Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

104
Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 1 STRATEGI SOSIALISASI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Desember 2010

description

disiapkan oleh Direktorat tata Ruang dan Pertanahan Tahun 2010

Transcript of Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Page 1: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 1

STRATEGI SOSIALISASI KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN

JANGKA MENENGAH BIDANG TATA RUANG DAN

PERTANAHAN

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Desember 2010

Page 2: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 2

Ringkasan Eksekutif

Pendahuluan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2010-2014 termasuk ke dalam informasi publik

yang bersifat terbuka. Sebagai dokumen publik, RPJMN

2010-2014 harus disampaikan kepada seluruh lapisan

masyarakat Indonesia. Penyediaan informasi publik ini

merupakan ekspresi dari upaya memenuhi hak atau

kemerdekaan masyarakat untuk memperoleh informasi

(public right to know). Sedangkan fungsi penyebaran

informasi merupakan ekspresi dari kewajiban

pemerintah dan negara untuk menyebarluaskan

informasi yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat (obligation to tell). Lebih lanjut, kebijakan

nasional seperti RPJMN yang mendasari kebijakan lokal

juga perlu dipahami secara umum oleh masyarakat

seperti target dan sasaran umum pembangunan untuk

setiap masa pemerintahan Presiden yang dipilih

langsung oleh masyarakat.

Sebagai salah satu upaya merumuskan strategi

sosialisasi RPJMN 2010-2014, khususnya bidang tata

ruang dan pertanahan, maka diselenggarakanlah

kegiatan Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Jangka

Menengah Bidang Tata Ruang Dan Pertanahan. Adapun

secara spesifik, tujuan kegiatan tersebut adalah untuk:

(1) mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai

upaya-upaya sosialisasi yang dilakukan di dalam negeri

maupun di luar negeri; (2) merumuskan sistem

penyebaran informasi pada kelompok-kelompok

sasaran; dan (3) merumuskan jenis informasi RPJMN

2010-2014 bidang Tata Ruang dan Pertanahan yang

penting disosialisasikan pada pihak yang

berkepentingan.

Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan kajian ini

adalah: (1) terciptanya strategi dalam sosialisasi

kebijakan jangka menengah nasional yang tepat

sasaran; serta (2) untuk jangka waktu yang lebih

panjang, terciptanya pemahaman mengenai muatan

kebijakan jangka menengah nasional dalam

pembangunan.

Ruang lingkup kajian meliputi perumusan strategi

penyebaran informasi untuk sosialisasi RPJMN 2010-

2014 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, termasuk di

dalamnya adalah inventarisasi pelaksanaan dan

dibeberapa negara lain beserta implementasinya.

Pengumpulan informasi dilaksanakan melalui

wawancara terstruktur dan focus group discussion (FGD)

dan rentang waktu pelaksanaan kajian dilakukan dari

bulan Januari 2010 hingga Desember 2010.

Laporan kajian ini disusun menjadi enam bab. Bab 1

adalah pendahuluan yang menjelaskan tentang latar

belakang, tujuan, sasaran dan ruang lingkup kajian. Bab

2 menjelaskan tentang teori komunikasi publik,

sosialisasi dan teori perubahan sebagai dasar

dilaksanakan kajian ini. Selain itu, di dalam bab ini dikaji

pula hasil dan konsep sosialisasi yang telah dilakukan di

dalam dan luar negeri. Untuk mencapai sasaran kajian,

dalam bab ini diidentifikasi berbagai metode penelitian

kualitatif yang dinilai cocok untuk diterapkan. Bab 3

fokus pada cara pelaksanaan kajian yang diawali

dengan pemaparan kerangka pemikiran dan

pelaksanaan kajian yang meliputi teknis pelaksanaan

mini wawancara dan FGD. Bab 4 adalah bagian yang

paling penting dari kajian ini karena bab ini

memaparkan rancangan strategi dan hasil pengujian

Strategi Sosialisasi

Bidang Tata Ruang dan Pertanahan

Page 3: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 3

rancangan dalam FGD. Rancangan ini kemudian

difinalkan di Bab 5 yang berisi strategi sosialisasi

RPJMN 2010-2014 untuk Bidang Tata Ruang dan

Pertanahan yang telah diuji di dalam FGD yang

melibatkan ketiga objek sosialisasi yaitu perguruan

tinggi, masyarakat dan pemerintah daerah. Bab 6 yang

menjadi bab terakhir menyimpulkan kajian dan

memberikan rekomendasi untuk tindak lanjut kajian ini.

Materi Sosialisasi

Materi di dalam RPJMN 2010-2014 yang diujicobakan di

dalam studi ini adalah Bidang Tata Ruang dan

Pertanahan yang terdiri dari kondisi umum,

permasalahan dan sasaran, serta arah dan prioritas

kebijakan. Secara spesifik, materi untuk Bidang Tata

Ruang adalah: (1) rencana pembangunan (termasuk di

dalamnya penjelasan mengenai RPJPN Tahun 2005-

2025, RPJMN Tahun 2010-2014, RKP dan peran

masyarakat dalam penyusunan rencana pembangunan

nasional); (2) rencana tata ruang (termasuk di dalamnya

penjelasan mengenai RTRWN, RTR Pulau, RTRW

Provinsi, dan RTRW Kabupaten/Kota, pelibatan

masyarakat dalam penyusunan RTRW serta mekanisme

pengendalian terhadap pemanfaatan ruang); dan (3)

kesesuaian antara rencana pembangunan dengan

rencana tata ruang (termasuk di dalamnya penjelasan

mengenai keterkaitan antara dokumen rencana

pembangunan dengan rencana tata ruang dan

keterkaitan bidang dalam RPJMN dengan indikasi

program dalam RTRWN).

Untuk Bidang Pertanahan materi yang diujicobakan

adalah berdasarkan kriteria: (1) isu yang paling strategis

dan mendasar; (2) isu yang terkait pelayanan publik;

dan (3) isu yang menjadi penting bagi tiga pihak terkait:

pemerintah daerah, akademisi dan masyarakat. Dengan

mengikuti ketiga kriteria tersebut, maka materi yang

diujicobakan meliputi: (1) deskripsi mengenai rencana

pembangunan nasional, yaitu: RPJPN, RPJMN, RKP dan

peran masyarakat dalam penyusunan rencana

pembangunan nasional; (2) hak atas tanah target dan

Prosedur Sertifikasi Tanah.

Hasil

Wawancara terstruktur

Wawancara untuk kajian ini dilakukan untuk

mengungkap sejauh mana tingkat pengetahuan dan

pemahaman tiga objek sasaran sosialisasi, yaitu

pemerintah daerah, perguruan tinggi dan masyarakat,

terhadap RPJMN dan materi-materi mengenai tata

tuang dan pertanahan. Perancangannya didasarkan

pada pengetahuan mendasar tentang pembangunan

nasional, kebijakan pembangunan, sosialisasi,

kelembagaan dan organisasi, pengawasan,

pengetahuan tentang sistem informasi, serta

kebutuhan pelatihan. Hasil wawancara memperlihatkan

bahwa: (1) sebagian besar responden mengetahui

istilah RPJMN dan RPJPN (90 persen), namun hanya

setengahnya yang dapat menjelaskan kepanjangan dan

fungsi kedua rencana tersebut; (2) Bappenas sebagai

instansi yang menyusun RPJPN dan RPJMN tidak

banyak dikenal oleh masyarakat, kemungkinan karena

setelah otonomi daerah dilaksanakan, masyarakat lebih

mengenal badan perencanaan daerah dibandingkan

dengan badan perencanaan dengan lingkup nasional.

Hal ini konsisten dengan hasil wawancara yang

memperlihatkan bahwa hanya 30 persen dari

responden yang mengetahui Prioritas RPJMN; (3) istilah

tata ruang dikenali oleh seluruh responden sedangkan

istilah pertanahan dikenali oleh 80 persen responden,

namun hanya setengahnya yang dapat menjelaskan

arti penataan ruang dan pertahanan dan hanya 30

persen dari responden yang mengetahui permasalahan

di Bidang TRP; dan (4) tidak ada media yang dominan

yang menjadi sumber informasi mengenai tata ruang

dan pertanahan. Media cetak (30 persen), media

elektronik (40 persen) bukan media yang efektif untuk

sosialisasi. Internet dapat dijadikan media informasi

Page 4: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 4

untuk Bidang TRP karena lebih dari 60 persen

responden mendapatkan informasi yang mereka

perlukan melalui media ini.

Focus Group Discussion

Strategi sosialisasi yang dipilih di dalam studi ini

kemudian diaplikasikan ke dalam beberapa keluaran

praktis yaitu berupa pengembangan sistem pemasaran

sosial untuk kebutuhan sosialisasi, antara lain identitas,

toolkit, perancangan pesan, skema penyebaran media-

media dan lain-lain. Proses-proses pengkajian strategi

sosialisasi dilakukan untuk menganalisis pengetahuan

dan pemahaman tentang keadaan, akses dan

kebutuhan terhadap informasi tentang RPJMN Bidang

TRP dan identitas RPJMN secara umum di tiga objek

kajian. Langkah berikutnya adalah memetakan dan

menganalisis strategi-strategi sosialisasi yang telah

dibuat dengan FGD terhadap tiga target di beberapa

daerah. Hasil FGD terhadap tiga target (masyarakat,

perguruan tinggi dan pemerintah daerah), memberikan

beberapa masukan yang bisa diangkat sebagai strategi.

Strategi baru yang berhasil dirumuskan adalah Konsep

Pemanfaatan Media Tradisional dan Karakterikstik

Lokal.

Pemanfaatan media tradisional dalam menunjang

penyebaran informasi publik dan kebijakan pemerintah

masih sangat dibutuhkan terutama untuk

menyebarkan informasi kepada masyarakat umum.

Sifat umum media tradisional yaitu mudah diterima,

relevan dengan budaya yang ada, menghibur,

menggunakan bahasa lokal, memiliki unsur legitimasi,

fleksibel, memiliki kemampuan untuk mengulangi

pesan-pesan yang dibawanya, komunikasi dua arah dan

sebagainya. Pengembangan konsep ini bisa

diaplikasikan dalam sebuah kolaborasi, seperti: (1)

kolaborasi media tradisional dengan media massa

modern; (2) kolaborasi media tradisional dengan

stasiun radio. Kolaborasi antara media tradisional

dengan media radio sudah lama. Media Radio dapat

menyajikan media tradisional untuk kepentingan

masyarakat pedesaan dan kepulauan, karena dapat

menjangkau khalayak lebih banyak, dan dapat

menembus batas geografis. Program penyajian RRI

pada umumnya mengalokasikan 10 persen waktu

siaran untuk informasi, 30 persen untuk pendidikan, 25

persen untuk budaya, 25 persen untuk hiburan dan 15

persen untuk iklan dan acara penunjang; dan (3)

kolaborasi media tradisional dengan stasiun televisi.

Strategi Sosialisasi

Strategi yang dibuat dan diujicobakan untuk sosialisasi

kebijakan pembangunan jangka menengah Bidang TRP

ini, antara lain adalah: (1) menciptakan identitas resmi

untuk RPJMN dan untuk kegiatan sosialisasi Bidang TRP

yang lebih komunikatif; (2) konsep perancangan pesan

yang sederhana, jelas, dan sistematis yang disajikan

lewat pesan visual dan pesan tekstual dengan tetap

memperhatikan kedalaman materi-materi kebijakan

pembangunan Bidang TRP yang akan disosialisasikan;

(3) konsep pemasaran sosial yang mengadopsi konsep

pemasaran umum dengan membuat toolkit untuk

kebutuhan sosialisasi; (4) konsep jaringan komunikasi

yaitu dengan melakukan penyebaran informasi melalui

Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) di tiap daerah; (5)

advokasi media, termasuk di dalamnya

pengorganisasian dan mobilisasi masyarakat, dan

penyertaan para pembuat kebijakan, antara lain melalui

pemberitaan media, penulisan artikel-artikel dan jurnal

tentang Tata Ruang dan Pertanahan; (6) menjalankan

mekanisme pusat-daerah untuk kebutuhan penyebaran

informasi dengan strategi tambahan melalui workshop

regional, pelatihan, interview, dan diskusi dengan

pemerintah daerah dan para perencana; (7) kerjasama

Page 5: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 5

dengan kalangan akademis; dan (8) pemanfaatan

media tradisional dan karakterikstik lokal.

Pemanfaatan media tradisional dalam menunjang

penyebaran informasi publik dan kebijakan pemerintah

masih sangat dibutuhkan terutama untuk

menyebarkan informasi kepada masyarakat umum.

Sifat umum media tradisional yaitu mudah diterima,

relevan dengan budaya yang ada, menghibur,

menggunakan bahasa lokal, memiliki unsur legitimasi,

fleksibel, memiliki kemampuan untuk mengulangi

pesan-pesan yang dibawanya, komunikasi dua arah dan

sebagainya. Pengembangan konsep ini bisa

diaplikasikan dalam sebuah kolaborasi, seperti: (1)

kolaborasi media tradisional dengan media massa

modern; (2) kolaborasi media tradisional dengan

stasiun radio. Kolaborasi antara media tradisional

dengan media radio sudah lama. Media Radio dapat

menyajikan media tradisional untuk kepentingan

masyarakat pedesaan dan kepulauan, karena dapat

menjangkau khalayak lebih banyak, dan dapat

menembus batas geografis. Program penyajian RRI

pada umumnya mengalokasikan 10 persen waktu

siaran untuk informasi, 30 persen untuk pendidikan, 25

persen untuk budaya, 25 persen untuk hiburan dan 15

persen untuk iklan dan acara penunjang; dan (3)

kolaborasi media tradisional dengan stasiun televisi.

Kesimpulan dan Rekomendasi

Kesimpulan

Kesimpulan umum hasil kajian strategi sosialisasi

RPJMN 2010-2014 Bidang TRP adalah sebagai berikut:

(1) sebagai dokumen publik, Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 perlu

disosialisasikan kepada semua pemangku kepentingan

terkait antara lain: pemerintah daerah, perguruan

tinggi, organisasi non pemerintah dan masyarakat; dan

(2) sosialisasi RPJMN 2010-2014 perlu dilakukan secara

efektif dengan memilih media dan substansi materi

sosialisasi yang tepat sesuai dengan kelompok sasaran

sosialisasi (pemerintah daerah, perguruan tinggi,

organisasi non pemerintah dan masyarakat).

Pemerintah Daerah

Media sosialisasi RPJMN 2010-2014 di kalangan Pemda

masih sangat terbatas, hanya instansi yang

membutuhkan RPJMN dalam melaksanakan tupoksinya

(Bappeda) yang mengetahui isi RPJMN 2010-2015.

Bahkan masih ada kanwil dan kantah BPN yang belum

mengetahui RPJMN. ketidak tahuan mengenai RPJMN

disebabkan karena minimnya sosialisasi RPJMN kepada

pemda. Untuk mengenalkan RPJMN 2010-2014 kepada

pemda sampai pada level bawah sadar diperlukan

sosialisasi RPJMN yang lebih intensif dan berkelanjutan

yang dilakukan secara formal (melalui instansi vertikal)

dan informal (toolkit dan media massa: koran, acara

televisi dan radio serta forum informal).

Subtansi RPJMN 2010-2014 yang diperlukan pemda

agar menjadi materi sosialisasi yang perlu ada dalam

toolkit yaitu RPJMN 2010-2014 Bidang TRP dan perlu

ditambah pengantar umum seperti yang telah

digunakan oleh Bappenas selama ini yang

memperlihatkan keterkaitan antara RPJPN dengan

RPJMN, antara Buku I, II dan III. Selain itu perlu

ditambahkan pula tabel prioritas nasional terkait tata

ruang dan pertanahan. Untuk sosialisasi di daerah,

dapat ditambahkan keterkaitan antara RPJMN dengan

RPJMD yang telah disusun oleh pemerintah masing-

masing daerah.

Kelompok Masyarakat

Media sosialisasi RPJMN 2010-2014 untuk masyarakat

perlu disesuaikan dengan budaya dan karakteristik

masyarakat lokal yang sudah umum dikenal masyarakat

lokal. Misalnya dengan menggunakan media yang

Page 6: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 6

umum dilihat oleh masyarakat setempat seperti

majalah dinding di tempat umum dan tempat ibadah,

pengumuman melalui tempat-tempat ibadah seperti

pengeras suara masjid ataupun karikatur dengan

karakter yang sudah banyak dikenal. Selain itu dapat

pula dilakukan teknik sosialisasi yang mengadopsi

sistem kader yang infrastrukturnya sudah tersedia

sampai dengan tingkat Rukun Tetangga (RT).

Subtansi RPJMN 2010-2014 bidang pertanahan yang

diperlukan masyarakat agar menjadi materi sosialisasi

dalam toolkit yaitu mengenai hak atas tanah dan

prosedur sertifikasi tanah. Tambahan yang diperlukan

adalah mengenai layanan pertanahan untuk UMKM,

nelayan, petani (milik), peserta transmigran, dan

Masyarakat Bepenghasilan Rendah (MBR). Untuk tata

ruang, yang diperlukan adalah pengetahuan tentang

cara berpartisipasi dalam perencanaan dan

pengendalian pemanfaatan ruang. Yang paling utama

adalah proses pengajuan pendapat dan badan

pemerintah daerah mana yang harus dituju oleh

masyarakat yang ingin menyampaikan pendapatnya.

Perguruan Tinggi

Kelompok perguruan tinggi terdiri dari dua kelompok

yaitu kelompok yang bidang ajarnya berkaitan

langsung dengan RPJMN (planologi, geodesi,

pertanian, arsitektur, studi pembangunan dan

lingkungan) dan yang tidak berkaitan langsung dengan

RPJMN. Untuk yang tidak berkaitan langsung, materi

sosialisasi menggunakan materi yang sama dengan

masyarakat. Media sosialisasi RPJMN yang efektif untuk

perguruan tinggi adalah web site (khususnya

perguruan tinggi di Jawa) yang bisa diakses kapan saja

untuk bahan ajar perkuliahan.

Subtansi RPJMN 2010-2014 yang perlu ada di dalam

toolkit untuk perguruan tinggi yaitu permasalahan

terkini, data aktual pencapaian beserta target yang

ingin dicapai dalam periode waktu rencana tersebut.

Spektrum permasalahan yang dimunculkan dalam

toolkit perlu diperluas misalnya untuk pertanahan tidak

hanya mengenai permasalahan yang terkait dengan

BPN saja, melainkan juga permasalahan yang terkait

dengan perpajakan. Untuk bidang tata ruang, perlu

pula ditambahkan contoh integrasi antar rencana

melalui musyawarah perencanaan.

Dalam kegiatan kajian strategi sosialisasi RPJMN 2010-

2014, perguruan tinggi mempunyai peran sebagai

inovator untuk menemukan inovasi-inovasi dalam

penyelesaian permasalahan-permasalahan pertanahan.

Sebagai inovator, perguruan tinggi diperlukan untuk

mempertajam masalah, fakta, target dan stimulasi bagi

masyarakat maupun pemerintah daerah.

Beberapa kekurangan dan kelebihan sosialisasi RPJMN

saat ini yang dapat dicatat adalah: (1) media sosialisasi

RPJMN yang ada selama ini menggunakan template

yang terlalu formal, kaku dan digunakan dari tahun ke

tahun tidak ada inovasi (buku RPJMN dan internet); (2)

materi RPJMN yang disosialisasikan pada masyarakat

umum menggunakan bahasa yang sulit untuk

dimengerti, sehingga kurang menarik bagi masyarakat

umum untuk mengetahui RPJMN lebih jauh. Banyaknya

materi RPJMN yang harus diakomodasi menyebabkan

buku RPJMN yang dihasilkan sangat tebal dan

jumlahnya cukup banyak sehingga masyarakat umum

kurang tertarik untuk membaca.

Sedangkan kelebihan sosialisasi RPJMN saat ini adalah

sosialisasi RPJMN dilakukan pada Musrenbangnas dan

Musrenbangprov yang dilakukan di seluruh Indonesia.

Jaringan informasi formal tersebut dapat diperluas

sampai ke desa agar dapat menjadi media sosialisasi

RPJMN yang efektif.

Peran Bappenas dalam sosialisasi RPJMN

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan mempunyai

kewajiban memberikan informasi atas permintaaan

Page 7: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 7

masyarakat (public rights to know). Sejalan dengan

perubahan paradigma di bidang komunikasi,

komunikasi tidak lagi dapat dilakukan secara kasualitas

linier (satu arah), tetapi relasional dan transaksional

(dua arah). Peran Bappenas dalam sosialisasi RPJMN

diperlukan agar dokumen RPJMN dapat disampaikan

kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Selain

itu, Bappenas juga perlu berperan untuk mendorong

agar isi sosialisasi mengenai dokumen RPJMN

disesuaikan dengan target atau objek sosialisasi dan

menggunakan cara penyaluran informasi yang tepat

sehingga pesan yang penting dapat tersampaikan

dengan baik kepada kelompok sasaran (pemerintah

daerah, masyarakat dan perguruan tinggi).

Rekomendasi

Berdasarkan hasil kajian strategi-strategi sosialisasi

yang diajukan dapat dipahami bahwa tiap komponen

strategi saling berkaitan satu sama lain untuk mencapai

tujuan yang diinginkan. Prioritas strategi apa yang

harus dilaksanakan adalah tergantung pada tingkat

pencapaian tujuan sosialisasi itu sendiri. Kajian ini lebih

banyak menelaah pengembangan strategi untuk

meningkatkan awareness dan pemahaman kelompok-

kelompok sasaran terhadap RPJMN Bidang TRP.

Pencapaian tujuan seperti kajian ini bisa dikategorikan

sebagai pencapaian hasil awal yang memang harus

menjadi perhatian dan pertimbangan untuk

diimplementasikan. Ini dilakukan melalui rekomendasi

penting, yaitu antara lain: (1) pengembangan identitas

komunikator (identitas brand) yang baik, matang dan

konsisten untuk subyek kajian RPJMN tata ruang dan

pertanahan. Diharapkan pengembangan ini bisa

dilakukan tidak hanya di direktorat tata ruang dan

pertanahan, akan tetapi merupakan sistem identitas

yang bisa diterapkan di direktorat-direktorat lain di

Bappenas, terutama mengenai identitas RPJMN yang

krusial untuk segera mendapat perhatian; (2) advokasi

media adalah aspek penting yang terbukti efektif untuk

meningkatkan awareness. Rekomendasi ini bisa

melibatkan kelompok-kelompok sasaran dari kalangan

akademis, pemerintah daerah, dan masyarakat untuk

pelaksanaannya. Seperti disebutkan sebelumnya

advokasi media akan mempengaruhi kuantitas dan

kualitas pemberitaan tentang masalah-masalah RPJMN

Bidang TRP, serta mempengaruhi cara orang

mempersepsikannya; (3) pengembangan toolkit yang

lengkap, tidak hanya berupa buku informasi RPJMN

Bidang TRP, tapi juga material-material atau aplikasi-

aplikasi diseminasi lainnya. Beberapa sudah

dikembangkan selama kajian ini. Pengembangannya

akan bergantung pada pemilihan dan penyebaran

media terhadap tiap kelompok sasaran sosialisasi.

Catatan penting mengenai hal ini adalah mengenai

relevansi isi informasi yang harus disesuaikan untuk

tiap kelompok sasaran dan pembatasan terhadap

kelompok sasaran potensial, semisal untuk kalangan

akademis difokuskan kepada kalangan perencanaan,

ilmu-bumi, geo-informasi, dan studi pembangunan.

Rekomendasi tersebut akan cukup efektif untuk

pencapaian tujuan awal. Langkah berikutnya adalah

tindak lanjut untuk kegiatan-kegiatan sosialisasi yang

berbasis kemitraan dan kemasyarakatan. Tujuan dari

kegiatan-kegiatan ini adalah sebagai dukungan untuk

melibatkan strategi-strategi sebelumnya dalam konteks

sosial, sehingga keberadaanya dalam masyarakat lebih

baik lagi. Salah satu contoh nyata dari rekomendasi ini

adalah, usulan untuk memasukan materi-materi RPJMN

ke dalam kurikulum pendidikan adalah salah satu

bentuk sosialisasi yang sangat efektif untuk

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman

masyarakat secara umum.

Page 8: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 8

Kata Pengantar

Page 9: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 9

Daftar Singkatan

AKPPI …

BKM Badan Keswadayaan Masyarakat

BPN Badan Pertanahan Nasional

BUMN/BUMD Badan Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah

K/L kementerian/lembaga

KIM Kelompok Informasi Masyarakat

Larasita Layanan rakyat untuk sertifikasi tanah

MBR masyarakat berpenghasilan rendah

P4T penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah

PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Prona …

PWK …

RAPBN Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Renstra Rencana Strategis

RKP Rencana Kerja Pemerintah

RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah

RPJP Rencana Pembangunan Jangka Panjang

SIG Sistem Informasi Geografis

Simtanas Sistem Informasi Manajemen Pertanahan Nasional

SOP Standar Operasi dan Prosedur

SPPN Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU 25/2004)

TOL Tanah Obyek Landreform

TPRK …

TRP Tata Ruang dan Pertanahan

UMKM Usaha mikro, kecil dan menengah

VOAP Voluntary Ozone Action Program

WP3WT Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu

Page 10: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 10

Senarai

Agenda Setting informasi atau masalah yang muncul lebih sering di media lebih menonjol bagi publik dan menentukan prioritas politik dan sosial.

Bidang Wilayah dan Tata Ruang salah satu bidang di dalam RPJMN 2010-2014.

Health Belief Model model penyerapan informasi yang didasarkan pada perilaku masyarakat untuk menghindari kerugian karena sakit.

Konsep framing membingkai komunikasi berdasarkan konstruksi bahasa.

Money Sense bertujuan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan serta meningkatkan kesadaran mengenai pengelolaan keuangan kepada warga negaranya.

Pemasaran sosial aplikasi teknologi pemasaran yang dikembangkan di sektor komersial untuk pemecahan masalah sosial yang dapat mengubah perilaku

Priming proses media mengubah standar objek dalam mengevaluasi permasalahan

Prioritas Bidang kegiatan yang diprioritaskan untuk bidang tertentu.

Prioritas Nasional kegiatan yang diprioritaskan secara nasional.

QUALITY proyek penelitian yang inovatif yang bertujuan untuk mengkaji bagaimana warga Eropa yang tinggal di berbagai negara mengevaluasi kualitas hidup mereka.

Snowball sampling teknik sampling yang mengandalkan pendapat responden untuk pemilihan responden berikutnya.

Social Cognitive Theory sesorang akan melakukan sesuatu asalkan ada insentif untuk melakukannya.

Stages of Change Model lima tahap utama yang harus dilalui untuk perubahan perilaku.

Sub Bidang TRP salah satu sub bidang di dalam Bidang Wilayah dan Tata Ruang.

Theory of Change sebagai panduan untuk merancang strategi komunikasi publik untuk mendorong perubahan pada objek komunikasi, 17

Theory of Planned Behavior bagaimana untuk mempengaruhi perubahan perilaku individu dan variabel-variabel yang bisa memperkirakannya, 20

Page 11: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 11

Daftar Isi

Ringkasan Eksekutif ......................................................................................................... 2 Kata Pengantar ................................................................................................................ 8 Daftar Singkatan .............................................................................................................. 9 Senarai 10 Daftar Isi ....................................................................................................................... 11 Daftar Tabel .................................................................................................................. 13 Daftar Gambar .............................................................................................................. 13 Bab 1 Pendahuluan ....................................................................................................... 14

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 14 1.2 Tujuan ......................................................................................................... 15 1.3 Sasaran ....................................................................................................... 17 1.4 Ruang Lingkup ............................................................................................. 17 1.5 Waktu Kajian ............................................................................................... 18 1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................. 18

Bab 2 Teori Sosialisasi RPJMN 2010-2014 ..................................................................... 19

2.1 Konsep Dasar Komunikasi ............................................................................ 19 2.2 Sistem Komunikasi Massa ............................................................................ 21 2.3 Psikologi Pesan ............................................................................................ 22 2.4 Komunikasi Publik dan Kampanye Komunikasi Publik .................................... 24 2.5 Theory of Change (Teori Perubahan) .............................................................. 26

2.5.1 Theory of Reasoned Action (Ajzen & Fishbein, 1980) ............................. 27 2.5.2 Social Cognitive Theory (Bandura, 1992) .............................................. 28 2.5.3 Health Belief Model (Becker, 1974) ...................................................... 28 2.5.4 Stages of Change Model (Prochaska et al., 1992) ................................. 28 2.5.5 Agenda Setting (McCombs & Shaw, 1973) ............................................ 28 2.5.6 Framing (e.g. Tversky & Kahneman, 1981) ........................................... 28 2.5.7 Priming (Iyengar & Kinder, 1987) ......................................................... 29 2.5.8 Social Marketing.................................................................................. 29

2.6 Studi Kasus Program-Program Kampanye Komunikasi dan Sosialisasi ............ 29 2.6.1 Voluntary Ozone Action Program (Program Tindakan Sukarela Ozon) ...... 29 2.6.2 Community Trials Project (Projek Percobaan Masyarakat) ...................... 33 2.6.3 Quality ................................................................................................ 39 2.6.4 moneySENSE ...................................................................................... 41 2.6.5 From Saving to Investment ................................................................... 42

2.7 Materi kajian ................................................................................................ 44 2.7.1 Prioritas Nasional ................................................................................ 46 2.7.2 Tata Ruang.......................................................................................... 48 2.7.3 Pertanahan ......................................................................................... 50

2.8 Perumusan Alur Pendekatan Kajian .............................................................. 53 Bab 3 Kerangka pemikiran dan metodologi kajian .......................................................... 55

3.1 Kerangka pemikiran ..................................................................................... 55 3.2 Metodologi ................................................................................................... 55

3.2.1 Survey................................................................................................. 55 3.2.2 Focus group discussion ........................................................................ 58

Page 12: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 12

Bab 4 Kajian Strategi Sosialisasi RPJMN 2010-2014 ...................................................... 63 4.1 Materi .......................................................................................................... 63

4.1.1 Bidang Tata Ruang .............................................................................. 63 4.1.2 Bidang Pertanahan .............................................................................. 64

4.2 Survey ......................................................................................................... 75 4.2.1 Masyarakat ......................................................................................... 75 4.2.2 Akademisi ........................................................................................... 77 4.2.3 Pemerintah Daerah.............................................................................. 78

4.3 Strategi Sosialisasi ....................................................................................... 79 4.3.1 Identitas.............................................................................................. 79 4.3.2 Konsep Perancangan Pesan ................................................................. 80 4.3.3 Konsep Pemasaran Sosial.................................................................... 80 4.3.4 Konsep Jaringan Komunikasi ............................................................... 80 4.3.5 Advokasi Media ................................................................................... 80 4.3.6 Mekanisme Pusat-Daerah .................................................................... 81 4.3.7 Kerjasama dengan kalangan akademis ................................................ 81 4.3.8 Ragam Kegiatan dengan Masyarakat dan berbagai Pihak ...................... 81 4.3.9 Ujicoba dan Hasil Strategi Melalui Focus Group Discussion .................. 84

4.4 Pengembangan Strategi Sosialisasi ............................................................... 85 4.5 Substansi .................................................................................................... 86

4.5.1 Kelompok pemerintah daerah. ............................................................. 86 4.5.2 Kelompok Masyarakat ......................................................................... 88 4.5.3 Kelompok Perguruan Tingi dan LSM. .................................................... 89

Bab 5 Strategi Sosialisasi RPJMN 2010-2014 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan ........... 92 Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi ............................................................................. 95

6.1 Kesimpulan ................................................................................................. 95 6.1.1 Media dan substansi sosialisasi untuk pemda ...................................... 95 6.1.2 Media dan substansi sosialisasi untuk kelompok masyarakat ................ 96 6.1.3 Media dan substansi sosialisasi untuk kelompok perguruan tinggi ........ 96 6.1.4 Kekurangan dan kelebihan sosialisasi RPJMN saat ini ........................... 97 6.1.5 Peran Bappenas dalam sosialisasi RPJMN ............................................ 97

6.2 Rekomendasi ............................................................................................... 98 Daftar Pustaka ............................................................................................................ 100 Lampiran .................................................................................................................... 104

Page 13: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 13

Daftar Tabel

Tabel 1 Tipe komunikasi publik berdasarkan tujuan .......................................... 26

Tabel 2 Model Kampanye VOA............................................................................. 30

Tabel 3 Model Kampanye Community Trial Project ............................................ 33

Tabel 4 Acara FGD ............................................................................................... 61

Tabel 5 Matriks Fokus RPJMN 2010-2014 Bidang Pertanahan dan tingkat partisipasi/berkepentingan langsung/tidak langsung terhadap materi toolkit Bidang Pertanahan .......................................................... 66

Daftar Gambar

Gambar 1 Unsur-unsur yang mempengaruhi pemahaman .................................. 23

Gambar 3 Theory of Change untuk Komunikasi Publik ........................................ 27

Gambar 4 Teori Perubahan VOAP ......................................................................... 31

Gambar 5 Teori Perubahan Community Trials Project ......................................... 37

Gambar 6 Pentahapan Pembangunan RPJPN 2005-2025 .................................. 46

Gambar 7 Penilaian responden untuk cara sosialisasi Bidang Tata Ruang dan Pertanahan ................................................................................... 77

Gambar 8 Media sosialisasi pilihan responden.................................................... 77

Gambar 9 Prioritas Nasional 2010-2014 ............................................................. 88

Page 14: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 14

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang (UU) Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN) menyatakan bahwa perencanaan pembangunan terdiri

dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM), dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Dokumen rencana ini yang

kemudian menjadi pedoman bagi aktor pembangunan dalam melaksanakan

pembangunan. Pelaksanaan RPJP Nasional 2005-2025 terbagi dalam tahap-tahap

perencanaan pembangunan dalam periodesasi perencanaan pembangunan jangka

menengah nasional 5 tahunan, yang dituangkan dalam RPJMN I Tahun 2005-2009,

RPJMN II Tahun 2010-2014, RPJMN III Tahun 2015-2019, dan RPJMN IV Tahun 2020-

2025. RPJPN digunakan sebagai pedoman dalam menyusun RPJMN. Pentahapan

rencana pembangunan nasional disusun dalam masing-masing periode RPJMN sesuai

dengan visi, misi dan program presiden terpilih.

RPJMN memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program

kementerian/lembaga (K/L) dan lintas K/L, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta

kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh

termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi

dan kerangka pendanaan yang bersifat inidikatif. RPJMN 2010-2014, yang telah

ditetapkan dengan Peraturan Presiden (Perpres) No. 5 Tahun 2010 tentang RPJMN

2010-2014, bertujuan untuk lebih memantapkan penataan kembali Indonesia di

segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing

perekonomian. Dengan demikian, RPJMN 2010-2014 merupakan pedoman bagi

seluruh komponen bangsa baik itu pemerintah, masyarakat dan dunia usaha, dalam

mewujudkan cita-cita dan tujuan nasional secara sinergis, koordinatif dan saling

melengkapi dalam kurun waktu 2010-2014.

RPJMN 2010-2014 termasuk ke dalam informasi publik yang bersifat terbuka. Sebagai

dokumen publik, RPJMN harus disampaikan kepada seluruh lapisan masyarakat

Indonesia. Proses perumusan isi kebijakan publik umumnya tidak disesuaikan dengan

target atau objek sosialisasi sehingga pesan yang penting tidak dapat tersampaikan

dengan baik. Selain itu, cara penyaluran informasi sosialisasi yang tidak tepat

Page 15: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 15

menyebabkan informasi tidak sampai kepada sasaran. Salah satu contoh buruknya

metode sosialsiasi kebijakan telah diteliti oleh Sutanta (2009) dengan 34 responden

yang berasal dari pemerintah kabupaten/kota. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa

hanya 17 persen dari responden yang berasal dari lembaga perencanaan

kabupaten/kota yang mengerti tentang Perpres No. 85 Tahun 2007 tentang Jaringan

Data Spasial Nasional. Padahal perpres tersebut telah ditetapkan dua tahun

sebelumnya.

Setelah otonomi daerah dilaksanakan, pemerintah daerah diwajibkan untuk memiliki

rencana pembangunan yang disesuaikan dengan karakteristik daerah namun juga

mengacu kepada rencana yang telah ditetapkan secara nasional. Untuk itu pemerintah

kabupaten/kota serta perguruan tinggi yang umumnya dirujuk oleh pemerintah

kabupaten/kota sebagai ahli perlu mengetahui rencana pembangunan nasional yang

dijadikan acuan dalam penyusunan rencana pembangunan daerah. Selain pemerintah

dan perguruan tinggi yang perlu mengerti tentang dokumen perencanaan nasional,

masyarakat perlu mengetahui kebijakan lokal yang menyentuh langsung kehidupan

mereka. Namun demikian, selain kebijakan lokal kebijakan nasional seperti RPJMN

yang mendasari kebijakan lokal juga perlu dipahami secara umum oleh masyarakat

seperti target dan sasaran umum pembangunan untuk setiap masa pemerintahan

presiden yang dipilih langsung oleh masyarakat.

Penyediaan dan penyebaran informasi publik adalah upaya mendukung

terselenggaranya pemerintahan yang demokratis, transparan, dan akuntabel dalam

rangka mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance). Dalam konteks fungsi

penyediaan informasi berorientasi pada informasi publik, maka yang dibutuhkan

adalah informasi untuk memenuhi kepentingan publik. Penyediaan informasi publik ini

merupakan ekspresi dari upaya memenuhi hak atau kemerdekaan masyarakat untuk

memperoleh informasi (public right to know). Sedangkan fungsi penyebaran informasi

merupakan ekspresi dari kewajiban pemerintah dan negara untuk menyebarluaskan

informasi yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat (obligation to tell).

1.2 Tujuan

RPJMN 2010-2014 termasuk ke dalam informasi publik yang bersifat terbuka. Dengan

demikian, dokumen ini harus disosialisasikan kepada para pihak termasuk di

dalamnya Sub Bidang Penataan Ruang dan Pertanahan yang termasuk ke dalam

Page 16: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 16

tupoksi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan (TRP). Materi yang perlu disosialisasikan

meliputi: kondisi umum, permasalahan dan sasaran serta yang terpenting adalah arah

kebijakan dan strategi pembangunan. Tujuan dilakukannya kajian strategi sosialisasi

kebijakan jangka menengah Bidang TRP adalah:

1. Mendapatkan gambaran yang lengkap mengenai upaya-upaya sosialisasi yang

dilakukan di dalam negeri maupun di luar negeri.

2. Merumuskan strategi dalam sosialisasi kebijakan jangka menengah nasional

dengan beberapa cara, yaitu:

a. Menetapkan mekanisme untuk mengidentifikasi tantangan, kekurangan dan

solusi.

b. Merumuskan sistem penyebaran informasi pada kelompok-kelompok sasaran.

c. Memastikan efektivitas sistem penyebaran informasi yang dirumuskan.

3. Memberikan pemahaman mengenai muatan yang terdapat di dalam RPJMN 2010-

2014 Bidang TRP pada pihak yang berkepentingan termasuk di dalamnya adalah

pemerintah daerah, perguruan tinggi dan masyarakat umum yang secara spesifik

bertujuan untuk:

a. Memberikan pengetahuan dan pemahaman yang relevan berupa pendidikan

publik kepada tiap kelompok sasaran secara komprehensif mengenai berbagai

hal yang berkaitan dengan RPJMN dan kebijakan-kebijakan Bidang TRP yang

termuat dalam RPJMN.

b. Meningkatnya kesadaran kognitif (awareness) tentang RPJMN dan kebijakan-

kebijakan Bidang TRP yang termuat dalam RPJMN.

c. Meningkatnya perubahan sikap/perilaku dalam menyikapi kebijakan-kebijakan

Bidang TRP yang termuat dalam RPJMN.

d. Memberikan referensi bagi pihak yang terkait dengan kebijakan-kebijakan

pembangunan Bidang TRP.

4. Memantapkan kebijakan penataan ruang dalam rangka implementasi pelaksanaan

kegiatan pembangunan dalam kurun waktu 2010-2014 dan untuk perencanaan di

masa yang akan datang seperti misalnya RPJMN 2014-2019.

Page 17: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 17

1.3 Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dari kajian strategi sosialisasi kebijakan jangka

menengah Bidang TRP adalah:

1. Terciptanya strategi dalam sosialisasi kebijakan jangka menengah nasional yang

tepat sasaran;

2. Untuk jangka waktu yang lebih panjang, terciptanya pemahaman mengenai muatan

kebijakan jangka menengah nasional dalam pembangunan.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup kajian meliputi perumusan strategi penyebaran informasi untuk

sosialisasi RPJMN 2010-2014 Bidang TRP, termasuk di dalamnya adalah inventarisasi

pelaksanaan dan dibeberapa negara lain beserta implementasinya. Pengumpulan

informasi dilaksanakan melalui survey dan focus group discussion (FGD). Secara detail

ruang lingkup dalam kajian adalah:

1. Perumusan kerangka kerja detail sebelum penunjukan tenaga ahli;

2. Perumusan spesifikasi pekerjaan tenaga ahli;

3. Tinjauan lapangan dan konsolidasi dengan pemerintah daerah untuk perencanaan

pelaksanaan FGD;

4. Pelaksanaan kajian oleh tenaga ahli yang meliputi:

a. pengkajian strategi sosialisasi kebijakan publik yang telah berhasil

dilaksanakan;

b. presentasi hasil listing pada TPRK;

c. penyusunan kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan objek sosialisasi;

d. penyusunan konsep pertama strategi sosialisasi yang dapat dilaksanakan untuk

sub-Bidang Penataan Ruang dan Pertanahan;

e. FGD di beberapa kota untuk mendapatkan masukan dari objek sosialisasi;

f. presentasi hasil FGD pada TPRK;

g. perbaikan konsep pertama menjadi konsep kedua sesuai hasil FGD;

h. pemaparan konsep kedua pada TPRK;

i. perumusan konsep akhir sosialisasi;

5. Diseminasi pada para pihak oleh TRP.

Page 18: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 18

1.5 Waktu Kajian

Pelaksanaan kajian ini dilakukan dari bulan Januari 2010 hingga Desember 2010.

Tenaga ahli direkrut setelah proses kajian awal dilaksanakan. Tenaga ahli mulai aktif

bekerja sejak Juli 2010 sampai dengan Desember 2010.

1.6 Sistematika Penulisan

Laporan kajian ini disusun menjadi enam bab. Bab 1 adalah pendahuluan yang

menjelaskan tentang latar belakang, tujuan, sasaran dan ruang lingkup kajian. Bab 2

menjelaskan tentang teori komunikasi publik, sosialisasi dan teori perubahan sebagai

dasar dilaksanakan kajian ini. Selain itu, di dalam bab ini dikaji pula hasil dan konsep

sosialisasi yang telah dilakukan di dalam dan luar negeri. Untuk mencapai sasaran

kajian, dalam bab ini diidentifikasi berbagai metode penelitian kualitatif yang dinilai

cocok untuk diterapkan. Materi kajian dipaparkan secara singkat di akhir Bab 2. Bab 3

fokus pada cara pelaksanaan kajian yang diawali dengan pemaparan kerangka

pemikiran dan pelaksanaan kajian yang meliputi teknis pelaksanaan mini survey dan

FGD.

Bab 4 adalah bagian yang paling penting dari kajian ini karena bab ini memaparkan

rancangan strategi dan hasil pengujian rancangan dalam FGD. Rancangan ini

kemudian difinalkan di Bab 5 yang berisi strategi sosialisasi RPJMN 2010-2014 untuk

Bidang TRP yang telah diuji di dalam FGD yang melibatkan ketiga objek sosialisasi yaitu

perguruan tinggi, masyarakat dan pemerintah daerah. Bab 6 yang menjadi bab terakhir

menyimpulkan kajian dan memberikan rekomendasi untuk tindak lanjut kajian ini.

Page 19: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 19

Bab 2 Teori Sosialisasi RPJMN 2010-2014

2.1 Konsep Dasar Komunikasi

Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya, pendidikan, dan politik sudah

disadari oleh para cendekiawan sejak masa Aristoteles yang hidup ratusan tahun

sebelum masehi. Akan tetapi, studi Aristoteles hanya berkisar pada retorika dalam

lingkungan kecil. Di antara para ahli sosiologi, ahli psikologi, dan ahli politik di Amerika

Serikat yang menaruh minat pada perkembangan komunikasi adalah Carl I. Hovland

yang mendefinisikan ilmu komunikasi sebagai ‘upaya yang sistematis untuk

merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan

pendapat dan sikap’ (Hovland, 1953). Definisi Hovland di atas menunjukan bahwa

objek ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga

pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang

dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting.

Dengan pemikiran tersebut maka Effendy (1997) mendefinisikan komunikasi sebagai

‘proses mengubah perilaku orang lain’.

Harold Laswell, dalam The Structure and Function of Communication in Society

mengatakan bahwa cara terbaik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab

pertanyaan sebagai berikut: ‘who says what in which channel to whom with what

effect?’ Dengan demikian maka komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari

pertanyaan yang diajukan itu, yakni: (a) komunikator (communicator, source, sender);

(b) pesan (message); (c) media (channel, media); (d) komunikan (communicant,

communicatee, receiver, recipient); dan (e) efek (effect, impact, influence). Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan

oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

Laswell (1972) menghendaki agar komunikasi dijadikan objek studi ilmiah, bahkan

setiap unsur diteliti secara khusus. Laswell (1972) mendefinisikan jenis analisis yang

diperlukan untuk setiap unsur komunikasi: (a) studi mengenai komunikator dinamakan

control analysis; (b) penelitian mengenai pers, radio, dan televisi, film, dan media

lainnya disebut content anaysis; (c) audience analysis adalah studi khusus tentang

komunikan; dan (d) effect analysis merupakan penelitian mengenai efek atau dampak

yang ditimbulkan oleh komunikasi. Proses komunikasi dalam masyarakat memiliki tiga

fungsi (Laswell, …):

Page 20: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 20

a. pengamatan terhadap lingkungan (the surveillance of the environment),

penyingkapan ancaman dan kesempetan yang mempengaruhi nilai masyarkat

dan bagian-bagian unsur di dalamnya;

b. korelasi unsur-unsur masyarakat ketika menanggapi lingkungan (correlation of

the components of society in making a response to the environment);

c. penyebaran warisan sosial (transmission of the social inheritance) yang sangat

bergantung pada kualitas para pendidik, baik dalam kehidupan rumah

tangganya maupun di sekolah yang meneruskan warisan sosial kepada

keturunan berikutnya.

Fungsi komunikasi yang terkenal lainnya disebutkan dalam Macbride Report

(MacBride, 1980) yang dipublikasikan oleh UNESCO dengan judul Many Voices One

World. Dalam laporan tersebut diuraikan bahwa dalam arti luas, komunikasi bukan

hanya pertukaran berita dan pesan, tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok

dalam tukar-menukar data, fakta, dan ide. Dengan demikian maka, fungsi komunikasi

dalam tiap sistem sosial adalah sebagai berikut (Effendy, 1997):

a. informasi: pengumpulan, penyimpanan, pemrosesan, penyebaran berita, data,

gambar, fakta, dan pesan, opini, dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat

mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan,

dan orang lain, dan agar dapat mengambil keputusan yang tepat;

b. sosialisasi (pemasyarakatan): penyediaan sumber ilmu pengetahuan yang

memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang

efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya;

c. motivasi: menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka

panjang, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan

bersama;

d. perdebatan dan diskusi: menyediakan dan saling tukar menukar fakta yang

diperlukan untuk memungkinkan persetujuan atau menyelesaikan perbedaan

pendapat menggenai masalah publik, menyediakan bukti-bukti yang relevan yang

diperlukan untuk kepentingan umum dan agar masyarakat lebih melibatkan diri

dalam masalah yang menyangkut kegiatan bersama di tingkat internasional,

nasional dan lokal;

Page 21: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 21

e. pendidikan: penggunaan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan

intelektual, pembentukan watak, dan pendidikan keterampilan serta kemahiran

yang diperlukan pada semua bidang kehidupan;

f. memajukan kebudayaan: penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan

maksud melestarikan warisan masa lalu, perkembangan kebudayaan dengan

memperluas horizon seseorang, membangunkan imajinasi dan mendorong

kreativitas serta kebutuhan estetikanya;

g. hiburan: penyebarluasan sinyal, simbol, suara, dan citra (image) dari drama, tari,

kesenian, kesusastraan, musik, komedi, olah raga, permainan dan sebagainya

untuk rekreasi dan kesenangan kelompok dan individu;

h. integrasi: penyediaan kesempatan bagi bangsa, kelompok, dan individu untuk

memperoleh berbagai pesan yang diperlukan mereka agar mereka dapat saling

kenal dan mengerti dan menghargai kondisi, pandangan, dan keinginan orang lain.

2.2 Sistem Komunikasi Massa

Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner (1980

dalam Rakhmat, 2000) adalah ‘mass communication is messages communicated

through a mass medium to a large number of people’. Severin dan Tankard (1979)

menyatakan bahwa komunikasi massa adalah keterampilan, seni, dan ilmu. Devito

(1978) menambahkan bahwa komunikasi massa ditujukan kepada massa melalui

media massa. Komunikasi massa mempunyai ciri-ciri khusus yang disebabkan sifat-

sifat komponennya yaitu: (a) komunikasi massa berlangsung satu arah, (b)

komunikator pada komunikasi massa melembaga; (c) pesan pada komunikasi massa

bersifat umum; (d) media komunikasi massa dilaksanakan secara serempak, dan (e)

komunikan bersifat heterogen.

Fungsi komunikasi massa menurut Dominick (…), yakni:

a. pengawasan, ini mengacu kepada yang kita kenal sebagai peranan berita dan

informasi dari media massa. Media mengambil tempat para pengawal yang

pekerjaannya mengadakan pengawasan. Orang-orang media itu, yakni para

wartawan surat kabar dan majalah, reporter radio dan televisi, koresponden kantor

berita, dan lain-lain berada di mana-mana di seluruh dunia, mengumpulkan

informasi buat kita yang tidak bisa kita peroleh. Fungsi ini dibagi menjadi dua yaitu

Page 22: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 22

Pengawasan peringatan dan pengawasan instrumental, jenis kedua ini berkaitan

dengan penyebaran informasi yang berguna bagi kehidupan sehari-hari;

b. interpretasi (interpretation), erat sekali kaitannya dengan fungsi pengawasan yaitu

bahwa media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga informasi

serta interpretasi mengenai informasi tersebut;

c. hubungan (linkage), media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang

terdapat di dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh

saluran perseorangan;

d. sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai (transmission of values) yang mengacu

kepada cara-cara di mana seseorang mengadopsi perilaku dan berbagai nilai dari

suatu kelompok. Dengan membaca, mendengarkan, dan menonton maka

seseorang dapat mempelajari perilaku masyarakat di sekitarnya dan nilai yang

mereka anut;

e. hiburan yang menjadi salah satu fungsi utama media.

Dari paparan di atas, fungsi-fungsi komunikasi dan komunikasi massa dapat

disederhanakan menjadi empat fungsi saja, yakni: (1) menyampaikan informasi (to

inform); (2) mendidik (to educate); (3) menghibur (to entertain); dan (4) mempengaruhi

(to influence).

2.3 Psikologi Pesan

Manusia menyampaikan pesan dengan dua cara: (1) dengan bahasa atau

paralinguistik dan (2) dengan isyarat atau ekstralinguistik. Schramm (1971) melihat

pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan. Semakin tumpang

tindih bidang pengalaman (field of experience) komunikator dengan bidang

pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan (Gambar

1). Komunikator harus memiliki empati yang tinggi agar perbedaan latar belakang

sosial tidak menjadi kendala dalam berkomunikasi. Organisasi pesan terbagi menjadi

enam jenis: deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial dan topikal (Rakhmat, 2000).

Dewey (1967) dengan latar belakang Psikologi Komunikasi menambahkan satu jenis

organisasi pesan lain yaitu psikologi yang mengikuti sistem berpikir manusia.

Organisasi pesan yang paling banyak digunakan adalah sistem yang dibuat oleh

Monroe pada akhir tahun 1930-an yaitu motivated sequence, yang menyarankan lima

Page 23: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 23

langkah penyusunan pesan: (1) attention (perhatian); (2) need (kebutuhan); (3)

satisfaction (pemuasan); (4) visualization (visualisasi); dan (5) action (tindakan).

Langkah yang dikembangkan oleh peneliti lainnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Pesan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi orang lain perlu mendorong perubahan

perilaku objek. Para peneliti psikologi komunikasi telah meneliti efektivitas imbauan

pesan: apakah objek akan lebih terpengaruh oleh imbauan emosional atau imbauan

rasional? Apakan objek lebih tergerak oleh imbauan ganjaran daripada imbauan takut?

Motif-motif apakah yang dapat kita sentuh dalam pesan kita supaya kita berhasil

mengubah sikap dan perilaku objek? (Rakhmat, 2000).

Gambar 1 Unsur-unsur yang mempengaruhi pemahaman

Sumber: …

Sender Signal

Field of Experience

Encoder Receiver Decoder

Field of Experience

Page 24: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 24

Tabel 1 Sistem Penyusunan Pesan

Holingsworth Ross Hovland Miller &

Dollard Monroe

Introduction Attention Attention Attention Drive Attention

Body

Interest

Impression

Conviction

Need

Plan

Objection

Comprehension Stimulus

Response

Need

Satisfaction

Visualization

Conclusion Direction Reinforcement

Action Acceptance Reward Action

Sumber: Ross (1974)

2.4 Komunikasi Publik dan Kampanye Komunikasi Publik

Berdasarkan konteks dan tingkatannya, terdapat pengertian komunikasi sebagai

komunikasi publik, yaitu komunikasi antara seorang pembicara kepada grup objek,

yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato,

ceramah atau kuliah. Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah komunikasi

kelompok besar (large group communication) untuk komunikasi sejenis ini (Mulyana,

2005).

Kampanye pada prinsipnya merupakan suatu proses kegiatan komunikasi individu

atau kelompok yang dilakukan secara terlembaga dan bertujuan untuk menciptakan

suatu efek atau dampak tertentu. Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan kampanye

sebagai ‘serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk

menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara

berkelanjutan pada kurun waktu tertentu’ (Venus, 2004). Kampanye komunikasi

menurut Day dan Monroe (2000) dilakukan secara bervariasi, berlapis-lapis, terencana

dengan seksama, dan secara strategis merangkaikan rancangan media untuk

meningkatkan kesadaran, informasi atau merubah perilaku pada objek. Istilah

kampanye (Wilmshurst, 1993) digunakan untuk menunjukan bahwa proses periklanan

yang baik adalah serangkaian aktivitas terencana yang berkesinambungan dengan

tujuan yang pasti. Dominick (2002) menjelaskan secara ringkas enam fase tipikal

suatu kampanye periklanan: (1) memilih strategi pemasaran; (2) menentukan daya

tarik atau tema utama; (3) menerjemahkan tema ke dalam berbagai media; (4)

Page 25: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 25

memproduksi iklan; (5) membeli ruang dan waktu dan (6) mengeksekusi dan

mengevaluasi hasil kampanye.

Di fase pertama, penelitian dilakukan untuk menentukan objek, tujuan pemasaran,

harga yang sesuai dengan produk atau jasa, dan biaya periklanan. Selama fase ini kata

positioning sering terdengar. Positioning memiliki banyak interpretasi, tetapi secara

umum berarti menyesuaikan produk atau jasa pada satu atau lebih segmen pasar yang

luas sebagai jalan untuk memisahkannya dari persaingan tanpa membuat perubahan

pada produk. Fletcher dan Bowers (1991) menganggap positioning produk adalah

bagian yang sangat penting dari proses pemasaran dan periklanan. Konsep positioning

sangat terkenal menyebar luas melalui tulisan Ries dan Trout (2001) yang menyatakan

bahwa positioning produk tidak secara nyata melibatkan apa yang dilakukan pabrik

terhadap produk. Tetapi lebih memperhatikan apa yang dilakukan pengiklan terhadap

pikiran konsumen melalui pengadaptasian sikap-sikap mereka serta untuk ‘menjalin

lagi hubungan’ antara konsumen dengan brand names.

Setelah produk atau jasa diposisikan, tema kampanye untuk keseluruhan

dikembangkan. Fase berikutnya adalah menerjemahkan tema tersebut ke dalam iklan

cetak dan iklan siaran. Pengiklan mencoba untuk membuat variasi dalam iklan mereka

tetapi dengan suatu konsistensi pendekatan yang akan menolong konsumen

mengingat dan mengenali produk mereka. Produksi iklan dikerjakan dalam cara yang

hampir sama dengan produksi isi media lainnya. Di saat departemen kreatif

menyatukan iklan cetak dan iklan siaran, departemen pemasaran membeli waktu di

media yang dinilai cocok untuk kampanye. Fase terakhir dari kampanye adalah

penayangan iklan. Pengujian dilakukan selama dan sesudah fase ini untuk melihat

apakah konsumen melihat dan mengingat iklan yang telah ditayangkan.

Day dan Monroe (2000) membagi kampanye dalam empat tahap. Pada tahap pertama

riset formatif dilakukan untuk menentukan tujuan dan objek. Di tahap kedua, strategi

kampanye dikembangkan, pesan dirancang dan diuji lagi. Ketiga, kampanye

dilaksanakan. Akhirnya, hasil dievaluasi dan digunakan untuk menajamkan kembali

strategi. Berikut adalah tahap kampanye menurut Day dan Monroe secara lengkap:

1. Tujuan, objek dan media. Riset formatif menetukan perilaku mana yang akan

dicoba diubah untuk mencapai tujuan utama. Untuk memilih perilaku-perilaku

yang paling penting maka perlu diselidiki apa yang diketahui, dipercayai, dan

disukai oleh objek. Keputusan dibuat sesuai dengan pemilihan pasar, media,

Page 26: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 26

rangkaian event, frekuensi dan waktu. Faktor-faktor ini membentuk intisari

kampanye.

2. Pesan. Pesan utama kampanye bisa dibuat bersamaan dengan perancangan

pesan untuk berbagai jenis media. Tim kreatif harus bekerja dengan copywriter

dan menggunakan hasil riset formatif sebagai panduan.

3. Melaksanakan kampanye.

4. Monitoring dan evaluasi. Evaluasi harus dimulai selama pelaksanaan dan biasa

digunakan untuk melakukan koreksi di tengah kampanye.

2.5 Theory of Change (Teori Perubahan)

Banyak perencana komunikasi publik sekarang menganut gagasan untuk

menggunakan Theory of Change sebagai panduan untuk merancang strategi

komunikasi publik untuk mendorong perubahan pada objek komunikasi. Kata change

atau perubahan merujuk pada tujuan pokok dari komunikasi publik yakni merubah

perilaku individu atau kehendak masyarakat (public will). Theory of Change

mengidentifikasikan strategi-stategi kunci yang harus digunakan dan hasil yang harus

dicapai. Pada saat identifikasi perubahan yang akan diterapkan, teori ini berfungsi

sebagai panduan untuk memahami fokus evaluasi dan hasil-hasil yang harus dinilai.

Tabel 1 berikut menjelaskan dua tipe komunikasi publik berdasarkan tujuannya dan

Gambar 2 menjelaskan aplikasi Theory of Change dalam praktek komunikasi publik

untuk mencapai tujuan perubahan perilaku individu atau perubahan kebijakan dan

kehendak publik (public will).

Tabel 1 Tipe komunikasi publik berdasarkan tujuan

Aspek Komunikasi Perubahan Perilaku Kehendak Publik

Tujuan - Mempengaruhi kepercayaan dan sikap. - Mempengaruhi norma sosial. - Mempengaruhi tujuan bersikap. - Menghasilkan perubahan perilaku.

- Meningkatkan visibilitas masalah dan kepentingannya.

- Mempengaruhi persepsi masalah sosial. - Meningkatkan pengetahuan tentang solusi

dan pihak yang bertanggungjawab. - Mempengaruhi kriteria yang digunakan

untuk menilai kebijakan dan para pembuat kebijakan.

- Menentukan layanan masyarakat. - Mengerahkan konstituen untuk bertindak.

Kelompok sasaran

Bagian dari populasi yang memerlukan perubahan perilaku

Bagian dari khalayak umum dan para pembuat kebijakan

Strategi Pemasaran sosial Advokasi media, pengorganisasian dan mobilisasi komunitas/masyarakat setempat,

Page 27: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 27

Aspek Komunikasi Perubahan Perilaku Kehendak Publik

penyertaan para pembuat kebijakan

Saluran/Media Layanan publik/kegiatan resmi; materi cetak, televisi, radio, advertising media elektronik

Media Berita : cetak, televisi, radio, elektronik.

Gambar 2 Theory of Change untuk Komunikasi Publik

Pemahaman terhadap teori-teori ilmu sosial yang berhubungan dengan komunikasi

dapat membantu pemahaman dalam kegiatan penyebaran informasi melalui kegiatan

sosialisasi, komunikasi publik, dan teori-teori tentang perubahan. Teori-teori dan

konsep-konsep dibagi berdasarkan kategori-kategori yang paling relevan, dalam hal ini

perubahan perilaku dan kehendak publik (public will). Berikut adalah teori dan konsep

yang relevan dengan Theory of Change.

2.5.1 Theory of Reasoned Action (Ajzen & Fishbein, 1980)

Teori ini menunjukkan kinerja dari suatu perilaku yang ditentukan oleh niat. Dua faktor

utama yang mempengaruhi niat seseorang adalah norma subyektif seseorang tentang

perilaku tersebut dan keyakinan. Sikap dan norma subyektif yang pada gilirannya

dipengaruhi oleh perilaku dan keyakinan normatif.

Penyebaran Informasi

(berdasar pada penelitan)

Advokasi Media

Pemberitaan Media

(dengan pemilihan issue, framing, dll)

Awareness/ Dukungan/ Public Will Komunitas (Grassroot)

Dukungan Pembuat

Kebijakan

Perubahan Kebijakan

Aktivitas

Hasil Jangka Pendek

Hasil Jangka Menengah

Hasil/Tujuan Pokok

Theory of Change untuk Komunikasi Publik

Page 28: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 28

2.5.2 Social Cognitive Theory (Bandura, 1992)

Teori ini menunjukkan bahwa keyakinan seseorang untuk melakukan sesuatu,

kemampuan dan motivasi, diperlukan untuk perubahan perilaku. Dengan kata lain,

seseorang harus percaya ia dapat melakukan sesuatu dalam berbagai keadaan dan

memiliki insentif (positif atau negatif) untuk melakukannya.

2.5.3 Health Belief Model (Becker, 1974)

Model ini berasal dari bidang kesehatan masyarakat. Dua faktor yang mempengaruhi

perilaku kesehatan adalah: (1) perasaan terancam oleh penyakit, dan (2) keyakinan

bahwa manfaat mengadopsi perilaku kesehatan perlindungan itu akan lebih besar

daripada biaya yang dirasakan.

2.5.4 Stages of Change Model (Prochaska et al., 1992)

Model ini mengidentifikasi lima tahap utama yang harus dilalui untuk perubahan

perilaku. Model ini menyatakan bahwa untuk membuat orang untuk mengubah

seseorang, perlu ditentukan terlebih dahulu posisi mereka pada kontinum perubahan

perilaku untuk mempermudah intervensi. Jenis intervensi yang dibutuhkan berbeda

untuk setiap tahapan. Teori ini berguna untuk desain pemasaran sosial dan penelitian

(Andreasen, 1997).

2.5.5 Agenda Setting (McCombs & Shaw, 1973)

Teori ini menekankan bahwa media mempengaruhi materi yang dipikirkan oleh

objek. Media bertindak sebagai ‘penjaga pintu’ informasi dan menentukan isu

penting. Teori ini berpendapat bahwa informasi atau masalah yang muncul lebih sering

di media lebih menonjol bagi publik dan menentukan prioritas politik dan sosial.

2.5.6 Framing (e.g. Tversky & Kahneman, 1981)

Teori framing berkaitan dengan organisasi dan kemasan informasi serta

mempengaruhi persepsi informasi orang tersebut. Konsep framing ditemukan dalam

literatur disiplin ilmu di sosial dan ilmu kognitif. Secara sederhana, teori ini membingkai

komunikasi berdasarkan konstruksi bahasa, visual dan sinyal ke pendengar.

Kampanye yang dilakukan pada masyarakat umumnya didasarkan pada teori ini.

Caranya adalah dengan mempengaruhi cara masyarakat berpikir tentang sebuah isu

dengan cara mengubah frame media yang digunakan.

Page 29: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 29

2.5.7 Priming (Iyengar & Kinder, 1987)

Priming adalah proses di mana media mengubah standar objek dalam mengevaluasi

permasalahan. Sebagai contoh, bila media memperhatikan masalah penggunaan dana

kampanye dalam pemilihan umum, maka masyarakat akan menggunakan isu tersebut

untuk mengevaluasi kandidat. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa objek tidak

memiliki pengetahuan tentang berbagai hal dan tidak menggunakan pengetahuan

mereka ketika membuat keputusan. Sebaliknya mereka membuat keputusan

berdasarkan apa yang terlintas dalam pikiran pertama.

2.5.8 Social Marketing

Pemasaran sosial telah didefinisikan sebagai ‘aplikasi teknologi pemasaran yang

dikembangkan di sektor komersial untuk pemecahan masalah sosial yang dapat

mengubah perilaku’ (Andreasen, 1995). Pemasaran sosial adalah alat untuk

memobilisasi masyarakat Pemasaran sosial adalah pola pikir yang menekankan pada

kebutuhan konsumen. Pendekatan pemasaran sosial menawarkan konsep-konsep

yang berguna dan relevan serta proses yang jelas yang menekankan perencanaan

strategis dan penelitian.

2.6 Studi Kasus Program-Program Kampanye Komunikasi dan Sosialisasi

2.6.1 Voluntary Ozone Action Program (Program Tindakan Sukarela Ozon)

Setelah amademen Clean Air Act 1990 selesai dibuat, Badan Perlindungan Lingkungan

Amerika, EPA, berinisiatif melakukan penyebaran informasi mengenai standar kualitas

udara bagi enam polutan udara yang telah diketahui berbahaya bagi kesehatan

masyarakat, termasuk didalamnya adalah ground-level ozone. EPA membuat cara

untuk mengukur standar pemenuhan keberhasilan kualitas udara tersebut, dan

kemudian menemukan 31 wilayah di beberapa negara bagian ternyata tidak

memenuhi standar. Sebagian dari daerah yang ‘tidak memenuhi’ standar tersebut

adalah 13 kota metropolitan sekitar Atlanta. Merespon hal tersebut, di tahun 1997,

Divisi Perlindungan Lingkungan dari Departemen Sumber Daya Georgia membuat

program Voluntary Ozone Action Program (VOAP) yang bertujuan untuk mengurangi

polutan ground-level ozone di wilayah Atlanta. VOAP mempunyai dua komponen utama,

yakni: kampanye informasi pubik dan program sukarela pengurangan emisi.

Page 30: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 30

Tabel 2 Model Kampanye VOA

Tujuan Perubahan Perilaku Perubahan Kebijakan

Khalayak sasaran Masyarakat umum Masyarakat tertentu Pembuat Kebijakan

Evaluasi Eksperimental Kuasi-Eksperimental Non-Eksperimental

Tujuan dari kampanye informasi publik adalah untuk:

a. meningkatkan kesadaran (awareness) tentang dan pentingnya mengetahui

konsentrasi ground-level ozone;

b. menginformasikan kepada publik mengenai konsekuensi kesehatan akibat

ground-level ozone, dan mengurangi perilaku yang menyebabkan emisi-emisi

berbahaya, yang berkaitan dengan ground-level ozone;

c. kampanye terutama ditujukan pada perilaku untuk mengurangi frekuensi

berkendaraan, yang diperkirakan menghasilkan penambahan 50 persen

konsentrasi ground-level ozone di Atlanta.

Karena konsentrasi ozon tidak bisa dirasakan oleh indera manusia, maka sangat

diperlukan peningkatkan kesadaran masyarakat tentang waktu-waktu tertentu untuk

mengurangi berkendaraan. Maka dari itu, kampanye VOAP kemudian menggunakan

frase Siaga Ozon (Ozone Alert) untuk menginformasikan kepada masyarakat saat

konsentrasi ozon terdeteksi tinggi. Berbagai tanda Siaga Ozon didiseminasikan melalui

rambu-rambu lalu lintas elektronik, koran-koran setempat, laporan-laporan cuaca dan

lalu lintas di radio dan televisi. Kampanye ini juga membuat berbagai pengumuman

layananan masyarakat, artikel berita tentang ground-level ozone dan solusinya serta

membuat editorial penting tentang kualitas udara.

Selain kampanye informasi publik, VOAP berusaha untuk membuat konteks sosial

untuk membantu mengarahkan kepada hasil perubahan perilaku yang diharapkan. Ini

antara lain dilakukan dengan mendekati kalangan pengusaha untuk menyarankan

mereka melakukan tindakan pengurangan ozon pada saat terdeteksi konsentrasi ozon

sangat tinggi (Mei-Oktober dan pada siang hari). Hal ini termasuk mendorong

penggunaan alat transportasi alternatif untuk bepergian jauh, serta menjadwal ulang

pekerjaan agar dapat mengurangi jumlah berkendaraan terutama di jam-jam sibuk.

Sebagai contoh, Gubernur mengeluarkan perintah eksekutif pada tahun 1997 bagi

Page 31: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 31

semua badan, departemen, dan lembaga pendidikan tinggi untuk mengurangi tingkat

pemakaian kendaraan pribadi hingga 20 persen. Badan-badan Federal di Atlanta

menyetujui untuk melaksanakan strategi yang serupa. Akhirnya EPA kemudian

mengembangkan kemitraan dengan perusahaan-perusahaan swasta dalam upaya

mendapatkan partisipasi sukarela dalam program ini.

Kampanye ini dititikberatkan perhatiannya pada pengembangan kampanye informasi

publik VOAP. Kampanye ini dimulai dengan teori ilmu sosial yang berhubungan satu

sama lain, yakni: the theory of reasoned action (Ajzen & Fishbein, 1980) serta Theory of

Planned Behavior (Ajzen, 1985), tentang bagaimana untuk mempengaruhi perubahan

perilaku individu dan variabel-variabel yang bisa memperkirakannya. Survey dilakukan

dengan menggunakan sampel acak terhadap penduduk di wilayah Atlanta untuk

melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku mereka. Sebagai contoh,

penelitian mengungkap bahwa banyak penduduk Atlanta yang bersedia untuk

mengurangi berkendaraan, akan tetapi mereka menyebutkan sepertinya hanya

memiliki kendali yang kecil terhadap perilaku mereka. Temuan ini menjadi dorongan

bagi VOAP untuk mengembangkan konteks sosial diantara para pengusaha yang

mendukung program ini.

2.6.1.1 Penjelasan Teori Perubahan untuk Kampanye VOAP

Gambar di bawah ini mengilustrasikan Theory of Change dari VOAP secara umum.

Aktivitas-aktivitas melibatkan dua komponen program, yakni kampanye informasi

publik dan pengembangan kemitraan dengan masyarakat dan pengusaha swasta.

Gambar 3 Teori Perubahan VOAP

Page 32: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

2.6.1.2 Temuan-temuan utama

Hasil pembelajaran dari kampanye VOAP adalah: (1) Siaga Ozon meningkatkan tingkat

kesadaran tentang ground-level ozone; (2) pemberitaan media banyak mempengaruhi

kesadaran masyarakat; (3) artikel di halaman depan koran-koran meningkatkan

kesadaran; dan (4) penduduk dengan tingkat pendapatan lebih tinggi, yang lebih tua,

dan berkulit putih lebih banyak mendengar tentang ground-level ozone.

Hasil perubahan perilaku berkendaraan:

a. jarak tempuh umum secara signifikan berkurang pada hari-hari siaga ozon (35.4 mil

di hari non-siaga berbanding 29,9 mil di hari siaga);

b. banyak prediksi mengenai perilaku berkendaraan yang terbukti benar dan sesuai

harapan, misalnya: pria dan individu berpenghasilan lebih besar, berkendaraan

lebih banyak dan sering melakukan perjalanan-perjalanan yang jauh;

c. kesadaran masyarakat tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku

berkendaraan, bukan berarti bahwa kampanye ini tidak diperlukan untuk

menunjang program;

Penurunan jumlah berkendaraan oleh pegawai-pegawai pemerintahan pada Hari Siaga

Ozon:

a. pengurangan jumlah berkendaraan sangat signifikan secara statistik hanya bagi

pegawai pemerintah;

Page 33: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 33

b. perubahan perilaku berkendaraan hanya akan signifikan bila konteks sosial

memperkuat perubahan-perubahan itu.

2.6.2 Community Trials Project (Projek Percobaan Masyarakat)

Community Trials Project adalah program yang menguji potensi strategi preventif dalam

masyarakat secara komprehensif selama lima tahun (1992-1996) di tiga komunitas

(sekitar 100.000 penduduk yang berlokasi di California Utara, California Selatan, dan

Carolina Selatan). Tujuannya adalah untuk mengurangi kejadian-kejadian yang

diakibatkan oleh faktor-faktor dan akibat yang berhubungan dengan alkohol.

Proyek ini berbasis pada kemitraan masyarakat – kalangan ilmiah, di mana tim peneliti

mengidentifikasi unsur utama dari strategi pencegahan umum, melakukan pelatihan,

bantuan teknis dan sumber daya bagi elemen-elemen tersebut. Tim proyek komunitas

percobaan menghubungkan strategi dan elemen pencegahan dengan kebutuhan dan

keadaaan mereka sendiri.

Tabel 3 Model Kampanye Community Trial Project

Tujuan Perubahan Perilaku Perubahan Kebijakan

Khalayak sasaran Masyarakat umum Masyarakat tertentu Pembuat Kebijakan

Evaluasi Eksperimental Kuasi-Eksperimental Non-Eksperimental

Program mempunyai lima elemen yang saling berhubungan. Pada saat projek dimulai,

keberhasilan masing-masing elemen sudah dapat dibuktikan. Namun, kelima

komponen ini belum pernah digunakan secara bersama-sama untuk mengurangi

kejadian-kejadian yang berkaitan dengan alkohol. Kelima elemen tersebut adalah:

1. Pengetahuan masyarakat, nilai-nilai dan mobilisasi, komponen ini terpadu dalam

dua aspek utama, yakni pengorganisasian masyarakat, advokasi media,

pengembangan koalisi masyarakat, serta satuan tugas untuk melaksanakan

intervensi khusus serta untuk meningkatkan perhatian masyarakat mengenai

trauma yang berkaitan dengan alkohol. Koalisi melaksanakan aktivitas advokasi

media untuk membangun dukungan masyarakat bagi empat komponen

pencegahan lainnya untuk mendapatkan kebijakan-kebijakan.

2. Layanan minuman yang bertanggung jawab (responsible beverage service),

komponen ini dirancang untuk mengurangi kemungkinan minuman yang tidak

Page 34: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 34

berlisensi yang dapat membahayakan penggunanya. Termasuk di dalamnya adalah

insentif untuk bar dan restoran untuk melakukan pelayanan dari staf terlatih untuk

menggenali pelanggan yang mabuk, di bawah umur, dan untuk untuk mempertegas

kebijakan pelayanan minuman bagi pelanggan, sehingga mencegah pelanggan

mabuk dan berkendaraan di bawah pengaruhnya (driving under influence/DUI).

3. Minum di bawah umur, komponen ini dirancang untuk mengurangi ketersediaan

alkohol secara sosial dan ritel untuk pengguna di bawah umur. Yang dilakukan

adalah program berbasis sekolah dan kemasyarakatan untuk orangtua dan anak-

anak mengenai penjualan dan akses alkohol melalui pelatihan. Program ini juga

mengajukan pengembangan dan pelaksanaan hukum penjualan alkohol di bawah

umur.

4. Minum dan mengemudi, ditujukan untuk meningkatkan awareness tentang resiko

sebenarnya dan larangan jika mengemudi di bawah penggaruh alkohol. Komponen

ini melibatkan advokasi media untuk meningkatkan dukungan dan awareness

masyarakat untuk dapat mengenali hal seperti ini. Program membuat checkpoint,

pelatihan pada petugas kepolisian mengenai teknik mengenali pengemudi yang

mabuk, serta penggunaan alat sensor alkohol pasif untuk meningkatkan

kemungkinan deteksi positif.

5. Akses terhadap alkohol, komponen ini menyertakan penggunaan kebijakan zoning

lokal sebagai upaya mengendalikan tingkat kepadatan outlet alkohol dan

mengurangi ketersediaannya secara ritel.

Fokus dari studi kasus ini adalah pada komponen pertama, yaitu mobilisasi

masyarakat, yang dinilai merupakan dukungan penting untuk implementasi keempat

komponen lainnya. Mobilisasi masyarakat didefinisikan sebagai organisasi yang

bertujuan dalam masyarakat untuk melaksanakan dan mendukung strategi kebijakan.

Dua komponen utama yang merupakan mobilisasi adalah pengorganisasian

masyarakat dan advokasi media. Tujuan mobilisasi disini adalah adalah pelaksanaan

kebijakan-kebijakan dalam masyarakat dengan menghubungkan semua komponen-

komponen preventif untuk mengurangi kecelakaan dan kematian berkaitan dengan

alkohol.

Page 35: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 35

2.6.2.1 Teori Perubahan untuk Community Trials Project

Gambar berikut menunjukan teori perubahan dibalik mobilisasi masyarakat dalam

Community Trials Project yang dikembangkan dari konsep model Treno et al., 1996;

Treno & Holder, 1997a; and Treno & Holder, 1997b)

Secara umum teori perubahan menunjukan penegasan proyek, yaitu bahwa mobilisasi

masyarakat saja (pengorganisasian masyarakat dan advokasi media) tidak berdampak

pada masalah yang berkaitan dengan alcohol secara langsung, akan tetapi harus

digunakan bersama-sama dengan komponen-komponen pencegahan lainnya (empat

strategi yang lain). Dengan cara ini mobilisasi dipandang sebagai perangkat pendukung

dari komponen pencegahan loka yang mengarahkan perubahan dan pelaksanaan

kebijakan. Pada gilirannya hal ini dapat menurunkan cedera dan kematian yang

disebabkan alkohol.

Hasil jangka pendek pertama dari pengorganisasian masyarakat adalah

pengembangan koalisi-koalisi local di tiga komunitas untuk bekerja pada masalah yang

berhubungan dengan alcohol. Koalisi-koalisi tersebut kemudian membentuk satuan

tugas untuk 4 strategi pencegahan lainnya. Koalisi ini diharapkan dapat meningkatkan

awareness masyarakat dan juga mampu menarik dukungan dari para tokoh kunci.

Advokasi media yang dilakukan baik oleh angota-anggotam koalisi-koalisi dan

masyarakat dirancang untuk mengunakan media lokal untuk kebutuhan pemberitaan

yang secara khusus dibentuk dan diarahkan untuk menyoroti solusi-solusi masalah

alcohol, dan menekankan pada para tokoh kunci untuk mengadopsi solusi-solusi bagi

kepentingan masyarakat.

Hubungan antara advokasi media dan perubahan kebijakan adalah berdasarkan pada

gagasan bahwa pemberitaan media akan menstimulus dan dukungan bagi adopsi

kebijakan mengenai alkohol yang relevan, dengan : 1) Secara langsung mengingkatkan

dukungan dari tokoh kunci untuk kegiatan intervensi lingkungan tertentu yang sedang

dipromosikan 2) meningkatkan awareness masyarakat dan mobilisasi tindakan publik

beserta dukungannya. Kemudian diharapkan akan memiliki pengaruh tokoh-tokoh

kunci untuk peubahan kebijakan dan pelaksanaannya.

Tujuan utama dari proyek ini adalah penelitian dan pembelajaran mengenai efektivitas

pendekatan preventif yang digunakan. Proyek ini dikenal juga sebagi Percobaan

preventif. Untuk itu, digunakan tiga komunitas “eksperimental” dimana intervensi

Page 36: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 36

dilakukan, sehingga memungkinkan pengujian yang berbeda-beda terhadap komunitas

percobaan/eksperimental terhadap komunitas pembanding.

Page 37: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Gambar 4 Teori Perubahan Community Trials Project

Laporan proyek mingguan terstruktur, kegiatan, dan interview oleh koordinator proyek

lokal adalah sunber-sumber data primer, laporan dan lembaran ini mencakup:

a. aktivitas pengorganisasian masyarakat, misalnya rekruitmen, pelatihan staf dan

bantuan-bantuan teknis. Laporan dan lembaran ini mencakup advokasi media,

misalnya melalui konferensi, kegiatan-kegiatan yang yang mengundang media, dan

tulisan-tulisan editorial;

b. koalisi dan pembentukan satuan tugas, pembentukan anggota dan anggaran

rumah tangga koalisi, pelaksanaan pelatihan advokasi media;

c. dukungan tokoh kunci untuk strategi preventif dan perubahan kebijakan;

d. perencanaan lokal untuk pelaksanaan strategi-strategi preventif, dilengkapi alat DUI

untuk mendeteki minuman alkohol.

Temuan yang didapatkan dari teori ini terbagi menjadi 4 temuan utama:

a. advokasi media dapat meningkatkan pemberitaan cetak maupun televisi tentang

topik yang berhubungan dengan alkohol di komunitas percobaan, terlihat

perbedaan yang signifikan secara statistik di komunitas percobaan dan komunitas

pembanding.

b. hubungan pemberitaan media dengan perhatian tokoh kunci:

Page 38: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 38

i. peningkatan pemberitaan media mengarahkan fokus perhatian tokoh kunci

terhadap permasalahan, kebijakan preventif dan solusi;

ii. advokasi media yang berhasil untuk mencapai perubahan kebijakan

membutuhkan tujuan kebijakan dan dukungan untuk tujuan-tujuan kebijakan

dari tokoh kunci dan pembuat keputusan. Perhatian berita saja tidak

mencukupi tanpa adanya tujuan kebijakan serta organisasi masyarakat yang

mendukungnya.

c. pengaruh komponen strategi pencegahan, perubahan kebijakan dan

pelaksanaannya:

i. mobilisasi masyarakat untuk mencapai hasil utamanya di tiga komunitas

percobaan.

ii. bukti perubahan kebijakan dan pelaksanaan yang berhubunganan dengan

komponen-komponen pencegahan adalah sebagai berikut:

a. kebijakan di bar dan restoran berubah, 409 manager dan pelayan

mendapatkan pelatihan;

b. pembelian alkohol di bawah umur berkurang dari 44 persen menjadi 17

persen;

c. 410 checkpoint didirikan;

d. syarat zoning diperketat di dua komunitas percobaan.

d. intervensi berbasis masyarakat yang komprehensif mengurangi komsumsi alkohol

yang beresiko tinggi dan cedera yang berkaitan dengan alkohol

2.6.2.2 Pelajaran studi kasus

Proyek ini menunjukan bagaimana kombinasi mobilisasi masyarakat dan advokasi

media serta kegiatan yang berbasis masyarakat dapat berpengaruh pada perubahan

kebijakan dan berdampak pada pencapaian pada tujuan kegiatan komunikasi.

Komunikasi dibuat berdasarkan komponen yang membentuk sistem komunikasi yang

terencana baik dan mampu melakukan intervensi pada tataran awareness dan

perubahan perilaku.

Page 39: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 39

2.6.3 Quality

QUALITY adalah sebuah proyek penelitian yang inovatif yang bertujuan untuk mengkaji

bagaimana warga Eropa yang tinggal di berbagai negara mengevaluasi kualitas hidup

mereka. Proyek ini menganalisis data perbandingan internasional mengenai

kesejahteraan sosial warga negara dan mengumpulkan data baru di delapan negara

mitra strategis: Belanda, Inggris, Jerman, Portugal, Finlandia, Hongaria, Bulgaria dan

Swedia. Proyek berjalan dari tanggal 1 Maret 2006 sampai tanggal 1 Maret 2009.

Tujuan proyek adalah untuk:

a. memberikan wawasan tentang kualitas hidup dan pekerjaan warga Eropa serta

dampak kebijakan Uni Eropa pada kesejahteraan warga negara Eropa;

b. meningkatkan pengetahuan tentang kondisi tempat kerja yang bisa berubah

menjadi organisasi yang sehat;

c. mengeksplorasi tren masa depan oleh konsultan kelompok nasional tingkat tinggi

dan dengan mengembangkan skenario perubahan kualitas hidup dan pekerjaan

warga negara;

d. menganalisis sejauh mana gender penting dalam hubungan antara kesejahteraan

dan kebijakan publik dan organisasi.

e. menyebarkan pengetahuan baru untuk pemangku kepentingan politik dan ekonomi

strategis, akademisi dan masyarakat.

2.6.3.1 Diseminasi QUALITY

Prosedur sosialisasi ini dijelaskan lebih jauh di dalam rencana, yakni menyajikan

ambisi konsorsium untuk menyebarkan pengetahuan baru yang efisien dan menantang

pada tiga tingkatan. Setiap tingkat memiliki beberapa saluran, spesifik untuk masing-

masing negara. Selain prosedur penyebaran informasi yang lebih umum, rencana ini

juga menyajikan strategi penyebaran informasi nasional yang berbeda. Selain

membuat laporan dari berbagai paket proyek pekerjaan yang tersedia, tim nasional

akan melakukan diseminasi secara spesifik pada tiap negara berbagai temuan dalam

berbagai cara selama beberapa tahun mendatang. Setiap tim negara telah

mengembangkan strategi penyebaran nasional yang mengatur bagaimana hasil

temuan harus disajikan:

a. Internasional - hampir semua Eropa dan komunitas global;

b. Nasional - masing-masing negara;

Page 40: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 40

c. Lokal - dalam masyarakat dimana studi kasus kami sedang dilakukan tiga

kelompok yang ditargetkan untuk diseminasi dari temuan proyek:

i. Pembuat kebijakan - mereka yang terlibat dalam kebijakan sosial dan

keluarga, peraturan pasar tenaga kerja, tanpa diskriminasi dan kebijakan

kesetaraan gender;

ii. Masyarakat sipil – asosiasi pengusaha, serikat buruh, LSM pemuda,

perempuan dan orang tua organisasi, masyarakat umum;

iii. Komunitas Akademik - antara peneliti, dosen, mahasiswa, dan para pakar.

Strategi penyebaran berbeda sesuai dengan karakteristik kelompok yang dituju. Model

diseminasi yang komunikasi yang digunakan adalah melalui website, mailing list

strategis untuk stakeholder, komunikasi interaktif, publikasi, konferensi dan seminar.

2.6.3.2 Contoh Diseminasi QUALITY di Belanda

Untuk menyebarluaskan hasil-hasil dari proyek penelitian internasional Kualitas Hidup

di Perubahan Eropa, bentuk yang berbeda akan digunakan adalah:

1. pertemuan ahli dengan pembuat kebijakan di berbagai departemen dengan

topik utama: makna kualitas hidup dan kualitas kerja di Belanda dan

pengaruhnya terhadap kondisi sosial ekonomi dan demografi dan implikasi

kebijakan mereka;

2. seminar dengan sejumlah kecil pengusaha penting di Belanda, topik utama

diskusi berpusat pada peran pengusaha dan kemungkinan berubah menjadi

organisasi yang sehat dengan tingkat kualitas hidup yang tinggi serta kualitas

kerja dan keberlanjutan ekonomi;

3. penyajian makalah di berbagai konferensi, seminar, dan simposium yang

ditargetkan pada para pembuat kebijakan Belanda dan pengusaha;

4. terjemahan situs Quality ke dalam bahasa Belanda dengan link ke publikasi

lain dari proyek Quality dan website Quality kepada publikasi lain yang relevan

dan informasi yang aktual;

5. publikasi penelitian di majalah ilmiah dan populer;

6. memuat wawancara di media seperti surat kabar, majalah, radio.

Page 41: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 41

2.6.3.3 Pelajaran Studi Kasus

Proyek Quality direncanakan dan dikembangkan secara matang di berbagai negara

untuk menilai kesejahteraan hidup di masing-masing negara. Identitas Quality adalah

implementasi dari konsep projek yaitu ‘Kualitas Hidup dalam Perubahan Eropa’.

Identitas ini secara konsisten digunakan untuk berbagai kegiatan dan diseminasi

selama projek berlangsung. Jaringan Komunikasi di berbagai negara anggota Quality

terjalin dengan baik, begitu pula dengan organisasi-organisasi internasional. Setiap

implementasi projek di negara anggota Quality dilakukan secara spesifik sesuai dengan

karakter negara masing-masing. Penggunaan media massa untuk kegiatan diseminasi

projek dilakukan secara baik dan teratur selama masa projek.

2.6.4 moneySENSE

Pemerintah singapura melalui Monetary Authority of Singapore (MAS) dengan bekerja

sama dengan institusi terkait telah meluncurkan program ‘Money Sense’ yang

bertujuan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan serta meningkatkan kesadaran

mengenai pengelolaan keuangan kepada warga negaranya. Program tersebut

diluncurkan pada tanggal 16 Oktober 2003 oleh deputi Perdana Menteri dan Ketua

MAS Lee Hsien Loong yang sekarang menjabat sebagai Perdana Menteri Singapura.

Program MoneySENSE mencakup tiga bahasan (tier) sehubungan dengan pendidikan

pengelolaan keuangan bagi masyarakat:

1. Basic Money Management yang mencakup keterampilan dalam pengelolaan

anggaran belanja dan tabungan, serta memberikan tips-tips penggunaan kredit

secara benar;

2. Financial Planning yang bertujuan untuk membekali masyarakat Singapura

dengan pengetahuan dan keterampilan untuk merencanakan kebutuhan

keuangan jangka panjang mereka;

3. Investment Know-How yang meliputi pengetahuan penting mengenai produk-

produk investasi dan keterampilan berinvestasi.

Asosiasi industri, organisasi masyarakat, dan lembaga konsumen dilibatkan dalam

mengembangkan program dan aktivitas untuk MoneySENSE dengan menggunakan

berbagai sarana yang ada untuk menjangkau berbagai segmen masyarakat. Sejak

diluncurkan, MoneySENSE telah menerbitkan lebih dari 100 artikel edukatif di media,

menyelenggarakan lebih dari 140 acara diskusi, seminar, dan workshop yang menarik

Page 42: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 42

lebih dari 15.000 peserta, dan 16 consumer guides dengan total sirkulasi lebih dari

satu juta eksemplar. Berikut merupakan beberapa program yang telah diselenggarakan

oleh MoneySENSE:

1. program televisi dalam bentuk game show dengan topik berkaitan dengan

pengelolaan keuangan dan investasi;

2. program radio yang berisi informasi dan tips pengelolaan keuangan;

3. diskusi dan seminar dengan topik pengelolaan keuangan, diantaranya: (a)

perencanaan keuangan keluarga; (b) pengambilan keputusan pengelolaan

keuangan yang efektif; (c) pemahaman tentang asuransi kesehatan; dan (d)

pedoman investasi efek untuk pemula;

4. online guides dalam situs www.moneysense.gov.sg yang berkaitan dengan

pengelolaan keuangan dan investasi;

5. roadshow yang menitikberatkan pada pendidikan pengelolaan keuangan

dengan partisipasi aktif peserta dalam serangkaian kegiatan yang dapat diikuti

oleh seluruh anggota keluarga, seperti games, kontes, dan seminar.

2.6.5 From Saving to Investment

Program sosialisasi pasar modal di Jepang dimulai dengan dibentuknya Tokyo Stock

Exchange (TSE) Academy pada bulan April 2004 yang ditujukan bagi individual

termasuk para guru dan para pelajar. Pendirian TSE Academy dilatarbelakangi oleh

beberapa kondisi ekonomi yaitu: (1) perubahan pada sektor keuangan, perburuhan

dan welfare system; (2) jumlah akun pada kas dan deposito hanya sebesar 50 persen

dari jumlah penduduk dan hanya 14 persen pada sekuritas; (3) pengenalan pays-off

system dan 401-K Plan pada dana pensiun; (4) tingkat bunga mencapai 0 persen; dan

(5) rendahnya pengetahuan di bidang keuangan dan investasi.

Sedangkan dalam bidang pendidikan, pendirian TSE Academy dipicu dari beberapa

kondisi, yaitu: (1) di bidang ilmu-ilmu sosial, waktu pelajaran lebih banyak terfokus

pada pelajaran sejarah dan geografi dibandingkan pada ilmu ekonomi dan keuangan;

dan (2) rendahnya kemampuan para guru di bidang ilmu ekonomi dan keuangan.

Dari sisi kebijakan publik telah dikampanyekan program From savings to investment

yang dilakukan dengan kolaborasi antara departemen. Upaya ini mempunyai dua

Page 43: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 43

tujuan utama, yaitu: (1) pengembangan dan penerapan program pendidikan ilmu

ekonomi dan keuangan yang sistematis; (2) pengembangan program training for

trainers. Perubahan yang terjadi pada sisi pemodal terdiri dari beberapa kondisi, yaitu:

(1) pengelolaan keuangan bagi individual; (2) meningkatnya pertumbuhan pemodal

ritel; (3) tumbuhnya kesadaran akan pentingnya pemahaman investasi. Pertumbuhan

partisipasi dalam TSE Academy tersebut sangat signifikan. Dari mulai dibuka pada April

2004 sampai dengan bulan September 2005, total peserta berjumlah 30.613 orang

dan terdapat peningkatan sebesar 61% (5.186 orang) dari April 2004 sampai dengan

September 2004. Program TSE Academy terdiri dari beberapa macam, yaitu: (1) basic

course dan (2) selective course, yang terdiri dari how to read financial statements,

stock trading and margin transaction, stock price indexes, bond trading, economic

events and fiancial/secuirites market, investment theory, how to manage company; (3)

special program seperti Commemorative Lectures.

Untuk program pengajaran di sekolah-sekolah, TSE telah menerapkan sejak tahun

2005 dengan beberapa jenis program, yaitu:

1. program dengan kelompok sasaran tertentu, seminar bagi para guru, kuliah

umum bagi mahasiswa, role playing bagi pelajar sekolah tingkat dasar dan

menegah;

2. program musiman seperti pengajaran bagi anak–anak dan orang tuanya serta

anjangsana pada lembaga-lembaga keuangan;

3. penyediaan bahan-bahan pengajaran;

4. kegiatan kolaborasi pada industri sekuritas; simulasi permainan perdagangan;

penyediaan buku-buku teks dan video serta pembuatan website.

Program penyebaran informasi kepada publik secara umum antara lain:

1. mengirimkan konselor untuk menerangkan tentang pasar modal dan bidang

keuangan lain kepada investor di Jepang;

2. seminar gratis tentang pasar modal kepada publik;

3. penyebaran brosur dengan memperhatikan target pembaca;

4. pengenalan investasi di website, termasuk juga informasi mengenai daftar

perusahaan efek maupun seminar mengenai investasi yang akan

diselenggarakan;

Page 44: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 44

5. pengelolaan Securities Information Center;

6. memasukan mata kuliah dan penyelenggaraan kuliah lewat televisi.

Program penyebaran informasi kepada lembaga-lembaga pendidikan antara lain:

1. stock market game;

2. experienced-based learning materials dalam bentuk CD, videotapes, dan printed

materials;

3. seminar musim panas bagi mahasiswa;

4. internship system di bidang pasar modal;

5. dukungan bagi asosiasi mahasiswa untuk riset mengenai pasar modal;

6. e-learning material berjudul Securities Quest yang ditujukan bagi para guru

untuk bertukar pikiran di bidang pasar modal.

2.7 Materi kajian

Berbagai prioritas-prioritas kebijakan harus mampu tersampaikan kepada publik dalam

sebuah informasi publik. Informasi publik dalam hal ini adalah suatu informasi yang

dimiliki rakyat, dikelola oleh pemerintah dan sudah seharusnya tersedia bagi

kepentingan rakyat, terkecuali jika ditentukan lain oleh perundang-undangan (US

National commision Libraries and Information Services). Dengan kata lain rakyat

mempunyai hak atas informasi yang dihasilkan oleh instansi pemerintah dengan

persyaratan tertentu, terkecuali atas pengabaian hak rakyat itu hanya boleh dilakukan

berdasarkan ketentuan yang tertera dalam peraturan perundang-undangan.

Proses penentuan kebijakan publik tentunya harus dapat menyerap aspirasi

masyarakat. Karena itu kebijakan publik perlu dikomunikasikan kepada masyarakat

guna mendapat umpan balik dari masyarakat, dan kebijakan publik tersebut hanya

dapat diketahui secara luas oleh masyarat melalui kegiatan diseminasi (penyebaran

informasi).

Tujuan sosialisasi ini adalah untuk menyampaikan kebijakan-kebijakan secara relevan

kepada kelompok-kelompok sasaran, dengan maksud memperbaiki kesesuaian dari

kebijakan-kebijakan tersebut dalam sebuah kerangka komunikasi publik dengan para

stakeholder. Selain itu, sosialisasi ini bertujuan juga untuk memberikan pengetahuan

Page 45: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 45

(public education), pemahaman dalam tataran peningkatan kesadaran kognitif publik

(awareness), perubahan sikap atau perilaku, atau dalam perspektif tujuan jangka

panjang adalah terbentuknya public will dari masyarakat dan para stakeholder dalam

menyikapi kebijakan-kebijakan tersebut, untuk sebuah perubahan yang lebih baik.

Sosialisasi akan dikembangkan berdasar pada permasalahan-permasalahan mendasar

dalam pembangunan Bidang Kewilayahan dan Tata Ruang, yaitu belum optimalnya

penyediaan basis analisis pembangunan wilayah, baik berupa data, informasi spasial,

maupun pemetaan, serta belum optimalnya penyelenggaraan dasar perencanaan

pembangunan wilayah, baik upaya-upaya dalam penataan ruang maupun pengelolaan

pertanahan yang menjadi acuan dalam pembangunan wilayah di daerah.

Pembangunan wilayah-wilayah tertinggal, perbatasan, kawasan strategis, kawasan

rawan bencana, kawasan perkotaaan, perdesaan, dan upaya-upaya pengembangan

ekonomi lokal, belum optimal dilaksanakan dan perlu dipercepat dan dikerjakan dalam

kerangka lintas sektor, lintas pelaku, dan lintas daerah. Berbagai upaya pemantapan

desentralisasi dan perbaikan tata kelola pemerintah daerah pun belum optimal

dilaksanakan untuk dapat mendukung proses pelaksanaan pembangunan wilayah di

daerah.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 merupakan

tahap kedua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

(RPJPN) 2005-2025 yang ditetapkan melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007.

RPJMN 2010-2014 ini selanjutnya menjadi pedoman bagi K/L dalam menyusun

Rencana Strategis K/L (Renstra-KL) dan menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah

daerah dalam menyusun/menyesuaikan rencana pembangunan daerahnya masing-

masing dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan nasional. Untuk pelaksanaan

lebih lanjut, RPJMN akan dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang

akan menjadi pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (RAPBN). Sesuai amanat Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun

2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN),

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan penjabaran

dari Visi, Misi, dan Program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), yang memuat strategi pembangunan

nasional, kebijakan umum, program K/L dan lintas kementerian/ lembaga,

kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup

gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam

Page 46: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 46

RPJM 4 (2020-

2024) Mewujudkan masya-

rakat Indonesia yang

mandiri, maju, adil dan

makmur melalui

percepatan pem-

bangunan di segala

bidang dengan struktur

perekonomian yang

RPJM 3

Memantapkan

pembangunan secara

menyeluruh dengan

menekankan

pembangunan

keunggulan kompetitif

perekonomian yang

berbasis SDA yang

RPJM 1

Menata kembali

NKRI, membangun

Indonesia yang

aman dan damai,

yang adil dan

demokratis, dengan

tingkat

RPJM 2

(2010-2014) Memantapkan

penataan kembali

NKRI, meningkatkan

kualitas SDM,

membangun

kemampuan iptek,

memperkuat daya

rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat

indikatif.

Strategi untuk melaksanakan Visi dan Misi RPJPN 2005-2025 dijabarkan secara

bertahap dalam periode lima tahunan atau RPJM (Rencana Pembangunan Jangka

Menengah). Masing-masing tahap mempunyai skala prioritas dan strategi

pembangunan yang merupakan kesinambungan dari skala prioritas dan strategi

pembangunan pada periode-periode sebelumnya. Tahapan skala prioritas utama dan

strategi RPJM secara ringkas adalah sebagai berikut:

Gambar 5 Pentahapan Pembangunan RPJPN 2005-2025

2.7.1 Prioritas Nasional

Visi dan Misi pemerintah 2010-2014, perlu dirumuskan dan dijabarkan lebih

operasional ke dalam sejumlah program prioritas sehingga lebih mudah

diimplementasikan dan diukur tingkat keberhasilannya. Prioritas Nasional ini bertujuan

untuk menjawab berbagai tantangan yang dihadapi oleh bangsa dan negara di masa

mendatang. Sebagian besar sumber daya dan kebijakan akan diprioritaskan untuk

menjamin implementasi dari prioritas nasional. Sebagaimana tertera dalam Buku I

RPJMN 2010-2014, prioritas nasional yang terkait dengan Tata Ruang dan Pertanahan

adalah: prioritas 4 Penanggulangan kemiskinan; prioritas 5 Ketahanan pangan;

Page 47: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 47

prioritas 6 Infrastruktur; prioritas 7 Iklim investasi dan usaha; prioritas 8 Energi; dan

prioritas 10 Daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik.

Prioritas 4: Penanggulangan Kemiskinan

Penurunan tingkat kemiskinan absolut dari 14,1% pada 2009 menjadi 8-10% pada

2014 dan perbaikan distribusi pendapatan dengan perlindungan sosial yang berbasis

keluarga, pemberdayaan masyarakat dan perluasan kesempatan ekonomi masyarakat

yang berpendapatan rendah.

Prioritas 5: Ketahanan Pangan

Peningkatan ketahanan pangan dan lanjutan revitalisasi pertanian untuk mewujudkan

kemandirian pangan, peningkatan daya saing produk pertanian, peningkatan

pendapatan petani, serta kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Peningkatan

pertumbuhan PDB sektor pertanian sebesar 3,7% per tahun dan Indeks Nilai Tukar

Petani sebesar 115-120 pada 2014.

Salah satu substansi inti program aksi ketahanan pangan adalah:

Lahan, pengembangan kawasan dan tata ruang pertanian: Penataan regulasi untuk

menjamin kepastian hukum atas lahan pertanian, pengembangan areal pertanian baru

seluas 2 juta hektar, penertiban serta optimalisasi penggunaan lahan terlantar.

Prioritas 6: Infrastruktur

Pembangunan infrastruktur nasional yang memiliki daya dukung dan daya gerak

terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan dan mengutamakan

kepentingan masyarakat umum di seluruh bagian negara kepulauan Republik

Indonesia dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Salah satu substansi inti program aksi Bidang Infrastruktur adalah:

Tanah dan tata ruang: Konsolidasi kebijakan penanganan dan pemanfaatan tanah

untuk kepentingan umum secara menyeluruh di bawah satu atap dan pengelolaan tata

ruang secara terpadu.

Prioritas 7: Iklim Investasi dan Iklim Usaha

Peningkatan investasi melalui perbaikan kepastian hukum, penyederhanaan prosedur,

perbaikan sistem informasi, dan pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Salah satu substansi inti program aksi Bidang Iklim Investasi dan Iklim Usaha adalah:

Page 48: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 48

Kepastian hukum: Reformasi regulasi secara bertahap di tingkat nasional dan daerah

sehingga terjadi harmonisasi peraturan perundang-undangan yang tidak menimbulkan

ketidakjelasan dan inkonsistensi dalam implementasinya.

Prioritas 8: Energi

Pencapaian ketahanan energi nasional yang menjamin kelangsungan pertumbuhan

nasional melalui restrukturisasi kelembagaan dan optimalisasi pemanfaatan energi

alternatif seluas-luasnya.

Salah satu substansi inti program aksi Bidang Energi adalah:

Energi alternatif: Peningkatan pemanfaatan energi terbarukan termasuk energi

alternatif geothermal sehingga mencapai 2.000 MW pada 2012 dan 5.000 MW pada

2014 dan dimulainya produksi coal bed methane untuk membangkitkan listrik pada

2011 disertai pemanfaatan potensi tenaga surya, microhydro, serta nuklir secara

bertahap.

Prioritas 10: Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca-Konflik

Program aksi untuk daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan pascakonflik ditujukan

untuk pengutamaan dan penjaminan pertumbuhan di daerah tertinggal, terdepan,

terluar serta keberlangsungan kehidupan damai di wilayah pascakonflik dengan

substansi inti sebagai berikut:

Keutuhan wilayah: Penyelesaian pemetaan wilayah perbatasan RI dengan Malaysia,

Papua Nugini, Timor Leste, dan Filipina pada 2010.

2.7.2 Tata Ruang

2.7.2.1 Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi untuk penyelenggaraan penataan ruang adalah sebagai

berikut:

1. Pengaturan penataan ruang:

a. Belum selesainya penyusunan leuruh perautran perundangan yang

diamanatkan oleh UU No. 26 Tahun 2007;

b. Belum tersusunnya aturan dalam bentuk PP yang menyerasikan peraturan

epalsanaan UU No. 26 Tahun 2007 dengan UU sektoral;

2. Pembinaan penataan ruang:

Page 49: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 49

a. Belum optimalnya kapasitas kelembagaan termasuk kualitas dan kuantitas

sumberdaya manusia serta masih terbatasanya penyediaan informasi;

b. Kurangnya pemahaman tentang UU 26 Tahun 2007 oleh pemangku

kepentingan yang disebabkan oleh kurangnya sosialisasi dan advokasi;

c. Lemahnya koordinasi penyelenggaraan penataan ruang antar sektor dan antar

wilayah;

3. Perencanaan tata ruang:

a. Lambatnya pengesahan Perda RTRWP dan RTRWK;

b. Kualitas dan kuantitas data yang belum memadai untuk penyusunan RTR;

c. Proses penyusunan RTR yang belum mengakomodasi proses politis dan belum

melibatkan masyarakat;

4. Pemanfaatan ruang:

a. Belum serasinya program pembangunan antar sektor dan antar wilayah;

b. Masih rendahnya tingkat kesesuaian penggunaan lahan dengan yang

direncanakan dalam RTR;

5. Pengendalian pemanfaatan ruang: belum tersedianya instrumen pengendalian yang

optimal dan mekanisme perizinan yang mengacu pada RTR dan sanksi atas

pelanggaran;

6. Pengawasan penataan ruang: belum terbentuknya penyidik pegawai negeri sipil

penataan ruang yang mencukupi untuk meningkatkan fungsi pengawasan.

2.7.2.2 Sasaran

1. Tersusunnya peraturan perundangan untuk mendukung implementasi UU

26/2007;

2. Terlaksananya pembinaan penataan ruang kepada pemangku kepentingan;

3. Terwujudnya peningkatan peran kelambagaan yang handal termasuk sumberdaya

manusia dan sistem informasi;

4. Terwujudnya peningkatan kualitas produk RTR yang disertai dengan penginkatan

layanan peta dasar dan tematik;

5. Terwujudnya sinkronisasi program pembangunan antarsektor dan antarwilayah

yang mengacu pada RTR;

6. Terwujudnya kesepakatan kerjasama pembangunan antarwilayah;

7. Terlaksananya pengendalian pemanfaatan ruang dan pengawasan teknis.

Page 50: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 50

2.7.2.3 Arah kebijakan dan strategi

Arah kebijakan dalam prioritas bidang penyelenggaraan penataan ruang adalah

mewujdukan penyelenggaraan pentaan ruang yang berkelanjutan dengan

meningkatkan kualitas rencana tata ruang, mengoptimalkan peran kelembagaan, dan

diacunya rencana tata ruang dalam pelaksanaan pembangunan.

Untuk mencapai arah kebijakan teresbut, dirumuskan strategi, yaitu:

1. Mempercepat penyusunan dan pengesahan RTR dan peratuan perudnangan

pelaksanaan sebagai amanat UU 26/2007;

2. Mewujudkan sinkronisasi program pembangunan sesuai dengan RTRW;

3. Meningkatkan sosialisasi dan advokasi perautran perundangan tata ruang dan

NSPK Penataan Ruang kepada pemangku kepentingan di tingkat pusat dan

daerah;

4. Mempercepat penyelesaian sistem informasi penataan ruang terpadu, peta

dasar dan tematik serta memanfaatkan pendekatatan KLHS sebagai salah satu

acuan dalam penyusunan rencana tata ruang dalam rangka peningkatan

kualitas penyelenggaraan peantaan ruang;

5. Meningkatkan kapasitas kelembagaan penataan ruang dengan menginkatkan

kualitas SDM dan koordinasi antar sektor dan wilayah, dan membangun

kerjasama dan kesepakatan antar wilayah;

6. Meningkatkan pengendalian pemanfaatan ruang;

7. Mengoptimalkan pengawasan penyelenggaraan pentaan ruang termasuk di

dalamnya melalui pengendalian pemanfaatan ruang dan terbentuknya PPNS;

2.7.3 Pertanahan

2.7.3.1 Permasalahan

Upaya pengembangan wilayah memerlukan dukungan penerapan sistem pengelolaan

pertanahan yang efisien, efektif, serta penegakan hukum terhadap hak atas tanah

dengan menerapkan prinsip-prinsip keadilan, transparansi, dan demokrasi. Beberapa

kondisi yang membutuhkan perhatian dan penanganan dalam upaya menjadikan

tanah sebagai salah satu sumber perbaikan kesejahteraan masyarakat adalah sebagai

berikut.

a. Belum Kuatnya Jaminan Kepastian Hukum Hak Masyarakat Atas Tanah

Page 51: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 51

Keterbatasan ketersediaan peta dasar untuk pendaftaran tanah merupakan salah

satu kendala utama yang perlu diatasi. Data yang ada menunjukkan bahwa dari

39.681.839 bidang tanah yang telah terukur dan terdaftar, 10 persen yang sudah

dipetakan secara jelas koordinatnya. Disamping itu, dengan mencermati kian

tingginya tuntutan penggunaan teknologi informasi dalam pengelolaan pertanahan,

peta dasar yang merupakan infrastruktur utama pendaftaran tanah juga perlu

dituangkan dalam bentuk digital.

b. Masih Terjadinya Ketimpangan Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan

Pemanfaatan Tanah (P4T)

Meskipun telah dilakukan upaya penataan P4T, masih terindikasi tanah terlantar

seluas 7.300.000 hektar. Di sisi lain, rata-rata penguasaan tanah kurang dari 0,5

hektar per rumah tangga petani masih belum cukup memadai untuk mencapai

skala usaha pertanian. Dengan demikian, penataan P4T perlu ditingkatkan

efektivitasnya untuk memperkecil resiko sengketa tanah, mengurangi kesenjangan

penguasaan tanah serta menanggulangi kemiskinan, terutama di perdesaan.

Disamping itu, upaya redistribusi tanah perlu dilanjutkan dan diperbaiki dengan

memperhatikan bahwa legalisasi aset tanah tidak serta merta meningkatkan taraf

hidup penerima redistribusi tanah. Untuk itu, diperlukan penyiapan yang matang

sebelum tahap sertifikasi, serta adanya akses terhadap sumber daya produktif

setelah diperolehnya sertifikat tanah.

Selanjutnya berdasarkan Neraca Penatagunaan Tanah (PGT) di 93 kabupaten, yang

membandingkan penggunaan tanah dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),

tercatat sekitar 31 persen luas tanah yang penggunaannya belum sesuai dengan

RTRW. Ketidaksesuaian dengan RTRW dapat berpotensi meningkatkan

ketidakpastian dalam penggunaan dan pemanfaatan tanah.

c. Kinerja Pelayanan Pertanahan Yang Belum Optimal

Peningkatan kinerja pelayanan pertanahan masih menghadapi kendala sistem

informasi pertanahan yang belum memadai kualitasnya, baik dari aspek keamanan

data yuridis maupun aspek kenyamanan pelayanan. Selain itu, masih diperlukan

penguatan kapasitas sumber daya manusia di Bidang Pertanahan, yang mencakup

kemampuan teknis, profesionalisme serta penerapan tata pemerintahan yang baik.

d. Penataan Dan Penegakan Hukum Dalam Pengelolaan Pertanahan Belum Memadai

Page 52: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 52

Ketidaksesuaian antar peraturan perundangan yang terkait dengan tanah masih

menjadi kendala utama baik dalam mewujudkan kepastian hukum hak atas tanah

maupun dalam menyelesaikan serta mencegah kasus pertanahan. Ketetapan MPR

No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam

juga telah mengamanatkan pengkajian peraturan dalam rangka sinkronisasi

kebijakan antarsektor. Oleh karena itu, penataan dan penegakan hukum dalam

pengelolaan pertanahan perlu dilakukan secara optimal.

2.7.3.2 Sasaran

Berdasarkan penjabaran permasalahan-permasalahan tersebut di atas, maka sasaran-

sasaran pokok pembangunan Bidang Pertanahan adalah sebagai berikut:

1. Bertambahnya cakupan wilayah yang memiliki peta pertanahan seluas

10.500.000 ha.

2. Bertambahnya luas tanah yang telah terdaftar.

3. Meningkatnya kepastian hukum hak atas tanah, termasuk di dalamnya bagi

masyarakat kurang mampu, untuk mengakses sumberdaya produktif.

4. Meningkatnya penerapan sistem informasi dan manajemen pertanahan.

5. Meningkatnya ketersediaan informasi mengenai kesesuaian pola tata guna

tanah dengan RTRW.

6. Terlaksananya pemberian aset tanah yang layak terutama bagi kalangan kurang

mampu sebanyak 1.050.000 bidang.

7. Meningkatnya pengendalian penguasaan tanah terlantar.

8. Terlaksananya penataan dan penegakan hukum pertanahan.

9. Meningkatnya kualitas SDM dalam pengelolaan pertanahan.

2.7.3.3 Arah Kebijakan dan Strategi

Arah kebijakan yang dirumuskan untuk mencapai sasaran pembangunan pertanahan

adalah “Melaksanakan pengelolaan pertanahan secara utuh dan terintegrasi melalui

Reforma Agraria, sehingga tanah dapat dimanfaatkan secara berkeadilan untuk

Page 53: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 53

memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan turut mendukung pembangunan

berkelanjutan”. Arah kebijakan tersebut ditempuh melalui strategi sebagai berikut.

1. Peningkatan penyediaan peta pertanahan dalam rangka legalisasi aset dan

kepastian hukum hak atas tanah;

2. Pengaturan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T)

termasuk pengurangan tanah terlantar;

3. Peningkatan kinerja pelayanan pertanahan;

4. Penataan dan penegakan hukum pertanahan serta pengurangan potensi

sengketa.

2.8 Perumusan Alur Pendekatan Kajian

Dikaitkan dengan UU No. 14 Tahun … tentang ... dan Kepmen PPN/Ka Bappenas No. …

Pasal 438 tentang Fungsi dan Tugas Pokok Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan,

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan mempunyai kewajiban memberikan informasi

atas permintaaan masyarakat (public rights to know). Sejalan dengan perubahan

paradigma di bidang komunikasi, komunikasi tidak lagi dapat dilakukan secara

kasualitas linier (satu arah), tetapi relasional dan transaksional (dua arah).

Pengaruhnya bersifat timbal balik, sehingga pihak-pihak yang berkomunikasi saling

bergantung, dan pesannya harus dirancang secara konvergen dan sirkular. Dalam

memberikan pelayanan informasi kepada publik, bisa didasarkan pada karakteristik

lembaga sesuai dengan landasan kebijakan institusi.

Sosialisasi mengacu pada suatu proses belajar seorang individu yang akan mengubah

dari seseorang yang tidak tahu menahu tentang diri dan lingkungannya menjadi lebih

tahu dan memahami. Sosialisasi merupakan suatu proses di mana seseorang

menghayati (mendarahdagingkan - internalize) norma-norma kelompok di mana ia

hidup sehingga timbullah identitas diri yang unik yang berbeda dengan individu yang

lain. Sosialisasi bisa juga dipandang sebagai sebuah proses pemasyarakatan program-

program yang dilakukan melalui melalui berbagai tingkatan komunikasi. Berangkat

dari pandangan ini, maka sebagai batasan konseptual, strategi sosialisasi ini akan

diarahkan kepada adaptasi dan pengunaan metode-metode dalam komunikasi publik,

khususnya penyebaran informasi melalui kampanye komunikasi publik.

Dari penjelasan-penjelasan di atas, maka sosialisasi dalam kajian ini diartikan sebagai

mekanisme penyampaian informasi tentang RPJMN 2010-2014 untuk Bidang TRP

Page 54: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 54

melalui berbagai pola dan bentuk kegiatan baik secara langsung maupun tidak

langsung berhubungan dengan kelompok-kelompok sasaran dalam masyarakat.

Dengan mekanisme ini kelompok-kelompok dalam masyarakat menjadi tahu dan dapat

memahaminya. Pada hakekatnya kegiatan sosialisasi merupakan bagian dari proses

komunikasi dalam rangka meningkatkan kesadaran kognitif (awarenes).

Strategi sosialisasi yang dikembangkan dalam kajian ini dibuat dalam sebuah konteks

sistem stategi komunikasi yang berkaitan satu sama lain, dan dirancang untuk

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Strategi yang dibangun merupakan paduan

perencanaan komunikasi dengan manajemen komunikasi untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Dari kajian-kajian yang dilakukan di awal kegiatan ini, ada beberapa

identifikasi temuan yang menjadi komponen kunci untuk pengembangan-

pengembangan strategi sosialisasi RPJMN Bidang TRP. Komponen-komponen tersebut

adalah antara lain mengenai sistem komunikasi yang belum terbentuk optimal,

identitas komunikator dan program, pemilihan prioritas penyampaian informasi dan

perancangan pesan, serta mengenai kesinambungan sosialisasi.

Dalam hubungannya dengan landasan konsep yang telah diuraikan sebelumnya, maka

fokus strategi komunikasi untuk tahapan awal ini difokuskan pada pemetaan-

pemetaan strategi komunikasi yang menjadi prioritas dan dinilai penting untuk segera

dikembangkan. Jika kita menelaah tujuan sentral strategi komunikasi seperti yang

diutarakan oleh Pace, Peterson, dan Burnet (… dalam Effendy, 1997), maka strategi

komunikasi pada dasarnya terdiri atas tiga tujuan utama yaitu: (a) to secure

understanding; (b) to establish acceptance, dan (c) to motivate action. Kajian strategi

sosialisasi RPJMN ini kemudian difokuskan pencapaiannya pada tingkat kesadaran

(awareness), tingkat pengetahuan, dan tingkat pemahaman materi-materi RPJMN di

Bidang TRP secara merata. Meskipun demikian kajian ini juga menyajikan beberapa

model konsep yang dapat digunakan untuk pencapaian tujuan sosialisasi yang lebih

tinggi di tataran perubahan perilaku dan perubahan kebijakan yang akan mendukung

kegiatan sosialisasi RPJMN ke berbagai lapisan masyarakat.

Page 55: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 55

Bab 3 Kerangka pemikiran dan metodologi kajian

3.1 Kerangka pemikiran

Untuk mencapai sasaran (Bagian 1.3) dengan ruang lingkup yang telah ditentukan

dalam Bagian 1.4, maka dipilih dua metode penelitian utama yaitu suvey dan focus

group discussion. Survey ditujukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan objek

sosialisasi agar strategi yang dirancang sesuai dengan sasaran. Focus group

discussion dilaksanakan untuk mempercepat pengujian atas rancangan strategi

komunikasi yang telah disusun. Selain dengan focus group discussion, pengujian dapat

dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara. Bila dibandingkan dengan focus

group discussion, wawancara lebih banyak membutuhkan personel dan membutuhkan

waktu yang lebih lama. Kedua metode yang dipilih tersebut dijelaskan lebih lanjut

dalam Bagian 3.2.

3.2 Metodologi

3.2.1 Survey

Survey dilakukan terhadap tiga objek sasaran yaitu pemerintah daerah, perguruan

tinggi, dan masyarakat. Pengumpulan data ini merupakan upaya untuk

mengembangkan dan mengujicobakan serangkaian prediksi-prediksi yang ditemukan

dan disadari sebelumnya oleh tim kajian mengenai permasalahan pengetahuan,

pemahaman, serta sosialisasi Bidang TRP. Data ini berguna sekali untuk membantu

mengungkap berbagai fakta, pendapat, wacana, fenomena, hingga manfaatnya

sebagai sumber bagi pengembangan strategi-strategi komunikasi yang akan dibuat

kemudian.

Pemilihan responden dilakukan terhadap informan-informan kunci di tiga objek

sosialisasi berdasarkan pada penentuan lingkup keilmuan, profesi, dan pendidikan.

Untuk kalangan perguruan tinggi survey dilakukan terhadap kelompok akademis dari

jurusan perencanaan, ilmu bumi dan geo-informasi. Untuk pemerintah daerah survey

dilakukan terhadap Bappeda, dan untuk masyarakat umum berdasar pada jenjang

pendidikan dari SMA hingga S2.

Menurut Bungin (2008), prosedur sampling yang terpenting adalah bagaimana

menentukan informan kunci (key informan) atau situasi sosial tertentu yang sarat

Page 56: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 56

informasi sesuai dengan fokus penelitian. Teknik pemilihan sampel secara acak

(seperti yang lazim digunakan dalam penelitian kuantitatif), dengan sendirinya tidak

relevan. Untuk memilih sampel (dalam hal ini informan kunci atau situasi sosial) lebih

tepat dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Selanjutnya bilamana dalam

proses proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi informasi, maka

peneliti tidak perlu lagi untuk mencari informan baru, proses pengumpulan informasi

dianggap sudah selesai. Dengan demikian, penelitian kualitatif tidak dipersoalkan

jumlah sampel. Dalam hal ini, jumlah sampel (informan) bisa sedikit, tetapi bisa juga

banyak, terutama tergantung dari: a) tepat tidaknya pemilihan informan kunci, dan b)

kompleksitas dan keragaman fenomena sosial yang diteliti.

Spradley (1980) mengusulkan lima kriteria untuk pemilihan sampel informan awal,

sebagai berikut:

1. Subyek yang telah cukup lama dan intensif menyetu dengan kegiatan atau medan

aktivitas yang yang menjadi informasi, melainkan juga menghayati secara

sungguh-sungguh sebagai akibat dari keterlibatannya yang cukup lama dengan

lingkuangan atau kegiatan yang bersangkutan. Ini biasanya ditandai oleh

kemampuannya dalam memberikan informasi (hapal “di luar kepala”) tentang

sesuatu yang ditanyakan.

2. Subyek yang masih terlibat secara penuh/aktif pada lingkungan atau kegiatan

yang menjadi perhatian peneliti, mereka yang sudah tidak aktif, biasanya

informasinya terbatas dan kurang akurat, kecuali jika peneliti ingin menggali

informasi tentang pengalaman mereka.

3. Subyek yang mempunyai banyak waktu atau kesempatan untuk diwawancarai.

4. Subyek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau

dipersiapkan terlebih dahulu. Mereka ini tergolong “lugu” (apa adanya) dalam

memberikan informasi. Persyaratan ini cukup penting, terutama bagi peneliti

pemula, dan berkaitan dengan upaya untuk memperoleh informasi yang lebih

faktual.

5. Subyek yang sebelumnya masih tergolong masih “asing” dengan penelitian,

sehingga peneliti merasa lebih tertantang untuk “belajar” sebanyak mungkin dari

subyek yang berfungsi sebagai “guru baru” bagi peneliti. Pengalaman menunjukan,

persyaratan ini terbukti merupakan salah satu faktor penting bagi produktivitas

perolehan informasi di lapangan.

Page 57: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 57

Survey yang dilakukan dalam kajian ini tidak bermaksud untuk menggambarkan

karakteristik populasi atau menarik generalisasi kesimpulan yang berlaku bagi suatu

populasi, melainkan lebih terfokus kepada representasi terhadap fenomena sosial.

Penelitian kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena sosial yang

bersifat unik dan kompleks. Padanya terdapat regularitas atau pola tertentu, namun

penuh dengan variasi (keragaman). Data atau informasi harus ditelusuri seluas-

luasnya (dan sedalam mungkin) sesuai dengan variasi yang ada. Hanya dengan cara

demikian, peneliti mampu mendeskripsikan fenomena yang diterliti secara utuh

(Bungin, 2008)

Sampai dengan berakhirnya pengumpulan informasi umumnya terdapat tiga tahap

pemilihan sampel dalam penelitian kualitatif , yakni: (a) pemilihan sampel awal, apakah

itu informan (untuk diwawancarai atau suatu situasi sosial (untuk diobservasi) yang

terkait dengan fokus penelitian; (b) pemilihan sampel lanjutan guna memperluas

deskripsi informasi dan melacak variasi informsi yang mungkin ada, dan (c)

menghentikan pemilihan sampel lanjutan bilamana dianggap sudah tidak ditemukan

lagi variasi informasi (sudah terjadi replikasi perolehan informasi). Dalam menempuh

tiga tahapan tersebut, prosedur pemilihan sample dalam penelitian kualitatif yang

lazim digunakan adalah melalui teknik snowball sampling.

Variasi sampel informan memang diperlukan agar tidak terbatas pada sekelompok

individu saja yang seringkali memiliki kepentingan tertentu, sehingga hasil penelitian

menjadi bias. Terlepas dari itu semua, subyek dalam penelitian kualitatif (baik yang

dipilih sebagai informan awal atau informan berikutnya), harus benar-benar memiliki

predikat sebagai key informan yang sarat dengan informasi yang diperlukan sesuai

dengan tujuan penelitian.

Fokus perancangan isi kuesioner ditekankan pada pertanyaan-pertanyaan

pengetahuan, pemahaman dan sosialisasi tentang pembangunan nasional, kebijakan

pembangunan Bidang TRP, perencanaan kebijakan tata ruang dan pertanahan,

pengawasan kebijakan tata ruang dan pertanahan, isu seputar tata ruang dan

pertanahan, aspek lembaga dan organisasi, pengetahuan dan pemahaman kebutuhan

sistem informasi, pengetahuan dan pemahaman fungsi sistem informasi, pelatihan.

Survey dilakukan terhadap 12 responden masyarakat, 12 responden Akademisi, dan 6

responden dari Pemda. Teknis penyebaran kuesioner dilakukan dalam dua cara yaitu

Page 58: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 58

secara langsung, dengan menemui para responden dan juga secara tidak langsung

melalu sarana e-mail di kota Bandung dan Jakarta.

3.2.2 Focus group discussion

FGD adalah wawancara dalam kelompok tentang topik yang sangat spesifik (Bender &

Ewbank, 1994) yang harus dipandu oleh moderator. Teknik ini digunakan untuk

mendapatkan data primer dengan memanfaatkan interaksi antar partisipan di dalam

kelompok (Sim & Snell, 1996 dikutip dalam Sim, 1998; Folch-Lyon & Trost, 1981).

Satu kelompok idealnya terdiri dari enam sampai dengan dua belas partisipan (Folch-

Lyon & Trost, 1981).

Interaksi antar partisipan di dalam FGD dilakukan dengan mendorong partisipan untuk

memberikan komentar pada pendapat partisipan lain dan juga dengan menjawab

pertanyaan umum dari moderator (Folch-Lyon & Trost, 1981). Pertanyaan yang

diajukan untuk memperdalam diskusi atas satu topik spesifik (Folch-Lyon & Trost,

1981). Interaksi ini memungkinkan penggalian informasi yang lebih komprehensif

dibandingkan dengan metode lain (Barbour, 2005).

Kelebihan teknik adalah masukan komprehensif dari peserta diskusi dalam waktu yang

bersamaan yang berasal dari interaksi antar partisipan (Morgan, 1988). Kelebihan ini

yang adalah alasan utama menyebabkan teknik ini dapat digunakan untuk

mendapatkan data untuk masalah kompleks (Basch, 1987 cited in Twinn, 1998).

Keuntungan lain teknik ini adalah kecepatan pengumpulan data dibandingkan dengan

teknik wawancara (Barbour, 2005) dan dapat menurunkan tekanan untuk terpaksa

berbicara bagi partisipan (Twinn, 1998).

Kelemahan teknik adalah kadang-kadang peneliti sulit mengendalikan arah diskusi

dibandingkan dengan wawancara (Bender & Ewbank, 1994). Dengan

mempertimbangkan kekurangan dan kelebihan teknik ini maka teknik ini sebaiknya

digunakan sebagai komplemen bagi analisis kuantitatif lainnya (Folch-Lyon & Trost,

1981).

Moderator memiliki peran yang sangat penting untuk menentukan kualitas data yang

dikumpulkan selama FGD (Sim, 1998). Pengetahuan teknis at topik yang didiskusikan

sama pentingnya dengan kemampuan untuk mengendalikan diskusi (Sim, 1998)

begitu juga perilaku positif yang ditunjukan oleh moderator (Folch-Lyon & Trost, 1981).

Page 59: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 59

Perilaku positif yang penting ditunjukan oleh moderator adalah indikasi bahwa

moderator adalah pihak yang belajar dari partisipan bukan sebaliknya (Milward, 1995

dikutip dalam Sim, 1998). Kontribusi moderator di dalam diskusi sebaiknya hanya

sekitar lima sampai dengan sepuluh persen dari diskusi (Hague, 1993 dikutip dalam

Sim, 1998).

Moderator memandu diskusi dengan memperkenalkan masalah, memandu dan pada

saat yang sama mendorong partisipasi yang setara antar seluruh partisipan (Folch-Lyon

& Trost, 1981; Carey, 1995 dikutip dalam Sim, 1998; Bender & Ewbank, 1994),

memfokuskan kembali dan menarik partisipan kembali aktif berdiskusi (Twinn, 1998;

Bender & Ewbank, 1994).

Jumlah partisipan dalam satu FGD biasanya antara enam sampai dengan dua belas

(Morgan, 1988 dikutip dalam Bender & Ewbank, 1994; Stewart & Shandasani, 1990

dikutip dalam Sim, 1998; Folch-Lyon & Trost, 1981). Jumlah peserta dapat lebih

banyak di daerah yang tidak terbiasa mengutarakan pendapat, misalnya sampai

dengan lima belas orang (Bender & Ewbank, 1994).

Selain jumlah partisipan, keseragaman antara anggota kelompok juga penting karena

dapat menciptakan lingkungan yang suportif sehingga topik dapat didiskusikan dengan

lebih baik, tanpa tekanan (Barbour, 2005). Bila kajian memerlukan masukan dari

kelompok dengan karakteristik yang berbeda maka diperlukan sesi diskusi yang lebih

banyak untuk meningkatkan keakuratan data (Krueger, 1994 dikutip dalam Sim,

1998) dan untuk mempelajari variasi pendapat dari berbagai kelompok dalam populasi

(Ward et al., 1991).

Keseragaman anggota dapat ditetapkan berdasarkan umur, jenis kelamin, golongan

sosial ekonomi atau latar belakang pendidikan (Folch-Lyon & Trost, 1981). Kriteria

untuk menentukan keseragaman karakteristik partisipan tergantung pada tujuan

kajian itu sendiri (Ward et al., 1991).

Analisis data FGD menggunakan cara yang biasa digunakan untuk menganalisis data

kualitatif seperti analisis induksi berdasarkan content analysis (Sim, 1998). Dengan

teknik ini, grup menjadi unit analisis, bukan individu (Knodel & Pramualratana 1987;

Morgan 1988 dikutip dalam Bender & Ewbank, 1994). Lima langkah yang diperlukan

adalah: (1) mendengarkan rekaman untuk mengenali iklim diskusi; (2) membuat

transkrip: (3) membuat daftar temuan; (4) mengelompokan temuan berdasarkan topik;

Page 60: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 60

(5) analisis antar grup; dan (6) membuat laporan mendalam termasuk temuan untuk

setiap topik dan interpretasi hasil dari setiap sesi (Folch-Lyon & Trost, 1981).

Dalam kajian ini, FGD dilakukan untuk mendapatkan konfirmasi dan masukan dari

ketiga objek sosialisasi atas rancangan strategi dan materi yang akan disosialisasikan.

Untuk mempertahankan homogenitas di antara anggota kelompok, FGD dibagi menjadi

tiga kelompok sesuai dengan objek sosialisasi: perguruan tinggi, pemerintah daerah

dan masyarakat. Dengan pembagian ini diharapkan partisipan dapat berinteraksi

dengan baik di dalam grup dan dapat menghasilkan input bagi perbaikan rancangan

strategi sosialisasi yang sedang disusun. Jumlah peserta di tiap kelompok dibatasi

sebanyak delapan orang untuk memudahkan fasilitator dan juga agar setiap peserta

mendapatkan waktu yang cukup untuk memberikan masukan untuk materi yang

didiskusikan.

Lokasi FGD dipilih berdasarkan lokasi perguruan tinggi dan perbedaan karakteristik

masyarakat. Bandung dipilih karena banyaknya jumlah perguruan tinggi yang ada di

kota tersebut untuk menjamin terpenuhinya jumlah partisipan di kelompok perguruan

tinggi. Di Bandung, selain itu perguruan tinggi, FGD dilakukan juga untuk masyarakat

serta pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Berikut adalah daftar peserta yang

diundang dalam setiap kelompok objek untuk FGD yang dilaksanakan di Bandung:

1. Pemerintah daerah: Bappeda Provinsi Jawa Barat, Bappeda Kota Bandung,

Bappeda Kab Bandung, Bappeda Kab Bandung Barat, Kanwil BPN Prov Jabar,

Kantor Pertanahan Kota Bandung, Kantor Pertanahan Kab Bandung, Kantor

Pertanahan Kab Bandung Barat.

2. PT dan LSM: Jur Planologi ITB, Jur Planologi UNPAS, Jur Planologi UNISBA, Jur

Planologi ITENAS, Jur Geodesi ITB, Jur Geografi UPI, LSM AKATIGA, AKPPI (ASOSIASI

KONSULTAN PEMBANGUNAN PERMUKIMAN INDONESIA).

3. Masyarakat: Ibu rumah tangga (lulusan S1) [2 orang]; Tokoh masyarakat (minimal

lulusan SMA) [2 orang]; Relawan P2KP (minimal lulusan SMA) [2 orang]; petani

(minimal lulusan SMA) [1 orang]; wiraswasta (minimal lulusan SMA) (pemilik

warung/ toko) (minimal lulusan SMA) [1 orang]. Kelompok masyarakat diundang

dengan bantuan identifikasi oleh BKM Kota Bandung.

Batam dipilih karena terletak di kepulauan dan memiliki budaya yang berbeda

dibandingkan dengan Bandung. Selain FGD untuk masyarakat, FGD dilaksanakan juga

Page 61: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 61

untuk kelompok pemerintah daerah. Di Batam, peserta yang diundang untuk setiap

kelompok objek adalah:

1. Pemerintah daerah: Bappeda Provinsi Kepulauan Riau, Bappeda Kota

Tanjungpinang, Bappeda Kota Batam, Bappeda Kabupaten Karimun, Kanwil BPN

Kepulauan Riau, Kantor Pertanahan Kota Tanjungpinang, Kantor Pertanahan Kota

Batam, Kantor Pertanahan Kabupaten Karimun.

2. Masyarakat dan Ornop: Ibu rumah tangga (lulusan S1) [2 orang]; Tokoh masyarakat

(minimal lulusan SMA) [2 orang]; Relawan P2KP (minimal lulusan SMA) [2 orang];

petani (minimal lulusan SMA) [1 orang]; wiraswasta (minimal lulusan SMA) (pemilik

warung/ toko) (minimal lulusan SMA) [1 orang].

Dalam setiap kelompok, partisipan mendapatkan penjelasan tentang rencana diskusi

dalam dua jam yang telah dialokasikan. Presentasi bahasan dilakukan sesuai dengan

rencana, namun demikian peserta bebas untuk mengutarakan pendapatnya di tengah-

tengah presentasi materi. Acara detail dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah.

Tabel 4 Acara FGD

Materi yang disampaikan meliputi rancangan strategi sosialisasi RPJMN 2010-2014

untuk Bidang TRP, toolkit dan contoh aplikasi. Strategi sosialisasi terdiri atas 8 strategi

yang dirumuskan setelah dilakukan analisis terhadap hasil mini survey. Toolkit disusun

untuk satu sasaran per bidang sebagai contoh untuk kedalaman materi bagi setiap

objek. Contoh ini diperlukan untuk memudahkan penyusunan materi bagi setiap

sasaran. Toolkit yang dipaparkan terdiri atas rencana pembangunan, rencana tata

ruang, keserasian antar rencana pembangunan dengan rencana tata ruang dan materi

Waktu (menit)

Acara Penanggung jawab

15 Registrasi Panitia

15 Pembukaan Ir. Deddy Koespramoedyo, MSc (Direktur Tata

Ruang dan Pertanahan)

15 Perkenalan Ir. Dwi Hariyawan, MA (Kasubdit Tata Ruang)

60 Diskusi dan penyajian Materi Toolkit

Bidang Tata Ruang dan Pertanahan

Ir. Nana Apriyana, MT (Kasubdit Informasi dan Sosialisasi Tata Ruang dan Pertanahan) Ir. Rinella Tambunan, MPA (Kasubdit Pertanahan)

15 Penutupan

Page 62: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 62

sertifikasi tanah. Contoh aplikasi dibuat secara spesifik untuk setiap kelompok objek

yang isinya disesuaikan dengan kedalaman materi yang telah disusun dalam toolkit.

Untuk pemerintah daerah, aplikasi berupa materi presentasi sedangkan untuk

perguruan tinggi berupa materi dalam website. Untuk masyarakat, aplikasi berupa

pamflet informasi yang lebih sederhana.

Page 63: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 63

Bab 4 Kajian Strategi Sosialisasi RPJMN 2010-2014

4.1 Materi

4.1.1 Bidang Tata Ruang

Ada 11 prioritas nasional yang menjadi fokus utama pembangunan tahun 2010-2014

yang tercantum dalam Buku I RPJMN Tahun 2010-2014 dan Bidang Tata Ruang

termasuk ke dalam Prioritas 6: Infrastruktur.

Dalam prioritas ini dinyatakan bahwa pembangunan infrastruktur nasional diarahkan

menuju daya dukung dan daya gerak terhadap pertumbuhan ekonomi dan sosial yang

berkeadilan dan mengutamakan kepentingan masyarakat umum di seluruh bagian

Negara Kepulauan Republik Indonesia dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Lebih lanjut lagi, dalam Buku II RPJMN Tahun 2010-2014 Bab IX: Wilayah dan Tata

Ruang disebutkan bahwa kegiatan yang menjadi prioritas adalah Perencanaan,

Pemanfaatan, dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional termasuk

melakukan Koordinasi dan Fasilitasi Proses Penetapan Dokumen-dokumen yang

dihasilkan. Ini berarti penyelesaian rencana pembangunan dan rencana tata ruang

daerah menempati posisi yang cukup krusial karena dokumen-dokumen tersebut harus

segera ada sebagai arahan pelaksanaan pembangunan daerah. Agar dapat

dimanfaatkan secara utuh, sesuai amanat UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan UU No. 26 Tahun

2007 tentang Penataan Ruang, kedua dokumen ini (di semua tingkat pemerintahan)

juga harus saling terintegrasi dan terpadu. Aspek spasial haruslah diintegrasikan ke

dalam kerangka perencanaan pembangunan dan lebih khususnya lagi,

penyelenggaraan penataan ruang.

Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional

yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berdasarkan wawasan nusantara dan

ketahanan nasional dengan: (i) terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan

lingkungan buatan, (ii) terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam

dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia, (iii)

terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap

lingkungan akibat pemanfaatan ruang. Dalam melaksanakan penyelenggaraan

penataan ruang yang meliputi kegiatan pengaturan, pembinaan, pelaksanaan dan

Page 64: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 64

pengawasan penataan ruang perlu dilakukan penyusunan, sinkronisasi dan sosialisasi

peraturan perundang-undangan pelaksanaan serta berbagai pedoman teknisnya.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, penurunan materi Bidang Tata Ruang dalam

toolkit RPJMN dilakukan dengan penekanan terhadap beberapa fokus, yaitu:

1. Rencana pembangunan (termasuk di dalamnya penjelasan mengenai RPJPN Tahun

2005-2025, RPJMN Tahun 2010-2014, RKP dan peran masyarakat dalam

penyusunan rencana pembangunan nasional);

2. Rencana tata ruang (termasuk di dalamnya penjelasan mengenai RTRWN, RTR

Pulau, RTRW Provinsi, dan RTRW Kabupaten/Kota, pelibatan masyarakat dalam

penyusunan RTRW serta mekanisme pengendalian terhadap pemanfaatan ruang);

dan

3. Kesesuaian antara rencana pembangunan dengan rencana tata ruang (termasuk di

dalamnya penjelasan mengenai keterkaitan antara dokumen rencana

pembangunan dengan rencana tata ruang dan keterkaitan bidang dalam RPJMN

dengan indikasi program dalam RTRWN).

4.1.2 Bidang Pertanahan

Berdasarkan konsep dan kerangka berpikir yang telah disajikan dalam bab

sebelumnya, dari berbagai isu dalam RPJMN 2010-2014 harus dipilih isu yang

dianggap strategis sebagai bahan uji coba, sehingga tidak semua isu yang tercantum

dalam RPJMN 2010-2014 dimasukan dalam kajian ini. Beberapa kriteria yang

digunakan untuk mengkristalisasi isu:

1. Isu yang paling strategis dan mendasar;

2. Isu yang terkait pelayanan publik;

3. Isu yang menjadi concern bagi tiga pihak terkait: pemerintah daerah, akademisi

dan masyarakat.

Untuk Bidang Pertanahan, bertolak dari isu yang menjadi kriteria di atas, maka materi

toolkit RPJMN yang dipilih antara lain meliputi:

1. Deskripsi mengenai Rencana Pembangunan Nasional, yaitu: RPJPN, RPJMN, RKP

dan Peran Masyarakat dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.

2. Hak Atas Tanah Target dan Prosedur Sertifikasi Tanah seperti:

Page 65: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 65

i. Jenis-jenis Hak Atas Tanah: Hak Milik (HM); Hak Guna Usaha (HGU); Hak Guna

Bangunan (HGB); Hak Pakai (HP); dan Hak Pengelolaan Lahan (HPL)

ii. Manfaat Ketersediaan Sertipikat Tanah: Jaminan kepastian hukum hak atas

tanah; Mengurangi potensi sengketa pertanahan; Mengakses sumberdaya

produktif (permodalan baik dari bank dan non bank).

iii. Keterkaitan antara Rencana Tata Ruang wilayah dengan Kepastian Hukum

Atas Tanah: Pemberian hak atas tanah harus sesuai dengan rencana tata

ruang (PP No. 16/2004 tentang Penatagunaan Tanah).

iv. Prosedur Umum Pengurusan Sertipikat Pertama Kali.

v. Target Pencapaian Sertifikasi Tanah 2014.

vi. Target Pencapaian Peta Pertanahan 2014.

vii. Manfaat peta pertanahan.

viii. Implikasi jika tidak Tersedia Peta Pertanahan.

ix. Contoh Sinergi BPN dengan Pemda.

Berikut disajikan matriks tingkat partisipasi/berkepentingan langsung/tidak langsung

terhadap materi toolkit Bidang Pertanahan.

Page 66: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 66

Tabel 5 Matriks Fokus RPJMN 2010-2014 Bidang Pertanahan dan tingkat partisipasi/berkepentingan langsung/tidak langsung

terhadap materi toolkit Bidang Pertanahan

NO PROGRAM/ KEGIATAN

PRIORITAS SASARAN INDIKATOR PEMDA

PERGURUAN

TINGGI MASYARAKAT/ LSM BPN

I

Fokus 1: Peningkatan

Jaminan Kepastian

Hukum Hak Masyarakat

Atas Tanah

Meningkatnya jaminan kepastian hukum hak

atas tanah

Luas tanah yang memiliki

kepastian

hukum hak atas tanah

a Pengelolaan Pertanahan

Propinsi :

Terwujudnya pengembangan infrastruktur

pertanahan secara nasional, regional dan

sektoral, yang diperlukan di seluruh

Indonesia

Cakupan peta pertanahan

(Prioritas Nasional 7)

Terlaksananya percepatan legalisasi aset

pertanahan, ketertiban administrasi

pertanahan dan kelengkapan informasi

legalitas aset tanah

Jumlah bidang tanah yang

dilegalisasi (Prioritas

Nasional 7)

b Pengukuran Dasar

(Prioritas Bidang)

Bertambahnya luas wilayah yang telah diukur

di dalam sistem referensi sesuai standar

Luas wilayah Indonesia yang

telah terukur di dalam

sistem referensi sesuai

standar

Page 67: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 67

NO PROGRAM/ KEGIATAN

PRIORITAS SASARAN INDIKATOR PEMDA

PERGURUAN

TINGGI MASYARAKAT/ LSM BPN

c Pemetaan Dasar

(Prioritas Bidang)

Terlaksananya survei dan pemetaan dasar

sesuai Standar Operasi dan Prosedur (SOP)

Jumlah peta dasar

pertanahan yang dibuat

sesuai standar

d Pengaturan dan

Penetapan Hak tanah

(Prioritas Bidang)

Tersedianya rumusan kebijakan teknis

dibidang pengaturan dan penetapan hak

tanah serta meningkatnya pelaksanaan

penetapan dan perizinan hak tanah.

Jumlah penetapan dan

perizinan hak atas tanah

(SK)

e Peningkatan Kualitas

Pengukuran, Pemetaan,

dan Informasi Bidang

Tanah, Ruang dan

Perairan (Prioritas

Bidang)

Terlaksananya pengukuran, pemetaan dan

informasi bidang tanah, ruang dan perairan

yang berkualitas.

Jumlah penetapan batas

dan pembangunan sistem

informasi atas HGU, HGB,

HPL dan HP

f Peningkatan

Pendaftaran Hak Tanah

dan Guna Ruang

(Prioritas Bidang)

Terwujudnya pembinaan dan pengelolaan

pendaftaran hak atas tanah, hak milik atas

satuan rumah susun, tanah wakaf, guna

ruang dan perairan, serta PPAT

Pembinaan dan pengelolaan

hak atas tanah dan guna

ruang

Page 68: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 68

NO PROGRAM/ KEGIATAN

PRIORITAS SASARAN INDIKATOR PEMDA

PERGURUAN

TINGGI MASYARAKAT/ LSM BPN

II Fokus 2: Pengaturan

penguasaan, pemilikan,

penggunaan dan

pemanfaatan tanah

(P4T) termasuk

pengurangan tanah

terlantar

Berkurangnya konsentrasi penguasaan,

pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan

tanah (P4T)

Terlaksananya redistribusi

tanah

a. Pengelolaan Pertanahan

Propinsi :

Terlaksananya pengaturan dan penataan

penguasaan dan pemilikan tanah, serta

pemanfaatan dan penggunaan tanah secara

optimal.

Neraca Penatagunaan

Tanah di daerah (Prioritas

Nasional 6)

Inventarisasi P4T (Prioritas

Nasional 6)

Terlaksananya redistribusi tanah Jumlah bidang tanah yang

diredistribusi (Prioritas

Nasional 4)

Terwujudnya pengendalian penguasaan,

pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan

tanah, dan pemberdayaan masyarakat dalam

rangka peningkatan akses terhadap sumber

ekonomi

Inventarisasi dan identifikasi

tanah terindikasi terlantar

(Prioritas Nasional 8)

Page 69: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 69

NO PROGRAM/ KEGIATAN

PRIORITAS SASARAN INDIKATOR PEMDA

PERGURUAN

TINGGI MASYARAKAT/ LSM BPN

Data hasil inventarisasi Wilayah Pesisir,

Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah

Tertentu (WP3WT)

Inventarisasi Wilayah

Pesisir, Pulau-Pulau Kecil,

Perbatasan dan Wilayah

Tertentu (WP3WT) (Prioritas

Nasional 10)

b Pengelolaan Wilayah

Pesisir, Pulau-Pulau

Kecil, Perbatasan dan

Wilayah Tertentu

(WP3WT) (di pusat)

Data hasil inventarisasi Wilayah Pesisir,

Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah

Tertentu (WP3WT)

Inventarisasi Wilayah

Pesisir, Pulau-Pulau Kecil,

Perbatasan dan Wilayah

Tertentu (WP3WT) (Prioritas

Nasional 10)

c Pengelolaan Landreform

(Prioritas Bidang)

Meningkatnya jumlah tanah negara yang

ditegaskan menjadi Tanah Obyek Landreform

(TOL) dan atau yang dikeluarkan dari TOL

Jumlah tanah negara yang

ditegaskan menjadi Tanah

Obyek Landreform (TOL) dan

atau yang dikeluarkan dari

TOL

d Pengembangan

Kebijakan Teknis dan

Pelaksanaan

Penatagunaan Tanah

(Prioritas Bidang)

Bertambahnya jumlah kabupaten/kota yg

telah memiliki neraca penatagunaan tanah

dan mengidentifikasi ketersediaan tanah

untuk pembangunan

Jumlah kab/kota yang telah

menyusun neraca

penatagunaan tanah &

mengidentifikasi

ketersediaan tanah untuk

pembangunan

Page 70: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 70

NO PROGRAM/ KEGIATAN

PRIORITAS SASARAN INDIKATOR PEMDA

PERGURUAN

TINGGI MASYARAKAT/ LSM BPN

e Pengelolaan Tanah

Negara, Tanah Terlantar

dan Tanah Kritis

(Prioritas Bidang)

Terselenggaranya pengelolaan tanah negara,

tanah terlantar dan kritis

Jumlah analisa ketersediaan

tanah untuk kepentingan

masyarakat, pemerintah,

dan badan usaha

f Pengelolaan Konsolidasi

Tanah (Prioritas Bidang)

Meningkatnya jumlah bidang tanah yang

dikonsolidasikan

Jumlah obyek potensi

konsolidasi tanah

g Pengendalian

Pertanahan (Prioritas

Bidang)

Menurunnya luas tanah yang terindikasi

terlantar

Luas tanah yang terindikasi

terlantar

h Pemberdayaan

Masyarakat Dan

Kelembagaan Dalam

Pengelolaan Pertanahan

(Prioritas Bidang)

Terselenggaranya akses masyarakat dan

lembaga terhadap penguatan hak atas

tanah, dan sumber permodalan dan produksi

Akses masyarakat dan

lembaga terhadap

penguatan hak atas tanah

III Fokus 3: Peningkatan

Kinerja Pelayanan

Pertanahan

Terselenggaranya pelayanan yang transparan

dan akuntabel

Tersedianya prosedur kerja

yang jelas, efektif, efisien

dan terukur (SPOPP)

a Pengelolaan Data dan

Informasi Pertanahan

(Prioritas Nasional 7)

Tersedianya data dan informasi pertanahan

yang terintegrasi secara nasional dalam

rangka pengembangan (Sistem Informasi

Manajemen Pertanahan Nasional /

SIMTANAS)

Peningkatan akses layanan

pertanahan melalui Larasita

(Prioritas Nasional 7)

Page 71: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 71

NO PROGRAM/ KEGIATAN

PRIORITAS SASARAN INDIKATOR PEMDA

PERGURUAN

TINGGI MASYARAKAT/ LSM BPN

b Pembinaan Organisasi

Dan Pengelolaan

Kepegawaian BPN

(Prioritas Bidang)

Terlaksananya penataan organisasi dan

layanan kepegawaian

Tersedianya konsep

kelembagaan serta prosedur

kerja yang jelas, efektif,

efisien dan terukur (SPOPP)

c Dukungan Manajemen

dan Pelaksanaan Tugas

Pendidikan STPN

(Prioritas Bidang)

Tersedianya sumberdaya manusia lulusan

program Diploma, Pendidikan khusus,

spesialis, S1, S2

Jumlah lulusan program

Diploma, Pendidikan

khusus, spesialis, S1, S2

d Pendidikan dan

pelatihan bidang

pertanahan (Prioritas

Bidang)

Terselenggaranya layanan pertanahan yang

profesional

Jumlah SDM yang telah

mengikuti pelatihan dan

pendidikan

e Pengelolaan Sarana dan

Prasarana (pusat)

(Prioritas Bidang)

Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana

dan prasarana BPN RI

Pengembangan sarana

prasarana pelayanan

pertanahan

f Pengelolaan Sarana dan

Prasarana (daerah)

(Prioritas Bidang)

Meningkatnya kualitas dan kuantitas sarana

dan prasarana Kanwil BPN Provinsi

Pengembangan sarana

prasarana pelayanan

pertanahan

Page 72: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 72

NO PROGRAM/ KEGIATAN

PRIORITAS SASARAN INDIKATOR PEMDA

PERGURUAN

TINGGI MASYARAKAT/ LSM BPN

IV Fokus 4: Penataan dan

Penegakan Hukum

Pertanahan serta

Pengurangan Potensi

Sengketa Tanah

Tersedianya peraturan perundang-undangan

yang dibutuhkan untuk kepastian hukum

pertanahan

Jumlah rancangan

peraturan perundang-

undangan bidang

pertanahan yang selesai

disusun

a Pengembangan

Peraturan Perundang-

Undangan Bidang

Pertanahan dan

Hubungan Masyarakat

(Prioritas Nasional dan

Prioritas Bidang):

Terlaksananya pengembangan peraturan

perundangan Bidang Pertanahan dan

Hubungan Masyarakat

Jumlah paket rancangan

peraturan perundang-

undangan dan kebijakan di

bidang pertanahan dalam

rangka mendukung

pelaksanaan Undang-

undang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan

Berkelanjutan (Prioritas

Nasional 5)

Tersusunnya peraturan

perundang-undangan

pengadaan tanah untuk

kepentingan umum

(Prioritas Nasional 6)

Page 73: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 73

NO PROGRAM/ KEGIATAN

PRIORITAS SASARAN INDIKATOR PEMDA

PERGURUAN

TINGGI MASYARAKAT/ LSM BPN

b Pengelolaan Pertanahan

Propinsi

Berkurangnya sengketa, konflik dan perkara

pertanahan serta mencegah timbulnya

sengketa, konflik dan perkara pertanahan

Penanganan Sengketa,

Konflik dan Perkara

Pertanahan (Prioritas

Nasional 7)

c Survey Potensi Tanah

(Prioritas Bidang)

Tersedianya Peta Nilai Potensi Tanah Sesuai

Standar Operasi dan Prosedur (SOP) sebagai

referensi dan indikator ekonomi tanah untuk

keadilan dan kesejahteraan rakyat

Peta dan informasi potensi

nilai tanah dan kawasan

d Pengaturan dan

pengadaan tanah dan

legalisasi tanah instansi

pemerintah, dan BUMN/

BUMD (Prioritas Bidang)

Terlaksananya pengaturan pengadaan tanah

pemerintah, penetapan hak atas tanah dan

hak pengelolaan instansi pemerintah &

BUMN/BUMD

Jumlah penetapan hak atas

tanah dan hak pengelolaan

e Pengkajian,

Penanganan dan

Penyelesaian Sengketa

Pertanahan (Prioritas

Bidang)

Berkurangnya jumlah sengketa pertanahan Jumlah penyelesaian

sengketa tanah

f Pengkajian dan

Penanganan Konflik

Pertanahan (Prioritas

Bidang)

Berkurangnya jumlah konflik pertanahan Jumlah penanganan konflik

tanah

Page 74: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 74

NO PROGRAM/ KEGIATAN

PRIORITAS SASARAN INDIKATOR PEMDA

PERGURUAN

TINGGI MASYARAKAT/ LSM BPN

g Penanganan dan

Penyelesaian Perkara

Pertanahan (Prioritas

Bidang)

Terlaksananya penanganan dan

penyelesaian perkara pertanahan secara

berkualitas

Jumlah perkara yang

ditangani dan diselesaikan

oleh BPN RI

Keterangan:

Antar Fokus 1-4 terdapat keterkaitan, karena itu pihak-pihak terkait perlu mengetahui seluruh fokus tersebut namun dengan intensitas

keterlibatan yang berbeda-beda.

Pelaksana, Penanggung jawab, Pemrakarsa

Turut mendukung/mempengaruhi kelancaran pelaksanaan; terlibat langsung atau tidak langsung dalam pelaksanaan

Pemantau; pemberi ide-ide/ informasi; dapat diajak turut serta dalam pelaksanaan; perlu tahu

Tidak terkait

Page 75: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 75

4.2 Survey

Hasil survey memperlihatkan kondisi yang tidak jauh berbeda dibandingkan dengan

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sutanta (2009).

Saat ini kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan identitas dan keberadaan

RPJMN sebagai pedoman pembangunan dan berbagai kebijakan-kebijakan

pembangunannya di dalamnya masih sangat kurang sekali. Ini terjadi tidak hanya di

kalangan masyarakat awam atau kalangan akademis, tapi juga terjadi pada

stakeholder kunci, seperti pemerintah daerah. Kajian yang pernah dilakukan mengenai

kondisi ini menunjukan hal tersebut.

Demikian pula halnya dengan pengetahuan dan pemahaman soal regulasi dan

kebijakan-kebijakan pembangunan di Bidang Wilayah dan Tata Ruang. Banyak prioritas

kebijakan-kebijakan pembangunan Tata Ruang atau Pertanahan yang harus segera

tersampaikan dengan baik. Pemahaman aparatur pemerintah terhadap peraturan

perundangan tentang penyusunan tata ruang wilayah dinilai masih rendah, sehingga

kapasitas mereka perlu ditingkatkan guna kemajuan daerah.

Masyarakat umum, pada khususnya, memerlukan landasan pengetahuan dan

pemahaman terlebih dahulu tentang apa dan bagaimana itu RPJMN, apa itu Tata

Ruang, apa itu Pertanahan, ruang lingkup, dan apa saja manfaat dan kepentingan buat

mereka. Hal ini bertujuan agar mereka terbekali dengan landasan untuk mencerna

berbagai prioritas kebijakan-kebijakan pembangunan Bidang TRP yang akan

disosialisasikan secara lebih baik.

Survey untuk kajian ini dilakukan untuk mengungkap sejauh mana tingkat

pengetahuan dan pemahaman tiga objek sasaran sosialisasi terhadap RPJMN dan

materi-materi mengenai tata tuang dan pertanahan. Perancangannya didasarkan pada

pengetahuan mendasar tentang pembangunan nasional, kebijakan pembangunan,

sosialisasi, kelembagaan dan organisasi, pengawasan, pengetahuan tentang sistem

informasi, serta kebutuhan pelatihan. Survey dilakukan terhadap 12 responden

masyarakat, 12 responden Akademisi, dan 6 responden dari Pemda.

4.2.1 Masyarakat

Survey untuk masyarakat dan akademisi digabung menjadi satu karena akademisi

yang dipilih sebagai responden tidak hanya akademisi dengan latar belakang bidang

Page 76: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 76

keahlian perencanaan. Jumlah responden adalah 12 orang yang terdiri dari masyarakat

umum, akademisi dan mahasiswa. Hasil survey memperlihatkan bahwa:

1. Sebagian besar responden mengetahui istilah RPJMN dan RPJPN (90 persen),

namun hanya setengahnya yang dapat menjelaskan kepanjangan dan fungsi kedua

rencana tersebut.

2. Bappenas sebagai instansi yang menyusun RPJPN dan RPJMN tidak banyak dikenal

oleh masyarakat, kemungkinan karena setelah otonomi daerah dilaksanakan,

masyarakat lebih mengenal badan perencanaan daerah dibandingkan dengan

badan perencanaan dengan lingkup nasional. Hal ini konsisten dengan hasil survey

yang memperlihatkan bahwa hanya 30 persen dari responden yang mengetahui

Prioritas RPJMN.

3. Istilah tata ruang dikenali oleh seluruh responden sedangkan istilah pertanahan

dikenali oleh 80 persen responden, namun hanya setengahnya yang dapat

menjelaskan arti penataan ruang dan pertahanan dan hanya 30 persen dari

responden yang mengetahui permasalahan di Bidang TRP.

4. Tidak ada media yang dominan yang menjadi sumber informasi mengenai tata

ruang dan pertanahan. Media cetak (30 persen), media elektronik (40 persen)

bukan media yang efektif untuk sosialisasi. Internet dapat dijadikan media

informasi untuk Bidang TRP karena lebih dari 60 persen responden mendapatkan

informasi yang mereka perlukan melalui media ini.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari survey pada masyarakat ini adalah:

1. Bidang TRP merupakan topik yang menarik untuk dibahas karena menyangkut

kehidupan sehari-hari masyarakat, terutama masyarakat kota.

2. Diperlukan standardisasi sosialisasi Bidang TRP karena sosialisasi yang ada saat ini

masih belum memadai baik materi maupun perencanaan kegiatan sosialisasi. Cara

sosialisasi yang dilakukan saat ini masih dirasakan kurang baik menurut 60 persen

responden (Gambar 7).

3. Media yang paling baik untuk sosialisasi menurut responden adalah workshop

(Gambar 8). Workshop cukup diadakan 2 kali dalam setahun untuk menjaga

konsistensi dan alur informasi dari sumber informasi kepada objek.

Page 77: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Gambar 6 Penilaian responden untuk cara sosialisasi Bidang Tata Ruang dan Pertanahan

Gambar 7 Media sosialisasi pilihan responden

4.2.2 Akademisi

Khusus untuk akademisi yang bidang studinya berhubungan dengan Bidang TRP,

seluruh responden menyatakan ada mata kuliah yang berkaitan dengan Tata Ruang

dan Pertanahan dan ada dosen yang ahli dalam kebijakan Bidang TRP yang kompeten.

Akademisi di kedua bidang tersebut dapat menjadi nara sumber untuk FGD yang

Page 78: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 78

dilaksanakan sebagai salah satu cara untuk mendapatkan informasi dari ahli untuk

memperkaya isi kajian ini.

4.2.3 Pemerintah Daerah

Pengetahuan pemerintah daerah tentang rencana pembangunan nasional belum

cukup karena tidak satupun responden yang mampu menjawab 8 pertanyaan tentang

rencana pembangunan nasional. Namun demikian, menurut responden, RPJMN dan

RPJPN adalah dokumen publik yang harus disosialisasikan (83 persen), demikian juga

dengan kebijakan spesifik untuk Bidang TRP.

Untuk menjamin pencapaian sasaran bidang, seluruh responden setuju bahwa

koordinasi antara pemerintah pusat dan daerah perlu dilaksanakan baik antar tingkat

pemerintahan maupun juga antar bidang dan urusan yang menyangkut penggunaan

ruang. Termasuk di dalamnya adalah pembangunan data dan informasi spasial

dibutuhkan kerjasama antar instansi pembuat dan pengguna data dalam

pengumpulan, pengolahan, pemeliharaan, penyimpanan dan penyebarluasannya.

Menurut responden, masyarakat umum tidak perlu mendapatkan pengetahuan

mendasar tentang Sistem Informasi Geografis (SIG) karena menurut responden,

informasi tersebut tidak terlalu bermanfaat bagi masyarakat. Begitu pula halnya

dengan informasi mengenai pengendalian bencana. Responden dengan latar belakang

pemerintah daerah ini belum menyadari pentingnya pengetahuan tentang SIG dan

pengelolaan bencana bagi masyarakat. Masyarakat dapat menjadi mitra penting bagi

pemerintah daerah untuk mengatasi berbagai permasalahan dan melengkapi informasi

penting yang dibutuhkan oleh pemerintah daerah.

Tentang pengawasan pelaksanaan Bidang TRP di daerah, responden tidak setuju bila

pelaksanaan di daerah berada di bawah pengawasan pemerintah pusat. Selain karena

kabupaten/kota sudah otonom, responden juga berpendapat bahwa titik berat

penyelenggaraan penataan ruang dan pertanahan di tingkat pusat dan daerah sangat

berbeda. Yang penting bagi responden adalah kelengkapan peraturan dan

penyederhanaan proses dan prosedur pelayanan agar pemerintah daerah mudah

melaksanakan. Tanggapan dari responden ini memperlihatkan bahwa secara umum

responden belum menyadari pentingnya kesinambungan rencana dari tataran nasional

sampai dengan lokal.

Page 79: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 79

Untuk kelembagaan, masih diperlukan peningkatan kapasitas lembaga pemerintahan

terutama untuk Bidang TRP. Selain pendidikan formal bagi pemerintah daerah,

diperlukan juga diseminasi isu terkait kedua bidang itu baik dari tingkat internasional,

regional, nasional dan antisipasinya di tingkat lokal. Pemerintah daerah juga perlu

mendapatkan keahlian bernegosiasi yang sangat penting dalam pengendalian

pemanfaatan ruang. Hal penting lainnya adalah peningkatan kemitraan dengan

masyarakat yang dapat mendukung pencapaian rencana pembangunan dan juga untuk

mendukung keterbukaan informasi dan peningkatan peran masyarakat dalam

pengendalian pelaksanaan pembangunan.

4.3 Strategi Sosialisasi

Strategi dalam kajian ini dibuat berdasar pada prinsip-prinsip dasar yang teridentifikasi

selama proses kajian ini dilakukan yaitu pengembangan sistem, tingkat kebutuhan

informasi, prioritas, keberlanjutan, skalabilitas serta konsep efektivitas dalam hal

pembiayaan.

Sejalan dengan landasan teoritis yang digunakan, maka kemudian tujuan sosialisasi di

tahapan awal ini akan diarahkan kepada tingkat pencapaian kesadaran, pemahaman,

dan tindakan dari target-target potensial. Tindakan mengacu kepada perubahan

kebiasaan yang diakibatkan dari penerapan produk, materi, atau pendekatan-

pendekatan yang ditawarkan oleh kegiatan sosialisasi. Ini adalah target

kelompok/masyarakat yang perlu dilengkapi dengan keterampilan, pengetahuan dan

pemahaman yang tepat tentang kegiatan sosialisasi dalam rangka mencapai

perubahan yang nyata. Target kelompok/khalayak ini adalah mereka yang ada di posisi

untuk “mempengaruhi” dan “membawa perubahan” dalam lingkungan mereka.

Strategi yang dibuat ini membuka peluang besar untuk pengembangan rencana dan

implementasi di tahap-tahap berikutnya dengan berbagai pilihan skema strategi dan

rencana aksi dalam sebuah kerangka kampanye komunikasi publik yang

komprehensif, terintegrasi dan berkelanjutan.

Strategi yang dibuat dan diujicobakan untuk sosialisasi kebijakan pembangunan

jangka menengah Bidang TRP ini adalah :

4.3.1 Identitas

Menciptakan pengajuan identitas resmi untuk RPJMN dan untuk kegiatan sosialisasi

Bidang TRP yang lebih komunikatif, dirancang dengan baik dengan memperhatikan

Page 80: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 80

faktor penamaaan (naming), filosofi dan estetika. Hal ini bertujuan agar keberadaannya

mudah diingat, jelas, dan mampu menarik perhatian dari semua kalangan masyarakat.

Penciptaan identitas yang dirancang dengan baik dari segi konsep, strategi dan

kreativitas akan menjadi aset penting untuk kebutuhan-kebutuhan penyampaian

informasi di masa-masa yang akan datang.

4.3.2 Konsep Perancangan Pesan

Konsep perancangan pesan yang sederhana, jelas, dan sistematis yang disajikan lewat

pesan visual dan pesan tekstual dengan tetap memperhatikan kedalaman materi-

materi kebijakan pembangunan Bidang TRP yang akan disosialisasikan.

4.3.3 Konsep Pemasaran Sosial

Konsep pemasaran sosial yang mengadopsi konsep pemasaran umum dengan

membuat Toolkit untuk kebutuhan sosialisasi yang disesuaikan dengan strategi

penyebaran informasi pada masing-masing kelompok sasaran, antara lain melalui

layanan publik/kegiatan resmi, dan melalui media cetak, televisi dan radio.

4.3.4 Konsep Jaringan Komunikasi

Konsep Jaringan Komunikasi, yaitu dengan melakukan penyebaran informasi dalam

rangka sosialisasi melalui Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) yang terdapat di

masyarakat di tiap daerah. Survey yang pernah dilakukan di Bandung, menunjukan

bahwa KIM cukup efektif dalam membantu penyebaran informasi kepada end-user.

Jejaring sosial pun dapat digunakan untuk mengakomodasi konsep jaringan

komunikasi ini. yaitu dengan mengembangkan sarana penyebaran informasi yang

handal dan menarik perhatian, dan yang terpenting mampu memberikan informasi-

informasi tentang isu-isu terbaru, peraturan, dan hal-hal yang berhubungan dengan

kepentingan masyarakat umum dan /atau stakeholder yang terkait dengan Bidang

TRP.

4.3.5 Advokasi Media

Advokasi media, termasuk di dalamnya pengorganisasian dan mobilisasi masyarakat,

dan penyertaan para pembuat kebijakan, antara lain melalui pemberitaan media,

penulisan artikel-artikel dan jurnal tentang Tata ruang dan Pertanahan. Hal ini

bertujuan untuk meningkatkan visibilitas isu/masalah Tata Ruang dan Pertanahan dan

kepentingannya, mempengaruhi persepsi dari isu sosial, meningkatkan pengetahuan

Page 81: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 81

tentang solusi-solusi berdasarkan siapa yang dipandang bertanggung jawab,

mempengaruhi kriteria yang digunakan untuk menilai kebijakan-kebijakan dari para

pembuat kebijakan, membantu menentukan apa saja yang memungkinkan untuk

pengenalan layanan dan temuan masyarakat, mengikutsertakan dan menggerakan

masyarakat/konstituen untuk bertindak.

4.3.6 Mekanisme Pusat-Daerah

Menjalankan mekanisme pusat-daerah untuk kebutuhan penyebaran informasi dengan

strategi tambahan melalui workshop regional, pelatihan, interview, dan diskusi dengan

pemerintah daerah dan para perencana. Fasilitasi untuk meningkatkan keterlibatan

mereka bisa lebih ditingkatkan melalui kuesioner-kuesioner berbasis web dan forum

web. Material umum untuk penyebaran informasi bagi sasaran ini, seperti newsletter

atau website akan menjadi sumber penting untuk mereka. Sebagai tambahan,

dibutuhkan kerjasama dengan partner/tenaga-tenaga ahli untuk menerbitkan jurnal-

jurnal (perencanaan) profesional tentang Tata Ruang dan Pertanahan.

4.3.7 Kerjasama dengan kalangan akademis

Pengembangan jaringan komunikasi dengan kalangan akademis melalui bentuk-

bentuk kerjasama seperti pelatihan, kolaborasi proyek, penelitian dan lain sebagainya

perlu dilakukan.

4.3.8 Ragam Kegiatan dengan Masyarakat dan berbagai Pihak

Sosialisasi untuk masyarakat bisa dilakukan melalui penyelenggaraan kegiatan yang

secara langsung bisa menarik perhatian masyarakat, komunikasi audio-visual,

workshop, diskusi yang melibatkan partisipasi kalangan bisnis, komunitas lokal, dan

kelompok-kelompok informasi masyarakat lokal, yang merupakan bagian penting untuk

kegiatan sosialisasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas. Kegiatan-

kegiatan ini harus mampu menimbulkan ketertarikan para stakeholder dalam

masyarakat untuk menjadi mitra aktif untuk bertukar pendapat. Dari pandangan

strategis, kegiatan-kegiatan tersebut di atas akan meningkatkan awareness di daerah

dan memobilisasi para stakeholder yang memiliki kepedulian terhadap

keberlangsungan pembangunan di daerah mereka.

Selain strategi-strategi diatas berikut adalah aktivitas-aktivitas yang bisa dilakukan

untuk tiga kelompok sasaran, model penyajian yang akan dikembangkan

Page 82: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 82

mengadaptasi kebutuhan dari masing-masing kelompok sasaran sosialisasi, yaitu

sebagai berikut:

4.3.8.1 Aktivitas yang ditujukan kepada pemerintah daerah selaku pembuat

kebijakan dan perencana.

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk menginformasikan dan mempengaruhi

kebijakan-kebijakan kepada pemerintah daerah di Bidang TRP di sejumlah prioritas

yang telah dirancang oleh Direktorat TRP bappenas.

Hal ini berarti menyampaikan informasi yang tepat kepada para pembuat kebijakan,

dengan didasarkan kepada kemungkinan-kemungkinan pencapaian yang bisa diraih

dalam kerangka penyesuaian kebijakan secara makro. Penyampaian informasi

tersebut diarahkan untuk menjadi panduan bagi kepentingan antisipasi, penyesuaian

dan perancangan kebijakan sesuai dengan tingkat kebutuhan di daerah.

Prioritas kebijakan dari Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas harus

dijelaskan kepada para pembuat kebijakan di daerah dan pada khalayak umum

sesederhana mungkin, sehingga mereka dengan mudah dapat memahami dan

mengapresiasi implikasinya. Pada saat yang sama, para pembuat kebijakan pada

semua tingkatan bisa berkontribusi penting untuk memberikan identifikasi terhadap

isu-isu, perancangan dan implementasi di daerah.

Para pembuat kebijakan dan perencana di daerah adalah kelompok sasaran primer

dari kegiatan ini. aktivitas yang dilakukan diarahkan untuk memberikan panduan

kepada para pembuat kebijakan dan perencana ini dalam pembuatan keputusan

dalam Bidang TRP. Komunikasi dengan mereka bersifat intensif dan kolaboratif (misal:

panduan, arahan, atau kolaborasi dalam perancangan model-model kebijakan dan

kegiatan/proyek yang sesuai dengan prioritas pembangunan pusat, termasuk dalam

hal pembiayaan dan waktu).

Sosialisasi RPJMN di daerah dapat disampaikan melalui mekanisme komunikasi pusat-

daerah dengan strategi tambahan melalui workshop regional, interview, dan diskusi

dengan pemerintah daerah dan para perencana. Fasilitasi untuk meningkatkan

keterlibatan mereka bisa lebih ditingkatkan melalui kuesioner-kuesioner berbasis web

dan forum web. Material umum untuk penyebaran informasi bagi sasaran ini, seperti

newsletter atau website akan menjadi sumber penting untuk mereka. Sebagai

tambahan, dibutuhkan kerjasama dengan partner/tenaga-tenaga ahli untuk

Page 83: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 83

menerbitkan jurnal-jurnal (perencanaan) profesional tentang TRP. Aktivitas yang

berhubungan dengan audio-visual perlu juga dikembangkan untuk mendukung

sosialisasi ini. misal merekam presentasi-presentasi pada saat konferensi atau

seminar. Rekaman ini akan jadi komponen penting untuk materi pelatihan yang akan

diselenggarakan kemudian.

4.3.8.2 Aktivitas yang ditujukan kepada kalangan akademis/ilmiah

Interaksi dengan kalangan akademis memiliki dua dimensi, yaitu konsultasi dan

penyebaran informasi. Di satu sisi diseminasi kebijakan-kebijakan ini dapat menjadi

acuan bagi para peneliti ilmiah dan kalangan akademis berupa informasi berharga

yang dapat digunakan untuk kepentingan penelitian mereka, untuk kemudian

mendapatkan feedback dari mereka tentang kebijakan-kebijakan yang dikembangkan.

Di sisi lain juga bermanfaat sebagai sarana dialog dengan semua kalangan akademis

guna mendapatkan pengetahuan yang lebih luas dari berbagai perkembangan terkini

yang relevan dengan kebutuhan Direktorat TRP Bappenas.

Kebijakan-kebijakan tentang Tata Ruang dan Pertanahan bisa diwacanakan dalam

jurnal-jurnal ilmiah, buku, laporan proyek, dan publikasi publikasi ilmiah lainnya. Dalam

perancangan publikasi ilmiah ini, harus diperhatikan standar penulisan dengan

kualitas yang baik agar sesuai dengan kebutuhan ilmiah. Materi-materi prioritas

kebijakan dapat dipresentasikan dalam konferensi nasional atau daerah.

Pengembangan jaringan komunikasi dengan kalangan akademis melalui bentuk-

bentuk kerjasama seperti pelatihan, kolaborasi proyek, dan lain sebagainya adalah hal

penting yang juga perlu dilakukan.

4.3.8.3 Aktivitas yang ditujukan kepada masyarakat umum

Untuk objek sasaran ini, selain berusaha untuk menginformasikan juga ditujukan untuk

mempengaruhi opini publik sesuai dengan prioritas kebijakan-kebijakan Direktorat TRP

Bappenas. Opini publik berperan untuk menentukan perluasan, implementasi, dan

kesinambungan kebijakan-kebijakan. Di saat yang sama, masyarakat sipil, institusi

seperti LSM, perkumpulan, asosiasi, dan pemuka pendapat dapat pula memberikan

perspektif bagi Direktorat TRP untuk mengidentifikasi isu-isu kebijakan yang penting,

perancangan dan strategi yang tepat sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Sosialisasi untuk kelompok sasaran ini bisa dilakukan melalui penyelenggaraan

kegiatan yang secara langsung bisa menarik perhatian masyarakat, komunikasi audio-

Page 84: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 84

visual, workshop, diskusi yang melibatkan partisipasi kalangan bisnis, komunitas lokal,

dan kelompok-kelompok informasi masyarakat lokal, yang merupakan bagian penting

untuk kegiatan sosialisasi Direktorat TRP Bappenas. Kegiatan-kegiatan ini harus

mampu menimbulkan ketertarikan para stakeholder dalam masyarakat untuk menjadi

mitra aktif untuk bertukar pendapat. Stakeholder lokal distimulasi untuk

mengemukakan pandangan dan kebutuhan mereka akan informasi tentang kebijakan,

perencanaan dan pengembangan yang relevan dengan kebutuhan daerah mereka. Hal

ini akan memperkuat dan memantapkan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat oleh

bappenas, termasuk kegiatan sosialisasi ini. Dari pandangan strategis, kegiatan-

kegiatan tersebut di atas akan meningkatkan awareness di daerah dan memobilisasi

para stakeholder yang memiliki kepedulian terhadap keberlangsungan pembangunan

di daerah mereka.

Websites dan dan newsletter akan jadi instrumen penting untuk menginformasikan

kepada masyarakat umum. Perancangan pesan-pesan berita bisa disampaikan melalu

koran dan radio/televisi lokal.

4.3.9 Ujicoba dan Hasil Strategi Melalui Focus Group Discussion

Strategi ini kemudian diaplikasikan ke dalam beberapa keluaran praktis yaitu berupa

pengembangan sistem pemasaran sosial untuk kebutuhan sosialisasi, antara lain

identitas, toolkit, perancangan pesan, skema penyebaran media-media dan lain-lain.

Proses-proses pengkajian strategi sosialisasi dilakukan untuk menganalisis

pengetahuan dan pemahaman tentang keadaan, akses dan kebutuhan terhadap

informasi tentang RPJMN Bidang TRP dan identitas RPJMN secara umum di tiga objek

kajian. Langkah berikutnya adalah memetakan dan menganalisis strategi-strategi

sosialisasi yang telah dibuat dengan FGD terhadap tiga target di beberapa daerah.

Kebanyakan target sosialisasi tertarik untuk memahami bagaimana bagian-bagian

tertentu dari kegiatan sesuai dengan konteks tertentu dan sejauhmana penerapandari

pendekatan-pendekatan baru, metode, atau materi-materi memiliki implikasi lain pada

mereka, misalnya pada kebijakan-kebijakan yang akan datang, pendanaan dan

infrastruktur.

Pada saat kegiatan FGD terlihat bahwa latar belakang dan kecenderungan perlakuan

dan dan penyebaran informasi tiap target sosialisasi terutama masyarakat umum erat

Page 85: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 85

sekali kaitannya dengan berbagai aspek historis, ekonomi, sosial, politik, dan pengaruh

dari program sosialisasi. Ada kro dan kontra dari mereka soal penerimaan terhadap

berbagai informasi, kebijakan dan strategi yang disampaikan, semisal masalah trauma

dan sikap apatis terhadap program-program pemerintah.

Dari dua sub pokok bahasan yang diujicobakan yaitu Bidang TRP, memang beberapa

kali terjadi tumpang tindih atau konflik, misal pada saat FGD peserta terjebak dalam

kebingungan di mana ada dua sub pokok bahasan dengan bermacam-macam materi.

Terlebih ada beberapa yang memang belum mengetahui sama sekali tentang salah

satu bidang ini. Diperlukan formulasi khusus terutama bagi masyarakat umum untuk

“meleburkan” tingkat kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman terhadap Bidang TRP

dengan level yang setara.

Berdasar pada acuan pengembangan sistem, konsep mengenai perlunya identitas bagi

RPJMN, lembaga, kegiatan sosialisasi ini sendiri, maka dari hasil FGD di dua daerah

terjawab bahwa ini sangat diperlukan sekali. Tiap target menyatakan hal yang hampir

sama. Target Sosialisasi perlu mengetahui bahwa kebijakan, kegiatan dan projek ada.

Hal ini bertujuan agar keberadaannya mudah diingat, jelas, dan mampu menarik

perhatian dari semua kalangan masyarakat. Ini adalah titik acuan penting untuk

pengembangan, perencanaan, dan pelaksanaan sosialisasi di tahap berikutnya.

Hasil lengkap kegiatan FGD untuk konsep dan strategi sosialisasi RPJMN Bidang TRP

diuraikan pada Bagian 4.4 untuk strategi sosialisasi dan Bagian 4.5 untuk substansi

teknis terkait Bidang TRP.

4.4 Pengembangan Strategi Sosialisasi

Hasil FGD di dua daerah terhadap tiga target yaitu masyarakat, perguruan tinggi dan

pemerintah daerah, memberikan beberapa masukan yang bisa diangkat sebagai

strategi meskipun sebelumnya sudah disebutkan di rangkaian strategi pertama.

Strategi baru yang berhasil dirumuskan adalah Konsep Pemanfaatan Media Tradisional

dan Karakterikstik Lokal.

Pemanfaatan media tradisional dalam menunjang penyebaran informasi publik dan

kebijakan pemerintah masih sangat dibutuhkan terutama untuk menyebarkan

informasi kepada masyarakat umum. Sifat umum media tradisional yaitu mudah

diterima, relevan dengan budaya yang ada, menghibur, menggunakan bahasa lokal,

memiliki unsur legitimasi, fleksibel, memiliki kemampuan untuk mengulangi pesan-

Page 86: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 86

pesan yang dibawanya, komunikasi dua arah dan sebagainya. Pengembangan konsep

ini bisa diaplikasikan dalam sebuah kolaborasi, seperti:

1. Kolaborasi media tradisional dengan media massa modern;

2. Kolaborasi media tradisional dengan stasiun radio. Kolaborasi antara media

tradisional dengan media radio sudah lama. Media Radio dapat menyajikan

media tradisional untuk kepentingan masyarakat pedesaan dan kepulauan,

karena dapat menjangkau khalayak lebih banyak, dan dapat menembus batas

geografis. Program penyajian RRI pada umumnya mengalokasikan 10 persen

waktu siaran untuk informasi, 30 persen untuk pendidikan, 25 persen untuk

budaya, 25 persen untuk hiburan dan 15 persen untuk iklan dan acara

penunjang.

3. Kolaborasi Media Tradisional dengan Stasiun Televisi.

4.5 Substansi

4.5.1 Kelompok pemerintah daerah.

FGD kajian sosialisasi RPJMN 2010-2014 untuk kelompok sasaran pemda telah

dilaksanakan di Bandung pada tanggal 6 Oktober 2010 dan di Batam pada tanggal 14

Oktober 2010. Kedua FGD ini dibuka oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

Bappenas, Bapak Ir. Deddy Koespramoedyo, MSc. FGD di Bandung dihadiri oleh

representasi dari: Bappeda Provinsi Jabar, Bappeda Kab Bandung Barat, Bappeda

Kota Bandung, Kanwil Pertanahan Provinsi Jawa Barat, Kantor Pertanahan Kabupaten

Bandung Barat, Kantor Pertanahan Kota Bandung, Kantor Pertanahan Kabupaten

Bandung. Sedangkan FGD di Batam dihadiri oleh representasi dari: Bappeda Provinsi

Kepulauan Riau, Kanwil Pertanahan Provinsi Kepulauan Riau, Kantor Pertanahan

Kabupaten Tanjung Balai-Karimun, Kantor Pertanahan Tanjung Pinang dan Kantor

Pertanahan Kota Batam.

Dalam toolkit untuk pemerintah daerah diperlukan pengantar gambaran umum dari

RPJPN, RPJMN, RKP. Contoh template yang digunakan oleh Direktorat Tata Ruang dan

Pertanahan, Bappenas cukup menarik bagi peserta misalnya tahapan-tahapan RPJPN,

prioritas nasional 2010-2014, tabel prioritas nasional terkait tata ruang dan

Page 87: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 87

pertanahan. Contoh skema prioritas nasional yang perlu dimasukkan adalah seperti

yang tergambar dalam Gambar 14.

Terkait dengan prioritas nasional, sebaiknya tidak hanya yang ada di Kementerian/

Lembaga, tetapi apa yang perlu dilakukan oleh daerah. Materi/substansi yang perlu

ditambahkan juga yaitu: fungsi/kegunaan RPJMN, visi dan misi, target pembangunan

dan posisi RPJMN bagi daerah.

Materi sosialisasi toolkit khusus pertanahan berisi yang mengenai 9 topik (yaitu: jenis-

jenis hak atas tanah, manfaat ketersediaan sertifikat tanah, keterkaitan antara

Rencana Tata Ruang Wilayah dengan kepastian hukum atas tanah, prosedur umum

pengurusan sertipikat pertama kali, target pencapaian sertifikasi tanah 2014, target

pencapaian peta pertanahan 2014, manfaat peta pertanahan, implikasi jika tidak

tersedia peta pertanahan dan contoh sinergi BPN dengan Pemda), menurut pesera

FGD sudah cukup. Tetapi dari peserta Kantah Tanjung Pinang-Karimun mengemukakan

perlu penjelasan lebih rinci mengenai mekanisme sertifikasi lintas K/L khususnya

UKM.

Dalam materi toolkit perlu ditambahkan:

1. Tabel prioritas nasional terkait pertanahan keseluruhan seperti pada template

yang biasa digunakan oleh Bappenas.

2. Program Prona dan Larasita, karena ini merupakan kegiatan yang penting dan

cukup dikenal di daerah.

3. Skema izin pemanfaatan ruang, mulai dari RTRWN, RTRWP, RTRWK hingga

keperluan tanah untuk pembangunan.

4. Permasalahan yang masih ada antara kehutanan dengan Pemda terkait dengan

penataan ruang, dan langkah-langkah yang sudah dirumuskan untuk

penyelesaiannya.

Page 88: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Gambar 8 Prioritas Nasional 2010-2014

4.5.2 Kelompok Masyarakat

FGD untuk kelompok masyarakat dilaksanakan di Bandung pada tanggal 6 Oktober

2010. Peserta FGD kelompok masyarakat diikuti oleh perwakilan masyarakat dari

kelurahan-kelurahan yang sebagian besar aktif dalam program PNPM (Program

Nasional Pemberdayaan Masyarakat), yaitu BKM Kelurahan Ciseureuh, BKM di

Kelurahan Pungkur, BKM di Kelurahan Dago, Ketua HKTI Kota Bandung, Relawan dan

tokoh masyarakat dalam PNPM. FGD kelompok masyarakat di Batam diadakan

tanggal 14 Oktober 2010, diikuti oleh peserta yang terdiri dari ibu rumah tangga, tokoh

masyarakat, anggota BKM-PNPM dari Bintan, Tanjung Pinang-Karimun dan Batam.

Masukan yang diterima dari FGD Kelompok Masyarakat adalah:

1. Sosialisasi harus menggunakan bahasa yang sederhana yang mudah dipahami

oleh masyarakat (membumi) menyentuh pada persoalan sehari-hari

masyarakat. Tulisan harus jelas, singkatan dan gambar harus diberi keterangan

(misalnya Kementerian/Lembaga tidak hanya disingkat K/L).

2. Materi sosialisasi perlu menjelaskan hubungan musrenbang dengan RPJMN.

Page 89: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 89

3. Materi yang penting bagi masyarakat terkait dengan Bidang Pertanahan,

meliputi:

a. Hak atas tanah dan layanan pertanahan yang langsung terkait dengan

masyarakat.

b. Prosedur sertifikasi yang memuat waktu pelayanan dan peringatan

tentang penyimpangan di lapangan.

c. Penjelasan tentang prosedur Larasita, Prona dan program pembuatan

sertipikat bagi nelayan, petani, UMKM dan masyarakat berpenghasilan

rendah (MBR).

4. Materi yang penting bagi masyarakat terkait dengan Bidang Tata Ruang,

meliputi:

a. Hak masyarakat untuk mengetahui rencana tata ruang, terutama yang

menyangkut sarana/prasarana seperti jalan, daerah resapan.

b. Skema pengaduan masyarakat untuk pemanfaatan dan pengendalian

pemanfaatan ruang sehingga masyarakat tahu tempat untuk

menyalurkan pendapat dan menyampaikan masalahnya.

4.5.3 Kelompok Perguruan Tingi dan LSM.

FGD untuk perguruan tingi dan LSM hanya diadakan di Bandung dengan pertimbangan

banyaknya LSM ataupun perguruan tinggi yang mempunyai fakultas/jurusan yang

terkait dengan penggunaan RPJMN. Pemilihan Perguruan Tinggi ini diseleksi

beradasarkan jurusan/bidang ajar studi yang terkait langsung dengan penggunaan

referensi RPJMN. Demikian juga LSM yang dipilih adalah perwakilan LSM yang dalam

pekerjaannya berkaitan dengan penggunaan RPJMN. Peserta FGD kelompok

perguruan tinggi di Bandung diikuti oleh jurusan/fakultas: Perencanaan Wilayah dan

Kota (PWK) Unisba, Geodesi Itenas, Geodesi dan Geomatika ITB, Perencanaan

Wilayah dan Kota (PWK) ITB, Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Unpas, sedangkan

LSM diwakili oleh Asosiasi Konsultan Pembangunan Permukiman Indonesia (AKPPI).

Rekomendasi yang dihasilkan dari FGD tersebut adalah:

1. Materi sosialisasi untuk jurusan yang tidak terkait dengan perencanaan sama

dengan materi untuk masyarakat.

Page 90: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 90

2. Pada bagian awal toolkit perlu dijelaskan dalam bentuk narasi ataupun skema

mengenai peranan perguruan tinggi dalam sosialisasi ataupun pelaksanaan

RPJMN, sehingga menggugah keingin tahuan untuk mendalaminya.

3. Materi yang perlu ditambahkan yaitu: permasalahan yang dihadapi, target yang

ingin dicapai, dan data yang dibutuhkan.

4. Isi peraturan ataupun penjelasan normatif tidak perlu dimasukkan, karena

dapat diunduh dari internet.

5. Untuk toolkit penataan ruang:

a. Perlu pengantar untuk memperlihatkan skema keterkaitan RPJPN,

RPJMN dengan Rencana Tata Ruang.

b. Penjelasan tentang keterkaitan rencana tata ruang dengan pertanahan.

c. Tambahan aspek pengendalian, karena aspek pengendalian masih jauh

dari yang diharapkan.

d. Perlu disiapkan materi sosialisasi kepada legislatif.

e. Ilustrasi peta sebaiknya dibuat lebih jelas dan dengan keterangan yang

mudah dibaca.

6. Untuk toolkit pertanahan

a. Spektrum permasalahan pertanahan masih perlu diperluas, tidak hanya

yang terkait dengan tupoksi (tugas, pokok dan fungsi) instansi Badan

Pertanahan Nasional (BPN) saja.

b. Permasalahan pertanahan banyak terkait dengan bidang-bidang lain

seperti dengan persoalan pajak dan properti sehingga bisa diketahui

masalah yang masih perlu dijawab seperti land tax sebagau pengendali

tata guna lahan

c. Persoalan-persoalan pertanahan yang terkait dengan proses sertifikasi

tanah juga masih perlu dielaborasi sehingga perguruan tinggi bisa

melakukan analisis lebih dalam dan menemukan inovasi dalam

percepatan proses sertifikasi pertanahan.

Page 91: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 91

d. Penjelasan tentang jenis hak atas tanah juga perlu dibuat lebih singkat.

Skema hak atas tanah perlu dicari yang lebih sesuai dengan kondisi

pertanahan di Indonesia, diusulkan skema dari Ian Williamson.

Page 92: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 92

Strategi Sosialisasi RPJMN 2010-2014 Bidang Tata Ruang dan Pertanahan

Strategi komunikasi yang dikembangkan dalam kajian ini merupakan gambaran makro dari pendekatan-pendekatan komuniksi yang dirancang untuk memberikan solusi dan alternatif pemecahan berbagai permasalahan sosialisasi (komunikasi dan informasi) RPJMN Bidang TRP. Kajian-kajian awal yang dilakukan di awal kegiatan, mengidentifikasi beberapa hal penting yang harus segera diberi perhatian. Fokus kajian kemudian berkembang tidak hanya pada bagaimana strategi untuk mensosialisasikan tata ruang dan pertanahan, tetapi juga bagaimana mengembangkan strategi komunikasi untuk RPJMN.

Berdasarkan hal tersebut, gagasan tentang sistem komunikasi yang menyeluruh mulai ditelaah. Gambaran sederhana tentang sistem komunikasi ini mungkin bisa dijelaskan melalui rumusan Laswell yang terkenal, ‘who says in which channel to whom with what effect’. Sistem komunikasi ini dibuat dengan memperhatikan komponen-komponen komunikator, pesan, medium, khalayak, dan efek yang berkaitan dengan RPJMN Bidang TRP secara optimal.

Merujuk pada sistem komunikasi di atas, maka korelasi antar komponen dalam sistem harus dioptimalkan, sehingga komunikasi-komunikasi yang cenderung bersifat parsial yang terjadi selama ini bisa mulai diperbaiki. Strategi komunikasi ini juga dikembangkan dengan menyertakan landasan konsep/model dari teori perubahan yang bisa diaplikasikan sebagai panduan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dalam berbagai tahapan-tahapan pencapaian jangka waktu tertentu, dan tahapan-tahapan lanjutan yang akan dilakukan, baik itu melalui kajian-kajian, berbagai perencanaan, pelaksanaan kegiatan, hingga evaluasi kegiatan sosialisasi ini.

Kajian strategi sosialisasi RPJMN Bidang TRP difokuskan tujuannya pada peningkatan pengetahuan dan pemahaman kelompok-kelompok sasaran sosialisasi. Strategi krusial pertama yang dibuat adalah penciptaan identitas resmi untuk RPJMN melalui pengembangan dan modifikasi pada penamaan (naming), filosofi dan estetika. Tujuan dari strategi ini adalah untuk memudahkan tingkat kesadaran (awareness) publik akan keberadaan RPJMN. Untuk kegiatan kajian, tim merancang dan mengembangkan identitas RPJMN sebagai sebagai sebuah brand dalam bentuk logo dengan muatan konsep yang disesuaikan dengan RPJMN. Tim kemudian membuat pemetaan identitas dalam konteks sistem komunikasi, melalui arsitektur brand yang jelas secara hierarki dari mulai Bappenas sebagai badan utama (corporate/umbrella brand), kementrian, lembaga, hingga ke program-program dan kegiatan-kegiatan yang dimiliki sebagai sebuah sub brand. Hal Ini berguna untuk memperlihatkan bagaimana tiap bagian saling berhubungan dan saling mendukung bagi kegiatan pembangunan nasional, serta bagaimana sub brand mampu mencerminkan dan menguatkan tujuan utama dari corporate brand untuk kepentingan pembangunan. Ini adalah sebuah proses yang terintegrasi untuk membangun hubungan antar bagian untuk menciptakan kredibilitas komunikator. Temuan-temuan yang didapat selama kajian baik dari survey maupun pada saat FGD, mengarahkan perlunya strategi ini menjadi bahan pertimbangan penting. Banyak yang mengeluhkan bahwa RPJMN susah dilafalkan hingga seringkali salah pengucapan. Beberapa mengusulkan untuk membuat penamaan dengan asosiasi yang mudah diingat seperti halnya pelita untuk pembangunan lima tahun. Pada saat mini survey dilakukan terhadap kelompok masyarakat, sebagian besar masih awam mengenai RPJMN dan RPJP. Tingkat awareness secara umum masih kurang mengenai hal ini.

Page 93: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 93

Perancangan pesan-pesan komunikasi menjadi bagian penting dalam kajian. Kombinasi pesan verbal dan non-verbal banyak dikaji dan diterapkan dibeberapa aplikasi kajian. Pesan linguistik/bahasa untuk menyampaikan gagasan, informasi, atau opini dikembangkan dengan tingkat relevansi tertentu sesuai kelompok sasaran. Pesan-pesan non-verbal juga dikembangkan cukup mendalam dan diujicobakan pada saat FGD di beberapa daerah. Pemilihan warna, perancangan simbol, dan kesatuannya dengan strategi pertama mengenai identitas komunikator dibuat dalam sebuah sistem untuk mampu memenuhi kriteria-kriteria perhatian (attention), kebutuhan (need), pemuasan (satisfaction), visualisasi (visualization), dan tindakan (action) untuk mempermudah pemahaman. Pada saat FGD, penerapan konsep perancangan pesan ini sangat membantu, salah satunya adalah untuk toolkit buku panduan tata ruang dan pertanahan. Pemilihan warna bagi masing-masing kelompok sasaran, perancangan icon sebagai pesan non-verbal untuk memberi perhatian dan penegasan pada materi-materi tata ruang dan pertanahan sangat memudahkan peserta FGD.

Konsep pemasaran sosial yang mengadopsi konsep pemasaran umum diwujudkan salah satunya adalah dengan membuat toolkit untuk kebutuhan sosialisasi. Dalam konteks perencanaan komunikasi, maka konsep ini merupakan upaya untuk memberikan informasi yang cukup, agar “konsumen” bisa mengambil keputusan dengan pilihan yang rasional. Mckee (1997) mengusulkan istilah baru “komunikasi program” sebagai pengganti pemasaran sosial yang berorientasi pada pemberdayaan, untuk menghindari konotasi manipulatif dan berorientasi profit. Toolkit dalam kajian ini menunjuk pada satu set material diseminasi yang akan dikembangkan untuk kegiatan sosialisasi. Beberapa aplikasi telah dibuat dan diujicobakan dengan selalu melibatkan konsep-konsep lainnya.

Salah satu bagian toolkit yang diujicobakan berbentuk buku yang berisi informasi prioritas pembangunan Bidang TRP yang dibuat secara khusus. Materi di dalamnya merupakan penyederhanaan dan representasi sementara dari beberapa prioritas pembangunan Bidang TRP dalam RPJMN. Meskipun demikian, pembahasannya diperdalam dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing kelompok sasaran. Selain materi umum seperti di RPJMN, ada tambahan-tambahan penting untuk memperjelas dan mempertegas isi. Ujicoba yang dilakukan dalam kajian mendapatkan banyak umpan balik, yang berguna untuk perbaikan dan pengembangan di tahapan-tahapan selanjutnya. Hal ini berhubungan dengan kebutuhan informasi yang diharapkan oleh tiap kelompok sasaran.

Penerapan konsep jaringan komunikasi, kegiatan berbasis kemasyarakatan dengan memberdayakan kelompok informasi masyarakat (KIM) untuk penyebaran informasi RPJMN Bidang TRP. Selain KIM jejaring sosial online dapat mengakomodasi konsep jaringan komunikasi ini. Jejaring sosia online membuka peluang untuk menghadirkan “conversation” atau komunikasi yang intens dengan masyarakat secara umum. Pengelolaan yang optimal akan menjadi nilai tersendiri bagi komunikator, dan membantu banyak untuk penyebaran informasi. Dalam kegiatan FGD ada beberapa kelompok kemasyarakatan yang aktif seperti badan keswadayaan masyarakat dan kelompok tani indonesia yang kooperatif dalam kegiatan-kegiatan diseminasi. Kebanyakan mereka sudah sangat aware tentang RPJMN, namun tingkat pemahaman mereka mengenai permasalahan-permasalahan, kebijakan, dan prioritas pembangunan masih rendah. Advokasi media adalah strategi yang juga diterapkan dalam kajian ini. Secara sederhana tuajuan dari strategi ini adalah untuk meningkatkan awareness publik

Page 94: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 94

mengenai berbagai informasi tata ruang dan pertanahan. Advokasi media strategis dari media berita untuk mengangkat inisiatif kebijakan sosial atau kebijakan publik. Media advokasi dirancang untuk mempengaruhi baik kuantitas dan kualitas pemberitaan media tentang masalah tertentu, cara berita disajikan, dan mempengaruhi cara orang mempersepsikan masalah yang dibicarakan. Kolaborasi advokasi media dengan aktivitas-aktivitas berbasis kemasyarakatan akan sangat mendukung sosialisasi RPJMN Bidang TRP. Dari mini survey yang dilakukan dalam kajian ini, terungkap bahwa sebagian besar masyarakat, 60 sampai dengan 70 persen responden masyarakat jarang mendapatkan informasi tentang soal RPJMN Bidang TRP baik di media cetak maupun media elektronik. Advokasi media dalam kajian ini ditujukan juga untuk pengorganisasian dan mobilisasi masyarakat, dan penyertaan pembuat kebijakan, melalui pemberitaan media, penulisan artikel-artikel dan jurnal-jurnal tentang tata ruang dan pertanahan.

Kajian ini mengungkap hal-hal penting dalam mekanisme pusat-daerah., antara lain kurang memadainya komunikasi pusat dengan daerah berkenaan dengan kegiatan sosialisasi. Kegiatan musrenbang adalah salah satu sarana komunikasi antara pusat-daerah selama ini. Tapi ini disadari tidak mencukupi, dan dari hasil diskusi terungkap bahwa tingkat pengetahuan dan pemahaman terhadap RPJMN Bidang Tata Ruang belum merata di kalangan pemerintah daerah. Terutama dalam hal kebijakan-kebijakan dan payung hukum, dan prosedur-prosedur yang terdapat di dalam RPJMN Bidan TRP. kegiatan-kegiatan seperti dijelaskan di pembahasan sebelumnya perlu lebih ditingkatkan lagi, semisal workshop regional, pelatihan, interview dan diskusi dengan pemerintah dan para perencana. Mekanisme pengawasan oleh lembaga yang terkait pun harus menjadi perhatian penting, agar informasi ini tidak hanya sampai di pemerintah daerah saja, ketika ada informasi-informasi yang seharusnya sampai ke masyarakat.

Pengembangan jaringan komunikasi dengan kalangan akademis. Interaksi dengan kalangan akademis memiliki dua dimensi, yaitu konsultsi dan penyebaan informasi. Dalam diskusi terungkap bahwa keterlibatan dalam proses-proses formulasi dan perencanaan sangat diharapkan oleh mereka. Frekuensi komunikasi dengan kalangan ini hendaknya lebih ditingkatkan dalam berbagai bentuk kerjasama seperti pelatihan, kolaborasi proyek dan penelitian. Diskusi juga membahas agar materi informasi yang disampaikan kepada kalangan akademis adalah materi yang bisa menjadi stimulan untuk membantu pemecahan permasalahan RPJMN Bidang TRP.

Kegiatan berbasis kemasyarakatan adalah strategi yang diajukan dalam kajian ini. Tujuannya adalah untuk melibatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat, serta satu hal penting yaitu untuk membuat konteks sosial mengenai RPJMN Bidang TRP. Kegiatan berbasis kemasyarakatan masih kurang. Kegiatan-kegiatan komunikasi audio-visual, workshop, diskusi yang melibatkan partisipasi kalangan bisnis, komunitas lokal dan kelompok-kelompok informsi masyarakat lokal sangat diperlukan. Pemilihan media untuk menyampaikan informasi ini beragam, mulai dari media yang bisa dijangkau hingga media-media kreatif semisal penyisipan melalui acara-acara tradisional atau acara hiburan saat ini. Diskusi ini banyak memberi masukan bagi perbaikan kajian strategi sosialisasi.

Page 95: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 95

Bab 5 Kesimpulan dan Rekomendasi

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan umum hasil kajian strategi sosialisasi RPJMN 2010-2014 Bidang TRP

adalah sebagai berikut:

1. Sebagai dokumen publik, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2010-2014 perlu disosialisasikan kepada semua stakeholders terkait

antara lain: pemerintah daerah, perguruan tinggi, organisasi non pemerintah dan

masyarakat.

2. Sosialisasi RPJMN 2010-2014 perlu dilakukan secara efektif dengan memilih

media dan substansi materi sosialisasi yang tepat sesuai dengan kelompok sasaran

sosialisasi (pemerintah daerah, perguruan tinggi, organisasi non pemerintah dan

masyarakat).

5.1.1 Media dan substansi sosialisasi untuk pemda

Media sosialisasi RPJMN 2010-2014 di kalangan Pemda masih sangat terbatas, hanya

instansi yang membutuhkan RPJMN dalam melaksanakan tupoksinya (Bappeda) yang

mengetahui isi RPJMN 2010-2015. Bahkan masih ada kanwil dan kantah BPN yang

belum mengetahui RPJMN. ketidak tahuan mengenai RPJMN disebabkan karena

minimnya sosialisasi RPJMN kepada pemda. Untuk mengenalkan RPJMN 2010-2014

kepada pemda sampai pada level bawah sadar diperlukan sosialisasi RPJMN yang

lebih intensif dan berkelanjutan yang dilakukan secara formal (melalui instansi vertikal)

dan informal (toolkit dan media massa: koran, acara televisi dan radio serta forum

informal).

Subtansi RPJMN 2010-2014 yang diperlukan pemda agar menjadi materi sosialisasi

yang perlu ada dalam toolkit yaitu RPJMN 2010-2014 Bidang TRP dan perlu ditambah

pengantar umum seperti yang telah digunakan oleh Bappenas selama ini yang

memperlihatkan keterkaitan antara RPJPN dengan RPJMN, antara Buku I, II dan III.

Selain itu perlu ditambahkan pula tabel prioritas nasional terkait tata ruang dan

pertanahan. Untuk sosialisasi di daerah, dapat ditambahkan keterkaitan antara RPJMN

dengan RPJMD yang telah disusun oleh pemerintah masing-masing daerah.

Page 96: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 96

5.1.2 Media dan substansi sosialisasi untuk kelompok masyarakat

Media sosialisasi RPJMN 2010-2014 untuk masyarakat perlu disesuaikan dengan

budaya dan karakteristik masyarakat lokal yang sudah umum dikenal masyarakat

lokal. Misalnya dengan menggunakan media yang umum dilihat oleh masyarakat

setempat seperti majalah dinding di tempat umum dan tempat ibadah, pengumuman

melalui tempat-tempat ibadah seperti pengeras suara masjid ataupun karikatur

dengan karakter yang sudah banyak dikenal. Selain itu dapat pula dilakukan teknik

sosialisasi yang mengadopsi sistem kader yang infrastrukturnya sudah tersedia sampai

dengan tingkat Rukun Tetangga (RT).

Subtansi RPJMN 2010-2014 bidang pertanahan yang diperlukan masyarakat agar

menjadi materi sosialisasi dalam toolkit yaitu mengenai hak atas tanah dan prosedur

sertifikasi tanah. Tambahan yang diperlukan adalah mengenai layanan pertanahan

untuk UMKM, nelayan, petani (milik), peserta transmigran, dan Masyarakat

Bepenghasilan Rendah (MBR). Untuk tata ruang, yang diperlukan adalah pengetahuan

tentang cara berpartisipasi dalam perencanaan dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Yang paling utama adalah proses pengajuan pendapat dan badan pemerintah daerah

mana yang harus dituju oleh masyarakat yang ingin menyampaikan pendapatnya.

5.1.3 Media dan substansi sosialisasi untuk kelompok perguruan tinggi

Kelompok perguruan tinggi terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok yang bidang

ajarnya berkaitan langsung dengan RPJMN (planologi, geodesi, pertanian, arsitektur,

studi pembangunan dan lingkungan) dan yang tidak berkaitan langsung dengan

RPJMN. Untuk yang tidak berkaitan langsung, materi sosialisasi menggunakan materi

yang sama dengan masyarakat. Media sosialisasi RPJMN yang efektif untuk perguruan

tinggi adalah web site (khususnya perguruan tinggi di Jawa) yang bisa diakses kapan

saja untuk bahan ajar perkuliahan.

Subtansi RPJMN 2010-2014 yang perlu ada di dalam toolkit untuk perguruan tinggi

yaitu permasalahan terkini, data aktual pencapaian beserta target yang ingin dicapai

dalam periode waktu rencana tersebut. Spektrum permasalahan yang dimunculkan

dalam toolkit perlu diperluas misalnya untuk pertanahan tidak hanya mengenai

permasalahan yang terkait dengan BPN saja, melainkan juga permasalahan yang

terkait dengan perpajakan. Untuk bidang tata ruang, perlu pula ditambahkan contoh

integrasi antar rencana melalui musyawarah perencanaan.

Page 97: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 97

Dalam kegiatan kajian strategi sosialisasi RPJMN 2010-2014, perguruan tinggi

mempunyai peran sebagai inovator untuk menemukan inovasi-inovasi dalam

penyelesaian permasalahan-permasalahan pertanahan. Sebagai inovator, perguruan

tinggi diperlukan untuk mempertajam masalah, fakta, target dan stimulasi bagi

masyarakat maupun pemerintah daerah.

5.1.4 Kekurangan dan kelebihan sosialisasi RPJMN saat ini

Kekurangan sosialisasi RPJMN saat ini adalah media sosialisasi yang digunakan dan

materi sosialisasi. Media sosialisasi RPJMN yang ada selama ini menggunakan

template yang terlalu formal, kaku dan digunakan dari tahun ke tahun tidak ada inovasi

(buku RPJMN dan internet). Materi RPJMN yang dosisialisasikan pada masyarakat

umum menggunakan bahasa yang sulit untuk dimengerti, sehingga kurang menarik

bagi masyarakat umum untuk mengetahui RPJMN lebih jauh. Banyaknya materi RPJMN

yang harus diakomodasi menyebabkan buku RPJMN yang dihasilkan sangat tebal dan

jumlahnya cukup banyak sehingga masyarakat umum kurang tertarik untuk membaca.

Sedangkan kelebihan sosialisasi RPJMN saat ini adalah sosialisasi RPJMN dilakukan

pada musrenbangnas dan musrenbangprov yang dilakukan di seluruh Indonesia.

Jaringan informasi formal tersebut dapat diperluas sampai ke desa agar dapat menjadi

media sosialisasi RPJMN yang efektif.

5.1.5 Peran Bappenas dalam sosialisasi RPJMN

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan mempunyai kewajiban memberikan informasi

atas permintaaan masyarakat (public rights to know). Sejalan dengan perubahan

paradigma di bidang komunikasi, komunikasi tidak lagi dapat dilakukan secara

kasualitas linier (satu arah), tetapi relasional dan transaksional (dua arah). Peran

Bappenas dalam sosialisasi RPJMN diperlukan agar dokumen RPJMN dapat

disampaikan kepada seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Selain itu, Bappenas juga

perlu berperan untuk mendorong agar isi sosialisasi mengenai dokumen RPJMN

disesuaikan dengan target atau objek sosialisasi dan menggunakan cara penyaluran

informasi yang tepat sehingga pesan yang penting dapat tersampaikan dengan baik

kepada kelompok sasaran (pemerintah daerah, masyarakat dan perguruan tinggi).

Page 98: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 98

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil kajian strategi-strategi sosialisasi yang diajukan dapat dipahami

bahwa tiap komponen strategi saling berkaitan satu sama lain untuk mencapai tujuan

yang diinginkan. Prioritas strategi apa yang harus dilaksanakan adalah tergantung

pada tingkat pencapaian tujuan sosialisasi itu sendiri. Kajian ini lebih banyak menelaah

pengembangan strategi untuk meningkatkan awareness dan pemahaman kelompok-

kelompok sasaran terhadap RPJMN Bidang TRP.

Pencapaian tujuan seperti kajian ini bisa dikategorikan sebagai pencapaian hasil awal

yang memang harus menjadi perhatian dan pertimbangan untuk diimplementasikan.

Ini dilakukan melalui rekomendasi penting, yaitu antara lain:

1. Pengembangan identitas komunikator (identitas brand) yang baik, matang dan

konsisten untuk subyek kajian RPJMN tata ruang dan pertanahan. Diharapkan

pengembangan ini bisa dilakukan tidak hanya di direktorat tata ruang dan

pertanahan, akan tetapi merupakan sistem identitas yang bisa diterapkan di

direktorat-direktorat lain di Bappenas, terutama mengenai identitas RPJMN yang

krusial untuk segera mendapat perhatian.

2. Advokasi media adalah aspek penting yang terbukti efektif untuk meningkatkan

awareness. Rekomendasi ini bisa melibatkan kelompok-kelompok sasaran dari

kalangan akademis, pemerintah daerah, dan masyarakat untuk pelaksanaannya.

Seperti disebutkan sebelumnya advokasi media akan mempengaruhi kuantitas dan

kualitas pemberitaan tentang masalah-masalah RPJMN Bidang TRP, serta

mempengaruhi cara orang mempersepsikannya.

3. Pengembangan toolkit yang lengkap, tidak hanya berupa buku informasi RPJMN

Bidang TRP, tapi juga material-material atau aplikasi-aplikasi diseminasi lainnya.

Beberapa sudah dikembangkan selama kajian ini. Pengembangannya akan

bergantung pada pemilihan dan penyebaran media terhadap tiap kelompok

sasaran sosialisasi. Catatan penting mengenai hal ini adalah mengenai relevansi isi

informasi yang harus disesuaikan untuk tiap kelompok sasaran dan pembatasan

terhadap kelompok sasaran potensial, semisal untuk kalangan akademis

difokuskan kepada kalangan perencanaan, ilmu-bumi, geo-informasi, dan studi

pembangunan.

Rekomendasi tersebut akan cukup efektif untuk pencapaian tujuan awal. Langkah

berikutnya adalah tindak lanjut untuk kegiatan-kegiatan sosialisasi yang berbasis

Page 99: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 99

kemitraan dan kemasyarakatan. Tujuan dari kegiatan-kegiatan ini adalah sebagai

dukungan untuk melibatkan strategi-strategi sebelumnya dalam konteks sosial,

sehingga keberadaanya dalam masyarakat lebih baik lagi. Salah satu contoh nyata dari

rekomendasi ini adalah, usulan untuk memasukan materi-materi RPJMN ke dalam

kurikulum pendidikan adalah salah satu bentuk sosialisasi yang sangat efektif untuk

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat secara umum.

Page 100: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 100

Daftar Pustaka

Ajzen, I., & Fishbein, M. 1980, Understanding attitudes and predicting social behavior,

Upper Saddle River, New Jersey, Prentice Hall.

Andreasen, AR 1995, Marketing social change, San Francisco, Jossey-Bass.

Andreasen, AR 1997, Challenges for the science and practice of social marketing. In

M.E. Goldberg, M. Fishbein, & S.E. Middlestadt (Eds.), Social

marketing:Theoretical and practical perspectives. Mahwah, NJ: Lawrence

Erlbaum Associates.

Aziz, RG 2006, Analisa efektifitas penyebaran informasi dalam rangka sosialisasi pasar

modal, Jakarta.

Bandura, A 1992, Exercise of personal agency through the self-efficacy mechanism. In

R. Schwarzer (Ed.), Self-efficacy: Thought control of action. Washington, DC.

Hemisphere.

Barbour, RS 2005, ‘Making sense of focus groups’, Medical Education, vol.39, no.7,

pp.742-750.

Basch, CE 1987, ‘Focus group interview: an underutilized research technique for

improving theory and practice in health education’, Health Education Quarterly,

vol.14, no.4, pp.411-448.

Becker, 1974, The health belief model and personal health behavior, Health education

Monographs.

Bender, DE & Ewbank, D 1994, ‘The focus group as a tool for health research: issue in

design and analysis’, Health Transition Review, vol.4, no.1, pp.63-79.

Bernard, B & Morris, J, ed., Reader in public opinion and communication, The Press of

Glencoe, New York.

Bungin, B 2008, Analisis data penelitian kualitatif: pemahaman filosofis dan

metodologis ke arah penguasaan model aplikasi, PT RajaGrafindo Persada,

Jakarta.

Carey, MA 1995, ‘Comments: concerns in the analysis of focus group data’, Qualitative

Health Research, vol.5, pp.487-95.

Page 101: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 101

Coffman, J 2003, Lesson in evaluating communications campaigns, Communication

Consortium, Washington DC.

Day BA dan Monroe, MC 2000, Environmental Education & Communication for a

sustainable world, Academy For Educational Development.

Devito, JA 1978, Communicology: an introduction to the study of communication,

Harper & Row Publisher, New York-London.

Dewey, R dan Humber, WJ 1967, An Introduction to social psychology, London, Collier-

Macmillan.

Dominick, JR 2002, The dynamics of mass comunications, Media in the digital age, 7th

edn., University Of Georgia Athens, McGraw-Hill.

Effendy, OU 1997, Ilmu komunikasi teori dan praktek, PT Remaja Rosda Karya,

Bandung.

Fletcher AD dan Bowers TA 1991, Fundamental of advertising research, 4th edition,

Wadsworth, Inc., United States.

Folch-Lyon, E & Trost, JF 1981, ‘Conducting focus group sessions’, Studies in Family

Planning, vol.12, no.12, pp.443-449.

Hague, P 1993, Interviewing, Kogan Page, London.

Hovland, Carl I., 1953, Social Communication

Knodel, J & Pramualratana, A 1987, ‘Focus group research as a means of demographic

inquiry, Research Report, vol.87, no.106, pp.1-7.

Krueger, RA 1994, Focus groups: a practical guide for applied research, 2nd edn,

Thousand Oaks, California.

Lasswell, HD 1972, The structure and function of communication in society

Littlejohn, SW 1992, Theories of human comunications, 4th edn., Wadsworth

Publishing Company, Belmont California.

Lyengar, S & Kinder, DR 1987, News that matters, Chicago: University of Chicago Press.

Macbride, S 1980, Many voices one world, UNESCO, The Anchor Press Ltd.

McCombs, M & Shaw, DL 1973, The agenda-setting function of the mass media, Public

Opinion Quarterly, 37, 62-75.

Page 102: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 102

Milward, LJ 1995, ‘Focus group’, in GM Breakwell, S Hammind & C Fife-Schaw (ed.),

Research methods in psychology, pp.274-292, Sage, London.

MoneySENSE 2003-2010, http://www.moneysense.gov.sg

Morgan, DL1988, Focus group as qualitative research, Sage, London.

Mulyana, E 2005, Ilmu komunikasi suatu pengantar, PT Remaja Rosda Karya,

Bandung.

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah.

Prochaska, JO., DiClemente, CC., & Norcross, JC 1992, In Search of how people

change: applications to addictive behaviors, American Psycologist, 47, 1102-

1114.

Quality 2006-2009, Quality of life in a changing europe, http://www.projectquality.org/

Rakhmat, J 2000, Psikologi komunikasi, PT Remaja Rosda Karya, Bandung.

Ries, Al dan Trout, Jack 2001, Positioning: the battle for your mind, The McGraw-Hill

Companies,Inc., New York.

Rogers, EM dan Storey, JD 1987, Communication campaigns. In CR Berger & SH Chaffe

(Eds.), Handbook of communication science, Newbury Park, Sage.

Ross, RS 1974, Persuasion: communication and interpersonal relations, Eaglewood

Clifs, Prentice-Hall Inc.

Ross, RS 1974, Persuasion: Communication and interpersonal relations, Eaglewood

Clifs, Prentice-Hall, Inc.

Ruditio, B dan Famiola, M 2008, Social mapping, metode pemetaan sosial, Rekayasa

Sains, Bandung.

Schramm, Wilbur dan Donald, F 1971, The process and effects of mass

communication, University of Illinois Press, Urbana Chicago-London.

Severin, WJ dan Tankard, JW Jr 1979, Communication theories, origins, methods, uses,

Hastings House Publisher, New York.

Sim, J & Snell, J 1996, ‘Focus group in physiotherapy evaluation and research’,

Physiotherapy, vol.82, pp.189-98.

Page 103: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 103

Sim, J 1998, ‘Collecting and analysing qualitative data: issues raised by the focus

group’, Journal of Advanced Nursing, vol.28, no.2, pp.345-52.

Spradley, JP 1980, Participant observer, Holt Rinehart and Winston.

Stewart, DW & Shandasani, PN 1990, Focus groups: theory and practice, Sage,

Newbury Park.

Treno, AJ dan Holder, HD 1997a, Community mobilization: evaluation of environmental

approach to local action, Addiction, 92, S173-S187.

Treno, AJ dan Holder, HD 1997b, Community mobilization, organizing, and media

advocacy: A discussion of methodological issues, Evaluation Review, 21(2), 166-

190.

Treno, AJ., Breed, L., Holder, H., Roeper, P., Thomas, B.A., & Gruenewald, PJ 1996,

Evaluation of media advocacy efforts within a community trial to reduce alcohol

involved injury, Evaluation Review, 20(4), 404-423.

Tversky, A & Kahneman, D 1981, The framing of decisions and psychology of choice.

Science, 211, 453-458.

Twinn, S 1998, ‘An analysis of the effectiveness of focus groups as a method of

qualitative data collection with Chinese population in nursing research’, Journal of

Advanced Nursing, vol.28, no.3, pp.654-61.

Venus, A 2004, Manajemen kampanye panduan teoritis dan praktis dalam

mengefektifkan kampanye komunikasi, Simbiosa Rekatama Media, Bandung.

Ward, VM, Bertrand, JT & Brown, LF 1991, `The comparability of focus group and

survey results: three case studies', Evaluation Review, vol.15, no.2, pp.266-83.

Wilbur Schramm, Mass communication, University of Illinois Press, Urbana-Chicago.

Wilmshurst, John 1993, The fundamental of advertising, Butterworth Heinemann Ltd.

Page 104: Kajian Strategi Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Tata Ruang dan Pertanahan

Kajian Strategi Sosialisasi Kebijakan Pembangunan Jangka Menengah Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 104

Lampiran

a. Survey

a. Kuesioner – Bappenas

b. Hasil survey – TA

b. FGD

a. Toolkit – TA

b. Presentasi – Bappenas

c. Notulensi FGD –Bappenas dan TA

d. Foto – Bappenas

e. Rekaman video dalam DVD – Bappenas

f. Undangan – Bappenas v

g. Daftar hadir – Bappenas v

c. Diseminasi

a. Presentasi – Bappenas

b. Notulensi diseminasi – Bappenas dan TA

c. Foto – Bappenas

d. Rekaman video dalam DVD – Bappenas

e. Undangan – Bappenas v

f. Daftar hadir – Bappenas v