Kanker Ovarium Yulin
-
Upload
uchi-cahyandani-alami -
Category
Documents
-
view
109 -
download
2
Transcript of Kanker Ovarium Yulin
KANKER OVARIUM
PENDAHULUAN
Dinegara maju, kecuali jepang, kanker ovarium
berada pada urutan keenam dari tumor ganas pada
wanita setelah karsinoma payudara, kolorektal, servicks
uteri, paru dan limfoma.Penyakit ini mempunyai
mortilitas tertinggi dari tumor ganas ginekologik. Di
indonesia karsinoma ovarium, juga terdapat pada urutan
keenam terbanyak dari tumor ganas pada wanita
setelah karsinoma serviks, uteri, panyudara, kolorektal,
kulit dan limfoma.
Pada umumnya kanker ovarium ditemukan pada
stadium lanjut. Sebagian besar tumor membesar dan
menyebar ke organ sekitarnya tanpa keluha. Itulah
sebabnya tumor ini dikenal sebagai penyakit yang
tumbuh diam-diam tapi mematikan ( silent killer).
Dalam manajemen tumor ovarium, baik diagnosis,
penentuan stadium maupun terapi serta evaluasi
respons pengobatan, peranan bedah sangat menonjol.
Walaupun prognosis kanker ovarium umumnya buruk,
namun dengan manajemen bedah yang baik dan
pemberian terapi serta radiasi yang sesuai,harapan
hidup 5 tahun semakin meningkat
EPIDEMIOLOGI DAN ETIOLOGI
Eidemiologi. Di negara maju frekuensi kanker
ovarium merupakan 5% dari seluruh penyakit kanker
yang ada pada wanita. Akan tetapi di jepang yang juga
dikenal sebagai negara maju, kanker dan lebih banyak
berjangkit pada umur 50 thn atau lebih, sedang tomor
yang berasal dari germ cell lebih banyak pada anak-
anak ataupun wanita muda. Teratoma maligna lebih
banyak berjangkit pada wanita kulit hitam. Beberapa
tumor ganas ovarium a ada kaitannya faktor l keluarga.
Etiologi. Penyebab belum diketahui dengan jelas.
Kanker ovarium lebih banyak pada negara industri,
kemungkinan ada kaitannya dengan faktor lingkungan (
polusi udara ). Insiden kanker ovarium pada wanita
jahudi yang lahir di Israel atau Amerika Serikat lebih
tinggi di banding dengan wanita jahudi yang lahir di
negara non-industri. Berkaitan dengan lingkungan ini di
kenal bahan abestos dan bahan kimia lain yang
berbentuk tepung, diduga sebagai bahan karsinogenik.
Faktor makanan mungkin ada kaitannya dengan
meningkatnya kanker ovarium pada imigran wanita
Jepang di Amerika Serikat. Kehamilan di laporkan
mempunyai efek protektif terhadap kanker ovarium.
Meningkatnya insiden kanker ovarium ada kaitanya
dengan faktor kehamilan antara lain jumlah wanita
hamil sedikit, proporsi wanita mandul lebih banyak,
kehamilan pertama pada umur lanjut dan proporsi yang
gagal hamil lebih banyak. Pada populasi wanita
pemakai kontrasepsi oral ataupun suntikan insiden
kanker ovarium juga menurun.
PATOGENESIS
Tumor di ovarium terdiri dari berbagai jenis dan
multikompleks. Hal ini menjadi penyulit dalam
menentukan histogenesis. Cramer dan Welch (1983)
mengajukan teori pertumbuhan kanker ovarium.
Tumor yamg berasal dari epitel, dimulai dengan
adanya inklusi epitel permukaan pada stroma yang
berkembang menjadi kista. Oleh rangsangan hormon
gonadotropik atau estrogen yang tinggi, epitel inklusi
kista mengalami proliferasi dan transformasi maligna.
Akibat pemakaian kontraseptif oral atau kehamian
produksi gonadotrofin menurun dan berkaitan pula
dengan penurunan insiden kanker ovarium.
KLASIFIKASI NEOPLASMA OVARIUM
Klasifikasi tumor ovarium belum ada keseragaman,
manusia tidak ada perbedaan sifat fuindamental.
Menurut international federation of ginecologic a and
obstertrics (FIGO), neoplasma ovarium dibagi dalam 3
kelompok besar sesuai dari jaringan asal tumor dan
kemudian masing-masing kelompok terdiri dari berbagai
spesifikasi sesuai dengan histopatologi.
Berasal dari Epitel permukaanTumor Serosum
Benigna
Kistadenoma dan kistadenoma papiler
Papiloma permukaan ( surface papiloma )
Adenofibroma dan kistadenofibroma papiler
Borderline atau potensial maligna
Kistadenoma dan kistadenoma papiler
Papiloma permukaan ( surface papiloma )
Adenofibroma dan kistadenofibroma papiler
Maligna
Kistadinokarsinoma papiler, adenokarsinoma
papiler dan adenokarsinoma
Karsinoma papiler permukaan ( surface
carcinoma )
Adenofibroma dan kistadenofibroma papiler
maligna
Tumor Musinosom
Benigna
Kistadenoma
Adenofibroma dan kistadenofibroma
Borderline atau potensial maligna
Kistadenoma
Adenofibroma dan kistadenofibroma
Maligna
Adenokarsinoma dan kistadenokarsinoma
Maligna adenofibroma dan kistadenofibroma
Tumor Endometrioid
Benigna
Adenoma dan kistadenoma
Adenofibroma dan kistadenofibroma
Borderline atau potensial maligna
Adenoma dan kistadenoma
Adenofibroma dan kistadenofibroma
Tumor Sel Jernih ( Clear Cell )
Benigna
Bordierline
Maligna
Adenokarsinoma dan karsinoma
Tumor Brenner
Benigna
Bordierline
Maligna
Karsinoma Berdiferensiasi Rendah
Campuran Tumor Epitelial
Unclassified Epithelial Tumors
Tomor Lipoid
Berasal Dari Germ CellDysgerminoma
Endodermal sinus
Karsinoma Embrional
Khoriokarsinoma
Teratoma
Immature
Mature : Soild dan kistik ( Kistadermoid )
Tumor Bentuk Campuran ( Mixced Forms )
Tumor Berasal dari “Sex Cord-Stromal”Tumor Sel Granulosa
Tumor Thecoma-Fibroma
Thecoma
Fibroma
Unclassified
Androblatona, Tumor Sel Steroli- Leydig
Diferensiasi baik
Tubuler
Tubuler dengan lemak : sel Sertoli
Tumor sel Steroli- leydilg
Deferensiasi Sedang
Deferensiasi rendah
Ginandroblastoma
Unclaassfied
Tumor Sekunder ( Metastasis )Tumor Krukenberg.
Tumor Berasal dari Epiyel Permukaan merupakan
golongan terbanyak dan kanker ovarium sebagian besar
( 85% ) berasal dari golongan ini.
1. Tumor Serosum. Tumor ini merupakan golongan
yang sering diantara tumor ovarium. Tumor jinak
dan borderline, biasanya berbentuk kista,
unilokuler, berisi cairan serous. Permukaanya
licin , namun kadang-kadang terdapat papil.
Ukuranya bervariasi, mudah atau sulit digerakan.
Tumor yang mudah bergerak cendrung
mengalami torsio dengan simtom nyeri akut.
Kistadenokarsinoma, jarang torsio dan biasanya
tumor dengan jaringan sekitarnya dan sering
bilateral. Antara kistadenokarsinoma
berdiferensiasi baik, sering sulit di bedakan.Pada
kistadenokarsinoma dijumpai lebih banyak papil
eksofitik ataupun endofitik dan badan
psammoma. Secara mikroskopik, kista jinak
dilapisi selapis epitel atau epitel berlapis semu,
bersilia. Pada yang borderline, epitel
berproliferasi dan atipik, namun tidak melakukan
invasi pada stroma. Mungkin pada stroma
tampak tubulus atau kelenjar ,namun bukan
karena invasi epitel. Konfigurasinya papiler
dengan palpis epitel atipik, tidak teratur , sering
disertai celah yang mirip dengan lumen kelenjar
pada stroma , hialinisasi dan badan psammoma
merupakan karakteristik dari karsinoma papiler.
Adenofibroma dan kistadenofibroma biasanya
bersifat jinak, jarang sekali meligna.
2. Tumor Musinosum. Tumor jinak ataupun yang
borderline hampir selalu dalam bentuk
kistik,mullokuler , dilapisiepitel torak mirip epitel e
ndoserviks ataupun usus dengan sel goblet yang
memproduksi musin yang merupakan isi dari
kista. Subtipe borderline dan invasif lebih mirip
dengan epitel mukosa usus. Histopatologi
kistadenoma borderline dan kistadenokarsinoma
kadang-kadang sulit dibedakan satu sama lain.
Kriteria histopatologi kista adenokarsinoma :
jelas ada invasi sel tumor pada stroma atau sel
epitel atipik terdiri dari 4 lapis atau lebih. Akan
tetapi bila sel atipik hanya terdiri dari 3 lapis,
maka biasanya kelainanini dikategorikan
borderline.
Pseudomiksoma peritonei merupakan komplikasi
yang jarang terjadi. Massa musin yang
mengandung sel neoplasma pada kavum
peritonei. Pertumbuhan ini dapat juga terjadi
apabila pada waktu oprasi sekelompok massa
musin keluar dari kista( repture) dan tertanam
pada peritonem dan tubuh menjadi
pseudomiksoma peritonei.
3. Karsinoma Endometrioid. Kira-kira 20% kanker
ovarium terdiri dari karsinoma endometroid.
Sebagian besar tumor berbentuk solid, dan
disana sini di jumpai kista kecil atau menyerupai
kista. Arsitektur histopatologi mirip dengan
karsinoma endometrium dan sering disertai
metaplasia sel squamosa. Lebih dafi 30%
karsinoma endometrioid di jumpai bersama-sama
dengan adenokarsinoma endometrium.
Endometrioid adenofibroma jarang di jumpai.
4. Karsinoma Sel Jernih . Tumor ini berasal dari
duktus muleri. Pada umumnya tumor berbentuk
solid, tetapi ada juga bagian berbentuk kistik,
warna putih kekuning-kuningan. Arsitektur
histopatologi terdiri dari kelenjar solid dengan
bagian papiler. Sitoplasma sel jernih dan sering
dijumpai hopnail appearance yaitu inti yang
terletak di ujung sel epitel kelenjar atau tubulus.
5. Tumor Brenner. Tumor ini diduga berasal dari
folikel atau Walthard rest sell. Biasanya solid dan
berukuran 5-10 cm dan hampir selalu bersifat
jinak. Tumor ini sering dijumpai insidentil pada
waktu dilakukan histerektomi.
6. Karsinoma tidak berdifirensiasi. Sebagian besar
tumor mungkin berasal dari kistadenokarsinoma
atau karsinoma endometrioid yang tidak
berdiferensiasi. Pada tumor tidak dijumpai ciri-ciri
spesifik baik makroskopik maupun mikroskopis.
Tumor berasal dari Germ CellTumor ini lebih banyak pada anak-anak dan wanita
umur di bawah 30 tahun. Kurang dari 3% kanker
ovarium berasal dari Germ cell.
1. Dysgerminoma.Sering dijumpai bilateral ,solid
dan pada pemotongan mirip dengan ikan
tongkol.Secara histopatologi terdiri dari populasi
sel yang kurang matang, yang berbentuk
polihedral
2. Tumor Sinnus Endodermal. Tumor berasal dari
yock sac dari embrio, berupa jaringan kekuning-
kuningan dengan area perdarahan, nekrosis,
degenerasi gelatin dan kistik. Kira-kira 25% dari
tumor simpainya ruptur. Gambaran
histopatologiknya yaitu berbentuk papiler
dikelilingi sel tumor dan pada bagian sentral
dijumpai juga elmen embrional glomerolus,
kelenjar susu dan sel hati.
3. Karsinoma Embrional. Pernah dianggap sinonim
dengan tumor sinus endodermal, namun
sebenarnya histomorfologinya berbeda.
Karsinoma embrional ovarium mirip dengan testis
yang terdiri dari sel karsinoma anaplastik
tersusun bentuk solid, papiler ataupun kelenjar.
Pada hampir semua karsinoma embrional
dijumpai sel sinsitiotrofoblas yang terisoler. Tumor
ini sering dijumpai pada anak-anak. HCG dan
AFP dalam serum meningkat.
4. Teratoma. Teratoma dibagi dalam Teratoma
solidum dan teratoma kistik yang dikenal dengan
nama populer kista dermoid. Teratoma solid
sering dijumpai maligna , sedang kista dermoid
hampir selalu jinak.
Tumor Berasal dari Seks Cord Stromal.
Kelompok sel gonad yang merupakan asal darisel
granulosa ovarium dan sel leidig testis disebut Sex
Cord Stromal. Tumor yang berasal dari sex cord
stromal adalah tumor yang tumbuh dari satu jenis atau
kombinasi. Kira –kira 10% dari tumor ganas ovarium
berasal dari kelompok ini.
1. Tumor Sel Granulosa-teka. Kira-kira 60% dari
tumor ini terjangkit pada wanita post monopause,
selebihnya pada anak-anak dan dewasa. Tumor
ini juga dikenal sebagai feminizing tumor,
memproduksi estrogen yang membuat penderita”
cepat menjadi wanita”. Arsitektur histopatologinya
bervariasi yaitu populasi sel padat, atau
berbentuk kelenjar dengan ciri khas Exner
bodies. Neoplasma ini dikatagorikan low
malignant. Pada endometrium sering dijumpai
hiperplasia sistika ataupun karsinoma.
2. Androblastoma. Tumor ini memproduksi hormon
androgen yang dapat merubah bentuk penderita
menjadi kelaki-lakian atau disebut juga
masculinizing tumor. Penyakit ini jarang dijumpai.
3. Ginadroblastoma. Merupakan peralihan antara
tumor sel granulosa dan arrhenoblastoma dan
sangat jarang.
4. Fibroma. Fibroma kadang-kadang sulit dibedakan
dengan tekoma. Sering disertai dengan asites
dan hidrotoraks yang dikenal sebagai sindroma
meigh.
Tumor Sekunder (Metastasis). Tumor sekunder
atau metastasis sebagian besr berasal berasal dari
adenokarsinoma gaster atau kolerektal dan karsinoma
payudara yang disebut tumor krukenberg.
Penyebaran. Kangker ovarium menyebar secara
langsung pada jaringan atau organ sekitarnya atau
melalui cairan peritoneum. Tumor sering menyebar
pada lapisan serosa tuba falopi, uterus, veriska
urinaria dan rektum secara langsung. Sel tumor yang
terlepas pada rongga peritoneum dan mampu
mengadakan implantasi ke dalam organ sekitarnya
dan tumbuh menjadi anak sebar. Penyebaran paling
sering terjadi adalah pada permukaan peritoneum
(87%) dan omentum (71%).
Selain itu ovarium juga banyak pembuluh kelenjar
getah bening yang menyebarkan tumor ke kelenjar
getah bening para-aortal (78%), mendiastinal ( 50%),
inguinaal( 43%) dan supraklavikuler(26%).
Simtom dan gejala klinis. Pada umunya kanker
ovarium tumbuh diam-diam tanpa menunjukan simtom
atau gejala klinis sampai pada stadium tertentu
dimana penderita mengeluh misalnya penderita tidak
di abdomen disertai keluhan sakit yang tidak
menonjol. Pada tumor yang berukuran besar mungkin
terjadi gangguan miksi atau konstipasi oleh karena
tekanan tumor pada versika urinaria dan rekto-
sigmoid, disertai perut membesar. Nyeri akut
abdomen dapat terjadi karena massa tumor ataupun
karena asites, Fibroma ovarium dapat menimbulkan
asites dan hidrotoraks yang di kenal sindroma Meigh.
Perdarahan pervaginam abnormal dapat terjadi pada
sel granulosa-teka dan kanker ovarium yang
melibatkan uterus.
Pada penderita tumor sel granulosa, umur muda
atau pubertas terdapat keluhan perdarahan
pervaginam, pertumbuhan seks skunder antara lain
payudara membesar dengan kolostrum, pertumbuhan
rambut pada ketiak dan pubis yang disebut pubertas
prekoks. Arrenoblastoma dapat menimbulkan
amenorea, virilism, payudara atrofi, dan hipertrofi
klitoris. Suara paru seperti suara laki-laki. Pada
penderita dysgerminoma sering d sertai keluhan
gangguan menstruasi, gangguan perkembangan
seksual atau pseudohermafodistisme.
Pada stsdium terminal tumor tumbuh peritenium
menimbulkan asites dfan berat tubuh semakin
menurun. Didalam asites dapat di deteksi sel kanker.
DIAGNOSIS
1. Anamnesis, Keluhan penderita terbanyak adalah
merasa tidak enak atau berat pada perut bagian
bawah dan sering disertai sakit. Perut makin lama
makin besar. Kadang-kadang terjadi perdarahan
diluar haid.
2. Pemeriksaan Fisik. Pada rongga perut teraba
massa tumor dan sering disertai asites.
Perubahan bimanual jelas tumor pada rongga
pelvis,. Tumor sel granulosa pada anak-anak atau
pubertas lebih mudah dikenal secara klinis,selain
adanya pertumbuhan seks sekunderprekoks, juga
rongga abdomen membesar. Amenorea, atrofi
payudara dan pertrofi klitoris dijumpai pada
penderita androblastoma. Adanya asites serta
massa tumor pada rongga pelvik, terduga tumor
ganas. Namun asites juga dapat terjadi pada
fibroma ovari.Untuk menentukan penyebab asites
sebelum oprasi perlu diperiksa sitologi dan
analisa protein asites.
3. Laboratorium. Kanker ovarium dapat diidentifikasi
dengan pemeriksaan beberapa tumor marker
serum penderita. CA 125 merupakan tumor
marker kanker ovariu. Meningginya CA 125 dalam
serum menunjukan bahwa masa tumor pada
rongga pelvik cendrung maligna dan evaluasi
sitoreduksi. AFP dan CEA sering dipergunakan
untuk identifikasi kanker ovarium. Pemeriksaan
HCG dipergunakan untuk diagnosis preoperatif
karsinoma ovarium yang berasal dari germ cell.
Selain daripada itu pemeriksaan hemogram, urine
rutin dan pemeriksaan fungsi hati dan ginjal perlu
dilakukan sebelum oprasi.
4. Radiologi. Pada tahun-tahun terakhir ini dalam
diagnosis pra-peratif kanker ovarium sering
dipergunakan image method ultraasonografi
( USG), Computed temografi (CT) dan magnetic
resonance imaging ( MRI).
Ultrasonografi mempunyai kapasitas untuk
membedakan antara tumor soild dan kistik ovarium.
Evaluasi perluasankanker ovarium pada jaringan
disekitarnya dapat diramalkan oleh USG seperti
perluasan uterus, mesenterium, hati dan KGB pada
iliaka ataupun pada aorta, namun kurang sensitif
terhadap perluasan tumor pada dinding vesika urinaria
dan usus. Apabila pada wanita post monopause terlihat
kista pada ovarium harus diramalkan sebagai suatu
neoplasma. Biaya pemeriksaan computed tomografi
cukup mahal dan penggunaannya selektif. MRI
meerupakan image method yang relatif baru. Metode ini
dapat mengungkapkan Cross Sectional massa tumor.
Selain daripada itu dikenal beberapa saran radiologik
konvensional seperti plain radiography, barium enema
dan barium loop, IVP dan limfangiografi. Namun metode
ini cendrung terdesak oleh USG dan CT.
5. Laparoskopi. Pada keadaan tertentu laparoskopi
dapat dipergunakan untuk menentukan stadium.
Apabila penderita yang sudah mendapat
kemotrapi ataupun radioterapi menolak untuk
laparotomi kedua, maka salah satu cara untuk
melihat kemajuan pengobatan adalah
laparoskopi.
6. Biopsi Aspirasi Jarum Halus. Pemeriksaan
sitologi biopsi aspirasi sering dipergunakan untuk
mendiagnosa berbagai tumor di rongga abdomen.
Akan tetapi untuk neoplasma ovarium tidak
banyak dipergunakan karena setiap neoplasma di
ovarium, laparotomi mutlak dilakukan, selain
untuk diagnosis dan menentukan stadium, juga
untuk terapi.Biopsi aspirasi pada tumor ovarium
dapat dilakukan pada keadaan sebagai berikut:1
kondisi penderita tidak mengijinkan atau menolak
tindakan laparotomi 2. Sebelum laparatomi kedua
untuk second look, biopsi aspirasi dapat dilakukan
dan biasanya dibawah tuntunan USG atau CT.
Apabila sitologik positif kanker, laparotomi yang
kedua tidak perlu dilakukan lagi. Akan tetapi bila
sitologi negatif, maka laparatomi kedua harus
dilanjutkan.
7. Sitologi Eksfoliatif. Untuk menentukan stadium
ovarium diperlukan pemeriksaan sitologi cairan
asites ataupun cairan bilasan. Bahan biasanya
diambil dari 3 tempat yaitu daerah subdiafragma,
apendiks dan kavum Douglas.Sitologi imprin
dapat juga dipergunakan untuk menentukan
malignitas tumor.Pemeriksaan ini sederhana,
murah dan cepat. Dalam beberapa menit ( 5-10
menit) malignitas tumor dapat ditentukan.
Pemeriksaan sitologi durante operasi sering
dipergunakan bersama-sama dengan
pemeriksaan histopatologi potongan beku(Frozen
section) bahkan kadang-kadang tanpa potongan
beku.
8. Histopatologi. Diagnosa definitif tumor ovarium
biasannya berdasarkan histopatologi blok parafin.
Akan tetapi histopatologi juga dapat dilakukan
durante operasi yang bertujuan untuk
memperoleh diagnosis yang cepat. Pada waktu
sedang operasi, sepotong kecil tumor diambil dan
diperiksa dengan mempergunakan teknik
potongan beku. Dengan pemeriksaan
histopatologi ini tindakan bedah dapat dilakukan
lebih akurat.
STADIUMStadium kanker biasanya ditentukan sebelum
tindakan bedah. Akan tetapi pada tumor ovarium,
stadium ditentukan berdasarkan pemeriksaan
sesudah laparatomi. Penentuan stadium dengan
laparatomi lebih akurat, oleh karena perluasan
tumor dapat dilihat dan ditentukan berdasarkan
pemeriksaan patologi ( sitologi dan histopatologi),
sehingga terapi dan prognosis dapat ditentukan
lebih akurat pula.
Klasifikasi stadium yang biasa dipergunakan
untuk tumor ganas adalah menurut FIGO ( Tabel
8.2).
Tabel 8.2 : STADIUM TUMOR GANAS OVARIUM MENURUT FIGO
Stadium interpretasiI
Ia
Ib
Ic
II
IIa
IIb
IIc
III
Tumor terbatas di ovarium
Pertumbuhan tumor ganas di satu
ovarium dan tidak ada asites
Tumor tebatas dikedua ovarium tanpa
asites
Tumor teerbatas di satu atau kedua
ovarium, sitologi asites atau air cucian
peritonium positif maligna.
Tumor disatu atau kedua ovarium
dengan pertumbuhan dalam pelvis.
Tumor disatu atau kedua ovarium
dengan pertumbuhan di pelvis minor
dan pada pembedahan tumor terangkat
seluruhnya.
Tumor meluas pada jaringan pelvis lain
IV
Khusus
dan pada pembedahan tumor tidak
terangkat seluruhnya.
Tumor stadium IIa atau IIb, tapi asites
atau cucian peritoneum positif sel
maligna.
Tumor disatu atau kedua ovarium
dengan metastasis pada peritoneum di
luar panggul dan kelenjar KGB
retroperitoneal atau keduanya.
Tumor terbatas pada panggul kecil
dengan metastasis ke dinding usus dan
omentum, dibuktikan dengaan
histopatologik.
Tumor disatu atau kedua ovarium
dengan kemetastasi jauh. Metastasis
hati atau adanya efusi pleura yang
dibuktikan dengan sitologi juga
digolongkan stadium IV.
Kasus yang tidak dilakukan laparatomi,
tapi diduga karsinoma ovarium
TERAPI
Pengobatan kanker ovarium tergantung terdiri dari
bedah, kemotrapi dan radioterapi. Prinsip pengobatan
tergantung pada stadium dan jenis histopatologi tumor.
1.Bedah. Perana bedah pada manajemen tumor
ovarium sangat menonjol karena selain untuk tujuan
terapi, jugaa untuk menentuakan stadium tumor.
Tindakan bedah tergantung pada stadium tumor.
Tumor stadium I dan II, biasanya dilakukan
salpingoverektomi. Pada golongan risiko rendah
(stadium Ia atau Ib dengan histopatologi karsinoma
borderline atau diferensiasi baik),AKH 5 tahun 90%
tanpa terpi ajuvan ( samil,1987). Pada wanita usia muda
dan paritas rendah tidak overektomi dapat dibenarkan
apabila tumor terdapat pada stadiuma Ia dengan simpai
utuh dan histopatologi karsinoma diferensiasi baik serta
dapat diamati lebih lanjut.
Tindakan sitoreduksi ( Debulging) biasanya
dilakukan pada stadium lanjut di mana tumor yang
tumbuh tidak mungkin diangkat seluruhnya. Tujuan
sitoreduksi adalah meminimalisir tumor,sehingga
kemoterapi atau radio terapi lebih efektif.
Pada sitoreduksi, tumor diangkat sebanyak
mungkin baik tumor primer atau tumor yang tumbuh
dirongga abdomen seperti omentum, apendiks dan
peritoneum. Usus dan vesika urinaria yang terlibat
direseksi. Tumor yang tumbuh di peritoneum atau KGB
paraortal dan iliaka dengan diameter lebih dari 1,5 cm
juga diangkat karena prognosis sisa tumor ovarium
berdiameter >1,5 cm lebih buruk daripada sisa tumor
berdiameter < 1,5 cm. Tekhnik sitoreduksi cukup berat
dan rumit, memerlukan kerjasama yang erat antara ahli
bedah ginekologi dan gastroenterologi. Sitoreduksi juga
dipergunakan pada limfoma Burkitt, karsinoma testis,
karsinoma ginjal dan tumor pada kelenjar adrenal.
2. Kemoterapi. Pengobatan kemoterapi biasanya pada
kanker ovarium stadium lanjut bertujuan untuk terapi
paliatif ataupun ajuvan. Sitostatika golongan alkilating
antara lain mephalan( Alkeran ), Cyclophosphamid,
Chloambucil( Leukeren) telah lama dikenal sebagai
kemoterapi tunggal kanker ovarium yang memberi
respon baik. Selain golongan alkilating, juga dikenal
beberapa sitostatika yang efektif pada kanker ovarium
antara lain cis-platin, adriamycin, 5-flouracil dan
methotrexate.
Penggunaan kemoterapi kombinasi ternyata lebih efektif
dan cis-platin dikatakan sebagai unsur utama khusus
untuk kanker ovarium ( Tabel 8.3)
Tabel 8.3 : KOMBINASI KEMOTERAPI KANKER OVARIUM
AP Adriamycin 50-60 mg/m2 Interval 3
mingguCis-platin 50 mg/m2
CP Cylophosphamide 1.000 mg/m2 Interval 3
mingguCis-platin 50 mg/m2
CAP Cyclophosphamide 500 mg/m2 Interval 3
mingguAdriamycin 50 mg/m2
Cis-platin 50 mg/m2
OLEH: YULIN MARTIANANINGSIH
NIM:P 071 34207 049