Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

29
1 Disusun Oleh : Faizal Abdillah3607100023 Bayu Ajie W3608100021 M. Muchlison 3608100037 Jeffrey A. P.3608100077 Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOVEMBER Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS Pengembangan Masyarakat Pusdakota Ubaya

description

Pengembangan Masyarakat di Bidang Lingkungan oleh Pusdakota Ubaya

Transcript of Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

Page 1: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

1

Disusun Oleh :

Faizal Abdillah3607100023Bayu Ajie W3608100021M. Muchlison 3608100037Jeffrey A. P.3608100077

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOVEMBER

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Pengembangan Masyarakat Pusdakota Ubaya

Page 2: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

2

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Surabaya adalah salah satu kota besar yang ada di Indonesia yang memiliki berbagai permasalahan yang cukup rumit. Beberapa permasalahan yang ada adalah permasalsahan lingkungan, ekonomi dan sosial. Masyarakat yang ada di Surabaya sebagian besar berasal dari luar daerah, tidak sedikit juga yang berasal dari pedesaan. Hal ini mengakibatkan Surabaya menjadi daerah yang padat penduduk. Tidak sedikit permukiman kumuh yang berada di Surabaya. Hal ini tentu saja mengakibatkan dampak yang cukup serius terhadap lingkungan di sekitarnya. Permukiman kumuh yang ada di sini juga tidak lepas dari faktor kemiskinan. Dengan alasan ekonomi, mereka menciptakan permukiman “seadanya” yang terkesan kumuh.

Hal ini pula yang terjadi pada penduduk Kampung Rungkut Lor yang mayoritas merupakan warga yang berasal dari daerah pedesaan di Jawa Timur dan datang di Surabaya untuk bekerja sebagai buruh di beberapa perusahaan. Tentu saja hal ini mengakibatkan Kampung Rungkut menjadi cukup padat. Lingkungan ini saat itu juga merupakan lingkungan yang kurang tertata dengan baik sehingga banjir selalu datang setiap tahunnya.

Dengan adanya situasi tersebut, pada tahun 1999 beberapa mahasiswa Universitas Surabaya melakukan beberapa riset demi mengetahui permasalahan – permasalahan yang terjadi di Kampung Rungkut. Dan pada akhirnya ditemukan salah satu persoalan di Kampung Rungkut, yaitu komunitas di sana memiliki kesadaran yang cukup rendah mengenai lingkungan sekitarnya. Setelah itu mereka mengusulkan dibentuknya suatu Lembaga yang memiliki kepedulian dalam perbaikan lingkungan dan karakter masyarakat di daerah Kampung Rungkut Lor. Dan lahirnya Lembaga Pusdakota Ubaya menjadi awal dari proyek pengembangan masyarakat, terutama masyarakat Kampung Rungkut Lor.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam pembahasan ini terdapat beberapa rumusan masalah, antara lain;

Bagaimana karakteristik Lembaga Pusdakota Ubaya terkait dengan visi/ misi organisasi, wilayah kerja organsisasi, program kerja, struktur organisasi, serta produk organisasi ?

Bagaimana konsep dan pendekatan yang dilakukan oleh Pusdakota dalam melakukan pendampingan masyarakat ?

Bagaimana hasil pelaksanaan program pendampingan masyarakat oleh pihak Pusdakota ?

1.3 Tujuan

Adapun beberapa tujuan dalam penyusunan laporan ini, antara lain;

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 3: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

3

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

Mengetahui karakteristik Lembaga Pusdakota Ubaya terkait dengan visi/ misi organisasi, wilayah kerja organisasi, program kerja, struktur organisasi, serta produk dari organisasi.

Mengetahui konsep dan pendekatan yang dilakukan oleh Pusdakota dalam melakukan pendampingan masyarakat.

Mengidentifikasi, menganalisa, serta mengevaluasi pelaksanaan kegiatan program pendampingan masyarakat yang dilakukan oleh Pusdakota sehingga dapat diketahui nilai keberhasilan maupun kegagalan dalam kegiatan tersebut.

Memberikan kesimpulan serta rekomendasi dari program pendampingan masyarakat yang dilakukan oleh Pusdakota.

1.4 Ruang Lingkup Pembahasan

Laporan ini disusun untuk membahas secara fokus mengenai aktivitas Lembaga Pusdakota Ubaya. Pembahasan disini dilakukan dengan cara mengeksplorasi karakteristik organisasi yang terkait dengan visi/ misi, program kerja, struktur, serta produk organisasi. Selain itu juga dilakukan identifikasi, analisa, serta evaluasi program – program pendampingan yang dilakukan oleh Lembaga Pusdakota Ubaya.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

BAB II TEORI – TEORI PENDAMPINGAN MASYARAKAT

BAB III GAMBARAN UMUM STUDI KASUS

BAB IV KONSEP dan PRAKTEK PENDAMPINGAN MASYARAKAT

BAB V KESIMPULAN dan REKOMENDASI

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 4: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

4

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

BAB II

TEORI – TEORI PENDAMPINGAN MASYARAKAT

2.1 Pengertian Masyarakat dan Komunitas

Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Masyarakat atau dapat pula disebut sebagai komunitas adalah keluarga-keluarga yang mengidentifikasikan bahwasannya masyarakat sebagai bagian dari kawasan spesifik yang dicirikan dengan adanya kepentingan bersama untuk menyelesaikan sesuatu, apapun perbedaan yang terdapat diantara masyarakat itu sendiri ( Achadiat Dritasto, 2005).

Komunitas menurut Cohen melibatkan dua relasi, yaitu pertama, anggota suatu kelompok yang memiliki kesamaan satu sama lain, dan kedua, sesuatu kebersamaan yang membedakan mereka secara signifikan dari anggota-anggota kelompok yang lain (Cohen, 1985).

Komunitas menurut (Willmott 1986; Lee and Newby 1983; and Crow and Allen 1995 dalam Mark K. Smith) ditentukan oleh adanya 3 variabel, yaitu;

- Pendekatan Tempat. Teritori atau tempat komunitas dapat dilihat sebagai dimana orang memiliki sesuatu di dalam kebersamaan, elemen untuk saling berbagi ini dipahami secara geografis. Dalam peristilahan lain dinamakan lokalitas (locality). Pendekatan ini telah meluas dalam literatur yang kaya mengenai studi komunitas dan studi lokalitas, terutama berfokus pada pembagian kerja spasial (spatial division of labour).

- Pendekatan Kepentingan. Orang-orang di dalam komunitas kepentingan berbagi karakteristik bersama lebih dari sekedar tempat. Mereka terkait satu sama lain karena faktor seperti kepercayaan beragama, pekerjaan, atau asal etnik. Misalnya komunitas Islam, komunitas China, komunitas Melayu. Konsep identitas ini memainkan peran penting dalam memahami konsep ruang dalam bentuk non ruang.

- Pendekatan Komuni. Pendekatan ini merupakan suatu sense atau rasa yang menyertai tempat, kelompok, atau ide. Dengan kata lain, dinamakan spirit komunitas. Bentuk paling kuat dari komunion menyandarkannya, tidak hanya dalam hubungan dengan orang lain, tetapi dalam hubungan dengan Tuhan dan Penciptaan. Contohnya adalah communion of saints dari komunitas kristen.

2.2 Tahap – Tahap Perkembangan Komunitas

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 5: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

5

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

Dalam pembentukan suatu komunitas dikenal beberapa tahap perkembangan, yang dimana diawali dengan tahap pembentukan dan diakhiri oleh tahap prestasi.

Tahap PembentukanCiri – ciri :

Masih berupa kumpulan individu, belum berupa kelompok Individu ingin menetapkan identitas pribadi dalam kelompok dan

membuat kesan Partisipasi sebatas individu yang telah akrab dengan suasana Individu mulai memusatkan pada tugas yang ada dan

mendiskusikan tujuan. Kelompok mulai membicarakan aturan, keputusan, dan tindakan

mendatang. Tahap Krisis

Ciri – ciri : Dicirikan oleh konflik dan tidak ada persatuan. Aturan dasar tentang tujuan, kepemimpinan, perilaku dilanggar. Individu saling bermusuhan, individualitas, dan menonjolkan

agenda pribadi. Perselisihan meningkat, aturan dilanggar, konflik/ perbantahan. Bila berhasil diatasi, tahap ini mengarah pada suasana baru dan

lebih realistis dalam norma, sasaran, dan prosedur. Tahap Normalisasi

Ciri – ciri : Terjadinya konflik dan tidak adanya persatuan. Saling menerima kekurangan anggota kelompok. Persatuan berkembang dan dipertahankan. Semangat kelompok dan keselarasan menjadi hal penting.

Tahap PrestasiCiri – ciri :

Kematangan dan produktivitas maksimum. Dicapai jika tahap sebelumnya terlampaui. Anggota mengambil peran masing-masing. Energi disalurkan dalam tugas yang teridentifikasi.

2.3 Teknik – Teknik Dalam Proses Pengembangan Masyarakat

Dalam proses pengembangan masyarakat dibutuhkan beberapa teknik yang dapat memperlancar proses itu sendiri. Beberapa teknik tersebut dapat digunakan untuk membantu pendamping/ fasilitator untuk lebih mudah dalam proses pengembangan masyarakat yang mereka lakukan. Beberapa teknik tersebut antara lain;

A.Dinamika Kelompok

Teknik pengembangan masyarakat ini sedikit berbeda dengan teknik-teknik yang berada pada sistem sekolah konvensional. Teknik pengembangan ini pun merupakan suatu teknik yang diaptasi dengan mempertimbangkan pada karakteristik-karakteristik lokal yang ada, kemampuan masyarakat untuk mengakses sumberdayanya dan membantu masyarakat untuk menemukan strategi tindakan-tindakan yang akan diambil.

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 6: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

6

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

Dalam melakukan penerapan teknik-teknik dinamika kelompok, ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan, yaitu:

a) Energizer. Tahapan ini lebih bersifat sebagai ice breaking dari suasana yang ada.

b) Getting to know you. Tahapan ini bertujuan mengetahui dan memperkenalkan para partisipan yang hadir. Selain itu pula, permainan ini pun dapat dilakukan untuk ice breaking sebagaimana pada sub bab energizers.

c) Expectations check. Merupakan bagian untuk mencari tahu apa yang menjadi tujuan kehadiran para partisipan.

d) Analisa sosial. Tahapan analisa sosial sangat diperlukan untuk melakukan assesment terhadap partisipan baik terhadap masalah yang dihadapinya maupun hal lainnya.

e) Kemampuan memfasilitasi. Keterampilan ini sangat penting dalam meningkatkan kemampuan CDO untuk membangun hubungan dengan masyarakat dan mendengar pandangan dan cerita mereka

f) Teamwork. Kerjasama kelompok yang baik merupakan faktor yang penting dalam menentukan efektivitas dari pengorganisasian pekerjaan kita.

g) Komunikasi. Untuk CDO (community development officer/organizer) yang pekerjaannya selalu

B.ToP

Merupakan teknik dalam pelibatan masyarakat dengan Tiga metode dasar yaitu; diskusi, workshop dan perencanaan aksi.

Metode diskusi-ORID merupakan suatu metode untuk memfasilitasi kelompok diskusi yang mampu mengelaborasi topik-topik atau pun pengalaman-pengalaman secara kreatif dan mendalam. Teknik ini juga mengarahkan anggota kelompok diskusi untuk saling berbagi berbagai perpspektif terhadap suatu permasalahan dengan cara yang tidak konfrontatif. Metode ini pun akan mampu membuat suatu ikatan kesepakatan yang diharapkan dari partisipan.

a) Metode workshop, merupakan sebuah jalan untuk memfasilitas pemikiran dari suatu kelompok tentang topik diskusi tertentu. Fasilitasi pemikiran ini pun diarahkan agar berfokus pada keputusan dan tindakan yang akan diambil. Metode ini pun merupakan suatu metode yang efektif untuk membangun kesepakatan kelompok dan menggerakkannya kedalam suatu solusi dan aksi.

b) Metode perencanaan aksi, merupakan kombinasi antara metode diskusi dan workshop. Metode ini pun merupakan suatu cara efektif untuk menstrukturkan dan menggerakan dari sebuah ide yang bagus menjadi suatu rencana aksi yang nyata (ada pembatasan waktu dan pembagian tugas dan tanggungjawabnya).

C. FGD (Focus Group Discussion)

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 7: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

7

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

FGD ini adalah metode kualitatif untuk mendapatkan informasi yang mendalam, persepsi dan ide suatu kelompok. Tujuan dari metode melalui FGD adalah untuk mengeksplorasi variasi pendapat atau opini pada suatu topik tertentu, mengumpulkan berbagai istilah lokal dan ekspresi yang digunakan atau dirasakan masyarakat lokal terhadap suatu masalah dan juga untuk mencari pengertian atas hasil suatu survei yang tidak dapat dijelaskan secara statistik.

Teknik FGD ini dapat digunakan pada focus research dan membuat riset lainnya melalui eksplorasi permasalahan secara mendalam dan kemungkinkan penyebabnya, memformulasikan quesioner yang tepat dan lebih terstruktur, membantu memahami dan memecahkan suatu permasalahan yang tidak diharapkan dalam suatu program atau intervensi lainnya, dsb.

Prosedur yang harus dilalui dalam FGD adalah; 1. Identifikasi partisipan yang cocok dalam diskusi dan mengundangnya

dalam jumlah kecil (6 – 12 orang). Fasilitator harus mengetahui secara baik kondisi lokal di komunitas tersebut.

2. Partisipan maupun fasilitator haruslah sudah siap secara mental. Fasilitator harus mampu untuk meneliti, mendengarkan dan menjaga agar diskusi tetap dijalurnya selama 1-2 jam. Hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan adalah rekruitmen partisipan dan pengaturan media diskusi Pastikan pula fasilitator telah mendaftarkan serangkaian topik yang akan dibahas.

3. Fasilitator harus tetap bersikap netral dan tidak memulai pembicaraan mengenai topic diskusi sebelum acara resmi dibuka, serta mampu menghindari untuk menjadi seorang ahli yang menjelaskan suatu masalah tertentu.

4. Memulai dengan melakukan perkenalan diri dan meminta partisipan memperkenalkan diantara mereka sendiri.

5. Jelaskan maksud dari diskusi ini yaitu untuk menemukan pendapat orang mengenai suatu kegiatan tertentu. Beritahu pula kepada partisipan bahwa tidak ada istilah jawaban benar atau salah dan pastikan bahwa pendapat partisipan ini mampu ditangkap secara jelas oleh fasilitator.

6. Tahap selanjutnya adalah pembahasan isu diskusi. Pada tahap ini beberapa pertanyaan dan komentar.

7. Pada saat penutupan, fasilitator harus menringkas hasil diskusi dan mengemukakannya dalam forum, lalu menanyakan persetujuan partisipan atas ringkasan diskusi, dan mengucapkan terimakasih.

Penulisan laporan FGD dimulai dengan mendeskripsikan tujuan FGD, menseleksi dan komposisi peserta FGD dan komentarnya terhadap proses FGD. Kemudian, tampilkan temuan yang diikuti dengan daftar topik yang dibahas dan targetnya masing-masing. Jika memungkinkan (dibutuhkan), kutip pula kalimat yang digunakan oleh partisipan sebagai ilustrasi terutama untuk penyataan kunci.

D. Manajemen Konflik

Analisa konflik adalah suatu proses praktis untuk mengkaji dan memahami kenyataan konflik dari berbagai sudut pandang. Ada beberapa alat bantu dalam analisa konflik, yaitu:

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 8: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

8

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

a. Penahapan konflik

Konflik berubah setiap saat, melakukan berbagai tahap aktivitas, intensitas, ketegangan, dan kekerasan yang berbeda. Tahap-tahap ini penting sekali diketahui dan digunakan bersama alat lain untuk menganalisa berbagai dinamika dan kejadian yang berkaitan dengan masing-masing tahap konflik. Analisa dasar terdiri dari lima tahap, yaitu; Prakonflik, Konfrontatif, Krisis, Akibat, dan Pascakonflik.

b. Urutan kejadian

Urutan kejadian adalah suatu bentuk grafik yang menunjukkan kejadian-kejadian yang digambarkan dalam skala waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk menunjukkan pandangan-pandangn yang berbeda tentang sejarah, menjelaskan dan memahami pandangan masing-masing pihak tentang kejadian-kejadian, mengidentifikasi kejadian-kejadian mana yang paling penting bagi masing-masing pihak.

c. Pemetaan konflik

Pemetaan konflik adalah sebuah teknik visualisasi yang menggambarkan hubungan diantara berbagai pihak yang berkonflik. Tujuannya adalah untuk lebih memahami situasi dengan baik, melihat hubungan di antara berbagai pihak secara lebih jelas, menjelaskan dimana letak kekuasaan, untuk memeriksa keseimbangan masing-masing kegiatan atau reaksi, melihat para sekutu atau sekutu yang potensial berada dimana, mengidentifikasi mulainya intervensi atau tindakan, dan untuk mengevaluasi apa yang telah dilakukan.

d. Segitiga SPK

Segitiga SPK adalah suatu analisa berbagai faktor yang berkaitan dengan sikap, prilaku dan konteks bagi masing-masing pihak utama. Tujuan analisa ini adalah untuk mengidentifikasi ketiga faktor itu di setiap pihak utama, menganalisa bagaimana faktor-faktor itu saling mempengaruhi, menghubungkan faktor-faktor itu dengan berbagai kebutuhan dan ketakutan masing-masing pihak, dan untuk mengidentifikasi titik awal intervensi dalam suatu situasi.

e. Analogi bawang Bombay

Analogi bawang bombay adalah suatu cara untuk menganalisis perbedaan pandangan tentang konflik dari pihak-pihak yang berkonflik. Tujuan analisa ini adalah untuk bergerak berdasarkan posisi publik masing-masing pihak dan memahami berbagai kepentingan serta kebutuhan masing-masing pihak, mencari titik kesamaan di antara kelompok-kelompok sehingga dapat menjadi dasar bagi pembahasan selanjutnya.

f. Pohon konflik

Pohon konflik berarti suatu alat bantu menggunakan gambar sebuah pohon untuk mengurutkan isu-isu pokok konflik. Tujuan analisa pohon konflik ini adalah untuk merangsang diskusi tentang berbagai sebab dan

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 9: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

9

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

efek dalam suatu konflik, untuk membantu kelompok menyepakati masalah inti, membantu suatu kelompok atau tim dalam mengambil keputusan tentang prioritas untuk mengatasi berbagai isu konflik, menghubungkan berbagai sebab dan efek satu sama lain, dan untuk memfokuskan organisasinya.

g. Analisa kekuatan konflik

Analisa ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuata yang mempengaruhi suatu konflik. Kapan saja kita mengambil tindakan untuk melakukan perubahan, pasti ada kekuatan-kekuatan lain yang mendukung atau menghalangi usaha kita. Alat bantu ini menyediakan suatu cara untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan positif dan negatif ini dan berusaha untuk menilai berbagai kelemahan dan kekuatannya. Metode ini juga membantu kita untuk melihat lebih jelas apa kekuatan yang mempertahankan status quo.

h. Analogi pilar

Analogi pilar adalah ilustrasi grafik dari elemen-elemen atau kekuatan-kekuatan yang menahan situasi yang tidak stabil. Tujuan analogi pilar ini adalah untuk memahami bagaimana berbagai struktur ditopang, mengidentifikasi faktor-faktor yang membuat situasi tidak diinginkan tetap bertahan, dan untuk mempertimbangkan berbagai cara untuk mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor negatif atau mungkin merubahnya menjadi kekuatan-kekuatan positif.

i. Piramida

Piramida merupakan suatu alat bantu grafik yang menunjukkan tingkatan stakeholder dalam suatu konflik. Tujuan dari piramida itu adalah untuk mengidentifikasi pelaku-pelaku utama, termasuk kepentingan pada masing-masing tingkat, memutuskan pada tingkat mana kita mengatasi konflik sekarang dan bagaimana kita melibatkan tingkat-tingkat lainnya, menilai tipe-tipe pendekatan atau tindakan-tindakan tepat yang dilakukan pada masing-masing tingkat, mempertimbangkan cara-cara untuk membangun kaitan antar tingkat, dan untuk mengidentifikasi para sekutu potensial dimasing-masing tingkat.

Urutan untuk menggunakan alat bantu tersebut dapat dilakukan secara fleksibel, sesuai dengan situasi yang yang dihadapi.

2.4 Pengetahuan dan Keterampilan dalam Pengembangan Masyarakat  

Model-model pengembangan masyarakat perlu dibangun berdasarkan perspektif alternatif (baik profesional maupun radikal) yang secara kritis mampu memberikan landasan teoritis dan pragmatis bagi praktek pekerjaan sosial. Apapun perspektif dan model yang digunakan, pekerja sosial perlu meningkatkan perangkat pengetahuan, teknik dan keterampilan profesionalnya yang saling melengkapi. Secara umum, beberapa bidang yang harus dikuasai adalah:  

Engagement (dengan beragam individu, kelompok, dan organisasi).

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 10: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

10

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

Assessment (termasuk assessment kebutuhan dan profile wilayah). Penelitian (termasuk penelitian aksi-partisipatif dengan masyarakat). Groupwork (termasuk bekerja dengan kelompok pemecah masalah

maupun kelompok-kelompok kepentingan). Negosiasi (termasuk bernegosiasi secara konstruktif dalam situasi-situasi

konflik). Komunikasi (dengan berbagai pihak dan lembaga). Konseling (termasuk bimbingan dan penyuluhan terhadap masyarakat

dengan beragam latar kebudayaan) Manajemen sumber (termasuk manajemen waktu dan aplikasi-aplikasi

untuk memperoleh bantuan). Pencatatan dan pelaporan. Monitoring dan evaluasi.

 Pekerja sosial juga memerlukan pengetahuan mengenai kebijakan sosial,

sistem negara kesejahteraan (welfare state), dan hak-hak sosial masyarakat, termasuk pengetahuan-pengetahuan khusus dalam bidang-bidang dimana praktek pekerjaan sosial beroperasi, seperti: kebijakan kesejahteraan sosial dan kesehatan, praktek perawatan masyarakat, peraturan dan perundang-undangan perlindungan anak, serta perencanaan sosial termasuk perencanaan wilayah (perkotaan dan pedesaan) dan perumahan. Sebagai tambahan, seperti diungkapkan oleh Mayo (1994:74), pekerja sosial perlu memiliki pengetahuan mengenai:  

The socio-economic and political backgrounds of the areas in which they are to work, including knowledge and understanding of political structures, and of relevant organisations and resources in the statutory, voluntary and community sectors. And they need to have knowledge and understanding of equal opportunities policies and practice, so that they can apply these effectively in every aspect of their work.

2.5 Perencanaan Pengembangan Masyarakat  

Pelaksanaan pengembangan masyarakat dapat dilakukan melalui penetapan sebuah program atau proyek pembangunan. Secara garis besar, perencanannya dapat dilakukan dengan mengikuti 6 langkah perencanaan.  1.   Perumusan masalah. Pengembangan masyarakat dilaksanakan

berdasarkan masalah atau kebutuhan masyarakat setempat. Beberapa masalah yang biasanya ditangani oleh pengembangan masyarakat berkaitan dengan kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, pemberantasan buta hurup, dll. Perumusan masalah dilakukan dengan menggunakan penelitian (survey, wawancara, observasi), diskusi kelompok, rapat desa, dst.

 2.   Penetapan program. Setelah masalah dapat diidentifikasi dan disepakati

sebagai prioritas yang perlu segera ditangani, maka dirumuskanlah program penanganan masalah tersebut. 

 3.   Perumusan tujuan. Agar program dapat dilaksanakan dengan baik dan

keberhasilannya dapat diukur perlu dirumuskan apa tujuan dari program yang telah ditetapkan. Tujuan yang baik memiliki karakteristik jelas dan

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 11: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

11

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

spesifik sehingga tercermin bagaimana cara mencapai tujuan tersebut sesuai dengan dana, waktu dan tenaga yang tersedia. 

 4.   Penentuan kelompok sasaran. Kelompok sasaran adalah sejumlah orang

yang akan ditingkatkan kualitas hidupnya melalui program yang telah ditetapkan.

 5.   Identifikasi sumber dan tenaga pelaksana. Sumber adalah segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menunjang program kegiatan, termasuk didalamnya adalah sarana, sumber dana, dan sumber daya manusia.

 6.   Penentuan strategi dan jadwal kegiatan. Strategi adalah cara atau metoda

yang dapat digunakan dalam melaksanakan program kegiatan.  7.   Monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi dilakukan untuk

memantau proses dan hasil pelaksanaan program. Apakah program dapat dilaksanakan sesuai dengan strategi dan jadwal kegiatan. Apakah program sudah mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. suatu kegiatan indikator keberhasilan.

2.6 Definisi dan Proses Pemberdayaan Masyarakat

Pada dasarnya pemberdayaan masyarakat adalah upaya sistematis terencana untuk memberikan kewenangan dan otoritas pada masyarakat sehingga mereka dapat secara aktif merencanakan apa yang mereka butuhkan, mereka yang melaksanakan, mengawasi dan memanfaatkan sehingga transformasi sosial yang terjadi sesuai dengan potensi, kemampuan yang mereka miliki. Di samping itu, pemberdayaan adalah upaya untuk memberikan keleluasan pada masyarakat agar mereka dapat menentukan pilihan-pilihan dalam merespon dinamika kehidupan yang berubah sehingga perubahan sesuai dengan yang telah mereka sepakati dan tetapkan.

Pemberdayaan tidak bisa berjalan dengan sendirinya tanpa ada upaya untuk mengerahkan dan stimulan. Upaya itu antara lain dapat dilakukan dengan :

Menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat lokal agar lebih berdaya dengan membangun kemandirian individu dan kolektif.

Menstimulasi, mendorong atau memotovasi individu secara perorangan dan kolektif agar mempunyai kemampuan dan keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidup mereka melalui proses dialog

Dalam proses hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendorong pemberdayaan masyarakat antara lain adalah :

Pembagian kekuasaan secara adil Memunculkan kesadaran politis dan kekuatan kelompok sehingga dapat

memperbesar pengaruh terhadap proses dan pemanfaatan

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 12: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

12

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

Menciptakan iklim (suasana) agar masyarakat mampu berkembang dan memperkuat potensi

Ada perlindungan sehingga mereka dapat memperjuangkan hak-hak mereka secara terbuka dan tanpa ada tekanan

Perubahan ke arah pemberdayaan dapat dilakukan dengan berbagai cara dan menyangkut beberapa dimensi. Dimensi yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan antara lain :

Personal, mengembangkan kepekaan pribadi dan kepercayaan diri serta kemampuan serta kemampuan untuk memunculkan sikap kesadaran dalam diri.

Relasional, mengembangkan kemampuan untuk melakukan negosiasi dan mempengaruhi sifat saling hubungan dalam proses pengambilan keputusan

Kolektif, Bekerja sama untuk mencapai tujuan yang dampaknya lebih luas (bermanfaat) dari pada dikerjakan sendiri. Mencakup keterliabatan dalam struktur politik tetapi juga mencakup tindakan kolektif yag didasarkan pada kerjasama daripada kompetisi.

BAB III

GAMBARAN UMUM

3.1 Profil Pusdakota

Pusdakota adalah sebuah organisasi yang berkutat dengan pemberdayaan komunitas yang berbasis gerakan nilai dengan karakter utama otonom, nirlaba, pluralis (melampaui batas-batas keagamaan, ras, kesukuan, golongan, dan kedaerahan), egaliter (tidak mengabdi kepada kepentingan politik tertentu), cinta damai dan aktif dalam menggalang gerakan masyarakat sipil perkotaan. Perwujudan Pusdakota sebagai basis dari gerakan nilai tersebut dibingkai oleh Tata Nilai, Visi, Misi, Tujuan, Matra Pemberdayaan dan Gatra Pendekatan.

3.2 Sejarah Terbentuknya Pusdakota Ubaya

Pusat Pemberdayaan Komunitas Perkotaan (PUSDAKOTA) Universitas Surabaya secara resmi didirikan pada tanggal 2 November 2000. Pusdakota merupakan sebuah lembaga nirlaba yang berbasis pada gerakan nilai. Sejak didirikan, Pusdakota UBAYA melakukan pengorganisasian di Kampung Rungkut Lor, sebuah komunitas perkotaan di wilayah area perindustrian terbesar di Surabaya.

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 13: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

13

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

Penduduk Kampung Rungkut mayoritas merupakan warga yang datang dari daerah pedesaan di Jawa Timur dan bekerja sebagai buruh di beberapa perusahaan di Surabaya. Pada tahun 1980, ketika Pemerintah Kota Surabaya mengembangkan Rungkut sebagai kawasan industri banyak warga daerah yang berpindah ke Surabaya dengan alasan ekonomi. Situasi ini telah membuat Kampung Rungkut menjadi tempat yang cukup padat dimana para warganya banyak tinggal di kamar kos-kosan. Ditambah lagi, lingkungan Kampung Rungkut tidak cukup tertata dengan baik sehingga banjir selalu datang setiap tahun.

Berangkat dari situasi tersebut, pada tahun 1999 beberapa mahasiswa Universitas Surabaya melakukan sebuah riset untuk menemukan persoalan yang muncul di Kampung Rungkut. Dari riset tersebut ditemukan salah satu persoalan komunitas, dimana komunitas tidak memiliki kesadaran tentang lingkungan. Oleh karena itu berdasar data yang telah diperoleh, mereka mengusulkan kepada Universitas Surabaya untuk membangun sebuah lembaga yang peduli pada perbaikan kondisi lingkungan dan sekaligus perbaikan karakter di komunitas Kampung Rungkut Lor.

Pusdakota dibangun sebagai sebuah lembaga yang diharapkan dapat menggali potensi-potensi di masyarakat. Pusdakota yang lahir lewat SK Rektor Universitas Surabaya No.598/2000 "dikelilingi" masyarakat penghasil sampah, tepatnya komunitas RT 10 RW VI (kini RT 4 RW XIV) Rungkut Lor Kelurahan Kalirungkut. Mulanya Pusdakota mengorganisir komunitas untuk mengelola lingkungannya dengan memisahkan sampah rumah tangga. Pusdakota menemukan dan menyadari bahwa dalam proses menggali potensi masyarakat, tidak sekedar menjawabnya dengan pembuatan program dan implementasi teknologi, melainkan didasari oleh perubahan paradigma dan karakter komunitas itu sendiri. Hal itulah yang mendasari Pusdakota untuk menciptakan ujung tombak pengorganisasian komunitas terdiri dari tiga bidang yaitu Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan. Ketiga bidang ini menjadi satu mata rantai yang saling memperkuat.

Sejak tahun 2000, Pusdakota telah melakukan asistensi terhadap Komunitas RT.4 RW.XIV Kampung Rungkut Lor Surabaya untuk menjadi sebuah model pengelolaan lingkungan terpadu. Pusdakota juga membangun sebuah model rumah kompos untuk mengolah sampah dari komunitas menjadi kompos.

Pusdakota juga mengembangkan beberapa program guna mewujudkan visi dan misinya. PEKA (Program Pengembangan Karakter Anak), KASIH (Keluarga Sehat Inklusif dan Harmonis), WARAS (Kewirausahaan Sosial), KAMI (Keuangan Mikro), PELITA (Pengelolaan Lingkungan Terpadu), PERNIK (Pertanian Organik), KESAN (Kesehatan Sanitasi), Perpustakaan Komunitas, dan Layanan Pelatihan Pembelajaran Partisipatif INSPIRE (Institute of Participatory Learning).

Selanjutnya, pada tahun 2004, Pusdakota melakukan sebuah penelitian bekerjasama dengan Kitakyushu International Techno-Cooperative Association (KITA) Jepang dan menghasilkan sebuah metode sederhana pengelolaan sampah rumah tangga yang disebut Takakura Home Method (THM). Hingga tahun 2010, terdapat 27.400 keluarga yang telah memanfaatkan THM, dan mengaktualisasikan kepeduliannya terhadap lingkungan dengan bertindak nyata di rumah tangga masing-masing. Selain itu Pusdakota mendorong perubahan lingkungan komunitas dengan memfasilitasi perwujudan kampung ramah lingkungan. Komunitas merencanakan, mengorganisir, melakukan, dan

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 14: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

14

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

mengembangkan kemitraan secara mandiri lewat kampung ramah lingkungan yang diciptakannya.

Dalam menjalankan programnya, Pusdakota bekerja sama dengan berbagai pihak, baik dari sektor swasta, pemerintah, LSM dan komunitas. Aktivitas yang dikerjasamakan antara lain; konsultasi, penelitian, pelatihan kader dan sebagainya. Selama ini Pusdakota juga telah menjadi tempat belajar bagi para relawan luar negeri antara lain dari; Finlandia, Perancis, Spanyol, dan Jepang guna berbagi pengalaman bersama.

3.3 Visi, Misi, dan Tujuan Pusdakota Ubaya

- Visi Pusdakota Ubaya

Menuju Masyarakat Berdaya dan Berkeadilan

Yang dimaksud dengan masyarakat yang berdaya adalah masyarakat yang sanggup dalam menentukan pilihan pribadi, memiliki kesempatan untuk hidup lebih baik, merumuskan kebutuhan sendiri, mengembangkan kapasitas dari dalam diri sendiri, memiliki kebebasan dalam berekspresi dalam berbagai bentuk keterlibatan, serta mengakses berbagai sumber sosial, ekonomi, maupun struktur kekuasaan.

Sedangkan yang dimaksud dengan masyarakat yang berkeadilan adalah masyarakat yang senantiasa sadar, tanggap dan berdaya untuk menyemaikan, mempertumbuhkan dan memelihara keadilan bagi diri sendiri maupun lingkungan hidupnya. Persemaian, pemeliharaan, dan pertumbuhan keadilan tersebut mengejawantah dalam berbagai kesepakatan, pranata sosial, maupun kebijakan publik.

- Misi Pusdakota Ubaya

1. Memfasilitasi pembelajaran kesadaran kritis-transformatif2. Mengembangkan model pelipatgandaan modal sosial untuk

pemberdayaan komunitas3. Menciptakan perluasan kerjasama untuk mewujudkan jaringan

pemberdayaan masyarakat

- Tujuan Pusdakota Ubaya

Tumbuh kembangnya agen-agen pemberdayaan demi peningkatan mutu kehidupan.

3.4 Wilayah Kerja Organisasi

Dimulai dengan Kampung Rungkut Lor sebagai awal wilayah kerjanya, saat ini Lembaga Pusdakota Ubaya sudah memiliki jangkauan wiayah kerja sampai ke luar daerah Surabaya. Seperti contohnya; Banda Aceh, Medan Palembang, Surakarta, Semarang, Jakarta, Denpasar, Samarinda, Balikpapan, Makassar, Jayapura, dan masih ada yang lainnya.

3.5 Sumber Pembiayaan Organisasi

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 15: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

15

Direktur Konsultan Ahli

Sekretaris Eksekutif

Dewan Penasehat

Dept. Pembangunan Komunitas Dept. Literasi dan Publikasi Dept. Pelayanan Umum dan Keuangan

Bidang Lingkungan

Bidang Sosial

Perpustakaan

Arsiparis

Eco Home Office

Sistim Informasi Manajemen

Managing Partner (INSPIRE)INSPIRE

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

Sebagai bagian dari universitas Ubaya, Pusdakota mendapatkan bantuan dari Ubaya dalam bentuk pembiayaan biaya utilitas. Karena selain dalam bentuk utilitas pihak Ubaya hanya memberikan bantuan sedikit, tidak sampai 40 persen, lembaga Pusdakota mencari dana untuk operasionalnya dengan cara riset, fasilitasi, pelatihan, asistensi, konsultan dengan pihak yang cenderung menggunakan jasa ini adalah pihak swasta dan pemerintah (seperti Unilever maupun Pemkot setempat).

3.6 Struktur Organisasi

Sebagai sebuah organisasi, tentunya Pusdakota Ubaya memiliki sebuah struktur, struktur organisasi Pusdakota Ubaya dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

Bagan Struktur Organisasi Pusdakota Ubaya

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 16: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

16

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

3.7 Program Kerja

3.6.1 Bidang Sosial

A. Pengembangan Karakter Anak (PEKA)B. Keluarga Sehat Inklusif dan Harmonis (KASIH)

3.6.2 Bidang Ekonomi

A. Keuangan Mikro (KAMI)B. Kewirausahaan Sosial (WARAS)

3.6.3 Bidang Lingkungan

A. Pengelolaan Lingkungan Terpadu (PELITA)B. Pertanian Organik (PERNIK)C. Kesehatan Sanitasi (KESAN)

3.8 Produk Organisasi

Dalam riset-riset serta beberapa program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh pihak Pusdakota Ubaya, sudah memberi beberapa hasil berupa produk-produk dari organisasi ini, seperti contohnya;

Kompos

Keranjang Takakura

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 17: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

17

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

Rotary Active Microorganism (RAM)

Beras Organik

Sayur Organik

Jamu Instan

BAB IV

KONSEP DAN PRAKTEK PENDAMPINGAN MASYARAKAT

4.1 Keluarga Sehat Inklusif dan Harmonis (KASIH)

Dalam rangka untuk menciptakan unit layanan kesehatan terpadu, KASIH mengorganisir kader-kader kesehatan di lingkungan RW 14 dan RW 15 Rungkut Lor. Hingga saat ini, beberapa kader diberi pembekalan yang cukup dalam pengenalan berbagai penyakit, antara lain; kanker payudara, kanker serviks, diabetes melitus, dan sebagainya. Selain itu, para kader kesehatan juga dibekali bagaimana mengatasi penyakit lewat pengobatan tradisional, salah satunya adalah akupuntur. Para kader kesehatan ini menyediakan diri untuk melayani konsultasi kesehatan keluarga di klinik kesehatan Pusdakota, yang dibuka aksesnya bagi warga Rungkut dan sekitarnya.

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 18: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

18

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

Sasaran program ini ditujukan kepada 3 RW, yaitu; RW 6, RW 14, serta RW 15. Akan tetapi dalam penerapannya, hanya RW 14 yang sudah berjalan dengan cukup baik, sedangkan 2 RW lainnya masih dalam tahap pengenalan. Penerapan dari program ini lebih diprioritaskan pada kaum ibu-ibu dalam proses penyuluhan dan pendampingannya. Hal ini didasarkan dengan konsep dari program ini sendiri, yaitu dapat membentuk keluarga yang sehat inklusif dan harmonis. Dalam pelaksanaannya, program ini juga melibatkan peran aktif masyarakat yang dituju. Partisipasi dari masyarakat tidak melulu mengenai dana, akan tetapi bisa dalam bentuk tenaga, materi bangunan, maupun bentuk-bentuk lainnya. Salah satu hasil dari program ini adalah dibentuknya Posyandu di RW 14 yang dimana staff nya sebagian besar adalah masyarakat setempat. Posyandu yang ada di sini juga dikondisikan dengan Puskesmas setempat yang ada sehingga apabila ada masyarakat yang sakit dan tidak dapat ditangani oleh Posyandu dapat langsung dibawa ke Puskemas.

Dalam proses pendampingannya, pihak Pusdakota juga menggandeng pihak lain untuk turut bekerjasama seperti dengan dokter untuk membantu memberi penyuluhan tentang pengenalan dan pengobatan beberapa penyakit kepada masyatakat. Dalam penerapannya, program ini menggunakan beberapa teknik seperti metode diskusi, workshop, FGD, dan pemetaan (riset).

A. Metode DiskusiDalam penerapan metode ini pihak Pusdakota mengajak masyarakat

untuk bertukar pikiran tentan apa saja yang perlu dibenahi. Beberapa ide didapatkan setelah proses diskusi, seperti pembenahan dalam sistem pelayanan Posyandu, perbaikan infrastruktur dari bangunan posyandu, serta melakukan seleksi untuk kader-kader pelatihan dalam pendampingan program.

B. Metode WorkshopDalam pelaksanaannya, seringkali dijumpai beberapa masyarakat

kurang berani dalam menyampaikan pendapat mereka. Hal ini dipancing oleh pihak Pusdakota dengan cara melakukan motivasi bahwa pendapat mereka sangat diperlukan untuk pengembangan program ini dan menjelaskan secara baik bahwa program ini nantinya akan bermanfaat bagi diri mereka sendiri. Pihak Pusdakota sendiri juga membuat suatu kelompok-kelompok kecil mengenai tingkat kepahaman masyarakat terhadap aspek-aspek tertentu, hal ini dapat dilihat dari dibentuknya kelompok kesehatan dan harmoni dalam workshop yang telah dilakukan.

C. Metode FGDDalam metode ini pihak fasilitator Pusdakota mengundang sebagian

kecil partisipan yang berasal dari kaum ibu-ibu. Dalam metode ini pihak fasilitator menjelaskan topik dari apa yang akan dibahasnya, yaitu tentang tingkat harmonis keluarga serta kesehatan anak. Pihak fasilitator meminta beberapa pendapat kepada partisipan dengan cara bertanya sambil sesekali mengeluarkan canda tawa agar partisipan tidak merasa kaku dan dapat mengeluarkan pendapat-pendapat mereka secara bebas. Beberapa pendapat yang pernah didapatkan antara lain adalah pelatihan pembentukan karakter anak oleh orang tua, pengadaan penyuluhan tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan anak secara rutin, pengadaan penyuluhan tentang hal-hal sepele yang dapat membahayakan kesehatan anak, dan sebagainya.

D. Metode Pemetaan (Riset)Pihak Pusdakota melakukan pemetaan wilayah mana saja yang perlu

diberi prioritas untuk dilakukan program. Hal ini diawali dengan

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 19: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

19

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

dilakukannya beberapa riset di beberapa RW yang akan menjadi sasaran program.

Dalam penerapannya, program ini masih tersandung oleh beberapa masalah seperti;

o Kurangnya kader berkualitas. Hal ini disebabkan sedikitnya orang yang berkeinginan kuat untuk menjadi kader yang kompeten

o Sulit untuk mencari waktu untuk kegiatan pendampingano Konsistensi masyarakat dalam pelaksanaan program masih kurang

sehingga agak sulit untuk berkembango Kurang adanya kerjasama dengan instansi pemerintah terkait

dengan program ini. Hal ini dibuktikan dengan pernah adanya ultimatum pemerintah untuk membuat Posyandu yang ada menjadi memiliki standar ISO. Hal ini sulit dilakukan oleh Pusdakota karena dari staf Posyandu tersebut adalah didikan dari pihak Pusdakota.

4.2 Kewirausahaan Sosial (WARAS)

Program pengelolaan sampah yang dilakukan Pusat Pemberdayaan Komunitas Perkotaan (Pusdakota) Ubaya di RT 04 RW 14, Rungkut Lor, layak dijadikan contoh. Mereka mengelola sampah warga menjadi kompos. Hasilnya, sebagian digunakan warga untuk penghijauan.

WARAS adalah suatu program yang mempromosikan kewirausahaan sosial berbasis produk ramah lingkungan. Hal ini menjadikan WARAS sebagai jembatan antara produk ramah lingkungan dengan para konsumen. Program ini juga mengenalkan teknologi produksi pengolahan sampah rumah tangga menjadi kompos serta produksi sayuran organik. Kewirausahaan Sosial Berbasis Kearifan Lingkungan, di Pusdakota, antara lain diwujudkan lewat perakitan Keranjang Pengomposan Takakura. Sebagaimana diketahui, Keranjang Pengomposan Takakura merupakan hasil riset antara Pusdakota, pihak Jepang dan Pemerintahan Kota Surabaya.

Pusdakota memang memiliki teknologi pembuatan pupuk kompos yang ditularkan oleh salah satu lembaga di Jepang KITA (Kitakyushu Internatioal Techno-Cooperate Agency). Setiap minggu, mereka memproduksi 200 Kg kompos yang diolah dari sampah organik (sampah basah) masyarakat.

Sejak 2001 warga RT 04 RW 14 Rungkut Lor sudah terbiasa memisahkan sampah rumah tangganya. Mereka memisahkan sampah organik (yang mudah terurai) dan sampah anorganik (yang sulit terurai). Sampah-sampah itu dibungkus rapi oleh warga dan diletakkan di depan rumah. Setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu, Pusdakota mengambil sampah-sampah milik warga tersebut. Ada sanksi bagi warga yang tidak memisahkan sampahnya. Yakni sampahnya tidak diambil. Setiap pegambilan dihasilkan sekitar 190 kg sampah organik dan 160 Kg sampah anorganik. Yang sampah organik inilah yang nantinya mereka olah menjadi kompos.

Ada dua orang di Pusdakota yang mengelola sampah. Salah satunya bernama Badi ada satu lagi bernama M. Luddin. Mereka berdua telah dilatih khusus oleh pakar dari Jepang. Sampah-sampah organik ini dimasukkan ke dalam keranjang-keranjang. Di dalamnya dicampur pupuk jadi dan sekam, lalu dipadatkan. Keranjang-keranjang itu ditumpuk-tumpuk. Bagian paling atas

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 20: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

20

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

ditutup dengan keset, kemudian didiamkan selama seminggu. Setelah seminggu, sampah-sampah yang ada dalam keranjang itu diaduk-aduk dan didiamkan seminggu lagi. Saat sampah tadi sudah berwarna hitam seperti tanah, baru dipindahkan ke bak terbuka (open windrow). Pada tahap ini, sampah didiamkan selama 6 minggu, baru jadi kompos. Kompos-kompos ini digunakan untuk memupuk berbagai tanaman organik yang dikembangkan di Pusdakota. Sebagian lagi, diberikan ke warga yang membutuhkan dan ada juga yang dijual. Kini model pengelolaan sampah ini juga sedang dikembangkan di wilayah lain, yakni RW 4, Tenggilis Utara. Namun saat ini masih dalam tahap pengorganisasian. Yang sulit adalah membiasakan warga memisahkan sampah basah dan kering.

Keranjang ini dirakit dari bahan-bahan sederhana, antara lain keranjang, dua batalan sekam, kardus, kain, cetok, manual, dan kompos yang berasal dari sampah organik warga. Memang, Keranjang Pengomposan Takakura merupakan terobosan teknologi tepat guna, yang tidak saja mampu menyelesaikan sebagian masalah sampah rumah tangga, namun juga diharapkan bisa mendukung hal-hal lain, misalnya pengembangan kewirausahaan berbasis kearifan lingkungan. Sebab, boleh dikata, keranjang takakura itu diversivikasi usaha pemasaran kompos. Komunitas RW I Rungkut Lor Surabaya telah memilah dan mengolah sampah sejak tahun 2000. Sejak tahun 2000 - 2005, kompos yang dibuat dengan metode open windrow dipasarkan dalam bentuk kompos biasa, yang harga rata-rata per kg-nya tidak lebih dari Rp 1500.

Tapi bila dipasarkan dengan Keranjang Takakura, harga bisa terdongkrak. Secara ekonomi komunitas yang terlibat juga ikut merasakan hasilnya . Hal ini dapat diibaratkan bahwa kayu yang telah diubah jadi mebel lebih punya nilai jual ketimbang yang dijual dalam bentuk gelondongan. Perakitan yang dikerjakan komunitas, antara lain pengisian sekam ke bantalan sekam, penjahitan bantalan sekam, pemotongan kardus, penyediaan manual, pembuatan cetok, dan pengisian kompos ke dalam keranjang. Semuanya dilakukan dibawah asistensi Pusdakota. Pihak Pusdakota sendiri melakukan check and recheck atas Keranjang Takakura yang dirakit komunitas sebelum sampai ke pengguna. Karena permintaan akan keranjang ini terus meningkat dari waktu ke waktu, komunitas di wilayah Rungkut Lor Surabaya mengerjakan perakitan tidak saja di Pusdakota, namun juga di rumah masing-masing. Perakitan keranjang juga melibatkan kaum difabel yang tergabung dalam Paguyuban Daya Mandiri, yakni forum kaum difabel di sekitar Rungkut Surabaya yang dibentuk Pusdakota sejak tahun lalu. Saat merakit keranjang bersama-sama di Pusdakota, para perakit juga memperoleh manfaat tambahan. Staf Pusdakota, misalnya, juga mentransfer ilmu pembukuan sederhana, membibit yang baik, ataupun lain hal yang bersifat praktis dan bermanfaat bagi mereka. Perakitan juga menjadi ajang pertemuan dan sharing antar masyarakat.

Salah satu alat dalam Keranjang Pengomposan Takakura adalah cetok. Semula, cetok untuk Keranjang Pengomposan Takakura dipasok pabrik. Namun kini, cetok tersebut telah diupayakan pembuatannya oleh satu komunitas pecinta lingkungan, yakni Komunitas Bantaran Kali Bratang Surabaya. Komunitas Bantaran Kali Bratang, Surabaya memang sangat kreatif. Berbagai macam sampah anorganik mereka daur ulang menjadi barang-barang yang berguna. Kaidah 3R dalam pengelolaan lingkungan, yakni Reuse, Reduce, dan Recycle sedapat mungkin mereka terapkan untuk lingkungan.

Komunitas ini tidak ingin dianggap sebagai perusak lingkungan karena tinggal di bantaran kali. Mereka mengusahakan untuk menerapkan prinsip-

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 21: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

21

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

prinsip pengelolaan lingkungan sampai ke lingkungan keluarga untuk mengelola sampah. Mereka memanfaatkan barang-barang bekas untuk didaur ulang. Tidak hanya kerajinan dari bahan kayu bekas, keranjang pakaian dari bahan kayu bekas, akan tetapi mereka juga mampu membuat cetok dari paralon bekas. Cetok yang mereka hasilkan menjadi salah satu alat penting untuk pembuatan keranjang Takakura. Mereka menamakan cetok tersebut sebagai “cekom”, yang artinya cetok komunitas. Hal ini dikarenakan ide dan pengerjaan cetok ini dilakukan oleh komunitas.

Ide pembuatan cetok komunitas muncul setelah peluncuran Keranjang Takakura ke publik Surabaya. Semula, keranjang pengomposan hasil riset antara Pusdakota, KITA, Pemerintahan Kitakyusu dan Pemerintahan Kota Surabaya ini, memakai cetok hasil buatan pabrik. Sejak Komunitas Bantaran Kali memproduksi cekom, Pusdakota lebih memilih untuk memakai cetok mereka. Pihak Pusdakota sendiri dapat memesan sampai 6000 cetok untuk ribuan keranjang. Warga bantaran kali juga mengaku, sejak adanya Keranjang Takakura dan perjumpaan intens Pusdakota dengan komunitasnya, di kalangan warga terjadi pelipatgandaan kreativitas. Barang-barang hasil daur ulang produksi warga pun jenisnya terus bertambah. Mereka juga menjelaskan bahwa ingin mengubah persepsi bahwa warga bantaran kali hanya bisa demo. Persepsi masyarakat atas warga yang menghuni bantaran kali biasanya negatif. Mereka seringkali dianggap sebagai biang kekumuhan kota dan penyebab banjir. Dan dalam hal ini mereka ingin membuktikan bahwa mereka bisa menjaga lingkungan dengan baik. Cetok komunitas dirakit dari bahan paralon bekas yang banyak terdapat di sekitar bantaran kali Bratang. Sebelum dibuat cekom, umumnya warga memanfaatkannya sebagai pot gantung untuk menanam bunga. Dan kini, setelah permintaan cekom terus meroket dari waktu ke waktu, warga rutin membuat cetok.

Cetok komunitas tak hanya menjalankan fungsi daur ulang barang bekas menjadi sesuatu yang bermanfaat ataupun menambah income keluarga, tapi yang paling penting adalah sarana silaturrahmi dan diskusi warga. Lewat pembuatan cetok, warga bertemu, membina kerukunan, bertukar pikiran dan kreativitas. Pembuatan cetok komunitas tidak sesederhana yang dikira. Prosesnya saja paling tidak ada 5 tahap, yakni: membuat pola, menggergaji, mengikir, menghaluskan, dan memasang ke gagang. Ini harus dilakukan dengan kecermatan tinggi.

4.3 Lesson Learned

Masyarakat disini tidak hanya menjadi obyek dari program, tapi turut menjadi subjek. Hal ini dapat dilihat dari partisipasi masyarakat untuk kesuksesan program yang ada. Mereka juga turut memberikan sumbangan seperti makanan ringan saat rapat, tempat untuk rapat, maupun bantuan materi, dana, serta tenaga untuk kelangsungan program

Dengan beberapa program ini masyarakat dapat menjadi lebih baik dalam menjalankan kehidupannya. Dengan bantuan dari pihak Pusdakota, masyarakat dapat menjadi aktif dalam mengasah kemampuan mereka. Pembuatan Keranjang Takakura adalah salah satu program yang menjadi penggerak roda ekonomi dalam kehidupan masyarakat di sana. Dengan beberapa pembenahan dalam program yang ada diharapkan masyarakat yang menjadi sasaran program

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 22: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

22

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

dapat menjadi lebih berkualitas, baik itu dalam aspek lingkungan, sosial maupun ekonomi.

Peran Pusdakota di sini juga patut diberi acungan jempol. Mereka bisa mengubah masyarakat Kampung Rungkut Lor menjadi masyarakat yang lebih memperhatikan lingkungan serta dapat mengambil hasil dari hal itu. Dengan partisipasi dari masyarakat dapat memperlihatkan sukses atau tidaknya program-program yang ada.

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 23: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

23

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Kehidupan perkotaan tidak lepas dari beberapa masalah yang menyangkut masyarakat perkotaan itu sendiri. Hal ini dapat terjadi pada beberapa aspek, seperti aspek lingkungan, ekonomi, maupun sosial. Hal ini juga yang terjadi pada masyarakat Kampung Rungkut Lor. Ubaya melihat kehidupan masyarakat Kampung Rungkut Lor pada saat itu sebagai suatu masalah yang harus segera diatasi, dan hal ini diawali dengan pembentukan Pusdakota Ubaya sebagai organisasi nirlaba yang menangani pengembangan masyarakat.

Tindakan dari Ubaya ini patut untuk dicontoh, Ubaya membentuk Pusdakota sebagai program CSR mereka terhadap masyarakat sekitar khususnya masyarakat Kampung Rungkut Lor. Program-program kerja yang dilakukan oleh lembaga Pusdakota sudah terbukti bermanfaat bagi masyarakat, tidak hanya untuk masyarakat Rungkut Lor bahkan organisasi ini telah melebar ke luar daerah Surabaya. Dengan bentuk kemitraannya dengan beberapa pihak, lembaga Pusdakota menularkan berbagai konsep pengembangan masyarakatnya.

Beberapa permasalahan kecil juga dialami dalam penerapan beberapa programnya, seperti dalam program KASIH yang membutuhkan lebih partisipasi dari masyarakat dan juga peran dari instansi pemerintah terkait seperti Dinas Kesehatan. Masalah lainnya juga dapat dilihat dari sulitnya merekrut kader-kader berkualitas untuk menjalankan program ini. Akan tetapi hal ini dapat diatasi dengan meningkatkan komunikasi antar pihak yang terkait serta kesadaran masyarakat yang lebih terhadap program yang ada karena program-program ini nantinya akan bermanfaat untuk masyarakat yang menjadi sasaran program.

Sedangkan dalam program pengembangan lainnya, Keranjang Takakura menjadi salah satu program yang dapat mencakup 2 aspek, yaitu aspek Lingkungan dan Ekonomi. Penggunaan sampah warga dalam proses pembuatan kompos termasuk kegiatan yang peduli akan lingkungan sedangkan dalam pembuatan Keranjang Takakura ini tidak hanya melibatkan masyarakat di Kampung Rungkut Lor, akan tetapi juga melibatkan dari luar Kampung Rungkut seperti peran serta dari Komunitas Bantaran Kali Bratang. Tentu saja hal ini membantu kegiatan ekonomi mereka dari proses pembuatan dan Penjualan keranjang Takakura ini.

5.2 Rekomendasi

Pihak Pusdakota dan masyarakat harusnya lebih berkomunikasi tentang masalah jadwal untuk pendampingan. Hal ini dikarenakan dalam beberapa proses pendampingan masyarakat yang hadir hanya sedikit dan mengakibatkan kinerja dari program yang diterapkan menjadi kurang optimal. Masyarakat dan pihak Pusdakota sebaiknya menyusun suatu jadwal bersama dimana mereka bisa bertemu untuk proses pendampingan.

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS

Page 24: Kajian Pengmas Pusdakota Ubaya

24

Program Pengembangan Masyarakat Oleh Lembaga Pusdakota Ubaya

Penjaringan kader lebih dilakukan secara intensif. Pihak Pusdakota juga sebaiknya menjelaskan dan meyakinkan pada masyarakat terhadap perlunya kader-kader yang berkualitas untuk kesuksesan program. Dengan cara ini diharapkan beberapa masyarakat bersedia menjadi kader dan bersedia dilatih untuk mengembangkan kualitas mereka dalam menjadi kader berkualitas.

Koordinasi dengan pihak pemerintah juga perlu dilakukan dengan intensif oleh Pusdakota agar tidak terjadi masalah seperti dalam progam KASIH. Dengan koordinasi yang cukup baik diharapkan kedua pihak akan saling membantu dan melengkapi kekurangan mereka.

Perencanaan Wilayah dan Kota - ITS