KAK Penyusunan SOP Perizinan Dan Nonperizinan

15
KERANGKA ACUAN KERJA PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERIZINAN DAN NONPERIZINAN MELALUI PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PPTSP) PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014

Transcript of KAK Penyusunan SOP Perizinan Dan Nonperizinan

Page 1: KAK Penyusunan SOP Perizinan Dan Nonperizinan

KERANGKA ACUAN KERJA

PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERIZINAN DAN NONPERIZINAN MELALUI PENYELENGGARAAN

PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PPTSP) PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN

KABUPATEN BANDUNG

TAHUN ANGGARAN 2014

Page 2: KAK Penyusunan SOP Perizinan Dan Nonperizinan

KERANGKA ACUAN KERJA

PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PERIZINAN DAN NONPERIZINAN MELALUI PENYELENGGARAAN

PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PPTSP) PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN

KABUPATEN BANDUNG

I. LATAR BELAKANG

Fungsi pemerintah sebagai pelayan masyarakat merupakan fungsi yang sangat

penting dan selalu menjadi tolok ukur bagi masyarakat terhadap kinerja

pemerintah. Kontrol masyarakat terhadap kinerja pemerintah bertujuan agar

pemerintah tanggap terhadap keluhan masyarakat sehingga secara terus-

menerus dan sistematis selalu memperbaiki dan meningkatkan pelayanan untuk

menciptakan kondisi pelayanan yang memberikan kepuasan kepada

masyarakat. Birokrasi harus mampu dan mau melakukan transformasi diri dari

birokrasi yang kinerjanya kaku (rigid) menjadi organisasi birokrasi yang

strukturnya lebih desentralistis, inovatif, fleksibel dan responsif.

Pelayanan publik di daerah masih menjadi isu kebijakan yang semakin strategi

karena perbaikan pelayanan publik di daerah cenderung “berjalan di tempat”

sedangkan implikasinya sangat luas dalam kehidupan ekonomi, politik, sosial

dan budaya. Masih banyaknya masalah yang terkait dengan pelayanan publik di

daerah pasca pelaksanaan otonomi daerah. Penyederhanaan proses pelayanan

publik merupakan suatu keharusan dalam rangka menjawab tuntutan masyarakat

dalam upaya peningkatan pelayanan publik yang semakin maju dan

berkembang. Proses penyederhanaan pada awalnya dimulai dari pihak

pemerintah untuk melakukan pembaharuan. Pembaharuan yang dimaksud yaitu

dengan menciptakan “enterpreneur minded” dalam organisasi dan menciptakan

organisasi pemerintah yang memiliki sistem pembaharuan diri.

Melihat kenyataan di masyarakat yang menuntut adanya perbaikan dalam

pelayanan publik, maka pemerintah melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri

(Permendagri) Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu mewajibkan setiap pemerintah daerah untuk

Hal – 1

Page 3: KAK Penyusunan SOP Perizinan Dan Nonperizinan

membentuk unit pelayanan perizinan terpadu satu pintu. Pembentukan Unit

Pelayanan Terpadu Perizinan di daerah diharapakan dapat menjawab kebutuhan

masyarakat yang menginginkan pelayanan publik yang terbuka, efisien,

ketepatan waktu dan merata dalam pelayanan.

Paradigma good governance membawa pergeseran dalam pola hubungan

antara pemerintah dengan masyarakat sebagai konsekuensi dari penerapan

prinsip-prinsip corporate governance. Penerapan prinsip corporate governance

juga berimplikasi pada perubahan manajemen pemerintahan menjadi lebih

terstandarisasi, artinya ada sejumlah kriteria standar yang harus dipatuhi instansi

pemerintah dalam melaksanakan aktivitas-aktivitasnya. Standar kinerja ini

sekaligus dapat untuk menilai kinerja instansi pemerintah secara internal maupun

eksternal. Standar internal yang bersifat prosedural inilah yang disebut dengan

Standar Operasional Prosedur (SOP) atau sering juga diistilahkan dengan

sebutan Standar Pelayanan Minimal (SPM) atau Standar Operasional Pelayanan

(SOP).

SOP dianggap sebagai tindakan yang logis bagi pemerintah daerah karena

beberapa alasan. Pertama, didasarkan kemampuan daerahnya masing-masing,

dibentuklah kantor-kantor pelayanan publik untuk mengoptimalkan pelaksanaan

kewenangan dan fungsi pelayanan. Keterbatasan dana, sumberdaya aparatur,

kelengkapan, dan faktor lainnya membuat pemerintah daerah harus mampu

menentukan jenis-jenis pelayanan yang minimal harus disediakan bagi

masyarakat. Kedua, dengan adanya SOP memungkinkan untuk melakukan

kegiatannya secara “lebih terukur” sebagai bagian dari prestasi dan prestise

pemerintah daerah. Ketiga, dengan SOP yang disertai tolok ukur pencapaian

kinerja yang logis dan riil akan memudahkan bagi masyarakat untuk memantau

kinerja aparat pelayanan, sebagai salah satu unsur terciptanya penyelenggaraan

pemerintahan yang baik.

Perumusan SOP menjadi relevan karena sebagai tolok ukur dalam menilai

efektivitas dan efisiensi kinerja instansi pemerintah dalam melaksanakan

program kerjanya. Secara konseptual prosedur diartikan sebagai langkah-

langkah sejumlah instruksi logis untuk menuju pada suatu proses yang

Hal – 2

Page 4: KAK Penyusunan SOP Perizinan Dan Nonperizinan

dikehendaki. Proses yang dikehendaki tersebut berupa pengguna-pengguna

sistem proses kerja dalam bentuk aktivitas, aliran data, dan aliran kerja. Prosedur

operasional standar adalah proses standar langkah-langkah sejumlah instruksi

logis yang harus dilakukan berupa aktivitas, aliran data, dan aliran kerja.

Berdasarkan pada prinsip SOP di atas, penyusunan SOP didasarkan pada tipe

satuan kerja, aliran aktivitas, dan aliran dokumen. Kinerja SOP diproyeksikan

dalam bentuk durasi waktu, baik dalam satuan jam, hari, atau minggu, dan

bentuk hirarkhi struktur organisasi yang berlaku. Proses penyusunan SOP

dilakukan dengan memperhatikan kedudukan, tupoksi, dan uraian tugas dari unit

kerja yang bersangkutan.

Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) Kabupaten Bandung adalah

salah satu instansi pelayanan publik yang dibentuk dalam rangka memberikan

kemudahan pelayanan kepada masyarakat melalui sistem pelayanan satu pintu.

Berdasarkan Peraturan Bupati No. 42 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan

Pelayanan Perizinan Terpadu pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan

Kabupaten Bandung, jenis-jenis pelayanan yang diberikan adalah pelayanan

yang menyangkut perizinan dan nonperizinan, seperti Izin Mendirikan Bangunan

(IMB), Izin Lokasi, Surat Izin Usaha, dan sebagainya. Dalam rangka memberi

kepastian pelayanan dan kemudahan bagi masyarakat tersebut, maka BPMP

perlu menetapkan SOP untuk setiap jenis pelayanan perizinan dan nonperizinan

yang diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dengan demikian, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten Bandung

memandang perlu dilaksanakannya kegiatan “Penyusunan Standar Operasional

Prosedur (SOP) Perizinan dan Nonperizinan Melalui Penyelenggaraan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) Pada Badan Penanaman Modal dan

Perizinan Kabupaten Bandung”. Penyusunan SOP ini diharapkan dapat

memberikan arahan dan panduan yang komprehensif terhadap prosedur

pelayanan perizinan dan nonperizinan pada setiap sektor usaha yang menjadi

kewenangan Pemerintah Kabupaten Bandung, sehingga pelayanan penanaman

modal dapat berjalan secara optimal dalam rangka mempercepat pertumbuhan

ekonomi daerah dan menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif.

Hal – 3

Page 5: KAK Penyusunan SOP Perizinan Dan Nonperizinan

II. DASAR PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

3. Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah.

4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007;

5. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan

Keuangan Daerah.

6. Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan

Penanaman Modal Daerah di Kabupaten Bandung.

7. Peraturan Bupati Nomor 39 Tahun 2005 tentang Petunjuk Pelaksanaan

dan teknis Pengelolaan Keuangan dan Barang/Jasa Daerah di Lingkungan

Pemerintah Kabupaten Bandung.

8. DPA Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten Bandung Tahun

2014.

III. MAKSUD

Maksud dari Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Perizinan dan

Nonperizinan Melalui Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP)

Pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten Bandung adalah

menyiapkan dan merumuskan SOP pelayanan perizinan dan nonperizinan yang

terintegrasi berdasarkan sektor usaha melalui PPTSP.

IV. TUJUAN

Adapun tujuan dari Kegiatan Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP)

Perizinan dan Nonperizinan Melalui Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu (PPTSP) Pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten

Bandung adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas pelayanan publik khususnya dalam pelayanan

perizinan dan nonperizinan kepada penanam modal.

Hal – 4

Page 6: KAK Penyusunan SOP Perizinan Dan Nonperizinan

b. Memberikan kepastian dan keseragaman proses pelaksanaan suatu

tugas dalam memberikan pelayanan perizinan dan nonperizinan kepada

penanam modal;

c. Menunjang kelancaran proses pelaksanaan tugas dan kemudahan

dalam pengendalian;

d. Mempertegas tanggung jawab pelaksanaan tugas bagi aparatur;

e. Memberikan kejelasan dan transparansi dalam mekanisme pelayanan

penanaman modal di daerah

f. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan tugas dan

fungsi Bidang Perizinan BPMP Kabupaten Bandung selaku penyelenggara

pelayanan terpadu satu pintu.

V. SASARAN

Sasaran yang ingin dicapai dalam Kegiatan Penyusunan Standar Operasional

Prosedur (SOP) Perizinan dan Nonperizinan Melalui Penyelenggaraan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) Pada Badan Penanaman Modal dan

Perizinan Kabupaten Bandung adalah sebagai berikut:

1. Terwujudnya kualitas pelayanan publik khususnya dalam pelayanan

perizinan dan nonperizinan.

2. Terwujudnya kepastian, kejelasan, dan transparansi dalam mekanisme

pelayanan penanaman modal di daerah

3. Terwujudnya efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan tugas dan fungsi

Bidang Perizinan BPMP Kabupaten Bandung selaku penyelenggara

pelayanan terpadu satu pintu.

4. Tersusunnya SOP Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan melalui

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP)

VI. KELUARAN

Pada akhir pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Standar Operasional Prosedur

(SOP) Perizinan dan Nonperizinan Melalui Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (PPTSP) Pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten

Bandung diharapkan diperoleh produk-produk keluaran sebagai berikut:

Hal – 5

Page 7: KAK Penyusunan SOP Perizinan Dan Nonperizinan

a. Tersusunnya rumusan Standar Operasional Prosedur (SOP) Perizinan dan

Nonperizinan Melalui Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(PPTSP).

b. Hasil kajian berupa laporan hasil penyusunan Standar Operasional Prosedur

(SOP) Perizinan dan Nonperizinan Melalui Penyelenggaraan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu (PPTSP) Pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan

Kabupaten Bandung.

VII. RUANG LlNGKUP KEGIATAN

Dalam kegiatan Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Perizinan dan

Nonperizinan Melalui Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP)

Pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten Bandung,

pelaksanaannya dibatasi pada lingkup kegiatan sebagai berikut:

1. Melakukan penyiapan langkah-langkah awal menyusun SOP;

2. Mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun SOP;

3. Mengidentifikasi informasi yang akan dicari, dapat dipisahkan mana informasi

yang dicari dari sumber primer dan mana yang dicari dari sumber sekunder;

4. Melakukan identifikasi jenis kegiatan yang akan disusun SOP nya;

5. Merumuskan judul SOP sesuai dengan hasil/produk akhir dari kegiatan;

6. Merumuskan uraian jenis kegiatan;

7. Menentukan pelaksana (aktor) terhadap setiap jenis kegiatan;

8. Menentukan penggunaan simbol-simbol sesuai dengan tahapan proses dan

uraian jenis kegiatan;

9. Menentukan dan menyusun urutan pelaksana sebagai penanggung jawab

setiap tahapan proses;

10. Meletakkan simbol-simbol sesuai dengan maksud simbol;

11. Menentukan jenis kelengkapan, waktu, dan hasil (output) tetap/mutu baku

secara pasti dan jelas;

12. Melakukan pengembangan SOP, bilamana SOP yang telah ditetapkan akan

ditindaklanjuti dengan SOP lanjutannya;

13. Melakukan review SOP yang telah disusun;

14. Melakukan sosialisasi kepada pelaksana maupun pemangku kepentingan

SOP;

Hal – 6

Page 8: KAK Penyusunan SOP Perizinan Dan Nonperizinan

VIII. METODA PELAKSANAAN KEGIATAN

Kegiatan Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Perizinan dan

Nonperizinan Melalui Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP)

Pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten Bandung ini dilakukan

dengan metode kerja sebagai berikut:

1. Inventarisasi data-data melalui hasil kajian, website, studi literatur, arsip-

arsip penanaman modal, dan lain sebagainya dalam rangka pengumpulan

data primer dan sekunder

2. Perumusan dan Analisis Struktur, Tata Kerja, Sistem dan Prosedur

Perizinan dan Non Perizinan.

3. Penyusunan SOP Final.

IX. KETENTUAN PELAKSANAAN

A. Tenaga Ahli

Tenaga ahli yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan

Standar Operasional Prosedur (SOP) Perizinan dan Nonperizinan Melalui

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) Pada Badan

Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten Bandung adalah sebagai

berikut :

1. Tenaga Ahli Kebijakan Publik (Ketua Tim)

Kualifikasi Tenaga Ahli yang diperlukan adalah memiliki latar belakang

pendidikan jurusan Kebijakan Publik/Administrasi Negara dengan

pengalaman kerja sebagai ketua tim pada pekerjaan yang relevan

selama 4 tahun untuk lulusan strata 1 (S-1) atau pengalaman selama 2

tahun untuk strata 2 (S-2).

2. Tenaga Ahli Manajeman

Kualifikasi Tenaga Ahli yang diperlukan adalah memiliki latar belakang

pendidikan jurusan Manajemen dengan pengalaman kerja pada

pekerjaan yang relevan selama 4 tahun untuk lulusan strata 1 (S-1) atau

pengalaman selama 2 tahun untuk strata 2 (S-2).

3. Tenaga Ahli Administrasi Negara/Pemerintahan

Kualifikasi Tenaga Ahli yang diperlukan adalah memiliki latar belakang

pendidikan jurusan Administrasi Negara/Pemerintahan dengan

pengalaman kerja pada pekerjaan yang relevan selama 4 tahun untuk

Hal – 7

Page 9: KAK Penyusunan SOP Perizinan Dan Nonperizinan

lulusan strata 1 (S-1) atau pengalaman selama 2 tahun untuk strata 2 (S-

2).

4. Tenaga Ahli Hukum Pemerintahan

Kualifikasi Tenaga Ahli yang diperlukan adalah memiliki latar belakang

pendidikan jurusan Hukum dengan pengalaman kerja pada pekerjaan

yang relevan selama 4 tahun untuk lulusan strata 1 (S-1) atau

pengalaman selama 2 tahun untuk strata 2 (S-2).

B. Pelaksana Pekerjaan

Pelaksana pekerjaan kegiatan Penyusunan Standar Operasional Prosedur

(SOP) Perizinan dan Nonperizinan Melalui Penyelenggaraan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu (PPTSP) Pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan

Kabupaten Bandung ini adalah yang memenuhi kriteria sesuai dengan

ketentuan Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 54 Tahun 2010

tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Presidengan No. 70 Tahun 2012 tentang Perubahan

Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah, yaitu melalui metode seleksi sederhana oleh

Konsultan.

C. Waktu Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan kegiatan Penyusunan Standar Operasional Prosedur

(SOP) Perizinan dan Nonperizinan Melalui Penyelenggaraan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu (PPTSP) Pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan

Kabupaten Bandung dikerjakan dalam waktu 90 (sembilan puluh) hari

kalender, terhitung setelah ditetapkannya perintah pekerjaan.

X. BIAYA YANG DlBUTUHKAN

Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan ini dialokasikan dana sebesar

Rp.85.000.000,- (Delapan Puluh Lima Juta Rupiah) yang berasal dari APBD

Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2014.

XI. PELAPORAN

Pelaksanaan kegiatan ini akan dilaporkan melalui tahapan sebagai berikut:

Hal – 8

Page 10: KAK Penyusunan SOP Perizinan Dan Nonperizinan

a. Laporan Pendahuluan

Laporan ini sekurang-kurangnya memuat uraian tentang pemaharnan tim

konsultan terhadap metodologi/sistematika Penyusunan Standar

Operasional Prosedur (SOP) Perizinan dan Nonperizinan Melalui

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) Pada Badan

Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten Bandung, rencana kegiatan,

jadwal pelaksanaan, ruang lingkup rencana pelaksanaan, jadwal dan tugas

tenaga ahli. Laporan diserahkan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.

b. Laporan Antara

Laporan ini sekurang-kurangnya memuat kemajuan pelaksanaan pekerjaan

yang telah dilaksanakan oleh Tim Konsultan, kesulitan-kesulitan yang

dihadapi, temuan-temuan yang diperoleh dari hasil studi literatur dan hasil

identifikasi serta hasil analisis awal terhadap penyusunan SOP Perizinan

dan Nonperizinan melalui PPTSP pada Badan Penanaman Modal dan

Perizinan Kabupaten Bandung. Laporan diserahkan sebanyak 10 (sepuluh)

eksemplar.

c. Laporan Akhir

Laporan ini merupakan penyempurnaan dari laporan antara setelah

mendapatkan masukan dari persetujuan dari Tim Teknis. Laporan ini

diserahkan sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar pada akhir pelaksanaan

pekerjaan dan dilengkapi dengan laporan dalam bentuk digital (CD).

XII. PENUTUP

Demikian Kerangka Acuan Kerja ini dibuat sebagai dasar/pedoman dan rencana

pelaksanaan dalam kegiatan Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP)

Perizinan dan Nonperizinan Melalui Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu (PPTSP) Pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Kabupaten

Bandung dengan harapan dapat terealisasi dengan optimal.

Hal – 9