Kandungan Nitrat dan Fosfat Pada Kondisi Pasang Terhadap ...repository.umrah.ac.id/670/1/JURNAL...

16
1 Kandungan Nitrat dan Fosfat Pada Kondisi Pasang Terhadap Tutupan Lamun di Perairan Padang Lamun Desa Pengudang Kabupaten Bintan Fitri Wahyu Akbari, Winny Retna Melani, Tri Apriadi. [email protected] Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di perairan Desa Pengudang kabupaten bintan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kandungan nitrat dan fosfat terhadap tutupan lamun. Dalam penentuan titik pengamatan menggunakan metode pengambilan sampel secara acak (Random Sampling). Data tentang kondisi lamun dan pengukuran parameter lingkungan dilakukan pada kondisi pasang dalam transek kuadrat ukuran 50 cm x 50 cm disetiap 30 titik penelitian. Hubungan kandungan nitrat dan fosfat terhadap tutupan lamun diuji menggunakan analisis regresi berganda. Hasil pengukuran kandungan nitrat didapatkan dengan nilai rata-rata 0,43 mg/L, sedangkan untuk hasil pengukuran fosfat didapatkan dengan nilai rata-rata 0,02 mg/L. Persentase tutupan lamun di Desa Pengudang adalah 51,66%. Berdasarkan analisis regresi variabel tutupan lamun dengan nitrat dan fosfat di peroleh persamaan: Y = 49,972 8,890 x1 + 199,536 x2 + ei. Hasil analisis regresi diperoleh nilai koefisien korelasi (R) adalah 0,274, dengan pola yang positif. Hubungan konsentrasi nitrat dan fosfat terhadap tutupan lamun dikategorikan rendah. Kata kunci : Desa Pengudang, fosfat, nitrat, tutupan. PENDAHULUAN Desa Pengudang yang terletak di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, termasuk pada Kawasan Konservasi Perairan Daerah dan Daerah Perlindungan Padang Lamun (DPPL). Perairan Desa Pengudang memiliki sebaran vegetasi lamun cukup luas, ini dapat dilihat sepanjang pantai terdapat ekosistem lamun dengan kondisi yang cukup beragam. Kawasan ini telah dimanfaatkan masyarakat setempat untuk kegiatan pariwisata, tempat mencari ikan, udang dan kerang-kerangan yang dipanen langsung dari area padang lamun.

Transcript of Kandungan Nitrat dan Fosfat Pada Kondisi Pasang Terhadap ...repository.umrah.ac.id/670/1/JURNAL...

1

Kandungan Nitrat dan Fosfat Pada Kondisi Pasang Terhadap Tutupan Lamun

di Perairan Padang Lamun Desa Pengudang Kabupaten Bintan

Fitri Wahyu Akbari, Winny Retna Melani, Tri Apriadi.

[email protected]

Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,

Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di perairan Desa Pengudang

kabupaten bintan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kandungan

nitrat dan fosfat terhadap tutupan lamun. Dalam penentuan titik pengamatan

menggunakan metode pengambilan sampel secara acak (Random Sampling). Data

tentang kondisi lamun dan pengukuran parameter lingkungan dilakukan pada kondisi

pasang dalam transek kuadrat ukuran 50 cm x 50 cm disetiap 30 titik penelitian.

Hubungan kandungan nitrat dan fosfat terhadap tutupan lamun diuji menggunakan

analisis regresi berganda. Hasil pengukuran kandungan nitrat didapatkan dengan nilai

rata-rata 0,43 mg/L, sedangkan untuk hasil pengukuran fosfat didapatkan dengan nilai

rata-rata 0,02 mg/L. Persentase tutupan lamun di Desa Pengudang adalah 51,66%.

Berdasarkan analisis regresi variabel tutupan lamun dengan nitrat dan fosfat di

peroleh persamaan: Y = 49,972 – 8,890x1 + 199,536x2 + ei. Hasil analisis regresi

diperoleh nilai koefisien korelasi (R) adalah 0,274, dengan pola yang positif.

Hubungan konsentrasi nitrat dan fosfat terhadap tutupan lamun dikategorikan rendah.

Kata kunci : Desa Pengudang, fosfat, nitrat, tutupan.

PENDAHULUAN

Desa Pengudang yang terletak di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau,

termasuk pada Kawasan Konservasi Perairan Daerah dan Daerah Perlindungan

Padang Lamun (DPPL). Perairan Desa Pengudang memiliki sebaran vegetasi lamun

cukup luas, ini dapat dilihat sepanjang pantai terdapat ekosistem lamun dengan

kondisi yang cukup beragam. Kawasan ini telah dimanfaatkan masyarakat setempat

untuk kegiatan pariwisata, tempat mencari ikan, udang dan kerang-kerangan yang

dipanen langsung dari area padang lamun.

2

Ekosistem padang lamun dalam ekosistem di laut dangkal yang produktif

mempunyai peran sangat penting. Menurut Harpiansyah (2014), lamun mempunyai

peran penting sebagai habitat ikan dan berbagai biota lainnya. Berbagai jenis ikan

yang bernilai ekonomi penting menjadikan padang lamun sebagai tempat mencari

makan, berlindung, bertelur, memijah dan sebagai daerah asuhan. Padang lamun juga

berperan penting untuk menjaga kestabilan garis pantai, penangkap sedimen dan

pendaur zat hara, (Harpiansyah 2014).

Nutrien merupakan zat yang dapat mempengaruhi dan dibutuhkan oleh organisme

perairan seperti lamun, terutama nitrat dan fosfat. Pertumbuhan, morfologi,

kelimpahan, dan produksi primer padang lamun pada suatu perairan umumnya

ditentukan oleh ketersediaan zat hara fosfat, nitrat, dan ammonium yang berperan

penting dalam menentukan fungsi padang lamun, (Susana dan Suyarso 2008).

Ketersediaan nutrien di perairan padang lamun dapat berperan sebagai faktor

pembatas pertumbuhannya sehingga efisiensi daur nutrisi dalam sistemnya akan

menjadi sangat penting untuk memelihara produktivitas primer padang lamun dan

organisme-organisme autotrofnya, (Hartati et al. 2012).

Fosfat, nitrat, dan oksigen terlarut merupakan tiga unsur kimia yang sangat penting

untuk mendukung kehidupan organisme, terutama organisme autotrof dalam suatu

perairan. Fosfat dan nitrat dibutuhkan untuk mendukung organisme dalam

pertumbuhan dan perkembangan hidupnya terutama epifit yang menempel pada daun

lamun, sedangkan oksigen terlarut digunakan oleh organisme perairan dalam proses

respirasi. Secara alami ketiga unsur kimia ini terdapat dalam air laut pada kadar yang

sesuai. Perubahan kadar yang terjadi tentu akan mempengaruhi kehidupan organisme

yang hidup dalam perairan. Dinamika nutrien memegang peranan kunci pada

ekosistem lamun dan ekosistem lainnya. Ketersediaan nutrien menjadi faktor

pembatas pertumbuhan, kelimpahan dan morfologi lamun pada perairan yang jernih.

Dengan adanya aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Pengudang

seperti penangkapan biota, aktivitas lalu lalang keluar masuk kapal dan kelong

kemungkinan akan mengalami perubahan ekosistem lamun, sehingga akan

berpengaruh terhadap kandungan nitrat dan fosfat, selain itu adanya aliran sungai

yang bermuara ke laut dapat menyebabkan tingginya unsur hara. Memperhatikan

pentingnya unsur hara nitrat dan fosfat yang berada di perairan, hal ini menjadi kajian

menarik untuk diteliti khususnya mengenai kandungan nitrat dan fosfat terhadap

tutupan lamun. Mengingat keberadaan unsur hara terkait erat dengan organisme di

perairan Desa Pengudang.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui kandungan nitrat dan

fosfat di perairan Desa Pengudang danuntuk mengetahui hubungan nutrien nitrat dan

fosfat terhadap tutupan lamun di perairan Desa Pengudang.

3

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016. Pengambilan sampel

dilakukan di perairan Desa Pengudang Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan

Provinsi Kepulauan Riau.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah thermometer, turbidimeter,

current drogue, multi tester, hand refraktometer, spektrofotometer, botol sampel dan

air laut.

Metode Pengumpulan Data

a. Penentuan Titik Sampling

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei

yaitu melakukan pengamatan langsung ke lapangan dengan melihat kondisi

ekologi ekosistem lamun dan pengamatan jenis lamun di lokasi penelitian. Dalam

penentuan titik pengamatan menggunakan metode pengambilan sampel secara acak

(Random Sampling). Metode yang digunakan ini untuk memilih sampel dari populasi

dengan cara sedemikian rupa sehingga setiap anggota populasi mempunyai peluang

yang sama besar untuk diambil sebagai sampel, (Fachrul 2007). Dari luasan padang

lamun didapatkan total titik pengamatan sebanyak 30 titik yang tersebar secara acak.

b. Pengambilan Data Lamun

Pengambilan data lamun menggunakan petak contoh mengacu pada KEPMEN LH

Nomor 200 Tahun 2004. Pengambilan lamun menggunakan kuadran berukuran 50

cm x 50 cm yang terdiri dari 25 sub petak yang berukuran 10 cm x 10 cm. Dicatat

banyaknya masing-masing jenis lamun pada tiap sub petak. Pengambilan sampel

4

lamun dilakukan saat air laut mengalami pasang. Pada setiap titik pengamatan

diletakkan transek kuadran sesuai dengan keterwakilan lamun secara acak,

pengamatan tutupan lamun dilakukan dengan menghitung berapa persen lamun yang

menutupi areal dalam tiap plot pengamatan yang mengacu pada SeagrassWatch,

(McKenzie 2003).

c. Pengambilan Sampel Air

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel air yaitu metode Random

Sampling dengan masing-masing titik koordinat. Pengambilan sampel air diambil

pada saat air laut pasang dengan sekali pengulangan menggunakan Van Dorn Water

Sampler yang memiliki kapasitas 2 liter dari kedalaman satu meter dari permukaan

air. Sebanyak ±1 liter sampel air disimpan dalam botol polietilen (cubitainer) untuk

dianalisis lebih lanjut di laboratorium.

Analisis Data

Sebelum melakukan analisis data, data yang diperoleh harus diuji kenormalannya

terlebih dahulu untuk mengetahui karakteristik dari data tersebut. Tujuan

digunakannya uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data yang di peroleh

mempunyai distribusi (sebaran) yang normal atau tidak. Jika data yang terdistribusi

(sebaran) normal, maka dapat dilanjutkan untuk di analisis. Untuk menganalisis

kandungan nitrat dan fosfat terhadap tutupan lamun, data lamun yang di dapat dengan

menghitung persen tutupan lamun di setiap titik sampling, analisis pada penelitian ini

menggunakan regresi berganda menurut Handayani et al. (2016) dengan formula

sebagai berikut:

Y = a + bx1 + bx2

Keterangan:

Y = Tutupan lamun

x1 = Nitrat

x2 = Fosfat

a = Titik potong (intercept)

b = Slobe

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nitrat

Berdasarkan hasil pengukuran nitrat di kawasan Desa Pengudang didapatkan hasil

keseluruhan dengan nilai rata-rata 0,43 mg/L melebihi ambang batas baku mutu yaitu

0,008 mg/L (KEPMEN LH. No 51 Tahun 2004). Nilai nitrat yang ada di kawasan

penelitian ini cukup tinggi, namun dengan konsentrasi nitrat yang cukup tinggi

menggambarkan ketersediaan sumber nitrogen yang cukup melimpah bagi

pertumbuhan organisme autotrof (fitoplankton dan lamun). Berdasarkan hasil nitrat,

maka dapat dikatakan bahwa perairan Desa Pengudang tergolong kedalam kategori

perairan yang subur. Nilai nitrat telah melebihi baku mutu yang ditentukan.

Konsentrasi nitrat di perairan dapat memberikan pengaruh pada tutupan lamun.

Hasil pengukuran nitrat dapat dilihat pada Gambar 2.

5

Gambar 2. Peta Sebaran Konsentrasi Nitrat di perairan Desa Pengudang

Tingginya kadar unsur hara (nitrat) di perairan Desa Pengudang di sebabkan

karena adanya intensitas suplai bahan organik yang masuk ke perairan melalui aliran

sungai.

Fosfat

Berdasarkan hasil pengukuran fosfat di kawasan Desa Pengudang didapatkan hasil

keseluruhan dengan nilai rata-rata 0,02 mg/L dan memenuhi kriteria ambang baku

mutu yaitu 0,015 mg/L (KEPMEN LH. No 51 Tahun 2004). Nilai fosfat di kawasan

penelitian ini cukup tinggi karena pada perairan pesisir, sungai sebagai pembawa

limbah domestik yang mengandung fosfat sehingga mengakibatkan konsentrasi di

sekitar muara lebih besar dari sekitarnya. Hasil pengukuran fosfat dapat dilihat

pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta Sebaran Konsentrasi Fosfat di perairan Desa Pengudang

Konsentrasi

Nitrat (mg/L)

Konsentrasi

Fosfat (mg/L)

6

Distribusi fosfat pada perairan ini menunjukkan kisaran yang tinggi pada pesisir

dan muara sungai sedangkan kandungan fosfat semakin menurun kearah laut

(offshore). Pada perairan pesisir, unsur hara fosfat dihasilkan secara alami dari

penguraian daun-daun lamun dan sungai yang sebagai pembawa limbah domestik

mengandung fosfat sehingga konsentrasi di sekitar muara lebih besar dari sekitarnya.

Lamun mempunyai kemampuan mengambil nutrisi melalui daun dan akarnya.

Menurut Erftemeijer (1993) di daerah tropis pengambilan nutrisi oleh daun sangat

kecil bila dibandingkan dengan pengambilan melalui akar.

Parameter Lingkungan Perairan Desa Pengudang pada Saat Pasang

Suhu

Berdasarkan hasil pengukuran suhu di Desa Pengudang didapatkan hasil

keseluruhan (Lampiran 3) untuk nilai rata-rata suhu di Desa Pengudang 28,94oC, ini

masih dalam keadaan normal untuk pertumbuhan lamun, karena suhu optimal untuk

pertumbuhan lamun di daerah tropis yaitu 23 – 32oC, sedangkan untuk fotosintesis

lamun membutuhkan suhu optimum antara 25 – 35°C dan pada saat cahaya penuh.

Tingginya nilai suhu disebabkan oleh dangkalnya perairan, sehingga cahaya yang

masuk ke dalam kolom air lebih banyak dan mengakibatkan suhu perairan meningkat,

(Christon et al. 2012). Pengaruh suhu bagi lamun sangat besar, suhu memengaruhi

proses-proses fisiologi yaitu fotosintesis, laju respirasi, pertumbuhan dan reproduksi.

Gambar 4. Peta Sebaran Suhu di perairan Desa Pengudang

Variasi suhu air yang diukur selama pengamatan sangat dipengaruhi oleh udara di

atasnya dan perbedaan intensitas cahaya matahari . Selain itu, suhu juga bisa

dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Perbedaan suhu yang terjadi bisa disebabkan oleh

udara, intensitas cahaya serta iklim dan cuaca saat melakukan pengamatan, (Hartati et

al. 2012).

Suhu (oC)

7

Salinitas

Spesies lamun mempunyai toleransi yang berbeda-beda, namun sebagian besar

memiliki kisaran yang lebar yaitu 10 – 40 ppm. Nilai optimum toleransi lamun

terhadap salinitas air laut pada nilai 33 – 34 ppm, (KepMen LH No. 51 Tahun 2004).

Berdasarkan hasil pengukuran salinitas di kawasan Desa Pengudang didapatkan hasil

keseluruhan untuk nilai rata-rata salinitas di kawasan Desa Pengudang adalah 31,67

ppm, dengan nilai salinitas tersebut masih normal untuk pertumbuhan lamun pada

umumnya. Untuk pertumbuhan lamun itu sendiri salinitas optimum yang dapat

mendukung pertumbuhan lamun itu sebesar 35 ppm, sedangkan salinitas yang

didapat di daerah Desa Pengudang mendekati dari salinitas optimum tersebut.

Gambar 5. Peta Sebaran Salinitas di perairan Desa Pengudang

Sebaran salinitas terlihat meningkat dari pesisir ke arah laut lepas, ini diasumsikan

karena ada pengaruh dari mulut sungai. Semakin banyak air sungai yang bermuara ke

laut maka salinitas air laut akan semakin rendah.

Kecepatan Arus

Nilai rata-rata kecepatan arus 0,26 m/s menunjukkan bahwa perairan Desa

Pengudang tergolong berarus lemah. Hal ini disebabkan vegetasi lamun yang tinggi,

sehingga mampu menahan laju kecepatan arus. Menurut Adriman et al. (2015) bila

kecepatan arusnya 0,1 – 0, 25 m/s maka perairan tersebut berarus lemah. Arus dengan

kecepatan 0,5 m/s mampu mendukung pertumbuhan lamun dengan baik, (Rahmawati

et al. 2012). Menurut den Hartog (1970), salah satu ciri ekologis lamun adalah hidup

di perairan yang relatif tenang. Arus di perairan Desa Pengudang lebih dominan

dipengaruhi oleh musim angin. Hasil pengukuran kecepatan arus dapat dilihat pada

Gambar 6.

Salinitas (ppt)

8

Gambar 6. Peta Sebaran Arus di perairan Desa Pengudang

Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)

Berdasarkan hasil pengukuran DO di kawasan Desa Pengudang didapatkan hasil

dengan nilai rata-rata 5,81 mg/L, dengan nilai DO tersebut sangat sesuai untuk

produktivitas lamun karena tidak kurang dari 5 mg/L. Kadar oksigen terlarut kurang

dari 4 mg/L mengakibatkan efek yang kurang menguntungkan bagi hampir semua

organisme akuatik. Oksigen terlarut berasal dari hasil fotosintesis oleh fitoplankton

dan melalui difusi dari udara. Di laut umumnya dalam 1 liter air laut mengandung 5 –

6 mL oksigen terlarut, (Hutagalung et al. 1997). Hasil pengukuran DO dapat dilihat

pada Gambar 7.

Gambar 7. Peta Sebaran DO di perairan Desa Pengudang

Kecepatan arus (m/s)

DO (mL)

9

pH

Nilai rata-rata pH di Desa Pengudang adalah 8,19, nilai tersebut termasuk normal

untuk pH di perairan laut. Menurut Hartati et al. (2012), nilai pH di lingkungan

perairan laut relatif stabil dan berada pada kisaran yang sempit, biasanya berkisar

antara 7,5 – 8,4. Berdasarkan data yang diperoleh, nilai pH yang didapat berada

dalam batas normal dan nilai pH tersebut menunjukkan bahwa kondisi perairan Desa

Pengudang memungkinkan bagi lamun untuk tumbuh optimal. Nilai pH yang

diperoleh ini termasuk dalam keadaan basa, sehingga diasumsikan kondisi tersebut

dapat mempengaruhi meningkatnya kandungan nitrat di perairan. Nilai pH dapat

mempengaruhi nitrat karena dapat membantu proses nitrifikasi, (Ati et al. 2016).

Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Peta Sebaran pH di perairan Desa Pengudang

Kekeruhan

Berdasarkan hasil pengukuran kekeruhan di Desa Pengudang nilai kekeruhan juga

dapat dikatakan masih mendukung kehidupan organisme akuatik yang ada karena

masih di bawah baku mutu yaitu dengan nilai rata-rata 1,91 NTU. Berdasarkan

KepMen LH No.51 Tahun 2004 ditetapkan ambang batas baku mutu nilai kekeruhan

untuk biota laut adalah <5. Menurut Hartati et al. (2012), lamun membutuhkan

intensitas cahaya yang tinggi untuk melaksanaan proses fotosintesis, sehingga

distribusi padang lamun hanya terbatas pada daerah yang tidak terlalu dalam pada

kondisi cahaya masih tersedia. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran

menunjukkan nilai kekeruhan berada dalam kisaran yang masih normal dan sangat

baik untuk menunjang proses kehidupan biota di dalamnya. Hasil pengukuran

kekeruhan dapat dilihat pada Gambar 9.

pH

10

Gambar 9. Peta Sebaran Kekeruhan di perairan Desa Pengudang

Jenis Lamun yang Ditemukan di Desa Pengudang

Lamun yang ditemukan di perairan Desa Pengudang merupakan vegetasi

lamun campuran karena terdiri dari 4 spesies lamun, yaitu Enhalus accoroides,

Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, dan Syringodium isoetifolium. Menurut

Asriyana dan Yuliana (2012), vegetasi campuran adalah vegetasi yang terdiri dari 2

sampai 12 jenis lamun yang tumbuh bersama-sama dalam satu substrat. Ekosistem

lamun di perairan Desa Pengudang memiliki perananan yang sangat penting yaitu

sebagai tempat berlindung bagi biota-biota seperti ikan-ikan kecil, gastropoda, dan

bivalvia selain itu juga sebagai tempat menempel berbagai hewan dan tumbuhan-

tumbuhan (alga). Epifit (alga) yang menempel pada tumbuhan lamun sangat

bermanfaat karena epifit yang menempel berperan penting dalam proses rantai

makanan. Disamping itu daun lamun yang lebat seperti Enhalus acoroides dapat

memperlambat air yang disebakan oleh arus dan ombak sehingga perairan

disekitarnya menjadi tenang. Lamun juga dapat tumbuh subur terutama di daerah

pasang surut, perairan pantai atau di daerah yang terlindung. Berikut ini adalah jenis-

jenis lamun yang ditemukan di perairan Desa Pengudang dengan ciri-ciri sebagai

berikut:

1. Enhalus acoroides

Lamun jenis Enhalus acoroides adalah jenis lamun yang mendominasi di perairan

Desa Pengudang. Enhalus acoroides adalah lamun yang biasanya tumbuh dengan

vegetasi tunggal berbanding terbalik dengan Syringodium isoetifolium. Enhalus

acoroides memiliki ciri-ciri berupa rimpang berdiameter lebih 10 mm dengan

rambut-rambut kaku, panjang daun 300 – 1500 mm, lebar 13 – 17 mm (KepMen LH

No. 200). Dengan ukuran daun yang cukup lebar dan banyak dijumpai di Desa

Pengudang, lamun jenis Enhalus acoroides ini memiliki nilai tutupan yang tinggi dan

Kekeruhan (NTU)

11

juga dapat berfungsi untuk memperlambat gerakan air yang disebabkan oleh arus dan

gelombang. Lamun jenis Enhalus acoroides dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Lamun Enhalus acoroides

Secara umum pada seluruh titik pengamatan, lamun tenggelam saat pasang dan

ketika surut terendah hampir semua lamun terpapar. Jenis lamun Enhalus acoroides

di Desa Pengudang mampu bertahan pada saat kondisi pasang maupun surut, karena

dapat dilihat dari morfologinya memiliki akar yang kuat.

2. Thalassia hemprichii

Lamun jenis Thalassia hemprichii pada ekosistem lamun di perairan Desa

Pengudang tidak berjumlah banyak dan hanya ditemukan sebanyak 15 titik. Spesies

lamun diketahui juga menyebar secara vertical pada zona pasang, (Den Hartog 1970).

Untuk jenis Thalassia dan Cymodecea tersebar disekitar intertidal sampai ke subtidal

keatas. Thalassia hemprichii mempunyai ciri-ciri yaitu memiliki bar hitam pendek

dari sel tannin pada daun, rimpang berdiameter 2 – 4 mm tanpa rambut-rambut kaku,

rimpang tebal antara tunas, daun berbentuk sabit, panjang daun 100 – 300 mm, lebar

daun 4 – 10 mm. Lamun jenis Thalassia hemprichii dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Lamun Thalassia hemprichii

Lamun jenis Thalassia hemprichii merupakan jenis lamun yang paling umum

ditemukan hampir di semua perairan di Indonesia. Lamun jenis ini mempunyai

12

sebaran yang paling luas, karena kemampuannya untuk dapat beradaptasi di semua

kondisi perairan yang sangat tinggi, (Riniatsih 2016).

3. Cymodecea rotundata

Lamun jenis Cymodecea rotundata pada ekosistem lamun di perairan Desa

Pengudang tidak berjumlah banyak dan hanya ditemukan di beberapa titik saja.

Cymodecea rotundata mempunyai ciri-ciri yaitu memiliki bentuk daun yang

melengkung menyerupai selempang dengan bagian pangkal menyempit dan ke arah

ujung ahak melebar, (Fauziyah 2004). Ujung daunnya licin (halus) dengan bagian

tengahnya melekuk kearah dalam. Tulang daun berjumlah 9 – 15 dengan panjang 5 –

16 cm dan lebar daun 2 - 4 mm.

Gambar 12. Lamun Cymodecea rotundata

Menurut Tanaka dan Nakaoka (2004), laju kehilangan air pada bagian daun

Cymodecea rotundata jauh lebih cepat dibandingkan Thalassia hemprichii, dengan

demikian kondisi ini menunjukkan bahwa kedua jenis lamun ini rentan terhadap

kekeringan.

4. Syringodium isoetifolium

Lamun jenis Syringodium isoetifolium pada ekosistem lamun di perairan Desa

Pengudang tidak berjumlah banyak dan hanya ditemukan di beberapa titik saja.

Syringodium isoetifolium adalah tumbuhan lamun yang tumbuh pada kondisi perairan

yang tergenang dan senantiasa tumbuh bersama dengan jenis lamun yang lain (mixed

vegetation). Syringodium isoetifolium mempunyai ciri-ciri yaitu memiliki umumnya

tumbuh pada substrat dasar berlumpur di daerah sublitoral, dapat membentuk padang

rumput bawah laut tetapi jenis ini sering di temukan antara spesies lain yang lebih

dominan, mampu mentoleransi kekeringan yang singkat, (Fauziyah 2004). Daunnya

berbentuk silindris, dengan panjang dapat mencapai 25 cm.

13

Gambar 13. Lamun Syringodium isoetifolium

Persentase Tutupan Lamun

Tutupan lamun menggambarkan seberapa besar atau seberapa luas lamun

menutupi suatu perairan. Pengamatan persentase tutupan lamun mengacu pada

estimasi persen tutupan lamun menurut McKenzie (2003). Berdasarkan hasil yang di

dapatkan persentase tutupan lamun di perairan Desa Pengudang adalah 51,66%.

Sesuai dengan status padang lamun menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

No. 200 Tahun 2004, kondisi tutupan lamun di Desa Pengudang termasuk kriteria

kurang kaya/kurang sehat dengan penutupan 30 - 59,9%.

Hubungan Nitrat dan Fosfat Terhadap Tutupan Lamun

1. Uji Normalitas

Adapun hasil untuk uji normalitas nitrat dan fosfat terhadap tutupan lamun di

perairan Desa Pengudang yang terdiri dari 30 titik penelitian yang tersebar secara

acak. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa data terdistribusi normal.

14

2. Hasil Analisis Regresi Berganda

Berdasarkan analisis regresi variabel tutupan lamun dengan nitrat dan fosfat di

peroleh persamaan:

Y = 49,972 – 8,890x1 + 199,536x2 + ei

Hasil analisis regresi diperoleh nilai koefisien korelasi (R) adalah 0,274, dengan

pola yang positif. Hubungan konsentrasi nitrat dan fosfat terhadap tutupan lamun

dikategorikan rendah. Diduga karena pada air nitrat bersifat terlarut sehingga mudah

terbawa oleh pergantian arus atau pasang surut air laut, kandungan nitrat di dalam

substrat memang lebih tinggi jika dibandingkan dengan nitrat pada air, sedangkan

pada substrat bersifat terendap sehingga tidak mudah terbawa oleh arus. Namun,

pengukuran nitrat belum membahayakan perairan. Menurut Handayani et al. (2016),

bahwa dalam melihat pengaruh konsentrasi nitrat (mg/L) pertumbuhan organisme

0,3-0,9 rendah, 0,9-3,5 optimum, >3,5 membahayakan perairan. Kondisi perairan di

Desa Pengudang memiliki unsur hara yang tinggi, unsur hara yang tinggi secara tidak

langsung dapat meningkatkan kelimpahan jenis perifiton epifitik tertentu. Tingginya

kadar nitrat dan fosfat di perairan bersifat wajar, karena dapat dimanfaatkan oleh

perifiton sebagai sumber makanan.

Aspek Pengelolaan

Lamun berada di ekosistem pesisir yang sangat rentan terhadap gangguan.

Menurut Harpiansyah (2014), gangguan dan ancaman ekosistem padang lamun ada

dua yaitu gangguan dari alam dan gangguan dari aktivitas manusia. Gelombang yang

tinggi dapat meningkatkan kecepatan arus perairan dan pengikisan daratan di pesisir

atau abrasi sehingga dampaknya bagi ekosistem lamun dapat mencabut akar-akar

jenis lamun yang tidak mempunyai perakaran yang kuat dan terjadi kekeruhan di

perairan. Kekeruhan dapat menghambat pertumbuhan lamun seperti dalam proses

fotosintesis. Namun ancaman tersebut bukan ancaman serius bagi padang lamun bila

siklusnya normal atau tinggi gelombang pada tingkat rata-rata karena lamun sendiri

memiliki adaptasi hidup, (Harpiansyah 2014).

Ancaman lain bagi ekosistem lamun di perairan Desa Pegudang aktivitas

masyarakat seperti keluar masuk kapal dan kelong. Masyarakat di Desa Pengudang

yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan hampir setiap angin utara

melabuhkan kelong milik nelayan pada pesisir pantai Desa Pengudang. Tak jarang

para nelayan melakukan perbaikan kelong di kawasan tersebut. Apabila aktivitas

tersebut meningkat dampak jangka panjangnya dapat mengurangi jumlah lamun yang

ada di Desa Pengudang.

Kondisi fisika dan kimia perairan di Desa Pengudang selama penelitian termasuk

dalam kondisi perairan alami. Parameter yang diukur masih berada pada baku mutu

KepMen LH No. 51 Tahun 2004 kecuali nilai konsentrasi nitrat dan fosfat. Hal

tersebut menggambarkan aktivitas yang dilakukan masyarakat di Desa Pengudang

belum memberikan pengaruh yang buruk bagi ekosistem lamun. Perlu adanya

pengelolaan yang baik agar tidak menurunkan kondisi perairan serta terganggunya

lamun. Kegiatan monitoring secara berkala perlu dilakukan, seperti kondisi fisika dan

kimia perairan yang mungkin dapar terjadi perubahan akibat adanya aktivitas yang

15

dilakukan di pesisir pantai sehingga dapat dipertahankan kondisi alamiah dari

perairan di Desa Pengudang. Selain itu, masyarakat khususnya nelayan harus tetap

menjaga kondisi lingkungan perairan dengan baik karena Desa Pengudang

merupakan wilayah konservasi lamun, tentunya tetap harus menjaga ekosistem yang

ada.

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu:

1. Kandungan nitrat pada perairan di Desa Pengudang dengan nilai rata-rata 0,43

mg/L jauh dari ambang baku mutu nitrat yaitu 0,008 mg/L (KEPMEN LH No. 51

Tahun 2004). Meskipun kandungan nitratnya melebihi ambang batas, perairan di

Desa Pengudang tergolong ke dalam kategori perairan yang subur. Kandungan

fosfat dengan nilai rata-rata 0,02 mg/L dan memenuhi ambang baku mutu fosfat

0,015 mg/L (KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004).

2. Berdasarkan analisis regresi variabel tutupan lamun dengan nitrat dan fosfat di

peroleh persamaan:

Y = 49,972 – 8,890x1 + 199,536x2 + ei

Hasil analisis regresi diperoleh nilai koefisien korelasi (R) adalah 0,274, dengan

pola yang positif. Hubungan konsentrasi nitrat dan fosfat terhadap tutupan lamun

dikategorikan rendah.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih saya ucapkan kepada kedua orangtua, adik adik, dosen pembimbing dan

teman-teman mahasiswa manajemen sumberdaya perairan seangkatan yang telah

membantu saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktifitas Perairan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ati, R.N.A., Terry L.K., Mariska A.K., Desy M.H.M., Andreas A. H., 2016.

Karakteristik Dan Potensi Perairan Sebagai Pendukung Pertumbuhan Lamun di

Perairan Teluk Buyat dan Teluk Ratatotok Sulawesi Utara. J. Manusia Dan

Lingkungan. 23 (3) : 342-348.

Christon, Otong S.D., Noir P.P. 2012. Pengaruh Tinggi Pasang Surut terhadap

Pertumbuhan dan Biomassa Daun Lamun Enhalus acoroides di Pulau Pari

Kepulauan Seribu Jakarta. Jurnal Perikanan dan Kelautan 3 (3): 287 – 294.

Erftemeijer, P. L. A. 1993. Differences in Nutrient Concentration and Resources

between Seagrass Communities on Carbonate and Communities Sediment in

South Sulawesi, Indonesia. Bull. Marine Science 54: 403-419.

Handayani, D. R., Armid., Emiyarti. 2016. Hubungan Kandungan Nutrien dalam

Substrat terhadap Kepadatan Lamun di Perairan Desa Lalowaru Kecamatan

Moramo Utara. Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Unversitas Halo Oleo. Kendari. 1 (2) 42-53.

16

Harpiansyah. 2014. Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Desa Pengudang

Kabupaten Bintan. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas

Maritim Raja Ali Haji.

Hartati, R., Ali Djunaedi, Hariyadi dan Mujiyanto. 2012. Struktur Komunitas Padang

Lamun di Perairan Pulau Kumbang Kepulauan Karimunjawa. Ilmu Kelautan 17

(4): 217 – 225.

KMNLH. (2004). Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Kantor Menteri

Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup 2004. Keputusan Menteri

Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku

Mutu Air Laut. Sekretariat Negara, Jakarta.

McKenzie,LJ. 2003. Guidelines for The Rapid Assessment and Mapping of

Tropical Seagrass Habitats. The State of Queensland. Department of Primary

Industries. http://seagrasswatch.org/html.

Riniatsih, Ita. 2016. Distribusi Jenis Lamun Dihubungkan dengan Sebaran Nutrient di

Padang Lamun Teluk Awur Jepara. Kelautan Tropis 19 (2): 101 – 107.

Susana, T., dan Suyarso. 2008. Penyebaran Fosfat dan Deterjen di Perairan Pesisir

dan Luat Cirebon Jawa Barat. Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI. Volume.

34: 117-131.