kapsaisin

5
Simplisia dapat digunakan untuk pengobatan bila simplisia tersebut memiliki zat aktif berkhasit. Misalnya saja pada lada putih, salah satu kandungan senyawa aktifnya adalah piperin. Piperin juga merupakan kandungan utama dari beberapa genus Piper, misalnya Piper nigrum, Piper cubeba, dan Piper retrofractum. Piperin sering digunakan pada obat tradisional dan juga digunakan sebagai insektisida. Piperin juga berkhasiat sebagai antioksidan, antidiare (Septiatin, 2008). Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar piperin dalam simplisia, piperin yang diukur kadarnya adalah piperin dari simplisia lada putih. Awalnya simplisia dilarutkan dalam metanol, metanol digunakan agar simplisia mudah larut. Terutama piperin yang terkandung dalam simplisia tersebut, karena piperin sedikit larut dalam air dan lebih larut dalam alkohol (metanol). Lalu diaduk atau dikocok agar interaksi yang terjadi antara simplisia dan metanol lebih banyak yang terjadi sehingga piperin akan lebih banyak terekstraksi oleh pelarut. Setelah itu larutan disaring dan filtrat diencerkan dengan metanol. Lalu filtrat yang sudah diencerkan lalu diukur absorbansinya untuk dapat diketahui kadarnya. Penentuan kadar piperin dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer uv-vis. Kadar piperin dapat ditentukan dengan alat spektrofotometer uv-vis karena dari struktunya piperin memiliki gugus kromofor (ikatan rangkap terkonjugasi) yang dapat dibaca oleh alat tersebut.

description

kapsaisin

Transcript of kapsaisin

Simplisia dapat digunakan untuk pengobatan bila simplisia tersebut memiliki zat aktif berkhasit. Misalnya saja pada lada putih, salah satu kandungan senyawa aktifnya adalah piperin. Piperin juga merupakan kandungan utama dari beberapa genus Piper, misalnya Piper nigrum, Piper cubeba, dan Piper retrofractum. Piperin sering digunakan pada obat tradisional dan juga digunakan sebagai insektisida. Piperin juga berkhasiat sebagai antioksidan, antidiare (Septiatin, 2008).

Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar piperin dalam simplisia, piperin yang diukur kadarnya adalah piperin dari simplisia lada putih. Awalnya simplisia dilarutkan dalam metanol, metanol digunakan agar simplisia mudah larut. Terutama piperin yang terkandung dalam simplisia tersebut, karena piperin sedikit larut dalam air dan lebih larut dalam alkohol (metanol). Lalu diaduk atau dikocok agar interaksi yang terjadi antara simplisia dan metanol lebih banyak yang terjadi sehingga piperin akan lebih banyak terekstraksi oleh pelarut. Setelah itu larutan disaring dan filtrat diencerkan dengan metanol. Lalu filtrat yang sudah diencerkan lalu diukur absorbansinya untuk dapat diketahui kadarnya.

Penentuan kadar piperin dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer uv-vis. Kadar piperin dapat ditentukan dengan alat spektrofotometer uv-vis karena dari struktunya piperin memiliki gugus kromofor (ikatan rangkap terkonjugasi) yang dapat dibaca oleh alat tersebut.

Filtrat yang sudah diencerkan diukur absorbansinya pada 342 nm, sebab secara kimia spektum ultraviolet piperin meninjukan adanya kespesifikan dalam bentuk pita dan panjang gelombangnya, yaitu panjang gelombang maksimumnya pada 345 nm.

Sebelumnya metanol digunakan sebagai blanko sebab pelarut yang digunakan untuk melarutkan piperin adalah metanol. Metanol juga digunakan sebagai blanko karena kemungkinan akan terbaca juga oleh alat bila metanol tersebut tidak dinolkan.

Pembanding yang digunakan adalah piperin murni yang sudah diisolasi. Penggunaan piperin murni tersebut selain untuk pembanding juga untuk optimasi panjang gelombang. Setelah didapatkan absorbansi dari piperin murni lalu dibandingkan dengan absorbansi larutan sampel, setelah itu akan didapat konsentrasi sampel. Dari percobaan absorbansi yang didapatkan adalah 0,516 dari larutan 1 (dikocok pada labu ukur) dan 0,207 dari larutan 2 (dikocok pada beacker glass), dan didapatkan kadar piperin dari lada putih yaitu 1,292 % b/b. Dari hasil yang didapatkan absorbansinya jauh berbeda, absorbansi pada larutan 1 yang dikocok dengan menggunakan labu ukur lebih besar dibandingkan dengan beacker glass. Pengocokan sangat mempengaruhi terhadap hasil absorbansi yang didapatkan, karena pada labu ukur interaksi antara simplisia dan pelarut lebih banyak dibandingkan pada beacker glass, jadi absorbansinya lebih besar.

Hal lain yang mempengaruhi nilai absorbansi adalah alat, suhu, orang yang melakukan prosedur (keakuratan). Hal tersebut sangat berpengaruh, oleh karena itu nilai absorbansinya berbeda.

Selain itu didapatkan data sebagai berikut:

Tabel kadar piperin

Kelompok Simplisia Konsentrasi (Cs)Kadar piperin

1CLada hitam 0,00305 mg/ml1,906 % b/b

2CLada hitam 0,00281 mg/ml1,75 % b/b

3CLada putih 0,002078 mg/ml1,292 % b/b

4CLada putih 0,00304 mg/ml1,898 % b/b

5CCabe jawa0,002015 mg/ml1,2 % b/bs

6CCabe jawa0,002395 mg/ml1,455 % b/b

Dari data tersebut, hasil yang didapatkan dari masing-masing kelompok berbeda, walaupun simplisia yang digunakan sama. Contohnya lada putih pada kelompok kami (3C) kadarnya berbeda dari kelompok 4C. Kadar piperin lada putih pada kelompok 4C lebih besar dibandingkan dengan kadar pada 3C, hal ini mugkin dipengaruhi oleh perlakuan yang dilakukan terhadap sampel. Contohnya saja proses pengocokan, mingkin proses pengocokan yang dilakukan pada kelompok 3C tidak terlalu kuat sehingga metanol yang berinteraksi dengan simplisianya tidak terlalu banyak.

Dari data yang didapatkan dapat dibuat grafik seperi berikut:

Dari grafik tersebut konsentrasi piperin yang paling tinggi adalah lada hitam (kelompok 1C), lalu lada putih (kelompok 4C) dan lada hitam (kelompok 2C). Walaupun 2 kelompok simplisia yang diujinya sama tetapi konsentrasi berbeda. Hal ini mungkin saja dipengaruhi oleh alat, suhu, orang yang melakukan prosedur (keakuratan). Hal tersebut sangat berpengaruh pada nilai absorbansi sehingga konsentrasinya berbeda.

Kadar rata-rata piperin dari tiap simplisia :

SimplisiaCs 1 (mg/ml)Cs 2 (mg/ml)Cs rata-rata (mg/ml)

Lada hitam0,003050,002810,00293

Lada putih0,0020780,003040,002559

Cabe jawa0,0020150,0020950,002205

Dari kadar rata-rata yang diperoleh dari masing-masing simplisia didapat grafik:

Keterangan :1 = simplisia lada hitam

2 = simplisia lada putih

3 = cabe jawa

Dari grafik tersebut konsentrasi piperin yang paling tinggi adalah lada hitam lalu lada putih, dan yang paling rendah adalah cabe jawa. Hal ini sesuai dengan literature yang ada.