KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL...

88
1 KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN SEMENTARA PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG DIDUGA TERLIBAT TINDAK PIDANA PENIPUAN (Studi Kasus di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah) Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh Almaarif Mahmud NIM. E0005074 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL...

Page 1: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

1

KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN SEMENTARA

PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG DIDUGA TERLIBAT TINDAK PIDANA

PENIPUAN (Studi Kasus di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah)

Penulisan Hukum

(Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu

Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh

Almaarif Mahmud

NIM. E0005074

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

2

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN SEMENTARA

PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG DIDUGA TERLIBAT TINDAK PIDANA

PENIPUAN (Studi Kasus di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah)

Oleh

Almaarif Mahmud

NIM. E0005074

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum

(Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, 14 April 2010 Dosen Pembimbing

Waluyo, S.H., M.Si.

NIP. 196808131994031001

Page 3: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

3

PENGESAHAN PENGUJI Penulisan Hukum (Skripsi)

KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN SEMENTARA

PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG DIDUGA TERLIBAT TINDAK PIDANA

PENIPUAN (Studi Kasus di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah)

Oleh

Almaarif Mahmud NIM. E0005074

Telah diterima dan disahkan oleh Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi)

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada:

Hari : Tanggal :

DEWAN PENGUJI

1. Wida Astuti, S.H. :..................................................................

Ketua

2. Rahayu Subekti, S.H., M.Hum. :.................................................................. Sekretaris

3. Waluyo, S.H., M.Si. :..................................................................

Anggota

Mengetahui Dekan,

Mohammad Jamin, S.H., M.Hum. NIP. 196109301986011001

Page 4: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

4

PERNYATAAN

Nama : Almaarif Mahmud

NIM : E0005074

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :

KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN SEMENTARA

PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG DIDUGA TERLIBAT TINDAK PIDANA

PENIPUAN (Studi Kasus di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-

hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi

dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti

pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik

berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari

penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, 10 April 2008

Yang membuat pernyataan

Almaarif Mahmud NIM. E0005074

Page 5: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

5

ABSTRAK

Almaarif Mahmud. 2010. KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN SEMENTARA PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG DIDUGA TERLIBAT TINDAK PIDANA PENIPUAN (Studi Kasus di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah). Fakultas Hukum UNS.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara prosedur pemberhentian sementara terhadap Pegawai Negeri Sipil yang diduga terlibat tindak pidana penipuan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta untuk mengetahui apa implikasi hukum yang timbul dari pemberhentian sementara bagi Pegawai Negeri Sipil di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif dan bersifat deskriptif. Lokasi penelitian ini di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah. Data yang penulis gunakan adalah data sekunder. Teknik pengumpulan data penulis lakukan melalui studi kepustakaan dan wawancara dengan pejabat terkait. Penulis melakukan wawancara sebagai keterangan tambahan dan validasi terhadap datatertulis di perpustakaan. Setelah data terkumpul, kemudian dilakukan analisis secara kualitatif dengan menggunakan metode logika deduktif yang berpangkal dari pengajuan premis mayor kemudian diajukan premis minor kemudian dari kedua premis ini akan ditarik suatu kesimpulan.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prosedur pelaksanaan pemberhentian sementara dari jabatan negeri terhadap Pegawai Negeri Sipil di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akan tetapi, berkaitan dengan jangka waktu penetapan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah Nomor: W9-1013-Kp.05.05- Tahun 2009 tentang Pemberhentian Sementara/ Skorsing terhadap Pegawai Negeri Sipil tersebut tidak sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian/Pemberhentian Sementara dari Pegawai Negeri Sipil, sehingga kepastian hukum belum sepenuhnya terwujud. Implikasi hukum pemberhentian sementara terhadap kewajiban dalam tugas jabatan negeri untuk sementara diberhentikan dengan maksud untuk memperlancar proses peradilan dan kinerja institusi sehingga pemberhentian sementara tersebut memenuhi aspek kemanfaatan. Adapun implikasi hukum pemberhentian sementara terhadap hak sebagai Pegawai Negeri Sipil yaitu, berupa pengurangan gaji 50 % terhadap Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan. Pengurangan gaji tersebut diberikan karena Pegawai Negeri Sipil yang dikenai pemberhentian sementara tersebut untuk sementara tidak menjalankan tugas dan pekerjaannya. Berdasarkan hal tersebut, pelaksanaan pemberhentian sementara dari jabatan negeri terhadap memenuhi rasa keadilan. Kata Kunci: pemberhentian sementara, pegawai negeri sipil, implikasi hukum

Page 6: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

6

ABSTRACT

Almaarif Mahmud. 2010. JURIDICIAL INVESTIGATION OF TEMPORARY DISMISSAL OF CIVILIAN PUBLIC SERVANT WHO WAS SUSPECTED TO BE INVOLVED BY DOING AN INJUSTICE DECEPTION (Case Study at Regional Office of Law and Human Rights Ministry of Republic of Indonesia Central Java). Law Faculty of Eleventh March University.

This research aims to know suitability between procedure of temporary dismissal to Civilian Public Servant who was suspected to be involved by doing an injustice deception with the law and regulation and also to know the arising law implications of temporary dismissal of Civilian Public Servant at Regional Office of Law and Human Rights Ministry of Republic Of Indonesia Central Java. This Research represents a normative and descriptive law research. This Research location is at Regional Office of Law and Human Rights Ministry of Republic of Indonesia Central Java. Writer used a secondary data. Writer used data collecting technique by bibliography studying and interviewing some officers related. Writer carried out some interviews as additional description and validation to data written in library. After data gathered, writer analysed qualitatively by using deductive logic method started from major proffering premise then minor premise and after that from both premise will be pulled the conclusion.

Based on result of the research, it could be concluded that the procedure of temporary dismissal execution from country occupation to Civilian Public Servant at Regional Office of Law and Human Rights Ministry of Republic of Indonesia Central Java has appropriated to law and regulation that has been going into effect. However, related to the duration of the Head of Regional Office of Law and Human Rights Department of Republic of Indonesia Central Java’s Decision Number: W9-1013-Kp.05.05- 2009 about temporary dismissal to that Civilian Public Servant was not appropriated with Article 2 verse (1) Governmental Regulation Number 4 Year 1966 about Dismissal/Temporary Dismissal from Civilian Public Servant, so that rule of law was not completely existed. Law implications of the temporary dismissal concerning to the obligation in a duty was temporarily stopped with a purposes to smoothen the process of jurisdiction and institution works, so that temporary dismissal fulfilled the benefit aspect. There was also a law implication to the right as a Civilian Public Servant formed of 50 % salary reduction to that civilian Public Servant. The Salary reduction was given because the temporary dismissal Civilian Public Servant did not run his duty and work. According to that, temporary dismissal execution from country occupation has fulfilled a sense of justice.

Keywords: temporary dismissal, civilian public servant, law implication

Page 7: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

7

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

suatu penulisan hukum. Penulisan hukum yang dilakukan mengkaji secara yuridis

pelaksanaan pemberhentian sementara Pegawai Negeri Sipil serta implikasi

hukum yang timbul dengan studi kasus di Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah.

Penulis berkeyakinan bahwa penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari

sempurna karena masih banyaknya keterbatasan pengetahuan dan pengalaman

dari penulis. Oleh sebab itulah penulis masih mengharapkan masukan, saran serta

kritik yang membangun dari para pembaca sekalian.

Dalam kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu baik materiil maupun non materiil sehingga penulisan

hukum ini dapat diselesaikan, terutama kepada:

1. Bapak Mohammad Jamin, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan izin dan kesempatan

kepada penulis untuk melakukan penelitian dalam penyusunan penulisan

hukum ini.

2. Bapak Waluyo, S.H., M.Si., selaku Pembimbing yang telah bersedia

memberikan waktu, arahan dan bimbingannya kepada penulis dalam

penyusunan penulisan hukum ini.

3. Bapak Winarno, S.H., M.S., selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan dukungan kepada penulis selama masa perkuliahan sekaligus

pada penyusunan penulisan hukum ini.

4. Bapak Lego Karjoko, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian penulisan hukum.

Page 8: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

8

5. Bapak dan Ibu Dosen Hukum serta karyawan dan karyawati Fakultas Hukum

Universitas Sebelas Maret.

6. Bapak Tulus Basuki, Bc.IP., S.Sos., M.M., selaku Kepala Rumah Penyimpanan

Benda Sitaan Negara Klas I Surakarta yang telah memberikan informasi dan

data selamadalam penelitian yang penulis lakukan.

7. Bapak Drs. Yuri Priyanto selaku Kepala Sub Bagian Kepegawaian Kantor

Wilayah ementerian Hukum dan Hak Asasi Republik Indonesia Jawa Tengah

yang telah memberikan informasi dan data selamadalam penelitian yang

penulis lakukan.

8. Bapak Sudiyono, S.Ip., selaku Kepala Seksi Bimbingan Teknis Badan

Kepegawaian Negara Yogyakarta yang telah memberikan informasi dan data

selamadalam penelitian yang penulis lakukan.

9. Serta semua pihak yang baik secara fisik maupun psikis telah membantu

penulis menyelesaikan skripsi ini.

Demikian mudah-mudahan penulisan hukum ini dapat memberikan

manfaat bagi kita semua, terutama untuk penelitian, kalangan akademisi, praktisi

serta masyarakat umum.

Surakarta, 10 April 2010

Penulis

Page 9: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

9

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...............................................................iii

HALAMAN PERNYATAAN................................................................................iv

ABSTRAK...............................................................................................................v

KATA PENGANTAR...........................................................................................vii

DAFTAR ISI...........................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...........................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................5

C. Tujuan Penelitian......................................................................................5

D. Manfaat Penelitian....................................................................................6

E. Metode Penelitian.....................................................................................7

F. Sistematika Penulisan Hukum................................................................14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................16

A. Kerangka Teori.......................................................................................16

Page 10: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

10

1. Tinjauan Umum Tentang Hukum.......................................................16

2. Tinjauan Tentang Sifat Hukum...........................................................17

3. Tinjauan Tentang Tujuan Hukum.......................................................18

4. Tinjauan Tentang Hukum Administrasi Negara.................................19

5. Tinjauan Tentang Keputusan Tata Usaha Negara...............................27

6. Tinjauan Tentang Pegawai Negeri Sipil..............................................29

7. Tinjauan Tentang Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri

Sipil.....................................................................................................42

B. Kerangka Pemikiran...............................................................................49

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAN..........................................52

A. Pemberhentian sementara terhadap Pegawai Negeri Sipil di Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Jawa Tengah yang diduga terlibat tindak pidana

penipuan..................................................................................................52

1. Jejak kasus dugaan tindak pidana penipuan oleh Pegawai Negeri Sipil

di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Jawa Tengah........................................................52

2. Pelaksanaan Pemberhentian Sementara terhadap Pegawai Negeri Sipil

di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Jawa Tengah yang diduga terlibat tindak pidana

penipuan..............................................................................................56

3. Kesesuaian prosedur pemberhentian sementara terhadap Pegawai

Negeri Sipil di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah yang diduga terlibat tindak

pidana penipuan dengan peraturan-perundangan yang

berlaku.................................................................................................62

Page 11: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

11

B. Implikasi hukum yang timbul karena pemberhentian sementara Pegawai

Negeri Sipil di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah............................................65

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................70

A. Simpulan.................................................................................................70

B. Saran.......................................................................................................71

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................72

Page 12: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

12

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran.................................................................49

Page 13: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

13

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Perintah Penahanan Kejaksaan Negeri Cilacap.......................76

Lampiran 2. Berita Acara Pelaksanaan Perintah Penahanan.................................77

Lampiran 3. Surat Keputusan Pemindahan Pegawai Negeri Sipil.........................78

Lampiran 4. Surat Keputusan Pemberhentian Sementara PNS.............................79

Lampiran 5. Surat Keterangan Penghentian Pembayaran......................................81

Lampiran 6. Putusan No. 58/Pid.B/2009/Pn.Clp. A.n. Eko Purwantoro...............83

Page 14: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus

1945 merupakan “jembatan emas”, demikian kata Presiden pertama kita sekaligus

proklamator kemerdekaan, Bung Karno. Melalui jembatan emas itu bangsa

Indonesia meninggalkan kegelapan alam penjajahan dan memasuki alam

kemerdekaan dengan penuh sinar harapan. Dalam Undang-Undang Dasar 1945

yang dikeluarkan sehari setelah proklamasi, tercantum cita-cita dan tujuan

nasional kita. Bangsa Indonesia tentunya bertekad untuk mewujudkan Negara

yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk

mengisi kemerdekaan. Lebih lanjut lagi bangsa Indonesia juga ingin mewujudkan

pembangunan yang inklusif dengan desentralisasi dan otonomi daerah, sehingga

seluruh rakyat di segala penjuru Indonesia dapat merasakan manfaat

pembangunan secara adil dan bermartabat.

Tidak bisa dipungkiri bahwa Pegawai Negeri Sipil merupakan tulang punggung pemerintahan dalam rangka menyelengarakan pemerintahan dan pembangunan untuk mencapai tujuan nasional seperti apa yang telah diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial (Djoko Prakoso, 1992: 2).

Pemerintah mengatur ruang lingkup Pegawai Negeri Sipil dalam suatu

Undang-Undang. Salah satu hal yang menjadi pertimbangan dalam pembentukan

Undang-Undang mengenai kepegawaian adalah dalam rangka usaha mewujudkan

masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur,

adil, dan bermoral tinggi, diperlukan Pegawai Negeri yang merupakan unsur

aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang menyelenggarakan

pelayanan secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan

penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.

Page 15: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

15

Pegawai Negeri Sipil sebagai alat pemerintah (aparatur pemerintah) memiliki keberadaan yang sentral dalam membawa komponen kebijaksanaan-kebijaksanaan atau peraturan-peraturan pemerintah guna terealisasinya tujuan nasional. Komponen tersebut terakumulasi dalam betuk pendistribusian tugas, fungsi dan kewajiban Pegawai Negeri Sipil. Dengan adanya pergeseran paradigma dalam pelayanan publik, secara otomatis hal tersebut akan menciptakan perubahan sistem dalam hukum kepegawaian dengan adanya penyesuaian-penyesuaian dalam pelaksanaan tugas, fungsi dan kewajiban dari Pegawai Negeri Sipil meliputi penataan kelembagaan birokrasi pemerintahan, sistem dan penataan manajemen kepegawaian (Sri Hartini, 2008: 3).

Aspek yuridis Pegawai Negeri Sipil berada dalam ranah Hukum

Administrasi Negara yang mengatur bagaimana Negara dengan alat-alat

perlengkapan Negaranya melaksanakan kewenangannya secara aktif di dalam

penyelenggaraan pemerintahan. Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu alat

perlengkapan Negara dalam penyelenggaraan pembangunan.

Sebagai salah satu usaha untuk menjamin pelaksanaan tugas kedinasan

dengan sebaik-baiknya, maka setiap Calon Pegawai Negeri Sipil pada saat

pengangkatannya menjadi Pegawai Negeri Sipil wajib mengangkat sumpah

pegawai (Nainggolan, 1985: 261). Pengaturan mengenai sumpah atau janji

Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Pasal 26 Undang-Undang Pokok Kepegawaian

namun pengaturan secara khusus telah tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor

11 Tahun 1959 tentang Sumpah Jabatan Pegawai Negeri Sipil dan Anggota

Angkatan Perang (Djoko Prakoso, 1992: 43). “Sumpah atau janji pegawai adalah

suatu kesanggupan pegawai untuk mentaati keharusan atau untuk tidak melakukan

larangan yang ditentukan yang diikrarkan di hadapan atasan pejabat yang

berwenang menurut agama atau kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa”

(Ahmad Ghufron, 1991: 17). Dengan diucapkannya sumpah itu berarti ada

keterikatan religius antara seorang Pegawai Negeri Sipil terhadap Tuhan Yang

Maha Esa yang akan menjadi sebuah tanggung jawab spiritual dalam

melaksanakan tugas agar sesuai dengan koridor keagamaan di mana koridor

keagamaan tentunya mengajarkan kebajikan bagi pemeluknya. Pentingnya aspek

keagamaan yang melandasi tingkah laku Pegawai Negeri Sipil dinyatakan Abdun

Noor dalam jurnalnya sebagai berikut.

Page 16: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

16

Without the existence of such a realization, people’s perception of ethics is bound to be smoky and would become dependent on expediency. As a result, the concept of should and shouldn’t would be a relative phenomenon. This may then be subjected to misuse for personal or group interest. As man’s requirements are dependent on ever changing social environment, in such a process, it becomes difficult to determine any stable ethical standard (Abdun Noor, 2008: 71-72).

Abdun Noor beranggapan bahwa tanpa adanya kesadaran tentang

keagamaan, persepsi masyarakat mengenai etika menjadi kabur dan akan

bergantung pada kelayakan. Sebagai hasilnya, konsep “seharusnya dan tidak

seharusnya” menjadi suatu relativitas. Keadaan tersebut bisa saja dimanfaatkan

kepada penyalahgunaan wewenang untuk kepentingan pribadi maupun kelompok.

Sebagaimana kebutuhan manusia yang dipengaruhi oleh perubahan lingkungan

sosial, dalam prosesnya akan sulit untuk menentukan ukuran etika yang stabil.

Dewasa ini, kita sering memperoleh informasi dari berbagai media baik

media cetak maupun media elektronik tentang banyak pelanggaran bahkan

kejahatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang menyandang status

sebagai Pegawai Negeri Sipil. Hal tersebut sangat disayangkan karena Pegawai

Negeri Sipil sebagai tauladan masyarakat.

Negara mengatur mengenai seorang Pegawai Negeri Sipil yang terjerat

kasus pidana dalam penjelasan atas Pasal 24 Undang-Undang Nomor 43 Tahun

1999 yang berbunyi, untuk menjamin kelancaran pemeriksaan, maka Pegawai

Negeri Sipil yang disangka oleh pejabat yang berwajib melakukan tindak pidana

kejahatan, dikenakan pemberhentian sementara sampai adanya putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Pemberhentian

sementara tersebut adalah pemberhentian sementara dari jabatan negeri bukan

pemberhentian sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil. Apabila pemeriksaan

oleh yang berwajib telah selesai atau telah ada putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum yang tetap dan ternyata bahwa Pegawai Negeri Sipil

yang bersangkutan tidak bersalah, maka Pegawai Negeri Sipil tersebut

direhabilitasikan terhitung sejak dikenakan pemberhentian sementara. Rehabilitasi

Page 17: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

17

yang dimaksud mengandung pengertian, bahwa Pegawai Negeri Sipil yang

bersangkutan diaktifkan dan dikembalikan pada jabatan semula.

Apabila setelah pemeriksaan oleh pengadilan telah selesai dan ternyata

Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan bersalah dan oleh sebab itu dihukum

penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum yang tetap, maka Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat

diberhentikan.

Hal tersebut di atas terjadi pada seorang Pegawai Negeri Sipil

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang sedang menjalani masa

pemberhentian sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil karena adanya dugaan

atas delik penipuan yang dia lakukan. Dalam pertimbangan surat perintah

penahanan Nomor print-36/0.3.17/Ep.1/02/2009 disebutkan beberapa

pertimbangan. Oknum Pegawai Negeri Sipil tersebut diduga telah melakukan

tindak pidana penipuan terhadap empat orang korban yang dijanjikannya pada

Bulan September 2006 untuk dilantarkan agar masuk menjadi Pegawai Negeri

Sipil di lingkungan Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan

membayar uang kepada oknum tersebut masing-masing sebesar Rp. 40.000.000,-

(empat puluh juta rupiah). Pada bulan Januari 2007, terdakwa menyerahkan Surat

Keputusan diterima sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), namun sampai

sekarang keempat korban belum dipanggil untuk bekerja di lingkungan

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Berdasarkan hasil pemeriksaan

berkas perkara penyidik, diperoleh bukti yang cukup, terdakwa diduga telah

melakukan tindak pidana yang dapat dikenakan penahanan dan dikhawatirkan

akan melarikan diri, merusak dan menghilangkan barang bukti dan atau

mengulangi tindak pidana maka dikeluarkan perintah penahanan.

Atas dugaan keterlibatannya dalam kasus tersebut di atas, maka Pegawai

Negeri Sipil tersebut diberhentikan sementara dari jabatan negeri. Adanya

tindakan administratif berupa pemberhentian sementara dari jabatan negeri yang

diterapkan kepada Pegawai Negeri Sipil Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia di atas, menunjukkan bahwa Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Page 18: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

18

Manusia Kantor Wilayah Jawa tengah telah memberikan kesempatan kepada

pihak yang berwajib untuk melanjutkan proses pemeriksaan terhadap Pegawai

Negeri Sipil yang bersangkutan tanpa campur tangan dari instansi manapun.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis melakukan

penelitian terhadap pemberhentian sementara Pegawai Negeri Sipil dalam bentuk

penulisan hukum dengan judul: “KAJIAN YURIDIS MENGENAI

PEMBERHENTIAN SEMENTARA PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG

DIDUGA TERLIBAT TINDAK PIDANA PENIPUAN (Studi Kasus di Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Jawa

Tengah)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis

membatasi penulisan ini dengan melakukan perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah prosedur pemberhentian sementara terhadap Pegawai Negeri Sipil di

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Jawa Tengah yang diduga terlibat tindak pidana penipuan telah

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku?

2. Apa implikasi hukum yang timbul karena pemberhentian sementara Pegawai

Negeri Sipil di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Jawa Tengah?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dinyatakan sebelumnya,

maka untuk mengarahkan suatu penelitian diperlukan adanya tujuan dari suatu

penelitian. Tujuan penelitian dikemukakan secara deklaratif dan merupakan

pernyataan-pernyataan yang hendak dicapai dalam dalam penelitian tersebut

(Soerjono Soekanto, 2007: 118-119).

Tujuan yang dikenal dalam suatu penelitian ada dua macam, yaitu:

tujuan objektif dan tujuan subjektif. Dalam penelitian ini, tujuan objektif dan

tujuan subjektif adalah:

Page 19: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

19

1. Tujuan Objektif

Tujuan objektif yaitu tujuan penulisan dilihat dari tujuan umum yang

mendasari penulis dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini, tujuan

objektifnya adalah sebagai berikut.

a. Untuk mengetahui kesesuaian prosedur pemberhentian sementara terhadap

Pegawai Negeri Sipil di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah yang diduga terlibat

tindak pidana penipuan terhadap peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

b. Untuk mengetahui implikasi hukum pemberhentian sementara bagi Pegawai

Negeri Sipil di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah.

2. Tujuan Subjektif

Tujuan subjektif yaitu tujuan penelitian diihat dari tujuan pribadi

penulis dalam melakukan penelitian. Dalam penelitian ini, tujuan subjektifnya

adalah sebagai berikut.

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti di bidang ilmu hukum

secara teoritis maupun praktis dalam lingkup Hukum Administrasi Negara

bidang Hukum Kepegawaian khususnya mengenai pemberhentian

sementara Pegawai Negeri Sipil.

b. Untuk melengkapi syarat akademis guna meraih gelar sarjana bidang ilmu

hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat merupakan salah satu alasan dilakukannya penelitian ini karena

besarnya nilai dari suatu penelitian ditentukan dari besarnya manfaatnya. Dengan

manfaat itu maka tidak sia-sia dilakukannya penelitian ini.

Page 20: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

20

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis yaitu manfaat yang berkaitan dengan pengembangan

ilmu hukum yang konseptual. Dalam penulisan ini manfaat teoritis terdiri dari:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi dorongan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum baik teori dan praktek

dalam lingkup Hukum Administrasi Negara khususnya dalam

pemberdayaan Pegawai Negeri Sipil.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur

dalam dunia kepustakaan tentang pemberdayaan Pegawai Negeri Sipil.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai acuan terhadap

penelitian-penelitian sejenis untuk tahap berikutnya.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis merupakan manfaat dari penelitian hukum ini yang

berkaitan dengan cara penyelesaian perkara yang ada dan yang akan ada.

Manfaat praktis dari penulisan ini adalah sebagai berikut.

a. untuk memberikan jawaban atas masalah yang diteliti;

b. dapat memberikan masukan, data dan informasi mengenai eksistensi

Pegawai Negeri Sipil;

c. sebagai bahan perbandingan dan masukan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan dalam penelitian ini.

E. Metode Penelitian

Cara kerja keilmuan salah satunya ditandai dengan penggunaan metode

(Inggris: method, Latin: methodus, Yunani: methodos-meta berarti sesudah, di

atas, sedangkan hodos berarti suatu jalan, suatu cara). Van Peursen

menerjemahkan pengertian metode secara harfiah, mula-mula metode diartikan

sebagai suatu jalan yang harus ditempuh, menjadi: penyelidikan atau penelitian

berlangsung menurut suatu rencana tertentu (Johnny Ibrahim, 2006: 25-26).

Page 21: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

21

Suatu penelitian ilmiah agar dapat berjalan dengan baik maka diperlukan

suatu metode penelitian yang baik dan tepat pula. Metodologi merupakan suatu

unsur yang mutlak harus ada dalam penelitian dan pengembangan ilmu

pengetahuan. Adapun peranan metode penelitian ilmiah dalam suatu peneltian

adalah (Soerjono Soekanto, 2007:7):

1. menambah kemampuan para ilmuwan untuk mengadakan atau melaksanakan

penelitian secara lebih baik dan lengkap;

2. memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan penelitian

interdisipliner;

3. memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk meneliti hal-hal yang belum

diketahui;

4. memberikan pedoman mengorganisasikan serta mengintegrasikan pengetahuan

mengenai masyarakat.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metodologi merupakan unsur

yang sangat penting dalam penelitian untuk memperoleh data yang akurat, relevan

dan lengkap. Dalam mencari data mengenai suatu masalah diperlukan suatu

metode penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Metode

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis pergunakan dalam penyusunan

penulisan hukum ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian hukum

kepustakaan, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti

bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. Bahan-bahan tersebut disusun

secara sistematis, dikaji, kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam

hubungannya dengan masalah yang diteliti.

Hal ini sesuai dengan pandangan Soerjono Soekanto bahwa

penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau

data sekunder belaka, dapat dinamakan penelitian hukum normatif atau

Page 22: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

22

penelitian hukum kepustakaan. Penelitian hukum normatif atau kepustakaan

tersebut mencakup (Soerjono Soekanto 2007:13-14):

a. penelitian terhadap asas-asas hukum;

b. penelitian terhadap sistematik hukum;

c. penelitian terhadap taraf sinkronisasi vertikal dan horisontal;

d. perbandingan hukum;

e. sejarah hukum.

Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini termasuk ke dalam tipe

penelitian terhadap sistematik hukum, yaitu meneliti sistematika hukum yang

digunakan dalam pelaksanaan pemberhentian sementara Pegawai Negeri Sipil

yang diduga terlibat tindak pidana penipuan.

2. Sifat penelitian

Di dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan penelitian

hukum yang bersifat deskriptif, yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan

untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau

gejala-gejala lainnya. Menurut Soerjono Soekanto, maksud penelitian bersifat

deskriptif ini adalah untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat

membantu dalam memperkuat teori atau dalam kerangka menyusun teori baru

(Soerjono Soekanto, 2007: 10).

Penulis menggambarkan mengenai pelaksanaan pemberhentian

sementara dari jabatan negeri terhadap Pegawai Negeri Sipil yang terjerat

kasus hukum pidana. Penulis menggambarkan semua data yang diperoleh

secara jelas dan rinci untuk kemudian dianalisis guna menjawab permasalahan

yang ada.

3. Pendekatan Penelitian

Nilai ilmiah suatu pembahasan dan pemecahan masalah terhadap

legal issue yang diteliti sangat tergantung kepada cara pendekatan (approach)

Page 23: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

23

yang digunakan. Jika cara pendekatan tidak tepat, maka bobot penelitian tidak

akurat dan kebenarannya pun dapat digugurkan (Johnny Ibrahim, 2006: 299).

Menurut Peter Mahmud Marzuki, pendekatan dalam penelitian

hukum terdapat beberapa pendekatan, yaitu pendekatan perundang-undangan

(statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis

(historical approach), pendekatan perbandingan (comparative approach) dan

pendekatan konseptual (conceptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2006:

93). Sedangkan menurut Johny Ibrahim dari kelima pendekatan tersebut

ditambah dengan pendekatan analitis (analytical approach) dan pendekatan

filsafat (philosophical approach) berikut (Johnny Ibrahim, 2006: 300).

Dari beberapa pendekatan tersebut, pendekatan yang relevan dengan

penelitian hukum ini adalah pendekatan perundang-undangan (statute

approach) dan pendekatan analitis (analytical approach). Pendekatan

perundang-undangan dilakukan dengan mendekati masalah yang diteliti

dengan menggunakan sifat hukum yang normatif, karena dalam penelitian ini

hukum dikonsepkan sebagai norma-norma tertulis yang dibuat oleh lembaga

atau pejabat yang berwenang. Oleh karena itu, pengkajian yang dilakukan

hanyalah terbatas pada peraturan perundang-undangan (tertulis) yang terkait

dengan masalah yang diteliti. Selanjutnya penelitian ini akan diuraikan secara

deskriptif dengan menelaah, menjelaskan, memaparkan, menggambarkan serta

menganalisis permasalahan atau isu hukum yang diangkat, seperti apa yang

telah dikemukakan dalam perumusan masalah.

4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data

sekunder. “Data sekunder antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi,

buku-buku hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya”

Amiruddin, dkk, 2004: 30).

Page 24: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

24

Data sekunder diperoleh dari bahan-bahan hukum yang terdiri atas:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat

dan terdiri dari kaidah dasar (Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2006:

13). Yang menjadi bahan hukum primer dalam penelitian hukum ini yaitu:

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi

dan Nepotisme;

2) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian;

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara;

4) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian/

Pemberhentian Sementara dari Jabatan Negeri Pegawai Negeri;

5) Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1980 tentang Pengangkatan

Dalam Pangkat Pegawai Negeri Sipil;

6) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan

Disiplin Pegawai Negeri Sipil;

7) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang

Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;

8) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang

Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;

9) Surat Perintah Penahanan dari Kepala Kejaksaan Negeri Cilacap

Nomor: PRINT-36/0.3.17/Ep.1/02/2009 tertanggal 03 Februari 2009

terhadap tersangka staf pengamanan Lembaga Pemasyarakatan Kelas

IIA Pasir Putih Nusakambangan;

Page 25: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

25

10) Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak

Asasi Manusia Nomor: W9-313-Kp.04.10. Tahun 2009 tertanggal 6

Pebruari 2009 tentang Pemindahan Pegawai Negeri Sipil;

11) Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak

Asasi Manusia Jawa Tengah Nomor: W9-1013-Kp.05.05- Tahun 2009

tentang Pemberhentian Sementara/ Skorsing;

12) Surat Keterangan Penghentian Pembayaran Kantor Pelaksana

Perbendaharaan Negara Cilacap.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat

hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu

menganalisis serta memahami bahan hukum primer. Menurut Peter

Mahmud, bahan penelitian hukum sekunder adalah bahan-bahan berupa

semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen resmi,

meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum dan

komentar-komentar atas putusan pengadilan (Peter Mahmud, 2006: 141).

Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini berupa buku-buku atau

literatur, artikel-artikel dan jurnal-jurnal yang terkait dengan masalah yang

penulis teliti.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan-bahan yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum

primer dan sekunder. Bahan hukum tersier yang penulis gunakan yaitu

Kamus Besar Bahasa Indonesia.

5. Teknik Pengumpulan Data

Suatu penelitian membutuhkan data yang lengkap dan memiliki nilai

validitas yang tinggi. Untuk mengumpulkan data tersebut penulis

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

Page 26: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

26

a. Studi Kepustakaan

Penelitian ini penulis lakukan dengan cara meneliti data yang

berupa dokumen-dokumen yang didapatkan dari Kantor Regional I Badan

Kepegawaian Negara Yogyakarta, Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Kantor Wilayah Jawa Tengah, Lembaga Pemasyarakatan Klas II

A Pasir Putih Nusakambangan serta Rumah penyimpanan Benda Sitaan

Negara Klas I Surakarta, mengkaji bahan-bahan pustaka dengan membaca

dan mempelajari buku-buku literatur serta peraturan perundang-undangan

terkait dengan masalah yang penulis teliti.

b. Wawancara

Wawancara ini penulis lakukan sebagai pelengkap dan validasi

terhadap data yang penulis peroleh dan juga sebagai keterangan tambahan.

Wawancara dilakukan dengan pejabat-pejabat di berbagai instansi terkait

seperti Kantor Regional I Badan Kepegawaian Negara Yogyakarta,

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kantor Wilayah Jawa

Tengah, Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Pasir Putih Nusakambangan

serta Rumah penyimpanan Benda Sitaan Negara Klas I Surakarta.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil

penelitian menjadi suatu laporan. “Analisis data adalah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan

uraian dasar sehingga dapat ditemukan suatu tema dan dapat dirumuskan

hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data” (Lexy J. Moleong, 2002:

103).

Dalam penulisan skripsi ini, setelah data yang diperlukan terkumpul

melalui penelitian yang dilakukan penulis, maka langkah selanjutnya adalah

menganalisis data tersebut. Penulis menggunakan analisis data kualitatif yaitu

berupa keterangan yang diberikan oleh pihak dari Kantor Regional I Badan

Kepegawaian Negara Yogyakarta, Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Page 27: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

27

Manusia Kantor Wilayah Jawa Tengah, Lembaga Pemasyarakatan Klas II A

Pasir Putih Nusakambangan serta Rumah penyimpanan Benda Sitaan Negara

Klas I Surakarta, baik secara lisan maupun tertulis, kemudian data tersebut

diteliti dan diuraikan sedemikian rupa sehingga dapat disajikan secara

sistematis. Cara pengolahan data yang dilakukan penulis adalah dengan

metode logika deduktif. Metode deduktif ini berpangkal dari pengajuan premis

mayor kemudian diajukan premis minor kemudian dari kedua premis ini akan

ditarik suatu kesimpulan atau conclusion (Peter Mahmud, 2006: 47). Pola dan

sistematika penalaran logika deduktif adalah penetapan kebenaran universal

kemudian menjabarkannya pada hal yang lebih khusus.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberi gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika

penulisan hukum yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan hukum, maka

sistematika penulisan hukum ini terdiri dari empat bab yang tiap-tiap bab terbagi

dalam sub-sub bab untuk memudahkan pemahaman terhadap keseluruhan hasil

penelitian ini.

Sistematika penulisan hukum tersebut sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika

penulisan hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisi kerangka teori yang terdiri dari tinjauan umum

tentang hukum, tinjauan tentang sifat hukum, tinjauan tentang tujuan hukum,

tinjauan tentang Hukum Administrasi Negara, tinjauan tentang Keputusan Tata

Usaha Negara, tinjauan tentang Pegawai Negeri Sipil dan tinjauan tentang

pemberhentian sementara Pegawai Negeri Sipil serta berisi kerangka pemikiran

penulis mengenai permasalahan yang diangkat dalam penulisan hukum ini.

Page 28: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

28

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas dan menjawab permasalahan

yang telah ditentukan sebelumnya yakni mengenai kesesuaian antara prosedur

pemberhentian sementara terhadap Pegawai Negeri Sipil di Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah

yang diduga terlibat tindak pidana penipuan dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku serta implikasi hukum pemberhentian sementara bagi

Pegawai Negeri Sipil di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab ini berisi simpulan dari jawaban permasalahan yang menjadi

obyek penelitian dan saran-saran.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi mengenai daftar literatur-literatur yang dapat dipergunakan oleh

penulis yang dijadikan sebagai data kepustakaan dalam penelitian ini.

LAMPIRAN

Berisi mengenai daftar lampiran sebagai data kepustakaan yang

diperoleh dari proses penelitian.

Page 29: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan umum tentang hukum

Pertanyaan yang sering muncul di benak setiap orang ketika pertama

kali mempelajari ilmu hukum adalah mengenai apakah sebenarnya hukum itu.

Dahulu biasanya orang akan memberikan definisi yang indah-indah mengenai

hukum. Namun pada dasarnya definisi hukum itu sulit dibuat karena karena

menurut W.L.G. Lemaire hukum itu mempunyai segi dan bentuk yang sangat

banyak, sehingga tidak mungkin tercakup keseluruhan segi dan bentuk hukum

itu ke dalam suatu definisi (C.S.T. Kansil, 1989: 36).

Definisi hukum sangat sulit karena para sarjana hukum memiliki

pendapat yang berbeda-beda walaupun ada kesamaan, beberapa definisi

hukum oleh para sarjana meliputi (C.S.T Kansil, 1989: 38):

a. S.M. Amin

Dalam bukunya yang berjudul “Bertamasya ke Alam Hukum”,

hukum dirumuskan sebagai, “kumpulan peraturan yang terdiri dari norma

dan sanksi-sanksi itu disebut hukum dan tujuan hukum itu adalah

mengadakan ketatatertiban dalam pergaulan manusia, sehingga keamanan

dan ketertiban terpelihara”.

b. J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastropranoto

Dalam buku yang disusun bersama berjudul “Pelajaran Hukum

Indonesia” telah diberikan definisi hukum sebagai berikut, “hukum ialah

peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah

laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan

Page 30: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

30

resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan tadi

berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu”.

c. M. H. Tirtaatmidjaja

Dalam buku beliau “Pokok-Pokok Hukum Perniagaan”

ditegaskan bahwa “Hukum ialah semua aturan (norma) yang harus diturut

dalam tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan

ancaman mesti mengganti kerugian jika melanggar aturan-aturan itu akan

membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan

kemerdekaannya, didenda dan sebagainya”.

Sebagai kaidah (norma) hukum dapat dirumuskan sebagai

berikut: “hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah dan larangan)

yang mengatur tatatertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati

oleh anggota masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat

yang bersangkutan” (E. Utrecht, 1989: 3).

2. Tinjauan tentang sifat hukum

Hukum tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat (ubi socitas ibi

ius), sebab antara keduanya mempunyai hubungan timbal balik. Hal ini

dikarenakan hukum memiliki sifat universal dan hukum mengatur semua

aspek kehidupan masyarakat (politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan

keamanan) dengan tidak ada satupun segi kehidupan manusia dalam

masyarakat yang luput dari sentuhan hukum (Titik Triwulan Tutik, 2006: 34).

Tata-tertib dalam masyarakat dapat terwujud apabila masyarakat tersebut

menaati kaidah-kaidah hukum yang ada, akan tetapi realitanya tidak semua

orang mau menaatinya. Agar hukum itu efektif, maka hukum mempunyai sifat

mengatur dan memaksa. Hukum merupakan peraturan hidup kemasyarakatan

yang dapat memaksa orang agar menaati tata-tertib dalam masyarakat serta

memberikan sanksi yang tegas (berupa hukuman) terhadap siapa yang tidak

mau mematuhinya.

Page 31: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

31

Peraturan-peraturan hukum yang bersifat mengatur dan memaksa

anggota masyarakat untuk patuh menaatinya menyebabkan terdapatnya

keseimbangan dalam tiap perhubungan dalam masyarakat. Selain itu, hukum

juga memiliki sifat luwes dimana pengaturannya menyesuaikan dengan

perubahan yang ada atau perkembangan masyarakat saat ini. Dengan sifatnya

yang selalu menyesuaikan perkembangan masyarakat saat inilah, maka hukum

diharapkan mampu memberikan arahan dan pedoman bagi setiap orang dalam

bertindak.

3. Tinjauan tentang tujuan hukum

Tujuan hukum ialah apa yang hendak dicapai oleh hukum. Pada

dasarnya hukum itu berlaku dan untuk ditaati, dengan demikian akan tercipta

ketentraman dan ketertiban. Berkenaan dengan tujuan hukum, terdapat

beberapa pendapat para sarjana ilmu hukum yang diantaranya sebagai berikut:

a. Subekti mengatakan bahwa, “hukum itu mengabdi pada tujuan Negara yang

dalam pokoknya ialah mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada

rakyatnya. Hukum melayani tujuan Negara tersebut dengan

menyelenggarakan keadilan dan ketertiban” (C.S.T. Kansil, 1989: 41).

b. Van Apeldorn mengatakan bahwa, “tujuan hukum ialah mengatur pergaulan

hidup manusia secara damai. Adapun hukum mempertahankan perdamaian

dengan menimbang kepentingan yang bertentangan itu secara teliti dan

mengadakan keseimbangan di antaranya, karena hukum hanya dapat

mencapai tujuan, jika ia menuju peraturan yang adil” (C.S.T. Kansil, 1989:

42).

c. Mochtar Kusumaatmadja menyatakan bahwa, “tujuan hukum berdasarkan

cita-cita hukum Pancasila, adalah melindungi manusia secara pasif

(negatif) dengan mencegah tindakan sewenang-wenang. Dan secara aktif

(positif) dengan menciptakan kondisi kemasyarakatan yang manusiawi

yang memungkinkan proses kemasyarakatan berlangsung secara adil, tiap

manusia memperoleh kesempatan yang luas dan sama untuk

Page 32: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

32

mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya secara utuh” (Titik

Triwulan Tutik, 2006: 33).

Dari pendapat-pendapat di atas, maka tujuan hukum adalah untuk

mewujudkan keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

4. Tinjauan tentang Hukum Administrasi Negara

a. Peristilahan Administrasi Negara

Penggunaan istilah Hukum Administrasi Negara (HAN) sedikit

banyak dipengaruhi oleh keputusan/ kesepakatan pengasuh mata kuliah

Fakultas Hukum pada pertemuan di Cibulan tanggal 26-28 Maret 1973.

Sebelum itu, dalam kurikulum minimal tahun 1972, istilah yang digunakan

dalam SK Menteri P dan K tanggal 30 Desember 1972 No. 0198/U/1972

adalah Hukum Tata Pemerintahan. Meskipun istilah Hukum Tata

Pemerintahan tercantum dalam SK tersebut diatas, namun dalam

kenyataan penggunaan istilah itu oleh beberapa fakultas hukum terutama

fakultas hukum universitas negeri (yang kemudian diikuti juga oleh

berbagai fakultas hukum universitas swasta) tidak seragam. Istilah-istilah

yang beranekaragam itu adalah: Hukum Tata Pemerintahan, Hukum Tata

Usaha Negara dan Hukum Administrasi Negara

(http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/07/hukum-administrasi-

negara.html).

Soewarno Handayaningrat dalam bukunya “Administrasi

Pemerintahan Dalam Pembangunan Nasional” menengahkan sebagai

berikut: Administrasi Negara merupakan bagian dari administrasi umum.

Ilmu Administrasi Negara merupakan cabang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Pada halaman 2 juga diketengahkan pendapat Leonard D.White bahwa

Administrasi Negara terdiri atas semua kegiatan Negara dengan maksud

untuk menunaikan dan melaksanakan kebijakan Negara. Pada halaman 3

diketengahkan pendapat Dimock dan Koening tentang Administrasi

Page 33: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

33

Negara dalam arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas, Administrasi

Negara adalah kegiatan Negara dalam melaksanakan kekuasaan

politiknya. Dalam arti sempit, Administrasi Negara adalah kegiatan

eksekutif dalam penyelenggaraan pemerintahan (Soewarno

Handayaningrat, 1982: 2-3).

b. Peristilahan Hukum Adminstrasi Negara

Deskripsi dari J. Oppenheim mengetengahkan perbedaan

terhadap tinjauan Negara oleh Hukum Tata Negara dan oleh Hukum

Administrasi. Hukum Tata Negara menyoroti Negara dalam keadaan

bergerak. Pendapat selanjutnya dijabarkan oleh C.Van Vollenhoven dalam

definisi Hukum Tata Negara dan definisi Hukum Administrasi. Hukum

Tata Negara adalah keseluruhan peraturan hukum yang membentuk alat-

alat perlengkapan Negara dan menentukan kewenangan alat-alat

perlengkapan Negara tersebut. “Hukum Administrasi adalah keseluruhan

ketentuan yang mengingat alat-alat perlengkapan Negara, baik tinggi

maupun rendah, setelah alat-alat itu akan menggunakan kewenangan-

kewenangan ketatanegaraan” (Philipus M. Hadjon etc, 2005: 23).

Hukum Administrasi menurut Logeman ialah, “Hukum

Administrasi meliputi peraturan-peraturan khusus, yang disamping hukum

positif yang berlaku umum, mengatur cara-cara organisasi Negara ikut

serta dalam lalu lintas masyarakat” (Philipus M. Hadjon etc, 2005: 23).

Van Apeldorn menjelaskan bahwa, “Hukum Administrasi Negara

dalam arti materiil ialah keseluruhan aturan yang hendaknya diperhatikan

oleh para pendukung kekuasaan (penguasa) yang diserahi suatu tugas

pemerintahan dalam melakukan tugas pemerintahan itu“ (CST. Kansil,

1984: 29).

“Struijcken menyebutkan Hukum Administrasi Negara sebagai

peraturan-peraturan tentang cara bagaimana badan-badan pemerintah

harus menjalankan kewajibannya“ (CST. Kansil, 1984: 29).

Page 34: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

34

Menurut de La Basseour Caan bahwa yang dimaksud dengan

Hukum Administrasi Negara adalah, ”himpunan peraturan-peraturan

tertentu yang menjadi sebab maka Negara berfungsi (beraksi). Maka

peraturan-peraturan itu mengatur hubungan-hubungan antara tiap-tiap

warga (Negara) dengan pemerintahnya” (SF. Marbun, 2001: 45).

Menurut E. Utrecht Hukum Administrasi Negara atau yang

disebut sebagai Hukum Pemerintahan adalah “menguji hubungan hukum

istimewa yang diadakan akan memungkinkan para pejabat (ambstdragers)

Administrasi Negara melakukan tugas mereka yang khusus” (SF. Marbun,

2001: 46).

Menurut Muchsan, Hukum Administrasi Negara dirumuskan

sebagai “hukum mengenai struktur dan kefungsian administrasi Negara”

(SF. Marbun, 2001: 46).

Menurut Prajudi Atmosudirdjo Hukum Administrasi Negara

adalah “hukum yang mengenai pemerintah beserta aparatnya yang

terpenting yakni Administrasi Negara” (SF. Marbun, 2001: 46). Atau

merupakan “hukum yang mengatur wewenang, tugas fungsi dan tingkah

laku para pejabat administrasi Negara…, bertujuan untuk menjamin

adanya Administrasi Negara yang bonafide, artinya: yang tertib, sopan,

berlaku adil dan objektif, jujur efisien dan fair (sportif)” (SF. Marbun,

2001: 47).

Dari beberapa pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan

Hukum Administrasi Negara adalah keseluruhan peraturan yang

berkenaan dengan cara bagaimana organ pemerintahan melaksanakan

tugasnya. Jadi Hukum Administrasi Negara berisi aturan main yang

berkenaan dengan fungsi organ-organ pemerintahan. Ada tiga arti Hukum

Administrasi Negara, yaitu:

1) Sebagai aparatur Negara, aparatur pemerintahan, atau institusi politik

(kenegaraan); artinya meliputi organ yang berada di bawah pemerintah

Page 35: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

35

mulai dari Presiden, Menteri (termasuk Sekretaris Jenderal, Direktur

Jenderal, Inspektur Jenderal), Gubernur, Bupati, dan sebagainya,

singkatnya semua organ yang menjalankan Administrasi Negara;

2) Sebagai fungsi atau aktivitas, yakni sebagai kegiatan pemerintahan,

artinya sebagai kegiatan mengurus kepentingan Negara;

3) Sebagai proses teknis penyelenggaraan Undang-Undang, artinya

meliputi segala tindakan aparatur Negara dalam menyelenggarakan

Undang-Undang (CST. Kansil, 1997: 4).

Dari ketiga arti dari Hukum Administrasi Negara di atas, maka

Hukum Administrasi Negara jelas memegang peranan penting bagi

aparatur Negara dalam menjalankan fungsi pemerintahan. Betapa

pentingnya Hukum Administrasi Negara, sehingga Van Vollenhoven

mengatakan bahwa:

Pejabat-pejabat Pemerintahan tanpa ketentuan Hukum Tata Negara seperti burung yang lumpuh sayapnya, karena tidak mempunyai kewenangan atau ada keragu-raguan tentang ini; pejabat-pejabat pemerintahan tanpa ketentuan-ketentuan dalam Hukum Administrasi laksana burung bebas dengan sayapnya, karena mereka dapat mempergunakan kewenangannya sekehendak hatinya (Amrah Muslimin, 1985: 10).

c. Administrasi Negara dalam lapangan pekerjaannya

Kekuasaan pemerintah yang menjadi objek kajian Hukum

Administrsi Negara sangat luas, maka tidak mudah menentukan ruang

lingkup Hukum Administrasi Negara.

Menurut C.J.N. Versteden, berbeda dengan hukum perdata dan hukum pidana, Hukum Administrasi Negara tidak dapat dikodifikasi. Dengan kata lain, keseluruhan atau sebagian besar tidak dapat dikumpulkan dalam satu kitab undang undang umum. Keanekaragaman dan perkembangan yang pesat dari Hukum Administrasi ini membuat kodifikasi umum itu tidak memungkinkan (Ridwan, HR, 2006: 38-39).

Alasan yang hampir senada dikemukakan pula oleh E. Utrecht,

dengan mengutip pendapat A.M. Donner yaitu:

Page 36: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

36

Hukum Administrasi Negara itu sukar untuk dikodifikasi karena dua alasan. Pertama, peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara berubah lebih cepat dan sering mendadak, sedangkan peraturan-peraturan-peraturan hukum privat dan hukum pidana hanya berubah secara berangsur-angsur saja. Kedua, pembuatan peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara tidak di dalam satu tangan. Di luar pembuat Undang-Undang pusat hampir semua departemen dan pemerintah daerah otonom membuat juga peraturan-peraturan Hukum Administrasi Negara sehingga lapangan Hukum Administrasi Negara saat itu sangat beraneka warna dan tidak bersistem. Karena tidak dapat dikodifikasi, maka sukar diidentifikasi ruang lingkupnya dan yang dapat dilakukan hanyalah membagi bidang-bidang atau bagian-bagian HAN (Ridwan, HR, 2006: 39).

C.J.N. Versteden menyebutkan bahwa secara garis besar Hukum

Administrasi Negara meliputi bidang pengaturan antara lain:

1) peraturan mengenai penegakan ketertiban dan keamanan, kesehatan

dan kesopanan, dengan menggunakan aturan tingkah laku bagi warga

Negara yang ditegakkan dan ditentukan lebih lanjut oleh pemerintah;

2) peraturan yang ditujukan untuk memberikan jaminan sosial bagi

rakyat;

3) peraturan-peraturan mengenai tata ruang yang ditetapkan pemerintah;

4) peraturan-peraturan yang berkaitan dengan tugas-tugas pemeliharaan

dari pemerintah termasuk bantuan terhadap aktivitas swasta dalam

rangka pelayanan umum;

5) peraturan-peraturan yang berkaitan dengan pemungutan pajak;

6) peraturan-peraturan mengenai perlindungan hak dan kepentingan

warga Negara terhadap pemerintah;

7) peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penegakan hukum

administrasi;

8) peraturan-peraturan mengenai pengawasan organ pemerintah yang

lebih tinggi terhadap organ yang lebih rendah;

9) peraturan-peraturan mengenai kedudukan hukum pegawai

pemerintahan (Ridwan, HR, 2006: 41).

Page 37: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

37

Ada penulis yang menyebutkan bahwa Hukum Administrasi

Negara mencakup hal-hal di antaranya:

1) sarana-sarana (instrumen) bagi penguasa untuk mengatur,

menyeimbangkan dan mengendalikan berbagai kepentingan

masyarakat;

2) mengatur cara-cara partisipasi warga masyarakat dalam proses

penyuluhan dan pengendalian tersebut termasuk proses penentuan

kebiksanaan;

3) perlindungan hukum bagi warga masyarakat;

4) menyusun dasar-dasar bagi pelaksanaan pemerintahan yang baik

(Ridwan, HR, 2006: 43-44).

Dari pemaparan beberapa pendapat sarjana di atas, dapatlah

disebutkan bahwa Hukum Administrasi adalah hukum yang berkenaan

dengan pemerintahan dalam arti sempit (bestuursrechet of administratief

recht omvat regels, die betrekking hebben op de administratie) yaitu

hukum yang cakupannya secara garis besar mengatur hal-hal antara lain:

1) perbuatan pemerintah (pusat dan daerah) dalam bidang publik;

2) kewenangan pemerintah (dalam melakukan perbuatan di bidang publik

tersebut); di dalamnya diatur mengenai dari mana, dengan cara apa dan

bagaimana pemerintah menggunakan kewenangannya; penggunaan

kewenangan ini dituangkan dalam bentuk instrumen hukum sehingga

diatur pula tentang pembuatan dan penggunaan instrumen hukum;

3) akibat-akibat hukum yang lahir dari perbuatan atau penggunaan

kewenangan pemerintah itu;

4) penegakan hukum dan penerapan sanksi-sanksi dalam bidang

pemerintahan (Ridwan, HR, 2006: 44).

Sehubungan dengan adanya hukum administrasi tertulis, yang

tertuang dalam bebagai peraturan perundang-undangan dan hukum

administrasi tidak tertulis yang lazim disebut asas-asas umum

Page 38: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

38

pemerintahan yang layak (algemene beginselen van behoorlijke bestuur),

keberadaan dan sasaran dari hukum administrasi adalah sekumpulan

peraturan hukum yang mengatur tentang tugas dan kewenangan

pemerintah dalam berbagai dimensinya sehingga tercipta penyelenggaraan

pemerintahan dan kemasyarakatan yang baik dalam suatu Negara hukum.

Dengan demikian, keberadaan Hukum Administrasi Negara dalam suatu

Negara hukum merupakan qonditio sine quanon (Ridwan, HR, 2006: 44-

45).

d. Asas-asas umum pemerintahan yang baik

Supaya alat perlengkapan Negara, dalam hal ini Administrasi

Negara dapat menjalankan tugasnya secara baik, maka Administrasi

Negara memerlukan kemerdekaan untuk bertindak atas inisiatif sendiri

terutama dalam menyelesaikan masalah-masalah penting yang timbul, di

mana peraturan penyelesaiannya belum ada atau belum dibuat oleh badan

legislatif. Kemerdekaan tersebut disebut Freis Ermessen. Tentu saja

kemerdekaan ini tidaklah boleh dijalankan sedemikian rupa sehingga

merugikan warga, tanpa alasan yang patut. Apabila suatu perlengkapan

Negara yang diberi kewenangan tertentu, tidak mempergunakan

kewenangannya sesuai dengan tujuan yang telah diberikan oleh peraturan

yang menjadi dasarnya dapat dikatakan bahwa alat perlengkapan itu telah

melakukan “detournement de pouvoir” (penyalahgunaan wewenang).

Istilah asas-asas umum pemerintahan yang baik merupakan

terjemahan dari bahasa Belanda, “Algemene Beginselen van Behoorlijk

Bestuur. Pengertian “behoorlijk” bukanlah “baik”, melainkan “sebaiknya”

atau “sepatutnya”, dengan demikian, terjemahannya menjadi “Asas-asas

Umum Pemerintahan yang Sebaiknya”. Ada juga ahli yang mengganti kata

“baik” dengan “layak”, sehingga menjadi “Asas-asas Umum Pemerintahan

yang Layak” (Ridwan, HR, 2006: 245).

Beberapa pengertian asas-asas umum pemerintahan yang baik

dalam beberapa bahasa:

Page 39: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

39

1) Di Belanda dikenal dengan “Algemene Beginselen van Behoorllijke

Bestuur” (ABBB);

2) Di Inggris dikenal “The Principal of Natural Justice”;

3) Di Perancis “Les Principaux Generaux du Droit Coutumier Publique”;

4) Di Belgia “Aglemene Rechtsbeginselen”;

5) Di Jerman “Verfassung Sprinzipien”;

6) Di Indonesia “Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik”.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun

1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme disebutkan beberapa asas-asas umum

pemerintahan yang baik yaitu:

1) Asas Kepastian Hukum

Adalah asas dalam rangka Negara Hukum yang mengutamakan

landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan keadilan

dalam setiap kebijakan penyelenggara Negara.

2) Asas Tertib Penyelenggaraan Negara

Adalah asas yang menjadi landasan keteraturan, keserasian dan

keseimbangan dalam pengendalian penyelenggaraan Negara.

3) Asas Kepentingan Umum

Adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara

yang aspiratif, akomodatif dan selektif.

4) Asas Keterbukaan

Adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk

memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif

tentang penyelenggaraan Negara dengan tetap memperhatikan

perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia Negara.

Page 40: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

40

5) Asas Proporsionalitas

Adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan

kewajiban penyelenggara Negara.

6) Asas Profesionalitas

Adalah asas yang mengutamakan keahlian yang berlandaskan kode

etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

7) Asas Akuntabilitas.

Adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir

dari kegiatan penyelenggara Negara harus dapat

dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai

pemegang kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berlaku (Ridwan, HR, 2006: 254-

255).

5. Tinjauan tentang Keputusan Tata Usaha Negara

a. Pengertian Keputusan Tata Usaha Negara

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1958 tentang

Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan bahwa Keputusan Tata Usaha

Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau

Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha

Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

yang bersifat konkret, individual dan final, yang menimbulkan akibat

hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

Rumusan Pasal 1 angka 3 mengandung elemen-elemen utama

sebagai berikut.

1) penetapan tertulis;

2) (oleh) badan atau pejabat Tata Usaha Negara;

3) tindakan Hukum Tata Usaha Negara;

4) konkret, individual;

Page 41: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

41

5) final;

6) akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata (Philipus M.

Hadjon etc, 2005: 138).

Penulis dalam penelitian ini mengkaji Keputusan Tata Usaha

Negara yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen

Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah Nomor: W9-1013-Kp.05.05-

Tahun 2009 tentang Pemberhentian Sementara/ Skorsing terhadap

Pegawai Negeri Sipil Lembaga Pemasyarakatan Klasa IIA Pasir Putih

Nusakambangan yang diduga terlibat dalam tindak pidana penipuan.

b. Perkecualian dalam Keputusan Tata Usaha Negara

Setelah diadakan perubahan dengan Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, ketentuan

Pasal 2 diubah sehingga yang tidak termasuk dalam pengertian Keputusan

Tata Usaha Negara adalah sebagai berikut.

1) Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum

perdata;

2) Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang

bersifat umum;

3) Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan persetujuan;

4) Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana atau peraturan perundang-undangan lain yang

bersifat hukum pidana;

5) Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil

pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku;

6) Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha Tentara Nasional

Indonesia;

Page 42: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

42

7) Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di pusat maupun di daerah

mengenai hasil pemilihan umum.

c. Perluasan Keputusan Tata Usaha Negara

Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan

Tata Usaha Negara menyebutkan.

1) Apabila Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan

keputusan, sedangkan hal itu menjadi kewajibannya, maka hal tersebut

disamakan dengan Keputusan Tata Usaha Negara.

2) Jika suatu Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tidak mengeluarkan

keputusan yang dimohon, sedangkan jangka waktu sebagaimana

ditentukan data peraturan perundang-undangan dimaksud telah lewat,

maka Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara tersebut dianggap telah

menolak mengeluarkan keputusan yang dimaksud.

3) Dalam hal peraturan perundang-undangan yang bersangkutan tidak

menentukan jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),

maka setelah lewat jangka waktu empat bulan sejak diterimnya

permohonan, Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang

bersangkutan dianggap telah mengeluarkan keputusan penolakan (R.

Wiyono, 2008: 54).

6. Tinjauan tentang Pegawai Negeri Sipil

a. Pengertian Pegawai Negeri

Untuk memperoleh pengertian Pegawai Negeri, pegangan pokok

tentunya berada pada Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-

Pokok Kepegawaian, namun ada baiknya bila diketahui pula pengertian

maupun peristilahan mengenai Pegawai Negeri yang ada pada peraturan

sebelumnya yang pernah berlaku. Kalau menengok peraturan-peraturan

yang berlaku pada zaman kolonial, maka baik dalam BBL 1938

(Bezoldigingsregeling Burgerlijke Landsdienaren 1938) maupun BAG

Page 43: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

43

1949 (Betalingsregeling Ambtenaren en Gopensioneerden 1949) tidak

akan dijumpai tentang pengertian yang mendeskripsikan Pegawai Negeri

itu. Hanya di dalam BBL 1938 menggunakan istilah Landsdienaren

(Pengabdi Negara) dan BAG 1949 menggunakan istilah Ambtenaar

(Pegawai Negeri). Sedangkan siapa saja yang diangkat menjadi Pegawai

Negeri, Prof. Dr. J.H.A Logemann dalam “Over de theorie van een stellig

staatsrecht” (1984) berpendapat bahwa Pegawai Negeri (ambtenaar)

adalah tiap pejabat yang mempunyai hubungan dinas publik (openbare

dienstbetrekking) dengan Negara. Mengenai hubungan dinas publik ini

J.H.A Logemann lebih lanjut menjelaskan bahwa hubungan dinas publik

itu terjadi jika seseorang mengikatkan dirinya untuk tunduk pada perintah

dari pemerintah untuk melakukan sesuatu atau beberapa macam jabatan

tertentu dengan mendapatkan penghargaan berupa gaji dan beberapa

keuntungan lain. Jadi seseorang yang mempunyai hubungan dinas publik

dengan Negara, yang berarti dia menjadi Pegawai Negeri, tidak akan

menolak dan menerima tanpa syarat pengangkatannya dalam suatu jabatan

yang telah ditentukan oleh pemerintah (Sudibyo Triatmodjo, 1983: 26-27).

Dengan demikan kalau diikuti pendapat Prof. Dr. J.H.A Logemann, pemerintah berhak dengan tanpa persesuaian kehendak dari pihak Pegawai Negeri yang bersangkutan (eenzijdig) mengangkat dalam jabatan yang ditetukan, sehingga perbuatan pemerintah di sini dapat disebut dengan perbuatan hukum yang bersegi satu (Sudibyo Triatmodjo, 1983: 27).

Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999

tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian maka telah ditemukan pengertian Pegawai

Negeri karena dalam Undang-Undang ini telah diberi rumusan tentang apa

yang dimaksud dan diartikan dengan Pegawai Negeri. Rumusan tersebut

terdapat dalam Pasal 1 huruf a yang berbunyi, “Pegawai Negeri adalah

setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang

ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas

Page 44: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

44

dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas Negara lainnya, dan digaji

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku .”

Kalau memperhatikan rumusan di atas maka akan didapatkan

empat unsur yang harus dipenuhi seseorang agar dapat disebut sebagai

Pegawai Negeri. Empat unsur tersebut ialah:

1) Warga Negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat yang

ditentukan;

2) diangkat oleh pejabat yang berwenang;

3) diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri/ tugas Negara berdasarkan

peraturan perundang-undangan;

4) digaji oleh Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pegawai Negeri bekerja dalam suatu sistem pemerintahan yang

biasa disebut dengan birokrasi. Birokrasi berasal dari kata bureucracy

(Bahasa Inggris bureu+cracy) diartikan sebagai suatu organisasi yang

memiliki rantai komando dengan bentuk piramida, di mana lebih banyak

orang berada di tingkat bawah daripada tingkat atas, biasanya ditemui

pada instansi yang sifatnya administratif maupun militer

(http://id.wikipedia.org/wiki/Birokrasi).

Beberapa ahli dalam jurnal yang ditulis oleh Awal Hossain

Mollah menyatakan pendapatnya mengenai pengertian birokrasi sebagai

berikut.

There is no consensus on the definition of the term ‘bureaucracy’. It appears to mean different things to different people. According to H. Finer, bureaucracy is an institution composed of “government officials who are permanent, paid and skilled” (Bhuyan, 1998:833). Bureaucracy has been defined as a government by officials who tend to dominate in policy-making. Bureaucracy is also seen as a system of rule. This conceptualization of bureaucracy, as a rule by officials to the virtual exclusion of all others, is found in a variety of authors. German Sociologist, Max Weber called it a rational-legal

Page 45: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

45

authority which operates on the basis of formal rules and regulations (Weber, 1947). Since the bureaucratic system of rule is based on the knowledge and the expertise of officials, there is a potential for erosion of the power of the non-specialist, who is placed in command of the bureaucratic administration (Warwick, 1974:2) (Awal Hossain, 2008: 88).

Awal Hossein Mollah dalam jurnalnya mengutip pendapat

beberapa ahli bahwa, tidak ada persetujuan umum pada definisi dari istilah

“birokrasi”. Setiap orang memiliki pendapat yang berbeda. Menurut H.

Finer, birokrasi adalah institusi yang tersusun dari “perangkat-perangkat

pemerintahan yang secara permanen digaji dan terlatih” (Bhuyan,

1998:833). Birokrasi telah didefinisikan sebagai pemerintahan yang

diselenggarakan oleh pegawai-pegawai yang cenderung berwenang dalam

pembuatan kebijakan. Birokrasi juga dilihat sebagai sistem peraturan.

Konseptualisasi dari birokrasi ini yang sebagai sebuah peraturan yang

lazim dikeluarkan oleh para pejabat kepada seluruh perangkat pelaksana,

ditemukan dalam keanekaragaman dari penyusun peraturannya. Sosiolog

Jerman, Max Weber menyebutnya sebagai kewenangan peraturan rasional

yang berjalan pada dasar dari kaidah-kaidah formal dan peraturan-

peraturan (Weber 1947). Sejak sistem peraturan birokrasi didasarkan pada

pengetahuan dan keahlian dari pejabat-pejabat, ada potensi terjadinya

pengikisan kekuatan dari yang bukan ahlinya diletakkan pada pimpinan

administrasi birokrasi (Warwick, 1974: 2).

Dalam penulisan ini, istilah birokrasi digunakan dalam konteks

pemerintahan yang terlibat dalam proses pembuatan kebijakan dan

pelaksanaannya di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kantor

Wilayah Jawa Tengah.

b. Yang termasuk Pegawai Negeri Sipil

Tidak semua Pegawai Negeri Sipil termasuk dalam Pegawai

Negeri. Pegawai Negeri Sipil merupakan salah satu bagian dari Pegawai

Negeri. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Page 46: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

46

Kepegawaian Pasal 2 ayat (1) menyebutkan bahwa Pegawai Negeri terdiri

dari:

1) Pegawai Negeri Sipil;

2) Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan

3) Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pegawai Negeri Sipil terdiri pula dari:

1) Pegawai Negeri Sipil Pusat;

2) Pegawai Negeri Sipil Daerah.

Pembedaan Pegawai Negeri Sipil menjadi Pegawai Negeri Sipil

Pusat dan Pegawai Negeri Sipil daerah disinggung oleh Bagus Sarwana

dalam jurnalnya yang menyebutkan bahwa:

Pegawai Negeri Sipil dibedakan menjadi Pegawai Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah. Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibayarkan berdasarkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara, sedangkan Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibayarkan berdasarkan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (Bagus Sarwana, 2006: 162).

Dalam penulisan ini, penulis melakukan penelitian terhadap salah

seorang Pegawai Negeri Sipil yang termasuk dalam Pegawai Negeri Sipil

Pusat.

c. Hak, kewajiban, larangan, hukuman disiplin dan pemberhentian

Pegawai Negeri Sipil

1) Hak Pegawai Negeri Sipil

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999

Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974

Tentang Pokok-pokok Kepegawaian menetapkan hak bagi Pegawai

Negeri Sipil, sebagai berikut:

a) hak atas gaji yang layak sesuai dengan pekerjaan dan

tanggungjawabnya (Pasal 7);

Page 47: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

47

b) hak atas cuti (Pasal 8);

c) hak memperoleh perawatan dikala ditimpa oleh sesuatu kecelakaan

dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya (Pasal 9 ayat

1);

d) hak memperoleh tunjangan dikala menderita cacat jasmani atau

cacat rohani dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya

yang mengakibatkan Pegawai Negeri yang bersangkutan tidak

dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga (Pasal 9 ayat 2);

e) hak memperoleh uang duka bagi keluarga dari Pegawai Negeri

yang tewas (Pasal 9 ayat 3);

f) hak atas pensiun (Pasal 10).

2) Kewajiban Pegawai Negeri Sipil

Kewajiban Pegawai Negeri menurut Sastra Djatmika yang

diuraikan Sri Hartini dalam jurnalnya dibagi dalam tiga golongan,

yaitu:

a) kewajiban-kewajiban yang ada hubungan dengan suatu jabatan;

b) kewajiban-kewajiban yang tidak langsung berhubungan dengan suatu tugas dalam jabatan, melainkan dengan kedudukannya sebagai Pegawai Negeri pada umumnya;

c) kewajiban-kewajiban lain (Srihartini, 2009: 74).

Sedangkan dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang

Pokok-Pokok Kepegawaian kewajiban Pegawai Negeri antara lain:

a) setiap Pegawai Negeri wajib setia dan taat kepada Pancasila,

Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah, serta wajib

menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia (Pasal 4);

Page 48: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

48

b) wajib menaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan dengan

penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab (Pasal 5);

c) wajib menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan

rahasia jabatan kepada dan atas perintah pejabat yang berwajib atas

kuasa Undang-Undang (Pasal 6).

Lebih khusus, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri

Sipil mengatur tentang kewajiban Pegawai Negeri Sipil yakni:

a) setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar

1945, Negara dan Pemerintah;

b) mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan golongan

atau diri sendiri, serta menghindarkan segala sesuatu yang dapat

mendesak kepentingan Negara oleh kepentingan golongan, diri

sendiri atau pihak lain;

c) menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Negara, Pemerintah

dan Pegawai Negeri Sipil;

d) mengangkat dan mentaati sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan

sumpah/janji jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan

yang berlaku;

e) menyimpan rahasia Negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-

baiknya;

f) memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan Pemerintah

baik langsung menyangkut tugas kedinasannya maupun yang

berlaku secara umum;

g) melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan dengan

penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab;

h) bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk

kepentingan Negara;

Page 49: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

49

i) memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan

dan kesatuan Korps Pegawai Negeri Sipil;

j) segera melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui ada hal

yang dapat membahayakan atau merugikan Negara/Pemerintah,

terutama di bidang keamanan, keuangan dan material;

k) mentaati ketentuan jam kerja;

l) menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik;

m) menggunakan dan memelihara barang-barang milik Negara dengan

sebaik-baiknya;

n) memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat

menurut bidang tugasnya masing-masing;

o) bertindak dan bersikap tegas, tetapi adil dan bijaksana terhadap

bawahannya;

p) membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugasnya;

q) menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik terhadap

bawahannya;

r) mendorong bawahannya untuk meningkatkan prestasi kerjanya;

s) memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk

mengembangkan kariernya;

t) mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan tentang

perpajakan;

u) berpakaian rapi dan sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan

santun terhadap masyarakat, sesama Pegawai Negeri Sipil dan

terhadap atasan;

v) hormat menghormati antara sesama Warga Negara yang memeluk

agama/ kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang

berlainan;

w) menjadi teladan sebagai Warga Negara yang baik dalam

masyarakat;

Page 50: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

50

x) mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan

kedinasan yang berlaku;

y) mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang;

z) memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya setiap

laporan yang diterima mengenai pelanggaran disiplin (Djoko

Prakoso, 1992: 106-107).

3) Larangan Pegawai Negeri Sipil

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30

Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil bagi para

Pegawai Negeri Sipil diberlakukan larangan, sebagai berikut:

a) melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau

martabat Negara, pemerintah atau Pegawai Negeri Sipil;

b) menyalahgunakan wewenangnya;

c) tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk Negara

asing;

d) menyalahgunakan barang-barang, uang atau surat-surat berharga

milik Negara;

e) memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, ataupun

meminjamkan barang-barang, dokumen atau surat-surat berharga

milik Negara secara tidak sah;

f) melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat,

bawahan atau orang lain dialam maupun di luar lingkungan

kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau

pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan

Negara;

g) melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud

membalas dendam terhadap bawahannya atau orang lain di dalam

maupun di luar lingkungan kerjanya;

Page 51: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

51

h) menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari

siapapun juga yang diketahui atau patut dapat diduga bahwa

pemberian itu bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan Pegawai

Negeri Sipil yang bersangkutan;

i) memasuki tempat-tempat yang dapat mencerminkan kehormatan

atau martabat Pegawai Negeri Sipil kecuali untuk kepentingan

jabatan;

j) bertindak sewenag-wenang terhadap bawahannya;

k) melakukan suatu tindakan atau sengaja tidak melakukan suatu

tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah

satu pihak yang dilayaninya sehingga mengakibatkan kerugian bagi

pihak yang dilayani;

l) mengahalangi jalanya tugas kedinasan;

m) membocorkan dan atau memanfaatkan rahasia Negara yang

diketahui karena kedudukan jabatan untuk kepentingan pribadi,

golongan atau pihak lain;

n) bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau golongan

untuk mendapatkan pekerjaan atau peranan dari kantor/ instansi

pemerintahan;

o) memiliki saham/ modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya

berada dalam ruang lingkup kekuasaannya;

p) memiliki saham suatu perusahaan yang kegiatan usahanya tidak

berada dalam ruang lingkup kekuasaannya yang jumlah dan sifat

pemilikan itu sedemikian rupa sehingga melalui pemilikan saham

tersebut dapat langsung atau tidak langsung menentukan

penyelenggaraanatau jalannya perusahaan;

q) melakukan kegiatan uasaha dagang, baik resmi maupun sambilan,

menjadi direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swasta bagi

yang berpangkat Pembina golongan ruang IV/a ke atas atau yang

memangku jabatan eselon I;

Page 52: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

52

r) melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam

melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi, golongan atau

pihak lain. (Djoko Prakoso, 1992: 107-109).

4) Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Hubungan sebab akibat yang terjadi karena adanya

pertentangan terhadap kewajiban yang tidak ditaati atau larangan yang

dilanggar menimbulkan sanksi. Sanksi yang dimaksud dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1980 tentang

Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah hukuman disiplin.

Jenis hukuman disiplin bagi Pegawai Negeri Sipil yang

terdapat pada Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 1980

tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil khususnya pada Pasal

6 ayat (1) terdiri dari:

a) Tingkat hukuman disiplin terdiri dari:

(1) hukuman disiplin ringan;

(2) hukuman disiplin sedang;

(3) hukuman disiplin berat.

b) Jenis hukuman ringan terdiri dari:

(1) teguran lisan;

(2) teguran tertulis;

(3) pernyataan tidak puas secara tertulis.

c) Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari:

(1) penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun;

(2) penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk

paling lama satu tahun;

(3) penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu tahun.

Page 53: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

53

d) Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari:

(1) penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah

untuk paling lama satu tahun;

(2) pembebasan dari jabatan;

(3) pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri

sebagai Pegawai Negeri Sipil;

(4) pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri

Sipil.

Menurut Tedi Sudrajat, Penegakan hukuman disiplin

Kepegawaian dipengaruhi oleh struktur hukum, substansi hukum dan

budaya hukumnya. Penjelasanya adalah sebagai berikut.

a) Dari aspek struktur hukum, mekanisme penjatuhan hukuman yang sifatnya ringan dan sedang sulit untuk diterapkan pada si pelanggar karena dipengaruhi oleh sistem delegasi secara hierarkis dan struktural.

b) Dari aspek substansi hukum, PP No. 30 Tahun 1980 tidak memenuhi syarat hukum yang efektif karena kaidah hukumnya tidak jelas, menimbulkan penafsiran yang berbeda bagi setiap pejabat yang berwenang, sanksi yang diberikan tidak tepat karena penentuan pelanggaran yang ditujukan dalam PP tersebut masih belum jelas serta menimbulkan ketidakpastian dalam penjatuhan hukuman.

c) Dari aspek budaya hukum, adanya pengaruh antara kondisi dalam lingkungan kerja dan dengan budaya kerja, dalam arti kecenderungan sesama pegawai untuk membiarkan terjadinya pelanggaran (budaya permisif), yang didukung dengan kurangnya fungsi kontrol dan evaluasi terhadap pelanggaran.

Untuk menegakkan hukuman disiplin diperlukan sistem hukum yang baik dengan cara mengubah paradigma dalam Hukum Kepegawaian yang bukan hanya diperlukan sistem hukum yang baik dengan cara mengubah paradigma dalam Hukum Kepegawaian yang bukan hanya berorientasi pada pelaksanaan tugas namun berorientasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini akan berkaitan dengan prinsip meritrokasi dimana inti dari prinsip ini adalah jenis penguatannya (reinforcement) melalui reward and punishment. Prinsip tersebut akan

Page 54: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

54

mengarah pada penegakan hukuman disiplin yang natural dan berimbang, yang di dalamnya akan terkandung aspek kompetisi dan aspek peningkatan kualitas SDM aparatur yang berorientasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya (Tedi Sudrajat, 2008: 54).

5) Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang

Pokok-pokok Kepegawaian menetapkan bahwa Pegawai Negeri Sipil

dapat diberhentikan dengan hormat karena:

a) atas permintaan sendiri;

b) mencapai batas usia pensiun;

c) perampingan organisasi pemerintah; atau

d) tidak cakap jasmani dan rohani sehingga tidak dapat menjalankan

kewajiban sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Pegawai Negeri Sipil yang meninggal dunia dengan

sendirinya dianggap diberhentikan dengan hormat (Pasal 23 ayat (1)).

Pasal 23 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43

Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian juga menetapkan bahwa

Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan tidak dengan hormat karena:

a) melanggar sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan sumpah/janji

jabatan selain pelanggaran sumpah/janji karena tidak setia kepada

Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah;

atau;

b) dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena

melakukan tindak pidana kejahatan yang ancaman hukumannya

kurang dari 4 (empat) tahun.

Page 55: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

55

Pegawai Negeri Sipil juga diberhentikan tidak dengan

hormat, karena:

a) dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak

pidana kejahatan yang ancaman empat tahun atau lebih; atau

b) melakukan pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil tingkat berat

(Pasal 23 ayat (4).

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun

1979 tentang Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil mengatur beberapa

hal sebagai berikut.

a) pemberhentian atas permintaan sendiri;

b) pemberhentian karena mencapai batas usia pensiun;

c) pemberhentian karena adanya penyederhanaan organisasi;

d) Pemberhentian karena melakukan pelanggaran atau tindak

pidana/penyelewengan;

e) pemberhentian karena tidak cakap jasmani atau rohani;

f) pemberhentiaan karena meninggalkan tugas;

g) pemberhentian karena meninggal dunia atau hilang;

h) pemberhentian karena hal-hal lain.

7. Tinjauan tentang Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri Sipil yang dikenakan tahanan sementara oleh pejabat

yang berwajib karena disangka telah melakukan suatu tindak pidana kejahatan

dikenakan pemberhentian sementara.

Untuk kepentingan peradilan terhadap Pegawai Negeri Sipil yang didakwa telah melakukan suatu kejahatan atau pelanggaran atas jabatan maupun kejahatan atau pelanggaran atas hukum pidana dan kemudian berhubungan dengan itu oleh pihak yang berwajib dikenakan penahanan, maka mulai saat penahanan harus dikenakan pemberhentian sementara (Sudibyo Triatmodjo, 1983: 170).

Page 56: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

56

Dalam penjelasan Pasal 24 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-

Pokok Kepegawaian disebutkan bahwa Untuk menjamin kelancaran

pemeriksaan, maka Pegawai Negeri Sipil yang disangka oleh pejabat yang

berwajib melakukan tindak pidana kejahatan dikenakan pemberhentian

sementara sampai adanya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan

hukum yang tetap. Pemberhentian sementara tersebut adalah pemberhentian

sementara dari jabatan negeri bukan pemberhentian sementara sebagai

Pegawai Negeri Sipil. Apabila pemeriksaan oleh yang berwajib telah selesai

atau telah ada putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum

yang tetap dan ternyata bahwa Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan tidak

bersalah, maka Pegawai Negeri Sipil tersebut direhabilitasikan terhitung sejak

dikenakan pemberhentian sementara. Rehabilitasi yang dimaksud

mengandung pengertian, bahwa Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan

diaktifkan dan dikembalikan pada jabatan semula.

Apabila setelah pemeriksaan oleh pengadilan telah selesai dan

ternyata Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan bersalah dan oleh sebab itu

dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum yang tetap, maka Pegawai Negeri Sipil tersebut

dapat diberhentikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 23 ayat (3) huruf

b, ayat (4) huruf a, dan ayat (5) huruf c.

Keputusan pemberhentian sementara Pegawai Negeri Sipil

dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang. Peraturan Pemerintah Nomor 9

Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan

Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil diatur mengenai pemberhentian

sementara dari jabatan Negeri. Substansi mengenai hal tersebut tertulis dalam.

Pasal 18

Presiden menetapkan pemberhentian sementara dari jabatan negeri bagi

Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural eselon I, jabatan

fungsional Jenjang Utama atau jabatan lain yang pengangkatan dan

Page 57: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

57

pemberhentiannya menjadi wewenang Presiden, pemberhentian sementara

dari jabatan negeri bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan

struktural eselon I di lingkungan Pemerintah Daerah Propinsi.

Pasal 19

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan pemberhentian

sementara dari jabatan negeri bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat di

lingkungannya yang menduduki jabatan struktura eselon II ke bawah atau

jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu.

(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan

sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di

lingkungannya untuk memberhentikan sementara dari jabatan negeri bagi

Pegawai Negeri Sipil Pusat yang menduduki jabatan struktural eselon III

ke bawah dan jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu.

Pasal 20

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi menetapkan :

a. pemberhentian sementara Sekretaris Daerah Propinsi;

b. pemberhentian sementara dari jabatan negeri bagi Pegawai Negeri Sipil

di lingkungannya yang menduduki jabatan struktural eselon II ke

bawah dan jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu.

(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan

sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di

lingkungannya untuk memberhentikan sementara dari jabatan negeri bagi

Pegawai Negeri Sipil di lingkungannya yang menduduki jabatan struktural

eselon III ke bawah atau jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat

dengan itu.

Pasal 21

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota menetapkan :

Page 58: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

58

a. pemberhentian sementara Sekretaris Daerah Kabupaten/ Kota;

b. pemberhentian sementara dari jabatan negeri bagi Pegawai Negeri Sipil

di lingkungannya yang menduduki jabatan struktural eselon II ke

bawah dan jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu.

(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan

sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di

lingkungannya untuk memberhentikan sementara dari jabatan negeri bagi

Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten/Kota yang menduduki jabatan

struktural eselon IV dan jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat

dengan itu.

Dari pengaturan-pengaturan diatas yang terkait dengan objek

penelitian yang penulis lakukan Surat Keputusan pemberhentian sementara

Pegawai Negeri Sipil ditetapkan oleh pejabat pembina kepegawaian pusat

yang kemudian mendelegasikan sebagian wewenangnya atau memberikan

kuasa kepada pejabat lain di lingkungannya dalam hal ini Kepala Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah.

Secara khusus pemberhentian sementara Pegawai Negeri Sipil diatur

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang

Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri. Pengaturannya

adalah sebagai berikut.

Pasal 2

(1) Untuk kepentingan peradilan seorang Pegawai Negeri yang didakwa telah

melakukan suatu kejahatan/pelanggaran jabatan dan berhubung dengan itu

oleh pihak yang berwajib dikenakan tahanan sementara, mulai saat

penahanannya harus dikenakan pemberhentian sementara.

(2) Ketentuan menurut ayat (1) Pasal ini dapat pula diperlakukan terhadap

seorang Pegawai Negeri yang oleh pihak berwajib dikenakan tahanan

sementara karena didakwa telah melakukan suatu pelanggaran hukum

pidana yang tidak menyangkut pada jabatannya dalam hal pelanggaran

Page 59: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

59

yang dilakukan itu berakibat hilangnya pengharapan dan kepercayaan atas

diri pegawai yang bersangkutan atau hilangnya martabat serta wibawa

pegawai itu.

Dari pengaturan-pengaturan di atas yang terkait dengan objek

penelitian yang penulis lakukan, penyebab dikeluarkannya Surat Keputusan

pemberhentian sementara Pegawai Negeri Sipil adalah karena Pegawai Negeri

Sipil yang bersangkutan diduga melakukan tindak pidana penipuan yang

dalam Pasal 2 ayat (1) di atas tersirat dan tersurat adanya upaya penegakan

hukum terhadap kasus tersebut yang prosesnya tidak dapat diganggu oleh

jabatan dan tanggung jawab seseorang sebagai Pegawai Negeri Sipil. Dalam

ayat (2) Pasal yang sama, pemberhentian sementara juga dilakukan karena

tindak pidana yang disangkakan terhadapnya mengakibatkan hilangnya

pengharapan dan kepercayaan atas diri pegawai yang bersangkutan atau

hilangnya martabat serta wibawa pegawai itu.

Implikasi yang timbul akibat keluarnya Surat Keputusan

Pemberhentian sementara Pegawai Negeri Sipil adalah mengenai hak dan

kewajibannya sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pemberhentian sementara

mengakibatkan timbulnya pembatasan dalam hal penggajian. Sistem

penggajian untuk Pegawai Negeri Sipil yang dikenakan pemberhentian

sementara telah diatur dalam Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun

1966 tentang Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri yang

berbunyi sebagai berikut.

Pasal 4

(1) Kepada seorang Pegawai Negeri yang dikenakan pemberhentian

sementara menurut pasal 2, ayat (1) peraturan ini:

a. jika terdapat petunjuk-petunjuk yang cukup meyakinkan bahwa ia

telah melakukan pelanggaran yang didakwakan atas dirinya mulai

bulan berikutnya ia diberhentikan diberikan bagian gaji sebesar

Page 60: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

60

50% (lima puluh perseratus) dari gaji pokok yang diterimanya

terakhir;

b. jika belum terdapat petunjuk-petunjuk yang jelas tentang telah

dilakukannya pelanggaran yang didakwakan atas dirinya mulai

bulan berikutnya ia diberhentikan diberikan bagian gaji sebesar

75% (tujuh puluh lima perseratus) dari gaji pokok yang diterimanya

terakhir.

(2) Kepada seorang Pegawai Negeri yang dikenakan pemberhentian

sementara menurut pasal 2 ayat (2) peraturan ini mulai bulan

berikutnya ia diberhentikan diberikan bagian gaji sebesar 75% (tujuh

puluh lima perseratus) dari gaji pokok yang diterimanya terakhir.

(3) Bagian gaji yang dimaksudkan dalam ayat (1) dan (2) diatas berjumlah

paling rendah Rp 200, - (dua ratus rupiah), sedangkan pecahan rupiah

dibulatkan menjadi satu rupiah.

Terkait dengan kasus yang penulis teliti, Surat Keputusan

Pemberhentian sementara Pegawai Negeri Sipil mengenakan pemberlakuan

gaji sebesar 50% pada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan.

Di lain sisi mengenai implikasi pemberhentian sementara terkait

dengan kewajibannya Pegawai Negeri Sipil mengalami pembatasan dalam hal

kewajibannya melaksanakan fungsi jabatan dan tanggung jawab tugas yang

ada padanya. Karena Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan menepuh

proses hukum untuk kasus yang disangkakan kepadanya, maka dia tidak

diwajibkan untuk melaksanakan kewajibannya tersebut.

Pemberhentian sementara dari jabatan negeri adalah pemberhentian yang menyebabkan yang bersangkutan tidak lagi bekerja pada suatu satuan organisasi Negara, tetapi masih berkedudukan sebagai Pegawai Negeri Sipil. Pada dasarnya pemberhentian sementara dari jabatan negeri bukan merupakan sanksi, tetapi merupakan tindakan administratif yang ditujukan untuk menjamin kelancaran pemeriksaan oleh pihak yang berwajib terhadap Pegawai Negeri Sipil yang diduga melakukan tindak pidana kejahatan sampai adanya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Pemberhentian sementara tersebut adalah pemberhentian

Page 61: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

61

sementara dari jabatan negeri bukan pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil (Penjelasan Pasal 24 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999).

Page 62: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

62

B. Kerangka Pemikiran

proses hukum Pegawai Negeri Sipil yang diduga terlibat tindak

pidana

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974

tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah

Nomor: W9-1013-Kp.05.05- Tahun 2009 tentang

Pemberhentian Sementara/ Skorsing

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang

Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri

Pasal 284 ayat (2) KUHAP

dugaan delik

penipuan

Surat Perintah Penahanan

No. Perintah: 36/0.3.17/Ep.1/02/2009

implikasi hukum

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Page 63: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

63

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok

Kepegawaian menyebutkan bahwa dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional

untuk mewujudkan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern,

demokratis, makmur, adil dan bermoral tinggi, diperlukan Pegawai Negeri Sipil

yang merupakan unsur aparatur Negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat

yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, menjaga persatuan dan

kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945. Untuk mencapai apa yang dimaksudkan tersebut diperlukan Pegawai

Negeri Sipil yang berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan

bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan

pembangunan, serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Dalam upaya pembentukan sosok Pegawai Negeri Sipil sebagaimana

tersebut di atas diperlukan upaya meningkatkan manajemen Pegawai Negeri Sipil.

Namun secara kodrati seorang Pegawai Negeri Sipil adalah manusia biasa yang

memiliki keterbatasan dan kelemahan. Keterbatasan dan kelemahan tersebut

memungkinkan seorang Pegawai Negeri Sipil melakukan perbuatan yang

melawan hukum, termasuk perbuatan melawan hukum pidana atau yang biasa

disebut dengan delik.

Hal tersebut di atas terjadi pada seorang Pegawai Negeri Sipil yang

berstatus sebagai Pegawai di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah. Pegawai Negeri Sipil tersebut sedang

menjalani masa pemberhentian sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil karena

dugaan delik penipuan yang dilakukannya. Berdasarkan Kitab Undang-Undang

Hukum Acara Pidana, maka selanjutnya proses pemeriksaan dilakukan untuk

membuat terang suatu perbuatan yang diduga memenuhi unsur-unsur tindak

pidana. Sampai pada ditemukannya temuan-temuan dan bukti-bukti yang

mengarah kepada fakta bahwa Pegawai Negeri Sipil tersebut melakukan

perbuatan melawan hukum pidana yaitu penipuan maka keluar Surat Perintah

Page 64: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

64

Penahanan. Di lain sisi, dalam konteks Hukum Kepegawaian yang tertuang dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian/

Pemberhentian Sementara dari Jabatan Negeri Pegawai Negeri pada Pasal 2 ayat

(1) diamanatkan untuk melakukan pemberhentian sementara kepada Pegawai

Negeri Sipil yang didakwa telah melakukan tindak pidana dan karena itu

dikenakan penahanan. Implementasi dari perturan tersebut adalah dengan

diterbitkannya Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan

Hak Asasi Manusia Jawa Tengah Nomor: W9-1013-Kp.05.05- Tahun 2009

tentang Pemberhentian Sementara/ Skorsing.

Hukum harus ditegakkan, sehingga proses hukum yang berlangsung

sesuai asasnya diselenggarakan dengan cepat. Dengan demikian Pegawai Negeri

Sipil yang terjerat kasus hukum pidana diberhentikan sementara untuk kelancaran

proses tersebut.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, akan penulis sajikan sebuah

penelitian yang akan penulis teliti mengenai prosedur pemberhentian sementara

Pegawai Negeri Sipil serta implikasi hukum yang timbul.

Page 65: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

65

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pemberhentian Sementara Terhadap Pegawai Negeri Sipil di Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Jawa Tengah yang Diduga Terlibat Tindak Pidana Penipuan

1. Jejak kasus dugaan tindak pidana penipuan oleh Pegawai Negeri Sipil di

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Jawa Tengah

Penulis melakukan penelitian terhadap kasus dugaan tindak pidana

penipuan oleh Pegawai Negeri Sipil Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Jawa Tengah, atas nama Eko Purwanto yang terjadi pada sekitar

bulan Januari 2007 sampai dengan Maret 2007. Pada saat dugaan tindak

pidana penipuan itu dilakukan sampai keluarnya perintah penahanan tanggal 3

Pebruari 2009, Eko Purwantoro adalah seorang Pegawai Negeri Sipil dengan

satuan kerja di Unit Pelaksana Teknis Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA

Pasir Putih Nusakambangan, namun pada tanggal 6 Pebruari 2009 keluar Surat

Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia Jawa Tengah Nomor: W9-313-Kp.04.10- Tahun 2009 yang

menetapkan, Eko Purwantoro dipindahkan ke satuan kerja Unit Pelaksana

Teknis Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Klas I Surakarta. Eko

Purwanto yang bertempat di Jalan Belimbing nomor 538 Rt. 02 Rw. 01

Kelurahan Tambakreja, Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap

diduga dengan sengaja memiliki dengan melawan hak sesuatu barang yang

sama sekali atau sebagiannya termasuk kepunyaan orang lain dan barang itu

ada dalam tangannya bukan karena kejahatan, yang dilakukan terdakwa.

Kejadian itu bermula pada bulan Sepember 2006 di mana di

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia menerima pendaftaran sebagai

Page 66: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

66

Calon Pegawai Negeri Sipil dan Eko Purwanto sebagai Pegawai Negeri Sipil

di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pasir Putih Nusakambangan

mengetahui hal tersebut dan bersedia membantu Hendi Hermawan, Upit Piter

Pitoyo dan Dedy Wahyudi untuk menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil di

Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Adapun beberapa

persyaratan yang diperlukan antara lain berupa: foto copy ijazah terakhir,

daftar riwayat hidup, foto copy KTP, pas foto ukuran 3x4 sebanyak tiga

lembar, surat keterangan dokter, foto copy akta kelahiran, surat keterangan

bebas HIV dan narkotik, surat lamaran kerja dan uang Rp. 100.000,- untuk

blangko formulir pendaftaran. Selain persyaratan tersebut, Hendi Hermawan,

Upit Piter Pitoyo dan Dedy Wahyudi juga harus menyediakan masing-masing

Rp. 40.000.000,- namun Eko Purwanto baru meminta Rp. 10.000.000,-

sebagai tanda jadi, sedangkan sisanya sebesar Rp. 30.000.000,- dibayar setelah

keluarnya Surat Keputusan atas diterimanya sebagai Pegawai Negeri Sipil di

lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Eko Purwanto

berjanji apabila tidak diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil, uang yang sudah

diterima olehnya akan dikembalikan, namun sampai sekarang uang tersebut

belum dikembalikan semuanya. Kemudian pada suatu hari setelah mengikuti

seleksi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia, Hendi Hermawan, Upit Piter Pitoyo dan Dedy Wahyudi

memberikan sejumlah uang kepada Eko Purwanto di rumahnya di Jalan

Belimbing nomor 538 Rt. 02 Rw. 01 Kelurahan Tambakreja, Kecamatan

Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap atas permintaan Eko Purwanto yang

katanya uang tersebut akan dipergunakan sebagai uang pelicin agar yang

bersangkutan bisa lulus dalam mengikuti seleksi sehingga menjadi Calon

Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia. Pada kenyataannya uang tersebut oleh Eko Purwanto dipergunakan

untuk keperluan sendiri sehingga ketiga orang tersebut sampai sekarang tidak

menjadi Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia.

Page 67: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

67

Perbuatan yang dilakukan oleh Eko Purwanto akhirnya

menjadikannya sebagai tersangka dalam kasus ini. Hal tersebut terjadi ketika

Kepala Kejaksaan Negeri Cilacap mengeluarkan Surat Perintah Penahanan

No. Prin: 36/0.3.17/Ep.1/02/2009 pada tanggal 3 Pebruari 2009 untuk

melakukan penahanan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap terhadap

tersangka Eko Purwanto yang diduga telah melakukan tindak pidana penipuan

terhitung mulai tanggal 3 Pebruari 2009 selama dua puluh hari.

Proses persidangan di Pengadilan Negeri Cilacap atas kasus dugaan

tindak pidana penipuan oleh seorang Pegawai Negeri Sipil atas nama Eko

Purwantoro mengungkap fakta-fakta yang diperoleh dari keterangan para saksi

dan sejumlah barang bukti. Saksi-saksi yang dihadirkan sebanyak empat orang

seluruhnya adalah saksi dari Penuntut umum yang diajukan untuk

memberatkan terdakwa. Saksi-saksi yang hadir antara lain adalah Dwi

Haryono, Ahmad Tarmidzi, Upit Piter Pitoyo dan Diah Mintarsih. Para saksi

mengaku telah menyerahkan sejumlah uang kepada terdakwa Eko Purwantoro,

namun saksi dan anak saksi tidak kunjung diangkat menjadi Calon Pegawai

Negeri Sipil di Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Adapun barang bukti yang diajukan oleh Penuntut Umum antara lain.

a. 1 (satu) lembar Petikan Putusan Kanwil Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia atas nama Upit Piter Pitoyo;

b. 1 (satu) lembar Petikan Putusan Kanwil Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia atas nama Hendi Hermawan;

c. 1 (satu) lembar Petikan Putusan Kanwil Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia atas nama Dedy Wahyudi;

d. 1 (satu) lembar kwitansi penyerahan uang senilai Rp. 6.500.000,-

Dengan berbagai bukti yang diajukan oleh Penuntut Umum maka

terdakwa didakwa dengan Pasal 378 KUHP dan Pasal 372 KUHP. Dengan

berbagai pertimbangan maka Majelis Hakim Pengadilan Negeri Cilacap

memutuskan bahwa dakwaan Penuntut Umum yaitu Pasal 378 KUHP sesuai

Page 68: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

68

dengan perbuatan terdakwa dan secara sah dan meyakinkan bersalah

melakukan tindak pidana penipuan dengan unsur-unsur sebagai berikut.

a. barang siapa;

b. dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan

melawan hak;

c. baik dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, baik dengan akal dan

tipu muslihat, maupun dengan perkataan-perkataan bohong;

d. membujuk orang supaya memberikan sesuatu barang membuat utang atau

menghapus piutang.

Majelis Hakim pengadilan Negeri Cilacap pada putusan No.

28/Pid.B/2009/Pn. Clp. mengeluarkan putusan-putusan yakni:

a. menghukum terdakwa dengan pidana penjara selama 4 (empat) bulan;

b. menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan

seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

c. memerintahkan agar supaya terdakwa tetap ditahan;

d. memerintahkan supaya barang bukti berupa:

1) 1 (satu) lembar Petikan Putusan Kanwil Departemen Hukum dan Hak

Asasi Manusia atas nama Upit Piter Pitoyo dikembalikan kepada Upit

Piter Pitoyo;

2) 1 (satu) lembar Petikan Putusan Kanwil Departemen Hukum dan Hak

Asasi Manusia atas nama Hendi Hermawan dikembalikan kepada

Hendi Hermawan;

3) 1 (satu) lembar Petikan Putusan Kanwil Departemen Hukum dan Hak

Asasi Manusia atas nama Dedy Wahyudi dikembalikan kepada Dedy

Wahyudi;

4) 1 (satu) lembar kwitansi penyerahan uang senilai Rp. 6.500.000,-

dikembalikan kepada Nasiyem;

Page 69: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

69

e. membebankan terdakwa untuk membayar untuk membayar biaya perkara

sebesar Rp. 1000,-.

2. Pelaksanaan Pemberhentian Sementara Terhadap Pegawai Negeri Sipil di

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Jawa Tengah yang Diduga Terlibat Tindak Pidana Penipuan

Surat Perintah Penahanan Nomor Print-36/0.3.17/Ep.1/02/2009 yang

dikeluarkan pada tanggal 3 Pebruari 2009 oleh Kepala Kejaksaan Negeri

Cilacap untuk melakukan penahanan terhadap Pegawai Negeri Sipil Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Pasir Putih Nusakambangan atas nama Eko

Purwantoro menjadikan statusnya pada saat itu sebagai tersangka dalam kasus

dugaan tindak pidana penipuan. Secara administratif Kepegawaian untuk

mempermudah proses persidangan maka Eko Purwantoro diberhentikan

sementara dari Jabatan Negeri. Secara normatif pemberhentian sementara

terhadap Eko Purwantoro ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Kantor

Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah Nomor:

W9-1013-Kp.05.05- Tahun 2009 tertanggal 9 Juni 2009.

Pelaksanaan Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri Sipil Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Jawa Tengah yang diduga terlibat tindak pidana penipuan melalui beberapa

prosedur sebagai berikut.

a. Penerbitan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum

dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah Nomor: W9-1013-Kp.05.05- Tahun

2009.

1) Koordinasi antara Kejaksaan Negeri Cilacap dengan Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Pasir Putih Nusakambangan

Surat Perintah Penahanan Nomor Print-

36/0.3.17/Ep.1/02/2009 yang dikeluarkan pada tanggal 3 Pebruari

2009 oleh Kepala Kejaksaan Negeri Cilacap untuk menahan terdakwa

Page 70: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

70

Eko Purawanto, Pegawai Negeri Sipil di satuan kerja Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Pasir Putih Nusakambangan disikapi oleh

pejabat struktural instansi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pasir

Putih Nusakambangan untuk keperluan Kepegawaian. Tindak lanjut

yang dilakukan adalah dengan melakukan komunikasi dengan instansi

terkait, Kejaksaan Negeri Cilacap mengenai kasus dugaan penipuan

yang melibatkan salah satu Pegawai Negeri Sipil Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Pasir Putih Nusakambangan.

Kejaksaan Negeri Cilacap dalam kasus ini meyakinkan

instansi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pasir Putih

Nusakambangan bahwa telah ditemukan petunjuk-petunjuk dan bukti-

bukti yang mengarah kepada fakta bahwa salah satu Pegawai Negeri

Sipil Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pasir Putih Nusakambangan

yang bersangkutan telah melakukan tindak pidana penipuan dan oleh

karena itu perlu dilakukan penahanan untuk kelancaran proses hukum.

Menyikapi hasil komunikasi dengan Kejaksaan Negeri

Cilacap maka Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pasir Putih

Nusakambangan melanjutkan proses administratif Kepegawaian

selanjutnya.

2) Pemberitahuan oleh Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pasir Putih

Nusakambangan kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Kantor Wilayah Jawa Tengah

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pasir Putih

Nusakambangan melakukan komunikasi dengan Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia Kantor wilayah Jawa Tengah mengenai hasil

pengkajian antara Kejaksaan Negeri Cilacap dengan Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Pasir Putih Nusakambangan mengenai

penahanan terdakwa Eko Purawanto, yang dikuatkan dengan Surat

Perintah Penahanan Nomor Print-36/0.3.17/Ep.1/02/2009 yang

Page 71: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

71

dikeluarkan pada tanggal 3 Pebruari 2009 oleh Kepala Kejaksaan

Negeri Cilacap.

Komunikasi dilakukan dengan lisan dan tertulis. Secara lisan

Pejabat struktural Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pasir Putih

Nusakambangan aktif melakukan pembicaraan langsung maupun

kontak telepon untuk mendiskusikan kasus dugaan tindak pidana

penipuan dan penahanan Eko Purawanto, dengan para pejabat di

divisi-divisi terkait di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia Jawa Tengah. Secara tertulis Lembaga Pemasyarakatan

Klas IIA Pasir Putih Nusakambangan melayangkan Surat Kepala

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pasir Putih Nusakambangan

tertanggal 3 Maret 2009 Nomor: W9.Egg.KP.11.01-57 perihal

pemberitahuan penahanan Eko Purwanto.

3) Penetapan Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kantor

Wilayah Jawa Tengah menerima informasi lisan maupun tertulis

terkait penahanan Eko Purawanto. Membaca Surat Kepala Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIA Pasir Putih Nusakambangan tertanggal 3

Maret 2009 Nomor: W9.Egg.KP.11.01-57 perihal pemberitahuan

penahanan Eko Purwanto dan Surat Perintah Penahanan Nomor Print-

36/0.3.17/Ep.1/02/2009 yang dikeluarkan pada tanggal 3 Pebruari

2009 oleh Kepala Kejaksaan Negeri Cilacap maka keluarlah

Keputusan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Kantor

Wilayah Jawa Tengah. Keputusan tersebut dirumuskan dalam Surat

Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia Jawa Tengah Nomor: W9-1013-Kp.05.05- Tahun 2009

tentang Pemberhentian Sementara/ Skorsing. Dalam keputusan

tersebut, pada pokoknya berisi hal-hal sebagai berikut.

Page 72: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

72

a) judul

Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak

Asasi Manusia Jawa Tengah Nomor: W9-1013-Kp.05.05- Tahun

2009 tentang Pemberhentian Sementara/ Skorsing.

b) konsiderans

Memuat berbagai pengkajian terhadap Surat Perintah Penahanan

Nomor Print-36/0.3.17/Ep.1/02/2009 yang dikeluarkan pada

tanggal 3 Pebruari 2009 oleh Kepala Kejaksaan Negeri Cilacap

serta Surat Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pasir Putih

Nusakambangan tertanggal 3 Maret 2009 Nomor:

W9.Egg.KP.11.01-57 perihal pemberitahuan penahanan Eko

Purwanto, Pegawai Negeri Sipil Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia Kantor Wilayah Jawa Tengah. Pertimbangan lain

yang digunakan adalah untuk kepentingan pemeriksaan lebih lanjut

dipandang perlu dengan segera memberhentikan sementara

(skorsing) kepada Pegawai Negeri Sipil atas nama Eko Purwanto.

c) dasar hukum

Dasar hukum yang digunakan dalam penerbitan Surat Keputusan

Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi

Manusia Jawa Tengah Nomor: W9-1013-Kp.05.05- Tahun 2009

tentang Pemberhentian Sementara/ Skorsing ini antara lain:

(1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok

Kepegawaian Jo. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999;

(2) Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 tentang

Wewenang pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian

Pegawai Negeri Sipil (LN Tahun 2000 Nomor 193);

Page 73: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

73

(3) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan

Disiplin Pegawai Negeri Sipil;

(4) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang

Pemberhentian/ Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri

Sipil;

(5) Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2005 Jo. Peraturan

Pemerintah Nomor 8 Tahun 2009 tentang Peraturan Gaji

Pegawai Negeri Sipil.

Adapun beberapa perturan yang menjadi perhatian dikeluarkannya

Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum dan

Hak Asasi Manusia Jawa Tengah No: W9-1013-Kp.05.05-1043.

2009 tentang Pemberhentian Sementara/ Skorsing yakni,

(1) SE Kepala BAKN Nomor 12/SE/1975 tanggal 14 Oktober

1975 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan

Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil;

(2) SE Kepala BAKN Nomor 23/SE/1980 tanggal 30 Oktober

tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

d) diktum

Bagian diktum Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah Nomor:

W9-1013-Kp.05.05- Tahun 2009 tentang Pemberhentian

Sementara/ Skorsing berisi beberapa penetapan sebagai berikut.

(1) Pegawai Negeri Sipil yang namanya tersebut dalam lajur 2

(Eko Purwantoro) diberhentikan sementara (skorsing) terhitung

mulai tanggal sebagaimana tersebut dalam lajur 5 (3 Pebruari

2009) dan kepadanya diberikan gaji pokok sebagaimana

tersebut dalam lajur 6 (Rp. 666.450,-) ditambah dengan

penghasilan lainnya yang sah berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku terhitung seperti yang

Page 74: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

74

tersebut dalam lajur 7 (1 Maret 2009) di dalam lampiran Surat

Keputusan ini;

(2) apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam

keputusan ini, akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya.

e) penutup

Berisi tempat dan tanggal ditetapkannya Keputusan Kepala Kantor

Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa

Tengah tersebut, disertai tanda tangan dan nama lengkap dari

pejabat yang berwenang menetapkan keputusan tersebut, dalam hal

ini adalah Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia Jawa Tengah.

f) tembusan

b. Penginformasian Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum

dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah kepada instansi-instansi terkait.

Setelah Keputusan pemberhentian sementara ditetapkan, maka

langkah selanjutnya adalah penyampaian keputusan tersebut secara tertulis

kepada Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dan pihak-pihak yang

berkepentingan. Dalam Keputusan Kepala Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah tersebut, tembusan

Keputusan disampaikan kepada:

1) Ketua Badan Pemeriksa Keuangan di Jakarta;

2) Inspektur Jenderal Dep. Hukum dan HAM RI di Jakarta;

3) Sekretaris Jenderal Dep. Hukum dan HAM RI di Jakarta;

4) Direktur Jenderal Pemasyarakatan Dep. Hukum dan HAM RI di

Jakarta;

5) Kepala Badan Kepegawaian Negara di Jakarta Up. Deputi Bidang

Mutasi Kepegawaian di Jakarta;

6) Kepala Kantor Regional I BKN di Yogyakarta;

Page 75: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

75

7) Kepala Kantor Tata Usaha Anggaran Semarang II di Semarang;

8) Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Cilacap;

9) Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pasir Putih

Nusakambangan.

3. Kesesuaian prosedur pemberhentian sementara terhadap Pegawai Negeri

Sipil di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Jawa Tengah yang diduga terlibat tindak pidana

penipuan dengan peraturan-perundangan yang berlaku

Dari data yang penulis peroleh dari pejabat-pejabat yang berwenang

dan terkait dengan objek penelitian yang telah penulis lakukan, prosedur

pelaksanaan pemberhentian sementara Eko Purwanto, Pegawai Negeri Sipil

Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Jawa Tengah telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang secara khusus diatur dalam Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang

Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri. Pasal 2 ayat (1)

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang

Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri, berbunyi: ”Untuk

kepentingan peradilan seorang Pegawai Negeri yang didakwa telah melakukan

suatu kejahatan/pelanggaran jabatan yang berhubung dengan itu oleh pihak

yang berwajib dikenakan tahanan sementara, mulai saat penahanannya harus

dikenakan pemberhentian sementara”. Unsur dakwaan yang terdapat dalam

pasal tersebut pada kasus ini adalah dikeluarkannya Surat Perintah Penahanan

Nomor Print-36/0.3.17/Ep.1/02/2009 yang dikeluarkan pada tanggal 3

Pebruari 2009 oleh Kepala Kejaksaan Negeri Cilacap untuk menahan

terdakwa Eko Purawanto, Pegawai Negeri Sipil Lembaga Pemasyarakatan

Klas IIA Pasir Putih Nusakambangan. Unsur dakwaan tersebut adalah

penyebab atau alasan diberlakukannya pemberhentian sementara terhadap Eko

Purwanto, seorang Pegawai Negeri Sipil sekaligus tersangka kasus penipuan.

Page 76: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

76

Masih terkait dengan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 4

Tahun 1966 tentang Pemberhentian/Pemberhentian Sementara Pegawai

Negeri dalam hal penetapan tanggal mulai diberlakukannya Pemberhentian

Sementara Pegawai Negeri Sipil. Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah Nomor: W9-1013-

Kp.05.05- Tahun 2009 tentang Pemberhentian Sementara/ Skorsing mengatur

mengenai tanggal mulai diberlakukannya Pemberhentian Sementara Pegawai

Negeri Sipil, Eko Purwantoro adalah pada tanggal 3 Pebruari 2009. Hal

tersebut sudah sesuai dengan salah satu esensi dari Pasal 2 ayat (1) Peraturan

Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian/Pemberhentian

Sementara Pegawai Negeri yang mengamanatkan bahwa mulai saat

penahanannya harus dikenakan pemberhentian sementara, karena tanggal

pemberlakuannya sesuai dengan tanggal keluarnya Surat Perintah Penahanan

No. Prin: 36/0.3.17/Ep.1/02/2009 pada tanggal 3 Pebruari 2009 dari Kepala

Kejaksaan Negeri Cilacap untuk melakukan penahanan di Lembaga

Pemasyarakatan Klas IIB Cilacap terhadap tersangka Eko Purwanto yang

diduga telah melakukan tindak pidana penipuan terhitung mulai tanggal 3

Pebruari 2009 selama dua puluh hari.

Menurut keterangan yang diperoleh dari Kepala Sub Bagian

Kepegawaian Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Kantor Wilayah Jawa Tengah, penetapan Surat Keputusan

Pemberhentian Sementara Pegawai Negeri Sipil dilakukan dengan banyak

pertimbangan dan pengkajian. Selain dengan adanya faktor tersebut, kondisi

birokrasi internal dan banyaknya urusan administrasi Kepegawaian yang

menumpuk mengakibatkan penetapan Surat Keputusan Pemberhentian

Sementara Pegawai Negeri mengalami keterlambatan. Hal tersebut terbukti

karena tanggal keluarnya Surat Perintah Penahanan No. Prin:

36/0.3.17/Ep.1/02/2009 dari Kepala Kejaksaan Negeri Cilacap terbit pada

tanggal 3 Pebruari 2009, sedangkan Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah No: W9-1013-

Page 77: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

77

Kp.05.05- Tahun 2009 tentang Pemberhentian Sementara/ Skorsing baru

ditetapkan empat bulan kemudian, yaitu pada tanggal 1 Juni 2009.

Penetapan Surat Keputusan pemberhentian sementara Pegawai

Negeri Sipil yang terlambat selama empat bulan agak mencederai amanat dari

Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang

Pemberhentian/Pemberhentian Pegawai Negeri. Hal tersebut dikarenakan oleh

isi pasal tersebut mengatur bahwa mulai saat penahanan harus dikenakan

pemberhentian sementara. Tanggal pemberlakuan pemberhentian sementara

sudah sesuai dengan tanggal penahannya, namun dalam waktu empat bulan

status hukum kepegawaian Eko Purwantoro sebagai Pegawai Negeri Sipil

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Kantor

Wilayah Jawa Tengah menjadi kabur dan ngambang.

Di bagian akhir Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Jawa

Tengah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor: W9-1013-

Kp.05.05- Tahun 2009 tentang Pemberhentian Sementara/ Skorsing, tertera

tanda tangan, nama lengkap, jabatan dan Nomor Induk Pegawai dari pejabat

yang menetapkan Keputusan tersebut, yaitu Kepala Kantor Wilayah Jawa

Tengah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Bapak Drs. Bambang

Margono, M.H. Berdasarkan hal tersebut, maka Keputusan Kepala Kantor

Wilayah Jawa Tengah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia tentang

pemberhentian sementara dari jabatan negeri terhadap Eko Purwantoro,

Pegawai Negeri Sipil Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah telah ditetapkan oleh pejabat yang

berwenang. Pegawai Negeri Sipil Lembaga tersebut adalah pegawai golongan

II/b dengan pangkat Pengatur Muda Tingkat I. Yang berwenang

memberhentikan sementara Pegawai Negeri tersebut adalah Kepala Kantor

Wilayah Jawa Tengah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Penetapan keputusan oleh Kepala Kantor Wilayah Jawa Tengah Kementerian

Hukum dan Hak asasi Manusia telah memenuhi ketentuan perundang-

undangan yang telah diatur dalam beberapa pasal mengenai Pemberhentian

Page 78: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

78

Sementara dari Jabatan Negeri pada Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun

2003, tertulis pada:

Pasal 19

(1) Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat menetapkan pemberhentian

sementara dari jabatan negeri bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat di

lingkungannya yang menduduki jabatan struktur, eselon II ke bawah atau

jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu.

(2) Pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat mendelegasikan

sebagian wewenangnya atau memberikan kuasa kepada pejabat lain di

lingkungannya untuk memberhentikan sementara dari jabatan negeri bagi

Pegawai Negeri Sipil Pusat yang menduduki jabatan struktural eselon III

ke bawah dan jabatan fungsional yang jenjangnya setingkat dengan itu.

B. Implikasi Hukum yang Timbul Karena Pemberhentian Sementara

Pegawai Negeri Sipil di Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah

Implikasi hukum dalam hal ini dimaksudkan pada akibat yang timbul

dari terbitnya Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan oleh Kepala Kantor

Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah Nomor: W9-

1013-Kp.05.05- Tahun 2009 tentang Pemberhentian Sementara/ Skorsing

terhadap Eko Purwantoro, Pegawai Negeri Sipil Kantor Wilayah Kementerian

Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah. Implikasi

hukum yang timbul terkait dengan kewajiban dan haknya sebagai Pegawai Negeri

Sipil.

Sebagai Pegawai Negeri Sipil, Eko Purwantoro memiliki tugas dan

kewajiban untuk mengabdi kepada Negara dengan melaksanakan tugas jabatan

yang diberikan kepadanya sesuai dengan keputusan dari pejabat yang berwenang.

Page 79: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

79

Setelah keluarnya Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Hukum

dan Hak Asasi Manusia Nomor: W9-313-Kp.04.10. Tahun 2009 tertanggal 6

Pebruari 2009 tentang Pemindahan Pegawai Negeri Sipil, Eko Purwantoro

diberikan tugas dan jabatan sebagai staf di Rumah Penyimpanan Benda Sitaan

Negara Kelas I Surakarta. Setelah diberlakukannya pemberhentian sementara

terhadapnya, maka demi kelancaran proses hukum yang dilaluinya berjalan

dengan lancar, tugas jabatan sebagai staf yang diembannya untuk sementara

diberhentikan. Hal tersebut merupakan perwujudan dari penjelasan Pasal 24

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok kepegawaian

yang berbunyi, “untuk menjamin kelancaran pemeriksaan, maka Pegawai Negeri

Sipil yang disangka oleh pejabat yang berwajib melakukan tindak pidana

kejahatan, dikenakan pemberhentian sementara sampai adanya putusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Pemberhentian

sementara tersebut adalah pemberhentian sementara dari jabatan Negeri bukan

pemberhentian sementara sebagai Pegawai Negeri Sipil”. Dari hal tersebut maka

dapat diketahui bahwa pemberhentian sementara Eko Purwantoro dari jabatan

Negeri yang meliputi pemberhentian sementara dalam pelaksanaan tugas jabatan

dan fungsi pengamanan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pasir Putih

Nusakambangan merupakan suatu implikasi hukum dari keluarnya Surat

Keputusan Kepala Kantor Wilayah Jawa Tengah Departemen Hukum dan Hak

Asasi Manusia Nomor: W9-1013-Kp.05.05- Tahun 2009 tentang Pemberhentian

Sementara/ Skorsing.

Selain berakibat pada kewajibannya sebagai Pegawai Negeri Sipil,

implikasi hukum terbitnya keputusan pemberhentian sementara terhadap Eko

Purwantoro, Pegawai Negeri Sipil Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia Kantor Wilayah Jawa Tengah juga berakibat pada hak

kepegawaian yang dimilikinya. Hak yang dimaksud penulis adalah gaji.

Keputusan pemberhentian sementara mengamanatkan untuk diberikan

kepada Eko Purwantoro gaji sebesar 50% (lima puluh perseratus) dari gaji pokok

Page 80: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

80

yang diterimanya terakhir dengan jumlah Rp.666.450,- dan selain itu terhadapnya

diberikan tambahan penghasilan lain yang sah berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku terhitung mulai diberlakukannya pemotongan gaji tersebut

yaitu 1 Maret 2009. Besarnya gaji tersebut didasarkan pada pertimbangan dari

hasil pengkajian bersama antara pejabat-pejabat struktural sebagai tim

penyelesaian kasus-kasus kepegawaian setelah berkoordinasi dengan Kejaksaan

Negeri Cilacap. Dari pengkajian tersebut diperoleh petunjuk yang menguatkan

keterlibatan Eko Purwantoro, dalam kasus dugaan tindak pidana penipuan.

Pemberian gaji 50% dari gaji pokok terakhir terkait dengan

pemberhentian sementara Eko Purwantoro telah sesuai dengan ketentuan Pasal 4

ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang

Pemberhentian/ Pemberhentian Sementara dari Jabatan Negeri Pegawai Negeri

Sipil. Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang

Pemberhentian/ Pemberhentian Sementara dari Jabatan Negeri Pegawai Negeri

Sipil, berbunyi: “Kepada seorang Pegawai Negeri yang dikenakan pemberhentian

sementara menurut Pasal 2 ayat (1) peraturan ini:

a. jika terdapat petunjuk-petunjuk yang cukup meyakinkan bahwa ia telah

melakukan pelanggaran yang didakwakan atas dirinya mulai bulan berikutnya

ia diberhentikan diberikan bagian gaji sebesar 50% (lima puluh perseratus)

dari gaji pokok yang diterimanya terakhir;

b. jika belum terdapat petunjuk-petunjuk yang jelas tentang telah dilakukannya

pelanggaran yang didakwakan atas dirinya mulai bulan berikutnya ia

diberhentikan diberikan bagian gaji sebesar 75% (tujuh puluh lima perseratus)

dari gaji pokok yang diterimanya terakhir”.

Berdasarkan peraturan di atas dan terkait dengan temuan beberapa

petunjuk yang mengarah kepada fakta bahwa Eko Purwantoro melakukan tindak

pidana penipuan, maka kebijakan yang diambil oleh Kepala Kantor Wilayah Jawa

Tengah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam hal penetapan gaji

selama yang bersangkutan diberhentikan sementara telah sesuai dengan ketentuan

yang berlaku.

Page 81: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

81

Di sisi lain, tanggal penetapan Surat Keputusan Kepala Kantor

Wilayah Jawa Tengah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor: W9-

1013-Kp.05.05- Tahun 2009 tentang Pemberhentian Sementara/ Skorsing yaitu

pada tanggal 9 Juni 2009 ternyata menimbulkan masalah dalam pelaksanaannya.

Tertulis dalam Surat Keputusan tersebut mengenai pemberlakuan pemberian gaji

50% dari gaji pokok yang diterima terakhir ditetapkan pada tanggal 1 Maret 2009.

Pada kenyataannya, ada perbedaan persepsi mengenai bulan mulai

diberlakukannya pemotongan gaji. Menurut Kantor Pelaksana Perbendaharaan

Negara Cilacap, pemberlakuan pemotongan gaji dimulai sesuai dengan

pemberlakuan pemberhentian sementara yaitu bulan Februari 2009. Dengan

demikian, yang bersangkutan, Eko Purwantoro, menerima gaji penuh sebelum

keluarnya penetapan Surat Keputusan tersebut yaitu 1 Juni 2009 karena Kantor

Pelayanan Perbendaharaan Negara tidak memiliki dasar normatif untuk

memotong gajinya. Pada tanggal 1 Juni 2009 pada saat ditetapkannya surat

pemberhentian sementara, gaji bulan itu terlanjur terbayar 100% karena sudah

diusulkan sehingga yang bersangkutan, Eko Purwantoro memperoleh gaji 100%

selama pemberhentian sementara adalah lima bulan terhitung dari bulan Februari

sampai dengan Juni 2009.

Menurut keterangan yang penulis peroleh dari staf bendahara di Unit

Pelaksana Teknis Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Klas I Surakarta,

tempat Eko Purwantoro dipindah tugaskan, untuk tetap mempertahankan amanat

dari Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang

Pemberhentian/ Pemberhentian Sementara dari Jabatan Negeri Pegawai Negeri

Sipil khususnya di huruf a, maka pemotongan gaji sebesar 50% dilakukan mulai

bulan setelah ditetapkannya Surat Keputusan Pemberhentian Sementara sampai

dengan keluarnya keputusan baru yang mengganti dan mencabut keputusan

pemberhentian sementara Pegawai Negeri Sipil tersebut. Sedangkan jumlah gaji

penuh yang diterimanya pada bulan Februari sampai Juni 2009 dikembalikan

kepada Negara sebesar pemotongan yang dikenakan terhadapnya dengan

memotong gaji pada bulan setelah ditetapkannya Surat Keputusan Pemberhentian

Sementara yaitu mulai bulan Juli 2009 sampai dengan bulan Nopember 2009.

Page 82: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

82

Dengan dasar Surat Keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen

Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah Nomor: W9-1013-Kp.05.05- Tahun

2009 tentang Pemberhentian Sementara/ Skorsing dan Surat Keputusan Kepala

Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor: W9-313-

Kp.04.10. Tahun 2009 tentang Pemindahan Pegawai Negeri Sipil bendahara

Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pasir Putih Nusakambangan mengajukan

usulan penghentian pembayaran kepada Kantor Pelaksana Perbendaharaan Negara

Cilacap. Akhirnya pada tanggal 10 Juli 2009 keluarlah Surat Keterangan

Penghentian Pembayaran dari Kantor Pelaksana Perbendaharaan Negara Cilacap.

Pembayaran gaji bulan Juli 2009 termasuk cicilan pengembalian uang Negara

serta pemotongan 50% dari gaji pokok terakhir masih dibayarkan oleh Kantor

Pelaksana Perbendaharaan Negara Cilacap karena sudah diusulkan. Untuk bulan

Agustus 2009 sampai dengan bulan Nopember 2009 cicilan pengembalian uang

Negara serta pemotongan 50% dari gaji pokok terakhir dibayarkan oleh Kantor

Pelaksana Perbendaharaan Negara Surakarta karena yang bersangkutan telah

berstatus sebagai pegawai Rumah Penyimpanan Benda Sitaan Negara Klas I

Surakarta.

Demikian adalah kronologi pelaksanaan pemotongan 50% gaji terakhir

Eko Purwantoro sebagai implikasi hukum terkait pemberhentian sementara

terhadapnya menyangkut hak kepegawaiannya. Walaupun menurut penulis sudah

memenuhi rasa keadilan, namun keterlambatan terbitnya Surat Keputusan Kepala

Kantor Wilayah Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Jawa Tengah

Nomor: W9-1013-Kp.05.05- Tahun 2009 tentang Pemberhentian Sementara/

Skorsing mengakibatkan pelaksanaannya juga menjadi terlambat dan

menimbulkan fenomena baru di mana gaji Eko Purwantoro dipotong dua kali

yaitu 50% terkait pemberhentian sementara dan 50% terkait pembayaran cicilan

gaji pada saat Surat Keputusan pemberhentian sementaranya belum ditetapkan.

Page 83: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

83

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan penelitian, diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pemberhentian sementara dari jabatan negeri terhadap Eko

Purwantoro Pegawai Negeri Sipil Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah telah dilaksanakan

sesuai ketentuan Kepegawaian di setiap lini konstitusional. Terkait dengan

lamanya penetapan Keputusan Tata Usaha Negara mengenai pemberhentian

sementara dalam kasus ini membutuhkan waktu yang relatif lama yaitu empat

bulan. Hal tersebut tidak sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah

Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian/Pemberhentian Sementara dari

Jabatan Negeri Pegawai Negeri Sipil. Oleh karena itu, kepastian hukum belum

sepenuhnya terwujud dengan baik.

2. Pelaksanaan pemberhentian sementara dari jabatan negeri terhadap Eko

Purwantoro Pegawai Negeri Sipil Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Jawa Tengah menimbulkan implikasi

hukum yang berkenaan dengan kewajiban dan hak yang dimilikinya sebagai

Pegawai Negeri Sipil. Kewajibannya sebagai Pegawai Negeri dalam hal

pelaksanaan tugas jabatan, untuk sementara dihentikan karena yang

bersangkutan harus menempuh proses peradilan. Selain itu, pemberhentian

sementara dari jabatan negeri diharapkan agar stabilitas kerja di instansi tetap

terjaga. Terkait dengan hak yang dimilikinya sebagai Pegawai Negeri Sipil,

pemberhentian sementara mengakibatkan adanya pemotongan gaji sebesar

50% dari gaji pokok terakhir yang diterimanya. Pemotongan gaji tersebut

diberikan karena Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan tidak lagi

Page 84: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

84

menjalankan tugas dan pekerjaannya sehingga ia tidak memiliki hak untuk

mendapat gaji penuh meskipun masih berstatus Pegawai Negeri Sipil. Terkait

dengan keterlambatan penetapan Surat Keputusan pemberhentian sementara

sehingga yang bersangkutan menerima gaji penuh dalam masa pemberhentian

sementara yang diberlakukan, maka ia diwajibkan untuk mengganti karena

kelebihan gaji yang diterimanya menjadi hutang terhadap Negara.

Berdasarkan hal tersebut, pemberhentian dari jabatan negeri sebagai implikasi

hukum terhadap kewajibannya sebagai Pegawai Negeri Sipil telah memenuhi

asas kemanfaatan dan pelaksanaan pemotongan gaji sebagai implikasi hukum

terhadap haknya sebagai Pegawai Negeri Sipil telah memenuhi rasa keadilan.

B. Saran

1. Pelaksanan pemberhentian sementara terhadap Eko Purwantoro Pegawai

Negeri Sipil Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia hendaknya

ditetapkan secara cepat tanpa mengurangi kehati-hatian agar implikasi hukum

yang timbul karena proses peradilan dapat diselaraskan dengan implikasi

hukum yang timbul terkait dengan administrasi kepegawaian.

2. Proses peradilan khususnya pemeriksaan terhadap dugaan tindak pidana

penipuan oleh Eko Purwantoro Pegawai Negeri Sipil Kementerian Hukum dan

Hak Asasi Manusia sebaiknya dilaksanakan dengan waktu yang sesingkat-

singkatnya untuk menghindari kerugian bagi keuangan Negara, karena

semakin lama diperiksa maka semakin banyak Negara membayar seorang

Pegawai yang tidak berkontribusi terhadap kinerja di instansi akibat

pemeriksaannya.

3. Setelah keluar putusan tetap dari Pengadilan Negeri Cilacap yang memvonis

bersalah Eko Purwantoro, Pegawai Negeri Sipil Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia dalam kasus tindak pidana penipuan, maka seharusnya pejabat

yang berwenang segera mengeluarkan Keputusan Tata Usaha Negara untuk

menetapkan sikap mengenai status Kepegawaiannya dalam hal penjatuhan

hukuman disiplin.

Page 85: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

85

DAFTAR PUSTAKA

Dari Buku

Ahmad Ghufron dan Sudarsono. 1991. Hukum Kepegawaian Indonesia. Jakarta:

P.T. Rineka Cipta.

Amirudduin dan Zainal Asikin. 2004. Pengantar Metode Penelitian Hukum.

Jakarta: Raja Grafindo.

Amrah Muslimin. 1985. Beberapa Asas Dan Pengertian Pokok Tentang

Administrasi Dan Hukum Administrasi. Bandung: Alumni.

C.S.T. Kansil. 1984. Hukum Tata Pemerintahan Indonesia. Jakarta Timur: Ghalia

Indonesia.

.1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka

.1997. Modul Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Pradnya

Paramita

Djoko Prakoso. 1992. Tindak Pidana Pegawai Negeri Sipil di Indonesia. Jakarta:

Sinar Grafika.

E. Utrecht. 1989. Pengantar Dalam Hukum Indonesia. Jakarta: P.T. Ichtiar Baru

Johnny Ibrahim. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif.

Malang: Bayumedia Publishing.

Lexy J Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remja

Rosdakarya.

Muchsan. 1988. Pengangkatan Dalam Pangkat Pegawai Negeri Sipil.

Yogyakarta: Liberty.

Page 86: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

86

Nainggolan, H. 1985. Pembinaan Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Pemerintah

Republik Indonesia.

Peter Mahmud Marzuki. 2006. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Philipus M. Hadjon etc. 2005. Pengantar Hukum Administrasi

Indonesia.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

R. Wiyono. 2008. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta: Sinar

Grafika.

Ridwan HR. 2006. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

SF. Marbun dkk, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi

Negara. Yogyakarta: UII Press

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 2006. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta:

PT. Raja Grafindo Persada.

Soerjono Soekanto. 2007. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.

Soewarno Handayaningrat. 1982. Administrasi Pemerintahan Dalam

Pembangunan Nasional. Jakarta: Gunung Agung.

Sri Hartini, Setiadjeng Kadarsih dan Tedi Sudrajat. 2008. Hukum Kepegawaian di

Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Sudibyo Triatmodjo.1983. Hukum Kepegawaian Mengenai Kedudukan Hak Dan

Kewajiban Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: Balai Aksara.

Titik Triwulan Tutik. 2006. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Dari Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi

dan Nepotisme.

Page 87: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

87

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentian/

Pemberhentian Sementara dari Jabatan Negeri Pegawai Negeri.

Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tentang Pengangkatan Dalam Pangkat

Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai

Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan,

Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

Dari Jurnal

Bagus Sarwana. 2006. “Analisisis Terhadap Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil

Dalam Jabatan Struktural Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”.

Jurnal Media Hukum. Volume 13 Nomor 2. Yogyakarta.

Tedi Sudrajat. 2008. “Problematika Penegakan Hukuman Disiplin Kepegawaian”.

Jurnal Dinamika Hukum. Volume 8 Nomor 3. Purwokerto: Fakultas

Hukum Universitas Jenderal Soedirman.

Abdun Noor. 2008. “Ethics, Religion and Good Governance”. Good Governance

in Rural Developmen. Volume 3 No. 2. Comilla: JOOGA.

Awal Hossain Mollah. 2008. “Bureaucracy and Accountability: The Case of

Bangladesh”. International Journal on Governmental Financial

Management. Volume 8 No. 1. Virginia: The International Consortium

on Governmental Financial Management Alexandria, Virginia United

States of America.

Sri Hartini. 2009. “Kewajiban Pegawai Negeri Memiliki Nomor Pokok Wajib

Pajak (NPWP)”. Jurnal Dinamika Hukum.Volume 9 Nomor 1.

Purwokerto: Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman.

Page 88: KAJIAN YURIDIS MENGENAI PEMBERHENTIAN …/Kajian... · terkait. Penulis melakukan ... HALAMAN JUDUL ... yang dikelola dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) untuk mengisi

88

Dari Internet

Caray Label. Hukum Administrasi Negara.

http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/07/hukum-administrasi-

negara.html > [21 Nopember 2009 pukul 19.35 WIB].

Wikipedia. Birokrasi-Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.

http://id.wikipedia.org/wiki/Birokrasi> [23 Maret 2010 pukul 19.29

WIB].