Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

66
KARAKTERISTIK IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DIPUSKESMAS MANDALA TAHUN 2010 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data dari Depkes menunjukkan, Indonesia sebenarnya pernah berhasil menekan angka kasus gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita. Yakni menjadi 37,5% 1989), 35,5% (1992), 31,6 % (1995), 29,5% (1998), 26,4% (1999), dan 24,6%(2000). Namun, angka-angka tersebut kembali meningkat. Yakni menjadi 26,1% 2001), 27,3% (2002), 27,5% (2003), dan 29% (2005). Antara 1989-2000 intervensi gizi dari pemerintah memang lebih cepat dilakukan saat petugas menemukan kasus gizi kurang atau gizi buruk pada anak balita. Hal itu, karena masih berfungsinya pos pelayanan terpadu (posyandu) dan tenaga-tenaga medis wajib praktik yang menjangkau hingga kepelosok-pelosok daerah.6 Menurut Departemen Kesehatan, pada tahun 2003 tedapat sekitar 27,5% (5 juta balita kurang gizi); 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). WHO (World Health Organization) tahun 1999 mengelompokkan wilayah berdasarka prevalensi gizi kurang kedalam empat kelompok, yaitu rendah (<10%), sedang (10-19%), tinggi (20-29%) dan sangat tinggi (≈ 30%).1 Menurut pemerintah, angka kemiskinan pada 2006 mengalami penurunan, dan kesejahteraan masyarakat meningkat. Namun, data dari Departemen Kesehatan (Depkes), menyatakan anak balita yang

Transcript of Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

Page 1: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

KARAKTERISTIK IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DIPUSKESMAS MANDALA TAHUN 2010

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Data dari Depkes menunjukkan, Indonesia sebenarnya pernah berhasil menekan angka kasus gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita. Yakni menjadi 37,5% 1989), 35,5% (1992), 31,6 % (1995), 29,5% (1998), 26,4% (1999), dan 24,6%(2000). Namun, angka-angka tersebut kembali meningkat. Yakni menjadi 26,1% 2001), 27,3% (2002), 27,5% (2003), dan 29% (2005). Antara 1989-2000 intervensi gizi dari pemerintah memang lebih cepat dilakukan saat petugas menemukan kasus gizi kurang atau gizi buruk pada anak balita. Hal itu, karena masih berfungsinya pos pelayanan terpadu (posyandu) dan tenaga-tenaga medis wajib praktik yang menjangkau hingga kepelosok-pelosok daerah.6

Menurut Departemen Kesehatan, pada tahun 2003 tedapat sekitar 27,5% (5 juta balita kurang gizi); 3,5 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). WHO (World Health Organization) tahun 1999 mengelompokkan wilayah berdasarka prevalensi gizi kurang kedalam empat kelompok, yaitu rendah (<10%), sedang (10-19%), tinggi (20-29%) dan sangat tinggi (≈ 30%).1

Menurut pemerintah, angka kemiskinan pada 2006 mengalami penurunan, dan kesejahteraan masyarakat meningkat. Namun, data dari Departemen Kesehatan (Depkes), menyatakan anak balita yang terkena gizi buruk melonjak dari 1,8 juta (2005) menjadi 2,3 juta anak (2006). Selain itu lebih dari 5 juta balita terkena gizi kurang. Lebih tragis lagi, dari seluruh korban gizi kurang dan gizi buruk tadi, sekitar 10% berakhir dengan kematian.6

Berita munculnya kembali kasus gizi buruk di NTB dan NTT dan kasus kelaparan di Papua (Yahukimo) menunjukkan bahwa masalah kekurangan gizi dinegeri tercinta ini masih “tersembunyikan”. Kejadian sekarang ini mirip seperti kejadian tahun 1998, ketika dilaporkan meningkatnya kejadian gizi buruk diberbagai media massa.1

Sensus WHO menunjukkan bahwa 49 % dari 10,4 juta kematian balita di negara berkembang berkaitan dengan gizi buruk. Tercatat sekitar 50 % balita di Asia, 30 % di Afrika dan 20 % di Amerika Latin menderita gizi buruk.9

Page 2: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

Berdasarkan uraian di atas yaitu mengenai tingginya kasus gizi buruk pada balita, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik ibu tentang status gizi balita di Puskesmas Mandala.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Bagaimana karakteristik ibu tentang status gizi balita di Puskesmas Mandala.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik ibu tentang keadaan status gizi balita di Puskesmas Mandala.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi umur ibu yang memilki balita

2. Mengetahui distribusi frekuensi pendidikan ibu yang memilki balita

3. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita

4. Mengetahui distribusi frekuensi umur ibu yang memilki balita

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Manfaat penelitian ini bagi peneliti untuk menambah wawasan selama proses pendidikan di Fakultas Kedokteran UISU dan untuk menjadi bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2 Bagi Puskesmas

Page 3: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan Puskesmas Mandala dalam mengontrol keadaan status gizi balita melalui data dan informasi mengenai perilaku ibu di Kecamatan Medan Tembung Kota Medan dalam menyusun program kerja dalam hal promosi kesehatan balita kepada masyarakat.

1.4.3 Bagi Masyarakat

Penelitian dapat menambah pengetahuan masyarakat bahwa dalam hal menjaga status gizi yang baik untuk balitanya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Status Gizi

Status gizi merupakan ekspresi keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.10

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi.2

Page 4: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

2.2 Kategorisasi Status Gizi

Untuk mengetahui status gizi anak, diperlukan terlebih dahulu pengetahuan mengategorikan pada keadaan mana anak tersebut berada. Pada dasarnya perhitungan berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur, dan berat badan menurut tinggi badan seorang anak

1. 120% . . . . . . = Kegemukan (Obesity)

2. ≥ 110 - 120% = Gizi Lebih (Overweigh)

3. ≥ 90% - 110% = Gizi Baik (Normal)

4. ≥ 80% - 90% = Gizi Sedang (Mild Malnutrition)

5. ≥ 70% - 80% = Gizi Kurang (Moder Malnutrition)

6. < 70% . . . . . . = Gizi Buruk (Severe Malnutrition)

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita

Status gizi anak pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu : makanan yang dimakan dan keadaan kesehatan. Kualitas dan kuantitas makanan seorang anak tergantung pada kandungan zat gizi makanan tersebut, ada tidaknya pemberian makanan tambahan di keluarga, daya beli keluarga dan karakteristik ibu tentang makanan dan kesehatan. Keadaan kesehatan anak juga berhubungan dengan karakteristik ibu terhadap daya beli keluarga, ada tidaknya penyakit infeksi dan jangkauan terhadap pelayanan kesehatan.

2.3.1 Asupan Makanan

Angka morbiditas menunjukkan jumlah orang sakit pada suatu saat tertentu, untuk setiap 1000 penduduk. Terutama angka morbiditas untuk kelompok umur bayi dan kelompok umur balita merupakan indikator kesehatan gizi yang cukup sensitif. Kalau dalam suatu daerah atau dalam suatu masyarakat tidak ada peristiwa epidemik suatu jenis penyakit tertentu, terutama terdapat angka morbiditas tinggi, terutama diantara bayi dan kelompok balita, maka harus curiga bahwa kondisi ini disebabkan oleh kesehatan gizi yang rendah.10

Faktor-faktor yang mempengaruhi asupan zat gizi adalah:

1. Pendapatan Keluarga

Kebutuhan material keluarga tentu harus dipenuhi oleh berbagai jenis barang, yang sering juga disebut benda ekonomi. Benda ekonomi tersebut ada yang didapat dengan membuatnya sendiri

Page 5: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

oleh para anggota keluarga, atau sebagian besar harus didapat dengan membelinya. Jadi tersedianya uang juga menentukan berapa banyak benda ekonomi yang dibutuhkan oleh keluarga tersebut dapat dibeli dan di punyai.

Anggota keluarga yang menjadi sumber utama keuangan keluarga disebut pencari nafkah, dan biasanya dipegang oleh ayah atau suami. Tetapi ada pula yang pencari nafkahnya ibu atau anggota keluarga lainnya, misalnya anak tertua laki-laki atau anak perempuan. Pada waktu ini, terutama dikota pencari nafkah sumber keuangan keluarga, banyak yang terdiri dari suami istri, karna keduanya mempunyai pekerjaan. Dalam hal ini kesanggupan keuangan keluarga akan lebih baik, sehingga lebih banyak lagi kebutuhan yang dapat dipenuhi.

Pola pemakain sumber keuangan ini sangat dipengaruhi oleh pola atau gaya hidup keluarga, ada yang berpola hidup tinggi (mewah) dan ada pula yang berpola hidup sederhana. Pola hidup sederhana biasanya disertai dengan penghematan dan berorientasi pada kebutuhan hidup yang akan datang. Pada umumnya keluarga yang sumber keuangannya didapat dengan mudah, akan menggunakan pola uang itu dengan mudah, sehingga terjadi pola hidup boros (spending life style). Sumber keuangan yang didapat dengan susah payah akan memberi pola hidup yang lebih sederhana, setiap pengeluaran keuangan dipertimbangkan. Peningkatan sumber daya barang dan uang akan merangsang sektor kebutuhan keluarga, hingga lambat laun akan meningkat pula. Sebaliknya bila sumber daya ini menyusut, perlahan akan menurun pula tingkat kebutuhan keluarga tersebut.9

2. Karakteristik Ibu

1. Umur

Pada ibu masyarakat yang mempunyai kebiasaan kawin muda, dianjurkan untuk menunda kehamilannya dulu sampai paling sedikit umur 18 tahun. Karena kalau hamil kurang dari 18 tahun sering melahirkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang angka kesakitan dan angka kematianya tinggi. Demikian pula dianjurkan untuk tidak hamil sesudah umur 35 tahun, karena sesudah umur 35 tahun, resiko terhadap bayi maupun ibunya meningkat lagi.7

2. Pengetahuan Ibu Tentang Gizi

Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua, khususnya ibu merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita. Di pedesaan makanan banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan. Terdapat pantangan makanan pada balita misalnya anak kecil tidak diberikan ikan karena dapat menyebabkan cacingan, kacang kacangan juga tidak diberikan karena dapat menyebabkan sakit perut atau kembung.

Ibu adalah seorang yang paling dekat dengan anak haruslah memiliki pengetahuan tentang gizi. Pengetahuan minimal yang harus diketahui seorang ibu adalah tentang kebutuhan gizi, cara

Page 6: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

pemberian makan, jadwal pemberian makan pada balita, sehingga akan menjamin anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.3

1. Kebutuhan Gizi Balita

Untuk membantu menanggulangi masalah pemenuhan kebutuhan gizi bayi pada kondisi masyarakat seperti sekarang ini, diperlukan alternatif pemecahan masalah agar terpenuhi kebutuhan gizi bagi bayi. Pemberian makanan tambahan sebagai makanan pendamping ASI harus disesuaikan dengan umur bayi karena itu alternatif pemenuhan gizi bayi pun disesuaikan dengan umur bayi.

1. Gizi bayi usia 0-4 Bulan

Dalam usia bayi 0-4 bulan, makanan yang paling tepat untuk bayi adalah air susu ibu atau ASI, karena memang komposisi zat gizi yang ada pada ASI paling tepat untuk bayi pada usia ini.

2. Gizi bayi usia 5-8 Bulan

Pada usia 3 bulan berat badan bayi akan menjadi dua kali lipat dari berat badan pada waktu lahir. Jadi, bayi akan memerlukan makanan lebih banyak. Biasanya sampai usia 4 bulan ASI masih dapat memenuhi kebutuhan bayi akan zat gizi. Jika pada usia satu bulan pertama produksi ASI mencapai sekitar 500 ml per hari, memasuki bulan kedua dan ketiga produksi ASI dapat naik sampai sekitar 650 ml per hari. Penelitian yang dilakukan oleh Blankhart di Bogor (1962) menunjukkan produksi ASI rata-rata per hari adalah 320-690 ml pada waktu bayi berusia antara 2-5 bulan. Waktu bayi berusia antara 8-12 bulan, produksi ASI berkisar antara 190-460 ml.

Suatu penelitian di Madura oleh Sri Karjati antara tahun 1981-1984 menunujukkan bahwa produksi ASI pada waktu bayi berusia 1-4 bulan adalah sekitar 600-700 ml. Memasuki usia 5 bulan produksi ASI turun menjadi sekitar 600 ml. Apabila tiap 100 ml ASI memberikan 75 kalori, berarti dari ASI bayi hanya akan memperoleh 450 kalori, sedangkan jumlah kebutuhan adalah sekitar 750 kalori, jadi masih kurang sebesar 300 kalori, dan kekurangan ini dapat dipenuhi dari makanan tambahan lain.

Jenis makanan pendamping ASI yang dapat diberikan mulai bayi berusia lebih dari 4 bulan adalah makanan bentuk setengah padat yang dapat berupa:

1. Buah-buahan yang dihaluskan atau dalam bentuk sari buah seperti pisang, pepaya, jeruk, dan tomat.

2. Bubur tepung beras atau bubur campur dari beras.

Berikut ini adalah sebuah contoh resep untuk makanan tambahan bagi bayi usia 5-8 bulan yang diberikan untuk 3 kali makan.

Page 7: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

Tabel 2.1 contoh resep untuk makanan tambahan bagi bayi usia 5-8 bulan yang diberikan untuk 3 kali makan

I

Bubur tepung

Tepung susu

Air

Tepung beras

25 gram

200 ml

10 gram

Kalori= 163,25 kal

Protein = 6,83 kal

II

Bubur Campur dari Bahan Mentah

Beras

Tempe 1 kotak korek api

Sayuran yang sudah dicincang halus

Minyak kelapa ½ sendok makan (SDM)

Kalori = 33,74 kal

Protein = 1,187-2 gr

III

Bubur Campur yang Sudah Dimasak

Nasi panas 4 sdm

Tempe/tahu yang sudah direbus 1 potong

Page 8: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

Sayuran hijau satu genggam

Minyak kelapa

Kalori= 53,23 kal

Protein = 0,99 gr

Sumber: Sjahmien Moehji, B.SC. dalam pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita,1988.

3. Gizi bayi usia 9-12 Bulan

Bayi usia 9 bulan merupakan usia peralihan kedua dalam pengaturan makanan bayi. Makanan bayi yang tadinya bertumpu pada ASI sebagai pemberi zat gizi utama, setelah usia 9 bulan akan beralih kemakanan sapihan sebagai pemberi zat gizi utama, sedangkan ASI hanya berperan sebagai pelengkap. Pada usia 9 bulan kebutuhan kalori bayi adalah sebesar 850-900 kal, sedangkan ‘intake’ kalori dari ASI adalah 350 kal (dari 5900 ml ASI). Sehingga diperlukan tambahan makanan sebesar 450-500 kal.

Masalah dalam menyusun makanan tambahan untuk bayi usia ini adalah bagaimana menyusun makanan tersebut sehingga memenuhi kebutuhan bayi akan zat gizi, dengan mutu yang mendekati mutu gizi ASI. Apalagi jika daerah didaerah itu sukar diperoleh bahan makanan sumber protein hewani, baik karena terbatasnya jenis makanan yang ada ataupun karena harganya yang tidak terjangkau.

Jalan keluar yang paling dianjurkan adalah menggabungkan makanan pokok (beras, jagung, umbi-umbian atau sagu) dengan kacang-kacangan atau hasil olahannya (tempe, tahu) dan bila mungkin dilengapi dengan bahan makanan sumber protein hewani. Makanan terdiri dari campuran:

1. Bahan makanan pokok sumber kalori

2. Bahan makanan sumber protein nabati yaitu kacang-kacangan atau hasil olahannya (tahu dan tempe)

3. Bahan makanan sumber protein hewani sebagai penambah

4. Sayuran hijau sebagai sumber mineral dan vitamin.

Dalam memilih jenis bahan makanan yang akan digunakan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Page 9: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

1. Bahan makanan pokok sumber kalori

Sebagai sumber kalori umumnya digunakan bahan makanan pokok sehari-hari digunakan didaerah tersebut (beras, gandum, sagu, singkong, dan sebagainya). Tetapi jika masih dimungkinkan untuk memilih makanan, pilihlah bahan makanan pokok yang mutu gizinya cukup baik, terutama dilihat dari kadar proteinnya, yakni beras. Beras merupakan pilihan utama karena kadar kalori proteinnya cukup tinggi. Selain itu asam amino pada beras lebih mudah diserap dibandingkan serelia lainnya.

2. Bahan makanan sumber protein nabati

Dari berbagai jenis bahan makanan nabati yang paling memenuhi syarat, bukan saja karena kadar proteinya akan tetapi mutu proteinnya cukup baik, adalah bahan makanan jenis kacang-kacangan (leguminosa). Untuk itu dapat dipilih dari jenis kacang hijau, kacang tolo, kacang merah atau kacang kedelai. Dapat juga digunakan hasil olahan dari berbagai jenis kacang-kacangan tersebut seperti tempe dan tahu.

3. Bahan makanan sumber protein hewani

Tubuh mempunyai daya serap terhadap protein nabati yang terbatas sehingga menyebabkan terhalangnya pembentukan protein tubuh. Berbagai jenis bahan makanan sumber protein hewani seperti ikan, telur, daging, susu atau dari jenis lainnya dapat digunakan untuk makanan bayi dan anak.

4. Bahan makanan sumber vitamin dan mineral

Disamping kalori dan protein, untuk pertumbuhn diperlukan juga berbagai jenis vitamin dan mineral. Berbagai sayuran daun yang berwarna hijau tua merupakan sumber vitamin dan mineral yang sangat baik unuk bayi.

Dalam membuat makanan sapihan, bukan saja macam campuran bahan makanan yang perlu diperhatikan, tetapi jumlah masing-masing bahan makanan juga harus proporsional.12

2. Makanan Tambahan

ASI dalam jumlah yang cukup memang merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4-6 bulan pertama. Namun, setelah umur 4 bulan, kebutuhan gizi bayi meningkat sehingga bayi memerlukan makanan tambahan yang tidak seluuruhnya dapat dipenuhi olehASI saja. Setelah berumur 4 bulan secara berangsur-angsur perlu diberikan makanan tambahan berupa sari buah atau buah-buahan segar, makanan lumat, dan akhirnya makanan lembek. Pola pemberian makanan 0-12 bulan berdasarkan umur.

1. Pentingnya pemberian makanan tambahan

Page 10: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

Tujuan dan pentingnya pemberian makanan tambahan menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi: 1992) antara lain:

1. Melengkapi zat-zat gizi yang kurang terdapat dalam ASI

2. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai rasa dan struktur.

3. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan

4. Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi yang tinggi.

2. Cara memberikan makanan tambahan

Agar makanan tambahan dapat diberikan dengan efisien, sebaiknya diperhatikan cara-cara pemberiannya sebagai berikut.

1. Diberikan secara berhati-hati, sedikit demi sedikit, dari bentuk encer secara berangsur-angsur kebentuk yang lebih kental.

2. Makanan baru diperkanalkan satu per satu dengan memperhatikan bahwa makanan betul-betul dapat diterima dengan baik.

3. Makanan yang menimbulkan alergi, yaitu sumber protein hewani diberikan terakhir. Urutan pemberian makanan tambahan biasanya adalah: buah-buahan, tepung-tepungan, sayuran, dan daging (telur biasanya baru diberikan pada saat bayi berusia 6 bulan)

4. Cara memberikan makanan bayi dipengaruhi perkembangan emosionalnya. Makanan jangan dipaksakan, sebaiknya diberikan pada waktu bayi lapar.

Dewan makanan dari Persatuan Dokter Amerika pada tahun 1937, menganjurkan pengenalan buah-buahan, sayur-sayuran yang disaring mulai pada umur 6 bulan bayi sudah terbiasa dengan makanan tersebut.12

3. Pendidikan Ibu

Pendidikan orang tua juga ikut menentukan mudah dan tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh, serta berperan dalam penentu pola penyusunan makanan dan pola pengasuhan anak. Dalam pola penyusunan makanan erat hubungannya dengan pengetahuan ibu mengenai bahan makanan seperti sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

4. Pekerjaan Ibu

Bagi wanita pekerja, bagaimanapun mereka juga adalah ibu rumah tangga yang sulit lepas begitu saja dari lingkungan keluarga. Dalam meniti karir, wanita mempunyai beban yang lebih berat

Page 11: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

dibandingkan dengan rekan prianya. Artinya, wanita lebih dahulu harus mengurusi keluarga, suami, anak dan hal-hal lain yang menyangkut aktivitas keluarganya. Karena keluarga itu kecil, dan biasanya tidak ada wanita dewasa lainnya didalam rumah tangga yang dapat memelihara anak-anaknya ketika ibunya keluar rumah, tentu saja sifat orang pengganti yang ada membawa pengaruh. Pengganti orang tua ini belum tentu mengerti dan mempunyai pengetahuan yang cukup tentang kebutuhan gizi yang diperlukan anak balita sehingga akan mempengaruhi status gizi anak balita tersebut.

Pada ibu yang bekerja tentu saja waktu yang diberikan kepada anak balitanya akan lebih sedikit daripada ibu yang tidak bekerja, tetapi perhatian yang diperlukan oleh anak balita sama besarnya. Penyebab tidak langsung dalam proses tumbuh kembang anak meliputi ketahanan keluarga, asuhan ibu terhadap anak, pemanfaatan pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan. Dengan ibu yang bekerja diluar rumah setiap hari maka ibu tidak dapat mengawasi secara langsung terhadap pola makanan sehari-hari anak balitanya.

Makanan anak balita diserahkan kepada pengasuh anak, pembantu rumah tangga, keluarga ataupun tempat penitipan anak, dengan demikian mereka merupakan orang yang penting pada saat ibu bekerja diluar rumah. Lingkungan yang kurang mendukung dalam menjaga kesehatan dapat menjadi pemicu kerentanan bayi dan balita terhadap penyakit. Oleh karena itu, perlu diciptakan lingkungan dan perilaku yang sehat.4

2.3.2 Penyakit Infeksi

Kaitan penyakit infeksi dengan keadaan gizi kurang merupakan hubungan timbal balik, yaitu hubungan sebab akibat. Penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan gizi, dan keadaan gizi yang jelek dapat mempermudah terkena infeksi. Penyakit yang umumnya terkait dengan masalah gizi antara lain diare, tuberculosis, campak, dan batuk rejan (whooping cough).11

2.4 Penilaian Status Gizi

2.4.1 Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Masing-masing penilaian tersebut akan dibahas secara umum sebagai berikut.11

2.4.1.1 Antropometri

1. Pengertian

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.11

2. Penggunaan

Page 12: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.11

3. Jenis parameter

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat diukur dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak dibawah kulit. Dibawah ini akan diuraikan parameter itu.11

1. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interprestasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.11

2. Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan untuk bayi baru lahir (neonatus). Berat badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR. Dikatakan BBLR apabila berat bayi lahir dibawah 2500 gram atau dibawah 2,5 kg. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor.11

3. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan, faktor umur dapat dikesampingkan.11

4. Lingkaran Lengan Atas

Lingkar Lengan Atas (LLA) dewasa ini memang merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian terutama jika digunakan sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi.11

5. Lingkar Kepala

Page 13: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

Lingkar kepala adalah standar prosedur dalam ilmu kedoktera anak secara praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan pathologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala.11

6. Lingkaran Dada

Biasanya dilakukan pada anak yang berumur 2 sampai 3 tahun, karena rasio lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan. Setelah umur ini, tulang tengkorak tumbuh secara lambat dan pertumbuhan dada lebih cepat. Umur antara 6 bulan dan 5 tahun, rasio lingkar kepala dan dada adalah kurang dari satu, hal ini dikarenakan akibat kegagalan perkembangan dan pertumbuhan, atau kelemahan otot dan lemak pada dinding dada. Ini dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan kurang Energi Protein (KEP) pada anak balita. 11

7. Jaringan Lunak

Otak, hati, jantung, dan organ dalam lainnya merupakan bagian yang cukup besar dari berat badan, tetapi relatif tidak berubah beratnya pada anak malnutrisi. Otot lemak merupakan jaringan lunak yang sangat bervariasi pada penderita KEP. Antropometri jaringan dapat dilakukan pada kedua jaringan tersebut dalam pengukuran status gizi di masyarakat.11

2.4.1.1.1 Indeks Antropometri

Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombiasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri, beberapa indeks telah diperkenalkan seperti pada hasil seminar antropometri 1975. Di Indonesia ukuran baku pengukuran dalam negri belum ada, maka untuk berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) digunakan baku Harvard yang disesuiakan menurut Indonesia (100% baku Indonesia = 50 persentil baku Harvard) dan untuk lingkar lengan atas (LLA) digunakan baku Wolanski.11

1. Berat Badan Menurut Umur

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberi gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan – perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil.

Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal. Berdasarkan karakteristik berat

Page 14: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status).11

2. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seirng dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defesiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.

Berdasarkan karakteristik tersebut diatas, maka indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. Beaton dan Bengoa (1973) menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberi gambaran status gizi masa lampau, juga lebih erat kaitannya dengan status sosial-ekonomi.11

3. Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jelliffe pada tahun 1996 telah memperkenalkan indeks ini untuk mengidentifikasi status gizi saat ini (sekarang). Indeks BB/TB adalah merupakan indeks independen terhadap umur.11

4. Lingkar Lengan Atas Menurut Umur (LLA/U)

Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas berkorelasi dengan indeks BB/U maupun BB/TB. Lingkar lengan atas merupakan parameter antropometri yang sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh tenaga yang bukan profesional. Kader posyandu dapat melakukan pengukuran ini.11

Lingkar lengan atas sebagaimana dengan berat badan merupakan parameter yang lebih, dapat berubah-ubah dengan cepat. Oleh karena itu, lingkar lengan atas merupakan indeks status gizi saat kini. Perkembangan lengan atas yang besarnya hanya terlihat pada tahun pertama kehidupan (5,4 cm), sedangkan pada umur 2 tahun sampai 5 tahun sangat kecil yaitu kurang lebih 1,5 cm per tahun dan kurang sensitif untuk usia selanjutnya.

Indeks lingkar lengan atas sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak. Pada usia 2 sampai 5 tahun perubahannya tidak nampak secara nyata, oleh karena itu lingkar lengan atas banyak digunakan dengan tujuan screening individu, tetapi dapat juga digunakan untuk pengukuran status gizi.

Penggunaan lingkar lengan atas sebagai indikator status gizi, disamping digunakan secara tunggal, juga dalam bentuk kombinasi dengan parameter lainnya LLA/U dan LLA menurut tinggi badan.11

Page 15: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

2.4.1.2 Klinis

1. Pengertian

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidak cukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.11

2. Penggunaan

Penggunaan ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurang salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.11

2.4.1.3 Biokimia

1. Pengertian

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemerisaan spesimen yang diuji secara labotoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.11

2. Penggunaan

Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yag lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.11

2.4.1.4 Biofisik

1. Pengertian

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.11

2. Penggunaan

Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunkan adalah tes adaptasi gelap.11

2.4.2 Penilaian Gizi Secara Tidak Langsung

Page 16: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

2.4.2.1 Survei Konsumsi Makanan

1. Pengertian

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.11

2. Penggunaan

Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.11

2.4.2.2 Statistik Vital

1. Pengertian

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data bebrapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab, tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.11

2. Penggunaan

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.11

2.4.2.3 Faktor Ekologi

1. Pengertian

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasi interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan dan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain.11

2. Penggunaan

Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.11

Page 17: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1 Konsep Penelitian

Karateristik Ibu :

1. Umur

2. Pendidikan

3. Pengetahuan

4. Pekerjaan

Status gizi balita

3.2 Defenisi Operasional

1. Karakteristik Ibu adalah ciri khusus ibu kandung anak balita 0-59 bulan

Page 18: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

2. Status gizi balita adalah tingkat suatu zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan balita.

3. Umur ibu adalah masa hidup ibu sejak dilahirkan.

4. Pendidikan ibu adalah proses pengubahan cara berfikir atau tingkah laku ibu dengan cara pengajaran dan latihan yang dipraktekkan pada balitanya.

5. Pekerjaan ibu adalah sesuatu yang dapat dikerjakan, dilakukan, atau dijalankan ibu untuk mendapatkan nafkah.

6. Pengetahuan ibu adalah sesuatu yang diketahui ibu yang berkenaan dengan gizi.

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional dimana dalam penelitian tiap subyek hanya diobservasi satu kali pada rentang waktu tertentu.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Seluruh ibu-ibu yang mempunyai balita (0-59 bulan) yang ada diwilayah pekerjaan Kecamatan Medan Tembung.

4.2.2 Sampel

n =

N

Sampel penelitian ini diambil sebagian populasi ibu-ibu yang mempunyai balita (0-59 bulan), yang datang ke Posyandu Puskesmas Kecamatan Medan Tembung. Jumlah dari sampel ditentukan jumlahnya dengan rumus:

Page 19: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

1 + N(d2)

dimana:

n= Jumlah sampel yang digunakan

d= Derajat kesalahan yang diinginkan = 0,1

1413

N

N= Jumlah seluruh populasi (ibu yang membawa balitanya kepuskesmas)

1 + N(d2)

n =

1 + 1413(0,12)

=

= 93

Page 20: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

Dari perhitungan diperoleh jumlah sampel yang akan digunakan sebanyak 93 data ibu yang memiliki balita.

4.3 Variabel penelitian

Variabel penelitian yang digunakan adalah variabel bebas (independen) dan variabel dependen (terikat).

4.3.1 Variabel Dependen

Karakteristik variabel terikat (dependen) berupa status gizi balita.

4.3.2 Variabel Independen

Variable bebas (independent) berupa karakteristik ibu yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan gizi ibu.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan terdiri dari:

4.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan yang disusun sesuai dengan masalah penelitian. Data ini langsung diperoleh saat penelittian berlangsung.

4.4.2 Data Sekunder

Data skunder diperoleh dari rekam medik di Puskesmas Mandala.

4.5 Metode Analisa Data

Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil peneltian.

Data yang dikumpulkan dari hasil rekam medik kemudian diolah dan dianalisa selanjutnya ditampilkan dalam tabel-tabel distribusi proporsi dan setelah itu dibuat dalam kalimat narasi yang relevan sehingga dapat diambil satu kesimpulan.

4.6 Instrumen Penelitian

Instrument yang dipakai adalah berupa kuesioner yang terdiri dari 15 pertanyaan berdasarkan tinjauan pustaka.

4.7 Tehnik Pengukuran

Page 21: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

Tehnik penilaian pengetahuan ibu tentang status gizi balita adalah berdasarkan teori dari Hadi Pratomo, yaitu:

1. Baik, jika jawaban benar >75 % dari skor total

2. Sedang, jika jawaban benar 40-75 % dari skor total

3. Buruk, jika jawaban benar <40 % dari skor total

Nilai terhadap pertanyaan pengetahuan:

Untuk pertanyaan No. 1-15

Untuk jawaban yang benar : 2

Untuk jawaban yang kurang tepat : 1

Untuk jawaban yang salah/ mengisi jawaban > 1 jawaban : 0

Maksimum skor : 10

Untuk menilai tingkat pengetahuan responden penulis membagi dalam 3 kategori berdasarkan skor:

1. Untuk pengetahuan yang baik : > 75 % dari skor total (8 - 10)

2. Untuk pengetahuan yang sedang : 40 - 75 % dari skor total (4 - 7,5)

3. Untuk pengetahuan yang kurang : < 40 % dari skor total (< 4)

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Geografis Puskesmas

Puskesmas Mandala berada di kecamatan Medan Tembung tepatnya di jalan Cucakrawa II Perumnas Mandala Medan. Secara geografis, Puskesmas Mandala berbatasan dengan:

Page 22: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

1. Sebelah utara : Berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang

2. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kec. Medan Denai

3. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kec. Medan Perjuangan

4. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang

5.2 Karakteristik Ibu Berdasarkan Umur

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Berdasarkan Umur

Umur

Jumlah

Σ

%

<20 Tahun

0

0

21-35 Tahun

73

78,49

>35 Tahun

20

21,51

Total

93

100

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa karakteristik ibu berdasarkan umur 21-35 tahun sebanyak 78,49% dan umur >35 tahun sebanyak 21,51%.

Page 23: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

5.3 Karakteristik Ibu Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.2 Disribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Berdasarkan Pendidikan

Tingkat pendidikan

Jumlah

Σ

%

Tidak sekolah

1

1,07

SD/sederajat

13

13,98

SMP/sederajat

15

16,13

SMA/sederajat

47

50,54

Perguruan tinggi

17

18,28

Total

93

Page 24: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

100

Dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa karakteristik ibu berdasarkan tingkat pendidikan ibu adalah tidak sekolah sebanyak 1,07%, SD/sederajat sebanyak 13,98%, SMP/sederajat sebanyak 16,13%, SMA/sederajat sebanyak 50,54% dan perguruan tinggi sebanyak 18,28%.

5.4 Status Gizi Balita

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Gizi Balita

Status gizi Balita

Jumlah

Σ

%

Kegemukan

0

0

Gizi Lebih

0

0

Gizi Baik

Page 25: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

70

75,27

Gizi Sedang

0

0

Gizi Kurang

16

17,20

Gizi Buruk

7

7,53

Total

93

100

Dari tabel 5.19 dapat dilihat bahwa status gizi balita terdiri dari status gizi baik sebanyak 75,27%, gizi kurang sebanyak 17,20%, gizi buruk sebanyak 7,53%.

5.5 Karakteristik Ibu Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Ibu Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan

Jumlah

Σ

%

PNS

6

6,45

Page 26: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

PS

2

2,15

IRT

82

88,17

DLL

3

3,23

Total

93

100

Dari tabel 5.4 dapat dilihat bahwa pekerjaan ibu terdiri dari PNS sebanyak 6,45%, PS sebanyak 2,15%, IRT sebanyak 88,17% , dll sebanyak 3,23%.

5.6 Karakteristik Ibu Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan Penetuan Status Gizi Balita

Jawaban

Jumlah

%

a. Makan yang dimakan dan kesehatan

80

86,02

b. Makan yang dimakan

Page 27: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

9

9,68

c. Kesehatan

4

4,30

Total

93

100

Dari tabel 5.5 maka tingkat pengetahuan ibu yang menjawab bahwa status gizi balita ditentukan karna makanan yang dimakan adalah sebanyak 80 responden (86,02%), makanan yang dimakan saja sebanyak 9 responden (9,68%) dan kesehatan saja sebanyak 4 responden (4,30%).

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan Makanan Yang Tepat Pada Balita Usia 0-4 Bulan

Jawaban

Jumlah

Σ

%

a. Asi

91

97,85

b. Susu Formula

2

2,15

c. Air Tajin

0

0

Page 28: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

Total

93

100

Dari tabel 5.6 maka tingkat pengetahuan ibu yang menjawab bahwa makanan yang tepat pada balita usia 0-4 bulan adalah ASI sebanyak 91 responden (97,85%) dan susu formula sebanyak 2 responden (2,15%).

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan Makanan Pengganti Asi dan Susu Formula

Jawaban

Jumlah

Σ

%

a. Susu kedelai

40

43,01

b. Air tajin

52

55,91

c. Susu kambing

1

1,08

Total

93

Page 29: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

100

Dari tabel 5.7 maka tingkat pengetahuan ibu yang menjawab bahwa makanan pengganti asi dan susu formula adalah susu kedelai sebanyak 40 responden (43,01%), air tajin sebanyak 52 responden (55,91%) dan susu kambing sebanyak 1 responden (1,08%).

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Balita Yang Diberi Makanan Pendamping Asi

Jawaban

Jumlah

Σ

%

a. 6 Bulan

84

90,32

b. 5 Bulan

2

2,15

c. 4 Bulan

7

7,53

Total

93

100

Dari tabel 5.8 maka pengetahuan ibu yang menjawab bahwa usia balita yang diberi makanan pendamping ASI berusia 6 bulan adalah sebanyak 84 responden (90,32%), beruisa 5 bulan sebanyak 2 responden (2,15%) dan berusia 4 bulan sebanyak 7 responden (7,53%).

Page 30: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Bentuk Makanan Yang Tepat Pada Balita Berusia Lebih Dari 4 Bulan

Jawaban

Jumlah

Σ

%

a. Setengah padat

32

34,41

b. Padat

5

5,38

c. Cair

56

60,21

Total

93

100

Dari tabel 5.9 maka pengetahuan ibu yang menjawab bahwa bentuk makanan yang tepat pada balita berusia lebih dari 4 bulan dengan bentuk setengah padat adalah sebanyak 32 responden (34,41%), bentuk padat sebanyak 5 responden (5,38%) dan bentuk cair 56 responden (60,21%).

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Sumber Kalori Yang Umum Digunakan Sebagai Bahan Makanan Pokok

Jawaban

Jumlah

Σ

Page 31: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

%

a. Beras

83

89,25

b. Jagung

4

4,30

c. Kacang merah

6

6,45

Total

93

100

Dari tabel 5.10 maka pengetahuan ibu yang menjawab bahwa sumber kalori yang umum digunakan sebagai bahan makanan pokok berupa beras adalah sebanyak 83 responden (89,25%), jagung sebanyak 4 responden (4,30%) dan kacang merah sebanyak 6 responden (6,45%).

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Bahan Makanan Sumber Protein Nabati

Jawaban

Jumlah

Σ

%

a. Kacang hijau

Page 32: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

62

66,67

b. Tempe

31

33,33

c. Singkong

0

0

Total

93

100

Dari tabel 5.11 maka pengetahuan ibu yang menjawab bahwa bahan makanan sumber protein nabati berupa kacang hijau adalah sebanyak 62 responden (66,67%), tempe sebanyak 31 responden (33,33%), dan singkong sebanyak 0 responden (0%).

Tabel 5.l2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Alasan Memberikan Ikan Sebagai Lauk Makanan Balita

Jawaban

Jumlah

Σ

%

a. Karna ikan merupakan bahan makanan sumber protein hewani

89

95,70

b. Karna ikan merupakan bahan makanan sumber protein nabati

2

2,15

Page 33: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

c. Karna ikan merupakan bahan makanan pokok sumber kalori

2

2,15

Total

93

100

Dari tabel 5.12 maka pengetahuan ibu yang menjawab bahwa alasan memberikan ikan sebagai lauk makanan balita adalah Karna ikan merupakan bahan makanan sumber protein nabati sebanyak 89 responden (95,70%), karna ikan merupakan bahan makanan sumber protein nabati sebanyak 2 responden (2,15%) dan karna ikan merupakan bahan makanan pokok sumber kalori sebanyak 2 responden (2,15%).

Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Tujuan Dan Pentingnya Pemberian Makanan Tambahan

Jawaban

Jumlah

Σ

%

a. Melengkapi zat-zat gizi yang kurang terdapat dalam ASI

90

96,77

b. Karna ASI tidak diberikan

2

2,15

c. Tidak tahu

1

1,08

Total

Page 34: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

93

100

Dari tabel 5.13 maka tingkat pengetahuan ibu yang menjawab bahwa tujuan dan pentingnya pemberian makanan tambahan karna melengkapi zat-zat gizi yang kurang terdapat dalam ASI adalah sebanyak 90 responden (96,77%), karna ASI tidak diberikan sebanyak 2 responden (2,15%) dan tidak tahu sebanyak 1 responden (1,08%).

Table 5.14 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Urutan Pemberian Makanan Tambahan Pada Balita

Jawaban

Jumlah

Σ

%

a. Buah-buahan, tepung-tepungan, sayur-sayuran

37

39,78

b. Tepung-tepungan, buah-buahan, sayur-sayuran

54

58,06

c. Tidak tahu

2

2,15

Total

93

100

Dari tabel 5.14 maka pengetahuan ibu yang menjawab bahwa urutan pemberian makanan tambahan pada balita yaitu buah-buahan, tepung-tepungan adalah sebanyak 37 responden (39,78%), tepung-tepungan, buah-buahan dan sayur-sayuran sebanyak 54 responden (58,06%) tidak tahu 2 responden (2,15%).

Page 35: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

Tabel 5.15 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Usia Balita Yang Dapat Mengkonsumsi Telur

Jawaban

Jumlah

Σ

%

a. > 6 Bulan

69

74,19

b. < 6 Bulan

19

20,43

c. Tidak tahu

5

5,38

Total

93

100

Dari tabel 5.15 maka pengetahuan ibu yang menjawab bahwa usia balita yang dapat mengkonsumsi telur adalah 6 bulan sebanyak 69 responden (74,19%), 6,15 bulan sebanyak 19 responden (20,43%) dan tidak tahu 5 responden (5,38%).

Tabel 5.16 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Bahan Makanan Yang Merupakan Makanan Pendamping Asi

Jawaban

Jumlah

Σ

Page 36: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

%

a. Pisang, pepaya dan jeruk

88

94,62

b. Tomat, jeruk, dan terong belanda

4

4,30

c. Tidak tahu

1

1,08

Total

93

100

Dari tabel 5.16 maka pengetahuan ibu yang menjawab bahwa berdasarkan bahan makanan yang merupakan makanan pendamping asi adalah pisang, pepaya, dan jeruk sebanyak 88 responden (94,62%), tepung Tomat, jeruk, dan terong belanda sebanyak 4 responden (4,30%) tidak tahu 1 responden (1,08%).

Tabel 5.17 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Berdasarkan Zat-Zat Gizi yang Perlu Diperhatikan Dalam Pemberian Makanan

Jawaban

Jumlah

Σ

%

Page 37: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

a. Karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral

88

94,62

b. Karbohidrat, protein dan lemak

5

5,38

c. Tidak tahu

0

0

Total

93

100

Dari tabel 5.17 maka pengetahuan ibu yang menjawab bahwa berdasarkan zat-zat gizi yang perlu diperhatikan dalam pemberian makanan adalah Karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral sebanyak 88 responden (94,62%); Karbohidrat, protein dan lemak sebanyak 5 responden (5,38%) dan tidak ada responden yag menjawab tidak tahu.

Tabel 5.18 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Balita Diberi Makanan Lembek

Jawaban

Jumlah

Σ

%

a. 9-12 Bulan

42

45,16

b. 8-12 Bulan

22

Page 38: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

23,66

c. 7-8 Bulan

29

31,18

Total

93

100

Dari tabel 5.18 maka pengetahuan ibu yang menjawab frekuensi berdasarkan usia balita diberi makanan lembek adalah 9-12 bulan sebanyak 42 responden (45,16%), uisa 8-12 bulan sebanyak 22 responden (23,36%) 7-8 bulan sebanyak 29 responden (31,18%).

Tabel 5.19 Distribusi Tingkat Pengetahuan Frekuensi Berdasarkan Komposisi Makanan Yang Tepat Untuk Balita 0-4 Bulan

Jawaban

Jumlah

Σ

%

a. ASI

92

98,92

b. Susu sapi

0

0

c. Tidak tahu

1

Page 39: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

1,08

Total

93

100

Dari tabel 5.19 maka tingkat pengetahuan ibu yang menjawab bahwa frekuensi berdasarkan komposisi makanan yang tepat untuk balita 0-4 bulan adalah ASI sebanyak 92 responden (98,92%), susu sapi tidak ada dan tidak tahu sebanyak 1 responden (1,08%).

Tabel 5.20 Distribusi Frekuensi Keseluruhan Tentang Tingkat Pengetahuan Ibu

Kategori

Jawaban

%

A

Baik

86

92,47

B

Sedang

7

7,53

C

Buruk

0

0

Page 40: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

Total

93

100

Dari tabel 5.20 dapat dilihat bahwa keseluruhan tingkat pegetahuan ibu balita adalah baik sebanyak 86 responden (92,47%), pengetahuan sedang sebanyak 7 responden (7,53%) dan pengetahuan buruk tidak ada.

BAB VI

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa distribusi frekuensi menurut umur ibu yang terbanyak adalah kelompok umur 20-35 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian Arif Wahyu Himawan pada tahun 2006 yang menyatakan distribusi frekuensi menurut umur ibu yang terbanyak adalah 20-35 tahun karna pada dasarnya umur tersebut termasuk masa reproduksi sehat.

Masa reproduksi wanita pada dasarnya dibagi dalam 3 periode yaitu kurun reproduksi muda (15-19 tahun), kurun reproduksi sehat (20-35 tahun), kurun reproduksi tua (36-45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data epidemiologi bahwa resiko kehamilan rendah pada kurun reproduksi sehat dan meningkat lagi secara tajam pada kurun reproduksi tua.14

Pada penelitian ini tidak di temukan kelompok umur <20 tahun hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Isti Sri Wahyuni pada tahun 2009. Semakin dewasa usia sesorang maka tingkat kemampuan dan kematangan dalam berfikir dan menerima informasi lebih baik dibandingkan dengan usia yang lebih muda.

Pada ibu masyarakat yang mempunyai kebiasaan kawin muda, dianjurkan untuk menunda kehamilannya dulu sampai paling sedikit umur 18 tahun. Karena kalau hamil kurang dari 18 tahun sering melahirkan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang angka kesakitan dan angka kematianya tinggi. Demikian pula dianjurkan untuk tidak hamil sesudah umur 35 tahun, karena sesudah umur 35 tahun, resiko terhadap bayi maupun ibunya meningkat lagi.7

Page 41: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa distribusi frekuensi menurut tingkat pendidikan yang terbanyak adalah SMA/sederajat. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik cara pandang terhadap diri dan lingkungannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan untuk menyerap informasi dan pengetahuan juga semakin membaik.15

Pendidikan orang tua juga ikut menentukan mudah dan tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh, serta berperan dalam penentu pola penyusunan makanan dan pola pengasuhan anak. Dalam pola penyusunan makanan erat hubungannya dengan pengetahuan ibu mengenai bahan makanan seperti sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa distribusi frekuensi menurut pekerjaan yang terbanyak adalah IRT. Pada IRT waktu yang diberikan terhadap balitanya lebih banyak dibandingkan dengan Ibu-ibu yang bekerja diluar rumah. Artinya kesempatan ibu untuk memperhatikan perkambangan tubuh anak dan pengaturan makanan yang dibutuhkan anak sesuai yang dengan umurnya.

Pada ibu yang bekerja tentu saja waktu yang diberikan kepada anak balitanya akan lebih sedikit daripada ibu yang tidak bekerja, tetapi perhatian yang diperlukan oleh anak balita sama besarnya. Penyebab tidak langsung dalam proses tumbuh kembang anak meliputi ketahanan keluarga, asuhan ibu terhadap anak, pemanfaatan pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan. Dengan ibu yang bekerja diluar rumah setiap hari maka ibu tidak dapat mengawasi secara langsung terhadap pola makanan sehari-hari anak balitanya.4

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa distribusi frekuensi menurut pengetahuan ibu adalah baik, pengetahuan sangat berpengaruh terhadap pemberian makanan terhadap anak, seseorang yang berpegetahuan baik akan memberikan terapan yang baik pula, dan begitu juga sebaliknya. Kurangnya pengetahuan gizi dan kesehatan orang tua, khususnya ibu merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita. Di pedesaan makanan banyak dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan. Terdapat pantangan makanan pada balita misalnya anak kecil tidak diberikan ikan karena dapat menyebabkan cacingan, kacang kacangan juga tidak diberikan karena dapat menyebabkan sakit perut atau kembung.

Ibu adalah seorang yang paling dekat dengan anak haruslah memiliki pengetahuan tentang gizi. Pengetahuan minimal yang harus diketahui seorang ibu adalah tentang kebutuhan gizi, cara pemberian makan, jadwal pemberian makan pada balita, sehingga akan menjamin anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.3

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa distribusi frekuensi menurut status gizi balita yang paling banyak adalah berstatus gizi baik.

Page 42: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

Status gizi dapat diartikan Status gizi dapat diartikan sebagai suatu keadaan tubuh manusia akibat dari konsumsi suatu makanan dan penggunaan zat-zat gizi dari makanan tersebut yang dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih .2

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Puskesmas Mandala dapat disimpulkan bahwa jumlah karakteristik tertinggi ibu tentang status gizi balita pada tahun 2010 berdasarkan umur adalah pada kelompok usia 20-35 tahun. Ini mungkin pada kelompok ini merupakan usia produktif seorang wanita.

Jumlah karakteristik tertinggi ibu tentang status gizi balita berdasarkan tingkat pendidikan adalah SMA/sederajat.

Jumlah karakteristik tertinggi ibu tentang status gizi balita berdasarkan tingkat pekerjaan adalah IRT. Pada IRT waktu yang diberikan terhadap balitanya lebih banyak dibandingkan dengan Ibu-ibu yang bekerja diluar rumah. Artinya kesempatan ibu untuk memperhatikan perkambangan tubuh anak dan pengaturan makanan yang dibutuhkan anak sesuai yang dengan umurnya.

Page 43: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

Jumlah karakteristik tertinggi ibu tentang status gizi balita berdasarkan tingkat Pengetahuan, dalam hal ini lebih banyak ibu-ibu yang berpengetahuan baik dibandingkan dengan ibu-ibu yang berpengetahuan sedang atau buruk. Hal ini mungkin dikarenakan ibu-ibu lebih banyak yang menyelesaikan pendidikan wajib 9 tahun. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kemampuan untuk menyerap informasi dan pengetahuan juga semakin membaik.

7.2 Saran

Kepada pihak Puskesmas Mandala diharapkan meningkatkan program kerja terutama dalam meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh para medis yang ada di puskesmas tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Adisasmito W: Sistem Kesehatan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010

2. Almatsir S: Prisip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004

3. Anggraini, SD. Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu Tentang makanan bergizi dengan status gizi Balita usia 1-3 tahun di desa lencoh wilayah Kerja puskesmas selo boyolali. Surakarta: fakultas ilmu kesehatan universitas muhammadiyah Surakarta (http://etd.eprints.ums.ac.id/1884/1/J210040033.pdf, diakses 22 Maret 2010), 2008.

3. Bumi C. pengaruh ibu yang bekerja terhadap status gizi anak balita di kelurahan mangunjiwan kabupaten demak . Semarang: fakultas ilmu keolahragaan universitas negeri semarang (http://www.pdfqueen.com, diakses 7 April 2010), 2005.

5. Itriani, A. Hubungan antara tingkat pendidikan dan Pengetahuan ibu balita dengan pola Pemberian mp-asi pada anak usia 6-24 bulan Di posyandu menur iv kelurahan jebres Kecamatan jebres surakarta. Surakarta: fakultas ilmu kesehatan (http://www.pdfqueen.com, diakses 7 April 2010), 2008.

6. Martinah. Gizi Buruk dan Tanggung Jawab Pemerintah (http://els.bappenas.go.id/upload/kliping/Gizi%20buruk.pdf, diakses 22 maret 2010), 2008.

7. Ranuh, IG.N.Gde:Tumbuh Kembang Anak. EGC.1995

8. Sastroasmoro, S: Ismael, S: Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi 3; Jakarta: Sagung Seto, 2010

9. Sediaoetama, A.D: Ilmu Gizi. Jilid 1; Jakarta: Dian Rakyat, 2008

Page 44: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

10.Sediaoetama, A.D: Ilmu Gizi. Jilid 2; Jakarta: Dian Rakyat, 2008

11.Supariasa, I.D.N: Bakri,B;Fajar,I:Penilaian Status Gizi. Jakrata: EGC, 2002

12. Notoatmojo, S: kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta, 2007

13. http://www.cdc.gov/growth/growthcharts

14. himawan A.W Hubungan antara karakteristik ibu dengan status gizi balita dikelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Semarang. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan

15. Wahyuni I.S. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dengan status

gizi anak balita di Desa Ngemplak Kecamatan Karangpandan Kabupaten

Karanganyar. Surakarta: Fakultas kedokteran

(http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/150971808201003271.pdf, diakses

jum’at 10 desember 2010) 2009.

Page 45: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010
Page 46: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

KUESIONER

Harap diisi sesuai yang anda ketahui, setujui dan lakukan. Hal ini semata-mata untuk tujuan penelitian agar dijadikan pembelajaran dimasa yang akan dating bagi kita semua dan dalam rangka untuk melengkapi dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatra Utara.

No. urut Responden:

IDENTITAS IBU

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Pendidikan terakhir :

IDENTITAS BALITA

Nama :

Umur :

BB :

Jenis kelamin :

1. Status gizi balita ditentukan oleh …

a. Makanan yang dimakan dan kesehatan

b. Makan yang dimakan

c. Kesehatan

Page 47: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

2. Makanan yang tepat pada balita usia 0-4 bulan adalah…

a. ASI

b. Susu formula

c. Air Tajin

3. Makanan pengganti ASI dan susu formula adalah…

a. Susu kedelai

b. Air tajin

c. Susu kambing

4. Pada usia berapakah balita diberi makanan pendamping ASI…

a. 4 bulan

b. 5 bulan

c. 7 bulan

5. Pada balita berusia lebih dari 4 bulan bentuk makanan yang tepat adalah…

Setengah padat

Padat

Cair

6. Sumber kalori yang umum digunakan sebagai bahan makanan pokok adalah…

Beras

Jagung

Kacang merah

7. Bahan makanan sumber protein nabati adalah…

Kacang hijau

Tempe

Singkong

Page 48: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

8. Apakah anda pernah memberikan ikan sebagai lauk makanan balita anda, jika pernah, apa alasan anda…

Karna ikan merupakan bahan makanan sumber protein hewani

Karna ikan merupakan bahan makanan sumber protein nabati

Karna ikan merupakan bahan makan pokok sumber kalori

9. Tujuan dan pentingnya pemberian makanan tambahan adalah…

Melengkapi zat-zat gizi yang kurang terdapat dalam ASI

Karna ASI tidak diberikan

Tidak tahu

10. Biasanya urutan pemberian makanan tambahan pada balita adalah…

Buah-buahan, tepung-tepungan, sayur-sayuran

Tepung-tepungan, buah-buahan, sayur-sayuran

Tidak tahu

11. Telur biasanya baru diberikan pada saat balita berusia…

6 bulan

6,15 bulan

Tidak tahu

12. Bahan makanan apakah yang merupakan makanan pendamping ASI…

Pisang, papaya dan jeruk

Tomat, jeruk, dan terong belanda

Tidak tahu

13. Zat-zat gizi yang perlu diperhatiakan dalam pemberian makanan adalah…

Karbohidrat, protein, lemak vitamin dan mineral

Karbohidrat, protein dan lemak

Tidak tahu

Page 49: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

14. Usia berapakah balita diberikan makan lembek…

9-12 bulan

8-12 bulan

7-8 bulan

15. Komposisi makanan yang tepat unutk balita berusia 0-4 bulan adalah…

a. ASI

b. Susu sapi

c. Tidak tahu

Page 50: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

Grafik panjang badan menurut umur dan berat badan menurut umur (laki-laki).

Gambar 2.1 Grafik panjang badan menurut umur dan berat badan menurut umur (perempuan).

Page 51: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

Grafik panjang badan menurut umur dan berat badan menurut umur (perempuan).

Gambar 2.4 Grafik tinggi badan menurut umur dan berat badan menurut umur (perempuan).

Grafik tinggi badan menurut umur dan berat badan menurut umur (laki-laki).

Grafik tinggi badan menurut umur dan berat badan menurut umur (perempuan).

Page 52: Karakteristik Ibu Tentang Status Gizi Balita Dipuskesmas Mandala Tahun 2010

Grafik lingkar kepala anak laki-laki