KAMIS, 8 DESEMBER 2011 Berkah Keberagaman Nasi Jangkrik fileKAMIS, 8 DESEMBER 2011 NUSANTARA 9...

1
9 N N USANTARA USANTARA KAMIS, 8 DESEMBER 2011 Berkah Keberagaman Nasi Jangkrik FURQON ULYA HIMAWAN A SIH, 26, sigap me- langkah. Sesekali tangannya harus menahan desakan perempuan lain yang berada di sekelilingnya. Sambil menggen- dong anaknya, ibu satu anak itu bergegas mendekati pintu gerbang makam Sunan Kudus, yang berada di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kudus, Jawa Tengah. Berulang kali Asih mengu- sap keringat yang membanjiri dahinya. “Panas. Tapi, saya rela berdesak-desakan demi ngalap berkah,” kata Asih, Se- lasa (6/12). Wajahnya terlihat puas ketika ia berhasil membawa nasi yang dibungkus daun jati. Ada dua, satu untuk dia dan satu untuk anaknya. Asih bukan warga Kudus. Ia datang dari Jepara, yang berjarak beberapa puluh kilo- meter dari Kudus. Bersama tetangga dan rombongan lain dari Jepara, mereka sudah tiba di Kudus sejak subuh. Dari Jepara, mereka sudah menegakkan tekad untuk men- dapatkan nasi jangkrik atau sego menoro. Nasi itu dibagikan satu tahun sekali. “Kami sudah antre sejak tadi pagi. Saat pembagian dimulai, saya harus berdesak-desakan lebih dari 1 jam, sebelum men- dapatkan sego menoro,” kata Asih. Asih dan warga lain meyakini bahwa nasi jangkrik membawa berkah. “Ngalap berkah Mbah Sunan,” kata Asih. Ngalap dalam bahasa Jawa berarti mengharapkan. Sunan Kudus adalah salah satu Wali Songo. Ia bernama asli Raden Ja’far Shodiq. Di kompleks makam Sunan Kudus, ada juga masjid dan menara Kudus yang sudah ter- kenal. Saat ini, ketiga tempat itu dikelola sebuah yayasan. Berkah yang diharapkan warga bermacam-macam ben- tuknya. Ada yang memimpikan diberi kelancaran rezeki, ada juga untuk kesembuhan penya- kit. Karena itulah, mereka rela antre panjang, juga berdesak- desakan karena jalan menuju pintu gerbang makam sangat sempit dan berkelok-kelok. Untungnya pengurus makam membuat aturan untuk mem- bedakan pengantre. Kaum perempuan dibedakan dan berada di antrean dari sebelah selatan makam, sedangkan kaum pria dari sebelah utara. “Kalau tidak dipisahkan, bisa kacau,” kata seorang penjaga pintu makam. Nasi jangkrik sangat khas dan identik dengan pembung- kusnya dari daun jati. Selain nasi, di dalamnya juga ada da- ging kerbau atau kambing yang dimasak dengan bumbu garam dan asem. Agar tidak tumpah, bungkusan daun diikat dengan bambu atau anyaman jerami. Konon, nasi jangkrik meru- pakan makanan favorit Sunan Kudus. Ia pun membagikan masakan kesenangannya itu kepada masyarakat pada setiap 10 Muharam atau Syura. Tahun ini, hari itu jatuh pada Selasa (6/12) lalu. “Tradisi itulah yang kami teruskan hingga sekarang,” kata Em Nadjib Hassan, Ke- tua Yayasan Masjid Menara Makam Sunan Kudus. Ia menambahkan, filosofi pembagian nasi jangkrik adalah untuk membangun semangat berbagi kepada sesama ma- nusia, terutama kepada ma- syarakat yang membutuhkan. “Berkah dibagikan untuk ber- bagai kalangan, baik muslim maupun nonmuslim.” Tahun ini, untuk berbagi nasi jangkrik, yayasan memasak 6,53 ton beras, memotong 81 kambing dan 10 kerbau. Tahun sebelumnya, ada 6,1 ton beras, 73 kambing, dan 11 kerbau. Semua bahan, kata Nadjib, diperoleh dari sumbangan war- ga. Bentuknya ada yang berupa uang, tapi tidak sedikit yang menyumbang beras atau ternak. Dari sumbangan itu, tahun ini yayasan bisa membuat sekitar 25 ribu nasi jangkrik, untuk dibagikan kepada masyarakat. Dulu, ketika tradisi itu di- lakukan Sunan Kudus, sebelum membagikan nasi ia mendoa- kannya terlebih dulu. Kini, tradisi doa itu dilanjutkan oleh para ulama di Kudus. Buka luwur Pembagian nasi jangkrik me- rupakan salah satu bagian dari prosesi buka luwur. Itu adalah acara penggantian luwur atau kain mori yang digunakan un- tuk membungkus nisan, cung- kup, serta bangunan di sekitar makam Sunan Kudus. Menurut Nadjib Hasan, tra- disi itu dinamai buka luwur bukan haul, karena sampai sekarang belum ada ketetapan informasi waktu meninggalnya Sunan Kudus. “Ini bukan haul atau peringatan meninggalnya Kanjeng Sunan Kudus.” Prosesi buka luwur diawa- li pembacaan Alquran, dan serangkaian acara religi lain- nya, seperti doa rasul, dan ter- bang papat. Acara puncaknya adalah pemasangan luwur di makam dan sekitarnya. “Sehari sebelum acara atau pada 9 Muharam, yayasan me- nyediakan bubur Asyura yang hanya ada pada bulan Syuro atau Muharam,” sambungnya. Satu bulan sebelumnya, di lingkungan yang sama juga dilakukan penjamasan atau pen- cucian keris ciptaka atau keris Kiai Cinthaka. Bagi Nur Said, pengamat so- sial dan budaya, nasi jangkrik yang dibagikan kepada semua warga, tanpa melihat status so- sial maupun agamanya, adalah bentuk ajaran pluralisme yang diusung Sunan Kudus. “Nilai inilah yang terus terjaga di Kudus hingga sekarang.” Sunan Kudus juga yang membentuk karakter warga Kudus lebih menyukai daging kerbau daripada daging sapi. Konon, untuk menghormati warga beragama Hindu, untuk korban sang sunan memilih menyembelih kerbau. “Sikap toleransi Sunan Ku- dus, yang kemudian dilestari- kan dengan tradisi buka luwur, hingga sekarang masih terjaga dan dilanjutkan oleh warga. Ini menjadi modal sosial yang mampu merekatkan umat lin- tas iman dan lintas kultur,” kata penulis buku Jejak Perjuangan Sunan Kudus ini. (N-2) [email protected] Warga harus rela antre melewati jalan sempit, berkelok, dan berdesakan. Tujuannya, sebungkus nasi, penuh berkah dan doa. ANTRE SEGO MENORO: Warga antre sego menoro atau nasi jangkrik bertepatan pada 10 Muharam di areal makam Sunan Kudus, Selasa (6/12). Mereka rela antre untuk mengharap keberkahan dari Wali Songo dan Sunan Kudus. MI/FURQON ULYA HIMAWAN P ENUNJUKAN Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) sebagai Ketua Kelompok Kerja Pemeriksaan Lingkungan Hidup Badan Pemeriksa Sedunia atau INTOSAI WGEA (International Organization of Su- preme Audit Institutions Working Group on Environmental Auditing) ini merupakan hasil pemilihan yang dilaksanakan pada 11 th Steer- ing Committee Meeting of INTOSAI WGEA di Buenos Aires, Argentina, pada 11 November 2011. Pertemuan ini sendiri dihadiri 32 de- legasi dari 16 negara. Pada pertemuan tersebut, delegasi BPK RI dipimpin Dr Ali Masykur Musa, anggota BPK RI, dengan delegasi yang terdiri dari Kepala Auditorat IV A, Edward GH Simanjuntak, Plt Kepala Auditorat IV B, Arif Senjaya, Kepala Sub Bagian Modul, Esther Simanjuntak dan Auditor pada Auditorat IV B, Krisnanto Adi Nugroho. Pada saat itu Dr Ali Masykur Musa melakukan presentasi mengenai pencalonan BPK RI sebagai Ketua WGEA berikutnya. ”BPK RI berkomitmen untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup melalui pemerik- saan berperspektif lingkungan dan menjadi anggota aktif dalam INTOSAI WGEA. Bukan saja karena lingkungan hidup merupakan isu yang global, melainkan karena BPK RI mem- punyai kewajiban moral untuk itu, sesuai yang diamanatkan oleh konstitusi negara kita,” kata Dr. Ali Masykur Musa. Dalam pemilihan tersebut, BPK RI menda- pat suara mayoritas dari para anggota Steer- ing Committee WGEA. Hal ini tidak lepas dari peran aktif BPK RI sebagai anggota WGEA sejak tahun 1998 dan anggota Steering Com- mittee WGEA sejak tahun 2004. Sebagai ketua INTOSAI WGEA, BPK RI nantinya bertanggung jawab terhadap pengembangan pemeriksaan lingkungan secara global dan memimpin lembaga peme- riksa dari seluruh dunia yang terdiri atas 16 negara anggota Steering Committee (SC) dan 72 negara anggota biasa. Sejak masuk menjadi anggota tetap, BPK RI berperan aktif dalam INTOSAI WGEA. Pada kerangka Working Plan 2007 – 2010, mi- salnya, BPK RI menjadi Project Leader untuk penyusunan Guidance Material on Auditing Forestry. Pencapaian dari proyek ini adalah diterbitkannya Petunjuk Teknis Pemeriksaan Manajemen Kehutanan yang akan digunakan oleh lembaga-lembaga pemeriksa anggota INTOSAI WGEA di seluruh dunia. Keanggotaan ini sejalan dengan misi BPK RI untuk melaksanakan pemeriksaan terkait manajemen lingkungan hidup yang dilaksa- nakan oleh pemerintah yaitu dengan menilai kepatuhan pemerintah terhadap peraturan perundang-undangan, tingkat esiensi dan efektivitas program lingkungan dan mem- beri rekomendasi untuk praktik pengelolaan lingkungan yang lebih baik. Kontribusi BPK RI untuk bidang pemerik- saan manajemen kehutanan juga diberikan melalui program IDI Transregional Programme on Environmental Audit in Forestry. IDI (IN- TOSAI Development Initiative) merupakan badan INTOSAI yang secara khusus mem- bidangi pengembangan kapasitas pemeriksa di seluruh dunia. Pada program IDI terse- but, BPK dipercaya untuk menjadi Subject Matter Expert (SME) bidang pemeriksaan manajemen kehutanan bersama SME dari SAI Estonia. Program ini menjadi salah satu komitmen BPK RI pada INTOSAI WGEA dalam Working Plan 2011 – 2013. Selain Guidance Material on Auditing Fo- restry, BPK juga berkontribusi dalam penyu- sunan Guidance Material on Auditing Climate Change yang dipimpin oleh SAI Norwegia. BPK RI dalam proyek ini berperan sebagai anggota subkomite penyusunan petunjuk teknis pemeriksaan manajemen pemerintah dalam merespons perubahan iklim. Pada tahun 2010, BPK RI berpartisipasi da- lam Global Coordinated Audit on Climate Change yaitu program pemeriksaan global mengenai manajemen perubahan iklim di 14 negara di seluruh dunia. Pemeriksaan ini merupa- kan bentuk komitmen dan respons lembaga pemeriksa dari setiap negara partisipan ter- hadap United Nations Framework Convention on Climate Change dan Kyoto Protocol. Saat ini INTOSAI WGEA tengah bekerja dalam kerangka Working Plan 2011-2013 dan BPK RI berperan sebagai ketua penyusun- an modul bidang audit kehutanan dalam kerangka Goal 3 (enhance information dis- semination, exchange and training). Selain program IDI, dalam working plan ini BPK RI juga berperan sebagai anggota subkomite bidang Research on Land Use/Land Manage- ment Practices (dipimpin SAI Marocco) dan Guidance Material on Fraud and Corruption in Environmental Auditing (dipimpin oleh SAI Norway). INTOSAI WGEA merupakan sebuah lembaga nirlaba yang merupakan badan dari International Organization of Supreme Audit Institutions (INTOSAI). Kelompok Kerja ini dibentuk pada Kongres INCOSAI ke 14 di Washington, DC pada Oktober 1992. Anggota INTOSAI memiliki perhatian pada peran dan kegiatan SAI pada masalah pemeriksaan lingkungan hidup. Kerangka Acuan WGEA dibentuk dan disahkan oleh INTOSAI Governing Board di Vienna pada bulan Mei 1993. WGEA memiliki misi untuk meningkat- kan penggunaan mandat pemeriksaan dan instrumen pemeriksaan dalam bidang kebi- jakan perlindungan lingkungan hidup. *** BPK RI Ketuai Kelompok Kerja Pemeriksaan Lingkungan Hidup Badan Pemeriksa Sedunia FOTO-FOTO: DOK BPK INTOSAI WGEA: Suasana Pertemuan INTOSAI WGEA di Buenos Aires, Argentina. BPK RI kian diperhitungkan dunia. Belum lama ini BPK RI menggantikan SAI (Supreme Audit Institution) Estonia sebagai Ketua Kelompok Kerja Pemeriksaan Lingkungan Hidup Badan Pemeriksa Sedunia atau INTOSAI WGEA periode 2013 – 2016. Apa saja tugasnya? Dr. Ali Masykur Musa Anggota BPK RI

Transcript of KAMIS, 8 DESEMBER 2011 Berkah Keberagaman Nasi Jangkrik fileKAMIS, 8 DESEMBER 2011 NUSANTARA 9...

Page 1: KAMIS, 8 DESEMBER 2011 Berkah Keberagaman Nasi Jangkrik fileKAMIS, 8 DESEMBER 2011 NUSANTARA 9 Berkah Keberagaman Nasi Jangkrik FURQON ULYA HIMAWAN A SIH, 26, sigap me-langkah. Sesekali

9NNUSANTARAUSANTARAKAMIS, 8 DESEMBER 2011

Berkah Keberagaman Nasi Jangkrik

FURQON ULYA HIMAWAN

ASIH, 26, sigap me-langkah. Sesekali tangannya harus menahan desakan

perempuan lain yang berada di sekelilingnya. Sambil menggen-dong anaknya, ibu satu anak itu bergegas mendekati pintu gerbang makam Sunan Kudus, yang berada di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kudus, Jawa Tengah.

Berulang kali Asih mengu-sap keringat yang membanjiri dahinya. “Panas. Tapi, saya re la berdesak-desakan demi ngalap berkah,” kata Asih, Se-lasa (6/12).

Wajahnya terlihat puas ketika ia berhasil membawa nasi yang dibungkus daun jati. Ada dua, satu untuk dia dan satu untuk anaknya.

Asih bukan warga Kudus. Ia datang dari Jepara, yang berjarak beberapa puluh kilo-meter dari Kudus. Bersama tetangga dan rombongan lain dari Jepara, mereka sudah tiba di Kudus sejak subuh.

Dari Jepara, mereka sudah menegakkan tekad untuk men-dapatkan nasi jangkrik atau

sego menoro. Nasi itu dibagikan satu tahun sekali.

“Kami sudah antre sejak tadi pagi. Saat pembagian dimulai, saya harus berdesak-desakan lebih dari 1 jam, sebelum men-dapatkan sego menoro,” kata Asih.

Asih dan warga lain meyakini bahwa nasi jangkrik membawa berkah. “Ngalap berkah Mbah Sunan,” kata Asih.

Ngalap dalam bahasa Jawa berarti mengharapkan. Sunan Kudus adalah salah satu Wali Songo. Ia bernama asli Raden Ja’far Shodiq.

Di kompleks makam Sunan Kudus, ada juga masjid dan me nara Kudus yang sudah ter-kenal. Saat ini, ketiga tempat itu dikelola sebuah yayasan.

Berkah yang diharapkan warga bermacam-macam ben-tuknya. Ada yang memimpikan diberi kelancaran rezeki, ada juga untuk kesembuhan penya-kit. Karena itulah, mereka rela antre panjang, juga berdesak-desakan karena jalan menuju pintu gerbang makam sangat sempit dan berkelok-kelok.

Untungnya pengurus makam membuat aturan untuk mem-bedakan pengantre. Kaum

perempuan dibedakan dan berada di antrean dari sebelah selatan makam, sedangkan kaum pria dari sebelah utara. “Kalau tidak dipisahkan, bisa kacau,” kata seorang penjaga pintu makam.

Nasi jangkrik sangat khas dan identik dengan pembung-kusnya dari daun jati. Selain nasi, di dalamnya juga ada da-ging kerbau atau kambing yang dimasak dengan bumbu garam dan asem. Agar tidak tumpah, bungkusan daun diikat dengan bambu atau anyaman jerami.

Konon, nasi jangkrik meru-pakan makanan favorit Sunan Kudus. Ia pun membagikan masakan kesenangannya itu kepada masyarakat pada setiap 10 Muharam atau Syura. Tahun ini, hari itu jatuh pada Selasa (6/12) lalu.

“Tradisi itulah yang kami teruskan hingga sekarang,” ka ta Em Nadjib Hassan, Ke-tua Yayasan Masjid Menara Makam Sunan Kudus.

Ia menambahkan, filosofi pembagian nasi jangkrik adalah untuk membangun semangat berbagi kepada sesama ma-nusia, terutama kepada ma-syarakat yang membutuhkan.

“Berkah dibagikan untuk ber-bagai kalangan, baik muslim maupun nonmuslim.”

Tahun ini, untuk berbagi nasi jangkrik, yayasan memasak 6,53 ton beras, memotong 81 kambing dan 10 kerbau. Tahun sebelumnya, ada 6,1 ton beras, 73 kambing, dan 11 kerbau.

Semua bahan, kata Nadjib, diperoleh dari sumbangan war-ga. Bentuknya ada yang berupa uang, tapi tidak sedikit yang menyumbang beras atau ternak. Dari sumbangan itu, tahun ini yayasan bisa membuat sekitar 25 ribu nasi jangkrik, untuk dibagikan kepada masyarakat.

Dulu, ketika tradisi itu di-lakukan Sunan Kudus, sebelum membagikan nasi ia mendoa-kannya terlebih dulu. Kini,

tradisi doa itu dilanjutkan oleh para ulama di Kudus.

Buka luwurPembagian nasi jangkrik me-

rupakan salah satu bagian dari prosesi buka luwur. Itu adalah acara penggantian luwur atau kain mori yang digunakan un-tuk membungkus nisan, cung-kup, serta bangunan di sekitar makam Sunan Kudus.

Menurut Nadjib Hasan, tra-disi itu dinamai buka luwur bukan haul, karena sampai sekarang belum ada ketetapan informasi waktu meninggalnya Sunan Kudus. “Ini bukan haul atau peringatan meninggalnya Kanjeng Sunan Kudus.”

Prosesi buka luwur diawa-li pembacaan Alquran, dan

serang kaian acara religi lain-nya, seperti doa rasul, dan ter-bang papat. Acara puncaknya adalah pemasangan luwur di makam dan sekitarnya.

“Sehari sebelum acara atau pada 9 Muharam, yayasan me-nyediakan bubur Asyura yang hanya ada pada bulan Syuro atau Muharam,” sambungnya.

Satu bulan sebelumnya, di lingkungan yang sama juga dilakukan penjamasan atau pen-cucian keris ciptaka atau keris Kiai Cinthaka.

Bagi Nur Said, pengamat so-sial dan budaya, nasi jangkrik yang dibagikan kepada semua warga, tanpa melihat status so-sial maupun agamanya, adalah bentuk ajaran pluralisme yang diusung Sunan Kudus. “Nilai

inilah yang terus terjaga di Kudus hingga sekarang.”

Sunan Kudus juga yang membentuk karakter warga Kudus lebih menyukai daging kerbau daripada daging sapi. Konon, untuk menghormati warga beragama Hindu, untuk korban sang sunan memilih menyembelih kerbau.

“Sikap toleransi Sunan Ku-dus, yang kemudian dilestari-kan dengan tradisi buka luwur, hingga sekarang masih terjaga dan dilanjutkan oleh warga. Ini menjadi modal sosial yang mampu merekatkan umat lin-tas iman dan lintas kultur,” kata penulis buku Jejak Perjuangan Sunan Kudus ini. (N-2)

[email protected]

Warga harus rela antre melewati jalan sempit, berkelok, dan berdesakan. Tujuannya, sebungkus nasi, penuh berkah dan doa.

ANTRE SEGO MENORO: Warga antre sego menoro atau nasi jangkrik bertepatan pada 10 Muharam di areal makam Sunan Kudus, Selasa (6/12). Mereka rela antre untuk mengharap keberkahan dari Wali Songo dan Sunan Kudus.

MI/FURQON ULYA HIMAWAN

PENUNJUKAN Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) sebagai Ketua Kelompok Kerja Pemeriksaan Lingkungan Hidup

Badan Pemeriksa Sedunia atau INTOSAI WGEA (International Organization of Su-preme Audit Institutions Working Group on Environmental Auditing) ini merupakan hasil pemilihan yang dilaksanakan pada 11th Steer-ing Committee Meeting of INTOSAI WGEA di Buenos Aires, Argentina, pada 11 November 2011. Pertemuan ini sendiri dihadiri 32 de-legasi dari 16 negara.

Pada pertemuan tersebut, delegasi BPK RI dipimpin Dr Ali Masykur Musa, anggota BPK RI, dengan delegasi yang terdiri dari Kepala Auditorat IV A, Edward GH Simanjuntak, Plt Kepala Auditorat IV B, Arif Senjaya, Kepala Sub Bagian Modul, Esther Simanjuntak dan Auditor pada Auditorat IV B, Krisnanto Adi Nugroho.

Pada saat itu Dr Ali Masykur Musa melakukan presentasi mengenai pencalonan BPK RI sebagai Ketua WGEA berikutnya. ”BPK RI berkomitmen untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup melalui pemerik-saan berperspektif lingkungan dan menjadi anggota aktif dalam INTOSAI WGEA. Bukan saja karena lingkungan hidup merupakan isu yang global, melainkan karena BPK RI mem-punyai kewajiban moral untuk itu, se suai

yang diamanatkan oleh konstitusi negara kita,” kata Dr. Ali Masykur Musa.

Dalam pemilihan tersebut, BPK RI menda-pat suara mayoritas dari para anggota Steer-ing Committee WGEA. Hal ini tidak lepas dari peran aktif BPK RI sebagai anggota WGEA sejak tahun 1998 dan anggota Steering Com-mittee WGEA sejak tahun 2004.

Sebagai ketua INTOSAI WGEA, BPK RI nantinya bertanggung jawab terhadap pengembangan pemeriksaan lingkungan secara global dan memimpin lembaga peme-riksa dari seluruh dunia yang terdiri atas 16 negara anggota Steering Committee (SC) dan 72 negara anggota biasa.

Sejak masuk menjadi anggota tetap, BPK RI berperan aktif dalam INTOSAI WGEA. Pada kerangka Working Plan 2007 – 2010, mi-salnya, BPK RI menjadi Project Leader untuk penyusunan Guidance Material on Auditing Forestry. Pencapaian dari proyek ini adalah diterbitkannya Petunjuk Teknis Pemeriksaan Manajemen Kehutanan yang akan digunakan oleh lembaga-lembaga pemeriksa anggota INTOSAI WGEA di seluruh dunia.

Keanggotaan ini sejalan dengan misi BPK RI untuk melaksanakan pemeriksaan terkait manajemen lingkungan hidup yang dilaksa-nakan oleh pemerintah yaitu dengan menilai kepatuhan pemerintah terhadap peraturan perundang-undangan, tingkat efisiensi dan efektivitas program lingkungan dan mem-beri rekomendasi untuk praktik pengelolaan lingkungan yang lebih baik.

Kontribusi BPK RI untuk bidang pemerik-saan manajemen kehutanan juga diberikan melalui program IDI Transregional Programme on Environmental Audit in Forestry. IDI (IN-TOSAI Development Initiative) merupakan badan INTOSAI yang secara khusus mem-bidangi pengembangan kapasitas pemeriksa di seluruh dunia. Pada program IDI terse-but, BPK dipercaya untuk menjadi Subject Matter Expert (SME) bidang pemeriksaan manajemen kehutanan bersama SME dari SAI Estonia. Program ini menjadi salah satu komitmen BPK RI pada INTOSAI WGEA

dalam Working Plan 2011 – 2013.Selain Guidance Material on Auditing Fo-

restry, BPK juga berkontribusi dalam penyu-sunan Guidance Material on Auditing Climate Change yang dipimpin oleh SAI Norwegia. BPK RI dalam proyek ini berperan sebagai anggota subkomite penyusunan petunjuk teknis pemeriksaan manajemen pemerintah dalam merespons perubahan iklim.

Pada tahun 2010, BPK RI berpartisipasi da-lam Global Coordinated Audit on Climate Change yaitu program pemeriksaan global mengenai manajemen perubahan iklim di 14 negara di seluruh dunia. Pemeriksaan ini merupa-kan bentuk komitmen dan respons lembaga pemeriksa dari setiap negara partisipan ter-hadap United Nations Framework Convention on Climate Change dan Kyoto Protocol.

Saat ini INTOSAI WGEA tengah bekerja dalam kerangka Working Plan 2011-2013 dan BPK RI berperan sebagai ketua penyusun-an modul bidang audit kehutanan dalam kerangka Goal 3 (enhance information dis-semination, exchange and training). Selain program IDI, dalam working plan ini BPK RI juga berperan sebagai anggota subkomite bidang Research on Land Use/Land Manage-ment Practices (dipimpin SAI Marocco) dan Guidance Material on Fraud and Corruption in Environmental Auditing (dipimpin oleh SAI Norway).

INTOSAI WGEA merupakan sebuah lembaga nirlaba yang merupakan badan dari International Organization of Supreme Audit Institutions (INTOSAI). Kelompok Kerja ini dibentuk pada Kongres INCOSAI ke 14 di Washington, DC pada Oktober 1992. Anggota INTOSAI memiliki perhatian pada peran dan kegiatan SAI pada masalah pemeriksaan lingkungan hidup. Kerangka Acuan WGEA dibentuk dan disahkan oleh INTOSAI Governing Board di Vienna pada bulan Mei 1993.

WGEA memiliki misi untuk meningkat-kan penggunaan mandat pemeriksaan dan instrumen pemeriksaan dalam bidang kebi-jakan perlindungan lingkungan hidup. ***

BPK RI Ketuai Kelompok Kerja Pemeriksaan Lingkungan Hidup Badan Pemeriksa Sedunia

FOTO-FOTO: DOK BPK

INTOSAI WGEA: Suasana Pertemuan INTOSAI WGEA di Buenos Aires, Argentina.

BPK RI kian diperhitungkan dunia. Belum lama ini BPK RI menggantikan SAI (Supreme Audit Institution) Estonia sebagai Ketua Kelompok Kerja Pemeriksaan Lingkungan Hidup Badan Pemeriksa Sedunia atau INTOSAI WGEA periode 2013 – 2016. Apa saja tugasnya?

Dr. Ali Masykur MusaAnggota BPK RI