Kalkulus I

32
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq wertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw ertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwe rtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwer tyuiopasdfghjklzxcvbnmqwert yuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyu iopasdfghjklzxcvbnmqwertyui opasdfghjklzxcvbnmqwertyuio pasdfghjklzxcvbnmqwertyuiop asdfghjklzxcvbnmqwertyuiopa sdfghjklzxcvbnmqwertyuiopas dfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdf KALKULUS I By. Andrian Runtius Lalang 1301033072 MATEMATIKA ANGKATAN 2013

Transcript of Kalkulus I

Page 1: Kalkulus I

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw

KALKULUS I

By. Andrian Runtius Lalang

1301033072

MATEMATIKA ANGKATAN 2013

Page 2: Kalkulus I

BAB I

Pendahuluan

Sistem Bilangan Riil

Bilangan Bulat dan Rasional

Diantara sistem bilangan, yang paling sederhana adalah bilangan-bilangan asli

(1,2,3,4,5,...). Jika digandengkan negatifnya dengan nol, maka kita peroleh bilangan-

bilangan bulat (...,-3,-2,-1,0,1,2,3,...). bilangan-bilangan yang dapat dituliskan dalam

bentuk m /n, dimana m dan n adalah bilangan-bilangan bulat dengan n ≠ 0, disebut

bilangan-bilangan rasional.

Bilangan-bilangan Riil

Sekumpulan bilangan (rasional dan tak rasional) yang dapat mengukur panjang,

bersama-sama dengan negatifnya dan nol kita namakan bilangan-bilangan riil. Terdapat

lambang-lambang baku untuk mengenal kelas bilangan yang telah dibahas:

a. N akan menyatakan himpunan bilangan asli (bilangan bulat positif)

b. Z (dari bahasa Jerman, Zahlen) akan menyatakan himpunan bilangan bulat

c. Q (hasil bagi bilangan bulat) menyatakan himpunan bilangan rasional

d. R menyatakan himpunan bilangan riil

Empat Operasi Hitungan

Dengan dua bilangan riil x dan y, kita dapat menambahkan atau mengalikan keduanya

untuk memperoleh dua bilangan riil baru x + y dan x.y. penambahan dan perkalian

mempunyai sifat-sifat yang telah kita kenal sebagai sifat-sifat medan:

1. Hukum Komulatif : x + y = y + x dan xy = yx

2. Hukum Asosiatif : x + (y +z) = (x + y) + z dan x(yz) = (xy)z

3. Hukum Distribusi : x(y + z) = xy + xz

4. Elemen Identitas

Terdapat dua bilangan riil yang berlainan (0 dan 1) yang memenuhi x + 0 = x dan

x.1= x

5. Balikan (Invers)

Setiap bilangan x mempunyai balikan aditif, -x yang memenuhi x + (-x) = 0. Juga

setiap bilangan x kecuali nol mempunyai kebalikan x-1 yang memenuhi x.x-1 = 1

Pembagian dan pengurangan didefinisikan dengan:

x – y = x + (-y) dan xy

= x.y-1

Andry Thymoty_Kalkulus I 2

Page 3: Kalkulus I

Sifat-sifat Urutan

1. Trikotomi. Jika x dan y adalah bilangan-bilangan, maka pasti satu diantara yang

berikut berlaku: x < y atau x = y atau x > y

2. Ketransitifan. x < y dan y < z → x < z

3. Penambahan. x < y ↔ x + z < y + z

4. Perkalian. Bilangan z positif, x < y ↔ xz < yz, dan z negatif x < y ↔ xz > yz

5. Relasi urutan. x ≤ y ↔ y – x, positif atau nol

Desimal dan Kerapatan

Desimal Berulang dan Tak Berulang

Pernyataan desimal suatu bilangan rasional dapat mempunyai akhir seperti dalam

38=0,375 atau akan berulang dalam daur yang tetap selamanya seperti dalam

1311

=1,181818 …

Kerapatan

Diantara dua bilangan riil sebarang yang berlainan x dan y, terdapat suatu bilangan

riil lain. Khususnya bilangan z = (x+ y )/2adalah bilangan pertengahan antara x dan y.

Ketaksamaan

Selain persamaan yang kita temui dalam matematika terdapat juga ketaksamaan yang

menggunakan tanda ≠ yaitu <, >, ≤, dan ≥. Ketaksamaan ganda a < x < b memberikan selang

terbuka sedangkan ketaksamaan a ≤ x ≤ b memberikan selang tertutup. Tabel di bawah ini

menunjukan besar kemungkinan dan cara penulisan

Penulisan Himpunan Penulisan Selang Grafik Contoh

{x: a < x < b} Terbuka (a,b)( )

a b(-2, 3)

{x: a ≤ x ≤ b} Tertutup [a.b][ ]

a b[-1, 2]

{x: a ≤ x < b}Setengah Terbuka

[a,b)

[ )

a b¿, 3)

{x: a < x ≤ b}Setengah Terbuka

(a,b]

( ]

a b¿, 3]

{x: x ≤ b} (-∞,b]]

b (-∞, -12

)

Andry Thymoty_Kalkulus I 3

Page 4: Kalkulus I

{x: x < b} (-∞,b))

b(-∞, -1)

{x: x ≥ a } [a, -∞)[

a[-1, ∞)

{x: x > a} (a, -∞)(

a(2, ∞)

R (-∞,∞)

Nilai Mutlak, Akar Kuadrat, & Kuadrat

Nilai mutlak suatu bilangan riil dinyatakan dengan │x│ didefinisikan sebagai

│ x │=¿−x jika x<0x jika x ≥o ¿

Karena –x adalah positif, apabila x adalah negatif. Ini mendefinisikan bahwa nilai mutlak dari

suatu bilangan selalu nonnegatif.

SIFAT - SIFAT MUTLAK

Jika a dan b bilangan riil maka

1. │ab│= │a││b│

2. │ab

│=│a ││b │

3. │a + b│≤ │a│+│b│(ketaksamaan segitiga)

4. │a - b│≥│|a| - |b|│

Ketidaksamaan yang menyangkut nilai mutlak

│x│< a ↔ -a < x < a

│x│> a ↔ x < -a atau x > a

AKAR KUADRAT

Secara umum dapat ditulis √ x2=│ x │

Ingat bahwa penyelesaian persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0 diberikan oleh:

x1,2=−b ±√b2−4ac

2 a

Terdapat dua penyelesaian riil jika b2 – 4ac > 0,

a. Penyelesaian jika b2 – 4ac = 0

b. Penyelesaian tak riil jika b2 – 4ac < 0

Dengan rumus kuadrat, dapat diselesaikan ketaksamaan-ketaksamaan kuadrat yang tidak

mudah difaktorkan.

Andry Thymoty_Kalkulus I 4

Page 5: Kalkulus I

KUADRAT :

Kita perhatikan bahwa ¿ x∨¿2=x2 ¿ berasal dari sifat |a||b|=¿ab∨¿

Jika kita bekerja dengan bilangan-bilangan tak negatif, maka a < b ↔ a2 + b2. Salah satu dari

bentuk varian ini adalah |x|<¿ y∨¿ ↔ x2 + y2

Sistem Koordinat Siku-empat

Rumus Jarak : d ( P ,Q )=√¿¿

Persamaan Lingkaran : (x - h)2 + (y – k)2 = r2

Garis Lurus

Kemiringan Garis : m=y2− y1

x2−x1

Garis yang melalui titik (x1, y1) dengan kemiringan m mempunyai persamaan

y – y1 = m(x – x1)

Bentuk Kemiringan Berpotongan : y = mx + b

Garis-garis Sejajar : jika dua garis mempunyai kemiringan sama, maka keduanya sejajar.

Grafik Persamaan

Untuk menggambar suatu persamaan, kita ikuti prosedur sederhana tiga langkah:

1. Dapatkan koordinat-koordinat beberapa titik yang memenuhi persamaan

2. Rajah titik-titik tersebut di bidang

3. Hubungkan titik-titik tersebut dengan sebuah kurva mulus

Andry Thymoty_Kalkulus I 5

Page 6: Kalkulus I

BAB II

Fungsi dan Limit

A. Fungsi

Misalkan A dan B dua buah himpunan. Fungsi

dari A ke B adalah aturan memasangkan (memadankan)

setiap elemen di A dengan satu elemen di B. Bila elemen-

elemen dari A lebih banyak dari elemen-elemen B,

dapatkah kita membuat fungsi dari A ke B ? Sebuah fungsi

disebut fungsi real bila B ⊂ R. Pembahasan selanjutnya

akan dibatasi untuk A, B ⊂ R. Notasi fungsi: y = f (x)

dengan: x elemen A, f (x) aturan pemadanannya, dan y

adalah elemen B yang merupakan pasangan dari x.

Fungsi Genap dan Fungsi Ganjil. Seringkali kita memperkirakan kesimetrian grafik suatu fungsi

dengan memeriksa rumus fungsi tersebut. Jika f(-x) = f(x), maka grafik simetri terhadap sumbu y.

Fungsi demikian disebut fungsi genap barangkali karena fungsi yang merinci f(x) sebagai jumlah dari

pangkat-pangkat genap x adalah genap. Jika f(-x) = -f(x) simetri terhadap titik asal. Kita sebut fungsi

demikian adalah fungsi ganjil. Fungsi yang memberikan f(x) sebagai jumlah dari pangkat-pangkat

ganjil x adalah ganjil.

Operasi Pada Fungsi

a. (f + g) (x) = f(x) + g(x)

b. (f – g) (x) = f(x) – g(x)

Andry Thymoty_Kalkulus I 6

Page 7: Kalkulus I

c. (f . g) (x) = f(x) . g(x)

d.fg

( x )= f (x )g (x)

Fungsi Trigonometri

Perhatikan gambar lingkaran berjari-jari satu di sebelah

kiri. Posisi titik P=(x, y). Sudut t-positif dihitung berdasarkan arah

yang berlawanan jarum jam dengan satuan radian. 10 =1 π180

rad.

Definisi:

f (t) = sin t = y dan g(t) = cos t = x.

Df = Dg = . . . Rf = Rg = . . .

Sudut t + 2π dan t menentukan posisi titik P yang sama, sehingga sin(t + 2π) = sin t dan

cos(t + 2π) = cos t. Dikatakan fungsi tersebut periodik dengan periode 2π.

Empat Fungsi Trigonometri Lainnya. Kita dapat lewat cukup dengan sinus dan kosinus

saja, tetapi penting juga untuk memperkenalkan empat fungsi trigonometri tambahan.

f(x) = tan t= sin tcos t

f(x) = cot t= cos tsin t

f(x) = sect= 1cos t

f(x) = csc t= 1sin t

Ringkasan Kesamaan-Kesamaan Penting. Kita tidak akan menghabiskan halaman untuk

memeriksa kebenaran semua kesamaan trigonometri. Kita cukup menegaskan kebenarannya

dan menekankan bahwa kebanyakan dari kesamaan ini akan diperlukan di suatu tempat dalam

makalah ini

Kesamaan Trigonometri

Kesamaan ganjil-genap Kesamaan fungsi ko

Andry Thymoty_Kalkulus I 7

Page 8: Kalkulus I

sin(−x)=−sin x . sinπ2−x=cos x

cos (-x) = cos x cosπ2−x=sin x

tan (-x) = -tan x tanπ2−x=cot x

Kesamaan Pythagoras

sin2 x + cos2 x = 1

1 + tan2 x = csc2 x

1 + cot2 x = csc2 x

Kesamaan Penambahan

sin(x + y) = sin x cos y + cso x sin y

cos(x + y) = cos x cos y – sin x sin y

tan(x + y) = tan x+tan y

1−tan x tan y

Kesamaan Sudut Ganda

sin 2x = 2 sin x cos x

cos 2x = cos2 x – sin2 x = 2 cos2 x – 1 = 1 – 2 sin2 x

Kesamaan Setengah Sudut

sin2 x = 1−cos2 x

2 cos2 x =

1+cos2 x2

Kesamaan Jumlah

sin x + sin y = 2 sin x+ y

2 cos

x− y2

cos x + cos y = 2 cos x+ y

2 cos

x− y2

Kesamaan Hasil Kali

sin x sin y = -12¿

Andry Thymoty_Kalkulus I 8

Page 9: Kalkulus I

cos x cos y = 12¿

sin x cos y = 12¿

B. LIMIT

Konsep Limit

Misalkan I = (a, b) suatu interval buka di R dan c ∈ I . Fungsi f (x) dikatakan

terdefinisi di I kecuali mungkin di c, artinya f (x) terdefinisi disemua titik pada I\{c} dan di c

boleh terdefinisi boleh juga tidak.

Definisi Limit

Andry Thymoty_Kalkulus I 9

Page 10: Kalkulus I

(Pengertian persis tentang limit). Mengatakan bahwa limx →c

f ( x )=Lberarti bahwa untuk tiap

ε>0 yang diberikan (betapapun kecilnya), terdapat δ >0 yang berpadanan sedemikian

sehingga│f(x) - L│ <ε asalkan bahwa 0 < │x - c│ < δ , yakni

0 < │x - c│ < δ → │f(x) - L│ <ε

Gambar di bawah ini kiranya dapat membantu dalam menyerap definisi di atas

Teorema Limit

Teorema A

(Teorema Limit Utama). Andaikan n bilangan bulat positif, k konstanta dan f dan g adalah

fungsi-fungsi yang mempunyai limit di c. Maka:

Andry Thymoty_Kalkulus I 10

Page 11: Kalkulus I

, asalkan limx →c

g ( x ) ≠ 0

Teorema B

(Teorema Penggantian). Jika f suatu fungsi polinom atau fungsi rasional, maka

limx →c

f ( x )=f (c )

Asalkan dalam kasus fungsi rasional nilai penyebutnya tidak nol di c.

Limit takhingga:

Bagian ini mengamati perilaku fungsi f (x) bila x membesarmengecil

tanpa batas.

Ilustrasi:

Perhatikan f (x) = 1

1+ x2 Bila x membesar terus

tanpa batas, ditulis x → ∞, nilai f (x) cenderung’

menuju 0. Fenomena ini mendasari konsep limit di takhingga

Misalkan f terdefinisi pada [c, ∞). Lim = L

artinya untuk setiap ε > 0, x→∞ dapat dicari bilangan M

sehingga x > M ⇒ |f (x) − L| < ε

Misalkan f terdefinisi pada (−∞, c). lim = L artinya untuk

setiap ε > 0, x→−∞ dapat dicari bilangan M sehingga x < M ⇒ |f (x) − L| <ε

Andry Thymoty_Kalkulus I 11

Page 12: Kalkulus I

BAB III

TURUNAN

Dua Masalah Dengan Satu Tema

Masalah pertama kita sangat tua: ia sudah dimasalahkan sejak ilmuwan besar Yunani

Archimedes (287 M – 212 M). Yang dimaksud adalah masalah garis singgung.

Masalah kita yang kedua lebih baru. Masalah ini muncul dari percobaan oleh Kepler (1571 –

1630), Galileo (1564 – 1642), Newton (1642 – 1727) dan lainnya untuk melukiskan kecepatan sebuah

benda bergerak. Hal ini adalah masalah kecepatan sesaat.

Dua masalah itu, satu geeometri dan lainnya mekanis, kelihatannya tidak ada hubungannya.

Dalam hal ini, kelihatannya memperdayakan. Kedua masalah itu merupakan kembaran yang identik.

garis singgung di P garis singgung di P

Gambar 1 Gambar 2

Andry Thymoty_Kalkulus I 12

Page 13: Kalkulus I

Garis singgung. Gagasan garis singgung dari Euclides

sebagai salah satu garis yang memotong suatu kurva pada satu titik,

benar untuk lingkaran-lingkaran (Gambar 1) tetapi sama sekali tidak

memuaskan untuk kebanyakan kurva-kurva lain (Gambar 2). Untuk

mendefinisikan pengertian garis singgung secara formal,

perhatikanlah gambar di samping kiri. Garis talibusur m1

menghubungkan titik P dan Q1 pada kurva. Selanjutnya titik Q1 kita

gerakkan mendekat titik P. Saat sampai di posisi Q2, talibusurnya

berubah menjadi garis m2. Proses ini diteruskan sampai titik Q1

’berimpit’ dengan titik P, dan garis talibusurnya menjadi garis

singgung m.

Agar fenomena ini dapat dirumuskan secara matematis,

perhatikan kembali gambar disebelah kiri. Kemiringan garis

talibusur yang melalui P dan Q adalah:

msec=f (c+h )−f (c)

h

Kemiringan garis singgung di titik P = (c,f(c)) didefinisikan sebagai:

m = limh→ 0

msec=f (c+h )−f (c)

h

Kecepatan Sesaat. Jika kita mengendarai sebuah mobil dari satu kota ke kota lain yang

berjarak 80 km dalam waktu 2 jam, maka kecepatan rata-rata kita adalah 40 km tiap jam.

Artinya, kecepatan rata-rata adalah jarak antara posisi pertama ke posisi kedua dibagi dengan

waktu tempuh.

TURUNAN

Kita telah melihat bahwa kemiringan garis singgung dan kecepatan sesaat adalah

manifestasi dari pemikiran dasar yang sama. Laju pertumbuhan organisme (biologi),

keuntungan marjinal (ekonomi), kepadatan kawat (fisika), dan laju pemisahan (kimia) adalah

versi-versi lain dari konsep yang sama. Pengertian matematis yang baik menyarankan agar

kita menelaah konsep ini terlepas dari kosa kata yang khusus dan terapan yang beraneka

Andry Thymoty_Kalkulus I 13

Page 14: Kalkulus I

ragam ini. Kita memilih nama netral turunan (derivatif). Ini merupakan kata kunci dalam

kalkulus selain kata fungsi dan limit.

Turunan fungsi f adalah fungsi lain f’ (dibaca f aksen) yang nilainya pada sebarang bilangan c

adalah:

f’(c) =limh→ 0

f (c+h )−f (c )h

Asalkan limit ini ada. Jika limit ini memang ada, maka dikatakan bahwa f terdiferensialkan

(diturunkan) di c. Pencarian turunan disebut pendiferensialan; bagain kalkulus ysng

berhubungan dengan turunan disebut kalkulus diferensial.

Bentuk-Bentuk Yang Setara Untuk Turunan. Tidak ada yang keramat tentang pemakaian

huruf h dalam mendefinisikan f’(c). Misalkan perhatikan bahwa

f ' (c )=limh →0

f (c+h )−f (c )h

¿ limp→ 0

f (c+ p )−f (c )p

¿ lims → 0

f (c+s )−f (c )s

Keterdiferensial Menunjukan Kekontinuan. Jika sebuah kurva mempunyai sebuah garis

singgung di sebuah titik, maka kurva itu tidak dapat melompat atau sangat berayun dari titik

tersebut. Perumusan yang persis dari kenyataan ini merupakan sebuah teorema penting.

Teorema A

Jika f’(c) ada, maka f kontinu di c

Bukti. Kita perlu menunjukan bahwa limx →c

f ( x )=f (c ). Sekarang

f ( x )=f (c )+ f ( x )−f (c )x−c

. ( x−c ) , x≠ c

Karenanya limx →c

f ( x )=limx →c [ f (c )+ f ( x )−f (c )

x−c. ( x−c )]

Andry Thymoty_Kalkulus I 14

Page 15: Kalkulus I

= limx →c

f (c )+limx→ c

f (x )−f (c )

x−c. lim

x→ c(x−c )

= f(c) + f’(c) . 0

= f(c)

Argumentasi yang baru disajikan memperlihatkan bahwa di sebarang titik dimana fungsi

mempunyai sebuah sudut yang tajam, maka fungsi tersebut kontinu tetapi tidak

terdiferensialkan. Gambar di bawah menunjukan sejumlah kemungkinan.

Keterangan :

a tidak kontinu, oleh karena itu tak terdiferensialkan b dan c kontinu tetapi tak terdiferensialkan d kontinu dan terdiferensialkan

Aturan Pencarian Turunan

Proses pencarian turunan suatu fungsi langsung dari definisi turunan, yakni dengan menyusun hasilbagi selisih

f ( x+h )−f (x )h

dan menghitung limitnya, memakan waktu dan membosankan. Kita akan mengembangkan alat yang memungkinkan kita untuk memperpendek proses yang berkepanjangan ini yang nyatanya akan memungkinkan kita untuk mencari turunan dari fungsi-fungsi yang tampak rumit dengan segera.

Ingat kembali bahwa turunan suatu fungsi f adalah fungsi lain f’. Misalnya, jika f(x) = x2adalah rumus untuk f, maka f’(x) = 2x adalah rumus untuk f. Pengambilan turunan dari f (pendiferensial f) adalah pengoperasian pada f untuk menghasilkan f’. Sering kali kita memakai huruf D untuk menunjukkan operasi ini. Jadi kita menuliskan Df = f’, Df(x) = f’(x) atau D(x2) = 2x. Semua teorema di bawah dinyatakan dalam cara penulisan fungsional dan dalam cara penulisan operator D.

Konstanta dan Aturan Pangkat. Grafik fungsi konstanta f(x) = k merupakan sebuah garis mendatar, sehingga mempunyai kemiringan nol dimana-mana. Ini adalah suatu cara untuk memahami teorema pertama kita.

Teorema A

Andry Thymoty_Kalkulus I 15

Page 16: Kalkulus I

Aturan Fungsi Konstanta. Jika f(x) = k dengan k suatu konstanta maka untuk sebarang x, f’(x) = 0 yakni D(x) = 0

Teorema B

Aturan Fungsi Identitas. Jika f(x) = x, maka f’(x) = 1 yakni D(x) = 1

Bukti,

f ' ( x )=limh→0

f ( x+h )−f (x)h

=limh → 0

x+h−x

h=

limh →0

h

h=1

Sebelum menyatakan teorema berikutnya, kita ingatkan kembali sesuatu dari aljabar bagaimana memangkatkan suatu binominal.

(a + b)2 = a2 + 2ab + b2

(a + b)3 = a3 + 3a2b + 3ab2 + b3

(a + b)n = an + nan-1b +n(n−1)

2an−2 b2+…+nabn−1+bn

Teorema C

Aturan Pangkat. Jika f(x) = xn, dengan n bilangan bulat positif, maka f’(x) = nxn – 1, yakni

D(xn) = nxn - 1

Bukti,

f ' ( x )=limh→0

f ( x+h )−f (x )h

=limh → 0

( x+h )n−xn

h

= limh → 0

xn+nxn−1+n ( n−1 )

2xn−2 h2+…+nxhn−1+hn−xn

h

= limh → 0

h [nxn−1+n(n−1)

2xn−2h2+…+nxhn−1+hn−xn]

h

Di dalam kurung siku, semua suku kecuali yang pertama mempunyai h sebagai faktor sehingga masing-masing suku ini mempunyai limit nol bila h mendekati nol. Jadi,

f ' ( x )=nxn−1

Andry Thymoty_Kalkulus I 16

Page 17: Kalkulus I

Teorema D

Aturan Kelipatan Konstanta. Jika k suatu konstanta dan f suatu fungsi yang terdiferensialkan, maka kf’(x) = k. f’(x) yakni

D [k . f ( x ) ]=k . Df ( x)

Dengan kata-kata, ini mengatakan bahwa suatu konstanta k dapat disebrangkan melewati operator D.

Bukti, Andaikan f ( x )=k . f (x ). Maka

f ( x )=limh→ 0

f ( x+h )−f ( x )

h=

limh →0

k . f ( x+h )−k . f (x )

h

¿ limh→ 0

k .f ( x+h )−f ( x )

h=k .

limh →0

f ( x+h )−f ( x )

h

=k . f’(x)

Teorema E

Aturan Jumlah. Jika f dan g fungsi-fungsi yang terdefinisikan, maka (f + g)(x)=f(x) + g(x) yakni

D [ f ( x )+g(x) ]=Df ( x )+Dg(x)

Dengan kata-kata, ini mengatakan bahwa turunan dari suatu jumlah adalah jumlah dari turunan-turunan.

Bukti. Andaikan f(x) = f(x) + g(x). Maka

f ( x )=¿ limh → 0

[ f (x+h )+g (x+h)] – [ f ( x )+g (x) ]h

=limh→ 0 [ f ( x+h )−f ( x )

h+

g ( x+h )−g (x )h ]

= limh → 0

f (x+h )−f (x)

h+

limh→0

g ( x+h )−g(x )

h

= f’(x) + g’(x)

Teorema F

Andry Thymoty_Kalkulus I 17

Page 18: Kalkulus I

Aturan Selisih. Jika f dan g fungsi-fungsi yang terdefinisikan, maka (f - g)(x) = f’(x) – g’(x) yakni

D [ f ( x )−g(x )]=Df ( x )−Dg( x)

Bukti

D[f(x) – g(x)] = D[f(x) + (-1)g(x)]

= Df(x) + D[(-1)g(x)] (Teorema E)

=Df(x) + (-1)Dg(x) (Teorema D)

= Df(x) – Dg(x)

Teorema G

Aturan Hasilkali. Jika f dan g fungsi-fungsi yang terdefinisikan, maka

(f . g)’(x) =f(x)g’(x) + g(x)f’(x) yakni

D [ f ( x ) g ( x ) ]=f ( x ) Dg (x )+g ( x ) Df ( x )

Ini harus dihafalkan dalam kata-kata seperti berikut: turunan hasilkali dua fungsi adalah turunan kedua yang pertama kali ditambah dengan turunan pertama yang kedua dikalikan

Bukti. Andaikan f(x) = f(x)g(x). Maka

f ( x )=limh→ 0

f ( x+h )−f (x )

h

= limh → 0

f (x+h ) g ( x+h )−f ( x ) g(x )

h

=

limh → 0

f (x+h ) g ( x+h )−f ( x+h ) g ( x )+ f ( x ) g (x+h )−f ( x ) g (x)

h

=limh→ 0 [ f ( x+h ) g ( x+h )−g (x )

h+g(x+h)

f ( x+h )−f (x)h ]

=

limh→ 0

f ( x+h ) .limh→ 0

g ( x+h )−g(x )

h+g ( x ) .

limh → 0

f (x+h )−f (x)

h

Andry Thymoty_Kalkulus I 18

Page 19: Kalkulus I

= f(x)g’(x) + g(x)f’(x)

Teorema H

Aturan Hasilbagi. Andaikan Jika f dan g fungsi-fungsi yang dapat didiferensialkan dengan g(x)≠0. Maka

( fg ) ( x )=g ( x ) f ' ( x )−f ( x ) g '(x )

g2(x)

Yaitu,

Df (x)g( x)

=g ( x ) Df ( x )−f ( x ) Dg(x)

g2(x )

Kami tekankan agar ini dapat dihafal dengan kata-kata sebagai berikut: turunan hasilbagi adalah sama dengan penyebut kali turunan pembilang dikurangi pembilang kali turunan penyebut, seluruhnya dibagi dengan kuadrat penyebutnya.

Bukti. Andaikan f(x) = f(x)/g(x). Maka

f ' ( x )=limh → 0

f ( x+h )−f (x )

h

= limh → 0

f ( x+h )g (x+h )

−f ( x )g ( x )

h

= limh → 0

g ( x ) f ( x+h )−f (x ) g ( x+h ) .

h1

g ( x ) g ( x+h )

=

limh→ 0 [ g ( x ) f ( x+h )−g ( x ) f ( x )+ f ( x ) g ( x )−f (x ) g(x+h)

h.

1g ( x ) g (x+h) ]

=

limh→ 0 {[g ( x ) f ( x+h )−f (x)

h−f (x)

g ( x+h )−g(x )h ] 1

g ( x ) g (x+h)} = [g (x) f ’ (x) – f (x )g’ (x)] 1

g ( x ) g (x)

Andry Thymoty_Kalkulus I 19

Page 20: Kalkulus I

Aturan Rantai. Untuk menentukan turunan fungsi komposisi. Misalkan f = f (u) dan u =

u(x), bagaimanakah menghitung dfdx

Aturan rantai bersusun f = f (u) dan u = u(x) maka dfdx

=dfdu

dudx

=Du [ f ] Dx [u]

Turunan Tingkat Tinggi. Operasi pendiferensial mengambil sebuah fungsi dan menghasilkan sebuah fungsi baru f’. Jika f’ sekarang kita diferensialkan, kita masih menghasikan fungsi lain yang dinyatakan oleh f” (dibaca f dua aksen) dan disebut turunan kedua dari f. Pada gilirannya ia boleh diturunkan lagi, dengan demikian menghadilkan f’’’, yang disebut turunan ketiga dan seterusnya.

Pendiferensial Implisit

Dengan sedikit usaha, kebanyakan mahasiswa akan mampu melihat bahawa grafik dari

y3 + 7y = x 3

tampak seperti apa yang diperlihatkan. Pastilah titik (2,1) terletek pada grafik dan tampaknya terdapat sebuah garis singgung yang terumuskan dengan baik pada titik tersebut. Bagaimana kita mencari kemiringan garis singgung ini? Mudah, anda dapat menjawab: hitnung saja dy/dx pada titik itu. Tetapi itulah kesukarannya, kita tidak tahu bagaimana mencari dy/dx dalam situasi ini.

Elemen baru dalam masalah ini adalah bahwa kita menghadapi sebuah persamaan yang secara gamblang (emplisit) tidak terselesaikan untuk y. Apakah mungkin untuk mencari dy/dx dalam keadaan seperti ini. Ya, diferensialkan kedua ruas persamaan y3 + 7y = x3

terhadap x dan samakan hasil-hasilnya. Dalam melakukan ini kita anggap bahwa persamaan yang diberikab memang menentukan y sebagai suatu fungsi x. Jadi setelah memakai Aturan Rantai pada suku pertama kita peroleh

3 y2 .dydx

+7dydx

=3 x2

Andry Thymoty_Kalkulus I 20

Page 21: Kalkulus I

Yang belakangan dapat diselesaikan untuk dy/dx sebagai berikut.

dydx

(3 y2+7 )=3 x2

dydx

= 3x2

3 y2+7

Perhatikan bahwa ungkapan kita untuk dy/dx mencakup x dan y, suatu kenyataan yang sering manyusahkan. Tetapi jika kita hanya ingin mencari kemiringan pada sebuah titik dimana koordinatnya diketahui, tidak ada kesukaran. Di (2,1)

dydx

=3(2)2

3 (1)2+7=12

10=6

5

Kemiringannya adalah 65

Metode yang baru saja digambarkan untuk mencari dy/dx tanpa terlebih dahuu menyelesaikan persamaan yang diberikan y secara gamblang dalam bentuk x disebut pendiferensialan implisit. Tetapi apakah metode tersebut masuk akal, apakah ia memberikan jawaban yang benar?

Andry Thymoty_Kalkulus I 21

Page 22: Kalkulus I

BAB IV

PENGGUNAAN TURUNAN

Maksimum dan Minimum

Dalam kehidupan sering kali kita dihadapkan pada masalah penentuan cara terbaik untuk melakukan sesuatu. Kadang-kadang ini ternyata merupakan masalah pemaksimumkan atau peminimumkan suatu fungsi pada himpunan tertentu. Jika demikian metode kalkulus menyediakan alat ampuh untuk pemecahan masalah tersebut.

Teorema A

Teorema Kewujudan Maks-Min. Jika f kontinu pada selang tertutup [a, b], maka f mencapai nilai maksimum dan nilai minimum. (perhatikan kata-kata kunci: f harus kontinu dan himpunan s harus berupa selang tertutup)

Teorema B

Teorema Titik Kritis. Andaikan f didefinisikan pada selang I yang memuat titik c. Jika f(c) adalah titik ekstrim, maka c haruslah titik kritis yakni c berupa salah satu:

titik ujung dari I titik stasioner dari f(f’(c) = 0) titik singular dari f(f’(c) tidak ada)

Bukti. Pandang kasus pertama dimana f(c) adalah nilai maksimum f pada I dan andaikan bahwa c bukan titik ujung ataupun titik singular. Akan cukup untuk memperlihatkan bahwa c adalah titik stasioner.

Sekarang, karena f(c) adalah nilai maksimum, f(x) ≤ f(c) untuk semua x dalam I; yaitu

f ( x )−f (c )≤ 0

Jadi jika x < c, sehingga x – c < 0, maka

f ( x )−f (c )x−c

≥ 0 .......... (1)

Sedangkan jika x > c maka

Andry Thymoty_Kalkulus I 22

Page 23: Kalkulus I

f ( x )−f (c )x−c

≤ 0 .......... (2)

Tetapi f’(c) ada, karena c bukan titik singular. Akibatnya bilamana kita biarkan x → c-

dalam (1) dan x → c+, kita peroleh masing-masing, f’(c) ≥ 0 dan f’(c) ≤ 0. Kita simpulkan bahwa f’(c) = 0, seperti yang diinginkan.

Kemotongan dan Kecekungan

Definisi

Andaikan f terdefinisi pada selang I (terbuka, tertutup, atau tak sekalipun). Kita katakan bahwa:

f adalah naik pada I jika untuk setiap pasangan bilangan x1 dan x2 dalam I.

x1< x2=¿ f ( x1 )<f ( x2 )

f adalah turun pada I jika untuk setiap pasangan bilangan x1 dan x2 dalam I.

x1< x2=¿ f ( x1 )>f ( x2 )

F monoton murni pada I jika ia naik pada I atau turun pada I.

Teorema A

Teorema Kemotonan. Andaikan f kontinu pada selang I dan dapat didiferensialkan pada setiap titik dalam dari I.

Jika f’(x) > 0 untuk semua titik dalam x dari I, maka f naik pada I. Jika f’(x) < 0 untuk semua titik dalam x dari I, maka f turun pada I.

Teorema B

Teorema Kecekungan. Andaikan f terdiferensialkan dua kali pada selang terbuka (a, b).

Jika f’’(x) > 0 untuk semua x dalam (a, b), maka f cekung ke atas pada (a, b). Jika f’’(x) < 0 untuk semua x dalam (a, b), maka f cekung ke bawah pada (a, b).

Andry Thymoty_Kalkulus I 23

Page 24: Kalkulus I

Maksimum dan Minimum Lokal

Definisi

Andaikan s daerah asal f memuat titik c. Kita katakan bahwa:

f(c) nilai maksimum lokal f jika terdapat selang (a, b) yang memuat c sedemikian sehingga f(c) adalah nilai maksimum f pada (a, b) ∩ S

f(c) nilai minimum lokal f jika terdapat selang (a, b) yang memuat c sedemikian sehingga f(c) adalah nilai minimum f pada (a, b) ∩ S

f(c) nilai ekstrim lokal f jika ia berupa nilai maksimum lokal atau minimum lokal.

Teorema A

Uji Turunan Pertama untuk Ekstrim Lokal. Andaikan f kontinu pada selang terbuka (a, b) yang memuat titik kritis c.

Jika f’(x) > 0 untuk setiap x dalam (a, c) dan f’(x) < 0 untuk setiap x dalam (c, b) maka f(c) adalah nilai maksimum lokal f.

Jika f’(x) < 0 untuk setiap x dalam (a, c) dan f’(x) > 0 untuk setiap x dalam (c, b) maka f(c) adalah nilai minimum lokal f.

Jika f’(x) bertanda sama pada kedua pihak c, maka f(c) bukan nilai ekstrim lokal f

Teorema B

Uji Turunan Kedua untuk Ekstrim Lokal. Andaikan f’ dan f’’ ada pada setiap titik dalam selang terbuka (a, b) yang memuat c dan andaikan f’(c) = 0

Jika f’’(c) < 0, f(c) adalah nilai maksimum lokal f Jika f’’(c) > 0, f(c) adalah nilai minimum lokal f

Andry Thymoty_Kalkulus I 24

Page 25: Kalkulus I

DAFTAR PUSTAKA

Edwin J. Purcel; Dale Verbeg; Steven E Rigdon/Kalkulus jilid 1

Djohan Warsoma dan Wono Setya Budhi.2007.Diktat Kalkulus I, Departemen Matematika, Fakultas MIPA Institut Teknologi Bandung

Ginting Kristina Br, 2013. Materi Kuliah Matematika, Jurusan Farmasi Poltekes Kemenkes Kupang

Aleksius Madu.2013.Bahan Ajar Kalkulus I, Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan MIPA Universitas Nusa Cendana Kupang

Andry Thymoty_Kalkulus I 25