Kanker Rectum

33
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar atau rektum relatif umum. Pada kenyataannya, kanker kolon dan rektum sekarang adalah tipe paling umum kedua dari kanker internal di Amerika Serikat.Ini adalah penyakit budaya barat.Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal di diagnosis di negara ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibanding kan kanker rektal. Insidensnya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis atau polip. Perubahan pada persentase distribusi telah terjadi pada tahun terakhir.Insidens kanker pada sigmoid dan area rektal telah menurun, sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat. Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira- kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah lima tahun adalah 40% sampai 50%, terutama

description

rectum

Transcript of Kanker Rectum

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakangTumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar atau rektum relatif umum. Pada kenyataannya, kanker kolon dan rektum sekarang adalah tipe paling umum kedua dari kanker internal di Amerika Serikat.Ini adalah penyakit budaya barat.Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal di diagnosis di negara ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dibanding kan kanker rektal. Insidensnya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis atau polip. Perubahan pada persentase distribusi telah terjadi pada tahun terakhir.Insidens kanker pada sigmoid dan area rektal telah menurun, sedangkan insidens pada kolon asendens dan desendens meningkat.Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka kelangsungan hidup di bawah lima tahun adalah 40% sampai 50%, terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimtomatis dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor resiko telah teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip dalam keluarga, riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak, rotein dan daging serta rendah serat.

BAB IIPEMBAHASAN

KONSEP DASAR CA RECTAL2.1 Anatomi dan Fisiologi RektumRektum (Bahasa Latin: regere, meluruskan, mengatur) adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang iar besar (BAB). Mengembangkan dinding rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda buang air besar.

2.2 DefinisiKanker rectum adalah keganasan yang terjadi pada bagian rectum. Biasanya kanker rectum secara teori tergabung dengan kanker kolon, tetapi pada materi ni dipisah karena pada kondisi klinik terdapat pemisahan untuk asuhan keperawatan.Rektum terdapat pada bagian distal kolon kiri dan menghubungkan kolon dengan anus.Fungsi utama rectum adalah untuk menyimpan bentuk feses dalam persiapan untuk evakuasi. Seperti kolon, terdapat tiga lapisan pada dinding rectum, yaitu: (1) mukosa, lapisan pada permukaan dinding rectum; (2) muskularis propria: lapisan tengah dinding rectum terdiri atas otot-otot rectum yang membantu menjaga bentuk dan mengkoordinasi pengeluaran feses; (3) mesorektum: jaringan lemak ini mengelilingi anus. Selain 3 lapisan ini, komponen penting lain rectum adalah kelejar getah bening sekitar (juga disebut kelenjar getah bening regional). Kelenjar getah bening adalah bagian dari system kekebalan tubuh dan membantu dalam melakukan pengawasan untuk bahan-bahan berbahaya (termasuk virus dan bakteri) yang dapat mengancam tubuh.Kelenjar getah bening mengelilingi setiap organ dalam tubuh, termasuk anus.American cancer society memperkirakan bahwa pada tahun 2008, lebih dari 148. 000 orang telah didiagnosis dengan kanker kolorektal dan bahwa hamper 50.000 orang akan mati dari kanker kolorektal. Jenis yang paling umum dari kanker rectum adalah adenokarsinoma, merupakan kanker yang timbul dari mukosa.Sel kanker juga dapat menyebar dari anus ke kelenjar getah bening dalam perjalanan mereka ke bagian lain dari tubuh. Menurut WHO (2009), terdapat lebih dari 940. 000 kasus baru pada kondisi kanker kolorektal dan sekitar 50.000 kematian dihubungkan dengan kondisi kanker kolorektal.Tingkat insiden kanker rektal tertinggi terdapat di Negara-negara barat Amerika Utara, Eropa Utara, Australia, Eropa Utara, Australia, dan Selandia Baru.Tingkat menengah ditemukan di Eropa Selatan, dan ada tingkat rendah di Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Di Amerika Serikat, kejadian dan tingkat kematian 35% lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan. Di negara barat (Eropa, USA, Australia, dan Kanada), laki-laki mempunyai insiden yang lebih besar daripada wanita kanker rectum; bervariasi dari rasio 8:7-9:5.

2.3 Etiologi dan Patogenesis Penyebab kanker rectum masih belum diketahui.Sekitar 75% dari kanker rektal berkembang pada orang yang tidak memiliki factor risiko tertentu.Sisanya 25% kasus terjadi pada orang dengan faktor-faktor risiko yang signifikan-paling umum, sejarah keluarga atau pribadi sejarah kanker kolorektal atau polip, yang hadir dalam 15-20% dari semua kasus.Faktor risiko penting lainnya adalah kecenderungan genetic tertentu, seperti kanker kolorektal nonpolyposis turun-temurun (HNPCC; 4-7% dari semua kasus) dan keluarga adenomatosa polyposis (FAP, 1%), dan penyakit radang usus 1% dari semua kasus (Giovannucci, 2006). Beberapa factor predisposes yang bias mengembangkan peningkatan risiko kanker rectum

Faktor predisposisi yang berhubungan dengan risiko kanker rektum

PredisposisiPatogenesis

Usia lebih dari 50 tahunInsidensi usia pasien dengan karsinoma rektal, 90% berusia lebih dari 50 tahun. Hanya 5% dari pasien kurang dari 40 tahun (Brounts, 2009).

Faktor keturunanResiko relative kanker rektal berkembang meningkat pada tingkat pertama keluarga pada pasien yang terkena. Jika tingkat pertama anggota keluarga yang lebih muda dari 45 tahun pada saat diagnosis, peningkatan risiko bahkan lebih tinggi (Burt, 996). Dari pasien dengan kanker kolorektal, 30% telah sinkron lesi, biasanya adenomatosa polip. Sekitar 40-50% pasien memiliki polip pada tindak lanjut kolonokopi, 29% dari mereka memiliki polip tambahan yang ditemukan pada kolonoskopi mengulang satu tahun kemudian. Keganasan berkembang pada 2-5% pasien. Risiko kanker pada orang yang polip telah dihapus adalah 2,7-7,7 kali dari populasi umum (Lynch, 2003)

2.4 Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinis) Tanda dan gejalaa. Perubahan kebiasaan buang air besar (diare atau sembelit/konstipasi)b. Usus besar terasa tidak besar seluruhnyac. Ada darah (baik merah terang atau kehitaman) di kotorand. Kotoran lebih sempit dari biasanyae. Sering kembung atau keram perut, atau merasa kekenyanganf. Kehilangan berat badan tanpa alasang. Selalu merasa sangat letih, mual atau muntah-muntah Manifestasi KlinisGejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus tempat kanker berlokasi.Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi, perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan keluhan yang umum terjadi.Kanker kolon kanan, dimana isi kolon berupa caiaran, cenderung tetap tersamar hingga stadium lanjut.Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus lebih besar dan feses masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samara dan hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak ( suatu tes sederhana yang dapat dilakukan di klinik ). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses.Pada orang yang kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal.Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang kadang pada epigastrium.Kanker kolon kiri dan rectum cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi dan respon refleks.Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi.Karena lesi kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi.Feses dapat kecil dan berbentuk seperti pita. Baik mucus maupun darah segar sering terlihat pada feses. Dapat terjadi anemia akibat kehilangan darah kronik.Pertumbuhan pada sigmoid atau rectum dapat mengenai radiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala gejala pada tungakai atau perineum.Hemoroid, nyeri pinggang bagian bawah, keinginan defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat alat tersebut.Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.

2.5 PatofisiologiKondisi yang sangat sinifikan pada perkembangan karsinoma rektal adalah adenokarsinoma.Adenokarsinoma rectum intramukosal muncul sebagai lesi epitel, biasanya terdapat di dalam suatu adenomatosa polip atau kelenjar. Sekitar 10% dari adenoma akhirnya akan berkembang menjadi adenokarsinoma. Proses ini mungkin memerlukan waktu hingga 10 tahun (Giovannucci, 2006).Adenokarsinoma secara jalur APC (adenomatous polyposis coli) melibatkan beberapa mutasi genetic, dimulai dengan inaktivasi dari gen APC, yang memungkinkan replikasi seluler di bawah permukaan dinding. Dengan peningkatan pembelahan sel, terjadi mutasi lebih lanjut, mengakibatkan aktivasi dari onkogen K-ras pada tahap awal dan mutasi p53 pada tahap-tahap selanjutnya. Kerugian kumulatif ini dalam fungsi gen supresor tumor mencegah apoptosis pada sindrom polyposis adenomatosa kekeluargaan (Leggett, 2001).Secara histologis, adenoma diklasifikasikan dalam tiga kelompok: tubular, tubulovillous, dan villous adenoma. Mutasi K-rasdan ketidakstabilan mikrosatelit telah diidentifikasi dalam hiperplastik polip.Oleh karena itu, hiperplastik polip mungkin juga memiliki potensi ganas dalam berbagai derajat (Leggett, 2001).Kondisi umum karsinogenik lainnya melibatkan jalur mutasi dalam perbaikan gen DNA. Banyak dari gen perbaikan yang tidak cocok telah diidentifikasi, termasuk hMLH1, hMSH2, hPMS1, hPMS2, dan hMSH6. Mutasi gen perbaikan secara negative memengaruhi perbaikan DNA. Kesalahan replikasi ini dapat ditemukan di sekitar 90% dari HNPCC dan 15% dari sporadic kanker rektal (Wheeler, 2000). Jalur karsinogenik terpisah juga dijelaskan dalam penyakit inflamasi usus.Peradanan kronis seperti pada colitis ulseratif dapat mengakibatkan perubahan genetic yang kemudian mengarah ke pembentukan dysplasia dan karsinoma (Giovannucci, 2006).Ketika terjadi pertumbuhan kanker, maka akan menyerang mukosa muskularis, struktur limfatik, struktur vascular, dan melibatkan kelenjar getah bening regional, di samping struktur, dan tempat yang jauh, terutama hati (Hassan, 2009). Mukosa di usus besar melakukan regenerasi kembali kira-kira setiap 6 hari. Sel-sel cript melakukan migrasi dari bawah ke permukaan, di mana kemudian mengalami diferensiasi dan pematangan, yang akhirnya kehilangan kemampuan untuk bereplikasi (Giovannucci, 2006)

pathway

pascabedahLuka pasca bedahPerubahan intake nutrisiprooperatifKecemasan pemenuhan informasiPort de entreeResiko infeksiGangguan devekasiKerusakan jaringan lunak pasca bedahKetidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhanAsupan nutrisi Tidak adekuatRespons serabut lokalnyeriNyeri dangkal abdominalIntervensi bedah kolektomiRespons psikologisPenyempitan dan obstruksi lumen rektumIntervensi radiasi dan kemoterapiKompresi saraf lokalanoreksiaKanker rektumResiko tinggi injurianemiaPendarahan intestinal feses becampur darahInvasi jaringan dan efek kompresi oleh tumorKerusakan jaringan vascular lokalKolastomi permanenIntoleransi aktivitasGangguan konsep diri (gambaran diri)Kontak agen karsinogenikPolip adenomatosaPerubahan meplasia pada dinding kolonKonsusmsi makanan rendah serat, banyak lemakAlkohol Kolisis ulseratikoleksistektomiFaktor keturunan dan penyakit genetikmerokok

2.6 Klasifikasi dan stadium KlasifikasiKlasifikasi Polip Kolorektal

Epiteliumsubmukosa

NeoplasiaNonneoplasia

PremalignaTubular

Tubulo villousum

VillosumDisplasia rendahDisplasia berat(karsinoma intra mukosa )Maligna/karsinomaKarsinomatosusPolip malignaMukosaHiperplastik

inflamatosa

pseudo poliphamartomajuvenille

peutz-jeghersLimfoid hiperplasiaPneumatosisCystoides intestinalisColitis cysticaprofundalifomakarsinoidlesi metastasis

leiomioma

StadiumStadium yang digunakan pada kanker rectum adalah system klasifikasi internasional yang dikenal sebagai TNM (Tumor, Nodus, Metastasis) dapat dilihat pada TabelStadium kanker rectum dengan menggunakan system TNM (AJCC, 1997)

Tumur Peimer(T)Kelenjar Getah Bening (KGB)Regiona (N)Metastasis Jauh(M)

TxTumor primer tidak dapat dinilaiNOMenunjukkan tidak ada keterlibatan KGBM0Tidak ada metastasis jauh

TisKarsinoma in situ, intraepithelial, atau invasi ke muskularis propia

T1Tumor invsi ke submukosa

T2Tumor invasi ke muskularis propiaN1Menunjukkan keterlibatan 1-3 KGB perirectal

T3Tumor menginvasi menuju subserosa atau jaringan perirectalN2Menunjukkan keterlibatan 4 KGB perirectalM1Ada metastasis jauh

T4Tumor menginvasi langsung organ atau struktur dan/atau perforasi peritoneum viseralN3Metastasi pada sepanjang nodus limfe

TablePengelompokkan stadium dan prediksi bertahap hidup

StadiumTNMStadium DukeBertahap hidup setelah 5 tahun

TNM

Stadium IT1-2N0M0A>90%

Stadium II AT3N0M0B60-85%

Stadium II BT4N0M060-85%

Stadium III aT1-2N1M0C55-60%

Stadium III bT3-4N1M035-42%

Stadium III cT1-4N2M025-27%

Stadium IVT1-4N0-2M15-7%

2.7 Penatalaksanaan Medis1. Terapi bedahTujuan utama tindak bedah ialah memperlanar saluran cerna, baik bersifat kuratif maupun nonkuratif.Kemoterapi dan radiasi bersifat paliatif dan tidak memberikan manfaat kuratif.Tindak bedah terdiri atas reseksi luas karsinoma primer dan kelenjar limfe regional. Bila sudah ada metastasis jauh, tumor primer akan direseksi juga dengan maksud mencegah obstruksi, perdarahan, anemia, inkontinensia, fistel, dan nyeri.Pada karsinoma rectum, teknik pembedahan yang dipilih tergantung dari letaknya, khususnya jarak batas bawah karsinoma dan anus. Sedapat mungkin anus dengan sfingter eksternal dan sfingter internal akan dipertahankan untuk menghindari anus preternaturalis.Bedah kuratif dilakukan bila tidak ditemukan gejala penyebaran local maupun jauh.Pada tumor sekum atau kolon asendens dilakukan hemikolektomi kanan, kemudian anastomosis ujung ke ujung.Pada tumor di fleksura hepatica dilakukan juga hemikolektomi.Pada tumor kolon tranversum dilakukan reseksi kolon transversum, kemudian anastomosis ujung ke ujung, sedangkan pada tumor kolon desendens dilakukan hemikolektomi kiri.Pada tumor sigmoid dilakukan reseksi sigmoid dan pada tumor rectum sepertiga proksimal dilakukan reseksi dengan mempertahankan sfingter anus, sedangkan pada tumor sepertiga distal dilakukan amputasi rektu melalui reseksi abdominoperineal (Weiser, 2005).2. Terapi radiasiRadiasi Endocavitary. Metode radioterapi ini berbeda dari radiasi pancaran eksternal terapi.Dalam dosis yang lebih besar, radiasi dapat dikirim ke wilayah yang lebih kecil selama periode yang lebih singkat.Kriteria seleksi untuk prosedur ini mirip dengan prosedur untuk transanal eksisi. Lesi dapat sejauh 10 cm dari anus hamper dan tidak lebih besar dari 3 cm. Radiasi ini disampaikan melalui proctoscope khusus dan dilakukan di ruang operasi dengan obat penenang (Kapiteijin, 2001).Ajuvan terapi radiasi.Terapi radiasi sebelum operasi memiliki banyak potensi keuntungan, termasuk menurunkan stadium kanker (Kapiteijin, 2001).3. Ajuvan kemoterapiPilihan kemoterapi untuk kanker usus besar dan rectum telah sangat berkembang dalam beberapa tahun terakhir, tetapi kemanjuran kemoterapi tetap tidak lengkap dan toksisitas tetap substansial.Kombinasi terapi dengan menggunakan obat-obatan sebanyak mungkin diperlukan untuk efek maksimal melawan kanker rectum.Agen kemoterapi karsinoma kolorektal yang dianjurkan adalah 5-fluorourasil (5-FU) dan telah digunakan dalam hubungannya dengan radiasi (kombinasi modalitas).Tahap I (T1-2, N0, M0) pasien kanker rectum tidak memerlukan terapi ajuvan karena angka kesembuhan yang tinggi dengan bedah reseksi.Pasien dengan kanker rectum (T3-4, N0, M0 atau Tany, N1-2, M0) harus menerima kemoterapi dan radioterapi primer (NCCN, 2009).

2.8 Pemeriksaan Diagnostik1. Pemeriksaan darah rutinPemeriksaan hitung darah lengkap, tes fungsi hati, dan elektrolit.2. Pemeriksaan endoskopikSigmoidoskopi (kaku atau fleksibel) dilakukan untuk mendeteksi adanya massa pada rectum.3. Double-contrast barium enemaDouble-contrast barium enema dapat mendeteksi kebanyakan tumor kolorektal (80-95%), tetapi harus didahului oleh sigmoidoskopi fleksibel.4. RadiografikCT scan dan MRI dilakukan untuk mendeteksi kanker rectum.MRI memiliki tingkat keakuratan yang lebih baik daripada CT scan pada deteksi kanker primer, tetapi CT scan lebih murah dan lebih banyak tersedia.

BAB IIIAsuhan Keperawatan Kanker Rektal3.1 PengkajianPengkajian kanker rectum terdiri atas pengkajian anamnesis, pemeriksaan fisik, dan evaluasi diagnostic.Pada pengkajian anamnesis didapatkan sesuai dengan kondisi klinik perkembangan penyakit.Keluhan utama yang lazim didapatkan adalah kesulitan dalam melakukan buang air besar dan perdarahan pada anus.Perdarahan anus dan perubahan dalam kebiasaan buang air besar atau gejala obstruksi lebih sering terjadi pada rectum daripada kanker kolon.Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang, perawat menanyakan seberapa parah tingkat kesulitan dari eliminasi feses. Apakah feses masih bias keluar tetapi dengan diameter feses yang sangat kecil, atau keluhan sudah mengalami obstruksi total. Keluhan obstruksi memberikn keluhan lain pada gangguan, seperti: nyeri dan ketidaknyamanan abdominal akibat gangguan dalam melakukan defekasi, malaise, mual, muntah, anoreksia, dan keluhan ini akan bertambah parah apabila pasien mendapat intervensi kemoterapi dan radiasi.Keluhan perdarahan anus terjadi pada sebagian besar pasien kanker rectum. Keluhan perdarahan dengan darah yang segar dan tidak berhenti dengan istirahat. Meskipun banyak orang berdarah karena hemoroid (wasir), perawat tetap harus menanyakan kemungkinan terjadinya perdarahan anus.Perdarahan anus yang berkepanjangan (mungkin dalam jumlah kecil yang tidak terlihat dalam feses) dapat mengakibatkan anemia, menyebabkan kelelahan, sesak napas, pusing, atau detak jantung yang cepat.Pada beberapa kasus juga didapatkan keluhan urine bercampur darah.Kondisi ini berhubungan jika tumor menyerang atau menekan kandung kemih atau prostat.Adanya massa di rectum dapat tumbuh begitu besar sehingga mencegah pengeluaran. Penyumbatan ini dapat menyebabkan perasaan konstipasi berat atau sakit ketika akan mengeluarkan BAB. Selain itu, nyeri perut atau kram mungkin terjadi karena penyumbatan. Ukuran feses menjadi lebih kecil atau tampak sempit sehingga bias melewati sekitar massarektal. Pasien kanker rectum mungkin mengeluh sensasi bahwa feses tidak bisa sepenuhnya dievakuasi dengan buang air besar.Keluhan nyeri abdomen biasanya selalu berhubungan dengan ketidakmampuan dalam melakuan defekasi sehingga terjadi distensi otot-otot abdomen. Keluhan nyeri pada punggung bawah (LBP) bias didapatkan dan ini biasanya merupakan tanda akhir yang disebabkan oleh tumor atau penekanan saraf menyerang spina lumbal.Keluhan malaise sering terjadi akibat kondisi anoreksia kronis dan ketakutan pasien untuk makan karena mereka berasumsi bahwa dengan makan akan terbentuk feses, sedangkan untuk melakukan defekasi sangat sulit. Malaise juga berhubungan dengan peningkatan asupan nutrisi oleh kanker dan penurunan sel darah merah akibat perdarahan anus.Keluhan penurunan berat badan tanpa diketahui penyebabnya sering didapatkan pada pasien kanker rectum, seperti adanya riwayat menderita polip rekti, riwayat pembedahan kolesistektomi, riwayat penggunaan alcohol, merokok, serta riwayat diet rendah serat dan tinggi lemak.Pengkajian riwayat penyakit keluarga merupakan hal yang penting untuk dilakukan secara saksama.Faktor predisposisi kanker rectum dengan riwayat familiar, terutama pada generasi terdekat seperti orang tua atau saudara kandung yang memiliki riwayat kanker atau polip rectum.Pengkajian psikososial akan didapatkan peningkatan kecemasan, serta perlunya pemenuhan informasi intervensi keperawatan, pengobatan, dan rencana pembedahan.Pemeriksaan fisik, survey umum bias terlihat sakit ringan, gelisah sampai sangat lemah. TTV biasa normal atau bias didapatkan perubahan, seperti takikardi dan peningkatan pernapasan.Pemeriksaan fisik dilakukan dengan perhatian khusus pada ukuran dan lokasi kanker rektal selain kemungkinan lesi metastasis, termasuk pembesaran kelenjar getah bening atau hepatomegaly. Pada pemeriksaan fisik focus akan didapatkan hal-hal sebagai berikut:a. Inspeksi: perdarahan pada feses atau perdarahan tunggal dari anus. Pada colok dubur, sarung tangan terlihat adanya darah. Pada kondisi penyebaran kanker ke anus akan terlihat kondisi abnormal dari anus.b. Auskultasi: biasanya bising usus normal.c. Perkusi: suara timpani abdomen didapatkan pada pasien yang mengalami kembung.d. Palpasi: colok dubur didapatkan adanya penyempitan atau terasa masa pada lumen rectum.

3.2 Diagnosa Keperawatan1. Pemenuhan informasi b.d. adanya intervensi kemoterapi, radioterapi, rencana pembedahan, dan rencana perawatan rumah.2. Risiko tinggi injuri b.d. anemia, pascaprosedur bedah amputasi rectum dan kolostomi.3. Nyeri b.d. kerusakan integritas jaringan, respons pembedahan.4. Gangguan konsep diri (gambaran diri) b.d. kolostomi permanen5. Intoleransi aktivitas b.d. cepat lelah, kelemahan fisik umum sekunder dari anemia6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. intake makanan yang kurang adekuat7. Risiko tinggi infeksi b.d. adanya port de entre luka pascabedah.8. Kecemasan pasien dan keluarga b.d. prognosis penyakit, rencana pembedahan.3.5 Rencana KeperawatanRencana keperawatan disusun sesuai dengan tingkat toleransi individu.Untuk intervensi pemenuhan informasi, nyeri, risiko injuri, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan konsep diri, risiko infeksi, dan kecemasan dapat disesuaikan dengan intervensi pada pasien kanker kolon.Sementara itu, untuk intervensi risiko tinggi infeksi dapat disesuaikan dengan intervensi pada pasien kanker esophagus atau kanker lambung.Intoleransi aktivitas b.d. cepat lelah, kelemahan fisik umum respons sekunder dari anemia

Tujuan: Dalam waktu 3x24 jam perawatan diri pasien optimal sesuai tingkat toleransi individu.Kriteria evaluasi:-kebutuhan sehari-hari pasien dapat terpenuhi.-pasien mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan intoleransi aktivitas.-pasien mampu mengidentifikasi metode untuk menurunkan intoleranaktivitas dan tidak terjadi komplikasi sekunder; seperti peningkatan frekuensi pernapasan dan kelelahan berat setelah 3 menit pasien melakukan aktivitas.

intoleransirasional

Kaji perubahan pada system saraf pusat dan status kardiorespirasiIdentifikasi terhadap kondisi penurunan tingkat kesadaran, khususnya pada pasien kanker rectum dengan penurunan kalori protein berat.

Pantau respons individu terhadap aktivitas

Beberapa pasien kanker rectum lebih banyak berhubungan dengan kondisi penurunan metabolism akibat anemia, kondisi ini dipertimbangkan dalam memenuhi aktivitas pasien sehari-hari.Pemantauan yang dilakukan, meliputi hal-hal berikut: Ukur nadi, tekanan darah, dan pernapasan saat istirahat. Pertimbangkan frekuensi, irama, dan kualitas (jika tanda-tanda abnormal misalnya nadi >100-konsulkan dengan dokter mengenai kemungkinan peningkatan aktivitas). Ukur tanda-tanda vital segera setalah aktivitas: ukur nadi selama 15 detik dari kalikan dengan 4 untuk mewakili hitungan satu menit penuh. Istirahatkan pasien selama 3 menit ukur lagi tanda-tanda vital. Hentikan aktivitas bila pasien berespons terhadap aktivitas dengan adanya keluhan nyeri dada, dyspnea, vertigo, atau konfusi, frekuensi nadi menurun, tekanan darah sistolik menurun. Kurangi intensitas frekuensi, atau lamanya aktivitas jika: nadi lebih lama dari 3-4 menit untuk kembali dalam 6 denyut dari frekuensi nadi istirahat, frekuensi pernapasan meningkat berlebihan setelah aktivitas, dan terdapat tanda-tanda lain hipoksia (misalnya: konfusi, vertigo).

Tingkatkan aktivitas secara bertahapIntervensi ini memudahkan pemulihan pada pasien kanker rectum, pascabedah, dan pasien yang mempunyai toleransi yang membaik. Intervensi yang dianjurkan, meliputi hal-hal berikut. Untuk pasien yang mengalami penurunan kalori protein, mulai lakukan rentang gerak sedikitnya 2 kali sehari. Rencanakan waktu istirahat sesuai dengan jadwal sehari-hari pasien (waktu istirahat dapat dilakukan antara aktiitas) Tingkatkan dorongan dapat melakukan secara tulus untuk memberi suasana positif yang mendorong peningkatan aktivitas; beri kepercayaaan kepada pasien bahwa mereka dapat meningkatkan status mobilitasnya. Beri penghargaan terhadap kemajuan yang dicapai. Pasien juga didorong untuk membuat jadwal aktivitas dan sasaran aktivitas fungsional (jika anda berjalan setengah dari lorong ini, Saya akan bermain kartu dengan Anda). Tingkatkan toleransi terhadap aktivitas dengan mendorong pasien melakukan aktivitas lebih lambat, untuk waktu yang lebih singkat, dengan istirahat lebih, atau dengan lebih banya bantuan. Tingkatkan toleransi latihan dengan meningkatkan waktu di luar tempat tidur sampai 15 menit setiap hari, tiga kali sehari. Anjurkan pasien untuk mengenalkan sepatu yang nyaman dan baik.

intervensirasional

Ajarkan pasien mengenai metode penghematan energy untuk aktivitas.Metode penghematan energy dapat mengurangi kebutuhan metabolism pada pasien kanker rectum dengan anema berat. Metode yang dapat dianjurkan adalah sebagai beriku: Luangkan waktu istirahat selama aktivitas, dalam interval selama siang hari dan satu jam setelah makan. Lebih baik duduk daripada berdiri saat melakukan aktivitas kecuali hal ini memungkinkan . Saat melakukan suatu tugas, istirahat setiap 3 menit selam 5 menit untuk menurunkn kebutuhan metabolisme hati. Hentikan aktivitas jika pasien keletihan atau terlihat tanda-tanda sesak napas.

Berikan bantuan sesuai tingkat toleransi (makan, minum, mandi, berpakaian, dan eliminasi)Teknik penghematan energy menurunkan penggunakan energy.

1.6 EvaluasiHasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai berikut.1. Informasi kesehatan terpenuhi.2. Tidak mengalami injuri pascaprosedur bedah reseksi kolon.3. Nyeri berkurang atau teradaptasi.4. Intake nutrisi optimal sesuai tingkat toleransi individu.5. Infeksi luka operask tidak terjadi.6. Kecemasan berkurang.7. Peningkatan konsep diri atau gambran diri.8. Peningkatan aktivitas.

BAB IVPENUTUP

4.1 KesimpulanTumor ganas di dinding usus sering berawal dari polip di lapisan usus. Pola makan tinggi lemak, rendah serat, alkohol berlebihan, kurang olahraga, dan obesitas (kegemukan) meningkatkan risiko kanker ini. Gejalanya adalah perubahan kebiasaan buang air besar dan kekerasan tinja, dan sensasi buang air belum tuntas. Kanker kolon atau rektum (kolorektal) dapat ditemukan dengan pemeriksaan penapis, meliputi uji tinja untuk darah dan kolonoskopi. Jika ditemukan dan ditangani sejak awal, kemungkinan hidup lima tahun atau lebih, akan meningkat.

4.2 SaranThe American Cancer Society merekomendasikan pemeriksaan rectal manual setiap tahun bagi orang dengan usia di atas 40 tahun, sample feses untuk menilai adanya darah setiap tahun setelah usia 50 tahun dan proktosigmoidoskopi setiap 3 5 tahun setelah usia 50 tahun, yang mengikuti pemeriksaan dengan dua kali hasil negative setiap tahunnya.Rekomendasi ini adalah untuk orang orang yang asimtomatik, dan evaluasi lebih sering pada individu yang diketahui mempunyai factor factor resiko yang lebih tinggi.Sebanyak 60 % dari kasus kanker kolorektal dapat diidentifikasi dengan sigmoidoskopi.

DAFTAR PUSTAKAAmerican Joint Committee on Cancer. 1997. AJCC Cancer Staging Manual. 5th ed. Philadelphia: Lippincott-Raven.Baron, J.A. Calcium Supplements for The Prevention of Colorectal Adenomas. Calcium Polyp Prevention Study Group. N Engl J Med. 340(2):101-7/14 Januari 1999.Baxter, N.N. dan Garcia-Aguilar J. Organ Preservation for rectal Cancer. J Clin Oncol. 25(8):1014-20/10 Maret 2007.Beets-Tan, RG. Dan Beets G.L. Rectal Cancer: Review with Emphasis on MR Imaging. Radiology. 232(2):335-46/Agustus 2004.Bipat, S. Rectal Cancer: Local Staging and Assessment of Lymph Node Involvement with Endolumminal US, CT, and MR Imaging-a Meta-Analysis. Radiology. 232(3):773-83/September 2004.Brounts, L.R. et al. Improved Rates of Colorectal Cancer Screening in An Equal Access Population. Am J Surg. 197(5):609-12; discussion 612-3/Mei 2009.Burt, R.W. Familial Risk and Colorectal Cancer. Gastroenterol Clin North Am. 25(4):793-803/Desember 1996.Cao S, Bhattacharya A., Durrani F.A. Dan Fakih M. Irinotecan, Oxaliplatin, and Raltitrexed for The Treatment of Advnced Colorectal Cancer. Expert Opinion on Pharmacotheray. 7(6):687-703/2006.Ceelen, W.P., Van Nieuwenhove. Y., dan Fierens K. Preoperative Chemoradiation versus Radiation Alone for Stage II and III Resectable Rectal Cancer.Cochrane Database Syst Rev. CD006041/21 Januari 2009.Chao, A. et al. Meat Consumption and Risk of Colorectal Cancer. JAMA.; 293(2):172-82/12 Januari 2005.