Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl...

78
KARAKTERISASI DAN ANALISIS KANDUNGAN NITRAT TANAMAN PAKIS SAYUR (Pleocnemia irregularis (C. Presl) Holttum) DI KECAMATAN DRAMAGA, BOGOR Oleh FUZY NOVASARI A24051213 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

description

kandungan nitrat

Transcript of Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl...

Page 1: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

KARAKTERISASI DAN ANALISIS KANDUNGAN NITRAT

TANAMAN PAKIS SAYUR (Pleocnemia irregularis (C. Presl) Holttum)

DI KECAMATAN DRAMAGA, BOGOR

Oleh

FUZY NOVASARI

A24051213

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

RINGKASAN

FUZY NOVASARI. Karakterisasi dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman

Pakis Sayur (Pleocnemia irregularis (C. Presl) Holttum) di Kecamatan

Dramaga, Bogor. (Dibimbing oleh Herdhata Agusta dan Juang Gema

Kartika).

Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi tanaman pakis sayur

(Pleocnemia irregularis (C. Presl) Holttum), mempelajari perbedaan karakter

morfologi dan karakter pertumbuhan tanaman antar lokasi, serta menganalisis

kandungan nitrat pada jaringan tanaman pakis sayur. Penelitian dilakukan di tiga

lokasi di kecamatan Dramaga (Arboretum Fahutan, CIFOR 1, CIFOR 2) selama

bulan Oktober 2009 sampai Maret 2010.

Percobaan disusun menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu

faktor dengan lokasi sebagai faktor uji dan terdiri dari 10 ulangan untuk masing-

masing lokasi. Data kualitatif dibandingkan secara sederhana antar lokasi. Data

kuantitatif yang diperoleh dianalisis dibawah program SAS 9.1.3 dengan

menggunakan ANOVA (Uji F), dan dilanjutkan Uji Jarak Berganda Duncan

(DMRT) jika terdapat perbedaan yang nyata pada taraf 5%.

Hasil penelititan terhadap bibit Pleocnemia irregularis di tiga lokasi di

Kecamatan Dramaga menunjukkan laju pertumbuhan bibit P. irregularis di ketiga

lokasi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Karakterisasi terhadap karakter

morfologi tanaman dewasa P. irregularis di ketiga lokasi menunjukkan

Pleocnemia irregularis di lokasi CIFOR 2 memiliki ukuran terkecil untuk seluruh

karakter morfologi di antara lokasi yang diuji. Hasil analisis kandungan nitrat

(NO3-) pada fiddlehead P. irregularis di ketiga lokasi menunjukkan bahwa ketiga

lokasi memiliki nilai di bawah Acceptable Daily Intake (ADI) untuk ion nitrat

berdasarkan berat badan 60 kg dengan asumsi konsumsi harian 100g/hari. Bobot

basah panen dan tinggi fiddlehead layak panen P. irregularis di lokasi CIFOR 2

memiliki nilai yang terendah di antara lokasi yang diuji, sedangkan persentase

edible part di ketiga lokasi tidak berbeda. Rata-rata siklus panen P. irregularis di

lokasi Arboretum Fahutan, CIFOR 1, dan CIFOR 2 berturut-turut adalah 4.13,

5.37, dan 6.27 minggu. Rata-rata siklus panen P. irregularis terpendek dimiliki

oleh lokasi Arboretum Fahutan.

Page 3: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

ABSTRACT

Characterization and Nitrate Content Analysis of Pleocnemia irregularis (C.

Presl ) Holttum at Dramaga, Bogor.

Fuzy Novasari1, Herdhata Agusta

2, Juang Gema Kartika

2

1 Student of Agronomy and Horticulture, Agriculture Faculty of IPB

2 Lecture of Agronomy and Horticulture, Agriculture Faculty of IPB

The aimed of the study was to characterizing and learning the differences

of Pleocnemia irregularis character in three different places at Dramaga and to

analize nitrate content of edible part from Pleocnemia irregularis. The research

was conducted from October 2009 to March 2010 at Arboretum of Forestry

Faculty, Bogor Agricultural University (Arboretum Fahutan) as the first place

and Dramaga Research Forest of Bogor Research Centre and Forest Concervacy

for the second and third places (CIFOR 1 and CIFOR 2). The result showed that

there are no differences of qualitative character among those three location.

Based on quantitave character, P. irregularis at CIFOR 2 is the smallest than the

other location. The nitrate content of edible part P. irregularis at all of tested

locations are under the safe limit of Acceptable Daily Intake for human with 60 kg

of body weight and 100 g per day consumption. The harvest intensity of

Arboretum Fahutan are the fastest (4.13 week/ harvest) without differences in

percentage of edible part among locations.

Key words : characterization, nitrate content, Pleocnemia irregularis

Page 4: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

KARAKTERISASI DAN ANALISIS KANDUNGAN NITRAT

TANAMAN PAKIS SAYUR (Pleocnemia irregularis (C. Presl) Holttum)

DI KECAMATAN DRAMAGA, BOGOR

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

FUZY NOVASARI

A24051213

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 5: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : KARAKTERISASI DAN ANALISIS KANDUNGAN NITRAT

TANAMAN PAKIS SAYUR (Pleocnemia irregularis (C. Presl)

Holttum) DI KECAMATAN DRAMAGA, BOGOR

Nama : Fuzy Novasari

NRP : A24051213

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Herdhata Agusta Juang Gema Kartika, SP. MSi.

NIP. 19590813 198303 1 003 NIP. 19810701 200501 2 005

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr.

NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus : . . . . . . . . . . . .

Page 6: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 24 Nopember 1986 di Cianjur, Jawa Barat.

Penulis merupakan anak kedua dari pasangan (Alm.) Tamsil dan Sumartini.

Penulis menempuh pendidikan tingkat dasar di SD Negeri 09 Pagi, Kebon Baru,

Jakarta, dan lulus pada tahun 2001 dengan NEM tertinggi. Selanjutnya penulis

menyelesaikan pendidikan menengah pertamanya di SMP Negeri 30 Jakarta pada

tahun 2003. Pada tahun 2005, penulis lulus dari SMA Negeri 13 Jakarta, dan

diterima di IPB melalui jalur USMI. Setelah satu tahun menempuh Tingkat

Persiapan Bersama, penulis pun diterima di Mayor Agronomi dan Hortikultura,

Fakultas Pertanian dan mengambil Supporting Course dari beberapa Fakultas

yang berbeda.

Sepanjang masa studinya penulis aktif sebagai pengurus di Forum

Komunikasi Rohis Departemen (FKRD) Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Bogor dan sebagai sekretaris Rohis Agronomi dan Hortikultura (RAGHA) 42

pada tahun 2007-2009. Pada tahun ajaran 2008-2009 penulis juga tercatat sebagai

asisten mata kuliah Pendidikan Agama Islam.

Penulis juga aktif mengikuti beragam kepanitiaan untuk kegiatan-kegiatan

kampus maupun di luar kampus. Penulis bersama tim juga pernah mengikuti

Program Kreativitas Mahasiswa (2008) dan lolos sebagai salah satu tim yang

mendapatkan pembiayaan dari DIKTI bidang pengabdian masyarakat. Selain itu,

bersama rekan-rekannya, penulis juga kini merintis sebuah lembaga di wilayah

Bogor yang bergerak pada bidang pemberdayaan sumberdaya manusia dan

pertanian.

Page 7: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat kekuatan

yang diberikanNya sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitiannya.

Shalawat serta salam juga senantiasa tercurah pada teladan kita, Rasulullah

Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya sampai

akhir zaman.

Penelitian mengenai pakis sayur (Pleocnemia irregularis (C. Presl)

Holttum) ini terdorong oleh ketertarikan penulis terhadap tanaman hortikultura,

khususnya sayuran daun. Pakis sayur merupakan salah satu sayuran indigenous

Indonesia yang perlu mendapatkan perhatian untuk dikembangkan

Penulis menyampaikan terima kasih kepada,

1. Ibu, Mba Tanti, beserta keluarga yang atas kesabaran, pengertian, bantuan

serta dukungan tiada henti yang diberikan kepada penulis selama masa studi.

2. Dr. Ir. Herdhata Agusta dan Juang Gema Kartika, SP. MSi. atas kesabaran dan

bimbingannya selama masa penelitian dan penyelesaian skripsi.

3. Dr. Ir. Shandra Arifin Azis atas arahan dan sarannya dalam rangka

penyempurnaan skripsi ini.

4. Dr. Ir. Soewarto yang telah memberikan arahan akademik selama penulis

menempuh studi di Departemen Agronomi dan Hortikultura.

5. Bapak Zaenal dan seluruh staf lapang Hutan Penelitian Darmaga, Situgede

dan Kebun Percobaan Cikabayan atas bantuannya selama penulis melakukan

penelitian.

6. Sahabat-sahabat penulis di FKRD, FA Faperta 42, Departemen Agronomi dan

Hortikultura 42, Lingkaran Cahaya, Pragalas, K‟Kamal beserta keluarga,

Fefin, Amy, Atika, dan Erwansyah atas segala bantuan dan motivasi yang tak

pernah lelah untuk diberikan kepada penulis. Jazakumullah khairan katsiran.

Penulis berharap, penelitian ini dapat memberikan informasi berharga

terkait pengembangan pakis sayur di masa yang akan datang.

Bogor, Mei 2011

Penulis

Page 8: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

DAFTAR ISI

Halaman

PENDAHULUAN…………………………………………………………..

Latar Belakang………………………………………………………

Tujuan…………………………………………………………….....

Hipotesis…………………………………………………………….

1

1

2

2

TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….

Sayuran Indigenous………………………………………………….

Botani Pteridophyta…………………………………………………

Syarat Tumbuh………………………………………………………

Siklus Hidup Pteridophyta…………………………………………..

Pleocnemia irregularis (C. Presl) Holttum………………..………..

Nitrat (NO3-) dalam Tanaman……………………………………….

Akumulasi Nitrat pada Sayuran……………………………………..

Bahaya Nitrat Bagi Kesehatan………………………………………

Acceptable Daily Intake (ADI) Nitrat………………………………

3

3

4

6

7

8

11

11

13

13

BAHAN DAN METODE…………………………………………………..

Waktu dan Tempat…………………………………………………..

Bahan dan Alat………………………………………………………

Metode Percobaan…………………………………………………...

Pengamatan………………………………………………………….

Pemeliharaan………………………………………………………...

Analisis Data………………………………………………………...

15

15

15

15

17

20

20

HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………..........

Kondisi Umum………………………………………………………

Karakter Pertumbuhan Vegetatif Bibit P. irregularis di Ketiga

Lokasi………………………………………………………………..

Laju Pertumbuhan…………………………………………...

Tinggi Tanaman……………………………………………..

Panjang Daun………………………………………………..

Panjang Stipe………………………………………….……..

Lebar Daun …………………………………………….……

Jumlah Daun………………………………………………...

Karakter Kuantitatif Morfologi Tanaman Dewasa P. irregularis…..

Akar-Batang…………………………………………………

Frond (Blade dan Stipe)….………………………………….

Bobot Basah Total, Bobot Kering Total, dan Kadar Air

Total ………………………………………………………...

Karakter Kualitatif Tanaman Dewasa P. irregularis………………..

Fitografi Batang dan Akar…………………………………..

Fitografi Stipe……………………………………………….

Fitografi Daun……………………………………………….

Fitografi Organ Generatif…………………………………...

22

22

22

23

24

25

25

26

27

27

27

28

30

30

30

32

32

34

Page 9: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Karakter Fisiologis………………………………………………….

Analisis Kandungan Nitrat (NO3-) pada Bagian yang Dapat

Dikonsumsi (Edible Part) dari P. irregularis di Ketiga

Lokasi………………………………………………………..

Perbandingan Kandungan Nitrat Edible Part P. irregularis di

Ketiga Lokasi dengan Nilai ADI Nitrat……………………..

Karakter Organ Reproduksi Generatif………………………………

Karakter Panen P. irregularis……………………………………….

Persentase Bagian Tajuk P. irregularis……………………..

Bobot Basah dan Persentase Edible Part……………..……..

Tinggi Fiddlehead…………………………………………...

Siklus Panen…………………………………………………

37

37

38

39

40

40

41

42

43

KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………...

Kesimpulan…………………………………………………………..

Saran…………………………………………………………………

45

45

45

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….

46

LAMPIRAN………………………………………………………………… 49

Page 10: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkiraan Asupan NO3- Dari Berbagai Sumber Bahan Pangan di

Dunia…………………………………………………………………..

2. Klasifikasi Sayuran Berdasarkan Pada Kadar NO3-…………………...

3. Acceptable Daily Intake (ADI) untuk Ion Nitrat Berdasarkan Berat

Badan Manusia…………………………………….…………………..

4. Kondisi Tanah di Lokasi Hutan Penelitian Dramaga CIFOR 1 dan

CIFOR 2……………………………………………………………….

5. Rata-rata Laju Pertumbuhan Bibit P. irregularis………………...……

6. Rata-rata Tinggi Bibit (cm) P. irregularis di Ketiga Lokasi…….……

7. Rata-rata Panjang Daun (cm) P. irregularis di Ketiga Lokasi……...…

8. Rata-rata Panjang Stipe (cm) P. irregularis di Ketiga Lokasi……...…

9. Rata-rata Lebar Daun (cm) P. irregularis di Ketiga Lokasi…….……

10. Rata-rata Jumlah Daun Bibit P. irregularis di Ketiga Lokasi ………..

11. Karakter Kuantitatif Morfologi P .irregularis di Ketiga Lokasi….…..

12. Karakter Kualitatif Tanaman Dewasa Pleocnemia irregularis di

Ketiga Lokasi …………………………………………………………

13. Acceptable Daily Intake (ADI) untuk Ion Nitrat (NO3-) Berdasarkan

pada Berat Badan Manusia……………………………………………

14. Nilai Rata-Rata untuk Karakter Generatif Tanaman P. Irregularis...…

15. Rata-rata Bobot Basah Fiddlehead Layak Panen dan Persentase

Edible Part P. irregularis di Ketiga Lokasi…………………………...

16. Kerapatan Relatif (KR) P. irregularis di Ketiga Lokasi Pengamatan...

12

12

14

23

23

24

25

26

26

27

29

36

39

40

41

44

.

Page 11: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Stuktur Tumbuhan Paku Sejati..........................................................

2. Siklus Hidup Tanaman Paku Siklus Hidup Tanaman Paku..............

3. Pleonemia irregularis (C. Presl) Holttum.........................................

4. Pelabelan Tanaman P. irregularis di Lokasi …………………...….

5. Kondisi Umum Lokasi Pengamatan ……………………………….

6. Keragaan P. irregularis …………………………………...……….

7. Fitografi Bagian Daun P. irregularis di Ketiga Lokasi…………….

8. Karakter Daun P. irregularis di Ketiga Lokasi……………..……...

9. Karakter Penyebaran Sorus Pada Daun P. irregularis ……...……..

10. Karakter Organ Generatif P. irregularis…………………………..

11. Rata-rata Kandungan Nitrat P. irregularis di Ketiga Lokasi ……..

12. Persentase Bagian Tajuk P. irregularis di Ketiga Lokasi

Berdasarkan Bobot Basah Masing-Masing Bagian Tajuk………...

13. Rata-Rata Tinggi Fiddlehead Layak Panen di Ketiga Lokasi……..

14. Fiddlehead P. irregularis Layak Panen di Ketiga Lokasi………….

15. Rata-Rata Siklus Panen P. Irregularis di Ketiga Lokasi Untuk

Tiga Kali Siklus…………………………………………………….

5

7

9

16

22

31

33

33

34

35

37

41

42

43

44

Page 12: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Surat Keterangan Identifikasi Tanaman……………………………….

2. Kunci Deskripsi Tanaman……………………………………………..

3. Colour Chart……………………………………………...…………...

4. Glosarium……………………………………………………………...

5. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah…………………….……………

6. Rekapitulasi Nilai F Hitung dan Koefisien Keragaman (KK) Karakter

Pertumbuhan Bibit P. irregularis di Ketiga Lokasi …………….…….

7. Nilai F Hitung dan Koefisien Keragaman (KK) Karakter Kuantitatif

Vegetatif Tanaman Dewasa P. irregularis di Ketiga Lokasi.……...….

8. Nilai F Hitung dan Koefisien Keragaman (KK) Bobot Basah Panen,

Persentase Edible Part, Tinggi Fiddlehead Layak Panen dan Hasil

Analisis Kandungan Nitrat fiddlehead P. irregularis di Ketiga Lokasi

9. Nilai F Hitung dan Koefisien Keragaman (KK) Siklus Panen P.

irregularis di Ketiga Lokasi ….……………………………………….

10. Deskripsi Tanaman Pleocnemia irregularis…...……………………...

11. Metode Analisis Kandungan Nitrat pada Fiddlehead…………………

49

50

58

61

63

63

64

64

64

65

66

Page 13: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sayuran merupakan merupakan bagian dari diet manusia yang berfungsi

sebagai sumber vitamin, karbohidrat, dan mineral yang tidak dapat disubstitusi

dengan makanan pokok. Di beberapa daerah, ditemukan jenis sayuran asli daerah

yang telah banyak diusahakan dan dikonsumsi sejak zaman dahulu, atau sayuran

introduksi yang telah berkembang lama dan dikenal masyarakat di suatu daerah

tertentu yang biasa didefinisikan sebagai sayuran indigenous (Putrasamedja,

2005).

Salah satu sayuran indigenous yang tumbuh liar di alam dan seringkali

dimanfaatkan sebagai sayuran ialah pakis sayur. Banyak jenis pakis yang dikenal

memiliki daun yang dapat dikonsumsi sebagai sayuran. Beberapa memiliki rasa

yang sangat enak dan dijual sebagai makanan yang sangat lezat, terutama bagian

daun mudanya yang masih menggulung (fiddleheads) (de Winter and Amoroso,

2003).

Jenis pakis yang paling umum untuk dikonsumsi sebagai sayuran di

wilayah Asia Tenggara ialah „green fern’ atau Diplazium esculentum (Retz.)

Swartz, „red fern‟ atau Stenochlaena palustris (Burm. f.) Bedd, Marsilea crenata,

Nephrolepis hirsutula (G. Forst.) C. Presl, dan Pleocnemia irregularis (C. Presl)

Holttum (de Winter and Amoroso, 2003). Jenis yang terakhir disebut merupakan

jenis yang paling mudah ditemui di alam dan memiliki wilayah penyebaran yang

luas. Pleocnemia juga merupakan jenis yang paling banyak dikenal serta dijual di

pasar tradisional di daerah Jawa Barat selain Diplazium sp.

Daun pakis muda yang tumbuh secara liar telah dikonsumsi sebagai

sayuran, namun potensi budidayanya hanya menerima sedikit perhatian (Mertzo,

1999). Pakis sayur yang dikonsumsi umumnya dapat ditemui di pasar dan

diperoleh dari hasil panen di sekitar hutan. Tanaman ini belum dibudidayakan

secara komersial sehingga ketersediaannya di pasar rendah dan tidak

berkesinambungan. Tanaman pakis sayur yang merupakan salah satu plasma

nutfah yang potensial sebagai salah satu sayuran indigenous Indonesia perlu

diberdayakan dengan cara karakterisasi. Soemantri et. al., (2004) menyatakan

Page 14: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

bahwa karakterisasi merupakan kegiatan dalam rangka mengidentifikasi sifat-sifat

penting yang bernilai ekonomis, atau yang merupakan penciri dari varietas yang

bersangkutan.

Dalam usaha pengembangan tanaman pakis sayur, keamanan pakis sayur

sebagai bahan konsumsi juga patut menjadi perhatian. Sejumlah sayuran

mengakumulasi nitrat pada level yang tinggi pada bagian tertentu dari jaringan

tanaman. Menurut laporan Vermer et al. (1998), melalui aliran darah, nitrat

bereaksi dengan hemoglobin untuk membentuk methehemoglobin yang

menyebabkan transport oksigen terhambat. Methehemoglobinemia menjadi resiko

kesehatan yang besar.

Secara teoritis terdapat kaitan antara cahaya dengan kandungan nitrat

tanaman (Sirait, 2006). Terdapat kecenderungan peningkatan kandungan nitrat

pada tanaman seiring peningkatan taraf naungan (Van Eysinga, 1984), karenanya

perlu diwaspadai adanya kemungkinan terjadinya akumulasi nitrat dengan kadar

yang tinggi pada jaringan tanaman pakis sayur yang biasa tumbuh pada kondisi

naungan berat. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari karakter morfologi dan

karakter pertumbuhan tanaman pakis sayur dari beberapa aksesi serta melakukan

analisis terhadap kandungan nitrat yang terakumulasi pada jaringan tanaman

tersebut sebagai informasi dalam pengembangan tanaman pakis sayur sebagai

sayuran indigenous.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi tanaman pakis sayur

(Pleocnemia irregularis (C. Presl) Holttum), mempelajari perbedaan karakter

morfologi dan karakter pertumbuhan setiap tanaman antar aksesi, serta

menganalisis kandungan nitrat pada jaringan tanaman pakis sayur.

Hipotesis

1. Terdapat perbedaan karakter morfologi antar aksesi tanaman pakis sayur.

2. Terdapat perbedaan potensi produksi antar aksesi.

3. Terdapat akumulasi kadar nitrat yang tinggi pada jaringan tanaman pakis

sayur yang tumbuh pada kondisi naungan berat.

Page 15: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

TINJAUAN PUSTAKA

Sayuran Indigenous

Sayuran indigenous adalah sayuran asli daerah yang telah banyak

diusahakan dan dikonsumsi atau sayuran introduksi yang telah berkembang lama

dan dikenal masyarakat di suatu daerah tertentu. Sayuran indigenous biasanya

tumbuh di pekarangan rumah maupun kebun secara alami dan dimanfaatkan untuk

kepentingan keluarga, baik sebagai sayuran yang dimasak maupun lalapan. Pada

kenyataannya di daerah Jawa Barat sayuran indigenous sudah memasuki pasar di

rumah makan yang digunakan sebagai lalap. Banyak sayuran indigenous yang

berfungsi sebagai obat dari suatu penyakit manusia. Beberapa contoh sayuran

indigenous di Jawa Barat yang biasa dimanfaatkan sebagai lalapan adalah

kemangi; kecipir; roay; gambas; dan paria.

Pemanfaatan sayuran indigenous dan nilai ekonominya dari masing-

masing daerah berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh permintaan pasar maupun

keadaan geografis daerah setempat. Sayuran indigenous mempunyai peranan

untuk membantu mengatasi masalah gizi di Indonesia, terutama untuk keluarga

pra sejahtera mengingat tanaman indigenous telah beradaptasi terhadap

lingkungan setempat dengan cara budi daya yang mudah dan biaya yang murah.

Sayuran indigenous masih memerlukan kajian nilai ekonomi, potensi kandungan

gizi maupun prospek pengembangannya (Putrasamedja, 2005).

Pemanfaatan sayuran indigenous Indonesia pada umumnya dilakukan oleh

masyarakat sekitar dalam jumlah kecil dan tidak berkelanjutan. Rashid, et. al.

(2008) dalam sebuah penelitian di India menyampaikan bahwa keberadaan

tanaman-tanaman liar yang dapat dikonsumsi (edible) menghadapi ancaman

dalam habitat alaminya dari beragam aktivitas manusia. Besar pengaruhnya

bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Lima faktor utama yang

mengancam keberadaan tanaman-tanaman liar edible antara lain : jumlah

pemanenan berlebihan untuk makanan ternak, perluasan lahan pertanian,

penebangan hutan untuk bahan konstruksi dan teknologi, eksploitasi berlebihan

dari produk-produk kehutanan, serta pembakaran hutan yang tidak terkontrol.

Page 16: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Salah satu solusi untuk mengatasi pemanfaatan sayuran indigenous yang

belum optimum ini adalah melalui kegiatan eksplorasi dan koleksi (Hermanto,

2008). Tidak cukup dengan kegiatan eksplorasi saja, namun plasma nutfah yang

sudah terkoleksi harus diberdayakan dengan cara dikarakterisasi dan dievaluasi.

Karakterisasi merupakan kegiatan dalam rangka mengidentifikasi sifat-sifat

penting yang bernilai ekonomis, atau yang merupakan penciri dari varietas yang

bersangkutan. Sifat/karakter yang diamati dapat berupa karakter morfologis

(bentuk daun, bentuk buah, warna kulit biji, dan sebagainya), karakter agronomis

(umur panen, tinggi tanaman, panjang tangkai daun, jumlah anakan, dan

sebagainya), karakter fisiologis (senyawa alelopati, fenol, alkaloid, reaksi

pencoklatan, dan sebagainya), marka isoenzim, dan marka molekular (Soemantri,

et. al., 2004).

Botani Pteridophyta

Pteridophyta (paku sejati) merupakan kelompok tumbuhan paku yang

memiliki daun lebar dan helaian daunnya memiliki pertulangan daun yang

menonjol dan bercabang-cabang (Gambar 1). Daunnya berfungsi baik untuk

fotosintesis maupun reproduksi. Kebanyakan tanaman dari kelompok ini

menyukai daerah lembab. Tumbuhan paku sejati dicirikan oleh pucuk (daun

muda) yang menggulung (circinate). Daunnya secara menyeluruh dikenal sebagai

ental (frond) dan helaian anak daun terkecil disebut pinnule (Laboratorium

Taksonomi Tumbuhan, 2007).

Proses pertumbuhan daun paku-pakuan merupakan salah satu cirinya yang

paling menonjol. Pada perkembangannya, seluruh jaringan daun paku terbentuk

melalui pertumbuhan ujung yang lama dan terus menerus. Ujungnya menggulung

seperti pegas. Selama pertumbuhan, perpanjangan yang lebih cepat pada sel-sel

bagian dalam daun menyebabkan ujung tersebut lambat membuka gulungannya.

Ujung yang melengkung pada daun muda dikenal dengan istilah fiddlehead

(Sudarnadi dan Zakaria, 1984).

Pada umumnya, pada tanaman paku-pakuan dikenal dua macam daun,

yang satu disebut sporofil, bersifat fertile dan membentuk sporangia, sedangkan

daun lainnya bersifat steril, tidak membentuk sporangia dan fungsinya semata-

Page 17: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

mata vegetatif. Kondisi tanaman dengan dua jenis fungsi daun dalam satu

tanaman seperti ini disebut sebagai dimorfisme (Sudarnadi dan Zakaria, 1984).

Gambar 1. Stuktur Tumbuhan Paku Sejati (de Winter dan Amoroso, 2003)

Tak seperti tanaman lainnya yang tumbuh dari biji, paku tumbuh dari

spora yang kemudian berkembang menjadi sporofit. Spora terbentuk dalam kotak

spora (sporangium) dan biasa ditemukan di permukaan daun bagian bawah

(Thomas and Garber, 1999). Kumpulan sporangia disebut sorus (jamak : sori) dan

Page 18: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

biasanya sori terdapat pada sisi bawah daun fertile (Laboratorium Taksonomi

Tumbuhan, 2007). Pola penyebaran sori berbeda-beda tergantung pada jenis

tanaman paku (Djuita, 2007).

Syarat Tumbuh

Temperatur

Di daerah tropis, paku biasa ditemui di bawah penutupan tajuk pohon yang

rapat. Tanaman ini menyukai temperatur sejuk dan kelembaban tinggi untuk

pertumbuhannya (Thomas and Garber, 1999). Tanaman paku tumbuh baik pada

temperatur yang sesuai dengan kebutuhan jenisnya. Paku-paku yang tumbuh di

daerah tropis pada umumnya menghendaki kisaran 21-27o C untuk

pertumbuhannya (Hoshizaki and Moran, 2001).

Kelembaban

Menurut Thomas dan Garber (1999), kelembaban ialah salah satu faktor

pembatas dalam budidaya paku. Tanpa kelembaban udara yang tinggi, umumnya

paku akan tumbuh tidak sehat. Tingkat kelembaban 30% ialah persentase terendah

yang masih dapat ditoleransi oleh paku untuk pertumbuhannya. Hoshizaki dan

Moran (2001) dalam bukunya tentang budidaya paku, menyatakan bahwa

kelembaban relatif yang baik bagi pertumbuhan tanaman paku pada umumnya

berkisar antara 60-80 %.

Intensitas Cahaya

Kebanyakan tanaman paku tumbuh baik pada kondisi ternaungi. Kisaran

intensitas cahaya terbaik bagi pertumbuhan paku adalah antara 200 sampai 600

f.c. (foot-candles). Paku pada stadia dewasa membutuhkan cahaya yang lebih

banyak dibandingkan paku pada stadia yang lebih muda. Kondisi naungan yang

rapat kurang cocok bagi pertumbuhan paku. Kondisi ini dapat menyebabkan frond

memanjang dan kurus, memperlambat siklus produksinya, serta cenderung

menguning dan mati lebih cepat. Paku yang tumbuh pada intensitas cahaya rendah

namun cukup biasanya berukuran besar dan tumbuh subur. Pada kondisi cahaya

tinggi, frond tanaman paku menjadi lebih keras, lebih tebal, lebih banyak

Page 19: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

memproduksi sori, serta menjadi lebih toleran terhadap perubahan lingkungan.

Sedangkan tanaman paku yang kelebihan cahaya biasanya berukuran lebih kecil,

kurang subur, daunnya hijau menguning serta bagian tepi daunnya berwarna

cokelat (Hoshizaki and Moran, 2001).

Siklus Hidup Pteridophyta (Paku Sejati)

Gambar 2. Siklus Hidup Tanaman Paku (Conqruist, 1971 dalam Djuita,

2007)

Siklus hidup tanaman paku tidak biasa karena terdiri dari dua fase

tanaman yang berbeda. Paku yang biasa kita lihat merupakan fase generatif atau

yang biasa disebut sebagai sporofit (Thomas and Garber, 1999). Sporofit

memproduksi spora yang kemudian berkecambah membentuk rumput kecil

memasuki fase gametofit (Dickinson, 1998). Gametofitnya disebut protalus dan

bentuknya seperti hati. Siklus hidup pteridophyta ditampilkan pada Gambar 2.

Page 20: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Rhizoid, anteridia, dan arkegonia terdapat pada sisi bawah gametofit.

Anteridium menghasilkan gamet jantan dan arkegonium menghasilkan gamet

betina. Setelah gamet betina dibuahi gamet jantan, akan terbentuk zigot yang

kemudian berkembang menjadi embrio. Embrio memiliki kaki, akar primer,

batang primer, dan daun primer. Setelah sporofit baru tumbuh dan berkembang

menjadi tanaman bebas, gametofit lambat laun mengalami degenerasi dan mati.

Sporofit yang tumbuh dewasa akan menghasilkan sporangia yang memproduksi

spora (Djuita, 2007). Bergantung pada jenisnya, umumnya dibutuhkan waktu

antara 2-6 bulan sejak pembuahan terjadi sampai tunas pertama muncul (Thomas

and Garber, 1999).

Pleocnemia irregularis (C. Presl) Holttum

Pleocnemia irregularis (C. Presl) Holttum atau juga dikenal sebagai

Arcypteris irregularis (C. Presl) Ching (1940) merupakan tanaman paku yang

masuk dalam divisi Pteridophyta dan kelas Pteridopsida. Jenis ini diklasifikasikan

dalam PROSEA (1993) masuk dalam family Dryiopteridaceae. Di Indonesia,

tumbuhan ini memiliki nama lokal paku andam (Melayu); paku kapal; dan paku

kebo (Sunda), sedangkan di Malaysia, paku ini dikenal sebagai paku siar.

Darnaedi dan Praptosuwiryo memaparkan deskripsi tanaman beserta kebiasaan

tumbuhnya dalam PROSEA (2003).

Deskripsi tanaman

Pleocnemia irregularis merupakan tanaman paku berukuran besar yang

hidup di atas permukaan tanah (terrestrial). Daunnya berstruktur bipinnatifid,

dengan pinnules terbawah berukuran sangat besar. Rhizomenya (batang) pendek

dan tumbuh tegak (erect). Bagian apex dan dasar petiolenya (stipe) ditutupi oleh

sisik yang rapat. Sisiknya tipis, linear atau lanceolate dengan panjang antara 3-4

cm, dan berwarna cokelat gelap. Stipenya tegak dengan panjang berkisar antara

30-80 cm, berwarna hijau ketika hidup dan pucat ketika mengering, gelap pada

bagian dasar, tidak memiliki sisik kecuali pada bagian dasar. Keragaan P.

irregularis ditunjukkan pada Gambar 3.

Page 21: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Gambar 3. Pleonemia irregularis (C. Presl) Holttum. Keragaan Tanaman

(1); Pinna (2); Pinna dengan Sori (3); Perbesaran Lobe untuk

Menunjukkan Venasi dan Posisi Sori (4).

Helai daunnya (blade) lanceolate, berukuran panjang 50-200 cm dan

lebarnya 60-70 cm, mantap dan herbaceous. Warna blade pada umumnya hijau

terang dan menjadi cokelat jika mengering. Pada daun muda, warna daunnya lebih

pucat dan menarik perhatian. Pinnae tersusun berhadapan dan dalam jumlah yang

banyak, ukuran pinna terbawah (basal pinnae) merupakan yang terbesar. Basal

pinnae memiliki pinnule yang terletak asimetris dan mengarah ke pangkal

(basiscopic), berukuran 12-20 cm x 6 cm, tak memiliki stipe (sessile), dengan

lekukan tepi daun yang dalam, biasanya berukuran lebih panjang dari yang

lainnya.

Urat daun membentuk baris tunggal areoles yang sempit di sepanjang

kedua sisi costae dan areoles yang lebih pendek di kedua sisi costules. Sisanya,

2 3

4

5 mm

Page 22: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

seluruh bagian lamina diisi dengan 4-6 elongated areoles yang saling berhadapan.

Sori (tunggal : sorus) membulat atau seringkali membentang sepanjang urat daun

dan kadang-kadang juga confluent. Ukurannya kecil, tersebar dengan jarak yang

berdekatan, kadang berpencar teratur, dan tidak memiliki indusial.

Distribusi

P. irregularis terdistribusi dari wilayah selatan Burma (Myanmar) melalui

Asia Tenggara sampai Kepulauan Caroline, Kepulauan Solomon, dan Fiji. P.

irregularis tidak dibudidayakan secara komersial dan tidak diperdagangkan secara

internasional. Daun mudanya dikumpulkan dari alam dan dikonsumsi secara lokal

sebagai sayuran atau dijual di pasar lokal.

Manfaat

Pleocnemia irregularis (C. Presl) Holttum merupakan salah satu sayuran

indigenous yang tumbuh liar di alam dan seringkali dimanfaatkan sebagai

sayuran. Bagian daun muda yang menggulung (fiddlehead) dari paku sayur ialah

bagian yang dapat dikonsumsi. Di Asia Tenggara, daunnya yang sukulen, muda

dan masih menggulung biasa dimakan mentah sebagai salad/lalap atau dikukus

sebagai sayuran.

Bagian akar dan rhizomanya yang dihancurkan dapat diaplikasikan untuk

mengobati kulit yang terinfeksi kudis, sedangkan daun dan pucuknya yang

dimemarkan dapat digosokkan pada tubuh untuk menanggulangi demam akibat

malaria. Ekstrak rebusan daunnya efektif untuk menanggulangi diarrhoe.

Ekologi dan Perbanyakan

P. irregularis terbiasa tumbuh di permukaan hutan yang ternaungi

sebagian dan pada tepi hutan di bukit-bukit. Selain itu, juga mudah ditemukan di

sekitar perumahan dan pada areal pertanaman. P. irregularis tumbuh pada tanah

lempung berat, liat berkapur, atau tanah yang kaya akan humus berbatu, pada

ketinggian permukaan laut sampai 800 m dpl. Tumbuhan paku ini toleran

terhadap kondisi kering dibandingkan jenis paku terestrial lainnya. Jika ingin

diperbanyak, P. irregularis mudah untuk diperbanyak menggunakan spora.

Page 23: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Nitrat (NO3-) dalam Tanaman

Nitrat adalah senyawa yang pembentukannya di alam merupakan bagian

dari siklus nitrogen, sebagaimana bahan tambahan makanan yang diterima. Nitrat

memegang peranan penting dalam nutrisi dan fungsi tanaman karena potensinya

untuk terakumulasi. Faktor lingkungan dan teknik budidaya tanaman yang

mempengaruhi konsentrasi nitrat dalam tanaman, diantaranya adalah kelembaban

tanah, intensitas cahaya dan suhu udara, pupuk, varietas tanaman, dan strategi

proteksi tanaman (EFSA, 2008). Faktor lainnya yang mempengaruhi ialah

panjang hari, genangan, intensitas cahaya dan durasi pencahayaan, serta

temperatur (Lorenz, 1978). Cahaya merupakan faktor lingkungan yang paling

berpengaruh (Maynard, 1978). Menurut Sirait (2006), terdapat kecenderungan

peningkatan kandungan nitrat pada tanaman seiring peningkatan taraf naungan,

karena itu perlu diwaspadai adanya kemungkinan keracunan nitrat pada tanaman

yang tumbuh dalam kondisi naungan berat dengan taraf pemupukan yang tinggi.

Kebanyakan tanaman tingkat tinggi mengambil nitrogen dari tanah dalam

bentuk ion amonium (NH4+) atau ion nitrat (NO3

-). Nitrat adalah bentuk yang

paling sesuai dan banyak diambil oleh tanaman. Nitrat harus dirubah menjadi

amonium di dalam tanaman sebelum membentuk asam amino dan senyawa

nitrogen lainnya. Proses reduksi nitrat menjadi nitrit maupun nitrit menjadi ion

amonium memerlukan cahaya matahari. Aktivitas enzim nitrat reduktase

meningkat dengan adanya cahaya yang bekerja lewat fotosintesis. Maynard

(1978) menyatakan bahwa kebutuhan cahaya untuk mengaktifkan nitrat reduktase

tercermin pada fluktuasi harian dari konsentrasi nitrat. Peningkatan konsentrasi

nitrat berkaitan dengan intensitas cahaya. Pengurangan konsentrasi nitrat terjadi

setelah periode pencahayaan penuh.

Akumulasi Nitrat pada Sayuran

Manusia memperoleh asupan nitrat melalui berbagai cara, sebagian besar

secara eksogenetik melalui konsumsi sayuran, dan pada tingkat yang lebih sedikit

melalui air dan makanan lainnya (Tabel 1) . Nitrat juga terbentuk secara

endogenetik. Dalam kebalikan dari metabolismenya, nitrit sebagian besar berasal

dari konversi endogenetik nitrat (EFSA, 2008).

Page 24: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Tabel 1. Perkiraan Asupan NO3- dari Berbagai Sumber Bahan Pangan di

Dunia (Berdasarkan pada Berat Badan 60 Kg)

Wilayah Asupan

(mg/hari)

ADI

(µg/mg)

Kontributor utama (µg/mg)

Sayuran Air Serealia Buah

Middle Eastern 40 200 650 200 100 50

Far Eastern 28 100 450 300 150 100

Afrika 20 100 300 400 150 100

Amerika Selatan 55 250 650 150 50 100

Eropa 155 700 900 50 <50 50

Sumber : (Santamaria, 2006)

Sejumlah sayuran mengakumulasi nitrat pada level yang tinggi. Derajat

akumulasi utamanya berkaitan dengan jenis tanaman, bagian tanaman, umur

tanaman, dan jumlah nitrat yang terkandung dalam media (Lorenz, 1978).

Santamaria et al. (1999) mengurutkan bagian-bagian tanaman berdasarkan

kandungan nitratnya sebagai berikut : tangkai daun > daun > batang > akar >

inflorescence > tuber > bulb > buah > biji. Dalam penelitiannya, Santamaria

(2006) mengklasifikasikan beberapa sayuran berdasarkan pada kadar akumulasi

nitrat seperti yang ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi Sayuran Berdasarkan pada Kadar NO3- (mg kg

-1

Bobot Segar)

Sangat Rendah

(<200)

Rendah

(200-500)

Sedang

(500-1000)

Tinggi

(1000-2500)

Sangat Tinggi

(>2500)

Artichoke

Asparagus

Broad bean

Brussels sprouts

Bawang putih

Bawang bombay

Kacang hijau

Melon

Jamur

Cabai

Kentang

Summer squash

Ubi jalar

Tomat

Semangka

Brokoli

Wortel

Kembang kol

Timun

Labu

Kol

Dill

Radicchio

Kol savoy

Turnip

Seledri

Chinese cabbage

Endive

Escarole

Fennel

Kohlrabi

Daun chicory

Leek

Parsley

Seledri

Chervil

Selada air

Lamb‟s lettuce

Lettuce

Radish

Bit merah

Rocket

Bayam

Selada swiss

Sumber : Santamaria (2006).

Page 25: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Bahaya Nitrat Bagi Kesehatan

Nitrat (NO3-) dalam tubuh manusia dikonversi menjadi nitrit (NO2

-).

Dengan bantuan suatu enzym yang spesifik, nitrit berkonversi menjadi

nitrosamine yang dapat memicu kanker. Efek yang lebih berbahaya dari nitrit

adalah kemampuannya untuk bereaksi dengan haemoglobin (oxyHb) untuk

membentuk methaemoglobin (metHb) dan nitrat berdasarkan pada skema berikut

(Santamaria, 2006),

NO2- + oxyHb(Fe2

+) → metHb(Fe3

+) + NO3

-

Efek biologis utama dari nitrit pada manusia adalah pada keterlibatannya

dalam oksidasi Hb normal ke metHb yang tidak dapat mentransportasikan oksigen

pada jaringan. Penurunan transport oksigen menjadi nyata ketika konsentrasi

metHb dalam darah mencapai 10% dari konsentrasi Hb normal. Jika kadarnya

melebihi 10% maka disebut sebagai methaemoglobinaemia, yang menyebabkan

cyanosis, dan dalam konsentrasi yang tinggi menyebabkan asphyxia. Normalnya,

kadar metHb pada manusia adalah kurang dari 2%, sedangkan pada anak-anak

berusia di bawah tiga bulan, kurang dari 3% (WHO, 2007). Sampai sekarang,

nitrat disebut sebagai komponen pangan berbahaya yang dapat menyebabkan

infantile methaemoglobinaemia, karsinogenesis, dan bahkan teratogenesis

(Santamaria, 2006).

Acceptable Daily Intake (ADI) Nitrat

World Health Organization (WHO) telah menentukan Acceptable Daily

Intake (ADI) untuk ion nitrate dan nitrit. Dalam kajian terhadap toksisitas nitrat,

NOEL (no-observed-effect-level) sebesar 370 mg NO3-/kg bobot segar merupakan

nilai yang paling sesuai untuk evaluasi keamanan. Berdasarkan nilai tersebut, ADI

untuk ion nitrat (NO3-) ditetapkan sebesar 0-3.7 mg/kg berat badan (Speijers,

1996) dan sebesar 0-0.07 mg/kg berat badan yang terekspresi sebagai ion nitrit

berdasarkan pada NOEL sebesar 6.7 mg/kg bobot segar per hari untuk

pengaruhnya pada hati dan lambung dalam penelitian terhadap tikus selama 2

tahun (Speijers and van den Brandt, 2003). Toksisitas oral akut untuk nitrat pada

manusia adalah sekitar 330 mg/kg berat badan (EFSA, 2008).

Page 26: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

European Commission’s Scientific Committee for Food juga memberikan

rekomendasi terkait ADI untuk ion nitrat berdasarkan beragam berat badan

manusia seperti yang tertampil pada Tabel 3.

Tabel 3. Acceptable Daily Intake (ADI) untuk Ion Nitrat Sebagaimana

yang Direkomendasikan oleh European Commission’s

Scientific Committee for Food (1995) Berdasarkan Berat Badan

Manusia.

Berat badan (kg) ADI (mg day–1)

30 109.5

40 146.0

50 182.5

60 219.0

70 255.5

80 292.0

Sumber : European Commission’s Scientific Committee for Food (1995) dalam Santamaria, et al.

(1999)

Terdapat dua strategi dasar untuk mengurangi resiko kontak nitrosamine

sewaktu meningkatkan konsumsi sayuran, khususnya sayuran berdaun. Yang

pertama adalah mengurangi jumlah nitrat dalam menu makanan, dan yang kedua

adalah mencegah konversi nitrat menjadi nitrit di dalam tubuh. (Kennedy, 1995).

Di sisi lain, vitamin C dan berbagai antioksidan yang terkandung pada

sayur-sayuran dapat menghambat pembentukan nitrosamino (EFSA, 2008).

Vitamin C, atau asam askorbat sangat efisien dalam mencegah konversi nitrat

menjadi nitrit pada jaringan tanaman di dalam tubuh manusia. Hijauan yang

sangat kaya akan vitamin C, seperti kale, memiliki vitamin C yang cukup untuk

melindungi kita sepenuhnya terhadap nitrat yang dikandungnya (Kennedy, 1995).

Page 27: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga Maret 2010 di

tiga lokasi di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pengamatan lapang

dilakukan Arboretum Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (Arboretum

Fahutan) sebagai lokasi pertama dan Hutan Penelitian Dramaga, milik Pusat

Penelitian dan Konservasi Hutan sebagai lokasi kedua (CIFOR 1) dan lokasi

ketiga (CIFOR 2). Pengamatan laboratorium dilakukan di Laboratorium Pasca

Panen dan Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan

Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan pada penelitian ini ialah tanaman dewasa

dan bibit tanaman Pleocnemia irregularis (C. Presl) Holttum yang tumbuh alami

di ketiga lokasi, daun muda yang menggulung (fiddlehead) P. irregularis untuk

analisis kandungan nitrat, serta daun fertil untuk pengamatan karakter spora.

Bahan pendukung lain yang juga digunakan adalah aquades.

Peralatan yang digunakan antara lain penggaris, meteran gulung, Color

Chart, Horibameter C-141, camera digital, jangka sorong, alat ekstraksi, pipet

tetes, tissue, label, amplop kertas coklat, cutter, gunting, pinset, ajir bambu, tali

plastik, timbangan analitik, oven, mikroskop stereo, dan kaca preparat.

Metode Percobaan

Pelabelan Tanaman Contoh

Pemilihan tanaman contoh dilakukan secara acak dan selektif terhadap 10

bibit tanaman dan 10 tanaman dewasa P. Irregularis yang tumbuh alami di

masing-masing lokasi. Bibit P. irregularis yang dipilih adalah bibit dengan tinggi

antara 15-30 cm, sedangkan pemilihan tanaman dewasa P. Irregularis dilakukan

dengan memilih tanaman yang berukuran relatif homogen secara visual di

masing-masing lokasi. Metode ini dilakukan karena jumlah tanaman yang ada di

Page 28: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

lokasi sangat terbatas dan beragam, maka contoh tanaman diambil dari individu-

individu yang kebetulan dijumpai di lapang. Alasan lain digunakannya metode ini

adalah karena tanaman P. irregularis merupakan tanaman yang tumbuh alami di

masing-masing lokasi dan tidak diketahui umurnya. Metode seperti ini pernah

dilakukan oleh Putrasamedja (2005). Pelabelan dilakukan dengan memasang

papan label untuk tanaman dewasa dan bibit, serta dilakukan pemagaran di

sekeliling tanaman dewasa menggunakan ajir bambu dan tali plastik seperti yang

ditampilkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Pelabelan Bibit (a) dan Tanaman Dewasa P. Irregularis (b) di

Lokasi Pengamatan.

Pengamatan

Bibit Pleocnemia irregularis

Pertumbuhan Bibit

Pengamatan terhadap pertumbuhan bibit P. irregularis di masing-masing

lokasi dilakukan satu minggu sekali selama 7 minggu, ditambah pengamatan pada

minggu ke- 13. Pengamatan dimulai sejak minggu ke-1 setelah pelabelan (MSP).

Variabel kuantitatif pertumbuhan yang diamati antara lain sebagai berikut :

b a

Page 29: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

1. Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah sampai ujung daun tertinggi

yang ditegakkan.

2. Panjang daun (cm)

Panjang daun diukur dari pusat tanaman sampai ujung helai daun pada seluruh

daun dewasa yang telah membuka sempurna.

3. Lebar daun (cm)

Lebar daun diukur membujur pada bagian daun terlebar, dalam hal ini pinnae

terbawah. Lebar daun diukur pada seluruh daun dewasa yang telah membuka

sempurna.

4. Panjang stipe (cm)

Panjang stipe diukur dari pusat tanaman sampai batas pangkal helai daun pada

seluruh daun dewasa yang telah membuka sempurna.

5. Jumlah daun

Jumlah daun yang dihitung ialah daun dewasa yang telah membuka sempurna,

utuh, dan tidak layu/rusak.

6. Laju pertumbuhan mingguan

Laju pertumbuhan diperoleh dari selisih nilai karakter kuantitatif pengamatan

mingguan.

Tanaman Dewasa Pleocnemia irregularis

Karakter Morfologi

Karakterisasi dilakukan terhadap karakter morfologi P. irregularis dewasa

berdasarkan tuntunan bundel deskriptor P. irregularis (Lampiran 2) yang disusun

mengacu pada buku Penuntun Praktikum Taksonomi Tumbuhan Berpembuluh

(2007) dan disesuaikan dengan deskripsi tumbuhan pakis oleh Hoshizaki and

Moran (2001). Variabel yang diamati meliputi karakter kuantitatif dan kualitatif.

Karakter kualitatif yang diamati meliputi tipe akar-batang, tipe daun (frond

dan blade), tipe stipe, dan tipe spora. Sedangkan karakter kuantitatif yang diamati

terdiri dari panjang daun (frond), lebar daun (frond), panjang stipe, diameter stipe,

jumlah pinna per frond, panjang rachis, jumlah frond per tanaman, diameter akar-

batang, tinggi akar-batang, panjang akar, bobot basah (BB), bobot kering (BK),

Page 30: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

dan kadar air (KA). Bobot basah tanaman diperoleh dengan cara memanen

tanaman contoh P. irregularis di masing-masing lokasi di akhir pengamatan lalu

ditimbang bobot basahnya. Bobot kering tanaman diperoleh dengan cara

mengeringkan tanaman contoh menggunakan oven selama 3x24 jam dengan

temperatur 105o

C. Pengovenan dilakukan secara terpisah untuk setiap bagian

tanaman, terdiri dari bagian akar dan batang; stipe; dan blade. Kadar air adalah

selisih antara bobot basah dan bobot kering tanaman yang dihitung menggunakan

rumus sebagai berikut,

KA (%) =

x 100 %

Siklus panen

Pengamatan siklus panen dilakukan terhadap tanaman dewasa P.

Irregularis yang telah ditandai di masing-masing lokasi. Pengamatan dilakukan

setiap minggu sampai siklus panen ke-3. Siklus panen pertama dihitung sejak

minggu ke-0 pelabelan (MSP) sampai tanaman tersebut memiliki fiddlehead atau

bagian daun muda yang memenuhi kriteria panen dan layak untuk dikonsumsi.

Kriteria panen dari daun muda atau fiddlehead merupakan kriteria visual berupa

tinggi dan besar fiddlehead atau daun muda yang bersumber dari kriteria P.

irregularis yang dijual di pasaran. Kriteria ini berbeda-beda untuk masing-masing

lokasi, bergantung pada ukuran tanaman. Melalui pengamatan siklus panen ini

juga diperoleh data kriteria fiddlehead atau daun muda siap panen dan layak

konsumsi.

Karakter Agronomi Fiddlehead Panen

Karakter agronomi fiddlehead layak panen yang diamati meliputi karakter

tinggi dan bobot basah. Tinggi fiddlehead yang layak panen diukur dari pusat

tanaman tempat keluarnya fiddlehead sampai ujung fiddlehead. Bobot basah

fiddlehead panen diperoleh dengan melakukan penimbangan terhadap bobot segar

fiddlehead yang dipanen dengan menggunakan timbangan analitik.

Page 31: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Persentase Edible Part

Persentase bagian tanaman yang dapat dikonsumsi (% edible part)

diperoleh dengan membandingkan antara bobot basah (BB) bagian yang dapat

dikonsumsi dengan bobot basah brangkasan tanaman. Perhitungan yang

digunakan ialah sebagai berikut :

% edible part

x 100 %

Analisis Kandungan Nitrat (Karakter Fisiologis)

Analisis terhadap kandungan nitrat dilakukan pada bagian jaringan daun

muda atau fiddlehead dari tanaman P. Irregularis yang biasa dipanen dan

dikonsumsi. Analisis kandungan nitrat dilakukan dengan mengambil ekstrak

bagian daun muda (fiddlehead) kemudian ekstrak diuji dengan menggunakan

Horibameter C-141. Analisis dilakukan sebanyak empat kali dengan jumlah

sampel uji yang berbeda-beda pada tiap pengujian, bergantung pada ketersediaan

bahan di lapang. Gambar metode analisis kandungan nitrat dilampirkan pada

Lampiran 17.

Potensi Reproduksi Generatif

Dilakukan pengamatan mikroskopik terhadap jumlah sporangium pada

daun-daun fertil tanaman P. Irregularis di lokasi Arboretum Fahutan dan CIFOR

1, sedangkan lokasi CIFOR 2 tidak diamati karena belum masuk ke fase generatif.

Pengamatan dilakukan pada tiga helai pinna yang berada pada bagian tengah

frond. Pinna-pinna ini dipilih karena ukurannya yang relatif seragam dan

memiliki sorus yang tersebar memenuhi seluruh bagian pinna sehingga cukup

representatif. Hasil pengamatan kemudian dikonversi sehingga diperoleh potensi

reproduktif generatif tanaman di masing-masing lokasi uji berdasarkan

perhitungan berikut,

∑ SPR/tan = ∑ SPR/PN x ∑ PN/frond x ∑ FRF/tan

Page 32: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Keterangan :

∑ SPR/tan : jumlah sporangium per tanaman

∑ SPR/PN : jumlah sporangium per pinna

∑ PN/frond : jumlah pinna per frond

∑ FRF/tan : jumlah frond fertil per tanaman (sporofil)

Kerapatan Relatif (KR)

Banyaknya tanaman P. irregularis di masing-masing lokasi dihitung

dengan peubah kerapatan dan kerapatan relatif. Kerapatan (K) ialah banyaknya

individu per satuan luas dan kerapatan relatif (KR) ialah persentase jumlah

individu dari suatu jenis di suatu lokasi (Soerianegara dan Indrawan, 2005). Nilai

K dan KR diperoleh menggunakan rumus sebagai berikut :

K =

KR =

x 100 %

Pemeliharaan

Tidak dilakukan pemeliharaan khusus terhadap seluruh tanaman sampel di

masing-masing lokasi. Hal ini bertujuan agar dapat mengamati karakter asli dari

masing-masing tanaman yang tumbuh di habitat alaminya.

Analisis Data

Penelitian merupakan penelitian eksploratif yang terdiri dari kegiatan

pengamatan mingguan dan karakterisasi. Percobaan dilakukan menggunakan

Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktor dengan lokasi sebagai faktor uji

dan terdiri dari 10 ulangan untuk masing-masing lokasi. Percobaan ini

menggunakan model matematis sebagai berikut,

Yij = μ + αi + βj + εij

Page 33: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

dimana, Yij = nilai pengamatan ke-ij

μ = nilai tengah populasi

αi = pengaruh aksesi ke-i

βj = pengaruh kelompok ke-j

εij = pengaruh galat ke-ij

Informasi yang diperoleh dari kegiatan pengamatan mingguan dan

karakterisasi disusun sebagai data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif

hasil pengamatan karakter morfologi dianalisis sederhana dengan

membandingkan karakter morfologi P. irregularis di masing-masing lokasi. Data

kuantitatif hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan

analisis ragam (Uji F), dilanjutkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) jika

terdapat perbedaan yang nyata pada taraf 5%. Data diolah dibawah program SAS

9.1.3.

Page 34: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Lokasi pengamatan berjumlah tiga lokasi, yaitu Arboretum Fahutan;

CIFOR 1; dan CIFOR 2. Arboretum Fahutan merupakan hutan buatan dengan

jenis tegakan campuran, sedangkan kedua lokasi lainnya memiliki jenis tegakan

utama Pinus merkusii Jungh.et.de.Vr. (CIFOR 1) dan Hymenaea courbaril L.

(CIFOR 2). Luas masing-masing petak pengamatan sekitar 0.1 Ha. Jenis tanaman

pakis yang menjadi bahan pengamatan adalah Pleocnemia irregularis (C. Presl)

Holttum, seperti yang diterangkan pada dokumen hasil identifikasi tanaman oleh

Pusat Konservasi Tanaman Kebun Raya Bogor, LIPI (Lampiran 1).

Tipe curah hujan di Darmaga termasuk tipe A (Klasifikasi Schmidt dan

Ferguson). Curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3.552 mm dengan kelembaban

nisbi rata-rata per tahun di atas 80% dan suhu rata-rata sepanjang tahun sebesar 25

oC (Pratiwi, 2010). Kondisi ketiga lokasi pengamatan ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Kondisi Umum Lokasi Pengamatan di Arboretum Fahutan (a);

CIFOR 1 (b); dan CIFOR 2 (c).

a b

c

Page 35: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Data statistik Badan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bogor menyatakan

tanah di areal Kampus IPB Darmaga termasuk jenis latosol yang memiliki

kedalaman efektif lebih dari 90 cm dengan tekstur sedang. Lahan penelitian

berada pada ketinggian 223 m dpl dengan lahan yang datar (Pratiwi, 2010).

Kondisi tanah tergolong sangat masam dengan kandungan C dan N organik yang

rendah (berdasarkan tabel kriteria penilaian sifat kimia tanah pada Lampiran 5).

Hasil analisis tanah di lokasi percobaan ditampilkan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kondisi Tanah di Lokasi Hutan Penelitian Dramaga CIFOR 1

dan CIFOR 2

Parameter Satuan Kedalaman 0-10 cm Kedalaman 10-20 cm

Nilai Kriteria Nilai Kriteria

pH (H20) 4.2 sangat masam 4.3 sangat masam

C Organik g/kg 14.20 rendah 10.10 rendah

N Organik g/kg 1.10 rendah 1.00 rendah

Ca cmol(+)/kg 0.94 sangat rendah 1.08 sangat rendah

Mg cmol(+)/kg 0.25 sangat rendah 0.38 sangat rendah

K cmol(+)/kg 0.06 sangat rendah 0.07 sangat rendah

Na cmol(+)/kg 0.04 sangat rendah 0.06 sangat rendah

CEC cmol(+)/kg 21.58 sedang 20.23 sedang

Sumber : Laporan Pemantauan Hujan Asam di Indonesia. PUSARPEDAL-KLH. 2007

Karakter Pertumbuhan Bibit Tanaman P. irregularis di Ketiga Lokasi.

Laju Pertumbuhan

Tabel 5. Rata-rata Laju Pertumbuhan Bibit Tanaman P. irregularis di

Ketiga Lokasi pada 1-7 Minggu.

Karakter Satuan

Laju Pertumbuhan

Uji F Arboretum

Fahutan CIFOR 1 CIFOR 2

Tinggi tanaman cm minggu-1

0.36 0.33 0.16 tn

Panjang frond cm minggu-1

0.30 0.52 0.27 tn

Panjang stipe cm minggu-1

0.03 0.23 0.15 tn

Lebar daun cm minggu-1

0.15 0.16 0.06 tn

Jumlah daun helai minggu-1

0.29 0.20 0.13 tn

Keterangan : tn tidak berbeda nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%

Page 36: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Laju pertumbuhan mingguan untuk karakter-karakter agronomis bibit P.

irregularis di ketiga lokasi ditampilkan pada Tabel 5. Laju pertumbuhan P.

irregularis pada stadia bibit relatif rendah. Berdasarkan hasil uji F, pengamatan

selama 7 minggu menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata dari laju

pertumbuhan bibit P. irregularis di ketiga lokasi.

Tinggi Tanaman

Pengamatan terhadap karakter tinggi tanaman bibit P. irregularis selama 7

minggu ditambah pengamatan minggu ke-13 ditampilkan pada Tabel 6. Tinggi

bibit P. irregularis di ketiga lokasi bertambah dengan laju 0.36 cm minggu-1

(Arboretum Fahutan), 0.33 cm minggu-1

(CIFOR 1), dan 0.16 cm minggu-1

(CIFOR 2) (Tabel 5).

Tabel 6. Rata-rata Tinggi Bibit (cm) P. irregularis di Ketiga Lokasi.

Lokasi Pengamatan Minggu Ke-

1 2 3 4 5 6 7 13

Arboretum Fahutan 24.28 24.24 25.57 25.46 25.28ab 25.65ab 26.41ab 28.80a

CIFOR 1 27.24 26.27 26.50 27.35 27.76a 29.12a 29.22a 31.72a

CIFOR 2 20.63 21.08 21.58 20.15 21.43b 21.74b 21.57b 21.77b

Uji F tn tn tn tn * * * **

Keterangan : tn tidak nyata, * nyata pada taraf 5%, ** sangat nyata pada taraf 1%. Angka yang diikuti huruf yang berbeda

pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Hasil uji F terhadap karakter tinggi tanaman untuk bibit P. irregularis

menunjukkan tidak terdapat perbedaan tinggi tanaman antara ketiga lokasi sampai

minggu ke-4. Hasil uji jarak berganda Duncan menunjukkan terdapat perbedaan

yang nyata antara tinggi bibit P. irregularis di lokasi CIFOR 1 dengan CIFOR 2

pada minggu ke-5 sampai minggu ke-7. Pada minggu ke-13, perbedaan yang

sangat nyata terlihat pada tinggi bibit P. irregularis di lokasi CIFOR 2, bibit di

CIFOR 2 memiliki tinggi bibit terendah di antara lokasi lainnya. Bibit tanaman P.

irregularis di lokasi Arboretum Fahutan tidak berbeda dengan kedua lokasi

lainnya sepanjang masa pengamatan kecuali pada minggu ke-13. Hasil

rekapitulasi uji F terhadap karakter tinggi bibit P. irregularis di ketiga lokasi

dilampirkan pada Lampiran 6.

Page 37: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Panjang Daun

Pengamatan terhadap karakter panjang daun bibit P. irregularis selama 7

minggu ditambah pengamatan minggu ke-13 ditampilkan pada Tabel 7. Panjang

daun bibit P. irregularis di ketiga lokasi bertambah dengan laju 0.30 cm minggu-1

(Arboretum Fahutan), 0.52 cm minggu-1

(CIFOR 1), dan 0.27 cm minggu-1

(CIFOR 2) (Tabel 5).

Tabel 7. Rata-rata Panjang Daun (cm) P. irregularis di Ketiga Lokasi.

Lokasi Pengamatan Minggu Ke-

1 2 3 4 5 6 7 13

Arboretum Fahutan 20.68 20.85 20.77 21.45 21.39 22.07ab 22.28 21.93b

CIFOR 1 20.95 21.77 22.43 22.26 22.11 23.91a 24.08 26.86a

CIFOR 2 17.26 17.84 18.37 17.35 18.86 17.89b 18.89 19.17b

Uji F tn tn tn tn tn * tn **

Keterangan : tn tidak nyata, * nyata pada taraf 5%, ** sangat nyata pada taraf 1%. Angka yang diikuti huruf yang berbeda

pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Hasil uji F terhadap karakter panjang daun untuk bibit P. irregularis antara

lokasi menunjukkan tidak terdapat perbedaan panjang daun selama masa

pengamatan, kecuali pada minggu ke-6 dan minggu ke-13. Hasil uji jarak

berganda Duncan menunjukkan terdapat perbedaan panjang daun P. irregularis

antara lokasi CIFOR 1 dan CIFOR 2 pada minggu ke-6, sedangkan pada minggu

ke-13, perbedaan yang sangat nyata terlihat pada lokasi CIFOR 1. Bibit P.

irregularis di CIFOR 1 memiliki panjang daun terpanjang di antara kedua lokasi

lainnya. Hasil rekapitulasi uji F terhadap karakter panjang daun P. irregularis di

ketiga lokasi dilampirkan pada Lampiran 6.

Panjang Stipe

Pengamatan terhadap karakter panjang stipe bibit P. irregularis selama 7

minggu ditambah pengamatan minggu ke-13 ditampilkan pada Tabel 8. Panjang

stipe bibit P. irregularis di ketiga lokasi bertambah dengan laju 0.03 cm minggu-1

(Arboretum Fahutan), 0.23 cm minggu-1

(CIFOR 1), dan 0.15 cm minggu-1

(CIFOR 2) (Tabel 5).

Page 38: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Tabel 8. Rata-rata Panjang Stipe (cm) P. irregularis di Ketiga Lokasi.

Lokasi Pengamatan Minggu Ke-

1 2 3 4 5 6 7 13

Arboretum Fahutan 12.49 13.14 13.48 15.13 12.32 12.72 12.67 12.57

CIFOR 1 10.43 10.52 10.88 10.44 11.39 11.75 11.78 12.38

CIFOR 2 9.15 9.55 9.76 9.58 9.99 9.80 10.04 9.89

Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn

Keterangan : tn tidak berbeda nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%

Rata-rata panjang stipe pada awal pengamatan hingga akhir tidak memiliki

perubahan yang signifikan. Hal ini pun didukung oleh hasil uji F terhadap

karakter panjang stipe bibit P. irregularis antar lokasi di Arboretum Fahutan,

CIFOR 1, dan CIFOR 2 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata

sepanjang masa pengamatan. Hasil rekapitulasi uji F terhadap karakter panjang

stipe P. irregularis di ketiga lokasi dilampirkan pada Lampiran 6.

Lebar Daun

Pengamatan terhadap karakter lebar daun bibit P. irregularis selama 7

minggu ditambah pengamatan minggu ke-13 ditampilkan pada Tabel 9. Lebar

daun bibit P. irregularis di ketiga lokasi bertambah dengan laju 0.15 cm minggu-1

(Arboretum Fahutan), 0.16 cm minggu-1

(CIFOR 1), dan 0.06 cm minggu-1

(CIFOR 2) (Tabel 5).

Tabel 9. Rata-rata Lebar Daun (cm) P. irregularis di Ketiga Lokasi.

Lokasi Pengamatan Minggu Ke-

1 2 3 4 5 6 7 13

Arboretum Fahutan 8.97b 9.44 9.93 9.46b 9.80b 9.98b 9.87b 11.04b

CIFOR 1 11.47a 11.64 11.82 11.84a 12.09a 12.78a 12.39a 13.36a

CIFOR 2 8.65b 8.61 8.64 8.82b 8.97b 8.30b 8.99b 9.30b

Uji F * tn tn * ** ** * ** Keterangan : tn tidak nyata, * nyata pada taraf 5%, ** sangat nyata pada taraf 1%. Angka yang diikuti huruf yang berbeda

pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Hasil uji jarak berganda Duncan terhadap karakter lebar daun untuk bibit

P. irregularis antar lokasi menunjukkan perbedaan yang nyata kecuali pada

Page 39: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

minggu ke-2 dan ke-3. Perbedaan yang sangat nyata terlihat pada minggu ke- 5, 6,

dan 13 pada lokasi CIFOR 1. Lebar daun bibit P. irregularis di lokasi CIFOR 1

tertinggi di antara lokasi uji lainnya sepanjang masa pengamatan, sedangkan lebar

daun bibit P. irregularis di lokasi Arboretum Fahutan dan CIFOR 2 tidak berbeda.

Hasil rekapitulasi uji F terhadap karakter lebar daun P. irregularis di ketiga lokasi

dilampirkan pada Lampiran 6.

Jumlah Daun

Jumlah daun bibit P. irregularis di ketiga lokasi bertambah dengan laju

0.29 cm minggu-1

(Arboretum Fahutan), 0.20 cm minggu-1

(CIFOR 1), dan 0.13

cm minggu-1

(CIFOR 2) (Tabel 5). Hasil uji F terhadap karakter jumlah daun

untuk bibit P. irregularis antara ketiga lokasi tidak menunjukkan hasil yang

berbeda sepanjang masa pengamatan (Tabel 10). Hasil rekapitulasi uji F terhadap

karakter jumlah daun P. irregularis di ketiga lokasi dilampirkan pada Lampiran 6.

Tabel 10. Rata-rata Jumlah Daun Bibit P. irregularis di Ketiga Lokasi.

Lokasi Pengamatan Minggu Ke-

1 2 3 4 5 6 7 13

Arboretum Fahutan 3.8 3.9 4.2 4.4 4.7 5.1 5.6 5.7

CIFOR 1 4.4 4.5 4.5 5.0 5.4 5.6 5.6 4.9

CIFOR 2 3.3 3.5 4.5 3.6 3.8 4.2 4.1 4.1

Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn

Keterangan : tn tidak berbeda nyata berdasarkan uji F pada taraf 5%

Karakter Kuantitatif Morfologi Tanaman Dewasa Pleocnemia irregularis di

Ketiga Lokasi.

Akar-Batang

Hasil karakterisasi terhadap akar-batang tanaman dewasa P. irregularis di

lokasi Arboretum Fahutan, CIFOR 1, dan CIFOR 2 dan hasil uji jarak berganda

Duncan antar pasangan lokasi ditampilkan pada Tabel 11. Berdasarkan hasil uji

jarak berganda Duncan, terdapat perbedaan yang sangat nyata antar lokasi untuk

karakter tinggi akar-batang dan diameter akar-batang. Akar-batang P. irregularis

Page 40: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

di CIFOR 2 memiliki diameter terkecil di antara keseluruhan lokasi, sedangkan

antara kedua lokasi lainnya tidak berbeda. Arboretum Fahutan memiliki nilai rata-

rata tertinggi untuk karakter tinggi akar-batang antara lokasi yang diuji,

sedangkan di lokasi CIFOR 1 dan CIFOR 2 tidak terdapat perbedaan yang nyata.

Tidak ditemukan perbedaan yang nyata di antara ketiga lokasi untuk karakter

panjang akar. Rekapitulasi hasil uji F terhadap karakter akar-batang tanaman

dewasa Pleocnemia irregularis di ketiga lokasi ditampilkan pada Lampiran 7.

Frond (Blade dan Stipe)

Hasil karakterisasi terhadap frond (daun) tanaman dewasa P. irregularis di

lokasi Arboretum Fahutan, CIFOR 1, dan CIFOR 2 dan hasil uji jarak berganda

Duncan terhadap variabel-variabel kuantitatif karakter daun P. irregularis antara

ketiga lokasi ditampilkan pada Tabel 11. Berdasarkan karakter panjang blade,

lebar frond, diameter stipe, jumlah pinna, dan jumlah frond per tanaman, hasil uji

jarak berganda Duncan menunjukkan terdapat perbedaan yang sangat nyata

terhadap ukuran frond antara P. irregularis di ketiga lokasi. CIFOR 2 memiliki

nilai rata-rata terendah untuk keseluruhan karakter uji, sedangkan P. irregularis di

lokasi Arboretum Fahutan dan CIFOR 2 tidak memiliki perbedaan yang nyata.

Hasil uji jarak berganda Duncan terhadap karakter panjang stipe dan panjang

rachis menunjukkan perbedaan yang sangat nyata antar lokasi. Pleocnemia

irregularis di lokasi CIFOR 1 memiliki nilai rata-rata tertinggi untuk kedua

karakter tersebut, sedangkan nilai terendah dimiliki oleh P. irregularis di lokasi

CIFOR 2. Rekapitulasi hasil uji F terhadap karakter frond tanaman dewasa

Pleocnemia irregularis di ketiga lokasi ditampilkan pada Lampiran 7.

Page 41: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Tabel 11. Karakter Kuantitatif Morfologi Pleocnemia irregularis di Ketiga Lokasi.

Keterangan : Nilai yang dicetak tebal pada baris yang sama merupakan nilai terendah dan tertinggi yang ditemui di antara keseluruhan tanaman contoh.

tn tidak nyata, * nyata pada taraf 5%, ** sangat nyata pada taraf 1% pada uji F. Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Karakter Arboretum Fahutan CIFOR 1 CIFOR 2

Uji F Rataan

Total Rataan Kisaran Rataan Kisaran Rataan Kisaran

Panjang Akar (cm) 37.58 24.50-50.60 38.69 19.30-67.70 36.98 25.00-60.30 tn 38.14

Tinggi Akar-Batang (cm) 14.97a 9.00-24.00 11.72b 8.00-17.00 10.44b 8.00-14.50 ** 12.22

Diameter Akar-Batang (mm) 4.400a 3.095-5.455 3.912a 2.445-4.785 3.111b 2.015-3.605 ** 3.81

Diameter Stipe (mm) 0.596a 0.502-0.705 0.572a 0.335-0.725 0.388b 0.325- 0.465 ** 0.52

Panjang Stipe (cm) 32.31b 22.00-44.60 45.40a 39.00-61.00 24.99c 17.00-37.00 ** 34.65

Panjang Rachis (cm) 7.65b 6.00-8.70 9.20a 7.50-13.20 5.91c 4.50-7.20 ** 7.62

Panjang Blade (cm) 64.11a 50.60-81.30 70.37a 45.00-85.80 47.70b 30.00-57.50 ** 60.81

Lebar Fornd(cm) 35.74a 22.10-46.30 36.47a 29.30-47.50 28.76b 25.60-33.90 ** 33.74

Jumlah Pinna /Frond 16.60a 13.00-21.00 16.11a 7.00-25.00 12.00b 11.00-15.00 * 14.50

Jumlah Frond /Tanaman 6.33a 4.00-8.00 7.00a 5.00-10.00 4.78b 3.00-7.00 ** 5.96

Jumlah Sporofil 0.75 0.00-2.00 0.75 0.00-2.00 - - - -

Bobot Basah Total (g) 304.65a 118.81-481.21 284.47a 79.51-418.60 118.56b 80.45-164.05 ** 235.89

Bobot Kering Total (g) 94.06a 31.68-145.30 62.86b 41.15-85.11 40.35c 31.55-48.44 ** 65.76

Kadar Air Total (%) 69.10 60.79-73.69 73.42 48.25-86.68 65.29 58.72-70.97 tn 69.27

Bobot Basah/Bobot Kering 3.29b 2.55-3.80 4. 47a 1.93-7.51 2.92b 2.42-3.44 ** 3.56

Rasio Tajuk-Akar 0.42b 0.15-0.91 1.47a 0.45-2.20 0.53b 0.43-0.68 ** 0.81

Page 42: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Bobot Basah Total, Bobot Kering Total, dan Kadar Air Total

Hasil karakterisasi dan uji jarak berganda Duncan terhadap karakter bobot

basah total, bobot kering total, kadar air total, bobot basah per bobot kering, dan

rasio tajuk-akar tanaman dewasa P. irregularis antar pasangan lokasi ditampilkan

pada Tabel 11. Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan, ditemukan

perbedaan yang sangat nyata untuk seluruh karakter, kecuali karakter kadar air

total yang memiliki nilai rata-rata yang tidak berbeda antar ketiga lokasi uji.

CIFOR 2 memiliki nilai terendah untuk karakter bobot basah total, sedangkan

antar kedua lokasi lainnya tidak berbeda. Perbedaan yang sangat nyata antara

ketiga lokasi uji terlihat pada karakter bobot kering total tanaman. Nilai tertinggi

dimiliki oleh Arboretum Fahutan, sedangkan nilai rata-rata terendah dimiliki oleh

CIFOR 2. Bobot basah per bobot kering serta rasio tajuk-akar P. irregularis di

lokasi CIFOR 1 merupakan yang tertinggi di antara ketiga lokasi uji, sedangkan

kedua lokasi lainnya tidak memiliki perbedaan yang nyata. Rekapitulasi hasil uji F

terhadap karakter-karakter tersebut ditampilkan pada Lampiran 7.

Karakter Kualitatif

Pleoicnemia irregularis merupakan jenis tumbuhan paku sejati yang

Tumbuh di tanah (terrestrial). Berdasarkan bentuknya, P. irregularis masuk pada

kategori tumbuhan tidak berkayu atau terna (herbaceous). Sedangkan

berdasarkan umurnya, digolongkan sebagai tanaman tahunan (perennial).

Keragaan tanaman dewasa P. irregularis ditampilkan pada Gambar 6a.

Rekapitulasi karakter kualitatif morfologi P. irregularis di ketiga lokasi

pengamatan ditampilkan pada Tabel 12.

Fitografi Batang dan Akar

Bentuk batang yang ditemukan pada P. irregularis yang tumbuh alami di

Arboretum Fahutan, CIFOR 1, dan CIFOR 2 ialah tegak (erect). Bagian atas

batang padat ditutupi oleh petiole (stipe) dan sisik (scale) yang tipis berwarna

cokelat kemerahan, sedangkan bagian bawah dipenuhi oleh akar serabut berwarna

cokelat kehitaman. Bagian ujung batang memproduksi fiddlehead yang akan

Page 43: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

tumbuh menjadi daun, sedangkan ke arah bawah memproduksi akar. Karena

fungsinya yang penting inilah bagian ujungnya ditutupi dengan padat oleh sisik.

Gambar 6. Keragaan P. irregularis (a); Bentuk Akar-Batang P.

irregularis (b); Ilustrasi Susunan Stipe pada Batang (c);

Bentuk Stipe P. irregularis (d).

Stipe tersusun berseling pada batang. Batang akan semakin tinggi seiring

dengan pertambahan stipe, seperti diilustrasikan pada Gambar 6c. Makin tinggi

batang menunjukkan makin tua umur dari tumbuhan pakis tersebut. Tinggi dan

besar batang P. irregularis di ketiga lokasi yang beragam menunjukkan bahwa

umur tumbuhan pakis di ketiga lokasi tersebut tidaklah sama.

Akar P. irregularis yang ditemukan di ketiga lokasi tumbuh dari batang.

Akarnya halus, berserabut dan memiliki percabangan tertier yang padat.

Warnanya cokelat gelap dan akar-akarnya yang besar ditutupi oleh bulu-bulu

halus kemerahan. Akarnya tumbuh dekat dengan permukaan tanah.

a

c d b

Page 44: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Fitografi Stipe

Stipe tumbuh tegak berseling pada batang. Bentuknya persegi dan

berwarna gelap pada bagian dasar. Secara umum, warna stipe yang ditemukan

pada keseluruhan sampel di ketiga lokasi adalah hijau, namun juga ditemukan

variasi terutama pada bagian dasar stipe yang umumnya berwarna cokelat gelap

bahkan cokelat kemerahan. Variasi ini ditemui pada 1 tanaman sampel di lokasi

Arboretum Fahutan, 5 tanaman di lokasi CIFOR 1, dan 1 tanaman di CIFOR 2.

Pada masa hidup, warna stipe hijau dan akan berubah pucat jika mengering.

Variasi warna ini diduga dipengaruhi oleh umur tanaman. Pada bagian dasar, stipe

padat dipenuhi oleh sisik tipis yang berwarna cokelat kemerahan.

Fitografi Daun

Keseluruhan daun pakis disebut frond, terdiri atas stipe (tangkai daun) dan

blade (helai daun). Daunnya (blade) tersusun atas sejumlah anak daun (pinna)

yang terletak berhadapan pada tangkai daunnya. Makin ke ujung, ukuran pinna

makin mengecil dan pangkal-pangkalnya menyatu. Ujung daunnya membentuk

seperti mata anak panah.

Pinna yang paling bawah berukuran sangat besar dan memiliki variasi

bentuk membentuk anak pinna atau disebut pinnules. Kehadiran pinnules pada

pasangan pinna terbawah ini membuat helai daun berbentuk seperti sayap kupu-

kupu. Bentuk daun seperti ini disebut bipinnatifid.

Ditemukan dua variasi bentuk tepi daun P. irregularis di lokasi Arboretum

Fahutan, yaitu crenate dan lobed. Jenis tepi daun crenate bergelombang dengan

lekukan dangkal, sedangkan jenis tepi daun lobed bergelombang dengan lekukan

yang dalam. P. irregularis dengan tepi daun lobed ditemukan lebih banyak

jumlahnya (7 tanaman) daripada bentuk crenate (3 tanaman) dari keseluruhan

sampel. Sedangkan bentuk tepi daun P. irregularis yang ditemukan di CIFOR 1

dan CIFOR 2 keseluruhannya lobed.

Bagian ujung-ujung helai daun (blade maupun pinna) P. irregularis yang

ditemukan di ketiga lokasi bentuknya meruncing (acuminate). Sedangkan bagian

pangkalnya bentuknya asimetris (oblique), salah satu bagian sisinya lebih pendek

Page 45: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

dari sisi yang lain. Bentuk-bentuk ujung dan pangkal daun seperti ini ditemui pada

semua sampel tanaman (Gambar 7).

Gambar 7. Fitografi Bagian Daun P. irregularis di Ketiga Lokasi. Tepi

Daun Crenate (a); Lobed di Arboretum Fahutan (b); CIFOR 1

(c); CIFOR 2 (d); Bentuk Ujung Daun Acuminate (e), Bentuk

Pangkal Daun Oblique (f).

Gambar 8. Karakter Daun P. irregularis di Ketiga Lokasi. Tipe

Pertulangan Daun dan Warna Permukaan Daun Bagian Atas

(Kiri) dan Bawah (Tengah); Permukaan Daun Gundul Dilihat

di Bawah Mikroskop (Kanan).

Pleocnemia irregularis yang ditemui di ketiga lokasi memiliki tipe

pertulangan daun (venasi) utama yang sederhana dan menjala (areolate) di antara

venasinya. Permukaan daun P. irregularis bagian atas berwarna hijau terang,

f e

d c

b a

f

Page 46: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

sedangkan permukaan bawahnya berwarna hijau kecoklatan. P. irregularis

memiliki permukaan daun yang gundul atau glabrous. Karakter venasi, warna

daun, serta permukaan daun seperti ini ditemui pada sampel P. irregularis di

ketiga lokasi (Gambar 8).

Fitografi Organ Generatif

Tanaman pakis bereproduksi secara generatif menggunakan spora. Spora

diproduksi dalam kotak spora (sporangium). Kumpulan kotak spora disebut sorus.

Pola penyebaran sorus menjadi karakter spesifik bagi beragam jenis pakis. P.

irregularis memiliki sorus yang membulat dan terletak pada permukaan bawah

daun. Sorus muncul sepanjang urat-urat daun yang halus di antara venasi utama,

menyebar tidak teratur, rapat, dan berukuran kecil (Gambar 9).

Hanya tanaman sampel P. irregularis di lokasi Arboretum Fahutan dan

CIFOR 1 yang memiliki daun fertil (sporofil). Sedangkan tanaman P. irregularis

di lokasi CIFOR 2 belum memasuki fase generatif. Keberadaan spora pada daun

tanaman P. irregularis yang sudah memasuki fase generatif tidak selalu tersedia

sepanjang tahun. Diduga kemunculan spora ini dipengaruhi oleh kondisi iklim.

Pengamatan terhadap karakter spora pada P. irregularis di lokasi Arboretum

Fahutan dan CIFOR 1 diamati pada akhir bulan Maret dan awal bulan April 2010.

Gambar 9. Karakter Penyebaran Sorus pada Daun P. irregularis.

Penyebaran Sorus Dilihat dari Permukaan Bawah Daun

(Kiri); Letak Sorus pada Venasi Daun Dilihat dari Permukaan

Atas Daun (Kanan).

Sorus yang berisi spora yang belum matang biasanya berwarna hijau,

sedangkan yang sudah matang berwarna cokelat kehitaman (Gambar 10a dan b).

Sorus yang sudah menyebarkan sporanya berwarna cokelat terang. Kotak spora P.

Page 47: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

irregularis yang ditemukan pada sampel di lokasi Arboretum Fahutan dan CIFOR

1 tidak memiliki indusia. Indusia merupakan selaput yang menutupi sorus dan

melindungi kotak spora.

Gambar 10. Karakter Organ Generatif P. irregularis. Sorus dengan Kotak

Spora yang Belum Matang (a); Sorus dengan Kotak Spora

Matang dan Siap Berpencar (b); Potongan Melintang Daun

Bersorus di Bawah Mikroskop (c); Bentuk Kotak Spora

dengan Posisi Annulus Vertikal (d); dan Bentuk Spora

Monolate (e).

Kotak sporanya memiliki annulus dengan posisi vertikal (Gambar 10d).

Annulus adalah cincin berwarna gelap yang mengitari kotak spora dan berfungsi

seperti pelontar spora yang akan membuat spora berpencar jika cincin annulus

pecah (Hoshizaki dan Moran, 2001). Sistem kerja annulus ini, seperti yang

diuraikan oleh Sudarnadi dan Zakaria (1984) dipengaruhi oleh kadar air kotak

a b

e

c

d

Page 48: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

spora. Dengan kasat mata, spora yang matang terlihat seperti debu-debu halus

kecoklatan. Di bawah mikroskop, terlihat spora P. irregularis berbentuk seperti

kacang-kacangan. Bentuk seperti ini disebut monolate. Sporanya berwarna

cokelat. Menurut Hoshizaki dan Moran (2001), spora berwarna selain warna hijau

biasanya memiliki viabilitas yang baik selama beberapa tahun, namun memiliki

waktu germinasi yang lebih lambat.

Tabel 12. Rekapitulasi Karakter Kualitatif Tanaman Dewasa

Pleocnemia irregularis di Ketiga Lokasi.

Karakter Arboretum

Fahutan CIFOR 1 CIFOR 2

Percabangan Akar tertier tertier tertier

Warna Akar cokelat gelap cokelat gelap cokelat gelap

Bentuk Stipe persegi persegi persegi

Warna Stipe hijau tua

kekuningan

hijau tua

kekuningan

hijau tua

kekuningan

Arah Tumbuh erect erect erect

Rambut - - -

Sisik + + +

Tipe Daun bipinnate bipinnate bipinnate

Bentuk Daun pinnatifid, pinnatifid, pinnatifid,

pangkal menyatu pangkal menyatu pangkal menyatu

Pangkal Daun oblique oblique oblique

Ujung Daun acuminate acuminate acuminate

Tepi Daun lobed, crenate lobed lobed

Pertulangan Daun menjala menjala menjala

Permukaan Daun gundul gundul gundul

Kedudukan pinna berhadapan berhadapan berhadapan

Warna Daun Bagian

Atas hijau hijau hijau

Warna Daun Bagian

Bawah hijau kekuningan hijau kekuningan hijau kekuningan

Kedudukan sorus membulat membulat membulat

indusia - - -

posisi anulus vertikal vertikal vertikal

bentuk spora monolate monolate monolate

Keterangan : (-) tidak ada; (+) ada

Page 49: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Analisis Kandungan Nitrat (NO3-) pada Bagian yang Dapat Dikonsumsi

(edible part) dari P. irregularis di Ketiga Lokasi.

Rata-rata kandungan nitrat dari bagian yang dapat dikonsumsi (edible

part) P. irregularis di ketiga lokasi ditampilkan pada Gambar 11. Jumlah sampel

yang diuji pada tiap pengujian beragam bergantung pada ketersediaan bahan uji di

lapang karena kemunculan fiddlehead (edible part) untuk P. irregularis di

masing-masing lokasi tidak serempak. Dilakukan empat kali pengujian dengan

rentang waktu antar pengujian satu minggu.

Gambar 11. Rata-rata Kandungan Nitrat pada Edible part P. irregularis di

Ketiga Lokasi. Angka yang Diikuti Huruf yang Sama

Menunjukkan Tidak Berbeda Nyata Berdasarkan Uji Jarak

Berganda Duncan pada Taraf 5 %.

Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan antar lokasi yang diamati

menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata kandungan nitrat pada edible part P.

irregularis di ketiga lokasi. Kandungan tertinggi dimiliki oleh edible part di

lokasi CIFOR 2, sedangkan yang terendah di lokasi CIFOR 1. Menurut Lorenz

(1978), derajat akumulasi nitrat pada sejumlah sayuran utamanya berkaitan

dengan jenis tanaman, bagian tanaman, umur tanaman, dan jumlah nitrat yang

terkandung dalam media. Tanaman P. irregularis di lokasi CIFOR 2 berada pada

fase vegetatif sedangkan di kedua lokasi lainnya sudah memasuki fase generatif.

Perbedaan umur/fase tanaman di ketiga lokasi ini diduga mempengaruhi nilai

NO3- yang terkandung pada sampel uji.

51.65ab

38.08a

56.81b

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

Arboretum

Fahutan

CIFOR 1 CIFOR 2Rata

-ra

ta N

O3-

(mg 1

00

-1g

)

Lokasi Uji

Page 50: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Selain karena faktor dari tanaman tersebut, variasi kandungan nitrat pada

edible part P. Irregularis di ketiga lokasi uji juga diduga dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan. Seperti yang dikemukakan oleh Maynard (1978), komponen

lingkungan mempengaruhi penyerapan nitrat oleh tanaman, asimilasi nitrat, atau

pertumbuhan tanaman yang dapat mempengaruhi fluktuasi konsentrasi nitrat pada

seluruh bagian tanaman. Cahaya merupakan faktor lingkungan yang paling

berpengaruh. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Lorenz (1978),

bahwa faktor lain yang mempengaruhi derajat akumulai nitrat pada sayuran ialah

panjang hari, genangan, intensitas cahaya dan durasi pencahayaan, serta

temperatur (Lorenz, 1978). Kondisi lingkungan (jenis tegakan penaung, kondisi

lingkungan, dan intensitas naungan) dari masing-masing lokasi uji dapat dilihat

pada Bab Kondisi Umum.

Tidak dilakukan pengujian terhadap bagian lain dari P. irregularis di

ketiga lokasi. Namun berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan

terhadap sejumlah sayuran, kadar akumulasi ion nitrat untuk bagian tanaman yang

berbeda menunjukkan nilai yang beragam. Hasil penelitian di Italy terhadap 26

jenis sayuran dan buah di pasar selama 15 bulan menunjukkan bahwa sayuran

daun mengandung nitrat dalam kadar yang lebih tinggi dibandingkan sayuran dari

jenis pucuk, umbi lapis, umbi akar, umbi batang, dan sayuran berbunga

(Santamaria et al., 1999). Ditemukan perbedaan yang nyata kandungan nitrat dari

daun, batang, dan bagian yang dapat dikonsumi dari chingentsai dan tahtsai antara

musim panas dan musim dingin ( Shimada dan Ko, 2004). Penelitian serupa oleh

Anjana et al, (2007) juga menunjukkan hasil yang sama.

Perbandingan Antara Kandungan Nitrat Edible Part P. Irregularis di Ketiga

Lokasi dengan Nilai Batas Acceptable Daily Intake (ADI) untuk Nitrat.

Sejak SCF (Scientific Committee on Food ) menentukan nilai ADI

(Acceptable Daily Intake ) untuk ion nitrat (NO3-) berdasarkan berat badan

manusia, yaitu 3.65 mg/kg berat badan/hari, setara dengan 219 mg/hari untuk

manusia dengan berat badan 60 kg (European Commission’s Scientific Committee

Page 51: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

for Food, 1995 dalam Santamaria, et al., 1999), penting untuk mengetahui nilai

ADI untuk beragam berat badan yang berbeda pada manusia.

Tabel 13. Acceptable Daily Intake (ADI) untuk Ion Nitrat (NO3-) Seperti

yang Direkomendasikan Oleh European Commission’s

Scientific Committee For Food Tahun 1995 Berdasarkan pada

Berat Badan Manusia.

Berat badan (kg) ADI (mg/hari)

30 109,5

40 146,0

50 182,5

60 219,0

70 255,5

80 292,0

Sumber : European Commission’s Scientific Committee for Food (1995) dalam Santamaria, et

al. (1999).

Nilai ADI untuk nitrat telah dihitung berdasarkan kisaran berat badan

manusia dari 30 sampai 80 kg (Tabel 14). Nilai tersebut, kemudian dibandingkan

dengan nilai rata-rata kandungan ion nitrat pada edible part P. irregularis di

ketiga lokasi (Gambar 11). Berdasarkan hasil pengujian, jika menggunakan

asumsi bahwa konsumi harian fiddlehead P. irregularis adalah 100 g per hari,

maka keseluruhan sampel yang diuji dari ketiga lokasi untuk semua pengujian

memiliki nilai NO3- di bawah nilai ADI untuk seluruh kategori berat badan

manusia. Dengan demikian, P. irregularis di ketiga lokasi uji (Arboretum

Fahutan, CIFOR 1, CIFOR 2) dapat dikatakan aman untuk dikonsumsi.

Karakter Organ Reproduksi Generatif

Pengamatan terhadap organ generatif pada P. irregularis hanya

dilakukan pada lokasi Arboretum Fahutan dan CIFOR 1 karena tanaman P.

irregularis di lokasi CIFOR 2 belum memasuki fase generatif (belum

menghasilkan spora). Data yang tersaji pada Tabel 14 merupakan pendugaan

untuk potensi regenerasi P. irregularis di Arboretum Fahutan dan CIFOR 1

dengan menggunakan organ generatif berupa spora. Berdasarkan data tersebut

sampel tanaman P. irregularis untuk lokasi Arboretum Fahutan memiliki rata-

Page 52: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

rata jumlah sporangium atau kotak spora per tanaman yang sebesar 935 055.07,

sedangkan CIFOR 1 sebesar 778 334.11. Faktor yang diduga mempengaruhi

potensi perbanyakan generatif ini antara lain faktor-faktor lingkungan yang akan

mempengaruhi produksi spora dan besarnya persentase keberhasilan germinasi

spora. Menurut Hoshizaki dan Moran (2007), tanaman paku yang tumbuh pada

kondisi cahaya tinggi frondnya akan lebih banyak memproduksi sori, serta

menjadi lebih toleran terhadap perubahan lingkungan.

Tabel 14. Nilai Rata-Rata untuk Karakter Generatif Tanaman P.

irregularis di Arboretum Fahutan dan CIFOR-1.

Lokasi

Jumlah

Sporangium

/Sorus

Jumlah

Sorus/Pinna

Jumlah

Pinna/Frond

Jumlah

Sporofil

/Tanaman

Jumlah

Sporangium

/Tanaman

Arboretum 64.96 1 156.20 16.60 0.75 935 055.07

Fahutan

CIFOR 1 71.00 907.30 16.11 0.75 778 334.11

CIFOR 2 - - - - -

Selain itu juga perlu menjadi catatan bahwa pendugaan tersebut

menggunakan asumsi ukuran semua pinna pada frond sama. Ujung helai daun dari

frond sejatinya terdiri dari beberapa helai pinna berukuran kecil yang menyatu.

Dalam perhitungan ini. diasumsikan keseluruhan bagian ujung daun yang

menyatu tersebut sebagai satu pinna.

Karakter Panen Pleocnemia irregularis

Persentase Bagian Tajuk

Rata-rata persentase bagian-bagian tajuk tanaman P. irregularis di ketiga

lokasi berdasarkan rata-rata bobot basah masing-masing bagian tanaman

ditampilkan dalam diagram lingkaran (Gambar 12). Secara umum, bagian tajuk

tanaman P. irregularis di ketiga lokasi didominasi oleh bagian daun, kemudian

Page 53: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

diikuti oleh stipe, bagian fiddlehead non edible, dan yang paling kecil adalah

bagian edible.

FA CIFOR 1 CIFOR 2

Edible part Panen non edible Daun Stipe

Gambar 12. Persentase Bagian Daun, Stipe, Panen Non Edible, dan Edible

Part P. irregularis di Ketiga Lokasi Berdasarkan Bobot Basah

Masing-masing Bagian Tajuk.

Bobot Basah Panen dan % Edible Part

Tabel 15. Rata-rata Bobot Basah Fiddlehead Layak Panen dan Persentase

Edible Part P. irregularis di Ketiga Lokasi.

Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata

berdasarkan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5%.

Hasil uji jarak berganda Duncan terhadap karakter bobot basah Fiddlehead

panen dan persentase edible part fiddlehead P. irregularis layak panen di ketiga

lokasi uji ditunjukkan pada Tabel 15. Berdasarkan hasil uji jarak berganda

Duncan, terdapat perbedaan yang sangat nyata dari karakter bobot basah

fiddlehead layak panen di ketiga lokasi. Bobot basah fiddlehead layak panen di

lokasi CIFOR 2 merupakan yang terendah di antara lokasi uji lainnya, sedangkan

14.55

%6.28

%

49.28

%

29.88

%

10.01

%3.51

%

56.26

%

30.22

%

11.00

%4.95

%

64.85

%

19.21

%

Lokasi BB Fiddlehead Panen (g) Edible Part (%)

Arboretum Fahutan 18.50a 2.93

CIFOR 1 17.11a 2.31

CIFOR 2 5.95b 2.21

Uji F ** tn

Page 54: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

di lokasi Arboretum Fahutan dan CIFOR 1 tidak berbeda. Persentase edible part

P. irregularis di ketiga lokasi cenderung tidak berbeda berdasarkan hasil uji F.

Rekapitulasi hasil uji F terhadap karakter bobot basah fiddlehead layak panen dan

persentase edible part fiddlehead panen P. irregularis antar ketiga lokasi

dilampirkan pada Lampiran 8.

Tinggi Fiddlehead Layak Panen

Rata-rata tinggi fiddlehead layak panen P. irregularis di ketiga lokasi

ditampilkan pada Gambar 13. Hasil uji jarak berganda Duncan terhadap karakter

tinggi fiddlehead layak panen antar lokasi uji menunjukkan terdapat perbedaan

yang sangat nyata dari tinggi fiddlehead layak panen antar lokasi. CIFOR 2

memiliki fiddlehead P. irregularis terpendek di antara ketiga lokasi yang diuji,

sedangkan tinggi fiddlehead P. irregularis Arboretum Fahutan dan CIFOR 1 tidak

berbeda. Keragaan fiddlehead layak panen di masing-masing lokasi ditunjukkan

pada Gambar 14. Rekapitulasi hasil uji F terhadap karakter tinggi fiddlehead layak

panen P. irregularis antar ketiga lokasi dilampirkan pada Lampiran 8.

Gambar 13. Rata-Rata Tinggi Fiddlehead Layak Panen Di Ketiga

Lokasi. Nilai yang Diikuti Huruf yang Sama Menunjukkan

Tidak Berbeda Nyata Berdasarkan uji jarak berganda

Duncan pada Taraf 5%.

58.01a

66.95a

39.46b

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

Arboretum Fahutan CIFOR 1 CIFOR 2

Tin

gg

i F

idd

leh

ead

(cm

)

Lokasi

Page 55: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Arboretum Fahutan CIFOR 1 CIFOR 2

Gambar 14. Fiddlehead P. irregularis Layak Panen di Ketiga Lokasi.

Siklus Panen P. irregularis

Rata-rata siklus panen P. irregularis di masing-masing lokasi untuk tiga

kali siklus panen ditampilkan pada Gambar 15. Berdasarkan hasi uji jarak

berganda Duncan, lamanya siklus panen antara ketiga lokasi pengamatan pada

siklus pertama tidak berbeda. Perbedaan yang sangat nyata terlihat antara lokasi

Arboretum Fahutan dengan CIFOR 2 pada siklus ketiga, siklus panen terpendek

dimiliki oleh P. irregularis di lokasi Arboretum Fahutan. Rata-rata siklus panen

P. irregularis di loksi Arboretum Fahutan adalah sebesar 4.13 minggu,

sedangkan siklus panen untuk lokasi CIFOR 1 dan CIFOR 2 berturut-turut adalah

5.37 minggu dan 6.27 minggu. Rekapitulasi hasil uji F terhadap karakter siklus

panen P. irregularis di ketiga lokasi ditampilkan pada Lampiran 9.

Pleocnemia irregularis dikenal sebagai tumbuhan gulma yang tumbuh di

antara tanaman budidaya, khususnya pada tanaman perkebunan. Kemampuan

gulma tahunan untuk melakukan regenerasi dari organ vegetatif membuat mereka

berkompetisi dengan kuat dan sulit dikendalikan. Terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi produksi tanaman tahunan yang berasal dari organ vegetatif

(inisiasi tunas), di antaranya adalah umur (fase pertumbuhan) tanaman; kerapatan

tanaman; cahaya; dan kandungan nutrisi tanah. Pengaruh kerapatan tanaman

tahunan terhadapat karakter reproduksi organ vegetatif bervariasi bergantung pada

karakter kompetisi tanaman tersebut. Reproduksi organ vegetatif pada tipe

Page 56: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

tanaman dengan kompetisi tinggi akan menurun seiring dengan meningkatnya

kerapatan tanaman (Aldrich, 1925).

Gambar 15. Rata-Rata Siklus Panen P. irregularis di Ketiga Lokasi.

Nilai yang Diikuti Huruf yang Berbeda pada Warna Blok

yang Sama Menunjukkan Berbeda Nyata Berdasarkan Uji

Jarak Berganda Duncan pada Taraf 5%.

Tabel 16 menunjukkan Kerapatan Relatif (KR) dari P. irregularis di

masing-masing lokasi pengamatan. Berdasarkan tabel tersebut, KR tertinggi

dimiliki oleh lokasi CIFOR 2. Hal inilah yang diduga menyebabkan siklus panen

P. irregularis di lokasi CIFOR 2 yang juga menggambarkan kecepatan reproduksi

organ vegetatifnya, memiliki rentang yang terpanjang di antara lokasi lainnya.

Tabel 16. Kerapatan Relatif (KR) P. irregularis di Ketiga Lokasi

Pengamatan.

5.00a

4.60a

5.30a

3.50b

5.60a

6.60a

3.90b

5.90ab

6.90a

0 5 10 15 20

Arboretum Fahutan

CIFOR 1

CIFOR 2

Minggu

Lo

ka

si

Siklus Panen 1 Siklus Panen 2 Siklus Panen 3

Lokasi Kerapatan Relatif (%)

Arboretum Fahutan 6.33

CIFOR 1 2.66

CIFOR 2 19.00

Page 57: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelititan terhadap karakter Pleocnemia irregularis di tiga lokasi di

Kecamatan Dramaga menunjukkan laju pertumbuhan bibit P. irregularis di ketiga

lokasi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata berdasarkan hasil uji jarak

berganda Duncan.

Karakterisasi terhadap karakter morfologi tanaman dewasa P. irregularis

di ketiga lokasi menunjukkan hasil yang berbeda nyata antar ketiga lokasi uji

kecuali untuk karakter panjang akar dan kadar air total. Pleocnemia irregularis di

lokasi CIFOR 2 memiliki ukuran terkecil untuk seluruh karakter morfologi di

antara lokasi yang diuji.

Hasil analisis kandungan nitrat (NO3-) pada fiddlehead P. irregularis di

ketiga lokasi menunjukkan nilai yang rendah dengan kandungan tertinggi dimiliki

oleh edible part di lokasi CIFOR 2, sedangkan yang terendah di lokasi CIFOR 1.

Nilai kandungan nitrat pada fiddlehead P. irregularis di ketiga lokasi memiliki

nilai di bawah Acceptable Daily Intake (ADI) untuk ion nitrat berdasarkan berat

badan 60 kg dengan asumsi konsumsi harian 100g/hari. Bobot basah panen dan

tinggi fiddlehead layak panen P. irregularis di lokasi CIFOR 2 memiliki nilai

yang terendah di antara lokasi yang diuji, sedangkan persentase edible part di

ketiga lokasi tidak berbeda. Rata-rata siklus panen P. irregularis terpendek

dimiliki oleh lokasi Arboretum Fahutan.

Saran

Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam terkait kondisi

ekofisiologi Pleocnemia irregularis yang tumbuh pada lingkungan yang berbeda

sehingga dapat diperoleh infromasi terkait pengaruh lingkungan terhadap karakter

P. irregularis. Selain itu juga perlu dilakukan penelitian pada fase gametofit,

sehingga diperoleh gambaran secara utuh terkait pertumbuhan dan siklus hidup P.

irregularis.

Page 58: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

DAFTAR PUSTAKA

Aldrich, R. J. 1925. Weed-Crop Ecology : Principles in Weed Management.

Breton Publisher. Massachusetts. 465 p.

Bioversityinternational. 2006. Traditonal food „domisticated‟ in Fiji.

http://www.bioversityinternational.org. [16 Februari 2009].

Darnaedi, D., T. Ng. Praptosuwiryo. 2003. Pleocnemia irregularis (C. Presl)

Holttum, p. 159-161. In W. P. de Winter and V. B. Amoroso (Eds.). Plant

Resources of South-East Asia No. 15 (2), Cryptogams : Ferns and Ferns

Allies. Plant Resources of South-East Asia. Bogor.

Dickinson, T. 1998. Growing ferns from spores. Shropshire Flora Group

Newsletter (7) : 7-10.

Djuita, N. R. 2007. Modul Pteridophyta (Tumbuhan Paku-pakuan). Departemen

Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Pertanian Bogor, Bogor. 52 hal.

EFSA. 2008. Nitrate in vegetables. Scientific Opinion of The Panel on

Contaminants in The Food Chain. The EFSA Journal 689 : 1-79.

Elly. 2009. Semai spora tanaman paku. http://www.kebonkembang.com. [6

Februari 2009].

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Edisi Revisi. Penerbit Akademika Pressindo.

Jakarta. Hal. 126.

Hermanto, D. 2008. Koleksi dan Karakterisasi Plasma Nutfah Sayuran

Indigenous. Skripsi. Program Studi Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Hoshizaki, B. J., and R. C. Moran. 2001. Fern Grower‟s Manual. Timber Press.

Portland. 604 p.

Kennedy, David. 1995. Leafy vegetables and nitrates. www.leafforlife.org. [25

Oktober 2010].

Laboratorium Taksonomi Tumbuhan. 2007. Penuntun Praktikum Taksonomi

Tumbuhan Berpembuluh. Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Departemen

Biologi, Institut Pertanian Bogor. 66 hal.

Lorenz, O. A. 1978. Potential nitrate level in edible plant parts, p. 201-219. In D.

R. Nielsen and J. G. MacDonald (Eds.) Nitrogen In The Environment.

Academic Press. New York.

Page 59: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Maynard, D. N. 1978. Critique of “potential nitrate level in edible plant parts”, p.

221-233. In D. R. Nielsen and J. G. MacDonald (Eds.) Nitrogen In The

Environment. Academic Press. New York.

Mertzo. 1999. Cultivation potential of two edible ferns, Diplazium esculentum

and Stenochlaena palustris. Tropic. Agri. 76(1) : 10-16.

Musinguzi, E., Kikafunda, J. K., and Kiremire, B. T. 2007. Promoting indigenous

wild edible fruits to complement roots and tuber crops in alleviating

vitamin A deficiencies in Uganda. Proceeding of the 13th

ISTRC

Symposium. Arusha. Tanzania. p. 763-769.

Perry, L. 2009. Growing ferns successfully indoors. http://www.pss.uvm.edu. [6

Februari 2009].

Plantamor. 2008. Pakis sayur. http://www.plantamor.com. [6 Februari 2009].

Pratiwi, Emma. 2010. Pertumbuhan Porang (Amorphophallus Onchophyllus)

Menggunakan Katak atau Bubil pada Dosis Pupuk Organik dan Intensitas

Naungan yang Berbeda di Bawah Tegakan Sengon (Paraserianthes

Falcataria (L.) Nielsen). Skripsi. Departemen Silvikultur, Fakultas

Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

PROSEA. 1993. Basic List of Species and Commodity Grouping : final version.

In P.C.M. Jansen, R.H.M.J. Lemmens, L.P.A. Oyen, J.S. Siemonsma, F.M.

Stavast and J.L.C.H. van Valkenburg (Eds.). PROSEA. Bogor. 372 p.

PROSEA. 2003. Plant Resources of South-East Asia No. 15 (2), Cryptogams :

Ferns and Ferns Allies. In W. P. de Winter and V. B. Amoroso (Eds.). Plant

Resources of South-East Asia. Bogor. 268 p.

PUSARPEDAL-KLH. 2007. Laporan Pemantauan Hujan Asam di Indonesia.

Pusat Pengendalian Dampak Lingkungan, Kementrian Lingkungan Hidup.

Jakarta.

Putrasamedja, S. 2005. Eksplorasi dan koleksi sayuran indigenous di kabupaten

Karawang, Purwakarta, dan Subang. Bul. Plasma Nutfah 11 (1) : 16-20.

Rashid, A., V. K. Anand, and J. Serwar. 2008. Less known edible plants used by

the Gujjar tribe of District Rajouri, Jammu and Kashmir State-India. Int. J.

Bot. 4 (2) : 219-224.

Santamaria, P., A. Elia, F. Serio, and E. Todaro. 1999. A survey of nitrate and

oxalate content in fresh vegetables. J Sci Food Agric. 79 : 1882-1888.

Santamaria, P. 2006. Review nitrate in vegetables : toxicity, content, intake and

EC regulation. J Sci Food Agric. 86 : 10-17.

Page 60: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Shimada, Yoshiro and S. Ko. 2004. Nitrate in vegetables. Chugokugakuen

Journal. 3 : 7-10.

Sirait, J. 2006. Dinamika nitrogen dan produksi rumput benggala (Panicum

maximum cv riversdale) pada tiga taraf naungan dan pemupukan. Prosiding

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Galang. 958-966.

Soemantri, I. H., M. Hasanah, H. Kurniawan. 2004. Teknik konservasi ex-situ,

rejuvenasi, karakterisasi, evaluasi, dokumentasi, dan pemanfaatan plasma

nutfah. www.indoplasma.or.id. [16 Februari 2009].

Soerianegara, I., dan A. Indrawan. 2005. Modul Ekologi Hutan Indonesia.

Laboratorium Ekologi Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor,

Bogor. 103 hal.

Speijers, G. J. A. 1996. Nitrate in Toxicological evaluation of certain food

additives and contaminants in food. WHO Food Additives Series 35.

www.inchem.org. [8 Januari 2011].

Speijers, G. J. A. and P. A. van den Brandt. 2003. Nitrite (and potential

endogenous formation of N-nitroso compounds). WHO Food Additives

Series 50. www.inchem.org. [8 Januari 2011].

Sudarnadi, H., dan Zakaria, M. A. 1984. Pteridophyta, p. 110-115. Dalam S. S.

Tjitrosomo (Ed.). Botani Umum 3. Angkasa. Bandung.

Thomas, A. and M. P. Garber. 1999. Growing fern. http://www.ces.uga.edu. [6

Februari 2009].

Van Eysinga, JPNL. R. 1984. Nitrate and glasshouse vegetables. Fertilizer

Research. 5 : 149-156.

Vermeer, I.T.M., D.M.F.A. Pachen, J.W. Dallinga, J.C.S. Kleinjans, and J.M.S.

van Maanen. 1998. Volatile N-Nitrosamine formation after intake of nitrate

at the ADI level in combination with an amine-rich diet. Environmental

Health Perspectives Vol. 106. (8).

Voon, B. H., and Kueh H. S. 2002. The nutritional value of indigenous fruits and

vegetables in Sarawak. Asia Pacific Journal of Clinical Nutrition 8 (1) : 24-

23.

WHO. 2007. WHO Guidelines for Drinking-Water Quality : Nitrate and nitrite in

drinking-water. World Health Organization. Geneva. 21 p.

Page 61: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Tanaman

Page 62: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Lampiran 2. Kunci Deskripsi Tanaman

1. Organ vegetatif

a. Tipe Akar

- akar tunggang - akar serabut

b. Batang

b.1 bentuk batang

- membulat - persegi - pipih

b.2 arah tumbuh

Macam Arah Pertumbuhan Batang : a. tegak (erect); b. rhizome, tumbuh

pendek; c. rhizome, tumbuh lebar menjalar dan bercabang; d. rhizome,

tumbuh lebar menjalar dan bercabang dari bagian utama rhizome; e.

rhizome menjalar, bercabang dan berdaging; f. stolon; g. batang dari pakis

pohon. (Hoshizaki and Moran, 2001).

Page 63: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

b.3. Rambut dan Sisik

Variasi Modifikasi Epidermis Batang. (a) rambut; (b) sisik. (Hoshizaki and

Moran, 2001).

c. Daun

c.1 bentuk daun

Bentuk frond sederhana : a. simple; b. bifurcate; c. pinnatifid dengan

pangkal yang menyatu; d. pinnatitfid. (Hoshizaki and Moran, 2001).

c.2 ciri pangkal daun

acute acuminate obsulate rounded truncater

a b

Page 64: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

cardate oblique hastate sagiltate peltate

Tipe Pangkal Daun (Laboratorium Taksonomi Tanaman, 2007).

c.3 ciri ujung daun

acute acuminate obtuse rounded mucronate emerginate truncate

Tipe Ujung Daun (Laboratorium Taksonomi Tanaman, 2007).

c.4 ciri tepi daun

Ciri Tepi Daun : a. entire; b. undulate; c. crenate; d. serrate; e. lobed;

f. pinnatifid; g. incised (Hoshizaki and Moran, 2001).

Page 65: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

c.5 tipe daun

Tipe Fronds (r = rachis; p = pinna; sp = pinnule sekunder; tp = pinnule

tersier) : a. pinnatifid ke atas dan pinnate ke bawah; b. pinnate; c. pinnate-

pinnatifid; d. bipinnate; e. tripinnate; f. pedate; g. palmate atau radiate,

pinnaenya pinnate (Hoshizaki and Moran, 2001).

Page 66: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

c.6 ciri pertulangan daun

Ciri Pertulangan Daun : a. sederhana; b. menggarpu dengan

pertulangan bebas di ujung; c. menjala atau areolate; d. menjala

dengan veinlets di dalamnya (Hoshizaki and Moran, 2001).

c.7 ciri permukaan daun

Tipe Permukaan Daun (Laboratorium Taksonomi Tanaman, 2007).

Page 67: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

c.8 Kedudukan anak daun

- Tersebar/spiral : pada setiap buku batang/petiole hanya ada

1 daun, antar daun tersusun spiral

- Berseling : pada setiap buku hanya ada 1 daun, antar

daun tersusun berselang-seling kanan-kiri

- Berhadapan : pada setiap buku ada 2 daun tersusun

berhadapan, antar daun pada setiap buku

tersusun sejajar

- Berhadapan/bersilang : pada setiap buku ada 2 daun tersusun

berhadapan, antar buku tersusun

bersilangan

- Berkarang : pada setiap buku terdapat >2 daun

- Berkas : daun tersusun dalam berkas yang terdiri

dari 2 atau lebih daun (ex : pinus)

- Menyirip : daun tersusun saling menutupi seperti

genteng

- Roset basal/roset akar : pada setiap buku hanya terdapat 1 daun,

namun karena ruas batangnya pendek,

daun tersusun rapat pada pangkal daun

- Roset apical/roset batang : daun tersusun rapat pada bagian ujung

batang (ex : kelapa)

- Equitant : daun tersusun kanan-kiri dengan bagian

pagkal daun atau pelepah menutupi

pangkal daun di atasnya

Page 68: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

2. Organ Generatif

a. Pola penyebaran sorus

Sorus : a. sepanjang pertulangan daun; b. membulat; c. linear dan

marginal; d. linear dan medial (Hoshizaki dan Moran, 2001).

b. Bentuk indusia

Indusia : a. peltate atau bentuk paying; b. bentuk sisik; c. false indusium;

d. bentuk mangkok (Hoshizaki dan Moran, 2001).

c. Posisi annulus

Posisi Annulus : a. lateral; b. apical; c. oblique; d. vertical (Hoshizaki and

Moran, 2001).

Page 69: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

d. Bentuk spora (pengamatan mikroskopik)

Macam bentuk spora : a-c. monolate; d-e. trilete (Hoshizaki and Moran,

2001).

2. Umur tumbuhan

a. Annual b. Biennial c. Perennial

3. Bentuk Tumbuhan

a. Terna (herbaceous) b. Semak (shrub) c. Pohon (tree)

Page 70: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Lampiran 3. Colour Chart (www.pagetutor.com).

Page 71: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor
Page 72: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor
Page 73: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Lampiran 4. Glosarium

acroscopic : mengarah ke puncak

acuminate : meruncing ke suatu titik, bertahap

anastomosing : urat, membentuk jaringan atau retikulum

annulus : membentuk cincin

antheridium : organ subur dari gametofit jantan, tempat gamet jantan

terbentuk

arborescent : menyerupai pohon dalam hal ketinggian

arkegonium : struktur yang menghasilkan gamet betina

areole : ruang tertutup oleh pembuluh suatu retikulum

basiscopic : mengarah ke arah dasar

circinnate : melingkar membentuk spiral, ujungnya berada di bagian

terdalam

costa : pelepah pinna

costule : pelepah dari pinnule atau segmen terbawah

crenate : bergigi bulat kecil

deciduous : semusim, tipe tanaman

dentate : bergigi

distal : jauh dari titik asal

echinate : bentuk spora berduri

exindusia : tidak memiliki indusia

frond : pelepah; seluruh bagian daun paku termasuk lamina dan stipe

gametofit : generasi seksual dalam siklus hidup paku

glabrescent : gundul

glabrous : tanpa bulu atau sisik

hastate : berbentuk tombak (bagian ujung daun), sempit dan menunjuk

tetapi dengan dua lobus basal menyebar pada sudut kanan

Page 74: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

herbaceous : memiliki tekstur lembut

hirsute : memiliki rambut relatif panjang dan kasar

hispid : diselimuti rambut yang kaku dan pendek

indusium : tudung sorus, baik berupa organ khusus atau modifikasi dari

lamina

lamina : „helai daun‟ dari daun paku

monolete : bentuk spora, bilateral, memiliki goresan lurus tunggal

palmate : bentuk daun, daun terbagi menjadi beberapa lembar yang

muncul dari satu titik

pinna : segmen primer dari lamina dalam daun majemuk

pinnate : menyirip; lamina dibagi-bagi menjadi pinna yang muncul dari

titik-titik sepanjang malai

pinnatifid : potongan dalam (namun bukan untuk pelepah) pada lobus yang

keluar sepanjang sumbu

pinnule : segmen utama pinna

prothallus : gametofit dari tanaman paku

rachis : pelepah lamina

scale : sisik, sebuah trikoma tipis dan pipih

sorus : kumpulan dari sporangia

sporangium : struktur tempat spora terbentuk

spora : sebuah sel tunggal atau beberapa sel propagul reproduksi

seksual atau aseksual

sporofil : organ daun yang memiliki sporangia

sporofit : fase generatif tanaman paku

stipe : tangkai daun paku (petiole)

venasi : susunan pembuluh lamina

Page 75: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Lampiran 5 . Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Staf Pusat Penelitian

Tanah, 1983).

Sifat tanah Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi

Sangat

Tinggi

C -Organik (%) < 0.1 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.00

Nitrogen (%) < 0.10 0.10-0.20 0.21-0.50 0.51-0.75 > 0.75

C/N <5 5-10 11-15 16-25 >25

P2O5 HCl (mg/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60

P2O5 Bray-1 (ppm) <10 10-15 16-25 26-35 >35

P2O5 Olsen (ppm) <10 10-25 26-45 45-60 >60

K2O HCl 25% (mg/100g) <10 10-20 21-40 41-60 >60

KTK (me/100g) <5 5-16 17-24 25-40 >40

K (me/100g) <0.1 0.1-0.2 0.3-0.5 0.6-1.0 >1.0

Na (me/100g) <0.1 0.1-0.3 0.4-0.7 0.8-1.0 >1.0

Mg (me/100g) <0.4 0.4-1.00 1.1-2.0 2.1-8.0 >8.0

Ca (me/100g) <0.2 2-5 6-10 11-20 >20

Kejenuhan Basa (%) <20 20-35 36-50 51-70 >70

Aluminium (%) <10 10-20 21-30 31-60 >60

Sangat

Masam Masam

Agak

Masam Netral

Agak

Alkalis Alkalis

pH H2O < 4.5 4.5-5.5 5.6-6.5 6.6-7.5 7.6-8.5 > 8.5

Sumber : Hardjowigeno, (1995).

Lampiran 6. Rekapitulasi Nilai F Hitung dan Koefisien Keragaman

(KK) Karakter Pertumbuhan Bibit P. irregularis di Ketiga

Lokasi.

Uji F Pengamatan Minggu Ke-

1 2 3 4 5 6 7 13

Tinggi Tanaman (cm)

F Hitung 2.99 1.94 2.20 3.25 3.36 3.93 3.78 6.29

KK 25.17 24.87 22.62 26.91 22.16 23.10 24.44 23.61

Panjang Daun (cm)

F Hitung 1.40 1.25 0.98 2.38 1.32 3.61 2.45 9.76

KK 27.99 28.87 25.48 26.54 22.55 24.11 24.47 17.46

Panjang Stipe (cm)

F Hitung 2.78 2.45 2.30 2.47 1.47 2.48 1.92 2.71

KK 29.82 33.82 34.97 28.67 27.22 26.10 26.62 25.27

Lebar Daun (cm)

F Hitung 3.97 2.89 0.61 4.24 5.48 8.49 5.28 7.41

KK 25.28 27.79 29.04 24.31 21.20 23.72 23.30 21.31

Jumlah Daun

F Hitung 1.36 0.98 0.11 1.78 2.34 1.23 2.07 1.35

KK 38.92 40.56 38.28 38.41 35.75 40.80 37.29 44.41

Page 76: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Lampiran 7. Nilai F Hitung dan Koefisien Keragaman (KK) Karakter

Kuantitatif Vegetatif Tanaman Dewasa P. irregularis di

Ketiga Lokasi.

Karakter F Hitung KK

Panjang Blade 5.87 29.78

Lebar Frond 5.86 16.51

Panjang Stipe 22.69 20.05

Panjang Rachis 19.02 15.73

Diameter Stipe 15.61 17.51

Jumlah Pinnae 4.65 23.00

Jumlah Frond 8.59 20.09

Diameter Akar 9.02 18.00

Tinggi Akar 5.84 24.68

Panjang Akar 0.07 27.70

Bobot Basah Total 12.30 39.02

Bobot Kering Total 16.91 31.53

Kadar Air Tanaman 3.03 10.67

Bobot Basah/Bobot Kering 5.87 29.78

Rasio Tajuk/Akar 27.49 43.27

Lampiran 8. Nilai F Hitung dan Koefisien Keragaman (KK) Bobot

Basah Panen, Persentase Edible Part, Tinggi Fiddlehead

Layak Panen dan Hasil Analisis Kandungan Nitrat

fiddlehead P. irregularis di Ketiga Lokasi.

Uji F BB Panen % Edible Part Tinggi

Fiddlehead

Kandungan

Nitrat

F Hitung 18.01 2.16 11.21 5.66

KK 37.09 33.83 24.15 16.65

Lampiran 9. Nilai F Hitung dan Koefisien Keragaman (KK) Siklus

Panen P. irregularis di Ketiga Lokasi.

Uji F Panen 1 Panen 2 Panen 3

F Hitung 0.69 5.39 4.90

KK 26.98 41.16 39.22

Page 77: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Lampiran 10. Keragaan Tanaman Pleocnemia irregularis

Keragaan Tanaman Dewasa (Kiri) dan Bibit (Kanan) P. irregularis di Arboretum

Fahutan

Keragaan Tanaman Dewasa (Kiri) dan Bibit (Kanan) P. irregularis di CIFOR 1

Keragaan Tanaman Dewasa (Kiri) dan Bibit (Kanan) P. irregularis di CIFOR 2

Page 78: Karakterisasi Dan Analisis Kandungan Nitrat Tanaman Pakis Sayur Pleocnemia Irregularisc. Presl Holtumdi Kecamatan Dramaga Bogor

Lampiran 11. Metode Analisis Kandungan Nitrat Pada Fiddlehead

Pengukuran Tinggi Fiddlehead Layak Panen (kiri); Penimbangan Bobot

Basah Fiddlehead Layak Panen (kanan).

Proses Ekstraksi Fiddlehead P. irregularis Menggunakan Pemeras

Bawang.

Ekstrak Fiddlehead yang akan Diuji (Kiri); Pengujian Ekstrak Fiddlehead

Menggunakan Horiba C-141 (Kanan).