KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan...

136
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tanggal 24 September 1960 telah disahkan oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno dan diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 1960 yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria. Dasar kebijakan pemerintah dalam bidang Pertanahan yakni Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Adapun tujuan pokok lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria adalah: 1. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan Hukum Agraria Nasional yang akan merupakan alat untuk membawa kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi negara dan rakyat, terutama rakyat tani, dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur; 1

Transcript of KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan...

Page 1: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada tanggal 24 September 1960 telah disahkan oleh Presiden Republik

Indonesia Soekarno dan diundangkan dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 104 Tahun 1960 yaitu Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria.

Dasar kebijakan pemerintah dalam bidang Pertanahan yakni Pasal 33 ayat

(3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Bumi, air dan kekayaan alam

yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Adapun tujuan pokok lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria adalah:

1. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan Hukum Agraria Nasional yang akan

merupakan alat untuk membawa kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi

negara dan rakyat, terutama rakyat tani, dalam rangka masyarakat yang adil

dan makmur;

2. Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan

dalam hukum pertanahan;

3. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-

hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya.

Dengan lahirnya Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) maka terjadi

perubahan fundamental pada Hukum Agraria di Indonesia terutama hukum di

bidang pertanahan yakni dengan terwujudnya suatu keseragaman Hukum Tanah

Nasional.

1

Page 2: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

2

Yang menjadi objek dari hukum tanah itu sendiri adalah hak-hak

penguasaan atas tanah. Dalam arti umum penguasaan atas tanah adalah dapat

berbuat sesuatu terhadap tanah yang dihakinya, sedangkan dalam arti khusus

penguasaan atas tanah adalah yang terkandung dalam pengertian hak menguasai

dari negara seperti yang disebutkan dalam Pasal 2 ayat (2), yaitu: kewenangan

Hak Menguasai dari Negara berupa:

1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,persediaan dan

pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa;

2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang

dengan bumi, air dan ruang angkasa;

3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang

dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

Hak-hak penguasaan atas tanah menurut Hukum Tanah Nasioanal dibagi

menjadi dua antara lain: Hak-hak atas tanah sebagai lembaga hukum dan Hak-hak

atas tanah sebagai hubungan hukum konkret.

Kebijakan mengenai hak penguasaan atas tanah sebagai hubungan hukum

konkret diatur dalam Ketentuan-ketentuan Konversi Undang-Undang Pokok

Agraria. Adapun ketentuan secara garis besarnya adalah sebagai berikut:

1. Hak Eigendom menjadi Hak Milik apabila pemiliknya pada tanggal 24

September 1960 berkewarganegaraan tunggal. Apabila syarat tersebut tidak

dipenuhi maka konversinya menjadi Hak Guna Bangunan dengan jangka

waktu 20 tahun [Pasal I ayat (1) dan (3)];

Hak Eigendom kepunyaan pemerintah asing yang dipergunakan untuk

rumah kediaman kepala perwakilan dan gedung kedutaan dikonversi menjadi

Hak Pakai yang berlangsung selama tanahnya dipergunakan untuk keperluan

tersebut (ayat 2);

Page 3: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

3

Hak Eigendom kepunyaan pemerintah asing yang dipergunakan untuk

keperluan lain misalnya untuk tempat peristirahatan maka konversinya

menjadi Hak Guna Bangunan.

2. Hak Milik Adat, Hak Agrarisch Eigendom, Hak Grant Sultan dan yang

sejenis menjadi Hak Milik apabila pemiliknya pada tanggal 24 September

1960 berkewarganegaraan Indonesia Tunggal. Apabila syarat tersebut tidak

dipenuhi maka konversinya menjadi Hak Guna Usaha jika tanahnya

merupakan tanah pertanian dan menjadi Hak Guna Bangunan jika tanahnya

bukan tanah pertanian. Keduanya dengan jangka waktu 20 tahun (Pasal II);

3. Hak Erfpacht untuk perkebunan besar dikonversi menjadi Hak Guna Usaha

yang berlangsung selama sisa waktunya tetapi selama-lamanya 20 tahun

[Pasal III ayat (1)];

4. Hak Erfpacht dan Hak Opstal untuk perumahan dikonversi menjadi Hak Guna

Bangunan yang berlangsung selama sisa waktunya tetapi selama-lamanya 20

tahun (Pasal V);

5. Hak-hak atas tanah yang memberi wewenang mirip dengan Hak Pakai seperti

dalam Pasal 41 ayat (1) UUPA dikonversi menjadi Hak Pakai yang memberi

wewenang dan kewajiban pada pemegang haknya pada tanggal 24 September

1960 selama tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan UUPA

(Pasal VI);

6. Hak Gogolan yang bersifat tetap dikonversi menjadi Hak Milik sedangkan

yang tidak tetap menjadi Hak Pakai (Pasal VII).

Konversi tersebut terjadi sejak berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria

(UUPA) pada tanggal 24 September 1960 dengan bersamaan maka sejak tanggal

tersebut tidak ada lagi hak-hak atas tanah yang lama.

Page 4: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

4

Tanah Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai asal

konversi hak barat yang menurut ketentuan Undang-undang No.5 Tahun 1960

yang berakhir masa berlakunya selambat-lambatnya pada tanggal 24 September

1980 pada saat berakhirnya hak yang bersangkutan menjadi tanah yang dikuasai

langsung oleh negara dan dapat diselesaikan menurut ketentuan-ketentuan dalam

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1979 tentang Pokok-pokok Kebijaksanaan

Dalam Rangka Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal Konversi Hak-hak Barat

dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1979 tentang Ketentuan-

ketentuan Mengenai Permohonan Dan Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal

Konversi Hak-hak Barat.

Tanah beserta rumahnya yang merupakan salah satu kebutuhan mendasar

bagi manusia memerlukan jaminan hukum. Sehingga perlu dilakukan pendaftaran

tanah oleh yang bersangkutan. Dalam kenyataannya hak atas tanah masih

berstatus tanah Hak Guna Bangunan asal konversi Hak Barat. Dengan hak

tersebut oleh masyarakat dirasa kurang memadai karena jangka waktunya terbatas

dan perlu ada biaya lagi untuk memperpanjang haknya dan kedudukan hukum

Hak Guna Bangunan kurang kuat apabila dibandingkan dengan Hak Milik.

Apalagi bagi tanah-tanah bekas Hak Guna Bangunan asal konversi Hak

Barat yang telah diduduki oleh masyarakat dan menjadi

perumahan/perkampungan, masyarakat menganggap penguasaan secara fisik

kekuatan hukumnya kurang kuat apabila tidak disertai dengan penguasaan secara

yuridis. Oleh karena itu masyarakat yang secara fisik telah menguasai tanah-tanah

bekas Hak Guna Bangunan asal konversi Hak Barat yang telah menjadi

perumahan/perkampungan dapat mengajukan permohonan hak untuk pemberian

hak. Hal ini dimungkinkan oleh peraturan perundang-undangan yaitu Keputusan

Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pokok-pokok

Kebijaksanaan Dalam Rangka Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal Konversi

Hak Barat dalam Pasal 5.

Page 5: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

5

Tanah bekas Hak Guna Bangunan asal konversi hak barat dapat diberikan

suatu hak kepada pihak lain selama pihak lain tersebut secara nyata menguasai

dan menggunakan secara sah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan mengenai

bangunan dan tanaman yang ada di atas tanah dapat diselesaikan sendiri antara

bekas pemegang hak dengan pemohon baru. Hal ini dapat dilihat dalam Peraturan

Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1979 tentang Ketentuan-ketentuan Mengenai

Permohonan Dan Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal Konversi Hak-hak Barat

dalam Pasal 13 ayat (1).

Dari apa yang penulis uraikan diatas, penulis bermaksud untuk mengkaji

dan meneliti lebih dalam berkaitan dengan penguasaan atas tanah asal konversi

hak barat khususnya Hak Opstal (RVO 222), dengan judul “KAJIAN YURIDIS

PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS HAK OPSTAL (RVO 222) DI

KELURAHAN BUMI KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dan untuk

mempermudah penulis dalam melaksanakan penelitian agar maksud, tujuan dan

sasaran dari penelitian ini terarah, maka penulis merumuskan permasalahan yang

akan dikaji dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana status penguasaan atas tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) di

Kelurahan Bumi Kota Surakarta berdasarkan Hukum Tanah Nasional?

2. Apakah warga Kelurahan Bumi Laweyan Kota Surakarta dapat dijadikan

subjek hak atas tanah bekas Hak Opstal (RVO 222)?

C. Tujuan Penelitian

Dalam suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas, hal ini

diharapkan agar dalam pelaksanaan kegiatan memiliki pegangan yang kuat dan

memperoleh hasil yang terarah demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan.

Page 6: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

6

Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah diatas, penelitian ini

mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Tujuan Objektif

a. Untuk mengetahui bagaimana status penguasaan atas tanah bekas Hak

Opstal (RVO 222) di Kelurahan Bumi Laweyan.

b. Untuk mengetahui apa warga Kelurahan Bumi Laweyan dapat menjadi

subjek hak atas tanah bekas Hak Opstal (RVO 222).

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperluas wawasan penulis dalam bidang hukum, khususnya

hukum agraria terutama yang berkaitan dengan masalah penguasaan atas

tanah bekas tanah-tanah hak barat khususnya Hak Opstal (RVO 222).

b. Mengembangkan daya berpikir dan daya penalaran penulis agar dapat

berkembang sesuai dengan bidang penulis.

c. Untuk memperoleh data-data yang akan penulis pergunakan dalam

menyusun skripsi ini sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar

kesarjanaan di bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Sebelas Maret.

D. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian pasti memiliki manfaat tertentu bagi penulis. Manfaat

penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan manfaat

praktis. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat menjadi sarana bagi penulis untuk turut

menyumbangkan gagasan pemikiran dalam mengembangkan pengetahuan

Page 7: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

7

di bidang ilmu hukum khususnya hukum agraria yang berkaitan dengan

penguasaan atas tanah bekas tanah hak-hak barat khususnya Hak Opstal

(RVO 222).

b. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam

perkuliahan hukum agraria khususnya yang berkaitan dengan penguasaan

atas tanah bekas tanah hak-hak barat khususnya Hak Opstal (RVO 222).

2. Manfaat Praktis

a. Dalam penelitian ini dapat meningkatkan dan mengembangkan pemikiran,

membentuk pola pikir dinamis serta penulis dapat menerapkan ilmu yang

diperoleh.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan pemikiran, literatur

maupun pengetahuan bagi para pihak yang ingin mengkaji dalam

permasalahan yang sama.

E. Metode Penelitian

Hukum lazimnya diartikan sebagai kaedah atau norma. Kaedah atau

norma merupakan patokan atau pedoman mengenai perilaku manusia yang

dianggap pantas.

Penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum,

prinsip-prinsip hukum maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum

yang dihadapi (Peter Mahmud, 2007:35).

Adapun dalam penulisan penelitian hukum ini penulis menggunakan

metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian doktrinal atau lebih dikenal

dengan penelitian normatif. Penelitian normatif adalah suatu penelitian yang

Page 8: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

8

mempelajari ilmu hukum mengenai tujuan hukum, nilai-nilai keadilan,

validasi aturan hukum, konsep-konsep hukum dan norma-norma hukum.

Dengan kata lain penelitian guna memecahkan suatu masalah dengan

menggunakan data sekunder seperti penggunaan studi dokumen atau bahan

pustaka.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian suatu penelitian hukum normatif adalah bersifat

preskriptif, yaitu suatu penelitian yang yang dimaksudkan untuk mendapatkan

saran-saran mengenai apa status penguasaan atas tanah bekas Hak Opstal

(RVO 222) di Kelurahan Bumi, Laweyan (Soerjono Soekanto, 2006: 10).

3. Pendekatan Penelitian

Nilai ilmiah suatu pembahasan dan pemecahan masalah terhadap legal

issue yang diteliti sangat tergantung kepada cara pendekatan (approach) yang

digunakan.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan perundang-

undangan (Statute Aprroach). Pendekatan perundang-undangan merupakan

salah satu cara yang digunakan dalam penelitian normatif dengan menelaah

semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum

yang sedang ditangani. Dari pendekatan perundang-undangan tersebut dapat

menemukan adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu undang-undang

dengan undang-undang lainnya atau antara undang-undang dengan Undang-

Undang Dasar atau antara regulasi dengan undang-undang. Dalam hal ini

ialah antara Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) dan undang-undang

lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Jenis Data

Page 9: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

9

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,

yaitu data yang tidak diperoleh langsung dari sumbernya, tetapi penulis

memperoleh dari bahan pustaka, antara lain buku-buku, literatur, peraturan

perundang-undangan, hasil penelitian terdahulu, artikel, dan sumber lain yang

berkaitan dengan penelitian ini.

5. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian normatif ini adalah

sumber data sekunder, yaitu sumber data yang bersumber dari bahan-bahan

kepustakaan seperti peraturan perundangan, hasil-hasil penelitian dari

kalangan hukum yang berhubungan dengan obyek yang diteliti. Sumber data

sekunder yang digunakan penulis dalam penelitian hukum ini yaitu:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer dalam penelitian hukum ini antara lain:

Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA), Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) atau (Burgerlijk Wetboek),

Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi

Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda Di Indonesia, Peraturan Menteri

Agraria Nomor 2 Tahun 1960 tentang Pelaksanaan Beberapa Ketentuan

Undang-Undang Pokok Agraria, Keputusan Presiden Republik Indonesia

Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pokok-pokok Kebijaksanaan Dalam

Rangka Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal Konversi Hak-hak Barat,

Peraturan Menteri Dalam Negri Nomor 3 Tahun 1979 tentang Ketentuan-

ketentuan Mengenai Permohonan dan Pemberian Hak Baru Atas Tanah

Asal Konversi Hak-hak Barat serta peraturan-peraturan lainnya yang

berhubungan dengan penulisan penelitian ini.

b. Bahan Hukum Sekunder

Page 10: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

10

Bahan hukum sekunder merupakan pendukung dari data sekunder

dalam bahan hukum primer, bahan hukum sekunder yang digunakan

dalam penelitian ini antara lain: hasil-hasil penelitian yang merupakan

karya ilmiah dari kalangan hukum, buku-buku teks yang dibuat oleh para

ahli hukum dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan obyek yang

diteliti.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier merupakan bahan yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder, misalnya kamus, ensiklopedia maupun bahan-bahan dari

internet yang berhubungan dengan penelitian ini.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mengumpulkan data

dari salah satu atau beberapa sumber yang ditemukan. Teknik pengumpulan

data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah: studi dokumen (studi

kepustakaan), yaitu pengumpulan data sekunder dari peraturan perundang-

undangan, buku-buku literatur, dokumen, artikel dan hasil penelitian terdahulu

serta cyber media, yaitu pengumpulan data yang diambili melalui internet,

kemudian dikategorisasikan dan dipergunakan sebagai data yang menunjang

dalam penulisan penelitian hukum.

7. Teknik Analisa Data

Untuk memperoleh jawaban terhadap penelitian hukum ini digunakan

silogisme deduksi dengan metode :

a. Interpretasi bahasa (gramatikal), yaitu memberikan arti kepada suatu

istilah atau perkataan sesuai dengan bahasa sehari-hari. Jadi, untuk

mengetahui makna ketentuan undang-undang, maka ketentuan undang-

Page 11: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

11

undang itu ditafsirkan atau dijelaskan dengan menguraikannya menurut

bahasa umum sehari-hari (Sudikno Mertokusumo, 2004 : 57).

b. Interpretasi sistematis, yaitu menafsirkan peraturan perundang-undangan

dengan menghubungkannya dengan peraturan hukum atau undang-undang

lain atau dengan keseluruhan sistem hukum (Sudikno Mertokusumo, 2004

: 59). Jadi undang-undang merupakan suatu kesatuan dan tidak satupun

ketentuan di dalam undang-undang merupakan aturan yang berdiri sendiri

(Peter Mahmud, 2005 : 112).

Dalam hal ini, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-

Undang Pokok Agraria, Peraturan Menteri Agraria Nomor 2 Tahun 1960

tentang Pelaksanaan Beberapa Ketentuan UUPA, Peraturan Menteri Agraria

Nomor 5 Tahun 1960 tentang Penambahan Ketentuan Peraturan Menteri

Agraria Nomor 2 Tahun 1960, Peraturan Menteri Agraria Nomor 7 Tahun

1965 tentang Pedoman Pelaksanaan Konversi Hak Eigendom Tersebut Dalam

Ayat 3 yo Ayat 5 Pasal I Ketentuan Konversi Undang-Undang Pokok Agraria

yang Dibebani Dengan Hak Opstal dan Hak Erfpacht untuk Perumahan,

Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-

Perusahaan Milik Belanda Di Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 32

Tahun 1979 tentang Pokok-pokok Kebijaksanaan Dalam Rangka Pemberian

Hak Baru Atas Tanah Asal Konversi Hak-hak Barat, dan Peraturan Menteri

Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1979 tentang Ketentuan-ketentuan

Permohonan Dan Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal Konversi Hak-hak

Barat sebagai premis mayor, sedangkan sebagai premis minor adalah

penguasaan atas tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) di Kelurahan Bumi

Laweyan.

Melalui proses silogisme akan diperoleh simpulan (conclusion) berupa

hukum positif in concreto yang dicari mengenai peristiwa hukum yang dapat

Page 12: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

12

dihubungkan antara peristiwa konkrit dengan peraturan perundangan-

undangan yang terkait. Dalam hal ini, peristiwa hukumnya mengenai

penguasaan atas tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) oleh warga Bumi maupun

PT. Perkebunan Nusantara IX Surakarta.

B. Sistematika

Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh yang sesuai dengan

aturan baru dalam penulisan karya ilmiah, maka penulis menyiapkan suatu

sistematika dalam penyusunan penulisan hukum. Adapun sistematika penulisan

hukum terdiri dari 4 (empat) bab, yaitu pendahuluan, tinjauan pustaka, hasil

penelitian dan pembahasan, serta simpulan dan saran ditambah dengan daftar

pustaka dan lampiran-lampiran yang disusun dengan sistematika sebagai berikut :

Dalam bab I, diuraikan mengenai gambaran awal penelitian ini, yang

meliputi latar belakang penguasaan atas tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) di

Kelurahan Bumi Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, kemudian mengenai

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode penelitian

yang dipergunakan dalam melakukan penelitian.

Dalam bab II, diuraikan mengenai landasan teori berdasarkan literatur-

literatur yang penulis gunakan, tentang hal-hal yang berkaitan dengan

permasalahan yang diteliti. Hal tersebut meliputi : tinjauan umum mengenai

konsepsi dan dasar Hukum Tanah Nasional, tinjauan umum mengenai penguasaan

atas tanah, tinjauan umum mengenai Hak Opstal (RVO 222), serta tinjauan

mengenai pemberian hak baru atas tanah bekas Hak Opstal (RVO 222). Hal

tersebut ditujukan agar pembaca dapat memahami tentang permasalahan yang

penulis teliti.

Dalam bab III, diuraikan mengenai hasil penelitian dan pembahasan.

Dalam Pembahasan dapat dianalisa bahwa status penguasaan atas tanah bekas hak

Page 13: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

13

barat khususnya tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) yang terjadi di Kelurahan

Bumi, Laweyan dapat diketahui melalui riwayat atas tanah tersebut dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 3 dan 4 Tahun 1946 sampai nasionalisasi Undang-

Undang Nomor 86 Tahun 1958 dan sampai dengan Peraturan Pemerintah Nomor

14 Tahun 1996 dan Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1979 dan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1979, mengenai warga Kelurahan Bumi

berhak menjadi subjek hak atas tanah tersebut dapat dilihat prosedurnya dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dan ketentuan pelaksananya dalam

Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997.

Dalam bab IV, diuraikan mengenai simpulan dan saran. Adapun

kesimpulannya, yaitu bahwa tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) yang ada di

Kelurahan Bumi, Laweyan yang berdasarkan akta RVO 222 atas nama N.V

Solosche Landbouw Mij gev de Surakarta dengan Nomor 8 tertanggal 19 Februari

1936 setelah berlakunya UUPA tidak pernah didaftarkan kembali yang paling

lambat tanggal 24 September 1980 untuk dikonversi sesuai dengan ketentuan

konversi dalam UUPA maka tanah tersebut menjadi tanah yang dikuasai langsung

oleh Negara.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan Umum Mengenai Konsepsi dan Dasar Hukum Tanah Nasional

a. Konsepsi Hukum Tanah Nasional

Pembangunan Hukum Tanah Nasional dilandasi konsepsinya

Hukum Adat yang dirumuskan dengan kata-kata: “komunalistik religius

yang memungkinkan penguasaan atas tanah secara individual dengan hak-

hak atas tanah yang bersifat pribadi sekaligus mengandung kebersamaan”

(Boedi Harsono, 2005: 228).

Page 14: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

14

Sifat komunalistik religious dalam konsepsi Hukum Tanah

Nasional dapat dilihat dalam Pasal 1 ayat (2) UUPA yang menyatakan

bahwa “Seluruh bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam

yang ada didalamnya dalam wilayah Republik Indonesia sebagai karunia

Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa

Indonesia dan merupakan kekayaan nasional”.

Sifat komunalistik konsepsi Hukum Tanah Nasional dapat dilihat

pada pernyataan, semua tanah dalam wilayah Negara Indonesia adalah

tanah bersama seluruh rakyat Indonesia yang telah bersatu menjadi

Bangsa Indonesia (Pasal 1 ayat (1) UUPA).

Hak Bangsa Indonesia/ pernyataan Hak Bangsa dalam konsepsi

Hukum Tanah Nasional Pasal 1 ayat (1) dan (2) dinyatakan dalam

Penjelasan Umum UUPA: Bumi, Air dan Ruang Angkasa dalam wilayah

Republik Indonesia yang kemerdekaannya diperjuangkan oleh bangsa

sebagai keseluruhan, menjadi hak pula dari Bangsa Indonesia jadi tidaklah

semata-mata menjadi hak rakyat asli dari daerah atau pulau yang

bersangkutan. Dengan pengertian demikian maka hubungan Bangsa

Indonesia dengan Bumi, Air dan Ruang Angkasa Indonesia merupakan

semacam hubungan Hak Ulayat yang diangkat pada tingkatan yang paling

atas yaitu tingkatan yang mengenai seluruh wilayah Negara merupakan

hak penguasaan atas tanah yang tertinggi, hal ini berarti bahwa hak-hak

penguasaan atas tanah yang lain termasuk hak ulayat dan hak-hak

individual atas tanah yang dimaksudkan oleh Penjelasan Umum langsung

maupun tidak langsung semuanya bersumber pada Hak Bangsa.

Hak Bangsa itu bersifat abadi dan meliputi seluruh tanah. Bersifat

abadi dapat dilihat pada Pasal 1 ayat (3) dinyatakan bahwa: “Hubungan

antara Bangsa Indonesia dan Bumi, Air dan Ruang Angkasa termaksud

dalam ayat (2) pasal ini adalah hubungan myang bersifat abadi.”

Page 15: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

15

Hubungan bersifat abadi berarti berlangsung tiada terputus untuk

selamanya. Selama rakyat Indonesia yang bersatu sebagai bangsa

Indonesia masih ada dan selama Bumi, Air dan Ruang Angkasa Indonesia

masih ada pula dalam keadaan yang bagaimana pun, tidak ada sesuatu

kekuasaan yang akan dapat memutuskan atau meniadakan hubungan ini.

Meliputi semua tanah dapat dilihat dalam kalimat: Seluruh Bumi,

Air dan Ruang Angkasa termasuk Kekayaan Alam yang terkandung di

dalam wilayah Republik Indonesia adalah Bumi, Air dan Ruang Angkasa

Bangsa Indonesia dalam Pasal 1 ayat (2). Hal ini menunjukkan bahwa

tidak ada sejengkal tanah pun di Negara kita yang merupakan apa yang

disebut Res Nullius (tanah tak bertuan).

Sifat religi ditunjukkan oleh pernyataan bahwa Bumi, Air dan

Ruang Angkasa Indonesia termasuk Kekayaan Alam yang terkandung di

dalamnya merupakan Karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada Bangsa

Indonesia. Selain itu sifat religius juga dapat dilihat pada Pasal 5 dan

konsiderans/berpendapat. Dalam Pasal 5 UUPA dinyatakan bahwa segala

sesuatu dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada Hukum

Agama, sedangkan dalam konsiderans/berpendapat dinyatakan bahwa

perlu ada Hukum Agaria Nasional yang didasarkan atas Hukum Adat

tentang tanah, yang sederhana dan menjamin kepastian hukum bagi

seluruh rakyat Indonesia dengan tidak mengabaikan unsur-unsur yang

bersandar pada Hukum Agama.

Penguasaan atas tanah secara individual dapat dilihat pada Pasal 4

ayat (1) UUPA yang dinyatakan bahwa: “Atas dasar hak menguasai dari

Negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2, ditentukan adanya macam-

macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat

Page 16: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

16

diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang, baik sendiri maupun

bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum.”

Dalam konsepsi ini menunjukkan bahwa tanah-tanah tersebut

dapat dikuasai secara individual dan tidak ada keharusan untuk menguasai

dan menggunakannya secara kolektif. Hal ini dapat dilihat pada kata-kata

“baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-

badan hukum.”

Persyaratan bagi pemegang hak atas tanah yang menunjuk kepada

perseorangan, baik warga negara Indonesia maupun orang-orang asing dan

badan-badan hukum, juga menunjukkan prinsip penguasaan dan

penggunaan tanah secara individual dapat dilihat pada Pasal 21, 29, 36, 42

dan 45.

Bersifat pribadi dapat dilihat pada Pasal 9 ayat (2) UUPA yang

dinyatakan bahwa: “Tiap-tiap warganegara Indonesia, baik laki-laki

maupun wanita mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh

sesuatu hak atas tanah serta untuk mendapat manfaat dan hasilnya, baik

bagi diri sendiri maupun keluarganya.”

Dengan adanya kalimat “untuk mendapat manfaat dan hasilnya

baik bagi diri sendiri maupun keluarganya” menunjukkan sifat pribadi dari

hak-hak atas tanah dalam konsepsi Hukum Tanah Nasional.

Kebersamaan juga merupakan konsepsi Hukum Tanah Nasional

dapat dilihat pada Pasal 6 UUPA yang dinyatakan bahwa: “Semua hak

atas tanah mempunyai fungsi sosial.”

Kebersamaan atau unsur kemasyarakatan ada pada setiap hak atas

tanah karena semua hak atas tanah secara langsung maupun tidak

langsung bersumber pada Hak Bangsa yang merupakan hak bersama.

Page 17: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

17

Lagipula tanah yang dihaki secara individual adalah sebagian dari tanah

bersama.

Hak-hak atas tanah yang langsung bersumber pada Hak Bangsa

adalah Hak-hak Primer, yaitu Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna

Bangunan dan Hak Pakai yang diberikan negara sebagai petugas bangsa.

Hak-hak yang tidak bersumber langsung pada Hak Bangsa adalah Hak-

Hak Sekunder, yaitu Hak-hak yang diberikan oleh pemegang hak primer

seperti hak sewa, hak bagi hasil, gadai dan lain-lainnya.

b. Dasar-dasar Hukum Tanah Nasional

Dasar-dasar pertanahan di Indonesia diatur dalam Undang-

Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 dan menurut 10 dasar yang

dipakai dalam pembentukan Hukum Tanah/Agraria Nasional, sebagai

berikut:

1) Dasar Kenasionalan

Dasar ini diletakkan dalam Pasal 1 ayat (1) dan (2) UUPA.

Pasal 1 ayat (1), ditentukan bahwa: “Seluruh wilayah Indonesia

adalah kesatuan tanah air dan seluruh Rakyat Indonesia yang bersatu

sebagai bangsa Indonesia.” Selanjutnya dalam ayat (2), ditentukan

bahwa: “Seluruh Bumi, Air dan Ruang Angkasa, termasuk Kekayaan

Alam yang terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik

Indonesia sebagai Karunia Tuhan Yang Maha Esa, adalah Bumi, Air

dan Ruang Angkasa bangsa Indonesia dan merupakan Kekayaan

Nasional.”

Yang dimaksud dengan “Asas Kenasionalan” adalah Bumi, Air

dan Ruang Angkasa dalam wilayah Republik Indonesia secara

keseluruhan menjadi hak pula Bangsa Indonesia dan merupakan

kekayaan nasional. Tanah-tanah di daerah-daerah dan pulau tidak

Page 18: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

18

semata-mata menjadi Hak Rakyat Asli/ setempat dari pulau yang

bersangkutan sehingga hubungan bangsa Indonesia dengan Bumi, Air

dan Ruang Angkasa Indonesia merupakan semacam hubungan Hak

Ulayat, yang diangkat pada tingkatan yang paling atas, yaitu pada

tingkatan yang mengenai seluruh wilayah Negara. Dalam hubungan

antara bangsa Indonesia dengan Bumi, Air dan Ruang Angkasa

Indonesia, adalah hubungan yang bersifat abadi artinya dalam keadaan

bagaimanapun tidak ada sesuatu kekuasaan yang akan dapat

memutuskan dan meniadakan.

2) Hak Menguasai dari Negara

Dasar ini diletakkan dalam Pasal 2 ayat (1) dan (2) UUPA.

Pasal 2 ayat (1), ditentukan bahwa: “Atas dasar ketentuan

dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, dan hal-hal

sebagai dimaksud dalam Pasal 1, Bumi, Air dan Ruang Angkasa,

termasuk Kekayaan Alam yang terkandung di dalamnya itu pada

tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara sebagai organisasi kekuasaan

seluruh rakyat.”

Pasal 2 Ayat (2), ditentukan bahwa:

“Hak menguasai dari negara termasuk dalam ayat 1 Pasal ini, memberi wewenang untuk:a) Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,

persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasab) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara

orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasac) Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara

orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa

Pasal 2 ayat (1) UUPA menyatakan bahwa asas yang dipakai

dalam Hukum Tanah Nasional adalah asas Penguasaan pada tingkatan

tertinggi atas Bumi, Air dan Ruang Angkasa serta Kekayaan Alam

Page 19: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

19

yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara sebagai organisasi

kekuasaan seluruh rakyat.

Dalam konkritnya bahwa negara selaku Badan Penguasa

adalah Presiden dengan dibantu oleh para pembantunya. Dengan

berlandaskan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 26

Tahun 1988, tertanggal 19 Juli 1988 khususnya Pasal 2, maka yang

mengelola dan mengembangkan administrasi pertanahan baik

berdasarkan Undang-Undang Pokok Agraria, maupun Peraturan

lainnya adalah Presiden dengan dibantu Badan Pertanahan Nasional.

Segala sesuatunya dengan tujuan untuk mencapai sebesar-

besarnya kemakmuran dalam rangka masyarakat yang adil dan

makmur. Dengan berpedoman pada tujuan ini Negara dapat

memberikan tanah kepada seseorang atau Badan Hukum dengan

sesuatu Hak menurut peruntukan dan penggunaannya.

3) Mendudukan Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat dalam Bernegara

Dasar ini diletakkan dalam Pasal 3 UUPA.

Pasal 3, menentukan bahwa:

“Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam Pasal 1 dan Pasal 2, pelaksanaan Hak Ulayat dan Hak-hak serupa itu dari masyarakat Hukum Adat sepanjang menurut kenyataannya masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan Kepentingan Nasional dan Negara yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang dan peraturan lain yang sama tinggi.”

Penyebutan Hak Ulayat di dalam Undang-Undang Pokok

Agraria pada hakekatnya merupakan pengakuan adanya Hak Ulayat di

dalam Hukum Agraria yang baru dengan syarat:

a) Sepanjang Hak Ulayat memuat kenyataan masih ada pada

masyarakat hukum

Page 20: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

20

b) Kepentingan sesuatu masyarakat hukum harus sesuai dan/ atau

tunduk dengan Kepentingan Nasional dan Negara yang lebih tinggi

dan luas

c) Tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang dan Pertauran

lain yang lebih tinggi

4) Penyelarasan Kepentingan Masyarakat dan Kepentingan Perseorangan

yang Menyangkut Penguasaan dan Pemanfaatan Tanah

Dasar ini diletakkan dalam Pasal 6 UUPA.

Pasal 6, menentukan bahwa: “Semua Hak atas tanah

mempunyai fungsi sosial.”

Hak atas tanah punya fungsi sosial, semua penggunaan atas

tanah harus disesuaikan dengan keadaan, sifat dan haknya sehingga

bermanfaat bagi pemiliknya maupun bagi masyarakat dan negara.

Dengan demikian hak atas tanah apa pun yang ada pada

seseorang tidak dapat dibenarkan bahwa tanahnya itu akan

dipergunakan atau tidak dipergunakan semata-mata kepentingan

pribadinya, apalagi kalau hal itu menimbulkan kerugian bagi

masyarakat. Namun semuanya tidak berarti bahwa kepentingan

perseorangan akan terdesak oleh kepentingan umum/ masyarakat.

Kepentingan masyarakat dan kepentingan perseorangan harus saling

berimbang, sehingga pada akhirnya akan tercapai kemakmuran,

keadilan dan kebahagiaan bagi seluruh rakyat. Sebaiknya tanah itu

dipelihara sebaik-baiknya agar bertambah kesuburan serta mencegah

kerusakannya, kewajiban memelihara tanah bukan hanya dibebankan

kepada pemilik tanah/ pemegang haknya, tetapi juga kepada semua

pihak yang mempunyai hubungan hukum dengan tanah-tanah itu.

Page 21: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

21

5) Hanya Warga Negara Indonesia saja Dapat Mempunyai Hak Milik

atas Tanah

Dasar ini diletakkan dalam Pasal 9 ayat (1), Pasal 21 ayat (1)

dan (2) dan Pasal 26 ayat (2) UUPA.

Pasal 9 ayat (1), menentukan bahwa: “Hanya warga Negara

Indonesia dapat mempunyai hubungan sepenuhnya dengan Bumi, Air

dan Ruang Angkasa dalam batas-batas ketentuan Pasal 1 ayat (2).”

Pasal 21, menentukan bahwa:

Ayat (1): “Hanya warga negara Indonesia dapat mempunyai

hak milik.”

Ayat (2): “Oleh pemerintah ditetapkan Badan-Badan Hukum

yang dapat mempunyai hak milik dan syarat-syarat.”

Pasal 26 ayat (2), menentukan bahwa: “Hak Milik kepada

orang asing dilarang.”

Dalam dasar ini dijelaskan bahwa hanya warga negara

Indonesia yang mempunyai hak milik atas tanah, terhadap orang asing

dilarang mempunyai hak milik karena hanya dapat mempunyai tanah

dengan hak pakai.

Demikian juga pada dasarnya Badan-Badan Hukum tidak dapat

mempunyai hak milik dengan pertimbangan bahwa Badan-Badan

Hukum tidak perlu mempunyai hak milik cukup dengan hak-hak lain

seperti Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha atau Hak Pakai. Namun

Badan-Badan Hukum yang erat kaitannya dengan keagamaan, sosial

dan hubungan perekonomian maka dapat mempunyai hak milik.

Pemerintah dapat memberikan dispensasi dengan menunjukkan

Badan-Badan Hukum yang dapat mempunyai hak milik atas tanah

sebagai yang diatur dalam pasal 21 ayat 2 UUPA.

Page 22: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

22

Badan-Badan Hukum yang ditunjuk yang dapat memiliki Hak

Milik sebagai diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun

1963, adalah:

a) Bank-Bank Negara, yaitu:

(1) Bank Indonesia

(2) Bank Dagang Negara

(3) Bank Negara Indonesia

b) Koperasi Pertanian

c) Badan-Badan Sosial

d) Badan-Badan Keagamaan

6) Dasar Kebangsaan

Dasar ini diletakkan dalam Pasal 9 ayat (2), Pasal 11 ayat (2)

dan Pasal 26 ayat (1) UUPA.

Pasal 9 ayat (2), menentukan bahwa: “Tiap warga negara

Indonesia baik laki-laki maupun wanita mempunyai kesempatan yang

sama untuk memperoleh sesuatu hak atas tanah serta untuk mendapat

manfaat dan hasilnya baik bagi diri maupun keluarganya.”

Pasal 11 ayat (2), menentukan bahwa: “Perbedaan dalam

keadaan masyarakat dan keperluan Hukum Golongan Rakyat dimana

perlu dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional

diperhatikan dengan menjamin perlindungan terhadap kepentingan

golongan ekonomi lemah.”

Pasal 26 ayat (1), menentukan bahwa: “Jual Beli, penukaran,

penghibahan, pemberian dengan wasiat pemberi menurut adat dan

perbuatan-perbuatan lain, yang dimaksud untuk memindahkan hak

milik serta pengawasannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.”

Page 23: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

23

Maksud dari dasar ini bahwa sehubungan dengan Pasal 11 ayat

(2) yang dimaksud dengan perbedaaan yang didasarkan atas golongan

rakyat, misalnya perbedaan dalam keperluan hukum rakyat kota dan

rakyat pedesaan juga rakyat yang lemah ekonominya. Dasar

Kebangsaan ini bertujuan untuk melindungi pihak-pihak ekonomi

lemah. Dengan demikian Undang-Undang Pokok Agraria

membedakan bukan antara warga negara asli dan tidak asli melainkan

pihak yang kuat maupun lemah baik itu warga negara asli maupun

tidak asli.

7) Dasar Landreform

Dasar ini diletakkan dalam Pasal 10 ayat (1) dan (2) UUPA.

Pasal 10 ditentukan bahwa:

Ayat (1): “Setiap orang dan Badan Hukum yang mempunyai

sesuatu hak atas tanah pasa asasnya diwajibkan mengerjakan atau

mengusahakan secara aktif dengan mencegah cara-cara pemerasan.”

Ayat (2): “Pelaksanaan dari pada ketentuan ayai 1 akan diatur

lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.”

Dasar Landreform ini pada hakekatnya dijadikan dasar

Perubahan Struktur Hukum Pertanahan yaitu yang disebut Agraria

Reform/ Landreform. Agar dapat terwujud apa yang dikehendaki oleh

dasar ini maka perlu ditambahkan ketentuan-ketentuan lain seperti:

Pasal 7, menentukan: “Untuk tidak merugikan kepentingan

umum maka pemilikan dan penguasaan yang melampaui batas tidak

diperkenankan.”

Pasal 13 ayat (2), menentukan: “Pemerintah berusaha agar

usaha-usaha dalam bidang agraria diatur sedemikian rupa, sehingga

Page 24: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

24

meninggikan produksi dan kemakmuran rakyat sebagai dimaksud

Pasal 2 ayat 3 serta menjamin bagi setiap warga negara Indonesia,

derajat hidup yang sesuai dengan martabat manusia baik bagi diri

sendiri maupun keluarganya.”

Pasal 17, menentukan: “Dengan mengingat ketentuan dalam

Pasal 7 maka untuk mencapai tujuan yang dimaksud dalam Pasal 2

ayat 3 diatur luas maksimum dan/ atau minimum tanah yang boleh

dipunyai dengan sesuatu hak dalam Pasal 16 oleh satu keluarga atau

Badan Hukum.”

8) Dasar Bagi Perencanaan Mengenai Peruntukan, Penggunaan dan

Persedian Bumi, Air dan Ruang Angkasa Untuk Berbagai

Kepentingan Hidup Rakyat dan Negara

Dasar ini diletakkan dalam Pasal 14 ayat (1).

Pasal 14 ayat (1), menentukan bahwa:

“Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam Pasal 2 ayat

(2) dan (3), Pasal 9 serta Pasal 10 Disebutkan Pemerintah dalam

rangka Sosialisme Indonesia membawa suatu Rencana Umum

mengenai persediaan, peruntukan dan penggunaan Bumi, Air dan

Ruang Angkasa serta Kekayaan Alam yang terkandung didalamnya,

yaitu:

a) Untuk keperluan negara

b) Untuk keperluaan peribadatan dan keperluan-keperluan suci

lainnya sesuai dengan dasar Ketuhanan Yang Maha Esa

c) Untuk keperluan pusat-pusat kehidupan masyarakat sosial,

kebudayaan dan kesejahteraan

d) Untuk keperluan perkembangan produksi pertanian, peternakan

dan perikanan

Page 25: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

25

e) Untuk keperluan memperkembangkan industri, transmigrasi dan

pertambangan

Agar cepat dapat mencapai apa yang menjadi cita-cita bangsa

dan negara khususnya bidang agraria perlu adanya suatu rencana

(planning) mengenai peruntukan dan persediaan Bumi, Air dan Ruang

Angkasa untuk berbagai kepentingan hidup rakyat dan negara.

Rencana Umum (National Planning) yang meliputi seluruh

wilayah Indonesia yang kemudian dirinci menjadi Rencana Khusus

(Regional Planning) dari tiap-tiap daerah. Dengan adanya planning

tersebut maka penggunaan tanah dapat dilakukan secara terpimpin dan

teratur sehingga dapat membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi

negara dan rakyat.

9) Dasar Menjadikan Kesatuan Hukum dan Keseluruhan Hukum Agraria

Dasar ini diletakkan dalam Pasal 5 UUPA.

Pasal 5, menentukan bahwa:

“Hukum Agraria yang berlaku atas Bumi, Air dan Ruang Angkasa ialah Hukum Adat sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan Nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa dan sosialisme Indonesia, serta peraturan-peraturan yang tercantum dalam Undang-Undang ini, dan dengan peraturan perundangan lainnya, segala semata dengan mengindahkan unsur yang bersandar agama.”

Dasar ini menyatakan Hukum Agraria yang baru akan

didasarkan pada ketentuan Hukum Adat sebagai hukum yang asli yang

disempurnakan dan disesuaikan dengan kepentingan negara dan

masyarakat. Tujuan dari Undang-Undang Pokok Agraria itu sendiri

untuk menghilangkan/ mengakhiri dualisme Hukum Tanah Indonesia

dan secara sadar hendak mengadakan kesatuan hukum dari rakyat

banyak karena rakyat Indonesia sebagian besar terikat pada Hukum

Adat, Hukum Asli rakyat Indonesia.

Page 26: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

26

Pasal 5 UUPA ini menentukn bahwa Hukum Agraria yang

berlaku atas Bumi, Air dan Ruang Angkasa adalah Hukum sepanjang

memenuhi syarat:

a) Tidak bertentangan dengan kepentingan Nasional dan Negara yang

berdasarkan atas persatuan bangsa

b) Tidak bertentangan dengan sosialisme Indonesia

c) Tidak bertentangan dengan peraturan yang tercantum dalam

Undang-Undang Pokok Agraria dan peraturan lainnya

d) Segala sesuatu harus mengindahkan unsur-unsur yang bersandar

Hukum Agama

Dengan terhapusnya perbedan antara Hukum Adat dan Hukum

Barat di dalam Hukum Tanah Indonesia maka tercapainya

kesederhanaan hukum.

10) Dasar Kepastian Hukum.

Dasar ini diletakkan dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA.

Pasal 19 ayat (1), ditentukan bahwa: “Untuk menjamin

kepastian hukum oleh pemerintah diadakan Pendaftaran Tanah, di

seluruh wilayah Republik Indonesia, menurut ketentuan-ketentuan

yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.”

Dasar ini merupakan suatu instruksi kepada Pemerintah agar

seluruh wilayah Indonesia diadakan pendaftaran tanah yang bersifat

Recht Kadaster artinya yang bertujuan untuk menjamin kepastian

hukum. Pendaftaran tanah yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1)

UUPA adalah sebagai berikut:

a) Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah

b) Pendaftaran Hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak

Page 27: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

27

c) Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat

Pendaftaran tanah akan diselenggarakan dengan mengingat

pada kepentingan serat keadaan negara dan masyarakat, keperluan lalu

lintas ekonomi dan kemungkinan-kemungkinan dalam bidang personil

dan peralatannya. Karenanya yang akan didahulukan dalam

penyelenggaraan Pendaftaran tanah di kota-kota yang kemudian

lambat laun meliputi seluruh wilayah Indonesia.

Pendaftaran Tanah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor

24 Tahun 1997 tertanggal 8 Juli 1997 tentang Pendaftaran Tanah

sebagai dimuat dalam Lembaran Negara tahun 1997-59 dan Peraturan

Menteri Negara Agraria/ Kepala Kantor Pertanahan Nasional Nomor 3

Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No.24 Tahun 1997

(Ali Achmad Chomzah, 2004: 26-40).

2. Tinjauan Umum Mengenai Penguasaan Atas Tanah

a. Pengertian Hak Penguasaan Atas Tanah

Hak penguasaan atas tanah berisikan serangkai wewenang,

kewajiban dan/atau larangan bagi pemegang haknya untuk berbuat sesuatu

mengenai tanah yang dihaki. “Sesuatu” yang boleh, wajib atau dilarang

untuk diperbuat, yang merupakan isi hak penguasaan itulah yang menjadi

kriteria atau titik tolak pembeda di antara hak-hak penguasaan atas tanah

yang diatur dalam Hukum Tanah (Boedi Harsono, 2003:24).

Hak penguasaan atas tanah ada yang berlandaskan atas adanya

suatu hak, dan ada yang tidak berlandaskan suatu hak. Penguasaan tanpa

hak (titel) disebut penguasaan secara liar, penguasaan tersebut secara fisik

“menduduki” tanah dengan tidak sah (Illegal), sedangkan penguasaan

dengan hak (legal) dapat berupa penguasaan secara fisik oleh diri sendiri

Page 28: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

28

maupun penguasaan secara yuridis dan fisik yang dilakukan oleh orang

lain.

Hak penguasaan atas tanah dalam arti umum yaitu dapat berbuat

sesuatu dengan tanah, sedangkan hak penguasaan dalam arti khusus

terkandung dalam pengertian hak menguasai dari negara. Hak menguasai

dari negara ialah untuk:

a) mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan

dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;

b) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-

orang dengan bumi, air dan ruang angkasa;

c) menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-

orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan

ruang angkasa.

b. Macam-macam Hak Penguasaan Atas Tanah

Dalam Pasal 16 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria diatur dan

ditetapkan tata jenjang hak-hak penguasaan atas tanah dalam Hukum

Tanah Nasional Negara Indonesia, yaitu:

1) Hak Milik

2) Hak Guna Usaha

3) Hak Guna Bngunan

4) Hak Pakai

5) Hak Sewa

6) Hak Membuka Tanah

7) Hak Memungut Hasil Hutan

8) Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas akan

ditetapkan dengan Undang-Undang serta hak-hak yang sifatnya

sementara yang disebut dalam Pasal 53

Page 29: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

29

Menurut Effendi Perangin hak penguasaan atas tanah

dikelompokkan menjadi:

1) Hak atas tanah bersifat tetap

a) Hak Milik

Menurut Pasal 20 Undang-Undang Pokok Agraria, Hak Milik

adalah hak turun-temurun, terkuat, terpenuh yang dapat dipunyai

orang atas tanah dengan mengingat fungsi sosial sebagaimana

ketentuan dalam Pasal 6 Undang-Undang Pokok Agraria.

b) Hak Guna Usaha

Menurut Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria, Hak

Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai

langsung oleh Negara dalam jangka waktu tertentu guna

perusahaan pertanian, perikanan dan peternakan

c) Hak Guna Bangunan

Menurut Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria, Hak

Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan bangunan atas tanah

yang bukan miliknya sendiri dengan, jangka waktu yang telah

ditentukan paling lama 30 tahun.

Baik perorangan maupun badan-badan hukum, berdasarkan Pasal

36 ayat (1) dan (2) yang dapat mempunyai Hak Guna Bangunan

ialah:

(1) Warga negara Indonesia;

(2) Badan hukum yang didirikan menurut Hukum Indonesia dan

berkedudukan di Indonesia;

(3) Pihak ketiga. Memperoleh Hak Guna Bangunan karena orang

atau badan hukum dalam ayat (1) melepaskan atau

mengalihkan hak tersebut dalam jangka waktu 1 tahun.

Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan tidak

Page 30: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

30

dilaksanakan maka hak tersebut hapus karena hukum dengan

ketentuan bahwa hak-hak pihak ketiga akan diindahkan

menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan

Pemerintah.

Menurut Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria, Hak

Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai

bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri,

dengan jangka waktu paling lama 30 tahun. Sedangkan ayat (2)

menyatakan bahwa atas permintaan pemegang hak dan dengan

mengingat keperluan serta keadaan bangunan-bangunannya,

jangka waktu tersebut dalam ayat (1) dapat diperpanjang dengan

waktu paling lama 20 tahun.

Jadi, Hak Guna Bangunan dapat diberikan dengan jangka waktu

paling lama 30 tahun. Atas permintaan pemegang haknya dan

dengan mengingat keperluan serta keadaan bangunannya, jangka

waktu tersebut dapat diperpanjang dengan waktu paling lama 20

tahun.

Terjadinya Hak Guna Bangunan diatur dalam Pasal 37 Undang-

Undang Pokok Agraria, pada pasal ini terdapat dua macam tanah

yang dapat dijadikan objek Hak Guna Bangunan, yaitu:

(1) Tanah yang dikuasai langsung oleh Negara

Dalam hal ini berarti tidak ada pihak lain yang menguasai

tanah tersebut selain Negara seperti apa yang tercantum dalam

Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945.

(2) Mengenai Hak Milik

Mengenai Hak Guna Bangunan dijadikan Hak Milik bisa

terjadi karena:

Page 31: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

31

(a) Perjanjian, dalam hal ini Hak Guna Bangunan berubah

menjadi Hak Milik disebabkan waktu berakhir;

(b) Pemilik melepaskan Hak Miliknya dengan mengajukan

Hak Guna Bangunan kepada instansi yang berwenang

yaitu pemerintah pusat kepada Gubernur Kepala Daerah

atau Bupati/ Walikota atas wewenang Kepala Kantor

Pertanahan Daerah.

Sedangkan terjadinya Hak Guna Bangunan menurut Pasal 22

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna

Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah yaitu:

(1) Hak Guna Bangunan atas tanah Negara diberikan dengan

keputusan pemberian hak oleh Menteri atau pejabat yang

ditunjuk;

(2) Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Pengelolaan diberikan

dengan keputusan pemberian hak oleh Menteri atau pejabat

yang ditunjuk berdasarkan usul pemegang Hak Pengelolaan;

(3) Ketentuan mengenai tata cara dan syarat permohonan dan

pemberian diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.

Hal ini berarti pemberian atau terjadinya Hak Guna Bangunan

harus dengan penetapan pemerintah.

d) Hak Pakai

Hak Pakai adalah hak untuk menggunakan dan memungut hasil

dari hasil tanah yang langsung dikuasai oleh Negara atau milik

orang lain yang member wewenang dan kewajiban yang

ditentukan dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya yang bukan

perjanjian penggolongan tanah.

Menurut Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria, Hak

Pakai adalah hak untuk menggunakan dan/ atau memungut hasil

Page 32: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

32

dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik

orang lain, yang member wewenang dan kewajiban yang

ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang

berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik

tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian

pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan

jiwa dan ketentuan-ketentuan Undang-Undnag ini.

e) Hak Sewa untuk Bangunan

Dalam hal ini diatur dalam Pasal 44 ayat (1) Undang-Undang

Pokok Agraria bahwa seseorang atau suatu badan hukum yang

mempunyai Hak Sewa atas tanah, apabila ia berhak

mempergunakan tanah milik orang lain untuk keperluan bangunan,

dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah uang sewa.

f) Hak Pengelolaan

Hak Pengelolan berisi wewenang untuk merencanakan peruntukan

dan penggunaan tanah yang bersangkutan, menggunakan tanah

tersebut untuk keperluan pelaksanaan usahanya, menyerahkan

bagian-bagian dari tanah itu kepada pihak ketiga menurut

persyaratan yang sudah ditentukan oleh perusahaan pemegang hak.

2) Hak atas tanah bersifat sementara

Seperti yang tercantum dalam Pasal 53 UUPA:

a) Hak Gadai

Hak Gadai merupakan hubungan antara seseorang dengan tanah milik

orang lain, yang telah menerima uang gadai daripadanya. Selama uang

gadai itu belum dikembalikan maka tanah yang bersangkutan dikuasai

oleh pihak yang memberi uang (pihak yang disebut “pemegang

gadai”). Selama itu pemegang gadai berwenag untuk mempergunakan

atau mengambil manfaat dari tanah tersebut.

Page 33: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

33

b) Hak Usaha Bagi Hasil

Di seluruh Indonesia sering terjadi bahwa seorang pemilik tanah

menyuruh orang lain mengerjakan tanahnya itu dengan perjanjian

bahwa hasil kotor dari penghasilan tanah itu akan di bagi antara

pemilik dan pekerja atau penggarap tanah. Perjanjian membagi

hasil semacam ini lazim kita jumpai di tanah-tanah dengan hak

milik perseorangan, Hak Milik Komunal.

c) Hak Menumpang

Sejenis Hak Pakai atau mempunyai bangunan di atas tanah milik

orang lain.

d) Hak Sewa Tanah Pertanian

Sewa menyewa tanah ini yang disebut ngedol tahunan terjadi baik

dengan pembayaran uang maupun dengan hasil bumi. Untuk

terjadinya sewa menyewa tanah ini diperlukan penyedian tanah.

Disini penggarap atau pekerja menikmati hasil dari tanah orang

lain yang digarapnya, setelah itu ia lalu membayar sejumlah uang

tertentu kepada pemilik tanah yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Tinjauan Umum Mengenai Konversi Hak Opstal

Hak Opstal menurut Pasal 711 B.W (Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata), hak numpang karang (recht van opstal) adalah suatu hak kebendaan

untuk mempunyai gedung-gedung, bangunan-bangunan dan penanaman di atas

perkarangan orang lain.

Hak Opstal adalah suatu hak kebendaan (zakelijk recht) untuk

mempunyai rumah-rumah, bangunan-bangunan dan tanaman diatas tanah milik

orang lain (Eddy Rukhiyat. 1999:30).

Hak Opstal untuk perumahan yang sejak berlakunya UUPA sejak saat

itu menjadi Hak Guna Bangunan yang tersebut dalam Pasal 35 ayat (1) UUPA

Page 34: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

34

yang berlangsung selama sisa waktu Hak Opstal tersebut tetapi selama-

lamanya 20 tahun. Untuk mengkonversi Hak Opstal tersebut Opstaller pada

tanggal 24 September 1960 harus memenuhi persyaratan yang ditentukan pada

Pasal 36 ayat (1) dan (2) yaitu:

1. Warganegara tunggal;

2. Apabila dimiliki Badan Hukum, maka Badan Hukum didirikan

berdasarkan hukum Indonesia dan berada di Indonesia;

3. Pihak ketiga. Memperoleh hak karena orang atau badan hukum dalam ayat

1 melepaskan atau mengalihkan hak tersebut dalam jangka waktu 1 tahun.

Apabila dalam jangka waktu yang telah ditentukan tidak dilaksanakan

maka hak tersebut hapus karena hukum dengan ketentuan bahwa hak-hak

pihak ketiga akan diindahkan menurut ketentuan-ketentuan yang

ditetapkan Pemerintah.

Apabila Hak Opstal tersebut tidak didaftarkan pada tanggal 24

September 1960 dan tidak memenuhi persyaratan untuk dijadikan Hak Guna

Bangunan berdasarkan Ketentuan Konversi UUPA Pasal V maka Hak Opstal

tersebut menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh Negara. Mengenai

penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah akan diatur dengan peraturan

sendiri yaitu Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1979 tentang tentang

Pokok-Pokok Kebijaksanaan Dalam Rangka Pemberian Hak Baru Atas Tanah

Asal Konversi Hak-Hak Barat dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3

Tahun 1979 tentang Ketentuan-Ketentuan Permohonan Dan Pemberian Hak

Baru Atas Tanah Asal Konversi Hak-Hak Barat. Adapun hak dan kewajiban

dari pemegang Hak Opstal antara lain:

1. membayar canon (uang yang wajib dibayar pemegang hak opstal setiap

tahunnya kepada negara);

2. memelihara tanah opstal itu sebaik-baiknya;

3. opstaller dapat membebani haknya kepada hipotik;

Page 35: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

35

4. opstaller dapat membebani tanah itu dengan pembebanan perkarangan

selama opstal itu berjalan;

5. opstaller dapat mengasingkan Hak Opstal itu kepada orang lain (Eddy

Rukhiyat. 1999:29).

Tanah dengan Hak Opstal merupakan salah satu hak atas tanah Hak

Barat disamping Hak Eigendom dan Hak Erfpacht yang mulai berlakunya

UUPA dikonversi menjadi Hak Guna Bangunan.

Yang dimaksud Konversi adalah perubahan hak lama atas tanah

menjadi hak baru menurut Undang-Undang Pokok Agraria. Hak-hak baru

menurut UUPA adalah hak-hak atas tanah dalam Pasal 16 UUPA yaitu Hak

Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai. Konversi hak

atas tanah dibedakan dalam tiga jenis, yaitu:

1. Konversi hak atas tanah berasal dari tanah Hak Barat;

2. Konversi hak atas tanah berasal dari tanah Hak Indonesia;

3. Konversi hak atas tanah berasal dari tanah bekas Swapraja.

Peraturan mengenai konversi tanah Hak Barat selain diatur dalam

Ketentuan-ketentuan Konversi Undang-Undang Pokok Agraria juga diatur

dalam:

1. Peraturan Menteri Agraria No. 2 Tahun 1960 tentang Pelaksanaan

Beberapa Ketentuan UUPA;

2. Peraturan Menteri Agraria No. 5 Tahun 1960 tentang Penambahan

Ketentuan Peraturan Menteri Agraria No. 2 Tahun 1960;

3. Peraturan Menteri Agraria No. 13 Tahun 1961 tentang Pelaksanaan

Konversi Hak-hak Eigendom dan Hak-hak lain-lainnya yang aktanya

belum diganti;

4. Peraturan Menteri Agraria No. 7 Tahun 1965 tentang Pedoman

Pelaksanaan Konversi Hak Eigendom Tersebut Dalam Ayat 3 yo Ayat 5

Page 36: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

36

Pasal I Ketentuan Konversi Undang-Undang Pokok Agraria yang

Dibebani Dengan Hak Opstal dan Hak Erfpacht untuk Perumahan;

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 Tahun 1970 tentang Penyelesaian

Konversi Hak-hak Barat Menjadi Hak Guna Bangunan dan Hak Guna

Usaha;

6. SK Menteri Dalam Negeri no. Sk. 53/DDA/1970 tentang Perpanjangan

Jangka Waktu Penyelesaian Konversi Hak-hak Barat Menjadi Hak Guna

Bangunan dan Hak Guna Usaha pada PDMN 2 Tahun 1970.

7. Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1979 tentang Pokok-pokok

Kebijaksanaan Dalam Rangka Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal

Konversi Hak-hak Barat;

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1979 tentang Ketentuan-

ketentuan Mengenai Permohonan Dan Pemberian Hak Baru Atas Tanah

Asal Konversi Hak-hak Barat.

Didalam Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), penguasaan atas

tanah bekas tanah hak opstal diatur dalam Ketentuan-ketentuan Konversi

Pasal V. Penguasaan tanah bekas tanah hak opstal dalam Pasal V

dipergunakan untuk perumahan yang pada mulai berlakunya Undang-Undang

Pokok Agraria (UUPA) telah dikonversi haknya menjadi Hak Guna Bangunan

yang berlangsung selama sisa waktu Hak Opstal tersebut tetapi selama-

lamanya 20 tahun.

Hak Opstal untuk perumahan apabila sudah habis waktunya maka

tidak dikonversi karena menurut hukum hak tersebut sudah tidak ada lagi

walaupun belum atau tidak dicatat dalam aktanya. Tetapi dalam praktek

agraria dahulu dapat dijumpai Hak Opstal yang jangka waktunya tidak

ditentukan lazimnya disebut opstal voor onbepaaldetijd atau eeuwigdurende

opstal. Hak-hak tersebut dapat dijumpai pada kota-kota bekas garnizone

Belanda seperti kota Salatiga. Tanah-tanah yang diberikan pada pihak lain

Page 37: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

37

tersebut tidak diberikan dengan Hak Eigendom karena sewaktu-waktu apabila

diperlukan maka dapat diperoleh kembali dengan mudah biasanya disertai

syarat bahwa sewaktu-waktu dapat dihentikan dengan tenggang waktu

penghentian 1 tahun. Kalaupun tidak terdapat syarat tersebut Hak Opstal tetap

dapat dihentikan sewaktu-waktu dengan tenggang waktu penghentian 1 tahun

kalau sudah berlangsung selama 30 tahun (Pasal 719 KUHPerdata).

Apabila dijumpai Hak Eigendom tidak dikonversi menjadi Hak Milik

tetapi Hak Guna Bangunan maka menurut Peraturan Menteri Agraria No. 7

Tahun 1965 menyatakan bahwa Hak Eigendom yang dibebani Hak Opstal dan

Hak Erfpacht untuk perumahan jika tidak dapat dikonversi menjadi Hak Milik

maka tidak juga dikonversi menjadi Hak Guna Bangunan dan akan dinyatakan

hapus. Karena suatu hak atas tanah tidak dapat dibebani suatu hak atas tanah

lainnya yang sama.

Hak Opstal yang membebani Hak Eigendom dikonversi menjadi Hak

Guna Bangunan yang jangka waktunya kurang dari 20 tahun, maka kepada

bekas pemegang hak diberikan Hak Guna Bangunan sejak Hak Guna

Bangunan bekas Hak Opstal tersebut berakhir dan akan berlangsung sampai

tanggal 24 September 1980 sesudah itu dapat diperbaharui kalau syarat-syarat

dipenuhi. Untuk memperoleh Hak Guna Bangunan tersebut bekas pemegang

hak dapat datang ke Kantor Pendaftaran Tanah dengan menunjukkan surat

tanda bukti bekas pemegang hak tanah yang bersangkutan.

Kalau Hak Guna Bangunan bekas Hak Opstal/ Hak Erfpacht jangka

waktunya 20 tahun maka Hak Guna Bangunan yang baru hanya akan

diberikan kepada bekas pemegang hak melalui perpanjangan hak, itupun

setelah hubungannya dengan bekas pemegang Hak Opstal/ Hak Erfpacht

diselesaikan.

Page 38: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

Status penguasaan atas tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) di Kelurahan Bumi Laweyan SurakartaTindak lanjut berhakkah warga Bumi menjadi subjek hak atas tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) di Kelurahan Bumi Laweyan Surakarta

Peraturan PerUU-an :UUD 1945UUPAUU No. 86 Tahun 1958PP No. 3 Tahun 1946 PP No. 4 Tahun 1946PP No. 14 Tahun 1996PP No. 24 Tahun 1997 Keppres No. 32 Tahun 1979Keppres No. 34 Tahun 2003Perpres No. 10 Tahun 2006Permendagri No. 3 Tahun 1979PMNA No. 3 Tahun 1997PMAN/KBPN No. 3 Tahun 1999PMNA/KBPN No. 9 Tahun 1999

INTERPRETASI

PENERAPAN HUKUM

38

B. Kerangka Pemikiran

Page 39: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

39

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Dari kerangka pemikiran ini, penulis ingin memberikan gambaran guna

menjawab perumusan masalah yang telah disebutkan pada awal penulisan hukum

ini. Penguasaan atas tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) di Bumi, Laweyan oleh

para warga Kampung Baron Cilik dengan PT Perkebunan Nusantara IX

(PERSERO) beserta tindak lanjutnya diinterpretasikan terhadap Peraturan

Perundang-undangan (Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

Dasar Pokok-Pokok Agraria, Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang

Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda Di Indonesia, Peraturan

Pemerintah Nomor 3 Tahun 1946 tentang Perusahaan Gula, Peraturan Pemerintah

Nomor 4 Tahun 1946 tentang Perusahaan Perkebunan, Peraturan Pemerintah

Nomor 14 Tahun 1996 tentang Peleburan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT

Perkebunan XV- XVI dan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan

XVIII menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan Nusantara IX,

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah,

Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pokok-Pokok Kebijaksanaan

Dalam Rangka Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal Konversi Hak-Hak Barat,

Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan

Nasional di Bidang Pertanahan, Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang

Badan Pertanahan Nasional, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1979

tentang Ketentuan-Ketentuan Permohonan Dan Pemberian Hak Baru Atas Tanah

Asal Konversi Hak-Hak Barat, Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan

Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP

No.24 Tahun 1997, Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan

Page 40: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

40

Nasional Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan

Pembatalan Keputusan Pemberian Hak atas Tanah Negara, Peraturan Menteri

Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999

tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak

Pengelolaan, Dari Peraturan Perundang-undangan itu lalu diterapkan ke dalam

penetapan warga Bumi sebagai subjek hak atas tanah bekas Hak Opstal (RVO

222) berdasarkan kriteria dan syarat-syarat pemenuhan asas pendaftaran tanah

dalam permohonan hak baru terhadap tanah dengan status tanah bekas Hak Opstal

(RVO 222), kemudian dibuat kesimpulan mengenai pemberian hak baru dan

pensertifikatan dengan hak milik di Bumi, Laweyan oleh Kantor Pertanahan

Surakarta

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Status Penguasaan Atas Tanah Bekas Hak Opstal Di Kelurahan Bumi,

Laweyan Kota Surakarta

Setelah Hindia Belanda pergi dari Indonesia atau Indonesia merdeka

khusus mengenai perusahaan-perusahaan perkebunan/pertanian milik Belanda

yang ada di Indonesia dalam hal penguasaannya jatuh pada Pemerintah Republik

Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

1958 tentang Penempatan Perusahaan-Perusahaan Perkebunan/Pertanian Milik

Belanda Dibawah Penguasaan Pemerintah Republik Indonesia yaitu: Semua

perusahaan-perusahaan perkebunan/pertanian milik Belanda seluruhnya dikuasai

oleh Pemerintah Republik Indonesia. Penyelenggaraan penguasaan perusahaan-

perusahaan, pabrik-pabriknya, lembaga penyelidikan di lapangan pertanian serta

organisasi dan perkumpulan dari perusahaan perkebunan/pertanian milik Belanda

itu diserahkan kepada Menteri Pertanian yang bertujuan untuk menjamin

Page 41: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

41

kelangsungan produksi perusahaan-perusahaan perkebunan/pertanian tersebut.

Untuk kelancaran pelaksanaan penguasaan perusahaan perkebunan/pertanian

Menteri Pertanian dapat membentuk badan-badan yang dianggap perlu sedangkan

dalam pelaksanaannya biayanya dibebankan kepada penerimaan yang diperoleh

dari penjualan hasil dan dari iuran yang dahulu sudah dibayar oleh perusahaan

perkebunan/ pertanian untuk lembaga penyelidikannya serta untuk kepentingan

perkumpulannya.

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai hasil penelitian dan

pembahasan ini, penulis sajikan alur pemikirannya sebagai berikut:

TANAH RVO 222

UU Nasionalisasi No.86/1958

PMNA/KBPN No.9/1999

Ketentuan konversi:Didaftarkan: Hak baru

Tidak didaftarkan: Tanah Negara

Didaftarkan: Hak BaruTidak didaftarkan: Tanah Negara

Kepres No.32/1979 jo PMDN No.3/1979

UUPA No.5/1960

Page 42: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

42

Gambar 2 : Alur Pemikiran

Tanah bekas Hak Barat di Surakarta bermula merupakan tanah milik

Pemerintah Hindia Belanda dengan Nomor 58 tertanggal 22 Desember 1885 atas

nama Firma Dorrepaal And Compagnie de Amsterdam dan pada tanggal 19

Januari 1886 dengan Nomor 2 beralih atas nama Dorrepaalsehe Bank Der

Vorstenlanden de Amsterdam yang kemudian pada tanggal 19 Februari 1936

dengan Nomor 8 beralih atas nama N.V Solosehe Landbouw Mij gev de Surakarta

Setelah Indonesia merdeka tanah-tanah khususnya yang terdapat di

Surakarta merupakan tanah yang langsung dikuasai oleh Mangkunegaran. Khusus

mengenai tanah-tanah perkebunan yang terdapat di Surakarta merupakan tanah

yang dikuasai langsung oleh Perusahaan-Perusahaan Negeri Mangkunegaran.

Pada tahun 1946 semua Perusahaan-Perusahaan Negeri Mangkunegaran yang

terbentuk dalam Benda-Benda Milik Negeri Mangkunegaran dengan kekayaannya

diserahkan kekuasaannya pada Negara khususnya pada Kepala Jawatan

Perkebunan pada jaman itu. Hal ini dapat dibuktikan melalui Surat Kuasa

Istimewa yang dikeluarkan pada tanggal 15 Juli 1946 oleh Mangkunegaran ke

VIII yang pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Daerah Negeri

Mangkunegaran dan selaku Ketua Badan Pengawasan Benda Milik-Milik

Mangkunegaran. Hal ini juga dapat dilihat pada Pertelaan Penyerahan Kekuasaan

Atas Perusahaan Dalam Benda Milik-Milik Mangkunegaran Kepada Pemerintah

Republik Indonesia berdasar Peraturan Pemerintah Nomor 3 dan Nomor 4 Tahun

1946 yang menyebutkan antara lain:

WARGA Subjek hak atas tanah RVO 222 Permohonan hak milik kepada

Kantor Pertanahan

Page 43: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

43

1. Bahwa Kg. Rn. Ma. Tg. Har. Ir Sarsito Mangoenkoesoemo, Pemimpin Umum

dari Perusahaan-Perusahaan Negeri Mangkunegaran yang diberi kuasa oleh

Seri Paduka Mangkoenagero ke VIII dan Badan Pengawasan Benda Milik-

Milik Mangkunegaran menurut Surat Kuasa Istimewa tertanggal 15 Juli 1946

untuk melakukan penyerahan yang akan disebutkan sebagai berikut;

Penguasaan atas Perusahaan Perkebunan Milik Negeri Mangkunegaran dan

Perusahaan-Perusahaan Pekebunan dibawah pengawasan Negeri

Mangkunegaran semuanya lengkap dengan pabrik-pabrik dan mesinnya,

tanah-tanah, alat-alat, bahan-bahan dan tanaman-tanaman yang tersebut dalam

daftar invertaris dari tiap-tiap perusahaan;

2. Bahwa Rn. Ad. Ar. Mohamad Sediono, Kepala Jawatan Perkebunan dari

Menteri Kemakmuran dalam kewajibannya sebagai pengganti Dewan

Pimpinan Pusat Perkebunan Negara;

3. Bahwa Rn. K. Notosoedirdjo, Ketua dari Pimpinan Badan Penyelenggara

Perusahaan Gula Negara (BPPGN) menurut Ketetapan Menteri Pertanian dan

Persediaan tertanggal Jakarta 25 Mei 1946 No.6/ Pk.G serta persetujuan Rn.

Ad. Ar. Mohamad Sediono.

Setelah Mangkunegaran ke VIII menyerahkan seluruh kekuasaan

mengenai Perusahaan Perkebunan Milik Negeri Mangkunegaran dan Perusahaan-

Perusahaan Pekebunan dibawah pengawasan Negeri Mangkunegaran kepada

Negara kemudian Negara melakukan pengesahan mengenai perusahaan

perkebunan Negara. Hal ini dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah Nomor 4

Tahun 1946 tentang Perusahaan Perkebunan Pasal 2, yaitu:

“Untuk menjalankan perusahaan perkebunan di Jawa dan Madura dan dilain-lain daerah yang ditentukan oleh Menteri Pertanian dan Persediaan masing-masing didirikan satu Badan Pemerintah yang bekerja sebagai Badan Hukum dengan modal yang terpisah dari keuntungan biasa dan menurut peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian dan Persedian. Badan itu dinamakan “Pusat Perkebunan Negara …..” dengan disebut nama daerah yang berkedudukan

Page 44: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

44

dibelakangnya. Tempat kedudukannya ditetapkan oleh Menteri Pertanian dan Persediaan.”

Pusat Perkebunan Negara (PPN) dari tiap-tiap daerah dipimpin oleh suatu

dewan pimpinan yang terdiri dari satu (1) ketua dan dua (2) anggota. Pimpinan

perusahan tersebut ditunjuk oleh Menteri Pertanian dan Persedian pada jaman itu.

Dewan pimpinan yang diajukkan oleh buruh dari perusahaan perkebunan tersebut

harus dari kalangan buruh yang ahli dalam perusahan perkebunan baik itu dalam

perekonomian, keuanggan maupun kesosialan.

Dewan Pimpinan yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian dan Persedian

tersebut bekerja dibawah pengawasan Jawatan Perkebunan dari Menteri Pertanian

dan Persediaan di Jawa dan Madura dengan pembatasan Inspektur Perkebunan

menurut Peraturan dalam Ketetapan Menteri Kemakmuran tanggal 15 Maret 1946

Nomor 295 dengan mengingat tambahan-tambahan yang dianggap perlu oleh

Menteri Pertanian dan Persediaan yang menetapkan antara lain:

Bahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi

perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan dan bekerja

langsung dibawah Jawatan Perkebunan dan masing-masing dibantu oleh Dewan

Pengawasan yang anggotanya sebagian ditunjuk oleh Badan Pekerja dan Badan

Perwakilan Rakyat dan sebagai wakil dari wakil buruh dengan diketuai oleh

Kepala Daerah atau pegawai negeri sebagai wakilnya. Berhubungan dengan ini

Jawa dan Madura berdasarkan pada banyaknya kebun-kebun dalam tiap-tiap

daerah dibagi menjadi lima (5) daerah inspeksi, yaitu:

1. Daerah I Karesidenan Jakarta dan Banten;

2. Daerah II Karesidenan Bogor;

3. Daerah III Karesidenan Priangan dan Cirebon;

4. Daerah IV Karesidenan Jawa Tengah;

5. Daerah V Karesidenan Jawa Timur.

Page 45: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

45

Adapun kewajiban dari Inspektur Perkebunan yaitu menjalankan segala

kewajiban Dewan Pimpinan Pusat Perkebunan Negara (PPN) dalam daerah

inspeksinya. Susunan dari kantor dan pegawai dari Inspektur Perkebunan itu

sendiri yaitu:

1. Untuk kantor inspeksi Inspektur Perkebunan dapat menggunakan kantor

cabang Gunsaikanba Saibai Kigyoo Rengoekai dan kantor-kantor Kaisha;

2. Untuk pegawainya sendiri inspeksi Inspektur Perkebunan dapat merubah

susunannya sesuai dengan kebutuhan yang ada ditempat kedudukannya.

Susunan pegawai harus sesuai dengan batas-batas keuangan yang ditetapkan

oleh Kementerian.

3. Dalam kantor inspeksi akan dijadikan pusat semua urusan perkebunan yang

pengawasannya dipimpin oleh Inspektur Perkebunan. Dan untuk setiap

perkebunan harus melakukan pembukuan sendiri.

Dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1946 tentang

Perusahaan Gula yaitu:

“Untuk menjalankan perusahaan-perusahaan gula didirikan satu badan pemerintah yang bekerja sebagai Badan Hukum dengan modal yang terpisah dari keuangan biasa dengan anggaran dasar yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian dan Persediaan. Badan itu dinamakan Badan Penyelenggara Perusahaan Gula Negara (BPPGN) dan berkedudukan di Solo.”

Sama halnya dengan Pusat Perusahaan Perkebunan (PPN) dalam hal

kepemimpinannya Badan Penyelenggara Perusahaan Gula Negara (BPPGN)

dipimpin oleh satu (1) Dewan Pimpinan yang terdiri dari satu (1) ketua dan dua

(2) anggota yang diangkat oleh Menteri Pertaniaan dan Persediaan dan oleh

kalangan yang ahli. Dewan Pimpinan tersebut bekerja dibawah pengawasan dan

dibantu oleh satu (1) Badan Pengawas yang terdiri dari tujuh (7) orang anggota

yang diangkat oleh Menteri Pertanian dan Persediaan. Dari ketujuh (7) orang yang

Page 46: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

46

diangkat tersebut merupakan orang-orang ynag ahli dalam bidangnya terutama

mengenai lapangan perusahaan gula.

Antara perusahaan-perusahaan perkebunan yang dikuasai oleh Pusat

Perkebunan Negara (PPN) dan Badan Penyelenggara Perusahaan Gula Negara

(BPPGN) maka masuklah:

1. Perusahaan-perusahaan perkebunan milik negara tergabung dalam Kantor

Perusahaan Perkebunan Pemerintah (KPPP) dalam jaman Belanda bernama

“N.V Solosehe Landbouw Mij gev de Surakarta” yaitu tiga (3) perusahaan

perkebunan di Jawa, empat (4) perusahaan perkebunan di Sumatera dan satu

(1) perusahaan perkebunan di Maluku;

2. Perusahaan-perusahaan perkebunan tergabung dalam Kantor Perusahaan

Nasional Surakarta (PNS), yaitu:

a. Tiga (3) pabrik gula ( dua (2) perusahaan Mangkunegaran dan satu (1)

perusahaan Kasunanan);

b. Enam (6) perusahaan perkebunan selain gula ( tiga (3) perusahaan

Mangkunegaran dan tiga (3) perusahaan Kasunanan);

c. Perusahaan-perusahaan yang didirikan dari reserve (uang cadangan)

perusahaan Mankunegaran yang tersebut dalam huruf a dan b.

Perusahaan-perusahaan perkebunan milik Negara yang tergabung dalam

Kantor Perusahaan Perkebunan Pemerintah (KPP) dengan sendirinya menjadi

milik Republik Indonesia sedangkan perusahaan-perusahaan perkebunan yang

tergabung dalam Kantor Perusahaan Nasional Surakarta (PNS) secara de facto

dikuasai oleh Republik Indonesia. Oleh karena itu untuk mencapai efficiency yang lebih baik dan

mencurahkan lebih besar tenaga untuk menyelenggarakan pembangunan pada

perusahaan-perusahaan perkebunan tersebut maka dianggap perlu

Page 47: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

47

menggabungkan perusahaan-perusahaan tersebut dalam satu (1) organisasi di

bawah satu (1) kantor yang dinamakan Kantor Urusan Perusahaan sedangkan

Kantor Perusahaan Perkebunan Pemerintah (KPP) dan Kantor Perusahaan

Nasional Surakarta (PNS) dihapuskan. Perusahaan Perkebunan Republik

Indonesia (PPRI) diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1947

tentang Kantor Urusan Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia Pasal 1, yaitu:

Ayat 1: “Perusahaan-perusahaan perkebunan milik Negara dan perusahaan-perusahaan perkebunan bukan milik bangsa asing yang dikuasai oleh Negara terhitung perusahaan-perusahaan bukan perkebunan yang didirikan dari kekayaan atau uang reservenya perusahaan-perusahaan itu yang tersebut dalam daftar terlampir pada peraturan ini diurus dan diselenggarakan oleh satu (1) kantor yang dinamakan “Kantor Urusan Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia”, selanjutnya disingkat PPRI.”

Ayat 2: “Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia (PPRI) menguasai kekayaan dan hasil dari perusahaan-perusahaaan tersebut diatas.”

Ayat 3: “Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia (PPRI) berkedudukan di Surakarta.”

Pegawai Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia terdiri dari Pegawai

Negeri yang dipekerjakan pada Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia

(PPRI) dan pegawai lainnya yang digaji menurut Peraturan Gaji Pegawai

Perkebunan atau dengan perjanjian. Dalam urusannya Perusahaan Perkebunan

Republik Indonesia dikepalai oleh seorang Direktur yang dibantu oleh dua (2)

orang ahli, yaitu:

1. Kepala perusahaan-perusahaan gula PPRI (Perusahaan Perkebunan Republik

Indonesia) yang menjabat sebagai Wakil Direktur;

2. Kepala urusan perkebunan selain gula (ahli cultuur bechniek).

Direktur dan Dewan Pimpinan akan diawasi dan dibantu oleh Badan

Pengawas yang terdiri dari:

Page 48: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

48

1. Kepala Jawatan Perkebunan sebagai Ketua;

2. Ketua Dewan Pimpinan Badan Penyelengraan Perusahaan Gula Negara

(BPPGN);

3. Ketua Dewan pimpinan Pusat Perusahaan Perkebunan (PPN);

4. Kepala Bank Rakyat Surakarta;

5. Seorang Wakil Buruh Gula;

6. Seorang Wakil Buruh Perkebunan selain Gula;

7. Seorang Wakil Tani;

8. Lain-lain orang yang dipandang perlu oleh Menteri Kemakmuran.

Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia (PPRI) bekerja sebagai

perusahaan yang mandiri berdiri sendiri. Keuangannya dimasukkan kedalam kas

Negara sebagai pendapatan Negara.

Keberadaan kantor urusan Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia

(PPRI) tidak berlangsung lama karena pada tahun 1960 Pemerintah RI

mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1960 tentang Pembubaran

Kantor Urusan Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia Termaksud Dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1947. Hal ini dimaksudkan untuk

melaksanakan usaha pemerintah dalam mencapai keseragaman dan sinkronisasi

dalam penyelenggaraan perusahaan-perusahaan Negara dalam rangka ekonomi

terpimpin di Indonesia. Sebagaimana diketahui maka di bidang perusahaan

perkebunan Negara terdapat tiga (3) organisasi yang menyelenggarakan

perusahaan perkebunan yang dikuasai oleh Negara, yaitu: PPN (Pusat Perkebunan

Negara), PPN Baru (Perusahaan Perkebunan Negara Baru) serta Kantor Urusan

Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia (PPRI).

Page 49: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

49

Sebelum dibentuk perusahaan perkebunan Negara menurut Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1960, perlu terlebih

dahulu menggabungkan perusahaan-perusahaan PPRI kedalam penguasaan PPN

Baru untuk mencapai kesatuan penyelenggaraan perusahaan dalam rangka

reorganisasi alat-alat produksi yang dikuasai oleh Pemerintah. Ketentuan ini dapat

dilihat dalamPeraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 19 Tahun

1960 Pasal 28, yaitu:

Ayat (1): “Dengan Peraturan Pemerintah dibentuk gabungan perusahaan yang sejenis yang dapat terdiri dari:

a) Perusahaan Negara;b) Perusahaan Swatantra;c) Perusahaan Swasta.

Ayat (2): “Perusahaan yang digabungkan kedalam satu (1) jenis ditentukan dengan Peraturan Pemerintah.

Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 15 November

1960 No. 10189/Sk/M terhitung mulai tanggal 1 Desember 1960 Direksi PPRI

diserahkan pada PPN Baru dengan catatan:

1. Bahwa timbang terima antara Direktur lama dari PPRI dan Direksi baru

dilakukan pada tanggal 30 November 1960;

2. Bahwa PPN Baru harus menerima PPRI sebagaimana keadaannya pada

tanggal 1 Desember 1960;

3. Bahwa Direktur lama tetap bertanggung jawab atas jalannya pengurusan

(management) sampai tanggal 30 November 1960 dan supaya menyelesaikan

hal-hal yang diperlukan untuk penyerahan penyelenggaraan Direksi secara

materiil dalam waktu satu (1) bulan terhitung dari tanggal 30 November 1960. Setelah dibentuknya perusahan perkebunan Negara menurut Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1960 maka mengenai

pendiriannya dapat dilihat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1968

Page 50: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

50

tentang Pendirian Perusahaan Negara Perkebunan (Aneka Tanaman Negara),

yaitu: untuk perkebunan-perkebunan yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah

ini didirikan oleh suatu Perusahaan Negara termaksud pada Pasal 3 ayat (1) yaitu:

“Bahwa Perusahaan Negara yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah atas

kuasa Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini. Menurut Undang-

Undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 Perusahaan Negara dimaksud merupakan

badan hukum yang kedudukannya diperoleh dari Peraturan Pemerintah Nomor 14

Tahun 1968 yang kemudian bernama Perusahaan Negara Perkebunan.

Perkebunan-perkebunan yang tercantum dalam lampiran Peraturan Pemerintah ini

beserta hak dan kewajiban kekayaannya dan perlengkapan termasuk pegawai,

pekerja serta bagian dari perusahaan tersebut diserahkan/beralih kepada

Perusahaan Negara Perkebunan yang tercantum dalam lampiran Peraturan

Pemerintah ini (Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1968 dapat

dilihat dalam bagian lampiran dari Penelitian Hukum ini). Yang kemudian disebut

sebagai Perusahaan Negara Perkebunan XV.

Perusahaaan Negara Perkebunan XV yang diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 14 Tahun 1968 setelah melalui penelitian dan penilaian

sehingga dapat memenuhi ketentuan-ketentuan untuk dialihkan bentuknya

menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) yang diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 32 Tahun 1973 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Negara

Perkebunan XV Menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) Pasal 1, yaitu:

Ayat (1) : “Perusahaan Negara Perkebunan XV yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1968 dialihkan bentuknya menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) sebagaimana yang dimaksudkan dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1969.”

Ayat (2) : “Dengan Dialihkannya bentuk Perusahaan Negara Perkebunan XV menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, Perusahaan Negara Perkebunan XV dinyatakan bubar pada saat pendirian Perusahaan Perseroan (PERSERO) tersebut.”

Page 51: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

51

Ayat (3) : “Sebagai likuidatur dalam pelaksanaan pembubaran Perusahaan Negara Perkebunan XV sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (2) Pasal ini ditunjuk suatu tim/ panitia yang susunan anggotanya terdiri dari dua (2) orang wakil dari Departemen Pertanian, seorang selaku Ketua dan seoang selaku anggota; seorang wakil dari Departemen Keuangan selaku Wakil Ketua; seorang wakil dari Perusahaan Negara Perkebunan XV selaku Sekretaris dan seorang wakil dari Departemen Kehakiman selaku anggota.”

Dalam pelaksanaan pendirian Perusahaan Perseroan (PERSERO) yang

dimaksudkan dalam Peraturan Pemerintah ini dilakukan menurut ketentuan-

ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan menurut Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1971 serta Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1969 Jo

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1972. Masalah penyelesaian pendirian

Perusahaan Perseroan (PERSERO) ini oleh Pemerintah diserahkan kepada

Menteri Keuangan dan Menteri Keuangan dengan hak subsitusinya dapat

menyerahkan kekuasannya kepada Menteri Pertanian dengan ketentuan bahwa

Rancangan Anggaran Dasar Perusahaan Perseroan (PERSERO) tersebut harus

mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan. Setelah mengalami pergantiann nama, peralihan kedudukan,

penggabungan nama sampai akhirnya pemerintah memutuskan untuk melakukan

peleburan perusahaan perkebunan negara. Hal ini dapat dilihat dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 14 Tahun 1996 tentang Peleburan Perusahaan Perseroan

(PERSERO) PT Perkebunan XV- XVI dan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT

Perkebunan XVIII menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan

Nusantara IX.

Pemerintah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas Badan-

badan Usaha Milik Negara di lingkungan Departemen Pertanian maka melakukan

peleburan antara Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan XV- XVI dan

Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan XVIII kedalam satu (1)

Perusahaan Perseroan (PERSERO) baru dengan nama Perusahaan Perseroan

(PERSERO) PT Perkebunan Nusantara IX yang kemudian menganggap

Page 52: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

52

Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan XV- XVI dan Perusahaan

Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan XVIII bubar dengan menyatakan seluruh

hak dan kewajiban dan kekayaan serta karyawan beralih kepada PT Perkebunan

Nusantara IX (PERSERO) tetapi tidak termasuk seluruh hak dan kewajiban,

kekayaan serta karyawan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan

XVIII dalam proyek pengembangan di Propinsi Kalimantan Selatan dan

Kalimantan Tengah. Pelaksanan peleburan dari Perusahaan Perseroan

(PERSERO) PT Perkebunan XV- XVI dan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT

Perkebunan XVIII menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan

Nusantara IX dilakukan oleh Menteri Keuangan dan dapat menyerahkan

kekuasaan kepada Menteri Pertanian karena Menteri Keuangan memiliki Hak

Substitusi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

mengenai Rancangan Anggaran Dasar PT Perkebunan Nusantara IX (PERSERO)

harus mendapatkan persetujuan dari Menteri Keuangan sedangkan pelaksanaan

pendiriannya dari PT Perkebunan Nusantara IX (PERSERO) itu sendiri

didasarkan menurut ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dengan

memperhatikan ketentuan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 12 Tahun 1969 Jo Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1972 dan

peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku.

Kekayaan (modal) yang dimiliki PT Perkebunan Nusantara IX

(PERSERO) berasal dari seluruh kekayaan Negara Republik Indonesia yang

tertanam dalam Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan XV- XVI

termasuk bekas pabrik karung Delanggu dan Perusahaan Perseroan (PERSERO)

PT Perkebunan XVIII setelah dikurang dengan jumlah dana yang akan

dipergunakan dalam rangka pendirian Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT

Perkebunan Nusantara XIII dan dikurangi dengan kekayaan Negara yang tertanam

dalam Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan XVIII yang digunakan

untuk proyek pengembangan di Propinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan

Page 53: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

53

Tengah. Besarnya modal PT Perkebunan Nusantara IX (PERSERO) dan dana

ynag akan dipergunakan untuk pendirian Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT

Perkebunan Nusantara XIII ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan

perhitungan bersama dengan Departemen Keuangan dan Departemen Pertanian

dan dalam penyusunan neraca pembukuan PT Perkebunan Nusantara IX

(PERSERO) ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Adapun maksud dan tujuan dari didirikannya PT Perkebunan Nusantara IX

(PERSERO) antara lain:

1. Melakukan berbagai usaha di bidang perkebunan;

2. Melakukan usaha-usaha lainnya yang dapat menunjang penyelenggaraan

usaha di bidang perkebunan sesuai dengan peraturan perundangan-undangan

yang berlaku.

Jika menurut Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang

Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda Di Indonesia mengenai

perusahaan-perusahaan milik Belanda ynag berada di wilayah Republik Indonesia

yang kemudian akan ditetapkan menurut Peraturan Pemerintah akan mengalami

nasionalisasi yang kemudian perusahaan-perusahaan tersebut akan menjadi aset

Negara Republik Indonesia. Menasionalisasi perusahaan-perusahaan milik

Belanda yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dimaksudkan dalam rangka

pembangunan ekonomi nasional dan bertanggung jawab memberi manfaat

sebesar-besarnya pada masyarakat Indonesia pada waktu itu. Pemerintah

Indonesia berpendapat bahwa adanya tindakan-tindakan pengambilalihan terhadap

perusahaan-perusahaan milik Belanda merupakan suatu kebijaksanaan

pembatalan Konferensi Meja Bundar (KMB) dan sesuai dengan kebijaksanaan

pokok dalam lapangan perekonomian sebagai yang dirumuskan dalam

Musyawarah Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Belanda (Munap) serta

menuju perekonomian nasional yang sesuai dengan kepribadian dan jiwa bangsa

Page 54: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

54

Indonesia. Tindakan nasionalisasi yang dilakukan Pemerintah Indonesia ini juga

dimaksudkan agar Indonesia ikut mensukseskan politik bebas dilapangan

perekonomian yang nondiskriminasi terhadap negara-negara sahabat dan tidak

memberikan tempat untuk kedudukan yang menentukan kepada salah satu negara.

Di samping itu untuk lebih memperkokoh potensi nasioanl bangsa Indonesia

maupun untuk melikuidasi kekuasaan ekonomi kolonial Belanda. Jadi berdasarkan

Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-

Perusahaan Milik Belanda Di Indonesia Bahwa dengan Nasionalisasi Perusahaan-

perusahaan milik Belanda/asing maka harta-harta kekayaannya termasuk hak-hak

atas tanah kepunyaan perusahaan yang dinasionalisasi itu merupakan aset Negara,

hak-hak atas tanah kepunyaan perusahaan yang dinasionalisasi itu menjadi hapus

karena hukum dan tanahnya menjadi aset Negara.

Mengenai tanah-tanah bekas Hak Barat yang terdapat di Surakarta

khususnya tanah-tanah yang dipergunakan untuk perkebunan merupakan tanah

aset Negara yang dikuasai penuh dan bebas oleh PT Perkebunan Nusantara.

Karena setelah Indonesia merdeka dan sesuai dengan Surat Kuasa Istimewa

tertanggal 15 Juli 1946 penguasaan atas benda-benda milik Mangkunegaran

diserahkan kepada Negara khususnya kepada Kepala Jawatan Perkebunan pada

waktu itu. Berdasarkan riwayat berdirinya PT Perkebunan Nusantara IX

(PERSERO) sejak jaman Badan Penyelenggara Perusahaan Gula Negara

(BPPGN) yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3 dan 4 Tahun 1946

sampai dengan adanya Nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda yang

berada di wilayah Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958

serta sampai dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1996

tentang Peleburan Perusahaan Perseroan (PERSERO) Perkebunan XV- XVI dan

Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan XVIII menjadi Perusahaan

Perseroan (PERSERO) PT Perkebunan Nusantara IX, tanah-tanah bekas Hak

Barat yang terdapat di Surakarta merupakan tanah yang dikuasai oleh PT

Page 55: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

55

Perkebunan Nusantara IX (PERSERO). Khusus mengenai tanah bekas Hak Opstal

(RVO 222) yang berada di Kampung Baron Cilik Kelurahan Bumi Kecamatan

Laweyan Surakarta merupakan tanah aset negara yang oleh Negara kekuasaannya

diserahkan kepada PT Perkebunan Nusantara IX (PERSERO) dan itu merupakan

harta kekayaan yang masuk aset kepunyaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Dalam hal ini status penguasaan atas tanah tersebut merupakan tanah ynag

dikuasai secara penuh oleh PT Perkebunan Nusantara IX (PERSERO).

Warga Kampung Baron Cilik Kelurahan Bumi yang sudah menempati

(menguasai secara fisik) tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) sudah puluhan tahun

dan ingin mengajukan permohonan hak atas tanah yang mereka kuasai untuk

mendapatkan kepastian hukumnya kepada Kantor Pertanahan Surakarta sebelum

mendaftarkan tanah tersebut pihak warga harus mendapatkan persetujuan terlebih

dahulu dari pihak PT Perkebunan Nusantara IX (PERSERO) yang merupakan

pemegang hak atas tanah RVO 222 tersebut. Apabila permohonan hak yang

diajukan oleh warga mendapatkan persetujuan dari pihak PT Perkebunan

Nusantara IX (PERSERO) dihadapan Kepala Kantor Pertanahan Surakarta/

notaris maka akan dikeluarkan Surat Pelepasan Hak yang kemudian dengan

adanya permohonan Hak Milik dari pihak warga Baron Cilik maka Surat

Pelepasan Hak Atas Tanah tersebut dapat diajukan ke Kantor Pertanahan sebagai

kelengkapan permohonan haknya, dan selanjutnya oleh Panitia Pemeriksaan

Tanah “A” dilakukan pemeriksaan dan penelitian terhadap berkas-berkas

permohonan baik data fisik maupun data yuridis untuk diterbitkan Surat

Keputusan Pemberian Hak Milik Atas Tanah.

Jika menurut Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pokok-

Pokok Kebijaksanaan Dalam Rangka Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal

Konversi Hak-Hak Barat dan sebagai tindak lanjut atas Keputusan Presiden

tersebut telah dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1979

tentang Ketentuan-Ketentuan Permohonan Dan Pemberian Hak Baru Atas Tanah

Page 56: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

56

Asal Konversi Hak-Hak Barat. Peraturan ini dikeluarkan dengan tujuan untuk

mengatur akibat-akibat hukum dari ketentuan mengenai tanah bekas Hak Barat

yang akan berakhir masa berlakunya selambat-lambatnya tanggal 24 September

1980 dan setelah itu tanah-tanah tersebut akan dikonversi sesuai peraturan-

peraturan yang mengaturnya dan menentukan hubungan hukum serta penggunaan

peruntukannya lebih lanjut dari tanah-tanah tersebut. Selain itu maksud dari pada

kedua peraturan dimaksud kecuali menegaskan status tanah sebagai tanah yang

langsung dikuasai oleh negara, pada saat berakhirnya hak atas tanah asal konversi

Hak Barat, juga dimaksudkan untuk mengatur kebijaksanaan menyeluruh dalam

rangka penataan kembali penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah. Bahwa

yang menjadi pokok kebijaksanaan dalam Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun

1979 tentang Pokok-Pokok Kebijaksanaan Dalam Rangka Pemberian Hak Baru

Atas Tanah Asal Konversi Hak-Hak Barat adalah penegasan kembali tentang

berakhirnya hak atas tanah asal Konversi Hak-hak Barat (yang dikonversi menjadi

Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai) pada tanggal 24

September 1980, yang juga merupakan prinsip yang telah digariskan di dalam

UUPA, dengan maksud untuk dapat benar-benar mengakhiri berlakunya sisa hak-

hak Barat atas tanah di Indonesia dengan segala sifat-sifatnya yang tidak sesuai

dengan Pancasila dan UUD 1945, oleh karena itu hak atas tanah asal Konversi

Hak Barat itu tidak akan diperpanjang lagi. Bahwa selanjutnya tanah-tanah asal

Konversi Hak-hak Barat dimaksud sejak 24 September 1980 statusnya menjadi

tanah yang dikuasai negara, dan selanjutnya oleh negara akan diatur kembali

penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah melalui pemberian hak baru.

Dalam Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa “Tanah Hak Guna Usaha, Hak

Guna Bangunan dan Hak Pakai asal konversi Hak Barat yang jangka waktunya

akan berakhir selambat-lambatnya pada tanggal 24 September 1980, sebagaimana

yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 pada saat

berakhirnya hak yang bersangkutan menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh

Negara”. Tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) yang terdapat di Kampung Baron

Page 57: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

57

Cilik Kelurahan Bumi menurut peraturan ini merupakan tanah yang dikuasai

langsung oleh Negara.

Dalam Pasal 4 disebutkan bahwa “Tanah-tanah Hak Guna Usaha asal

konversi Hak Barat yang sudah diduduki oleh rakyat dan ditinjau dari sudut tata

guna tanah dan keselamatan lingkungan hidup lebih tepat diperuntukknan untuk

pemukiman atau kegiatan usaha pertanian, akan diberikan hak baru kepada rakyat

yang mendudukinya”. Dan dalam Pasal 5 disebutkan bahwa “Tanah-tanah

perkampungan bekas Hak Guna Bangunan dan Hak Guna Pakai asal konversi Hak

Barat yang telah menjadi perkampungan atau diduduki rakyat akan diberikan

priorotas kepada rakyat yang mendudukinya setelah dipenuhinya persyratan-

persyaratan yang menyangkut kepentingan bekas pemegang hak tanah”. Tanah

RVO 222 yang berada di Kampung Baron Cilik sebelum penguasaannya oleh

warga merupakan tanah yang dipakai oleh Perusahaan Perkebunan pada jaman

Hindia Belanda sebagai tempat penyimpanan rel-rel kereta yang di pakai untuk

mengangkut hasil panen tebu, akan tetapi setelah Hindia Belanda pergi dari

Indonesia dan pada tahun 1952 tanah tersebut sudah tidak digunakan lagi

(terlantar) dan akhirnya datanglah warga yang menempati tanah tersebut dengan

menjadikan tanah tersebut sebagai tempat pemukiman dan akhirnya menjadi

sebuah perkampungan rakyat hingga sekarang yang menempati tanah tersebut

mencapai + 110 Kepala Keluarga di samping itu di atas tanah tersebut juga telah

berdiri satu tempat ibadah berupa Mushola Nurul Huda.

Ketentuan Keputusan Presiden tersebut juga di pertegas lagi dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1979 tentang Ketentuan-Ketentuan

Permohonan Dan Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal Konversi Hak-Hak Barat

mengatur mengenai pelaksanaan dari berakhirnya ketentuan konversi tersebut dan

kebijaksanaan yang perlu diambil.

Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas, tanah RVO 222 menurut

Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1979 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 3 Tahun 1979 merupakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara.

Page 58: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

58

Warga Baron Cilik dapat mengajukan permohonan hak kepada Kantor Pertanahan

Surakarta dengan pertimbangan-pertimbangan di dalam perundangan agraria ynag

berlaku antara lain:

1. keadaan tanah

a. Bahwa status tanah di Kampung Baron Cilik Kelurahan Bumi Kecamatan

Laweyan Kota Surakarta merupakan tanah negara asalnya pernah melekat

suatu hak dan jangka waktunya telah berakhir untuk dimintakan

pembaharuannya;

b. Bahwa di atas tanah itu telah berdiri sebuah bangunan perkampungan.

2. Kepentingan Orang Lain dan Kepentingan Umum

a. Bahwa dalam mengajukan permohonan ini pada saat Panitia Pemeriksaan

Tanah “A” melaksanakan peninjauan di lapangan tidak diterima

keberatan-keberatan dari pihak lain;

b. Bahwa di atas tanah itu tidak terdapat tugu triangulasi;

c. Bahwa mengenai tanah itu tidak terdapat Riool.

3. Peninjauan dari Aspek Pengaturan

a. Bahwa tanah yang dimohon bukan merupakan obyek landreform;

b. Bahwa tanah yang dimohon di atasnya terdapat bangunan rumah tempat

tinggal;

c. Bahwa tanah yang dimohon sampai saat ini dikuasai/digarap oleh

pemohon.

4. Peninjauan dari Aspek Tata Guna Tanah

a. Peruntukan tanah yang dimohonkan berdasarkan Rencana Tata Ruang

Wilayah merupakan kawasan pemukiman berdasarkan Peraturan Daerah

Nomor 8 Tahun 1993;

b. Tanah tersebut disarankan dapat dipertimbangkan untuk perumahan.

Page 59: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

59

Jika menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan

Dasar Pokok-Pokok Agraria dan Peraturan Menteri Agraria Nomor 2 Tahun 1960

tentang Pelaksanaan Beberapa Ketentuan Undang-Undang Pokok Agraria

mengenai tanah bekas hak Barat dikonversi menjadi hak baru sesuai dengan yang

diatur dalam UUPA. Khusus mengenai tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) dalam

ketentuan konversi Pasal V mengenai hak opstal dan hak erfpacht untuk

perumahan yang mulai berlakunya UUPA dikonversi menjadi Hak Guna

Bangunan yang berlangsung selama sisa waktu hak opstal tersebut tetapi selama-

lamanya 20 tahun. Tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) di Bumi setelah

berlakunya UUPA tidak pernah didaftarkan kembali oleh bekas pemegang haknya

hal ini dapat dibuktikan dengan adanya akta RVO 222 yang ada dikantor

Pertanahan Surakarta. Oleh karena tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) di Bumi

tidak pernah didaftarkan kembali dan sesuai dengan ketentuan dalam UUPA yang

menyatakan bahwa tanah Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai

asal konversi Hak Barat yang akan berakhir jangka waktunya selambat-lambatnya

tanggal 24 September 1980 maka saat berakhirnya hak yang bersangkutan tanah

bekas Hak Opstal (RVO 222) yang berada di Bumi menjadi tanah yang dikuasai

oleh Negara. Berdasarkan uraian yang telah disebutkan diatas, tanah bekas Hak Opstal

(RVO 222) berdasarkan UUPA merupakan tanah yang dikuasai langsung oleh

Negara karena setelah berlakunya UUPA tanah bekas RVO 222 tersebut tidak

didaftarkan kepada Kantor Pertanahan untuk dikonversi sesuai yang diatur

didalam UUPA dan warga Baron Cilik dapat dengan langsung mengajukan

permohonan hak milik kepada Kantor Pertanahan Surakarta disertai syarat-syarat

pengajuan permohonan hak sesuai dengan peraturan agraria yang berlaku.

B. Warga Kelurahan Bumi Dapat Dijadikan Sebagai Subjek Hak Atas Tanah

Di Atas Tanah Bekas Hak Opstal (RVO 222)

Page 60: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

60

Pasal 9 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria menetapkan bahwa hanya warga negara Indonesia saja yang

dapat mempunyai hubungan yang sepenuhnya dengan Bumi, Air dan Ruang

Angkasa. Pasal 21 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria menetapkan bahwa hanya warga negara

Indonesia dan Badan-badan Hukum yang ditetapkan oleh Pemerintah dapat

mempunyai Hak Milik berdasarkan syarat-syaratnya.

Badan-badan hukum Indonesia juga mempunyai hak-hak tanah di

Indonesia tetapi untuk mempunyai Hak Milik hanya badan-badan hukum yang

ditunjuk oleh Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 tentang Penunjukan

Badan-Badan Hukum Yang Dapat Mempunyai Hak Milik Atas Tanah, yaitu:

1. Bank-bank yang didirikan oleh Negara;

2. Perkumpulan-perkumpulan koperasi pertanian yang didirikan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 79 Tahun 1963;

3. Badan-badan Keagamaan yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/ Agraria

setelah mendengar Menteri Agama;

4. Badan-badan sosial yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria setelah

mendengar Menteri Sosial.

Dalam Pasal 8 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan

Pertanahan Nasional No. 9 / 1999 ini, dinyatakan bahwa Hak Milik dapat

diberikan kepada :

1. Warga Negara Indonesia

2. Badan-badan Hukum yang ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan yang berlaku, yaitu :

a. Bank Pemerintah;

b. Badan Keagamaan dan Badan Sosial yang ditunjuk oleh Pemerintah.

Page 61: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

61

Warga Kampung Baron Cilik Kalurahan Bumi Kecamatan Laweyan Kota

Surakarta dapat menjadi subjek hak atas tanah bekas Hak Opstal (RVO 222)

setelah tanah tersebut dilepas oleh pemegang hak sebelumnya dalam hal ini PT

Perkebunan Nusantara IX (PERSERO) melalui Pelepasan Hak. Yang kemudian

diikuti oleh warga Kampung Baron Cilik dengan tidak lupa memperhatikan

kepentingan bekas pemegang hak dalam hal ini pihak Perusahan Perkebunan IX

(PERSERO) maka dapat dibuatkan Surat Pelepasan Hak Atas Tanah itu (Akta

Pelepasan Hak), dengan mempertimbangkan permohonan hak milik yang

diajukan oleh pihak warga Bumi kemudian surat pelepasan tersebut diajukan ke

Kantor Pertanahan untuk didaftarkan permohonan haknya. Selanjutnya, terhadap

berkas-berkas permohonan yang telah diajukan, dilakukan pemeriksaan dan

penelitian oleh Panitia Pemeriksaan Tanah “A” meliputi data fisik maupun data

yuridis baik di lapangan maupun di kantor dalam rangka penyelesaian

permohonan pemberian hak milik. Pemeriksaan dan penelitian oleh Panitia

Pemeriksaan Tanah “A” dilaksanakan untuk memperoleh kebenaran formal atas

data yuridis dalam rangka pemberian Hak Milik. Mengenai kebenaran materiil

dari warkah / berkas yang diajukan dalam rangka permohonan sepenuhnya

merupakan tanggung jawab pemohon.

Berdasarkan Pasal 2 Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Susunan dan Tugas Panitia Pemeriksaan Tanah,

susunan Panitia Pemeriksaan Tanah “A” terdiri dari :

1. Kepala Seksi Hak-Hak Atas Tanah atau Staf Seksi Hak-Hak Atas Tanah yang

senior dari Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya, sebagai Ketua

merangkap anggota;

2. Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah atau Staf Seksi Pengukuran

dan Pendaftaran yang senior dari Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya,

sebagai Wakil Ketua merangkap anggota;

Page 62: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

62

3. Kepala Seksi atau Staf Seksi Pengaturan Penguasaan Tanah, Kepala Seksi

atau Staf Seksi Penatagunaan Tanah dari Kantor Pertanahan

Kabupaten/Kotamadya dan Kepala Desa/Lurah yang bersangkutan atau aparat

desa/kelurahan yang ditunjuk untuk mewakili, sebagai anggota;

4. Kepala Sub Seksi Pengurusan Hak-Hak Atas Tanah atau Staf Sub Seksi

Pengurusan Hak-Hak Atas Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya,

sebagai Sekretaris merangkap anggota.

Berdasarkan Pasal 4 Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 12 Tahun 1992 Tentang Susunan dan Tugas Panitia Pemeriksaan Tanah

ini, Panitia Pemeriksaan Tanah “A” mempunyai tugas sebagai berikut :

1.Mengadakan penelitian terhadap kelengkapan berkas permohonan pemberian

Hak Milik, Hak Pengelolaan, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai atas tanah

Negara dan permohonan pengakuan hak atas tanah;

2.Mengadakan penelitian dan peninjauan fisik atas tanah yang dimohon mengenai

status, riwayat, keadaan tanah, luas, batas tanahnya dan hubungan hukum

antara tanah yang dimohon dengan pemohon serta kepentingan-kepentingan

lainnya;

3.Mengumpulkan data, keterangan/penjelasan dari para pemegang hak atas tanah

yang berbatasan;

4.Menentukan sesuai tidaknya penggunaan tanah tersebut dengan rencana

pembangunan daerah;

5.Memberikan pendapat dan pertimbangan atas permohonan tersebut yang

dituangkan dalam Risalah Pemeriksaan Tanah.

Dari hasil pemeriksaan, penelitian dan pengkajian data fisik maupun data

yuridis baik yang dilakukan oleh Panitia Pemeriksaan Tanah “A” guna

mempertimbangkan pemberian hak atas tanah atas permohonan hak milik yang

diajukan warga Kelurahan Bumi terhadap bidang tanah yang terletak di Kampung

Page 63: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

63

Baron Cilik Kalurahan Bumi Kecamatan Laweyan Kota Surakarta, maka Panitia

Pemeriksaan Tanah “A” memberikan kesimpulan, antara lain :

1. Bahwa status tanah di Kampung Baron Cilik, Kalurahan Bumi, Kecamatan

Laweyan Kota Surakarta merupakan tanah negara;

2. Bahwa terhadap permohonan ini pada saat Panitia “A” melaksanakan

peninjauan di lapangan, tidak diterima keberatan-keberatan dari pihak lain;

3. Bahwa tanah yang dimohon bukan merupakan obyek landreform;

4. Bahwa tanah yang dimohon di atasnya terdapat bangunan rumah tempat

tinggal;

5. Bahwa tanah yang dimohon sampai saat ini dikuasai/digarap oleh pemohon;

6. Bahwa terhadap permohonan yang diajukan tersebut dapat diluluskan dengan

Hak Milik, dengan pertimbangan :

a. Status tanah tersebut adalah tanah negara;

b. Bahwa tanah yang dimohon di atasnya terdapat bangunan tempat tinggal;

c. Bahwa tanah yang dimohon bukan merupakan objek landreform;

d. Bahwa tanah yang dimohon sampai saat ini dikuasai / digarap oleh

pemohon;

e. Bahwa terhadap permohonan tersebut dapat diluluskan dengan hak milik

dengan alasan :

1) syarat-syarat teknis administratif pemberian Hak Milik kepada

pemohon telah dipenuhi;

2) Pemohon memenuhi persyaratan yang berlaku sebagaimana dimaksud

dalam UUPA jo. PMDN/KBPN Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata

Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak

Pengelolaan. Adapun syarat-syarat pemberian hak milik atas tanah

tersebut antara lain:

Page 64: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

64

(a) Permohonan diajukan secara tertulis secara massal kepada Kepala

Kantor Pertanahan Kota Surakarta;

(b) Permohonan tersebut memuat :

(1) Keterangan mengenai identitas Pemohon yaitu

apabila perorangan : nama, umur, kewarganegaraan, tempat

tinggal dan pekerjaannya serta keterangan mengenai

istri/suami dan anaknya yang masih menjadi tanggungannya;

(2) Keterangan mengenai tanahnya yang meliputi: data fisik dan

data yuridis

data yuridis yaitu : sertifikat, girik, surat kapling, surat-surat

bukti pelepasan hak dan pelunasan tanah dan rumah dan atau

tanah yang dibeli dari Pemerintah, putusan pengadilan, akta

PPAT, akta pelepasan hak, dan surat-surat bukti perolehan

tanah lainnya karena di Kampung Baron Cilik belum pernah

dilakukan pendaftaran tanah maka data yuridisnya diganti

dengan Surat Keterangan Tanah berupa Nomor Tanda Bukti

Kepemilikkan (SPPT PBB)yang dikeluarkan oleh Kelurahan

Bumi, antara lain: warga pemohon hak atas tanah Rt. 01 Rw.

VII berjumlah 32 orang, warga pemohon hak atas tanah Rt. 02

Rw. VII berjumlah 30 orang, warga pemohon hak atas tanah

Rt. 03 Rw. VII berjumlah 23 orang.

data fisik yaitu : luas tanah, letak dan bangunannya.

(c) Surat pernyataan pemohon bermaterai pada tanggal 14 November

2007;

(d) Setelah berkas permohonan tersebut diterima, maka Kepala Kantor

Pertanahan :

(1) memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan data

fisik;

Page 65: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

65

(2) mencatat dalam formulir isian sesuai ketentuan, memberikan

tanda terima berkas permohonan formulir isian yang

ditentukan;

(3) memberitahukan kepada pemohon untuk membayar biaya yang

diperlukan untuk menyelesaikan permohonan tersebut dengan

rinciannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan

yang berlaku.

(e) Selanjutnya Kepala Kantor Pertanahan memerintahkan kepada

Kepala Seksi Hak Atas Tanah atau petugas yang ditunjuk untuk

memeriksa permohonan hak terhadap tanah yang belum terdaftar

dalam berita acara. Panitia pemeriksaan tanah ”A” memeriksa

permohonan hak selain yang diperiksa sebagaimana dimaksud di

atas dan dituangkan dalam Risalah Pemeriksaan Tanah;

(f) Dalam hal keputusan pemberian hak milik telah dilimpahkan

kepada Kepala Kantor pertanahan, maka setelah

mempertimbangkan pendapat dari Kepala Seksi Hak Atas Tanah

atau pejabat yang ditunjuk atau Tim Penelitian Tanah atau Panitia

Pemeriksa Tanah ”A”, Kepala Kantor Pertanahan akan

menerbitkan keputusan pemberian hak atas tanah yang dimohon

atau keputusan penolakan yang disertai dengan alasan

penolakannya;

(g) Dalam hal keputusan pemberian hak tidak dilimpahkan kepada

Kepala Kantor Pertanahan, maka Kepala Kantor Pertanahan yang

bersangkutan menyampaikan berkas permohonan tersebut kepada

Kepala Kantor Wilayah disertai dengan pertimbangnnya;

(h) Setelah menerima berkas permohonan yang disertai pendapat dan

pertimbangan dari Kepala Kantor Pertanahan, Kepala kantor

Wilayah memerintahkan kepada Kepala Bidang Hak Atas Tanah

untuk memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan data

Page 66: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

66

fisik, dan apabila belum lengkap segera meminta Kepala Kantor

Pertanahan yang bersangkutan untuk melengkapinya. Kemudian

Kepala Kantor Wilayah menerbitkan Keputusan pemberian hak hak

atas tanah yang dimohon atau penolakan yang disertai dengan

alasan penolakannya;

(i) Dalam hal keputusan pemberian hak tidak dilimpahkan kepada

Kepala Kantor Wilayah, maka Kepala Kantor Wilayah

menyampaikan berkas permohonan tersebut kepada Menteri

disertai pendapat dan pertimbangnnya;

(j) Setelah menerima berkas permohonan yang disertai pertimbangan

tersebut Menteri memerintahkan kepada pejabat yang ditunjuk

untuk memeriksa dan meneliti kelengkapan data yuridis dan data

fisik atas tanah yang dimohon dengan memeperhatikan pendapat

dan pertimbangan Kepala Kantor Wilayah, kemudian Menteri

menerbitkan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah yang dimohon

atau penolakan yang disertai dengan alasan penolakannya;

(k) Keputusan Pemberian Hak atau Keputusan Penolakan disampaikan

kepada pemohon melalui surat tercatat atau dengan cara lain yang

menjamin sampainya keputusan tersebut kepada yang berhak.

Dengan diterimanya permohonan Hak Milik, Kantor Pertanahan Kota

Surakarta dapat mengeluarkan Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kota

Surakarta tentang Pemberian Hak Milik Kepada warga Kampung Baron Cilik

Rt.01, 02, 03 Rw.VII, atas sebidang tanah yang diajukan warga Bumi yang

terletak di Kalurahan Bumi Kecamatan Laweyan Kota Surakarta. Dalam Surat

Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kota Surakarta dapat menyatakan:

1. Bahwa Kantor Pertanahan Kota Surakarta menetapkan pemberian Hak Milik

terhadap tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) kepada warga Bumi:

Page 67: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

67

2. Bahwa Kantor Pertanahan Kota Surakarta menghapus daftar umum lainnya

mengenai tanah bekas Hak Opstal (RVO 222):

3. Bahwa Kantor Pertanahan Kota Surakarta memberikan Hak Milik kepada

wagra Bumi Rt.01, 02, 03 Rw VII Kampung Baron Cilik, untuk digunakan

sebagai rumah tempat tinggal dengan ketentuan serta syarat-syarat sebagai

berikut :

a. Segala akibat, biaya, untung dan rugi yang timbul karena pemberian Hak

Milik ini, maupun tindakan penguasaan atas tanah yang bersangkutan

menjadi tanggung jawab sepenuhnya penerima hak, sesuai ketentuan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

b. Bidang tanah tersebut harus diberi tanda batas sesuai dengan ketentuan

peraturan Perundang-undangan yang berlaku serta harus dipelihara

keberadaannya.

c. Penerima Hak Milik diwajibkan membayar lunas uang pemasukan kepada

negara melalui bendaharawan khusus / penerimaan Kantor Pertanahan

Kota Surakarta sebesar sesuai yang diatur dalam peraturan Perundang-

undangan yang berlaku.

d. Tanah tersebut harus digunakan dan dimanfaatkan sesuai dengan

peruntukkannya dan sifat serta tujuan dari hak yang diberikan.

e. Mendaftarkan hak atas tanahnya kepada Kantor Pertanahan Kota

Surakarta dengan menyerahkan surat bukti pembayaran Bea Perolehan

Hak Atas Tanah dan bangunan dan surat setoran pajak.

f. Bila ternyata terdapat kekurangan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan bangunan, maka hal tersebut merupakan kewajiban penerima

hak untuk melunasinya.

Dengan didaftarkannya tanah hak milik tersebut, maka sebagai bentuk

penguatan hak oleh Kantor Pertanahan Kota Surakarta dibuatkan sertipikat Hak

Page 68: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

68

Atas Tanah yang kemudian diberikan pada warga Kampung Baron Cilik Rt.01,

02, 03 Rw.VII Kelurahan Bumi Kecamatan Laweyan Kota Surakarta.

Berdasarkan keterangan-keterangan / uraian-uraian tersebut di atas, dapat

penulis analisa bahwa setelah diketahui status hukum penguasaan hak atas tanah

bekas Hak Opstal (RVO 222) itu merupakan tanah yang dikuasai langsung oleh

Negara karena tanah tersebut setelah berlakunya UUPA tidak pernah didaftarkan

kembali oleh bekas pemegang haknya. Didalam ketentuan konversi UUPA diatur

mengenai hak-hak atas tanah asal konversi yang tidak didaftarkan hingga tanggal

24 September 1980 maka hak atas tanah tersebut langsung dikuasai Negara.

Surat pernyataan tanah yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan

Surakarta yang menyatakan bahwa tanah RVO 222 yang terletak di Bumi

merupakan Tanah Negara tersebut menjadi kelengkapan berkas permohonan yang

merupakan syarat permohonan hak atas Tanah Negara sebagaimana diatur dalam

Pasal 9 dan Pasal 10 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 9 Tahun 1999, antara lain keterangan mengenai tanahnya yang

meliputi data yuridis dan data fisik, yaitu surat-surat pernyataan atas tanah.

Selanjutnya, oleh Panitia Pemeriksaan Tanah “A” dilakukan pemeriksaan dan

penelitian terhadap berkas-berkas permohonan baik data fisik maupun data yuridis

untuk diterbitkan Surat Keputusan Pemberian Hak Milik Atas Tanah. Setelah

diterbitkan Surat Keputusan, kemudian didaftarkan guna memperoleh Sertipikat

Hak Atas Tanah sebagai bentuk penguatan hak atas tanah agar pemegang hak

dapat dengan mudah membuktikan haknya.

Dalam Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

dinyatakan bahwa “sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku

sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang

termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan

data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan”.

Page 69: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

69

Dengan adanya pendaftaran tanah yang dimaksudkan untuk memberikan

kepastian hukum (rechts cadaster) dan perlindungan hukum bagi pemegang hak

atas tanah atau hak-hak lain yang telah terdaftar, untuk memberi informasi kepada

pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah

memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum

mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar, dan untuk terselenggaranya tertib

administrasi pertanahan (Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

tentang Pendaftaran Tanah) sehingga pemegang hak yang bersangkutan dapat

dengan mudah membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang sempurna

dengan pemberian sertipikat hak atas tanah sebagai tanda bukti hak kepadanya.

Kendati pun demikian, pendaftaran tanah di dalam hukum tanah nasional

kita adalah menganut sistem pendaftaran hak (titles registrations) dengan sistem

publikasi yang bersifat negatif dengan mengandung unsur-unsur positif, hal ini

dibuktikan dengan ciri adanya akta tanah sebagai dasar pendaftaran dan sertifikat

sebagai tanda bukti hak yang merupakan salinan atas buku tanah yang merupakan

buku induk di dalamnya memuat data fisik dan data yuridis bidang tanah

bersangkutan, bukan sistem pendaftaran akta (deeds registrations). Sebagai

konsekuensi terhadap sistem yang dianut UUPA ini maka jaminan kekuatan

hukum atas sertifikat sesuatu hak atas tanah yang diterbitkan adalah mempunyai

kekuatan hukum yang kuat karena merupakan alat pembuktian yang kuat

sepanjang dapat dibuktikan sebaliknya.

Di dalam sistem publikasi negatif ini, Negara tidak menjamin kebenaran

data yang disajikan. Tetapi walaupun demikian tidaklah dimaksudkan untuk

menggunakan sistem publikasi negatif secara murni. Hal tersebut tampak dari

pernyataan dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA, bahwa surat tanda bukti hak

yang diterbitkan berlaku sebagai alat bukti yang kuat. Selain itu dari ketentuan-

ketentuan mengenai prosedur pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan

Page 70: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

70

penyajian data fisik dan data yuridis serta penerbitan sertipikat tampak jelas usaha

untuk sejauh mungkin memperoleh dan menyajikan data yang benar, karena

pendaftaran tanah adalah untuk menjamin kepastian hukum. Sehubungan dengan

itu diadakanlah ketentuan dalam ayat (2) ini. Ketentuan ini bertujuan, pada satu

pihak untuk tetap berpegang pada sistem publikasi negatif dan pada lain pihak

untuk secara seimbang memberikan kepastian hukum kepada pihak yang dengan

itikad baik menguasai sebidang tanah dan didaftar sebagai pemegang hak dalam

buku tanah, dengan sertipikat sebagai tanda buktinya, yang menurut UUPA

berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Kelemahan sistem publikasi negatif

adalah, bahwa pihak yang namanya tercantum sebagai pemegang hak dalam buku

tanah dan sertipikat selalu menghadapi kemungkinan gugatan dari pihak lain yang

merasa mempunyai tanah itu. Umumnya kelemahan tersebut diatasi dengan

menggunakan lembaga acquistieve verjaring atau adverse possession. Hukum

tanah kita yang memakai dasar hukum adat tidak dapat menggunakan lembaga

tersebut, karena hukum adat yang dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan

sistem publikasi negatif dalam pendaftaran tanah, yaitu lembaga

rechtsverwerking. Dalam hukum adat jika seseorang selama sekian waktu

membiarkan tanahnya tidak dikerjakan, kemudian tanah itu dikerjakan orang lain

yang memperolehnya dengan itikat baik, maka hilanglah haknya untuk menuntut

kembali tanah tersebut. Ketentuan di dalam UUPA yang menyatakan hapusnya

hak atas tanah karena diterlantarkan (Pasal 27, Pasal 34 dan Pasal 40 UUPA)

adalah sesuai dengan lembaga ini. Dengan pengertian demikian, maka apa yang

ditentukan dalam ayat ini bukanlah menciptakan ketentuan hukum baru,

melainkan merupakan penerapan ketentuan hukum yang sudah ada dalam hukum

adat, yang dalam tata hukum sekarang ini merupakan bagian dari Hukum Tanah

Nasional Indonesia dan sekaligus memberikan wujud konkrit dalam penerapan

ketentuan dalam UUPA mengenai penelantaran tanah.

BAB IV

Page 71: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

71

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang permasalahan yang penulis

kaji pada bab sebelumnya, bahwa dalam penguasaan suatu tanah bekas Hak

Opstal (RVO 222) yang terjadi di Kelurahan Bumi Surakarta, penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Tanah RVO 222 yang terdapat di Bumi merupakan tanah yang menurut

ketentuan Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi

Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda Di Indonesia merupakan tanah aset

Negara yang penguasannya diberikan kepada PT Perkebunan Nusantara IX

(PERSERO). Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1979 tentang

Pokok-Pokok Kebijaksanaan Dalam Rangka Pemberian Hak Baru Atas Tanah

Asal Konversi Hak-Hak Barat dan sebagai tindak lanjut atas Keputusan

Presiden tersebut telah dikeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3

Tahun 1979 tentang Ketentuan-Ketentuan Permohonan Dan Pemberian Hak

Baru Atas Tanah Asal Konversi Hak-Hak Barat, tanah RVO 222 yang terdapat

di Bumi merupakan tanah yang dikuasai secara penuh dan bebas oleh Negara

dan akan diatur kembali penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah

melalui pemberian hak baru. Selain itu tanah RVO 222 oleh PT Perkebunan

Nusantara IX (PERSERO) setelah berlakunya UUPA tidak pernah didaftarkan

kembali. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dalam Ketentuan-Ketentuan Konversi

Pasal V mengenai tanah bekas hak Opstal untuk perumahan yang sejak

berlakunya UUPA dikonversi menjadi hak guna bangunan yang berlangsung

selama sisa waktu Hak Opstal (RVO 222) tersebut dan tetapi selama-lamanya

20 (dua puluh) tahun. Karena tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) di Bumi

oleh PT Perkebunan Nusantara IX (PERSERO) setelah berlakunya UUPA

tidak didaftarkan kembali selain itu menurut ketentuan konversi UUPA

Page 72: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

72

setelah tanggal 24 September 1980 tanah-tanah asal konversi hak-hak barat

status tanahnya menjadi tanah yang dikuasai penuh oleh Negara. Jadi

mengenai tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) di Bumi menurut UUPA

merupakan tanah yang langsung dikuasai oleh Negara.

2. Berdsarkan Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pokok-Pokok

Kebijaksanaan Dalam Rangka Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal

Konversi Hak-Hak Barat jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun

1979 tentang Ketentuan-Ketentuan Permohonan Dan Pemberian Hak Baru

Atas Tanah Asal Konversi Hak-Hak Barat maka warga Kampung Baron Cilik

Kalurahan Bumi Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dapat menjadi subyek

hak atas tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) setelah tanah tersebut dilepas

oleh pemegang hak sebelumnya dalam hal ini PT Perkebunan Nusantara IX

(PERSERO) melalui Pelepasan aset.

B. Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ada beberapa saran-saran

yang ingin penulis sampaikan terkait dengan permasalahan yang penulis kaji.

Adapun saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pemerintah atau Badan Pertanahan Nasional segera menerbitkan peraturan

mengenai mekanisme pemberian hak terkait dengan kewenangan Kantor

Pertanahan dalam penyelesaian sengketa tanah bekas Hak Barat.

2. Pemerintah Kota Surakarta dan Badan Pertanahan Kota Surakarta segera

memfasilitasi pelepasan aset tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) PT

Perkebunan Nusantara IX (PERSERO) sebagai syarat pemberian Hak Milik

kepada warga Kampung Baron Cilik, Bumi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 73: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

73

Dari Buku:

Ali Achmad Chomzah. 2004. Hukum Agraria (Pertanahan) Indonesia Jilid 1.

Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

AP. Parlindungan .1986. Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria.

Bandung : Alumni.

. 1990. Konversi Hak-Hak Atas Tanah. Bandung: Mandar

Maju.

. 1990. Berakhirnya Hak-Hak Atas Tanah. Bandung:

Mandar Maju.

.1999. Pendaftaran Tanah di Indonesia. Bandung : Mandar

Maju.

Boedi Harsono. 2002. Hukum Agraria Indonesia,Himpunan Peraturan-

Peraturan Hukum Tanah. Jakarta: Djambatan.

. 2003. Hukum Agraria Indonesia,Sejarah Pembentukan

Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya. Jakarta:

Djambatan.

Eddy Ruchiyat. 1999. Politik Pertanahan Nasional Sampai Orde Reformasi.

Bandung : Alumni.

Effendy Perangin. 1994 . Hukum Agraria Di Indonesia, Suatu Telaah Dari

Sudut Pandang Praktisi Hukum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Peter Mahmud Marzuki. 2007. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Soerjono Soekanto. 2006 . Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press.

Page 74: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

74

Sudikno Mertokusumo. 2004. Mengenal Hukum Suatu Pengantar.

Yogyakarta: Liberty.

Dari Peraturan Perundang-undangan:

Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke IV.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria.

Undang-Undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-

Perusahaan Milik Belanda Di Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1946 tentang Perusahaan Gula.

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1946 tentang Perusahaan Perkebunan.

Pemerintah Nomor 14 Tahun 1996 tentang Peleburan Perusahaan Perseroan

(PERSERO) PT Perkebunan XV- XVI dan Perusahaan Perseroan

(PERSERO) PT Perkebunan XVIII menjadi Perusahaan Perseroan

(PERSERO) PT Perkebunan Nusantara IX.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran tanah.

Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pokok-Pokok

Kebijaksanaan Dalam Rangka Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal

Konversi Hak-Hak Barat.

Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan

Nasional.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1979 tentang Ketentuan-

ketentuan Mengenai Permohonan Dan Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal

Konversi Hak-hak Barat.

Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No.24 Tahun 1997.

Page 75: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

75

Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian dan

Pembatalan Keputusan Pemberian Hak atas Tanah Negara.

Peraturan Menteri Negara Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak atas

Tanah Negara dan Hak Pengelolaan.

Peraturan Perundang-undangan lainnya yang berkaitan

KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS HAK OPSTAL (RVO 222) DI KELURAHAN BUMI KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA

Penulisan Hukum(Skripsi)

Disusun dan diajukan untukMelengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Page 76: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

76

OlehRINI SULISTYOWATI

NIM : E.0004263

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2008PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS HAK OPSTAL (RVO 222) DI KELURAHAN BUMIKECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA

Disusun oleh :RINI SULISTYOWATI

NIM : E.0004263

Page 77: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

77

Disetujui untuk DipertahankanDosen Pembimbing

LEGO KARJOKO, S.H., M.H.NIP. 131 792 948

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS

HAK OPSTAL (RVO 222) DI KELURAHAN BUMIKECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA

Disusun oleh :RINI SULISTYOWATI

NIM : E.0004263

Telah diterima dan di sahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

pada :Hari : Kamis Tanggal : 18 September 2008

Page 78: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

78

TIM PENGUJI

1. PIUS TRI WAHYUDI, S.H., M.Si :……………………………………Ketua

2. PURWONO SUNGKOWO R, S.H. : ……………………………………Sekretaris

3. LEGO KARJOKO,S.H., M.H : ……………………………………Anggota

MENGETAHUIDekan,

Moh. Jamin, S.H., M.Hum.NIP. 131 570 154

ABSTRAK

Rini Sulistyowati, 2008. KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS HAK OPSTAL (RVO 222) DI KELURAHAN BUMI KECAMATAN LAWEYAN KOTA SURAKARTA, Fakultas Hukum UNS.

Penelitian ini mengkaji dan menjawab permasalahan mengenai bagaimanakah penguasaan atas tanah bekas hak Opstal (RVO 222) di Kelurahan Bumi Kecamatan Laweyan Kota Surakarta berdasarkan Hukum Tanah Nasional dan apakah warga Kelurahan Bumi Kecamatan Laweyan Kota Surakarta dapat menjadi subyek hak atas tanah bekas hak Opstal (RVO 222).

Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum normatif yang bersifat preskriptif. Data penelitian ini menggunakan bahan hukum. Bahan hukum dikumpulkan dengan dengan teknik studi kepustakaan. Teknik analisis yang digunakan adalah silogisme deduksi dengan metode interpretasi bahasa (gramatikal) dan Interpretasi sistematis, dengan aturan-aturan hukum mengenai pertanahan dipandang sebagai premis mayor, dan premis minornya berupa fakta yuridis, yaitu status penguasaan atas tanah bekas hak Opstal (RVO 222) di Bumi dan warga Bumi

Page 79: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

79

dapat menjadi subyek hak atas tanah bekas hak Opstal (RVO 222). Melalui silogisme dapat menarik kesimpulan.

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa dalam status hukum penguasaan atas tanah bekas hak Opstal (RVO 222) di Baron Cilik, Bumi dapat diketahui dari riwayat singkat berdirinya PT Perkebunan Nusantara IX Surakarta dan dapat diketahui melalui Undang-Undang Nasionalisasi Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda Di Indonesia dan Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1979 tentang Pokok-Pokok Kebijaksanaan Dalam Rangka Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal Konversi Hak-Hak Barat Jo Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 1979 tentang Ketentuan-Ketentuan Permohonan Dan Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal Konversi Hak-Hak Barat yang dapat diterapkan oleh warga Bumi, Laweyan dalam mengajukan permohonan hak milik atas tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) di Bumi, Laweyan sesuai dengan Pasal 9 dan Pasal 10 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan yaitu mengenai syarat mengajukan permohonan hak atas tanah negara, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Jo Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP No.24 Tahun 1997 .

Implikasi penelitian yaitu berupa rekomendasi bahwa Pemerintah Daerah atau Badan Pertanahan Nasional segera mendata dan mendaftarkan hak-hak atas tanah asal konversi Hak Barat yang belum pernah didaftarkan kembali oleh bekas pemegang hak agar tidak ada saling mengakui hak atas suatu tanah.

MOTTO

Allah SWT memerintahkan kita untuk mau berpikir tentang penciptaan-Nya yang begitu menakjubkan, rumit, dan kompleks. Namun semua itu telah Allah SWT

tundukan untuk kita. Ini sebagai tanda bahwa manusia memiliki kemampuan (dari Allah) untuk menundukan apa yang ada di langit dan di bumi.

Tidak ada waktu yang lebih baik selain sekarang untuk memulai hidup yang baik. Anda tidak perlu untuk menciptakan ulang kehidupan anda di waktu yang sudah

lewat. Mulailah meskipun hanya dengan satu langkah, yang penting anda memulai, jangan ditunda untuk besok.

Kita tidak bisa menjadi bijaksana dengan kebijaksanaan orang lain, tapi kita bisa berpengetahuan dengan pengetahuan orang lain.

Page 80: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

80

Michel De Montaigne

Kepuasan terletak pada usaha, bukan pada hasil. Berusaha dengan keras adalah kemenangan yang hakiki.

Mahatma Gandhi

Dan barangsiapa yang tidak melaksanakan hukum-hukum yang telah diturunkan oleh Allah SWT maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim

(Q.S Al- Maaidah: 47)

Dan carilah apa yang telah dianugerahkan Allah SWT kepadamu kebahagiaan di akhirat dan janganlah kamu lupakan nasib kamu di dunia. Dan berbuat baiklah

kepada orang lain sebagaimana Allah SWT telah berbuat baik kepada kamu. Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi karena sesungguhnya Allah SWT tidak

menyukai orang-orang yang melakukan kerusakan. (Q.S Al- Qashash: 77)

Ketahuilah bahwa sesungguhnya wali-wali Allah SWT itu mereka tidak merasai takut dan tidak pula merasai susah. Mereka adalah orang-orang yang beriman dan

senantiasa bertakwa kepada Allah SWT. (Q.S Yunus: 62-63)

Apa pun tugas hidup anda, lakukan dengan baik. Seseorang semestinya melakukan pekerjaannya sedemikian baik sehingga mereka yang masih hidup, yang sudah mati,

dan yang belum lahir tidak mampu melakukannya lebih baik lagi. –

Orang-orang yang gagal dibagi menjadi dua; yaitu mereka yang berpikir gagal padahal tidak pernah melakukannya, dan mereka yang melakukan kegagalan dan tak

pernah memikirkannya

PERSEMBAHAN

Hasil penulisan ini penulis persembahkan kepada :

Dzat yang Maha Besar, Allah SWTAllah SWT, tempat kumempercayakan segalanyaSubhaanallaah Wal Hamdulillaah Wa Laa Ilaa Ha Illallaah Wallahu Akbar

Pemimpin dunia akhiratku, Rasulullah SAWRasulullah SAW,

Page 81: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

81

yang telah menunjukkan jalan terang yang sebenarnyaAsyhadu An Laa Ilaaha Illaallaah Wa Asyhadu Anna Muhammadar

Rasuulullaah

Ayahanda Dwi Sukadi dan Ibunda Muyarni yang selalu mencurahkan kasih sayang dan cintanya serta mendidik penulis untuk selalu tetap di jalan yang benar

Kakakku tersayang, Apung Setyo Margono, yang selalu menjadi orang yang bersedia siap mengantar penulis kemana saja mencari buku-buku yang diperlukan

dalam penulisan hukum ini

Adikku tersayang, Dessy Diah Pratiwi, yang selalu menjadi orang terdekat penulis baik senang, bahagia, sedih maupun duka

Seseorang terkasih, Tono Yulianto, yang selalu bersedia mendengarkan keluh kesah penulis dalam penyusunan penulisan hukum ini, bersedia memberikan masukan

apabila penulis mengalami kebuntuan, dan yang selalu mensuport penulis agar segera menyelesaikan dengan segara penulisan hukum ini

Semua Sahabatku, Ratih ”Chubby”, Ratri ”Ndol”, Reni ”Mpok Isee”, Dian ”Yance” dan Mas Imam ”Roi”, Yanuar, di SD 05 Kramatjati, SLTP 150 Batu

Tumbuh dan SMAN 48 Pinang Ranti yang telah berbagi kebahagiaan dengan penulis, mengajarkan makna hidup kepada penulis, membagi suka dan duka serta

pengalaman selama di Solo kepada penulis

Teman-temanku, kost Panendran dan Kost Luftansa kalian yang selalu ihklas berteman, makasih ya!

Segenap Civitas Akademika FH UNSCivitas Akademika FH UNS TercintaViva Justisia!!!

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, dzat yang

maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kesempatan kepada penulis

untuk dapat menyelesaikan penulisan hukum ini, dengan judul ”Kajian Yuridis

Page 82: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

82

Penguasaan Atas Tanah Bekas Hak Opstal Di Kelurahan Bumi, Laweyan Kota

Surakarta”.

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penulisan hukum ini,

alhamdulilah dapat terselesaikan berkat dukungan dan kerjasama dari banyak pihak.

Oleh karena itu perkenankanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih penulis

lewat rangkaian kata-kata ini kepada:

1. Bapak Mohammad Jamin, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi izin dan kesempatan

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Sutedjo, S.H., M.M., selaku pembimbing akademik penulis selama

menuntut ilmu di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Lego Karjoko, S.H., M.H., selaku dosen pembimbing penulis yang penuh

kesabaran membimbing penulis sehingga terwujudnya penulisan hukum ini.

4. Bapak Ir. Suyono, S.H., selaku Kepala Kantor di Kantor Pertanahan Kota

Surakarta, yang memberi izin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan

penelitian di Kantor Pertanahan Kota Surakarta.

5. Bapak Radiyanto, S.H., selaku Sub Seksi Sengketa dan Konflik Pertanahan di

Kantor Pertanahan Kota Surakarta, yang dengan penuh kesabaran mengarahkan

dan membantu penulis selama melakukan penelitian di Kantor Pertanahan Kota

Surakarta.

6. Bapak Ari Machkota, S.H., M.Hum., Bapak Moko, S.H., dan Ibu Ir. Sri Kursini

Maruti, selaku Pegawai di Kantor Pertanahan Kota Surakarta yang membantu

penulis selama melakukan penelitian di Kantor Pertanahan Kota Surakarta.

7. Bapak Edi Hartono, S.H. selaku Pegawai di PT. Perkebunan Nusantara IX

Surakarta yang membantu penulis selama melakukan penelitian di PT

Perkebunan Nusantara IX Surakarta.

8. Pihak-pihak di PT. Perkebunan Nusantara IX Surakarta yang tidak dapat

disebutkan satu persatu, yang telah membantu dan memperlancar proses

penelitian.

Page 83: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

83

9. Ayahanda Dwi Sukadi, Ibunda Muyarni, Kakakku Apung Setyo Margono,

Adikku Dessy Diah Pratiwi, Seseorang terkasih Tono Yulianto serta keluarga

besarku terima kasih atas dukungan moril maupun materiil, baik cinta maupun

kasih sayang kepada penulis, yang selalu mengingatkan penulis untuk segera

menyelesaikan penulisan hukum ini sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan hukum ini dengan lancar.

10. Para sahabatku di Fakultas Hukum terutama Ratih, Ratri, Reni, Dian dan Mas

Ro’i yang selalu memberikan pengalaman hidup di Solo pada penulis dan

dukungannya dalam menyelesaikan penulisan hukum ini.

11. Seluruh dosen dan karyawan di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta, yang selalu mempermudahkan penulis dalam menimba ilmu baik di

kelas maupun di luar kelas di Fakultas Hukum.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu menyelesaikan penulisan hukum ini.

Penulis sadar bahwa dalam penulisan hukum ini, isi substansi masih jauh dari

sempurna. Hal ini karena keterbatasan penulis. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan masukan dan saran yang menunjang kesempurnaan penulisan hukum

ini. Doa penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, agar penulisan

hukum ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi pihak

yang membutuhkan, dengan rendah hati penulis ucapkan terima kasih.

DAFTAR ISI

Surakarta, Oktober 2008

Penulis

Page 84: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

84

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................................. iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

HALAMAN MOTTO............................................................................................ v

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vi

KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5

D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 6

E. Metode Penelitian ........................................................................... 7

F. Sistematika Penulisan Hukum ........................................................ 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 14

A. Kerangka Teori ............................................................................... 14

1. Tinjauan Umum Mengenai Konsepsi dan Dasar Hukum

Tanah Nasional ......................................................................... 15

a.Konsepsi Hukum Tanah Nasional ......................................... 15

b.Dasar-dasar Hukum Tanah Nasional...................................... 17

2. Tinjauan Umum Mengenai Penguasaan Atas Tanah ................ 28

a.Pengertian Hak Penguasaan Atas Tanah ............................... 28

b.Macam-macam Hak Penguasaan Atas Tanah........................ 29

Page 85: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

85

3. Tinjauan Umum Mengenai Konversi Hak Opstal (RVO

222)............................................................................................ 34

B. Kerangka Pemikiran........................................................................ 40

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................... 43

A. Status penguasaan atas tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) di

Kelurahan Bumi Kecamatan Laweyan Kota Surakarta................... 43

B. Warga Kelurahan Bumi dapat dijadikan sebagai subjek hak atas

tanah diatas tanah bekas Hak Opstal (RVO 222) ........................... 62

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 74

A. Simpulan ....................................................................................... 74

B. Saran ............................................................................................. 75

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 86: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

86

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 40

Gambar 2. Alur Pemikiran ................................................................................... 44

Page 87: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

87

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Surat Permohonan Ijin Penelitian Kepada Kantor Pertanahan Kota

Surakarta

Lampiran II Surat Permohonan Ijin Penelitian Kepada PT Perkebunan Nusantara

IX (PERSERO) Kota Surakarta

Lampiran III Surat Keterangan Penelitian dari Kantor Pertanahan Kota Surakarta

Lampiran IV Surat Keterangan Penelitian dari PT Perkebunan Nusantara IX

(PERSERO) Kota Surakarta

Lampiran V Akta RVO 222

Lampiran VI Surat Kuasa Istimewa tertanggal 15 Juli 1946

Lampiran VII Peraturan Pemerintah Nomor 3 dan 4 Tahun 1946

Lampiran VIII Surat Pernyataan PT Perkebunan Nusantara IX (PERSERO)

Lampiran IX Surat Permohonan Hak Atas Tanah Warga Kampung Baron Cilik,

Bumi

Lampiran X Contoh Surat Permohonan Atas Tanah

Lampiran XI Contoh Surat Keterangan Tanah

Lampiran XII Contoh Surat Pernyataan Penguasaan / Penggarapan Tanah

Lampiran XIII Daftar pemohon Hak Milik atas tanah

Page 88: KAJIAN YURIDIS PENGUASAAN ATAS TANAH BEKAS file/Data... · Web viewBahwa urusan perkebunan dipusatkan dikantor-kantor Inspeksi perkebunan yang dikepalai oleh seorang Inspektur Perkebunan

88