Karena Cincin - Analisis Buku
-
Upload
rannysa-fitri -
Category
Documents
-
view
125 -
download
19
Transcript of Karena Cincin - Analisis Buku
LAPORAN ANALISIS BUKU CERITA ANAK
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Pendidikan Sastra SD
yang dibina oleh Bapak Muhana Gipayana
Oleh:
Ranny Rachmani Safitri
NIM. 110151408581
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRA SEKOLAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Mei 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kebiasaan membaca sangat penting ditanamkan pada anak sejak dini. Hal ini
dikarenakan membaca sangat besar sekali manfaatnya terutama jenis bacaan sastra yang
lebih memanusiakan manusia. Namun pada kenyataannya saat ini sulit sekali menemukan
remaja-remaja yang gemar membaca sastra . Ini dikarenakan kebiasaan membaca kurang
diterapkan semenjak dini ataupun kurang tepatnya pemilihan bacaan anak.
Anak-anak jaman sekarang bisa dikatakan kecanduan komik, terlebih komik yang
sedikit sekali akan pesan-pesan moral dan kurang mendidik. Untuk itu penting sekali
menumbuhkan tentang minat bacaan anak tentang cerita yang sesui dengan
perkembangannya. Jangan terburu-buru memberikan bacaan sastra yang berat dengan tata
bahasa yang levelnya tinggi kepada mereka. Dikhawatirkan hal ini lah yang menyebabkan
anak kurang menyukai sastra dengan alasan penggunaan bahasa yang rumit.
Buku cerita anak berjudul Karena Cincin karya Yunus St. Majolelo ini nampaknya
sangat sesuai dengan tahap perkembangan bacaan anak. Berisi tentang cerita yang tidak
begitu panjang, bahasa yang digunakan pun baik, indah, dan komunikatif, konflik dalam
cerita ini tidak kompleks namun tidak juga membosankan dan sarat akan nilai-nilai
kehidupan. Untuk itulah mengapa buku ini perlu dikupas lebih dalam mengenai segala
sesuatu yang terkandung di dalamnya.
1.2 Tujuan
1. Memahami isi buku dalam konteks pembelajaran
2. Mengkomunikasikan hasil analisis
3. Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Sastra SD
1.3 Rumusan masalah
1. Apakah jenis dan judul buku cerita yang sesuai untuk anak yang akan dianalisis?
2. Bagaimanakah unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerita tersebut secara
mendalam?
3. Apa saja dan bagaimanakah unsur-unsur ekstrinsik yang dapat diidentifikasi dari buku
tersebut?
BAB II
ISI
2.1 Identitas Buku
Judul Buku : Karena Cincin (Angka
17
yang Keramat)
Penulis : Yunus St. Majolelo
Tahun terbit : 1996 (Cetakan keempat)
Kota Terbit : Jakarta
Penerbit : Balai Pustaka
Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm
Jumlah Halaman : 48 halaman
Gender : Fiksi Anak-anak
Karena Cincin, sebuah cerita fiksi untuk anak-anak yang dalam satu buku
terdiri dari 7 segmen cerita yang berkesinambungan, diantaranya :
Segmen 1 : Keluarga Bujang Pasaman,
Segmen 2 : Angka 17 yang Keramat,
Segmen 3 : Ulang Tahun,
Segmen 4 : Menangkap Ikan di Daratan,
Segmen 5 : Jadi Penilik Sekolah,
Segmen 6 : Pentingnya Bahasa Persatuan, dan
Segmen 7 : Tujuh Belas Tahun Kemudian.
2.2 Analisis Unsur Cerita
a. Sinopsis
Berawal dari sebuah Kecamatan Pasaman yang juga mempunyai nama yang
sama dengan Kabupatennya, yaitu Kabupaten Pasaman, bagian utara propinsi
Sumatera Barat dan ibu kotanya Lubuksikaping. Seorang anak lahir pada tanggal 17
Agustus bernama AMRI, yaitu kependekan dari Anak Merdeka Republik Indonesi. Ia
biasa dipanggil BUJANG PASAMAN. Muhammad Yamin, ayah Amri, adalah
kepala sekolah dimana tempatnya belajar. Si Bujang mempunyai dua saudara.
Kakaknya, Kartini sedang belajar di Sekolah Kesejahteraan Keluarga. Adiknya, Andi
namanya. Baru berumur dua tahun. Banyak orang yang sayang kepada Bujang sebab
perilakunya yang berbudi luhur.
Pada suatu hari Amri berulang tahun. Sejak pagi ia menyiapkan hidangan
untuk teman-temannya yang akan datang untuk merayakan ulang tahunnya. Seekor
ayam telah dipotong oleh tetangga Amri, dan sekarang ia bergiliran untuk mencabuti
bulunya dan membersihkan bagian dalam ayam itu. Ketika Amri menoreh usus ayam
itu tiba-tiba dia dikejutkan oleh sebuah benda aneh semacam logam. Tidak disangka-
sangka ternyata benda itu adalah sebuah cincin emas berinisial “SRKS” pada sisi
dalamnya. Pada akhirnya cincin itu menjadi milik Amri. Kebahagiaan Amri terasa
lengkap ketika pada sore harinya teman-teman Amri memeriahkan hari ulang
tahunnya dengan antusias dan bersuka cita.
Musim hujan tiba. Suatu ketika ayah Amri mendapatkan seekor ikan gabus
yang sangat besar terdampar di halaman rumah akibat hujan deras pada hari
sebelumnya. Seisi rumah berbahagia karena mendapat begitu banyak limpahan rizki
yang diberikan Tuhan, mengingat pada peristiwa sebelumnya mereka juga tidak
sengaja mendapatkan sebuah cincin emas. Rupannya hal tersebut merupakan sebuah
pertanda baik. Beberapa hari kemudian muncullah kabar gembira tentang
pengangkatan ayah Amri sebagai Penilik sekolah di wilayah Talamau, di Talu.
Sudah tiga bulan Bapak Muhammad Yamin menjadi Penilik sekolah. Esoknya
beliau akan pergi ke Kantor Pendidikan dan Kebudayaan di Lubuksikaping. Bujang
Pasaman juga diperbolehkan turut serta untuk berlibur di sana sebagai hadiah dari
prestasinya dengan menjadi juara kelas. Ibu serta adiknya juga ikut bersama mereka.
Keluarga Amri berangkat ke Lubuksikaping bersama Pak Camat Talamu yang
kebetulan juga pergi ke sana. Saat rombongan keluarga Bujang Pasaman, Bapak
Camat, dan sopirnya dalam perjalanan banyak sekali hambatan yang dilewati, sehingga
ban mobil kempes. Akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti sejenak, dan tepat
berada pada tempat yang dinamakan Kuburan Nan Dua.
Sejarah Kuburan Nan Dua diawali dari kisah seorang Minangkabau dan
seorang Mandahiling. Keduanya melihat seekor rusa dan berencana untuk
menangkapnya. Saat mereka bercakap-cakap terjadilah kesalahpahaman akibat bahasa
daerah masing-masing yang mereka pergunakan. Timbul konflik besar dan membuat
keduanya berkelahi sampai jatuh ke tebing hingga akhirnnya mati. Mereka berdua
dikuburkan dalam satu liang lahat.
Kemudian ayah Amri membari nasihat kepadanya tentang pentingnya bahasa
Indonesia sebagai bahasa persatuan. Andai saja dua orang tadi mengerti akan bahasa
persatuan maka peristiwa fatal itu tidak akan pernah terjadi.
Tujuh belas tahun kemudian. Amri benar-benar menepati janjinya untuk
belajar dengan rajin dan menggapai cita-citanya. Ia diangkat menjadi Kepala SMA
Simpangempat. Pagi hari setelah subuh Amri berjalan-jalan hendak ke Pasar
Simpangempat. Di pinggir jalan besar ia bertemu dengan Ibu Guru Ratna yang
merupakan salah satu guru juga di SMA Simpangempat. Bu Ratna menawarkannya
untuk mampir ke warung neneknya yang ada di situ. Nenek Limah sangat senang
berbincang-bincang dengan Amri. Nenek mengira Amri telah berkeluarga melihat
cincin yang tersemat di jari manisnya. Kemudian Amri menceritakan sejarah cincin
tersebut. Ketika Nenek meminjamnya, ia terkejut mendapati cincin itu berinisial
SRKS.
Esok hari Amri memenuhi undangan Nenek Limah dan Ratna untuk pergi ke
rumahnya. Di sana Nenek menceritakan bahwa sebenarnya cincin yang ditemukan
Amri adalah cincin Ratna yang hilang waktu ia kecil. Terbukti dengan inisial SRKS –
Siti Ratna Kemala Sari- yang terukir dalam cincin itu. Nenek bersama paman Ratna,
Datuk Sinaro, ingin menebud cincin itu berapapun harganya. Namun Amri yang telah
lama memakainya tak sampai hati untuk melepaskannya. Akhirnya Nenek memberikan
pilihan, yaitu ditebus atau sama dipakai cincin itu.
Tiga bulan kemudian keluarlah sepasang suami istri dari pekarangan rumah
nomor tiga deretan SMA Simpangempat yang berjalan menuju ke sekolah. Mereka
ialah Ratna dan Amri. Mukanya jernih berseri-seri, senyum simpul bergumam di
bibirnya. Sangat berbahagia sekali mereka. Dan memang ternyata, Amri lebih memilih
kepada pilihan yang kedua.
b. Unsur Intrinsik Cerita
1) Tema
Tema dalam cerita ini adalah cita-cita. Dapat disimpulkan demikian karena
banyak bagian cerita yang menceritakan perjuangan-perjuangan Amri untuk
mencapai cita-cita. Meskipun berjudul “Karena Cincin”, ini hanya digunakan
untuk menarik minat pembaca saja. Seakan-akan nampaknya adalah bertema
cinta, namun cerita tentang cinta akibat cincin ini hanya diceritakan pada bagian
awal dan akhir, selebihnya tentang perjuangan dan semangat Amrilah yang lebih
mendominasi.
2) Penokohan
Amri
Merupakan sosok yang baik, rajin, penurut baik kepada orang tua maupun
gurunya, sopan santun dan menghormati orang lain (bukti : diceritaka oleh
penulis pada segmen 1 hal 13 paragraf terakhir) serta mempunyai semangat
yang tinggi dalam mengapai cita-cita (bukti : Amri bercita-cita bersekolah di
SPG dan pada akhirnya ia menjadi kepala sekolah).
Muhammad Yamin (Ayah Amri)
Seseorang yang hangat kepada keluarga, pekerja keras, bijaksana.
Bukti : selalu menciptakan suasan yang menyenangkan di keluarga, suka
memberi petuah kepada anak-anaknya dan semangaat kerja yang tinggi
sehingga diangkat menjadi penilik sekolah.
Ibu Amri
Rajin, keibuan.
Bukti : Ibu Amri sangat suka memasak, menjalankan tugas rumah tangga
dengan baik, dan selalu menenagkan hati anak-anaknya.
Kartini
Cekatan, cepat kaki ringan tangan.
Bukti : diceritakan penulis pada segmen 1 halaman 13 paragraf pertama.
Si Padat (teman Amri)
Pintar bernyanyi.
Bukti : pada ulang tahun Amri Padat membuka acara dengan menyanyikan
pantun.
Rasmani (teman Amri)
Lucu, menghibur.
Bukti : membalas pantun Si padat dengan baik dan lucu sehingga membuat
teman-temannya tertawa.
Kadir (teman Amri)
Tidak senang menyinggung perasaan orang lain.
Bukti : ia tidak berani menjawab teka-tekinya sendiri saat ulang tahun Amri
yang jawabannya adalah ingus, karena di tempat itu ada salah satu temannya
yang beringus.
Jasubor (teman Amri)
Lucu dan cerdas.
Bukti : Jasubor mahir dalam bermain kata-kata dan memancing tawa teman-
temannya.
Faiza (teman Amri)
Cerdas.
Bukti : satu-satunya pemecah teka-teki yang diberikan Jasubor.
Sukirman (teman Amri)
Cerdas, terutama dalam hal matematika.
Bukti : pada saat perayaan ulang tahun Amri ia membuat teka-teki tentang
pola angka dan hanya ia sendiri yang dapat memecahkannya.
Pak Camat Talamau
Suka menolong, tegas.
Bukti : mau menolong Pak Yamin dengan memberikan tumpangan untuk
pergi ke Lubuksikaping. Segera memerintahkan sopirnya untuk mengganti ban
yang kempes dengan cekatan
Sopir Pak Camat
Lucu, senang bergurau dengan pantun.
Bukti : menyindir Pak Camat dengan melagukan pantun dan yang membuat
ayah dan ibu Amri tertawa.
Orang Minangkabau
Sok tahu, temperamental.
Bukti : ia begitu saja mengambil pemahaman sepihak dtentang perkataan
orang Mandahiling dan tidak mengklarifikasinya terlebih dahulu, berbicara
dengan suara yang keras sehingga memancing emosinya dan emosi orang
Mandahiling.
Orang Mandahiling
Tidak tegas.
Bukti : dia tidak segera membenarkan kesalah pahaman orang Minangkabau
atas perkataannya.
Pemuda
Tidak Peka dengan keadaan.
Bukti : ketika dia melihat orang Minagkabau dan orang Mandahiling berkelahi
dia tidak melerai mereka.
Ibu Ratna
Ramah.
Bukti : mempersilakan Amri mampir ke warung neneknya untuk sekedar
berbincang-bincang dan menyajikan beberapa hidangan.
Nenek Limah
Ramah, bersemangat.
Bukti : sangat antusias menyambut kedatangan Amri yang merupakan rekan
kerja cucunya.
Datuk Sinarno
Cenderung sebagai penengah.
Bukti : memberikan pilihan kepada Amri untuk menebus cincin Ratna yang
ditemukan oleh Amri atau Amri dapat memiliki cincin itu bersama dengan
Ratna (dipersatukan dengan ikatan pernikahan).
3) Alur
Alur dalam cerita ini merupakan alur maju. Cerita berawal dari kisah
Amri saat ia berusia 13 tahun. Kemudian perayaan ulang tahunnya serta
keajaiban-keajaiban yang terjadi pada Amri dan keluarganya seperti menemukan
cincin emas di perut ayam yang di potong. Kemudian dengan ditemukannya ikan
gabus yang terdampar di halaman rumah sebagai pertanda baik dan ternyata tidak
lama kemudian ayah amri diangkan menjadi penlik sekolah.
Namun meskipun alur ini maju, ada bagian cerita yang seakan flash
back yaitu ketika ayah Amri menceritakan tentang kisah Kuburan Nan Dua. Ini
hanya bagian dari cerita yang dapat disebut “sebuah cerita dalam cerita”. Jadi alur
pada cerit ini tetap tergolong alur maju, karena diceritakan pula kehidupan Amri
selanjutnya ketika ia telah dewasa dan menikah dengan Ratna yang tidak lain
adalah pemilik cincin yang ditemukan Amri saat ia kecil.
4) Latar
Mengingat begitu banyaknya segmen cerita maka latar tempat dan
waktu yang ada juga sangat banyak, secara garis besar dapat dimasukkan dalam
tabel sebagai berikut :
Segmen
CeritaLatar Waktu Latar Tempat Peristiwa/ Keterangan
1.
-
Simpangempat,
Kecamatan Pasaman,
Kabupaten Pasaman,
Sumatera Barat.
Prolog : perkenalan tentang
keluarga Amri.
2. Hari Minggu pagi,
hari ulang tahun
Amri
Di belakang rumah
Amri.
Toko emas yang
tidak jauh dari
rumah Amri.
Amri membersihkan bagian
dalam ayam yang telah dicelur
dan menemukan sebuah cincin
emas di perut ayam tersebut.
Amri dan Ibunya membenahi
bentuk cincin yang baru saja
ditemukan.
3. Hari Minggu jam 3
sore.
Rumah Amri. Perayaan hari ulang tahun Amri
bersama teman-teman kelas VI.
4. Suatu hari pukul 5
pagi.
Siang hari.
Sudut pekarangan
rumah Amri.
Rumah Amri.
Pak Yamin menemukan ikan
gabus terdampar yang sangat
besar akibat banjir semalam.
Amri dan keluarga menikmati
ikan hasil tengkapan ayahnya
dengan penuh rasa syukur .
5. Seminggu setelah
peristiwa
penagkapan ikan.
Rumah Amri. Pak Yamin mendapat surat yang
berupa nota dinas dalam rangka
pengangkatannya menjadi
Penilik Sekolah di Talu.
Dua hari
kemudian.
Kantor Pendidikan dan
Kebudayaan di
Bukittinggi, bagian
Urusan Pegawai.
Pak Yamin mengambil surat
pengangkatannya sebagai
Penilik Sekolah.
6. Sepulang Amri
sekolah.
Keesokan hari.
Keesokan hari
berikutnya.
Sore hari jam 5.
Kampung Jambak,
Talu, (tempat tinggal
baru Amri dan
kelurga).
Batas Kecamatan
Talamau dengan
Kecamatan Rao
Mapat Tunggul.
Tepi jalan.
Rumah Paman
Amri.
Kota
Lubuksikaping.
Amri meraih ranking pertama di
kelas, karenanya Pak Yamin
akan mengajaknya turut serta
bersama ibunya dan Andi ke
Kantor.
Pendidikan dan Kebudayaan.
Rombongan Amri sekelurga
beserta Pak Camat Talamau dan
sopirnya mengalami hambatan
dalam perjalanan ke Kantor di
Lubuksikaping.
Sambil menunggu mobil
dibenahi, Pak Yamin
menceritakan kepada Amri
tentang sejarah “Kuburan Nan
Dua” yang tempatnya tidak jauh
dari tempat mereka berhenti.
Amri dan kelurga tiba di rumah
pamannya dan menginap.
Amri bersama ibunya berjalan-
jalan sementara ayahnya pergi
ke Kantor Pendidikan dan
Kebudayaan.
Rumah Paman Amri.
Amri dan keluarga kembali
pulang ke Talu.
7. Tujuh belas tahun
kemudian.
Hari Minggu,
setelah waktu
shubuh.
Keesokan
harinya.
Tiga bulan
berikutnya.
SMA Simpangempat.
Di pinggir jalan
besar sebelum
masuk pasar
Simpangempat.
Bagian belakang
warung Nenek
Limah.
Rumah Ratna.
Pekarangan rumah
nomor 3 deretan SMA
Simpangempat.
Amri telah diangkat menjadi
Kepala SMA Simpangempat.
Amri yang sedang berjalan-jalan
bertemu dengan Ibu Ratna yang
menawarkannya untuk mampir
ke warung nenek Bu Ratna.
Amri, Ratna, dan Nenek
berbincang-bincang sejenak
yang pada akhirnya berujung
pada misteri cincin yang
ditemukan Amri saat ia berusia
13 tahun.
Nenek serta paman Ratna
menjelaskan bahwa cincin yang
ditemukan Amri sbenarnya
adalah cincin ratna yang hilang
saat ia kecil, terbukti dengan
adanya inisial SRKS.
Sepasang suami istri keluar dari
rumah berjalan menuju ke
sekolah, tidak lain dan tidak
bukan ialah Amri dan Ratna.
5) Sudut pandang
Sudut pandang penceritaan dalam cerita Karena Cincin adalah orang
ketiga sebagai pelaku utama, karena penulis dalam menuliskan ceritanya
menggunakan tokoh Amri sebagai tokoh utama, bukan tokoh “aku” yang
menceritakan tentang penulis sendiri atau pun “aku” yang diciptakan oleh penulis.
Sudut pandang orang ketiga sebagai pelaku utama bisa dilihat pada contoh kutipan
cerita berikut ini : “Hari ulang tahu ketiga belas Bujang Pasaman (Amri)
dirayakan dengan meriah…… ”
6) Amanat
a. Berperilakulah yang baik, hormat, dan sopan santun, maka banyak yang akan
sayang kepada kita.
b. Tuhan Maha Baik.
c. Rezeki telah ada yang mengatur dan jauh telah direncanakan olah Tuhan.
d. Sesuatu yang terjadi di dunia ini bukan semata-mata kebetulan, namun
memang telah direncanakan oleh Tuhan.
e. Sesuatu yang diawali dengan niat yang mulia dan usaha yang sungguh-
sungguh pasti akan terwujud.
f. Takdir manusia, termasuk jodoh, telah di rancang oleh Tuhan dengan skenario
yang tak terduga-duga.
7) Gaya Penceritaan
Karena Cincin, diceritakan dalam setting dan suasana Sumatera Barat
karena pengaruh penulis yang juga orang Pasaman. Cerita ini bemain dengan
kekeramatan angka 17 mulai dari akronim nama AMRI karena ia lahir pada hari
kemerdekaan RI pukul 17.00, jumlah rakaat shalat dalam sehari, turunnya Al-
Quran yang pertama kali, dan kedewasaan manusia yang semuanya berkaitan
dengan angka 17.
Cerita ini sarat akan nasionalisme ketika sebuah nama saja diambil dari
hal yang berhubungan dengan kemerdekaan dan sangat menjunjung tinggi sekali
bahasa persatuan selain bahasa ibu.
Namun konflik dan ending dalam cerita ini sudah bisa ditebak, karena ini
untuk konsumsi anak-anak jadi alur cerita dirancang sedemikian rupa agar tidak
terlalu kompleks dan menyulitkan pemahaman anak. Kelebihannya adalah
menggunakan bahasa yang komunikatif dan begitu banyak pesan moral yang
dituliskan secara persuasif sehingga memacu semangat anak untuk
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam cerita ini tidak ada peran
antagonis hanya peran protagonis dan banyak sekali figuran.
2.2 Unsur Ekstrinsik
a. Nilai Personal
1) Perkembangan Emosional
Setelah anak dapat memahami cerita ini mereka akan memperoleh
gambaran tentang hidup yang telah diperankan oleh tokoh-tokoh dalam cerita,
terutama Amri yang sangat layak dijadikan sebagai teladan. Amri yang bertingkah
laku baik akan menunjukkan emosionalnya seperti gembira, terkejut, simpati, dan
lainnya secara kontekstual sesuai alu cerita. Dengan membaca buku ini anak akan
belajar bersikap dan bertingkah laku benar dan belajar mengelola emosinya agar
tidak merugikan diri dan orang lain sebagai hasil belajar tanpa harus mengalami
kejadian langsung dalam cerita itu.
2) Perkembangan Intelektual
Hubungan antar peristiwa juga melatih logika melalui hubungan antara
sebab dan akibat. Untuk memahami sebuah cerita, anak harus mengikuti logika
hubungan tersebut. Hal ini secara tidak langsung muncul pikiran yang kritis pada
anak tentang tindakan tokoh dan reaksi tokoh yang menimbulkan banyak
pertanyaan “mengapa”. Oleh karena itu aspek perkembangan intelektual anak
akan berkembang.
Contoh : Mengapa Amri lebih memilih untuk menikahi Ratna daripada merelakan
cincinnya ditebus nenek Ratna? Padahal dalam cerita tidak dikisahkan
bahwa mereka sedang jatuh cinta.
3) Perkembangan Imajinasi
Ketika anak membaca cerita ini maka imajinasinya dibawa berpetualang
tanpa mengenal batas ruang dan waktu namun tetap berada di tempat, terbawa
dalam arus cerita yang dapat menarik diri. Melalui cerita ini anak dapat merasakan
setting tradisional (cetakan pertama telah terbit tahun 1986) yang mesih kental
akan rasa kekeluargaan dan tolong menolong yang amat tinggi. Selain itu mereka
juga merasakan di bawa terbang ke dimensi lain ketika sejarah Kuburan Nan Dua
seakan berputar kembali. Setelah selesai anak akan kembali ke alam nyata dengan
pengalaman baru dan kemudian mengalami perubahan yang positif. Intensitas
Imajinasi ini akan berpengaruh sangat besar terhadap kreativitas sang anak.
4) Pertumbuhan Rasa Sosial
Cerita ini mencontohkan bagaimana tokoh-tokoh dalam cerita saling
berinteraksi seperti saat Pak Camat dengan senang hati memeberikan tumpangan
kepada Amri sekeluarga untuk pergi ke Lubuksikaping, rasa kekerabatan yang
hangat antara keluarga Amri dan tetangganya serta hubungan baik Amri dengan
teman-temannya. Hal ini akan membuat anak sadar bahwa ada orang lain di luar
dirirnya dan kita sebagai manusia tidak bisa hidup sendiri karena kita adalah
makhluk sosial. Kesadaran inilah yang dapat ditumbuhkembangkan dalam diri
anak lewat perilaku tokoh.
5) Pertumbuhan Rasa Etis dan Religius
Dalam sebuah cerita, keseluruhan aspek personalitas manusia ditampilkan,
namun di sini penekanannya terletak pada pribadi Amri yang dominan dalam
cerita. Penyampaian nila-nilai pembentukan kepribadian sangat mudah dipahami
anak karena terlihat langsung pada karakter Amri yang baik, rajin, pintar, dan
menjunjung tinggi nasionalisme yang dapat dijadikan sebagai salah satu cara
penanaman nilai-nilai etis dan religius (aspek religius tidak begitu dominan dalam
cerita ini, penekanannya terletak pada nilai etis).
b. Nilai Pendidikan
1) Eksplorasi dan Penemuan
Ketika membaca sebuah cerita, pada dasarnya anak diajak untuk
menjelajah dan berpetualang ke dalam dunia yang imajinatif. Dalam penjelajahan
ini anak diharapkan untuk mampu menemukan atau memprediksi peristiwa-
peristiwa yang mungkin terjadi. Sikap kritis anak sangat di asah dalam hal ini.
Seperti pada contoh Mengapa terjadi kesalahpahaman antara orang Mandahiling
dan Minangkabau? Karena mereka tidak saling memahami bahasa masing-masing
dan ternate saat itu masih belum lahir Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.
Eksplorasi lewat penemuan-penemuan ini dapat membiasakan anak untuk berpikir
kritis dan logis.
2) Perkembangan Bahasa
Semakin anak banyak membaca bacaan-bacaan tentang sastra maka
perkembangan bahasa yang dimilikinya juga semakin baik dan benar. Anak akan
belajar cepat karena bahasa yang diperolehnya langsung berada dalam konteks
pemakaian yang sesunggguhnya. Dalam cerita ini yang diketahui bukanlah hanya
tata bahasa Indonesia baku saja melainkan anak juga dapat mengetahui ragam
bahasa daerah lain seperti bahasa Minang dan Mandahiling.
3) Pengembangan Nilai Keindahan
Banyak sekali keindahan yang terdapat dalam cerita ini, terutama dalam
permainan kata-kata. Banyak ragam pantun yang dilagukan dengan sangat indah
dan jenaka. Selain itu dengan menjadikan pantun menjadi sebuah sindiran halus
disertai irama-irama yang terasa enak di telinga dan memancing tawa. Hal seperti
ini dapat membangkitkan minat anak terhadap pantun yang sudah mulai langka
digemari anak-anak saat ini.
4) Penanaman Wawasan Multikultural
Anak dapat mengetahui budaya masyarakat Sumatera Barat yang
nampaknya gemar sekali berpantun. Kemudian mereka juga akan mengenal
budaya dan cerita-cerita tradisional,dari masyarakat tersebut, misalnya saja
tentang asal-usul Kuburan Nan Dua yang dimiliki masyarakat Sumatera Barat.
Dengan demikian akan menimbulkan kesadaran kepada anak bahwa ada budaya
lain selain yang ia miliki serta kesadaran untuk menghargainya. Cerita-cerita yang
seperti ini perlu diperbanyak mengingat kita berada di pulau yang berbeda, dan
aktivitas membaca buku sastra komparatif merupakan wawasan multicultural yang
penting untuk memberanikan anak mengidentifikasi dan mengapresiasi kemiripan
serta perbedaan lintas budayanya.
5) Penanaman Kebiasaan Membaca
Bacaan sastra ini dapat memotivasi anak untuk mau membaca karena
cerita yang dikisahkan ini adalah penggambaran dari diri mereka sendiri dan
sesuai dengan konteks. Oleh karena itu mereka akan tertarik dan terpacu untuk
mencari tahu sedikit banyak tentang jati dirinya lagi dan lagi. Kebiasaan ini akan
bertahan tentu saja dengan diusahakan dan difasilitasi dengan baik agar anak tidak
kesulitan mencari sumber bacaan dan pada akhirnya menyebabkannya malas
membaca.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karena cincin karya Yunus St. Majolelo, merupakan sebuah cerita anak inspiratif
yang layak menjadi konsumsi bacaan anak karena banyak sekali pesan-pesan moral di
dalamnya.
Unsur intrinsik yang terdapat di dalamnya antara lain cerita yang bertema tentang
cita-cita, penokohan terdiri dari seorang anak yang dapat dijadikan teladan yaitu Amri,
kelurga Amri, teman-teman Amri, Orang Minangkabau dan Mandahiling, Ratna (istri
Amri), nenek serta paman Ratna. Cerita ini jenis alurnya adalah alur maju. Setting tempat
dan waktu dalam cerita terdapat di Sumatera Barat saat Amri berusia 13 tahun dan 17
tahun. Sudut pandang penceritaan ialah orang ketiga sebagai pelaku utama. Amanat
dalam cerita ini sangatlah banyak, tidak hanya menyentuh hubungan manusia dengan
Tuhan saja namun juga antara manusia dengan manusia dan tentang membangun diri.
Gaya penceritaan menggunakan bahasa yang komunikatif dan konflik dalam cerita tidak
terlalu kompleks demi menghindari kesulitan pemahaman terhadap anak.
Unsur ekstrinsik di dalam cerita ini telah mencakup semuanya mulai dari nilai
personal, meliputi perkembangan emosional, perkembangan intelektual, perkembangan
imajinasi, pertumbuhan rasa sosial, serta pertumbuhan rasa etis dan religious. Selain itu
juga banyak sekali mengandung nilai pendidikan, meliputi eksplorasi dan penemuan,
perkembangan bahasa, pengembangan nilai keindahan, penanaman wawasan
multicultural, serta penanaman kebiasaan membaca.
3.2 Saran
Penanaman kebiasaan membaca wajib diterapkan kepada anak sejak dini, namun
hal ini harus disertai dengan fasilitas dan pemilihan bacaan yang tepat untuk anak. Salah
satu jenis bacaan yang tepat untuk anak adalah bacaan yang sesuai dengan tahap
perkembangan sang anak, contohnya buku berjudul Karena Cincin ini yang layak sekali
untuk dibaca oleh mereka. Jadi dengan membaca buku berjenis sastra anak ini di
harapkan pembentukan karakter pada anak juga bisa dimulai sejak dini dan dapat
berkembang pada tahap selanjutnya menjadi sosok yang lebih manusiawi.