Karagenan_ Desy Natalia_ 13.70.0050_a5_ Unika Soegijapranata(3)

32
Acara V EKSTRAKSI KARAGENAN LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNOLOGI HASIL LAUT Disusun oleh : Nama : Desy Natalia NIM : 13.70.0050 Kelompok A5 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 1

description

praktikumhasillaut

Transcript of Karagenan_ Desy Natalia_ 13.70.0050_a5_ Unika Soegijapranata(3)

Acara V

EKSTRAKSI KARAGENAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

TEKNOLOGI HASIL LAUT

Disusun oleh :

Nama : Desy Natalia

NIM : 13.70.0050

Kelompok A5

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2015

1

2

1. MATERI DAN METODE

1.1. Materi

1.1.1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah blender, panic, kompor, pengaduk,

hotplate, glass beker, thermometer, oven, pH meter, timbangan digital.

1.1.2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Rumput laut ( Eucheuma cottonii ),

isopropil alkohol (IPA), NaOH 0,1 N, NaCl 10%, HCl 0,1 N, serta aquades.

1.2. Metode

2

Rumput laut basah ditimbang sebanyak 40 gram

Rumput laut dipotong kecil-kecil dan diblender dengan diberi air

sedikit hingga rumput laut tenggelam. Setelah itu dituang ke panci.

Ambil air sebanyak 800 ml

3

3

Rumput laut direbus dalam 800ml air selama 1 jam dengan

suhu 80-90oC

pH diukur hingga netral yaitu pH 8 dengan ditambahkan

larutan HCL 0,1 N atau NaOH 0,1 N.

Volume larutan diukur dengan menggunakan gelas ukur.

4

4

Ditambahkan NaCl 10% sebanyak 5% dari volume larutan.

Direbus hingga suhu mencapai 60oC

Hasil ekxtraksi disaring dengan menggunakan kain saring

bersih dan cairan filtrat ditampung dalam wadah.

Filtrate dituang ke wadah berisi cairan IPA (2x volume

filtrat). Dan diaduk dan diendapkan selama 10-15 menit

Endapan karagenan ditiriskan dan direndam dalam caira IPA

hingga jadi kaku

5

5

Serat karagenan dibentuk tipis-tipis dan diletakan dalam

wadah

Dimasukan dalam oven dengan suhu 50-60oC

Serat karagenan kering ditimbang. Setelah itu diblender

hingga jadi tepung karagenan

6

2. HASIL PENGAMATAN

Hasil pengamatan karagenan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengamatan karagenan

Kelompok Berat basah (g) Berat kering (g) % RendemenA1 40 3,17 7,93A2 40 4,13 10,33A3 40 4,45 11,13A4 40 2,79 6,98A5 40 2,50 6,25

Pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa berat awal yang digunakan semua kelompok sama,

yaitu 40 gram. Untuk data berat kering yang tertinggi yaitu terdapat pada kelompok A3

sebesar 4,45 g, kemudian diikuti kelompok A2, A1, A4, dan A5 dengan nilai berturut-

turut sebesar 4,13 g, 3,17 g, 2,79 g, dan 2,50 g. Sedangkan untuk nilai % rendemen

yang terbesar diperoleh oleh kelompok A3 sebesar 11,13 %, kemudian diikuti oleh

kelompok A2, A1, a4, dan A5 dengan nilai sebesar 10,33 %, 7,93%, 6,98%, dan 6,25%.

6

7

3. PEMBAHASAN

Agar diperoleh melalui proses ekstraksi rumput laut. Seaweed atau makroalgae (alga

besar) memiliki banyak kegunaan terutama dalam bidang pangan misalnya dapat

digunakan sebagai sumber karagenan, agar, dan alginate. Rumput laut merah

(Rhodophyceae) dan rumput laut coklat (Phaeophyceae) adalah contoh jenis rumput laut

yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan telah diusahakan. Beberapa jenis

rumput laut yang tergolong dalam Rhodophyceae meliputi Gracillaria, sp, Gellidium,

sp, Gellidiela sp, dan Gellidiopsis sp yang merupakan penghasil agar-agar serta

Eucheuma sp yang merupakan penghasil karagenan. Sedangkan jenis rumput laut yang

tergolong dalam Phaeophyceae adalah Turbinaria sp , Sargasuum sp yang merupakan

penghasil alginate (Sumiarsih, 1991).Hal ini sesuai dengan jurnal yang berjudul Dilute

iota- and kappa Carrageenan solutions with High Viscosities in High salinity Brines

yang menyatakan bahwa karagenan merupakan polisakarida yang diekstrak dari spesies

rumput laut merah yaitu kelas rhodophyceae.

Karagenan merupakan polisakarida yang dapat diekstraksi dari beberapa spesies rumput

laut atau alga merah (rhodophyceae). Karagenan adalah galaktan tersulfatasi linear

hidrofilik. Polimer ini adalah bentuk pengulangan unit disakarida. Galaktan tersulfatasi

ini dapat dibagi berdasarkan adanya unit 3,6-anhydro galactose (DA) dan posisi gugus

sulfat (Campo et al. 2009). Galaktan adalah polimer dari galaktosa (Distantina et al.,

2007).

Karagenan komersial dibagi menjadi tiga jenis yaitu karagenan iota, kappa dan

lambda.Hal ini sesuai dengan jurnal yang berjudul Iota-Carragenan Hydrolysis by

Pseudoalteromonas carrageenovora IFO12985 yang menyatakan bahwa karagenan

terdidi atas iota, kappa, dan lambda karagenan. Karagenan memiliki struktur

heterogen.Karagenan dapat dipecah menjadi sederhana oleh adanya panas, hidrolisis

kimia, dan enzim spesifik. Karagenan nu merupakan prekursor karagenan kappa,

sedangkan karagenan nu merupakan prekursor iota. Jenis karagenan yang berbeda ini

didapatkan dari spesies rhodophyta yang berbeda. Secara alami, jenis iota dan kappa

dibentuk secara enzimatis dari prekursornya oleh enzim sulfohydrolase. Sedangkan

7

8

secara komersial, jenis ini diproduksi dengan adanya perlakuan alkali atau ekstraksi

dengan alkali. Karagenan komersial mempunya berat molekul massa yang berkisar

antara 400.000 sampai 600.000 Da. Selain galaktosa dan sulfat, beberapa karbohidrat

juga ditemui, seperti xylose, glucose, uronic acids, dan substituen seperti methyl esters

dan grup pyruvate (Van De Velde, 2002).

Gambar1. Gambar struktur jenis-jenis karagenan.

Jenis karagenan kappa didapatkan dari rumput laut tropis Kappaphycus alvarezii atau

yang di dunia perdagangan dikenal dengan nama sebagai Eucheuma cottonii. Eucheuma

denticulatum (dengan nama dagang Eucheuma spinosum) merupakan spesies utama

yang menghasilkan jenis karagenan iota. Karagenan lamda diproduksi dari spesies

Gigartina dan Condrus (Van de Velde et al., 2002). Hal ini sesuai dengan jurnal yang

berjudul Growth Rate and Carrageenan Yield of Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta,

Gigartinales) Cultivated in Kolambugan, Lanao del Norte, Mindanao, Philippines yang

menyatakan bahwa penanaman rumput laut di Filipina sejak tahun 1969 hingga 1970

menggunakan Kappaphycus alvarezii dan Eucheuma denticulatum yang dikenal sebagai

cottonii dan spinosum. Kappa karagenan bersifat hidrokoloid sehingga sering digunakan

pada industry seperti untuk gelling dan thickening agent.

8

9

Rumput laut (seaweed) adalah ganggang yang memiliki ukuran besar atau makro alga

dan tergolong ke dalam tanaman tingkat rendah. Seaweed sendiri tergolong ke dalam

Thallophyta. Tanaman ini tidak mempunyai akar, batang, dan daun sejati. Namun,

tanaman ini hanya terdiri atas thallus. Thallus inilah yang menggantikan fungsi dari

akar, batang, dan daun (Meiyana et al., 2001). Rumput laut sendiri termasuk dalam

kelompok tumbuhan berklorofil yang terdiri dari satu atau banyak sel, mempunyai

bentuk koloni, hidupnya bersifat bentik pada tempat-tempat perairan dangkal dan dasar

perairannya berpasir, berlumpur atau pasir berlumpur. Pada umumnya rumput laut dapat

tumbuh pada daerah pasang surut yang memiliki perairan yang jernih dan menempel

pada karang yang mati, potongan kerang, ataupun substrat keras lainnya, baik yang

dibentuk secara alamiah maupun buatan (Afrianto & Liviawaty, 1993). Bagian-bagian

dari seaweed antara lain holdfast, blades, stipes, float. Holdfast merupakan struktur

sepeti akar yang mempunyai fungsi untuk menempel pada habiatnya, namun tidak

digunakan untuk menyerap nutrient. Blades merupakan struktur seperti daun untuk

melakukan fotosintesis, namun ini bukan merupakan daun sejati.Floats adalah bagian

yang berisi udara, namun terkadang berisi karbon dioksida. Stipe adalah struktur batang,

namun bagian ini tidak semua seaweed memilikinya. Secara keseluruhan, tumbuhan ini

memiliki morfologi yang mirip, namun sebenarnya berbeda. Perkembangbiakan

dilakukan dengan menggunakan 2 cara yaitu secara generative dan vegetative

(konjugatif dan penyebaran spora) (Aslan, 1998).

Rumput laut memiliki dua manfaat penting yaitu manfaat ekologis bagi lingkungan

perairan dan manfaat ekonomis bagi masyarakat. Secara ekologis, rumput laut memiliki

peranan sebagai stabilator substrat pasir dan pecahan batu karang mati, cadangan

makanan bagi ikan-ikan herbivora, serta dapat berfungsi sebagai habitat bagi organisme

laut yang mempunyai ukuran besar maupun kecil seperti kepiting dan ampipod

(Atmadja & Subagdja, 1995). Secara ekonomi, rumput laut ini mempunyai banyak

manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung yang di dapat

dari rumput laut yaitu dapat digunakan sebagai bahan makanan, bahan obat-obatan,

bahan industri tekstil dan minumal, serta bahan kosmetik. Manfaat tidak langsung dari

rumput laut yaitu rumput laut mempunyai daya tarik tersendiri baik dari bentuk maupun

9

10

warnanya. Hal inilah yang menyebabkan rumput laut dapat menarik wisatawan untuk

menikmati keindahannya ketika berlibur (Yanti, 2007).

Pada umumnya, Spesies rumput laut mempunyai morfologi luar yang secara kasar

hampir serupa. Tumbuhan ini mempunyai daun yang panjang, tipis, dan menyerupai

pita yang mempunyai saluran-saluran air, serta bentuk pertumbuhannya yaitu

monopodial (Nybakken, 1992). Berdasarkan pigmennya, rumput laut dapat

dikelompokkan menjadi tiga kelas yang meliputi ganggang coklat (Phaeophyceae),

ganggang merah (Rhodophyceae), dan ganggang hijau (Chlorophyceae). Ketiga kelas

rumput laut ini termasuk dalam golongan makroalga yang dinamakan Cyanophyceae

(McHugh, 2003).

Rumput laut berdasarkan komponen utamanya dapat diklasifikasikan menjadi tiga

kelompok yaitu penghasil agar-agar, karagenan, dan alginat. Agar-agar dihasilkan oleh

rumput laut jennis Gracilaria spp., Gelidium spp., Gelidella spp., dan Gelidiopsis spp.,

Sedangkan karagenan dihasilkan oleh rumput laut jenis Eucheuma spp. Dan Hypnea

spp., Untuk alginat dihasilkan oleh rumput laut Turbinaria spp., Sargassum spp., dan

Hormophysa spp. (Indriani & Sumiarsih, 1999).

Karagenan digunakan dalam beberapa produk antara lain jeli, jamu, saus, permen, sirup,

puding, dodol, salad dressing, gel ikan, nugget dan produk susu. Karagenan juga dapat

digunakan di industri kosmetika, tekstil, cat, obat dan pakan ternak. (Mohammad et al,

2012) Hal ini sesuai dengan jurnal yang berjudul Modification of k-Carrageenan by

Graft Copolymerization of Methacrylic Acid : Synthesis and Applications yang

menyatakan bahwa Karagenan digunakan dalam bidang pangan, kosmetik, dan

kesehatan. Karagenan oligomer dapat digunakan sebagai aktivitas anti-HIV (Human

Imun deficiency Virus).

Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Doty (1985) klasifikasi Eucheuma cottonii

adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Rhodophyta

10

11

Kelas : Rhodophyceae

Ordo : Gigartinales

Famili : Solieracea

Genus : Eucheuma

Species : Eucheuma alvarezii

Salah satu jenis rumput laut yang memiliki nilai ekonomis penting adalah

Rhodophyceae atau ganggang merah, dimana rumput laut ini mengandung agar-agar

dan karagenan. Ganggang merah memiliki sekitar 250 spesies dan sebagian besar hidup

di laut, sedangkan sisanya hidup di air tawar (Guhardja, 1981). Eucheuma cottonii

merupakan jenis alga penghasil karagenan dari golongan rumput laut merah

(Rhodophyceae). Adapun ciri fisiknya adalah mempunyai thallus silindris,

permukaan licin, cartilagenous. Spesies ini mempunyai keadaan warna tidak selalu

tetap, dimana terkadang terlihat berwarna hijau, hijau kuning, abu-abu atau merah.

Perubahan warna ini terjadi dikarenakan faktor lingkungan. Kejadian ini adalah bentuk

proses adaptasi kromatik yaitu suatu bentuk penyesuaian antara proporsi pigmen dengan

berbagai kualitas pencahayaan. Beberapa jenis Eucheuma memiliki peranan penting

dalam dunia perdagangan internasional yaitu dapat digunakan sebagai penghasil ekstrak

karagenan. Kadar karagenan dalam setiap spesies Eucheuma ini bergantung dari jenis

dan lokasi tempat tumbuhnya. Pada awalnya, spesies ini ditemukan di perairan Sabah

(Malaysia) dan Kepulauan Sulu (Filipina). Kemudian, dilakukan pengembangan ke

berbagai Negara sebagai tanaman budidaya. Di indonesia lokasi pembudidaya rumput

laut jenis ini antara lain Lombok, Sumba, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan.

(Prasetyowati et al, 2008).

Penampakan thalus Eucheuma cottonii sangat beraneka ragam dimulai bentuk

sederhana sampai kompleks, duri-duri pada thalus tidak bersusun melingkari thalus.

Adanya bentuk percabangan ke berbagai arah dimana batang-batang utama keluar saling

berdekatan di daerah basal (pangkal), cabang pertama dan kedua akan tumbuh sehingga

membentuk rumpun yang rimbun dengan ciri-ciri khusus mengarah ke arah datangnya

cahaya matahari, tampak adanya cabang-cabang yang memanjang atau melengkung

membentuk seperti tanduk (Atmadja, et al., 1996). Susanti (2003) juga menambahkan

11

12

bahwa klorofil yang terdapat pada alga merah adalah klorofil-a. Jumlah klorofil-a yang

terdapat pada ganggang merah ini berkisar antara 0,3-2,0%.

Beberapa kandungan yang terdapat dalam Edible seaweed antara lain protein, vitamin,

dan mineral yang esensial pada tubuh manusia. Rumput laut sendiri mempunyai

kandungan nutrisi yang tinggi yaitu terdiri atas air (27,8%), protein (5,4%), karbohidrat

(33,3%), lemak (8,6%), serat kasar (3%) dan abu (22,5%) (Widyastuti,2008).

Proses pembuatan tepung karagenan dari rumput laut dapat dilakukan dengan

beberapa tahapan antara lain :

1. Ekstraksi

Suhu optimum yang digunakan ekstraksi rumput laut adalah 90°C. Ekstraksi dapat

dilakukan selama 2-24 jam dengan suhu 90-95°C. Proses ekstraksi dibutuhkan

suasana basa dengan melakukan penambahan KOH sebesar 10% sehingga akan

didapatkan pH 8-9.

2. Pengendapan

Penambahan alkohol dengan volume sebanyak 1,5-4 kali dari volume ekstrak

karagenan merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mengendapkan

alkohol.

3. Pengeringan

Setelah dilakukan pengendapan, kemudian karagenan dikeringkan hingga

didapatkan berat yang konstan.

4. Penepungan

Karagenan yang telah kering dihancurkan dengan menggunakan blender untuk

mendapatkan tepung karagenan (Aslan, 1998).

Pembuatan karagenan ini menggunakan metode ekstraksi. Ekstraksi merupakan

suatu metode pemisahan dengan menggunakan komponen solute (cair) dimana

campurannya menggunakan sejumlah massa solven yang digunakan sebagai tenaga

pemisah. Proses ekstraksi dibagi atas tiga langkah yang meliputi proses pencampuran,

12

13

proses pembentukan fase setimbang, dan proses pemisahan fase setimbang (Yasita dan

Rachmawati, 2008).

Mutu karagenan senditi dapat ditentukan oleh jenis rumput laut, daerah

budidaya, cara ekstraksi dan metode pemisahan karagenan. Standar mutu karagenan

adalah sebagai berikut:

Tabel1. Standar mutu karagenan

Spesifikasi Standar mutu

Zat volatil Maksimal 12 %

Asam sulfat 18-40 %

Kandungan abu 15-40 %

Viskositas (1,5 %; suhu 75°C) Minimal 5 cps

Logam berat Pb Maksimal 10 ppm

(Basmal et al, 2003).

Pada percobaan yang dilakukan adalah ekstraksi karagenan. Rumput laut yang

digunakan untuk praktikum ini adalah spesies Euchema cottonii. Langkah pertama

yang dilakukan adalah rumput laut basah ditimbang beratnya sebanyak 40gram.

kemudian rumput laut tersebut dipotong kecil-kecil dan diblender. Tujuannya yaitu

untuk memperluas permukaan yang akan menyebabkan kontak dengan pelarut lebih

maksimal. Kemudian filtrat rumput laut tersebut direbus dalam air sebanyak 500ml

selama 1 jam pada suhu 80-900C. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan

oleh Glicksman (1983) yang menyatakan bahwa karagenan adalah sesuatu yang

didapatkan dari rumput laut dengan cara mengekstraknya menggunakan air panas.

Selain dengan menggunakan air, dapat juga dilakukan dengan menggunakan larutan

basa pada suhu atau temperatur yang tinggi. Menurut teori yang dikemukakan oleh

Istiani et al. (1986), pemanasan yang maksimal yaitu pada suhu 90-95°C selama 1-5

13

14

jam. Selain itu menurut pendapat yang dikemukakan oleh Poncomulyo et al (2006)

bahwa Euchema cottonii ini termasuk karagenan jenis kappa dimana karagenan jenis

kappa dan iota ini dapat larut pada temperatur diatas 700C. Sedangkan untuk

karagenan jenis lambda dapat larut pada air panas yang mempunyai suhu yang

berkisar antara 40-600C. selain itu menurut pendapat yang dikemukakan oleh Earle

(1969) tujuan dari pemanasan adalah untuk memaksimalkan ekstraksi polisakarida

dari rumput laut yang belum berjalan sempurna serta membentuk struktur polimer

dalam rumput laut sehingga dapat menghasilkan suatu gulungan acak yang akan

membuat proses pembentukan gel lebih mudah. Setelah itu, proses pH larutan diatur

hingga pH 8 dengan menambahkan HCl 0,1N atau NaOH 0,1N dengan

menggunakan pH meter. Pengaturan pH hingga 8 dikarenakan keadaan basa sangat

diperlukan untuk melakukan proses ekstraksi rumput laut. Tujuannya adalah agar

dapat meningkatkan daya larut karagenan dalam air, serta dapat mencegah

terjadinya reaksi hidrolisis ikatan glikosidik pada karagenan yang dapat dapat

mengakibatkan hilangnya sifat fisik karagenan tersebut. (Mohammad et al, 2012).

Setelah diatur pH nya, hasil ekstraksi disaring dengan menggunakan kain saring dan

filtratnya ditampung dalam suatu wadah. Tujuannya yaitu untuk memisahkan

partikel-partikel yang melayang di dalam suatu bahan cair. Kemudian cairan filtrat

ditambahkan dengan larutan NaCl 10% sebanyak 5% dari total volume filtrat yang

dihasilkan dan dipanaskan hingga suhu 600C. Penambahan NaCl ini mempunyai

tujuan untuk memperoleh suasana yang basa karena apabila suasananya asam, maka

karagenan yang ada akan mengalami proses hidrolisis. Kemudian dilakukan

pemanasan kembali hingga suhunya 600C. Setelah itu, filtrat dituangkan ke dalam

wadah yang telah berisi cairan IPA sebanyak 300ml lalu diendapkan dengan cara

diaduk selama 10-15 menit hingga terbentuknya endapan karagenan. Endapan

karagenan tersebut ditiriskan dan direndam dalam IPA hingga didapatkan serat

karagenan yang lebih kaku. Serat kaku tersebut diambil dan dipotong tipis-tipis.

Setelah itu, diletakkan dalam suatu wadah dan dimasukkan ke dalam oven selama

12 jam pada suhu 500C-600C. Setelah di oven semalam, serat karagenan kering

tersebut ditimbang dan diblender menjadi tepung karagenan. Adapun nilai %

rendemen dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

14

15

% Rendemen = berat keringberat basah

× 100%

Penggunaan IPA atau isopropil alkohol disini sudah sesuai dengan teori yang ada.

Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Overbeek dan Jong (1949), bahwa

karagenan dapat dipisahkan dari komponen-komponen yang ada di dalamnya seperti

air atau zat-zat lainnya dengan cara melakukan penambahan suatu zat misalnya

alkohol, aseton dan garam. Dimana zat-zat tersebut yang akan memisahkan suatu

komponen yang terkandung di dalam karagenan tersebut dengan cara

menggumpalkan maupun mengendapkan.

Pengeringan dengan menggunakan oven mempunyai tujuan untuk mengeluarkan

atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan padat dengan cara melakukan

penguapan terhadap air yang ada di dalamnua dan membuang uap yang terbentuk

dengan menggunakan energi panas. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

pengeringan antara lain luas permukaan, suhu pengeringan, aliran udara dan tekanan

uap di udara. (Winarno et al. ,1990).

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, didapatkan data Untuk data berat kering

yang tertinggi yaitu terdapat pada kelompok A3 sebesar 4,45 g, kemudian diikuti

kelompok A2, A1, A4, dan A5 dengan nilai berturut-turut sebesar 4,13 g, 3,17 g,

2,79 g, dan 2,50 g. Sedangkan untuk nilai % rendemen yang terbesar diperoleh

oleh kelompok A3 sebesar 11,13 %, kemudian diikuti oleh kelompok A2, A1, A4,

dan A5 dengan nilai sebesar 10,33 %, 7,93%, 6,98%, dan 6,25%.

15

16

Nilai % rendemen sendiri dipengaruhi oleh waktu lamanya ekstraksi, semakin lama

waktu yang digunakan maka nilai rendemennya akan semakin besar (Mohammad et al,

2012).

3.1. Hal – hal Lain TerkaitRumput laut dibagi menjadi tiga kelompok yaitu penghasil agar-agar, karagenan, dan

alginat Karagenan adalah polisakarida tersulfatasi yang termasuk pada kelompok

galaktan dengan 1,3 dan 1,4 galaktosa. Dalam karagenan terdapat kandungan sekitar 30

hingga 80% material selulosa. Karagenan tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia dan

tidak memiliki nutrisi yang bermanfaat. Pada umumnya digunakan sebagai bahan

tambahan pada industri pangan. Keuntungan dari penggunaan karagenan yaitu dapat

mengontrol kelembaban, tekstur, serta menstabilkan makanan. Pada umumnya

karagenan digunakan dalam bentuk koloid pada industri pangan. Karagenan sendiri

mempunyai manfaat antara lain penstabil emulsi, serta pengikatan dan dispersi. Pada

produk berbahan dasar susu, karagenan dapat digunakan sebagai bahan pengental. Asal

dari karagenan adalah spesies Eucheuma juga dapat digunakan sebagai media

pertumbuhan berbagai mikroorganisme seperti bakteri, yeast, dan kapang. Pada

penelitian ini dilakukan ekstraksi karagenan yang menggunakan spesies Kappaphycus

alvarezii. NaOH, KOH dan Ca(OH)2 adalah bahan yangg digunakan dalam ekstraksi ini.

Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa dengan menggunakan NaOH akan

dipedapatkan gel yang mempunyai warna coklat dan penggunaan Ca(OH)2 akan

menghasilkan warna putih susu. Gel KOH mempunyai sifat tebal dan mempunyai

viskositas yang tinggi. Penggunaan KOH akan memberikan kualitas gel karagenan yang

paling baik dibandingkan tiga pelarut lainnya(Chandramishra, et al., 2006).

Gracilaria sp. adalah salah satu rumput laut penghasil agar-agar. Pada umumnya,

kandungan agar-agar Gracilaria di Indonesia mencapai 47,34 %. Kualitas gel agar-agar

dipengaruhi oleh kondisi proses produksinya, jenis, musim panen dan lokasi rumput

laut. Gracilaria sp. Mempunyai ciri-ciri fisik yaitu memiliki thallus yang memipih atau

silindris, membentuk rumpun dengan tipe percabangan yang tidak teratur, pada ujung

pangkal percabangan thallusnya meruncing, permukaannya halus, licin, cartilaginous

atau berbintil-bintil dan garis tengah thallus berkisar antara 0,5 – 4,0 mm dengan

panjang yang dapat mencapai 30 cm atau lebih. Pada umumnya rumput laut mempunyai

16

17

warna hijau kuning, coklat tua atau merah ungu. Agar mempunyai banyak manfaat

dalam bahan pangan, antara lain sebagai bahan pemantap, penstabil, pengemulsi,

pengisi, penjernih, pembuat gel, dan lain-lain. Beberapa industri yang memanfaatkan

agar-agar antara lain industri makanan, farmasi, kosmetik, kulit, fotografi, sebagai

media pertumbuhan mikroba, dan sebagainya.Teori menurut jurnal Effect of Wort

Clarifying by Using Carrageenan on Diatomaceous Earth Dosage for Beer Filtration

menyatakan bahwa karagenan dapat berperan mengurangi terbentuknya tanah diatom

yang menyebabkan pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh penyaringan bir.

Karagenan adalah golongan polisakarda linear, terdiri dari rangkaian (1,3) beta-D-

galaktosa-4-sulfat dan (1,4) 3,6 anhidro-alpha-D-galaktosa.

Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Mircea., et al. (2008), karagenan adalah

rumput laut yang diperoleh dari polisakarida dinding sel Rhodophyceae (ganggang

merah) terutama dari Chondrus, Gigartina, Kappaphycus, dan Eucheuma. Pada

umumnya Karagenan dapat diklasifikasikan menurut kandungan sulfatnya. Dengan

adanya perlakuan penambahan karagenan, maka viskositas dan indeks konsistensi

yogurt blueberry akan mengalami peningkatan.

17

4. KESIMPULAN

Rumput laut mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi yaitu terdiri dari air

(27,8%), protein (5,4%), karbohidrat (33,3%), lemak (8,6%), serat kasar (3%)

dan abu (22,5%).

Berdasarkan jenisnya, karagenan dibagi menjadi 5 kelompok yaitu jenis kappa,

lambda, iota, nu, dan tetha .

Rumput laut genus Eucheuma. merupakan rumput laut sumber utama karagenan

Ekstraksi karagenan dapat dilakukan dengan beberapa tahap seperti proses

perendaman, proses ekstraksi, proses pemisahan antara karagenan dengan

pelarutnya, dan tahap terakhir adalah proses pengeringan

keadaan basa sangat dibutuhkan dengan tujuan yaitu agar dapat meningkatkan

daya larut karagenan dalam air, serta dapat mencegah terjadinya reaksi hidrolisis

pada ikatan glikosidik pada karagenan yang dapat menyebabkan sifat fisik

karagenan menghilang.

Tujuan penambahan NaCl adalah untuk mendapatkan suasana yang basa karena

apabila yang terjadi adalah pada suasana asam, maka karagenan akan mengalami

hidrolisis.

Nilai % rendemen dipengaruhi oleh waktu lamanya ekstraksi, semakin lama

waktu yang digunakan maka nilai rendemennya akan semakin besar

Nilai % rendemen berbanding lurus dengan berat kering, semakin besar berat

kering maka akan dihasilkan % rendemen yang semakin besar pula.

Semarang, 24 September 2015Praktikan Asisten Dosen

- Ignatius Dicky A.W.

Desy Natalia

13.70.0050

18

5. DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, E dan Liviawati E. 1993. Budidaya Rumput Laut dan Cara Pengolahannya. Bhatara. Jakarta.\

Atmadja, W. S. , A. Kadi, Sulistijo, dan Rachmaniar. 1996. Pengenalan Jenis-jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi, LIPI, Jakarta.

Atmadja WS dan W Subagdja. 1995. Potensi Rumput Laut di Perairan Pantai Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan Lombong Nusa Tenggara Barat. P3O-LIPI. Jakarta.Bixler, H. (1996). Recent Developments in Manufacturing and Marketing Carrageenan. Hydrobiologia. 326/327: 35-57.

Aslan M. Laode. Ir., (1998). Budi Daya Rumput Laut. Penerbit Kanisius,YogyakartaCampo, V.L., Kawano, D.F., Silva Júnior, D.B. dan Carvalho, I. (2009). Carrageenans: biological properties, chemical modifi cations and structural analysis. Carbohydrate Polymers 77: 167-180.

Basmal,J; Syarifuddin;Ma’ruf WA.2003. Pengaruh konsentrasi Larutan Kalium Hidroksida dari Euchema Cottonii.

Chandramishra, P.; R. Jayasankar & C. Seema. (2006). Yield and Quality of Carrageenan from Kappaphycus alvarezii Subjected to Different Physical and Chemical Treatments. Seaweed Res. Utiln., 28 (1) : 113 - 117, 2006.

Dayrit, Fabian M and Nina Rosario L. Rojas.(2010). Iota-Carrageenan Hydrolysis by Pseudoalteromonas carrageenovora IFO12985.Ateneo de Manila University.Philippines

Doty, MS. 1985. Eucheuma alvarezii sp.nov (Gigartinales, Rhodophyta) from Malaysia. Di dalam: Abbot IA, Norris JN (editors). Taxonomy of Economic Seaweeds.California Sea Grant College Program.p 37 – 45.

Distantina, Sperisa; Fadilah; Endah R. Dyartanti; dan Enny K. Artati. 2007. Pengaruh Rasio Berat Rumput Laut-Pelarut Terhadap Ekstraksi Agar-Agar. Vol. 6 No. 2 Juli 2007: 53-58.

Earle, R.L. 1969. Satuan Operasi Dalam Pengolahan Pangan. Penerjemah: Zein Nasution. Sastra Hudaya, Bogor.

Glicksman, M. 1983. Food Hydrocolloid Vol II. CRC Press, Inc. Boca Raton. Florida.

Guhardja E. 1981. Botani Umum. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

19

Iglauer,Stefan, Yongfu Wu, Patrick Shuler Yongcun Tang, William A.Goddard III.(2010).Dilute iota- and Cappa Carrageenan Solutions with High Viscosities in High Salinity Brines. California Institute of technology. United States

Indriani H dan Sumiarsih E. 1999. Budidaya, Pengolahan, dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta..Istiani S, Zatnika A, Anggadiredja JT. (1986). Manfaat pengolahan rumput laut. Majalah BPPT Nomor XIV. Jakarta.

McHugh DJ. 2003. A Guide to the Seaweed Indstry. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Roma.

Mircea, Adrian. and Gheorghe. (2008). Influence of κ-Carrageenan, Agar-Agar and Starch on The Rheological Properties of Blueberries Yogurt. Universităţii Street, 720229, Suceava, Romania.

Mohammad Istnaeny Hudha; Risa Sepdwiyanti; Suci Dian Sari.2012. Ekstraksi Karagenan Dari Rumput Laut (Eucheuma Spinosum) Dengan Variasi Suhu Pelarut Dan Waktu Operasi. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Malang; Berkala Ilmiah Teknik Kimia Vol 1, N0 1, April 2012

Nybakken JW. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia. Jakarta.

Orbita,Maria L.S.(2013).Growth rate and Carrageenan Yield of Kappaphycus alvarezii (Rhodophyta, Gigartinales) Cultivated in Kolambugan, Lanao del Norte, Mindanao, Philippines.Mindano States University. Philippines

Overbeek JTG, de Jong HG. 1949. Sols of macromolecular colloids with electrolytic nature. Elsevier Publising Co, Inc. New york

Pintor, A; Totosaus, A.2012. Ice cream properties affected by lambda-carrageenan or iota-carrageenan interactions with locust bean gum/carboxymethylcellulose mixtures. México: International Food Research Journal 19(4): 1409-1414 (2012)

Poncomulyo, T ; H. Maryani& L. Kristiani. (2006). Budidaya&PengolahanRumputLaut.PT. Agro Media Pustaka. Jakarta

Poreda,Aleksander, Marek Zdaniewicz, Monika sterczynska, Marek Jakubowski and Czeslaw Puchalski.(2015). Effects of Wort Clarifying by Using carrageenan on Doatomaceous Earth Dosage for Beer Filtration. University of Rzeszow. Polland.

Prasetyowati, Corrine Jasmine A., Devy Agustiawan.2008.

20

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya: Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 15, April 2008

Suchita, Mittal; Praveen K.Dixit; Rupesh, K Gauta; Gupta M.M. 2013. In Vitro Anti Inflammatory activity of Hydroalcoholic extract of Asparagus eacemosus Roots. India

Sumiarsih, Emi & Hety Indriani. (1995). Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.

Susanti SA. 2003. Mempelajari Pengaruh Penambahan Air Abu Merang pada Proses Penjendalan dalam Pembuatan Agar-Agar Kertas dari Rumput Laut (Gracilaria sp.). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Bogor.

Tripathy, Jasaswini,Dinesh Kumar Mishra, Mithilesh Yadav, Arpit Sand, Kunjbehari.(2009).Modification of k-Carrageenan by Graft Copolymerization of Methacrylic Acid : Synthesis and Application.University of Allahabad.India.

Van de Velde,.F.,Knutsen, S.H., Usov, A.I., Romella, H.S., and Cerezo, A.S., 2002, ”1H and 13 C High Resolution NMR Spectoscopy of Carrageenans: Aplication in Research and Industry”, Trend in Food Science and Technology, 13, 73-92.

Winarno FG. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Sinar Pustaka Harapan. Jakarta.

Widyastuti, S., 2008g. Pengolahan pasca panen alga merah Strain Lokal Lombok menjadi agar menggunakan beberapa metode ekstraksi. Jurnal Lembaga Penelitian Unram VOL 2(14)63-72

Yanti, Arli. 2007. Studi Pertumbuhan Beberapa Alga Merah Genus Gracilaria dari Pantai Batunampak Kabupaten Sukabumi. Skripsi Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan IPB. Bogor.

21

6. LAMPIRAN

6.1. Perhitungan

Rumus

%Rendemen= Berat keringBerat basah

×100%

Kelompok A1

%Rendemen=3,17 gram40 gram

×100 %=7,93 %

Kelompok A2

%Rendemen= 4,13 gram40 gram

× 100 %=10,33 %

Kelompok A3

%Rendemen= 4,45 gram40 gram

× 100 %=11,13%

Kelompok A4

%Rendemen=2,79 gram40 gram

×100 %=6,98%

Kelompok A5

%Rendemen=2,50 gram40 gram

×100 %=6,25 %

6.2. Laporan Sementara

6.3. Diagram Alir

6.4. Abstrak Jurnal

22