KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

29
89 KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN TATA GUNA HUTAN (TGH) (Study on Synchronization of Regional Spatial and Forest Land Use) Epi Syahadat & Hariyatno Dwiprabowo 1 2 1,2 e-mail : & Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Jl. Gunungbatu 5, PO BOX 272, Bogor 16610 Telp (0251)8633944, Fax (0251)8634924 Kajian paduserasi tata ruang daerah dengan tata guna hutan adalah suatu kajian terhadap aturan main dalam pelaksanaan paduserasi rencana tata ruang daerah dengan tata guna hutan, dasar hukum, serta upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengoptimalkan struktur ruang daerah sesuai dengan rencana pembangunan/pengembangan daerah. Kajian paduserasi tata ruang daerah dengan tata guna hutan berorientasi terhadap aspek-aspek utama dan pendukung yang menyebabkan keberhasilan maupun kegagalan dari pelaksanaan paduserasi tata ruang daerah dengan tata guna hutan. Oleh karenanya analisis paduserasi tata ruang daerah dengan tata guna hutan sangat diperlukan. Tujuan umum dari kajian ini adalah mengkaji sejauhmana kebijakan tata ruang yang ada dapat diimplementasikan dalam proses pelaksanaan paduserasi usulan revisi tata ruang daerah dengan tata guna hutan dan secara khusus mengkaji : a) kebijakan perubahan kawasan hutan; b) mengidentifikasi tata cara dan persyaratan perubahan kawasan hutan. Sasaran dari kajian ini adalah : (a) terindentifikasinya persepsi terkait paduserasi antara [email protected] [email protected] Diterima 30 Oktober 2012, direvisi 19 Maret 2013, disetujui 15 April 2013 ABSTRACT Synchronization study on regional spatial with forest land use is a review to the implementation of regional spatial plans synchronization with land-use planning, legal basis, as well as the efforts made by the government to optimize the regional spatial structure in accordance with the development plan/local development. Synchronization study on regional spatial with forest land use in the area is oriented towards the main aspects and supporting aspect causes of success or failure in implementation, therefore this study is needed. The general purpose of this study is to examine the spatial extent of the existing policy can be implemented in the process of implementation of the synchronization proposed revisions to the regional spatial with forest land use, and in particular examine, are: a) review the policy changes forest area, b) identify the procedures and requirements for changes in forest area. The objectives of this study are: (a) to identified the relevant stakeholder perceptions synchronization between regional spatial and forest land use. (b) identification of the strengths and weaknesses of the procedures and requirements for changes in forest area. The study results showed that the activities of synchronization and recommendations provided by the integrated team has been in accordance with the proposed application for change of designation or change the function of the area proposed by the local area, as for advice simplification in terms of clarity and classification application deadlines in this resolution is something that is very important in order to create public confidence and public trust in the policy product. Keywords : Policy, synchronization, land-use planning stakeholder ABSTRAK

Transcript of KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

Page 1: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

89

KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGANTATA GUNA HUTAN (TGH)

(Study on Synchronization of Regional Spatial and Forest Land Use)

Epi Syahadat & Hariyatno Dwiprabowo1 2

1,2e-mail : &Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Jl. Gunungbatu 5, PO BOX 272, Bogor 16610Telp (0251)8633944, Fax (0251)8634924

Kajian paduserasi tata ruang daerah dengan tata guna hutan adalah suatu kajian terhadap aturanmain dalam pelaksanaan paduserasi rencana tata ruang daerah dengan tata guna hutan, dasar hukum, sertaupaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengoptimalkan struktur ruang daerah sesuai denganrencana pembangunan/pengembangan daerah. Kajian paduserasi tata ruang daerah dengan tata gunahutan berorientasi terhadap aspek-aspek utama dan pendukung yang menyebabkan keberhasilan maupunkegagalan dari pelaksanaan paduserasi tata ruang daerah dengan tata guna hutan. Oleh karenanya analisispaduserasi tata ruang daerah dengan tata guna hutan sangat diperlukan. Tujuan umum dari kajian iniadalah mengkaji sejauhmana kebijakan tata ruang yang ada dapat diimplementasikan dalam prosespelaksanaan paduserasi usulan revisi tata ruang daerah dengan tata guna hutan dan secara khusus mengkaji: a) kebijakan perubahan kawasan hutan; b) mengidentifikasi tata cara dan persyaratan perubahan kawasanhutan. Sasaran dari kajian ini adalah : (a) terindentifikasinya persepsi terkait paduserasi antara

[email protected] [email protected]

Diterima 30 Oktober 2012, direvisi 19 Maret 2013, disetujui 15 April 2013

ABSTRACT

Synchronization study on regional spatial with forest land use is a review to the implementation ofregional spatial plans synchronization with land-use planning, legal basis, as well as the efforts made by thegovernment to optimize the regional spatial structure in accordance with the development plan/localdevelopment. Synchronization study on regional spatial with forest land use in the area is oriented towards themain aspects and supporting aspect causes of success or failure in implementation, therefore this study is needed.The general purpose of this study is to examine the spatial extent of the existing policy can be implemented in theprocess of implementation of the synchronization proposed revisions to the regional spatial with forest land use,and in particular examine, are: a) review the policy changes forest area, b) identify the procedures andrequirements for changes in forest area. The objectives of this study are: (a) to identified the relevant stakeholderperceptions synchronization between regional spatial and forest land use. (b) identification of the strengths andweaknesses of the procedures and requirements for changes in forest area. The study results showed that theactivities of synchronization and recommendations provided by the integrated team has been in accordancewith the proposed application for change of designation or change the function of the area proposed by the localarea, as for advice simplification in terms of clarity and classification application deadlines in this resolution issomething that is very important in order to create public confidence and public trust in the policy product.

Keywords : Policy, synchronization, land-use planning

stakeholder

ABSTRAK

Page 2: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

90

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 89 - 117

TRD dengan TGH. (b) teridentifikasinya kekuatan dan kelemahan tatacara dan persyaratan perubahankawasan hutan. Hasil kajian menunjukkan bahwa kegiatan paduserasi dan rekomendasi yang diberikanoleh tim terpadu telah sesuai dengan usulan permohonan perubahan peruntukan maupun perubahanfungsi kawasan yang diusulkan oleh daerah setempat. Penyederhanaan persyaratan dalam permohonanpaduserasi dan adanya kejelasan batas waktu dalam penyelesaiannya merupakan sesuatu yang sangatpenting agar tercipta kepercayaan masyarakat terhadap produk kebijakan yang dibuat.

Kata kunci : Kebijakan, paduserasi, tata guna hutan

I. PENDAHULUAN

Hutan sebagai karunia dan amanah TuhanYang Maha Esa, merupakan sumber daya alamyang memiliki aneka ragam kandungankekayaan alam yang bermanfaat bagi manusia,baik manfaat ekologi, sosial budaya, maupunekonomi. Hutan juga merupakan warisanantar generasi, sehingga hutan harus dikeloladan dimanfaatkan secara optimal denganmempertimbangkan kecukupan luas kawasanhutan dalam daerah aliran sungai, pulau,dan/atau provinsi. Pengurusan hutan harusmempertimbangkan keserasian manfaat secaraproporsional sesuai sifat, karakteristik dankerentanan peranannya sebagai penyerasikeseimbangan lingkungan lokal, nasional danglobal. Sifat, karakteristik dan kerentananhutan sebagai penyerasi keseimbanganlingkungan, dibagi dalam 3 (tiga) fungsi pokok,yaitu: hutan konservasi, hutan lindung danhutan produksi.

Dalam rangka optimalisasi fungsi danmanfaat hutan dan kawasan hutan sesuaidengan amanah pasal 19 UU No. 41 tahun1999 tentang Kehutanan, PP 10/2010 tentangTata cara perubahan peruntukan dan fungsikawasan hutan dan PP 24/2010, tentangPenggunaan kawasan hutan, serta sesuaidengan dinamika pembangunan nasional danaspirasi masyarakat, pada prinsipnya kawasanhutan dapat diubah peruntukan ataufungsinya. Untuk menjaga terpenuhinyakeseimbangan manfaat lingkungan, manfaatsosial budaya dan manfaat ekonomi, maka

perubahan peruntukan dan fungsi kawasanhutan harus berasaskan optimalisasi distribusifungsi dan manfaat kawasan hutan secaralestari dan berkelanjutan dengan memper-hatikan keberadaan kawasan hutan denganluasan yang cukup dan sebaran yangproposional (pasal 2, PP 10/2010).

Dalam pasal 18 (2) UU No. 41/1999ditetapkan luas kawasan hutan paling sedikit30% (tiga puluh per seratus) dari luas daratan.Dengan penetapan luas minimal kawasanhutan tersebut Menteri Kehutanan menetap-kan luas kawasan hutan untuk setiap provinsiberdasarkan kondisi biofisik, iklim, pendudukdan keadaan sosial dan ekonomi masyarakatsetempat. Kawasan hutan merupakan bagianintegral yang tidak terpisahkan denganpenataan ruang, sehingga perubahan penataanruang daerah secara berkala, sebagai amanatUU No. 26 tahun 2007 tentang PenataanRuang, membawa perubahan peruntukan danfungsi kawasan hutan. Perubahan peruntukandan fungsi kawasan hutan dilakukan melaluimekanisme perubahan parsial atau perubahanuntuk wilayah provinsi. Perubahan per-untukan kawasan hutan secara parsialdilakukan melalui tukar menukar ataupelepasan kawasan hutan produksi yang dapatdikonversi. Perubahan peruntukan kawasanhutan dalam revisi tata ruang wilayah provinsidilakukan dalam rangka pemantapan danoptimalisasi fungsi kawasan hutan.

Setiap perubahan peruntukan atauperubahan fungsi kawasan hutan, wajibdidahului dengan penelitian terpadu yang

Page 3: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

91

Kajian Paduserasi Tata Ruang Daerah . . .Epi Syahadat & Hariyatno Dwiprabowo

diselenggarakan oleh lembaga pemerintahyang kompeten dan memiliki otoritas ilmiahbersama-sama dengan pihak lain yang terkait(pasal 13, PP 10/2010). Untuk hal-hal yangberdampak penting dan cakupan yang luasserta bernilai strategis, perubahan peruntukankawasan hutan yang dilakukan olehpemerintah harus memperhatikan aspirasirakyat melalui persetujuan DPR RepublikIndonesia. Penggunaan kawasan hutanbertujuan untuk mengatur penggunaansebagian kawasan hutan untuk kepentinganpembangunan di luar kegiatan kehutanantanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan,dan hal tersebut hanya dapat dilakukan dalamkawasan hutan produksi dan kawasan hutanlindung. Penggunaan kawasan hutan jugawajib mempertimbangkan batasan luas, jangkawaktu tertentu dan kelestarian lingkungan.

Tata ruang daerah (TRD), adalah: Rencanatata ruang yang pada dasarnya merupakanbentuk intervensi yang dilakukan agarterwujud alokasi ruang yang nyaman, pro-duktif dan berkelanjutan dalam meningkatkankesejahteraan masyarakat dan menciptakankeseimbangan tingkat perkembangan wilayah(Anonim, 2005). Tata guna hutan (TGH)merupakan kegiatan: Pemetaan ataupengelompokan fungsi kawasan hutan dalamsuatu daerah dengan mempertimbangkankondisi biofisik lahan (Topografi/kelerengan,hidrologi DAS, jenis tanah, penutupan lahandan sebarannya di dalam DAS, intensitashujan, satwa liar/flora/fauna/endemik yangdilindungi, dan sebagainya) (Ditjen Planologi,2010). Paduserasi merupakan kegiatansinkronisasi dan/atau harmonisasi rencana tataruang wilayah provinsi dan kabupaten/kotauntuk disesuaikan dengan substansi kehutanan(Pasal 1, ayat 12, Permenhut No. P.36/2010).Substansi kehutanan adalah substansi rencanatata ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota yang bersangkut paut dengan kehutanan(Pasal 1, ayat 11, Permenhut No. P.36/2010).

Penelitian ini secara umum bertujuanuntuk mengkaji sejauhmana kebijakan yangada dapat diimplementasikan dalam prosespelaksanaan paduserasi tata ruang daerah(TRD) dengan tata guna hutan (TGH). Secarakhusus tujuan penelitian meliputi: (i) mengkajikebijakan perubahan kawasan hutan; (ii)mengidentifikasi tata cara dan persyaratanperubahan kawasan hutan. Sasaran penelitianantara lain adalah: (i) terindentifikasinyapersepsi terkait paduserasi antaraRTRW dengan TGH; (ii) teridentifikasinyakekuatan dan kelemahan tata cara dan per-syaratan perubahan kawasan hutan.

Tantangan kehutanan saat ini dan kedepan, antara lain berupa tekanan terhadapkawasan hutan sebagai akibat pertumbuhanpenduduk; pemekaran wilayah; kebutuhanpengembangan investasi; degradasi hutansebagai akibat dari kegiatan ,kebakaran hutan, perambahan, praktekpemanfaatan hutan serta penggunaan kawasanhutan yang belum sepenuhnya mengikutiketentuan teknis yang seharusnya.

Dari satu sisi, tata guna hutan (TGH)dituntut untuk dapat memberikan manfaatbagi kesejahteraan masyarakat yang sekaligusdapat melakukan perannya sebagai penyanggakehidupan. Namun di sisi lain, tata ruangdaerah (TRD) merupakan wujud strukturruang dan pola ruang yang mempunyai fungsisebagai pendukung kegiatan sosial ekonomimasyarakat yang secara hierarkis mempunyaihubungan fungsional, sehingga diperlukan

antara dua kepentingan besar tersebut.Proses paduserasi merupakan harmonisasi

kepentingan para pihak dalam penentuan tataruang daerah dengan tetap mengindahan aspekkelestarian lingkungan. Proses paduserasi

stakeholder

illegal logging

trade off

II. METODE PENELITIAN

A. Kerangka Pemikiran

Page 4: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

92

selanjutnya dianalisis berdasarkan analisisregulasi, analisis konten dan analisis . Kajianyang dilakukan saat ini dibatasi pada aspekkebijakan. Luaran yang dihasilkan dari kajianadalah rekomendasi terhadap kebijakan tataruang.

gapKerangka pemikiran yang digunakan

dalam kajian analisis paduserasi TRD denganTGH ini adalah sebagaimana diilustrasikandalam Gambar 1.

Rekomendasi KebijakanTata Ruang

Tata Ruang Daerah(TRD)

Tata Guna Hutan(TGH)

Sinkronisasi/harmonisasi

(TGH dengan TRD

Paduserasi)

- Analisa Regulasi- Content Analysis

KebijakanPaduserasi

Gambar 1. Kerangka pemikiran analisis paduserasi tata ruang daerah dengan tata guna hutanFigure 1. Regional spatial arrangement and forest land use analysis framework

B. Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dari hasil wawan-cara dengan berbagai pihak terkait di setiaptingkat wilayah. Responden dalam penelitianini adalah: (1) Ditjen Bina Usaha Kehutanan,(2) Ditjen Planologi, (3) KementerianLingkungan Hidup, (4) Balai PemantapanKawasan Hutan (BPKH), (5) Dinas KehutananProvinsi, (6) Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota, (7) Instansi Pemerintah Daerah, (8)BAPEDA Provinsi, (9) Kementerian PekerjaanUmum, (10) Kemen-terian Dalam Negeri, dan(11) Tokoh Masyarakat (Perangkat desa dankepala adat). Data sekunder antara lainmeliputi peraturan perundangan mengenai tataruang ba ik yang dike luarkan olehKementerian Kehutanan atau KementerianTeknis lainnya, UU yang dikeluarkan olehPemerintah Republik Indonesia dan laporankajian yang dilakukan oleh Tim Terpadu

mengenai perubahan fungsi kawasan hutan.Dengan demikian ditemukan pendapat danhasil yang beragam mengenai kebijakanpaduserasi TRD dengan TGH.

Penentuan sampel dilakukan secara, yaitu penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,2004). Untuk lokasi kajian di Provinsi BangkaBelitung dan Provinsi Bali, sampel yangdiambil adalah yang terkait denganperubahan tata ruang daerah. Metodepengambilan contoh secara inidilakukan karena tidak semua orang/pihakmengetahui, memahami, terlibat dan terkenadampak dari kegiatan paduserasi TRD denganTGH. Data yang dikumpulkan diharapkandapat menjawab tentang penyempurnaankebijakan paduserasi tata ruang daerah (TRD)dengan tata guna hutan (TGH) di masa yangakan datang. Dalam penelitian ini dibatasi padaproses pengkajian dan implementasi kebijakan

Purposive Sampling

stakeholder

purposive

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 89 - 117

Page 5: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

93

perubahan peruntukan dan perubahankawasan hutan serta faktor-faktor apa saja yangmempengaruhinya, dengan mengacu pada UUNo. 41/1999, PP No. 6/2007 Jo PP 3/2008,UU No. 26/2007, PP No. 26/2008, PP No.10/2010, PP No. 24/2010 dan Permenhut No.P.43/2007. Pembahasan dalam kajian iniistilah Tata Ruang Daerah (TRD) meliputiRencana Tata Ruang Wilayah Provinsi(RTRWP) dan Rencana Tata Ruang WilayahKabupaten/Kota (RTRWK) dan dalampelaksanaan menggunakan terminologiperubahan peruntukan dan perubahankawasan hutan.

Metode yang digunakan dalam penelitianini adalah metode analisis kuantitatifdeskriptif, dengan melihat faktor-faktor yangmenjadi pendorong motivasi daerah untukmengubah status kawasan hutan di Indonesia,kemudian dibandingkan dengan peraturanyang ada mengenai perubahan kawasan hutandan tata ruang. Metode lain yang digunakansesuai dengan tujuan yang akan dicapai,meliputi:

dilakukan terhadapkebijakan paduserasi tata ruang daerah(TRD) dengan tata guna hutan (TGH),dengan cara (a) mengkaji kajian terdahulu( ), (b) mengkaji peraturanperundangan yang terkait paduserasi tataruang daerah dengan tata guna hutan ditingkat pusat dan daerah. Telaah kebijakandifokuskan pada peraturan perundanganyang dikeluarkan oleh lembaga pemerin-tah yang terkait dengan perubahanstruktur ruang daerah diantaranya, adalah:PP No. 26/2008, PP No. 10/2010, dan PPNo. 24/2010. Analisis Kesesuaian kontensuatu kebijakan dapat dianalisis denganmenggunakan (minimal) tujuh indikator(Nurrochmat, 2010 ) yaitu:

C. Analisis Data

1. Content analysis

previous studies

a. Kejelasan tujuan

b. Kelembagaan atau organ pembentukyang tepat.

c. Kesesuaian antara jenis, hierarki danmateri muatan.

d. Dapat dilaksanakan.

e. Kedayagunaan dan kehasilgunaan.

f. Kejelasan rumusan.

g. Keterbukaan.

Setiap pembentukan peraturan per-undang-undangan harus mempunyaitujuan jelas yang hendak dicapai.

Setiap jenis peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga/pejabat pembentuk peraturan perun-dangan yang berwenang.

Pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar mem-perhatikan materi muatan yang tepatsesuai dengan jenis dan hierarkiperaturan perundang-undangannya.

Setiap pembentukan peraturan per-undang-undangan harus memper-hitungkan efektifitas peraturan per-undang-undangan tersebut di dalammasyarakat, baik secara filosofis,sosiologis, maupun yuridis.

Peraturan perundang-undangan dibuatkarena benar-benar dibutuhkan danbermanfaat dalam mengatur kehidupanbermasyarakat, berbangsa dan ber-negara.

Peraturan perundang-undangan harusmemenuhi persyaratan teknis penyu-sunan peraturan perundang-undangan,sistematika, pilihan kata atau istilah,serta bahasa hukum yang jelas danmudah dimengerti, sehingga tidakmenimbulkan berbagai macaminterpretasi dalam pelaksanaannya.

Dalam proses pembentukan peraturanperundangan-undangan mulai dariperencanaan, penyusunan, pemba-hasan, pengesahan atau penetapan danpengundangan bersifat transparan danterbuka.

Kajian Paduserasi Tata Ruang Daerah . . .Epi Syahadat & Hariyatno Dwiprabowo

Page 6: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

94

2. Data yang berhasil dikumpulkan,kemudian dianalisis dengan menggunakanteknis analisis kuantitatif deskriptif.Analisis kuantitatif deskriptif dimaksud-kan untuk memperoleh gambaran tentangvariabel-variabel yang diteliti melalui poin-poin pertanyaan atau pernyataan yangterdapat dalam kuisioner. Berdasarkanpertanyaan yang terdapat dalam kuisionertersebut, mereka diminta untuk menyam-paikan pendapat atau persepsi yang terkaitdengan kegiatan paduserasi TRD denganTGH. Atas dasar jawaban atau pernyataanyang dibuat, kemudian ditabulasikan sesuaidengan tabel yang telah disiapkan. Haltersebut dilakukan untuk mengetahuijumlah alternatif jawaban responden sesuaidengan pertanyaan yang terdapat dalamkuisioner yang telah disebar. Alternatifjawaban responden yang telah ditabulasi-kan kemudian dihitung jumlah danpersentase (%) secara proporsional ber-dasarkan pertanyaan atau pernyataan yangada dalam kuisioner.

A.

Undang-undang pertama yang mengaturtata ruang adalah UU No. 24 tahun 1992,tentang Penataan Ruang, yang diikuti denganberbagai aturan pelaksanaannya. Pada tahun2007, UU No. 24/1992 diubah menjadi UUNo. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruangyang mengatur tata ruang wilayah provinsisecara keseluruhan termasuk pengaturan ter-hadap kawasan hutan. Sedangkan pelaksanaanpenataan ruang kawasan hutan diatur dalam

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Paduserasi Tata Ruang Daerah (TRD)Dengan Tata Guna Hutan (TGH)

1. Dasar hukum pelaksanaan paduserasiTata Ruang Daerah (TRD) dengan TataGuna Hutan (TGH)

UU No. 41/1999 tentang Kehutanan, yanglebih dikenal dengan istilah “Tata guna hutankesepakatan (TGHK)”. Untuk mengoptimal-kan pemanfaatan dan pengelolaan kawasanhutan demi kesejahteraan masyarakat sebesar-besarnya sesuai dengan UU yang berlakudiperlukan suatu harmonisasi atau paduserasiantara UU 41/199 (TGH) dengan UU No.26/2007 (TRD/RTRW), baik dalamketentuan peraturan pelaksanaan dibawahnyamaupun detail didalam implementasinya.Dalam UU No. 41 tahun 1999 tentangKehutanan diatur bahwa setiap perubahanperuntukan dan fungsi kawasan hutanditetapkan oleh pemerintah dengan didasarkanpada hasil penelitian Tim Terpadu (pasal 19),selengkapnya adalah sebagai berikut :a. Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan

hutan ditetapkan oleh pemerintah dengandidasarkan pada hasil penelitian terpadu;

b. Perubahan peruntukan kawasan hutansebagaimana dimaksud pada ayat (1) yangberdampak penting dan cakupan yang luasserta bernilai strategis, ditetapkan olehPemerintah dengan persetujuan DewanPerwakilan Rakyat (DPR);

c. Ketentuan tentang tata cara perubahanperuntukan kawasan hutan dan perubahanfungsi kawasan hutan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diaturdengan Peratuaran Pemerintah.Dalam penjelasan pasal 19 UU 41/1999

disebutkan bahwa:a. Ayat (1). Penelitian terpadu dilaksanakan

untuk menjamin obyektivitas dan kualitashasil penelitian, maka kegiatan penelitiandiselenggarakan oleh lembaga pemerintahyang mempunyai kompentensi dan memi-liki otoritas ilmiah ( )bersama-sama dengan pihak lain yangterkait;

b. Ayat (2). Yang dimaksud denganberdampak strategis, adalah perubahanyang berpengaruh terhadap kondisi

scientific authority

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 89 - 117

Page 7: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

95

biofisik seperti perubahan iklim, ekosis-tem, dan gangguan tata air, serta dampaksosial ekonomi masyarakat bagi kehidupangenerasi sekarang dan generasi yang akandatang;

c. Ayat (3). Peraturan pemerintah memuatantara lain: (1) kriteria dan fungsi hutan, (2)cakupan luas, (3) pihak-pihak yangmelaksanakan penelitian, dan (4) tata caraperubahan.

Berdasarkan informasi yang diberikan olehDirektorat Jenderal Planologi, terdapat limafaktor yang dapat mempengaruhi berkurang-nya luas kawasan hutan, yaitu: a) Peningkatanjumlah populasi; b) Kebutuhan lahanmasyarakat di dalam dan di sekitar kawasanhutan; c) Peningkatan pertumbuhan ekonomidengan target 7%; d) Pemekaran wilayah dantata ruang; dan e) Euphoria reformasi. Darikelima faktor diatas yang paling dominanmempengaruhi berubahnya luasan kawasanhutan adalah kebutuhan akan lahan danpemekaran wilayah.

Pada bagian III tentang pemanfaatan hutandan penggunaan kawasan hutan pasal 23, UU41/1999, yang menyatakan, bahwa:“Pemanfaatan hutan bertujuan untuk mem-peroleh manfaat yang optimal bagi kesejahtera-an seluruh masyarakat secara berkeadilandengan tetap menjaga kelestariannya”. Darikedua pernyataan amanah konstitusi tersebutdi atas terdapat dua hal penting yang harusdiperhatikan, adalah: i Mewujudkan

2. Faktor yang mempengaruhi ber-kurangnya luas kawasan hutan

)

pengelolaan hutan yang lestari dan ber-kelanjutan ( ); danii) Mewujudkan masyarakat yang sejahtera(terutama yang berada di dalam dan sekitarhutan) dengan mengoptimalkan pengelolaanhutan secara multi fungsi yang meliputi aspekekonomi, sosial dan ekologi.

Pemberlakuan UU No. 26/2007 tentangPenataan Ruang dan PP No. 26/2008 tentangRencana Tata Ruang Wilayah Nasional,mengakibatkan hampir seluruh provinsi diIndonesia melakukan penyesuaian (revisi)RTRWP. Hal tersebut terjadi karena adanyaketentuan dalam UU No. 26/2007 yangmenyatakan bahwa waktu penyelesaian revisiRTRW selama dua tahun untuk RTRWP dantiga tahun untuk RTRWK terhitung sejakpemberlakuan UU No. 26/2007 yaitu tanggal26 April 2007.

Dalam usulan penyesuaian (revisi)RTRWP dan RTRWK baik pemerintahprovinsi maupun kabupaten/kota mengusul-kan perubahan peruntukan dan perubahanfungsi kawasan hutan. Proses usulan RTRWtersebut harus melalui mekanisme yang diaturdalam pasal 19, UU 41/1999 tentangKehutanan. Pemerintah daerah yang meng-usulkan perubahan fungsi kawasan hutanterlebih dahulu harus mendapat persetujuansubstansi kehutanan dari Menteri Kehutanan.Pada gambar 3 di bawah dapat dilihatmekanisme proses persetujuan substansi fungsiperubahan kawasan hutan, adalah sebagaiberikut :

sustainable forest management

3. Alur proses permohonan perubahanfungsi kawasan hutan

Kajian Paduserasi Tata Ruang Daerah . . .Epi Syahadat & Hariyatno Dwiprabowo

Page 8: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

96

UU 26/2007

Gubernur

RAPERDARTRWP

MenteriKehutanan

PersetujuanSubstansi

Kehutanan

MenteriKehutanan

PersetujuanDPR

DPRRI

Hasil PenelitianTim Terpadu

MenteriKehutanan

TimTerpadu

Tidak adaperubahan

AdaPerubahan

UU No. 41/1999

Gambar 3. Alur proses persetujuan substansi perubahan fungsi kawasan hutanFigure 3. Substance approval process flow changes in the function of forest area

4. Pelaksanaan penelitian terpadu

Pelaksanaan kegiatan paduserasi RTRWdengan TGH dilakukan dalam dua tahapan.Hal tersebut dilakukan karena alasan teknis,mengingat ketidakseragaman basis data,terpencarnya data dan keterbatasan data.

dibentuk Tim Teknis olehDirjen Planologi Kehutanan, dimana keang-gotaan Tim Teknis tersebut beranggotakanunsur Eselon I Kementerian Kehutanan danPemda setempat. Tugas utama dari Tim Teknistersebut adalah: mengumpulkan, menye-diakan, mengelompokan, menyajikan danmempersiapkan data primer maupun sekundersebagai bahan telaahan terkait dengan prosespaduserasi RTRW sesuai dengan perkem-bangan kondisi/fakta yang terjadi saat ini.

data dan informasi tersebutkemudian digunakan sebagai masukan utamayang dipakai oleh Tim Terpadu dalammengkaji dan menetapkan atau merumuskanalternatif solusi penyelesaian permasalahanatas perubahan fungsi kawasan hutan.

Tahap Pertama

Tahap Kedua

Selain data yang diperoleh dari TimTeknis, untuk memperkaya dan melengkapidata / informasi yang sudah ada Tim Terpadumelakukan tugas secara mandiri, yaitu:a. Pengumpulan data sekunder. Hal ini

dilakukan untuk memperbaharui datayang sudah ada sebelumnya diantaranyamengenai peta TGHK daerah setempat,memperoleh kondisi (gambaran) umumtentang tata ruang (berkaitan dengankawasan hutan) yang faktual pada saatsekarang dan kemungkinan perubahansesuai dengan usulan perubahan TRD. Peta(luasan, lokasi, dan posisi geografis). Datasekunder yang dikumpulkan, adalah :

Peta TGHK Provinsi;Peta perubahan usulan RTRWP;Peta perubahan fungsi dan peruntukankawasan hutan;Peta sebaran pemukiman dan statistikpenduduk;Peta pelepasan kawasan hutan olehMenteri Kehutanan;

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 89 - 117

Page 9: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

97

Peta penunjukan parsial kawasan hutan;Peta sebaran HPH/IUPHHK/HTI/IUPHHK-HT, Perkebunan, Tambang;Peta lokasi areal transmigrasi;Peta tutupan lahan ( );Peta sebaran hutan (primer, sekunder,dan rawa);Peta tanah intensitas curah hujan dankelerengan;Peta kesesuaian lahan;Citra , IKONOS,daerah setempat;Peta RBI;Peta dan informasi biofisik lainnya.

Data tersebut harus diperoleh dari instansiresmi terkait, laporan yang sudahdipublikasikan maupun bahan-bahanpresentasi yang dapat dipertanggung-jawabkan.

b. Identifikasi masalah. Untuk mengiden-tifikasi masalah yang dihadapi atasperubahan kawasan hutan sehubungandengan usulan perubahan RTRW makadilakukan (penumpangtindihan)peta (peta TGHK yang sudah didengan peta usulan perubahan RTRWdaerah yang bersangkutan). Hasil yangdiperoleh dari penumpangtindihan petatersebut akan terlihat beberapa kawasanyang fungsinya berbeda (tidak sesuai).Proses tersebut menghasilkan perbedaanperuntukan dan fungsi kawasan hutanyang dalam penelitian ini disebut “ ”.

yang terjadi di kawasan hutan dalampeta TGHK diakibatkan oleh ketidak-serasian dan/atau perubahan kawasanhutan karena adanya usulan perubahanRTRW, kemudian dipetakan danditelusuri untuk memperoleh informasitentang: status fungsi lahan secara faktualdan secara yuridis serta informasi lainterkait tersebut. Permasalahan yangmuncul dalam kemudian dikelom-pokan dalam beberapa tipologi dan

land coverage

Landsat Quickbird

overlayup date

GapGap

gapgap

ditabulasikan dalam matrik kemudiandianalisis. Analisis tersebut meliputibeberapa aspek, yaitu :1) Aspek biofisik seperti topografi/

kelerengan, hidrologi DAS, jenis tanah,curah hujan, penutupan lahan dansebarannya di dalam DAS, satwa liar/flora/fauna/endemik yang dilindungi,kawasan gambut penyebaran berikut

gambut.2) Aspek yuridis seperti peraturan

perundangan, kebijakan pemerintahbaik pusat maupun daerah, telaahanterhadap hasil studi/kajian/identifikasiyang telah dilakukan sebelumnya,kronologis perubahan kawasan hutan,dan penggunaan lahan saat ini.

3) Aspek sosial ekonomi seperti masalahtenurial, aksesibilitas, perambahankawasan hutan, potensi konflik, matapencaharian, informasi persepsimasyarakat setempat, aspirasi ,deskripsi masyarakat, investasi danketenagakerjaan, sebaran dan polapemukiman dan jaringan transportasi.

c. Membuat kriteria. Untuk menjagaobyektivitas hasil penelitian Tim Terpaduterhadap usulan perubahan peruntukandan perubahan fungsi kawasan hutan harusditetapkan dahulu kriteria yang akandigunakan sebagai standar/acuan dalammelakukan analisis kawasan yang akan didelineasi. Kriteria yang dikembangkandalam proses penelitian terpadu didasarkanpada aspek yuridis, teknis (biofisik) dansosial ekonomi budaya, yaitu:

1) Aspek yuridisKajian dari aspek yuridis dilakukanberdasarkan kriteria, standar danprosedur sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku yang terkaitdengan pengkajian perubahan kawasanhutan dalam RTRW. Berdasarkanketentuan peraturan perundangan

dome

Kajian Paduserasi Tata Ruang Daerah . . .Epi Syahadat & Hariyatno Dwiprabowo

Page 10: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

98

tersebut beberapa kriteria yang harusdiacu dalam proses analisis antara lainsebagai berikut:a) Apabila menyangkut kawasan

hutan maka yang berwenangmengubah peruntukan dan fungsikawasan hutan adalah Pemerintah(cq. Menteri Kehutanan) berdasar-kan hasil penelitian terpadu danapabila berdampak penting dancakupan yang luas serta bernilaistrategis harus melalui persetujuanDPR;

b) Perubahan peruntukan dan fungsikawasan hutan bukan dalam rangkapemutihan;

c) Perubahan kawasan hutan meng-hormati perizinan yang sah olehPemerintah (Menteri Kehutanan);

d) Perubahan kawasan hutan tetapmenghormati hak kepemilikanyang sah sesuai dengan peraturanperundang-undangan;

e) Perubahan kawasan hutan meng-hormati keberadaan aset Pemerin-tah seperti Gerhan, Reboisasi, dll.

2) Aspek teknis / biofisik.Kajian perubahan kawasan hutan dariaspek teknis didasarkan pada keten-tuan-ketentuan tentang penetapanfungsi kawasan hutan, meliputiKSA/KPA, HL, HPT, HP, dan HPK.Fokus kajian adalah kawasan hutanyang diusulkan perubahannya, baikperubahan peruntukan (status) yaituperubahan dari kawasan hutan menjadibukan kawasan hutan (APL), maupunperubahan fungsi kawasan hutan yaituperubahan suatu fungsi kawasan hutanmenjadi fungsi kawasan hutan lainnya.Kriteria aspek teknis yang dibanguntetap mengacu pada ketentuan dalamPeraturan perundangan yang menjadilandasan kajian dari aspek yuridis.

3) Aspek sosial ekonomi dan budaya.a) Perubahan kawasan hutan mem-

pertimbangkan keberadaan per-mukiman dan kebutuhan lahanusahanya dalam luasan yangrasional, utamanya yang telah eksissejak lama (dilihat kasus per kasus),telah terbangun infrastruktur fisik,fasum dan fasos, atau kelembagaan.

b) Perubahan kawasan hutan meng-hargai keberadaan situs budaya danobyek yang menjadi sumberpenghidupan masyarakat.

c) Menghormati keberadaan masya-rakat adat.

d) Perubahan kawasan hutan mem-pertimbangkan upaya daerahuntuk mengoptimalisasi peman-faatan sumberdaya alam untukkesejahteraan masyarakat secaraberkelanjutan.

e) Mempertimbangkan proyeksi per-kembangan/pertumbuhan jumlahpenduduk dan kebutuhan lahanbagi pengembangan pembangunandaerah untuk jangka waktu 20tahun kedepan.

f) Rencana pemanfaatan sesuaidengan kesesuaian lahan.

g) Pemukiman menjadi prioritas jikaberada di dalam areal konsesiIUPHHK-HA/HT yang ber-kinerja buruk.

h) Kriteria khusus : Perubahanperuntukan dan fungsi kawasanKSA/KPA di bahas kasus per kasus,kemudian tahapan berikutnya akanmempert imbangkan kondis ibiofisik ekosistem, keaneka-ragaman hayati, fungsi kawasantersebut dan sejarah/kawasan.

d. Kunjungan lokasi. Untuk mengetahuigambaran umum keadaan hutan dan

history

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 89 - 117

Page 11: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

99

tipologi permasalahan dalam sertauntuk mengetahui persepsi diantaraanggota Tim Terpadu tentang masalahyang akan dikaji maka dilakukanpengamatan lapangan. Pengamatanlapangan dilakukan ke beberapa lokasiyang dipilih secara subyektif (

) berdasarkan ketersebaran lokasidalam seluruh kabupaten dalamprovinsi dan keterwakilan tipologipermasalahan dalam pengamatanlapangan disesuaikan dengan ketersediaan waktu dan aksesibilitas lokasi.

e. Analisis GIS. Sebelum menganalisissecara GIS, dengan terlebih dahulumenetapkan berbagai kriteria sesuaidengan pera turan perundang -undangan, kondisi fisik, yuridis dansosial budaya faktual di lapangan.Dasar hukum yang dipakai dalammembangun/membuat kriteria ter-sebut adalah : PP No. 26/2008; PP No.44/2004; PP No. 68/1998; Keppres No.32/1990; PP No. 6/2007 Jo PP No.3/2008. Kriteria dibangun/dibuat darihasil diskusi dan disepakati bersamaoleh Tim Terpadu, yang didasarkanpada pengetahuan obyektif ilmiahterhadap fungsi dan perannya dalamkeseimbangan lingkungan alam danhayati. Kriteria yang diturunkan dariperaturan dan dibangun atas kesepakat-an bersama (atas pertimbangan teknisdan ilmiah perlindungan sumberdayaalam yang obyektif) terlebih dahuluditerjemahkan menjadi informasi

, lalu kemudian dilakukananalisis dengan GIS.

f. Rekomendasi Tim Terpadu. Reko-mendasi Tim Terpadu merupakan hasilakhir yang dilakukan oleh tim terkaitpermohonan perubahan peruntukanmaupun perubahan fungsi kawasanhutan yang diminta oleh pemerintah

gap

pur-posive

-

gap

gap

spasialgap

daerah setempat dan hasil tersebutmerupakan dasar dalam memberikanijin pelepasan/perubahan status kawa-san hutan oleh Menteri Kehutanan.

Dalam UU No. 41 tahun 1999, penata-gunaan kawasan hutan adalah kegiatanpenetapan fungsi dan penggunaan kawasanhutan. Berdasarkan fungsi pokoknya, kawasanhutan dibagi menjadi: (1) Hutan Konservasi,adalah kawasan hutan dengan ciri khastertentu, yang mempunyai fungsi pokoksebagai kawasan pengawetan keanekaragamantumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yangjuga berfungsi sebagai wilayah sistempenyangga kehidupan. Hutan konservasiterdiri dari: a) kawasan hutan suaka alam; b)kawasan hutan pelestarian alam; dan c) tamanburu; (2) Hutan Lindung, adalah kawasanhutan yang mempunyai fungsi pokok sebagaiperlindungan sistem penyangga kehidupanuntuk mengatur tata air, mencegah banjir,mengendalikan erosi, mencegah intruisi airlaut dan memelihara kesuburan tanah; dan (3)Hutan Produksi, adalah kawasan hutan yangmempunyi fungsi pokok memproduksi hasilhutan (catatan: hasil hutan, adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya, sertajasa yang berasal dari hutan). Dengan adanyapembagian kawasan hutan berdasarkan fungsipokoknya, maka usulan perubahan fungsikawasan hutan di dalam revisi RTRW harusmemperhatikan kriteria teknis dari masing-masing fungsi pokok kawasan hutan tersebut.

Posisi kawasan hutan di dalam pola ruangsesuai dengan PP No. 26 tahun 2008 tentangRTRWN dapat dijelaskan sebagai berikut:a. Berdasarkan pasal 51 PP No. 26/2008,

kawasan lindung terdiri dari: (1) Kawasanyang memberikan perlindungan terhadapkawasan bawahannya dan berdasarkan

B. Pembahasan

1. Penataan ruang kawasan hutan

Kajian Paduserasi Tata Ruang Daerah . . .Epi Syahadat & Hariyatno Dwiprabowo

Page 12: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

100

pasal 52 lebih lanjut dirinci, yaitu: (i)Kawasan Hutan Lindung, (ii) KawasanBergambut, dan (iii) Kawasan Resapan Air;(2) Kawasan Perlindungan Setempat; (3)Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam,dan Cagar Budaya; (4) Kawasan RawanBencana Alam; dan (5) Kawasan LindungGeologi, dan Kawasan Lindung Lainya.

b. Berdasarkan Pasal 63 PP No. 26/2008,kawasan budidaya yang memiliki nilaistrategis nasional terdiri dari: (1) kawasanperuntukan hutan produksi.; (2) kawasanperuntukan hutan rakyat; (3) kawasanperuntukan pertanian; (4) kawasanperuntukan perikanan; (5) kawasanperuntukan pertambangan; (6) kawasanperuntukan industri; (7) kawasanperuntukan pariwisata; (8) kawasanperuntukan pemukiman; dan (10) kawasanperuntukan lainnya.Posisi kawasan hutan produksi dalam pola

ruang masuk dalam kawasan budidaya, haltersebut berdampak sangat besar terhadapbesarnya permohonan pemerintah daerahuntuk merubah kawasan hutan produksimenjadi Areal Penggunaan Lain (APL). Dilainpihak dalam ketentuan UU 41/1999 kawasanhutan harus tetap dipertahankan minimal 30%dari luas satu wilayah DAS atau daerah. Untukdaerah yang masih mempunyai kawasan hutanlebih dari 30% tidak masalah atas perubahankawasan hutan, sebaliknya bagi daerah yangmempunyai luas kawasan hutan yang kurangdari 30% merupakan permasalahan yangsangat serius. Dari hasil kajian Tim Terpaduyang sudah dilaksanakan di beberapa provinsi,direkomendasikan agar Pemerintah Daerah(Pemda) setempat untuk melaksanakanprogram model partisipasi masyarakat ataupemberdayaan masyarakat yang telahdikeluarkan oleh Kementerian Kehutananseperti program Hutan Kemasyarakatan(HKm), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), danHutan Desa (HD). Dari satu sisi masyarakat

dapat memanfaatkan dan mengelola kawasanhutan tersebut untuk kesejahteraannya dan disisi lain status kawasan hutannya masih tetapmilik negara.

a. Kebijakan paduserasi RTRW dengan TGH.Dari hasil analisis terhadap isi kebijakanpaduserasi antara RTRW dengan TGH,terdapat tiga kriteria yangtidak terpenuhi dan dianggap dapatmembuka peluang yang besar terjadinyapenyimpangan, yaitu :1) Tahapan kegiatan usulan perubahan

peruntukan kawasan hutan menjadiareal penggunaan lain (APL). Kawasanhutan yang diusulkan tidak hanyakawasan hutan yang belum dibebanihak (ijin pemanfaatan hutan) tetapi jugaterhadap kawasan hutan yang telahdibebani ijin pemanfaatan. Kondisitersebut memberikan implikasi ter-hadap ketidakpastian terhadap usaha/investasi kehutanan, serta akan mem-pengaruhi upaya pencapaian pengelola-an hutan lestari (PHL) bagi kesejah-teraan masyarakat. Lebih jauh usulanperubahan kawasan tersebut tidakhanya terbatas pada kawasan hutanproduksi tetapi juga meliputi kawasanhutan konservasi dan hutan lindung.

2) Tahapan seleksi terhadap pemohon ijinpinjam pakai. Secara umum kriteriaseleksi pemohon yang digunakanbersifat obyektif. Akan tetapi dalampelaksanaannya masih terdapat poin-poin tertentu yang bersifat subyektifseperti kebanyakan pemohon ijinpinjam pakai merupakan salah satu grupindustri yang besar, sehingga unsursubyektivitas penilai cukup dominan.

3) Tahapan uji kelayakan pemohon ijinpinjam pakai. Belum adanya kriteriayang baku dalam melaksanakan

2. Analisa konten (Content analisys)

good governance

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 89 - 117

Page 13: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

101

kegiatan uji kelayakan pemohon ijinpinjam pakai, sehingga lebih mengarahpada subyektivitas dan tidak adanyatransparansi dan akuntabilitas dalam ujikelayakan.

Pada Tabel 1 di bawah dapat dilihatterhadap kebijakan terkait dengan

paduserasi RTRW dengan TGH, adalahsebagai berikut :

contentanalisys

Tabel 1. Kebijakan paduserasi RTRW dengan TGHTable 1. Regional spatial arrangement and forest land use policy

No Uraian PP 26/2008 PP 10/2010 PP 24/20101 Kejelasan Tujuan Jelas Jelas Jelas2 Kelembagaan / Organisasi

PembentukKementerian PU Kementerian

KehutananKementerianKehutanan

3 Kesesuaian antara Jenis danmateri Muatan

Sesuai Sesuai Sesuai

4 Dapat Dilaksanakan (efektifitasperaturan perundang-undangantersebut di dalam masyarakat,baik secara filosofis, yuridis,maupun sosiologis)

Dapat dilaksanakan,karena sampai saat inikegiatan paduserasitelah berjalan

Dapat dilaksanakan,karena sampai saat inikegiatan paduserasitelah berjalan

Dapat dilaksanakan,karena sampai saat inikegiatan paduserasitelah berjalan

5 Kedayagunaan danKehasilgunaan (bermanfaat dandibutuhkan oleh masyarakat)

Tercipta pengaturanpola ruang daerahyang optimal

Terlaksananyakegiatan perubahanperuntukan

Terlaksananyakegiatan perubahanfungsi kawasan hutan

6 Kejelasan Rumusan (jelas danmudah dimengerti, sehinggatidak timbul interpretasi yanglain)

Pengaturan terhadappola ruang lahan

Pengaturan terhadaptata cara pertukarankawasan hutanmenjadi lahan APL

Pengaturanperubahan fungsikawasan hutanmenjadi funsikawasan hutan yanglain

7 Keterbukaan (perencanaan,persiapan, penyusunan, danpembahasan bersifattransparan)

Telahdipertimbangkanberdasarkan UU danPP sebelumnyaterkait penataanruang.

Telahdipertimbangkanberdasarkan UU danPP sebelumnyaterkait penataanruang.

Telahdipertimbangkanberdasarkan UU danPP sebelumnyaterkait penataanruang.

Sumber/ : Lampiran 3/Source Appendix 3

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan,bahwa (Syahadat E. ., 2011):1) Pembentukan peraturan perundang-

undangan pada tabel di atas telah memilikidan/atau mempunyai tujuan jelas yanghendak dicapai, yaitu :a) PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana

tata ruang wilayah nasional menjelas-kan tentang kebijakan dan strategipenataan ruang wilayah nasional yangmeliputi kebijakan dan strategipengembangan struktur ruang dan polaruang.

et alb) PP No. 24 tahun 2010 tentang

Penggunaan kawasan hutan peng-gunaan kawasan hutan adalahpenggunaan atas sebagian kawasanhutan untuk kepentingan pem-bangunan di luar kegiatan kehutanantanpa mengubah fungsi dan per-untukan kawasan hutan tersebut.

c) PP No. 10 tahun 2010 tentang Tata caraperubahan peruntukan dan fungsikawasan hutan, dimana perubahanperuntukan kawasan hutan adalahperubahan kawasan hutan menjadi

Kajian Paduserasi Tata Ruang Daerah . . .Epi Syahadat & Hariyatno Dwiprabowo

Page 14: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

102

bukan kawasan hutan. Perubahanfungs i kawasan hutan ada lahperubahan sebagian atau seluruh fungsihutan dalam satu atau beberapakelompok hutan menjadi fungsikawasan hutan yang lain.

2) Setiap peraturan perundang-undangantelah dibuat oleh lembaga/pejabatpembentuk peraturan perundangan yangberwenang.

3) Pembentukan peraturan perundang-undangan telah memperhatikan materimuatan yang tepat dengan jenis peraturanperundang-undangannya.

4) Efektifitas pelaksanaan peraturan di dalammasyarakat, baik secara filosofis, yuridis,maupun sosiologis. Sampai sejauh inikegiatan paduserasi telah berjalan, untukmengurangi atau perbedaan para pihaktentang penataan ruang. Dari 33 provinsiyang mengajukan usulan perubahanRTRWP, 31 provinsi sedang dan telahmelaksanakan proses paduserasi yaitu

94% (Ditjen Planologi, 2010).5) Peraturan perundangan dibuat karena

benar-benar dibutuhkan dan bermanfaatdalam mengatur kehidupan bermasyara-

gap

+

kat, karena kebijakan ini diperlukan untukmengurai dan mengurangi permasalahankonflik tenurial (hak atas tanah) khususnyadi kawasan hutan.

6) Peraturan perundang-undangan telahmemenuhi persyaratan teknis penyusunanperaturan perundang-undangan, sehinggatidak menimbulkan berbagai macaminterpretasi dalam pelaksanaannya olehsetiap yang terkait.

7) Dalam proses pembentukan peraturanperundangan-undangan mulai dariperencanaan, persiapan, penyusunan, danpembahasan telah bersifat transparan.Asumsinya segala penyusunan peraturantelah dilakukan konsultasi publik, karenatelah banyak peraturan terdahulu yangmenjadi payung hukum untuk PP No. 26tahun 2008, PP No. 10 tahun 2010 dan PPNo. 24 tahun 2010.

a. Persepsi s terhadap paduserasiRTRWP dengan TGH.Dari hasil penggalian melalui penyebaran

kuisioner mengenai persepsiterhadap kegiatan paduserasi antara RTRWdengan TGH dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah, adalah sebagai berikut:

stakeholder

takeholder

stakeholder

Tabel 2. Persepsi erhadap paduserasi RTRWP dengan TGHstakeholder tTable 2. Stakeholder perceptions to the sychronization RTRWP with TGH

Asumsi jawabanAssumptions answer *) (%)

NoNo

Pertanyaan / PernyataanQuestion/statement

SS S KS TS STS

JumlahrespondenNumber ofrespondent

SS S KS TS STS

1 Peraturan mengenaiperubahan peruntukan danperubahan kawasan hutanyang ada telah mencukupisebagai dasar dalampelaksanaan paduserasiRTRW dengan TGH.

6 9 4 1 0 20 30 45 20 5 0

2 Peraturan yang ada menge-nai perubahan peruntukanmaupun perubahankawasan hutan tumpangtindih dengan peraturanlain baik secara horisontalmaupun vertikal.

4 8 5 3 0 20 20 40 25 15 0

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 89 - 117

Page 15: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

103

Tabel 2. LanjutanTable 2. Continued

Asumsi jawabanAssumptions answer *) (%)

NoNo

Pertanyaan / PernyataanQuestion/statement

SS S KS TS STS

JumLahrespondenNumber ofrespondent

SS S KS TS STS

3 Peraturan yang ada telahsejalan dengan RencanaPembangunan JangkaMenengah Daerah(RPJMD).

1 8 11 0 0 20 5 40 55 0 0

4 Isi dari PP 10/2010 dan PP24/2010 belummengakomodir semuapermasalahan terkaitdengan kebutuhan lahansecara optimal.

0 12 7 1 0 20 0 60 35 5 0

5 Perlu adanya revisiperaturan mengenaiperubahan peruntukanmaupun perubahankawasan hutan.

2 14 4 0 0 20 10 70 20 0 0

6 Mekanisme dalam prosespermohonan paduserasitelah disosialisasikandengan baik.

0 8 12 0 0 20 0 40 60 0 0

7 Permohonan perubahanRTRW dan TGH atas dasarpermohonan dari daerahbaik provinsi maupunkabupaten/kota.

6 13 1 0 0 20 30 65 5 0 0

8 Permohonan perubahankawasan hutan atas dasarkebutuhan lahan untukpengembanganpembangunan daerah baikdi tingkat provinsi maupunkabupaten / kota.

4 10 6 0 0 20 20 50 30 0 0

9 Persyaratan dalampermohonan paduserasiterlalu birokrasi dan rijid /memberatkan.

3 11 6 0 0 20 15 55 30 0 0

10 Terjadi dalamgappelaksanaan paduserasiRTRW dengan TGH.

0 6 14 0 0 20 0 30 70 0 0

11 Rekomendasi yangdiberikan oleh TimTerpadu terkait paduserasitelah sesuai denganpermohonan daerah.

0 13 7 0 0 20 0 65 35 0 0

12 Penelitian yang dilakukanoleh Tim Terpadu telahmencerminkan kaidah goodgovernance.

0 15 5 0 0 20 0 75 25 0 0

Kajian Paduserasi Tata Ruang Daerah . . .Epi Syahadat & Hariyatno Dwiprabowo

Page 16: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

104

Tabel 2. LanjutanTable 2. Continued

Asumsi jawabanAssumptions answer *) (%)

NoNo

Pertanyaan / PernyataanQuestion/statement

SS S KS TS STS

JumlahrespondenNumber ofrespondent

SS S KS TS STS

13 Kajian yang dilakukanKementrian LingkunganHidup (KLHS) telahmencerminkan kaidah goodgovernance

1 17 2 0 0 20 5 85 10 0 0

14 Evaluasi tata ruangsebaiknya dilakukan palinglama 5 (lima) tahun sekali.

6 14 0 0 0 20 30 70 0 0 0

Sumber/ : Lampiran 2/Keterangan *) SS = Sangat Setuju; S = Setuju; KS = Kurang Setuju; TS = Tidak Setuju; dan STS = Sangat Tidak Setuju

Source Appendix 2

Pada Tabel 2 di atas dapat dilihat 45%responden menyatakan setuju bahwa peraturanmengenai perubahan peruntukan danperubahan fungsi kawasan hutan yang ada telahmencukupi sebagai dasar dalam pelaksanaanpaduserasi antara RTRWP dengan TGH, akantetapi 55% responden beranggapan bahwaperaturan tersebut kurang sejalan denganRencana Pembangunan Jangka MenengahDaerah (RPJMD). Dari kedua pernyataan inidapat dilihat bahwa adanya kontradiksi antarasatu pernyataan dengan pernyataan yang lain.Salah satu penyebabnya adalah adanyaperubahan pucuk pimpinan daerah (adanyapergantian gubernur dan/atau bupati/walikota) yang berdampak kepada berubahnyavisi dan misi dari daerah setempat.

Tim Terpadu hanya mengadakan peng-kajian terhadap usulan perubahan peruntukanmaupun perubahan fungsi kawasan hutan yangdiusulkan oleh gubernur yang sudah dibahasterlebih dahulu bersama bupati/walikota, danusulan tersebut merupakan usulan yang sudahmatang. Pernyataan ini didukung oleh 65%responden yang menyatakan setuju bahwapermohonan perubahan RTRW dan TGH atasdasar permohonan dari daerah baik provinsimaupun kabupaten/kota.

Sebanyak 50% responden menyatakansetuju bahwa perubahan kawasan hutan atasdasar kebutuhan lahan untuk pengembanganpembangunan daerah baik di tingkat provinsimaupun kabupaten/kota. Namun 60%responden menyetujui isi PP No. 10/2010 danPP No. 24/2010 belum mengakomodasi semuapermasalahan terkait dengan kebutuhan lahansecara optimal. Artinya, perlu adanya revisiperaturan mengenai perubahan peruntukanmaupun perubahan fungsi kawasan hutan, dan70% responden menyatakan setuju untukdiadakan revisi terhadap peraturan tersebut.

Peraturan mengenai perubahan perun-tukan maupun perubahan fungsi kawasanhutan tumpang tindih dengan peraturan lainbaik secara horisontal maupun vertikal danterjadi di dalam pelaksanaannya. Namundemikian 55% responden menyatakan kurangsetuju atas pernyataan adanya tumpang tindihperaturan dalam paduserasi RTRW denganTGH, dan 70% responden menyatakan tidakada dalam pelaksanaan paduserasi antaraRTRW dengan TGH. Artinya, pelaksanaankegiatan paduserasi tersebut sudah berjalancukup baik dan efektif.

75% responden menyatakan setuju bahwakegiatan penelitian yang dilakukan oleh Tim

gap

gap

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 89 - 117

Page 17: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

105

Terpadu telah mencerminkan kaidah. Artinya, kegiatan tersebut lebih

mengutamakan kawasan yangsebagai perwujudan dari program yang telahdicanangkan yaitu , dan untukmenciptakan kelestarian lingkungan hidup.

Kewenangan Menteri Kehutanan dalamUU 41/1999 Pasal 4, adalah sebagai berikut:o Mengatur, mengurus hal yang berkaitan

dengan hutan, kawasan hutan, dan hasilhutan.

o Menetapkan atau mengubah status kawasanhutan.

o Mengatur dan menetapkan hubunganhukum.

o Mengatur pembuatan hukum mengenaikehutanan.Dalam kasus penegakan hukum, biasanya

penyidik maupun penuntut umum hanyamembaca ketentuan pasal 1 angka 3 UU 41/1999, yaitu: “Kawasan Hutan adalah wilayahtertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkanoleh pemerintah untuk dipertahankan keber-adaannya sebagai hutan tetap”. Akan tetapiapabila kita melihat pada Pasal 14 ayat (1) UU41/1999 “…berdasarkan inventarisasi hutansebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1),Pemerintah menyelenggarakan pengukuhankawasan hutan, dan kemudian dalam ayat (2)Kegiatan pengukuhan kawasan hutansebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukanuntuk memberikan kepastian hukum ataskawasan hutan”. Karyaatmadja B (2009) dalammakalahnya mengatakan, ada permasalahandalam pengukuhan kawasan hutan, yaitu:a. Tahapan dalam pengukuhan kawasan

hutan, yaitu: (1) Penujukan kawasan hutan;(2) Penataan batas kawasan hutan; (3)Pemetaan kawasan hutan; (4) Penetapankawasan hutan.

b. Status kawasan hutan “ditunjuk dan/atau

goodgovernance

clean and clear

pro poor pro job

3. Sinkronisasi penataan ruang wilayahdengan TGH

ditetapkan”. Kawasan hutan “ditunjuk”atau “ditetapkan” sama status yuridisnya. 1)Apabila dalam kawasan hutan terdapatkepemilikan pihak lain yang sah menurutperaturan perundangan yang berlaku dapatdikeluarkan dari kawasan hutan; 2)perubahan kawasan hutan menjadi bukankawasan hutan dilakukan melalui prosedurperubahan peruntukan kawasan hutan olehMenteri Kehutanan berdasarkan hasilpenelitian terpadu; 3) apabila perubahanperuntukan kawasan hutan berdampakpenting cakupan luas dan bernilai strategisharus melalui persetujuan DPR.

c. Hasil pengukuhan kawasan. Dalam Pasal 15ayat (1) dinyatakan bahwa “Pengukuhankawasan hutan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 14 dilakukan melalui prosessebagai berikut : 1) Penunjukan kawasanhutan; 2) Penataan batas kawasan hutan; 3)Pemetaan kawasan hutan; dan 4) penetapankawasan hutan. Selanjutnya dalam ayat (2)dinyatakan bahwa “Pengukuhan kawasanhutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)dilakukan dengan memperhatikan rencanatata ruang wilayah”.

d. Implikasi penunjukan kawasan hutantermasuk penunjukan fungsi kawasanhutan (dalam penunjukan kawasan hutanterdapat fungsi kawasan hutan). Atas dasarUU 41/1999 setiap provinsi harus adapenunjukan kawasan hutan meskipun telahada RPPH/TGHK dan perubahan kawasanhutan dalam penunjukan melalui peru-bahan peruntukan dan/atau perubahanfungsi kawasan hutan.

Amanat udang-undang penataan ruangdidasarkan oleh adanya perubahan kebijakannasional dan dinamika internal yang tidakterelakan. Hal tersebut dilakukan secaraberkala dengan menekankan asas: a)Kemantapan dan kepastian kawasan hutan; b)

4. tata ruangReview

Kajian Paduserasi Tata Ruang Daerah . . .Epi Syahadat & Hariyatno Dwiprabowo

Page 18: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

Perlindungan hukum; c) Kelestarian; d)Penyempurnaan delineasi dari makro kemikro berdasarkan data mutakhir yangtersedia; dan e) Perubahan penutupan lahanpada kawasan hutan hendaknya tidak diikutidengan mengubah peruntukan/status kawasanhutan yang telah ditunjuk; f) Perubahan tataruang yang mengakibatkan perubahankawasan hutan adalah perubahan perun-tukan/perubahan fungsi hutan (bukanpenunjukkan ulang).

Menurut Ditjen Planologi (2010) Cirikawasan hutan yang adalah:a) Adanya kepastian kawasan hutan; b) Statuskawasan yang bebas konflik jangka panjang;c) Diketahui letak, lokasi, luas dan kondisipenutupan lahannya; d) Permanen dan dibatasioleh batas alam/buatan yang permanen;e) Diakui secara dan olehseluruh pemangku kepentingan dan f) Adanyarencana pengelolaan serta pengelola kawasan.

Tujuan dari pemantapan kawasan hutan,adalah (Ditjen Planologi, 2010): a) Kegiatanpemantapan kawasan hutan diarahkan untukmemperoleh status yuridis formal kawasanhutan maupun fisik di lapangan dan desainkawasannya sebagai dasar pengelolaan hutansecara efisien, lestari dan berkeadilan;b) Memberikan status, letak, luas dan batas-batas hutan sesuai fungsinya untukmewujudkan pengelolaan hutan yang optimaldan lestari; c) Terbentuknya Unit PengelolaanHutan (UPH); dan d) Meningkatkan legalitasdan legitimasi status wilayah pengelolaanhutan.

Sebagai akibat munculnya pemekarankabupaten/kota menyebabkan perbedaandelineasi tata ruang wilayah kabupaten/kotayang bersangkutan dengan delineasi tata ruangwilayah provinsinya, hal tersebut menyebab-kan (Ditjen Planologi, 2010): a) Keberadaankawasan hutan mudah diubah disebabkan oleh

5. Pemantapan kawasan hutan

clean and clear

de-facto de-jure

adanya perubahan peruntukan dan fungsinya;b) Penggunaan kawasan hutan melalui ijinpinjam pakai, secara fisik fungsinya tidak dapatdipertahankan seperti semula; c) Sebagai akibatmunculnya pemekaran kabupaten/kotamenyebabkan perbedaan dilineasi tata ruangwilayah kabupaten/kota yang bersangkutandengan dilineasi tata ruang wilayah pro-vinsinya; d) Perubahan penggunaan kawasanhutan masih sulit dideteksi; e) Dari ketigafungsi pokok kawasan hutan, yang palingpermanen keberadaannya yaitu hutankonservasi dan hutan lindung sedangkan hutanproduksi paling mudah berubah statuskawasannya; f) Penetapan kawasan hutansemula dilakukan terhadap kawasan hutanversus bukan kawasan hutan dan hasilnyatidak efektif; g) Penetapan kawasan hutan sulitdilakukan karena areal yang akan ditetapkanrelatif luas; h) Identifikasi hak-hak pihak lainterbatas dilakukan hanya pada daerah sekitarbatas kawasan hutan; dan i) Belum adanya UnitPengelolaan yang terbentuk kecuali KPHK.

o Di dalam pelaksanaannya kegiatanpaduserasi antara RTRW dengan TGHtelah sesuai dengan usulan permohonandari daerah setempat. Kegiatan tersebutsecara umum telah berjalan dengan baik,tetapi terdapat tiga kriteria

yang tidak terpenuhi,diantaranya: i) dalam tahapan kegiatanusulan perubahan peruntukan kawasanhutan menjadi APL. Kawasan hutanyang diusulkan tidak hanya kawasanhutan yang belum dibebani hak (ijinpemanfaatan) tetapi juga kawasan hutanyang telah dibebani ijin pemanfaatan; ii)Secara umum kriteria seleksi pemohonijin pinjam pakai bersifat obyektif, akan

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

goodgovernance

106

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 89 - 117

Page 19: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

tetapi dalam pelaksanaannya kadang-kadang bersifat subyektif (kebanyakanpemohon ijin pinjam pakai merupakansalah satu grup industri yang besar,sehingga lebih mengarah pada subyek-tivitas, tidak adanya transparansi, danakuntabilitas dalam uji kelayakan);Belum adanya kriteria yang baku dalamtahapan uji kelayakan pemohon pinjampakai.

o Peraturan yang ada (UU 26/2007, UU41/199, PP 26/2008, PP 10/2010, dan PP24/2010) telah mencukupi sebagai dasardalam pelaksanaan kegiatan paduserasiRTRW dengan TGH.

o Rekomendasi yang diberikan oleh TimTerpadu terkait dengan paduserasiRTRW dengan TGH telah sesuai denganpermohonan yang diusulkan olehdaerah, hal tersebut dapat dilihat daripersepsi terhadap kegiatanpaduserasi RTRW dengan TGH, dimana65% responden menyatakan setuju.

o Permohonan perubahan peruntukandan perubahan fungsi kawasan hutanharus berdasarkan kebutuhan optimallahan untuk pengembangan pem-bangunan daerah baik di tingkat provinsimaupun kabupaten/kota.

o Penyederhanaan persyaratan dalampermohonan paduserasi rencana tataruang daerah dengan penatagunaanhutan (TGH). Adanya kejelasan bataswaktu dalam penyelesaian usulanpermohonan tersebut.

o Pembuatan kriteria dan indikator dalammelakukan eksekusi terhadap lahan yangdimohon untuk diubah baik dalampermohonan perubahan peruntukanmaupun perubahan fungsi kawasanhutan yang dibuat oleh Tim Terpaduharus ditetapkan secara jelas dan

iii)

stakeholder

B. Saran

dijadikan sebagai suatu dasar acuan diseluruh Indonesia dalam memberikanrekomendasi.

o Evaluasi tata ruang sebaiknya dilakukanpaling lama lima tahun sekali.

o Diperlukan evaluasi terhadap kesesuaianmateri kebi jakan dalam prosespermohonan paduserasi antara RTRWdengan TGH sebelum Surat KeputusanMenteri atau Peraturan MenteriKehutanan tersebut diterbitkan/dikeluarkan.

Anonim. 2010. Rencana Penelitian Integratif2010-2014. Pusat Penelitian sosial EkonomiDan Kebijakan Kehutanan. BadanPenelitian Dan Pengembangan Kehutanan.Bogor.

Anonim. 2010. RPI Manajemen LanskapHutan Berbasis DAS. Pusat Penelitiansosial Ekonomi Dan Kebijakan Kehutanan.Bogor.

Anonim. 2010. Penyelenggaraan PenataanRuang (Permasalahan, Tantangan, Kebi-jakan, Strategi, dan Program Strategis).Ditjen Planologi Kehutanan. Jakarta.

Karyaatmadja Basuki. 2009. PermasalahanPenataan Ruang Kawasan Hutan DalamRangka Revisi RTRWP. Ditjen PlanologiKehutanan .Jakarta.

Nurrochmat DR. 2010. Modul pelatihananalisis kebijakan kehutanan. Training forpolicy analysis and research report writing:

.Puslitsosek, Bogor. Tidak dipublikasikan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata RuangWilayah Nasional. Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA

Strategies to produce a better policy brief

107

Kajian Paduserasi Tata Ruang Daerah . . .Epi Syahadat & Hariyatno Dwiprabowo

Page 20: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNo. 6 tahun 2007 tentang Tata Hutan DanPenyusunan Rencana Pengelolaan Hutan,Serta Pemanfaatan Hutan. Jakarta.

Peraturan Pemerintah No. 3 tahun 2008.tentang Perubahan Atas PeraturanPemerintah No. 6 tahun 2007 tentang TataHutan Dan Penyusunan RencanaPengelolaan Hutan, Serta PemanfaatanHutan.

Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 2010.tentang Tata Cara Perubahan Peruntukandan Fungsi Kawasan Hutan.

Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2010.tentang Penggunaan Kawasan Hutan.

Peraturan Menteri Kehutanan No. P.43/2008tahun 2008 tentang Pedoman Pinjam PakaiKawasan. Jakarta.

Peraturan Menteri Kehutanan No. P.36/Menhut-II/2010 tentang Tim TerpaduDalam Rangka Penelitian PerubahanPeruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan.Jakarta.

Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis.Cetakan Ketujuh. Alfabeta. Bandung.

Syahadat E, Subarudi, Ismayadi S, Elvida YS.2011. Laporan hasil penelitian. Analisispaduserasi tata ruang daerah (TRD) dengantata guna hutan (TGH). Pusat Penelitiandan Pengembangan Perubahan Iklim danKebijakan. Bogor.

Undang Undang Republik Indonesia No. 411999 tentang Kehutanan. Jakarta.

Undang Undang Republik Indonesia No. 262007 tentang Penataan Ruang.

Jakarta.

tahun

tahun

108

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 89 - 117

Page 21: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

Tabulasi Asumsi jawaban (Lampiran 2/ )Appendix 2

Asumsi jawabanAssumptions answer

(%)NoNo

Pertanyaan / PernyataanQuestion/statement

SS S KS TS STS

JumlahrespondenNumber ofrespondent

SS S KS TS STS

1 Peraturan mengenaiperubahan peruntukan danperubahan kawasan hutanyang ada telah mencukupisebagai dasar dalampelaksanaan paduserasiRTRW dengan TGH.

6 9 4 1 0 20 30 45 20 5 0

2 Peraturan yang adamengenai perubahanperuntukan maupunperubahan kawasan hutantumpang tindih denganperaturan lain baik secarahorisontal maupunvertikal.

4 8 5 3 0 20 20 40 25 15 0

3 Peraturan yang ada telahsejalan dengan RencanaPembangunan JangkaMenengah Daerah(RPJMD).

1 8 11 0 0 20 5 40 55 0 0

4 Isi dari PP 10/2010 dan PP24/2010 belummengakomodir semuapermasalahan terkaitdengan kebutuhan lahansecara optimal.

0 12 7 1 0 20 0 60 35 5 0

5 Perlu adanya revisiperaturan mengenaiperubahan peruntukanmaupun perubahankawasan hutan.

2 14 4 0 0 20 10 70 20 0 0

6 Mekanisme dalam prosespermohonan paduserasitelah disosialisasikandengan baik.

0 8 12 0 0 20 0 40 60 0 0

7 Permohonan perubahanRTRW dan TGH atas dasarpermohonan dari daerahbaik provinsi maupunkabupaten/kota.

6 13 1 0 0 20 30 65 5 0 0

8 Permohonan perubahankawasan hutan atas dasarkebutuhan lahan untukpengembanganpembangunan daerah baikdi tingkat provinsi maupunkabupaten / kota.

4 10 6 0 0 20 20 50 30 0 0

109

Kajian Paduserasi Tata Ruang Daerah . . .Epi Syahadat & Hariyatno Dwiprabowo

Page 22: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

Lanjutan ( )Continued

Asumsi jawabanAssumptions answer

(%)NoNo

Pertanyaan / PernyataanQuestion/statement

SS S KS TS STS

JumlahrespondenNumber ofrespondent

SS S KS TS STS

9 Persyaratan dalampermohonan paduserasiterlalu birokrasi dan rijid /memberatkan.

3 11 6 0 0 20 15 55 30 0 0

10 Terjadi dalamgappelaksanaan paduserasiRTRW dengan TGH.

0 6 14 0 0 20 0 30 70 0 0

11 Rekomendasi yangdiberikan oleh TimTerpadu terkait paduserasitelah sesuai denganpermohonan daerah.

0 13 7 0 0 20 0 65 35 0 0

12 Penelitian yang dilakukanoleh Tim Terpadu telahmencerminkan kaidah goodgovernance

0 15 5 0 0 20 0 75 25 0 0

13 Kajian yang dilakukanKementerian LingkunganHidup (KLHS) telahmencerminkan kaidah goodgovernance.

1 17 2 0 0 20 5 85 10 0 0

14 Evaluasi tata ruangsebaiknya dilakukan palinglama 5 (lima) tahun sekali.

6 14 0 0 0 20 30 70 0 0 0

110

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 89 - 117

Page 23: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

Lampiran 3 (Isi kebijakan / c

Appendix 3)Policy ontent

Sektor/Aspek/ KegiatanSector/Aspect/Activities

Peraturan Perundang-UndanganRegulation

Obyek hukumObject of law

Kehutanan Undang-Undang Nomor 41tahun 1999, tentangKehutanan

Pasal 51. Hutan berdasarkan Statusnya terdiri dari :

Hutan Negara; danHutan Hak.

2. Hutan Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf (a) dapat berupa hutan adat.

3. Pemerintah menetapkan status hutan sebagaimanadimaksud pada ayat (1) dan ayat (2); dan hutan adatditetapkan sepanjang menurut kenyataannya masyarakathukum adat yang bersangkutan masih ada dan diakuikeberadaanya.

4. Apabila dalam perkembangannya masyarakat hukumadat yang bersangkutan tidak ada lagi, maka hakpengelolaan hutan adat kembali kepada pemerintah

Pasal 6 ayat (1) dan (2)Membagi hutan ke dalam tiga fungsi, yaitu :1. Fungsi Konservasi;2. Fungsi Lindung; dan3. Fungsi Produksi.Sedangkan fungsi pokok hutan adalah:1. Hutan Konservasi;2. Hutan Lindung; dan3. Hutan Produksi.

Pasal 19 ayat(1), (2), dan (3). Pada pasal 19 ini perubahanperuntukan dan fungsi kawasan hutan ditetapkan olehPemerintah dengan didasarkan pada hasil penelitian TimTerpadu. Fungsi kawasan hutan yang berdampak pentingdengan cakupan luas dan bernilai strategis dilakukan denganpersetujuan DPR.

Pasal 381. Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan

pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapatdilakukan di dalam kawasan hutan produksi dankawasan hutan lindung.

2. Penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud padaayat (1) dapat dilakukan tanpa mengubah fungsi pokokkawasan hutan.

3. Pembangunan kawasan hutan untuk kepentinganpertambangan dilakukan melalui pemberian ijin pinjampakai oleh Menteri dengan mempertimbangkan batasanluas dan jangka waktu tertentu serta kelestarianlingkungan.

4. Pada kawasan hutan lindung dilarang melakukanpenambangan dengan pola pertambangan terbuka.

111

Kajian Paduserasi Tata Ruang Daerah . . .Epi Syahadat & Hariyatno Dwiprabowo

Page 24: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

Sektor/Aspek/ KegiatanSector/Aspect/Activities

Peraturan Perundang-UndanganRegulation

Obyek hukumObject of law

5. Pemberian ijin pinjam pakai sebagaimana dimaksudpada ayat (3) yang berdampak penting dan cakupan yangluas serta bernilai strategis dilakukan oleh Menteri ataspersetujuan DPR.

Tata Ruang Undang-Undang Nomor 26tahun 2007 tentang PenataanRuang

Ketentuan Umum Pasal 11. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang

laut, dan ruang udara, termasuk ruang didalam bumisebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia danmakhluk lain hidup, melakukan kegiatan danmemelihara kelangsungan hidupnya.

2. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.3. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat pemukiman

dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsisebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakatyang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional.

4. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalamsatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untukfungsi budi daya.

5. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaantata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalianpemanfaatan ruang.

6. Penyelenggaraan penataan ruang adalah kegiatan yangmeliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan danpengawasan penataan ruang.

Pasal 4Penataan ruang diklasifikasikan berdasarkan sistem, fungsiutama kawasan, wilayah administratif, kegiatankawasan dan nilai strategis kawasan.

Pasal 51. Penataan ruang berdasarkan sistem terdiri atas sistem

wilayah dan sistem internal perkotaan.2. Penataan ruang berdasarkan fungsi utama kawasan

terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budi daya.3. Penataan ruang berdasarkan wilayah administratif

terdiri atas penataan ruang wilayah nasional, penataanruang wilayah provinsi dan penataan ruang wilayahkabupaten/kota.

4. Penataan ruang berdasarkan kegiatan kawasan terdiriatas penataan ruang kawasan perkotaan dan penataanruang kawasan pedesaan.

5. Penataan ruang berdasarkan nilai strategis kawasanterdiri atas penataan ruang kawasan nasional, penataanruang kawasan strategis provinsi dan penataan kawasanstrategis kabupaten/kota.

Lanjutan ( )Continued

112

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 89 - 117

Page 25: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

Lanjutan ( )Continued

Sektor/Aspek/ KegiatanSector/Aspect/Activities

Peraturan Perundang-UndanganRegulation

Obyek hukumObject of law

Pasal 61. Penataan ruang diselenggarakan dengan

memperhatikan :a. Kondisi fisik wilayah NKRI yang rentan terhadap

bencana.b. Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,

dan sumber daya buatan; kondisi ekonomi, sosial,budaya,politik, hukum, pertahanan, keamanan,linkungan hidup, serta IPTEK sebagai satu kesatuan,

c. Geostrategis, geopolitik dan geoekonomi.2. Penataan wilayah nasional, penataan ruang wilayah

provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kotadilakukan secara berjenjang dan komplementer.

3. Penataan ruang wilayah nasional meliputi ruang wilayahYuridis dan wilayah kedaulatan nasional yangmencakup : ruang darat, ruang laut, dan ruang udaratermasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan.

4. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kotameliputi : ruang darat, ruang laut dan ruang udaratermasuk ruang di dalam bumi sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

Pasal 171. Muatan rencana tata ruang mencakup rencana struktur

ruang dan rencana pola ruang.2. Rencana struktur ruang sebagaimana di maksud pada

ayat(1) meliputi rencana sistem pusat.3. Rencana pola ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi peruntukan kawasan lindung dan kawasan budidaya.

4. Peruntukan kawasan lindung dan kawasan budi dayasebagaimana dimaksud pasal (3) meliputi peruntukanruang untuk kegiatan pelestarian lingkungan, sosial,budaya, ekonomi, pertahanan dan keamanan.

5. Dalam rangka pelestarian lingkungan sebagaimanadimaksud pada ayat (4), dalam rencana tata ruangwilayah ditetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 (tigapuluh) persen dari luas DAS.

6. Penyusunan tata ruang harus memperhatikanketerkaitan antar wilayah, antar fungsi, kawasan danantar kegiatan kawasan.

7. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunanrencana tata ruang yang berkaitan dengan fungsipertahanan dan keamanan sebagai sub sistem rencanatata ruang wilayah diatur dengan Peraturan Pemerintah(PP).

113

Kajian Paduserasi Tata Ruang Daerah . . .Epi Syahadat & Hariyatno Dwiprabowo

Page 26: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

Lanjutan ( )Continued

Sektor/Aspek/ KegiatanSector/Aspect/Activities

Peraturan Perundang-UndanganRegulation

Obyek hukumObject of law

Pasal 201. RTRWN memuat :2. RTRWN menjadi pedoman untuk :3. Jangka waktu RTRWN adalah 20 tahun.4. RTRWN sebagaimana di maksud pada ayat (1) ditinjau

kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.5. Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang

berkaitan dengan bencana alam skala besar yangditetapkan dengan peraturan perundang-undangandan/atau perubahan batas teritorial Negara ditetapkandengan undang-undang. RTRWN ditinjau kembali lebihdari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.

6. RTRWN diatur dengan peraturan pemerintah (PP).Kehutanan PP Nomor 10 tahun 2010

tentang Tata Cara PerubahanPeruntukan dan FungsiKawasan Hutan

Pasal 1

13. Perubahan peruntukan kawasan hutan adalah perubahankawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan.

14. Perubahan fungsi kawasan hutan adalah perubahansebagian atau seluruh fungsi hutan dalam satu ataubeberapa kelompok hutan menjadi fungsi kawasan hutanyang lain.

15. Tukar menukar kawasan hutan adalah perubahankawasan hutan produksi tetap dan/atau hutan produksiterbatas menjadi bukan kawasan hutan yang diimbangidengan memasukkan lahan pengganti dari bukankawasan hutan menjadi kawasan hutan.

16. Pelepasan kawasan hutan adalah perubahan peruntukankawasan hutan produksi yang dapat dikonversi menjadibukan kawasan hutan.

17. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yangmerupakan satu kesatuan dengan sungai dan anaksungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, danmengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danauatau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakanpemisah topografis dan batas di laut sampai dengandaerah perairan yang masih terpengaruh aktivitasdaratan.

18. Perubahan yang berdampak penting dan cakupan yangluas serta bernilai strategis adalah perubahan yangberpengaruh terhadap kondisi biofisik seperti perubahaniklim, ekosistem, dan gangguan tata air, serta dampakSosial ekonomi masyarakat bagi kehidupan generasisekarang dan generasi yang akan datang.

114

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 89 - 117

Page 27: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

Lanjutan ( )Continued

Sektor/Aspek/ KegiatanSector/Aspect/Activities

Peraturan Perundang-UndanganRegulation

Obyek hukumObject of law

Pasal 2

Perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan dilakukanuntuk memenuhi tuntutan dinamika pembangunan nasionalserta aspirasi masyarakat dengan tetap berlandaskan padaoptimalisasi distribusi fungsi, manfaat kawasan hutan secaralestari dan berkelanjutan, serta keberadaan kawasan hutandengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional.

Pasal 6

Perubahan peruntukan kawasan hutan dapat dilakukan:

a. secara parsial; atau

b. untuk wilayah provinsi.

Pasal 7

Perubahan peruntukan kawasan hutan secara parsialsebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a dilakukanmelalui:

a. tukar menukar kawasan hutan; atau

b. pelepasan kawasan hutan.

Pasal 8

(1) Perubahan peruntukan kawasan hutan secara parsialsebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dilakukanberdasarkan permohonan.

(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapatdiajukan oleh:

a. menteri atau pejabat setingkat menteri;

b. gubernur atau bupati/walikota;

c. pimpinan badan usaha; atau

d. ketua yayasan.

Pasal 9

(1) Permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 harusmemenuhi persyaratan administrasi dan teknis.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratanadministrasi dan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat(1) diatur dengan peraturan Menteri.

Kehutanan PP Nomor 24 tahun 2010tentang Penggunaan KawasanHutan

Pasal 1

5. Penggunaan kawasan hutan adalah penggunaan atassebagian kawasan hutan untuk kepentingan pembangunandi luar kegiatan kehutanan tanpa mengubah fungsi danperuntukan kawasan hutan tersebut.

6. Penggunaan kawasan hutan yang bersifat non komersialadalah penggunaan kawasan hutan yang bertujuan tidakmencari keuntungan.

115

Kajian Paduserasi Tata Ruang Daerah . . .Epi Syahadat & Hariyatno Dwiprabowo

Page 28: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

Lanjutan ( )Continued

Sektor/Aspek/ KegiatanSector/Aspect/Activities

Peraturan Perundang-UndanganRegulation

Obyek hukumObject of law

7. Penggunaan kawasan hutan yang bersifat komersialadalah penggunaan kawasan hutan yang bertujuanmencari keuntungan.

Tata Ruang PP Nomor 26 tahun 2008tentang Rencana Tata RuangWilayah Nasional

Pasal 11. RTRWN adalah arahan kebijakan dan strategi

pemanfaatan ruang wilayah Negara.2. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang

laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumisebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia danmakhluk lain hidup melakukan kegiatan danmemelihara kelangsungan hidupnya.

3. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.4. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan

tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalianpemanfaatan ruang.

5. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

Pasal 4Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasionalmeliputi kebijakan dan strategi pengembangan strukturruang dan pola ruang

Pasal 51. Kebijakan pembangunan struktur ruang sebagaimana

dimaksud dalam pasal (4) meliputi :a. Peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat

pertumbuhan ekonomi wilayah yang merata danberhierarki.

b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayananjaringan prasarana transportasi, telekomunikasi,energi dan sumber daya air yang terpadu dan meratadi seluruh wilayah nasional.

2. Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaandan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi :a. Menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan, antara

kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan, sertaantara kawasan perkotaan dan wilayah disekitarnya.

b. Mengembangkan pusat pertumbuhan baru dikawasan yang belum terlayani oleh pusatpertumbuhan.

c. Mengendalikan perkembangan kota-kota pantai.d. Mendorong kawasan perkotaan dan pusat

pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektifdalam pengembangan wilayah di sekitarnya.

3. Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauanpelayanan prasarana.

116

Jurnal Analisis Kebijakan KehutananVol. 10 No. 2, Agustus 2013 : 89 - 117

Page 29: KAJIAN PADUSERASI TATA RUANG DAERAH (TRD) DENGAN …

Lanjutan ( )Continued

Sektor/Aspek/ KegiatanSector/Aspect/Activities

Peraturan Perundang-UndanganRegulation

Obyek hukumObject of law

Pasal 6Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruangsebagaimana dimaksud dalam pasal (4) meliputi :

a. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasanlindung;

b. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya; dan

c. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasanstrategis nasional.

117

Kajian Paduserasi Tata Ruang Daerah . . .Epi Syahadat & Hariyatno Dwiprabowo