Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan...

33
Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani Hutajulu 712015077 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi IlmuTeologi, Fakultas: Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains dalam bidang Teologi (S.Si.Teol) Program Studi Ilmu Teologi Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2019

Transcript of Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan...

Page 1: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani

di GBKP Runggun Yogyakarta

Oleh,

Fransiska Stepani Hutajulu

712015077

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Program Studi IlmuTeologi, Fakultas: Teologi guna

memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains

dalam bidang Teologi (S.Si.Teol)

Program Studi Ilmu Teologi

Fakultas Teologi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

2019

Page 2: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

1

PENDAHULUAN

GBKP (Gereja Batak Karo Protestan) merupakan gereja kesukuan Karo

dengan aliran Calvinis1 yang didirikan oleh misionaris dari Nederlansche

Zendling Genootschap (NZG) Belanda. Pos Pelayanan Injil GBKP yang pertama

berdiri di Desa Buluhawar, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang,

Provinsi Sumatera Utara dan disahkan pada tanggal 18 April 1980.2 Tujuan

berdirinya GBKP di Tanah Karo adalah untuk menjangkau keberagaman

masyarakat Karo dari segi budaya, suku, ras, golongan dan wilayahnya.3 Sebelum

menerima Injil dan mengenal agama Kristen, masyarakat Karo kuno menganut

”animisme” dalam bahasa Karo lebih dikenal dengan Pemena (kepercayaan mula-

mula yang mempercayai Tendi (jiwa), Kula (tubuh) dan Begu (roh orang atau

kerabat yang sudah meninggal).4

Dalam tulisan ini, penulis akan mengulas lebih jauh tentang salah satu

perayaan tahunan GBKP yaitu perayaan Kerja Rani. Menurut Tata Gereja GBKP

BAB XLII Penataan Harta Milik GBKP, Pasal 178 tentang Sumber Harta

Milik, butir yang ke 4, menyatakan bahwa Kerja Rani (pesta panen) merupakan

kegiatan yang wajib dilaksanakan oleh masing-masing Runggun Gereja (GBKP

secara keseluruhan) dan hasil dari pelaksanaan Kerja Rani merupakan salah satu

sumber keuangan yang ditujukan untuk menunjang kebutuhan keuangan dalam

pelayanan Sinode dan masing-masing runggun.5 Kerja Rani merupakan sebutan

pesta panen masyarakat Karo dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi

Kerja = Pesta; Rani = Panen. Perayaan Kerja Rani merupakan perayaan yang

bertujuan untuk mengumpulkan hasil panen terbaik dari jemaat (profesi petani)

sebagai persembahan kepada Allah. Kerja Rani merupakan kegiatan yang

dilaksanakan setiap pertengahan tahun yang sudah dilaksanakan oleh GBKP sejak

1 Moderamen GBKP, Tata Gereja GBKP 2015-2025 (Kabanjahe: Abdi Karya, 2015, 3.

2 Moderamen GBKP, Tata Gereja, 1.

3 Moderamen GBKP, Tata Gereja, 14.

4 Tania Murray Li, Proses Transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia (DKI Jakarta:

Terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia pada Yayasan Obor Indonesia, 2002), 366. 5 Moderamen GBKP, Tata Gereja, 154.

Page 3: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

2

tahun 1925.6 Perayaan Kerja Rani dilaksanakan setiap pertengahan tahun karena

bertepatan dengan masa panen pada umumnya. Konteks jemaat GBKP yang

awalnya berdomisili di daerah Karo adalah mayoritas petani dan jemaat pada

masa itu memberikan persembahan dalam bentuk hasil panen. Melalui perayaan

Kerja Rani jemaat berharap agar Allah memberkati pekerjaan mereka dan

menghasilkan panen yang baik dan berlimpah untuk tahun-tahun berikutnya.7

Kerja Rani biasanya dilaksanakan di balai desa dan Gereja, karena

menyesuaikan kebutuhan dan kondisi jemaat masing-masing. Kerja Rani yang

telah terkumpul diolah dengan cara yang berbeda-beda oleh masing-masing

gereja. Misalnya hasil kebun dilelang dan hasil lelangnya menjadi kas gereja.8

Perayaan Kerja Rani dilaksanakan dan disesuaikan dengan konteks dan keadaan

jemaat masing-masing, hal tersebut terjadi karena tidak ada ketentuan dan

peraturan yang mengatur pelaksanaan Kerja Rani dalam Tata Gereja GBKP

(secara tertulis). Perayaan Kerja Rani GBKP sama halnya dengan perayaan Hari

Raya Pondok Daun bangsa Yahudi, karena mereka wajib memberikan hasil panen

yang terbaik sebagai persembahan kepada Allah dengan harapan agar Allah

memberkati pekerjaan melalui tanaman mereka. Bukan hanya sebagai tradisi,

namun memberikan persembahan hasil panen merupakan wujud iman bangsa

Yahudi karena Allah telah memberikan keselamatan dan kesempatan untuk

bekerja dan melangsungkan hidup.9

Dalam konteks GBKP, gereja-gereja yang tersebar di berbagai kota dan

daerah memiliki keterikatan untuk pemberdayaan jemaat dalam arti yang luas.

Namun dalam pelaksanaan perayaan gerejawi pasti membutuhkan finansial yang

cukup untuk melaksanakan program. Sumber keuangan GBKP berasal dari

persembahan ibadah (minggu, kategorial dan sakramen), persembahan

persepuluhan, persembahan ucapan syukur, kontribusi kategorial (pembelian buku

6 Pdt. Diarna br Sinulingga (Pendeta GBKP Runggun Kuta Parik). Wawancara. Minggu, 31

Maret 2019. 7 PERMATA GBKP Pusat, Bimbingan PA Permata GBKP tahun 2015 (Kabanjahe: Abdi

Karya, 2015), 62.

8 Pt. Sangkep br Ginting (Penatua dan Mantan Bendahara Umum GBKP Runggun

Namopinang). Wawancara. Jumat, 15 Februari 2019. 9 Pt. Erwin Sermon Surbakti (Penatua dan Sekretaris Umum GBKP Runggun

Yogyakarta). Wawancara. Minggu, 17 Februari 2019.

Page 4: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

3

panduan PA dan uang), Diakonia, Pesta Panen (Kerja Rani), penggalangan dana

dan lainnya.10

Kerja Rani yang dilaksanakan di GBKP Runggun Yogyakarta merupakan

Perayaan Pesta Panen yang kontekstual karena perayaan tersebut mengalami

perubahan bentuk dalam persembahannya, karena mayoritas jemaat GBKP

Yogyakarta bekerja sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil), wiraswasta, tenaga

pengajar (dosen dan guru), karyawan, pengusaha dan tidak ada jemaat yang

bekerja sebagai Petani. Dalam pelaksanaan Kerja Rani, jemaat GBKP Yogyakarta

memberikan “gaji” mereka sebagai persembahan Kerja Rani, karena gaji adalah

hasil panen yang diperoleh melalui pekerjaan mereka.11

Perubahan bentuk persembahan Kerja Rani terjadi karena jemaat yang

berdomisili di kota tidak memiliki lahan untuk bercocok tanam, membuat mereka

harus memberikan persembahan yang disesuaikan dengan hasil yang diperoleh

dari pekerjaan jemaat. Perayaan Kerja Rani jemaat kota tidak dapat dilaksanakan

sepenuhnya sesuai dengan konteks di daerah Karo, karena faktor jemaat yang

tinggal di kota dan pengaruh lingkungan. Dalam pelaksanaannya, Kerja Rani di

GBKP Runggun Yogyakarta tetap menggunakan hasil panen (dibeli) sebagai

simbolis untuk mempertahankan unsur budayanya agar kebersamaan dan

kekeluargaan tetap dirasakan dalam pelaksanaan Kerja Rani itu sendiri.12

Perubahan bentuk persembahan Kerja Rani menjadi acuan penulis untuk

mengetahui lebih dalam tentang pelaksanaan dan makna perayaan Kerja Rani

GBKP Runggun Yogyakarta, sehingga untuk mengkaji lebih dalam tentang

perubahan bentuk persembahan tersebut penulis menggunakan teori Teologi

Kontekstual oleh Stephen B Bevans dan menggunakan model-model teologi

kontekstual, diantaranya: Model Terjemahan, Model Antropologis, Model

Trasendental, Model Praktis, Model Sintesis, Model Budaya Tandingan.13

Tulisan

10

Garis Besar Pelayanan GBKP 2016-2020 (Kabanjahe: Abdi Karya, 2015), 22-23. 11

Pdt Kristaloni br Sinulingga (Pendeta Jemaat GBKP Runggun Yogyakarta).

Wawancara. Selasa, 19 Februari 2019.

12

Jekonia Tarigan (Mahasiswa Pasca Sarjana UGM dan Tim Pelaksana Kerja Rani

GBKP Runggun Yogyakarta). Wawancara. Rabu, 20 Februari 2019. 13

Stephen B. Bevans, Model-model Teologi Kontekstual (Maumere: Ledalero, 2002), 64.

Page 5: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

4

ini akan menggunakan model akan disesuaikan hasil analisa teori dan hasil

penelitian.

Berdasarkan latar belakang, tulisan tersebut memiliki rumusan masalah

untuk penelitian, diantaranya; “bagaimana pelaksanaan Kerja Rani yang

kontekstual di jemaat GBKP Runggun Yogyakartan dan apakah perubahan bentuk

persembahan Kerja Rani mempengaruhi makna dari tradisinya?”

Tulisan tersebut juga memiliki tujuan, diantaranya; tujuan umum untuk

mengetahui bagaimana pelaksanaan (tata cara) yang kontekstual oleh GBKP

Runggun Yogyakarta dalam melaksanakan Kerja Rani. Tujuan khususnya adalah

untuk mengetahui faktor dan pengaruh perubahan bentuk persembahan Kerja Rani

di GBKP Runggun Yogyakarta.

Adapun manfaat dari penelitian ini, sebagai berikut:14

pertama manfaat

secara teoritis, hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat sebagai kajian dalam

melaksanakan Kerja Rani yang mengalami perubahan dengan menyesuaikan

konteks yang ada. Kedua manfaat secara praktis, bagi Jemaat GBKP Runggun

Yogyakarta, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk

memahami dan menerapkan perayaan Kerja Rani yang kontekstual dengan tetap

mempertahankan unsur kebudayaan dan tradisi walaupun berdomisili di luar

daerah Karo. Bagi Sinode GBKP, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

tinjauan kritis untuk mensosialisasikan tata cara pelaksanaan Kerja Rani dengan

jelas dan tegas (secara tertulis) dalam Tata Gereja, agar tidak terjadi kekeliruan

dalam pemahaman serta pelaksanaannya. Bagi peneliti, melalui hasil penelitian ini

penulis memperoleh pengetahuan dari berbagai sudut pandang melalui analisa

perubahan bentuk persembahan Kerja Rani yang kontekstual.

Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode kualitatif dengan

memperhatikan kesesuaian antara teknik yang digunakan dengan alur pemikiran

umum serta gagasan teoritis. Tujuan penelitian kualitatif adalah mencari

pengertian yang mendalam tentang suatu gejala, fakta atau realitas peristiwa yang

14

Riduan, Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2009),

11.

Page 6: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

5

dipahami melalui informasi yang diulas secara mendalam.15

Tulisan ini

merupakan deskriptif variabel yang diperoleh melalui wawancara dengan jemaat

GBKP Runggun Yogyakarta. Adapun narasumber yang menjadi sumber infomasi

diantaranya, Pendeta, Majelis, Jemaat dan Tim Pelaksana Kerja Rani. Sumber

data lainnya diperoleh dari hasil evaluasi kegiatan gerejawi berdasarkan dokumen

kesekretariatan. Objek penelitian dari tulisan ini adalah GBKP yang berada di

Kota Yogyakarta. Penulis melaksanakan penelitian lapangan secara langsung agar

memperoleh informasi yang akurat.

Dalam penulisan tugas akhir tersebut, penulis membagi tulisan menjadi

beberapa bagian, sebagai berikut: Bagian pertama, berisi tentang latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan

sistematika penulisan. Bagian kedua, penulis akan memaparkan definisi teologi

kontekstual, dasar teologi kontekstual, teologi kontekstual menurut Stephen B

Bevans dan model-model teologi kontekstual. Bagian ketiga, penulis akan

memaparkan hasil dari penelitian berdasarkan data yang diperoleh melalui

wawancara. Bagian keempat, penulis akan menganalisa dan melihat keselarasan

antara teori dan hasil penelitian. Bagian kelima, merupakan penutup yang berisi

kesimpulan dan saran.

LANDASAN TEORI

Definisi Teologi Kontekstual

Secara etimologi, teologi kontekstual adalah refleksi dari individu dalam

konteks hidupnya atas Injil Yesus Kristus, maksudnya ialah tentang bagaimana

Injil yang sudah ada dan utuh itu dibubuhi sampul yang baru yang bertujuan untuk

memberikan keseimbangan melalui refleksi teologis dari penerima Injil (individu)

tersebut. Setiap individu yang merefleksikan proses teologi kontekstual akan

memperoleh pemahaman, penerimaan, pendirian dan keseimbangan terhadap

kejadian atau peristiwa dari kenyataan yang dikondisikan berdasarkan kebudayaan

15

J. R, Raco, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya

(Jakarta: Grasindo, 2010), 1-2.

Page 7: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

6

dan sejarah manusia dengan situasi yang dialami saat ini.16

Teologi kontekstual

merupakan dasar dari semua teologi yang ada, diantaranya; teologi feminis,

teologi hitam, teologi pembebasan dan teologi Filipina. Untuk memahami teologi

kontekstual dibutuhkan upaya yang bersumber dari sudut pandang refleksi

objektif, yang berdasarkan; iman, kitab, kebiasaan atau tradisi dan pengalaman

masa kini.17

Dalam penerapannya Teologi Kontekstual mengalami proses

kontekstualisasi. Proses tersebut tampak dengan timbulnya keyakinan individu

terhadap sesuatu yang diperoleh melalui proses berpikir, sehingga memperoleh

pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menalar dan analisa.18

Pengalaman

kontekstualisasi merupakan sumber dalam berteologi, perbedaan cara berpikir

dalam memahami fenomena yang ada menjadikan teologi kontekstual hadir

sebagai penutup atau pelindung yang bersifat subjektif juga bersifat relatif. Akan

tetapi pada kenyatannya setiap individu pasti akan tetap terikat dengan tradisi

karena secara historis hal tersebut merupakan asal-usul dan sumber sejarah.19

TABEL I. TEOLOGI KONTEKSTUAL20

Pengalaman masa lampau

yang terekam dalam Kitab Suci;

disimpan, dibelah dalam tradisi

Pengalaman masa sekarang

- Pengalaman personal/komunal

- Kebudayaan

- lokasi sosial

- perubahan sosial

Sumber: Buku Stephen B Bevans, Model-model Teologi Kontekstual

Tabel berikut menjelaskan bahwa pengalaman masa lampau dan masa kini

memiliki dua potensi, yang pertama saling bertabrakan karena pengalaman masa

lampau dan masa kini tidak dapat dipaksakan untuk menjadi sama; yang kedua,

16

Y. Tomatala, Teologi Kontekstual (suatu pengantar), (Malang: Yayasan Penerbit

Gandum Mas, 1996), 2. 17

Stephen B. Bevans, Model-model Teologi Kontekstual (Maumere: Ledalero, 2002), 1. 18

Tomatala, Teologi Kontekstual , 73. 19

Bevans, Model-model, 2-3. 20

Bevans, Model-model, 9.

Page 8: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

7

pengalaman masa lampau merupakan pembentukan sedangkan pengalaman masa

kini lebih berperan untuk memberikan nyawa atau wadah realitas agar sesuai

dengan konteks masa kini. Namun, interaksi diantara keduanya tetap tidak dapat

dipisahkan karena adanya dialog kritis timbal balik yang membuat pengalaman

masa lalu dan masa kini harus berdampingan agar seimbang.21

TABEL II. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

TEOLOGI KONTEKSTUAL:22

Faktor internal

(merujuki berdasarkan teks/tradisi)

Faktor eksternal

(kenyataan diluar teks/tradisi)

- aspek inkarnasi

- aspek sakramen realitas

- aspek katolisasi

- ketidakpuasan terhadap

ketidakselarasan konteks

- menyadari ciri opresif

- mengakui keberadaan konteks

Sumber: Buku Stephen B Bevans, Model-model Teologi Kontekstual

Manfaat Teologi Kontekstual adalah sebagai berikut;

1. Orang percaya ditolong untuk memahami konteks atau persoalan hidup

sebaik- baiknya, karena teologi kontekstual biasanya menukik dengan

tajam kedalam isu-isu yang konkret.

2. Orang percaya dibimbing untuk tidak menolak atau menerima dengan

begitu saja warisan gereja yang sudah turun-temurun, termasuk

temuan-temuan sesama orang percaya dari komunitas yang sama

maupun yang lain.

3. Memperlengkapi pada praktisnya untuk bersikap kritis terhadap

kebudayaan sendiri dengan semua perangkatnya, termasuk budaya dan

gaya hidup modern.

21

Stephen B. Bevans, Teologi dalam Perspektif Global: Sebuah Pengantar, (Maumere:

Flores NTT, 2010), 229-230. 22

Bevans, Model-model, 13-25.

Page 9: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

8

4. Mendorong manusia untuk menjalani kehidupan percaya bukan dengan

melihat ke dalam Alkitab, melainkan melihat melalui Alkitab otoritas

Alkitab sebagai Firman Allah tidak disangkal atau ditolak.

Dasar Teologi Kontekstual

Dasar dari Teologi Kontekstual merupakan inkulturasi yang berhubungan

dengan pemberdayaan budaya setempat yang relatif tradisional sebagai sarana

untuk berkomunikasi tentang kabar sukacita.23

Allah menyatakan diri-Nya dan

berinkarnasi melalui wahyu dalam Alkitab sebagai sang pencipta, sehingga Allah

menjadikan kehendak-Nya yang abadi dan menciptakan manusia. Penekanan

utamanya adalah Allah merupakan penggerak utama atas kontekstualisasi, dimulai

ketika Allah menyatakan diri-Nya dan semuanya yang ada berasal dari-Nya.24

Pernyataan Allah akan diri-Nya, membangun relasi/hubungan-Nya dengan

manusia (objek penerima injil) melalui wahyu.

Kontekstualisasi dinyatakan dalam konteks budaya total dari suatu

masyarakat yang berkembang oleh kreativitas manusia dan refleksi teologis

dinyatakan lewat filter budaya dan akan seimbang dengan

pemahaman/penerimaan yang terbungkus dalam kebudayaan.25

Manusia

diciptakan untuk berkreativitas dalam berbudaya dan menjadikan Wahyu Allah

sebagai dasarnya. Terdapat dua hal yang dapat dipahami dalam pernyataan

tersebut yaitu; hubungan Allah sebagai pencipta dan bertanggungjawab atas

penyataan diri-Nya dan manusia yang menerima pernyataan-diri Allah melalui

filter kebudayaan.26

Dalam pemahamannya, teologi kontekstual memiliki dua sisi, yang

pertama; setiap individu berhadapan dengan konteks, budaya dan agama

tradisional; di sisi lainnya setiap individu bergumul dengan konteks modernisasi

yang menyebabkan perubahan terhadap nilai dan kebiasaan setiap individu.

Terdapat beberapa konteks yang mempengaruhi teologi konteksual, diantaranya

23

Emanuel Gerrit Singgih, Berteologi dalam Konteks, (Yogyakarta: BPK Gunung Mulia,

2000), 17.

24

Tomatala, Teologi Kontekstual, 12.

25 Tomatala, Teologi Kontekstual, 18.

26

Tomatala, Teologi Kontekstual, 13.

Page 10: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

9

konteks Alkitab, konteks tradisi sistematis dan konteks kita masa kini.27

Proses

kontekstualisasi terjadi ketika seseorang mampu untuk memposisikan diri

ditengah lingkungannya, namun tidak harus berubah total agar menjadi sama dan

diterima oleh lingkungannya.

Dalam ilmu psikologi, kita tahu bahwa orang yang menolak masa lalu

sebetulnya menolak dirinya sendiri dan hal tersebut membuat orang tersebut sulit

untuk menghadapi masa depan. Perlunya peneriman diri sendiri dan kemampuan

menyesuaikan diri dengan konteks merupakan proses kontekstualisasi, maksudnya

ialah kita tidak harus menolak masa lalu, namun menjadikan masa lalu sebagai

warisan/tradisi.28

Adapun unsur-unsur yang selalu tampak dalam kontekstualisasi

ialah pernyataan-diri Allah, transformasi dan penghayatan perjanjian berkat Allah

yang direfleksikan dari perspektif sudut pandang budaya.29

Teori Teologi Kontekstual menurut Stephen B Bevans

Bevans merujuk dari analisis kritis teolog-teolog sebelumnya dalam

mengemukakan pembedaan terhadap pemutlakan dua sumber yaitu Alkitab dan

Kitab Suci. Teologi Kontekstual merupakan upaya untuk memperbaharui

pemahaman masa lampau untuk disesuaikan dengan konteks masa kini,

berdasarkan indikator bukan untuk mengubah namun memberikan warna yang

baru berdasarkan realitas.

Teologi Kontekstual sebagai sebuah proses upaya dalam beriman secara

budaya, bukan semata-mata membahasakan kebenaran-kebenaran dan keyakinan

kodrat dalam paham-paham yang dikenal manusia melalui budaya. Teologi

kontekstual bertujuan untuk menemukan makna yang baru atau memperluas

makna yang sudah ada dengan tantangan konteks yang baru secara terus-

menerus.30

Berteologi kontekstual adalah tugas dan tanggungjawab orang Kristen

yang beriman, kerena hal tersebut merupakan tantangan yang akan menghadapkan

seseorang untuk mampu berteologi dalam konteks yang bersifat subjektif.

27

Tomatala, Teologi Kontekstual,18-19. 28

Singgih, Berteologi dalam Konteks, 24-25.

29

Tomatala, Teologi Kontekstual, 18. 30

Bevans, Model-model, 42-44.

Page 11: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

10

Robert Schreiter menyebutkan lima kriteria untuk menentukan kesejatian

teologi lokal, pertama; teologi harus konsisten secara internal. Kedua; teologi

kontekstual pasti nyata secara aktual, misalnya cara kita berdoa mengacu pada

cara kita beriman dan sebaliknya. Ketiga; teologi yang melakukan pelayanan

dengan pengecualian (laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama untuk

melayani). Keempat; teologi lokal harus terbuka terhadap kritik dari gereja-gereja

lain, kelima; kriteria kekuatan dari sebuah teologi adalah melawan teologi-teologi

lain apabila mampu memberikan sumbangsih positif dengan tujuan untuk menjadi

lebih baik.31

Teologi kontekstual harus melakukan pendekatan dengan cara membedah,

memahami, memetakan kenyataan yang plural berdasarkan sudut pandang

tertentu. Misalnya harus memahami terlebih dahulu tentang keseluruhan unsur

realitas injil, yaitu; Yesus, gereja, Alkitab dan orang-orangnya. Agar dapat

dipahami, maka teologi kontestual juga harus memahami bahwa kebudayaan tidak

pernah statis, sehingga teologi kontestual harus menata, menghadapi realitas

kebudayaan dan dinamis agar dapat diterima dan diterapkan dalam kehidupan

setiap orang yang memahaminya.32

Model-model Teologi Kontekstual

Hakikat masing-masing model kontekstual yang pertama, tidak pernah

mencukupi atau tidak dapat menyikapi secara utuh/tuntas; yang kedua,

sebjektifitas yang melibatkan sudut pandang dan keyakinan personal; yang ketiga,

tidak menggunakan secara tunggal absolud atau memutlakkan satu pendekatan

sebagai yang paling benar; yang keempat adanya interaktif yang bersinergi. Peran

dari model-model kontekstual adalah untuk membedah dan memahami bagian-

bagian realitas saja bukan secara keseluruhan.

Dalam menyelesaikan masalah yang melibatkan model-model teologi

kontekstual dapat menggunakan satu model, namun tidak menutup kemungkinan

31 Petrus PitDuka. Dilema Teologi Kristiani Indonesia yang Kontekstual. 14 Mei 2019.

Diakses pada 16 Agustus 2019. https://www.kompasiana.com/pitduka/5cda9e8d95760e2b56451845/dilema-teologi-kristiani-indonesia-yang-kontekstual?page=all

32 Bevans, Model-model, 45.

Page 12: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

11

untuk menggunakan lebih dari satu model. Karena untuk memahami masalah

yang ada, peran model-model kontekstual berbeda-beda dan dibutuhkan analisa

dari beberapa sudut pandang, agar ditemukan kesesuaian penggunaan.33

Berikut model-model yang terdapat dalam teori kontekstual menurut

Bevans, diantaranya:34

1. Model Terjemahan

Model terjemahan merupakan sebuah proses menafsir namun tidak secara

harafiah untuk mengartikan atau menterjemahkan kata per kata dari sebuah

kalimat, melainkan model terjemahan merupakan jembatan untuk menemukan

makna secara relevan sesuai konteks dengan arti yang konkret. Prinsipnya seperti

injil yang kekal tidak berubah, sedangkan konteks akan menjadi wadah injil yang

akan memberi penampilan yang berbeda. Misalnya seperti khotbah, dikemas dan

disampaikan dengan sampul yang berbeda-beda, namun tetap bertujuan untuk

mentransfer rasa yang sama, yaitu makna injil. Model terjemahan merupakan

model yang menghargai teks, penghargaan terhadap konteks lebih menonjol

bukan hanya sekedar menjadi sarana yang akan berharga, apabila ada inti atau isi

didalamnya.35

Kelemahan dari model tersebut adalah model tersebut tidak

memiliki nilai sama sekali, tetapi akan sangat berharga dan berfungsi apabila ada

inti atau isi di dalamnya. Model terjemahan bersifat dinamis, sehingga apabila

tidak memahami model ini maka akan timbul pemikiran yang berat sebelah, yang

beranggapan bahwa budaya lebih penting dari pada konteks atau sebaliknya.

Kebudayaan sering kali menjadi sorotan dalam model ini, namun

pertimbangannya budaya tidak dapat sepenuhnya menjadi sentral agar diterima

seutuhnya dengan begitu saja, namun tetap harus diimbangi dengan sikap kritis,

agar tidak timbul ketidaksetaraan dalam menilai dan memahami model tersebut.

Penghargaan terhadap model terjemahan sangat bergantung pada kedua sisi, baik

inti atau tradisi dari konteks itu sendiri dengan konteks masa kini keduanya sama-

sama penting dan bernilai, seperti bagan berikut;

33

Bevans, Model-model, 51-56. 34

Bevans, Model-model, 59. 35

Bevans, Model-model, 75.

Page 13: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

12

Dinamis

Gambar 1. Model Terjemahan36

2. Model Antropologis

Model Antropologis merupakan model yang tidak kaku, memiliki warna

yang berbeda namun kadang terlalu bebas tanpa batasan dalam konteks yang baru

dan berpusat pada nilai dan kebaikan pribadi secara individual. Prinsip keabsahan

konteksnya diakui sejak awal sebagai sesuatu yang unik dan berharga. Manusia

sebagai sarana pewahyuan Ilahi sadar bahwa manusia sendiri memiliki peran

masing-masing, sehingga konteks adalah sesuatu yang kudus, karena ada nilai

keabsahan dalam setiap konteks, sehingga konteks akan menentukan isi dari teks

(setiap konteks unik). Model antropologis memiliki prinsip untuk

mempertahankan esensi budaya dan tetap melibatkan konteks di dalamnya.

Seperti bagan di bawah menjelaskan bahwa konteks dengan tradisi bersifat

fleksibel.37

Stabil/fleksibel

Gambar 2. Model Antropologis

3. Model Praksis

Model Praksis merupakan perpaduan antara praktik (aksi) dan refleksi atas

aksi dalam sebuah spiral yang berkelanjutan dan model ini menjadi titik pusat jati

diri Kristen dalam konteks tertentu sering disebut dengan teologi pembangunan.

Model praksis terbentuk melalui cara berpikir yang lebih intensif (mendalam)

36

Bevans, Model-model, 73. 37

Bevans, Model-model, 98.

Konteks Injil

Perubahan Sosial Tradisi

Injil Konteks

Perubahan Sosial Tradisi

Page 14: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

13

tidak mengambang dan penekanannya ialah, setiap tindakan harus memberi

makna dalam perubahan sosial.

Model praksis bukan model untuk menafsirkan dunia, melainkan sebuah

model untuk mengubah dunia. Misalnya dalam situasi kemiskinan yang

merajalela, penindasan dan marginalisasi manusia berjalan secara terus-menerus.

Model praksis menekankan bahwa setiap orang tidak hanya sekedar

mendengarkan firman, tetapi juga melakukannya (Yak 1:22).38

Kelemahan dari

model praksis adalah pelakunya terkadang kurang tegas dan berani dalam

menggunakan model tersebut, lebih dominan hanya sekedar teori dan minim

praktik.

dan -{ Kitab Suci & Tradisi }-

Gambar 3. Model Praksis

4. Model Trasendental

Manusia sebagai personal (identitas) dan komunal (profesi) yang memiliki

kepekaan terhadap yang Ilahi, memahami teologi sebagai proses menalar untuk

memahami iman secara autentik. Tinjauan kritis terhadap model tersebut yaitu;

mengabaikan celah relativitas, melihat dan menilai bahwa setiap konsep memiliki

pengalaman secara personal dan mengandaikan persamaan proses menalar dalam

diri manusia, sekalipun berbeda konteks. Kelemahan dari model trasendental yaitu

sering berbeda pendapat karena kebebasan dalam berpikir, meskipun sama-sama

menganalisa satu hal tetap saja akan lahir pemahaman yang berbeda. Semua

diandaikan seakan sama padahal tidak. Menerima semua pendapat tanpa

38

Bevans, Model-model, 128-133.

Aksi Analisis teks

Analisis konteks Refleksi

Menghasilkan Aksi baru

Page 15: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

14

mempertimbangkan dan tanpa memberi batasan yang memberi peluang untuk

kesalahpahaman, seperti bagan berikut;

Budaya

Subjek yang otentik Religius/Kekristenan

Gambar 4. Model Transendental39

5. Model Sintesis

Model sintesis merupakan model memiliki pendirian yang tidak konsisten.

Model sintesis bertujuan untuk mempertahankan injil, konteks lain, dialogis dan

analogis. Model tersebut merupakan campur aduk dari berbagai konteks hidup

manusia, setiap konteks memiliki keunikan masing-masing, setiap orang bisa

belajar dari orang lain dan pengakuan diri sendiri oleh orang lain.40

Kelemahan

model sintesis adalah tidak menerima semua sintesis, cenderung bimbang

(berusaha menjangkau orang lain, namun tanpa tujuan yang pasti), sulit menerima

transparansi dan kritikan namun ingin menjadi teladan. Pengaruh yang paling

buruk adalah sikap model tersebut yang menerima pendapat/pujian “yang baik

saja” tanpa menyeleksi.

Injil/Tradisi

Budaya Perubahan Sosial

Bentuk pemikiran/budaya lain

Gambar 5. Model Sinteis41

39

Yuli, Gunnawan A.S, Khotbah Paulus Areopagus sebagai sebuah Model Berteologi

Kontestual (Studi Pendekatan Retorik Kis. 17:16-34), (Program Pasca Sarjana: Universitas Kristen

Duta Wacana, Yogyakarta, 2003), 122. 40

Bevans, Model-model, 165-169. 41

Bevans, Model-model, 170.

Teologi Kontekstual

Page 16: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

15

6. Model Budaya Tandingan

Model budaya tandingan bukan bersikap anti budaya, melainkan

pengakuan terhadap ambiguitas budaya dan konteks; baik dan buruknya. Model

ini mengkritisi dan menganalisis konteks. Konteks itu sendiri membutuhkan

pengakuan terhadap injil sebagai lensa dan pengarah. Model ini merupakan

perjumpaan atau keterlibatan konteks melalui analisis kritis, namun tetap

menghargai injil seutuhnya dalam nubuat injil secara dinamis ditengah lingkungan

yang kuat bahkan dalam keadaan bermusuhan sekalipun. Model budaya tandingan

setia terhadap injil dan tidak berada jauh dari injil, tetap mempertahankan injilnya

dan berusaha agar relevan dan tetap berpusat pada konteks.42

Kelemahan model

tersebut ialah memiliki sikap (inklusif), konteks berada di bawah injil tetapi tidak

berjauhan dan tetap mempertahankan injil.

Gambar 6. Model Budaya Tandingan

HASIL PENELITIAN

Sejarah berdirinya gereja

GBKP memiliki struktur kepemimpinan dari tingkat pusat hingga wilayah-

wilayah yang terdiri dari Sinode (Moderamen), Klasis, Runggun dan Bakal

Jemaat. GBKP Runggun Yogyakarta telah menjalani proses untuk menjadi

Runggun dengan memenuhi syarat dan ketentuan dari Sinode, diantaranya;

42

Bevans, Model-model, 221-225.

Model Sintetis Model Trasendental

Model Praksis Model Budaya Tandingan Model Antropologis

Model Terjemahan

Konteks

Page 17: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

16

memiliki gedung gereja yang tetap (permanen), memenuhi syarat jumlah jemaat

sidi (minimal 150 orang), mengadakan dan menyeleksi calon Pertua/Diaken yang

akan diteguhkan untuk melayani (minimal 9 orang) dan gereja yang mandiri dari

segi dana harus menanggung dan membiayai (1 orang) Pendeta jemaat dengan

menyediakan rumah dinas dan fasilitasnya.43

Setelah memenuhi syarat untuk

menjadi Runggun, GBKP Runggun Yogyakarta wajib melaksanakan peribadatan

dan sakramen yang sesuai dengan ketentuan dalam Tata Gereja GBKP.44

Berdirinya GBKP di Yogyakarta merupakan hasil dari proses yang cukup

panjang oleh beberapa tokoh masyarakat dan mahasiswa Karo yang merantau ke

Kota Yogyakarta. Adapun tokoh-tokoh penting yang terlibat dan berkontribusi

dalam pembangunan gedung GBKP Runggun Yogyakarta, diantaranya;45

1. Prof. Masri Singarimbun (Guru Besar Bagian Kependudukan, UGM)

2. Prof. Dr. Lukas Sembiring Meliala (Guru Besar Kedokteran, UGM)

3. Kolonel Sembiring (Warga Jemaat)

4. Sudin Surbakti (Warga Jemaat)

5. Sutradara Ginting (Warga Jemaat)

Sekitar tahun 1970, para tokoh tersebut sepakat untuk mendirikan gedung

GBKP secara permanen di Kota Yogyakarta, sebelum membangun gedung sendiri

masyarakat dan mahasiswa Karo yang merantau di Kota Yogyakarta,

melaksanakan peribadatan dengan menumpang di gedung SMP BOPKRI (Badan

Oesaha Pendidikan Kristen Republik Indonesia) Lempuyangan. Perkembangan

jemaat GBKP di Yogyakarta cukup baik dan kehadiraan jemaat juga meningkat

dengan pesat. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1985 dibentuk tim

pembangunan gereja dengan tujuan untuk mencari lahan untuk membangun

gedung gereja. Dalam pencarian lahan tim pembangunan GBKP Yogyakarta

bekerja sama dengan tim pembangunan GKPS (Gereja Kristen Protestan

43 Moderamen GBKP, Tata Gereja, 9.

44 Garis Besar Pelayanan GBKP 2016-2020 (Kabanjahe: Abdi Karya, 2015), 9.

45

Jekonia Tarigan, Wawancara. Rabu, 20 Februari 2019.

Page 18: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

17

Simalungun),46

karena kedua gereja tersebut sudah berbagi ketika masih

menumpang gedung, sehingga ketika tim pembangunan menemukan lahan di

daerah Monumen Yogya Kembali (MONJALI). Kedua gereja tersebut mendirikan

gedung secara bersebelahan dan tetap berdampingan dengan baik dari segi

pelaksanaan ibadah dan keterkaitan kerjasama lainnya hingga saat ini.47

Adapun kegiatan mingguan yang rutin dilaksanakan di GBKP Runggun

Yogyakarta, sebagai berikut :48

TABEL I. KEGIATAN MINGGUAN JEMAAT GBKP RUNGGUN

YOGYAKARTA

No Ibadah Keterangan

1 Minggu Ibadah Umum (dua kali ibadah pagi dan sore)

2 PA Saitun Ibadah Kategorial/Seksi Lanjut Usia (sekali dalam

seminggu)

3 PA Mamre Ibadah Kategorial/Seksi Kaum Bapak (sekali dalam

seminggu)

4 PA Moria Ibadah Kategorial/Seksi Kaum Ibu (sekali dalam

seminggu)

5 PA Permata Ibadah Kategorial/Seksi Pemuda (sekali dalam seminggu)

6 PA KAKR Ibadah Kategorial/Seksi Anak Sekolah Minggu (sekali

dalam seminggu)

Sumber: Sekretaris GBKP Runggun Yogyakarta Pt. Erwin Sermon Surbakti

Selain kegiatan rutin mingguan, GBKP Runggun Yogyakarta juga

melaksanakan kegiatan tahunan yang sesuai dengan ketentuan Sinode GBKP,

sebagai berikut:49

46

GBKP Yogyakarta, Musyawarah Ngawan GBKP Runggun Yogyakarta, Evaluasi

Program Kerja tahun 2016 dan Program Kerja tahun 2017 (Kesekretariatan Majelis GBKP

Yogyakarta, 2017), 4. 47

Pdt Kristaloni br Sinulingga, Wawancara. Selasa, 19 Februari 2019. 48

Pt. Erwin Sermon Surbakti, Wawancara.Minggu, 17 Februari 2019. 49

Pdt Kristaloni br Sinulingga, Wawancara.Selasa, 19 Februari 2019.

Page 19: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

18

TABEL II. KEGIATAN TAHUNAN JEMAAT GBKP RUNGGUN

YOGYAKARTA

No Kegiatan/Ibadah Keterangan

1 Buka tutup tahun Ibadah pergantian tahun

2 Kamis Putih Memaknai kedatangan Yesus sebagai pembawa

terang

3 Jumat Agung Peringatan penyalibanYesus

4 Sabtu

Pengharapan

Persiapan Paskah

5 Paskah Kebangkitan Yesus

6 Kerja Rani Perayaan Pesta Panen

7 17 Agustus Ibadah Kemerdekaan RI

8 - Malam Natal

- Perayaan Natal

Menyambut kelahiranYesus Kristus

Sumber: Pendeta GBKP Runggun Yogyakarta Pdt. Kristaloni br Sinulingga

Dalam Tata Gereja GBKP BAB XLII Penataan Harta Milik GBKP, Pasal

178 tentang Sumber Harta Milik, butir yang ke 4 menyatakan bahwa persembahan

Kerja Rani (pesta panen) merupakan salah satu sumber keuangan untuk unit

pelayanan di GBKP.50

Selain menjalankan Tri Tugas Gereja yaitu; Marturia

(bersaksi), Diakonia (melayani) dan Koinonia (bersekutu), GBKP juga memiliki

unit pelayanan sosial yang membutuhkan dana yang cukup besar, sehingga dana

yang diperoleh dari seluruh GBKP akan dibagikan untuk kebutuhan unit

pelayanan GBKP, seperti berikut;51

TABEL III. JENIS UNIT PELAYANAN SINODE GBKP

No Jenis Unit

Pelayanan

Keterangan

1 Badan

Pelayanan

Kesejahteraan penyandang disabilitas, Panti Asuhan Kristen

Gelora Kasih, Orang Tua Sejahtera, Kesehatan, Pengelolaan

50 Moderamen GBKP, Tata Gereja, 73.

51

Moderamen GBKP, Tata Gereja, 70-71.

Page 20: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

19

Retreat Center, Kursus Wanita Kristen, Kategorial

(Saitun/lansia, Mamre/bapak, Moria/ibu, Permata/pemuda,

KAKR/sekolah minggu, PPWG, CUM dan Konseling Pastoral.

2 Badan Hukum Yayasan Pendidikan Kristen GBKP, Yayasan Perguruan

Tinggi, Yayasan Ate Keleng (PT. BPR Pijer Podi Kekelengen

dan Credit Union)

3 Biro Teologi, Pengembangan Ibadah dan Musik Gereja, Oikumene,

Hukum dan Harta Milik, Keuangan, Pengembangan SDM,

Perencanaan dan IT, Peneltian dan Pengembangan, Humas dan

Informasi, Penggalian, Pelestarian dan Pengembangan

Budaya/Museum, Koordinasi Unit Usaha (PT. Jasa Nioga,

Percetakan dan Toko Buku Abdi Karya, Asrama Pemuda

Maranatha, Warta GBKP Maranatha)

4 Komisi Pengawas Perbendaharaan, Penanggulangan Bencana,

HIV/AIDS/NAPZA.

5 TIM Pekabaran Injil, PAUD, Dana Abadi, Dana dan Usaha,

Rekonsiliasi, Penasehat dan Verifikasi

6 Panitia Sarana Majelis Sinode, Penggalangan Dana, Pembangunan

Gereja dan Pemekaran Gereja.

Sumber: Tata Gereja GBKP 2015-2025

Pelaksanaan Kerja Rani yang Kontekstual di GBKP Runggun

Yogyakarta

Hari Raya Pondok Daun merupakan perayaan Pesta Panen bangsa Yahudi

yang diadopsi oleh GBKP. Hari Raya Pondok Daun merupakan perayaan syukur

bangsa Yahudi kepada Allah yang telah membebaskan mereka dari perbudakan

Mesir, menyertai proses perjalanan mereka dan memberikan tempat tinggal untuk

melangsungkan hidup di Kanaan. Bangsa Yahudi yang menetap di Kanaan harus

bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka dan mereka harus bekerja sesuai

dengan konteks Kanaan, yaitu bertani atau bercocok tanam.

Page 21: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

20

GBKP mengadopsi dan melaksanakan perayaan Hari Raya Pondok Daun

sejak tahun 1925 dan mengubah namanya menjadi Kerja Rani.52

Perayaan Kerja

Rani diadopsi oleh GBKP dengan tujuan untuk mempertahankan tradisi Yahudi

dan konteks Alkitab. Tujuan lainnya adalah untuk memberikan persembahan

dalam wujud hasil panen dari pekerjaan jemaat. Sebelum melaksanakan Kerja

Rani GBKP pasti melakukan observasi untuk melihat apakah kegiatan tersebut

bisa dipraktikkan dalam konteks gereja kesukuan Karo. Kabupaten Karo

merupakan daerah pertanian sama halnya dengan Kanaan, sehingga mayoritas

jemaat bekerja sebagai petani dan memberikan persembahan syukur melalui hasil

panen yang diperoleh dari pekerjaan mereka.53

GBKP Runggun Yogyakarta sudah melaksanakan Kerja Rani lebih kurang

10 tahun dan persembahan yang diberikan tidak dalam bentuk hasil panen berupa

hasil bercocok tanam, melainkan berupa materi/gaji. Hasil panen tetap digunakan,

namun hanya sebagai simbolis dalam perayaan karena tidak ada jemaat yang

bercocok tanam di GBKP Runggun Yogyakarta.54

Kerja Rani di GBKP Runggun

Yogyakarta kembali dimodifikasi oleh tim pelaksana pada tahun 2015, perubahan

perayaan dan bentuk persembahan Kerja Rani dilakukan karena harus disesuaikan

dengan konteks jemaat pada saat itu.55

Perayaan Kerja Rani GBKP Runggun

Yogyakarta dilaksanakan dengan dua cara; yang pertama menggunakan amplop

yang diberikan oleh Sinode dan dilaksanakan setiap pertengahan tahun sesuai

dengan waktu yang ditentukan oleh Sinode GBKP. Hasil dari Kerja Rani amplop

akan di dikumpulkan dan dibagi menjadi 60% untuk kas gereja dan 40% disetor

ke Klasis (melanjutkan ke Sinode) yang digunakan untuk unit pelayanan GBKP.56

Kedua dengan melaksanakan lelang-lelang versi Amerika dengan cara melelang

parsel makanan siap saji atau buah-buahan yang diberikan oleh masing-masing

sektor dan dari jemaat secara sukarela. Dalam pelaksanaan lelang-lelang, tim

pelaksana Kerja Rani akan menentukan harga parsel dan yang ikut ambil bagian

52 Pdt. Diarna br Sinulingga, Wawancara. Minggu, 31 Maret 2019.

53 Sadrah Tuahta Barus (Detaser GBKP Runggun Suka Tepu). Wawancara. Sabtu, 30

Maret 2019. 54

Pt. Erwin Sermon Surbakti, Wawancara. Minggu, 17 Februari 2019.

55

Pt. Andreasta Meliala (Dosen UGM, Bendahara Umum dan Ketua Tim Perayaan Kerja

Rani GBKP Runggun Yogyakarta). Wawancara. Sabtu, 29 Juni 2019. 56

Moderamen GBKP, Tata Gereja, 74.

Page 22: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

21

akan membayar lelang sesuai kelipatan harga yang diajukan oleh masing-masing

peserta lelang, sedangkan parsel lelang akan dinikmati bersama diakhir acara.

Dalam melaksanakan lelang-lelang, semua yang hadir dapat mengambil bagian

dari kalangan orangtua hingga pemuda, karena kelipatan yang akan dibayar

bervariasi jumlahnya dari puluhan hingga ratusan ribu. Lelang-lelang yang

dilaksanakan tidak terlepas dari persaingan untuk mencapai nilai dan jumlah

tertinggi, namun selama ini semua tetap dalam kontrol dan persaingan yang

positif.57

Kerja Rani lelang-lelang biasanya dilaksanakan setiap akhir tahun

sekitar bulan September/Oktober dan hasil lelang-lelang 100% ditujukan untuk

Runggun, dengan pembagian 70% untuk kas pembangunan gereja dan fasilitas,

sedangkan 30% untuk pelayanan seperti Diakonia.58

Berikut adalah hasil rekapitulasi persembahan Kerja Rani dalam bentuk

amplop dan lelang-lelang yang diperoleh sejak tahun 2016-2018;59

TABEL IV. REKAPITULASI HASIL KERJA RANI GBKP

RUNGGUN YOGYAKARTA

No Tahun Kerja Rani Amplop Kerja Rani Lelang-lelang

1 2018 ± Rp.5.000.000 ± Rp.125.000.000

2 2017 ± Rp.4.000.000 Rp.120.000.000

3 2016 ± Rp.4.000.000 Rp.110.000.000

Sumber: Bendahara GBKP Runggun Yogyakarta Pt. Andreasta Meliala

Hasil Persembahan Kerja Rani karena kesadaran jemaat yang dipengaruhi

oleh bukti fisik dari persembahan itu sendiri. Hasil persembahan yang digunakan

untuk pembangunan gedung ibadah Sekolah Minggu, Rumah Dinas Pendeta dan

Pastori dapat dilihat oleh jemaat secara langsung, sehingga keinginan untuk

membenahi juga semakin meningkat, terlebih dalam melaksanakan Kerja Rani

lelang-lelang.60

57 Jekonia Tarigan, Wawancara. Rabu, 20 Februari 2019.

58 Nehemia Billy Erlando Barus (Ketua Permata/Pemuda dan Tim Perayaan Kerja Rani

GBKP Runggun Yogyakarta). Wawancara. Jumat, 21 Juni 2019.

59

Pt. Andreasta Meliala, Wawancara. Sabtu, 29 Juni 2019.

60

Pt. Erwin Sermon Surbakti, Wawancara. Minggu, 17 Februari 2019.

Page 23: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

22

Kerja Rani GBKP Runggun Yogyakarta tetap disesuaikan dengan tradisi

dalam Alkitab dan Sinodal, tidak hanya semata-mata untuk mengumpulkan dana,

tetapi tim pelaksana juga mempersiapkan perayaan Kerja Rani dengan suasana

dan acara yang meriah. Melibatkan perayaan yang berciri khas tradisi Karo,

dengan mengadakan protokol atau pembawa acara yang mampu mempengaruhi

semangat dan suasana perayaan, musik tradisional, pakaian adat, makanan khas

Karo dan lokal (Jawa).61

Persiapan yang dilakukan bertujuan untuk memupuk

kebersamaan antar jemaat dan keistimewaan lainnya ialah parsel makanan yang

dilelang akan dikonsumsi bersama-sama setelah acara berlangsung.62

Setiap

tahunnya tim pelaksana dan Majelis bersama-sama untuk merancang perayaan

Kerja Rani yang menarik dan kreatif agar memiliki daya tarik terhadap jemaat,

misalnya mengutamakan tradisi Karo dalam perayaannya.63

Tradisi ini menjadi

hal yang penting dan baik karena orangtua yang sudah lama tinggal di Yogya

dapat merasakan suasana perayaan seperti tempat asal mereka, jemaat Karo yang

lahir dan menetap di perantauan juga dapat mengenal budaya karo melalui

perayaan Kerja Rani, sehingga perayaan tersebut harus tetap dilaksanakan dan

dipertahankan oleh GBKP Runggun Yogyakarta.64

Makna Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani

Pelaksanaan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta tidak terlepas dari

perubahan setiap tahunnya, hal tersebut terjadi karena gereja harus menyesuaikan

konteks jemaat yang dinamis. Kontekstualisasi merupakan sebuah proses

penyesuaian yang dilakukan oleh GBKP Runggun Yogyakarta dalam perayaan

gerejawi, agar dapat dipahami dan diterima oleh jemaat.65

Dalam perayaan

gerejawi seperti Kerja Rani kontekstualisasi perlu disosialisasikan dengan jelas

karena adanya indikator yang mempengaruhi seperti tempat tinggal, pekerjaan

atau profesi jemaat, tingkat pendidikan dan pengaruh lingkungan yang membuat

perayaan setiap daerah tidak dapat disamaratakan. Hal tersebut membuat gereja

61

Pt. Andreasta Meliala, Wawancara. Sabtu, 29 Juni 2019.

62

Pdt Kristaloni br Sinulingga, Wawancara. Senin, 17 Juni 2019. 63

Nehemia Billy Erlando Barus, Wawancara. Jumat, 21 Juni 2019. 64

Nd. Emo Sitepu/Br. Brahmana (Moria/kaum ibu GBKP Runggun Yogyakarta).

Wawancara. Selasa, 25 Juni 2019.

65

Pt. Sinar Sebayang (Penatua GBKP Runggun Yogyakarta). Wawancara. Minggu, 23

Juni 2019.

Page 24: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

23

harus mampu melakukan perubahan agar perayaannya tidak hanya sekedar ada

tapi mampu memberikan makna filosofis dengan kemasan konteks masa kini

kepada jemaat.66

Menurut Pertua Meliala,67

perubahan bentuk persembahan Kerja Rani

adalah fenomena yang sudah terjadi karena penyesuaian kebutuhan dan kondisi

jemaat, terlebih jemaat GBKP Runggun Yogyakarta mayoritas Pegawai

Swasta/Negeri (bukan petani) dan mayoritas mahasiswa. Diaken br Purba juga

berpendapat bahwa,68

perubahan bentuk bukan berarti maknanya juga berbeda,

tidak ada yang berubah karena Kerja Rani adalah persembahan yang kita peroleh

dari pekerjaan kita sendiri, tetap kepada satu tujuan yaitu Tuhan. Diaken br

Ginting berpendapat,69

perubahan persembahan Kerja Rani karena faktor keadaan.

Hasil panen dan hasil gaji sama saja, karena datangnya dari Tuhan dan sudah

kewajiban untuk memberikan hasil yang baik dari hasil pekerjaan yang baik

sebagai persembahan kepada Tuhan. Billy Barus juga berpendapat bahwa,70

perubahan bentuk persembahan Kerja Rani merupakan pertimbangan yang sangat

diperhatikan oleh tim pelaksana, karena pasti ada yang setuju dan tidak setuju.

Namun dengan penjelasan yang logis dan tetap mempertahankan esensi budaya

dan manfaatnya membuat perayaan Kerja Rani yang telah dimodifikasi bisa

diterima dengan baik oleh jemaat.

Menurut Pendeta jemaat,71

Kerja Rani merupakan perayaan pesta panen

yang penting dan harus tetap dipertahankan, selain hal tersebut merupakan

ketetapan Sinode, perayaan Kerja Rani merupakan perayaan yang memberikan

kebersamaan antar jemaat. Pada saat menari, melaksanakan lelang-lelang dan

makan bersama dan itu sangat penting bagi jemaat GBKP Runggun Yogyakarta.

Menurut Pertua Sebayang,72

tujuan perayaan Kerja Rani tidak hanya untuk

mengumpulkan hasil terbaik dari pekerjaan jemaat sebagai persembahan dan

66 Jekonia Tarigan, Wawancara. Rabu, 20 Februari 2019.

67 Pt. Andreasta Meliala, Wawancara. Sabtu, 29 Juni 2019.

68 Dk. Idawati br Purba (Diaken GBKP Runggun Yogyakarta). Wawancara. Minggu, 23

Juni 2019. 69

Dk. Rosdiana Jhuwita br Ginting (Diaken GBKP Runggun Yogyakarta). Wawancara.

Senin, 17 Juni 2019. 70

Nehemia Billy Erlando Barus, Wawancara. Jumat, 21 Juni 2019. 71

Pdt. Kristaloni br Sinulingga, Wawancara. Senin, 17 Juni 2019. 72

Pt. Sinar Sebayang. Wawancara. Minggu, 23 Juni 2019.

Page 25: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

24

ungkapan syukur, namun juga menempah karakteristik kuantitas jemaat. Majelis

memiliki tugas untuk memberi pengertian kepada jemaat untuk memberi

persembahan dengan kerelaan hati agar berkat Tuhan dapat dirasakan dalam

pekerjaan masing-masing. Diaken br Ginting juga berkata demikian,73

bahwa hasil

pekerjaan wajib dikembalikan/persembahkan kepada Tuhan, walau sudah berubah

bentuk tapi tujuannya jelas untuk pelayanan. Nintha br Tarigan74

juga sepakat

bahwa Tuhan telah memberikan lahan di bumi untuk dirawat dan diolah, melalui

alam kita bisa bekerja dan memperoleh hasil untuk di persembahkan kembali

kepada Tuhan.

Pertua Singarimbun75

berpendapat bahwa perubahan bentuk persembahan

Kerja Rani sangat membantu keuangan gereja untuk meningkatkan pelayanan,

sumber persembahan Kerja Rani juga tidak hanya dari jemaat yang tinggal di

Yogya, tapi ada partisipasi dari para alumni/jemaat yang pernah kuliah/bekerja di

Yogya. Menurut Billy Barus,76

perubahan bentuk persembahan Kerja Rani

memberikan pengaruh yang baik, seluruh jemaat berpartisipasi, dari

kategorial/komisi KAKR (anak), Permata (pemuda), Moria (ibu), Mamre (bapak),

Saitun (lansia), peningkatan kehadiran jemaat juga terlihat sejak tahun 2017

hingga 2018. Pertua Sebayang berpendapat,77

Kerja Rani termasuk salah satu

kegiatan rutin gerejawi, sehingga gereja bertugas untuk membuat acara yang

meriah agar kegiatan tersebut tidak sekedar menjadi kegiatan rutinitas namun

mampu memberi makna filosofi penting yang dapat dirasakan dan direfleksikan

oleh jemaat. Menurut Pertua Meliala,78

kebijakan Sinode GBKP yang tidak

menetapkan aturan yang baku dapat dimanfaatkan oleh Tim Pelaksana Kerja Rani

untuk mengemas acara sekreatif mungkin, dengan memodifikasi dan melibatkan

modernitas dan tradisi budaya Karo, tujuannya agar di tengah lingkungan Jawa

sekalipun budaya Karo tetap dapat dirasakan.

73

Dk. Rosdiana Jhuwita br Ginting, Wawancara. Senin, 17 Juni 2019. 74

Nintha Karlina br Tarigan (Permata/Pemuda GBKP Runggun Yogyakarta).

Wawancara. Minggu, 23 Juni. 75

Pt. Sejahtera Singarimbun (Penatua GBKP Runggun Yogyakarta). Wawancara.

Minggu, 23 Juni 2019. 76

Nehemia Billy Erlando Barus, Wawancara. Jumat, 21 Juni 2019. 77

Pt. Sinar Sebayang, Wawancara. Minggu, 23 Juni 2019. 78

Pt. Andreasta Meliala, Wawancara. Sabtu, 29 Juni 2019.

Page 26: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

25

ANALISIS HASIL PENELITIAN

Pelaksanaan Kerja Rani yang kontekstual di GBKP Runggun

Yogyakarta

Penulis mendapatkan dua faktor yang mempengaruhi perubahan bentuk

persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta; yang pertama, jemaat

tinggal di kota dan mayoritas bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, Dosen, Guru,

Dokter, Perawat, Angkatan (Polisi/TNI), Pedagang dan Pengusaha. Kedua, faktor

kebutuhan gereja untuk pembangunan gereja, fasilitas dan pelayanan (kunjungan

diakonia, Pekabaran Injil dan pelayanan gerejawi lainnya). Perubahan bentuk

persembahan Kerja Rani merupakan proses penyesuaian konteks perayaan

gerejawi agar tetap sesuai dengan makna filosofisnya dan dapat diterima dalam

konteks jemaat masa kini. Hal tersebut sesuai dengan teori Teologi Kontekstual

Stephen B Bevans yang mengatakan bahwa, pengalaman masa lampau dijadikan

sebagai pelengkap terhadap perubahan konteks yang diperoleh melalui

pengalaman secara personal ataupun kelompok.

Secara umum, jemaat berpendapat bahwa perayaan Kerja Rani yang

menggunakan persembahan yang berubah bentuk merupakan sebuah fenomena

kontekstual. Perubahan yang harus dilakukan karena konteks kehidupan jemaat

juga mengalami perubahan, sehingga agar tetap seimbang kontekstualisasi adalah

solusi yang baik. Kota Yogyakarta merupakan kota pendidikan dan menjadi salah

satu kota yang paling banyak dikunjungi bahkan ditinggali oleh masyarakat

perantau dari berbagai daerah, sehingga terjadi percampuran antar budaya. Hal

tersebut membuat jemaat GBKP Runggun Yogyakarta harus membuka diri dan

menerapkan kontekstualisasi agar dapat menerima keberagaman dan diterima oleh

jemaat yang dinamis.

Perubahan bentuk persembahan Kerja Rani sesuai dengan teori Stephen B

Bevans yaitu model terjemahan, yang menjelaskan bahwa proses menafsir tidak

harus dilakukan secara harafiah dan menterjemahkan kata-kata, namun menjadi

jembatan untuk memahami dan menemukan makna atas sebuah fenomena agar

relevan dan dapat diaplikasikan dalam konteks masa kini. Hal tersebut sesuai

dengan perayaan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta yang mengalami

Page 27: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

26

perubahan bentuk persembahan yang awalnya menggunakan hasil panen (saat

masih di tempat asal masing-masing jemaat) dan saat ini menggunakan

materi/gaji. Perubahan yang terjadi awalnya sulit untuk dilaksanakan secara

maksimal, namun Majelis jemaat berupaya untuk memberikan inovasi dan

pengertian yang membuat jemaat memahami tujuan berubahnya bentuk

persembahan dalam melaksanakan Kerja Rani. Pelaksanaan Kerja Rani yang

menggunakan persembahan yang telah berubah bentuk menjadi lebih praktis

karena hal tersebut merupakan upaya yang sangat baik karena situasi, jarak dan

kondisi penghasilan/pekerjaan jemaat juga beragam dan berbeda pada saat masih

di Karo dengan di Yogyakarta. Perayaan Kerja Rani yang telah dimodifikasi

sesuai dengan model terjemahan karena keterlibatan modernitas tidak membuat

esensi makna dari tradisi perayaan Kerja Rani menjadi berubah, maknanya tetap

sama walaupun dikemas dengan cara yang berbeda.

Makna perubahan bentuk persembahan Kerja Rani di GBKP

Runggun Yogyakarta

Dalam kitab Imamat hingga Ulangan terdapat keunikan perayaan Pesta

Panen bangsa Yahudi yang diadopsi oleh GBKP yang kini menjadi perayaan

Kerja Rani. Latar belakang pekerjaan bangsa Israel bukanlah bertani, namun

ketika bangsa tersebut keluar dari perbudakan Mesir, hidup sebagai nomad

(pengembara/berpindah-pindah) tinggal di dalam tenda/kemah dengan sumber

makanan berupa hasil buruan. Akhirnya Allah memutuskan untuk memilih

Kanaan sebagai tanah yang akan ditempati oleh bangsa Israel. Menetap di Kanaan

membuat bangsa Israel harus bekerja seperti orang Kanaan agar dapat

melangsungkan hidup. Sama halnya dengan jemaat GBKP Runggun Yogyakarta,

jemaat datang dan merantau dari tempat asal masing-masing dan menetap di kota

Yogyakarta. Pilihan untuk menetap di kota tersebut membuat mereka harus

menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang dilakoni oleh masyarakat lokal untuk

melangsungkan hidup. Beberapa dari jemaat yang telah selesai menempuh

pendidikan di kota Yogyakarta memilih menetap dengan bekerja di kota tersebut

dengan beragam profesi, sebagai tenaga pengajar, merintis usaha dan pekerjaan

lainnya yang dilakoni oleh masyarakat perkotaan.

Page 28: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

27

Perubahan bentuk persembahan Kerja Rani juga dipengaruhi oleh

kebutuhan gereja yang semakin meningkat dan menyebabkan banyak hal yang

harus dibenahi. Diantaranya; meningkatkan kuantitas pelayanan dari segi

kelayakan tempat beribadah dan fasilitas untuk pelayanan. Pekerjaan yang

dilakoni jemaat memang beragam dan hasil dari pekerjaan mereka adalah gaji,

sehingga persembahan yang diberikan juga sesuai dari yang diperoleh. Meskipun

persembahan yang diberikan oleh jemaat telah berubah bentuk, makna yang

dirasakan oleh jemaat tidak jauh berbeda dengan bentuk persembahan

sebelumnya. Ketika masih bertani jemaat memaknai prosesnya mulai dari

memilih bibit unggul, menyesuaikan tanah agar subur, menanam benih, merawat

dan memanen hasil. Namun untuk saat ini jemaat bekerja setiap hari sesuai

dengan profesi masing-masing dengan baik dan dengan pekerjaan yang menjadi

rutinitas, jemaat tetap merasakan bahwa Allah memberikan berkat kesehatan dan

kelancaran terhadap pekerjaan mereka, sehingga jemaat memperoleh hasil yang

baik pula. Hal tersebut sama halnya dengan teori Stephen B Bevans yaitu model

Antropologis dan model Transendental, yang menyatakan bahwa maksud dan

tujuan dari sebuah perayaan tetap pada prinsip dan filosofisnya. Manusia sebagai

sarana untuk mewahyukan sang Ilahi dan jemaat GBKP Runggun Yogyakarta

sudah melakukan hal yang sama, menguduskan Allah dengan tetap memberikan

persembahan yang terbaik meskipun telah berubah bentuk dengan esensi dan

pemahaman yang sama.

Perubahan bentuk persembahan Kerja Rani di dukung oleh jemaat, selain

caranya yang lebih praktis, perubahan tersebut memberikan dampak nyata dan

bermanfaat bagi gereja dan jemaat. Gereja menjadi lebih mandiri untuk memenuhi

kebutuhan finansial dalam pelayanan, seperti; merenovasi gedung (gereja, rumah

dinas Pendeta, ruang sekolah minggu, rumah koster dan pastori), pengadaan

fasilitas dan inventaris dan banyak hal lainnya membuat jemaat bahkan alumni

yang tinggal di luar Pulau berpartisipasi secara aktif dalam memberikan

persembahan. Manfaat perubahan bentuk persembahan Kerja Kerja Rani tidak

hanya dirasakan oleh jemaat GBKP Runggun Yogyakarta, namun juga dirasakan

oleh jemaat/masyarakat setempat. Salah satunya jemaat GBKP yang berada di

Kota Solo. Mereka belum memiliki gedung untuk beribadah, tidak memiliki

Page 29: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

28

Pendeta atau pelayan yang intensif untuk melayani, sehingga melalui Pekabaran

Injil yang dilakukan oleh GBKP Runggun Yogyakarta, jemaat asal GBKP yang

berada di kota Solo tetap semangat dan bertumbuh dalam iman. Hal tersebut

merupakan keistimewaan pelayanan GBKP Runggun Yogyakarta, perubahan

bentuk persembahan Kerja Rani mendapat dukungan yang baik dari berbagai

pihak karena memberi dampak yang sangat baik dan gereja mampu

mempraktikkan kasih Yesus kepada sesama. Perubahan tersebut sama halnya

dengan Teori Bevans, Model Praksis yang memadukan antara praktik dan refleksi

untuk mewartakan kasih terhadap sesama melalui tindakan yang nyata. Gereja

melihat peluang melalui realita masa kini dan melalui peluang tersebut gereja

melakukan tindakan yang mampu membangun relasi sosial secara intensif dan

memberi makna yang jelas dan dapat diterima oleh penerimanya. Tujuannya

bukan hanya untuk menafsirkan namun membuat inovasi untuk terealisasinya visi

dan misi Allah dengan menjadi lebih inovatif.

PENUTUP

Kesimpulan

Setelah menganalisis data berdasarkan teori dan hasil penelitian di GBKP

Runggun Yogyakarta, penulis menemukan faktor penyebab terjadinya perubahan

bentuk persembahan dalam perayaan Kerja Rani dan makna setelah berubahnya

persembahan Kerja Rani di gereja tersebut. Adapun kesimpulan yang diperoleh

sebagai berikut;

1. Berubahannya bentuk dari persembahan yang diberikan dipengaruhi

oleh faktor internal dan eksternal dari gereja dan jemaat. Perubahan

yang terjadi bukan untuk kepentingan sepihak namun untuk

kepentingan bersama dengan kesepakatan Majelis dan jemaat sebagai

subjek yang melaksanakannya.

2. Berdasarkan enam model teori Teologi Kontekstual Stephen B Bevans,

perubahan bentuk persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun

Yogyakarta sesuai dengan beberapa model yaitu; Model Terjemahan,

Model Antropologis, Model Transendental dan Model Praksis.

Page 30: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

29

Meskipun persembahan yang diberikan oleh jemaat telah

bertransformasi, jemaat tidak kehilangan makna dari esensi

persembahan, karena persembahan yang diberikan berasal dari

pekerjaan yang dilakoni oleh mereka sendiri. Dukungan positif dari

Majelis dan pemahaman yang jelas membuat jemaat semakin semangat

untuk memberikan persembahan.

3. Dalam pelaksanaannya, Majelis dan Tim pelaksana sudah berusaha

dengan maksimal untuk mengemas acara yang menarik dengan

melibatkan tradisi yang kental. Hal tersebut adalah upaya yang

diapresiasi dan disambut oleh jemaat dengan baik. Perayaan Kerja

Rani tidak hanya bertujuan untuk mengumpulkan persembahan untuk

kepentingan finansial saja tetapi bagaimana jemaat bisa merasakan

pentingnya mempersembahkan kembali berkat yang telah Tuhan

berikan, kemudian mengangkat budaya Karo di perantauan, orangtua

yang telah lama tidak pulang ke kampung dapat bernostalgia,

mengenalkan budaya Karo kepada jemaat dan partisipan (tamu

undangan) yang belum mengetahui budaya Karo.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan kesimpulan mengenai perubahan

bentuk persembahan Kerja Rani, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Gereja perlu meningkatkan sosialisasi tentang makna perayaan

gerejawi, baik kepada jemaat dari kaum termuda hingga lansia.

Pentingnya pemahaman jemaat terhadap kontekstualisasi dari semua

kalangan adalah cara yang baik, karena memberikan pengertian dan

motivasi untuk memberi sesuai dengan apa yang dimiliki oleh jemaat

dengan bentuk yang berbeda-beda. Memberi persembahan yang sesuai

dengan konteks jemaat bukan sebuah kekeliruan, melainkan hal yang

pasti terjadi karena perubahan konteks. Tugas gereja ialah memberikan

pengertian yang jelas khususnya dalam perayaan Kerja Rani, gereja

harus berupaya agar filosofi dan ciri khas GBKP tetap ada sehingga

Page 31: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

30

perayaan tersebut tidak hanya sebagai kegiatan rutinitas namun

perayaan yang sakral dan mengandung makna tersendiri.

2. Gereja perlu menyadari kembali apa tujuan utama perayaan Kerja

Rani. Meskipun mengalami perubahan yang lebih inovatif dan praktis

gereja harus menyadari bahwa motivasi utamanya ialah memberi

kepada Tuhan, sehingga yang diutamakan adalah kepentingan Tuhan

bukan kepentingan penyelenggara bahkan atau peserta yang terlibat

dalam pelaksanaannya.

Page 32: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

31

Daftar Pustaka

Sumber buku:

Bevans, Stephen B, 2002, Model-model Teologi Kontekstual. Maumere: Ledalero.

Bevans, Stephen B, 2010, Teologi Dalam Perspektif Global: Suatu Pengantar.

Maumere: Ladalero.

Beyer, Ulrich, dan Simamora, Evalina, 2008, Memberi dengan Sukacita; Tafsir

dan Teologi Persembahan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Cooley, Frank L, 1976, Benih Yang Tumbuh IV. Jakarta Pusat: Lembaga

Penelitian dan Studi Dewan Gereja-gereja di Indonesia.

Dokumen hasil Musyawarah Ngawan GBKP Runggun Yogyakarta, 2017,

Evaluasi Program Kerja tahun 2016 dan Program Kerja tahun.

Garis Besar Pelayanan GBKP 2016-2020, 2015, Moderamen GBKP. Kabanjahe:

Abdi Karya.

Jonge, D. Christiaan, 2003, Gereja Mencari Jawab: Kapita Selekta Sejarah

Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Murray Li, Tania, 2002, Proses Transformasi Daerah Pedalaman di Indonesia.

DKI Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

PERMATA GBKP Pusat, 2015, Bimbingan PA Permata. Kabanjahe: Abdi Karya.

Raco, J. R, 2010, Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan

Keunggunlannya. Jakarta: Grasindo.

Page 33: Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan ......Kajian Teologi Kontekstual Perubahan Bentuk Persembahan Kerja Rani di GBKP Runggun Yogyakarta Oleh, Fransiska Stepani

32

Riduan, 2009, Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:

Alfabeta.

Singgih, Emanuel Gerrit, 2000, Berteologi Dalam Konteks.Yogyakarta: Kanisius.

Tata Gereja GBKP 2015-2025: Moderamen GBKP. Kabanjahe: Abdi Karya,

2015.

Tomatala, Y, 1996, Teologi Kontekstualisasi (Suatu Pengantar). Malang:

Gandum Mas.

Yuli A. S, Gunawan, 2003, Khotbah Paulus Areopagus Sebagai Sebuah Model

Berteologi Kontekstual (Studi Pendekatan Retorik Kis. 17:16-34),

Program Pasca Sarjana: Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta.

Van Kooij, Rijnardus A, dkk, 2007, Menguak Fakta, Menata Karya Nyata:

Sumbangan Teologi Praktis dalam Pencarian Model Pembangunan

Jemaat Kontekstual. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Sumber webside:

PitDuka Petrus. Dilema Teologi Kristiani Indonesia yang Kontekstual. 14 Mei

2019. Diakses pada 16 Agustus 2019.

(https://www.kompasiana.com/pitduka/5cda9e8d95760e2b56451845/dilema

-teologi-kristiani-indonesia-yang-kontekstual?page=all)