KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA BIJI LABU KUNING
-
Upload
gahar-ajeng-prawesthi -
Category
Documents
-
view
134 -
download
21
description
Transcript of KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA BIJI LABU KUNING
PROPOSAL GROUP PROJECT
PRAKTIKUM BIOKIMIA
KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA BIJI LABU KUNING
(Cucurbita moschata)
Disusun oleh :
Gahar Ajeng Prawesthi (13304241064)
Katon Waskito Aji (13304241069)
Yustina Bangun Restu W. (13304244002)
Hidayah Ina Qodriyani (13304244004)
Antika Nur Adi Wijaya (13304244015)
Rahmayanti (13304244016)
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN
1. Mengetahui jenis karbohidrat apa saja yang terkandung dalam biji Labu Kuning
(Cucurbita moschata)
2. Mengetahui adanya polisakarida pada biji Labu Kuning (Cucurbita moschata).
3. Mengetahui manfaat biji Labu Kuning (Cucurbita moschata).
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Buah labu kuning atau yang sering disebut dengan waluh (Jawa Tengah), labu
parang (Jawa Barat), ataupun pumpkin (Inggris), merupakan salah satu sayuran yang
mempunyai bentuk bulat sampai lonjong dan berwarna kuning kemerahan. Pada bagian
tengah buah labu kuning tersebut terdapat biji yang diselimuti lender dan serat. Biji ini
berbentuk pipih dengan kedua ujungnya runcing (Hendrasty, 2003:11).
Labu kuning atau waluh merupakan bahan pangan yang kaya vitamin A, B dan C,
mineral, serta karbohidrat.Daging buahnya mengandung antioksidan sebagai penangkal
berbagai jenis kanker. Tanaman labu kuning biasanya hanya ditanam sebagai tanaman
sampingan, namun walaupun hanya sebagai tanaman sampingan saja, jumlah produksi
labu tetap melimpah. Labu Kuning (Cucurbita moschata) paling banyak dikonsumsi
sebagai sayuran.Selain daging buahnya, biji labu kuning dapat dikonsumsi dalam bentuk
kwaci.
Salah satu komposisi kimia yang terkandung dalam labu kuning adalah karbohidat.
Untuk mengetahui kandungan karbohidrat pada biji Labu Kuning (Cucurbita moschata)
yang masih mentah, direbus dan biji yang telah menjadi kwaci, maka perlu dilakukan uji
karbohidrat. Ekstrak biji Labu Kuning (Cucurbita moschata)diuji dengan uji Molish,
Benedict, Seliwanoff, dan Iodine sehingga dapat diketahui jenis karbohidrat yang
terkandung padabiji Labu Kuning (Cucurbita moschata).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman labu kuning merupakan salah satu jenis tanaman sayuran menjalar dari family
Cucurbitaceae, yang tergolong dalam jenis tanaman semusim yang setelah berbuah langsung
mati.Tanaman labu kuning ini sudah banyak dibudidayakan di Negara-negara seperti Afrika,
Amerika, India dan Cina.Tanaman ini mampu tumbuh di daratan rendah maupun
tinggi.Dengan ketinggian ideal antara 0 m – 1500 m diatas permukaan laut (Krissetiana,
2003:10).
Batang Labu Kuning menjalar cukup kuat, bercabang banyak, dan berbulu agak tajam
dengan panjang batang mencapai 5 m- 10 m. Daun labu kuning berwarna hijau keabuaabuan,
ujung sedikit meruncing, tulang daun tampk jelas dan sedikit lembek sehingga bila terkena
sinar matahari akan tampaak layu (Krissetiana, 2003:10).
Tanaman Labu Kuning memiliki klasifikasi, yaitu:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Familia : Cucurbitaceae
Genus : Cucubita
Spesies : Cucubita moschata Duch
Biji labu berbentuk pipih dan oval dengan kulit yang berwarna putih. Biji ini kaya akan
zat besi dan seng. Biji labu yang dipanggang dapat dijadiakn camilan atau ditambahkan ke
dalam salad, sereal dan makanan untuk para vegetarian (Marshall, 2005 : 99)
Pemanfaatan biji labu untuk pengobatan hipertrofi sudah dikenal sejak jaman Beheula.
Di Jerman biji labu banyak digunakan untuk pengobatan orang yang terkena penyakit prostat
yaitu untuk menghambat pembesaran kelenjar prostat.Bahkan menurut salah satu penelitian
ternyata biji labu bermanfaat untuk mengembalikan daya seksual pria. Biji labu dapat
dikonsumsi dalm bentuk kolak, kuaci, ataupun disangrai (Prihandana, dkk. 2007 : 159)
Buah labu kuning atau yang sering disebut dengan waluh (Jawa tengah), labu parang
(Jawa Barat), ataupun pumpkin (Inggris), merupakan salah satu sayuran yang mempunyai
bentuk bulat sampai lonjong dan berwarna kuning kemerahan. Ada bagian tengah buah labu
kuning tersebut, terdapat biji yang diselimuti lender dan serat. Biji ini berbentuk pipih dengan
kedua ujungnya yang meruncing (Krissetiana, 2003 : 11).
Berat buah labu kuning dapat mencapai 4kg, bahkan jenis Cucurbita moschata dapat
mencapai berat hingga 20kg.Buah labu kuning sudah dapat dipanen pada umur 3-4 bulan,
sementara dari jenis hibrida dapat dipanen pada umur 90 hari (Krissetiana, 2003 : 11).
Salah satu factor yang penting dalam suatu bahan makanan adalah kandungan gizinya.
Labu kuning merupakan salah satu jenis tanaman pangan yang mempunyai kandungan gizi
cukup tinggi dan lengkap. Secara lengkap labu kuning mempunyai kandungan gizi seperti
yang disajikan (Krissetiana, 2003:11).
Tabel Komposisi Zat Gizi Labu Kuning per 100 g Bahan
No Kandungan Gizi Kadar/Satuan
1. Kalori 29,00 kal
2. Protein 1,10 g
3. Lemak 0,30 g
4. Hidrat arang 6,60 g
5. Kalsium 45,00 mg
6. Fosfor 64,00 m
7. Zat Besi 1,40 mg
8. Vitamin A 180,0 SI
9. Vitamin B1 0,08 mg
10. Vitamin C 52,00 g
11. Air 91,20 g
12. BDD 77,00 %
(Krissetiana, 2003 : 11).
Karbohidrat merupakan jenis molekul yang paling banyak ditemukan di alam dengan
rumus molekul Cn(H2O)m. Karbohidrat terbentuk pada proses fotosintesis dengan reaksi
sebagai berikut:
nCO2(g) + mH2O(l) → Cn(H2O)m + nO2
Karbohidrat merupakan sumber karbon untuk organisme hidup. Karbohidrat juga
merupakan sumber karbon untuk sintesis biomolekul dan sebagai bentuk energi polimerik.
Karbohidrat didefinisikan sebagai senyawa polihidroksi-aldehid atau polihidroksi-keton dan
turunannya (Lehninger, 1993).
Bahan makanan mengandung tiga kelompok utama senyawa kimia, yaitu karbohidrat,
protein dan lemak atau lipid. Karbohidrat merupakan senyawa karbon hidrogen dan oksigen
yang terdapat dalam alam.Banyak karbohidrat mempunyai rumus empiris CH2O. Misalnya
glukosa (C6H12O6). Karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau keton.Molekul karbohidrat
terdiri atas atom-atom karbon, hidrogen dan oksigen. Pada senyawa yang termasuk
karbohidrat terdapat gugus –OH, gugus aldehid atau gugus keton.
Karbohidrat sangat beraneka ragam sifatnya. Karbohidrat dikelpokan menjadi empat
kelompok penting yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida (Anna Poedjiadi,
2005:24-27).
1. Monosakarida
Monosakarida merupakan sakarida sederhana yang tidak dapat dihidrolisis
menjadi satuan terkecil walaupun dalam suasana yang lunak sekalipun.Monosakarida
dapat melangsungkan reaksi antar molekul reversible membentuk senyawa lingkar.
Suatu aldoa seperti glukosa membentuk cincin piranosa lingkar enam sedangkan ketosa
seperti fruktosa membentuk cincin furanosa lingkar lima.
Struktur khas monosakarida dapat diidentifikasi menggunakan reaksi kimia
berikut:
a. Senyawa Iod
Jika suatu aldosa direaksikan dengan Asam Iodida (HI), maka aldosa akan
kehilangan seluruh oksigennya dan digantikan dengan senyawa Iodat (C6H13I).
Turunan yang dihasilkan merupakan suatu senyawa dengan rantai lurus seperti
heksana.Ini membuktikan bahwa aldosa tidak mempunyai rantai samping. Dengan
reaksi:
C6H12O6 + HI → CH3-CH2-CH2-CH2-CH2-CH2I + 3O2
b. Oksidasi
Oksidasi monosakarida akan menghasilkan asam. Gugus aldehid yang
terdapat pada aldosa teroksidasi menjadi gugus aldonat. Apabila gugus CH2OH
teroksidasi maka akan membentuk asam uronat. Larutan HNO3 pekat dapat
mengoksidasi kedua gugus aldehida membentuk asam sakarat.
2. Disakarida
Disakarida terdiri dari dua lingkar monosakarida. Ikatan yang menghubungkan
kedua monosakarida tersebut disbut ikatan glikosidik, yang terbentuk dengan cara
kondensasi gugus hidroksil pada atom karbon nomor satu dari satu monosakarida
dengan gugus hidroksil dari salah satu atom karbon nomor 2,4 atau 6 pada
monosakarida yang kedua. Contoh disakarida adalah:
a. Maltosa tersusun atas 2 glukosa
b. Laktosa tersusun atas beta-D-Galaktosa dengan Beta-D-glukosa.
c. Sukrosa tersusun atas fruktosa dan glukosa
3. Polisakarida
Poliskaarida terdiri dari rantai monosakarida, yang dapat digolongkan secara
fungsional ke dalam dua kelompok besar yaitu struktur polisakarida dan nutrien
polisakarida. Struktural poliskarida berlaku sebagai pembngun komponen dari organel
sel dan sebagai unsur pendukung intrasel.Polisakarida yang termasuk golongan ini
adalah selulosa, kitin, kondroitin, dan asam hialuronat.Polisakarida nutrien berperan
sebagai sumber cadangan monosakarida yang termasuk dalam kelompok ini adalah
paraamilum, pati dan glikogen.
Uji karbohidrat dapat dilakukan dengan cara, yaitu sebagai berikut:
a) Uji Molisch
Larutan karbohidrat dicampur dengan pereaksi Molisch, yaitu larutan 5% α-
naftol dalam alcohol, kemudian ditambah asam sulfat pekat dengan hati-
hati.Warna violet yang terbentuk menunjukkan adanya karbohidrat (Sumardjo,
2008).
Dasar uji ini adalah heksosa atau pentosa mengalami dehidrasi oleh pengaruh
asam sulfat pekat menjadi hidroksimetilfurfural atau furfural dan kondensasi
aldehida yang terbentuk ini dengan α-naftol membentuk senyawa yang berwarna
khusus untuk polisakarida dan disakarida. Reaksi ini terdiri atas tiga tahapan,
yaitu hidrolisis polisakarida dan disakarida menjadi heksosa atau pentose, dan
diikuti oleh proses dehidrasi dan proses kondensasi (Sumardjo, 2008).
b) Uji Benedict
Uji benedict merupakan uji umum untuk karbohidrat yang memiliki gugus
aldehid atau keton bebas, seperti yang terdapat pada laktosa dan maltosa. Uji
benedict berdasarkan reduksi Cu2+ menjadi Cu+ oleh gugus aldehid atau keton
bebas dalam suasana alkalis, biasanya ditambahkan zat pengompleks seperti sitrat
atau tatrat untuk mencegah terjadinya pengendapan CuCO3. Uji positif ditandai
dengan terbentuknya larutan hijau, merah, orange atau merah bata serta adanya
endapan.Uji benedict bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi dalam
suatu larutan dengan indikator yaitu adanya perubahan warna khususnya menjadi
merah bata.Benedict Reagen digunakan untuk menguji atau memeriksa kehadiran
gula pereduksi dalam suatu cairan. Monosakarida yang bersifat reduktor, dengan
diteteskannya Reagen akan menimbulkan endapan merah bata. Selain menguji
adanya gula pereduksi, juga berlaku secara kuantitatif, karena semakin banyak
gula dalam larutan maka semakin gelap warna endapan (Isnawati, 2009).
Pada uji benedict, teori yang mendasarinya adalah gula yang mengandung
gugus aldehida atau keton bebas akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana alkalis,
menjadi Cu+, yang mengendap sebagai Cu2O (kupro oksida) berwarna merah bata.
Pada uji Benedict, indikator terkandungnya Gula Reduksi adalah dengan
terbentuknya endapan berwarna merah bata.Hal tersebut dikarenakan
terbentuknya hasil reaksi berupa Cu2O.Pereaksi benedict dapat mendeteksi gula
dengan konsentrasi 0,01 %. Endapan Cu2O dapat berubah warna merah, kuning
atau hitam-kekuningan bergantung pada warna asal dan jumlah gula pereduksi
yang direaksikan (Sumardjo, 2008).
Berikut reaksi yang berlangsung:
(Lehninger, 1982)
c) Uji Iod
Uji Iod bertujuan untuk mengidentifikasi polisakarida.Reagent yang
digunakan adalah larutan iodine yang merupakan I2 terlarut dalam potassium
iodide.Reaksi antara polisakarida dengan iodin membentuk rantai poliiodida.
Polisakarida umumnya membentuk rantai heliks (melingkar), sehingga dapat
berikatan dengan iodin, sedangkan karbohidrat berantai pendek seperti disakarida
dan monosakarida tidak membentuk struktur heliks sehingga tidak dapat berikatan
dengan iodine (Sumardjo, 2008)
d) Uji Seliwanoff
Beberapa karbohidrat memiliki gugus keton.Adanya gugus keton dapat
dibuktikan melalui uji seliwanoff. Fruktosa dan sukrosa adalah karbohidrat yan
gmemiliki gugus keton
Jika karbohidrat yang mengandung gugus keton direaksikan dengansali
wanoff akan menunjukkan warna merah (kuning +) sebagai reaksi
positifnya.Adanya warna merah (kuning +) merupakan hasil kondensasi dari
resorsinol yang sebelumnya didahului dengan pembentukan hidroksi metil
furfural. Proses pembentukan hidroksi metil furfural berasal dari konversi dari
fruktosa oleh asamklorik panas yang kemudian menghasilkan asam livulenik dan
hidroksi metal furfural. Fruktosa dan sukrosa cepat bereaksi karena merupakan
jenis karbohidrat yang memiliki gugus keton (ketosa).
Ketosa bila di dehidrasi oleh pereaksi saliwanoff memberikan turunan fulfural
ynag selanjutnya berkondensasi denganresoreinol memberikan warna merah
(kuning +) kompleks. Hal tersebut diatas menunjukkan bahwa uji saliwanof
digunakan untuk membedakan antara karbohdrat yang mengandung aldehid dan
keton. Dimanapada percobaan terbukti bahwa fruktosa dan sukrosa adalah
karbohidrat yangmengandung gugus fungsi keton. Karena hanya gugus fungsi
keton yang bisacepat bereaksi dengan saliwanof (Anna Poedjiadi,2009).
BAB III
METODE
A. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
1) Tabung Reaksi (12)
2) Pipet Tetes (3)
3) Penjepit tabung reaksi (1)
4) Rak tabung reaksi (1)
5) Gelas ukur 10 ml (1)
6) Waterbath
7) Lampu Spiritus
8) Drupple plate (1)
9) Penumbuk bahan (1)
10) Kertas saring
11) Corong
12) Gelas beker 50 ml (1)
13) Beker gelas 30 ml (2)
b. Bahan
1) Larutan ekstrak labu kuning
2) Pereaksi Molish
3) Pereaksi Benedict
4) Pereaksi Selliwanof
5) Pereaksi Iodine
6) H2SO4 pekat
B. CARA KERJA
1. Uji Benedict
2. Uji Molish
3. Uji Selliwanof
Setelah 5 menit dibiarkan dingin dan mengamati perubahan warna yang terjadi
Memanaskan di dalam waterbath selama 5 menit
Kemudian menambahkan 5 tetes larutan ekstrak labu kuning (biji mentah, direbus, kwaci)
Memasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 2 ml pereaksi Benedict
Menegakkan tabung reaksi dan mengamati adanya cincin ungu pada perbatasan kedua larutan
Memiringkan tabung reaksi (40ᵒ C) dan tambahkan secara hati-hati 1 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung reaksi
Mengocok perlahan-lahan selama 5 detik
Menambahkan 2 tetes pereaksi Molish ke dalam tabung reaksi
Memasukkan 2 ml larutan ekstrak labu kuning (biji mentah, direbus, kwaci) ke dalam tabung reaksi
Menunggu dan mengamati hingga terjadi adanya perubahan warna
Memasukkan tabung reaksi yang telah berisi larutan ekstrak dan pereaksi Seliwanoff ke dalam waterbath
Menambahakan 2 tetes larutan ekstrak labu kuning ke dalam tabung reaksi
Memasukkan 1 ml pereaksi Seliwanoff ke dalam tabung reaksi.
4. Uji Iodine
C. SASARAN PENGAMATAN
Sasaran pengamatan pada pengujian karbohidrat pada biji labu kuning adalah :
1. Pengamatan ditunjukkan pada reaksi warna antara furfural dari sakarida dengan
alpha-naphtol dari pereaksi Molish.
2. Pengamatan ditunjukkan pada perubahan warna larutan dan endapan yang terbentuk
di dasar tabung reaksi.
3. Pengamatan ditunjukkan pada reaksi perubahan warna dan kecepatan reaksi.
4. Pengamatan ditunjukkan pada pembentukan warna dan perubahan-perubahannya.
Mengamati perubahan warna yang terjadi
Menambahkan 1 tetes larutan iodine ke pada drupple plate
Meneteskan larutan ekstrak labu kuning (biji mentah, direbus, kwaci) 1 tetes pada drupple plate
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. TABEL HASIL PENGAMATAN
No Cara KerjaHasil Pengamatan
Biji mentah Biji direbus Biji (kwaci)
1 Biji labu kuning + pereaksi Molish +
H2SO4
(+)
terbentuk
cincin ungu
(+++)
terbentuk
cincin ungu
(++)
terbentuk
cincin ungu
2 Biji labu kuning + pereaksi Benedict (-) tetap
berwarna
biru
(-) tetap
berwarna
biru
(-) tetap
berwarna
biru
3 Biji labu kuning + pereaksi Seliwanoff (-) larutan
berwarna
orange
(-) larutan
berwarna
orange
(-) larutan
berwarna
orange
4 Biji labu kuning + larutan Iodine (-) tetap
orange
(-) tetap
orange
(-) tetap
orange
B. PEMBAHASAN
1. Uji Molish
Percobaan ini bertujuan untuk menunjukkan adanya karbohidrat secara umum
(monosakarida, disakarida, polisakarida). Percobaaan yang pertama menggunakan 2
ml ekstrak biji labu kuning mentah diberi 2 tetes pereaksi molish dan 20 tetes H2SO4
pekat, menunjukkan positif terhadap uji molish ini. Pada 2 ml ekstrak biji labu kuning
yang telah direbus yang diberikan penambahan 2 tetes pereaksi molish dan 20 tetes
H2SO4 pekat, serta pada 2 ml ekstrak biji labu kuning berupa kwaci yang penambahan
2 tetes pereaksi molish dan 20 tetes H2SO4 pekat, keduanya juga menunjukkan positif
terhadap uji molish ini.
Hasil uji molish yang positif ini ditunjukkan dengan adanya cincin berwarna
ungu yang terbentuk antara kedua larutan tersebut (bagian bawah adalah H2SO4 dan
yang atas adalah karbohidrat. Dengan adanya cincin berwarna ungu tersebut
menunjukkan bahwa pada biji labu kuning yang mentah, direbus dan berupa kwaci
mengandung karbuhidrat. Akan tetapi kadar masing-masing karbohidratnya berbeda,
ini dibedakan dengan tebal dan tipisnya cincin ungu yang terbentuk. Urutan
kandungan karbohirat dari yang paling banyak sampai yang paling sedikit yaitu pada
ekstrak biji labu direbus, kwaci dan ekstrak biji labu mentah. Sehingga pada ekstrak
biji labu kuning yang direbus mengandung karbohidrat paling banyak, sedangkan
pada ekstrak biji labu mentah mengandung karbohidrat paling sedikit.
Menurut Rohmad (2007:44) Jika asam sulfat pekat (H2SO4) ditambahkan
kedalam karbohidrat, maka asam sulfat akan menyerap air dan akan membentuk
furfural. Furfural dapat berikatan dengan alfa naftol membentuk senyawa gabungan
berwarna ungu (kompleks ungu).
Dan pada ekstrak biji labu kuning yang direbus mengandung karbohidrat yang
paling banyak dikarenakan adanya volume H2SO4 yang berlebih meskipun dalam
pemberiannya sama dengan yang lain yaitu sebanyak 20 tetes, tetapi setiap tetesnya
mungkin berbeda volumenya.
2. Uji Benedict
Percobaan ini bertujuan untuk menunjukkan adanya zat-zat yang mereduksi
dalam suasana alkalis. Reaksi ini terutama untuk membedakan sakarida (gula) yang
dapat mereduksi dan sakarida yang tidak dapat mereduksi. Percobaaan yang pertama
menggunakan 2 ml pereaksi benedict diberi 5 tetes ekstrak biji labu mentah
menunjukkan negatif terhadap uji benedict ini, pada 2 ml pereaksi benedict diberi 5
tetes ekstrak biji labu direbus serta pada 2 ml pereaksi benedict diberi 5 tetes ekstrak
biji labu berupa kwaci, keduanya juga menunjukkan negatif terhadap uji benedict ini.
Menurut Rohmad (2007 : 44) Uji Benedict positif terhadap gula pereduksi.
Apabila gula pereduksi ditambah dengan campuran tembaga fosfat, natrium sitrat,
natrium karbonat, lalu dipanaskan akan membentuk endapan Cu2O yang berwarna
merah coklat dan terjadi dalam suasana basa yang menyebabkan gula akan
mereduksi. Natrium sitrat bersifat sebagai pengikat Cu dengan membentuk kompleks
Cu sitrat, jika tidak diikat CuSO4 mengendap karena basa sedangkan natrium
karbonat berfungsi untuk menciptakan suasana basa agar gula dapat mereduksi.
Namun ternyata setelah dilakukan pengujian benedict di dapatkan hasil yang
negatif dan ini ditunjukkan dengan warna larutan tidak berubah setelah dilakukan
pemanasan. Larutan berwarna biru tersebut menunjukkan bahwa pada biji labu kuning
yang mentah, direbus dan berupa kwaci bukan merupakan sakarida (gula) yang dapat
mereduksi.
3. Uji Seliwanoff
Percobaan ini bertujuan untuk menunjukkan adanya gugus ketosa / keton
(fruktosa). Percobaaan yang pertama menggunakan 1 ml pereaksi seliwanoff diberi 2
tetes ekstrak biji labu mentah menunjukkan negatif terhadap uji seliwanoff ini, pada 1
ml pereaksi seliwanoff diberi 2 tetes ekstrak biji labu direbus serta pada 1 ml pereaksi
seliwanoff diberi 2 tetes ekstrak biji labu berupa kwaci, keduanya juga menunjukkan
negatif terhadap uji seliwanoff ini.
Berdasarkan teori menurut Anwar (1994:240) Uji seliwanoff positif dengan
adanya perubahan warna menjadi merah bata. Perubahan warna ini terjadi akibat
adanya reaksi kondensasi resorsinol dengan furfural atau hidroksifurfural.
Namun ternyata setelah diuji dengan uji seliwanoff pada eksktak biji labu
kuning ini negatif ditunjukkan dengan larutan berwarna orange setelah dilakukan
pemanasan. Larutan berwarna orange tersebut menunjukkan bahwa pada biji labu
kuning yang mentah, direbus dan berupa kwaci tidak mengandung gugus ketosa /
keton (fruktosa).
4. Uji Iodine
Percobaan ini bertujuan untuk menunjukkan adanya polisakarida, terutama
amilum. Percobaaan yang pertama menggunakan 1 tetes ekstrak biji labu mentah
diberi 1 tetes larutan iodine menunjukkan negatif terhadap uji iodine ini, pada 1 tetes
ekstrak biji labu direbus diberi 1 tetes larutan iodine serta pada 1 tetes ekstrak biji
labu berupa kwaci diberi 1 tetes larutan iodine, keduanya juga menunjukkan negatif
terhadap uji iodine ini.
Menurut Bintang (2010) Uji Iodine ini merupakan uji yang bertujuan untuk
mengetahui adanya polisakarida terutama amilum, dapat juga digunakan untuk
menguji buah atau makanan lain. Larutan pati akan bereaksi dengan larutan Iod
membentuk warna biru.
Namun ternyata setelah dilakukan pengujian iodine hasil yang diperoleh yaitu
negatif dan ditunjukkan dengan warna larutan tidak berubah. Larutan berwarna
orange tersebut menunjukkan bahwa pada biji labu kuning yang mentah, direbus dan
berupa kwaci bukan merupakan polisakarida, terutama amilum.
Ekstrak biji labu kuning mentah, direbus maupun ekstrak biji yang berupa
kwaci mengandung karbohidrat. Biji labu kuning termasuk sakarida (gula) yang tidak
dapat mereduksi. Biji labu kuning tidak mengandung gugus ketosa / keton (fruktosa)
maupun amilum yang termasuk golongan polisakarida.
Mengetahui manfaat biji Labu Kuning (Cucurbita moschata) yang
mengandung karbohidrat secara keseluruhan seperti yang telah diujikan sebelumnya,
bahwa biji labu bermanfaat untuk meningkatkan energy seperti yang dikutip dari
laman Boldsky. Sama halnya dengan fungsi karbohidrat secara umum adalah sebagai
sumber energy, hal ini dikarenakan karbohidrat merupakan sumber karbon untuk
organisme hidup. Karbohidrat juga merupakan sumber karbon untuk sintesis
biomolekul dan sebagai bentuk energi polimerik. Karbohidrat didefinisikan sebagai
senyawa polihidroksi-aldehid atau polihidroksi-keton dan turunannya (Lehninger,
1993). Dengan mengkonsumsi biji Labu Kuning (Cucurbita moschata) maka akan
menambah energy bagi tubuh manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Choiril, dkk. 1994. Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta : Depdikbud.
Astawan, M. dan M. Wahyuni, 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna.
Jakarta: Akademi Pressindo.
Bintang, Maria.2010. Biokimia-Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga.
Hendrasty, H K. 2003. Tepung Labu Kuning. Yogyakarta: Kanisius.
Isnawati . 2009. Biokimia. Surabaya: Unesa University Press.
Krissetiana, Henny.2003. Tepung Labu Kuning: Pembuatan dan Pemanfaatannya.
Yogyakarta: Kanisius.
Lehninger, Albert L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.
Marshall, Jannete,2005. Makanan Sumber Tenaga. Jakarta: Erlangga
Poedjiadi, Anna. 2009. Dasar-dasarBiokimia. Jakarta: UI Press.
Prihandana, Rama, dkk.2007. Energi Hijau .Jakarta: Penebar Swadaya.
Rohmad, Abdul.2007.Analisis Makanan. Yogyakarta: Gama Press.
Sumardjo, Damin. 2008. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiwa Kedokteran dan
Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.