Kamus Indikator Dan DO IKI Dirut

28
KAMUS INDIKATOR AREA KLINIS KPI-1 : Kematian Pasien di IGD Perspektif Customer Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan kegawat daruratan berbasis mutu dan keselamatan pasien Judul Indikator Kematian pasien di IGD (RS Umum dan RS khusus lainnya) Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang efektif dan mampu menyelamatkan pasien gawat darurat yang ditangani di IGD Definisi operasional Kematian di IGD adalah kematian pasien yang terjadi dalam periode ≤ 8 jam sejak pasien datang ke IGD Frekuensi Pengumpulan Data Bulanan Periode Analisa 3 bulanan Formula RS Umum dan RS khusus lainnya : Bobot 0,02 Sumber Data Rekam Medik Standar ≤ 2.5 % (RS Umum dan RS Khusus lainnya) Metode Penilaian hasil ≤ 2,5% --> skor = 100 hasil = 2,6% - 3% --> skor = 75 hasil = 3,1% - 3,5% --> skor = 50 hasil = 3,6% - 4% --> skor = 25 hasil > 4% --> skor = 0 PIC Ka. IGD AK IGD = ∑ pasien meninggal di IGD ≤ 8 jam X 100% ∑ seluruh pasien di IGD

description

perawatan kesehatan

Transcript of Kamus Indikator Dan DO IKI Dirut

  • KAMUS INDIKATOR AREA KLINIS

    KPI-1 : Kematian Pasien di IGD

    Perspektif Customer

    Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan kegawat daruratan berbasis mutu dan keselamatan pasien

    Judul Indikator Kematian pasien di IGD (RS Umum dan RS khusus lainnya)

    Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien

    Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang efektif dan mampu menyelamatkan pasien gawat darurat yang ditangani di IGD

    Definisi operasional Kematian di IGD adalah kematian pasien yang terjadi dalam periode 8 jam sejak pasien datang ke IGD

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Formula RS Umum dan RS khusus lainnya :

    Bobot 0,02

    Sumber Data Rekam Medik

    Standar 2.5 % (RS Umum dan RS Khusus lainnya) Metode Penilaian hasil 2,5% --> skor = 100

    hasil = 2,6% - 3% --> skor = 75 hasil = 3,1% - 3,5% --> skor = 50 hasil = 3,6% - 4% --> skor = 25 hasil > 4% --> skor = 0

    PIC Ka. IGD

    AK IGD = pasien meninggal di IGD 8 jam

    X 100%

    seluruh pasien di IGD

  • KPI-2 : Nett Death Rate (NDR)

    Perspektif Customer

    Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan rawat inap berbasis mutu dan keselamatan pasien

    Judul Indikator Nett Death Rate Kematian Pasien > 48 jam

    Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien

    Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang aman dan efektif serta mampu menyelamatkan pasien yang ditangani di ruang perawatan

    Definisi operasional Nett Date rate adalah kematian pasien yang terjadi sesudah periode 48 jam setelah pasien rawat inap masuk rumah sakit.

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 1 bulanan

    Numerator Jumlah kejadian kematian pasien rawat inap > 48 jam dalam 1 bulan

    Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam 1 bulan

    Formula Jumlah kejadian kematian pasien rawat inap > 48 jam (1 bulan) x 1000 Jumlah seluruh pasien rawat inap dalam 1 bulan

    Bobot 0,03

    Sumber Data Rekam Medik

    Standar 24/1000 atau 25/1000 Metode Penilaian hasil 24 --> skor = 100

    hasil = 25 - 40 --> skor = 75 hasil = 41 - 65 --> skor = 50 hasil = 66 - 70 --> skor = 25 hasil >70 --> skor = 0

    PIC Ka. Instalasi Rawat Inap

  • KPI-3 : Kepatuhan terhadap Clinical Pathway (CP)

    Perspektif Proses bisnis internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem manajemen klinik (good clinical governance) berbasis mutu dan keselamatan pasien

    Judul Indikator Kepatuhan terhadap clinical pathway

    Dimensi Mutu Kesinambungan pelayanan (continuoum of care) dan keselamatan pasien

    Tujuan Terselenggaranya standarisasi proses asuhan klinis, mengurangi risiko proses asuhan klinis, mengurangi adanya variasi asuhan klinis dan memberikan asuhan klinis yang tepat waktu serta penggunaan sumber daya yg efisien serta konsisten sehingga menghasilkan mutu pelayanan yang tinggi dengan menggunakan praktek klinik yang berbasis bukti.

    Definisi operasional Kepatuhan terhadap clinical pathway adalah kepatuhan para staf medis/ DPJP dalam menggunakan clinical pathway untuk memberikan asuhan klinis pasien secara terstandarisasi dan terintegrasi sehingga dapat meminimalkan adanya variasi proses asuhan klinis. Setiap RS memilih/menetapkan paling sedikit 5 clinical pathway dari data 5 penyakit terbanyak dengan ketentuan high volume, high cost, high risk dan diprediksi sembuh. Cara penilaian penerapan ke-5 clinical pathway tersebut adalah : 1) Dilakukan audit clinical pathway berupa kegiatan monitoring dan evaluasi

    terhadap kepatuhan pelaksanaan asuhan klinis ( indikator proses ) dan terhadap lama hari perawatan /LOS (Indikator output).

    2) Dokumen clinical pathway diintegrasikan pada berkas rekam medis Audit clinical pathway dilakukan berkala setiap bulan.

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Formula 1. Ada CP 2. Ada CP yang diimplementasikan terintegrasi di Rekam Medik 3. Ada CP yang diimplementasikan, terintegrasi dan dievaluasi

    Bobot 0,07

    Sumber Data Rekam Medik

    Standar Ada 5 CP sudah diimplementasikan terintegrasi di Rekam Medik dan sudah dievaluasi

    Metode Penilaian Ada 5 CP yang diimplementasikan di Rekam Medik dan dievaluasi --> skor = 100 Ada 5 CP yang diimplementasikan, tapi belum dievaluasi --> skor = 75 Ada CP, belum diimplementasikan --> skor = 50 Belum ada CP --> skor = 25

    PIC Ka. SMF/Departemen Medik, Ka Instalasi rawat inap, Ka. Komite Medik, Ka.Komite Mutu

  • KPI. 4 : Tidak adanya kejadian pasien jatuh

    Perspektif Proses Bisnis Internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan keperawatan berbasis mutu dan keselamatan pasien

    Judul KPI Tidak adanya kejadian pasien jatuh

    Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien

    Tujuan Terselenggaranya pelayanan keperawatan yang aman dan efektif bagi pasien dalam upaya mencapai pemenuhan sasaran keselamatan pasien internasional (IPSG 6)

    Definisi operasional Kejadian pasien jatuh adalah kejadian pasien jatuh selama pasien mendapatkan perawatan di ruang perawatan, baik akibat jatuh dari tempat tidur, dikamar mandi dsb. Ketika pasien baru pertama kali masuk perawatan maka dalam 24 jam telah dilakukan asesmen awal keperawatan dimana dalam asesmen tsb dapat diketahui kemungkinan pasien berisiko jatuh dengan skoring tertentu menggunakan instrumen penilaian risiko jatuh. Pada anak-anak menggunakan skala Humpty Dumpty, pada pasien dewasa menggunakan skala Morse dan skala jatuh untuk pasien geriatri. Dilakukan intervensi jatuh sesuai derajat skor jatuh. Harus dilakukan re-asesmen jatuh dengan waktu sesuai derajat skornya.

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa Bulanan

    Numerator Jumlah pasien dirawat dalam bulan tersebut dikurangi jumlah pasien jatuh

    Denominator Jumlah pasien dalam bulan tersebut

    Formula Jumlah pasien yang dirawat jumlah pasien jatuh x 100% Jumlah pasien rawat bulan tersebut

    Bobot KPI 0,03

    Sumber Data Rekam Medik

    Standar 100%

    Kriteria Penilaian 100 % skor = 100 (tidak ada pasien jatuh) < 100% skor = 0 (Ada pasien jatuh)

    PIC Ka. Instalasi Rawat Inap

  • KPI-5 : Cedera/trauma fisik akibat fiksasi (CAF) di Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (Psychiatric

    Intensive Care Unit)

    Perspektif Proses Bisnis internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan keperawatan berbasis mutu dan keselamatan pasien

    Judul KPI Tidak adanya kejadian cedera/trauma fisik akibat fiksasi (CAF) di Unit

    Pelayanan Intensif Psikiatri (Psychiatric Intensive Care Unit).

    Dimensi Mutu Efektivitas, keamanan dan keselamatan pasien

    Tujuan Terselenggaranya pelayanan medik dan keperawatan yang aman dan efektif

    Definisi operasional Tidak adanya kejadian cedera/trauma yang diakibatkan oleh tindakan fiksasi di Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (Psychiatric Intensive Care Unit). Unit Pelayananan Intensif Psikiatri (UPIP) adalah ruang rawat inap psikiatri dengan sistem pelayanan intensif 24 jam yang menjamin keamanan dan keselamatan pasien dengan kontrol lingkungan melalui asuhan medis dan keperawatan intensif dengan minimal pengekangan.

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Numerator Jumlah pasien yang dilakukan fiksasi dikurangi jumlah pasien yang mengalami cedera/trauma fisik di UPIP

    Denominator jumlah pasien yang dilakukaan fiksasi di UPIP

    Formula Jumlah pasien yang dilakukan fiksasi dikurangi jumlah pasien yang mengalami cedera/trauma fisik di UPIP x 100% jumlah pasien yang dilakukan fiksasi di UPIP

    Bobot KPI 0,03

    Sumber Data Rekam Medik

    Standar 1,5 % Kriteria Penilaian hasil 1,5 % --> skor = 100

    hasil >1,5 - 5 % --> skor = 75 hasil >5 10 % --> skor = 50 hasil >10 - 15% skor = 25 hasil >15% --> skor = 0

    PIC Ka. Instalasi Rawat Inap

  • KPI-6 : Tidak adanya kejadian decubitus

    Perspektif Proses Bisnis internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan keperawatan berbasis mutu dan keselamatan pasien

    Judul KPI Tidak adanya kejadian decubitus

    Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien

    Tujuan Terselenggaranya pelayanan keperawatan yang aman dan efektif

    Definisi operasional Tidak adanya kejadian decubitus pada pasien yang menjalani rawat inap di ruang rawat inap psikiatri.

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Numerator Jumlah seluruh pasien rawat inap dikurangi jumah pasien yang mengalami decubitus

    Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap

    Formula Jumlah seluruh pasien rawat inap - jumah pasien yang mengalami decubitus x 100% Jumlah seluruh pasien rawat inap

    Bobot KPI 0,03

    Sumber Data Rekam Medik

    Standar 95% Kriteria Penilaian hasil 95% --> skor = 100

    hasil 76% - 95% --> skor = 75 hasil 51% - 75% --> skor = 50 hasil 26% - 50% skor = 25 hasil 0% 25% --> skor = 0

    PIC Ka. Instalasi Rawat Inap

  • KPI-7 : Infeksi Aliran Darah Primer (IADP)

    Perspektif Proses Bisnis internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan keperawatan berbasis mutu dan keselamatan pasien dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit

    Judul IKT Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) (RS Umum dan RS Khusus lainnya)

    Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien

    Tujuan Menurunnya kejadian infeksi aliran darah

    Definisi operasional Infeksi Aliran Darah Primer (IADP) adalah infeksi akibat pemasangan kateter intra vena central (CVL), > 48 jam terpasang kateter intra vena central (CVL). Kriteria : (a) Kriteria 1: terdapat patogen dari satu atau lebih kultur darah dan

    patogen tersebut tidak berhubungan dg infeksi di tempat lain. (b) Kriteria 2: Terdapat setidaknya satu tanda dan gejala sbb: demam

    (>38C), menggigil, atau hipotensi dan setidaknya satu dari berikut: Kontaminan kulit umum (misal: Diphtheroids, Bacillus spp.,

    Propionibacterium spp., Coagulase Negative Staphylococcus aureus, or micrococci) terkultur dari dua atau lebih kultur darah yang diambil pada waktu yg berbeda.

    Kontaminan kulit umum terkultur dari setidaknya satu kultur darah pasien dengan line intravena dan dokter memberikan terapi antibiotik yang sesuai. Tes antigen darah positif (misal: Hemophilus influenzae, Streptococcus pneumonia, Neisseria meningitidis, atau grup B Streptococcus).

    Tanda dan gejala dengan hasil positif laboratorium tidak berkaitan dengan infeksi di tempat lain

    (c) Kriteria 3: Pasien umur 38 C), hipotermi ( skor = 100

    hasil 3.5 4 --> skor = 75 hasil > 4 4.5 --> skor = 50 hasil > 4.5 5 --> skor = 25 hasil > 5 --> skor = 0

    PIC Ka. Instalasi Pelayanan/Ketua Komite/Panitia/Tim PPI

    IADP = pasien yang terinfeksi aliran darah Primer (IADP)

    X 1000

    lama hari Pasien yang terpasang Central

    Venous Line (CVL)

  • KPI-8 : Kepatuhan penggunaan Formularium Nasional

    Perspektif Proses Bisnis Internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan kefarmasian berbasis mutu dan keselamatan pasien

    Judul IKT Kepatuhan penggunaan Formularium Nasional (Fornas)

    Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien

    Tujuan Tergambarnya efisiensi pelayanan obat kepada pasien JKN

    Definisi operasional Kepatuhan penggunaan Formularium Nasional (Fornas) adalah kesesuaian penulisan resep oleh DPJP dengan Formularium Nasional pada pasien JKN Inklusi : pasien JKN Eksklusi : obat yang ada dalam Clinical Pathway namun tidak ada dalam Formularium Nasional

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Numerator Jumlah resep yang sesuai Fornas dalam bulan berjalan

    Denominator Jumlah total resep dalam bulan berjalan

    Formula

    Bobot IKT 0,04

    Sumber Data Rekam Medik

    Standar 90% Kriteria Penilaian hasil 90% --> skor = 100

    hasil > 70 - 90% --> skor = 75 hasil > 50 - 70% --> skor = 50 hasil > 30 50 %--> skor = 25 hasil 30 --> skor = 0

    PIC Ka. Instalasi Farmasi

    KPF = X 100%

    resep yang sesuai FORNAS dalam bulan berjalan

    dokter yg membuat peresepan tidak sesuai FORNAS

    total resep dalam bulan berjalan

  • KPI-9 : Medication Error

    Perspektif Proses Bisnis Internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan kefarmasian klinik berbasis mutu dan keselamatan pasien dalam pencegahan kesalahan obat

    Judul KPI Kejadian Nyaris Cidera Peresepan Obat

    Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien rawat inap

    Tujuan Menurunkan kesalahan peresepan

    Definisi operasional Kesalahan Peresepan Obat yang dimaksud adalah kesalahan yang teridentifikasi pada verifikasi resep oleh bagian farmasi, meliputi benar pasien, benar obat, benar dosis, benar rute, benar waktu pemberian, tidak ada duplikasi, tidak ada interaksi obat Kriteria Inklusi : Semua resep/instruksi pengobatan pasien rawat inap yang ditulis oleh DPJP Metode pengumpulan data : minimal dengan sampling

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Numerator Jumlah resep yang teridentifikasi kesalahan setelah diverifikasi Denominator Jumlah lembar resep yang ditulis dokter Formula Jumlah resep yang teridentifikasi kesalahan setelah diverifikasi x 100%

    Jumlah lembar resep yang ditulis dokter

    Bobot KPI 0,03

    Sumber Data Rekam Medik

    Standar / Target Tren menurun

    Kriteria Penilaian hasil < 5% --> skor = 100 hasil = 5 - 9% --> skor = 75 hasil = 10 - 14% --> skor = 50 hasil = 15 - 20 % --> skor = 25 hasil >20 % --> skor = 0

    PIC Ka. Instalasi Farmasi

  • KPI-10 : Tidak adanya pasien yang dilakukan fiksasi setelah masa rawat 24 jam di Unit Pelayanan

    Intensif Psikiatri

    Perspektif Proses Bisnis internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan keperawatan berbasis mutu dan keselamatan pasien

    Judul KPI Waktu fiksasi pasien gaduh gelisah di bangsal akut

    Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien

    Tujuan Terselenggaranya pelayanan keperawatan yang aman dan efektif

    Definisi operasional Tidak ada pasien yang dilakukan fiksasi pada masa rawat setelah 24 jam di Unit Pelayanan Intensif Psikiatri.

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Numerator Jumlah pasien yang dilakukan fiksasi setelah masa rawat 24 jam

    Denominator Jumlah seluruh pasien yang dirawat di UPIP

    Formula Jumlah seluruh pasien di UPIP Jumlah pasien yang dilakukan fiksasi setelah masa rawat 24 jam x 100% Jumlah seluruh pasien yang dirawat di UPIP

    Bobot KPI 0,04

    Sumber Data Rekam Medik

    Standar 95% Kriteria Penilaian hasil 95% --> skor = 100

    hasil 76 95% --> skor = 75 hasil 51 75% --> skor = 50 hasil 26 - 50%--> skor = 25 hasil 0 25% --> skor = 0

    PIC Ka. Instalasi rawat inap

  • KPI-11 : Tidak adanya pasien yang dirawat di UPIP > 10 hari

    Perspektif Proses Bisnis internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya efektivitas dan mutu pelayanan

    Judul KPI Lama rawat inap di bangsal akut

    Dimensi Mutu Efektivitas dan mutu pelayanan

    Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang efektif dan bermutu

    Definisi operasional Tidak adanya pasien yang dirawat di UPIP > 10 hari

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Numerator Jumlah seluruh pasien yang di rawat inap di UPIP dikurangi jumlah pasien yang dirawat > 10 hari

    Denominator Jumlah seluruh yang pasien yang dirawat inap di UPIP

    Formula Jumlah seluruh pasien yang di rawat inap di UPIP dikurangi jumlah pasien yang dirawat > 10 hari x 100% Jumlah seluruh yang pasien yang dirawat inap di UPIP

    Bobot KPI 0,03

    Sumber Data Rekam Medik dan Instalasi rawat inap

    Standar > 90%

    Kriteria Penilaian hasil 91% - 100% --> skor = 100 hasil 81% - 90% --> skor = 75 hasil 71% - 80% --> skor = 50 hasil 61% - 70% --> skor = 25 hasil skor = 0

    PIC Ka. Inst Rawat Inap

  • KPI-12 : Tidak adanya pasien yang dirawat inap psikiatri > 42 hari

    Perspektif Proses Bisnis internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya efektivitas dan mutu pelayanan

    Judul KPI Lama rawat inap pasien psikiatri

    Dimensi Mutu Efektivitas dan mutu pelayanan

    Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang efektif dan bermutu

    Definisi operasional Tidak adanya pasien yang dirawat inap psikiatri > 42 hari

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Numerator Jumlah seluruh pasien rawat inap psikiatri dikurangi jumlah pasien yang dirawat > 42 hari

    Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap psikiatri

    Formula Jumlah seluruh pasien rawat inap psikiatri dikurangi jumlah pasien yang dirawat > 42 hari Jumlah pasien rawat inap psikiatri x 100% Jumlah seluruh pasien rawat inap psikiatri

    Bobot IKT 0,04

    Sumber Data Rekam Medik dan Instalasi Rawat Inap

    Standar 42 Hari

    Kriteria Penilaian hasil < 42 hari --> skor = 100 hasil 42 50 hari--> skor = 75 hasil > 50 60 hari --> skor = 50 hasil > 60 hari --> skor = 25

    PIC Ka. Instalasi Rawat Inap

  • KPI-13 : Tidak adanya kejadian pasien lari dari ruang rawat inap psikiatri

    Perspektif Proses Bisnis Internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan keperawatan berbasis mutu yang komprehensif

    Judul KPI Tidak adanya kejadian pasien lari dari ruang rawat inap psikiatri

    Dimensi Mutu Efektivitas dan mutu pelayanan

    Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang bermutu dan komprehensif

    Definisi operasional Tidak adanya kejadian pasien yang lari dari ruang rawat inap psikiatri >2x24 jam

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 Bulanan

    Numerator Jumlah seluruh pasien rawat inap psikiatri dikurangi jumlah pasien yang lari

    Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap psikiatri

    Formula Jumlah seluruh pasien rawat inap psikiatri dikurangi jumlah pasien yang lari x 100% Jumlah seluruh pasien rawat inap psikiatri

    Bobot KPI 0,03

    Sumber Data Rekam Medik dan Instalasi Rawat Inap

    Standar >95%

    Kriteria Penilaian hasil 95% --> skor = 100 hasil 76 95% --> skor = 75 hasil 51 75% --> skor = 50 hasil 26 - 50%--> skor = 25 hasil 0 25% --> skor = 0

    PIC Ka. Instalasi Rawat Inap

  • KPI-14 : Tidak adanya kejadian pasien bunuh diri di rawat inap psikiatri

    Perspektif Proses Bisnis internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan keperawatan berbasis mutu dan keselamatan pasien

    Judul KPI Tidak adanya kejadian pasien bunuh diri di rawat inap psikiatri

    Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien rawat inap

    Tujuan Terselenggaranya pelayanan medis dan keperawatan yang aman dan efektif bagi pasien dalam upaya mencapai pemenuhan sasaran keselamatan pasien internasional (IPSG 6)

    Definisi operasional Kejadian pasien bunuh diri selama pasien mendapatkan penatalaksanaan diruang rawat inap psikiatri.

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Numerator Jumlah seluruh pasien rawat inap psikiatri dikurangi jumlah pasien yang meninggal karena bunuh diri

    Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap psikiatri

    Formula Jumlah seluruh pasien rawat inap psikiatri dikurangi jumlah pasien yang meninggal karena bunuh diri x 100% Jumlah seluruh pasien rawat inap psikiatri

    Bobot KPI 0,04

    Sumber Data Rekam Medik dan Instalasi Rawat Inap

    Standar / Target 100%

    Kriteria Penilaian 100 % skor = 100 (tidak ada pasien bunuh diri) < 100% skor = 0 (Ada pasien bunuh diri)

    PIC Ka. Instalasi Rawat Inap

  • KPI-15 : Penerapan keselamatan Electro Convulsive Teraphy (ECT)

    Perspektif Proses Bisnis internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya penyelenggaraan tindakan ECT dan detoksifikasi yang berbasis mutu dan keselamatan pasien

    Judul KPI Penerapan keselamatan Electro Convulsive Teraphy (ECT)

    Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan pasien dilakukan tindakan ECT

    Tujuan Terselenggaranya efektifitas dan keselamatan pasien yang dillakukan tindakan ECT

    Definisi operasional Keselamatan tindakan Electro Convulsive Teraphy (ECT) adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku, sesuai dengan indikasi medis dan dilakukan oleh tenaga yang kompeten. Dengan melaksanakan pengisian check list persiapan dan tindakan ECT, monitoring pasca ECT baik jangka pendek (berupa komplikasi fisik) dan jangka panjang (efek terapi ECT terhadap kemajuan proses gangguan mental).

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Numerator -

    Denominator -

    Formula Ada SOP tindakan ECT, sesuai indikasi, dilaksanakan oleh tenaga kompeten

    Bobot KPI 0,04

    Sumber Data Ruang Tindakan ECT

    Standar / Target 100%

    Kriteria Penilaian Ada SOP, sesuai indikasi, dilaksanakan oleh tenaga kompeten, dilakukan time out check list ECT = 100% Ada SOP, sesuai indikasi, dilaksanakan oleh tenaga kompeten, tidak dilakukan time out check list ECT = 75% Ada SOP, sesuai indikasi, belum dilaksanakan oleh tenaga kompeten, tidak dilakukan time out check list ECT = 50% Tidak ada SOP, sesuai indikasi, belum dilaksanakan oleh tenaga kompeten = 25%

    PIC Ka. Instalasi Rawat Inap

  • KPI-16 : Kepuasan Pelanggan

    Perspektif Customer

    Sasaran Strategis Terwujudnya Kepuasan Pelanggan

    Judul KPI Kepuasan Pelanggan (KP)

    Dimensi Mutu Efektivitas dan Mutu Pelayanan

    Tujuan Terselenggaranya pelayanan di semua unit yang mampu memberikan kepuasan pelanggan

    Definisi operasional Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan terhadap jasa pelayanan kesehatan yang diberikan oleh RS. Kepuasan pelanggan dapat dicapai apabila pelayanan yang diberikan sesuai atau melampaui harapan pelanggan. Hal ini dapat diketahui dengan melakukan survey kepuasan pelanggan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan dengan mengacu pada kepuasan pelanggan berdasarkan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). Pengukuran IKM dilaksanakan di lokasi layanan sesuai dengan metode dan ketentuan sebagimana diatur dalam pedoman umum penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat unit layanan instansi pemerintah (KEP/25/M.PAN/2/2004).

    Frekuensi Pengumpulan Data

    tahunan

    Periode Analisa 1 tahun

    Numerator Hasil Penilaian IKM

    Denominator Skala Maksimal Nilai IKM

    Formula

    Bobot KPI 0.04

    Sumber Data Hasil Survey

    Standar 85% Kriteria Penilaian Kepuasan Pelanggan (KP) (%) Skor

    KP > 85 100

    70 < KP < 85 75

    55 < KP 70 50

    40 < KP 55 25

    KP 40 0

    PIC Tim Mutu

  • KPI-17 : Kecepatan Respon Terhadap Komplain

    Perspektif Customer

    Sasaran Strategis Terwujudnya Kepuasan Pelanggan

    Judul KPI Kecepatan Respon Terhadap Komplain (KRK)

    Dimensi Mutu Efektivitas dan Mutu Pelayanan

    Tujuan Terselenggaranya pelayanan di semua unit yang mampu memberikan kepuasan pelanggan.

    Definisi operasional Kecepatan respon terhadap komplain adalah kecepatan Rumah sakit dalam menanggapi komplain baik tertulis, lisan atau melalui mass media yang sudah diidentifikasi tingkat risiko dan dampak risiko dengan penetapan grading/ dampak risiko berupa ekstrim (merah), Tinggi (kuning), Rendah (hijau), dan dibuktikan dengan data, dan tindak lanjut atas respon time komplain tersebut sesuai dengan kategorisasi/grading/dampak risiko. Warna Merah : cenderung berhubungan dengan polisi, pengadilan, kematian, mengancam sistem/kelangsungan organisasi, poptensi kerugian material dll. Warna Kuning : cenderung berhubungan dengan pemberitaan media, potensi kerugian in material, dll. Warna Hijau : tidak menimbulkan kerugian berarti baik material maupun immaterial.

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Numerator

    Denominator

    Formula Jumlah seluruh komplain (kategori merah, kuning, hijau) yang ditanggapi & ditindaklanjuti sesuai masing-masing standar waktu x 100% Jumlah seluruh komplain (merah, kuning, hijau)

    Bobot KPI 0,04

    Sumber Data Survey kepuasan pelanggan

    Standar 75%

    Kriteria Penilaian KRK (%) SKOR

    75 < KRK 100 % 100

    50 < KRK 75 % 75

    25 < KRK 50 % 50

    KRK < 25 % 25

    PIC Kasubag Bagian Hukormas

  • KPI-18 : Emergency Psychiatric Respons Time (EPRT) 4 jam

    Perspektif Proses bisnis internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya Ketepatan Waktu Pelayanan

    Judul KPI Emergency Psychiatric Respons Time (EPRT) 4 jam Dimensi Mutu Waktu yang dibutuhkan untuk menangani pasien gaduh gelisah menjadi

    tenang 4 jam sejak diagnosis ditegakan. Tujuan Terselenggaranyan pelayanan kegawatdaruratan yang cepat, responsive dan

    mampu menyelamatkan pasien gawat darurat

    Definisi operasional Waktu yang dibutuhkan untuk menangani pasien gaduh gelisah menjadi tenang (menenangkan). Kriteria penilaian menggunakan instrument PANSS-EC

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Numerator Jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menenangkan seluruh pasien gaduh gelisah di IGD

    Denominator Jumlah seluruh pasien gaduh gelilsah di IGD

    Formula Jumlah seluruh waktu yang dibutuhkan untuk menenangkan seluruh pasien gaduh gelisah di IGD Jumlah seluruh pasien gaduh gelilsah di IGD

    Bobot KPI 0,025

    Sumber Data Survey observasi langsung

    Standar 240 menit Kriteria Penilaian EPRT (menit) Skor

    EPRT 240 100 241 < EPRT 300 75

    301 < EPRT 360 50 361 < EPRT 420 25

    EPRT > 420 0

    PIC Ka. Instalasi Gawat Darurat

  • KPI-19 : Waktu Tunggu Rawat Jalan

    Perspektif Proses bisnis internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya Ketepatan Waktu Pelayanan

    Judul KPI Waktu Tunggu Rawat Jalan

    Dimensi Mutu Efektivitas dan Mutu Pelayanan

    Tujuan Terselenggaranya pelayanan rawat jalan (RJ) pada hari kerja yang mudah dan cepat di akses oleh pasien

    Definisi operasional Waktu tunggu rawat jalan (WTRJ) adalah waktu yang diperlukan mulai dari pasien yang sudah terdaftar tiba di poliklinik sampai dilayani dokter.

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Numerator Jumlah waktu yang diperlukan pasien sejak datang di Poliklinik sampai dengan dilayani dokter Poliklinik

    Denominator Jumlah seluruh pasien yang disurvei

    Formula

    Bobot KPI 0,025

    Sumber Data Pasien Rawat Jalan

    Standar < 60 Menit

    Kriteria Penilaian Waktu Tunggu Rawat Jalan (Menit) Skor

    WTRJ 60 100

    60 < WTRJ 80 75

    80 < WTRJ 100 50

    100 < WTRJ 120 25

    WTRJ > 120 0

    PIC Ka. Instalasi Rawat Jalan

    WRJ =

    Waktu yang diperlukan pasien sejak datang di polikliniksampai dengan dilayani dokter poliklinik

    jumlah seluruh pasien yang disurvey

  • KPI-20 : Waktu Tunggu Pelayanan Radiologi

    Perspektif Proses bisnis internal

    Sasaran Strategis

    Terwujudnya Ketepatan Waktu Pelayanan

    Judul KPI Waktu Tunggu Hasil Radiologi

    Dimensi Mutu Efektivitas dan Mutu Pelayanan

    Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan radiologi.

    Definisi operasional

    Waktu tunggu pelayanan radiologi adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan pasien mulai mendaftar diloket radiologi dilanjutkan dengan pemeriksaan radiografer sampai dengan menerima hasil yang sudah di ekspertise dan divalidasi dokter spesialis radiologi.

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa

    3 bulanan

    Numerator Jumlah waktu yang diperlukan pasien sejak datang di Unit Radiologi sampai dengan menerima hasil yang sudah di ekspertise dan divalidasi dokter spesialis radiologi

    Denominator Jumlah seluruh pasien yang disurvei

    Formula

    Bobot KPI 0,02

    Sumber Data Hasil Survey

    Standar 85% Kriteria Penilaian Waktu Tunggu Pelayanan

    Radiologi (Jam) Skor

    (WTPR)

    WTPR 3 100

    3 < WTPR 4 75

    4 < WTPR 5 50

    5 < WTPR 6 25

    WTPR > 6 0

    PIC Ka. Instalasi Radiologi

  • KPI-21 : Waktu Tunggu Pelayanan Laboratorium

    Perspektif Proses bisnis internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya Ketepatan Waktu Pelayanan

    Judul KPI Waktu Tunggu Hasil Laboratorium

    Dimensi Mutu Efektivitas dan Mutu Pelayanan

    Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan laboratorium.

    Definisi operasional Waktu tunggu pelayanan laboratorium adalah Waktu rata-rata yang dibutuhkan sejak pasien mulai mendaftar di loket laboratorium dilanjutkan dengan pengambilan sampel darah sampai dengan menerima hasil yang sudah di ekspertise dan divalidasi oleh dokter spesialis patologi klinik Pengumpulan data dilakukan dengan survey menggunakan metode time motion study yaitu pencatatan setiap waktu pasien dilayani mulai dari loket pendaftaran laboratorium sampai keluar hasil pemeriksaan laboratorium yang sudah di ekspertise dan divalidasi oleh dokter spesialis patologi klinik.

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu sejak pasien mendaftar di loket Lab sampai dengan menerima hasil yang sudah di ekspertise

    Denominator Jumlah seluruh pasien yang di survey

    Formula

    Bobot KPI 0,02

    Sumber Data Instalasi Laboratorium

    Standar < 2 Jam

    Kriteria Penilaian Waktu Tunggu Pelayanan

    Laboratorium (Jam) Skor

    (WTPL)

    WTPL 2 100

    2 < WTPL 3 75

    3 < WTPL 4 50

    4 < WTPL 5 25

    WTPL > 5 0

    PIC Ka. Instalasi laboratorium

  • KPI-22 : Waktu Tunggu Obat Jadi

    Perspektif Proses bisnis internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya Ketepatan Waktu Pelayanan

    Judul KPI Waktu Tunggu Pelayanan Resep Obat Jadi

    Dimensi Mutu Efektivitas dan Mutu Pelayanan

    Tujuan Tergambarnya kecepatan pelayanan resep obat jadi.

    Definisi operasional Waktu tunggu pelayanan resep obat jadiadalah Waktu rata-rata yang dibutuhkan sejak pasien menyerahkan resep obat diloket apotek sampai dengan menerima/mendapatkan obat jadi dari petugas farmasi di apotik rawat jalan. Pengumpulan data dilakukan dengan survey menggunakan metode time motion study yaitu pencatatan setiap waktu pasien dilayani mulai dari loket apotik sampai pasien menerima obat jadi dari petugas farmasi di apotik rawat jalan Eksklusi : obat kemoterapi

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu sejak pasien menyerahkan resep di loket Apotek sampai dengan menerima obat

    Denominator Jumlah seluruh pasien yang di survey

    Formula

    Bobot KPI 0,02

    Sumber Data Instalasi Farmasi

    Standar < 30 menit

    Kriteria Penilaian Waktu Tunggu Obat Jadi (Menit) Skor

    (WTOJ)

    WTOJ 30 100

    30 < WTOJ 40 75

    40 < WTOJ 50 50

    50 < WTOJ 60 25

    WTOJ > 60 0

    PIC Ka. Instalasi Farmasi

  • KPI-23 : Pengembalian Rekam Medik dalam 1x24 jam

    Perspektif Proses bisnis internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya Ketepatan Waktu Pelayanan

    Judul IKT Pengembalian Rekam Medik

    Dimensi Mutu Efektivitas dan Mutu Pelayanan

    Tujuan Tergambarnya tanggung jawab pemberi pelayanan dalam pengembalian rekam medis tepat waktu.

    Definisi operasional jumlah rekam medik dari rawat inap yang diisi lengkap yang dikembalikan ke pengelola rekam medik dalam waktu 24 jam setelah pasien pulang. Kriteria lengkap mengacu pada Permenkes no. 269

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Numerator Jumlah rekam medis yang dikembalikan dalam waktu 1 x 24 jam selama 1 bulan

    Denominator Jumlah pasien yang pulang dalam 1 bulan

    Formula

    Bobot IKT 0,02

    Sumber Data Rekam Medis

    Standar > 80%

    Kriteria Penilaian Pengembalian Rekam Medik (%) Skor

    (PRM)

    PRM = 100 100

    90 PRM < 100 75

    80 PRM < 90 50

    70 PRM < 80 25

    PRM < 70 0

    PIC Ka. Instalasi Rekam Medik

  • KPI-24 : Pengkajian awal Medis dan Keperawatan

    Perspektif Proses bisnis internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya Ketepatan Waktu Pelayanan

    Judul IKT Pengkajian Awal Medis dan Keperawatan

    Dimensi Mutu Efektivitas dan Mutu Pelayanan

    Tujuan Tergambarnya tanggung jawab dokter dan perawat dalam melakukan pengkajian awal pasien dalam 1 x 24 jam.

    Definisi operasional Pengkajian awal medis dan keperawatan adalah assessmen awal medis yang dibuat oleh DPJP dan assessmen awal keperawatan yang diisi oleh perawat sesuai dengan form rekam medik Pengkajian Awal Medis dan Keperawatan dalam waktu 24 jam. Apabila assessmen awal medis diisi oleh PPDS maka harus mendapat persetujuan DPJP dengan bukti tandatangan, cap nama DPJP dan penulisan waktu (tanggal, bulan, tahun dan jam) Penulisan harus lengkap sesuai standar

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Numerator Jumlah seluruh pasien baru rawat inap yg dilakukan pengkajian awal medis dan keperawatan dalam 1 x 24 jam

    Denominator Jumlah seluruh pasien baru yang dirawat inap dalam periode yang sama

    Formula Jumlah seluruh pasien baru rawat inap yg dilakukan pengkajian awal medis dan keperawatan dalam 1 x 24 jam x 100% Jumlah seluruh pasien baru yang dirawat inap dalam periode yang sama

    Bobot IKT 0,03

    Sumber Data Bidang Keperawatan

    Standar > 80%

    Kriteria Penilaian

    Pengkajian Awal Medis Dan Keperawatan Dalam 1x24 Jam (%) Skor

    (PAMK)

    PAMK > 80 100

    70 < PAMK 80 75

    60 < PAMK 70 50

    50 < PAMK 60 25

    PAMK 50 0

    PIC Ka. Instalasi Rawat Inap, Ka. Bidang Keperawatan, Ka SMF/Departemen Medik

  • KPI-25 : % Temuan ketidaktersediaan Obat Rutin yg ditindaklanjuti

    Perspektif Proses bisnis internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya Ketepatan Waktu Pelayanan

    Judul IKT Temuan ketidaktersediaan obat rutin yang ditindaklanjuti

    Dimensi Mutu Efektivitas dan Mutu Pelayanan

    Tujuan Tergambarnya kesiapan rumah sakit dalam menyediakan pelayanan farmasi.

    Definisi operasional Jumlah jenis obat rutin di instalasi farmasi RS yang kosong dalam satu bulan, yang dipenuhi sehingga tidak terjadi kekosongan (untuk obat CITO dlm 1x24 jam; untuk obat non-cito dlm 3x24 jam sejak diputuskan kosong) Obat Rutin yang dimaksud adalah obat yang Vital dan Esensial Eksklusi : obat yang tidak bisa diadakan karena faktor eksternal

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Numerator Jumlah obat rutin yang kosong dalam 1 bulan yang ditindak lanjuti

    Denominator Jumlah seluruh obat rutin

    Formula jumlah obat rutin yang kosong dalam 1 bulan yang ditindaklanjuti (untuk obat CITO dlm 1x24 jam; untuk obat non-cito dlm 3x24 jam) sejak diputuskan kosong

    Bobot IKT 0,02

    Sumber Data Inst. Farmasi

    Standar > 80%

    Kriteria Penilaian

    % Temuan ketidaktersediaan farmasi yg ditindaklanjuti (%) Skor

    (TKFD)

    TKFD > 80 100

    70 < TKFD 80 75

    60 < TKFD 70 50

    50 < TKFD 60 25

    TKFD 50 0

    PIC Ka. Instalasi Farmasi

  • KPI-26 : Pendapatan PNBP terhadap Biaya Operasional

    Perspektif keuangan

    Sasaran Strategis Terwujudnya efektivitas dan efisiensi penggunanaan anggaran PNBP

    Judul IKT POBO

    Dimensi Mutu Efisiensi, efektivitas

    Tujuan Terselenggaranya pemanfaatan anggaran PNBP yang efektif dan efisien.

    Definisi operasional 1. Pendapatan PNBP merupakan pendapatan yang diperoleh sebagai

    imbalan atas barang/jasa yang diserahkan kepada masyarakat termasuk

    pendapatan yang berasal dari hibah, hasil kerjasama dengan pihak lain,

    sewa, jasa lembaga keuangan, dan lain-lain pendapatan yang tidak

    berhubungan secara langsung dengan pelayanan BLU, tidak termasuk

    pendapatan yang berasala dari APBN.

    2. Biaya Operasional merupakan seluruh biaya yang dibutuhkan dalam

    memberikan pelayanan kepada masyarakat, yang terdiri dari belanja

    pegawai dan belanja barang, dan sumber dananya berasal dari

    penerimaan anggaran APBN dan pendapatan PNBP Satker BLU

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Numerator Pendapatan PNBP

    Denominator Biaya Operasional

    Formula (Pendapatan PNBP/Biaya Operasional) x 100%

    Bobot IKT 0,15

    Sumber Data Bagian Keuangan

    Standar > 65%

    Kriteria Penilaian Rasio PNBP terhadap Biaya Operasional (%) (PB)

    Skor

    PB > 65 100

    57 < PB

  • KPI-27 : Program kesehatan jiwa masyarakat (Keswamas) pendampingan layanan primer dan

    sekunder

    Perspektif Proses Bisnis Internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya kontinuitas layanan kesehatan jiwa mulai dari masyarakat, faskes primer dan faskes sekunder

    Judul KPI Program keswamas pendampingan layanan primer dan sekunder

    Dimensi Mutu Kontinuitas layanan kesehatan jiwa

    Tujuan Terselenggaranya kegiatan kesehatan jiwa masyarakat dan meningkatkan jangkauan layanan kesehatan jiwa dengan melaksanakan pendampingan di layanan primer dan layanan sekunder (rumah sakit umum).

    Definisi operasional Jumlah satuan kerja (Pemberi Pelayanan Kesehatan I dan II) yang dilakukan pendampingan oleh rumah sakit berupa pelatihan, pendampingan layanan, diskusi dan konsultasi.

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Numerator -

    Denominator -

    Formula Ada program pendampingan berjalan PPK I dan II di wilayah kerja, terlaksana dan ada monev secara berkala

    Bobot KPI 0,03

    Sumber Data Instalasi Keswamas

    Standar/Target 100

    Kriteria Penilaian Ada program semua terlaksana, ada monev secara berkala = 100 Ada program sebagian dilaksanakan, ada monev secara berkala = 75 Ada program sebagian dilaksanakan, tidak ada monev secara berkala = 50 Ada program tidak dilaksanakan = 25 Tidak ada program = 0

    PIC Ka. Instalasi Keswamas

  • KPI-28 : Program keswamas pemberdayaan masyarakat

    Perspektif Proses Bisnis Internal

    Sasaran Strategis Terwujudnya kontinuitas layanan kesehatan jiwa mulai dari masyarakat, faskes primer dan faskes sekunder

    Judul KPI Program keswamas pemberdayaan masyarakat

    Dimensi Mutu Kontinuitas layanan kesehatan jiwa

    Tujuan Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam kesehatan jiwa, menurunkan stigma terhadap gangguan jiwa dan meningkatkan kemandirian pasien dengan ganggun jiwa.

    Definisi operasional Pemberdayaan masyarakat adalah kegiatan yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dalam kesehatan jiwa berupa kegiatan promotif, preventif dan rehabilitatif melalui pembentukan kelompok swabantu.

    Frekuensi Pengumpulan Data

    Bulanan

    Periode Analisa 3 bulanan

    Numerator -

    Denominator -

    Formula Ada program pembinaan kelompok swabantu di wilayah kerja, terlaksana dan ada monev secara berkala

    Bobot KPI 0,03

    Sumber Data Instalasi Keswamas

    Standar/Target 100

    Kriteria Penilaian Ada program semua terlaksana, ada monev secara berkala = 100 Ada program sebagian dilaksanakan, ada monev secara berkala = 75 Ada program sebagian dilaksanakan, tidak ada monev secara berkala = 50 Ada program tidak dilaksanakan = 25 Tidak ada program = 0

    PIC Ka. Instalasi Keswamas