KANDUNGAN ADF DAN NDF FODDER JAGUNG DARI SISTEM … · Peternakan pada Fakultas Peternakan...
Transcript of KANDUNGAN ADF DAN NDF FODDER JAGUNG DARI SISTEM … · Peternakan pada Fakultas Peternakan...
i
KANDUNGAN ADF DAN NDF FODDER JAGUNG DARI
SISTEM HIDROPONIK DENGAN INTERVAL
PENYIRAMAN YANG BERBEDA
SKRIPSI
Oleh:
NUR FITRIANI AMIR
I 111 13 528
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
KANDUNGAN ADF DAN NDF FODDER JAGUNG DARI
SISTEM HIDROPONIK DENGAN INTERVAL
PENYIRAMAN YANG BERBEDA
SKRIPSI
Oleh:
NUR FITRIANI AMIR
I 111 13 528
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Peternakan pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nur Fitriani Amir
NIM : I111 13 528
menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
a. Karya Skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama Bab
Hasil dan Pembahasan tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan
atau dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan
seperlunya.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis senantiasa panjatkan rahmat dan karunia Allah
SWT. yang senantiasa memberikan nikmat kesehatan jasmani dan rohani sehingga
penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Kandungan ADF dan NDF
Fodder Jagung dari Sistem Hidroponik dengan Interval Penyiraman yang
Berbeda” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada
Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis
haturkan kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Syahriani Syahrir, M.Si selaku Pembimbing Utama dan Ibu Dr.
Rinduwati, S.Pt. MP selaku Pembimbing Anggota, atas keikhlasannya dalam
memberikan bimbingan, motivasi, nasehat dan saran-saran sejak awal
penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Hj. A. Mujnisa, S.Pt.,MP, Bapak Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir,
M.Sc., dan Bapak Prof. Dr. Ir. H. Muh. Rusdy, M.Agr yang telah
memberikan banyak masukan, saran-saran serta motivasi kepada penulis.
3. Bapak Dr. Syahriadi Kadir, M.Si. selaku Penasehat Akademik yang telah
membimbing penulis dalam bidang akademik selama menjadi mahasiswa
Fakultas Peternakan.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Ambo Ako, M.Sc. dan Bapak Zulkharnaim, S.Pt.,M.si.
selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapang (PKL) yang telah membimbing
dalam pelaksanaan PKL, serta Asfianti, Nadra Juharis, Muhammad
vi
Nasrullah dan Andika Gunawan selaku tim PKL atas kerjasama selama
pelaksanaan PKL.
5. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M,Sc. selaku Dekan Fakultas
Peternakan, Ibu Prof. Dr. drh. Hj. Ratmawati Malaka, M.Sc. selaku Wakil
Dekan I dan ketua Program Studi Peternakan, Ibu Dr. Ir. Hastang, M.Si.
selaku Wakil Dekan II serta Bapak Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si.
selaku Wakil Dekan III, terima kasih atas segala bantuan kepada penulis
selama menjadi mahasiswa di Fakultas Peternakan.
6. Ibu dan Bapak Dosen tanpa terkecuali yang telah membimbing penulis selama
kuliah di Fakultas Peternakan dan seluruh Pegawai Fakultas Peternakan
terima kasih atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama ini.
7. Kedua orang tua saya, ayahanda Amiruddin Syam dan ibunda
Sawiah atas segala doa, motivasi, pengetahuan dan dukungan serta kasih
sayang yang tak terbatas sehingga penulis selalu berusaha. Kepada kakak
penulis Syamsul Alam, St. Nurlia Syam, Syamsul Bahri, St. Nuraeni Amir,
St. Nurhidaya Amir, dan Sri Yulianti Amir yang selalu memberikan
motivasi dan dukungan yang luar biasa kepada penulis.
8. Teman-teman satu tim penelitian “Fodder Squad” kanda Fredy Pampang,
Muh. Adnan Hasyim, Nasaruddin Usman, Asfianti, Fitria Ananda Ep. Ar,
Abeng Daisuri, Ummi Kalsum dan Nadra Juharis, terima kasih atas
kerjasama dan bantuannya selama pelaksanaan penelitian. Terima kasih juga
pada Kak Tilawati yang memberikan bimbingan selama uji analisis
laboratorium.
vii
9. Teman Kelas D Sembarang mo dan Larfa 2013 terima kasih telah berbagi
ilmu pengetahuan dengan penulis dan terima kasih atas kebersamaannya.
10. Kakanda senior HUMANIKA dan Teman-teman HUMANIKA UH (2010,
2011, 2012, 2013, 2014, 2015 dan 2016), yang telah menjadi wadah bagi
penulis untuk belajar.
11. Teman-teman seperjuangan Rafiah, Kurniati, Hikmayani Iskandar, Nur
Astuti, Andi Nurul Airin, A. Ni’mahtul Churriyah, Syahri Nur Vita Sari,
Andi Nur Insani, Nurul Rizka, Ratu Arika, Arda Runita, Abdan Baso,
Laode Rahman Musawa, Muh. Syafi’i Yusuf, Ikram Muing, Makmur,
Arisman, Muh. Ehsan, Ahmad Fauzy, Ahmad Ghifari Fajrin,
Febriansyah, Armansyah, Prasetyo Dwi, yang telah berbagi suka dan duka
bersama penulis.
12. Terima kasih juga kepada Edi Tompo dan Alfian Adi Firansyah yang telah
banyak membantu penulis dalam menyusun dan menyelesaikan Skripsi ini.
13. Sahabat “Apartemen Kuning” Asfianti, Devi Yulianti, Sri Wahyuniska, Sari
Putri, Tri Wahyuni, Kak Nur Aeni, Kak Asfar Dalang, dan Aprilia Atikah
yang senantiasa mendengarkan keluh kesah dan memberikan semangat kepada
penulis.
14. Sahabat ”Hanya Wacana” Irsanti Septiningsih, Iin Diartin B, Nurul Hiqmah
Uun, Alifha, Nurkhalisa Naisy, Mutmainnah Rusdi, Wirda Kusuma,
Nasruddin Rasyid, Alamsyah Pratama, Aswar, Andi Baso Husain,
Lukman Dahlan, Muhammad Aqil, Arafandi, Pangky Kusuma, Chandra
Gunawan, Muh. Nur Alam Saputra, Achmad Cahyo Rinaldi, Jauhari
viii
Tasyri, Mursidin Syam, terima kasih telah menjadi sahabat yang baik dari
awal kuliah hingga saat ini.
15. Teman yang sudah seperti saudara Asfianti terima kasih atas suka dan dukanya
selama menjalani perkuliahan dari maba sampai sekarang.
16. Teman terbaik Nursyamsih Taufik dan Nurfadillah Asdar atas pengalaman
dan canda tawa bersama penulis.
17. Sahabat dari SD sampai sekarang Nurul Fatiha Arif, Nurul Fitrah Natsir,
Bahrani Bahrun, Nurfasiha, Nur Annizar, Miftahussa’adah, Izzatul Iffah,
Rahmat Aldillah, Reza Anshari Darwis, Rustamaji terima kasih atas
kekonyolan dan kesetiaan nya hingga saat ini kepada penulis
18. Rekan-rekan ”DESA KULO SQUAD” Bapak Haryanto dan Ibu Jumiati
(Bapak dan Ibu Desa KULO), Bapak H. Basri dan Ibu Hj. Daimang
(Bapak dan Ibu Posko), Andi Musdalipa, Putri Permatasari, Afirah
Nurpasiha, Ayu Hapsari Aman, Abdan Baso, Firmansyah Muslimin,
Fahmi Subarkah, Rabil dan Abdul Maun Amas, serta teman-teman KKN
Kecamatan Kulo, Kabupaten Sidrap Gelombang 93 atas pengalaman yang
diberikan di lokasi KKN .
19. Rekan-rekan Asisten Nutrisi Ternak Dasar (NTD) atas bantuan, pengalaman
dan ilmu yang diberikan selama penulis kuliah di Fakultas Peternakan.
20. Keluarga Besar Unit Kegiatan Mahasiswa Tennis Meja UNHAS (UTMUH
UH), IKATAN KELUARGA MAHASISWA SINJAI (IKMS), OSIS SMA
Negeri 2 Sinjai Periode 2011-2012 yang telah berbagi pengalaman dan
senantiasa memberikan motivasi pada penulis.
ix
21. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu persatu, terima kasih atas
segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan dengan limpahan berkah, rahmat,
karunia dan hidayah-Nya. Aamiin. Melalui kesempatan ini penulis mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya mendidik, apabila dalam penyusunan Skripsi ini
terdapat kekurangan dan kesalahan. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca. Aamiin. Wassalam.
Makassar, Agustus 2017
Penulis
x
ABSTRAK
Nur Fitriani Amir (I 111 13 528). Kandungan ADF dan NDF Fodder Jagung
dari Sistem Hidroponik dengan Interval Penyiraman yang Berbeda. Dibawah
bimbingan Syahriani Syahrir dan Rinduwati.
Penyediaan pakan seringkali menjadi masalah saat musim kemarau serta
ketersediaan lahan yang semakin kurang atau sempit untuk penanaman hijauan
ternak. Teknologi sederhana menggunakan fodder jagung hidroponik ini bisa
menjadi alternatif dalam penyediaan pakan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kandungan ADF dan NDF tanaman fodder jagung yang diberi
perlakuan interval penyiraman yang berbeda. Percobaan dilaksanakan berdasarkan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) 4 x 4 (4 Perlakuan, 4 ulangan), dimana
perlakuan adalah P1 = Interval penyiraman 1 jam, P2 = Interval penyiraman 2
jam, P3 = Interval penyiraman 3 jam, dan P4 = Interval penyiraman 4 jam. Hasil
penelitian ini memperlihatkan rata-rata kandungan ADF fodder jagung dari media
hidroponik dengan interval penyiraman yang berbeda (%) P1 = 12,02±0,22, P2 =
11,98±1,45, P3 = 10,97±0,56, dan P4 = 13,27±0,64; dan rata-rata NDF fodder
jagung dari media hidroponik dengan interval penyiraman yang berbeda (%) P1 =
38,30±0,46, P2 = 30,84±1,58, P3 = 31,99±0,53, dan P4 = 34,76±1,95.
Disimpulkan bahwa semakin lama interval penyiraman pada fodder jagung dapat
meningkatkan kandungan ADF dan NDF
Kata Kunci : ADF, Fodder Jagung, Interval Penyiraman, Hidroponik, NDF
xi
ABSTRACT
Nur Fitriani Amir (I 111 13 528). The Content of ADF and NDF of Fodder Corn
Hydroponics System with Different Watering Intervals. Under the supervision of
Syahriani Syahrir and Rinduwati.
Provision of feed is often a problem during the dry season and the
availability of less and less land for cultivation of forage. Simple technology using
hydroponic corn fodder can be an alternative in the provision of feed. The aim of
this study was to determine the content of ADF and NDF of corn fodder plants
treated with different watering intervals. The experiment was carried out
according to Group Randomized Design (RAK) 4 x 4 (4 treatments, 4
replications), the treatments were P1 = 1 hour watering interval, P2 = 2 hours
watering interval, P3 = 3 hours watering interval, and P4 = 4 hours watering
interval. The results of this study showed the average of ADF content of corn
fodder from hydroponic medium with different watering intervals (%) P1 = 12.02
± 0.22, P2 = 11.98 ± 1.45, P3 = 10.97 ± 0.56, and P4 = 13, 27 ± 0.64; and average
NDF corn fodder from hydroponic medium with different watering intervals (%)
P1 = 38.30 ± 0.46, P2 = 30.84 ± 1.58, P3 = 31.99 ± 0.53, and P4 = 34.76 ± 1.95.
In conclusion, the longer the watering interval in the corn fodder can increase the
content of the ADF and its NDF
Keywords : ADF, Corn Fodder, Watering Interval, Hydroponics,NDF
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ........................................................................... i
HALAMAN JUDUL ............................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
ABSTRAK ................................................................................................ x
ABSTRACT ............................................................................................ xi
DAFTAR ISI ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
PENDAHULUAN
Latar Belakang .............................................................................. 1
Rumusan Masalah ......................................................................... 3
Tujuan dan Kegunaan .................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman jagung dan syarat tumbuh tanaman jagung .................... 4
Perkecambahan pada tanaman jagung ........................................... 6
Tinjauan umum fodder jagung ....................................................... 8
ADF ................................................................................................ 10
NDF ................................................................................................ 11
Hipotesis ......................................................................................... 12
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat ......................................................................... 13
Materi Penelitian ........................................................................... 13
xiii
Metode Penelitian........................................................................... 13
Parameter yang Diukur .................................................................. 14
Analisis Data .................................................................................. 16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan ADF ................................................................................ 17
Kandungan NDF ................................................................................ 19
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................ 20
Saran .................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 21
LAMPIRAN ................................................................................................ 24
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... 30
xiv
DAFTAR TABEL
No. Halaman
Teks
1. Kandungan ADF dan NDF Fodder Jagung .................................... 17
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
Teks
1. Perkecambahan tanaman jagung .................................................... 8
2. Hidroponik fodder jagung .............................................................. 9
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
Teks
1. Analisis ragam kandungan ADF Fodder Jagung ............................ 24
2. Analisis ragam kandungan NDF Fodder Jagung ............................ 26
3. Dokumentasi kegiatan penelitian .................................................... 27
1
PENDAHULAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki dua musim yaitu musim
kemarau dan hujan. Perubahan musim yang tidak menentu sangat berpengaruh
terhadap ketersediaan hijauan untuk pakan. Saat musim hujan jumlah hijauan
melimpah, sedangkan saat musim kemarau tanaman pakan tidak dapat tumbuh
secara optimal sehingga jumlah hijauan sangat terbatas, akibatnya ternak dapat
mengalami kekurangan pakan hijauan. Hijauan merupakan sumber pakan utama
bagi ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, produksi dan reproduksi
(Sofyan, 2000). Oleh karena itu dibutuhkan teknologi yang dapat menjadi solusi
untuk pemenuhan kebutuhan hijauan dengan memproduksi hijauan
berkesinambungan tanpa dipengaruhi oleh musim.
Hidroponik fodder dapat dijadikan sebagai teknologi alternatif untuk
memproduksi pakan hijauan. Hidroponik adalah suatu istilah yang digunakan
untuk bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya serta
menggunakan campuran nutrisi esensial yang dilarutkan di dalam air
(Sodarmodjo, 2008). Teknik hidroponik memiliki kemampuan untuk
menghasilkan produk berkualitas, selain itu sistem hidroponik tidak tergantung
dengan musim sehingga tanaman dapat ditanam sepanjang tahun dan dapat
ditanam di lahan yang sempit dengan sistem greenhouse (Suhardiyanto 2009).
Sutiyoso (2004) mengungkapkan bahwa keberhasilan sistem hidroponik
ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan diantaranya kelembaban, temperatur dan
angin. Pemberian mulsa dimaksudkan untuk mencegah hilangnya air akibat
2
penguapan, memperkecil perbedaan suhu antara siang dan malam hari, mencegah
penyinaran langsung dari matahari yang menyebabkan kerusakan pada tanaman
terutama pada saat perkecambahan. Disamping itu, mulsa akan dapat
mempertahankan kelembaban udara dipermukaan tetap meningkat sehingga
kecepatan penguapan dapat dibatasi (Djazuli, 1986) dan kelembaban udara dapat
dipertahankan (Doring et.,al. 2006).
Jagung merupakan salah satu komoditas serealia yang mempunyai peran
yang strategis dan berpeluang untuk dikembangkan karena perannya sebagai
sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras. Hampir semua bagian
tanaman jagung dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Batang
dan daun tanaman yang masih muda dapat digunakan sebagai pakan, tanaman
yang telah dipanen dapat digunakan untuk pembuatan pakan atau pupuk
organik. Data BPS (2016) menunjukkan produksi jagung tahun 2015 sebanyak
19,61 juta ton pipilan kering, mengalami kenaikan sebanyak 0,60 juta ton (3,17
persen) dibandingkan tahun 2014. Kenaikan produksi jagung terjadi karena
kenaikan produktivitas.
Salah satu alternatif pemanfaatan jagung sebagai pakan yaitu fodder
jagung. Fodder jagung adalah alternatif baru bagi peternak kambing dan domba,
metode pakan ini cocok diterapkan bagi peternak yang memiliki lahan hijauan
yang minim atau peternak kambing domba di daerah perkotaan, karena fodder
jagung ini bisa disusun dalam rak-rak dan tidak memakan banyak tempat. Fodder
jagung sederhananya adalah membenihkan buliran jagung kemudian disemai
3
sampai umur 11-14 hari dan diberikan kepada kambing dan domba sebagai
alternatif pakan yang sangat bergizi.
Rumusan Masalah
Penyediaan pakan seringkali menjadi masalah saat musim kemarau serta
ketersediaan lahan yang semakin kurang atau sempit untuk penanaman hijauan
ternak. Teknologi sederhana menggunakan fodder jagung hidroponik ini bisa
menjadi alternatif dalam penyediaan pakan. Teknologi yang telah diterapkan di
India ini sangat mudah untuk diaplikasikan oleh petani.
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan ADF dan
NDF tanaman fodder jagung yang diberi perlakuan interval penyiraman yang
berbeda.
Kegunaan dari penelitian ini adalah agar dapat meningkatkan efisiensi
produksi dan memberikan alternatif baru bagi peternak dalam menyediakan
pakan untuk ternak pada musim kemarau.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman Jagung dan Syarat tumbuh Jagung
Tanaman jagung (Zea mays L) adalah jenis tanaman biji-bijian dari
keluarga rumput-rumputan (graminacea) yang sudah lama dikenal di Indonesia.
Tanaman ini mempunyai nilai ekonomis tinggi, selain buahnya sebagai sumber
protein nabati dan sumber karbohidrat; hasil sampingnya seperti daun, tongkol,
kelobot dan dedak jagung dapat dimanfaatkan sebagai sebagai komponen pakan
ternak, baik secara langsung maupun setelah melalui proses pengolahan. Selain
diberikan dalam bentuk segar, jerami jagung dapat dikeringkan atau diolah
menjadi pakan awet seperti pelet, cubes dan disimpan untuk cadangan pakan
ternak (Nulik et al. 2006).
Jagung mempunyai akar serabut dengan tiga macam akar, yaitu (a) akar
seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar seminal adalah
akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar seminal akan
melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah dan pertumbuhan akar
seminal akan berhenti. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari
buku di ujung mesokotil, kemudian setelah akar adventif berkembang dari tiap
buku secara berurutan dan terus keatas antara 7-10 buku, semuanya di bawah
permukaan tanah. Akar adventif berkembang menjadi serabut akar tebal. Akar
seminal hanya sedikit berperan dalam siklus hidup jagung. Akar adventif
berperan dalam pengambilan air dan hara. Perkembangan akar jagung
(kedalaman dan penyebarannya) bergantung pada varietas, pengolahan tanah, fisik
dan kimia tanah, keadaan air tanah, dan pemupukan. Akar jagung dapat dijadikan
5
indikator toleransi tanaman terhadap cekaman aluminium. Tanaman yang toleran
aluminium, tudung akarnya terpotong dan tidak mempunyai bulu-bulu akar
(Syafruddin, 2002).
Secara umum tanaman jagung dapat tumbuh pada daerah dengan
ketinggian 0-1.300 m dari permukaan laut dan dapat hidup baik di daerah panas
maupun dingin. Menurut Sutoro, Sulaiman, dan Iskandar (1988) bahwa selama
pertumbuhannya, tanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari yang cukup
karena sangat mempengaruhi pertumbuhannya. Muhadjir (1988) menambahkan
bahwa jumlah radiasi surya yang diterima tanaman selama fase pertumbuhan
merupakan faktor yang penting untuk penentuan jumlah biji. Selanjutnya
(Mulyadi, Sutardi dan Sudaryabto, 2011) menambahkan bahwa intensitas cahaya
merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman jagung oleh sebab itu
tanaman jagung harus mendapatkan cahaya matahari langsung. Bila kekurangan
cahaya batangnya akan kurus, lemah, dan tongkol kecil serta hasil yang
didapatkan rendah.
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah subur,
gembur, banyak mengandung bahan organik, aerase dan drainasenya baik. Tanah
dengan tekstur lempung berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya.
Tanah-tanah dengan tekstur berat masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang
baik apabila pengelolaan tanah dikerjakan secara optimal, sehingga aerase dan
ketersediaan air di dalam tanah berada dalam kondisi baik. Kemasaman tanah
(pH) yang baik untuk pertumbuhan tanaman jagung berkisar antara 5,6 – 7,5
(Rochani, 2007).
6
Jagung disebut juga tanaman berumah satu (monoceous) karena bunga
jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman. Bunga betina (tongkol)
muncul dari axillary apical tajuk. Bunga jantan (tassel) berkembang dari titik
tumbuh apikal diujung tanaman. Rambut jagung (silk) adalah pemanjangan dari
saluran stylar ovary yang matang pada tongkol. Hampir 95 % dari persariannya
berasal dari serbuk sari tanaman lain, dan hanya 5 % yang berasal dari serbuk sari
tanaman sendiri. Karena itu disebut juga tanaman bersari bebas (cross pollinated
crop) (Aria dan Chozin, 2009).
Buah jagung terdiri atas tongkol, biji, dan daun pembungkus. Biji jagung
mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung
pada jenisnya. Pada umumnya, biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat
secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8 – 20 baris biji. Biji
jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji (seedcoat), endosperm dan
embrio (Murni dan Arif, 2008).
Tanaman jagung membutuhkan air sekitar 100-140 ml/bulan. Oleh karena
itu waktu penanaman harus memperhatikan curah hujan dan penyebarannya.
Penanaman dimulai bila curah hujan sudah mencapai 100 mm/bulan. Untuk
mengetahui ini perlu dilakukan pengamatan curah hujan dan pola distribusinya
selama 10 tahun ke belakang agar waktu tanam dapat ditentukan dengan baik dan
tepat (Parwati dkk, 2008).
Perkecambahan pada Tanaman Jagung
Pertumbuhan jagung memiliki pola yang sama, akan tetapi interval waktu
antar tahap pertumbuhan dan jumlah daun yang berkembang dapat berbeda.
Pertumbuhan jagung dapat dikelompokkan ke dalam tiga tahap yaitu : fase
7
perkecambahan, saat proses imbibisi air yang ditandai dengan pembengkakan biji
sampai dengan sebelum munculnya daun pertama. Fase pertumbuhan vegetatif,
yaitu fase dimana mulai munculnya daun pertama yang terbuka sempurna sampai
tasseling dan sebelum keluarnya bunga betina (silking), fase ini diidentifiksi
dengan jumlah daunyang terbentuk dan fase reproduktif, yaitu fase dimana
pertumbuhan setelah silking sampai masak fisiologis (Subekti dkk, 2006).
Ketika radikula muncul dari kulit biji, maka perkecambahan benih jagung
terjadi. Proses perkecambahan benih jagung, mula-mula benih menyerap air
melalui proses imbibisi dan benih membengkak yang diikuti oleh kenaikan
aktivitas enzim dan respirasi yang tinggi. Benih jagung akan berkecambah jika
kadar air benih pada saat di dalam tanah meningkat >30% (McWilliams et al.
1999). Perubahan awal sebagian besar adalah katabolisme pati, lemak, dan
protein yang tersimpan dihidrolisis menjadi zat-zat yang mobil, gula, asam-asam
lemak, dan asam amino yang dapat diangkut ke bagian embrio yang tumbuh aktif.
Pada awal perkecambahan, koleoriza memanjang menembus pericarp, kemudian
radikel menembus koleoriza. Setelah radikel muncul, kemudian empat akar
seminal lateral juga muncul. Pada waktu yang sama atau sesaat kemudian
plumule tertutupi oleh koleoptil. Koleoptil terdorong ke atas oleh pemanjangan
mesokotil, yang mendorong koleoptil ke permukaan tanah. Mesokotil berperan
penting dalam pemunculan kecambah ke atas tanah. Ketika ujung koleoptil
muncul ke luar permukaan tanah, pemanjangan mesokotil terhenti dan plumul
muncul dari koleoptil dan menembus permukaan tanah (Subekti dkk, 2006).
8
Benih jagung umumnya ditanam pada kedalaman 5-8 cm. Bila
kelembaban tepat, pemunculan kecambah seragam dalam 4-5 hari setelah tanam.
Semakin dalam lubang tanam semakin lama pemunculan kecambah ke atas
permukaan tanah. Pada kondisi lingkungan yang lembab, tahap pemunculan
berlangsung 4-5 hari setelah tanam, namun pada kondisi yang dingin atau kering,
pemunculan tanaman dapat berlangsung hingga dua minggu setelah tanam atau
lebih. Keseragaman perkecambahan sangat penting untuk mendapatkan hasil
yang tinggi. Perkecambahan tidak seragam jika daya tumbuh benih rendah.
Tanaman yang terlambat tumbuh akan ternaungi dangulma lebih bersaing dengan
tanaman, akibatnya tanaman yang terlambat tumbuh tidak normal dantongkolnya
relatif lebih kecil dibanding tanaman yang tumbuh lebih awal dan seragam
(Subekti dkk, 2006).
Gambar 1. Fase perkecambahan jagung
Tinjauan Umum Fodder Jagung
Fodder adalah istilah untuk tanaman yang digunakan sebagai pakan ternak.
Menurut Ahmed (2011), fodder adalah tumbuhan yang diberikan pada ternak
untuk menyediakan nutrien yang diperlukan ternak, pemberiannya dapat berupa
9
hijauan segar maupun kering, bentuk biji-bijian maupun umbi, atau dalam bentuk
silase. Tumbuhan fodder dapat diperoleh dari hasil budidaya maupun dari habitat
alaminya di padangan.
Hidroponik fodder dapat dijadikan sebagai teknologi alternatif untuk
memproduksi pakan hijauan. Hidroponik adalah suatu istilah yang digunakan
untuk bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya serta
menggunakan campuran nutrisi esensial yang dilarutkan di dalam air
(Sodarmodjo, 2008). Teknik hidroponik memiliki kemampuan untuk
menghasilkan produk kandungan nutrisi yang berkualitas selain itu sistem
hidroponik tidak tergantung dengan musim sehingga tanaman dapat ditanam
sepanjang tahun dan dapat ditanam di lahan yang sempit dengan sistem
greenhouse. Budidaya tanaman dengan sistem hidroponik umumnya dilakukan di
dalam greenhouse (Suhardiyanto, 2009).
Gambar 2. Fodder jagung
Jagung merupakan tanaman C4 yang mampu beradaptasi dengan baik
meskipun terdapat faktor pembatas pertumbuhan dan produksi (Goldsworthy dan
Fisher, 1980). Keunggulan lain dari jagung yang ditanam dengan sistem
hidroponik yaitu biji jagung memiliki waktu pertumbuhan yang cepat sehingga
10
dapat diproduksi dalam waktu singkat. Salah satu tantangan dalam memproduksi
hijauan pakan (green fodder) dengan sistem hidroponik yaitu tumbuhnya jamur.
Keadaan lingkungan (suhu, kelembaban dan cahaya) yang kurang mendukung
dapat menyebabkan jamur berkembang yang kemudian merusak tanaman dan
menyebabkan masalah kesehatan pada ternak yang diberi pakan berjamur.
Kerusakan pada biji jagung biasanya disebabkan oleh jamur, sehingga
diperlukan disinfektan untuk mengurangi pertumbuhan jamur. Hypocloride aman
digunakan dan bersifat bakterisid. Disinfektan ini dipakai dengan cara
perendaman selama 15 menit. Larutan ini merupakan disinfektan yang sangat aktif
pada semua bakteri, virus, jamur, parasit dan beberapa spora (Anusavice, 2004).
Sutiyoso (2004) mengungkapkan bahwa keberhasilan sistem hidroponik
ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan diantaranya kelembaban, temperatur dan
angin. Pemberian mulsa dimaksudkan untuk mencegah hilangnya air akibat
penguapan, memperkecil perbedaan suhu antara siang dan malam hari, mencegah
penyinaran langsung dari matahari yang menyebabkan kerusakan pada tanaman
terutama pada saat perkecambahan. Disamping itu, mulsa akan dapat
mempertahankan kelembaban nisbi udara dipermukaan tetap meningkat sehingga
kecepatan penguapan dapat dibatasi (Djazuli, 1986) dan kelembaban udara dapat
dipertahankan (Doring et al. 2006).
Acid Detergent Fiber (ADF)
ADF dapat digunakan untuk megestimasi kecernaan bahan kering dan
energi makanan ternak. ADF ditentukan dengan menggunakan larutan detergent
acid, dimana residunya terdiri atas selulosa dan lignin (Ensminger dan Olentine,
11
1980). Selanjutnya dinyatakan mengestimasi konsumsi bahan kering hijauan
makanan ternak, NDF mempunyai kolerasi yang tinggi dengan jumlah konsumsi
hijauan makanan ternak. ADF mengandung 15% pentose yang disebut micellar
pentose yang sulit dicerna dibandingkan dengan jenis karbohidrat lainnya. Pentosa
adalah campuran araban dan xilan dengan zat lain dalam tanaman yang dalam
hidrolisis keduanya menghasilkan arabinose dan xylose yang ditemukan dalam
hemiselulosa. ADF yang tinggi mencerminkan kualitas daya cerna pakan yang
rendah (Haris, 1970). Alderman (1980), menyatakan bahwa analisis kimia untuk
menetukan nilai makanan berserat dapat dilakukan melalui sistem Acid Detergen
Fiber (ADF) dan Neutral Detergent Fiber (NDF). Neutral Detergent Fiber (NDF)
mewakili kandungan dinding sel yang terdiri dari lignin, selulosa, hemiselulosa
dan protein yang berikatan dengan dinding sel. Sedangkan Acid Detergent Fiber
(ADF) mewakili selulosa dan lignin dinding sel tanaman. Analisis ADF
dibutuhkan untuk evaluasi kualitas serat untuk pakan ternak ruminansia dan
herbivora lain. Untuk ternak non ruminansia dengan kemampuan
pemanfaatan serat yang kecil, hanya membutuhkan analisis NDF (Suparjo,
2010).
Neutral Detergent Fiber (NDF)
NDF (Neutral Detergent Fiber) merupakan metode yang cepat untuk
mengetahui total serat dari dinding sel yang terdapat dalam serat makanan.
Penurunan kadar NDF disebabkan karena meningkatnya lignin pada tanaman
yang mengakibatkan menurunnya hemiselulosa. Hemiselulosa dan selulosa
merupakan komponen dinding sel yang dapat dicerna oleh mikroba. Tingginya
12
kadar lignin menyebabkan mikroba tidak mampu menguasai hemiselulosa dan
selulosa secara sempurna (Crampton dan Haris, 1969).
NDF sangat berpengaruh terhadap kemampuan ternak ruminansia
untuk mengkonsumsi pakan (Van Soest, 1982). NDF adalah penyusun
dinding sel berserat yang terdiri dari selulosa, hemiselulasa, lignin, silika dan N
dinding sel. NDF merupakan fraksi serat kasar yang sulit dicerna sehingga
konsumsi bahan kering yang berbeda nyata menyebabkan konsumsi NDF juga
berbeda nyata.
Kandungan ADF dan NDF yang rendah bagus bagi ternak, karena hal
tersebut menandakan bahwa serat kasarnya rendah, sedang pada ternak
ruminansia serat kasar diperlukan dalam sistem pencernaan dan berfungsi sebagai
sumber energi. Untuk itu kandungan ADF dan NDF yang optimal agar pakan
yang diberikan pada ternak ruminansia dapat bermanfaat dengan baik (Oktaviani,
2012). Persentase kandungan ADF dan NDF yang akan diberikan pada ternak
sebaiknya ADF 25-45% dan NDF 30-60% dari bahan kering hijauan (Anas, dkk.
2010).
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga bahwa interval penyiraman
yang berbeda dapat mempengaruhi kandungan ADF dan NDF pada fodder jagung
dari sistem hidroponik.
13
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian budidaya hidroponik fodder jagung dilakukan pada bulan Mei
sampai Juni 2017. Bertempat di Unit Pengujian Pakan Terpadu. Analisis ADF dan
NDF dilakukan di Laboratorium Kimia Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan
Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin.
Materi Penelitian
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain rak, tray
(nampan yang telah dilubangi dengan ukuran ukuran 32 cm x 25 cm), gayung,
sprayer kapasitas 2 L, gelas ukur kapasitas 2 L, ember, saringan, thermometer,
penggaris dan alat tulis, timbangan digital, rak besi dengan tinggi ± 2 meter, lebar
76 cm, dan tinggi masing-masing rak satu ke rak yang lain adalah 40 cm, serta
seperangkat alat untuk analisis kandungan ADF dan NDF.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu biji jagung kuning
sebanyak 2 kg dan air.
Metode Penelitian
Prosedur Penelitian
Persiapan benih dilakukan dengan merendam benih didalam air untuk
mengetahui benih yang baik dan yang tidak baik (disortir). Jagung yang
mengambang kemudian dibuang. Setelah itu jagung kembali direndam dalam air
bersuhu 50°C selama 24 jam dengan tujuan agar mikroba pada biji jagung hilang,
14
serta biji jagung yang direndam membengkak sehingga kulitnya mudah terkelupas
dan proses keluarnya kecambah jadi lebih mudah. Setelah 24 jam jagung diangkat
dan ditiriskan kemudian disebar pada nampan atau rak sebanyak 100gr per
nampan. Setelah itu, benih jagung pada nampan ditutup menggunakan kain hitam
kemudian dilembabkan hingga berkecambah. Setelah jagung berkecambah, kain
hitam kemudian di lepaskan. Setiap 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam sekali benih
jagung yang sudah berkecambah masing-masing disiram dengan air sebanyak 1 L.
Setiap hari, penyiraman ini dimulai pukul 07.00 WITA sampai pukul 22.00
WITA. Penyiraman dilakukan selama 9 hari (sampai waktu panen yang
diharapkan).
Parameter Yang Diukur
NDF (Neutral Detergent Fiber)
Menimbang 0,25 gram (a gram) lalu sampel tersebut dimasukkan ke dalam
tabung reaksi 50 ml, kemudian menambahkan larutan NDF sebanyak 30 ml,
tabung kemudian ditutup rapat. Tabung kemudian dipanaskan selama 1 jam
(sekali-kali dikocok). Setelah satu jam, saring sampel ke sintered glass yang
diketahui beratnya (b gram) sambil diisap engan pompa vakum.Mencuci dengan
air panas lebih kuran 100 ml (secukupnya) lalu cuci dengan kurang lebih 50 ml
alcohol.Sampel kemudian diovenkan pada suhu 135ºC Selama 2 jam. Lalu
didinginkan dalam eksikator selama ½ jam kemudian timbang (c gram)
Kadar NDF dihitung dengan menggunakan rumus :
( )
15
Keterangan :
a : berat sampel bahan kering
b : berat sintered glass kosong
c : berat sintered glass + residu penyaring setelah diovenkan
ADF (Acid Detergent Fiber)
Menimbang sampel kurang lebih 0,3 gram kemudian masukkan kedalam
tabung reaksi 50 ml (a gram) lalu menambahkan 40 ml larutan ADF kemudian
tutup rapat tabung tersebut, lalu merebus tabung ke dalam air mendidih selama 1
jam sambil sekali-kali dikocok. Saring dengan sintered glass yang telah diketahui
beratnya (b gram) sambil diisap dengan pompa vakum. Cuci dengan lebih kuran
100 ml air mendidih dam 50 ml alcohol.Kemudian diovenkan pada suhu 135ºC
selama 2 jam. Lalu didinginkan dalam eksikator lebih kurang ½ jam kemudian
timbang (c gram)
Kadar ADF dihitung dengan menggunakan rumus :
( )
Keterangan :
a : berat sampel bahan kering
b : berat sintered glass kosong
c : berat sintered glass + residu penyaring setelah diovenkan
16
Analisis Data
Penelitian ini dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
4 x 4 (4 Perlakuan, 4 kelompok) ) menurut (Gasperz, 1991) Adapun keempat
perlakuan tersebut adalah :
P1 : Interval penyiraman1 jam
P2 : Interval penyiraman 2 jam
P3 : Interval penyiraman 3 jam
P4 : Interval penyiraman 4 jam
Model matematikanya adalah sebagai berikut :
Yij = μ + αi + βj + εij
Keterangan :
Y = nilai pengamatan atau pengukuran
μ = nilai rata-rata harapan
δi = pengaruh perlakuan
βj = pengaruh kelompok sebagai ulangan
ε = pengruh kesalahan percobaan
i = perlakuan 1-4
j = kelompok 1-4
Perlakuan yang berpengaruh nyata diuji lanjut dengan uji Duncan (Steel
and Torrie, 1981)
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan ADF dan NDF fodder jagung dari media hidroponik dengan
interval penyiraman yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan ADF dan NDF Fodder Jagung dari Media Hidroponik
Nutrien Perlakuan
P1 P2 P3 P4
ADF (%) 12,02±0,22ab
11,98±1,45ab
10,97±0,56a 13,27±0,64
b
NDF (%) 38,30±0,46c 30,84±1,58
a 31,99±0,53
a 34,76±1,95
b
Keterangan: *Superscrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan
perbedaan nyata (P<0,05) ; P 1 = Interval penyiraman tiap 1 jam,
P 2 = Interval penyiraman tiap 2 jam, P 3 = Interval penyiraman
tiap 3 jam, P 4 = Interval penyiraman tiap 4 jam
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa interval penyiraman yang berbeda
pada tiap perlakuan memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan
ADF dan NDF fodder jagung.
Kandungan ADF
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa kandungan ADF pada
fodder jagung dari sistem hidroponik dengan interval penyiraman yang berbeda
diperoleh data berturut-turut : P1 12,02%, P2 11,98%, P3 10,97%, P4 13,27%.
Nilai tertinggi diperoleh pada perlakuan P4 yaitu pada interval penyiraman setiap
4 jam. ADF merupakan bagian dari serat kasar yang terdiri dari lignin dan silika,
sedangkan NDF terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan protein dinding sel
(Biyatmoko, 2014).
Air dalam tanaman berfungsi sebagai pendorong proses respirasi,
sehingga penyediaan energi meningkat dan energi ini digunakan untuk
18
pertumbuhan. Kekurangan air akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil,
perkembangannya menjadi abnormal. Kekurangan yang terjadi terus menerus
selama periode pertumbuhan akan menyebabkan tanaman tersebut menderita
dan kemudian mati. Sedang tanda-tanda pertama yang terlihat ialah layunya
daun-daun. Peristiwa kelayuan ini disebabkan karena penyerapan air tidak
dapat mengimbangi kecepatan penguapan air dari tanaman. Jika proses
tranpirasi ini cukup besar dan penyerapan air tidak dapat mengimbanginya,
maka tanaman tersebut akan mengalmi kelayuan sementara.
Tanaman membutuhkan air untuk proses pertumbuhan secara optimal.
Perkembangan dinding sel yang terdiri atas lignin membantu transportasi
enzim-enzim yang berperan dalam proses pertumbuhan pada tanaman.
Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa presentase penurunan kadar
ADF yang baik pada perlakuan P2 dan P3 yaitu pada penyiraman setiap 2 jam
dan penyiraman setiap 3 jam. Penurunan kandungan NDF, ADF, selulosa, dan
lignin membuktikan bahwa air mampu memutuskan ikatan-ikatan
lignohemiselulosa dan lignoselulosa dengan efektif. Di dalam air, baik itu yang
berasal dari air sungai maupun air laut, mengandung zat - zat yang bersifat
asam maupun basa (alkali). Aktivitas alkali dalam air akan lebih besar dalam
merenggangkan ikatan ligno-selulosa dan makin banyak lignin dan silika yang
larut, sehingga kandungan ADF menjadi turun. Liu and Wyman (2005)
mengemukakan bahwa alkali dapat memutuskan ikatan hidrogen inter molekul
dan melarutkan sebagian lignin dan silica.
19
Kandungan NDF
Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05)
terhadap kandungan NDF. Kandungan NDF pada tiap perlakuan : P1 38,30%, P2
30,84%, P3 31,99%, dan P4 34,76%. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa setiap
perlakuan berbeda nyata. Semakin sering dilakukan penyiraman maka kandungan
NDF pada fodder jagung juga semakin meningkat.
Kandungan NDF dipengaruhi oleh kandungan air dalam pakan. Semakin
tinggi kandungan ADF dan NDF suatu pakan maka kualitas dari pakan tersebut
akan rendah. Menurut Van Soest (1982) kandungan NDF sangat berpengaruh
terhadap kemampuan ternak ruminansia untuk mengkonsumsi pakan. Kandungan
ADF dan NDF yang rendah bagus bagi ternak, karena hal tersebut menandakan
bahwa serat kasarnya rendah, sedang pada ternak ruminansia serat kasar
diperlukan dalam sistem pencernaan dan berfungsi sebagai sumber energi. Untuk
itu kandungan ADF dan NDF yang optimal agar pakan yang diberikan pada
ternak ruminansia dapat bermanfaat dengan baik (Oktaviani, 2012).
Menurut Saebah (2013) mengatakan bahwa bahan pakan lokal yang
terendah kadar NDF termasuk jenis dedaunan yang relatif muda, hal ini ditandai
pula oleh rendahnya ADF. Semakin rendah kandungan NDF, ADF dan lignin
dalam suatu bahan pakan maka akan meningkatkan nilai kecernaan bahan pakan
tersebut bagi ternak. Van Der Meer dan Van Es (2001) mengtakan bahwa
kecernaan bahan pakan serat akan sangat dipengaruhi oleh kandungan penyusun
dinding sel bahan.
20
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa
kandungan ADF dan NDF terendah diperoleh pada perlakuan penyiraman tiap 2
jam dan penyiraman tiap 3 jam, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada
perlakuan tersebut merupakan interval penyiraman terbaik untuk diaplikasikan
pada penanaman fodder jagung dari sistem hidroponik.
Saran
Diperlukan penelitian dan sosialisasi yang lebih intens tentang
pengaplikasian hidroponik fodder jagung terhadap masyarakat agar dapat
diaplikasikan dan menjadi alternatif untuk penyediaan pakan.
21
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, K. 2011. Fodder Plants, Everything You Want to Know – A Featured
Article.
Alderman, G. 1980. Aplication of pratical rationing system agri, SCl. Servis.
Ministring of Agric and food England.
Anas, S dan Andy. 2010. Kandungan NDF dan ADF silase campuran jerami
jagung (zea mays) dengan beberapa level daun gamal (Gricilidia
maculate). Jurnal Aggrisistem. 6 (2) : 77-81. ISN 1858-4330.
Anusavice KJ. 2004. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Budiman JA,
Purwoko S, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit EGC. Terjemahan
dari: Phillips' Science of dental materialsh. Ed ke-10
Aria, B., Chozin, M.A. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Dan Frekuensi
Pemberian Pupuk Urea terhadap pertumbuhan Dan Produksi Jagung
(Zea Mays L.) Di Lahan Kering. Makalah Ilmiah. Bogor : Departemen
Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Biyatmoko, D. 2014. Profil acid detergen fiber (adf) dan neutral detergen fiber
(ndf) produk fermentasi jerami padi menggunakan mikrobia cairan rumen.
Media sains. 7 (1) : 7-11. ISN 2085-3548.
Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Indonesia 2016. Badan Pusat Statistik.
Jakarta.
Crampton, E. W. Dan L. E. Haris, 1969. Applied Animal Nutrition E, d. 1st The
Engsminger Publishing Company, California, U. S. A.
Djazuli. 1986. Pemberian Mulsa, Pospat dan Kapur pada Ubi Jalar. Bogor (ID):
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Pusat
PerpustakaanPertanian dan Biologi.
Doring T, Heimbach U, Thieme T, Finckch M, Saucke H. 2006. Aspect
ofstraw mulching in organic potatoes-I, effects on microclimate,
Phytophtora infestans, dan Rhizoctonia solani.Nachrichtenbl. Deut. J
flanzenschutzd. 58 (3):73-78
Ensamiger, M.E and C.G. Olentine. 1980. Feeds and Nutrition. The Ensminger
Publishing Company, USA.
22
Gasperz, V. 1991. Teknis Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Edisi Pertama.
Penerbit Tarsito, Bandung.
Goldsworthy PR, Fisher NM. 1980. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Susilo
H, Penerjemah. Yogyakarta (ID): Universitas gajah Mada Pr.
Terjemahan dari: Physiology of Tropical Field crops
Harris. L. E. 1970. Neutritional Research Techniques for Domestik and Wild
Animal.Anim. Sci. Dept. Vol 2. Utah State University, USA.
Liu CG, Wyman CE. 2005. Partial flow of compressed-hot water through corn
stover to enhance hemicellulose sugar recovery and enzymatic
digestibility of cellulose. Bioresource Technology 96(18):1978-1985.
McWilliams, D.A., D.R. Berglund, and G.J. Endres. 1999. Corn growth and
management quick guide.www.ag.ndsu.edu.
Muhadjir, F. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Bogor. 423 hal
Mulyadi, Sutardi, Sudaryabto, B., 2011. Pengkajian Penggunaan Urea dan
Kompos Pada Pertanaman Jagung Verietas Lamuru Di Lahan Kering
Beriklim Kering. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Yogyakarta. Seminar Nasional Pemasyarakatan Inovasi Teknologi
Pertanian Sebagai Penggerak Ketahanan Pangan. Mataram 5-6
September 2011.Prosiding, Jidil I. Hal : 51 – 53.
Murni, A.M. dan Arief, R.W. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Seri Buku Inovasi : TP/04/2008. 17 Hal.
Nulik, J., D. Kanahau dan E.Y. Hosang. 2006. Peluang dan prospek integrasi
jagung dan ternak di Nusa Tenggara Timur. Pros. Lokakarya Nasional
Jejaring Pengembangan Sistem Integrasi Jagung – Sapi. Pontianak, 9 –
10 Agustus 2006. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 253 – 260.
Oktaviani, WD (2012). Hubungan Kebiasaan Fast Food, Aktifitas Fisik,
PolaKonsumsi, Karakteristik Remaja dan Orang Tua dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT). Vol 1, No 2, Tahun 2012, Hal 542 – 553
http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm.
Parwati, I.A.P., Sudaratmaja, I.G.A.K., Trisnawati, N.W. Suratmini, P. Suyasa, N.
Sunanjaya, W. Budiari, L. Pardi., 2008. Prima Tani di LKDTIB Desa
Belanga, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Laporan Hasil
23
Penelitian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali.Balai Besar
Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Rochani, S. 2007. Bercocok Tanam Jagung. Azka Press. 59 hal.
Saebah S, 2013. Determinasi Kadar Gross Energy (GE) Pakan Sapi Bal. Laporan
Skripsi, Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
Sofyan A. 2000. Pedoman Teknis Perluasan Areal Kebun Hijauan Makanan
Ternak. Jakarta (ID): Kementrian Pertanian
Steel, R.G.D. and Torrie, J. (1981) Principles and Procedures of Statistics. A
biometric Approach. 2nd Edition, Mc Graw Hill International Book Co.,
Singapore City
Subekti, Nunung A., dkk. 2006. Budidaya Tanaman Jagung. Balai Penelitian
Tanaman Serealia, Maros.
Sudarmodjo. 2008. Hidroponik. Bogor (ID): Parung Farm. Tidak dipublikasikan.
Suhardiyanto H. 2009. Teknologi Rumah Tanaman untuk lklim Tropika
Basah: Pemodelan dan Pengendalian Lingkungan. Bogor (ID): IPB Pr
Suparjo. 2010. Analisis Bahan Pakan Secara Kimiawi : Analisi Proksimat dan
Analisis Serat. Labolatorium Makanan Ternak. Fakultas Peternakan.
Universitas Jambi.
Sutiyoso Y. 2004. Hidroponik ala Yos. Jakarta (ID): Penebar Swadaya
Sutoro, Y. Soelaeman dan Iskandar, 1988. Budidaya Tanaman Jagung.
BalaiPenelitian TanamanPangan Bogor.Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan . Bogor
Syafruddin.2002. Tolak Ukur dan Konsentrasi Al untuk Penapisan Tanaman
Jagung Terhadap Ketenggangan Al. Berita Puslitbangtan.24 : 3-4
Van Der Meer, J.M. And A.J.H. Van Es. 2001. Optimal degradation of
lignocellulosic feeds by ruminants and in vitro digestibility tests.
Proceedings of a Workshop, Degradation of Lignocellulosics in Ruminant
and Industrial Processes. March 17-20, 1986, Lelystad, Netherlands. pp.
21-34.
Van Soest, P.J. 1982. Nutritional Ecology of the Ruminant. Oregon.United
Straters of America.
24
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data SPSS Kandungan ADF
Descriptive
ADF
N Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
95% Confidence Interval
for Mean
Minimum
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
penyiraman 1 jam 4
1.20247
0E1 .2232399 .1116199 11.669481 12.379929 11.7901 12.3092
penyiraman 2 jam 4
1.19750
9E1 1.4461424 .7230712 9.673952 14.276223 10.7488 13.9735
penyiraman 3 jam 4
1.09703
0E1 .5564664 .2782332 10.084838 11.855762 10.3127 11.6589
penyiraman 4 jam 4
1.32660
4E1 .6406792 .3203396 12.246574 14.285501 12.4170 13.9628
Total 16
1.20590
3E1 1.1309455 .2827364 11.456394 12.661671 10.3127 13.9735
Test of Homogeneity of Variances
ADF
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.532 3 12 .106
ANOVA
ADF
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 10.602 3 3.534 4.940 .018
Within Groups 8.584 12 .715
Total 19.186 15
25
Lampiran 2. Data SPSS Kandungan ADF
Descriptives
NDF
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence
Interval for Mean
Minimu
m
Maximu
m
Lower
Bound
Upper
Bound
penyiraman 1 jam 4
3.830116E
1 .4603780 .2301890 37.568598 39.033727 37.8336 38.7634
penyiraman 2 jam 4
3.083993E
1
1.576427
6 .7882138 28.331479 33.348376 29.1700 32.8560
penyiraman 3 jam 4
3.197182E
1 .5179950 .2589975 31.147577 32.796068 31.3811 32.4314
penyiraman 4 jam 4
3.476156E
1 .9458416 .4729208 33.256510 36.266600 33.8370 35.9425
Total 16
3.396862E
1
3.101423
0 .7753558 32.315985 35.621249 29.1700 38.7634
ADF
Duncan
Penyiraman N
Subset for alpha = 0.05
1 2
penyiraman 3 jam 4 1.097030E1
penyiraman 2 jam 4 1.197509E1 1.197509E1
penyiraman 1 jam 4 1.202470E1 1.202470E1
penyiraman 4 jam 4 1.326604E1
Sig. .119 .062
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
26
Test of Homogeneity of Variances
NDF
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2.697 3 12 .093
ANOVA
NDF
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 132.702 3 44.234 45.838 .000
Within Groups 11.580 12 .965
Total 144.282 15
NDF
Duncan
Penyiraman N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
penyiraman 2 jam 4
3.083993E
1
penyiraman 3 jam 4
3.197182E
1
penyiraman 4 jam 4
3.476156E
1
penyiraman 1 jam 4
3.830116E
1
Sig. .129 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
27
DOKUMENTASI
Gambar 1. Fodder Jagung mulai berkecambah
Gambar 2. Fodder jagung umur 7 hari dan umur 9 hari (siap panen)
28
Gambar 3. Pemanenan dan penimbanagan Fodder Jagung
Gambar 4. Fodder jagung diovenkan dan Fodder jagung setelah
dioven
30
RIWAYAT HIDUP
NUR FITRIANI AMIR. (I111 13 528). Lahir di Sinjai,
pada tanggal 12 April 1994. Anak ketujuh dari tujuh
bersaudara yang merupakan anak dari pasangan suami
istri Amiruddin Syam dan Sawiah. Mengenyam
pendidikan formal di SD Negeri 23 Sinjai, kemudian
setelah lulus pada Tahun 2006 melanjutkan pendidikan
di tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Sinjai dan lulus pada
Tahun 2009, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2
Sinjai dan lulus pada Tahun 2013. Setelah menyelesaikan pendidikan tingkat
SMA, Penulis menempuh pendidikan S1 di Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
melalui jalur Mandiri di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar
pada Tahun 2013. Selama berada di kampus turut aktif dalam kegiatan
keorganisasian yaitu Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak
(HUMANIKA UNHAS).