KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR...

20
Kajian Teknis–Ekonomis Thresher Lipat Bermotor pada Beberapa Varietas Padi di Kabupaten Solok KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DI KABUPATEN SOLOK Technical and Economic Assessment of Folding Motorised Thresher on Some Variety of Rice in Solok Regency Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat Jl. Raya Padang-Solok KM. 40 Sukarami, Solok 27365 E-mail: [email protected] ABSTRACT The study was conducted from June until August 2012 in the land of rice farmers at Koto Gaek village, Gunung Talang subdistrict, Solok Regency. The objectives this study was to conduct technical trials and calculate the cost of goods and operating breakeven folding motorized threshers. The study method used factorial (A x B) completely randomized design with three replications. Factor A was the frequency of the current rotary threshing cylinder pulley wears output 7, 8 and 9 inches, while Factor B was rice varieties such as Anak Daro, Inpari 12 and Cisokan.The results of the study showed that: 1) The largest working capacity contained in the Anak Daro varieties at 372.33 rpm reached 256.97 kg/hour. The highest level of cleanliness of grain contained in the Anak Daro varieties at 281.67 that is equal to 92.082 rpm. The yield of Anak Daro varieties the largest threshing at 318.33 rpm is 38.67 percent; 2) Percentage of grain not fall out the smallest grain is Anak Daro varieties at 372.33 rpm is 0.323 percent; 3) The largest threshing efficiency at 372.33 rpm is 99.677 percent was Anak Daro varieties. The largest percentage of grain scattered was in Inpari 12 at 372.22 rpm was equal to 4.127 percent; 4) The biggest percentage loss results found in Inpari 12 at 372.33 rpm wais around 4,495 percent; 5) Fuel consumption on each variety and rpm used were relatively the same, and 6) Economic analysis result showed that the cost of the smallest threshing varieties found at Anak Daro variety at 281.67 rpm or around Rp 60.842/kg. The smallest BEP found at Inpari 12 varieties at 281.67 rpm was 54641.69 kg / year. Keywords: folding motorised thresher, technically and economically, rice varieties ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan pada bulan Juni s/d Agustus 2012 di tanah petani padi sawah Nagari Koto Gaek, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok. Pengkajian bertujuan untuk melakukan uji teknis dan menghitung biaya pokok serta titik impas pengoperasian thresher lipat bermotor. Metode penelitian yang digunakan ialah metode faktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor A ialah frekuensi putar silinder perontok pada saat pulley output memakai pulley 7 inchi, 8 inchi dan 9 inchi, sedangkan faktor B ialah varietas padi yang dirontok yaitu varietas Anak Daro, Inpari 12 dan Cisokan. Hasil kajian menunjukkan antara lain: 1) Kapasitas kerja terbesar terdapat pada verietas Anak Daro pada 372,33 rpm mencapai 256,97 kg/jam. Tingkat kebersihan gabah tertinggi terdapat pada varietas Anak Daro pada 281,67 rpm yaitu sebesar 92,082. 577

Transcript of KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR...

Page 1: KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_E05_Tarmizi.pdffaktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor

Kajian Teknis–Ekonomis Thresher Lipat Bermotor pada Beberapa Varietas Padi di Kabupaten Solok

KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DI KABUPATEN SOLOK

Technical and Economic Assessment of Folding Motorised

Thresher on Some Variety of Rice in Solok Regency

Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat Jl. Raya Padang-Solok KM. 40 Sukarami, Solok 27365

E-mail: [email protected]

ABSTRACT

The study was conducted from June until August 2012 in the land of rice farmers at Koto Gaek village, Gunung Talang subdistrict, Solok Regency. The objectives this study was to conduct technical trials and calculate the cost of goods and operating breakeven folding motorized threshers. The study method used factorial (A x B) completely randomized design with three replications. Factor A was the frequency of the current rotary threshing cylinder pulley wears output 7, 8 and 9 inches, while Factor B was rice varieties such as Anak Daro, Inpari 12 and Cisokan.The results of the study showed that: 1) The largest working capacity contained in the Anak Daro varieties at 372.33 rpm reached 256.97 kg/hour. The highest level of cleanliness of grain contained in the Anak Daro varieties at 281.67 that is equal to 92.082 rpm. The yield of Anak Daro varieties the largest threshing at 318.33 rpm is 38.67 percent; 2) Percentage of grain not fall out the smallest grain is Anak Daro varieties at 372.33 rpm is 0.323 percent; 3) The largest threshing efficiency at 372.33 rpm is 99.677 percent was Anak Daro varieties. The largest percentage of grain scattered was in Inpari 12 at 372.22 rpm was equal to 4.127 percent; 4) The biggest percentage loss results found in Inpari 12 at 372.33 rpm wais around 4,495 percent; 5) Fuel consumption on each variety and rpm used were relatively the same, and 6) Economic analysis result showed that the cost of the smallest threshing varieties found at Anak Daro variety at 281.67 rpm or around Rp 60.842/kg. The smallest BEP found at Inpari 12 varieties at 281.67 rpm was 54641.69 kg / year. Keywords: folding motorised thresher, technically and economically, rice varieties

ABSTRAK

Pengkajian dilaksanakan pada bulan Juni s/d Agustus 2012 di tanah petani padi

sawah Nagari Koto Gaek, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok. Pengkajian bertujuan untuk melakukan uji teknis dan menghitung biaya pokok serta titik impas pengoperasian thresher lipat bermotor. Metode penelitian yang digunakan ialah metode faktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor A ialah frekuensi putar silinder perontok pada saat pulley output memakai pulley 7 inchi, 8 inchi dan 9 inchi, sedangkan faktor B ialah varietas padi yang dirontok yaitu varietas Anak Daro, Inpari 12 dan Cisokan. Hasil kajian menunjukkan antara lain: 1) Kapasitas kerja terbesar terdapat pada verietas Anak Daro pada 372,33 rpm mencapai 256,97 kg/jam. Tingkat kebersihan gabah tertinggi terdapat pada varietas Anak Daro pada 281,67 rpm yaitu sebesar 92,082.

577

Page 2: KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_E05_Tarmizi.pdffaktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor

Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel

Rendemen perontokan terbesar pada varietas Anak Daro pada 318,33 rpm yaitu 38,67 persen; 2) Persentase gabah tidak terontok terkecil terdapat varietas Anak Daro pada 372,33 rpm yaitu 0,323 persen. Efisiensi perontokan terbesar terdapat pada varietas Anak Daro pada 372,33 rpm yaitu 99,677 persen; 3) Persentase gabah tercecer terbesar terdapat pada varietas Inpari 12 pada 372,22 rpm yaitu sebesar 4,127 persen; 4) Persentase kehilangan hasil terbesar terdapat pada varietas Inpari 12 pada 372,33 rpm yaitu sebesar 4.495 persen; 5) Konsumsi bahan bakar pada setiap varietas dan rpm yang digunakan relatif sama, dan 6) Berdasarkan analisis ekonomi diperoleh bahwa biaya pokok perontokan terkecil terdapat pada varietas Anak Daro pada 281,67 rpm yaitu Rp 60,842/kg. BEP terkecil terdapat pada varietas Inpari 12 pada 281,67 rpm yaitu 54.641,69 kg/tahun. Kata kunci: thereser lipat bermotor, teknis dan ekonomis, varietas padi

PENDAHULUAN

Perontokan yaitu proses memisahkan gabah dari tangkainya. Kegiatan perontokan padi dapat dilakukan secara manual dan secara mekanis. Secara manual dapat dilakukan dengan cara membanting dan diinjak yang memerlukan tenaga manusia yang cukup besar dan melelahkan, menimbulkan angka kehilangan hasil yang cukup besar serta kapasitas perontokan rendah. Secara mekanis dapat menggunakan mesin perontok padi yaitu thresher. Perontokan padi dengan thresher dimaksudkan untuk menekan kehilangan hasil seminimal mungkin sehingga dibutuhkan pemilihan alat yang tepat, diantaranya dapat menggunakan power thresher yang memilki kapasitas perontokan yang tinggi, dan mahalnya harga dari power thresher serta penggunaan bahan bakar yang cukup tinggi sehingga tidak dapat dijangkau oleh petani yang kebanyakan memiliki taraf hidup miskin. Disamping itu, mobilitas yang dimilki power thresher rendah.

Alternatif yang dapat dilakukan yaitu menggunakan alat perontok thresher lipat bermotor. Thresher lipat bermotor ini merupakan alat perontok padi yang bisa dilipat. Prinsip kerja dari thresher lipat bermotor adalah malai padi dengan jerami dipegang dengan tangan kemudian diumpankan dengan meletakan diatas bantalan pengumpan ke silinder perontok yang berputar akibat putaran yang dihasilkan motor penggerak. Putaran silinder perontok gabah menyebabkan padi terlepas dari malainya akibat gesekan antara malai padi dengan gigi perontok. Gabah yang terontok akan disalurkan ke papan penyalur sehingga gabah sampai ke alas berupa tikar atau terpal. kemampuan kinerja diantara pedal thresher (kapasitas kerja 120 kg/jam) dengan power thresher (kapasitas kerja 600 kg/jam).

Thresher lipat bermotor ini yang telah dimodifikasi di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat (BPTP Sumbar) dengan rancangan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan) Serpong. Thresher lipat bermotor tersebut belum dilakukan pengujian untuk merontokkan beberapa gabah varietas padi di Kabupaten Solok. Tujuan pengkajian ini, untuk mengetahui kinerja teknis dari Thresher lipat bermotor. Dan juga untuk mengetahui berapa biaya pokok alat tersebut, saat pengoperasiannya, serta menghitung besarnya titik impas.

578

Page 3: KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_E05_Tarmizi.pdffaktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor

Kajian Teknis–Ekonomis Thresher Lipat Bermotor pada Beberapa Varietas Padi di Kabupaten Solok

METODOLOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Pengkajian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Agustus 2012, di tanah petani padi sawah Nagari Koto Gaek, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Alat dan Bahan

Pada Pengkajian ini, alat yang digunakan adalah satu unit Thresher Lipat Bermotor rancangan BBP Mektan Serpong, Tachometer, timbangan, gelas ukur dan stopwatch. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu varietas padi yang sudah dipanen beserta jeraminya dengan varietas Anak Daro, Inpari 12 dan Cisokan.

METODE PENELITIAN

Pengkajian ini adalah melakukan uji teknis thresher lipat bermotor, thresher lipat bermotor tersebut dioperasikan dengan frekuensi putar silinder perontok yang berbeda-beda untuk mempelajari pengaruhnya terhadap hasil perontokan. Varietas padi yang dirontokan juga divariasikan yaitu beberapa padi yang tumbuh di Kabupaten Solok meliputi Anak Daro, Inpari dan Cisokan.

Frekuensi silinder putar perontok sebagai faktor A dan varietas sebagai faktor B. Penelitian ini dilakukan dengan 3 kali penggantian pulley pada pulley output yaitu, pulley dengan diameter 9 inchi, 8 inchi dan 7 inchi dengan diameter pulley input 3,5 inchi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen faktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan.

Faktor A adalah frekuensi putar silinder perontok, terdiri dari tiga anak faktor, yaitu :

A1 = Rpm perontok pada saat pulley 9 inchi

A2 = Rpm perontok pada saat pulley 8 inchi

A3 = Rpm perontok pada saat pulley 7 inchi Faktor B adalah varietas padi, terdiri dari :

B1 = Anak Daro

B2 = Inpari 12

B3 = Cisokan Setiap unit pengamatan alat menggunakan hasil panen padi (gabah beserta

malai dan jerami) sebanyak 50 kg.

579

Page 4: KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_E05_Tarmizi.pdffaktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor

Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel

Pelaksanaan Pengkajian

Uji Teknis Thresher Lipat Bermotor

Pengkajian

Mekanisme alat perontok padi Thresher Lipat Bermotor ini adalah malai padi dengan jerami diumpankan dengan bantuan papan pengumpan ke silinder perontok yang berputar akibat putaran yang dihasilkan oleh motor penggerak. Putaran silinder perontok gabah menyebabkan padi lepas dari malainya akibat pukulan antara malai padi dengan gigi perontok. Gabah yang terontok turun kebawah menuju papan penyalur sehingga gabah sampai tikar atau terpal, sedangkan jerami sebagai limbah dikembalikan ke sawah. Selama perontokan jerami dibolak – balik agar gabah terontok secara merata.

Pengamatan Pengkajian

Pengamatan pengkajian ini meliputi kapasitas perontokan, tingkat kebersihan gabah, rendemen perontokan, persentase gabah tidak terontok, efisiensi perontokan, persentase gabah tercecer, persentase kehilangan hasil konsumsi bahan bakar dan analisis ekonomi.

Kapasitas Perontokan

Kemampuan mesin untuk merontokan gabah per satuan waktu, dihitung berdasarkan bobot gabah yang telah terontok yang keluar melalui lubang pengeluaran gabah dalam waktu tertentu. Kapasitas perontokan gabah dapat dihitung dengan persamaan :

𝐾𝑝 = 𝑊𝑘𝑡

..................................................................................................... (1)

dengan :

Kp = kapasitas perontokan (kg/jam) Wk = bobot gabah yang ditampung keluar dari lubang pengeluaran

gabah (kg). t = waktu yang diperlukan untuk perontokan (jam)

Tingkat Kebersihan Gabah

Nilai perbandingan antara bobot gabah (utuh dan rusak) yang keluar dari lubang pengeluaran gabah terhadap total bobot sampel yang diperoleh melalui lubang pengeluaran gabah, dinyatakan dalam persen. Tingkat kebersihan gabah dapat dihitung dengan persamaan:

𝑇𝑏 = 𝑊𝑢𝑊𝑝1

x 100% ....................................................................................... (2)

580

Page 5: KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_E05_Tarmizi.pdffaktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor

Kajian Teknis–Ekonomis Thresher Lipat Bermotor pada Beberapa Varietas Padi di Kabupaten Solok

dengan :

Tb = tingkat kebersihan (%) Wu = bobot gabah (utuh dan rusak) yang keluar dari lubang pengeluaran

utama (kg) Wp1 = Bobot total sampel diperoleh melalui lubang pengeluaran gabah

(kg)

Rendemen Perontokan

Rendemen adalah persentase berat total gabah yang terontok terhadap total berat awal. Rendemen perontokan dapat dihitung dengan persamaan :

𝑟 = 𝑊𝑘𝑊𝑎

x 100% ........................................................................................... (3)

dengan :

r = rendemen perontokan (%) Wa = berat malai padi sebagai bahan awal (Kg)

Persentase Gabah Tidak Terontok

Perbandingan antara bobot gabah hasil perontokan yang masih melekat pada malai padi terhadap bobot gabah total dihitung berdasarkan nisbah gabah-jerami, dinyatakan dalam dalam persen. Nisbah gabah adalah persentase bobot gabah terhadap bobot jeraminya. Persentase gabah tidak terontok dapat diketahui dengan persamaan :

𝑊11 = 𝑊𝑡𝑊𝑜

x 100% ..................................................................................... (4)

dengan :

W11 = persentase gabah tidak terontok (%) Wt = bobot gabah yang tidak terontok (kg) Wo = bobot total gabah yang seharusnya diperoleh berdasarkan nisbah

gabah-jerami (kg)

Efisiensi Perontokan

Perbandingan antara bobot gabah bernas dan hampa yang terontok keluar dari semua lubang pengeluaran gabah terhadap bobot gabah yang dihitung berdasarkan nisbah gabah jerami, dinyatakan dalam persen. Efisiensi perontokan dapat dihitung dengan persamaan :

Efp = (100%−W11) ....................................................................................... (5)

dengan :

Efp = efisiensi perontokan padi (%)

581

Page 6: KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_E05_Tarmizi.pdffaktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor

Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel

Persentase Gabah Tercecer

Perbandingan antara bobot gabah bersih terontok yang tidak keluar melalui lubang pengeluaran gabah (melalui lubang pengeluaran jerami, pengeluaran kotoran dan tercecer sekitar masin) terhadap total bobot gabah yang dihitung berdasarkan nisbah gabah-jerami, dinyatakan dalam persen. Persentase gabah yang tercecer selama perontokan dapat dihitung dengan persamaan :

𝑊12 = 𝑊𝑝2𝑊𝑜

x 100% ................................................................................... (6)

dengan :

W12 = persentase gabah tercecer (%) Wp2 = bobot total gabah utuh dan bersih yang tidak melalui lubang

pengeluaran gabah (kg)

Persentase Kehilangan Hasil

Perbandingan antara jumlah bobot gabah tidak terontok dan bobot gabah tercecer terhadap total bobot gabah yang dihitung berdasarkan nisbah gabah-jerami, dinyatakan dalam persen. Persentase kehilangan hasil dihitung dengan persamaan :

W1 = (W11+ W12) ........................................................................................ (7)

W1 = (100%− Efp) + W12

dengan :

W1 = persentase kehilangan hasil (%)

Konsumsi Bahan Bakar

𝐹𝑐 = 𝐹𝑣𝑡2

...................................................................................................... (8)

dengan :

Fc = konsumsi bahan bakar (l/jam) Fv = penambahan bahan bakar selama motor penggerak beroperasi (l) t2 = waktu yang dibutuhkan motor penggerak dalam proses

perontokkan padi (jam)

Analisis Ekonomi dan Titik Impas

Biaya Pokok Perontokan

Secara garis besar biaya perontokan dibagi ata biaya tetap ( fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan dan biaya bunga modal, sedangkan biaya tidak tetap meliputi biaya pemeliharaan dan tenaga kerja.

582

Page 7: KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_E05_Tarmizi.pdffaktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor

Kajian Teknis–Ekonomis Thresher Lipat Bermotor pada Beberapa Varietas Padi di Kabupaten Solok

Biaya tetap dapat dihitung dengan persamaan :

BT = D + I .................................................................................................... (9)

dengan :

BT = biaya tetap (Rp/tahun) D = penyusutan (Rp/tahun) N = bunga modal (Rp/tahun)

Biaya penyusutan dapat dihitung dengan persamaan :

𝐷 = 𝑃−𝑆𝑁

..................................................................................................... (10)

dengan :

P = harga beli alat (Rp) S = harga setelah N tahun (Rp) = 10 % x P N = umur ekonomis alat (tahun)

Biaya bunga modal dapat dihitung dengan persamaan :

𝐼 = 𝑖 × 𝑃+𝑆2

............................................................................................... (11)

dengan :

I = bunga modal (Rp/tahun) i = tingkat bunga yang berlaku (%) P = harga beli alat (Rp) S = harga alat setelah N tahun (Rp) = 10 % x P

Biaya tidak tetap dihitung berdasarkan biaya pemeliharan serta biaya tenaga tenaga kerja operator.

Biaya pemeliharaan dihitung dengan rumus :

𝑅 = 2%(𝑃−𝑆)100 𝑗𝑎𝑚

............................................................................................. (12)

dengan :

R = biaya pemeliharaan (Rp/jam) P = harga beli (Rp) S = nilai akhir alat (Rp)

Biaya tenaga kerja (operator) dihitung dengan rumus

𝐿 = 𝑊𝑜𝑝𝑊𝑡

..................................................................................................... (13)

dengan :

L = biaya tenaga kerja (Rp/jam) Wop = upah tenaga kerja (Rp/hari) Wt = jam kerja perhari (jam/hari)

583

Page 8: KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_E05_Tarmizi.pdffaktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor

Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel

Biaya bahan bakar dihitung dengan rumus :

Kbb = Qbb + Hbb ..................................................................................... (14)

dengan :

Kbb = biaya bahan bakar (Rp/jam) Qbb = debit bahan bakar (Liter/jam) Hbb = harga bahan bakar tiap liter (Rp/liter)

sehingga :

BTT = L + R + Kbb ..................................................................................... (15)

dengan :

BTT = biaya tidak tetap (Rp/jam) R = biaya pemeliharaan (Rp/jam) L = biaya tenaga kerja (Rp/jam) Kbb = biaya bahan bakar (Rp/jam)

Dengan demikian biaya pokok untuk suatu proses perontokan gabah dapat dihitung dengan persamaan :

𝐵𝑃 =𝐵𝑇

𝑋� +𝐵𝑇𝑇𝐾𝑝

........................................................................................ (16)

dengan :

BP = biaya pokok perontokan gabah (Rp/kg) BT = biaya tetap (Rp/tahun) X = jumlah jam kerja (jam/tahun) BTT = biaya tidak tetap (Rp/jam) Kp = kapasitas perontokan (kg/jam)

Titik Impas (Break Event Point)

Titik Impas atau Break Even Point merupakan suatu usaha dalam keadaan impas/balik modal. BEP dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

𝐵𝐸𝑃 = 𝐵𝑇(1,1×𝐵𝑃)−(𝐵𝑇𝑇 𝐾𝑝� )

........................................................................ (17)

dengan :

BEP = titik impas perontokan gabah (kg/tahun) BT = biaya tetap (Rp/tahun) BTT = biaya tiadak tetap (Rp/jam) 1,1 = kofisien yang menunjukkan bahwa sewa alat dengan keuntungan

10 persen dari biaya pokok Kp = kapasitas perontokan (kg/jam)

584

Page 9: KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_E05_Tarmizi.pdffaktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor

Kajian Teknis–Ekonomis Thresher Lipat Bermotor pada Beberapa Varietas Padi di Kabupaten Solok

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan Alat Perontok Padi

Alat perontok padi thresher lipat bermotor yang digunakan pada pengkajian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Alat Perontok Padi Thresher Lipat Bermotor

Kapasitas Kerja Alat

Data dan perhitungan kapasitas kerja alat disajikan pada Tabel 1.

Dari Tabel 1 terlihat bahwa rata-rata kapasitas kerja alat terbesar terdapat pada varietas Anak Daro 372,33 rpm yaitu sebesar 256,907 kg/jam. Hal ini disebabkan oleh frekuensi putar poros perontok, semakin besar frekuensi putar poros perontok yang digunakan maka kapasitas kerja yang dihasilkan oleh alat perontok akan semakin meningkat. Sesuai dengan pendapat Mulsanti (2007), kapasitas kerja mesin perontok dipengaruhi oleh kecepatan putar silinder perontok. Makin tinggi kecepatan silinder perontok, makin tinggi pula kapasitas kerja mesin. Kapasitas kerja alat yang didapatkan sesuai dengan pengujian yang dilakukan oleh BBP Mektan Serpong, dimana kapasitas kerja alat perontok padi thresher lipat bermotor 200 kg/jam – 300kg/jam. Tabel 1. Rata-rata Kapasitas Kerja Alat

Perlakuan Kapasitas Kerja Alat (kg/jam) Varietas Pulley Output Rpm

Anak Daro

7 inchi 372,33 256,907 8 inchi 318,33 229,180 9 inchi 281,67 211,257

Inpari 12

7 inchi 372,33 223,760 8 inchi 318,33 196,263 9 inchi 281,67 175,177

Cisokan

7 inchi 372,33 218,137 8 inchi 318,33 210,510 9 inchi 281,67 185,000

585

Page 10: KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_E05_Tarmizi.pdffaktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor

Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel

Faktor lain yang mempengaruhi kapasitas kerja alat adalah varietas padi yang dirontok, semakin mudah kerontokan suatu varietas maka kapasitas alatnya akan tinggi. Herawati (2008), menyatakan bahwa, beberapa faktor yang mempengaruhi kapasitas dan kinerja kegiatan perontokan padi diantaranya yaitu varietas padi, sistem pemanenan, mekanisme perontokan, penundaan perontokan serta faktor kehilangan hasil. Grafik rata-rata kapasitas kerja alat dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik Rata-rata Kapasitas Kerja Perontok

Tingkat Kebersihan Gabah

Data dan perhitungan rata-rata tingkat kebersihan gabah disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Tingkat Kebersihan Gabah

Perlakuan Tingkat Kebersihan Gabah (%) Varietas Pulley output Rpm

Anak daro

7 inchi 372,33 84,787 8 inchi 318,33 89,497 9 inchi 281,67 92,083

Inpari 12

7 inchi 372,33 86,093 8 inchi 318,33 88,826 9 inchi 281,67 91,34

Cisokan

7 inchi 372,33 87,010 8 inchi 318,33 89,187 9 inchi 281,67 90,829

Dari Tabel 2 terlihat bahwa rata-rata tingkat kebersihan gabah yang dihasilkan tidak dipengaruhi oleh varietas yang dirontok tetapi dipengaruhi oleh frekuensi putar poros perontok, semakin besar frekuensi putar poros perontok maka tingkat kebersihan gabah yang dihasilkan semakin menurun. Grafik rata-rata tingkat kebersihan gabah dapat dilihat pada Gambar 3.

586

Page 11: KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_E05_Tarmizi.pdffaktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor

Kajian Teknis–Ekonomis Thresher Lipat Bermotor pada Beberapa Varietas Padi di Kabupaten Solok

Gambar 3. Grafik Rata-rata Tingkat Kebersihan Gabah

Rendemen Perontokan

Data dan perhitungan rata-rata rendemen perontokan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Rendemen Perontokan

Perlakuan Rendemen Perontokan (%) Varietas Pulley Output Rpm

Anak daro

7 inchi 372,33 37,667

8 inchi 318,33 38,267

9 inchi 281,67 38,800

Inpari 12

7 inchi 372,33 35,867

8 inchi 318,33 35,133

9 inchi 281,67 35,667

Cisokan

7 inchi 372,33 36,067

8 inchi 318,33 36,267

9 inchi 281,67 34,800

Dari Tabel 3 terlihat bahwa rata-rata rendemen perontokan terbesar terdapat pada varietas Anak Daro pada 281,67 rpm yaitu sebesar 38,800 persen. Hal ini disebabkan varietas Anak Daro mempunyai perbandingan gabah dan jerami yang tidak terlalu besar dibandingkan dengan varietas Inpari 12 dan Cisokan. Setiap varietas mempunyai produksi yang berbeda-beda pada setiap luas lahan yang sama. Grafik rata-rata rendemen perontokan dapat dilihat pada Gambar 4.

587

Page 12: KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_E05_Tarmizi.pdffaktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor

Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel

Gambar 4. Grafik Rata-rata Persentase Rendemen Perontokan

Persentase Gabah Tidak Terontok

Data dan perhitungan rata-rata persentase gabah tidak terontok disajikan, pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Persentase Gabah Tidak Terontok

Perlakuan Persentase Gabah Tidak Terontok (%) Varietas Pulley Output Rpm

Anak daro

7 inchi 372,33 0,323 8 inchi 318,33 0,415 9 inchi 281,67 0,935

Inpari 12

7 inchi 372,33 0,518 8 inchi 318,33 0,760 9 inchi 281,67 1,210

Cisokan

7 inchi 372,33 0,358 8 inchi 318,33 0,470 9 inchi 281,67 1,187

Pada Tabel 4 terlihat persentase rata-rata gabah yang tidak terontok paling kecil terdapat pada varietas Anak Daro dengan menggunakan 372,33 rpm yaitu sebesar 0,323 persen,. Hal ini disebabkan varietas Anak Daro termasuk kedalam varietas mudah rontok di bandindingkan dengan Inpari 12 dan Cisokan yang memiliki daya kerontokan sedang. Semakin mudah kerontokan suatu varietas maka gabah tidak terontok yang dihasilkan semakin kecil.

Persentase gabah tidak terontok juga dipengaruhi oleh pemberian perlakuan frekuensi putar poros perontok yang berbeda pada saat perotokan padi, semakin tinggi frekuensi putar poros perontok akan semakin kecil persentase gabah tidak terontok yang dihasilkan. Menurut Setyono et al. (2009), makin tinggi kecepatan silinder perontok makin banyak pukulan gigi perontok terhadap malai padi sehingga semakin banyak gabah yang lepas dari malainya.

588

Page 13: KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_E05_Tarmizi.pdffaktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor

Kajian Teknis–Ekonomis Thresher Lipat Bermotor pada Beberapa Varietas Padi di Kabupaten Solok

Faktor lain yang mempengaruhi persentase gabah tidak terontok adalah lamanya jerami bersentuhan dengan gigi perontok dan meratanya padi dibolak-balik selama proses perontokan. Grafik rata-rata gabah tidak terontok dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Grafik Rata-rata Gabah Tidak Terontok

Efisiensi Perontokan

Data dan perhitungan rata-rata efisiensi hasilnya disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata Efisiensi Perontokan

Perlakuan Efisiensi Perontokan (%) Varietas Pulley Output Rpm

Anak daro

7 inchi 372,33 99,677 8 inchi 318,33 99,450 9 inchi 281,67 99,130

Inpari 12

7 inchi 372,33 99,482 8 inchi 318,33 99,240 9 inchi 281,67 98,827

Cisokan

7 inchi 372,33 99,642 8 inchi 318,33 99,530 9 inchi 281,67 98,813

Dari Tabel 5 terlihat bahwa rata-rata efisiensi perontokan terbesar terdapat pada varietas anak daro pada 372,33 rpm yaitu sebesar 99,677 persen. Pemberian perlakuan varietas dan rpm yang berbeda pada saat perontokan memberikan pengaruh kepada efisiensi perontokan gabah, semakin besar rpm yang digunakan pada saat perontokan maka efisiensi perontokan akan semakin tinggi. Di samping itu keahlian operator dalam memgoperasikan alat juga sangat menentukan efisiensi perontokan gabah. Grafik rata-rata efisiensi perontokan dapat dilihat pada Gambar 6.

589

Page 14: KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_E05_Tarmizi.pdffaktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor

Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel

Gambar 6. Grafik Rata-rata Efisiensi Perontokan

Persentase Gabah Tercecer

Data dan perhitungan rata-rata persentase gabah tercecer disajikan pada Tabel 6 Tabel 6. Rata-rata Persentase Gabah Tercecer

Perlakuan Persentase Gabah Tercecer (%) Varietas Pulley Output Rpm

Anak daro

7 inchi 372,33 3,580 8 inchi 318,33 0,817 9 inchi 281,67 0,480

Inpari 12

7 inchi 372,33 4,127 8 inchi 318,33 1,343 9 inchi 281,67 0,830

Cisokan

7 inchi 372,33 3,937 8 inchi 318,33 1,420 9 inchi 281,67 0,536

Dari Tabel 6 terlihat bahwa persentase gabah tercecer terbesar terdapat pada varietas Inpari 12 pada pulley output 7 inchi sedangkan yang terkecil terdapat pada varietas Anak Daro Pulley output 9 inchi. Hal ini dipengaruhi oleh pemberian varietas padi dan kecepatan rpm perontok yang berbeda. Semakin tinggi frekuensi putar poros perontok yang digunakan semakin besar persentase gabah tercecer yang dihasilkan. Grafik rata-rata gabah tercecer dapat dilihat pada Gambar 7.

590

Page 15: KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_E05_Tarmizi.pdffaktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor

Kajian Teknis–Ekonomis Thresher Lipat Bermotor pada Beberapa Varietas Padi di Kabupaten Solok

Gambar 7. Grafik Rata-rata Gabah Tercecer

Persentase Kehilangan Hasil

Data dan perhitungan rata-rata persentase kehilangan hasil disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Pesrsentase Kehilangan Hasil

Perlakuan Persentase Kehilangan Hasil (%) Varietas Pulley Output Rpm

Anak daro

7 inchi 372,33 3,937 8 inchi 318.33 1,360 9 inchi 281,67 1,347

Inpari 12

7 inchi 372,33 4,495 8 inchi 318,33 2,134 9 inchi 281,67 2,040

Cisokan

7 inchi 372,33 4,295 8 inchi 318,33 1,890 9 inchi 281,67 1,722

Dari tabel 7 terlihat bahwa persentase kehilangan hasil terbesar terdapat pada varietas Inpari 12 pada 372,33 rpm. Persentase kehilangan hasil yang didapatkan sama halnya dengan persentase gabah tidak terontok dan persentase gabah tercecer, persentase kehilangan hasil juga dipengaruhi oleh varietas padi yang dirontok dan frekuensi putar poros perontok yang berbeda. Semakin besar frekuensi putar poros perontok semakin besar pula persentase kehilangan hasil yang didapatkan.

Kehilangan hasil panen padi dipengaruhi oleh varietas, kadar air gabah saat panen, alat dan cara panen, cara/alat perontokan, dan sistem pemanenan (Rumiati,1982). Grafik rata-rata kehilangan hasil dapat dilihat pada Gambar 8.

591

Page 16: KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_E05_Tarmizi.pdffaktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor

Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel

Gambar 8. Grafik Rata-rata Kehilangan Hasil

Konsumsi Bahan Bakar

Data dan perhitungan rataan konsumsi bahan bakar disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata Konsumsi Bahan Bakar Alat

Perlakuan Konsumsi Bahan Bakar (liter/jam) Varietas Pulley Output Rpm

Anak daro

7 inchi 372,33 0,290 8 inchi 318,33 0,291 9 inchi 281,67 0,291

Inpari 12

7 inchi 372,33 0,290 8 inchi 318,33 0,290 9 inchi 281,67 0,293

Cisokan

7 inchi 372,33 0,291 8 inchi 318,33 0,289 9 inchi 281,67 0,292

Dari Tabel 8 terlihat bahwa pada tiap varietas dan pemakaian pulley output yang berbeda mempunyai konsumsi bahan bakar yang relatif sama. Grafik rata-rata konsumsi bahan bakar gabah dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Grafik Rata-rata Konsumsi Bahan Bakar

592

Page 17: KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_E05_Tarmizi.pdffaktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor

Kajian Teknis–Ekonomis Thresher Lipat Bermotor pada Beberapa Varietas Padi di Kabupaten Solok

Analisa Ekonomi

Biaya Pokok Perontokan

Biaya pokok alat perontok padi thresher lipat bermotor ini terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan dan bunga modal dengan asumsi tingkat suku bunga bank 12 persen. Biaya tidak tetap meliputi biaya pemeliharaan, biaya tenaga kerja (operator), dan biaya bahan bakar. Data dan perhitungan biaya pokok perontokan disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata Biaya Pokok Perontokan

Perlakuan Biaya Pokok (Rp/kg) Varietas Pulley Output Rpm

Anak daro

7 inchi 372,33 60,842

8 inchi 318,33 68,222

9 inchi 281,67 74,011

Inpari 12

7 inchi 372,33 69,875

8 inchi 318,33 79,406

9 inchi 281,67 89,306

Cisokan

7 inchi 372,33 71,657

8 inchi 318,33 74,231

9 inchi 281,67 84,540

Dari Tabel 9 terlihat bahwa biaya rata-rata biaya pokok perontokan terkecil terdapat pada varietas Anak Daro pada 372,33 rpm sedangkan yang terbesar terdapat pada varietas Inpari 12 pada 281,67 rpm. Faktor yang mempengaruhi besar kecilnya biaya pokok perontokan padi dipengaruhi oleh kapasitas kerja yang dihasilkan alat tersebut. Semakin besar kapasitas kerja alat maka semakin kecil biaya pokok perontokan.

Selain itu, kapasitas kerja alat dipengaruhi oleh varietas padi yang dirontok. Karena tiap varietas padi memiliki daya kerontokan yang berbeda-beda. Herawati, (2008) menyatakan bahwa varietas padi berpengaruh terhadap jumlah gabah yang dirontok. Beberapa varietas memiliki daya kerontokan yang lebih mudah dari pada yang lain. Penggunaan pulley output yang berbeda pada alat perontok juga mempengaruhi kapasitas kerja alat. Semakin kecil pulley output yang digunakan mengakibat semakin tinggi kecepatan silinder perontok sehingga semakin tinggi pula kapasitas kerja alat. Grafik rata-rata biaya pokok perontokan padi dapat dilihat pada Gambar 10.

593

Page 18: KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_E05_Tarmizi.pdffaktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor

Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel

Gambar 10. Grafik rata-rata Biaya Pokok Perontokan Padi

Titik Impas (Break Event Point)

Titik Impas atau Break Event point adalah suatu usaha dalam keadaan impas atau balik modal. Artinya pada kondisi ini, usaha yang dijalankan tidak mendapat keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian. Data dan perhitungan titik impas atau break event point disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Rata-rata Titik Impas atau Break Event Point

Perlakuan Titik Impas/ Break Event Point (kg/tahun) Varietas Pulley Output Rpm

Anak daro

7 inchi 372,33 80.173,57 8 inchi 318,33 71.516,38 9 inchi 281,67 65.915,89

Inpari 12

7 inchi 372,33 69.821,19 8 inchi 318,33 62.402,16 9 inchi 281,67 54.641,69

Cisokan

7 inchi 372,33 68.083,15 8 inchi 318,33 65.704,63 9 inchi 281,67 57.715,51

Dari Tabel 10 terlihat bahwa titik impas terbesar terdapat pada varietas Anak Daro pada 372,33 rpm sedangkan yang terkecil terdapat pada varietas Inpari 12 pada 281,67 rpm. Faktor yang mempengaruhi besar atau kecilnya titik impas adalah biaya tetap, biaya pokok, biaya tidak tetap dan kapasitas kerja alat. Semakin tinggi frekuensi putar silinder perontok maka titik impas atau break event point semakin meningkat juga. Grafik rata-rata BEP (Break Event Point) perontokan dapat dilihat pada Gambar 11.

594

Page 19: KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_E05_Tarmizi.pdffaktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor

Kajian Teknis–Ekonomis Thresher Lipat Bermotor pada Beberapa Varietas Padi di Kabupaten Solok

Gambar 11. Grafik Rata-rata BEP (Break Even Point) Pero

KESIMPULAN

Hasil uji teknis alat perontok padi thresher lipat bermotor pada varietas Anak Daro mempunyai kapasitas kerja alat terbesar, tingkat kebersihan gabah tertinggi, rendemen perontokan terbesar, persentase gabah tidak terontok terkecil, efisiensi perontokan terbesar, persentase gabah tercecer terkecil dan persentase kehilangan hasil terkecil dibandingkan dengan varietas Inpari 12 dan Cisokan.

Varietas Inpari 12 memiliki kapasitas kerja alat terkecil, persentase gabah tidak terontok terbesar, persentase gabah tercecer terbesar dan persentase kehilangan hasil terbesar dibandingkan dengan Varietas Anak Daro dan Cisokan.

Varietas Inpari 12 mempunyai biaya pokok perontokan terbesar pada frekuensi putar poros perontok 281,67 rpm yaitu sebesar Rp 89.406/kg, sedangkan biaya pokok terkecil terdapat pada Varietas Anak Daro pada frekuensi putar silinder perontok 372,33 rpm yaitu Rp 60.842/kg.

BEP terbesar terdapat pada Varietas Anak daro pada frekuensi putar poros perontok 372,33 rpm yaitu sebesar 80.173,57 kg/tahun dan Inpari 12 mempunyai BEP terkecil pada frekuensi putar poros perontok 281,67 rpm yaitu sebesar 54.641,69 kg/tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Aksi Agraris Kasinus. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kasinus. Yogyakarta.

Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. 2007. Perontok Padi Pedal Model Lipat Mengurangi Susut Panen Padi. Serpong.

Balitan Sukarami. 1992. Varietas Unggul Padi Sawah Dataran Tinggi. Badan LItbang. Pertanian.

595

Page 20: KAJIAN TEKNIS–EKONOMIS THRESHER LIPAT BERMOTOR …pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_E05_Tarmizi.pdffaktorial (A x B) Rancangan Acak Lengkap dengan 3 ulangan. Faktor

Tarmisi, Nusyirwan Hasan, dan Harnel

Balitpa Sukamandi. 204. Inovasi Teknologi untuk Peningkatan Produksi Padi dan Kesejahteraan Petani. Badan Litbang Pertanian.

Darwis, S.N. 1979. Agronomi Tanaman Padi, Pertumbuhan dan Meningkatkan Hasil. Jilid 1. Lembaga Pusat Pertanian. Padang.

Handaka, A. Fendriadi. Koes-Sulistiadi, Harjono, J. Pitoyo, L.T. Mulyantoro, WB.Gunawan. 2005. Laporan Studi Kelayakan Pengembangan Stripper Harvester di Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Deptan.

Herawati, Heny. 2008. Mekanisme dan Kinerja Pada Sistem Perontokan Padi. Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian 2008-Yogyakarta, 18-19 November 2008. http://respository.ip.ac.id/bitsream/handle/123456789 /8341/Heni%20PERONTOKAN Makalah%20PERONTOKAN%20 PADI-UGM.pdf?sequence=1. (31 Juli 2012).

Istiyastuti dan Yanuharsono. 1996. Budidaya Aneka Tanaman Pangan. Bandung. Triganda Karya. Bandung.

Mulsanti, Indri., Sri Wahyuni dan Agus Setyono. 2007. Pengaruh Kecepatan Silinder Perontok Terhadap Mutu Benih Padi. Apresiasi Hasil Penelitian Padi 2007. http://www.litbang.deptan.go.id/special/padi/bbpadi 2008 p2bn2 33.pdf. (31 Juli 2012).

Purwandaria H.K., Koes-Sulistiadji. 2003. Panduan Teknis Penangganan Pasca Panen Gabah. Japan Grain Inspection Association (KOKKEN). ODA Project. Improving Rice Distribution in Asia. Food Agency Japan.

Purwono, Indro. 1992. Mesin Perontokan Padi, Dasar Penggunaan dan Karekteristik Thresher. Kanisius. Yogyakarta.

Rumiati. 1982. Cara Panen dan Penentuan Padi VUTW untuk Menentukan Kehilangan Hasil Laporan Kemajuan Penenlitian Seri Teknologi Lepas Panen No.13. Sun Balitan Karawang.

Setyono, A., dan Hasanudin. 1997. Teknologi Pascapanen Padi. Makalah disampaikan pada Pelatihan Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan di BPLPP Cibinung, tanggal 21 s/d 25 juli 1995.

Soemartono, Samad, Bahrin, hardjono. 1984. Bercocok Tanam Padi. CV.Yasaguna. Jakarta.

Sulistidji, Koes. Rosmeika dan Andri Gunarto. 2008. Rancang Bangun Mesin Perontok Padi Bermotor Tipe Lipat Menggunakan Drum Gigi Perontok Tipe Stripping Raspbar. Jurnal Enjinering Pertanian. Vol. VI, No. 2, Oktober 2008, hal 87. http://pdii.lipi.go.id. jurnal.pdf. (5 April 2012).

Suparyono dan A. Soetyono. 1993. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suwarno, A.B. Surono dan Z. Harahap. 1982. Hubungan Antara Kadar Beras dengan Rasa Nasi. Penelitian Pertanian. VOL 2. No. 1. Hal. 33-35. Puslit Tanaman Pangan Bogor.

Yandianto. 2003. Bercocok Tanam Padi. M 2 S. Bandung.

596