KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA MINUMAN Sargassum crassifolium - DAUN KUMIS KUCING PADA BERBAGAI SUHU DAN...
description
Transcript of KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA MINUMAN Sargassum crassifolium - DAUN KUMIS KUCING PADA BERBAGAI SUHU DAN...
Prosiding ”Pengembangan Sumber Daya Pedesaan ISBN: 978-979-9204-79-0 dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II”
1
KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA MINUMAN Sargassum crassifolium - DAUN
KUMIS KUCING PADA BERBAGAI SUHU DAN LAMA PENCELUPAN
Oleh
Aisyah Tri Septiana1)
, dan Ari Asnani2)
, Nuniek Ina Ratnaningtyas3)
1Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian,
2Program Studi Kimia,
Fakultas Sains dan Teknik, 3Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
ABSTRACT
The research was aimed to determine the effect of temperature and duration of immersion
Sargassum crassifolium-leaf cat whiskers on the physicochemical characteristics of the
resulting drinks. Beverages were created by immersing S. crassifolium - leaf cat whiskers
(4: 6) or Sargassum-java tea at a temperature of 70, 80, 90 and 100 oC for 1, 3, 5 and 7
minutes with addition of sugar 10%. Physicochemical characteristics beverages tested
include qualitative analysis of flavonoids, tannins, saponins, alkaloids and terpenoids, and
sensory evaluations toward the color, appearance, taste, and flavor, as well as yield. The
analysis showed that all beverages containing flavonoids, tannins, saponins, alkaloids, and
terpenoids. Qualitatively, the increase in temperature of 70 oC to 100
oC and increased
immersion time from 1 to 7 minutes increased levels of flavonoids, alkaloids and saponins.
The higher the temperature and the longer the immersion Sargassum-java tea, the color
became more blackish brown, the smell and the flavor was stronger, the taste was more
bitter, and increasingly cloudy appearance while reducing the yield. Beverages that have
the best physicochemical characteristics was Sargassum-java tea immersed at 80 °C for 3
minutes.
Key words: Physicochemical characteristics, immersion, beverage
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu dan lama pencelupan Sargassum
crassifolium-daun kumis kucing celup terhadap karakteristik fisikokimia minuman yang
dihasilkan. Minuman dibuat dengan cara pencelupan S. crassifolium - daun kumis kucing
(4 : 6) celup atau Sargassum-java tea celup pada suhu 70, 80, 90 dan 100 oC selama 1, 3,
5 dan 7 menit yang ditambah gula pasir 10%. Karakteristik fisikokimia minuman yang
diuji meliputi analisis kualitatif terhadap flavonoid, tanin, saponin, alkaloid dan terpenoid,
dan sensoris terhadap warna, kenampakan, rasa, dan flavor, serta rendemen. Hasil analisis
menunjukkan bahwa semua minuman mengandung flavonoid, tanin, saponin, alkaloid, dan
terpenoid. Secara kualitatif, peningkatan suhu 70 oC sampai 100
oC dan peningkatan waktu
pencelupan dari 1 sampai 7 menit meningkatkan kadar flavonoid, alkaloid maupun
saponin. Makin tinggi suhu dan makin lama pencelupan Sargassum-java tea celup warna
makin coklat kehitaman, aroma makin kuat, flavor makin kuat tetapi rasa makin pahit,
dan kenampakan makin keruh sedangkan rendemen makin berkurang. Minuman yang
mempunyai karakteristik fisikokimia terbaik adalah minuman hasil pencelupan Sargassum-
java tea celup pada 80 oC selama 3 menit.
Kata kunci : Karakteristik fisikokimia, pencelupan, minuman
Prosiding ”Pengembangan Sumber Daya Pedesaan ISBN: 978-979-9204-79-0 dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II”
2
PENDAHULUAN
Tanaman kumis kucing banyak dijumpai di Indonesia sehingga sering disebut
”Java tea”. Rumput laut Sargassum sp juga banyak dijumpai di Indonesia. Rumput laut
coklat Sargassum sp tumbuh menempati hampir disepanjang pantai pulau-pulau di
Indonesia dan pada saat “bloming” setelah musim ombak, pertumbuhan tanaman tersebut
dapat membentuk padang rumput laut coklat yang cukup luas terutama pada pantai yang
dasarnya lempengan karang mati seperti yang dijumpai di perairan pantai selatan pulau
Jawa. Rumput laut tersebut belum banyak dimanfaatkan bahkan seringkali merupakan
sampah yang berserakan dan pengganggu bagi pelayaran kapal nelayan meskipun dapat
dimanfaatkan sebagai sumber alginat maupun produk minuman kesehatan karena
kandungan komponen bioaktifnya yang cukup tinggi (Yulianto, 2007).
Beberapa home industri sudah memproduksi minuman berbahan dasar Sargassum
sp yang dicampur dengan daun kumis kucing. Mereka mengklaim bahwa minuman
tersebut dapat mengobati berbagai penyakit karena dapat menurunkan kadar kolesterol,
meningkatkan kekebalan tubuh, maupun penyakit yang berhubungan dengan aktivitas
antioksidan seperti menurunkan kadar gula darah pada penyakit diabetes mellitus, jantung
koroner dan sebagainya.
Sargassum sp dan daun kumis kucing mengandung senyawa fenolik yang antara
lain mempunyai kemampuan sebagai antiinflamasi, antikarsinogenesis, dan antiaterosklero
sis berkaitan dengan aktivitas antioksidannya (Gao et al, 2008). Sargassum sp juga
mengandung flavonoid, tanin, terpenoid dan saponin (Septiana dan Asnani, 2009). Kumis
kucing mengandung berbagai komponen aktif seperti polifenol, terpenoid, oleanolic acid,
dan sterol (Awale et al, 2003). Polifenol merupakan komponen yang paling dominan
dalam daun kumis kucing yang efektif dalam mengurangi stres oksidatif dengan cara
menghambat pembentukan produk peroksidasi lipid dalam sistem biologis (Hollman dan
Katan, 1999).
Pada pembuatan minuman fungsional, komponen kimia tersebut biasanya
diekstraksi dengan cara perebusan bahan mentah ataupun irisan bahan kering. Perebusan
bahan tidak efektif karena memerlukan suhu dan waktu yang lama dan setelah perebusan
masih diperlukan proses penyaringan. Suhu dan waktu perebusan bahan yang lama
kemungkinan menyebabkan kerusakan komponen bioaktif tersebut sehingga aktivitas
bioaktifnya menjadi berkurang. Ekstraksi komponen bioaktif dapat dilakukan dengan
Prosiding ”Pengembangan Sumber Daya Pedesaan ISBN: 978-979-9204-79-0 dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II”
3
pencelupan Sargassum crassifolium-daun kumis kucing celup atau “Sargassum-java tea
celup”.
Pemilihan suhu dan waktu pencelupan yang dipakai dalam proses ekstraksi
komponen bioaktif harus memperhatikan karakteristik fisikokimia yang dihasilkan.
Karakteristik fisikokimia yang penting adalah komponen bioaktif yang terekstrak serta
penerimaan konsumen terhadap minuman yang dihasilkan serta rendemen. Makin tinggi
suhu dan lama pencelupan makin banyak komponen yang terekstrak tetapi makin banyak
komponen yang rusak serta konsentrasi warna dan rasa pahit meningkat. Penelitian
dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh suhu dan lama pencelupan terhadap
karakteristik fisikokimia minuman “Sargassum-java tea celup” yang dihasilkan.
METODE ANALISIS
Penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan, yaitu April-September 2012, di
Laboratorum Teknologi Pengolahan, Fakultas Pertanian, Unsoed.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut Sargassum
crassifolium dari Teluk Awur-Jepara, daun kumis kucing dari Rawalo-Kabupaten
Banyumas, akuades, gula pasir, dan bahan kimia untuk analisis komponen fitokimia..
Alat yang digunakan antara lain pengering kabinet, pisau, blender, timbangan
digital (Bibby), vorteks, pipet mikro, pipet ukur, pipet tetes, gelas ukur, gelas piala, labu
takar, erlenmeyer, spatula, tabung reaksi, kertas saring, penangas air, dan alat-alat analisis.
Persiapan S. crassifolium dan daun kumis kucing untuk minuman
S. crassifolium dan daun kumis kucing yang akan digunakan untuk membuat
minuman dicuci dengan air sampai bersih, dan dikeringkan menggunakan pengering
kabinet pada suhu 55 oC selama 18 jam atau sampai kering patah. S. crassifolium dan daun
kumis kucing yang sudah kering selanjutnya dihancurkan dan disaring menggunakan
penyaring 20 mesh.
Pembuatan minuman S. crassifolium - daun kumis kucing
Pembuatan minuman dilakukan dengan menimbang bubuk S. crassifolium dan
bubuk daun kumis kucing (perbandingan 40:60) dimasukkan ke dalam kantong teh celup
(Sargassum-java tea celup), selanjutnya dicelupkan ke dalam 200 ml air matang yang
telah dipanaskan pada variasi suhu pemanasan 70, 80, 90, dan 100 o
C dengan jumlah
pencelupan sebanyak 5 kali dan pengadukan 15 kali tiap menit. Alokasi waktu pengadukan
Prosiding ”Pengembangan Sumber Daya Pedesaan ISBN: 978-979-9204-79-0 dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II”
4
dan pencelupan yang digunakan adalah 1, 3, 5, dan 7 menit. Hasil ekstraksi kemudian
ditambahkan gula pasir sebanyak 10% (20 g) dari total air yang digunakan. Sampel
minuman Sargassum-java tea celup siap untuk dianalisis
Komponen fitokimia
Komponen fitokimia dari minuman Sargassum - java tea yang meliputi flavonoid,
tanin, saponin, alkaloid, dan terpenoid dianalisis secara kualitatif (Harbone, 1996)
Analisis sensoris
Analisis sensoris dilakukan dengan menganalisis warna, kenampakan, aroma, rasa,
flavor dan kesukaan menggunakan metode skoring (Larmond, 1977). Panelis yang
digunakan adalah 15 orang panelis semi terlatih.
Rendemen
Rendemen produk minuman dihitung dengan menggunakan metode gravimetri
berdasarkan metode Ljubuncic et al., (2005) dalam Widyawati et al., (2010). Persamaan
yang digunakan:
% Rendemen =
Rancangan percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK)
faktorial 4 x 4 dengan 2 kali ulangan. Faktor yang dicoba meliputi suhu pencelupan (70,
80, 90, dan 100 oC) serta lama pencelupan (1, 3, 5 dan 7 menit).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis kualitatif komponen fitokimia
Senyawa-senyawa yang diperiksa keberadaannya adalah flavonoid, tanin, saponin,
alkaloid, dan terpenoid. Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa semua minuman hasil
pencelupan Sargassum-java tea celup pada suhu 70 oC, 80
oC, 90
oC, dan 100
oC selama 1,
3, 5 dan 7 menit mengandung flavonoid, tanin, alkaloid, saponin, dan terpenoid (Tabel 1).
Komponen fitokimia tersebut diduga berasal dari daun kumis kucing maupun Sargassum
yang digunakan sebagai bahan dasar. Kumis kucing mengandung berbagai komponen
aktif seperti polifenol dan terpenoid (Awale et al, 2003) sedangkan ekstrak Sargassum sp
mengandung senyawa fenolik, terpenoid, tanin maupun saponin (Septiana dan Asnani,
2009).
Prosiding ”Pengembangan Sumber Daya Pedesaan ISBN: 978-979-9204-79-0 dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II”
5
Hasil analisis kualitatif terhadap tanin menunjukkan bahwa pencelupan
“Sargassum-java tea celup” pada suhu 70 oC selama 1 menit sudah memberikan hasil yang
cukup tinggi sehingga peningkatan suhu dan lama perendaman tidak secara nyata
meningkatkan kadar tanin. Hasil penelitian yang dilakukan Siregar (2009) menunjukkan
bahwa peningkatan waktu perendaman daun teh dari 3 sampai 25 detik pada suhu 80 oC
meningkatkan konsentrasi tanin. Berdasarkan strukturnya seperti disajikan pada Gambar
1, tanin merupakan komponen yang paling polar dibandingkan flavonoid, saponin,
terpenoid maupun alkaloid. Selain sifat tanin yang polar, diduga jumlah tanin yang
dijumpai pada “Sargassum-java tea” celup cukup banyak sehingga mudah diekstrak oleh
air.
Secara kualitatif, peningkatan suhu 70 oC sampai 100
oC dan peningkatan waktu
pencelupan dari 1 sampai 7 menit meningkatkan kadar flavonoid, alkaloid, terpenoid
maupun saponin. Peningkatan suhu ekstraksi menyebabkan peningkatan energi kinetik
larutan sehingga difusi pelarut ke dalam sel jaringan semakin meningkat. Hal ini berakibat
komponen yang dapat larut dalam air seperti tanin, saponin, flavonoid dan alkaloid lebih
mudah terekstrak. Hal yang sama terjadi pada ekstraksi pektin dari jaringan menggunakan
air yang tinggi sehingga pektin yang dihasilkan semakin banyak (Nurjanah dan Usmiati,
2006; Budiyanto dan Yulianingsih, 2008). Berdasarkan strukturnya seperti disajikan pada
Gambar 1, flavonoid, alkaloid, terpenoid maupun saponin mempunyai bagian yang bersifat
polar maupun non polar dengan bagian non polar yang lebih banyak dibandingkan tanin.
Hal ini menyebabkan ekstraksi komonen tersebut menggunakan air memerlukan suhu dan
lama pencelupan yang lebih tinggi dibandingkan tanin. Kandungan kompoonen kimia
tersebut berpengaruh terhadap hasil analisis sensoris minuman yang dihasilkan.
Analisis sensoris
Hasil pengujian sensoris minuman pada perlakuan suhu (70, 80, 90, 100 o
C) dan
lama pencelupan (1, 3, 5, 7 menit) terhadap warna, kenampakan, aroma, rasa, flavor dan
kesukaan disajikan pada Tabel 1.
Hasil pengujian sensoris menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi suhu dan lama
pencelupan berpengaruh nyata terhadap warna, kenampakan, aroma, dan rasa. Makin lama
pencelupan Sargassum-java tea celup, nilai warna dan aroma makin meningkat karena
warna makin coklat kehitaman dan aroma makin kuat (meningkat) tetapi rasa, dan
kenampakan makin berkurang karena rasa makin pahit, dan kenampakan makin keruh.
Prosiding ”Pengembangan Sumber Daya Pedesaan ISBN: 978-979-9204-79-0 dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II”
6
Warna coklat kehitaman diduga disebabkan terekstraknya zat warna coklat dari S.
cracifolium yaitu fukosantin dan senyawa dari kumis kucing seperti tanin. Haugan et al.
(1995) dan Matsuno (2001) menyatakan bahwa fukosantin merupakan karotenoid utama
yang bersifat polar dalam rumput laut coklat. Hasil penelitian Limantara dan Heriyanto
(2011) menunjukkan bahwa fukosantin lebih mudah terekstrak oleh methanol yang bersifat
lebih polar dibandingkan etanol, aseton, asetonitril maupun dimetilsulfoksida (DMSO).
Diduga fukosantin ini juga mudah terekstrak oleh air yang bersifat sangat polar.
Hasil uji sensoris juga menunjukkan bahwa makin tinggi suhu dan makin lama
pencelupan Sargassum-java tea celup rasa minuman makin pahit. Rasa pahit ini diduga
disebabkan adanya senyawa tanin maupun alkaloid yang terutama banyak dijumpai pada
kumis kucing.
Berdasarkan hasil pengujian sensoris maka minuman yang mempunyai rasa yang
tertinggi adalah minuman hasil pencelupan Sargassum-java tea celup pada suhu 70 oC dan
80 oC selama 1 menit. Meskipun mempunyai rasa yang lebih pahit tetapi minuman hasil
pencelupan Sargassum-java tea celup pada 80 oC selama 3 menit mempunyai aroma lebih
tinggi dan flavor yang tidak berbeda dengan hasil pencelupan Sargassum-java tea celup
pada suhu 70 oC dan 80
oC selama 1 menit.
Rendemen minuman
Rendemen minuman menggambarkan jumlah minuman yang dihasilkan (g) setiap
perlakuan yang dicoba atau jumlah minuman yang dihasilkan tiap campuran bahan yang
digunakan dalam setiap perlakuan yang dicoba (%). Hasil analisis statistik menunjukkan
bahwa interaksi suhu dan lama pencelupan bepengaruh nyata terhadap rendemen.
Rendemen minuman yang dihasilkan disajikan pada Gambar 2.
Hasil analisis rendemen minuman menunjukkan bahwa makin tinggi suhu dan
makin lama pencelupan makin sedikit rendemen yang dihasilkan. Pada suhu 70 oC,
peningkatan lama pencelupan 1 sampai 5 menit penurunan rendeman tidak nyata, tetapi
pada suhu 100 oC, peningkatan lama pencelupan 1 sampai 7 menit penurunan rendeman
menjadi nyata Hasil analisis rendemen ini tidak sejalan dengan hasil analisis kualitatif
komponen fitokimia maupun analisis sensoris yang menunjukkan bahwa makin tinggi suhu
dan makin lama pencelupan java tea-Sargasum celup makin banyak komponen fitokimia
yang terekstrak. Diduga makin berkurangnya rendemen minuman oleh perlakuan makin
meningkatknya suhu dan lama perendaman lebih disebabkan oleh makin berkurangnya
Prosiding ”Pengembangan Sumber Daya Pedesaan ISBN: 978-979-9204-79-0 dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II”
7
jumlah air yang menguap selama perendaman dibandingkan jumlah komponen fitokimia
yang terekstrak. Air dapat menguap pada suhu kamar apabila tekanan udara turun.
Peningkatan suhu akan makin meningkatkan jumlah penguapan air sampai suhu penguapan
air 100 oC.
KESIMPULAN
Secara kualitatif, peningkatan suhu 70 sampai 100 oC dan peningkatan waktu
pencelupan dari 1 sampai 7 menit meningkatkan kadar flavonoid, alkaloid maupun
saponin. Makin tinggi suhu dan makin lama pencelupan Sargassum-java tea celup, warna
makin coklat kehitaman, aroma makin kuat tetapi rasa makin pahit. Hasil analisis
rendemen minuman menunjukkan bahwa makin tinggi suhu dan makin lama pencelupan
makin sedikit rendemen yang dihasilkan. Hasil analisis rendemen ini tidak sejalan dengan
hasil analisis kualitatif komponen fitokimia maupun analisis sensoris yang menunjukkan
bahwa makin tinggi suhu dan makin lama pencelupan Sargassum-java tea celup makin
banyak komponen fitokimia yang terekstrak. Minuman yang mempunyai karakteristik
fisikokimia terbaik adalah minuman hasil pencelupan Sargassum-java tea celup pada 80
oC selama 3 menit.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian dilaksanakan atas biaya DIPA Universitas Jenderal Soedirman Tahun
Anggaran 2012 No. kontrak 1057.02/UN23.9/PN2012 Tanggal 12 Maret 2012.
DAFTAR PUSTAKA
Awale, S., Y. Tezuka, A.H. Banskota, and S. Kadota. 2003. Inhibition of NO production
by highly-oxigenated diterpenes of Orthosiphon staminineus Benth and their
structure activity relationship. Biological and Pharmaceutical Bulletin 26 (4): 468-
473.
Budiyanto, A. dan Yulianingsih. 2008. Pengaruh suhu dan waktu ekstraksi terhadap
karakter pektin dari ampas jeruk siam (Citrus nobilis l). J.Pascapanen 5(2): 37-44
Gao, DA. F., Y.J. Zhang, C.R. Yang, K. Chen, and H.J. Jiang. 2008. Phenolic
antioxidants from green tea produced from Camelia taliensis. Journal of
Agricultural and Food Chemistry 56 (16) : 7517-7521.
Harbone J. B. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
ITB. Bandung.
Prosiding ”Pengembangan Sumber Daya Pedesaan ISBN: 978-979-9204-79-0 dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II”
8
Larmond, E. 1977. Laboratory Methods for Sensory Evaluation of Foods. Research
Branch Canada Department of Agriculture. Ottawa. 74 hal.
Limantara, L dan Heriyanto. 2011. Optimasi proses ekstraksi fukosantin rumput laut
coklat Padina australis Hauck menggunakan pelarut organik polar. Ilmu Kelautan
Vol. 16 (2): 86-94.
Hollman, P.C.H. and M.B. Katan. 1999. Dietary flavonoids: Intake, health affect and
bioavailability. Food and Chemical Toxicology 37 (9) : 937-942.
Matsuno, T. 2001. Aquatic animal carotenoids. Fisheries Science, 67: 771-783.
Nurdjanah, N. dan S. Usmiati. 2006. Ekstraksi dan karakterisasi pektin dari kulit labu
kuning. Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian 3(1):13–23.
Septiana, AT., dan A. Asnani. 2009. Kajian ekstraksi rumput laut coklat Sargassum sp
sebagai penghambat oksidasi LDL dan akumulasi kolesterol makrofag. Laporan
Penelitian UNSOED. Purwokerto.
Siregar, N. 2009. Pengaruh lama perendaman daun teh terhadap kadar tanin beverage di
PT Coca Cola Botling Medan Indonesia. Karya Ilmiah PS Diploma 3. Fakultas
MIPA USU. Medan.
Widyawati, P. S., C. H. Wijaya, P. S. Hardjosworo, dan D. Sajuthi. 2010. Evaluasi
aktivitas antioksidatif ekstrak daun beluntas (Pluchea indica less) berdasarkan
perbedaan ruas daun. (On-line). Jurnal. http://ejournal.upnjatim.ac.id diakses 20
Juli 2012.
Yulianto, K. 2007. Penelitian isolasi alginat algae laut coklat dan prospeknya menuju
industri. Prosiding Seminar Riptek Kelautan Nasional. Jakarta (2) : 104-108.
Prosiding ”Pengembangan Sumber Daya Pedesaan ISBN: 978-979-9204-79-0 dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II”
9
Tabel 1. Komponen fitokimia minuman S. crassifolium-daun kumis kucing
Suhu dan lama
pencelupan Flavonoid Tanin Saponin Terpenoid Alkaloid
70 oC 1 menit + +++ + + +
70 oC 3 menit + +++ + +++ +
70 oC 5 menit + +++ ++ ++ +
70 oC 7 menit ++ +++ ++ +++ ++
80 oC 1 menit + +++ ++ ++ +
80 oC 3 menit ++ +++ ++ ++ ++
80 oC 5 menit ++ +++ ++ ++ ++
80 oC 7 menit ++ +++ ++ +++ ++
90 oC 1 menit + +++ + +++ +
90 oC 3 menit ++ +++ + ++++ ++
90 oC 5 menit ++ +++ + ++++ +++
90 oC 7 menit +++ +++ + ++ +++
100 oC 1 menit ++ +++ ++ ++ +++
100 oC 3 menit ++ +++ ++ ++ +++
100 oC 5 menit +++ +++ ++ ++++ +++
100 oC 7 menit +++ +++ ++ ++++ +++
Keterangan:
Makin banyak tanda + menunjukkan peningkatan intensitas warna pada analisis flavonoid, tanin, alkaloid dan
terpenoid; pada analisis saponin menunjukkan peningkatan tinggi buih yang terbentuk.
Prosiding ”Pengembangan Sumber Daya Pedesaan ISBN: 978-979-9204-79-0 dan Kearifan Lokal Berkelanjutan II”
10
Gambar 1. Struktur kimia flavonoid (a), saponin (b), terpenoid (c), tanin (d), alkaloid (e)
86
,16
5 a
85
,58
5 a
b
83
,33
bcd
73
,42
h
84
,23
abc
82
,43
cde
79
,95
5 ef
64
,63
5 j
83
,55
5 ab
cd
81
,30
5 d
ef
77
,02
g
59
,68
5 j
81
,30
5 d
ef
79
,50
5 f
74
,55
h
56
,30
5 k
0
20
40
60
80
100
70 80 90 100
% R
en
dem
en
Suhu pencelupan (oC)
W1= 1 menitW2= 3 menitW3= 5 menitW4= 7 menit
Gambar 2. Pengaruh suhu dan lama pencelupan terhadap rendemen (%) minuman