Karakteristik Test Yang Baik

21
KARAKTERISTIK TEST YANG BAIK MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pendidikan IPA Yang Dibimbing Oleh: Ibu Susriyati Mahannal Oleh : Kelompok 6 / Offering: C Din Hadi Shofyan 100341400681 Rizki Armando Putra 100341400695 The Learning University

Transcript of Karakteristik Test Yang Baik

Page 1: Karakteristik Test Yang Baik

KARAKTERISTIK TEST YANG BAIK

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pendidikan IPA

Yang Dibimbing Oleh: Ibu Susriyati Mahannal

Oleh :

Kelompok 6 / Offering: C

Din Hadi Shofyan 100341400681

Rizki Armando Putra 100341400695

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

Januari, 2013

Page 2: Karakteristik Test Yang Baik

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu teknik penilaian yang digunakan yang digunakan untuk

menilai kemampuan belajar anak adalah dengan tes. Agar tes yang disusun itu

dapat kita harapkan sesuai dengan prinsipnya, maka dalam menyusun soal tes

harus benar-benar memenuhi beberapa kriteria.

Sebuah tes harus memenuhi syarat-syarat tertentu sebagai alat

pengukur, sebab memang tidak jarang kesimpulan penting ditarik dan

keputusan penting diambil berdasarkan informasi-informasi yang berhasil

diperoleh melalui penggunaan tes, padahal di lain pihak kita menyadari

kelemahan-kelemahannya yang sebagaian terletak pada kurang cermatnya

kita memerikasa alat pengukur (tes) itu sendiri. Kadang-kadang tes yang

dipergunakan tidak benar-benar mengukur apa yang mau diukur, hasil

pengukuran tidak cukup mantap, tidak ada patokan interpretasi yang cukup

tegas tentang benar tidaknya suatu jawaban, dan kadang tes itu tidak cukup

mampu menunjukkan perbedaan-perbedaan kemampuan. Untuk itu,

diperlukan karakteristik atau syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam

pembuatan tes yang baik. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai apa

pengertian dari tes, bagaimana karakteristik tes yang baik, dan hubungan

karakteristik tes yang satu dengan yang lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan tes?

2. Bagaimana karakteristik tes yang baik itu?

3. Bagaimana hubungan antara karakteristik tes yang satu dengan yang

lainnya?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tes.

2. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik tes yang baik.

Page 3: Karakteristik Test Yang Baik

3. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik tes yang satu dan lainnya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TES

Istilah tes secara bahasa diambil dari kata “testum” yaitu suatu

pengertian dalam bahasa Perancis kuno yang berarti piring untuk

menyisihkan logam mulia. Seorang ahli bernama Jamea Ms. Cattel, pada

tahun 1890 telah memperkenalkan pengertian tes ini melalui bukunya yang

berjudul “Mental Test and Measurement”. Tes dapat didefinisikan sebagai

seperangkat pertanyaan dan/atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh

informasi tentang atribut pendidikan, psikologik atau hasil belajar yang setiap

butir pertanyaan atau tugas tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang

dianggap benar.

Adapun dalam pengertian yang lebih luas, para ahli memberikan

beberapa pengertian tentang tes, yaitu:

1. Anne Anastasi dalam karya tulisnya yang berjudul “Psychological

Testing” mengatakan bahwa tes adalah alat pengukur yang mempunyai

standar objektif, sehingga dapat digunakan secara meluas dan akurat untuk

mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.

2. Drs. Amir Daien Indrakusuma dalam bukunya “Evaluasi Pendidikan”

mengatakan bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan

objektif untuk mengukur dan memperoleh data-data atau keterangan-

keterangan yang diinginkan tentang seseorang atau kelompok dengan cara

yang boleh dikatakan tepat dan cepat.

3. Bimo Walgito mengatakan tes adalah suatu metode atau alat untuk

mengadakan penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyaan atau

tugas-tugas dimana persoalan-persoalan atau pertanyaan-pertanyaan itu

telah dipilih dengan seksama dan telah distandardisasikan.

4. Muchtar Bukhari dalam bukunya yang berjudul “Teknik-teknik Evaluasi”

mengatakan bahwa tes adalah suatu percobaan yang diadakan untuk

Page 4: Karakteristik Test Yang Baik

mengetahui ada atau tidaknya hasil pelajaran tertentu pada seorang

individu atau kelompok.

5. Dikutip dari Webster’s Collegiate, tes adalah sederet pertanyaan atau

latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan,

intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.

Dari beberapa definisi tersebut diatas, dapat kita pahami bahwa dalam dunia

pendidikan yang dimaksud dengan tes adalah serangkaian cara atau prosedur-

prosedur yang digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang akurat 

tentang suatu objek dalam rangka pengukuran dan penilaian, yang nantinya

akan digunakan untuk mengembangkan dan meningkatkan hal-hal yang

berkaitan dengan pendidikan.

B. KARAKTERISTIK TES YANG BAIK

Sebagai suatu alat pengukur yang digunakan untuk mengukur,

membandingkan dan memperoleh suatu informasi yang akurat, maka suatu

tes yang baik harus memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Berikut

adalah pandangan para ahli mengenai  karakteristik suatu tes yang baik:

1. Prof. Drs. Anas Sudijono dalam bukunya yang berjudul “Pengantar

Evaluasi Pendidikan” (2005: 93) mengatakan bahwa setidak-tidaknya ada

empat karakteristik yang harus dimiliki oleh tes yang baik yaitu: valid,

reliable, objektif, dan praktis.

2. Masrun MA dan Dra. Sri Mulyani Martaniah (1974: 117) mengatakan

bahwa suatu tes yang baik harus memiliki minimal tiga hal, yaitu:

validitas, reliable, dan kemampuan membandingkan.

3. Dra. Suharsimi AK mengatakan bahwa suatu tes yang baik harus

memenuhi empat syarat, yaitu: validitas, reliabilitas, objektifitas, dan

praktikabilitas.

4. Arikunto & Suharsimi dalam bukunya “Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan”

mengatakan bahwa syarat-syarat tes yang baik adalah: validitas,

reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas, dan ekonomis.

5. Miller (1991: 91) dan Gronlund & Lin (1990: 47) menyatakan bahwa ada

tiga hal yang harus diperhatikan dalam menentukan suatu alat ukur yang

Page 5: Karakteristik Test Yang Baik

berkualitas, yaitu: validitas, reliabilitas, dan praktikabilitas.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat kita lihat bahwa  tidak

ada yang bertentangan antara yang satu dengan yang lain, tetapi saling me-

lengkapi, sehingga dapat disimpulkan bahwa kriteria tes yang baik

melingkupi:

1. Valid atau Validitas

Kata valid sering diartikan dengan tepat, benar, dan shahih. Jadi,

kata validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran, dan kesahihan.

Dan apabila kata valid atau validitas itu dikaitkan dengan fungsi tes seba-

gai pengukur, maka sebuah tes dapat dikatakan valid dan memiliki validi-

tas apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Anas

Sudijono, 2005: 93). Dengan kata lain, Validitas adalah kesesuaian antara

materi ujian dan materi yang telah dipelajari (Djemari Mardapi (1996: 22).

Misalnya: apabila kita memberikan tes bidang studi IPA pada anak SD ke-

las V, tetapi apabila tes tersebut mengukur kemampuan IPS kelas VI SD

maka tes tersebut tidak mengukur pelajaran IPA tetapi mengukur kemam-

puan pelajaran IPS, maka jelas tes tersebut tidak memiliki validitas. Atau

misalkan juga: alat thermometer dikatakan valid apabila mengukur suhu

badan, tetapi dikatakan sebagai alat yang tidak valid apabila untuk men-

gukur tekanan udara.

Allen & Yen (1979: 970) membagi validitas kepada tiga bentuk,

yaitu : validitas isi (content validity), validitas kriteria (criterion validity),

dan validitas susunan (construct validity).

a. Validitas Isi (content validity)

Validitas isi artinya kejituan atau ketepatan suatu tes ditinjau dari isi

tes tersebut. Suatu tes dapat dikatakan valid apabila materi tersebut

benar-benar merupakan bahan yang representatif terhadap bahan-ba-

han pelajaran yang telah diberikan (Wayan Nurkancana & PPN Sunar-

tana, 1990: 143). Pembuktian hasil validitas dapat diestimasi melalui

Page 6: Karakteristik Test Yang Baik

pengujian terhadap isi tes atau instrument pengukuran dengan analisis

rasional (Azwar, 1997:45).

b. Validitas Susunan (construct validity)

Validitas susunan adalah kejituan atau ketepatan suatu tes ditinjau dari

susunan tes tersebut  (Wayan Nurkancana & PPN Sunartana, 1990:

144). Validitas konstruk merujuk pada sejauh mana suatu tes men-

gukur suatu konstruk teoretik atau trait yang hendak diukurnya (Allen

& Yen, 1979: 108). Konstruk dalam pengertian ini adalah berkaitan

dengan aspek-aspek psikologi seseorang khususnya aspek kognitif,

afektif dan psikomotor.

c. Validitas Kriteria (criterion related validity).

Validitas kriteria merupakan validitas yang menghendaki terjadinya

kriteria eksternal yang dapat dijadikan dasar pengujian skor tes. Krite-

ria yang dimaksud adalah variable perilaku yang akan diprediksi oleh

skor tes atau berupa suatu ukuran lain yang relevan (Nurlaila, 2008:

68). Validitas kriteria disusun berdasarkan kriteria yang telah ada se-

belumnya, dan kesahihan alat ukur dilihat dari sejauhmana hasil pen-

gukuran tersebut sama dengan hasil pengukuran alat lain yang di-

jadikan kriteria. Biasanya, dalam pengukuran psikologis, yang di-

jadikan kriteria adalah hasil pengukuran lain yang telah dianggap se-

bagai alat ukur yang baik misalnya tes Stanford Binnet atau tes

Weschler

2. Reliabilitas

Kata reliabilitas diambil dari bahasa Inggris  “Reliability” yang be-

rasal dari kata “Reliable” yang berarti dapat dipercaya dan juga sering

diterjemahkan dengan keseimbangan (stability) atau kemantapan (consis-

tency). Apabila istilah tersebut dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat

ukur, maka suatu tes dapat dikatakan reliabel dan memiliki reliabilitas jika

hasil-hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut

Page 7: Karakteristik Test Yang Baik

secara berulang kali terhadap subjek yang berbeda, kapan saja, dimana

saja dan oleh siapa saja diperiksa atau dinilai senantiasa menunjukkan

hasil yang relatif sama (Anas Sudijono, 2005: 95).

Reliabilitas juga dikatakan menentukan validitas, jika suatu tes

tidak reliable berarti tes tersebut tidak valid (Fernandes,1984:43). Ebel

(1980:224) mengemukan bahwa suatu tes tidak dapat dikatakan bagus apa-

bila tidak menunjukkan kualitas reliabilitasnya. Oleh karena itu, semakin

tinggi reliabilitas suatu tes, maka semakin bagus kualitas tes tersebut. Dan

jika dihubungkan dengan validitas, maka reliabilitas adalah ketetapan

sedangkan validitas adalah ketepatan.

Misalnya: sebuah soal tes IPS sebanyak 100 soal, diberikan kepada

siswa dan hasilnya siswa tersebut betul 80. Kemudian selang beberapa hari

tes itu (tes yang sama) diberikan lagi pada anak tersebut dan hasilnya

ternyata 81. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa tes tersebut memi-

liki reabilitas. Karena menunjukkan hasil yang mantap dan hasil tetap

(walaupun ada perbedaan, tetapi perbedaab itu tidak berarti karena hanya

1).

Tes yang memberikan hasil yang tidak tetap atau unriliabel itu dise-

babkab karena harapan beberapa hal, diantaranya :

1. Situasi pada waktu tes berlangsung.

Dalam hal ini melibatkan factor siswa yang mengerjakan tes, yang

mencakup segiu fisik maupun psikis dari yang mengerjakan tes.

Misalnya :

a. kesehatan anak terganggu pada waktu mengerjakan tes.

b. Perasaan anak yang takut, gugup atau terburu-buru pada waktu

mengerjakan tes.

c. Tidak mengerjakan tes dengan sepenuh hati.

Dari faktor-faktor tersebut di atas dapat mengakibatkan hasil tes anak

tidak reliabel. Misalkan pada waktu tes pertama anak merasa gugup

dan takut, dan pada waktu tes yang kedua anak sudah tidak takut dan

Page 8: Karakteristik Test Yang Baik

tidak gugup karena pernah mengerjakan tes itu. Maka hasil tes

pertama dan tes kedua (dari tes yang sama) hasilnya akan tidak sama

(tidak reliabel).

2. Keadaan tes itu sendiri.

Hal ini disebabkan karena soal dari tes itu sendiri kurang baik,

misalnya antara lain:

a. Pertanyaan tidak jelas apa yang dimaksud sehingga ada kesulitan

bagi anak untuk menjawab itu.

b. Tidak ada petunjuk yang jelas bagaimana cara mengerjakan soal

itu.

c. Pertanyaan soal tes itu membingungkan, sehingga bias terjadi salah

pengertian antara anak dan guru yang membuat soal.

Karena itulah agar tes yang kita susun benar-benar dapat reliabel maka

kita harus memperhatikan beberapa hal, antara lain:

a. Ciptakan situasi yang tenang dalam pelaksanaan tes. Seorang guru

harus mengusahakan agar lingkungan sekitar pelaksanaan tes tidak

terjadi kegaduhan.

b. Membuat soal tes yang jelas pertanyaannya sehingga tidak terjadi

salah pengertian antara murid dengan guru yang membuat soal tes.

Dalam hal ini soal tes yang kita susun supaya menggunakan bahasa

yang sederhana, jelas dan mudah dimengerti.

c. Membuat petunjuk yang jelas cara mengerjakan soal tes.

d. Membuat kunci jawaban/pola jawaban sebelum hasil tes dikoreksi.

3. Kemampuan membandingkan

Kemampuan membandingkan merujuk pada hasil suatu tes

yang  akan memberikan informasi-informasi tentang kemampuan anak.

Hal yang dibandingkan adalah antara mereka yang benar-benar belajar

dan mereka yang malas belajar (R. Suharno, 1984:21). Suatu tes yang

sangat sukar, sehingga semua anak tidak ada yang dapat mengerjakan-

nya dengan baik dan benar adalah bukan merupakan tes yang baik, be-

Page 9: Karakteristik Test Yang Baik

gitu juga sebaliknya dengan suatu tes yang sangat mudah sehingga se-

mua anak dapat mengerjakannya dengan baik dan benar. Tes-tes yang

seperti itu dianggap tidak memiliki kemampuan membandingkan,

karena semua anak baik yang kurang cerdas, agak cerdas, dan sangat

cerdas hasilnya sama yaitu dapat mengerjakan atau tidak dapat

mengerjakan. Jadi, suatu tes yang baik harus mempunyai kemampuan

membedakan.

4. Objektifitas

Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa obyektif berarti

tidak mengandung unsur-unsur pribadi. Dalam hubungan ini, suatu tes

dapat dikatakan obyektif dan memiliki obyektivitas apabila tes tersebut

disusun dan dilaksanakan sesuai dengan apa yang ada. Isi atau materi

tes diambil berdasarkan materi atau bahan pelajaran yang telah

diberikan sebelumnya dan sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan

(Anas Sudijono, 2005: 96). Dengan kata lain, sebuah tes dikataka

memiliki obyektivitas apabila dalam pelaksanaan tes tersebut tidak ada

factor subjektif yang mempengaruhi, terutama dalam system penilaian.

Apabila dikaitkan dengan reliabilitas, maka objektifitas lebih

menekankan ketetapan  pada sistem scoring, sedangkan reliabilitas

lebih menekankan ketetapan dalam hasil tes.

Contoh: soal tes IPS sebanyak 50 butir soal, setiap soal tes yang

benar diberi angka 2, sehingga apabila benar semua akan memperoleh

skor 100. Misalkan Ali mendapat skor 80 karena benar 40 soal tes sete-

lah diperiksa guru A. apabila ada guru lain yang memeriksa hasil

pekerjaan Ali maka skornya masih tetap 80 juga. Dengan demikian da-

pat dikatakan bahwa soal tes IPS tersebut diatas memiliki objektivitas.

Tetapi apabila hasil tes Ali dari guru A dan guru B tersebut tidak sama,

amaka tes itu dikatakan tidak memiliki objektivitas. Di pihak lain, seo-

rang guru dalam mengoreksi hasil tes anak harus tidak memasukkan

factor subjektif agar hasil tes itu merupakan hasil objektif, sesuai den-

gan kemampuan anak (nilai yang diperoleh). Dalam tes yang terbentuk

Page 10: Karakteristik Test Yang Baik

subjektif sulit bagi guru untuk member nilai yang se-objektif mungki,

sebab jawaban dari soal tes subjektif membutuhkan uraian-uraian, se-

hingga sulit bagi guru untuk member nilai yang tepat, apalagi kalau

guru tidak membuat pola jawaban sebelumnya. Hal ini dapat mengaki-

batkan dua anak akan memperoleh nilai yang tidak sama, padahal

jawabannya sama (Anas, 1998). Dengan demikian hasil tes itu tidak

objektif dan berarti hasil tes itu tidak memiliki objektivitas. Faktor

yang mempengaruhi objektifitas adalah sebagai berikut:

a. Bentuk Tes

Tes yang berbentuk uraian (essay), akan memberikan banyak ke-

mungkinan kepada si penilai untuk memberikan banyak penilaian

(skoring) menurut caranya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa

dengan menggunakan tes bentuk uraian akan memungkinkan ma-

suknya unsur subjektivitas dari si penilai dalam melakukan skoring.

b. Penilai

Dengan menggunakan tes bentuk uraian, faktor subjektivitas dari

seorang penilai akan dapat masuk secara lebih leluasa dan

mempengaruhi pemberian skor. Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi dalam subjektivitas penilaian tersebut antara lain:

kesan penilai terhadap peserta tes (hallo-effect), tulisan, bahasa,

waktu pelaksanaan penilaian, dan sebagainya.

5. Praktikabilitas dan Ekonomi

Sebuah tes dapat dikatakan memiliki praktikabilitas dan

ekonomis tinggi apabila tes tersebut bersifat praktis dan mudah pen-

gadministrasiannya. Beberapa hal yang menyangkut kepraktisan dalam

alat penilaian, yaitu:

a. Mudah diadministrasikan, dalam artian tidak memerlukan tenaga

yang banyak, serta tidak memerlukan keahlian yang tinggi  se-

hingga dapat dikerjakan oleh setiap guru.

Page 11: Karakteristik Test Yang Baik

b. Mudah dilaksanakan. Misalnya tidak membutuhkan peralatan yang

banyak dan rumit.

c. Lengkap, dalam artian dilengkapi dengan cara penjawaban yang

baik dan benar, kunci jawaban dan pedoman penilaian.

d. Tidak memerlukan biaya atau ongkos yang terlalu tinggi dan waktu

yang lama.

6. Mudah dalam Pelaksanaannya

Hendaknya, tes yang kita buat dapat dilaksanakan dengan

mudah, ditinjau dari segi waktu, pengawasan, dan pengadministrasian.

Sehingga pelaksanaan tes itu tidak bertele-tele dan rumit.

7. Mudah dalam Pemberian Nilai

Agar soal tes itu mudah dalam pemberian nilai, hendaknya kita

membuat ketentuan-ketentuan terlebih dahulu angka skor dari tiap-tiap

tes. Misalnya setia soal tes yang betul diberi angka satu, dan setelah

diketahui skor dari masing-masing anak, hendaknya skor itu diubah

dalam bentuk nilai berskala 1-10.

Setelah memenuhi kriteria-kriteria tes yang baik, bukan berarti tes

tersebut telah sempurna dan tidak memiliki kemungkinan untuk salah.

Berikut ada beberapa cara untuk meningkatkan kebaikan tes.

a. Perencanaan tes yang baik

b. Penyusunan soal tes yang tepat

c. Sistem pemberian angka

C. HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK TES YANG SATU

DENGAN YANG LAINNYA

Di atas telah kita bahas kriteria tes yang baik diantaranya validitas,

realibilitas, dan objektivitas. Dari ketiga kriteria tes tersebut, satu dengan

yang lainnya selalu berkaitan dan mempunyai hubungan yang positif, dan

saling melengkapi.

Page 12: Karakteristik Test Yang Baik

Seorang guru dalam menyusun tes harus betul-betul memperhatikan

tentang validitas, realibilitas, dan objektivitas tes. Agar tes yang disusun dapat

mengukur kemampuan anak yang sebenarnya. Seorang guru menyususn soal

tes yang disesuaikan dengan bahan pengajaran yang diberikan, tetapi tidak

memperhatikan bagaimana seharusnya membuat pertanyaan yang tepat dan

spesifik, atau tidak memperhatikan bahasa pertanyaan yang jelas, maka tes-

tes tersebut tidak akan dapat menggambarkan atau memberi keterangan yang

tepat dan objektif dari seorang yang di tes. Dengan demikian, jelaslah bahwa

seorang guru dituntut untuk memahami benar tentang pengertian dari prinsip

validitas, realibilitas, dan objektivitas. Agar tes yang disusun berhasil sesuai

yang diharapkan.

Memang tugas seorang guru tidak hanya membuat soal tes saja.

Sehingga sulit baginya kalau harus mencari dan menghitung validitas,

realibilitas dari soal yang telah disusun. Kesulitan ini dapat ditinjau dari segi

waktu maupaun segi kemampuan. Namun demikian, bukan bukan berarti

guru tidak perlu memperhatikan kriteria tes yang baik. Tugas guru tidak

hanya sekedar membuat soal tes, kemudian dilaksanakan kemudian dibuang.

Guru harus selalu meneliti tes yang telah disusun. Apakah tesnya sudah baik

atau belum. Setidak-tidaknya guru harus memperhatikan syarat-syarat

validitas isi dan validitas susun.

Page 13: Karakteristik Test Yang Baik

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Tes adalah serangkaian cara atau prosedur-prosedur yang digunakan

untuk memperoleh data atau informasi yang akurat  tentang suatu obyek

dalam rangka pengukuran dan penilaian, yang nantinya akan digunakan untuk

mengembangkan dan meningkatkan hal-hal yang berkaitan dengan

pendidikan.

Sebagai suatu alat pengukur yang digunakan untuk mengukur,

membandingkan dan memperoleh suatu informasi yang akurat, mak suatu tes

yang baik harus memiliki karakteristik-karakteristik tertentu, yaitu:

1. Valid atau Validitas.

2. Reliabilitas.

3. Kemampuan membandingkan.

4. Obyektifitas.

5. Praktikabilitas dan Ekonomi.

6. Mudah dalam pelaksanaannya.

7. Mudah dalam Pemberian Nilai.

Page 14: Karakteristik Test Yang Baik

DAFTAR PUSTAKA

Sudijono, Anas. 1998. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Grafindo

Persada.

Tim Pekerti AA. 2007. Panduan Evaluasi Pembelajaran. Surakarta: UNS.

Trasidi, Iding. Kontribusi Pengetahuan Guru SLB-C tentang Kontribusi Tes Hasil

Belajar dengan Kualitas Tes Matetakita SLDP Tunagrahita Kelas Enam

yang Dibuatnya. Bandung: FIP UPI.