Kajian Semiotika Dalam Lirik Lagu

9
Kajian Semiotika dalam Lirik Lagu “KOPI DANGDUT” PENDAHULUAN Sastra populer adalah sastra yang populer pada masanya dan banyak pembacanya, khususnya pembaca di kalangan remaja. Sastra populer tidak menampilkan permasalahn hidup secara intens. Sebab jika demikian, sastra populer akan menjai berat dan berubah menjadi sastra serius. Sastra serius adalah sastra yang main-main. Selanjutnya ia mengatakan bahwa kebalikan dari sastra populer adalah sastra yang “sastra” yang tidak main- main. Pendefinisian bahwa sastra adalah sastra sungguh tidak mencerdaskan. Karena itu bukan definisi, hanya bentuk repetisi penegasan, yang celakanya justru malah mengaburkan, dibandingkan dengan fungsi definisi itu sendiri yaitu untuk menjelaskan secara terperinci. Jadi, dari pada kita memilih- milih dengan parameter yang tidak jelas, lebih baik kita menyepakati bahwa sastra serius dan sastra populer tak pernah ada. Dalam dunia karya sastra “Sastra Populer” dan “sastra serius” selalu menjadi bahan perbincangan yang ujung-ujungnya mentasbihkan bahwa “sastra serius” Secara estetika dan nilai mempunyai maqam lebih tinggi dibanding dengan “sastra populer.” Dalam lajur dunia karya sastra susah ditemukan, atau bahkan tidak ada satuan karya yang 100 persen memperlihatkan orisinalitasnya. Selalu saja ada persamaannya dengan karya-karya sebelumnya. Banyak aspek yang dapat digunakan untuk menilai orisinalitas karya sastra.

Transcript of Kajian Semiotika Dalam Lirik Lagu

Page 1: Kajian Semiotika Dalam Lirik Lagu

Kajian Semiotika dalam Lirik Lagu “KOPI DANGDUT”

PENDAHULUAN

Sastra populer adalah sastra yang populer pada masanya dan banyak pembacanya,

khususnya pembaca di kalangan remaja. Sastra populer tidak menampilkan permasalahn

hidup secara intens. Sebab jika demikian, sastra populer akan menjai berat dan berubah

menjadi sastra serius. Sastra serius adalah sastra yang main-main. Selanjutnya ia mengatakan

bahwa kebalikan dari sastra populer adalah sastra yang “sastra” yang tidak main-main.

Pendefinisian bahwa sastra adalah sastra sungguh tidak mencerdaskan. Karena itu bukan

definisi, hanya bentuk repetisi penegasan, yang celakanya justru malah mengaburkan,

dibandingkan dengan fungsi definisi itu sendiri yaitu untuk menjelaskan secara terperinci.

Jadi, dari pada kita memilih-milih dengan parameter yang tidak jelas, lebih baik kita

menyepakati bahwa sastra serius dan sastra populer tak pernah ada. Dalam dunia karya sastra

“Sastra Populer” dan “sastra serius” selalu menjadi bahan perbincangan yang ujung-ujungnya

mentasbihkan bahwa “sastra serius”

Secara estetika dan nilai mempunyai maqam lebih tinggi dibanding dengan “sastra

populer.” Dalam lajur dunia karya sastra susah ditemukan, atau bahkan tidak ada satuan

karya yang 100 persen memperlihatkan orisinalitasnya. Selalu saja ada persamaannya dengan

karya-karya sebelumnya. Banyak aspek yang dapat digunakan untuk menilai orisinalitas

karya sastra. Pertama dilihat dari salah satu unsurnya yang membangun karya sastra

yangbersangkutan; tema, latar, tokoh, alur (jika novel); bait, larik, diksi, atau majas (jika

puisi) atau tokoh, tema, latar, alur, bentuk dialog atau petunjuk pemanggungan (jika drama).

Kedua, dilihat dari cara penyajiannya; bagaimana pengarang menyampaikan kisahnya (nove),

citranya (puisi) atau dialog petunjuk pemanggungan (drama).

Lirik lagu dapat dimasukkan kedalam genre puisi dalam karya sastra. Hal tersebut dapat

ditunjukkan dengan kemiripan unsur-unsur antara puisi dengan lirik lagu. Pada puisi terdapat

kadar kepadatan dan konsentrasi yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan prosaa. Dan

pada lirik lagu juga memiliki hal yang sama yakni kadar kepadatan dan konsentrasi yang

tinggi. puisi itu menggekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang

merangsang imajinasi panca indera dalam susunan yang berirama. Dari pendapat Pradopo

tersebut lirik lagu juga memiliki hal yang sama dengan puisi. Dengan persamaan antara

Page 2: Kajian Semiotika Dalam Lirik Lagu

unsur-unsur puisi dan lirik lagu maka dalam perkembangan karya sastra terdapat pementasan

dengan menampilkan pembacaan puisi yang disebut musikalisasi puisi. Dengan demikian

lirik lagu dapat dikaji menggunakan teori dan metode yang sama dengan puisi.

PEMBAHASAN

SEMIOTIKA DALAM LIRIK LAGU “KOPI DANGDUT”

Teori Semiotik adalah sebuah teori mengenai lambang yang dikomunikasikan. Salah satu

tokoh perintis semiotika yang terkenal adalah Charles Sanders Peirce, yang

menginterpretasikan bahasa sebagai sistem lambang yang terdiri dari tiga bagian yang saling

berkaitan, yaitu tanda, objek, dan interpretan. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang

dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang merujuk

(merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari

Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan

fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda

ini disebut objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi referensi dari

tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep

pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu

atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Hal

yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda

ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi.

Dalam makalah ini,akan menganalisis lirik lagu yang terkenal di tahun 90-an yaitu lirik lagu

Kopi Dangdut. Kopi Dangdut adalah sebuah lagu dangdut yang dipopulerkan oleh penyanyi

Fahmi Shahab pada sekitar tahun 1991. Pada awal lagu tersebut dipopulerkan, iramanya yang

memang easy listening dan liriknya yang mudah dihafal membuat lagu tersebut sangat

populer. Adapun lirik lagu dari Kopi Dangdut adalah sebagai berikut ;

Kala kupandang kerlip bintang nun jauh disana

Saat kudengar melodi cinta yang menggema

Terasa kembali gelora jiwa mudaku

Page 3: Kajian Semiotika Dalam Lirik Lagu

Karna tersentuh alunan lagu semerdu kopi dangduT

Api asmara yang dahulu pernah membara

Semakin hangat bagai ciuman yang pertama

Detak jantungku seakan ikut irama

Karna terlena oleh pesona alunan kopi dangdut

Irama kopi dangdut yang ceria

Menyengat hati menjadi gairah

Membuat aku lupa akan cintaku yang telah lalu

Api asmara yang dahulu pernah membara

Semakin hangat bagai ciuman yang pertama

Detak jantungku seakan ikut irama

Karna terlena oleh pesona alunan kopi dangdut

Mengapa kamu datang lagi menggodaku

Dulu hatiku membeku

Bagaikan segumpal salju

Ku tak mau peduli

Biar hitam biar putih

Melangkah berhati hati

Asal jangan nyebur ke kali

Bagi Pierce, ikon adalah tanda yang didasarkan atas “keserupaan” atau “kemiripan” di

antara representamen dan objeknya, entah objek tersebut betul-betul eksis atau tidak. Akan

tetapi, sesungguhnya ikon tidak semata-mata mencakup citra-citra realistis seperti lukisan,

foto saja, melainkan juga ekspresi-ekspresi semacam grafik-grafik, skema-skema, peta

geografis, persamaan-persamaan matematis, bahkan metafora. Pierce mencirikan ikon

Page 4: Kajian Semiotika Dalam Lirik Lagu

sebagai “suatu tanda yang menggantikan (stands for) sesuatu semata-mata karena ia mirip

dengannya”, sebagai suatu tanda yang “mengambil bagian dalam karakter-karakter objek”;

atau sebagai suatu tanda yang “kualitasnya mencerminkan objeknya, membangkitkan sensasi-

sensasi analog di dalam benak lantaran kemiripannya.” (Budiman, 2005:62). Ikon tidak

hanya berupa tanda-tanda yang terdapat di dalam komunikasi visual, melainkan juga dalam

hampir semua bidang semiotis, termasuk di dalam bahasa .

pertama ditinjau dari sudut pandang hubungan representamen dan objek. Representamen

di dalam lagu ini tentunya adalah lirik lagu itu sendiri, dan objeknya adalah masyarakat

beserta segenap aktivitas dan fenomena yang ada di dalamnya

a. Ikon merupakan hubungan yang berdasarkan pada kemiripan. Jadi, representamen

memiliki kemiripan dengan objek yang diwakilinya. Ikon dibagi lagi menjadi tiga, yaitu ikon

tipologis, ikon diagramatik dan ikon metafora. Dalam lirik lagu Kopi Dangdut diatas, teori

yang berhubungan adalah tentang ikon metafora, yaitu sebuah ikon yang mendasari sebuah

kemiripan yang sifatnya tidak total miripnya. Misalnya dalam lirik “Dulu hatiku membeku,

bagaikan segumpal salju” yang menyatakan seolah-olah hatinya telah membeku seperti salju,

yang dalam hal ini mirip namun tidak sepenuhnya mirip, hanya sebuah istilah yang

digunakan untuk mengumpakan sesuatu.

b. Indeks adalah hubungan yang mempunyai jangkauan eksistensial, maksudnya keberadaan

sesuatu tentu disebabkan oleh adanya sesuatu yang lain atau hubungan sebab akibat.

Misalnya, dalam judul Kopi Dangdut itu sendiri merupakan hubungan sebab akibat, karena

pada jaman populernya lagu tersebut, seseorang yang tengah menikmati secangkir kopi selalu

diasosiasikan tengah mendengarkan sebuah lagu dangdut, sehingga akhirnya menjadi

inspirasi bagi penulis lagu itu sendiri.

c. Simbol, merupakan hubungan antara tanda dan objek yang ditentukan oleh sebuah

peraturan yang berlaku umum. Dalam lirik “Api asmara yang dahulu pernah membara”

misalnya, kita tahu bahwa asmara adalah sebuah perasaan yang meluap-luap, yang seiring

waktunya memiliki tahapan-tahapan tertentu, dan pada awal asmara itu sendiri ada tentunya

meluap seperti api yang membara pada awalnya sebelum akhirnya padam. Istilah ini sendiri

akhirnya menjadi simbol yang dimaknai secara bersama dan menjadi sebuah makna yang

disepakati secara umum.

Page 5: Kajian Semiotika Dalam Lirik Lagu

Kemudian ditinjau dari tanda yang diklasifikasikan menjadi tiga tahapan yang berdasarkan

pada hubungan antara interpretan dengan tanda:

a. Rheme adalah tanda yang tidak benar atau tidak salah, karena merupakan tanda pengganti.

Ia merupakan tanda kemungkinan kualitatif yang menggambarkan semacam kemungkinan

objek. Misalnya dalam lirik “menyengat hatiku” dan ”dulu hatiku membeku bagaikan

segumpal salju”, yang merupakan sebuah kata yang menggantikan atau mengumpamakan

sebuah perasaan yang terlalu panjang apabila dijelaskan secara harafiah.

b. Discent adalah tanda yang mempunyai eksistensi yang aktual, misalnya dalam lirik “kerlip

bintang nun jauh disana”, yang menyatakan sebuah eksistensi benda langit yang terletak jauh

dan terlihat berkelip jika dilihat dari bumi.

c. Argument adalah sebuah tanda hukum, yaitu sebuah hukum yang menyatakan bahwa

perjalanan untuk mencapai kesimpulan cenderung menghasilkan sebuah kebenaran.

Misalnya, sekali lagi dari judul Kopi Dangdut itu sendiri, yang masih merupakan sebuah

proses untuk mencari kesimpulan apakah sebenarnya maksud penulis dari judul Kopi

Dangdut itu sendiri, namun saat kita menyimpulkan bahwa kopi pada tahun 90-an selalu

dinikmati dengan secangkir kopi membawa kita pada sebuah kebenaran.

PENUTUP

Semiotika merupakan bidang studi yang mempelajari makna atau arti dari suatu tanda atau

lambang. Tanda adalah basis dari seluruh komunikasi. Manusia dengan perantaraan tanda-

tanda dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya sehingga banyak hal yang dapat

dikomunikasikan. Bahasa, dalam perspektif semiotika, hanyalah salah satu sistem tanda-

tanda.

Lirik lagu merupakan sebuah syair puisi yang diberi nada. Setiap puisimempunyai makna

yang dalam yang tak bisa dilihat dari luarnya saja. Semiotik tingat duapada puisi

menyebabkan kita menganalisis makna yang sebenarnya pada puisi. Pada lirik lagu Kopi

Dangdut pada judul pasti memberikan gambaran yang puitis melalui struktur dan latarnya.

Page 6: Kajian Semiotika Dalam Lirik Lagu

SEMIOTIKA DALAM LIRIK LAGU “KOPI

DANGDUT”

Disusun oleh :

Reni wijayanti

C0210057

Sastra Indonesia

Fakultas Sastra dan Seni rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta

2014