kandidemia
description
Transcript of kandidemia
FAKTOR RISIKO TERJADINYA INFEKSI CANDIDA SISTEMIK DI ICU DAN
PERAN KOLONISASI – STUDI RETROSPEKTIF
ABSTRAK
Infeksi Candida dalam aliran darah (kandidemia) merupakan salah salah satu penyakit infeksi
paling serius yang didapat di rumah sakit dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di
Intensive Care Unit (ICU). Sejumlah faktor risiko telah diidentifikasi dalam berbagai studi. Pada
pasien ICU sering kali terbentuk koloni Candida. Peran kolonisasi Candida sebagai penyebab
kandidemia masih kontroversial. Tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi faktor risiko
kandidemia dan untuk mengevaluasi peran kolonisasi untuk memprediksi kandidemia. Kami
mengevaluasi 1483 pasien berusia diatas 18 tahun yang tinggal di ICU selama lebih dari 7 hari.
Kami mengumpulkan berbagai data tentang faktor risiko kandidemia. Sebanyak 56 pasien
(3,77%) berkembang menjadi kandidemia. Kami kumpulkan data demografik dan faktor risiko
termasuk koloni Candida di sistem pernapasan dan sistem kemih. Regresi logistic biner dengan
metode likehood ratio digunakan untuk menganalisa faktor-faktor risiko. Dalam penelitian ini,
total nitrisi parenteral (odds ratio (OR)-3.274; tingkat kepercayaan (convidence interval (CI))
95% 1,263-8,486), adanya vena central line (OR-1,895, CI 1,032-3,478), penggunaan antibiotik
sebelumnya atau saat ini (OR 3,268, CI 1,532-6,972), kolonisasi saluran pernapasan (OR 2.150,
CI 1,078-4,289) dan kolonisasi saluran kemih (OR 3,508, CI 1,926-6,388) merupakan faktor
risiko signifikan terjadinya infeksi Candida dalam darah (BSI: Blood Stream Infection).
Berdasarkan penelitian, kami mengkalkulasi faktor risiko kandidemia dan berdasarkan analisis
kurva yang ada, skor lebih dari 2 berhubungan dengan tingginya risiko terjadi kandidemia.
Spesies Candida yang yang diisolasi dari sistem pernapasan atau di sistem kemih menunjukan
kesamaan dengan Candida yang ditemukan pada BSI (Kappa koefisien 0,83 dan 0,47). Jadi,
dapat disimpulkan bahwa kolonisasi Candida pada sistem pernapasan dan atau pada sistem
kemih merupakan faktor risiko yang signifikan menjadi Candida BSI bersama dengan faktor
risiko lain.
Kata kunci: Kandidemia, faktor risiko, central venous line, colonization.
PENDAHULUAN
Spesies Candida merupakan penyebab utama infeksi nosokomial dan infeksi jamur terumum di
intensive care unit (ICU). Infeksi Candida berkisar dari kandidiasis hingga infeksi ke aliran darah
(kandidemia). Insidensi dari infeksi Candida telah meningkat sejak dua decade terakhir terutama
dengan penggunaan imunosupresan pada cancer dan HIV, dan sebagian besar terjadi di ICU.
Infeksi Candida berhubungan dengan tingginya morbiditas dan mortalitas. Penelitian telah
menunjukan bahwa angka kematian berkisar antara 5-71%. Kandidemia juga berhubungan
dengan masa perawatan di rumah sakit yang lebih panjang dan ongkos pengobatan yang lebih
tinggi.
Deteksi dini adanya kandidemia berhubungan dengan peningkatan hasil. Sepsis karena Candida
seharusnya dipikirkan pada pasien yang keadaannya tidak meningkat dan memiliki faktor risiko
terjadinya kandidemia. Berbagai faktor risiko yang diidentifikasi untuk terjadinya kandidemia
termasuk riwayat pemberian antibiotik, sepsis, imunosupresan, total nutrisi parenteral, central
venus line, pembedahan, keganasan dan neutropenia. Pasien yang dirawat di ICU seringkali
terbentuk kolonisasi spesies Candida. Peran kolonisasi Candida dalam infeksi sistemik dan
penyakit Candida invasive masih diperdebatkan. Beberapa penelitian mendukung penggunaan
pengobatan anti jamur di ICU berdasarkan tingginya kolonisasi oleh Candida. Penelitian NEMIS
telah menyatakan keraguan tentang pendekatan pengobatan tersebut. Infectious Disease Society
of America (IDSA) 2009 miengidentifikasi kolonisasi Candida sebagai faktor risiko kandidiasis
invasive, dengan memperhatikan tentang kemungkinan positif rendah nilai kolonisasi Candida.
Kami melakukan studi kohort retrospektif di ICU untuk mengidentifikasi faktor risiko untuk
infeksi sistemik Candida termasuk peran kolonisasi Candida.
Rumah Sakit dan Definisi
Penelitian ini dilakukan di Interfaith Medical Center, Brooklyn, New York. Ini merupakan
rumah sakit dengan kapasitas 280 rempat dengan 13 tempat tidur untuk ICU. Kasus infeksi
Candida nosokomial didefinisikan sebagai pertumbuhan Candida dalam darah setelah 48 jam
masuk. Kultur di Rumah Sakit kami dilakukan secara rutin oleh Bectec Method- kultur aerobic
dan non aerobic. Kultur dilakukan biasanya disimpan selam 5 hari di fasilitas kami dan
diidentifikasi spesiesnya jika terdapat pertumbuhan yeast. Di ICU kami rutin dilakukan kultur
endotrakeal dan kultur urin untuk semua pasien yang menggunakan ventilator dan keadaannya
tidak membaik. Pada pasien yang tidak menggunakan ventilator, rutin dilakukan kultur sputum
dan nasal swab untuk mengidentifikasi MRSA (Methicillin Resisten Stapilococcus aureus).
Disain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif. Secara retrospektif, kami meriview
kembali diagram pasien masuk ICU sejak tahun 2000 hingga tahun 2010 yang dirawat lebih dari
7 hari, terlepas dari diagnosis. Data demografik berupa usia dan jenis kelamin. Data yang juga
dikumpulkan sebagai faktor risiko kandidemia adalah penyakit komorbit (HIV, cancer, PPOK,
diabetes mellitus, end stage renal failure (ERSF)), ada atau tidaknya sepsis, penggunaan
antibiotik yang lalu dan saat ini, central venous line, penggunaan steroid selama dalam ICU,
kebutuhan dukungan vasopressor, dan total nitrisi parenteral.
Metode Statistik
Pasien dikelompokan dalam dua kelompok berdasarkana ada atau tidaknya kandidemia. Data
demografik dan faktor risiko di analisis dengan menggunakan chi square untuk melihat
perbedaan dari kedua kelompok. Aspirasi endotrakeal dan kultur sputum dikombinasikan untuk
membentuk kelompok kolonisasi Candida di sistem pernapasan. Interaksi penggunaan antibiotik,
penggunaan steroid, kebutuhan vasopressor, dan sepsis dianalisis dengan model yang berbeda.
Interaksi antara kultur urin dan kultur sputum juga dianalisis dengan model yang berbeda. Skor
risiko kandidemia dihitung berdasarkan model akhir untuk memprediksi risiko Candida BSI.
Analisis menggunakan Receiver Operating Curve (ROC) digunakan untuk menentukan nilai
tertinggi dari skor risiko kandidemia. Spesies Candida di urin dan aspirasi endotrakeal
dibandingakn dengan menggunakan uji kappa. Data yang dianalisis dengan mengguinakan
software SPSS versi 18.
Hasil Studi
Sebanyak 1483 pasien dilibatkan dalam penelitian ini. Lima puluh enam pasien (3.77%%)
memiliki kultur darah positif untuk spesies Candida. Table 1 menunjukan karakteristik
demografi penelitian penduduk. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kedua kelompok
usia, jenis kelamin, diabetes
mellitus, PPOK, HIV, kanker,
dan ESRF. Sebagaimana
ditunjukan dalam table, 82.1%
dari pasien dalam kelompok
kandidemia telah menggunakan
antibiotik sedangkan 39.6%
pada kelompok tanpa
kandidemia. P value
menunjukan perbedaan yang
signifikan. Demikian pula,
71.4% pasien pada kelompok
dengan kandidemia terdapat
sepsis dan 30.6% pada
kelompok lain dengan P value
0.000. Penggunaan vasopressor
(syok septik berat) berbeda
pada kedua kelompok _ 23.2%
dan 10.1%, dengan P-value
0.004. Penggunaan steroid,
vena Central line, dan total
nutrisi parenteral yang
digunakan menunjukan lebih
tinggi pada kelompok
kandidemia dibandingakn
kelompok tanpa kandidemia.
Demikian pula hasil positif
kultur Candida di urin dan aspirat endotrakeal menunjukan lebih tinggi pada kelompok dengan
kandidemia dibandingkan kelompok tanpa kandidemia.
Table 2 menunjukan bahwa 57.1% dari Candida BSI disebabkan oleh C. Albicans, 30.4% oleh
C. Glabrata, dan 12.5% oleh C. Parapsilosis. Angka insidensi ini sesuai dengan penelitian
sebelumnya. Table 3 menunjukan 2 model dengan nilai AIC terendah. Satu-satunya perbedaan
antara kedua kelompok adalah pengguanaan antibiotik baik yang digunakan sebelumnnya
dibandingkan dengan penggunaan antibiotik saat terjadi septik. Table 4 menunjukan bahwa
ketika terdapat hasil positif pada kultur multifokal (kultur urin dan endotrakeal), maka AIC akan
meningkat secara signifikan. Artinya ketika penggunaan hasil multifocal digunakan dan
mengesampingkan hasil lain sehingga kita akan kehilangan informasi penting yang bisa menjadi
prediktor kandidemia. Model dengan nilai AIC tersendah digunakan sebagai model terakhir.
Analisis binary logistic regression menunjukan hanya TPN (total parenteral nutrition),
penggunaan vena central, riwayat penggunaan antibiotik sebelumnya, hasil positif dari kultur
aspirat endotrakeal dan hasil positif untuk kultur urin menunjujan hasil statistik yang signifikan.
Model terakhir menunjukan P value adalah 0.000. Odds ratio dengan interval kepercayaan 95%
dan hasil P value dari seluruh faktor risiko ditunjukan pada table 5. Usia lebih dari 65 tahun,
jenis kelamin, sepsis tau syok septik, penyakit komorbit, dan penggunaan steroid merupakan
faktor risiko yang tidak signifiakn dari kandidemia.
Dari medel tersebut, dapat dihitung skor risiko kandidemia yaitu : 1.184 untuk penggunaan
antibiotik + 0.639 untuk penggunaan vena central + 1.186 untuk total nutrisi parenteral + 0.760
untuk hasil positif kultur endotrakeal + 1.255 untuk hasil positif kultur urin.
Table 6 menunjukan hubungan antara jenis strain Candida yang diidentifikasi dari kultur
endotrakeal sputum dengan yang berada di darah. Demikian pula, table 7 menunjukan hubungan
antara strain Candida yang didapat dari kultur urin dengan yang terdapat di darah. Strain yang
diidentifikasi darihasil kultur aspirat endotrakeal memiliki nilai value yang sangat tinggi
terhadap uji Kappa
dan hasil kultur urin
menunjukan nilai
sedang pada hasil uji
Kappa. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa strain Candida yang didapat di darah memiliki kemiripan
dengan yang terdapat pada urin atau endotrakeal.
Candida merupakan penyebab infeksi nosokomial akibat jamur tebanyak yang terjadi di ICU.
Kandidemia menyumbang 5-8% dari BSI nosokomial di US. Dan penyebab 50-75% dari kasus
infeksi jamur anvasif di ICU dan laju variasi antara 0.2-1.73 per 1000 pasien tiap harinya.pada
penelitian tang telah dilakukan oleh Theoklis et al, kandidemia berhubungan dengan rata-rata
lama rawat yaitu 10.1 hari dan meningkatnya pembiayaan rumah sakit hinga rata-rata $39,331.
Penelitian pada 1,765 pasien di eropa menunjukan bahwa koloni Candida berhubungan dengan
peningkatan lama rawat dan peningkatan biaya rawat hingga 8000 EUR. Pasien ICU memiliki
risiko yang lebih tinggi terjadinya infeksi karena penyakit yang mendasari mereka berada di
ICU, penggunaan imunosupresan, tindakan invasive maupun pembedahan, dan transfer infeksi.
Sejumlah faktor risiko telah diteliti pada berbagai penelitian. Dalam percobaan case-control,
penggunaan terapi antibiotik, adanya Candida pada tempat lain, hemodialysis, dan penggunaan
kateter dinyatakan berhubungan dengan peningkatan risiko kandidemia. Demikian pula dengan
usia diatas 65 tahun, penggunaan steroid, leukositosis, memanjangnya masa rawat di ICU
merupakan faktor risiko terjadinya Candida BSI pada 130 kasus. Pembedahan, steroid,
kemoterapi, dan neutropenia dengan keganasan merupakan faktor risiko lain yang teridentifikasi.
Candida BSI memiliki angka kematian yang tinggi. Angka kematian berfariasi dari 5-71% pada
penelitian yang berbeda. Meskipun dengan tatalaksana, pada penelitian Oude Lashof
menunjukan tingginya angka kematian, yaitu dari 180 pasien yang ditatalaksana untuk
kandidemia, 33% meninggal selama pengobatan dan 55% mendapat tatalaksana hingga selesai
dan membaik tanpa komplikasi. Fakto risiko meningkatnya angka kematian pada pasien yang
mendapatkan antifungal adalah karena keterlambatan pemberian antifungal Candida atau dosis
yang kurang adekuat. Analisis multivariate pada 157 pasien dengan Candida BSI, APHACHE II
score, penggunaan antibiotik sebelumnya dan keterlambatan penggunaan antifungal merupakan
faktor risiko untuk mortalitas dengan odds ratio 1.24, 4.05, dan 2.09. Katerlambatan dalam
tatalaksana berhubungan dengan peningkatan resistensi terhadap fluconazole dibandingkan
dengan pada terapi dini dan terapi pencegahan. Dosis antifungal yang inadekuat dan retensi dari
kateter vena central juga berhubungan dengan peningkatan mortalitas sesuai dengan penelitian
pada 245 Candida BSI, dengan odds ratio masing-masing 9.22 dan 6.21.
Candida albicans menyumbang sebanyak 38.8-79.4% kasus dari seluruh Candida BSI. C.
glabrata bertanggung jawab terhadap 20-25% kasus kandidemia, dan C. tropicalis bertanggung
jawab terhadap kurang dari 10% kasus kandidemia di US. Pasien ICU sering kali terdapat koloni
berbagai jenis Candida berbeda. Coloni Candida bias berasal dari endogen maupun eksogen.
Coloni Candida bisa berada pada sekresi trakea (36%), apus tenggorok (27%), urin (25%), dan
feses (11%).koloni Candida meningkat pada masa rawat yang panjang, penggunaan kateter urin,
dan penggunaan antibiotik.
Peran koloni Candida pada Candida BSI masih sering diperdebatkan. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa adanya koloni Candida pada satu atau lebih tubuh berhubungan dengan
peningkatan risiko kandidemia. Berdasarkan dua penelitian, biasanya 84-94% dari pasien dengan
masa rawat 5-8 hari berkembang menjadi kandidemia. Pada penelitian lain, hanya 25.5% pasien
berkembang menjadi kandidemia. Demikian pula pada suatu penelitian, meneliti antara strain
yang diidentifikasi di darah dengan strain yang berasal dari koloni lain. Koloni Candida
berhunungan secara signifikan terhadap risiko kandidemia. Penelitian lain menyatakan koloni
Candida bukan faktor risiko untuk kandidemia. Penelitian case-control pada pasien trauma,
hanya total nutrisi parenteral yang berhubungan dengan peningkatan risiko kandidemia.
Kolonisasi Candida, penggunaan steroid, penggunaan vena sentral, APACHE II score,
penggunaan ventilator mekanik lebih dari 3 hari, jumlah dan lamanya penggunaan antibiotik,
hemodialysis, perforasi gastrointestinal, dan jumlah tranfusi darah dalam 24 jam pertama
pembedahan, merupakan faktor risiko yang tidak signifan terjadinya kandidemia. Penelitian
NEMIS menunjukan riwayat pembedahan, gagal ginjal akut, total nutrisi parenteral dan
penggunaan kateter tripel lumen memiliki hubungan terhadap peningkatan risiko kandidemia;
dengan faktor relative pada masing-masing adalah 7.3, 4.2, 3.6, dan 5.4. Koloni Candida di urin,
feses, atau keduanya tidak berhubungan dengna peningkatan risiko dari kandidemia.
Efek dari koloni Candida di saluran napas pada kandidemia dan pada mortalitas dan morbiditas
masih belum jelas. Pada penelitian retrospektif terhadap 639 pasien, koloni Candida pada saluran
napas berhubungan dengan peningkatan mortalitas di rumah sakit (risiko relative 1.63) dan
peningkatan masa rawat (rata-rata meningkat sampai 21 hari). Penelitian pada 803 pasien oleh
Azoulay dkk, koloni di saluran napas berhubungan dengan meningkatnya masa rawat di ICU dan
rumah sakit. Pasien memiliki risiko yang meningkata pada pengguna ventilator terhadap
Pseudomonas pneumonia. Akan tetapi, pada penelitian post mortem dari 25 pasien, 40%
memiliki koloni Candida, tetapi hanya 8% yang terdapat pneumonia Candida. Koloni Candida
pada urin telah diteliti sebagai faktor risiko terjadinya kandidemia. Penelitian yang dilakukan
oleh Bross J, dkk., penggunaan vena sentral, kateter urun, 2atau lebih antibiotik, azotaemia,
pindahan dari rumah sakit lain, diare, dan candiduriamerupakan faktor risiko yang signifikan
terjadinya kandidemia. Odds ratio candiduria berkembang menjadi kasndidemia adalah 27.
Demikian pula dengan penelitian oleh Alvarez-Lerma dkk., yang menyatakan hasil yang sama.
Rekomendasi dari IDSA menyatakan tatalaksana antifungal dimulai untuk pasien risiko tinggi
neutropaenic yang gagal membaik setelah 4 hari dengan antibiotik. Rekomendasi untuk memulai
terapi antifungal secara empiris pada pasien dengan risiko rendah terjadi neutropaeni dan pasien
non-neutropaeni tidak dianjurkan oleh IDSA karena memiliki risiko rendah terjadinya
kandidemia. Akan tetapi, deteksi dini dari Candida BSI sangat penting karena berhubungan
dengan peningkatan mortalitas yang berhubungan dengan keterlambatan tatalaksana antifungal
dan gagal untuk melepas infus vena sentral. Deteksi dini dini dari Candida BSI pada pasien dapat
difasilitasi dengan menggunakan scor berrdasarkan faktor risiko. Demikian pula, b-D glucan
assays dapat digunakan pada pasien, untuk menentukan Candida BSI dan kebutuhan akan
antifungal. Penggunaan kombinasi dari sistem identifikasi faktor risiko dan b-D glucan assays
akan membantu mendeteksi kandidemia secara pada tahapan dini dan akan menurunkan
mortalitas. Penelitian kami menyarankan bahwa nutrisi parenteral total, penggunaan antibiotik
sebelumnya, infus vena sentral, candiduria, dan koloni Candida pada sistem pernapasan
merupakan faktor risiko terjadinya Candida BSI. Dengan bantuan sistem skoring risiko
kandidemia kami, skor lebih dari 2 artinya berhubungan dengan tingginya risiko terjadi Candida
BSI. Sistem skoring faktor risiko ini bersamaan dengan b-D glucan assays bisa digunakana untuk
mendeteksi Candida BSI pada fase sedini mungkin.
Kesimpulan
Pada penelitian kami menyatakan bahwa kolonisasi di sistem kemih dan sistem respiratori
berhubungan dengan peningkatan risiko terjadi Candida BSI, bersamaan dengan nutrisi
parenteral total, penggunaan infus vena sentral, dan penggunaan antibiotik. Kami
mengidentifikasi sistem skoring yang dapat digunakan bersamaan dengan b-D dlucan assay
untuk mendeteksi kandidemia secara dini.