Karbon Aktif Dari Briket Sampah

download Karbon Aktif Dari Briket Sampah

If you can't read please download the document

description

kimia organik

Transcript of Karbon Aktif Dari Briket Sampah

KARBON AKTIF DARI BRIKET SAMPAHPENDAHULUAN Kebutuhan energi akhir-akhir ini menjadi suatu topik pembicaraan yang hangat, terutama setelah semakin langkanya persediaan bahan bakar minyak tanah, solar dan premium di pasaran. Hal ini disebabkan semakin cepatnya laju pertumbuhan penduduk sehingga usaha untuk memenuhi kebutuhan penduduk semakin meningkat, disamping itu kemajuan teknologi juga mempengaruhi semakin berkurangnya persediaan minyak bumi.

Gambar 1. Antri BBM Minyak bumi adalah energi yang tidak dapat diperbarui, tetapi dalam kehidupan sehari-hari bahan bakar ini masih menjadi pilihan utama dalam berbagai aktivitas proses pembakaran, akibatnya cadangan minyak bumi menjadi semakin menipis, sehingga dibutuhkan energi alternatif sebagai pengganti minyak bumi untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar. Beberapa energi alternatif yang biasa dikembangkan sebagai pengganti dari minyak bumi adalah gas bumi, batubara, arang kayu dan biomasa. Biomasa merupakan bahan hayati yang biasanya terdapat di sampah dan sering dimusnahkan dengan cara dibakar. Biomassa merupakan sumber energi alternatif yang dapat digunakan untuk menggantikan energi fosil. Biomassa menjadi alternatif karena mempunyai beberapa sifat yang menguntungkan. Sumber energi ini dapat dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya yang renewable resources, tidak mengandung unsur sulfur sehingga tidak menyebabkan polusi udara sebagaimana yang terjadi pada bahan bakar , 2001). Berdasarkan pemakaian, energi alternatif dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : 1 fosil. Selain itu, pemanfaatan energi biomassa juga meningkatkan efisiensi pemanfaatan limbah pertanian. (Sudrajat

1 2

Energi alternatif jangka pendek seperti: energi biomassa(briket biomassa), energi surya, energi mikrohidro dan energi angin. Energi alternatif jangka panjang yaitu energi gelombang laut.

Dari sekian energi alternatif yang digunakan, briket arang karbon mempunyai kaitan erat dengan program pemerintah dalam menjaga lingkungan hidup. Pembuatan briket ini penting dilakukan untuk memberdayakan sampah-sampah yang jika tidak diolah dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Selain itu juga dapat lebih menghemat penggunaan energi minyak bumi yang ada. BAHAN BAKAR Bahan bakar diartikan sebagai bahan yang apabila dibakar dapat meneruskan proses pembakaran tersebut dengan sendirinya, disertai dibakar dengan tujuan untuk memperoleh dengan pengeluaran kalor. baik Bahan bakar

kalor, dan digunakan

secara

langsung

(seperti memasak, untuk instalasi pemanas)

maupun

tak langsung (seperti bahan bakar motor,

pembangkit listrik). Beberapa macam bahan bakar yang dikenal adalah: ; ; bahan bakar fosil, seperti: batubara, minyak bumi, dan gas bumi. bahan bakar nuklir, seperti: uranium dan plutonium. Pada bahan bakar nuklir, kalor diperoleh dari hasil reaksi rantai penguraian atom-atom melalui peristiwa radioaktif. ; bahan bakar lain, seperti: sisa tumbuh-tumbuhan, minyak nabati, minyak hewani.

Bahan bakar konvensional, ditinjau dari keadaannya dan wujudnya dapat berupa zat padat, cair atau gas. Sedang ditinjau dari cara terjadinya dapat alamiah dan buatan ( manuvacture). Termasuk bahan bakar padat alamiah ialah: antrasit, batubara bitumen, lignit, kayu api, sisa tumbuhan. Bahan bakar padat buatan antara lain: kokas, semi-kokas, arang, briket, bris, serta bahan bakar nuklir. Bahan bakar cair non-alamiah antara lain: bensin atau gasolin, kerosin atau minyak tanah, minyak solar, minyak residu, dan juga bahan bakar padat yang diproses menjadi bahan bakar cair seperti minyak resin dan bahan bakar sintetis. Ba han bakar gas alamiah misalnya: gas alam dan gas petroleum, sedang bahan bakar gas non-alamiah misalnya gas rengkah (cracking gas) . Bahan bakar fosil dan bahan bakar organik lainnya umumnya tersusun dari unsurunsur C (karbon), H (hidrogen), O (oksigen), N (nitrogen), S (belerang), P (fosfor) dan unsur-unsur lainnya dalam jumlah kecil. Unsur-unsur kimia yang penting adalah C, H dan S, yaitu unsur-unsur yang jika terbakar menghasilkan kalor disebut bahan yang dapat terbakar 2

(combustible matter). Unsur-unsur lain yang terkandung dalam bahan bakar namun tidak dapat terbakar adalah O, N, bahan mineral atau abu dan air. Komponen-komponen ini disebut bahan yang tidak dapat terbakar (non combustible matter). Kandungan air, kandungan abu dan kandungan belerang dalam bahan bakar sangat menentukan mutu bahan bakar tersebut, karena bahan-bahan tersebut mempengaruhi besarnya nilai kalor dan sekaligus menentukan spesifikasinya. Kandungan air dan abu dalam bahan bakar akan menurunkan kalor yang dihasilkan. Kandungan belerang akan menimbulkan pencemaran karena belerang yang terkandung dalam bahan bakar akan terbakar menghasilkan gas belerang dioksida dan belerang trioksida yang bersifat korosif terhadap logam dan meracuni lingkungan. Jika bahan bakar padat dibakar tanpa udara berlebihan, pertama yang menguap adalah air, baru kemudian gas -gas seperti CO , CO, SO dan terakhir diperoleh kokas (karbon) 2 2 serta abu. Tabel 1 Bahan Bakar Kayu (kering mutlak) Batubara muda (lignit) Batubara Minyak bumi (mentah)Bahan bakar minyak Gas alam

Nilai Kalor Rata-rata dari(kal/g) Beberapa Jenis Bahan Bakar Nilai Kalor4491,2 1887,3 6999,5 10081,2 10224,6 9722,9

(Angga Yudanto, 2005)

KARBON AKTIF Karbon merupakan suatu padatan berpori dan mempunyai tiga bentuk allotrop yaitu intan, grafit dan karbon amorf. Intan adalah elemen yang transparan dan merupakan salah satu material yang keras, banyak dimanfaatkan sebagai media abrasi dan alat pemotong. Grafit digunakan sebagai pelumas padat dan alat tulis. Karbon aktif dan karbon hitam sifat-sifatnya lebih menunjukkan senyawa amorf. Karbon diperolehdari hasil pembakaran bahan-bahan yang mengandung karbon dengan udara3

udara terbatas pada suhu tinggi. Arang bukan merupakan karbon murni tetapi masih mengandung hidrokarbon dari abu yang terabsorbsi pada permukaannya dan besarnya karbon yang terkandung dalam arang tergantung pada bahan bakunya dan cara pembuatannya. Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan karbon antara lain : batubara, tempurung kelapa, residu petrokimia, kayu bakar, cakang kelapa sawit, tonkol jagung dan bahan hidrokarbon lainnya. Menurut Ketaran ,1980 dalam (Subroto, 2007) arang adalah bahan padat yang berpori dan merupakan hasil pembakaran dari bahan yang mengandung unsur C. Sebagian besar dari pori-porinya masih tertutup dengan hidrokarbon, dan senyawa organik lain yang komponennya terdiri dari fixed carbon, abu, air, nitrogen dan sulfur. Karbon aktif adalah karbon amorf yang telah mendapat perlakuan dengan uap atau panas sampai mempunyai affinitas yang kuat, sehingga mempunyai daya serap yang baik terhadap warna, bau , rasa, zat beracun dan zat kimia lain. Karbon aktif mempunyai permukaan yang terdiri dari dinding berpori, pori-pori permukaan ini hanya dapat dimasuki molekul-molekul yang berukuran lebih kecil. Pengaktifan karbon bertujuan untuk memperluas permukaan, selain itu digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengadsorbsi karbon aktif itu sendiri.

Gambar 2. karbon aktif Mutu suatu karbon aktif ditentukan oleh banyak sedikinyanya kandungan kadar air dan kadar abu yang terkandung didalamnya. Kualitas karbon aktif yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian (1979) dapat dilihat dalam table berikut : 4

Tabel 2. Syarat mutu karbon JENIS UJI SYARAT Kadar air Maksimal 15 % Kadar abu Maksimal 2,5 % Bagian yang tidak mengarang Tidak nyata Bagian yang hilang pada pemanasan 9500C Maksimal 15 % Banyaknya air yang terkandung dalam karbon disebut kadar air (Kr) yang dapat ditentukan kadarnya dengan : Kr = x 100% Kr = kadar air (%) a = massa karbon mula-mula (gr) b = massa karbon setelah dikeringkan (gr) Abu adalah mineral sisa yang tidak habis terbakar ketika karbon dibakar dengan kondisi suhu, tekanan dan waktu yang telah ditentukan. Banyaknya abu yang terjadi setelah pembakaran karbon disebut kadar abu yang besarnya dapat ditentukan dengan : Ku = x 100 % Ku = kadar abu (%) b = massa karbon setelah dikeringkan (gr) c = massa abu (gr) Banyaknya zat yang menguap dari briket setelah dipanaskan pada suhu tertentu (kurang dari 900C) disebut kadar volatile yang ditentukan dengan : Kv = x 100 % - Kr

Kv = kadar volatile (%) Banyaknya unsure karbon yang terdapat pada sebuk arang disebut kadar karbon yang dapat dihitung besarnya dengan rumus : Kk = 100% - Kr Ku Kv Kk = kadar karbon (%) (Sembiring, M.T, 1990) 5

BRIKET SAMPAH

Gambar 3. Tumpukan sampah Sampah yang banyak dipandang sebelah mata sebagai suatu yang menjijikkan dan dihindari oleh semua orang sering kali menimbulkan masalah berupa pencemaran serta peningkatan kebutuhan untuk tempat pembuangan sampah. Selain digunakan sebagai kompos salah satu alternatif pengolahan sampah selain dibakar percuma dapat dilakukan dengan pembakaran pirolisis sampah-sampah organik. Proses ini akan menghasilkan padatan (char) berupa arang dan cairan (tar) yang memiliki kalor yang tinggi (Bramono, 2004 dalam Nisandi,2007). Sampah pada dasarnya dapat digolongkan menurut beberapa kriteria, yaitu penggolongan berdasarkan: asal, komposisi, bentuk, lokasi, proses terjadinya, sifat dan jenisnya. Penggolongan sampah ini diperlukan guna mengetahui macam-macam sampah dan sifatnya, serta sebagai dasar penanganan dan pemanfaatan sampah. Penggolongan berdasarkan asalnya, seperti; sampah dari hasil kegiatan rumah tangga atau perumahan, asrama, rumah sakit, hotel, kantor, hasil kegiatan pertanian, sampah dari hasil kegitan perdagangan, sampah dari hasil kegiatan pembangunan dan sampah jalan raya. Penggolongan sampah berdasarkan komposisinya dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu; sampah yang seragam dan sampah yang tidak seragam (campuran). Penggolongan sampah berdasarkan bentuknya,seperti ; sampah berbentuk padatan (solid) misalnya kertas, karton, daun, kaleng, plastik; sampah berbentuk cairan (ternasuk bubur); sampah berbentuk gas. Sampah berdasarkan asalnya digolongkan: 1 Sampah organik sampah yang terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari pertanian atau perikanan. Sampah rumah tangga sebagian besar sampah organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme di alam. 6

2

Sampah anorganik yaitu sampah yang berasal dari sumber daya alam tak terbaharui seperti mineral dan minyak bumi atau bahan produk proses industri seperti plastik, aluminium. Bahan anorganik tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme di alam.

Sampah organik diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu : a Sampah organik yang mudah membusuk (garbage) yaitu limbah padat semi basah berupa bahan-bahan organik yang berasal dari sektor pertaanian dan pangan termasuk dari sampah pasar. Sampah ini mempunyai ciri mudah sekali terurai oleh mikroorganisme dan mudah membusuk, karena mempunyai rantai kimia yang relative pendek. Sampah ini menjijikkan jika sudah membusuk apalagi bila terkena genangan air. b Sampah organik yang tak mudah membusuk (rubbish) limbah padat organik kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme sehingga sulit membusuk karena mempunyai rantai kimia panjang dan kompleks. Contoh: kertas dan selulosa.

Gambar 4. Contoh sampah organic Briket arang sampah ini biasanya hanya dapat dibuat dari sampah jenis rubbish. Itu pun yang tergolong ke dalam sampah tak mudah lapuk yang bisa terbakar. Contohnya adalah sampah-sampah kertas, kardus, kayu. Briket arang merupakan bahan bakar padat yang mengandung karbon, mempunyai nilai Bioarang adalah arang yang kalori yang tinggi, dan dapat menyala dalam waktu yang lama.

diperoleh dengan membakar biomassa kering tanpa udara (pirolisis). Biomassa sebenarnya dapat digunakan secara langsung sebagai sumber energi panas untuk bahan bakar tetapi kurang efisien.

7

Gambar 5. Briket sampah Pirolisis (pengarangan) adalah proses dekomposisi kimia dengan meggunakan pemanasan tanpa adanya oksigen. Proses ini disebut juga proses karbonasi yaitu proses untuk memperoleh karbon atau arang. Dilakukan pada temperature tinggi (High Temperature carbonization) suhu 4500oC-5000oC. Dalam proses pirolisis dihasilkan gas-gas, seperti CO, CO2, CH4, H2, dan hidrokarbon ringan. Jenis gas yang dihasilkan bermacam-macam tergantung dari bahan baku. Salah satu contoh pada pirolisis dengan bahan baku batubara menghasilkan gas seperti CO, CO2, NOx, dan SOx. yang dalam jumlah besar, gas-gas tersebut dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Proses pirolisis dipengaruhi faktor-faktor antara lain: ukuran dan distribusi partikel, suhu, ketinggian tumpukan bahan dan kadar air. Efektifitas pengeringan dan pengarangan ditentukan oleh empat hal yaitu : a. Kecepatan dispersi uap air sampah b. Tingginya diferensiasi suhu, yaitu kenaikan suhu bertahap yang diperlukan c. Pengadukan untuk mempercepat pemindahan panas d. Ukuran sampah, bila ukuran sampah kecil (misalnya digiling), berarti lebih luas sehingga air dapat menguap lebih cepat. e. Jumlah udara yang diperlukan, pengarangan dilakukan dengan menggunakan udara panas. Jumlah udara yang diperlukan dapat diperhitungkan. Panas pembakaran tiap jenis sampah berbeda-beda, apabila sampah mengandung air, maka panas pembakaran menjadi lebih tinggi. Sampah organik pada umumnya banyak mengandung selulosa. Panas pembakaran selulosa adalah 8.000 btu/lb f. Perekat, yang dimaksud dengan perekat adalah agar hasil pencetakan arang briket tidak mudah pecah. Banyak jenis dedaunan yang dapat dipergunakan sebagai campuran perekat. Untuk 8 permukaannya menjadi

mengetahui dedaunan dapat dipergunakan sebagai bahan perekat , yaitu dengan menumbuk dedaunan hingga mengeluarkan getah. Beberapa jenis daun yang dapat dipergunakan sebagai bahan perekat, seperti ; daun waru, daun kembang sepatu, daun kapok, daun keladi mentah, daun kamboja, daun lamtoro mentah, daun batang akar enceng gondok. Briket bioarang mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan arang biasa (konvensional), antara lain: 1 2 Panas yang dihasilkan oleh briket bioarang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kayu biasa dan nilai kalor dapat mencapai 5.000 kalori. Briket bioarang bila dibakar tidak menimbulkan asap maupun bau, sehingga bagi masyarakat ekonomi lemah yang tinggal di kota-kota dengan ventilasi perumahannya kurang mencukupi, sangat praktis menggunakan briket bioarang. 3 4 5 Setelah briket bioarang terbakar (menjadi bara) tidak perlu dilakukan pengipasan atau diberi udara. Teknologi pembuatan briket bioarang sederhana dan tidak memerlukan bahan kimia lain kecuali yang terdapat dalam bahan briket itu sendiri. Peralatan yang digunakan juga sederhana, cukup dengan alat yang ada dibentuk sesuai kebutuhan Beberapa macam arang briket Arang briket dapat dibuat dari berbagai bahan seperti; serbuk kayu dan serbuk arang .Proses pebuatannya adalah sebagai berikut : 1 Briket kayu, briket kayu adalah bahan baker padat yang dibuat dari serbuk kayu dengan cara pres dengan atau tanpa pemanas, serta dengan atau tanpa menggunakan bahan perekat. Jenis limbah yang sesuai untukpembuatan briket kayu adalah serbuk gergaji. 2 Briket arang, briket arang ini dibuat dari serbuk arang yang telah dicampuri perekat kemudian dipres pada suhu kamar. Tekanan berkisar antara 1.000 s/d 1.500 kg/cm2 tergantung pada kualitas yang diinginkan. 3 Briket enceng gondok, briket arang ini dibuat dari bubuk arang enceng gondok yang dicampuri perekat lalu dipres pada suhu kamar.

9

Kandungan energi beberapa jenis arang Arang briket yang dibuat dari berbagai bahan seperti : serbuk kayu dan serbuk arang kandungan energinya cukup besar, hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3. Kandungan energi berbagai jenis arangKadar Abu (%) 32-4 5 2,695-2,715 1,035-3,028 2,979 Kadar Air (%) 5,154-4,642 4,646-5,364 6,312 Kadar Air Mudah Terbang (%) 8,806-9,14 4,61-8,412 5,972 Karbon Terikat ( - % 83,01-83,80 85,11-86,98 84,736

Jenis Arang No 1 2 3 4 5 Briket Kayu Briket Arang Arang Kayu Ulin Arang Kayu Bengkirai Arang Kayu Kalaban

Nilai Kalori (Kal/g) 4000-4700 6500-7800 8191-9546 8191-9546 8753

(Dwi Suheryanto dan Tri Haryanto, 2004)

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BRIKET SAMPAH Pembuatan karbon aktif dari briket sampah dilakukan melalui beberapa tahap. Langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain yang telah dilakukan oleh Dwi Suheryanto dan Tri Haryanto (2004) dalam penelitiannya. Tahap-tahap pembuatannya dilakukan sesuai skema berikut :

10

Sampah (basah) Sortasi

Dll (kotoran ,logam, kaca dan plastik) Pengeringan Biomasa basah Biomasa kering Pengarangan Penum buka n& Saring

B i

A r

11

ng kasa r

basa h

Ara n g k as ar Arang halus Penumbukan ditambah pere Pencetaka n/Pres Adon an cetak basah

Arang briket basah

Pe ng eri ng an

12

Pengujian laboratories Dan daya bakar

pengemasan

KETERANGAN SKEMA : a Pengambilan sampah Sampah diambil dari beberapa lokasi, kemudian sampah yang telah terkumpul ditimbang beratnya. b Seleksi (Pemisahan/Sortasi) Pemisahan sampah hendaknya dikerjakan dua tahap, pada tahap pertama terlebih dahulu dipisahkan antara sampah organik (biomassa) dan sampah anorganik. Kemudian pada tahap kedua sampah-sampah tersebut dipisahkan lagi berdasarkan jenisnya sesuai dengan maksud tujuan untuk arang briket dari bahan-bahan bioamassa sampah. Pada proses seleksi, hasil dari proses pemisahan masingmasing unsur ditimbang untuk mengetahui prosentase berat dari masing-masing unsur c tersebut. Setelah itu sampah yang mengandung biomasa dikeringkan, sedangkan sampah yang termasuk anorganik dikumpulkan pada suatu tempat. Pengeringan Sampah yang mengandung biomasa yang masih basah (berat masing-masing sample 10 kg) kemudian dikeringkan dengan jalan disebarkan pada suatu tempat yang terkena sinar matahari langsung. Tebal tumpukan sampah diusahakan agar seragam, kemudian setiap 4 jam diaduk dengan alat garuk hingga bagian bawah penumpukan akan berada diatas agar pengeringan dapat berlangsung merata. Sampah biomassa yang telah kering (kadar air dibawah 20 %) dapat menggunakan rumus sebagai berikut : Kadar Air Sampah= berat sampah basah - berat sampah kering x 100% Berat sampah biomasa d Pengarangan Sampah biomasa yang telah kering kemudian diarangkan melalui proses pengarangan. Dalam proses pengarangan diperlukan persiapan peralatan serta bahanbahan yang akan diolah, antara lain : 13 dipisahkan dan ditimbang. Untuk mengetahui kadar air yang terkandung dalam sampah biomasa,

1. Alat Drum tempat pengarangan, tongkat pengaduk, stop-watch, timbangan, pematik (korek api) dan masker. Tempat pengarangan biomassa berupa drum besar (isi 200 liter). Permukaan bagian atas drum dilubangi ( 20 cm), sedang alas bawah/dasar dipotong. Potongan bekas alas ini dapat digunakan sebagai penutup lubang atas untuk mencegah masuknya oksigen/udara (untuk menghindari terjadinya proses pengabuan). Tongkat pengadukan berupa kayu/besi berfungsi untuk mengaduk dan penumbuk biomasa yang sedang dibakar agar proses pengarangan dapat berlangsung sempurna. 2. Bahan-bahan Bahan yang diarangkan adalah berupa sampah biomasa yang telah kering perlu dipersiapkan lebih dahulu mengingat atau pembakaran/pengarangan dilakukan 3. Cara kerja Sampah biomasa yang telah kering dimasukan kedalam alat pengarangan secara bertahap sampai mencapai ketebalan 10 cm, kemudian dibakar. Setelah sampah terbakar selama kurang lebih 10 menit masukan lagi sampah berikutnya sambil diaduk-aduk agar lapisan sampah dibagian bawah terbakar menjadi arang. Apabila timbul nyala api yang berlebihan, lubang atas alat pengarangan (drum) ditutup untuk membatasi masuknya oksigen/udara kedalam udara. Pengarangan yang berhasil dapat dilihat dengan timbulnya kepul asap yang tebal sebagai indikasi tidak terjadi nyala api melainkan timbulnya bara api. Apabila pemasukan sampai telah mencapai 25 kg, penambahan sampah dihentikan, biarkan proses pengarangan terus berlanjut dengan memperhatikan terjadinya kepul asap. Bila seluruh bahan biomasa didalam drum telah berubah menjadi arang (dapat dilihat dengan cara memasukan nyala api), siram air secukupnya untuk memadamkan bara api. Kemudian hasil pengarangan ditumbuk dengan menggunakan alat pengaduk untuk mempercepat matinya bara api dan memudahkan pengambilan hasil pengarangan ,sehingga pada saat pengambilan bubuk arang tidak berterbangan. Hasil pengarangan dikumpulkan dan ditimbang, data-data yang diamati meliputi; waktu pengarangan persatuan berat; kapasitas pengarangan, temperatur pengarangan, berat hasil pengarangan. 4. Penyaringan dan penghalusan 14 secara berangsur-angsur bertahap penyuapannya.

Hasil pengarangan disaring dengan menggunakan saringan yang mempunyai skala mesh 196 per sq.inch, kemudian ditimbang dan disisihkan. 5.Pencetakan a. Bahan Bubuk arang biomasa dan bahan perekat. Bahan perekat yang dipergunakan menggunakan daun (yang masih basah) kembang sepatu. b. Alat Alat yang digunakan alat pencetak yaitu alat pres type 9 lubang dan alat pres dari bambu (briket batangan) , alat penumbuk, tongkat pemampat dan timbangan Cara kerja Siapkan bahan perekat (daun bunga sepatu) dan bubuk arang biomasa dengan perbandingan berat : 12,5% perekat dan 97,5 arang. Daun ditumbuk sampai halus lalu bubuk arang masukan dan ditumbuk terus sehingga kedua bahan tercampur rata. Selanjutnya kedalam campuran tersebut dituangkan air secukupnya ( sebanyak 750 cc per kg adonan) lalu diaduk hingga rata. Selanjutnya adonan dicetak menjadi 2 macam bentuk arang briket, yaitu arang briket type 9 lubang dan arang briket batangan. Arang briket 9 lubang menggunakan alat cetak 9 lubang, sedangkan yang batangan menggunakan bambu yang dibelah dua. sisanya ditimbang. Sisa hasil penyaringan ditumbuk atau dihaluskan, kemudian disaring kembali sisanya

Arang Briket Batangan Arang Briket 9 Lubang Data-data yang diamati; lama penumbukan bahan perekat persatuan berat, lama pencampuran bahan perekat dan bubuk arang biomasa persatuan berat, waktu pencetakan arang briket, berat arang briket basah dan 15 kering dan waktu

pengeringan. 6. Pengujian (Evaluasi) Hasil pengarangan sampah biomassa dievaluasi sesuai dengan Standard Nasional Indonesia yaitu kadar air; kadar abu; kadar zat mudah terbang; karbon terikat dan Nilai kalori. Selain itu arang briket biomassa diuji daya pemanasan atau daya bakarnya kemudian dibandingkan dengan daya bakar arang kayu dan minyak tanah. Pada pengujian ini data yang diamati adalah berat bahan baker yang akan diuji, suhu air dalam ketel, suhu nyala api (dibawah ketel, 1 cm diatas bara api), jumlah air yang berhasil dipanasi sampai mendidih, dan lamanya pemanasan. SIMPULAN : Dengan memanfaatkan sampah menjadi briket, maka dapat membantu mengurangi permasalahan penimbunan sampah terutama sampah organik. Disamping itu dengan pembuatan briket sampah dapat memberikan solusi mengatasi semakin menipisnya cadangan bahan bakar fosil, dan diharapkan bahan bakar briket sampah dapat menjadi bahan bakar alternatif yang disukai masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA Yudanto, Angga dan Kusumaningrum, Kartika.

16