Karil_Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Menemukan Kalimat Utama

download Karil_Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Menemukan Kalimat Utama

of 22

Transcript of Karil_Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar Menemukan Kalimat Utama

21

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERMEDIA KARTU PARAGRAF PADA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI MENEMUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF KELAS IV SD NEGERI JEMBAYAT 04Bayu Prima Hanif, Program S1 PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Terbuka. NIM: 821779312. Email: [email protected]

Sebagian besar siswa kelas IV SD Negeri Jembayat 04 terlihat kurang berminat dan pasif dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi menemukan kalimat utama paragraf. Model pembelajaran dan metode mengajar guru pun kurang variatif. Hal ini berimbas pada hasil belajar siswa yang rendah. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia materi menemukan kalimat utama paragraf di kelas IV SD Negeri Jembayat 04. Penelitian terdiri dari dua siklus dengan metode pengambilan data menggunakan teknik tes dan non tes berupa pengamatan. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran dalam dua siklus tersebut dilaksanakan melalui model pembelajaran kooperatif bermedia kartu paragraf. Analisis data menggunakan teknik deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: 1) keaktifan belajar siswa meningkat sampai 84% termasuk dalam kategori sangat baik dan tuntas, 2) hasil belajar siswa meningkat dari 41,7% pada kondisi awal menjadi 77,8% pada kondisi akhir dengan nilai rata-rata 81,6. Hal ini berarti hipotesis tindakan yang menyatakan penerapan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada materi menemukan kalimat utama paragraf diterima.Kata Kunci: keaktifan dan hasil belajar, model pembelajaran kooperatif bermedia kartu paragraf, kalimat utama paragraf.PendahuluanLatar Belakang Masalah

Salah satu kompetensi dasar keterampilan membaca yang harus dimiliki siswa kelas IV SD adalah menemukan kalimat utama pada tiap paragraf. Kompetensi ini dapat dikatakan sebagai langkah awal bagi siswa untuk dapat memahami isi berbagai macam bacaan, terutama buku-buku pelajaran.

Namun tidak mudah menanamkan kompetensi ini pada siswa kelas IV SD Negeri Jembayat 04 semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Hal ini terlihat dari keaktifan dan hasil belajar siswa yang masih rendah. Hasil ulangan harian siswa kelas IV pada pelajaran bahasa Indonesia materi menemukan kalimat utama paragraf menunjukkan masih banyak siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan, yaitu 70. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh hanya 52,8 dengan nilai terendah 20, dan nilai tertinggi 100. Dari 36 siswa kelas IV, jumlah siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM ada 21 siswa atau sekitar 58,3%, sedangkan yang memperoleh nilai di atas KKM ada 15 siswa atau sekitar 41,7%.

Kegiatan belajar bahasa Indonesia di dalam kelas juga belum menunjukkan pembelajaran yang aktif dan efektif. Saat diminta membaca untuk menemukan kalimat utama paragraf, siswa cenderung tidak fokus pada bahan bacaan. Siswa terlihat hanya melakukan kegiatan membaca lancar dan bersuara tanpa berusaha memahami isi bacaan. Komunikasi yang terjadi dalam proses pembelajaran pun hanya berlangsung satu arah, yaitu antara guru dan siswa, dengan guru yang lebih mendominasi komunikasi.

Peneliti menganalisis masalah rendahnya keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IV pada pelaajaran bahasa Indonesia materi menemukan kalimat utama paragraf melalui dua faktor, yaitu faktor siswa dan faktor guru. Antara lain kurangnya minat siswa, kurangnya keterampilan membaca siswa, siswa meremehkan pelajaran membaca, kurangnya bahan ajar dari guru, model pembelajaran dan metode yang kurang variatif, dan guru tidak menggunakan media pembelajaran yang merangsang keaktifan siswa.

Sebagai upaya untuk memecahkan masalah-masalah tersebut, peneliti memilih dua alternatif perbaikan pembelajaran, yaitu menerapkan model pembelajaran kooperatif dan penggunaan media pembelajaran kartu paragraf.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif bermedia kartu paragraf dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia materi menemukan kalimat utama paragraf di kelas IV SD Negeri Jembayat 04?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif bermedia kartu paragraf dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia materi menemukan kalimat utama paragraf di kelas IV SD Negeri Jembayat 04?

Tujuan Peneletian Perbaikan PembelajaranTujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia di kelas IV SD Negeri Jembayat 04.Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

1. Untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia materi menemukan kalimat utama paragraf di kelas IV SD Negeri Jembayat 04 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif bermedia kartu paragraf.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia materi menemukan kalimat utama paragraf di kelas IV SD Negeri Jembayat 04 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif bermedia kartu paragraf.

Manfaat Penelitian Perbaikan PembelajaranManfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya sebagai alternatif pemecahan masalah dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar.Manfaat Praktis

Bagi guru, penelitian ini bermanfaat: (1) sebagai alternatif dalam menentukan model pembelajaran dan penggunaan media untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, (2) guru mampu berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan ia mampu menilai dan memperbaiki kualitas pengelolaan pembelajaran.

Bagi siswa, perbaikan pembelajaran yang dilakukan menjadi wahana yang berbeda untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar mereka, serta siswa menjadi kritis terhadap hasil belajarnya. Sedangkan bagi sekolah, penelitian ini berpengaruh terhadap peningkatan kualitas sekolah melalui hasil belajar siswa dan kinerja guru. Kajian Pustaka

Kerangka Teori

Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

Karakteristik yang menonjol pada anak usia sekolah dasar adalah senang bermain, selalu bergerak, bermain atau bekerja dalam kelompok, senantiasa ingin melaksanakan dan/atau merasakan sendiri (Sumantri, 2011: 6.3). Guru SD perlu mengetahui karakteristik-karakteristik tersebut agar dapat memberikan pembinaan dengan baik dan tepat sehingga dapat meningkatkan potensi kecerdasan dan kemampuan anak didiknya melalui proses pembelajaran di dalam kelas. Keaktifan Belajar

Menurut kamus bahasa Indonesia (2008: 30) aktif berarti giat (bekerja, berusaha). Sedangkan keaktifan (KBI, 2008: 30) berarti kegiatan atau kesibukan. Peneliti mengartikan keaktifan belajar dengan kegiatan atau kesibukan siswa yang berupa niat, sikap, pikiran, dan perhatian dalam mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat terlihat dalam kegiatan berbuat sesuatu dan berinteraksi di dalam kelas untuk memahami materi pelajaran.

Interaksi yang diharapkan terjadi di dalam kelas adalah interaksi yang optimal antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa yang lainnya. Interaksi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut (Hernawan, 2010: 3.45):

Gambar 1.Pola interaksi banyak arah

Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan titik puncak dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Hasil belajar sering disebut juga dengan prestasi belajar. Menurut Hamalik (1994), prestasi belajar adalah perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu. Aspek perilaku keseluruhan yang menjadi gambaran hasil belajar menurut Benyamin Bloom (Anitah, 2009: 2.19) mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibagi menjadi dua yaitu faktor dari dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Faktor intern siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar antara lain kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan, kesehatan, dan kebiasaan siswa. Minat siswa terhadap suatu materi harus dimunculkan lebih dahulu dalam diri siswa. Guru dapat mengkondisikan minat, motivasi, dan perhatian siswa dengan berbagai pendekatan, strategi, model pembelajaran, maupun metode pembelajaran. Guru juga perlu mempertimbangkan pembelajaran dengan melihat kecakapan, kondisi kesehatan, dan kebiasaan siswa. Faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar adalah lingkungan fisik dan nonfisik (seperti kondisi kebersihan kelas, penataan meja kursi, suasana belajar), lingkungan sosial budaya, lingkungan keluarga, program sekolah, guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman sekolah.Model Pembelajaran Kooperatif

Belajar kooperatif adalah pembelajaran yang menggunakan kelompok kecil sehingga siswa bekerja sama untuk memaksimalkan kegiatan belajarnya sendiri dan juga anggota lain (Anitah, dkk, 2009: 3.7). Slameto dalam Murtiningsih (2012: 3) memberikan pengertian bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri.

Sintaks model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Trianto, 2010):1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.2. Menyajikan informasi.

3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif.

4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

5. Presentasi/Evaluasi.

6. Memberikan penghargaan.

Media Pembelajaran Kartu Paragraf

Media Pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu (Sumilah, 2012: 2).

Media pembelajaran kartu paragraf merupakan media pembelajaran berbentuk kartu yang berisikan sebuah paragraf. Luas kartu dapat disesuaikan dengan panjang paragraf yang dituliskan dalam kartu tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa kartu paragraf bernomor, yang jika disusun akan membentuk sebuah karangan yang utuh.

Penggunaan kartu ini sangat mudah. Guru meminta siswa dalam tiap kelompok membaca intensif paragraf yang terdapat di dalam kartu yang telah dibagikan. Setelah semua pokok pikiran dan kalimat utama ditemukan, tugas kelompok selanjutnya adalah menyusun kartu-kartu paragraf tersebut menjadi sebuah karangan yang utuh.

Pelajaran Bahasa Indonesia Materi Menemukan Kalimat Utama Paragraf

Paragraf merupakan unit terkecil dalam sebuah karangan yang terdiri dari kalimat utama dan kalimat penjelas. Dalam kamus bahasa Indonesia (2008: 1124) paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan, biasanya mengandung satu ide pokok, dan penulisannya dimulai dengan garis baru (alinea).

Pikiran pokok atau ide pokok adalah gagasan yang menjadi inti pengembangan paragraf. Dengan kata lain pikiran pokok merupakan permasalahan atau isi yang ada di dalam sebuah paragraf. Pikiran pokok dalam paragraf menunjang dan mempunyai relevansi dengan ide pokok keseluruhan karangan.

Kalimat yang membentuk sebuah paragraf terdiri dari dua bagian, yaitu kalimat utama dan kalimat penjelas. Kalimat utama adalah kalimat yang di dalamnya terkandung pikiran pokok paragraf. Kalimat utama ini dijelaskan atau diuraikan oleh kalimat-kalimat lain dalam paragraf tersebut. Kalimat-kalimat lain yang menjelaskan kalimat utama disebut kalimat penjelas.Kerangka Berpikir

Keaktifan siswa yang rendah dalam proses kegiatan belajar mengakibatkan hasil belajar yang rendah pada materi menemukan kalimat utama tiap paragraf dengan membaca intensif. Penerapan model pembelajaran kooperatif bermedia kartu paragraf lebih mendorong keaktifan dan tanggung jawab dalam diri siswa. Dalam pembelajaran ini siswa lebih banyak berperan selama kegiatan belajar berlangsung. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif bermedia kartu paragraf diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia materi menemukan kalimat utama paragraf.

Kerangka berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Kerangka berpikir

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir sebelumnya, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif bermedia kartu paragraf dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada materi menemukan kalimat utama paragraf di kelas IV SD Negeri Jembayat 04.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif bermedia kartu paragraf dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi menemukan kalimat utama paragraf di kelas IV SD Negeri Jembayat 04.

Indikator Kinerja dan Kriteria Keberhasilan

Indikator yang digunakan untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan dapat meningkatkan keaktifan siswa adalah munculnya aspek-aspek perilaku keaktifan (kesiapan, kesungguhan, keaktifan, kerja sama) pada tiap siswa kelas IV SD Negeri Jembayat 04 saat proses pembelajaran berlangsung. Indikator yang digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar (kognitif) siswa pada pelajaran bahasa Indonesia materi menemukan kalimat utama paragraf adalah nilai ulangan harian/tes formatif siswa pada materi tersebut.

Tindakan yang dilakukan dinyatakan dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa jika minimal 65% (sekitar 24 orang) siswa kelas IV SD Negeri Jembayat 04 dapat memenuhi aspek-aspek keaktifan tersebut di atas. Tindakan yang dilakukan dinyatakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa jika minimal 75% (sekitar 27 orang) dari jumlah siswa memperoleh nilai tes formatif tuntas (sama dengan atau lebih dari kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan sekolah yaitu 70), dengan rata-rata kelas sama dengan atau lebih dari KKM.

Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Jembayat 04 Kecamatan Margasari Kabupaten Tegal semester II tahun pelajaran 2013/2014 pada pelajaran bahasa Indonesia materi menemukan kalimat utama paragraf. Subjek penelitian berjumlah 36 siswa kelas IV, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan.

Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih satu setengah bulan mulai tanggal 01 Maret sampai dengan 19 April tahun 2014. Waktu pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel 1.

Waktu Pelaksanaan Tindakan Perbaikan Pembelajaran

No.SiklusHari/TanggalWaktuKegiatan

1Pra SiklusSabtu,

8 Maret 201407.15 08.25Pelaksanaan Pembelajaran

2Siklus ISenin,

17 Maret 201411.15 12.35Perbaikan Pembelajaran I, Pertemuan ke-1

Selasa,

18 Maret 201409.15 11.00Pertemuan ke-2

3Siklus IISelasa,

25 Maret 201407.15 08.25Perbaikan Pembelajaran II

Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat (Wardani dan Wihardit, 2012: 1.15). PTK ini, yang dalam praktiknya berupa perbaikan pembelajaran, dilaksanakan melalui dua siklus yang tiap-tiap siklusnya meliputi perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection).

Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Desain prosedur perbaikan pembelajaran yang akan peneliti lakukan dapat dilihat pada tabel berikut (Mahdalena, 2013):

Tabel 2.

Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran

SiklusTahap-tahap PenelitianUraian Kegiatan

Siklus IPerencanaan I Melakukan identifikasi masalah.

Melakukan analisis masalah.

Menentukan alternatif dan. prioritas pemecahan masalah, yaitu dengan model pembelajaran kooperatif dan media kartu paragraf.

Merumuskan masalah dan hipotesis tindakan.

Menentukan waktu pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran Siklus I.

Membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus I untuk 2 kali pertemuan.

Menentukan pembagian kelompok siswa.

Membuat kartu paragraf Bertanam Sayuran dalam Pot dan Bahaya Merokok.

Membuat lembar kerja kelompok siklus I untuk pertemuan ke-1 dan ke-2.

Membuat lembar tugas siswa siklus I.

Membuat lembar pengamatan siklus I.

Berdiskusi dengan supervisor 2 tentang kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi.

Memastikan kembali urutan-urutan kegiatan yang telah dirancang.

Memastikan kesiapan supervisor 2/teman sejawat.

Tindakan IMelaksanakan rencana perbaikan pembelajaran siklus I sebanyak 2 kali pertemuan.

Pengamatan IMelaksanakan pengamatan menggunakan lembar pengamatan. Dilakukan oleh teman sejawat/supervisor 2.

Refleksi I Bertanya jawab dengan siswa tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Berdiskusi dengan Supervisor 2 tentang kegiatan pembelajaran siklus I.

Membahas dan menyimpulkan hasil belajar dan hasil pengamatan siklus I.

Merencanakan perbaikan pembelajaran siklus II.

Siklus IIPerencanaan II Menentukan waktu pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran siklus II.

Berdiskusi dengan supervisor 2 tentang hal-hal yang perlu ditambahkan pada RPP Siklus II.

Membuat rencana perbaikan pembelajaran siklus II.

Membuat kartu paragraf Gemar Membaca.

Membuat lembar kerja kelompok siklus II.

Membuat lembar tugas siswa siklus II.

Membuat lembar pengamatan siklus II.

Mempersiapkan proyektor.

Memeriksa kembali urutan kegiatan siklus II yang telah dirancang.

Tindakan IIMelaksanakan rencana perbaikan pembelajaran siklus II.

Pengamatan IIMelaksanakan pengamatan menggunakan lembar pengamatan.

Refleksi II Bertanya jawab dengan siswa tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.

Berdiskusi dengan Supervisor 2 tentang kegiatan pembelajaran siklus II.

Menganalisis dan menyimpulkan hasil belajar dan hasil pengamatan siklus II.

Membandingkan data hasil belajar dan hasil pengamatan perbaikan pembelajaran antarsiklus.

Menyimpulkan keberhasilan maupun kegagalan penelitian.

Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dengan teknik tes. Teknik tes dilaksanakan dua kali yaitu pada tiap akhir siklus. Tes yang dilakukan adalah tes tertulis. Peneliti menggunakan instrumen Lembar Tugas Siswa (LTS) untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa yang selanjutnya dikumpulkan sebagai sumber data kuantitatif.

Data kualitatif diperoleh dengan teknik nontes. Teknik nontes yang digunakan yaitu pengamatan/observasi. Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek (Arikunto, 1993: 146 dalam Oktadika, 2013: 29). Pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh Supervisor 2 untuk mengetahui perubahan perilaku keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Aspek-aspek yang diamati yaitu; (1) kesiapan, (2) kesungguhan, (3) keaktifan, dan (4) kerja sama siswa.

Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang telah berhasil dikumpulkan adalah teknik deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk membandingkan hasil antarsiklus. Data kuantitatif yang dibandingkan adalah jumlah siswa (dalam angka dan persen) yang memperoleh nilai tuntas (lebih dari atau sama dengan KKM) pada seluruh siklus.

Persentase Ketuntasan = x 100%

Untuk data kualitatif, teknik analisis yang digunakan adalah analisis kritis, meliputi kegiatan mengungkap keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Namun demikian, meskipun tidak ada prosedur baku untuk menganalisis data kualitatif, tetapi peneliti berupaya menguantifikasi data tersebut dalam angka agar lebih logis sesuai dengan tujuan penelitian yaitu meningkatan keaktifan siswa, artinya peningkatan tersebut dapat dilihat dalam angka. Kuantifikasi data kualitatif dilakukan dengan menjumlah siswa yang muncul aspek perilaku keaktifannya dalam kelas kemudian mempersentasekannya. Yang selanjutnya jumlah dan persentase tersebut dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif. Yaitu dengan membandingkan jumlah (dalam angka dan persen) siswa yang aktif tiap aspek dalam proses pembelajaran seluruh siklus.

Persentase Aspek Keaktifan = x 100%

Tabel 3.

Rentang Persentase Tingkat Keaktifan Siswa di dalam Kelas

No.Rentang PersentaseKeterangan

180% - 100%Sangat baik

265% - 79%Baik

355% - 64%Cukup baik

40% - 54%Kurang

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Secara umum, perbaikan pembelajaran yang peneliti lakukan pada pelajaran bahasa Indonesia materi menemukan kalimat utama paragraf melalui model pembelajaran kooperatif bermedia kartu paragraf berhasil meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Jembayat 04. Berikut hasil dan pembahasan tentang penelitian perbaikan pembelajaran tersebut.

Keaktifan Siswa

Pemilihan model pembelajaran, metode mengajar, dan media pembelajaran dengan mempertimbangkan karakteristik siswa SD akan sangat mempengaruhi kegiatan pembelajaran di dalam kelas, terutama perilaku keaktifan siswa. Karakteristik siswa SD yang perlu diketahui para guru (Sumantri, 2011: 6.3) adalah senang bermain, selalu bergerak, bekerja dalam kelompok, dan senantiasa ingin melaksanakan atau merasakan sendiri. Selaras dengan karakteristik siswa usia SD tersebut peneliti memilih model pembelajaran kooperatif dalam penelitian tindakan kelas ini. Dan memang terjadi peningkatan perilaku keaktifan yang signifikan pada perbaikan pembelajaran tiap siklusnya, meskipun membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dari pembelajaran klasikal.

Pada pembelajaran pra siklus, guru masih menggunakan pembelajaran konvensional. Metode yang digunakan adalah metode ceramah dengan sekali-kali tanya jawab. Meskipun menggunakan media pembelajaran, yaitu lembaran teks paragraf, nampaknya para siswa tetap kurang berminat untuk mengikuti pembelajaran. Apalagi paragraf yang tertulis pada teks cukup panjang. Untuk mebaca teksnya saja siswa tampak kurang bergairah, apalagi diminta untuk menemukan kalimat utama tiap paragraf teks tersebut. Dengan begitu tentu tidak akan muncul motivasi, kesungguhan, keaktifan, dan kerja sama siswa. Siswa hanya duduk diam dan pasif yang pada akhirnya berdampak pada hasil belajar bahasa Indonesia kompetensi dasar menemukan kalimat utama tiap paragraf.

Model pembelajaran yang dilakukan pada siklus I dan II merupakan hasil refleksi dari model pembelajaran pra siklus. Model pembelajaran yang dipilih oleh peneliti yaitu model pembelajaran kooperatif. Modifikasi media pembelajaran juga peneliti lakukan. Teks paragraf yang agak panjang dirubah menjadi kartu paragraf yang berisi satu paragraf tiap kartunya. Hal ini terbukti berhasil meningkatkan munculnya perilaku keaktifan siswa pada perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II.

Peneliti sajikan perubahan peningkatan kemunculan perilaku keaktifan antarsiklus pada tabel di bawah ini.Tabel 4. Peningkatan Keaktifan Antarsiklus

No.Aspek PengamatanSiklus ISiklus IIPeningkatan

FrekuensiPersentase (%)

F(%)F(%)

1Kesiapan2466,73391,7925

2Kesungguhan2877,83288,9411,1

3Keaktifan1644,42672,21927,8

4Kerja sama2569,43083,3513,9

Rata-rata23653084719

KategoriBaikSangat Baik

Meskipun tidak menggunakan lembar observasi, peneliti menyimpulkan kurang dari 50% siswa kelas IV memunculkan perilaku keaktifan dalam pembelajaran pra siklus pada tiap aspek keaktifan yang telah peneliti tentukan. Namun selanjutnya kemunculan perilaku keaktifan siswa mulai meningkat pada perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II.

Kesiapan

Pada pembelajaran pra siklus, kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran sangat rendah. Siswa seakan tidak peduli guru telah memasuki ruangan kelas. Masih ada yang diluar kelas, bercanda dengan teman, bahkan masih ada yang jajan. Namun hal ini mulai berkurang pada perbaikan pembelajaran siklus I. Pada siklus I, hasil pengamatan tercatat 24 siswa atau 66,7% memperlihatkan kesiapan untuk mengikuti pembelajaran. Teguran dan motivasi yang guru berikan tentang bagaimana mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran mulai dapat dipahami dan dilaksanakan siswa. Siswa yang terbiasa masih di luar pun segera masuk ke dalam kelas saat guru datang. Sebagian besar siswa tampak penasaran dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan.

Kesiapan siswa meningkat signifikan pada perbaikan pembelajaran siklus II. Sebanyak 33 orang atau 91,7% siswa kelas IV telah siap mengikuti pembelajaran. Bertambah 9 siswa atau 25% dari perbaikan pembelajaran siklus I. Tidak ada lagi siswa yang berada di luar saat guru dan observer memasuki ruangan kelas. Bahkan hampir semua sudah siap dengan buku dan alat tulis masing-masing. Kesiapan juga terlihat saat penjelasan klasikal. Sebagian siswa menunjukkan kesiapan untuk maju ke depan kelas menjawab pertanyaan guru. Sebagian siswa yang lain meminta kegiatan menemukan kalimat utama dengan menggunakan kartu paragraf segera dimulai. Tampak sekali peningkatan minat yang besar pada perbaikan pembelajaran siklus II. Sesuai dengan karakteristik siswa usia SD senang bermain, kegiatan menemukan kalimat utama menggunakan kartu paragraf sebagai media pembelajaran berhasil meningkatkan minat siswa.

Kesungguhan

Sebanyak 28 siswa atau 77,8% menunjukkan kesungguhan saat mengikuti perbaikan pembelajaran siklus I. Kemudian meningkat menjadi 32 siswa atau 88,9% pada siklus II. Bertambah 4 orang atau 11,1%. Penjelasan guru yang detail dengan berbagai contoh paragraf membuat mereka harus berkonsentrasi. Kerja kooperatif kelompok yang terbatas waktunya memaksa setiap anggota kelompok menemukan kalimat utama kartu paragraf yang menjadi bagiannya secara intensif. Penggunaan media proyektor pada perbaikan pembelajaran siklus II semakin menambah fokus dan kesungguhan para siswa untuk memperhatikan penjelasan dan konfirmasi saat presentasi kelompok.Keaktifan

Hasil pengamatan aspek keaktifan pada perbaikan pembelajaran siklus II terdapat 26 siswa atau 72,2% menunjukkan sikap aktif. Bertambah signifikan sebanyak 19 siswa atau 27,8% dari perbaikan pembelajaran siklus I, yang hanya terdapat 16 orang atau 44,4% menunjukkan sikap aktif. Pada siklus I siswa sebagian besar siswa masih canggung untuk menunjukkan keaktifannya dalam bertanya maupun menjawab. Mungkin masih menyesuaikan dengan model pembelajaran yang dilakukan. Saat kerja kooperatif kelompok juga suasana dalam kelompok masih kurang cair. Siswa masih tampak kaku untuk bertukar pendapat dengan teman sekelompoknya. Baru pada pertemuan ke dua pada perbaikan pembelajaran siklus I kerja kelompok mulai hidup. Terlebih lagi pada perbaikan pembelajaran siklus II. Saat guru memantau berkeliling tiap kelompok, di setiap kelompok pasti ada siswa yang mengajukan pertanyaan kepada guru. Pada saat presentasi, setiap kelompok ingin maju ke depan terlebih dahulu untuk melakukan presentasi. Dan saat satu kelompok menyampaikan hasil kerja kelompoknya, kelompok yang lain sangat antusias menanggapi atau menyampaikan pendapat yang berbeda tentang kalimat utama tiap paragraf pada kartu yang dibagikan. Keadaan ini tentu sesuai dengan karakteristik siswa usia SD, yaitu senang bekerja dalam kelompok (Sumantri, 2011).

Kerja sama

Aspek kerja sama menunjukkan peningkatan sejumlah 5 siswa atau 13,9% antara perbaikan pembelajaran siklus I dan siklus II. Dari 25 orang siswa atau 69,4% pada perbaikan pembelajaran siklus I meningkat menjadi 30 siswa atau 84% pada perbaikan pembelajaran siklus II. Sikap kurang menerima tampak pada beberapa siswa yang merasa pintar ketika harus bergabung dengan anggota kelompok yang dianggap kurang pintar. Namun pada akhirnya mereka dapat menyesuaikan dan dapat menerima perbedaan yang ada, termasuk saat bertukar pendapat tentang kalimat utama pada kartu paragraf. Bahkan beberapa di antara mereka dapat berperan sebagai tutor sebaya yang baik.

Secara keseluruhan, terjadi peningkatan yang signifikan pada tiap siklus perbaikan pembelajaran pelajaran bahasa Indonesia materi menemukan kalimat utama paragraf kelas IV SD Negeri Jembayat 04. Rata-rata frekuensi keaktifan perbaikan pembelajaran siklus I yaitu sebanyak 23 siswa atau 65% termasuk dalam kategori baik. Sedangkan rata-rata frekuensi keaktifan siswa pada perbaikan pembelajaran siklus II yaitu sebanyak 30 siswa atau 84%, termasuk dalam kategori sangat baik. Rata-rata peningkatan frekuensi keaktifan antara siklus I dan siklus II adalah sebanyak 7 orang siswa atau 19%. Kondisi akhir perilaku keaktifan siswa kelas IV SD Negeri Jembayat 04 pada perbaikan pembelajaran siklus II pelajaran bahasa Indonesia materi menemukan kalimat utama paragraf sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditentukan.

Hasil analisis peningkatan keaktifan siswa pada tabel 4 sebelumnya dapat disajikan dalam bentuk diagram berikut ini.

Gambar 4. Diagram Peningkatan Keaktifan Antarsiklus

Hasil Belajar Siswa

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar kognitif siswa ada dua yaitu faktor dari dalam diri siswa (intern) dan faktor dari luar diri siswa (ekstern). Faktor dari dalam antara lain, minat, kesiapan, kesungguhan, keaktifan, dan kebiasaan siswa. Semakin tinggi minat, kesiapan, kesungguhan, dan keaktifan siswa maka akan semakin meningkat hasil belajarnya. Faktor dari luar antara lain guru, lingkungan, kondisi kelas, dan perencanaan pembelajaran. Penjelasan materi oleh guru yang mendetail dan penuh kesabaran dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik dan perencanaan pembelajaran yang optimal akan berpengaruh besar atas hasil belajar siswa.

Berikut ini adalah rekapitulasi analisis hasil belajar siswa perbaikan pembelajaran model pembelajaran kooperatif bermedia kartu paragraf pada pelajaran bahasa Indonesia materi menemukan kalimat utama paragraf kelas IV SD Negeri Jembayat 04.

Tabel 5. Rekapitulasi Analisis Hasil Belajar Siswa

No.UraianTindakan

Pra SiklusSiklus ISiklus II

1Jumlah siswa 363636

2Nilai terendah202037,5

3Nilai tertinggi100100100

4Jumlah nilai1.9002.3602.937,5

5Nilai rata-rata52,865,681,6

6Tuntas152228

7Tidak tuntas21148

8Persentase ketuntasan41,7%61,1%77,8%

9Persentase ketidaktuntasan58,3%38,9%22,2%

Pada kondisi awal (pra siklus) nilai rata-rata kelas pada pelajaran bahasa Indonesia materi menemukan kalimat utama paragraf yaitu 52,8 dan hanya 41,7% siswa kelas IV yang tuntas. Nilai rata-rata ini di bawah KKM. Dikarenakan pemahaman siswa tentang bagaimana menemukan kalimat utama masih belum kuat. Mayoritas siswa masih bingung membedakan tentang konsep ide pokok dan kalimat utama. Saat diminta menemukan kalimat utama, ada yang menjawab dengan konsep ide pokok, begitu pula sebaliknya. Penjelasan materi dari guru yang kurang maksimal, media pembelajaran yang kurang menarik, serta minat dan perilaku keaktifan siswa sendiri yang rendah diduga sebagai penyebab hasil belajar kognitif yang rendah pula.

Namun kemudian hasil belajar siswa mulai meningkat setelah peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran siklus I melalui model pembelajaran kooperatif bermedia kartu paragraf. Sebanyak 61,1% siswa kelas IV memperoleh nilai tuntas, dengan rata-rata kelas 65,6. Perbaikan pembelajaran siklus I berhasil menambahkan 7 orang siswa yang memperoleh nilai tuntas, atau lebih banyak 19,4% dari pembelajaran pra siklus. Hasil ini masih di bawah kriteria keberhasilan yang peneliti tetapkan.

Untuk mengetahui perubahan peningkatan nilai rata-rata kelas dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5. Diagram Peningkatan Nilai Rata-rata tiap Siklus

Pada pembelajaran siklus II, peneliti menambahkan media proyektor untuk menampilkan paragraf-paragraf yang menjadi materi pembelajaran, termasuk kartu paragraf yang dikerjakan oleh tiap-tiap kelompok. Hal ini dikandung maksud agar siswa menjadi lebih fokus pada penjelasan dan konfirmasi dari guru, serta mengefektifkan waktu pembelajaran. Pemahaman konsep kalimat utama dan perilaku keaktifan siswa yang meningkat berdampak pada hasil belajar kognitif siswa pada perbaikan pembelajaran siklus II pun meningkat.

Nilai rata-rata pada perbaikan pembelajaran siklus II yaitu 81,6 dan jumlah siswa yang memperolah nilai tuntas 28 orang siswa. Perbaikan pembelajaran siklus II berhasil menambahkan lagi 6 orang siswa yang memperoleh nilai tuntas atau lebih banyak 16,7% dari perbaikan pembelajaran siklus I. Persentase ketuntasan pada perbaikan pembelajaran siklus II meningkat menjadi 77,8%. Peningkatan persentase ketuntasan tersebut dapai dilihat pada diagram berikut ini.

Gambar 6. Diagram Peningkatan Persentase Ketuntasan

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas IV SD Negeri Jembayat 04. Karena hasil belajar siswa pada perbaikan pembelajaran siklus II pelajaran bahasa Indonesia materi menemukan kalimat utama paragraf kelas IV SD Negeri Jembayat 04 telah memenuhi kriteria keberhasilan, maka peneliti memutuskan untuk menghentikan kegiatan perbaikan pembelajaran sampai pada siklus ini.Simpulan dan Saran Tindak LanjutSimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan:

1. Model pembelajaran kooperatif bermedia kartu paragraf dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia materi menemukan kalimat utama paragraf di kelas IV SD Negeri Jembayat 04 sampai dengan 84%.

2. Model pembelajaran kooperatif bermedia kartu paragraf dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia materi menemukan kalimat utama paragraf di kelas IV SD Negeri Jembayat 04 dengan nilai rata-rata hasil tes formatif 81,6 dan persentase 77,8%.

3. Modifikasi media pembelajaran dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Saran Tindak Lanjut

Sehubungan dengan kesimpulan di atas, para guru disarankan agar:

1. mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif bermedia kartu paragraf dalam pembelajaran bahasa Indonesia kelas IV kompetensi dasar menemukan kalimat utama pada tiap paragraf.

2. meningkatkan kemampuannya dalam menerapkan ragam model pembelajaran, metode mengajar, dan media pembelajaran yang telah ada.

3. kreatif dalam memodifikasi media pembelajaran untuk merangsang minat siswa.

4. tidak bosan memberikan motivasi kepada para siswa untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar mereka.

Sebagai tindak lanjut, laporan penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan diskusi dalam forum KKG, serta sebagai bahan acuan untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas yang lain, baik pada mata pelajaran yang sama atau berbeda.

Daftar PustakaAndriani, D., dkk. (2012). Metode Penelitian. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Anitah, S. W., dkk. (2009). Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Darmadi K., & Nirbaya R. (2008). Bahasa Indonesia untuk SD dan MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Depdiknas. (2005). Matematika. Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas.

Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Hernawan, A. H. (2010). Pembelajaran Terpadu di SD. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Mahdalena, M. (2013). Bab III. Pelaksanaan Perbaikan Penelitian. Diunduh 16 Maret 2014 dari

http://pokjarjonggol.blogspot.com/p/karya-mahasiswa.htmlMurtiningsih. (2012). Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan. Sertifikasi Bahan Ajar. Semarang: -.

. (2013). Oktadika, Prospek Akademik. Tegal: Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Pendidikan Bahari Center.

Solhan, T. W., dkk. (2011). Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Sumantri, M. (2011). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Sumilah. (2012). Pemanfaatan Media Pembelajaran. Sertifikasi Bahan Ajar. Semarang: .

Tim Pena Guru. (2006). Mandiri Bahasa Indonesia Jilid 4. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Tim Penyusun Pusat Bahasa Depdiknas. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.

Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya: Kencana Prenada Media Group.

Wardani, I. G. A. K., dkk. (2009). Perspektif Pendidikan SD. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Wardani, I. G. A. K., & Wihardit, K. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Belum menerapkan model pembelajaran kooperatif

Sudah menerapkan model pembelajaran kooperatif bermedia kartu paragraf

Diduga melalui penerapan model pembelajaran kooperatif bermedia kartu paragraf dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa

Rencana Tindakan

Kondisi Akhir

Keaktifan dan hasil belajar rendah

Siklus I

Keaktifan dan hasil belajar meningkat

Siklus II

Keaktifan dan hasil belajar lebih meningkat

Kondisi Awal

Perencanaan I

Siklus I

Refleksi I

Pengamatan I

Tindakan I

Perencanaan II

Siklus II

Refleksi II

Pengamatan II

Tindakan II