Karbonmonoksida Dan Dampaknya

6
Karbonmonoksida dan Dampaknya terhadap Kesehatan Karbonmonoksida atau CO adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -129 O C. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan fosil dengan udara, berupa gas buangan. Di kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain itu dari gas CO dapat pula terbentuk dari proses industri. Secara alamiah gas CO juga dapat terbentuk, walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lain. Karbon monoksida (CO) apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan akan menghalangi masuknya oksigen yang akan dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi karena gas CO bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi secara metabolisme dengan darah. Seperti halnya oksigen, gas CO bereaksi dengan darah (hemoglobin) : Hemoglobin + O2 –> O2Hb (oksihemoglobin) Hemoglobin + CO –> COHb (karboksihemoglobin) Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman kalau waktu kontak hanya sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap manusia selama 8 jam akan menimbulkan rasa pusing dan mual. Pengaruh karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia ternyata tidak sama dengan manusia yang satu dengan yang lainnya. Konsentrasi gas CO disuatu ruang akan naik bila di ruangan itu ada orang yang merokok. Orang yang merokok akan mengeluarkan asap rokok yang mengandung gas CO dengan konsentrasi lebih dari 20.000 ppm yang kemudian menjadi encer sekitar 400-5000 ppm selama dihisap. Konsentrasi gas CO yang tinggi didalam asap rokok menyebabkan kandungan COHb dalam darah orang yang merokok jadi meningkat. Keadaan ini sudah barang tentu sangat membahayakan kesehatan orang yang merokok. Orang yang merokok dalam waktu yang cukup lama (perokok berat) konsentrasi CO-Hb

Transcript of Karbonmonoksida Dan Dampaknya

Page 1: Karbonmonoksida Dan Dampaknya

Karbonmonoksida dan Dampaknya terhadap Kesehatan

Karbonmonoksida atau CO adalah suatu gas

yang tidak berwarna, tidak berbau dan juga tidak berasa.

Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -

129OC. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran

bahan fosil dengan udara, berupa gas buangan. Di kota

besar yang padat lalu lintasnya akan banyak

menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam udara

relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan.

Selain itu dari gas CO dapat pula terbentuk dari proses

industri. Secara alamiah gas CO juga dapat terbentuk,

walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil

kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lain.

Karbon monoksida (CO) apabila terhisap ke dalam paru-paru akan ikut peredaran darah dan

akan menghalangi masuknya oksigen yang akan dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dapat terjadi

karena gas CO bersifat racun metabolisme, ikut bereaksi secara metabolisme dengan darah.

Seperti halnya oksigen, gas CO bereaksi dengan darah (hemoglobin) :

Hemoglobin + O2 –> O2Hb (oksihemoglobin)

Hemoglobin + CO –>  COHb (karboksihemoglobin)

Konsentrasi gas CO sampai dengan 100 ppm masih dianggap aman kalau waktu kontak hanya

sebentar. Gas CO sebanyak 30 ppm apabila dihisap manusia selama 8 jam akan menimbulkan

rasa pusing dan mual. Pengaruh karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia ternyata

tidak sama dengan manusia yang satu dengan yang lainnya.

Konsentrasi gas CO disuatu ruang akan naik bila di ruangan itu ada orang yang merokok.

Orang yang merokok akan mengeluarkan asap rokok yang mengandung gas CO dengan

konsentrasi lebih dari 20.000 ppm yang kemudian menjadi encer sekitar 400-5000 ppm

selama dihisap. Konsentrasi gas CO yang tinggi didalam asap rokok menyebabkan kandungan

COHb dalam darah orang yang merokok jadi meningkat. Keadaan ini sudah barang tentu

sangat membahayakan kesehatan orang yang merokok. Orang yang merokok dalam waktu

yang cukup lama (perokok berat) konsentrasi CO-Hb dalam darahnya sekitar 6,9%. Hal inilah

yang menyebabkan perokok berat mudah terkena serangan jantung.

Page 2: Karbonmonoksida Dan Dampaknya

Pengaruh konsentrasi gas CO di udara sampai dengan dengan 100 ppm terhadap tanaman

hampir tidak ada, khususnya pada tanaman tingkat tinggi. Bila konsentrasi gas CO di udara

mencapai 2000 ppm dan waktu kontak lebih dari 24 jam, maka kana mempengaruhi

kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas yang ada pada lingkungan terutama yang

terdapat pada akar tanaman.

Gas CO sangat berbahaya, tidak berwama dan tidak berbau, berat jenis sedikit lebih ringan

dari udara (menguap secara perlahan ke udara), CO tidak stabil dan membentuk CO2 untuk

mencapai kestabilan phasa gasnya. CO berbahaya karena bereaksi dengan haemoglobin darah

membentuk Carboxy haemoglobin (CO-Hb). Akibatnya fungsi Hb membawa oksigen ke sel- sel

tubuh terhalangi, sehingga gejala keracunan sesak nafas dan penderita pucat. Reaksi CO

dapat menggantikan O2 dalam haemoglobin dengan reaksi :

02Hb + CO         –>            OHb + O2

Penurunan kesadaran sehingga terjadi banyak kecelakaan, fungsi sistem kontrol syaraf turun

serta fungsi jantung dan paru-paru menurun bahkan dapat menyebabkan kematian. Waktu

tinggal CO dalam atmosfer lebih kurang 4 bulan. CO dapat dioksidasi menjadi CO2 dalam

atmosfer adalah HO dan HO2 radikal, atau oksigen dan ozon. Mikroorganisme tanah merupakan

bahan yang dapat menghilangkan CO dari atmosfer.

Dari penelitian diketahui bahwa udara yang mengandung CO sebesar 120 ppm dapat

dihilangkan selaIna 3 jam dengan cara mengontakkan dengan 2,8 kg tanah (Human, 1971),

dengan demikian mikroorganisme dapat pula menghilangkan senyawa CO dari lingkungan,

sejauh ini yang berperan aktif adalah jamur penicillium dan Aspergillus.

Page 3: Karbonmonoksida Dan Dampaknya

Dampak CO bagi lingkungan

LANGIT biru yang kita idamkan agaknya kian jauh dari kenyataan. Udara kita telah tercemar

oleh berbagai polutan udara kota, baik dari kegiatan industri maupun terutama lalu lintas atau

transportasi darat. Bukan hanya jumlah kendaraan bermotor yang kian meningkat pesat,

tetapi juga banyak kendaraan yang tidak dirawat dengan baik, disamping kualitas bahan bakar

yang masih mengandung timbel (Pb), sehingga menghasilkan emisi yang dapat mengganggu

kesehatan.

Polusi udara umumnya diberi batasan sebagai udara yang mengandung satu atau lebih zat

kimia dalam konsentrasi yang cukup tinggi untuk dapat menyebabkan gangguan pada

manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan harta benda.

Kanada memberikan batasan serupa, yaitu semua macam kontaminasi undara dalam kualitas

yang dapat menyebabkan gangguan pada manusia atau membahayakan kesehatan serta

keselamatannya, merusak milik serta mengganggu kehidupan tanaman dan hewan. Bahkan di

Prancis, polusi udara dinyatakan sebagai pengotoran udara yang dapat membahayakan

kesehatan dan keamanan umum, pertanian serta preservasi monumen-monumen umum atau

keindahan alam.

Di samping berpengaruh terhadap kenyamanan hidup, polusi udara berpotensi mempengaruhi

kesehatan masyarakat, antara lain menimbulkan berbagai penyakit. Penyakit yang

ditimbulkan tergantung pada bahan pencemar udara tersebut.

Emisi Kendaraan

Di Indonesia, khususnya di kota-kota besar, lalu lintas dalam hal ini kendaraan bermotor,

mempunyai andil yang sangat besar dalam memberikan kontribusi pada polusi udara.

Konstribusi gas buang kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%,

bandingkan dengan industri yang hanya berkisar antara 10-15%. Sedangkan sisanya berasal

dari rumah tangga, pembakaran sampah, kebakaran hutan/ladang dan lain-lain.

Gambaran yang mirip terjadi pula di Amerika Serikat. Dari jumlah total tiap zat pencemar

utama yang dikeluarkan setiap tahun, karbon monoksida (CO) merupakan zat pencemar

terbanyak dan kendaraan bermotor adalah sumber utamanya, seperti terlihat pada tabel

berikut ini. Namun perlu diingat kita tidak boleh memandang jenis zat pencemar atau

sumbernya semata-mata berdasarkan jumlah total emisi tiap tahun. Kita juga harus

mempertimbangkan sejauh mana tingkat bahaya setiap jenis zat pencemar, terutama

terhadap kesehatan manusia.

Berdasarkan tabel tersebut di atas, dipandang dari segi efek dan gangguan kesehatan yang

membahayakan, sulfur oksida dan partikulat menempati dua urutan teratas. Sebaliknya

karbon monoksida menempati urutan terbawah dari ke 5 jenis zat pencemar. Urutan-urutan

dalam efek kesehatan dari zat-zat pencemar memberikan dasar yang lebih rasional dan

realistik dalam merencanakan program pengendalian dan penanggulangan polusi udara.

Emisi memegang peranan penting dalam menimbulkan dampak terhadap kesehatan

masyarakat. Dalam kesehatan lingkungan dikenal ”teori simpul”, yang terdiri atas simpul-

simpul A, B, C dan D. Simpul A adalah yang diemisikan dari sumber, dalam hal ini asap knalpot

kendaraan. Simpul B adalah ambient, sedangkan simpul C timbunan sejumlah gas atau

partikel dalam darah maupun organ tubuh tetapi belum menimbulkan efek terhadap

kesehatan. Simpul D adalah kondisi terminal, telah menimbulkan efek terhadap kesehatan

maupun kecacatan.

Page 4: Karbonmonoksida Dan Dampaknya

Mengganggu Kesehatan

Polusi udara dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia melalui berbagai cara,

antara lain dengan merangsang timbulnya atau sebagai faktor pencetus sejumlah penyakit.

Kelompok yang terkena terutama bayi, orang tua dan golongan berpenghasilan rendah

biasanya tinggal di kota-kota besar dengan kondisi perumahan dan lingkungan yang buruk.

Terdapat korelasi yang kuat antara pencemaran udara dengan penyakit bronchitis kronik

(menahun). Walaupun merokok hampir selalu menjadi urutan tertinggi sebagai penyebab dari

penyakit pernafasan menahun, sulfur oksida, asam sulfur, pertikulat dan nitrogen dioksida

telah menunjukkan sebagai penyebab dan pencetus asthma brochiale, bronchitis menahun

dan emphysema paru.

Hasil-hasil penelitian di Amerika Serikat sekitar tahun 70-an menunjukkan bronchitis kronik

menyerang 1 di antara 5 orang laki-laki Amerika umur antara 40-60 tahun dan keadaan ini

berhubungan dengan merokok dan tinggal di daerah perkotaan yang udaranya tercemar.

Hubungan yang sebenarnya antara pencemaran udara dan kesehatan atau pun timbulnya

penyakit yang disebabkannya masih merupakan problema yang sangat komplek. Banyak

faktor-faktor lain yang ikut menentukan hubungan sebab akibat ini. Namun dari data statistik

dan epidemiologik hubungan ini dapat dilihat dengan nyata.

Pada umumnya data morbiditas dapat dianggap lebih penting dan berguna daripada data

mengenai mortalitas. Apalagi penemuan-penemuan kelainan fisiologik pada kehidupan

manusia yang terjadi lebih dini sebelum tanda-tanda penyakit dapat dilihat atau pun dirasa,

sebagai akibat dari pencemaran udara, jelas lebih penting lagi artinya. Tindakan pencegahan

mestinya telah perlu dilaksanakan pada tingkat yang sedini mungkin.

WHO Inter Regional Symposium on Criteria for Air Quality and Method of Measurement telah

menentapkan beberapa tingkat konsentrasi polusi udara dalam hubungan dengan akibatnya

terhadap kesehatan maupun lingkungan sebagai berikut:

Tingkat I: Konsetrasi dan waktu expose yang tidak ditemui akibat apa-apa, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Tingkat II: Konsentrasi yang mungkin dapat ditemui iritasi pada pencaindera, akibat

berbahaya pada tumbuh-tumbuhan, pembatasan penglihatan atau akibat-akibat lain yang

merugikan pada lingkungan (adverse level).

Tingkat III: Konsentari yang mungkin menimbulkan hambatan pada fungsi-fungsi faali yang

fital serta perubahan yang mungkin dapat menimbulkan penyakit menahun atau pemendekan

umur (serious level).

Tingkat IV: Konsentrasi yang mungkin menimbulkan penyakit akut atau kematian pada

golongan populasi yang peka (emergency level).

Beberapa cara menghitung/memeriksa pengaruh pencemaran udara terhadap kesehatan

adalah antara lain dengan mencatat: jumlah absensi pekerjaan/dinas, jumlah sertifikat/surat

keterangan dokter, jumlah perawatan dalam rumah sakit, jumlah morbiditas pada anak-anak,

jumlah morbiditas pada orang-orang usia lanjut, jumlah morbiditas para pekerja yang berisiko

mendapat pencemaran udara, penyelidikan pada penderita dengan penyakit tertentu misalnya

penyakit jantung, paru dan sebagainya.

Penyelidikan-penyelidikan ini harus dilakukan secara prospektif dan komparatif antara daerah-

daerah dengan pencemaran udara hebat dan ringan, dengan juga memperhitungkan faktor-

faktor lain yang mungkin berpengaruh, misalnya kualitas udara, kebiasaan makan, merokok,

data meteorologik dan sebagainya, yang sering disebut sebagai faktor yang menunjang

(predisposing factor). Meskipun bukan penyebab, predisposing factor tersebut memegang

peranan penting dalam menimbulkan penyakit pada manusia.

Page 5: Karbonmonoksida Dan Dampaknya

Khusus polusi udara yang berasal dari kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tak

ramah lingkungan, terutama karena masih mengandung sejumlah Pb, dikhawatirkan akan

menurunkan kualitas sumberdaya manusia, karena akan menurunkan tingkat kecerdasan

anak-anak. Celakanya, timbel tidak hanya terserap lewat saluran pernapasan. Kini banyak

tanaman yang mengandung residu Pb, akibat polusi udara oleh bahan kimia ini.

Penyakit

Penyakit-penyakit yang dapat disebabkan oleh polusi udara adalah:

1. Bronchitis kronika. Pengaruh pada wanita maupun pria kurang lebih sama. Hal ini

membuktikan prevalensinya tak dipengaruhi oleh macam pekerjaan sehari-hari. Dengan

membersihkan udara dapat terjadi penurunan 40% dari angka mortalitas.

2. Emphysema pulmonum.

3. Bronchopneumonia.

4. Asthma bronchiale.

5. Cor pulmonale kronikum.

Di daerah industri, Czechoslovakia umpamanya, dapat ditemukan prevalensi tinggi penyakit

ini. Demikian juga di India bagian utara, penduduk tinggal di rumah-rumah tanah liat tanpa

jendela dan menggunakan kayu api untuk pemanas rumah.

6. Kanker paru. Stocks & Campbell menemukan mortalitas pada non-smokers di daerah

kota 10 kali lebih besar daripada daerah rural.

7. Penyakit jantung, juga ditemukan dua kali lebih besar morbiditasnya di daerah dengan

polusi udara tinggi. Karbon-monoksida ternyata dapat menyebabkan bahaya pada jantung,

apalagi bila telah ada tanda-tanda penyakit jantung ischemik sebelumnya. Afinitas CO

terhadap hemoglobin adalah 210 kali lebih besar daripada O2 sehingga bila kadar CO Hb sama

atau lebih besar dari 50%, akan dapat terjadi nekrosis otot jantung. Kadar lebih rendah dari itu

pun telah dapat mengganggu faal jantung.

8. Kanker lambung, ditemukan dua kali lebih banyak pada daerah dengan polusi tinggi.

9. Penyakit-penyakit lain, umpamanya iritasi mata, kulit dan sebagainya banyak juga

dihubungkan dengan polusi udara. Juga gangguan pertumbuhan anak dan kelainan

hematologik pernah diumumkan. Di Rusia pernah ditemukan hambatan pembentukan antibodi

terhadap influenza vaccin di daerah kota dengan tingkat polusi tinggi, sedangkan di daerah

lain pembentukannya normal.

Pengendalian

Mengingat kendaraan bermotor mempunyai andil terbesar dalam polusi udara, maka

pengendalian polusi udara juga berarti pengendalian emisi kendaraan bermotor. Pengendalian

tingkat ini adalah pengendalian terhadap simpul A dalam “teori simpul”.

Apabila memungkinkan, selain peraturan perundangan yang berlaku umum, dapat pula dibuat

peraturan yang khusus untuk mengelola sumber-sumber pengotor udara. Peraturan seperti ini

dikenal sebagai standar emisi, khususnya emisi kendaraan bermotor.

Di samping itu ada pula standar yang diberlakukan bagi kualitas bahan bakar, karena

sebagian besar polusi udara disebabkan oleh pembakaran. Kualitas hasil atau sisa

pembakaran tergantung antara lain dari kualitas bahan bakar yang digunakan. Di DKI Jakarta

telah diujicoba penggunaan bahan bakar yang berasal dari gas alam yang sangat ramah

lingkungan.

Namun, kualitas pembakaran oleh kendaraan bermotor tidak kalah pentingnya. Karena itu,

perawatan kendaraan dan jika perlu pembatasan usia kendaraan mutlak dilakukan. Hal ini

Page 6: Karbonmonoksida Dan Dampaknya

memungkinkan dilakukan jika secara berkala dilakukan uji emisi kendaraan. Kendaraan

bermotor yang beroperasi di kota harus telah lulus uji emisi.

Peran serta masyarakat dalam mengurangi polusi pada udara ambient, dalam hal ini

intervensi terhadap simpul B, sangat diperlukan. Gerakan penghijauan seyogianya terus

ditingkatkan, terutama dimulai dari tempat tinggal masing-masing. Sangat dianjurkan

menggunakan pohon yang berdaun lebar atau yang berpotensi mengurangi polusi udara.

Misalnya setiap keluarga, terutama di kota, menanam sebuah bibit pohon angsana. Niscaya

lima tahun ke depan, telah tercipta lingkungan yang asri dan terhindar dari polusi udara.

Demikian pula taman-taman kota perlu digalakkan untuk mengimbangi polusi udara kota dan

agar “langit biru” tidak sekedar menjadi isapan jempol.