kanker paru

43
DAFTAR ISI.......................................... 1 BAB I PENDAHULUAN...................................................... .......................... 2 1.1. Latar Belakang.............................. 2 1.2. Tujuan Penulisan............................ 3 1.3. Manfaat Penulisan........................... 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................. 4 2.1..................................Kanker paru 4 2.1.1. Definisi ............................ 4 2.1.2. Epidemiologi......................... 4 2.1.3. Etiologi dan Faktor Risiko .......... 5 2.1.4. Klasifikasi dan Stadium Klinis ...... 7 2.2. Kanker Paru Sel Skuamosa............... 10 2.2.1. Definisi ............................ 10 2.2.2. Gejala Klinis ....................... 10 2.2.3. Diagnosis ........................... 10 2.2.4. Staging Non Small Cell Lung Carcinoma ...... 20 2.2.5. Penatalaksanaan...................... 22 2.2.6. Evaluasi ............................ 27 BAB IV KESIMPULAN .................................. 33 DAFTAR PUSTAKA...................................... 35

description

kanker paru

Transcript of kanker paru

Page 1: kanker paru

DAFTAR ISI...................................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 2

1.1. Latar Belakang................................................................................. 2

1.2. Tujuan Penulisan............................................................................. 3

1.3. Manfaat Penulisan........................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 4

2.1. Kanker paru...................................................................................... 4

2.1.1. Definisi .................................................................................. 4

2.1.2. Epidemiologi.......................................................................... 4

2.1.3. Etiologi dan Faktor Risiko .................................................... 5

2.1.4. Klasifikasi dan Stadium Klinis .............................................. 7

2.2. Kanker Paru Sel Skuamosa.............................................................. 10

2.2.1. Definisi .................................................................................. 10

2.2.2. Gejala Klinis .......................................................................... 10

2.2.3. Diagnosis ............................................................................... 10

2.2.4. Staging Non Small Cell Lung Carcinoma ............................. 20

2.2.5. Penatalaksanaan..................................................................... 22

2.2.6. Evaluasi ................................................................................. 27

BAB IV KESIMPULAN .................................................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 35

Page 2: kanker paru

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tingginya angka merokok pada masyarakat akan menjadikan kanker paru sebagai salah

satu masalah kesehatan di Indonesia, seperti masalah keganasan lainnya. Peningkatan angka

kesakitan penyakit keganasan, seperti penyakit kanker dapat dilihat dari hasil Survai Kesehatan

Rumah Tangga (SKRT) yang pada 1972 memperlihatkan angka kematian karena kanker masih

sekitar 1,01 % menjadi 4,5 % pada 1990.1

Data yang dibuat WHO menunjukan bahwa kanker paru adalah jenis penyakit keganasan

yang menjadi penyebab kematian utama pada kelompok kematian akibat keganasan, bukan

hanya pada laki laki tetapi juga pada perempuan.2 Buruknya prognosis penyakit ini mungkin

berkaitan erat dengan jarangnya penderita datang ke dokter ketika penyakitnya masih berada

dalam stadium awal penyakit. Hasil penelitian pada penderita kanker paru pascabedah

menunjukkan bahwa, rerata angka tahan hidup 5 tahunan stage I sangat jauh berbeda dengan

mereka yang dibedah setelah stage II, apalagi jika dibandingkan dengan staging lanjut yang

diobati adalah 9 bulan.

Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan

tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan

dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit

ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi

diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli rehabilitasi

medik dan ahli-ahli lainnya.

Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan ahli paru

untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat

membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan

penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun

tidak dapat menyembuhkannya. Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan, mengingat buruknya

respons kanker paru terhadap berbagai jenis pengobatan. Bahkan dalam beberapa kasus penderita

Page 3: kanker paru

kanker paru membutuhkan penangan sesegera mungkin meski diagnosis pasti belum dapat

ditegakkan.

Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup

keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di

paru). Dalam pedoman penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru

primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus

(bronchogenic carcinoma).3 Menurut konsep masa kini kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel

normal dapat menjadi sel kanker apabila oleh berbagai sebab terjadi ketidak seimbangan antara

fungsi onkogen dengan gen tumor suppresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel.4

Perubahan atau mutasi gen yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen dan/atau

kurang/hilangnya fungsi gen tumor suppresor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak

terkendali. Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang dikenal dengan proses

multistep carcinogenesis. Perubahan pada kromosom, misalnya hilangnya heterogeniti

kromosom atau LOH juga diduga sebagai mekanisme ketidak normalan pertumbuhan sel pada

sel kanker.

1.2. Tujuan

Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui definisi,

faktor resiko, klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, pemeriksaan penunjang, pengobatan dan

prognosis penyakit kanker paru terutama yang disebabkan oleh non small cell lung carcinoma

khususnya squamous cell lung carcinoma. Selain itu, penulisan laporan kasus ini juga bertujuan

untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik di Departemen Pulmonologi dan Respirasi RSUP

Haji Adam Malik Medan.

1.3. Manfaat

Laporan kasus ini bermanfaat sebagai bahan informasi bagi pembaca mengenai penyakit

kanker paru terutama yang disebabkan oleh non small cell lung carcinoma khususnya squamous

cell lung carcinoma.

Page 4: kanker paru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kanker Paru

2.1.1. Definisi

Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk suatu kelompok besar penyakit yang

dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Menurut National Cancer Institute, kanker adalah

istilah penyakit di mana sel-sel membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat menyerang

jaringan di sekitarnya. Kanker paru ialah konsekuensi fenotip dari akumulasi perubahan genetik

pada sel epitel saluran nafas yang berakibat terjadinya proliferasi seluler yang tidak terkontrol.5

2.1.2. Epidemiologi

Kanker paru masih menjadi salah satu keganasan yang paling sering, berkisar 20% dari

seluruh kasus kanker pada laki-laki dengan risiko terkena 1 dari 13 orang dan 12% dari semua

kasus kanker pada perempuan dengan risiko terkena 1 dari 23 orang. Di Inggris, sekitar 40.000

dari kasus baru dilaporkan setiap tahunnya. Perkiraan insidensi kanker paru pada laki-laki tahun

2005 di Amerika Serikat adalah 92.305 dengan rata-rata 91.537 orang meninggal karena kanker

paru.6,13

American Cancer Society mengestimasikan kanker paru di Amerika Serikat pada tahun

2010 sebagai berikut :

1. Sekitar 222.520 kasus baru kanker paru akan terdiagnosa (116.750

orang laki-laki dan 105.770 orang perempuan)

2. Estimasi kematian karena kanker paru sekitar 157.300 kasus (86.220

pada laki-laki dan 71.080 pada perempuan), berkisar 28% dari semua

kasus kematian karena kanker.

Risiko terjadinya kanker paru sekitar 4 kali lebih besar pada laki-laki dibandingkan

perempuan dan risiko meningkat sesuai dengan usia di Eropa insidensi kanker paru 7 dari

100.000 laki-laki dan 3 dari 100.000 perempuan pada usia 35 tahun, tetapi pada pasien > 75

tahun, insidensi 440 pada laki-laki dan 72 pada perempuan.6

Variasi insidensi kanker paru secara geografik yang luas juga dilaporkan dan hal ini

terutama berhubungan dengan kebiasaan merokok yang bervariasi di seluruh dunia.

Page 5: kanker paru

Menurut penelitian Widyastuti, jumlah penderita kanker paru di RSUP H. Adam Malik Medan

pada tahun 2000 ada 36 orang (7,07%), 54 orang (12,62%) tahun 2001, 88 orang (15,52%) pada

tahun 2002.7

2.1.3. Etiologi dan Faktor risiko

Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum

diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik

merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh,

genetik, dan lain-lain.3 Dibawah ini akan diuraikan mengenai faktor risiko penyebab terjadinya

kanker paru :

a. Merokok

Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu

85% dari seluruh kasus. Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya

telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok

dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari,

lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok.8,9

b. Perokok pasif

Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau

mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan

risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-

orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker

paru meningkat dua kali. Diduga ada 3.000 kematian akibat kanker paru tiap tahun di

Amerika Serikat terjadi pada perokok pasif.8,9

c. Polusi udara

Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya

kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya

dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti

statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat

dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka

dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa

Page 6: kanker paru

kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat

pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu

karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah

3,4 benzpiren.9

d. Paparan zat karsinogen

Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,

polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru. Risiko kanker

paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada

masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium

meningkat kalau orang tersebut juga merokok.3

e. Diet

Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene,

selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru.3

f. Genetik

Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena

penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi

pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan

berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk

juga gen-gen K-ras dan myc) dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen

rb, p53, dan CDKN2).9

g. Penyakit paru

Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi

risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat

sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan.8

Page 7: kanker paru

2.1.4. Klasifikasi dan Stadium Klinis

Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC) dan

kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini digunakan untuk

menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel tidak kecil adalah epidermoid,

adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya.10

Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik kanker paru yang

paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel

termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas

mendahului timbulnya tumor.

Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam

bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung

menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan

mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki daripada perempuan.9

Adenokarsinoma, memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat

mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen

bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan

fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada

stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-

gejala.

Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam

klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar

dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti

bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat

dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.

Karsinoma sel kecil umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di

sentral dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah

bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat

hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering

Page 8: kanker paru

ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh dan

sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact” pada sediaan biopsi. Gambaran

lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah

berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling

berdekatan.11

Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk

dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung

timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat

ke tempat-tempat yang jauh.9

Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan mesotelioma bronkus.

Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat menyerupai karsinoma

bronkogenik dan mengancam jiwa.

Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM menurut International

Union Against (IUAC)/The American Joint Comittee on Cancer (AJCC) 1997 adalah sebagai

berikut :

STADIUM TNM

Karsinoma tersembunyi Tx, N0, M0

Stadium 0 Tis, N0, M0

Stadium IA T1, N0, M0

Stadium IB T2, N0, M0

Stadium IIA T1, N1, M0

Stadium IIB T2, N1, M0

T3, N0, M0

Stadium IIIA T3, N1, M0

T1-3, N2, M0

Stadium IIIB T berapa pun, N3, M0

T4, N berapa pun, M0

Stadium IV T berapa pun, N berapa pun, M1

Page 9: kanker paru

Keterangan :

Status Tumor Primer (T)

T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer.

Tx : Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus,

tetapi tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi.

Tis : Karsinoma in situ.

T1 : Tumor berdiameter ≤ 3 cm dikelilingi paru atau pleura viseralis

yang normal.

T2 : Tumor berdiameter > 3 cm atau ukuran berapa pun yang sudah

menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan ateletaksis yang

meluas ke hilus; harus berjarak > 2 cm distal dari karina.

T3 : Tumor ukuran berapa saja yang langsung meluas ke dinding dada,

diafragma, pleura mediastinalis, dan perikardium parietal atau

tumor di bronkus utama yang terletak 2 cm dari distal karina, tetapi

tidak melibatkan karina, tanpa mengenai jantung, pembuluh darah

besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra.

T4 : Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum, jantung,

pembuluh darah besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, rongga

pleura/perikardium yang disertai efusi pleura/perikardium, satelit

nodul ipsilateral pada lobus yang sama pada tumor primer.

Keterlibatan Kelenjar Getah Bening Regional (N)

N0 : Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening regional.

N1 : Metastasis pada peribronkial dan/atau kelenjar hilus ipsilateral.

N2 : Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah bening

subkarina.

N3 : Metastasis pada mediastinal atau kelenjar getah bening hilus

kontralateral; kelenjar getah bening skalenus atau supraklavikular

ipsilateral atau kontralateral.

Page 10: kanker paru

Metastasis Jauh (M)

M0 : Tidak diketahui adanya metastasis jauh.

M1 : Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya otak (Huq,

2010).

2.2. Kanker Paru Sel Skuamosa

2.2.1. Definisi

Kanker paru sel skuamosa adalah salah satu tipe dari kanker paru bukan sel kecil. Sel

tumor skuamosa biasanya muncul pada bagian tengah paru atau di salah satu cabang utama jalur

pernafasan. Tumor ini dapat membentuk kavitas di paru apabila tumbuh menjadi ukuran yang

besar 13

2.2.2. Gejala Klinis

Kadang kanker paru tidak menimbulkan gejala dan ditemukan ketika melakukan x-ray

dada untuk kondisi yang lain. Gejala kanker paru biasa disebabkan oleh kanker parunya atau

oleh kondisi yang lain. Salah satu gejalanya adalah:

Nyeri dada

Batuk yang tidak pernah menghilang atau memburuk seiring dengan berjalannya waktu

Susah untuk bernafas

Mengi

Darah di dahak

Suara sesak

Hilangnya selera makan

Turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas

Susah menelan

Bengkak di daerah wajah dan/atau vena di leher

2.2.3. Diagnosis

Terpisah dari diagnosis insidental pasien kanker paru yang asimptomatik, kenyataannya

seluruh pasien dengan kanker paru mempunyai presentasi yang simptomatis. Pada pasien dengan

Page 11: kanker paru

riwayat merokok yang sudah lama atau mempunyai faktor resiko lain untuk kanker paru, adanya

symptom respirasi yang persisten seharusnya dilakukan pemeriksaan radiografi toraks.13

Karena kondisi metastasis jinak dan ganas bisa menyerupai kanker paru pada radiografi,

konfirmasi histologis juga diperlukan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemeriksaan sitologi,

bronkoskopi, atau CT-guided transthoracic needle biopsy, bergantung pada lokasi tumor.

(Winston medscape, 20??).

Skema 1. Alur deteksi dini kanker paru14

Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit paru lainnya,

terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan didapat keluhan utama

dan perjalanan penyakit, serta faktor–faktor lain yang sering sangat membantu tegaknya

diagnosis.14

Gejala klinis dapat dibagi berdasarakan:

I. Intrapulmonal : batuk, sesak nafas, nyeri dada

II. gejala intra torakal ekstrapulmo

Sindroma horner: endopthalmus, miosis, ptosis

Sindroma vena kava superior: pembengkakan pada lengan, wajah, leher, kolateral

vena pada dinding

Parese atau paralise diafragma n. frenikus

Parese atau paralise chorda vokalis n. recurrent

Disfagia esophagus

Efusi pleura penyebaran pada pembuluh getah bening regional intratorakal

III. Gejala ekstratorakal non metastase

Manifestasi neuromuscular: miopati, neuropati perifer, encepalopati

Manifestasi endokrin: sindroma cushing, hiperparatiroid dengan hiperkalsemia,

hiponatremia akibat sekresi ADH, hipoglikemia akibat sekresi insulin yang

berlebih

Manifestasi pada jaringan ikat dan tulang

Manifestasi vaskuler dan haematologi: anemia, purpura, migratory, tromboplebitis

Page 12: kanker paru

IV. Gejala ekstratorakal metastase Gejala tergantung ke daerah metastase ( tulang,

otak, pleura, paru kontralateral/ipsolateral, hepar, kelenjar adrenal )

Gambaran Radiologis

Hasil pemeriksaan radiologis adalah salah satu pemeriksaan penunjang yang mutlak

dibutuhkan untuk menentukan lokasi tumor primer dan metastasis, serta penentuan stadium

penyakit berdasarkan system TNM. Pemeriksaan radiologi paru yaitu Foto toraks PA/lateral, bila

mungkin CT-scan toraks, bone scan, Bone survey, USG abdomen dan Brain-CT dibutuhkan

untuk menentukan letak kelainan, ukuran tumor dan metastasis.14

a. Foto toraks

Pada pemeriksaan foto toraks PA/lateral akan dapat dilihat bila masa tumor dengan

ukuran tumor lebih dari 1 cm. Tanda yang mendukung keganasan adalah tepi yang

ireguler, disertai identasi pleura, tumor satelit tumor, dll. Pada foto tumor juga dapat

ditemukan telah invasi ke dinding dada, efusi pleura, efusi perikar dan metastasis

intrapulmoner. Sedangkan keterlibatan KGB untuk menentukan N agak sulit ditentukan

dengan foto toraks saja.

Kewaspadaan dokter terhadap kemungkinan kanker paru pada seorang penderita penyakit

paru dengan gambaran yang tidak khas untuk keganasan penting diingatkan. Seorang

penderita yang tergolong dalam golongan resiko tinggi (GRT) dengan diagnosis penyakit

paru, harus disertai difollow-up yang teliti. Pemberian OAT yang tidak menunjukan

perbaikan atau bahkan memburuk setelah 1 bulan harus menyingkirkan kemungkinan

kanker paru, tetapi lain masalahnya pengobatan pneumonia yang tidak berhasil setelah

pemberian antibiotik selama 1 minggu juga harus menimbulkan dugaan kemungkinan

tumor dibalik pneumonia tersebut.

Foto toraks memberikan manifestasi antara lain: massa radiopaque di paru, massa +

obstruksi jalan nafas dengan gambaran atelektase, massa + gambaran pneumonia,

pembesaran kelenjar para hilar, kavitasi: terjadi 2-10% kasus, tumor pancoast: terdapat

gambaran massa di daerah superior atau apeks lobus superior, efusi pleura. Bila foto

toraks menunjukkan gambaran efusi pleura yang luas harus diikuti dengan pengosongan

isi pleura dengan punksi berulang atau pemasangan WSD dan ulangan foto toraks agar

Page 13: kanker paru

bila ada tumor primer dapat diperlihatkan. Keganasan harus difikirkan bila cairan bersifat

produktif, dan/atau cairan serohemoragik.14

Gambar 1. Gambaran radiopaque di paru kanan

Gambar 2. Cavitated bronchogenic carcinoma

b. CT-Scan toraks

Tehnik pencitraan ini dapat menentukan kelainan di paru secara lebih baik daripada foto

toraks. CT-scan dapat mendeteksi tumor dengan ukuran lebih kecil dari 1 cm secara lebih

tepat. Demikian juga tanda-tanda proses keganasan juga tergambar secara lebih baik,

bahkan bila terdapat penekanan terhadap bronkus, tumor intra bronkial, atelektasis, efusi

pleura yang tidak masif dan telah terjadi invasi ke mediastinum dan dinding dada meski

tanpa gejala. Lebih jauh lagi dengan CT-scan, keterlibatan KGB yang sangat berperan

untuk menentukan stage juga lebih baik karena pembesaran KGB (N1 s/d N3) dapat

dideteksi. Demikian juga ketelitiannya mendeteksi kemungkinan metastasis

intrapulmoner.14

c. Pemeriksaan radiologik lain

Kekurangan dari foto toraks dan CT-scan toraks adalah tidak mampu mendeteksi telah

terjadinya metastasis jauh. Untuk itu dibutuhkan pemeriksaan radiologik lain, misalnya

Brain-CT untuk mendeteksi metastasis di tulang kepala / jaringan otak, bone scan

dan/atau bone survey dapat mendeteksi metastasis diseluruh jaringan tulang tubuh. USG

abdomen dapat melihat ada tidaknya metastasis di hati, kelenjar adrenal dan organ lain

dalam rongga perut.14

Pemeriksaan khusus

a. Bronkoskopi

Bronkoskopi adalah pemeriksan dengan tujuan diagnostik sekaligus dapat dihandalkan

untuk dapat mengambil jaringan atau bahan agar dapat dipastikan ada tidaknya sel ganas.

Page 14: kanker paru

Pemeriksaan ada tidaknya masa intrabronkus atau perubahan mukosa saluran napas,

seperti terlihat kelainan mukosa tumor misalnya, berbenjol-benjol, hiperemis, atau

stinosis infiltratif, mudah berdarah. Tampakan yang abnormal sebaiknya di ikuti dengan

tindakan biopsi tumor/dinding bronkus, bilasan, sikatan atau kerokan bronkus. (PDPI,

2005)

Gambar 3. Gambaran bronkoskopi

b. Biopsi aspirasi jarum

Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan, misalnya karena amat mudah

berdarah, atau apabila mukosa licin berbenjol, maka sebaiknya dilakukan biopsi aspirasi

jarum, karena bilasan dan biopsi bronkus saja sering memberikan hasil negatif.14

c. Transbronchial Needle Aspiration (TBNA)

TBNA di karina, atau trakea 1/1 bawah (2 cincin di atas karina) pada posisi jam 1 bila

tumor ada dikanan, akan memberikan informasi ganda, yakni didapat bahan untuk

sitologi dan informasi metastasis KGB subkarina atau paratrakeal.14

d. Transbronchial Lung Biopsy (TBLB)

Jika lesi kecil dan lokasi agak di perifer serta ada sarana untuk fluoroskopik maka biopsi

paru lewat bronkus (TBLB) harus dilakukan.14

e. Biopsi Transtorakal (Transthoraxic Biopsy, TTB)

Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2 cm, TTB dengan bantuan flouroscopic

angiography. Namun jika lesi lebih kecil dari 2 cm dan terletak di sentral dapat dilakukan

TTB dengan tuntunan CTscan.14

f. Biopsi lain

Page 15: kanker paru

Biopsi jarum halus dapat dilakukan bila terdapat pembesaran KGB atau teraba masa yang

dapat terlihat superfisial. Biopsi KBG harus dilakukan bila teraba pembesaran KGB

supraklavikula, leher atau aksila, apalagi bila diagnosis sitologi/histologi tumor primer di

paru belum diketahui. Biopsi Daniels dianjurkan bila tidak jelas terlihat pembesaran KGB

suparaklavikula dan cara lain tidak menghasilkan informasi tentang jenis sel kanker.

Punksi dan biopsi pleura harus dilakukan jika ada efusi pleura.14

g. Torakoskopi medik

Dengan tindakan ini massa tumor di bagaian perifer paru, pleura viseralis, pleura parietal

dan mediastinum dapat dilihat dan dibiopsi.14

h. Sitologi sputum

Sitologi sputum adalah tindakan diagnostik yang paling mudah dan murah. Kekurangan

pemeriksaan ini terjadi bila tumor ada di perifer, penderita batuk kering dan tehnik

pengumpulan dan pengambilan sputum yang tidak memenuhi syarat. Dengan bantuan

inhalasi NaCl 3% untuk merangsang pengeluaran sputum dapat ditingkatkan.

Semua bahan yang diambil dengan pemeriksaan tersebut di atas harus dikirim ke

laboratorium Patologi Anatomik untuk pemeriksaan sitologi/histologi. Bahan berupa

cairan harus dikirim segera tanpa fiksasi, atau dibuat sediaan apus, lalu difiksasi dengan

alkohol absolut atau minimal alcohol 90%. Semua bahan jaringan harus difiksasi dalam

formalin 4%.14

Pemeriksaan invasif lain

Pada kasus kasus yang rumit terkadang tindakan invasif seperti Torakoskopi dan

tindakan bedah mediastinoskopi, torakoskopi, torakotomi eksplorasi dan biopsi paru terbuka

dibutuhkan agar diagnosis dapat ditegakkan. Tindakan ini merupakan pilihan terakhir bila dari

semua cara pemeriksaan yang telah dilakukan, diagnosis histologis / patologis tidak dapat

ditegakkan. Semua tindakan diagnosis untuk kanker paru diarahkan agar dapat ditentukan:

1. Jenis histologis;

2. Derajat (staging);

3. Tampilan (tingkat tampil, "performance status"), sehingga jenis

Page 16: kanker paru

pengobatan dapat dipilih sesuai dengan kondisi penderita.14

Tabel 2. Klasifikasi histologi karsinoma bronkogenik dan insidensi

Tabel 3. Perbandingan SCLC dan NSCLC

Gambar 4. Gambaran histopatologis pada Kanker Paru

Pemeriksaan lain

a. Petanda Tumor

Petanda tumor yang telah ada seperti CEA, Cyfra21-1, NSE dan lainya tidak dapat

digunakan untuk mendiagnosis tetapi masih digunakan evaluasi hasil pengobatan.14

b. Pemeriksaan biologi molekuler

Pemeriksaan biologi molekuler telah semakin berkembang, cara paling sederhana dapat

menilai ekspresi beberapa gen atau produk gen yang terkait dengan kanker paru,seperti

protein p53, bcl2, dan lainya. Manfaat utama dari pemeriksaan biologi molekuler adalah

menentukan prognosis penyakit.14

2.2.4 Staging Non Small Cell Lung Carcinoma (NSCLC)Karena pentingnya stage terhadap proses pemilihan terapi, seluruh pasien dengan

NSCLC harus di staging secara tepat. Pemeriksaan staging yang lengkap pada NSCLC harus

Page 17: kanker paru

dilakukan untuk mengevaluasi luasnya penyakit. Hasil dari staging ini diharapkan dapat

digunakan untuk menuntun pemeriksaan selanjutnya.11

Tabel 1. TNM Classification for Non-Small Cell Lung Cancer

Primary Tumor (T)

Tx Primary tumor cannot be assessed, or the tumor is proven by presence of

malignant cells in sputum or bronchial washing but is not visualized by

imaging or bronchoscopy

T0 No evidence of primary tumor

Tis Carcinoma in situ

T1 Tumor ≤ 3 cm in greatest dimension, surrounded by lung or visceral pleura, no

bronchoscopic evidence of invasion more proximal than the lobar bronchus

(not in the main bronchus); superficial spreading of tumor in the central

airways (confined to the bronchial wall)

T1a Tumor ≤ 2 cm in the greatest dimension

T1b Tumor > 2 cm but ≤ 3 cm in the greatest dimension

T2 Tumor > 3 cm but ≤ 7 cm or tumor with any of the following:

Invades visceral pleura

Involves the main bronchus ≥ 2 cm distal to the carina

Associated with atelectasis/ obstructive pneumonitis extending to hilar

region but not involving the entire lung

T2a Tumor > 3 cm but ≤ 5 cm in the greatest dimension

T2b Tumor > 5 cm but ≤ 7 cm in the greatest dimension

T3 Tumor > 7 cm or one that directly invades any of the following:

Chest wall (including superior sulcus tumors), diaphragm, phrenic

nerve, mediastinal pleura, or parietal pericardium;

Or tumor in the main bronchus < 2 cm distal to the carina but without

involvement of the carina

Or associated atelectasis/ obstructive pneumonitis of the entire lung or

separate tumor nodule(s) in the same lobe

T4 Tumor of any size that invades any of the following; mediastinum, heart, great

vessels, trachea, recurrent laryngeal nerve, esophagus, vertebral body, or

Page 18: kanker paru

carina; or separate tumor nodule(s) in a different ipsilateral lobe

Regional lymph nodes (N)

Nx Regional lymph nodes cannot be assessed

N0 No regional node metastasis

N1 Metastasis in ipsilateral peribronchial and/or ipsilateral hilar lymph nodes and

intrapulmonary nodes, including involvement by direct extension

N2 Metastasis in the ipsilateral mediastinal and/or subcarinal lymph node(s)

N3 Metastasis in the contralateral mediastinal, contralateral hilar, ipsilateral or

contralateral scalene or supraclavicular lymph nodes

Distant metastasis (M)

Mx Distant metastasis cannot be assessed

M0 No distant metastasis

M1 Distant metastasis

M1a Separate tumor nodule(s) in a contralateral lobe; tumor with pleural nodules or

malignant pleural (or pericardial) effusion

M1b Distant metastasis

Tabel 2. Anatomic stage/prognostic groups

Stage T N M

Ia T1a N0 M0

T1b N0 M0

Ib T2a N0 M0

IIa T1a N1 M0

T1b N1 M0

T2a N1 M0

T2b N0 M0

IIb T2b N1 M0

T3 N0 M0

IIIa T1 N2 M0

Page 19: kanker paru

T2 N2 M0

T3 N2 M0

T3 N1 M0

T4 N0 M0

T4 N1 M0

IIIb T4 N2 M0

T1 N3 M0

T2 N3 M0

T3 N3 M0

T4 N3 M0

IV T any N any M1a or 1b

2.2.5. Penatalaksanaan

Pengobatan kanker paru adalah combined modality therapy (multi-modaliti terapi).

Kenyataanya pada saat pemilihan terapi, sering bukan hanya diharapkan pada jenis histologis,

derajat dan tampilan penderita saja tetapi juga kondisi non-medisseperti fasiliti yang

dimilikirumah sakit dan ekonomi penderita juga merupakan faktor yang amat menentukan.

Pembedahan

Indikasi pembedahan pada kanker paru adalah untuk KPKBSK stadium I dan II.

Pembedahan juga merupakan bagian dari “combine modality therapy”, misalnya kemoterapi

neoadjuvan untuk KPBKSK stadium IIIA. Indikasi lain adalah bila ada kegawatan yang

memerlukan intervensi bedah, seperti kanker paru dengan sindroma vena kava superiror berat.

Prinsip pembedahan adalah sedapat mungkin tumor direseksi lengkap berikut jaringan

KGB intrapulmoner, dengan lobektomi maupun pneumonektomi. Segmentektomi atau reseksi

baji hanya dikerjakan jika faal paru tidak cukup untuk lobektomi. Tepi sayatan diperiksa dengan

potong beku untuk memastikan bahwa batas sayatan bronkus bebas tumor. KGB mediastinum

diambil dengan diseksi sistematis, serta diperiksa secara patologi anatomis.14

ALUR TINDAKAN DIAGNOSIS KANKER PARU

Page 20: kanker paru

Hal penting lain yang penting dingat sebelum melakukan tindakan bedah adalah

mengetahui toleransi penderita terhadap jenis tindakan bedah yang akan dilakukan. Toleransi

penderita yang akan dibedah dapat diukur dengan nilai uji faal paru dan jika tidak memungkin

dapat dinilai dari hasil analisis gas darah (AGD) :

Syarat untuk reseksi paru

Resiko ringan untuk Pneumonektomi, bila KVP paru kontralateral baik, VEP1>60%

Risiko sedang pneumonektomi, bila KVP paru kontralateral > 35%, VEP1 > 60%

Radioterapi

Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau paliatif. Pada terapi kuratif,

radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neoadjuvan untuk KPKBSK stadium IIIA. Pada

kondisi tertentu, radioterapi saja tidak jarang menjadi alternatif terapi kuratif. Radiasi sering

merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk meringankan keluhan penderita, seperti

sindroma vena kava superiror, nyeri tulang akibat invasi tumor ke dinding dada dan metastasis

tumor di tulang atau otak.

Penetapan kebijakan radiasi pada KPKBSK ditentukan beberapa faktor

1. Staging penyakit

2.Status tampilan

3. Fungsi paru

Bila radiasi dilakukan setelah pembedahan, maka harus diketahui :

- Jenis pembedahan termasuk diseksi kelenjar yang dikerjakan

- Penilaian batas sayatan oleh ahli Patologi Anatomi (PA)

Dosis radiasi yang diberikan secara umum adalah 5000 – 6000 cGy, dengan cara pemberian 200

cGy/x, 5 hari perminggu.

Syarat standar sebelum penderita diradiasi adalah :

1. Hb > 10 g%

2. Trombosit > 100.000/mm3

Page 21: kanker paru

3. Leukosit > 3000/dl

Radiasi paliatif diberikan pada unfavourable group, yakni :

1. PS < 70.

2. Penurunan BB > 5% dalam 2 bulan.

3. Fungsi paru buruk.

Kemoterapi

Kemoterapi dapat diberikan pada semua kasus kanker paru. Syarat utama harus ditentukan jenis

histologis tumor dan tampilan (performance status) harus lebih dan 60 menurut skala Karnosfky

atau 2 menurut skala WHO. Kemoterapi dilakukan dengan menggunakan beberapa obat

antikanker dalam kombinasi regimen kemoterapi. Pada keadaan tertentu, penggunaan 1 jenis

obat anti kanker dapat dilakukan.14

Prinsip pemilihan jenis antikanker dan pemberian sebuah regimen kemoterapi adalah:

1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)

2. Respons obyektif satu obat antikanker s 15%

3. Toksisiti obat tidak melebihi grade 3 skala WHO

4. Harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 siklus pada penilaian terjadi tumor

progresif.

Regimen untuk KPKBSK adalah :

1. Platinum based therapy ( sisplatin atau karboplatin)

2. PE (sisplatin atau karboplatin + etoposid)

3. Paklitaksel + sisplatin atau karboplatin

4. Gemsitabin + sisplatin atau karboplatin

5. Dosetaksel + sisplatin atau karboplatin

Syarat standar yang harus dipenuhi sebelum kemoterapi :

1. Tampilan > 70-80, pada penderita dengan PS < 70 atau usia lanjut, dapat diberikan obat

antikanker dengan regimen tertentu dan/atau jadual tertentu.

2. Hb > 10 g%, pada penderita anemia ringan tanpa perdarahan akut, meski Hb < 10 g% tidak

perlu tranfusi darah segera, cukup diberi terapi sesuai dengan penyebab anemia.

Page 22: kanker paru

3. Granulosit > 1500/mm3

4. Trombosit > 100.000/mm3

5. Fungsi hati baik

6. Fungsi ginjal baik (creatinin clearance lebih dari 70 ml/menit)

Dosis obat anti-kanker dapat dihitung berdasarkan ketentuan farmakologik masing

masing. Ada yang menggunakan rumus antara lain, mg/kg BB, mg/luas permukaan tubuh (BSA),

atau obat yang menggunakan rumusan AUC (area under the curve) yang menggunakan CCT

untuk rumusnya.

Luas permukaan tubuh (BSA) diukur dengan menggunakan parameter tinggi badan dan berat

badan, lalu dihitung dengan menggunakan rumus atau alat pengukur khusus (nomogram yang

berbentuk mistar) Untuk obat anti-kanker yang mengunakan AUC ( misal AUC 5), maka dosis

dihitung dengan menggunakan rumus atau nnenggunakan nomogram.14

Dosis (mg) = (target AUC) x ( GFR + 25) Nilai GFR atau gromenular filtration rate dihitung

dari kadar kreatinin dan ureum darah penderita.

Evaluasi hasil pengobatan

Umumnya kemoterapi diberikan sampai 6 sikius/sekuen, bila penderita menunjukkan respons

yang memadai. Evaluasi respons terapi dilakukan dengan melihat perubahan ukuran tumor pada

foto toraks PA setelah pemberian (sikius) kemoterapi ke-2 dan kalau memungkinkan

menggunakan CT-Scan toraks setelah 4 kali pemberian.

Evaluasi dilakukan terhadap

- Respons subyektif yaitu penurunan keluhan awal

- Respons semisubyektif yaitu perbaikan tampilan, bertambahnya berat badan

- Respons obyektif

- Efek samping obat

Respons obyektif dibagi atas 4 golongan dengan ketentuan

1. Respons komplit (complete response , CR) : bila pada evaluasi tumor hilang 100% dan keadan

ini menetap lebih dari 4 minggu.

2. Respons sebagian (partial response, PR) : bila pengurangan ukuran tumor > 50% tetapi <

100%.

Page 23: kanker paru

3. Menetap {stable disease, SD) : bila ukuran tumor tidak berubahatau mengecil > 25% tetapi <

50%.

4. Tumor progresif (progresive disease, PD) : bila terjadi petambahan ukuran tumor > 25% atau

muncul tumor/lesi baru di paru atau di tempat lain.

Hal lain yang perlu diperhatikan datam pemberian kemoterapi adalah timbulnya efek

samping atau toksisiti. Berat ringannya efek toksisiti kemoterapi dapat dinilai berdasarkan

ketentuan yang dibuat WHO.

Imunoterapi

Ada beberapa cara dan obat yang dapat digunakan meskipun belum ada hasil penelitian di

Indonesia yang menyokong manfaatnya.

Hormonoterapi

Ada beberapa cara dan obat yang dapat digunakan meskipun belum ada hasil penelitian di

Indonesia yang menyokong manfaatnya.

Terapi Gen

Teknik dan manfaat pengobatan ini masih dalam penelitian.

PENGOBATAN PALIATIF DAN REHABILITASI

Pengobatan Paliatif

Hal yang perlu ditekankan dalam terapi paliatif adalah tujuannya untuk meningkatkan

kualitas hidup penderita sebaik mungkin. Gejala dan tanda karsinoma bronkogenik dapat

dikelompokkan pada gejala bronkopulmoner, ekstrapulmoner intratorasik, ekstratoraksik non

metastasis dan ekstratorasik metastasis.14

Sedangkan keluhan yang sering dijumpai adalah batuk, batuk darah, sesak napas dan nyeri dada.

Pengobatan paliatif untuk kanker paru meliputi radioterapi, kemoterapi, medikamentosa,

fisioterapi, dan psikososial. Pada beberapa keadaan intervensi bedah, pemasangan stent dan

cryotherapy dapat dilakukan.

Page 24: kanker paru

Rehabilitasi Medik

Pada penderita kanker paru dapat terjadi gangguan muskuloskeletal terutama akibat metastasis

ke tulang. Manifestasinya dapat berupa inviltrasi ke vetebra atau pendesakan syaraf. Gejala yang

tirnbul berupa kesemutan, baal, nyeri dan bahkan dapat terjadi paresis sampai paralisis otot,

dengan akibat akhir terjadinya gangguan mobilisasi/ambulasi.

Upaya rehabilitasi medik tergantung pada kasus, apakah operabel atau tidak.

- Bila operabel tindakan rehabilitasi medik adalah preventif dan restoratif.

- Bila non-operabel tindakan rehabilitasi medik adalah suportif dan paliatif.

Untuk penderita kanker paru yang akan dibedah perlu dilakukan rehabilitasi medik prabedah dan

pascabedah, yang bertujuan membantu memperoleh hasil optimal tindakan bedah, terutama

untuk mencegah komplikasi pascabedah (misalnya: retensi sputum, paru tidak mengembang) dan

mempercepat mobilisasi.

Tujuan program rehabilitasi medik untuk kasus yang nonoperabel adalah untuk memperbaiki dan

mempertahankan kemampuan fungsional penderita yang dinilai berdasarkan skala Karnofsky.

Upaya ini juga termasuk penanganan paliatif penderita kanker paru dan layanan hospis (dirumah

sakit atau dirumah).

2.2.6 EVALUASI (follow-up)

Angka kekambuhan (relaps) kanker paru paling tinggi terjadi pada 2 tahun pertarna,

sehingga evaluasi pada pasien yang telah diterapi optimal dilakukan setiap 3 bulan sekali.

Evaluasi meliputi pemeriksaan klinis dan radiologis yaitu foto toraks PA / lateral dan Ct-scan

thoraks, sedangkan pemeriksaan lain dilakukan atas indikasi.

Alur Penatalaksnaan Kanker Paru Jenis Karsinoma bukan sel kecil

Page 25: kanker paru

Metastasis

Metastasis kanker paru dapat terJadi di dalam paru (intrapulmoner) dan/atau di luar paru

(ekstrapulmoner). Metastasis intrapulmoner tidak memerlukan tindakan khusus, sedangkan

metastasis ekstrapulmoner terkadang membutLihkannya. Keluhan nyeri atau sesak napas akibat

invasi langsung tumor ke dinding dada atau mediastinum ipsilateral tidak dianggap sebagai

metastasis, meskipun terkadang dibutuhkan tindakan khusus untuk mengatasi keluhan tersebut.

Metastasis diatasi bila telah menimbulkan keluhan tetapi terkadang perlu segera dilakukan

tindakan sebagai usaha preventif, misalnya telah terjadi metastasis ke tulang belakang.

Prinsip pengobatan untuk metastasis ini lebih diupayakan untuk memperbaiki kualitas

hidup penderita. Metastasis ke Tulang. Keluhan yang sering terjadi adalah nyeri dan patah

tulang. Nyeri akibat metastasis ke tulang dapat diatasi dengan pemberian radiasi. Jika tidak

memungkinkan maka nyeri di atasi dengan pemberian obat penghilang nyeri (cancer pain).

Fraktur (patah) tulang sering terjadi akibat metastasis ke tulang panjang, penatalaksaan untuk

patah tulang akibat metastasis ini sama seperti kasus patah tulang lainnya.

Metastasis ke otak. KPKBS Jenis adenokarsinoma sering bermetastasis ke otak. Bila

memungkinkan maka intervensi bedah dapat dilakukan untuk nodulsoliter di otak. Bila terjadi

multipeinodul di otak atau tindakan bedah tidak mungkin dilakukan maka radiasi menjadi

pilihan. Jika tidak memungkinkan untuk tindakan bedah dan radiasi maka keluhan akibat

penekanan di rongga kepala dapat dikurangi dengan pemberian obat golongan steroit. Metastasis

ke organ lain. Penatalaksanaan dilakukan sesual dengan keluhan yang timbul.

Page 26: kanker paru

KESIMPULAN

Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberkulosis, paling sering (sekitar 80%) terjadi di paru.

TB Milier merupakan penyakit Limfo-Hematogen sistemik akibat penyebaran

kuman M. tuberkulosis dari kompleks primer yang biasanya terjadi dalam waktu 2-6

bulan pertama setelah infeksi awal. Tuberkulosis Milier adalah suatu bentuk Tuberkulosa

paru dengan terbentuknya granuloma. Granuloma yang merupakan perkembangan

penyakit dengan ukuran kurang lebih sama kelihatan seperti biji ‘milet’ (sejenis gandum),

berdiameter 1-2 mm. Tuberkulosis jenis ini bisa terjadi pada semua golongan umur,

namun sebagian besar penderita berumur kurang dari 5 tahun.

Tuberkulosis merupakan penyakit yang sudah sangat lama dikenal oleh manusia,

walaupun begitu hingga saat ini TB masih merupakan masalah kesehatan utama di

seluruh dunia, terutama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia,

bahkan secara global Indonesia menduduki periTetapi penanggulangan TB terutama di

negara-negara yang sedang berkembang masih belum memuaskan, karena angka

kesembuhan hanya mencapai 30% saja, masalah ini disebabkan oleh berbagai hal, yaitu ;

- Meningkatnya populasi TB sehubungan adanya letusan HIV.

- Timbulnya resistensi terhadap beberapa obat anti-TB.

- Kurangnya kesadaran akan pentingnya menyelesaikan jangka waktu pengobatan

TB tanpa putus.

- Kurangnya biaya pengadaan obat anti-TB seperti Rifampicin dan Pirazinamid

yang relatif mahal.

- Kurangnya perhatian aparat pemerintah terhadap besarnya masalah TB ini dan

kurang terpadunya penanggulangann yang kat ketiga sebagai penyumbang

kasus TB terbanyak di dunia.

Diagnosa ditegakkan bila memenuhi kriteri minimal :

1. Anamnesa : ada riwayat kontak dengan penderita TBC dewasa dan aktif.

2. Mantoux test positif.

3. Ditemukan TBC extra paru.

Page 27: kanker paru

Di Indonesia berdasarkan survey Departemen Kesehatan tahun 1980, penyakit ini

masih tergolong 4 besar. Selain itu diketahui juga bahwa 75% penderita tuberculosis paru

berasal dari golongan tenaga kerja produktif (umur 15-60 tahun) dan berasal dari

golongan ekonomi lemah. Di negara maju seperti Amerika Serikat, angka kesakitan yang

tercatat pada tahun 1976 sebesar 15,9 dari 100.000 penduduk.

Page 28: kanker paru

DAFTAR PUSTAKA

1. Aditama, T.Y., 1996.Rokok dan Kesehatan.Jakarta : UI Press.

2. American Cancer Society. Cancer Facts & Figures 2013. Atlanta, Ga: American Cancer

Society; 2013.

3. Amin, Z. Kanker Paru. Dalam : Sudoyo, A.W., Setryohadi, B,, Alwi, I. Jakarta : Bina Utama.

2006

4. Badan Litbang Kesehatan, Departemen Kesehatan RI. Kumpulan Makalah Simposium

Nasional Litbangkes IV. 2008. Available from :

http://www.litbang.depkes.go.id/Simnas4/Day_2/SUMUT.pdf. [diakses 18 September 2013]

5. National Cancer Institute at The National Institute of Health. What is Cancer? 2013.

Available from :

http://www.cancer.gov/cancertopics/cancerlibrary/what-is-cancer [diakses 18 September

2013]

6. American Cancer Society. Cancer Facts & Figures for African Americans 2013-2014.

Atlanta, Ga: American Cancer Society; 2013.

7. Widyastuti, S.,2004.Karakteristik Penderita Kanker Paru yang Dirawat Inap di RSUP H.

Adam Malik Medan Tahun 2000-2002. Skripsi Mahasiswa FKM USU.

8. Stoppler, M.C.2010.Lung Cancer. Available from : http://www.emedicinehealth [Accesed on

20 September 2013]

9. Price, S.A. & Wilson, L.M.,2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi

6.Jakarta : EGC.

10. American Joint Committee on Cancer. Lung. AJCC Cancer Staging Manual. 7th ed. New

York: Springer. 2010:253–266.

11. Kumar, V., Cotran, R.S., & Robbins, S.L.,2007.Buku Ajar Patologi Edisi 7.Jakarta : EGC.

12. Alberg AJ, Brock MV, Stuart JM. Epidemiology of lung cancer: Looking to the future.  J

Clin Oncol. 2005;23:3175–3185.

13. S. Christine N.S., Rusdiana. Hubungan Merokok dengan Kanker Paru di RSUP Haji Adam

Malik Tahun 2009. Available from : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21470

[diakses 18 September 2013]

Page 29: kanker paru

14. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,2003.Kanker Paru : Pedoman Diagnosis & Penatalak-

sanaan di Indonesia.Jakarta : PDPI