KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

23
DARUL ULUM Jurnal Ilmiah Keagamaan, Pendidikan dan Kemasyarakatan Volume 9, Nomor 2, 2018 E-ISSN: 2621-2404, P-ISSN: 1907-3003 DARUL ULUM, Volume 9, Nomor. 2, 2018 264 KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM TINJAUAN HISTORIS, SOSIOLOGI, POLITIS, EKONOMIS DAN MANAJEMEN NEGARA Agus Setiawan Institut Agama Islam Negeri Samarinda [email protected] Abstrak Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis kurikulum pendidikan agama Islam dalam tinjauan historis, sosiologis, politis, ekonomis dan manajemen negara. Metode yang digunakan adalah analisis konten, yaitu menganalisis kurikulum PAI dari beberapa aspek. Hasil analisis memberikan gambaran bahwa kurikulum Pendidikan agama Islam senantiasa mengalami perkembangan sebagaimana sifatnya yang sentiasa berubah dipengaruhi oleh faktor-faktor persekitaran manusia yang terlibat dalam kepentingannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kurikulum itu sendiri mencerminkan idealisme dan perubahan keperluan masyarakat dan negara, melalui institusi persekolahan yang akan meneruskan kebudayaan. Faktor historis menggambarkan bahwa kurikulum pendidikan mengalami 11 kali perubahan dengan berbagai inovasi yang ditawarkan untuk peningkatan mutu pendidikan, terlebih pendidikan Islam di dalamnya dengan adanya peraturan Menteri agama. Juga faktor sosiologis yang berusaha untuk mensinergikan kurikulum PAI dengan nilai-nilai sosial masyarakat Indonesia sesuai kearifan lokalnya. Faktor politis juga ikut mempengaruhi arah kebijakan kurikulum PAI. Indonesia yang merupakan mayoritas penduduknya muslim, ikut memberikan pengaruh positif bagi pendidikan Islam di Indonesia. Pada faktor ekonomis, kurikulum PAI saat ini konsen pada pembangunan SDM yang menunjang ekonominya. Dan terakhir pada faktor manajemen negara, bahwa saat ini masing-masing Lembaga sudah otonomi dalam membagi manajemennya, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kementerian Pendidikan Islam secara khusus dibawah Kementerian Agama. Dengan manajemen ni sangat memudahkan untuk mengembangkan arah kurikulum PAI sesuai konteks digitalisasi Islam. Kata kunci: kurikulum PAI, pendidikan Islam, historis, sosiologis politis, ekonomis dan manajemen negara.

Transcript of KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Page 1: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

DARUL ULUM Jurnal Ilmiah Keagamaan, Pendidikan dan Kemasyarakatan

Volume 9, Nomor 2, 2018 E-ISSN: 2621-2404, P-ISSN: 1907-3003

DARUL ULUM, Volume 9, Nomor. 2, 2018 264

KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM TINJAUAN HISTORIS, SOSIOLOGI, POLITIS,

EKONOMIS DAN MANAJEMEN NEGARA

Agus Setiawan Institut Agama Islam Negeri Samarinda

[email protected]

Abstrak

Tujuan dari penelitan ini adalah untuk mengetahui bagaimana analisis kurikulum pendidikan agama Islam dalam tinjauan historis, sosiologis, politis, ekonomis dan manajemen negara. Metode yang digunakan adalah analisis konten, yaitu menganalisis kurikulum PAI dari beberapa aspek. Hasil analisis memberikan gambaran bahwa kurikulum Pendidikan agama Islam senantiasa mengalami perkembangan sebagaimana sifatnya yang sentiasa berubah dipengaruhi oleh faktor-faktor persekitaran manusia yang terlibat dalam kepentingannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kurikulum itu sendiri mencerminkan idealisme dan perubahan keperluan masyarakat dan negara, melalui institusi persekolahan yang akan meneruskan kebudayaan. Faktor historis menggambarkan bahwa kurikulum pendidikan mengalami 11 kali perubahan dengan berbagai inovasi yang ditawarkan untuk peningkatan mutu pendidikan, terlebih pendidikan Islam di dalamnya dengan adanya peraturan Menteri agama. Juga faktor sosiologis yang berusaha untuk mensinergikan kurikulum PAI dengan nilai-nilai sosial masyarakat Indonesia sesuai kearifan lokalnya. Faktor politis juga ikut mempengaruhi arah kebijakan kurikulum PAI. Indonesia yang merupakan mayoritas penduduknya muslim, ikut memberikan pengaruh positif bagi pendidikan Islam di Indonesia. Pada faktor ekonomis, kurikulum PAI saat ini konsen pada pembangunan SDM yang menunjang ekonominya. Dan terakhir pada faktor manajemen negara, bahwa saat ini masing-masing Lembaga sudah otonomi dalam membagi manajemennya, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kementerian Pendidikan Islam secara khusus dibawah Kementerian Agama. Dengan manajemen ni sangat memudahkan untuk mengembangkan arah kurikulum PAI sesuai konteks digitalisasi Islam. Kata kunci: kurikulum PAI, pendidikan Islam, historis, sosiologis politis, ekonomis dan manajemen negara.

Page 2: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Agus Setiawan

265 DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018

A. Pendahuluan

Perkembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam di Indonesia tidak terlepas

dari masa klasik dimana pertama kali Islam masuk ke Indonesia. Kurikulum

Pendidikan Agama Islam di Indonesia Perkembangan kurikulum merupakan hal yang

tidak bisa dihindarkan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Adanya perkembangan

akibat dari pengembangan kurikulum tersebut sehingga kurikulum bisa berubah

menurut kondisi dan tantangan zaman saat ini. Sehingga benar apa yang dikatakan

Syaifuddin Sabda dalam kata pengantar bahwa “kurikulum senantiasa berubah dan

berganti, telah menjadi sebuah keniscayaan, karena kurikulum sebagai isi dan proses

pendidikan harus senantiasa menyesuaikan dengan situasi dan kondisi dimana dan

kapan kurikulum tersebut digunakan”.1 Hal ini pun biasa terjadi dan merupakan

dinamika sejarah pendidikan yang terjadi di Indonesia.

Dinamika sejarah pendidikan Indonesia mencatat bahwa pelaksanaan

kurikulum dan proses pergantian terbilang relatif cepat. Ada istilah menarik di

khalayak ramai bila mengamati perkembangan dan perubahan kurikulum di Indonesia

yaitu “kalau ganti menteri pendidikan maka akan ganti pula kurikulumnya”.

Padahal pergantian kurikulum merupakan hal biasa-biasa saja bagi negara yang

mempunyai pendidikan yang maju di dunia. Hal itu dilakukan untuk menyokong

relevansi pendidikan terhadap tantangan zaman yang kian maju, sehingga kurikulum

yang diterapkan di lembaga pendidikan Indonesia tidak mungkin stagnan. Maka,

menurut Imam Machali dan Ara Hidayat bahwa terjadinya pengembangan

kurikulum didasarkan pada hasil analisis, prediksi, dan berbagai tantangan yang

dihadapi baik internal maupun eksternal yang terus berubah.2

Berbeda dengan Rustam Abong yang mengatakan adanya gonta-ganti

kurikulum mengakibatkan belum dibuatnya dan dirumuskannya kurikulum sebagai isu

bersama untuk pengembangan pendidikan di Indonesia, padahal kurikulum juga

1Syaifuddin Sabda, Pengembangan Kurikulum Tinjauan Teoritis (Yogyakarta: Aswaja Pressindo,

2016), h. iv. 2Imam Machali dan Ara Hidayat, The Handbook of Education Management: Teori dan Praktik

Pengelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), h. 421.

Page 3: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Kajian dan Analisi Kurikulum Pendidikan Agama Islam…

DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018 266

sebagai bagian dari penentu keberhasilan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.3

Perkembangan dan perubahan kurikulum nasional ini juga mengakibatkan berubahnya

kurikulum pendidikan Islam di Indonesia.

Realitasnya, bahwa sejarah pengembangan kurikulum tersebut ternyata

mengalami perubahan-perubahan paradigma, walaupun paradigma itu masih

dipertahankan hingga sekarang. Hal ini dapat dicermati dari fenomena berikut: (1)

perubahan dari tekanan pada halafan dan daya ingatan tentang teks-teks dari ajaran-

ajaran agama Islam kepada pemahaman dengan tujuan untuk mencapai tujuan

pembelajaran PAI dengan berprinsip pada pendidikan akhlak4; (2) perubahan dari cara

berfikir tekstual, normative dan absolutis kepada cara berfikir historis, empiris dan

kontekstual dalam memahami dan menjelaskan ajaran-ajaran dan nilai agama

Islam; (3) perubahan dari tekanan pada produk atau hasil pemikiran keagamaan Islam

dari para pendahulunya kepada metologinya sehingga menghasilkan produk tersebut;

dan (4) perubahan dari pola pengembangan kurikulum PAI yang hanya mengandalkan

pada para pakar dalam memilih dan menyusun isi kurikulum PAI kearah keterlibatan

yang luas dari pakar, guru, peserta didik, masyarakat untuk mengindentifikasi tujuan

PAI dan cara-cara mencapainya.

Hakikat dari tujuan kurikulum PAI sendiri di sekolah yaitu untuk

mengantarkan peserta didik menjadi manusia yang unggul dalam beriman dan

bertakwa, berakhlak mulia, berkepribadian, menganalisa ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta mampu mengaktualisasikan diri dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara (visi dan misi sekolah).

Landasan sebagai kerangka konseptual turut memberikan dorongan terhadap

pola pengembangan kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI), dalam landasan

pengembangan kurikulum memiliki muatan-muatan yang saling terintegrasi sehingga

saling melengkapi satu sama lain. Dengan demikian Pendidikan Agama Islam (PAI)

tidak hanya penting menjadikan landasan utama yaitu pada akar fundamentalnya

3Rustam Abong, Konstelasi Kurikulum Pendidikan Di Indonesia, At-Turats, Vol. 9 Nomor 2

Desember Tahun 2015. 4 Lihat Agus Setiawan, Prinsip Pendidikan Karakter dalam Islam (Studi Komparasi

Pemikiran al-Ghazali dan Burhanuddin al-Zarnuji), Dinamika Ilmu, 14 (1), 2014, h. 7.

Page 4: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Agus Setiawan

267 DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018

sebagai konseptual semata tetapi Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam kurikulumnya

penting turut mengikuti ritme global dan dinamika masyarakat yang kian berkembang

dan penuh tantangan saat ini. Sehingga dengan keterpaduan landasan pengembangan

kurikulum menjadikan Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki kekuatan kurikulum

dan berbeda dengan pelajaran lainnya.

Pengembangan dan perubahan kurikulum PAI diharapkan menjangkau realitas

sosial kehidupan masyarakat baik dalam lokal maupun secara global dengan realitasnya

yang lahir dan terus, sehingga konseptual kurikulum PAI urgen ditempatkan pada

posisi tersebut. Landasan yang terpadu dan holistik dalam pengembangan kurikulum

PAI akan menjadi sebuah kekuatan kurikulum dan dinilai akan memberikan pengaruh

besar terhadap mutu pendidikan baik pada lembaga-lembaga pendidikan Islam

khususnya lembaga pendidikan pada umumnya sesuai pada tujuan pendidikan

nasional.

B. Pembahasan

Analisis Kurikulum Pendidikan Islam dari Beberapa Aspek

1. Tinjauan Historis

Di Indonesia sejarah mencatat bahwa sampai saat ini telah terjadi beberapa kali

perubahan kurikulum, yaitu dimulai masa kemerdekaan, masa orde lama, orde baru

hingga reformasi, yang terus menerus disempurnakan. 5

Rinciannya adalah pada zaman Orde Lama (Orla) atau zaman Presiden

Soekarno berkuasa, pernah terjadi 3 kali perubahan kurikulum, yaitu (Kurikulum)

Rencana Pelajaran tahun 1947, (Kurikulum) Rencana Pendidikan Sekolah dasar tahun

1964 dan Kurikulum SD tahun 1968.

Pada zaman Orde Baru (Orba) atau zaman kekuasaan Presiden Soeharto, terjadi

5 kali pergantian kurikulum, yaitu Kurikulum Proyek Perintis Sekolah

Pembangunan (PPSP) tahun 1973, Kurikulum SD tahun 1975, Kurikulum 1984,

Kurikulum 1994, dan Revisi Kurikulum 1997.

5Muhammedi, Perubahan Kurikulum Di Indonesia: Studi Kritis Tentang Upaya Menemukan

Kurikulum Pendidikan Islam Yang Ideal, RAUDHAH: Vol. IV, No. 1: Januari-Juni 2016.

Page 5: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Kajian dan Analisi Kurikulum Pendidikan Agama Islam…

DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018 268

Usai zaman Orba berakhir atau dimulainya masa reformasi terjadi 3 kali

perubahan kurikulum, yaitu Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

tahun 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) tahun 2006 dan terakhir

Kurikulum 2013.

Sumber: Materi Persentasi Kemendikbud 2015

Berikut penjelasan perubahan kurikulum dan pengaruhnya terhadap

pendidikan agama Islam yaitu:

a. Kurikulum 1947, yaitu ini masih kental dengan corak system pendidikan

Jepang ataupun Belanda. Hal ini terjadi mungkin disebabkan karena Negara

ini baru merdeka. Sehingga, proses pendidikan lebih ditekankan untuk

mewujudkan manusia yang cinta Negara, sehingga menjadi berdaulat dan

tumbuh kesadaran berbangsa dan bernegara.

Pada masa awal kemerdekaan, sebelum peresmian Kementerian Agama

pada tanggal 3 Januari 1946, BP KNIP menyampaikan usulan dan rencana

pengembangan kelembagaan agama Islam, baik di lingkungan pesantren

maupun madrasah kepada Kementerian Pendidikan, Pengajaran, dan

Kebudayaan (PP&K). Di antara usulan itu adalah perbaikan kualitas pesantren

dan madrasah, modernisasi pengajarannya dan diberikan bantuan. Setelah

Kementerian Agama dibentuk dengan K.H. Wahid Hasyim sebagai Menteri

Agama, perhatian terhadap pesantren semakin bertambah. Siswa, kiyai, dan

Page 6: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Agus Setiawan

269 DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018

pesantren semakin bertambah banyak dan pada akhir periode Orde Baru

jumlah pesantren tercatat 8.376 buah.6

Pesantren telah banyak melakukan modernisasi dengan

mengembangkan bentuk alternatif kelembagaannya. Tidak hanya aspek

kurikulum, manajemen, kegiatan, ataupun sistem pengajarannya yang

dikembanghkan, tetapi sebagian pesantren saat ini telah memadukan

madrasah ke dalam pesantren, bahkan, tidak sedikit di antara madrasah swasta

yang ada sekarang didirikan di lingkungan pesantren. Menurut Abuddin Nata,

kemunculan madrasah setidaknya didasari oleh lima hal yakni modernisasi

lembaga (khususnya masjid), perkembangan ilmu pengetahuan yang

memunculkan universitas, pemasyarakatan mazhab, perubahan politik

pemerintahan, dan perubahan orientasi pendidikan sebagai sebuah profesi.7

Keberadaan pendidikan agama Islam telah diatur pelaksanaannya

dalam SKB dua menteri (Menteri PP & K dan Menteri Agama) tahun 1946.

b. Kurikulum 1964 yaitu dalam kurikulum ini muatannya adalah pada

pengajaran yang harus disampaikan pada siswa, dalam bentuk mata pelajaran

Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, dan

sejarah.

Sedangkan untuk pendidikan Islamnya, muncul SKB dua menteri

tahun 1951 yang menegaskan bahwa pendidikan agama wajib

diselenggarakan di sekolah-sekolah, minimal 2 jam perminggu.

Pada masa awal Orde Baru antara tahun 1967-1970 dilakukan penegerian

di lingkungan Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) serta

mengubah nama dan struktur madrasah negeri.

c. Kurikulum 1968 yaitu boleh dibilang adalah penyempurnaan dari

kurikulum 1964 dan sistemnya pun hanya melengkapi.

6Abd. Rachman Assagaf, Internationalisasi Pendidikan, Sketsa Perbandingan Pendidikan di Negara-

Negara Islam dan Barat (Yogyakarta: Gama Media, 2003), h. 286. 7Abuddin Nata, Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.

126-130.

Page 7: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Kajian dan Analisi Kurikulum Pendidikan Agama Islam…

DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018 270

Sedangkan untuk pelaksanaan pendidikan agama Islam, kebijakannya

kurang lebih sama dengan kurikulum 1964.

d. Kurikulum 1973, yaitu kurikulum PSPP Proyek Perintis Sekolah

Pembangunan (PPSP), Kurikulum 1973 sebagai pengganti kurikulum 1968

menggunakan prinsip-prinsip di antaranya sebagai berikut: Berorientasi pada

tujuan dan menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap

pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya

tujuan-tujuan yang lebih integratif.

e. Kurikulum 1975, yaitu berorientasi untuk meningkatkan efektifitas dan

efisiensi kegiatan belajar mengajar. Di era inilah dikenal istilah satuan

pelajaran yang merupakan rencana pengajaran pada setiap bahasan.

Sementara tujuan pendidikan dan pengajaran terbagi pada tujuan

pendidikan umum, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan

instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.

Adapun pendidikan agama Islam dalam kurikulum 1975 mengalami

perubahan cukup signifikan. Melalui SKB 3 Menteri,8 madrasah ditingkatkan

mutu pendidikannya. SKB 3 Menteri menempatkan pendidikan islam pada

perguruan agama menjadi sejajar dengan sekolah umum. Ijazah madrasah

dinilai sama dengan ijazah sekolah umum, lulusan madrasah dapat

melanjutkan atau pindah ke sekolah-sekolah umum mulai dari jenjang SD

sampai PT. Di samping itu, status dan kedudukan madrasah sama dengan

sekolah. Konsekuensi SKB 3 Menteri ini adalah bahwa seluruh madrasah harus

melakukan perubahan kurikulum, yakni 70% merupakan ilmu pengetahuan

umum dan 30% ilmu pengetahuan agama dengan ini pula diharapkan LPI

dapat meningkatkan kualitasnya sehingga mampu berkompetisi dengan

sekolah umum.9 Bedanya, madrasah berada di bawah Kementerian Agama,

8SKB 3 Menteri dikeluarkan pada tanggal 24 Maret 1975 di Jakarta oleh Menteri Agama

Nomor 6 Tahun 1975, Menteri P&K, Nomor 0037/u/1975, dan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 1975. Lihat Alamsyah, Pembinaan Pendidikan Agama ( Jakarta: Depag RI, 1982), h. 138.

9M. Irsyad Djuwaeni, Pembaruan Kembali Pendidikan Islam ( Jakarta: Karsa Utama Mandiri, 1998), h. 53-54.

Page 8: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Agus Setiawan

271 DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018

sementara sekolah di bawah Kementerian Pendidikan Nasional, di samping

perbedaan proporsi materi pelajaran agama Islam.

f. Kurikulum 1984 yaitu sebagai menyempurnakan kurikulum 1975. Peran

siswa dalam kurikulum ini menjadi mengamati sesuatu, mengelompokkan,

mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut Cara Belajar Siswa

Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). CBSA memposisikan guru

sebagai fasilitator, sehingga bentuk kegiatan ceramah tidak lagi ditemukan

dalam kurikulum ini.

Pendidikan agama dikuatkan melalui SKB 2 Menteri (Menteri P&K

dan Menteri dalam Negeri) yang mempertegas lulusan madrasah juga bisa

juga melanjutkan pendidikannya ke sekolah umum.10

g. Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-

kurikulum sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Yang patut

dicatat dalam periode ini adalah, terbitnya UU SISDIKNAS No 2 tahun

1989 yang menegaskan bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan yang

berciri khas Islam.

Posisi madrasah ini dipertegas kembali dalam UUSPN No. 2 tahun 1989,

bab IV pasal 11, ayat 6 tentang pendidikan keagamaan,11 yang kemudian

dijabarkan dalam peraturan pemerintah ataupun keputusan menteri, bahwa

MI, MTs, dan MA masing-masing termasuk SD, SLTP, SMU yang berciri khas

agama Islam dan diselenggarakan oleh Kementerian Agama.

Artinya muatan kurikulum struktur dan konsepnya senafas dengan

nilai-nilai islam. Lebih jauh, dengan Undang-Undang SISDIKNAS ini,

pendidikan agama Islam akhirnya berjalan satu paket dengan system

pendidikan nasional.

h. Kurikulum 1997, yaitu kurikulum hasil revisi dari kurikulum 1994.

Pelaksanaan kurikulum 1997 kecenderungan kepada pendekatan

10Muhyidin Albarobis A. Sutrisno, Pendidikan Islam Berbasis Problem Sosial (Jakarta, Ar-Ruzz

Media, 2012), h. 67. 11Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Edisi Revisi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), h.

287.

Page 9: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Kajian dan Analisi Kurikulum Pendidikan Agama Islam…

DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018 272

penguasaan materi (content oriented). Penyempurnaan kurikulum tidak

mempersulit guru dalam mengimplementasikan dan tetap dapat

menggunakan buku pelajaran dan sarana prasarana pendidikan lainnya yang

tersedia di sekolah.

i. Kurikulum KBK tahun 2004 yaitu Era reformasi telah memberikan ruang

yang cukup besar bagi perumusan kebijakan-kebijakan pendidikan baru yang

bersifat reformatif dan revolusioner. Era ini memiliki visi untuk

mewujudkan masyarakat Indonesia yang berdaya saing, maju, sejahtera

dalam wadah NKRI.12 Sebagai salah satu dampak dari laju reformasi adalah

dibuatnya sistem

j. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006,

Secara umum KTSP tidak jauh berbeda dengan KBK namun perbedaan

yang menonjol terletak pada kewenangan dalam penyusunannya, yaitu

mengacu pada desentralisasi sistem pendidikan. Pemerintah pusat

menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, sedangkan sekolah

dituntut untuk mampu mengembangkan dalam bentuk silabus dan

penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah dan daerahnya.

Selanjutnya, penyelenggaraan pendidikan agama Islam di

madrasah/sekolah, dijabarkan dalam kurikulum agama yang dikeluarkan

oleh Kemenag, dan tepat pada bulan Mei 2008 menteri Agama

menandatangani Permenag no 02 tahun 2008, menyangkut standard

kompetensi lulusan dan standard isi PAI.13

Berjalannya waktu hingga saat ini mengacu kurikulum pendidikan Islam

telah mewarnai sistem pendidikan tidak hanya umum namun juga pada

madrasah. Ini dapat dilihat pada UUSPN No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional yang membawa angin segar bagi pendidikan keagamaan

12E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 3. 13Muhyidin Albarobis A. Sutrisno, Pendidikan , h . 7 3

Page 10: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Agus Setiawan

273 DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018

(Islam). Karena, sebagaimana ditegaskan dalam pasal 4 ayat (1), bahwa

pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan tidak diskriminatif.14

Maka Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagaimana dimuat

dalam Peraturan Menteri Agama (Permenag) Nomor 2 Tahun 2008 yang

berjudul Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan

Bahasa Arab di Madrasah yang terdiri dari 6 bab. Ini juga mengalami kritik dari

beberapa ahli, sehingga terdapat kelebihan dan kekurangannya.

Sebagaimana Abuddin Nata mengulas tentang Permenag No. 2 Tahun

2008, yaitu:15

Pertama, dilihat dari segi cakupan dan sistematikanya, Kurikulum

Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagaimana terdapat dalam Peraturan Menteri

Agama Nomor 2 Tahun 2008 telah cukup baik, yakni sesuai dengan Undang-

undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (SNP), dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

(Permendiknas) Nomor 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kedua, cakupan kurikulum

PAI dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2008 tersebut telah

mencakup mata pelajaran agama Islam untuk tingkat Ibtidaiyah,

Tsanawiyah, dan Aliyah sebagai Sekolah Umum yang berciri khas agama Islam,

termasuk pula di dalamnya kurikulum PAI untuk Madrasah Aliyah program

bahasa dan program agama. Ketiga, Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun

2008 tentang Kurikulum PAI belum memuat tentang prinsip-prinsip yang

harus dipedomani dalam menyusun silabus yang berbasis pada Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan, serta langkah-langkah yang harus ditempuh dalam

proses penyusunan silabus tersebut. Keempat, pelaksanaan Peraturan Menteri

14Lihat Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 (Bandung: Citra Umbara,

cet. 1, 2008), h. 6. 15Abuddin Nata, Kajian Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Diunduh di ResearchGate,

https://www.researchgate.net/publication/301203698, DOI: 10.13140/RG.2.1.2827.5607. Tanggal 14-4-2018.

Page 11: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Kajian dan Analisi Kurikulum Pendidikan Agama Islam…

DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018 274

Agama Nomor 2 Tahun 2008 tentang Kurikulum (Standar Kompetensi

Lulusan dan Standar Isi PAI) di Madrasah harus diikuti dengan pengembangan

strategi dan model pembelajaran yang efektif. Kelima, pelaksanaan Peraturan

Menteri Agama Nomor 2 Tahun 2008 tentang Kurikulum (Standar

Kompetensi Lulusan dan Standar Isi) PAI di Madrasah harus bergerak dari

paradigma Ulum al-Din ke al-Fikr al-Islami dan Islamic Studies (Kajian Islam)

dengan menggunakan pendekatan pembelajaran holistik yang berbasis

karakter. Keenam, guna mendukung berbagai pendekatan dan metode

pembelajaran yang efekif, holistik, emansipatoris dan kontekstual

sebagaimana tersebut di atas, maka perlu didukung oleh penciptaan kultur

keagamaan (religious culture) yang kuat, dukungan kemauan dan komitmen

yang kuat dari selurus sivitas sekolah.

k. Kurikulum 2013, ini berorientasi pada mewujudkan pendidikan

berkarakter, menciptakan pendidikan berwawasan lokal serta menciptakan

pendidikan yang ceria dan bersahabat. Ini tentu akan membuka peluang

untuk pendidikan Islam untuk lebih berkembang.

2. Tinjauan Sosiologis

Perkembangan dan perubahan kurikulum saat ini sangat dipengaruhi oleh

faktor sosiologis, dimana pastinya anak didik kelak dilepas di tengah masyarakat

sehingga mampu mandiri dan menyesuaikan diri dengan irama kehidupan

masyarakat. Tinjauan sosiologis (sociological foundation) sangat berkenaan dengan

kebutuhan, perkembangan dan karakteristik suatu masyarakat yang mengalami

suatu proses sosial. mempertimbangkan pola-pola interaksi suatu masyarakat yang

mengalami dinamika dalam proses sosial. Ini menjadi benar kalau merujuk pada

pendapat Dimyati dan Mudjiono bahwa “masyarakat dalam melaksanakan

penerimaan, penyebarluasan, pelestrasian atau penolakan dan pelaksanaan nilai-

nilai sosial, budaya dan agama memanfaatkan pendidikan yang dirancang di dalam

kurikulum”.16

16Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), h. 270.

Page 12: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Agus Setiawan

275 DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018

Tinjauan sosiologis ini mempunyai peranan penting dalam

mengembangkan kurikulum pendidikan pada masyarakat dan bangsa di muka

bumi ini apalagi di Indonesia, terlebih lagi pada lembaga pendidikan Islamnya.

Suatu kurikulum pada prinsipnya mencerminkan keinginan, cita-cita tertentu dan

kebutuhan masyarakat. Karena itu sudah sewajarnya kalau pendidikan

memperhatikan aspirasi masyarakat, dan pendidikan mesti memberi jawaban atas

tekanan-tekanan yang datang dari kekuatan sosio-politik-ekonomi yang dominan.17

Pendidikan pada dasarnya memiliki keterkaitan dengan aspek-aspek lain seperti

politik, ekonomi, budaya dan lain-lain.

Oleh karena itu dalam sistem pendidikan dan lembaga-lembaga pendidikan

sangat berfungsi untuk kepentingan suatu masyarakat bangsa. Jika ditinjau

khususnya di Indonesia yang heterogen aneka ragam kultur dan latarbelakang

sosial masyarakatnya, pendidikan selama ini yang telah berjalan dengan semestinya

merangkul dan mewujudkan fungsi utamanya dalam perubahan sosial terhadap

masyarakat.

Mengambil suatu keputusan mengenai kurikulum, para pengembang mesti

merujuk pada lingkungan atau dunia di mana mereka tinggal, merespon berbagai

kebutuhan yang dilontarkan atau diusulkan oleh beberapa golongan dalam

masyarakat dan memahami tuntutan pencantuman nilai-nilai falsafah pendidikan

bangsa dan berkait dengan falsafah pendidikan yang berlaku.18

Sangat banyak kebutuhan masyarakat yang perlu dipilah-pilah, disaring dan

diseleksi. Agar kebutuhan itu menjadi suatu keputusan dalam pengembangan

kurikulum, maka tugas pengembangan kurikulum pun sangat kompleks. Menurut

Abu Ahmad dan Nur Uhbiyati yang dikutip oleh Abdullah Idi bahwa kompleksnya

kehidupan dalam masyarakat disebabkan karena;19 (1) dalam masyarakat terdapat

tata kehidupan yang beraneka ragam, (2) kepentingan antar-individu berbeda-beda,

dan (3) masyarakat selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Kurikulum

17Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007), h.

75-76. 18Abdullah Idi, Pengembangan..., h. 77-78. 19Abdullah Idi, Pengembangan..., h. 77-78.

Page 13: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Kajian dan Analisi Kurikulum Pendidikan Agama Islam…

DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018 276

sedapat mungkin dibangun dan dikembangkan dengan tetap merujuk pada asas

kemasyarakatan sekaligus dengan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu

pengembangan kurikulum dalam landasan sosiologisnya dipengaruhi oleh

kekuatan sosial, kemajuan IPTEK, perubahan pola hidup dan perubahan social

politik.20

Lebih jauh Farid Hasyim menjelaskan urgensi tinjauan sosiologis ini harus

juga melihat pada konteks perkembangan masyarakat. Sehingga kurikulum sebagai

program pendidikan harus dapat menjawab tantangan dan tuntunan masyarakat.21

3. Tinjauan Politis

Sudah menjadi rahasia umum bahwa perubahan kurikulum yang ada di

berbagai negara tidak pernah lepas dari kondisi politik yang sedang berlaku di

negara tersebut. Untuk itu, tidak menutup kemungkinan kurikulum akan berubah

sewaktu-waktu sesuai dengan kondisi politik yang memengaruhi negara pada saat

itu. Begitu pula kurikulum yang ada di Indonesia.

Pendidikan yang diterapkan di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai

faktor, di antaranya adalah kebijakan politik pemerintahan. Kebijakan-kebijakan

pemerintah, mulai dari pemerintahan kolonial, awal dan pasca kemerdekaan

hingga masa orde baru terkesan mengabaikan pendidikan Islam.22

Secara potensial, dalam setiap perubahan kurikulum akan selalu tersirat

didalamnya tujuan yang bersifat politis dan non politis. Contohnya kurikulum

1964 disusun untuk meniadakan Manipol-Usdek yaitu merupakan akronim dari

manifesto politik / Undang-Undang Dasar 1945, sosialisme Indonesia, demokrasi

terpimpin, ekonomi terpimpin, dan kepribadian Indonesia yang oleh Soekarno

sebagai haluan daripada negara Republik Indonesia maka harus dijunjung tinggi,

dipupuk, dan dijalankan oleh semua bangsa Indonesia. Pada kurikulum 1975

digunakan untuk memasukkan Pendidikan Moral Pancasila. Kurikulum 1984

20Lihat Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2010), h. 55-60. 21Farid Hasyim, Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Filosofi Pengembangan Kurikulum Transformatif

Antara KTSP dan Kurikulum 2013 (Malang: Madani, 2015), h. 20. 22M. Shabir U, Kebijakan Pemerintah Dan Pengaruhnya Terhadap Pendidikan Islam Di

Indonesia, Lentera Pendidikan, Vol. 16 No. 2 Desember 2013, h. 166-177.

Page 14: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Agus Setiawan

277 DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018

digunakan untuk memasukkan mata pelajaran Pendidikan Sejarah Perjuangan

Bangsa (PSPB). Kurikulum 1994, di samping meniadakan mata pelajaran PSPB

juga untuk mengenalkan kurikulum SMU yang menjadikan pendidikan umum

sebagai pendidikan persiapan ke perguruan tinggi.23 Itulah secara tersirat dari

perubahan kurikulum yang sengaja dibuat untuk memasukkan urusan politik.

Adapun pada era Orde baru, perubahan kurikulum sangat tampak ada

sebuah pergesekan doktrin politik, seiring pergantian politik pada era reformasi

pada perkembangannya tidak jauh berbeda dengan orde sebelumnya dalam

politisasi pendidikan, hanya saja pada era reformasi doktrin tersebut tidak nampak

secara “ blak-blakan” karena dalam praktek pemerintahan terdapat adanya kritik

dari luar. Ini tidak hanya terjadi di negara Indonesia, namun juga terjadi di

beberapa negara.

Fakta menarik seperti Amerika dan Jepang yang mengubah kurikulum

dalam waktu singkat karena adanya pergolakan politik di negara tersebut. Contoh

saja Jepang, baru dua tahun pernah mengubah kurikulum hanya karena aspek

politik. Terkait Jepang, konten dalam pelajaran sejarahnya ada yang dihilangkan

dengan maksud agar generasi saat itu tetap memiliki nasionalisme dan kecintaan

terhadap negara.

Tidak ada satu pun kurikulum bebas dari pengaruh politik. Itu sudah

established dalam kurikulum. Begitu power politik itu berubah, akan ada

berpengaruh juga pada kurikulum. Perubahan kurikulum juga dipengaruhi jika

telah terjadi pergantian pemerintahan, makanya banyak yang mengistilahkan

bahwa kalau ganti menteri pendidikan, maka akan berganti pula kurikulumnya.

Hal ini jelas menunjukkkan bahwa perkembangan dan perubahan

kurikulum secara nasional apalagi kurikulum pendidikan Islam tentu dipengaruhi

oleh proses politik, kerana setiap kali tampuk pimpinan sesebuah negara itu

bertukar, maka setiap kali itulah kurikulum pendidikan berubah. Walaupun

kekuasaan politik terpusat pada berbagai kelompok dan individu, efektifitas dan

23Soedijarto, Konsep & Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011),

h. 25.

Page 15: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Kajian dan Analisi Kurikulum Pendidikan Agama Islam…

DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018 278

kegunaannya dibentuk oleh berbagai institusi dan pola institusional pendidikan

publik mungkin saja tampak kokoh, cukup mantap, sehingga untuk dapat berhasil,

setiap proposal perlu menyesuaikan diri dengannya.

4. Tinjauan Ekonomis

Pada dasarnya pendidikan itu memerlukan biaya yang banyak, apalagi

sampai merubah kurikulum dari waktu ke waktu. Adanya perubahan oleh karena

adanya proses pengembangan kurikulum ke arah yang lebih baik. Ini tentu akan

memerlukan biaya yang tidak sedikit. Saat ini saja pemerintah telah mengeluarkan

anggaran biaya yang sangat banyak yaitu 20% untuk pendidikan.

Sehingga Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, belanja pendidikan

terus meningkat signifikan dari sekira Rp. 208 triliun di 2009 menjadi Rp444,1

triliun untuk alokasi tahun 2017.24 Adapun Menteri Mohamad Nasir mengatakan

bahwa globalisasi Pendidikan dan Revolusi Industri ke 4 (RI 4.0) tidak terelakkan

dan harus dihadapi oleh generasi muda Indonesia. Menyambut tahun 2018,

Kemenristekdikti telah aktif menyuarakan kebijakan, program dan pandangannya,

untuk menghadapi globalisasi pendidikan harus direspon secara cepat dan tepat

oleh seluruh pemangku kepentingan pendidikan agar mampu meningkatkan daya

saing bangsa Indonesia di tengah persaingan global.25

Ini semakin memperjelas bahwa untuk mengarah kepada perkembangan

kurikulum maka biaya sangat perlu dipertimbangkan dalam hal pendidikan. Maka

untuk lebih efisien dari segi ekonomis, maka di dalam manajemen kurikulum ada

salah satu prinsip yang harus dijalankan.

Prinsip efisien maksudnya mengusahakan agar dalam pengembangan

kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya dan sumber-sumber lain yang ada

secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai. Kurikulum dikatakan

24“Anggaran Pendidikan Rp.444 Triliun, Tapi Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia

Kalah dari Malaysia” diunduh dari https://economy.okezone.com/read/2018/02/03/20/1854285/ anggaran-pendidikan-rp444-triliun-tapi-indeks-pembangunan-manusia-di-indonesia-kalah-dari-malaysia. Tanggal 29 Maret 2018.

25“Menristekdikti Nasir: Indonesia Siap Menyambut Globalisasi Pendidikan dan Revolusi Industri ke-4”. Diunduh dari https://ristekdikti.go.id/menristekdikti-nasir-indonesia-siap-menyambut-globalisasi-pendidikan-dan-revolusi-industri-ke-4. Tanggal 29 Maret 2018, Jam 16.44 Wita

Page 16: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Agus Setiawan

279 DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018

memiliki tingkat efisiensi yang tinggi apabila dengan sarana, biaya yang minimal

dan waktu terbatas dapat memperoleh hasil yang maksimal.

Contohnya dari tinjauan ekonomis yaitu mengenai inovasi kurikulum.

Pembiayaan transfer kurikulum dan transfer intelektual tentu tidak sedikit, disini

perlu dukungan (support) yang memadai dari segenap komponen bangsa terutama

adanya saling pengertian antara eksekutif dan legislatif. Program ini merupakan

program nasional, siapapun penguasa yang mengelola pemerintahan maka

program ini secara permanen merupakan cita-cita yang dikehendaki oleh segenap

rakyat. Program ini bukan merupakan kehendak dari parpol, ormas, golongan,

tetapi merupakan pelaksanaan undang-undang atau peraturan pemerintah.

Pengawasan transfer kurikulum dilakukan oleh seluruh rakyat melalui

tangan-tangan DPR, khususnya Komisi IX bidang pendidikan yang menjalankan

fungsi kontrol, sehingga diharapkan upaya transfer kurikulum akan berjalan

secara efektif. Pengawasan penggunaan anggaran terutama peruntukannya

dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sedangkan secara internal dilakukan

oleh Inspektur Jenderal Depdiknas. Rakyat secara langsung akan bereaksi melalui

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang peduli pendidikan bila terjadi

penyimpangan-penyimpangan yang kontra produktif di dunia pendidikan.

Evaluasi ditekankan pada seputar upaya transfer kurikulum, telah

mengenai sasaran atau tidak, berapa lama lagi dan perlu mengerakkan daya

apalagi agar obsesi tersebut kesampaian. Depdiknassebagai Leading Sector tentu

harus mengkaji lebih dalam, program transfer kurikulum apa benar-benar dapat

berlangsung sesuai dengan yang diinginkan. Kemajuan iptek macam apa yang

telah didapatkan dari dampak transfer kurikulum yang selama ini telah

diupayakan, setimpalkah antara biaya dan manfaat yang telah dikeluarkan (cost

and benefit analisys).

5. Tinjauan Manajemen Negara

Manajemen pemerintahan negara atau manajemen publik merupakan

unsur dinamik dari sistem administrasi negara yang berperan melakukan

transformasi nilai yang terarah pada pencapaian cita-cita dan tujuan bernegara,

Page 17: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Kajian dan Analisi Kurikulum Pendidikan Agama Islam…

DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018 280

melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam penyelenggaraan negara dan

pembangunan bangsa”. Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen itu dilakukan

dengan memberdayakan semua potensi sumber daya manusia dan lingkungannya

melalui pendekatan manajemen yang tepat, agar tujuan pemerintah dapat dicapai

sesuai dengan rumusan yang telah ditetapkan sebelumnya. Apalagi manajemen

yang diarahkan pada pendidikan nasional dan khususnya kurikulum.

Menurut Ermaya terdapat lima strategi unggulan dalam manajemen

pemerintahan, yaitu (1) Pekerjaan yang diperlukan pada masa datang, tidak bisa

lepas dari proses masa lalu, (2) demokratisasi merupakan seni mencari

kesepahaman dari berbagai perbedaan pendapat, (3) kesepahaman yang diperoleh

berdasarkan asas kepatutan yang menghasilkan kebenaran, (4) tindakan yang

diambil harus berdasarkan keputusan hasil pemikiran matang sesuai dengan fungsi

manajemen yang telah ditetapkan, dan (5) fungsi manajemen pemerintahan sangat

ditentukan oleh kepemimpinan pemerintahan yang dipercaya oleh rakyatnya.26

Negara, politik dan pendidikan merupakan tiga komponen penting,

karena semuanya adalah bagian yang ikut mempengaruhi sistem kehidupan

sosial dan kebudayaan manusia. Negara memiliki wilayah, rakyat, pemerintah

dan kedaulatan yang melindungi potensi manusia dan alam serta

pemberdayaannnya. Sedangkan politik adalah sistem ketatanegaraan yang

disepakati untuk menghantarkan bangsa menuju cita-cita seluruh rakyatnya, dan

suatu sistem yang mengatur kehidupan dalam berbangsa dan bernegara.27

Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik, ia adalah organisasi

pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah agency (alat) dari masyarakat yang

mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam

masyarakat. Manusia hidup dalam suasana kerjasama, sekaligus dalam suasana

antagonistis dan penuh pertentangan. Negara adalah organisasi yang dalam

sesuatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua

26Ermaya Suradinata, Manajemen Sumber Daya Manusia (Bandung: CV Ramadhan, 2002), h. 22. 27Kasful Anwar Us, Dimensi Hubungan Negara, Politik dan Pendidikan, TA’DIB, Vol. XV.

No. 02. Edisi, Nopember 2010, h. 297.

Page 18: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Agus Setiawan

281 DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018

golongan kekuasaan lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari

kehidupan bersama.

Kurikulum Pendidikan yang berisikan perangkat pembelajaran untuk

merealisasikan tujuan pendidikan merupakan upaya besar dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum.

Kurikulum pendidikan negara yang satu dengan negara yang lain saling berbeda

dan memiliki ciri khas serta penekanan atau prioritas berdasarkan kepentingan

masing-masing.

Setidaknya ada beberapa permasalahan dalam pendidikan keagamaan Islam di

Indonesia yang perlu diselesaikan oleh pemerintah dengan manajemen yang baik. Salah

satunya yaitu permasalahan yang dihadapi satuan pendidikan keagamaan (Islam)

adalah jumlah satuan pendidikan keagamaan swasta (sebagian besar madrasah di

Indonesia adalah swasta), yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah. 28

Kondisi ini semakin terpuruk karena sebagian lokasi madrasah berada di daerah

pinggiran dan pedesaan, sehingga akses informasi pun sangat sulit. Padahal, jika

ditinjau dari sejarah perkembangan madrasah, hampir semua madrasah di

lingkungan Kemenag berasal dari madrasah swasta yang dinegerikan. Hampir

tidak ditemukan madrasah negeri yang didirikan secara khusus.29

Kementerian Agama sebagai penanggung jawab dalam pengelolaan satuan

pendidikan keagamaan, sudah seharusnya mengembangkan suatu sistem perbaikan

yang berkesinambungan, dan peningkatan mutu yang berkelanjutan (continuous

quality improvement). Semestinya, dengan diberlakukannya UUSPN No. 20

Tahun 2003, Kemenag tidak lagi mengalami ketertinggalan dengan Kemendiknas

dalam hal perbaikan dan peningkatan mutu. Ini merupakan tuntutan yang harus

direspons atas diberlakukannya status yang sama antara pendidikan umum dan

pendidikan keagamaan. Status yang non-diskriminatif tersebut merupakan

28Abd. Rahman Halim, "Kebijakan dan Partisipasi Masyarakat: Studi Kritis Terhadap

Perspektif Pembinaan Madrasah Swasta di Sulawesi Selatan", Disertasi, (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2007), h. 3.

29Husni Rahim, Madrasah dalam Politik Pendidikan di Indonesia (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, t.t), h. 159.

Page 19: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Kajian dan Analisi Kurikulum Pendidikan Agama Islam…

DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018 282

tantangan bagi Kemenag sebagai pengelola satuan pendidikan keagamaan (Islam)

agar senantiasa mengurangi ketertinggalan dalam banyak hal.

Dengan kondisi yang demikian, tentu harus ada political will dari para

pimpinan di satuan pendidikan keagamaan Islam, untuk merubah pola

kepemimpinan menjadi lebih transformatif. Berkaitan dengan upaya untuk

meningkatkan kualitas, Kemenag telah menjalin kerja sama dengan beberapa

lembaga berupa BEP (Basic Education Project) untuk MI dan MTs, dan DMAP

(Development Madrasah Aliyah Project).30

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, satuan pendidikan

keagamaan (Islam) optimis bisa bersaing dan mampu menghadapi tantangan baik

nasional maupun global, tanpa harus kehilangan ciri khasnya,31 sebagaimana

dikhawatirkan sebagian kalangan. Mengenai bidang sarana dan prasarana yang

belum memadai, pendekatan efisiensi bisa dijadikan alternatif. Pendekatan ini

digunakan untuk mengantisipasi keterbatasan dalam anggaran. Prinsip ini dikenal

sebagai prinsip dasar dalam manajemen ketika terjadi keterbatasan dalam sumber

daya. Efisiensi menurut Drucker adalah the extent to wich the result produced was

produced at least cost.32

Melihat konteks di atas, maka secara komprehensif kurikulum pendidikan

Islam hendaknya perlu ditinjau dari beberapa aspek, sehingga dengan perkembangan

saat ini terlebih pada perkembangan teknologi dan perkembangan paradigma

masyarakat, idealnya kurikulum baik nasional maupun kurikulum pendidikan Islam

menuntut untuk lebih berkembang menyesuaikan zamannya.

C. Kesimpulan

Proses perkembangan kurikulum sebagai sifatnya yang sentiasa berubah turut

dipengaruhi oleh faktor-faktor persekitaran yang merangsang reaksi manusia yang

terlibat dalam kepentingannya. Hasrat terhadap perubahan kurikulum itu

30Muhaimin, Pengembangan..., h. 188. 31Muhaimin, Pengembangan..., h. 188. 32Riant Nugroho, Kebijakan Pendidikan Unggul (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), h. 119.

Page 20: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Agus Setiawan

283 DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018

menggambarkan keperluan pendidikan yang menjadi wadah penerus kemajuan bangsa

dan negara itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan

perkembangan kurikulum baik nasional maupun pendidikan Islam adalah pada elemen

yang saling berkait antara satu sama lain. Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan kurikulum itu sendiri mencerminkan idealisme dan

perubahan keperluan masyarakat dan negara, melalui institusi persekolahan yang akan

meneruskan kebudayaan. Faktor historis, memuat perubahan yang semakin

memperkuat keberadaan pendidikan Islam di Indonesia. Juga pengaruh politik di

dalam dunia pendidikan sangatlah kuat, karena para pengambil kebijakan di bidang

pendidikan tetap bersikap acuh tak acuh dan tidak mau mengambil keputusan apapun

untuk menjadikan dunia pendidikan bersih dari praktik-praktik bisnis politik. Pada

faktor sosiologis, yang senantiasa harus benar-benar diperhatikan karena begitu ragam

dan heterogennya budaya dan masyarakat Indonesia, ini juga dapat mempengaruhi.

Juga pada faktor ekonomis, yang juga patut untuk diperhatikan. Karena pendidikan

adalah biaya, maka sebaiknya perubahan dan perkembangan kurikulum disesuaikan

dengan anggaran pendidikan dan prinsip efisiensi dalam manajemen kurikulum patut

ada untuk mengoptimalkan tujuan kurikulum. Dan terakhir tentunya dengan

manajemen negara yang baik dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum nasional

maupun kurikulum pendidikan Islam, maka tujuan pendidikan nasional Indonesia

akan tercapai sesuai visi dan misinya.

Page 21: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Kajian dan Analisi Kurikulum Pendidikan Agama Islam…

DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018 284

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Pembinaan Pendidikan Agama. Jakarta: Depag RI, 1982. Albarobis, Muhyidin A. Sutrisno, Pendidikan Islam Berbasis Problem Sosial. Jakarta,

Ar-Ruzz Media, 2012. Anwar Us, Kasful. Dimensi Hubungan Negara, Politik dan Pendidikan, TA’DIB,

Vol. XV. No. 02. Edisi, Nopember 2010. Assagaf, Abd. Rachman. Internationalisasi Pendidikan, Sketsa Perbandingan Pendidikan di

Negara-Negara Islam dan Barat. Yogyakarta: Gama Media, 2003. Daulay, Haidar Putra. Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara. Jakarta: Rineka

Cipta, 2009. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999. Djuwaeni, M. Irsyad. Pembaruan Kembali Pendidikan Islam. Jakarta: Karsa Utama

Mandiri, 1998. Fatah, Nanang. Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya,

2002. Halim, Abd. Rahman. "Kebijakan dan Partisipasi Masyarakat: Studi Kritis

Terhadap Perspektif Pembinaan Madrasah Swasta di Sulawesi Selatan", Disertasi; Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2007.

Hamalik, Oemar. Sistem dan Prosedur Pengembangan Kurikulum Lembaga Pendidikan dan Pelatihan. Bandung: Trigendi Karya, 1993.

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Edisi Revisi. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2008.

Hasyim, Farid. Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Filosofi Pengembangan Kurikulum Transformatif Antara KTSP dan Kurikulum 2013. Malang: Madani, 2015.

https://economy.okezone.com/read/2018/02/03/20/1854285/ anggaran-pendidikan-rp444-triliun-tapi-indeks-pembangunan-manusia-di-indonesia-kalah-dari-malaysia.

https://ristekdikti.go.id/menristekdikti-nasir-indonesia-siap-menyambut-globalisasi-pendidikan-dan-revolusi-industri-ke-4.

Idi, Abdulah. Pengembangan Kurikulum. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009. Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

2007. Machali, Imam dan Ara Hidayat, The Handbook of Education Management: Teori dan

Praktik Pengelolaan Sekolah/Madrasah di Indonesia. Jakarta: Prenadamedia Group, 2016.

Machali, Imam. Kebijakan Perubahan Kurikulum 2013 dalam Menyongsong Indonesia Emas Tahun 2045, Jurnal Pendidikan Islam, Volume III, Nomor 1, Juni 2014/1435.

Majid, Abdul dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004.

Page 22: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Agus Setiawan

285 DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018

Mudlofir, Ali. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Bahan Ajar dalam Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.

Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindi Persada, 2014.

Muhammedi, Perubahan Kurikulum Di Indonesia: Studi Kritis Tentang Upaya Menemukan Kurikulum Pendidikan Islam Yang Ideal, RAUDHAH: Vol. IV, No. 1: Januari-Juni 2016.

Mulyasa, E. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003. Nasution, Asas-asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 2009. Nata, Abuddin. Kajian Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Diunduh di

ResearchGate, https://www.researchgate.net/publication/301203698, DOI: 10.13140/RG.2.1.2827.5607.

Nata, Abuddin. Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006.

Nugroho, Riant. Kebijakan Pendidikan Unggul. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Nuryanti, Filsafat Pendidikan Islam Tentang Kurikulum, Hunafa, Vol. 5, No. 3,

Desember 2008. Rahim, Husni. Madrasah dalam Politik Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Logos Wacana

Ilmu, t.t. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2006. Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003. Bandung: Citra Umbara,

cet. 1, 2008. Rustam Abong, Konstelasi Kurikulum Pendidikan Di Indonesia, At-Turats, Vol. 9

Nomor 2 Desember Tahun 2015. Sabda, Syaifuddin. Pengembangan Kurikulum Tinjauan Teoritis. Yogyakarta: Aswaja

Pressindo, 2016. Salamah, Pengembangan Model Kurikulum Holistik PAI pada Madrasah Tsanawiyah.

Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2016. Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana, 2010. Setiawan, Agus. Prinsip Pendidikan Karakter dalam Islam (Studi Komparasi

Pemikiran al-Ghazali dan Burhanuddin al-Zarnuji), Dinamika Ilmu, 14 (1), 2014.

Shabir U, M. Kebijakan Pemerintah Dan Pengaruhnya Terhadap Pendidikan Islam Di Indonesia, Lentera Pendidikan, Vol. 16 No. 2 Desember 2013.

Soedijarto, Konsep & Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.

Soetopo dan Soemanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sebagai Substansi Problem Administrasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1991.

Soetopo, Hendyat dan Wast Soenanto, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara, 1993.

Subandiah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996. Suradinata, Ermaya. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: CV Ramadhan,

2002.

Page 23: KAJIAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM …

Kajian dan Analisi Kurikulum Pendidikan Agama Islam…

DARUL ULUM, Volume 9, Nomor 2, 2018 286

Yaqin, Husnul. Sistem Pendidikan Pesantren di Kalimantan Selatan. Banjarmasin: Antasari Press, 2010.