Kandungan Nitrat dan Fosfat Pada Kondisi Pasang Terhadap ...repository.umrah.ac.id/670/1/JURNAL...
Transcript of Kandungan Nitrat dan Fosfat Pada Kondisi Pasang Terhadap ...repository.umrah.ac.id/670/1/JURNAL...
1
Kandungan Nitrat dan Fosfat Pada Kondisi Pasang Terhadap Tutupan Lamun
di Perairan Padang Lamun Desa Pengudang Kabupaten Bintan
Fitri Wahyu Akbari, Winny Retna Melani, Tri Apriadi.
Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di perairan Desa Pengudang
kabupaten bintan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kandungan
nitrat dan fosfat terhadap tutupan lamun. Dalam penentuan titik pengamatan
menggunakan metode pengambilan sampel secara acak (Random Sampling). Data
tentang kondisi lamun dan pengukuran parameter lingkungan dilakukan pada kondisi
pasang dalam transek kuadrat ukuran 50 cm x 50 cm disetiap 30 titik penelitian.
Hubungan kandungan nitrat dan fosfat terhadap tutupan lamun diuji menggunakan
analisis regresi berganda. Hasil pengukuran kandungan nitrat didapatkan dengan nilai
rata-rata 0,43 mg/L, sedangkan untuk hasil pengukuran fosfat didapatkan dengan nilai
rata-rata 0,02 mg/L. Persentase tutupan lamun di Desa Pengudang adalah 51,66%.
Berdasarkan analisis regresi variabel tutupan lamun dengan nitrat dan fosfat di
peroleh persamaan: Y = 49,972 – 8,890x1 + 199,536x2 + ei. Hasil analisis regresi
diperoleh nilai koefisien korelasi (R) adalah 0,274, dengan pola yang positif.
Hubungan konsentrasi nitrat dan fosfat terhadap tutupan lamun dikategorikan rendah.
Kata kunci : Desa Pengudang, fosfat, nitrat, tutupan.
PENDAHULUAN
Desa Pengudang yang terletak di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau,
termasuk pada Kawasan Konservasi Perairan Daerah dan Daerah Perlindungan
Padang Lamun (DPPL). Perairan Desa Pengudang memiliki sebaran vegetasi lamun
cukup luas, ini dapat dilihat sepanjang pantai terdapat ekosistem lamun dengan
kondisi yang cukup beragam. Kawasan ini telah dimanfaatkan masyarakat setempat
untuk kegiatan pariwisata, tempat mencari ikan, udang dan kerang-kerangan yang
dipanen langsung dari area padang lamun.
2
Ekosistem padang lamun dalam ekosistem di laut dangkal yang produktif
mempunyai peran sangat penting. Menurut Harpiansyah (2014), lamun mempunyai
peran penting sebagai habitat ikan dan berbagai biota lainnya. Berbagai jenis ikan
yang bernilai ekonomi penting menjadikan padang lamun sebagai tempat mencari
makan, berlindung, bertelur, memijah dan sebagai daerah asuhan. Padang lamun juga
berperan penting untuk menjaga kestabilan garis pantai, penangkap sedimen dan
pendaur zat hara, (Harpiansyah 2014).
Nutrien merupakan zat yang dapat mempengaruhi dan dibutuhkan oleh organisme
perairan seperti lamun, terutama nitrat dan fosfat. Pertumbuhan, morfologi,
kelimpahan, dan produksi primer padang lamun pada suatu perairan umumnya
ditentukan oleh ketersediaan zat hara fosfat, nitrat, dan ammonium yang berperan
penting dalam menentukan fungsi padang lamun, (Susana dan Suyarso 2008).
Ketersediaan nutrien di perairan padang lamun dapat berperan sebagai faktor
pembatas pertumbuhannya sehingga efisiensi daur nutrisi dalam sistemnya akan
menjadi sangat penting untuk memelihara produktivitas primer padang lamun dan
organisme-organisme autotrofnya, (Hartati et al. 2012).
Fosfat, nitrat, dan oksigen terlarut merupakan tiga unsur kimia yang sangat penting
untuk mendukung kehidupan organisme, terutama organisme autotrof dalam suatu
perairan. Fosfat dan nitrat dibutuhkan untuk mendukung organisme dalam
pertumbuhan dan perkembangan hidupnya terutama epifit yang menempel pada daun
lamun, sedangkan oksigen terlarut digunakan oleh organisme perairan dalam proses
respirasi. Secara alami ketiga unsur kimia ini terdapat dalam air laut pada kadar yang
sesuai. Perubahan kadar yang terjadi tentu akan mempengaruhi kehidupan organisme
yang hidup dalam perairan. Dinamika nutrien memegang peranan kunci pada
ekosistem lamun dan ekosistem lainnya. Ketersediaan nutrien menjadi faktor
pembatas pertumbuhan, kelimpahan dan morfologi lamun pada perairan yang jernih.
Dengan adanya aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Pengudang
seperti penangkapan biota, aktivitas lalu lalang keluar masuk kapal dan kelong
kemungkinan akan mengalami perubahan ekosistem lamun, sehingga akan
berpengaruh terhadap kandungan nitrat dan fosfat, selain itu adanya aliran sungai
yang bermuara ke laut dapat menyebabkan tingginya unsur hara. Memperhatikan
pentingnya unsur hara nitrat dan fosfat yang berada di perairan, hal ini menjadi kajian
menarik untuk diteliti khususnya mengenai kandungan nitrat dan fosfat terhadap
tutupan lamun. Mengingat keberadaan unsur hara terkait erat dengan organisme di
perairan Desa Pengudang.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui kandungan nitrat dan
fosfat di perairan Desa Pengudang danuntuk mengetahui hubungan nutrien nitrat dan
fosfat terhadap tutupan lamun di perairan Desa Pengudang.
3
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016. Pengambilan sampel
dilakukan di perairan Desa Pengudang Kecamatan Teluk Sebong Kabupaten Bintan
Provinsi Kepulauan Riau.
Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah thermometer, turbidimeter,
current drogue, multi tester, hand refraktometer, spektrofotometer, botol sampel dan
air laut.
Metode Pengumpulan Data
a. Penentuan Titik Sampling
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei
yaitu melakukan pengamatan langsung ke lapangan dengan melihat kondisi
ekologi ekosistem lamun dan pengamatan jenis lamun di lokasi penelitian. Dalam
penentuan titik pengamatan menggunakan metode pengambilan sampel secara acak
(Random Sampling). Metode yang digunakan ini untuk memilih sampel dari populasi
dengan cara sedemikian rupa sehingga setiap anggota populasi mempunyai peluang
yang sama besar untuk diambil sebagai sampel, (Fachrul 2007). Dari luasan padang
lamun didapatkan total titik pengamatan sebanyak 30 titik yang tersebar secara acak.
b. Pengambilan Data Lamun
Pengambilan data lamun menggunakan petak contoh mengacu pada KEPMEN LH
Nomor 200 Tahun 2004. Pengambilan lamun menggunakan kuadran berukuran 50
cm x 50 cm yang terdiri dari 25 sub petak yang berukuran 10 cm x 10 cm. Dicatat
banyaknya masing-masing jenis lamun pada tiap sub petak. Pengambilan sampel
4
lamun dilakukan saat air laut mengalami pasang. Pada setiap titik pengamatan
diletakkan transek kuadran sesuai dengan keterwakilan lamun secara acak,
pengamatan tutupan lamun dilakukan dengan menghitung berapa persen lamun yang
menutupi areal dalam tiap plot pengamatan yang mengacu pada SeagrassWatch,
(McKenzie 2003).
c. Pengambilan Sampel Air
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel air yaitu metode Random
Sampling dengan masing-masing titik koordinat. Pengambilan sampel air diambil
pada saat air laut pasang dengan sekali pengulangan menggunakan Van Dorn Water
Sampler yang memiliki kapasitas 2 liter dari kedalaman satu meter dari permukaan
air. Sebanyak ±1 liter sampel air disimpan dalam botol polietilen (cubitainer) untuk
dianalisis lebih lanjut di laboratorium.
Analisis Data
Sebelum melakukan analisis data, data yang diperoleh harus diuji kenormalannya
terlebih dahulu untuk mengetahui karakteristik dari data tersebut. Tujuan
digunakannya uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data yang di peroleh
mempunyai distribusi (sebaran) yang normal atau tidak. Jika data yang terdistribusi
(sebaran) normal, maka dapat dilanjutkan untuk di analisis. Untuk menganalisis
kandungan nitrat dan fosfat terhadap tutupan lamun, data lamun yang di dapat dengan
menghitung persen tutupan lamun di setiap titik sampling, analisis pada penelitian ini
menggunakan regresi berganda menurut Handayani et al. (2016) dengan formula
sebagai berikut:
Y = a + bx1 + bx2
Keterangan:
Y = Tutupan lamun
x1 = Nitrat
x2 = Fosfat
a = Titik potong (intercept)
b = Slobe
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nitrat
Berdasarkan hasil pengukuran nitrat di kawasan Desa Pengudang didapatkan hasil
keseluruhan dengan nilai rata-rata 0,43 mg/L melebihi ambang batas baku mutu yaitu
0,008 mg/L (KEPMEN LH. No 51 Tahun 2004). Nilai nitrat yang ada di kawasan
penelitian ini cukup tinggi, namun dengan konsentrasi nitrat yang cukup tinggi
menggambarkan ketersediaan sumber nitrogen yang cukup melimpah bagi
pertumbuhan organisme autotrof (fitoplankton dan lamun). Berdasarkan hasil nitrat,
maka dapat dikatakan bahwa perairan Desa Pengudang tergolong kedalam kategori
perairan yang subur. Nilai nitrat telah melebihi baku mutu yang ditentukan.
Konsentrasi nitrat di perairan dapat memberikan pengaruh pada tutupan lamun.
Hasil pengukuran nitrat dapat dilihat pada Gambar 2.
5
Gambar 2. Peta Sebaran Konsentrasi Nitrat di perairan Desa Pengudang
Tingginya kadar unsur hara (nitrat) di perairan Desa Pengudang di sebabkan
karena adanya intensitas suplai bahan organik yang masuk ke perairan melalui aliran
sungai.
Fosfat
Berdasarkan hasil pengukuran fosfat di kawasan Desa Pengudang didapatkan hasil
keseluruhan dengan nilai rata-rata 0,02 mg/L dan memenuhi kriteria ambang baku
mutu yaitu 0,015 mg/L (KEPMEN LH. No 51 Tahun 2004). Nilai fosfat di kawasan
penelitian ini cukup tinggi karena pada perairan pesisir, sungai sebagai pembawa
limbah domestik yang mengandung fosfat sehingga mengakibatkan konsentrasi di
sekitar muara lebih besar dari sekitarnya. Hasil pengukuran fosfat dapat dilihat
pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta Sebaran Konsentrasi Fosfat di perairan Desa Pengudang
Konsentrasi
Nitrat (mg/L)
Konsentrasi
Fosfat (mg/L)
6
Distribusi fosfat pada perairan ini menunjukkan kisaran yang tinggi pada pesisir
dan muara sungai sedangkan kandungan fosfat semakin menurun kearah laut
(offshore). Pada perairan pesisir, unsur hara fosfat dihasilkan secara alami dari
penguraian daun-daun lamun dan sungai yang sebagai pembawa limbah domestik
mengandung fosfat sehingga konsentrasi di sekitar muara lebih besar dari sekitarnya.
Lamun mempunyai kemampuan mengambil nutrisi melalui daun dan akarnya.
Menurut Erftemeijer (1993) di daerah tropis pengambilan nutrisi oleh daun sangat
kecil bila dibandingkan dengan pengambilan melalui akar.
Parameter Lingkungan Perairan Desa Pengudang pada Saat Pasang
Suhu
Berdasarkan hasil pengukuran suhu di Desa Pengudang didapatkan hasil
keseluruhan (Lampiran 3) untuk nilai rata-rata suhu di Desa Pengudang 28,94oC, ini
masih dalam keadaan normal untuk pertumbuhan lamun, karena suhu optimal untuk
pertumbuhan lamun di daerah tropis yaitu 23 – 32oC, sedangkan untuk fotosintesis
lamun membutuhkan suhu optimum antara 25 – 35°C dan pada saat cahaya penuh.
Tingginya nilai suhu disebabkan oleh dangkalnya perairan, sehingga cahaya yang
masuk ke dalam kolom air lebih banyak dan mengakibatkan suhu perairan meningkat,
(Christon et al. 2012). Pengaruh suhu bagi lamun sangat besar, suhu memengaruhi
proses-proses fisiologi yaitu fotosintesis, laju respirasi, pertumbuhan dan reproduksi.
Gambar 4. Peta Sebaran Suhu di perairan Desa Pengudang
Variasi suhu air yang diukur selama pengamatan sangat dipengaruhi oleh udara di
atasnya dan perbedaan intensitas cahaya matahari . Selain itu, suhu juga bisa
dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Perbedaan suhu yang terjadi bisa disebabkan oleh
udara, intensitas cahaya serta iklim dan cuaca saat melakukan pengamatan, (Hartati et
al. 2012).
Suhu (oC)
7
Salinitas
Spesies lamun mempunyai toleransi yang berbeda-beda, namun sebagian besar
memiliki kisaran yang lebar yaitu 10 – 40 ppm. Nilai optimum toleransi lamun
terhadap salinitas air laut pada nilai 33 – 34 ppm, (KepMen LH No. 51 Tahun 2004).
Berdasarkan hasil pengukuran salinitas di kawasan Desa Pengudang didapatkan hasil
keseluruhan untuk nilai rata-rata salinitas di kawasan Desa Pengudang adalah 31,67
ppm, dengan nilai salinitas tersebut masih normal untuk pertumbuhan lamun pada
umumnya. Untuk pertumbuhan lamun itu sendiri salinitas optimum yang dapat
mendukung pertumbuhan lamun itu sebesar 35 ppm, sedangkan salinitas yang
didapat di daerah Desa Pengudang mendekati dari salinitas optimum tersebut.
Gambar 5. Peta Sebaran Salinitas di perairan Desa Pengudang
Sebaran salinitas terlihat meningkat dari pesisir ke arah laut lepas, ini diasumsikan
karena ada pengaruh dari mulut sungai. Semakin banyak air sungai yang bermuara ke
laut maka salinitas air laut akan semakin rendah.
Kecepatan Arus
Nilai rata-rata kecepatan arus 0,26 m/s menunjukkan bahwa perairan Desa
Pengudang tergolong berarus lemah. Hal ini disebabkan vegetasi lamun yang tinggi,
sehingga mampu menahan laju kecepatan arus. Menurut Adriman et al. (2015) bila
kecepatan arusnya 0,1 – 0, 25 m/s maka perairan tersebut berarus lemah. Arus dengan
kecepatan 0,5 m/s mampu mendukung pertumbuhan lamun dengan baik, (Rahmawati
et al. 2012). Menurut den Hartog (1970), salah satu ciri ekologis lamun adalah hidup
di perairan yang relatif tenang. Arus di perairan Desa Pengudang lebih dominan
dipengaruhi oleh musim angin. Hasil pengukuran kecepatan arus dapat dilihat pada
Gambar 6.
Salinitas (ppt)
8
Gambar 6. Peta Sebaran Arus di perairan Desa Pengudang
Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)
Berdasarkan hasil pengukuran DO di kawasan Desa Pengudang didapatkan hasil
dengan nilai rata-rata 5,81 mg/L, dengan nilai DO tersebut sangat sesuai untuk
produktivitas lamun karena tidak kurang dari 5 mg/L. Kadar oksigen terlarut kurang
dari 4 mg/L mengakibatkan efek yang kurang menguntungkan bagi hampir semua
organisme akuatik. Oksigen terlarut berasal dari hasil fotosintesis oleh fitoplankton
dan melalui difusi dari udara. Di laut umumnya dalam 1 liter air laut mengandung 5 –
6 mL oksigen terlarut, (Hutagalung et al. 1997). Hasil pengukuran DO dapat dilihat
pada Gambar 7.
Gambar 7. Peta Sebaran DO di perairan Desa Pengudang
Kecepatan arus (m/s)
DO (mL)
9
pH
Nilai rata-rata pH di Desa Pengudang adalah 8,19, nilai tersebut termasuk normal
untuk pH di perairan laut. Menurut Hartati et al. (2012), nilai pH di lingkungan
perairan laut relatif stabil dan berada pada kisaran yang sempit, biasanya berkisar
antara 7,5 – 8,4. Berdasarkan data yang diperoleh, nilai pH yang didapat berada
dalam batas normal dan nilai pH tersebut menunjukkan bahwa kondisi perairan Desa
Pengudang memungkinkan bagi lamun untuk tumbuh optimal. Nilai pH yang
diperoleh ini termasuk dalam keadaan basa, sehingga diasumsikan kondisi tersebut
dapat mempengaruhi meningkatnya kandungan nitrat di perairan. Nilai pH dapat
mempengaruhi nitrat karena dapat membantu proses nitrifikasi, (Ati et al. 2016).
Hasil pengukuran pH dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Peta Sebaran pH di perairan Desa Pengudang
Kekeruhan
Berdasarkan hasil pengukuran kekeruhan di Desa Pengudang nilai kekeruhan juga
dapat dikatakan masih mendukung kehidupan organisme akuatik yang ada karena
masih di bawah baku mutu yaitu dengan nilai rata-rata 1,91 NTU. Berdasarkan
KepMen LH No.51 Tahun 2004 ditetapkan ambang batas baku mutu nilai kekeruhan
untuk biota laut adalah <5. Menurut Hartati et al. (2012), lamun membutuhkan
intensitas cahaya yang tinggi untuk melaksanaan proses fotosintesis, sehingga
distribusi padang lamun hanya terbatas pada daerah yang tidak terlalu dalam pada
kondisi cahaya masih tersedia. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran
menunjukkan nilai kekeruhan berada dalam kisaran yang masih normal dan sangat
baik untuk menunjang proses kehidupan biota di dalamnya. Hasil pengukuran
kekeruhan dapat dilihat pada Gambar 9.
pH
10
Gambar 9. Peta Sebaran Kekeruhan di perairan Desa Pengudang
Jenis Lamun yang Ditemukan di Desa Pengudang
Lamun yang ditemukan di perairan Desa Pengudang merupakan vegetasi
lamun campuran karena terdiri dari 4 spesies lamun, yaitu Enhalus accoroides,
Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, dan Syringodium isoetifolium. Menurut
Asriyana dan Yuliana (2012), vegetasi campuran adalah vegetasi yang terdiri dari 2
sampai 12 jenis lamun yang tumbuh bersama-sama dalam satu substrat. Ekosistem
lamun di perairan Desa Pengudang memiliki perananan yang sangat penting yaitu
sebagai tempat berlindung bagi biota-biota seperti ikan-ikan kecil, gastropoda, dan
bivalvia selain itu juga sebagai tempat menempel berbagai hewan dan tumbuhan-
tumbuhan (alga). Epifit (alga) yang menempel pada tumbuhan lamun sangat
bermanfaat karena epifit yang menempel berperan penting dalam proses rantai
makanan. Disamping itu daun lamun yang lebat seperti Enhalus acoroides dapat
memperlambat air yang disebakan oleh arus dan ombak sehingga perairan
disekitarnya menjadi tenang. Lamun juga dapat tumbuh subur terutama di daerah
pasang surut, perairan pantai atau di daerah yang terlindung. Berikut ini adalah jenis-
jenis lamun yang ditemukan di perairan Desa Pengudang dengan ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Enhalus acoroides
Lamun jenis Enhalus acoroides adalah jenis lamun yang mendominasi di perairan
Desa Pengudang. Enhalus acoroides adalah lamun yang biasanya tumbuh dengan
vegetasi tunggal berbanding terbalik dengan Syringodium isoetifolium. Enhalus
acoroides memiliki ciri-ciri berupa rimpang berdiameter lebih 10 mm dengan
rambut-rambut kaku, panjang daun 300 – 1500 mm, lebar 13 – 17 mm (KepMen LH
No. 200). Dengan ukuran daun yang cukup lebar dan banyak dijumpai di Desa
Pengudang, lamun jenis Enhalus acoroides ini memiliki nilai tutupan yang tinggi dan
Kekeruhan (NTU)
11
juga dapat berfungsi untuk memperlambat gerakan air yang disebabkan oleh arus dan
gelombang. Lamun jenis Enhalus acoroides dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Lamun Enhalus acoroides
Secara umum pada seluruh titik pengamatan, lamun tenggelam saat pasang dan
ketika surut terendah hampir semua lamun terpapar. Jenis lamun Enhalus acoroides
di Desa Pengudang mampu bertahan pada saat kondisi pasang maupun surut, karena
dapat dilihat dari morfologinya memiliki akar yang kuat.
2. Thalassia hemprichii
Lamun jenis Thalassia hemprichii pada ekosistem lamun di perairan Desa
Pengudang tidak berjumlah banyak dan hanya ditemukan sebanyak 15 titik. Spesies
lamun diketahui juga menyebar secara vertical pada zona pasang, (Den Hartog 1970).
Untuk jenis Thalassia dan Cymodecea tersebar disekitar intertidal sampai ke subtidal
keatas. Thalassia hemprichii mempunyai ciri-ciri yaitu memiliki bar hitam pendek
dari sel tannin pada daun, rimpang berdiameter 2 – 4 mm tanpa rambut-rambut kaku,
rimpang tebal antara tunas, daun berbentuk sabit, panjang daun 100 – 300 mm, lebar
daun 4 – 10 mm. Lamun jenis Thalassia hemprichii dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Lamun Thalassia hemprichii
Lamun jenis Thalassia hemprichii merupakan jenis lamun yang paling umum
ditemukan hampir di semua perairan di Indonesia. Lamun jenis ini mempunyai
12
sebaran yang paling luas, karena kemampuannya untuk dapat beradaptasi di semua
kondisi perairan yang sangat tinggi, (Riniatsih 2016).
3. Cymodecea rotundata
Lamun jenis Cymodecea rotundata pada ekosistem lamun di perairan Desa
Pengudang tidak berjumlah banyak dan hanya ditemukan di beberapa titik saja.
Cymodecea rotundata mempunyai ciri-ciri yaitu memiliki bentuk daun yang
melengkung menyerupai selempang dengan bagian pangkal menyempit dan ke arah
ujung ahak melebar, (Fauziyah 2004). Ujung daunnya licin (halus) dengan bagian
tengahnya melekuk kearah dalam. Tulang daun berjumlah 9 – 15 dengan panjang 5 –
16 cm dan lebar daun 2 - 4 mm.
Gambar 12. Lamun Cymodecea rotundata
Menurut Tanaka dan Nakaoka (2004), laju kehilangan air pada bagian daun
Cymodecea rotundata jauh lebih cepat dibandingkan Thalassia hemprichii, dengan
demikian kondisi ini menunjukkan bahwa kedua jenis lamun ini rentan terhadap
kekeringan.
4. Syringodium isoetifolium
Lamun jenis Syringodium isoetifolium pada ekosistem lamun di perairan Desa
Pengudang tidak berjumlah banyak dan hanya ditemukan di beberapa titik saja.
Syringodium isoetifolium adalah tumbuhan lamun yang tumbuh pada kondisi perairan
yang tergenang dan senantiasa tumbuh bersama dengan jenis lamun yang lain (mixed
vegetation). Syringodium isoetifolium mempunyai ciri-ciri yaitu memiliki umumnya
tumbuh pada substrat dasar berlumpur di daerah sublitoral, dapat membentuk padang
rumput bawah laut tetapi jenis ini sering di temukan antara spesies lain yang lebih
dominan, mampu mentoleransi kekeringan yang singkat, (Fauziyah 2004). Daunnya
berbentuk silindris, dengan panjang dapat mencapai 25 cm.
13
Gambar 13. Lamun Syringodium isoetifolium
Persentase Tutupan Lamun
Tutupan lamun menggambarkan seberapa besar atau seberapa luas lamun
menutupi suatu perairan. Pengamatan persentase tutupan lamun mengacu pada
estimasi persen tutupan lamun menurut McKenzie (2003). Berdasarkan hasil yang di
dapatkan persentase tutupan lamun di perairan Desa Pengudang adalah 51,66%.
Sesuai dengan status padang lamun menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
No. 200 Tahun 2004, kondisi tutupan lamun di Desa Pengudang termasuk kriteria
kurang kaya/kurang sehat dengan penutupan 30 - 59,9%.
Hubungan Nitrat dan Fosfat Terhadap Tutupan Lamun
1. Uji Normalitas
Adapun hasil untuk uji normalitas nitrat dan fosfat terhadap tutupan lamun di
perairan Desa Pengudang yang terdiri dari 30 titik penelitian yang tersebar secara
acak. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa data terdistribusi normal.
14
2. Hasil Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan analisis regresi variabel tutupan lamun dengan nitrat dan fosfat di
peroleh persamaan:
Y = 49,972 – 8,890x1 + 199,536x2 + ei
Hasil analisis regresi diperoleh nilai koefisien korelasi (R) adalah 0,274, dengan
pola yang positif. Hubungan konsentrasi nitrat dan fosfat terhadap tutupan lamun
dikategorikan rendah. Diduga karena pada air nitrat bersifat terlarut sehingga mudah
terbawa oleh pergantian arus atau pasang surut air laut, kandungan nitrat di dalam
substrat memang lebih tinggi jika dibandingkan dengan nitrat pada air, sedangkan
pada substrat bersifat terendap sehingga tidak mudah terbawa oleh arus. Namun,
pengukuran nitrat belum membahayakan perairan. Menurut Handayani et al. (2016),
bahwa dalam melihat pengaruh konsentrasi nitrat (mg/L) pertumbuhan organisme
0,3-0,9 rendah, 0,9-3,5 optimum, >3,5 membahayakan perairan. Kondisi perairan di
Desa Pengudang memiliki unsur hara yang tinggi, unsur hara yang tinggi secara tidak
langsung dapat meningkatkan kelimpahan jenis perifiton epifitik tertentu. Tingginya
kadar nitrat dan fosfat di perairan bersifat wajar, karena dapat dimanfaatkan oleh
perifiton sebagai sumber makanan.
Aspek Pengelolaan
Lamun berada di ekosistem pesisir yang sangat rentan terhadap gangguan.
Menurut Harpiansyah (2014), gangguan dan ancaman ekosistem padang lamun ada
dua yaitu gangguan dari alam dan gangguan dari aktivitas manusia. Gelombang yang
tinggi dapat meningkatkan kecepatan arus perairan dan pengikisan daratan di pesisir
atau abrasi sehingga dampaknya bagi ekosistem lamun dapat mencabut akar-akar
jenis lamun yang tidak mempunyai perakaran yang kuat dan terjadi kekeruhan di
perairan. Kekeruhan dapat menghambat pertumbuhan lamun seperti dalam proses
fotosintesis. Namun ancaman tersebut bukan ancaman serius bagi padang lamun bila
siklusnya normal atau tinggi gelombang pada tingkat rata-rata karena lamun sendiri
memiliki adaptasi hidup, (Harpiansyah 2014).
Ancaman lain bagi ekosistem lamun di perairan Desa Pegudang aktivitas
masyarakat seperti keluar masuk kapal dan kelong. Masyarakat di Desa Pengudang
yang sebagian besar berprofesi sebagai nelayan hampir setiap angin utara
melabuhkan kelong milik nelayan pada pesisir pantai Desa Pengudang. Tak jarang
para nelayan melakukan perbaikan kelong di kawasan tersebut. Apabila aktivitas
tersebut meningkat dampak jangka panjangnya dapat mengurangi jumlah lamun yang
ada di Desa Pengudang.
Kondisi fisika dan kimia perairan di Desa Pengudang selama penelitian termasuk
dalam kondisi perairan alami. Parameter yang diukur masih berada pada baku mutu
KepMen LH No. 51 Tahun 2004 kecuali nilai konsentrasi nitrat dan fosfat. Hal
tersebut menggambarkan aktivitas yang dilakukan masyarakat di Desa Pengudang
belum memberikan pengaruh yang buruk bagi ekosistem lamun. Perlu adanya
pengelolaan yang baik agar tidak menurunkan kondisi perairan serta terganggunya
lamun. Kegiatan monitoring secara berkala perlu dilakukan, seperti kondisi fisika dan
kimia perairan yang mungkin dapar terjadi perubahan akibat adanya aktivitas yang
15
dilakukan di pesisir pantai sehingga dapat dipertahankan kondisi alamiah dari
perairan di Desa Pengudang. Selain itu, masyarakat khususnya nelayan harus tetap
menjaga kondisi lingkungan perairan dengan baik karena Desa Pengudang
merupakan wilayah konservasi lamun, tentunya tetap harus menjaga ekosistem yang
ada.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu:
1. Kandungan nitrat pada perairan di Desa Pengudang dengan nilai rata-rata 0,43
mg/L jauh dari ambang baku mutu nitrat yaitu 0,008 mg/L (KEPMEN LH No. 51
Tahun 2004). Meskipun kandungan nitratnya melebihi ambang batas, perairan di
Desa Pengudang tergolong ke dalam kategori perairan yang subur. Kandungan
fosfat dengan nilai rata-rata 0,02 mg/L dan memenuhi ambang baku mutu fosfat
0,015 mg/L (KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004).
2. Berdasarkan analisis regresi variabel tutupan lamun dengan nitrat dan fosfat di
peroleh persamaan:
Y = 49,972 – 8,890x1 + 199,536x2 + ei
Hasil analisis regresi diperoleh nilai koefisien korelasi (R) adalah 0,274, dengan
pola yang positif. Hubungan konsentrasi nitrat dan fosfat terhadap tutupan lamun
dikategorikan rendah.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih saya ucapkan kepada kedua orangtua, adik adik, dosen pembimbing dan
teman-teman mahasiswa manajemen sumberdaya perairan seangkatan yang telah
membantu saya dalam menyelesaikan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Asriyana dan Yuliana. 2012. Produktifitas Perairan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ati, R.N.A., Terry L.K., Mariska A.K., Desy M.H.M., Andreas A. H., 2016.
Karakteristik Dan Potensi Perairan Sebagai Pendukung Pertumbuhan Lamun di
Perairan Teluk Buyat dan Teluk Ratatotok Sulawesi Utara. J. Manusia Dan
Lingkungan. 23 (3) : 342-348.
Christon, Otong S.D., Noir P.P. 2012. Pengaruh Tinggi Pasang Surut terhadap
Pertumbuhan dan Biomassa Daun Lamun Enhalus acoroides di Pulau Pari
Kepulauan Seribu Jakarta. Jurnal Perikanan dan Kelautan 3 (3): 287 – 294.
Erftemeijer, P. L. A. 1993. Differences in Nutrient Concentration and Resources
between Seagrass Communities on Carbonate and Communities Sediment in
South Sulawesi, Indonesia. Bull. Marine Science 54: 403-419.
Handayani, D. R., Armid., Emiyarti. 2016. Hubungan Kandungan Nutrien dalam
Substrat terhadap Kepadatan Lamun di Perairan Desa Lalowaru Kecamatan
Moramo Utara. Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Unversitas Halo Oleo. Kendari. 1 (2) 42-53.
16
Harpiansyah. 2014. Struktur Komunitas Padang Lamun di Perairan Desa Pengudang
Kabupaten Bintan. Skripsi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas
Maritim Raja Ali Haji.
Hartati, R., Ali Djunaedi, Hariyadi dan Mujiyanto. 2012. Struktur Komunitas Padang
Lamun di Perairan Pulau Kumbang Kepulauan Karimunjawa. Ilmu Kelautan 17
(4): 217 – 225.
KMNLH. (2004). Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan. Kantor Menteri
Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup 2004. Keputusan Menteri
Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 tentang Baku
Mutu Air Laut. Sekretariat Negara, Jakarta.
McKenzie,LJ. 2003. Guidelines for The Rapid Assessment and Mapping of
Tropical Seagrass Habitats. The State of Queensland. Department of Primary
Industries. http://seagrasswatch.org/html.
Riniatsih, Ita. 2016. Distribusi Jenis Lamun Dihubungkan dengan Sebaran Nutrient di
Padang Lamun Teluk Awur Jepara. Kelautan Tropis 19 (2): 101 – 107.
Susana, T., dan Suyarso. 2008. Penyebaran Fosfat dan Deterjen di Perairan Pesisir
dan Luat Cirebon Jawa Barat. Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI. Volume.
34: 117-131.