Kanker Endometrium

33
BAB I LAPORAN KASUS 1.1 Identitas Pasien : Nama : Ny. S Usia : 63 tahun 10 bulan Agama : Islam Alamat : Jatijajar 2, RT 02/RW 07 Pendidikan : SD Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Tanggal masuk : 1 November 2015 Tanggal keluar : 6 November 2015 1.2 Anamnesa Keluhan Utama : Keluar darah dari vagina Keluhan Tambahan : Nyeri perut bawah, pusing, dan lemas Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD RS Sentra Medika pada tanggal 1 November 2015 pukul 13.00 dengan keluhan keluar darah terus menerus dari vagina sejak pukul 09.00 pagi. Darah tersebut terdiri dari gumpalan darah yang berwarna kehitaman dan darah segar berwarna kemerahan. Darah Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Kandungan RS Sentra Medika Cisalak Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 1

description

kanker endometrium

Transcript of Kanker Endometrium

Page 1: Kanker Endometrium

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 Identitas Pasien :

Nama : Ny. S

Usia : 63 tahun 10 bulan

Agama : Islam

Alamat : Jatijajar 2, RT 02/RW 07

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tanggal masuk : 1 November 2015

Tanggal keluar : 6 November 2015

1.2 Anamnesa

Keluhan Utama : Keluar darah dari vagina

Keluhan Tambahan : Nyeri perut bawah, pusing, dan lemas

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke IGD RS Sentra Medika pada tanggal 1 November 2015

pukul 13.00 dengan keluhan keluar darah terus menerus dari vagina sejak pukul 09.00

pagi. Darah tersebut terdiri dari gumpalan darah yang berwarna kehitaman dan darah

segar berwarna kemerahan. Darah dirasakan pasien terus mengalir hingga akhirnya

berkurang pada pukul 17.00 sore hingga hanya berupa flek setelah mendapatkan obat

suntik dari IGD. Keluhan tersebut juga disertai dengan rasa nyeri di bagian perut

bawah, pusing seperti keleyengan, dan lemas. Diakui oleh pasien bahwa keluhan ini

dirasakan pertama kali pada bulan Juli 2015, namun saat itu perdarahan hanya

berupa flek-flek yang hilang dalam beberapa hari. Keluhan bertambah parah sekitar

bulan Agustus dimana keluar darah segar dan gumpalan dari vagina sehingga sejak

saat itu pasien dirawat di RS sebanyak 3 kali dengan keluhan yang sama. Saat

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 1

Page 2: Kanker Endometrium

dirawat, pasien mengaku bahwa telah dilakukan USG dan didapatkan mioma yang

berukuran kecil.

Sejak 1 minggu yang lalu pasien juga mengalami demam, pilek, dan batuk

berdahak warna jernih dan tidak ada darah.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien mempunyai riwayat hipertensi dan diabetes melitus tipe 2 sejak tahun

2000-an. Pada tahun 2013 terdapat riwayat perdarahan akibat miom, namun setelah

dilakukan kuret perdarahan telah berhenti. Pasien mempunyai riwayat penyakit

jantung dan telah dilakukan percutaneus transluminal coronary angioplasty (PTCA)

pada Desember 2014.

Riwayat Operasi :

Diakui pasien bahwa pada tahun 1981 dilakukan kuret dikarenakan hamil

anggur yang diderita saat itu. Pada tahun 2013 dilakukan kuret di RSUD Cibinong

untuk mengangkat miom yang mengakibatkan perdarahan pada saat itu. Hasil dari

pemeriksaan PA tidak didapatkan tanda-tanda keganasan.

Riwayat Penyakit Keluarga :

1. Penyakit darah tinggi disangkal

2. Penyakit jantung disangkal

3. Penyakit gula pada ibu

4. Penyakit ginjal disangkal

5. Penyakit paru disangkal

6. Asma disangkal

7. Alergi disangkal

8. Keganasan disangkal

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 2

Page 3: Kanker Endometrium

Riwayat Kebiasaan :

Pasien mengaku melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu,

mencuci, dan beres-beres rumah. Pekerjaan tersebut rutin dilakukan setiap hari

namun tidak dikerjakan secara berlebihan.

Pola Makan :

Dalam satu hari pasien makan sebanyak 3 kali sehari dengan beras hitam

sebagai asupan karbohidrat. Minum lebih dari 8 gelas per hari.

Riwayat BAK:

Buang air kecil lancar, frekuensi sekitar 5-6 kali sehari, warna kuning jernih,

tidak ada nyeri saat berkemih.

Riwayat BAB:

Riwayat BAB lancar, konsistensi lunak, warna kuning kecoklatan, dengan

frekuensi 1 kali sehari.

Lingkungan :

Pasien tinggal di perumahan dengan lingkungan bebas dari asap pabrik,

pembakaran sampah, maupun jalan raya.

Riwayat Pernikahan :

Pasien menikah pada tahun 1967 saat berumur 15 tahun.

Riwayat Obstetri:

G9P8A1

Tahun PenolongJenis

kelamin

Usia

kehamilanKeterangan

1 1967 Dukun beranak Laki-laki 9 bulan Partus normal

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 3

Page 4: Kanker Endometrium

2 1969 Dukun beranak Perempuan 9 bulan Partus noemal

3 1972 Dukun beranak Laki-laki 9 bulan Partus normal

4 1974 Bidan Laki-laki 9 bulanPartus normal,

HDK, HPP

5 1075 Bidan Perempuan 9 bulan Partus normal

6 1977 Bidan Perempuan 9 bulan Partus normal

7 1979 Bidan Perempuan 9 bulan Partus normal

8 1980 Bidan Laki-laki 9 bulan Partus normal

9 1981 Dokter - -Hamil anggur,

kuret

Riwayat Haid :

Pasien menarche pada usia 14 tahun dengan siklus haid teratur 25-28 hari

selama 7 hari. mengalami menopause pada usia 48 tahun.

Riwayat Ginekologi :

Pada tahun 2013 yang lalu terdapat riwayat perdarahan per vaginam dan

didiagnosa sebagai mioma uteri. Dilakukan kuret dan pemeriksaan PA oleh dokter di

RS Cibinong dan tidak ditemukan tanda-tanda keganasan.

Riwayat KB :

Pasien pernah mengonsumsi pil KB, kemudian diganti dengan spiral. Setelah

dilakukan pemasangan selama satu tahun, pasien minta untuk dilepas karena merasa

tidak nyaman. Pada tahun 1981 pasien memutuskan untuk dilakukan steril.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 4

Page 5: Kanker Endometrium

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 5

Page 6: Kanker Endometrium

1.3 Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

KU/ Kes : Baik/ Compos Mentis

Berat Badan : 50 kg

Tinggi Badan : 150 cm

Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 72 x/menit, reguler, isi cukup

Pernapasan : 20 x/menit

Suhu : 37ºC

Kepala : Bentuk dan ukuran normal, tidak teraba benjolan,

rambut warna hitam pudar terdistribusi merata, tidak

mudah dicabut, tidak tampak kelainan kulit kepala

Mata : Konjungtiva anemis +/+ , Sklera ikterik -/-

Hidung : Bentuk normal, septum nasi di tengah, tidak ada

deviasi, mukosa tidak hiperemis, sekret -/-

Mulut : Bentuk simetris, perioral sianosis -, lidah kotor -,

uvula di tengah, faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1,

tidak hiperaemis, detritus -/-

Leher : Trakhea di tengah, kelenjar tiroid tidak teraba

membesar

KGB : KGB tidak teraba membesar

Paru : Inspeksi = simetris kiri dan kanan

Palpasi = fremitus kiri dan kanan sama kuat

Perkusi = sonor pada semua lapang paru

Auskultasi = vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/-

Jantung : Inspeksi = iktus kordis tidak terlihat

Palpasi = iktus kordis teraba sebatas 2 jari

Perkusi =

• Batas atas : ICS III parasternal line sinistra

• Batas kanan : ICS IV sternal line dextra

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 6

Page 7: Kanker Endometrium

• Batas kiri : ICS VI midclavicula line sinistra

Auskultasi = BJ I & II normal, regular, Gallop (-),

Murmur (-)

Abdomen : Inspeksi = datar, sikatriks(-), striae(-), gerakan usus(-)

Palpasi = supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar

dan lien tidak teraba membesar

Perkusi = timpani, nyeri ketok ginjal (-)

Auskultasi = bising usus (+)

Ekstremitas Superior : Sianosis (-), Edema -/-

Ekstremitas Inferior : Sianosis (-), Edema -/-

Kulit : Turgor baik

Status Ginekologis

Vaginal toucher : Portio licin, darah (+)

1.4 Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium :

Tanggal 1 November 2015

Hemoglobin : 8,3 gr/dL *

Hematokrit : 26 % *

Trombosit : 268.000 /µL

Leukosit : 12.910 /µL *

Tanggal 2 November 2015

Hemoglobin : 10.1 gr/dL *

GDS : 197 mg/dL

Tanggal 6 November 2015

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 7

Page 8: Kanker Endometrium

Masa pendarahan : 4.00 menit

Masa pembekuan : 13.00 menit

SGOT : 17,5 U/l

SGPT : 10,1 U/l

Ureum : 66,1 mg/dl *

Creatinin : 1,90 mg/dl *

Natrium : 143 mmol/L

Kalium : 4,32 mmol/L

Chlorida : 117 mmol/L *

Gula sewaktu 06.00 : 96 mg/dl

Gula sewaktu 09.00 : 129 mg/dl

Gula sewaktu 10.00 : 129 mg/dl

USG TAS/TVS:

ø 76 x 68 x 50 mm

Endometrium line :

o Bayangan anechoic-hiperechoic ireguler, batas tidak jelas

o Sulit dinilai

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 8

Page 9: Kanker Endometrium

Radiologi :

1. Foto thorax didapatkan kesan Cor dan Pulmo normal.

2. EKG didapatkan kesan ritme supraventricular, gelombang Q abnormal

(Q>R/4), gelombang Q abnormal pada sadapan anteroseptal.

1.4 Resume

Telah diperiksa seorang perempuan usia 65 tahun dengan keluhan keluar

darah terus menerus dari vagina. Darah tersebut terdiri dari gumpalan darah yang

berwarna kehitaman dan darah segar berwarna kemerahan. Darah dirasakan pasien

terus mengalir hingga akhirnya berkurang hingga hanya berupa flek setelah

mendapatkan obat suntik dari IGD. Keluhan tersebut juga disertai dengan rasa nyeri

di bagian perut bawah, pusing seperti keleyengan, dan lemas. Diakui oleh pasien

bahwa keluhan ini dirasakan pertama kali pada bulan Juli 2015, namun saat itu

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 9

Page 10: Kanker Endometrium

perdarahan hanya berupa flek-flek yang hilang dalam beberapa hari. Keluhan

bertambah parah sekitar bulan Agustus dimana keluar darah segar dan gumpalan dari

vagina sehingga sejak saat itu pasien dirawat di RS sebanyak 3 kali dengan keluhan

yang sama. Saat dirawat, pasien mengaku bahwa telah dilakukan USG dan

didapatkan mioma yang berukuran kecil.

1.5 Diagnosa

Diagnosa kerja : Perdarahan pervaginam e.c susp. kanker endometrium

Diagnosa banding : Hiperplasia endometrium

Diagnosa tambahan : Anemia

CHF e.c miocard infark

Hipertensi

DM tipe 2

1.6 Perencanaan

Diagnostik:

Biopsi endometrium

Dilatasi dan kuretase (dapat sekaligus sebagai terapetik)

Terapetik:

Pembedahan

FOLLOW UP

Tanggal 1 November 2015

S Perdarahan pervaginam

O

KU : tampak sakit ringan Kesadaran : compos mentis TD : 100/80 mmHg Nadi : 80 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36ºC PPV : ± 2 softex

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 10

Page 11: Kanker Endometrium

Tanggal 2 November 2015

S Perdarahan pervaginam berkurang

O

KU : tampak sakit ringan Kesadaran : compos mentis TD : 130/80 mmHg Nadi : 80 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36ºC PPV : flek-flek

Tanggal 3 November 2015

S Perdarahan pervaginam sejak pukul 08.00 warna merah segar

O

KU : tampak sakit ringan Kesadaran : compos mentis TD : 150/110 mmHg Nadi : 80 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36ºC PPV : flek-flek

Tanggal 4 November 2015

S Perdarahan pervaginam,

O

KU : tampak sakit ringan Kesadaran : compos mentis TD : 150/80 mmHg Nadi : 80 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36ºC PPV : ± 1 softex

Tanggal 5 November 2015

S Perdarahan pervaginam

O KU : tampak sakit ringan Kesadaran : compos mentis TD : 130/70 mmHg

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 11

Page 12: Kanker Endometrium

Nadi : 80 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36ºC PPV : flek-flek

Tanggal 6 November 2015

S Perdarahan pervaginam, nyeri pada perut

O

KU : tampak sakit ringan Kesadaran : compos mentis TD : 150/80 mmHg Nadi : 80 x/menit RR : 20 x/menit Suhu : 36ºC PPV : flek-flek

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 12

Page 13: Kanker Endometrium

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uterus dan Endometrium

Uterus merupakan organ berongga yang berbentuk seperti buah pir berukuran sedang

dan terdiri dari dua bagian utama, yaitu serviks dan korpus atau disebut juga badan

uterus. Serviks terletak di bagian bawah uterus yang menjangkau vagina, sementara

korpus merupakan bagian atas dari uterus. Walaupun serviks masih merupakan

bagian dari uterus namun terminologi kanker pada uterus ditujukan pada korpus, dan

bukan serviks.1

Kanker endometrium berasal dari lapisan di bagian dalam uterus, yaitu

endometrium yang melapisi bagian dalam dari rongga uterus. Selain endometrium,

uterus juga dilapisi oleh miometrium, yaitu lapisan otot yang membantu proses

pengeluaran janin saat melahirkan. Bagian luar dari uterus dilapisi oleh lapisan serosa

(Gambar 1).1

Gambar 1. Anatomi Uterus

(Sumber: American Cancer Society)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 13

Page 14: Kanker Endometrium

2.2 Epidemiologi dan Insidensi

Kanker endometrium merupakan keganasan yang paling umum terjadi pada saluran

reproduksi wanita di dunia dan menempati urutan ke-tujuh penyebab kematian akibat

kanker pada wanita di Eropa Barat.2 Kanker endometrium merupakan kanker

ginekologik yang paling umum di Amerika Serikat dan juga menempati urutan ke-

empat kanker pada wanita setelah kanker payudara, paru-paru, dan kolon. Menurut

American Cancer Society, didapatkan 47.130 kasus kanker endometrium dan 8.010

kematian akibat kanker tersebut di tahun 2012. Angka kejadian kanker endometrium

didapatkan lebih tinggi pada daerah Eropa Utara dan negara-negara industri

dibanding negara-negara berkembang.3 Setiap tahunnya ditemukan sekitar 7.406

kasus baru di Inggris, 88.068 di Uni Eropa, dan 40.102 di Amerika Utara.2 Di regional

Asia Tenggara dimana Indonesia termasuk didalamnya, insiden kanker endometrium

sebesar 4,8% dari 670.587 kasus kanker pada perempuan.4

Kanker endometrium dapat terjadi pada perempuan premenopause (25%) dan

post-menopause (75%). Lima hingga 10% perempuan premenopause yang

terdiagnosa berumur kurang dari 40 tahun. Rerata umur yang terdiagnosa kanker

endometrium adalah 61 tahun. Kelompok umur yang paling umum terdiagnosa adalah

kelompok dengan rentang usia 50-59 tahun.5

2.3 Faktor Risiko

1. Pola Hidup dan Kebiasaan

Perempuan yang terpapar estrogen berlebih seperti pada unopposed estrogen

therapy berisiko terkena kanker pada endometrium. Semakin tinggi angka IMT

semakin tinggi pula risiko terjadinya kanker endometrium. Berbagai mekanisme

menjelaskan hubungan antara obesitas dan tingginya faktor risiko kanker

endometrium. Obesitas menyebabkan bertambahnya konversi androstenedion

menjadi estron dengan mengaromatase jaringan lemak. Obesitas juga dapat

menyebabkan resistensi insulin dan mengurangi ikatan serum hormon globulin

yang akhirnya menyebabkan peningkatan estrogen dan meningkatnya respon

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 14

Page 15: Kanker Endometrium

inflamasi. Diet tinggi lemak dan penyakit diabetes juga merupakan faktor risiko

terjadinya kanker endometrium.3

2. Riwayat Reproduksi dan Menstruasi

Menarche dini (kurang dari 12 tahun), menopause yang terlambat (diatas 55

tahun), siklus menstruasi yang panjang, nulipari dan infertilitas merupakan faktor

risiko untuk kanker endometrium. Kehamilan mengurangi masa menstruasi

perempuan dan durasi kehamilan cukup bulan mengurangi risiko kanker sebanyak

22% per tahun.3

3. Genetik

Empat puluh hingga 60% perempuan dengan hereditary nonpolyposis colorectal

cancer (HNPCC) berisiko terkena kanker endometrium. Lima hingga 10%

perempuan dengan Cowden Syndrome juga berisiko untuk terjadinya kanker

endometrium.3

4. Kanker dan Pre-kanker

Lima belas hingga 20% tumor ovarium sel teka-granulosa dan 30% kanker

ovarium berhubungan dengan kanker endometrium. Faktor risiko lain diantaranya

adalah meningkatnya risiko hingga 10 kali lipat pada riwayat keluarga dengan

kanker endometrium di usia kurang dari 50 tahun, riwayat kanker payudara atau

kanker ovarium, dan hiperplasi endometrium.3

5. Sindrom Polikistik Ovarium

Perempuan dengan polycystic ovarian syndrome (PCOS) mengalami anovulasi

kronik dengan paparan estrogen berlebih yang meningkatkan risiko kanker

endometrium hingga 4 kali lipat.3

6. Penggunaan Terapi Estrogen Tunggal

Perempuan yang mendapat terapi hormon estrogen tunggal meningkatkan resiko

perkembangan kanker endometrium; progestin melawan efek dari estrogen pada

lapisan endometrium.3

7. Pengobatan dan Lingkungan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 15

Page 16: Kanker Endometrium

Angka kejadian kanker endometrium pada penggunaan tamoxifen sebanyak 2-3

per 1000 perempuan per tahun, sedangkan raloxifene sebanyak 1,25 per 1000

perempuan per tahun.3

2.4 Faktor Protektif terhadap Perkembangan Endometrium

Kontrasepsi oral, aktivitas fisik, meltiparitasm dan penggunan IUD dapat digunakan

sebagai proteksi terhadap kanker endometrium.3

Kontrasepsi oral

Kontrasepsi oral mengurangi risiko terjadinya kanker endometrium hingga 50%.

Lama penggunaan kontrasepsi oral berdampak pada penurunan risiko, dimana

risiko tersebut dapat bertahan hingga 10 tahun setelah pemberhentian penggunaan

kontrasepsi oral.3

Aktivitas fisik

Aktivitas fisik dapat mengurangi terjadinya kanker endometrium hingga 33-39%,

dimana efek nya lebih jelas pada perempuan obesitas.3

Penggunaan IUD

Dari berbagai penelitian didapatkan bahwa penggunaan IUD berdampak pada

reversi hiperplasi atipik dan memiliki efek protektif terhadap perkembangan

kanker endometrium. Namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan

dampak IUD terhadap risiko kanker endometrium.3

Kondisi lain yang dikaitkan dengan Penurunan Risiko Kanker Endometrium

Riwayat fraktur pada tulang dikaitakan dengan rendahnya risiko kanker

endometrium, dikarenakan kondisi hipoestrogen yang berkepanjangan yang

akhirnya mengakibatkan fraktur itu sendiri. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)

juga dikaitkan dengan rendahnya risiko kanker endometrium, dimungkinkan

akibat perempuan dengan SLE cenderung untuk mengalami menopause dini.

Merokok juga dikaitkan sebagai faktor protektif terhadap kanker endometrium.3,5

2.5 Klasifikasi

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 16

Page 17: Kanker Endometrium

Berdasarkan World Health Organization (WHO) dan International Society of

Gynecological Pathology classification, semua tumor yang didapatkan harus

dibedakan secara mikroskopis. Klasifikasi berdasarkan histopatologi yaitu:6

Karsinoma endometrium: adenokarsinoma, adenoakantoma (adenokarsinoma

dengan metaplasi skuamos), dan adenoskuamos karsinoma (campuran

adenokarsinoma dan karsinoma sel skuamos)

Mucinous adenocarcinoma

Serous adenocarcinoma

Clear cell adenocarcinoma

Undifferentiated carcinoma

Mixed carcinoma

Berdasarkan etiologi, kanker endometrium dibedakan menjadi dua tipe yaitu (Tabel

1):3,5,7

1. Tipe I, estrogen-dependent yang biasanya bermula sebagai hiperplasi

endometrium atipik dan berkembang menjadi karsinoma. Tipe I menggambarkan

bahwa mayoritas dari lesi (±80%) merupakan stadium rendah, reseptor estrogen

positif, dikaitkan dengan hiperestrogenisme, dan berasal dari hiperplasi atipik.

Pada tipe ini kanker endometrium terbatas di uterus pada 70% kasus dengan

angka harapan hidup untuk 5 tahun lebih dari 85%.

2. Tipe II, estrogen-independent yang tidak berkaitan dengan stimulasi estrogen

tunggal. Tipe II (serous, clear-cell carcinoma) lebih sering terjadi pada

perempuan kurus, lebih agresif, dan memiliki prognosa yang lebih buruk. Bahkan

dengan tumor yang minimal atau tidak adanya invasi ke miometrium, lebih dari

1/3 pasien akan mengalami penyebaran ekstrauterine yang luas sehingga

berakibat pada harapan hidup hanya sebesar 20%.

Tabel 1. Tipe I dan Tipe II Kanker Endometrium

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 17

Page 18: Kanker Endometrium

  Tipe I Tipe II

Dampak Hormonal Estrogen dependent Estrogen independent

Histologi Adenokarsinoma endometrium Clear-cell, serous, uterine carcinosarcomas

Populasi Usia muda, obesitas, premenopause Usia tua, kurus, post-menopause

Distribusi 85% 15%

Prognosis Better differentiated Lebih agresif, mortalitas tinggi

Mutasi Genetik Kras, PTEN, MLH1 p53, erbB2

2.6 Stadium

Pada tahun 2009, International Federation of Gynecologists and Obstetricians

(FIGO) merevisi stadium pada kanker endometrium untuk pertama kalinya sejak

tahun 1988.3

Tabel 2. Stadium Kanker Endometrium berdasarkan FIGO (2009)

Stadium  

I Tumor confined to the corpus uteriIA No or less than half myometrial invasionIB Invasion equal to or more than half of the myometriumII Tumor invades cervical stroma but does not extend beyond the uterusIII Local and/or regional spread of the tumorIIIA Tumor invades the serosa of the corpus uteri and/or adnexaeIIIB Vaginal and/or parametrial involvementIIIC Metastases to pelvic and/or para-aortic lymph nodes

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 18

Page 19: Kanker Endometrium

IIIC1 Positive pelvic nodes

IIIC2 Positive para-aortic lymph nodes with or without positive pelvic lymph nodes

IV Tumor invades bladder and/or bowel mucosa, and/or distant metastasesIVA Tumor invasion of bladder and/or bowel mucosa

IVB Distant metastases, including intra-abdominal metastases and/or inguinal lymph nodes

Tabel 3. Perbandingan Stadium berdasarkan FIGO dan TNM

2.7 Tanda dan Gejala

Pada pemeriksaan fisik jarang ditemukan bukti nyata adanya kanker endometrium.

Perlu diperhatikan adanya penyebaran ke daerah sekitar endometrium seperti

miometrium, serosa, serviks, tuba falopii, kelenjar getah bening perifer, hepar, paru-

paru, dan tulang.5,7

Sebagian besar perempuan dengan kanker endometrium didapatkan

perdarahan abnormal pervaginam, perdarahan post-menapause, sehingga dapat

terdiagnosa pada stadium awal. Gejala umum lainnya seperti sakit saat berkemih,

dispareunia, nyeri panggul, vaginal discharge, dan penurunan berat badan. Lebih dari

95% perempuan yang terdiagnosa didapatkan gejala tersebut, sedangkan 5% lainnya

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 19

Page 20: Kanker Endometrium

terdiagnosa melalui pemeriksaan pap smear yang abnormal. Walaupun perdarahan

post-menopause merupakan gejala umum yang sering terjadi, namun hanya sekitar

10% perempuan yang akhirnya terkena kanker endometrium.3

2.8 Diagnosa

Sebagian besar kasus kanker endometrium dapat di diagnosa pada stadium awal

akibat perdarahan abnormal pervaginam yang timbul pada 90% kasus. Diagnosa

pasien perdarahan post-menopause pada awalnya adalah dengan dilatasi dan kuret,

namun sekarang biopsi endometrium dan histeroskopi lebih banyak digunakan.

Sampel dari endometrium sangat sensitif untuk mendeteksi adanya lesi kanker pada

endometrium. Penelitian terbaru mengemukakan bahwa alur pertama dalam

mendiagnosa adalah dengan mengukur ketebalan endometrium, diikuti oleh sampel

endometrium. Histeroskopi dapat digunakan sebagai langkah akhir dalanm

mendiagnosa pasien dengan perdarahan post-menopause.2

2.9 Skrining dan Evaluasi

Tidak dianjurkan skrining rutin untuk kanker endometrium pada populasi umum.

Pada perempuan dengan sindrom HNPCC, American Cancer Society menganjurkan

skrining rutin dengan biopsi endometrium atau USG transvaginal dimulai sejak usia

35 tahun. National Comprehensive Cancer Network (NCCN) juga menganjurkan

perempuan dengan HNPCC untuk menjalani biopsi endometrium tahunan hingga

dilakukan histerektomi dan salfingo-oovorektomi jika tidak ingin mempunyai anak

lagi.3

Meskipun dulunya dilatasi dan kuret merupakan gold standard dari

pemeriksaan perdarahan ireguler, biopsi endometrium dinilai mempunyai akurasi

hingga 90-98% tanpa diperlukannya tindakan anastesi dan operasi. Pada perempuan

post-menopause USG transvaginal dapat membantu untuk membedakan lesi yang

mecurigakan dan sumber utama dari perdarahan post-menopause yang berasal dari

jaringan atrofi.5

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 20

Page 21: Kanker Endometrium

Ketebalan dinding endometrium ≤ 4 mm menggambarkan risiko rendah

keganasan. Pada kasus tersebut tidak diperlukan biopsi endometrium kecuali

didapatkan perdarahan yang terus menerus atau berulang, atau mempunyai risiko

tinggi keganasan.5

2.10 Tatalaksana Operatif

Secara umum dilakukan tindakan pembedahan dengan insisi midline secara vertikal

pada abdomen diikuti eksplorasi secara teliti pada organ intra-abdomen untuk

menemukan kemungkinan metastase, diikuti palpasi pada kelenjar getah bening yang

membesar di sekitar area pelvik dan aorta. Standar prosedur bedah yang dilakukan

meliputi histerektomi total disertai salfingo-oovorektomi bilateral. Pengangkatan

adneksa juga dianjurkan walaupun tuba dan ovarium tampak normal karena bisa saja

ditemukan metastase kecil di dalamnya.6

1. Stadium 1 dan 2

Pada umumnya tatalaksana untuk kanker endometrium meliputi pembedahan

sistematik yang bertahap, meliputi histerektomi total dan salfingo-

oovorektomi bilateral, pencucian pelvik, pengangkatan kelenjar getah bening

pelvik dan para-aorta, serta pengangkatan total tumor pada semua stadium.

Pasien dengan invasi > 50% pada miometrium mempunyai prognosis yang

lebih buruk. Pasien tersebut dan pasien lain yang mempunyai prognosis buruk

lainnya seperti massa tumor yang melebihi 2 cm, atau mengisi kavum uterus,

atau tumor grade 3, tumor dengan gambaran histologi papillary serous dan

clear-cell, atau pembesaran kelenjar getah bening juga membutuhkan terapi

radiasi walaupun tumor tersebut terbatas hanya di uterus.5

2. Stadium 3 dan 4

Ketika keganasan sudah mencapai lapisan serosa dari uterus atau bahkan

sudah melebihi lapisan tersebut, pasien juga membutuhkan terapi radiasi

sebagai tambahan dari terapi pembedahan dan pengangkatan jaringan yang

sudah terkena metastase.5,6

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 21

Page 22: Kanker Endometrium

2.11 Terapi Tambahan

Terapi tambahan meliputi radioterapi, kemoterapi, terapi kombinasi radioterapi-

kemoterapi.6

Tabel 4. Tatalaksana Kanker Endometrium berdasarkan Stadium

TindakanStadium 1 Histerektomi total + salfingo-oovorektomi bilateral, sampling

KGB pelvis dan para aorta, jika beresiko tinggi* maka ditambahkan terapi radiasi

Stadium 2 Histerektomi total + salfingo-oovorektomi bilateral, sampling KGB pelvis dan para aorta, jika beresiko tinggi* maka ditambahkan terapi radiasi

Stadium 3 Histerektomi total + salfingo-oovorektomi bilateral, sampling KGB pelvis dan para aorta, terapi radiasi

Stadium 4 Histerektomi total + salfingo-oovorektomi bilateral, sampling KGB pelvis dan para aorta, terapi radiasi

Berulang, pelvis Dosis tinggi progrestins, ± kemoterapi

Berulang, vaginal

Radiasi vaginal

*beresiko tinggi apabila lesi mencapai grade 3, lesi grade 2 berukuran >2cm, melibatkan segmen bawah uterus, cerviks, gambaran histologi yang buruk, papillary serous atau clear cell histology, penetrasi myometrium > 1/3

2.12 Follow Up

Follow up pada pasien kanker endometrium mencakup pemeriksaan fisik

(menggunakan spekulum dan pemeriksaan rektovaginal) setiap 3 bulan dalam 3 tahun

pertama, diikuti 6 bulan sekali selama 2 tahun berikutnya. Jika tidak ditemukan bukti

kekambuhan, pasien dapat dievaluasi 1 kali dalam setahun.5,6

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 22

Page 23: Kanker Endometrium

DAFTAR PUSTAKA

1. American Cancer Society. Endometrial Cancer. [revised 2015 March 17; cited

2015 November 20]. Available from:

http://www.cancer.org/cancer/endometrialcancer/detailedguide/endometrial-

uterine-cancer-what-is-endometrial-cancer

2. Annals of Oncology. Endometrial cancer: ESMO Clinical Practice Guidelines for

diagnosis, treatment, and follow-up. Ann Oncol 2010;21 (Suppl_6): v35. [updated

2011 July; cited 2015 November 20]. Available from:

http://www.m.annonc.oxfordjournals.org/content/22/suppl_6/vi35.full

3. Hindawi Obstetric and Gynecology International, Vol. 2013 (2013).

Contemporary Clinical Management of Endometrial Cancer.

4. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan, Ed.3. Jakarta. Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. 2011; 14:300-1.

5. Callahan T, Caughey AB. Blueprints Obstetrics & Gynecology, 6th Ed. Ch. 29,

Endometrial Cancer. Philadephia: Lippincott Williams & Wilkins; 2013. p.383-7.

6. Amant F, Mirza, MR, Creutzberg CL. Cancer of the corpus uteri. International

Journal of Gynecology and Obstetrics 119S2 (2012) p110-7.

7. Berek JS, Novak E. Berek & Novak’s Gynecology, 15th Ed. Ch. 35, Uterine

Cancer. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2012. p.2178-2224.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 23

Page 24: Kanker Endometrium

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Pada pasien ini dicurigai perdarahan abnormal pervaginam yang terjadi akibat

dari hiperplasi endometrium yang dapat berkembang menjadi kanker endometrium.

Beberapa faktor seperti usia tua, post-menopause, dan DM tipe 2, juga berkontribusi

dalam terjadinya kanker endometrium. Untuk menegakkan diagnosa klinis perlu

dilakukan pengambilan sampel dari endometrium untuk dilakukan pemeriksaan

secara patologi anatomi untuk mencari tanda-tanda keganasan. Pengambilan sampel

yang dianjurkan adalah dengan biopsi endometrium karena merupakan teknik yang

sangat sensitif untuk mendeteksi adanya lesi kanker pada endometrium. Penelitian

terbaru mengemukakan bahwa alur pertama dalam mendiagnosa adalah dengan

mengukur ketebalan endometrium, diikuti oleh sampel endometrium. Jika didapatkan

tanda-tanda keganasan pada sampel endometrium, makan dapat dilakukakan

tatalaksana operatif berdasarkan stadium pada kanker endometrium.

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan KandunganRS Sentra Medika CisalakFakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 24