Kajian Muslimah.del

14
Kajian Muslimah Hari, tanggal : Senin, 7 Januari 2007 Materi : 40 Nasehat Memperbaiki Rumah Tangga Pemateri : Mba Shinta Shinta Agustian, Segala puji bagi Allah, kita memuji, memohon pertolongan, serta ampunanNya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu-nafsu kita dan dari kejahatan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang ditunjuki oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tak seorangpun yang bisa menunjukinya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah yang tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan Allah. Shinta Agustian: Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :”Dan sesungguhnya Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal.” (An-Nahl : 80). Banyak sekali kegunaan rumah bagi seseorang. Ia adalah tempat makan, tidur, istirahat, dan berkumpul dengan keluarga, juga tempat melakukan kegiatan yang paling pribadi dari masing-masing anggota keluarga. Allah berfirman : “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu”. (Al- Ahzab :33) Jika kita renungkan keadaan orang-orang yang tidak memiliki rumah, niscaya kita memahami benar nikmatnya ada di rumah. Ketika Allah menyiksa orang-orang Yahudi Bani Nadhir, Allah mengambil dari mereka nikmat rumah ini, Allah mengusir mereka dari kampung halaman mereka. Allah berfirman : “Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara Ahli Kitab dari kampung-kampung pada saat pengusiran pertama kali.”(Al-Hasyr:2). Yang Mendorong Seorang Muslim Memperhatikan ISHLAH (Perbaikan) Rumahnya. 1.Menjaga diri dan keluarga dari api Neraka jahannam dan selamat dari siksa yang menyala-nyala. Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(At-Tahrim : 6). 2 Besarnya tanggung jawab yang dibebankan terhadap pemimpin rumah di hadapan Allah pada hari perhitungan. Rasulullah saw bersabda :

Transcript of Kajian Muslimah.del

Kajian MuslimahHari, tanggal : Senin, 7 Januari 2007Materi : 40 Nasehat Memperbaiki Rumah TanggaPemateri : Mba Shinta

Shinta Agustian,

Segala puji bagi Allah, kita memuji, memohon pertolongan, serta ampunanNya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu-nafsu kita dan dari kejahatan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang ditunjuki oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tak seorangpun yang bisa menunjukinya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah yang tiada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.

Shinta Agustian: Allah Subhanahu wa Taala berfirman :Dan sesungguhnya Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal. (An-Nahl : 80).

Banyak sekali kegunaan rumah bagi seseorang. Ia adalah tempat makan, tidur, istirahat, dan berkumpul dengan keluarga, juga tempat melakukan kegiatan yang paling pribadi dari masing-masing anggota keluarga. Allah berfirman :

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. (Al-Ahzab :33)

Jika kita renungkan keadaan orang-orang yang tidak memiliki rumah, niscaya kita memahami benar nikmatnya ada di rumah.

Ketika Allah menyiksa orang-orang Yahudi Bani Nadhir, Allah mengambil dari mereka nikmat rumah ini, Allah mengusir mereka dari kampung halaman mereka. Allah berfirman : Dialah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara Ahli Kitab dari kampung-kampung pada saat pengusiran pertama kali.(Al-Hasyr:2).

Yang Mendorong Seorang Muslim Memperhatikan ISHLAH (Perbaikan) Rumahnya.

1.Menjaga diri dan keluarga dari api Neraka jahannam dan selamat dari siksa yang menyala-nyala. Allah berfirman :

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.(At-Tahrim : 6).

2 Besarnya tanggung jawab yang dibebankan terhadap pemimpin rumah di hadapan Allah pada hari perhitungan. Rasulullah saw bersabda :

Sesungguhnya Allah Taala akan meminta pertanggung jawaban kepada setiap pemimpin atas apa yang dipimpinnya, apakah ia menjaga kepemimpinannya atau melalaikannya, sehingga seorang laki-laki ditanya tentang anggota keluarganya.Hadits Hasan, diriwayatkan oleh An-Nasai dalam Isyratun Nisaa, hadits no 292 dan Ibnu Hibban dari Anas dalam Shahihul Jami , no.1775; As-Silsilah Ash- Shahihah no.1636.

3.Rumah adalah tempat menjaga diri dan keselamatan dari berbagai kejahatan, bahaya dan fitnah. Rasulullah saw bersabda :

Beruntunglah orang yang menguasai lisannya dan lapang rumahnya serta menangis atas kesalahannya. Hadits Hasan, diriwayatkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Mujamul Ausath dari Tsauban dan terdapat dalam Shahihul Jami, no.3824.

Keselamatan seseorang dalam fitnah yaitu ia senantiasa mendiami rumahnya. Hadits Hasan, diriwayatkan oleh Ad-Dailami dalam Musnadul Firdaus dari Abu Musa; terdapat dalam Shahihul jami no.3543, dan lafazh dalam Sunan oleh Ibnu Abi Ashim, no.1021. Dalam takhrij ia mengatakan : Hadits ini shahih .

4 Sesungguhnya sebagian besar manusia menggunakan waktunya di dalam rumah.

5.Ini yang terpenting, rumah merupakan sarana yang paling besar untuk membangun masyarakat muslim.

APA SARANA-SARANA UNTUK MEMPERBAIKI RUMAH? Nasehat (1): Memilih Istri yang Tepat

Allah berfirman:

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (kawin) dan hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karuniaNya. Dan Allah Maha Luas (karuniaNya) lagi Maha Mengetahui. (An-Nur: 32).

Hendaknya seseorang memilih isteri shalihah dengan syarat-syarat sebagai berikut:

Wanita itu dinikahi karena empat hal: hartanya, keturunannya, kecantikannya dan agamanya. Maka hendaknya engkau utamakan wanita yang memiliki agama, (jika tidak) niscaya kedua tanganmu akan berdebu (miskin, merana). Hadits riwayat Al-Bukhari, lihat Fathul Bari, 9/132.

Dunia semuanya adalah kesenangan, dan sebaik-baik kesenangan dunia adalah wanita shalihah. Hadits riwayat Muslim (1468), cet. Abdul Baqi; dan riwayat An-Nasai dari Ibnu Amr, Shahihul Jami, hadits no.3407

Hendaklah salah seorang dari kamu memiliki hati yang bersyukur, lisan yang selalu dzikir dan isteri beriman yang menolongnya dalam persoalan akhirat. Hadits riwayat Ahmad (5/282), At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Tsauban, Shahihul Jami, hadits no. 5231

Dalam riwayat lain disebutkan :

Dan isteri shalihah yang menolongmu atas persoalan dunia dan agamamu adalah sebaik-baik (harta) yang disimpan manusia. Hadits riwayat Al-Baihaqi dalam Asy-Syuab dari Abu Umamah. Lihat Shahihul Jami, hadits no. 4285

Kawinilah perempuan yang penuh cinta dan yang subur peranakannya. Sesungguhnya aku membanggakan dengan banyaknya jumlah kalian di antara para nabi pada hari Kiamat. Hadits riwayat Imam Ahmad (3/245), dari Anas. Dikatakan dalam Irwa ul Ghalil, Hadits ini shahih, 6/195

(Nikahilah) gadis-gadis, sesungguhnya mereka lebih banyak keturunannya, lebih manis tutur katanya dan lebih menerima dengan sedikit (qanaah). Hadits riwayat lbnu Majah, No. 1861 dan alam As-Silsilah Ash-Shahihah, hadits No. 623

Dalam riwayat lain disebutkan : Lebih sedikit tipu dayanya.

Sebagaimana wanita shalihah adalah salah satu dari empat sebab kebahagiaan maka sebaliknya wanita yang tidak shalihah adalah salah satu dari empat penyebab sengsara. Seperti tersebut dalam hadits shahih:

Dan di antara kebahagiaan adalah wanita shalihah, engkau memandangnya lalu engkau kagum dengannya, dan engkau pergi daripadanya tetapi engkau merasa aman dengan dirinya dan hartamu. Dan di antara kesengsaraan adalah wanita yang apabila engkau memandangnya engkau merasa enggan, lalu dia mengungkapkan kata-kata kotor kepadamu, dan jika engkau pergi daripadanya engkau tidak merasa aman atas dirinya dan hartamu Hadits riwayat Ibnu Hibban dan lainnya, dalam As-Silsilah Ash- Shahihah, hadits no. 282

Laki-laki shalih dengan wanita shalihah akan mampu membangun rumah tangga yang baik, sebab negeri yang baik akan keluar tanamannya dengan izin Tuhannya, sedang negeri yang buruk tidak akan keluar tanaman daripadanya kecuali dengan susah payah.

Nasehat (2): Upaya Membentuk (Memperbaiki) Isteri. Apabila isteri adalah wanita shalihah maka inilah kenikmatan serta anugerah besar dari Allah Taala. Jika tidak demikian, maka kewajiban kepala rumah tangga adalah mengupayakan perbaikan.

Hal itu bisa terjadi karena beberapa keadaan. Misalnya, sejak semula ia memang menikah dengan wanita yang sama sekali tidak memiliki agama, karena laki-laki tersebut dulunya, memang tidak memperdulikan persoalan agama. Atau ia menikahi wanita tersebut dengan harapan kelak ia bisa memperbaikinya, atau karena tekanan keluarganya. Dalam keadaan seperti ini ia harus benar-benar berusaha sepenuhnya sehingga bisa melakukan perbaikan.

Beberapa Metode Memperbaiki Isteri:

1. Memperhatikan dan meluruskan berbagai macam ibadahnya kepada Allah Taala.

2. Upaya meningkatkan keimanannya, misalnya:

a. Menganjurkannya bangun malam untuk shalat tahajjud

b. Membaca Al Quranul Karim.

c. Menghafalkan dzikir dan doa pada waktu dan kesempatan tertentu.

d Menganjurkannya melakukan banyak sedekah.

e. Membaca buku-buku Islami yang bermanfaat.

f. Mendengar rekaman kaset yang bermanfaat,

g. Memilihkan teman-teman wanita shalihah baginya sehingga bisa menjalin ukhuwah yang kuat, saling bertukar pikiran dalam masalah-masalah agama serta saling mengunjungi untuk tujuan yang baik.

h. Menjauhkannya dari segala keburukan dan pintu-pintunya.

Nasehat (3): Jadikanlah Rumah sebagai Tempat Dzikrullah (Mengingat Allah). Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bersabda:

Perumpamaan rumah yang di dalamnya ada dzikrullah, dan rumah yang tidak ada dzikrullah di dalamnya adalah (laksana) perumpamaan antara yang hidup dengan yang mati. Hadits riwayat Muslim dan Abu Musa 1/539, cet. Abdul Baqi

Nasehat (4): Jadikan Rumahmu sebagai Kiblat. Maksudnya, menjadikan rumah sebagai tempat beribadah. Allah berfirman:

Dan Kami wahyukan kepada Musa dan saudaranya: Ambillah olehmu berdua beberapa buah rumah di Mesir untuk tempat tinggal bagi kaummu dan jadikanlah olehmu rumah-rumahmu itu sebagai kiblat dan dirikanlah shalat serta gembirakanlah orang-orang yang beriman. (Yunus: 87).

Nasehat (5): Pendidikan Keimanan untuk Anggota Keluarga. Dari Aisyah radhiallahu anha ia berkata:

Suatu ketika Rasullah Shallallahu alaihi wasalam, mengerjakan shalat malam, ketika akan witir beliau mengatakan: Bangunlah, dan dirikanlah shalat witir wahai Aisyah!. Allah mengasihi laki-laki yang bangun malam kemudian shalat lalu membangunkan isterinya sehingga shalat, jika tidak mau ia memerciki wajahnya dengan air. Hadits riwayat Muslim, Shahih Muslim bi Syarh An-Nawawi, 6/23.

Membiasakan dan menganjurkan para isteri dengan sedekah adalah sesuatu yang bisa menambah iman, ia adalah perkara agung yang dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam dengan sabdanya:

Wahai segenap wanita, bersedekahlah kalian. Sesungguhnya aku melihat bahwa kalian adalah sebanyak-banyak penduduk Neraka. Hadits riwayat Ahmad dan Abu Daud; Shahihul jami , hadits no.3488

*****

Diskusi

ica: Memilihkan teman-teman wanita shalihah baginya sehingga bisa menjalin ukhuwah yang kuat, saling bertukar pikiran dalam masalah-masalah agama serta saling mengunjungi untuk tujuan yang baik.

ica: itu tadi tugas suami ya ?

Shinta: iya

ica: kalo tugas istri sebaliknya ada ga ? memilihkan teman untuk suami kita

mia: teh kayaknya materi ini harus juga dibaca sama para suami juga ya

Shinta: kayaknay itu lebih ke pengontrolan dari seorang suami utk menjadikan istrinya shalihah, tdk terpengaruh dan tergodaoleh pengaruh2 buruk

Shinta: iya ka, ada juga di materi selanjutnya

Shinta: tugas istri juga untuk mengontrol dan mengingatkan suami apabila kliatannya ada teman suami yg berpengaruh buruk

Shinta: iya ya mbak mia, minimal kita bisa menyampaikan ke suami, dan kalau teteh buat evaluasi sendiri

Shinta: gmn mbak ika? (hihi afwan kadanag pake mabk kadanag ngga niih..punten yaa.., udah nerasa deket soalnya )

ica: nuhun pisan teh shinta

ica: jazakillah , berarti setidaknya kita ada kewajiban untuk bertanya (secara ihsan ) pd suami td pergi ama siapa dan ngapain aja ya

Shinta: oiya ada yg ingin saya tanyakan atau diskusikan

Treesy: mudah2an kita semua di room ini menjadi wanita shalihah ya amin

ica: amin

mia: amiin

Shinta: aamiinhehe, yang saya tangkap mah ka, insAllah kalau udah teman dekat mungkin sesekali akan datang ke rumah

Shinta: nah disitulah kita bisa melihat teman suami itu

Shinta: jgn setiap pergi ditanyakan yaa.

Shinta: khawatirnya nanti jadi jatuh ke ngga percaya ke suami, nah lho

ica: iya heheh

ica: insya Allah kita sendiri yg bisa nilai ya teh kapan kita harus bertanya

nora: syukur2 kita diajak main kerumah temen suami

Shinta: iya bettulllll

Shinta: bettul juga nor

Shinta: jadi inget,

Shinta: salah satu ajang taaruf dulu, kahn kita dianjurkan untuk mengethaui/mengenal teman dekat suami ya, utk mencari data (calon) suami kita

Shinta: dan sy pernah dpt dr buku juga, itu salah satu parameter kebaikan (calon) suami kita

Shinta: hehe, iak ingat masa lalu yaaalhamdulillaah Allah menunjukkan yg baik yaa

ica: insya Allah klo kita tahu temannya siapa , ya itulah suami kita mungkin gitu ya

Shinta: oiya sebelum pamit (sementara) ada yg ingin saya jadikan bahan dsikusi

Shinta: iya lbh kurang begitu

ica: gimana teh diskusinya

Shinta: selama ini diantara perkumpulan ikhwan (organisasi atau apa saja), kita khan selalu berharap

Shinta: kalau ikhwan itu mencari istri yang baik, yang udah keliatan shalihah minimal sepengathuan kita

Shinta: nah pada kenyataannya, tidak semua ikhwan ternyata memilih/memutuskan istri yang sdh keliatan shalihah

Shinta: ada beberapa yang memutuskan menikah dengan akhwat yang biasa saja (bahkan kadanag yang belum memakai hijab/kerudung)

Shinta: (saya memohon dari kesalahan atas prediksi akhwat shalihah ya, akrena pd dasarnay kita tdk berhak memutuskan seseorang itu sudah shalih/ah atau belumini mah sekedar pengingat/parameter di antaa kita aja ya..silahkan kalau ada yg mau protes )

Shinta: bagaimana pendapat akhwat sekalian dengan kondisi di atas, ikhwan yang memutuskan memilih/menikah dengan akhwat yang bukan dari golongannya, sementara banayk sebetulnya akhwat yg sudah mapan dan berumur

Shinta: afwan kalau kurang berkenan pertanyaannya.

Mba Juariah : loh kok jadi mb shinta yg tanya ?

Mba Juariah : hihihihi

Shinta: iya nih mabk Ju, abis ga ada yg nanya

Shinta: sok atuh ada yg bsia diambil ngga hikmah dr kejadian di atas?

Mba Juariah : afwan sy lg baca2 diatas subhanallah mb materinya buagus sekali

Mba Juariah : tmakasih yah

Shinta: utk pembelajaran kedewasaan kita juga yaakrn biasanya (saya juga dulu) lgsg protes dan marah2. hihi.

Shinta: alhamdulillaah.

Shinta: Mbak Ju, titip aja sekalian ya roomnya, hehe

Shinta: saya mau jemput anak2, afwanudah kesorean

muza : afwan , menurut pendapat muza mungkin saja ikhwan tersebut mencari akhwat yang biasa-biasa saja untuk membentuk akhwat tersebut supaya bisa sholehah.

Shinta: silahkan akhwat fillah, Mbak Ju isnyaAllah sdh berkecimpung lama jg di dunia organisasi, hehe..

Shinta: iya Mbak Yuza, biasanya alasannya itu ya krn dakwah, bisa diterima?

ica: klo saya sih dulu sempet marah,mingkel n jengkel tp setelah tanya pendapat seorang ikhwan akhirnya ngerti jg

Shinta: pendapatnya apa ka? pengen tahu juga nmih

ica: ktnya sih namanya ikhwan itu beda2 , ada yg mau terima enaknya (udah sholeh jd tinggal nerusin kesolehannnya )

ica: ada jg yang dia itu jiwanya penuh gairah

Shinta: ada2 aja bahasanay ikhwan

ica: gairah dalam arti

ica: bahwa dengan menikahi akhwat yg biasa2 aja menjadi pemacu gelora jiwa dan kesolehan nya

Mba Juariah : ghiroh maksute

ica: untuk terus memacu diri dan mendokrak istri

ica: gairah yang menanjak untuk terus berdakwah

ica: krn klo dengan yg sudah sholehbisa2 ikut datar ga ada naik nya datte

Mba Juariah : ahh mengada2 itu

Mba Juariah : ada2 ajah alasannya

*******

Artikel Khutbah Jum'at :

NASIHAT MEMPERBAIKI RUMAH TANGGA MUSLIMSenin, 07 Desember 09

Oleh: Kholid Syamhudi, Lc.

KHUTBAH PERTAMA :

. .

: .

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah Sudah menjadi kewajiban seorang hamba untuk senantiasa bersyukur kepada Allah yang telah melimpahkan banyak sekali kenikmatan. Syukur yang diwujudkan dalam bentuk pujian dan ketaatan terhadap perintahNya. Oleh karena itu, ketakwaan men-jadi salah satu wujud syukur kepada Allah yang harus dilakukan seorang hamba dalam kehidupannya. Di antara ketakwaan terse-but adalah membina keluarga menjadi keluarga yang dinaungi, sakinah, mawaddah wa rahmah.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah Keluarga Islami menjadi bibit masyarakat yang baik, karena keshalihan individunya dipengaruhi oleh keshalihan keluarga dan keshalihan satu masyarakat juga dipengaruhi oleh keshalihan ke-luarga. Oleh karena itu, Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap permasalahan rumah tangga dengan menjelaskan asas pembentukannya dan sebab-sebab yang dapat melanggeng-kan ikatan rumah tangga tersebut, agar rumah tangga itu kokoh dan diliputi rasa cinta, ketenangan, kasih sayang dan rahmat. Allah Subhanahu wataala berfirman :

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya, ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir." (Ar-Rum: 21). Dari sinilah harus ada dalam pasangan suami istri rasa saling membutuhkan dan saling melengkapi, serta saling mengerti keada-an pasangannya dengan terus mengingat Firman Allah Subhanahu wataala :

"Dialah yang menciptakanmu dari diri yang satu, dan dari padanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dia mencampurinya, istrinya mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami istri) memohon kepada Allah, Rabbnya seraya berkata, 'Sesungguhnya jika Engkau memberi anak yang sempurna tentulah kami termasuk orang-orang yang ber-syukur'." (Al-A'raf: 189).

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah Kita semua mendambakan rumah tangga yang dipenuhi cinta, ketenangan, dan kasih sayang. Satu nuansa rumah tangga yang menjadi impian dan harapan kita semua. Namun hal itu tidak mudah diwujudkan apalagi di zaman ini. Perlu diketahui, rumah tangga yang sakinah dan mawaddah ini harus ditegakkan dengan dasar saling pengertian, dan semua aktivi-tasnya dilakukan dengan musyawarah dan saling ridha. Inilah yang diajarkan al-Qur`an kepada kita berkenaan dengan satu kasus yaitu menyusui anak dan menyapihnya. Allah Subhanahu wataala berfirman :

"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan susuan. Dan kewa-jiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma'ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsa-raan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan ahli waris pun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menya-pih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusya-waratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (Al-Baqarah: 233). Dalam ayat yang mulia ini, Allah mengajari kita semua bagai-mana pentingnya sikap saling pengertian, bermusyawarah dan keridhaan dalam satu rumah tangga, sehingga terwujud keluarga bahagia yang dibangun di atas sikap menghormati dan mewujud-kan hak-hak suami istri, pergaulan yang baik dan membuka cakra-wala yang luas dalam rumah tangga. Dengan demikian diharap-kan rumah tangga tersebut dapat merasakan kecintaan dan ikatan yang kokoh kuat, serta pasangan suami istri tersebut dapat merasa-kan ketenangan dan kebahagiaan yang telah dijelaskan Allah di dalam al-Qur`an. Namun perlu diingat, jiwa kita terkadang egois dan emosional. Terkadang timbul dalam perasaan kita kebencian dan ketidaksu-kaan terhadap istri kita dan setan pun mendapatkan kesempatan yang ditunggu-tunggunya untuk menghancurkan tatanan rumah tangga Muslim dan meluluhlantakkannya. Oleh karena itu, Allah membimbing kita semua untuk melakukan tindakan preventif de-ngan berfirman :

"Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian jika kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaik-an yang banyak." (An-Nisa`: 19). Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan menyatakan, "Mungkin dalam kesabaran kamu mempertahankan keutuhan ru-mah tanggamu, dan dalam keadaan benci tersebut ada kebaikan yang besar bagimu di dunia dan akhirat". Akan tetapi masih banyak kaum Muslimin yang mempertu-rutkan emosinya sehingga menghancurkan rumah tangganya dan menjadikan permasalahan kecil menjadi besar, perselisihan kecil menjadi besar, sehingga menghilangkan ikatan cinta dan kasih sa-yang tersebut dan menggantikannya dengan kebencian dan keke-rasan yang berakhir pada perceraian dan kehancuran rumah tang-ganya.

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah Perlu diingat dan diperhatikan, bahwa rumah tangga Muslim memiliki peran dan tugas dalam masyarakatnya, di antaranya: Menegakkan hukum Allah dan merealisasikan syariatNya da-lam menegakkan rumah tangganya dan memperbanyak keturunan, karena hal itu akan menjadi kekuatan dan kemulian bagi umat ini. Rasulullah Sallallhu alahiwasallam telah bersabda :

. "Nikahilah wanita yang penuh kasih sayang dan subur, karena aku akan berbangga dengan banyaknya kalian terhadap umat-umat lain-nya." (HR. an-Nasa`i). Demikian juga membina dan mendidik anak-anak, itu men-jadi tugas penting rumah tangga Muslim, karena rumah merupakan sekolah pertama bagi sang anak dalam menerima akidah, dasar-dasar agama dan ketentuan syariatnya. Ini semua tidak dapat di-realisasikan dengan menyerahkannya kepada pembantu rumah tangga atau lainnya. Semua ini menjadi tanggung jawab setiap keluarga Muslim. Sudahkah keluarga kita menjalankan tanggung jawab pendidikan ini sekarang? Sudahkah kita tanamkan kepada anak-anak kita cinta Islam dan pendidikan agama yang cukup, sehingga mereka mampu meng-hadapi tantangan globalisasi dan westernisasi serta gelombang penghancuran akhlak lainnya? Apakah kita rela membiarkan anak-anak kita hidup dengan penghancur akhlak yang sadar atau tidak sadar kita bawa ke dalam rumah kita? Ataukah kita tanamkan adab sopan santun Islam pada mereka? Ingatlah, pendidikan mereka adalah amanah yang harus di-pertanggung-jawabkan di hadapan Allah di Hari Kiamat nanti. Rasulullah Sallallhu alahiwasallam memberikan tuntunan dalam hal ini, beliau bersabda :

. . "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Seorang imam (pengu-asa) adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya atas apa yang dipimpinnya, seorang laki-laki adalah pemimpin pada keluarganya, dan ia dimintai pertanggung-jawaban atas yang dipim-pinnya. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawabannya atas apa yang dipimpin-nya." (Muttafaq 'Alaihi).

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah Di antara amanah yang dipikul setiap kepala keluarga adalah membersihkan rumahnya dari semua kemungkaran dan mengha-ruskan anggota keluarga mengamalkan kewajiban dan perkara-perkara Sunnah dalam agama. Demikian juga membentuk ikatan yang kuat antar anggota keluarga dan menanamkan pada mereka cinta Islam dan syariatnya. Semua ini dalam rangka mewujudkan perintah Allah dalam FirmanNya :

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; pen-jaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak men-durhakai Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." (At-Tahrim: 6).

. .

KHUTBAH KEDUA :

: . :

Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah Amanah yang diemban dalam rumah tangga Muslim demikian beratnya, apalagi di zaman ini, di mana gelombang penghancur keimanan dan akhlak demikian banyak dan beragam. Gelombang budaya jahiliyah yang disebarkan lewat aneka bentuk media massa, baik yang dibaca maupun yang didengar dan dilihat, mulai dari surat kabar, tabloid, majalah, radio, VCD/CD sampai televisi dan internet. Semua ini membuat hati seorang Muslim yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir merasa takut dan was-was, apakah ia dapat selamat dari implikasi buruk media massa tersebut. Dan juga sangat mengkhawatirkan keselamatan anak-anak dan gene-rasi penerusnya. Apalagi bila melihat keadaan generasi muda di negara kita ini yang telah merosot akhlaknya dan telah jauh dari agamanya. Tidakkah kita sadari dan lihat sendiri bagaimana media-media tersebut menghancurkan tiang-tiang rumah tangga Muslim, merusak akhlak anggotanya dan menghilangkan rasa malu dari kaum wa-nita? Media-media tersebut mengajak kaum wanita, baik yang de-wasa maupun anak-anak untuk telanjang, menampakkan auratnya dan bercampur baur serta seks bebas dengan dalih kebebasan dan hak asasi manusia. Pornografi dan pornoaksi dibela mati-matian dan dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan bagian dari seni. Ditambah penayangan gaya hidup selebritis yang dipenuhi syah-wat dan nafsu birahi di televisi, surat kabar dan media massa lain-nya. Sungguh, ini semua wahai kaum Muslimin! Adalah gelom-bang perusak rumah tangga Muslim, perusak akhlak dan moral anggota keluarga kita bahkan masyarakat dan bangsa kita. Cukup-lah bagi kita, realitas yang ada di sekeliling kita sebagai bukti bahaya dan implikasi buruk media-media tersebut untuk menjadi pelajaran berharga bagi setiap Muslim dalam menjaga keutuhan rumah tangga dan keluarganya. Berhati-hatilah wahai kaum Muslimin! Dari media-media ter-sebut, jangan sampai fitnah yang ada padanya kita masukkan ke dalam rumah kita, sehingga merusak tatanan rumah tangga dan keluarga kita. Setelah itu penyesalan tiadalah berguna. Berapa banyak keluarga yang hancur akibat itu semua! Berapa banyak anak-anak rusak dan melakukan pelanggaran norma-norma agama dan masyarakat dengan sebab media-media tersebut! Untuk itu, marilah kita semua bertakwa kepada Allah dengan menjaga diri kita dan keluarga kita dari api neraka. Hal ini tentunya dengan berusaha memperbaiki rumah tangga kita dengan mengem-balikan seluruh aspeknya kepada aturan dan norma agama Islam. Aturan yang telah membentuk generasi terbaik umat ini dan me-rubah mereka menjadi pahlawan dan panutan yang agung setelah mereka berkubang dalam kejahiliyahan. Itulah mereka para sahabat Rasulullah yang terbina dalam rumah tangga yang didasari iman dan takwa. Mudah-mudahan Allah memberikan taufik kepada kita semua untuk membentuk dan memperbaiki rumah tangga kita menjadi rumah tangga yang penuh ketenangan, kecintaan, dan kasih sayang dengan mengamalkan syariat Islam.

. . . . . . .

( Dikutip dari buku : Kumpulan Khutbah Jumat Pilihan Setahun Edisi Kedua, Darul Haq, Jakarta. Diposting oleh Abu Salim Wandy Hazar )