KARAKTERISTIK ENDAPAN KUARTER DAN KEBERADAAN AIR …

10
JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 18, No. 2, November 2020 87 KARAKTERISTIK ENDAPAN KUARTER DAN KEBERADAAN AIR TANAH BERDASARKAN PENAFSIRAN DATA GEORADAR DI PESISIR PANTAI BARAT DAYA PULAU ROTE CHARACTERISTICS OF QUARTENARY DEPOSIT AND GROUND WATER ACCUMMULATION BASED ON GEORADAR DATA INTERPRETATION IN THE SOUTHWEST COAST ROTE ISLAND Muhammad Zulfikar 1* , Fauzi Budi Prasetio 1 dan Undang Hernawan 2 1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan 236 Bandung 2 Pusat Survei Geologi, Jl Diponegoro 57 Bandung *email: [email protected] Diterima : 04-10-2019, Disetujui : 05-10-2020 ABSTRAK Pulau Rote merupakan pulau bagian selatan wilayah Indonesia yang terbentuk akibat adanya kolisi antara dua lempeng benua antara Australia – Asia, sehingga terjadi pengangkatan yang membentuk daratan hingga saat ini. Formasi batuan yang tersingkap di permukaan bagian timur - selatan Pulau Rote tersusun atas endapan-endapan Kuarter dan Formasi Batuan berumur Kuarter yang terdiri dari Endapan Aluvium dan Endapan Pantai (Qa), Endapan Konglomerat (Qac), Batugamping Koral (Ql), Formasi Noele (Qtn). Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran kondisi endapan kuarter bawah permukaan dan kemunginan keberadaan air tanah. Survei ini menggunakan peralatan Ground Peneterating Radar (GPR) tipe Sirveyor 20, antenna (MLF) frekuensi 40 MHz dan software Radan 5 untuk pemrosesan data. Hasil identifikasi fasies radar menunjukkan bahwa kondisi geologi di bawah permukaan pada kedalaman 15 – 30 meter merupakan batupasir yang dapat disebandingkan dengan Formasi Noele (Qtn). Pada kedalaman 2-15 meter merupakan lapisan yang tersusun atas batugamping bioklastik (batugamping koral) yang dapat disebandingkan dengan Batugamping Koral berumur Kuarter (Ql). Pada kedalaman 0-1 meter merupakan endapan pantai berumur Holosen yang dapat disebandingkan dengan Endapan Alluvium dan Endapan Pantai (Qa). Keberadaan air tanah diperkirakan berada pada lapisan Batugamping Koral dengan kedalaman sekitar 12-15 meter. Kata kunci: Georadar, GPR, endapan Kuarter, Pulau Rote, fasies radar ABSTRACT Rote Island is the southern part of Indonesia which was formed by two continental plates collision between Australia and Asia plates, so that there will be an uplift that forms the land until now. The Quaternary rock units are well exposed in the east-south part of Rote Island, which are composed of Alluvium and Coastal Deposits (Qa), Conglomerate Deposits (Qac), Coral Limestone (Ql), and Noele Formation (Qtn). This study provides lithological characteristics of quaternary deposit and possibility of ground water presence by using georadar data interpretation. This survey using Sirveyor 20 GPR equipment type with MLF antenna frequency 40 Mhz and Radan 5 as processing software. Result of radar facies identification showed geological condition at 15-30 depth was sandstone that can be compared to the Noele Formation (Qtn). At 2-15 meter depth is a layer composed of bioclastic limestone (coral limestone) which can be compared to Quaternary coral limestone (Ql). At 0-1 meter depth is Holocene deposit that can be compared to Alluvium and Coastal Deposit (Qa). The presence of ground water is estimated to be in the coral limestone layer at 12-15 meter depth. Keywords: Georadar, GPR, Quaternary deposit, Rote Island, radar facies Kontribusi: Muhammad Zulfikar dan Fauzi Budi Prasetio adalah sebagai kontributor utama pada artikel ini, sedangkan Undang Hernawan adalah sebagai kontributor anggota.

Transcript of KARAKTERISTIK ENDAPAN KUARTER DAN KEBERADAAN AIR …

Page 1: KARAKTERISTIK ENDAPAN KUARTER DAN KEBERADAAN AIR …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 18, No. 2, November 2020

87

KARAKTERISTIK ENDAPAN KUARTER DAN KEBERADAAN AIR TANAH BERDASARKAN PENAFSIRAN DATA GEORADAR DI PESISIR PANTAI BARAT DAYA PULAU ROTE

CHARACTERISTICS OF QUARTENARY DEPOSIT AND GROUND WATER ACCUMMULATION BASED ON GEORADAR DATA INTERPRETATION IN THE SOUTHWEST COAST ROTE ISLAND

Muhammad Zulfikar1*, Fauzi Budi Prasetio1 dan Undang Hernawan2

1Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Jl. Dr. Junjunan 236 Bandung2Pusat Survei Geologi, Jl Diponegoro 57 Bandung

*email: [email protected]

Diterima : 04-10-2019, Disetujui : 05-10-2020

ABSTRAK

Pulau Rote merupakan pulau bagian selatan wilayah Indonesia yang terbentuk akibat adanya kolisi antara dualempeng benua antara Australia – Asia, sehingga terjadi pengangkatan yang membentuk daratan hingga saat ini.Formasi batuan yang tersingkap di permukaan bagian timur - selatan Pulau Rote tersusun atas endapan-endapanKuarter dan Formasi Batuan berumur Kuarter yang terdiri dari Endapan Aluvium dan Endapan Pantai (Qa), EndapanKonglomerat (Qac), Batugamping Koral (Ql), Formasi Noele (Qtn). Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikangambaran kondisi endapan kuarter bawah permukaan dan kemunginan keberadaan air tanah. Survei ini menggunakanperalatan Ground Peneterating Radar (GPR) tipe Sirveyor 20, antenna (MLF) frekuensi 40 MHz dan software Radan 5untuk pemrosesan data. Hasil identifikasi fasies radar menunjukkan bahwa kondisi geologi di bawah permukaan padakedalaman 15 – 30 meter merupakan batupasir yang dapat disebandingkan dengan Formasi Noele (Qtn). Padakedalaman 2-15 meter merupakan lapisan yang tersusun atas batugamping bioklastik (batugamping koral) yang dapatdisebandingkan dengan Batugamping Koral berumur Kuarter (Ql). Pada kedalaman 0-1 meter merupakan endapanpantai berumur Holosen yang dapat disebandingkan dengan Endapan Alluvium dan Endapan Pantai (Qa). Keberadaanair tanah diperkirakan berada pada lapisan Batugamping Koral dengan kedalaman sekitar 12-15 meter.

Kata kunci: Georadar, GPR, endapan Kuarter, Pulau Rote, fasies radar

ABSTRACT

Rote Island is the southern part of Indonesia which was formed by two continental plates collision betweenAustralia and Asia plates, so that there will be an uplift that forms the land until now. The Quaternary rock units arewell exposed in the east-south part of Rote Island, which are composed of Alluvium and Coastal Deposits (Qa),Conglomerate Deposits (Qac), Coral Limestone (Ql), and Noele Formation (Qtn). This study provides lithologicalcharacteristics of quaternary deposit and possibility of ground water presence by using georadar data interpretation.This survey using Sirveyor 20 GPR equipment type with MLF antenna frequency 40 Mhz and Radan 5 as processingsoftware. Result of radar facies identification showed geological condition at 15-30 depth was sandstone that can becompared to the Noele Formation (Qtn). At 2-15 meter depth is a layer composed of bioclastic limestone (corallimestone) which can be compared to Quaternary coral limestone (Ql). At 0-1 meter depth is Holocene deposit that canbe compared to Alluvium and Coastal Deposit (Qa). The presence of ground water is estimated to be in the corallimestone layer at 12-15 meter depth.

Keywords: Georadar, GPR, Quaternary deposit, Rote Island, radar facies

Kontribusi:Muhammad Zulfikar dan Fauzi Budi Prasetio adalah sebagai kontributor utama pada artikel ini, sedangkan Undang Hernawan adalah sebagai kontributor anggota.

Page 2: KARAKTERISTIK ENDAPAN KUARTER DAN KEBERADAAN AIR …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 18, No. 2, November 2020

88

PENDAHULUAN

Ground Penetrating Radar (GPR) atau lebihdikenal dengan Georadar adalah salah satu metodegeofisika bersifat non-invasif (Moysey dkk. 2006),yang dikembangkan sebagai salah satu alat bantuuntuk penelitian geologi bawah permukaan yangrelatif dangkal dan terperinci (van Heteren dkk.,1998, Moysey dkk., 2006). Metode tersebutdilakukan melalui pengukuran/perubahan sifatpropertis dari material geologi (Sjoberg, Y dkk.,2015) dan komposisi sifat keteknikannya(Carrivick, 2007).

Prinsip penggunaan metode GPR tidak jauhberbeda seismik pantul, seperti identifikasi fasiesdan sekuen lapisan bawah permukaan (vanHeteren dkk., 1998). Sinyal GPR dapatdipengaruhi oleh konstanta dielektrik,konduktivitas material (van Dam dan Schlager,2000), jenis sedimen dan interpretasi fasiesnyabergantung pada prinsip-prinsip stratigrafiseismik, yang sebagian besar mencakupidentifikasi konfigurasi dan terminasi refleksi,konfigurasi refleksi internal dan geometrieksternal (van Heteren dkk., 1998, Beres danHaeni, 1991). Hasil citra georadar akan

memperlihatkan bentuk dasar geometri sepertilitologi, kandungan air tanah dan utilitas bawahpermukaan (Budiono dkk., 2012).

Georadar banyak digunakan dalam bidanggeologi, antara lain: karakteristik litologi (Elfarabidkk., 2017; Noviadi, 2014; Budiono dan Latuputty,2008), struktur geologi, rekahan (Somantri dkk.,2016; Shofyan dkk., 2016; Budiono dkk., 2010),sedimen bawah permukaan (Jatmiko dkk., 2016;Budiono, 2013; Budiono 2013), penurunan tanah(Raharjo dan Yosi, 2017; Budiono dkk., 2012).

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untukmemberikan gambaran karakteristik sedimenkuarter bawah permukaan di wilayah pesisir pantaibaratdaya Pulau Rote dan mengidentifikasikeberadaan air tanah di lokasi tersebut.

Lokasi penelitian berada di pesisir PantaiBaratdaya Pulau Rote barat daya (Gambar 1).Secara geografis lokasi berada pada 122o 52’ – 123o

05’ BT dan 10o 50’ – 10o 55’ LS dan secaraadministrasi termasuk wilayah Kabupaten RoteNdao, Provinsi Nusa Tenggara timur. Pengambilandata georadar dilakukan di daerah Batu Tua(ditandai warna kuning pada Gambar 1).

Batu�Tua

Lokasi�Geor

adar

Gambar 1. Peta lokasi penelitian georadar

Page 3: KARAKTERISTIK ENDAPAN KUARTER DAN KEBERADAAN AIR …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 18, No. 2, November 2020

89

Pada umumnya geologi Pulau Rote didominasioleh satuan batugamping koral yang dibentuk olehmahluk laut zaman Tersier yang kemudian matidan terkubur lalu mengalami proses sedimentasipada zaman Kuarter. Unit batuan tersebuttersebar di seluruh pulau, dan sebagian besarmuncul di Barat, Barat Daya, Utara dan TimurLaut. Satuan batuan ini merupakan jenis satuanbatugamping bioklastik yang terlihat memilikiperlapisan. Berdasarkan Peta Geologi Regionallembar Pulau Rote Skala 1:250.000 (Rosidi dkk.,2012) yang diterbitkan P3G Bandung,menjelaskan stratigrafi Pulau Rote, disusun olehunit batuan dari muda ke tua adalah sebagaiberikut:

Endapan Alluvium dan Endapan Pantai (Qa )Satuan Endapan alluvium dan endapan pantai

tersusun atas lumpur, pasir, kerikil, kerakal yangberasal dari bermacam-macam batuan, pecahancangkang fosil, terdapat pada dataran banjir sungaisungai besar, muara sungai dan tepi pantai.Lempung pasiran dan lumpur hitam terdapat didaerah rawa–rawa dan dataran pantai. SatuanEndapan alluvium dan endapan pantai diendapkanpaling muda berumur Holosen.

Konglomerat dan Kerakal ( Qac )Satuan Konglomerat dan Kerakal tersusun

atas endapan klastik kasar seperti konglomerat,kerkil, kerakal, dan bongkah dengan selingan

batupasir berstruktur silang siur terutamabagian bawah. Unit satuan batuan inidiperkirakan berumur Plistosen. Potongan-potongan tulang binatang bertulangbelakang (vertebrata) ditemukan di dekatdesa Mota Oe sebelah timur Atumba.Endapan ini membentuk undak-undaksungai yang di beberapa tempat mencapaiketinggian 45 meter diatas dataran banjir,peneliti menyebutnya sebagai endapanSungai Tua sedangkan di Timor Timurdinamakan Aimaro Gravel (Audley-Chales,1968).

Satuan�BatuanFormasi�Atokton�/�Para�Atokton

Akhir

Tengah

Awal

Akhir

Tengah

Awal

Umur�(Age)

Miosen

Neogen

Kenozoikum

Kuarter

Tersier

Holosen

Pleistosen

PliosenTmpb

Qtn�����

Ql��

Qa

Qac�����

Gambar 2. Tabel Stratigrafi Regional (Rosidi dkk., 2012)

Gambar 3. Peta Geologi Lembar Kupang-Atambua, Kupang (Rosidi dkk., 2012)

Page 4: KARAKTERISTIK ENDAPAN KUARTER DAN KEBERADAAN AIR …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 18, No. 2, November 2020

90

Batugamping Koral (Ql)Batugamping Koral (Ql) tersusun atas

batugamping koral yang berwarna putih sampaikekuning-kuningan dan kemerah-merahan sertabatugamping napalan. Setempat-setempatberkembang pula batugamping terumbu denganpermukaan kasar dan berongga. Di bagian bawahbiasanya menunjukkan perlapisan yang hampirdatar. Satuan ini menunjukkan perubahan fasiesdengan Satuan Konglomerat dan Kerakal (Qac)berumur Plistosen.

Formasi Noele (Qtn)Formasi Noele (Qtn) tersusun atas napal

pasiran berselang-seling dengan batupasir,konglomerat dan sedikit tufa dasit. Perubahanfasies ke arah lateral maupun ke arah litologi kearah vertikal sangat cepat. Napal berwarna putihkeabu-abuan, pasiran, kadang-kadang lanauan,banyak mengandung globigerina dan foram pelagiklainnya. Batupasir kadang-kadangmenunjukkan perlapisan bertahap,perlapisan konvolut, dan berbutirsedang sampai kasar. Tebal masing-masing perlapisan berkisar 10-190cm. Pecahan cangkang moluskasangat umum terdapat dalambatupasir. Komponen konglomeratagak membulat dan umumnya berasaldari rombakan batuan malihan danbatuan yang lebih tua clay pellets. Tufaberwarna putih , bersusun dasit,berlapis sejajar dan kadang-kadangkonvolut, terdapat sebagai sisipandalam napal. Pada lokasi tipe dariformasi ini, memiliki ketebalansekitar 700 m. Formasi ini menindihFormasi Batuputih dan ditutupisecara tidak selaras olehBatugamping Koral (Ql) danKonglomerat dan kerakal (Qac).

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian iniadalah metode GPR yang dapat mengidentifikasikondisi bawah permukaan. Pada prinsipnyametode ini, didasarkan pada pemancarangelombang elektromagnet ke dalam bumi, danpenangkapan gelombang elektromagnet yangditeruskan, dipantulkan, dan dihamburkan olehstruktur permukaan dan anomali di bawahpermukaan bumi. Gelombang elektromagnet yangdipantulkan dan dihamburkan tersebut diterimaoleh antena penerima di permukaan bumi

(Budiono dkk., 2012) (Gambar 4. Cara kerjametode georadar). Pemancaran dan pengembaliangelombang elektromagnet berlangsung cepatsekali yaitu dalam satuan waktu nanosecond(Allen, 1979).

Peralatan yang digunakan dalam penelitian iniadalah seperangkat peralatan model SIRVeyor 20produk dari GSSI yang terdiri dari mainframe dantoughbook, kabel data dan antenna tipe MLF (MultiLevel Frequncy) dengan frekuensi yang digunakanadalah 40 MHz dan penetrasi kedalaman diaturhingga mencapai kedalaman 30 meter (Foto 1).Peralatan penunjang terdiri dari aki, rodapendorong, GPS, rol meter, kamera dan alat tulis.Data georadar diproses dengan menggunakansoftware Radan 5 produk dari GSSI (GeologicalSurvey Sistem Inc.). Pemrosesan yang dilakukanantara lain mencakup spasial filter, dekonvolusi,migrasi, serta penyesuaian amplitudo dan gain.

Teknik penggunaan metode GPR dikenalsebagai Electromagnetic Subsurface Profiling (ESP)yang mirip dengan teknik Sub Bottom Profiling(SBP) pada geologi kelautan (Budiono dkk., 2012)dengan cara memanfaatkan pengembaliangelombang elektromagnet yang dipancarkanmelalui permukaan tanah dengan perantaraantena.

Secara umum pemrosesan data georadarmencakup beberapa langkah, yaitu: konversi datadalam format digital yang digunakan,

Gambar 4. Cara kerja metode georadar

Page 5: KARAKTERISTIK ENDAPAN KUARTER DAN KEBERADAAN AIR …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 18, No. 2, November 2020

91

menghilangkan atau meminimalkan gelombanglangsung dan udara dari data, penyesuaianamplitudo dan gain, penyesuaian data statis yangmencakup penghilangan efek perbedaan elevasi,pemfilteran data, dan analisis kecepatan (Beresdan Haeni, 1991). Yulius dkk. (2008) melakukanprosedur untuk menentukan geologi bawahpermukaan dangkal dari data georadar denganmenggunakan pola konfigurasi reflektor yangtergambar dalam Beres dan Haeni (1991).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Litologi batuan yang tersingkap di permukaan

Litologi batuan yang tersingkap di lokasipenelitian georadar didominasi oleh litologibatugamping koral. Litologi batugamping inimemiliki karakteristik mudah lapuk – hinggakompak. Hampir di seluruh wilayah pantai Pulau

Rote terdapat pecahan batugamping hinggabatugamping segar. Morfologi pantai ini terdiri daripedataran pantai hingga pantai bertebing (Foto 2).Dominan energi yang berpengaruh di kawasanpantai ini merupakan energi laut (pasang-surut).

Fasies RadarAnalisis struktur bawah permukaan dilakukan

dengan cara mengidentifikasi perbedaankonfigurasi reflektor, yang menunjukkan adanyaperbedaan fasies radar. Perbedaan fasies tersebutdapat memberikan gambaran kondisi lingkunganpengendapan suatu sedimen (Jatmiko dkk., 2016).Fasies radar dihasilkan dari analisis kumpulan dataGPR yang terdiri dari identifikasi fasies radarindividu, yang kemudian dikelompokkan ke dalamunit radar. Unit radar tersebut kemudiandiinterpretasi untuk mengidentifikasi lingkunganpengendapan sedimen bawah permukaan(Budiono, 2013).

1� 2 Foto 1. Menunjukkan proses akusisi GPR di daerah Batu Tua

Foto 2. Menunjukkan singkapan batugamping di Pantai Batu Tua di daerah Rote baratdaya

Page 6: KARAKTERISTIK ENDAPAN KUARTER DAN KEBERADAAN AIR …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 18, No. 2, November 2020

92

Berdasarkan analisis fasies radar yangdilakukan pada lintasan L01 dan L01_1dapatterlihat adanya perbedaan konfigurasi reflektor,yang secara umum dikelompokkan menjadi empatunit fasies radar A, B, C dan D dengankarakteristik sebagai berikut :

• Unit Fasies Radar A: Paralel kontinyu

Fasies radar ini ditandai dengan konfigurasireflektor paralel simpel, reflektor lemah, danamplitudo sedang. Fasies ini merupakan fasiesteratas dengan lapisan yang tipis, memiliki kisarankedalaman dari 0 - 1 m.

• Unit Fasies Radar B : Paralel kontinyuberundulasi

Fasies radar ini ditandai dengan konfigurasireflektor paralel yang berundulasi, reflektor kuat,dan amplitudo sedang - tinggi. Fasies inimerupakan lapisan di bawah unit pertama yangmemiliki kisaran kedalaman dari 1 - 4,8 m.

• Unit Fasies Radar C : Paralel – subparalelkontinyu berundulasi

Fasies radar unit ini, dicirikan oleh reflektorparalel – subparalel yang berundulasi, reflektorsedang – kuat, dan amplitudo tinggi. Berdasarkandata GPR menunjukkan bahwa fasies subparalelditandai oleh lapisan yang lebih tipis, lebihtransparan dan dilaminasi antara fasies paralel(Gambar 5). Fasies paralel dapat dibagi menjadiserangkaian lapisan horizontal dan lapisan wavy(berundulasi/bergelombang). Bentuk horisontal

paralel dan subparalel dapat dilihat di bagian atasdan secara bertahap menjadi lebih wavy ke bagianbawah. Fasies ini berada pada kisaran kedalamandari 4,8 - 13 m.

• Unit Fasies Radar D : Subparalelkontinyu berundulasi

Fasies radar unit ini, merupakan lapisanpaling bawah dicirikan oleh reflektor subparalelberundulasi, reflektor sedang - lemah denganamplitudo sedang. Lapisan ini merupakan lapisanpaling tebal, dari kedalaman 13 meter sampai bataspenetrasi georadar yaitu 30 meter. Meskipunmerupakan lapisan bawah, tidak terlihat adanyamodel fasies radar dengan difraksi.

Interpretasi unit radar

Hasil interpretasi unit radar dapatmemberikan gambaran geologi bawah permukaandi wilayah pesisir pantai barat daya Pulau Rotehingga kedalaman 30 meter (Gambar 6 dan 7).Hasil rekaman georadar menunjukkan adanyadominasi pola konfigurasi reflektor yang bersifatkontinyu. Apabila dilihat dari lapisan paling atas –lapisan paling bawah (muda – tua), maka unit Aadalah lapisan paling muda, dengan model fasiesradar paralel kontinyu merupakan lapisan penutupyang terdiri dari lapukan batugamping.

Pada kedua lintasan, ketebalan lapisan unit Aini sekitar 1 m. Hasil lapukan batugamping initerendapkan secara lateral dengan pengaruhenergi dari laut yang kuat, sehingga pengaruhterhadap suplai sedimen dari arah darat tidak

terlalu besar dan endapanpelapukan batugamping inimenerus hingga batasakomodasinya. Dengan polareflektor yang kontinyu danparalel ini hampir dapat dipastikanbahwa pada unit A merupakanendapan pantai yang terhamparsecara lateral. Unit A ini dapatdisebandingkan dengan EndapanAlluvium dan Endapan Pantai (Qa)(Rosidi, 2012).

Lapisan di bawah unit Aadalah unit B, yang dicirikan olehkonfigurasi reflektor paralel yangsedikit berundulasi, reflektorkuat, amplitudo sedang sampaitinggi dan konduktivitas sedang.

Gambar 5. Konfigurasi reflektor dari hasil analisis GPR yang dapatdikelompokkan kedalam empat unit fasies radar.

Page 7: KARAKTERISTIK ENDAPAN KUARTER DAN KEBERADAAN AIR …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 18, No. 2, November 2020

93

Unit B ini merupakan batugamping dengan tingkatpelapukan sedang atau moderately weathered.Berdasarkan hukum superposisi bahwabatugamping pada unit B ini merupakan lapisanbatugamping yang memiliki sifat fisik mudahterlapukkan disebabkan oleh posisi perlapisan inimerupakan bagian yang paling atas dan palingsering terpengaruh oleh pasang-surut muka airlaut, sehingga komposisi penyusun batuanmengalami perubahan dan terjadi pelapukan padabatuan ini yang kemudian terendapkan kembalipada siklus pengendapan berikutnya. Unit B inidapat disebandingkan dengan Batugamping Koral

(Ql) yang memiliki perlapisan hampir datar(Rosidi, 2012).

Unit C merupakan lapisan berikutnya, yangsecara posisi merupakan unit batugamping yangtidak mudah terlapukkan yang tidak terlaluterpengaruh oleh pasang-surut muka air laut. Unitini dapat disebut sebagai fresh rock daribatugamping koral yang berada di daerahpenelitian. Pada unit ini dicirikan oleh reflektorsubparalel berundulasi, konduktivitas menengahdengan amplitudo sedang. Unit ini merupakanbatugamping yang masih segar. Pada kedalaman12-13 meter terlihat pola reflektor yang cenderung

Gambar 6. Hasil pengolahan rekaman georadar pada lintasan L01 berarah Timur – Barat, pantai Batu Tua, daerahRote barat daya

Gambar 7. Hasil pengolahan rekaman georadar pada lintasan L01_1,berarah Timur-Barat, Pantai Batu Tua, daerahRote barat daya.

Page 8: KARAKTERISTIK ENDAPAN KUARTER DAN KEBERADAAN AIR …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 18, No. 2, November 2020

94

tebal jika dibandingkan dengan pola reflektorsekitarnya, hal ini menunjukkan adanyaketerdapatan muka air tanah (Peterson, 2019;Shukla, 2008; Costas, 2006) pada unit ini. Unit Cini dapat disebandingkan dengan BatugampingKoral (Ql) (Rosidi, 2012).

Unit D merupakan lapisan paling bawahdengan ciri konfigurasi reflektor subparalel –berundulasi. Karakter konfigurasi reflektor sepertiini menggambarkan jenis litologi batuan yangmemiliki fragmentasi sedang – kasar. Jikadisebandingkan dengan penelitian sebelumnyabahwa Unit D ini dapat disebandingkan denganFormasi Noele (Qtn) (Rosidi, 2012). Kandunganpasir yang ada pada lapisan ini membuatkonfigurasi reflektor yang berundulasi denganamplitudo sedang.

KESIMPULAN

Pengunaan metode GPR dengan penetrasidangkal dapat menghasilkan reflektor yangmenggambarkan kondisi bawah permukaan baikberupa litologi, struktur dan bentuk perlapisansedimen bawah permukaan, serta keberadaan airtanah. Fasies radar yang terlihat dalam rekamanGPR terbagi menjadi 4 unit fasies yaitu, Unit A :Paralel kontinyu, Unit B : Paralel kontinyuberundulasi, Unit C : Paralel – subparalel kontinyuberundulasi, Unit D : Subparalel kontinyuberundulasi. Dengan melakukan interpretasi hasilGPR diharapkan dapat membantu dalammengetahui karakteristik litologi, khususnyaendapan-endapan atau formasi berumur Kuarteryang terdapat di wilayah barat daya pesisir pantaiRote, serta dapat mengidentifikasi keberadaan airtanah di lokasi penelitian yang terdapat padakedalaman 12 – 13 meter.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yangsebesar-besarnya kepada Puslitbang GeologiKelautan, Balitbang ESDM yang telahmemberikan pendanaan dan fasiltas peralatandalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini. Terimakasih juga untuk tim survei lapangan Rote baratdaya, Pemda Kabupaten Rote-Ndao, serta semuapihak yang telah membantu dalam kegiatanpenelitian ini.

DAFTAR ACUAN

Allen, R.L., 1979. Studies In FluviatileSedimentation: Anelementary GeometricModel For The Connectedness Of Avulsion-

Related Channel Sand Bodies. SedimentaryGeology, 24, h.253-267.

Beres Jr. M., & Haeni., F.P., 1991. Application ofGround Penetrating Radar Methods inHydrogeologic Studies. Ground Water, 29(3), h.375-386.

Budiono, K., 2013. The characteristic of coastalsubsurface quartenary sediment based onGround Probing Radar (GPR) interpretationand core drilling result of Anyer coast,Banten province. Bulletin of the MarineGeology, 28 (2), h.83-93.

Budiono, K., 2013. The image of subsurfacetertiary – quartenary deposit based onGround Penetrating Radar records of SubiKecil Island coast, Natuna District, RiauArchipelago province. Bulletin of the MarineGeology, 28 (1), h.31-41.

Budiono, K., Noviadi, Y., Latuputty, G., &Hernawan U., 2012. Investigation of GroundPenetrating Radar for Detection od RoadSubsidence Northcoast of Jakarta,Indonesia. Bulletin of the Marine Geologi, 27(2), h.87-97.

Budiono, K., Handoko, Hernawan, U., & Godwin,2010. Penafsiran Struktur Geologi BawahPermukaan di Kawasan Semburan LumpurSidoarjo, Berdasarkan Penampang GroundPenetrating Radar (GPR). Jurnal GeologiIndonesia, 5 (3), h.187-195.

Budiono, K & Latuputty, G., 2008. Subsurfacegeological condition of several land coastalzone in Indonesia based on the GSSI GroundProbing Radar (GPR) record interpretation.Bulletin of the marine geology, 23 (1), h.9-17

Carrivick, J.L., 2007. GPR-Derived SedimentaryArchitecture and Stratigraphy of OutburstFlood Sedimentation Within a BedrockValley System, Hraundalur, Iceland. Journalof Environmental and EngineeringGeophysics, 12 (1), h.127-143.

Costas, S., Alfjo, I., Rial, F., Lorenzo, H. andNombela, M. A., 2006. Cyclical Evolution ofa modern transgressive sand barrier inNorthwestern Spain elucidated by GPR andaerial photos : J. Sediment. Res. 761077–1092.

Elfarabi, Widodo, A., & Syaifudin, F., 2017.Pemetaan bawah permukaan pada daerahTanggulangin, Sidoarjo denganmenggunakan metode Ground Penetrating

Page 9: KARAKTERISTIK ENDAPAN KUARTER DAN KEBERADAAN AIR …

JURNAL GEOLOGI KELAUTAN Volume 18, No. 2, November 2020

95

Radar (GPR). Jurnal Geosaintek, 3 (1), h.45-50.

Jatmiko, F. A. W., Mandang, I., & Budiono, K.,2016. Interpretasi sedimen bawahpermukaan tanah dengan menggunakanmetode GPR (Ground Penetrating Radar) didaerah pantai Kulon Progo Daerah IstimewaYogyakarta. Prosiding seminar sains danteknologi FMIPA Unmul, 1 (1), h.13-17.

Moysey, S., Rosemary, J. K., & Hary, M., 2006.Texture – based on classification of ground-penetrating radar images. Geophysics, 71,h.k111-k118

Noviadi, Y., 2014. Characteristic of shallowsubsurface lithologi based on GroundProbing radar data interpretation at Temajucoast, Sambas distric, West Kalimantanprovince. Bulletin of the Marine Geologi, 29(2), h.61-70.

Peterson, C.D. & Soliber, S.R., 2019. GroundwaterSurface (GWS) Mapping by GroundPenetrating Radar (GPR) For Use inProtecting Freshwater Habitats, WaterQuality, and Active Dune Landscapes, In theFlorence Coastal Dune Sheet, Oregon, USA.Portland, United States : Journal ofGeography and Geology; Vol. 11, No. 1;2019.

Raharjo, P., Yosi, M., 2017. The identification ofland subsidence by levelling measurementand GPR data at Tanjung Emas harbour,Semarang. Bulletin of the Marine Geology, 31(1), h.41-50.

Rosidi, H. M. D., Tjokrosapoetro, S. & Gafoer, S.,2012. Peta Geologi Lembar Kupang-Atambua, Timor, Skala 1:250.000, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Geologi(P3G), Bandung.

Shukla, Patidar & Nilesh Bhatt, 2008. Applicationof GPR in the Study of Shallow SubsurfaceSedimentary Architecture of Modwa spit,Gulf of Kachchh. Vadodara, India : Journal ofEarth System Science.

Shofyan, M. S., Hilyah, A., & Pandu, G. N. R. J.,2016. Penerapan metode very low frequencyelectromagnet (VLF-EM) untuk mendeteksirekahan pada daerah Tanggulangin, Sidoarjo.Jurnal Geosaintek, 02 (02), h.129-134.

Somantri, A. P., Arya, P., & Iryanti, M., 2016.Aplikasi metode Ground Probing Radarterhadap pola retakan di bendungan BatuTegi Lampung. Wahana Fisika, 1 (1), h.32-41.

Sjoberg, Y., Marklund, P., Pettersson, R., & Lyon,S. W., 2015. Geophysical Mapping of PalsaPeatland Permafrost. The Cryosphere, 9,h.465-478.

van Dam, R.L. & Schlager, W., 2000. IdentifyingCauses of Ground Penetrating RadarReflection Using Time-DomainReflectometry and SedimentologicalAnalyses. Sedimentology, 47, h.435-449.

van Heteren, S., Fitzgerald, D. M., Mckinlay, P. A.,& Buynevich, I.V., 1998. Radar fasies ofparaglacial barrier systems: coastal NewEngland, USA. Sedimentology, 45, h.181-200.

Yulius, M. Y., Wahyu, Y., & Oktafiani, F., 2008.Studi Pemrosesan dan Visualisasi DataGround Penetrating Radar. JurnalInformatika LIPI, 2 (1), h.1-6.

Page 10: KARAKTERISTIK ENDAPAN KUARTER DAN KEBERADAAN AIR …

JURNAL GEOLOGI KELAUTANVolume 18, No. 2, November 2020

96