangka kegiatan wasrik guna menjangkau satuan-

satuan terpencil oleh komando atas, maka dapat ditempuh langkah-langkah

optimalisasi kemampuan yang dapat dilaksanakan, sebagai berikut:

38

1) Pelaksanaan wasrik berdasarkan skala prioritas. Agar dukungan

anggaran BPD Jaldis dapat dilaksanakan secara optimal, maka diperlukan

perencanaan wasrik berdasarkan skala prioritas. Sehingga keterbatasan

dukungan anggaran BPD Jaldis tersebut dapat mencapai keberhasilan

tugas pokok wasrik dengan mempertimbangkan jadwal wasrik yang

dilaksanakan oleh Itjen Kemenhan, Itjen TNI dan Itjenad. Dengan

demikian pelaksanaan wasrik dalam satu tahun anggaran diprioritaskan

kepada satuan-satuan yang akan menjadi obrik oleh wasrik eksternal,

sehingga tidak terjadi tumpang tindih dan dapat lebih efektif serta efisien.

2) Mengajukan dukungan anggaran ke komando atas. Kekurangan

dukungan anggaran dalam pelaksanaan wasrik diajukan secara periodik

pada saat pelaksanaan penyusunan rencana kerja anggaran (RKA)

tahunan.

3) Memberikan saran dan masukan kepada komando atas. Mengingat

fluktuatifnya biaya transportasi umum (pesawat dan kapal laut) yang

diperlukan untuk mendukung pelaksanaan tugas wasrik, maka

kekurangan anggaran tersebut dapat disampaikan dalam bentuk saran

dan masukan kepada komando atas pada saat pelaksanaan Rakorwas.

f. Anggaran Kegiatan Pendampingan Tim Wasrik Eksternal dari BPK,

Itjen Kemhan, Itjen TNI dan Itjenad. Keterbatasan dukungan anggaran pada

kegiatan pendampingan tim wasrik eksternal dari badan pengawas keuangan RI

(BPK RI), Itjen Kemhan, Itjen TNI dan Itjenad berdampak terhadap pemberian

kesempatan bagi Parik bidang proggar untuk diikut sertakan dalam penugasan

mendampingi kegiatan tersebut, maka dapat ditempuh langkah-langkah

optimalisasi kemampuan yang dapat dilaksanakan, sebagai berikut:

1) Mengajukan dukungan anggaran khusus. Agar dukungan anggaran

BPD Jaldis dapat didukung oleh komando atas, maka diperlukan

penyusunan perencanaan wasrik eksternal dan mengajukan kebutuhan

dukungan pendampingan wasrik ke satuan yang akan melaksanakan

wasrik yaitu: Irjen Kemenhan, Irjen TNI dan Irjenad. Sehingga kebutuhan

dukungan anggaran BPD Jaldis tersebut dapat didukung secara optimal.

39

2) Mengajukan dukungan anggaran ke komando atas. Kekurangan

dukungan anggaran dalam pelaksanaan wasrik diajukan secara periodik

pada saat pelaksanaan penyusunan rencana kerja anggaran (RKA)

tahunan.

3) Memberikan saran dan masukan kepada komando atas. Mengingat

fluktuatifnya biaya transportasi yang diperlukan untuk mendukung

pelaksanaan tugas wasrik, maka kekurangan anggaran tersebut dapat

disampaikan dalam bentuk saran dan masukan kepada komando atas

pada saat pelaksanaan Rakorwas di satuan Itjenad.

g. Sarana dan Prasarana untuk mendukung pelaksanaan wasrik.

Dukungan sarana dan prasarana yang memadai tentunya akan berpengaruh

terhadap keberhasilan pencapaian tugas wasrik agar dapat berjalan secara

berhasil guna dan berdaya guna. Namun kondisi riil atau nyata dilapangan

menunjukkan bahwa masih terbatasnya dukungan sarana dan prasarana

tersebut, maka dapat ditempuh langkah-langkah optimalisasi kemampuan,

sebagai berikut:

1) Memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia. Keterbatasan

sarana dan prasarana tersebut tentunya dapat mempengaruhi

keberhasilan pencapaian tugas wasrik. Hal yang dapat dilakukan dengan

memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia serta melaksanakan

koordinasi dengan staf terkait atau komando atas untuk mendukung

pelaksanaan tugas wasrik.

2) Mengajukan dukungan sarana dan prasarana. Kegiatan yang

dilakukan dengan mengajukan dukungan sarana dan prasarana yang

memadai guna mendukung pelaksanaan wasrik secara periodik ke

komando atas. Dapat pula mengajukan kekurangan dukungan anggaran

dalam pelaksanaan wasrik diajukan secara periodik pada saat

pelaksanaan penyusunan rencana kerja anggaran (RKA) tahunan dalam

bentuk belanja modal dan belanja pemeliharaan.

40

3) Memberikan saran dan masukan kepada komando atas. Mengingat

keterbatasan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung

pelaksanaan tugas wasrik, maka kekurangan tersebut dapat disampaikan

dalam bentuk saran dan masukan kepada komando atas pada saat

pelaksanaan Rakorwas di satuan Itjenad.

h. Terpenuhinya secara Kuantitas Jumlah Personel Parik bidang

proggar. Keberadaan Parik tentunya akan berpengaruh terhadap keberhasilan

pencapaian tugas wasrik agar dapat berjalan secara berhasil guna dan berdaya

guna. Namun kondisi riil atau nyata dilapangan menunjukkan bahwa masih

terbatasnya kesiapan operasional Parik dalam pelaksanaan wasrik, maka dapat

ditempuh langkah-langkah optimalisasi kemampuan yang dapat dilaksanakan,

sebagai berikut:

1) Melaksanakan kaderisasi. Keterbatasan personel Parik bidang

Proggar dapat diantisipasi dengan melaksanakan kaderisasi, sehingga

dengan kondisi riil atau nyata di lapangan bahwa kesiapan operasional

pelaksanaan wasrik senantiasa terbatas ketersediaan personel yang

menduduki jabatan di staf Itdam.

2) Mengajukan pemenuhan personel. Kegiatan yang dilakukan

dengan mengajukan pemenuhan personel Parik bidang proggar yang

memadai guna mendukung operasional pelaksanaan wasrik secara

periodik ke komando atas.

3) Memberikan saran dan masukan kepada komando atas. Mengingat

keterbatasan personel Parik yang diperlukan untuk mendukung

pelaksanaan tugas wasrik, maka kekurangan tersebut dapat disampaikan

dalam bentuk saran dan masukan kepada komando atas pada saat

pelaksanaan Rakorwas di satuan Itjenad.

41

BAB VII

PENUTUP

38. Kesimpulan.

a. Pengelolaan keuangan negara dapat dilaksanakan secara optimal dengan

didukung fungsi wasrik yang berdaya guna dan berhasil guna menuju opini BPK

RI wajar tanpa pengecualiaan (WTP).

b. Keberhasilan pelaksanaan fungsi wasrik sangat ditentukan oleh

kemampuan Parik bidang proggar sebagai komponen yang dominan.

c. Pelaksanaan tugas wasrik untuk mewujudkan tata kelola laporan

administrasi dan pertanggungjawaban keuangan mempedomani prinsip 2K3E

yaitu ketaatan, kepatuhan terhadap aturan dan ekonomis, efektif serta efisien

terhadap penggunaan anggaran, sehingga belum tercapai sasaran tersebut

diakibatkan karena masih kurang optimalnya kemampuan Parik bidang proggar

sesuai dengan persyaratan dan kriteria yang diperlukan guna mendukung tugas

wasrik.

d. Rendahnya kemampuan Parik bidang proggar ditinjau dari aspek memiliki

sertifikasi auditor ahli, mengikuti sosialisasi aturan yang terbaru, pengalaman

penugasan, mentalitas, terdukungnya anggaran khususnya BPD jaldis,

terdukungnya anggaran kegiatan pendampingan tim wasrik eksternal dari BPK

RI, Itjen Kemhan, Itjen TNI dan Itjenad, sarana dan prasarana untuk mendukung

pelaksanaan wasrik, terpenuhinya secara kuantitas jumlah personel, maka hal ini

dipengaruhi faktor internal maupun eksternal.

e. Optimalisasi kualitas parik sesuai yang diharapkan dapat dilaksanakan

yaitu Pengajuan mengikuti sertifikasi, memberikan masukan ke komando atas

untuk penambahan alokasi, kepedulian dan skala prioritas, kaderisasi Parik

bidang proggar, pengajuan mengikuti pendidikan/penataran, latihan, penugasan

wasrik rutin (internal), penugasan wasrik khusus, penugasan verifikasi serah

terima jabatan (Sertijab) satuan-satuan jajaran Kodam, briefing Parik bidang

proggar, penilaian, pengecekan kesiapan wasrik, pengamatan, reward and

punishment, pembinaan kesehatan dan kesegaran jasmani, pelaksanaan wasrik

berdasarkan skala prioritas, mengajukan dukungan anggaran ke komando atas,

42

mengajukan dukungan anggaran khusus, mengajukan dukungan anggaran ke

komando atas, memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia, mengajukan

dukungan sarana dan prasarana, melaksanakan kaderisasi, mengajukan

pemenuhan personel, memberikan saran dan masukan kepada komando atas.

39. Saran. Agar langkah optimalisasi kemampuan Parik bidang proggar dapat

terlaksana dengan baik, maka perlu disampaikan saran sebagai berikut:

a. Adanya pola karier dan pembinaan karier Parik bidang proggar yang

diatur oleh ketentuan yang baku dan terarah.

b. Agar profesi tenaga Parik bidang proggar dijadikan profesi yang dapat

mempengaruhi karier dan promosi jabatan Perwira diluar bidang wasrik.

c. Adanya program pemeriksaan psikologi dan pemeriksaan kesehatan

secara berkala khusus untuk Parik bidang proggar yang anggarannya masuk

dalam program kerja tahunan TNI AD.

40. Demikian tulisan ini dibuat, sebagai bahan masukan bagi komando atas dan

bahan pertimbangan untuk menentukan kebijaksanaan selanjutnya.

Bandung, September 2012

Penulis

Dodiet LumwartonoMayor Inf NRP 11950007220470

Dodiet LumwartonoMayor Inf Nosis: 50063

TERBATAS

42

TERBATASTERBATAS