KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN...

109
KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH DENGAN LANDFORM SEBAGAI EVALUASI TERHADAP PEMETAAN TANAH DI INDONESIA MUHAMMAD GIRI WIBISONO A14060397 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Transcript of KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN...

Page 1: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK

DAN KLASIFIKASI TANAH DENGAN LANDFORM

SEBAGAI EVALUASI TERHADAP PEMETAAN TANAH

DI INDONESIA

MUHAMMAD GIRI WIBISONO

A14060397

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN

DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

RINGKASAN

MUHAMMAD GIRI WIBISONO. Kajian Keterkaitan antara Karakteristik dan

Klasifikasi Tanah dengan Landform sebagai Evaluasi terhadap Pemetaan Tanah di

Indonesia. Dibimbing oleh DARMAWAN dan DWI PUTRO TEJO

BASKORO.

Survei dan pemetaan tanah di Indonesia belum dapat dikatakan tuntas,

karena antara lain masalah tenaga dan biaya yang sangat besar. Salah satu

pendekatan yang sudah diterapkan untuk percepatan ialah menerapkan metode

pendekatan landform (Fisiografik Unit). Konsep ini didasarkan pada pandangan

bahwa terdapat hubungan erat antara satuan landform dengan satuan tanah. Dari

hasil pemetaan LREPP I dijumpai fakta yang menunjukkan bahwa dalam satu

satuan landform, masih terdapat variasi karakteristik yang berimplikasi pada

klasifikasi yang berbeda. Hal yang sama juga terindikasi kuat terjadi pada hasil

survei dan pemetaan tanah yang lebih intensif yaitu tingkat semi detil skala

1:50.000 LREPP II. Fakta tersebut perlu dikaji lebih lanjut pada tingkat dan

intensitas keragamannya untuk dijadikan sebagai dasar dalam penentuan

pendekatan / metode survei yang digunakan selanjutnya.

Penelitian bertujuan untuk melakukan analisis konsistensi hubungan

klasifikasi tanah dengan landform, mengetahui gambaran tingkat homogenitas dan

heterogenitas karakteristik dan klasifikasi tanah pada suatu satuan landform dari

hasil pemetaan terdahulu skala 1:50.000, dan mengidentifikasi karakteristik tanah

penciri klasifikasi yang sulit diduga dari unsur-unsur landform dari hasil pemetaan

terdahulu skala 1:50.000. Penelitian ini merupakan studi pustaka dari hasil-hasil

survei dan pemetaan tanah LREPP II yang tersedia di arsip data base Balai Besar

Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Jl. Ir. H. Juanda No. 98 Bogor.

Penelitian ini menggunakan Uji Tabular dan Analisis Koefisien Keragaman (KK)

internal karakteristik tanah penciri landform dan KK karakteristik tanah penciri

antar landform.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman jenis tanah yang terdapat

pada suatu landform masih sangat tinggi walaupun pada landform tersebut

mempunyai faktor pembentuk tanah yang dianggap homogen. Keragaman yang

Page 3: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

tinggi juga terjadi pada karakteristik tanah penciri yang terdapat di dalamnya.

Kedua hal tersebut, menunjukkan bahwa sistem pendekatan landform (fisiografi)

dalam pemetaan tanah tidak berarti dapat sertamerta mendelineasi satuan tanah

pada suatu landform.

Page 4: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

SUMMARY

MUHAMMAD GIRI WIBISONO. Study of Relevance between Soil

Characteristic and Clasification with Landform, as an Evaluation for soil Mapping

in Indonesia. Supervised by DARMAWAN and DWI PUTRO TEJO

BASKORO.

Main problem of soil mapping in Indonesia are limitation of cost and man

power. Landform approach is used as an aprroach to accelerate the soil mapping.

The principle of landform approach is based on correlation between landform unit

and soil unit. This approach has been used in Land Resource Evaluation Planning

Project (LREPP) I & II semi-detailed soil mapping project in Indonesia. The

result showed that a landform unit consists of several characteristics implicating,

different soil classifications. This fact must be studied further to determine the

level and intensity of diversity for a reference to developing of mapping in the

future.

The study aims to analyze the consistency of correlation of soil

clasification with the landform, description of homogeneity and heterogeneity of

soil characteristics and classifications within a landform unit from previous

mapping of 1:50,000 scale, and identify unpredictable soil characteristics from

landform elements. This research is a literature study of LREPP II survey and soil

mapping data avaliable data base in Research Center for Agricultural Land

Resources (BBSDLP), Jl. Ir. H. Juanda No. 98 Bogor. This research used Tabular

Test and Internal Variability Coefficient (CV) analisys of soil characteristics as

key of landform characteristics and variability coefficient characteristics as key of

soil characteristic inter landforms.

The results showed that the diversity of soil taxa on the landform is very

high, despite the landform has by definition homogeneous soil-forming factors.

High diversity also occurs in key of soil characteristics contained inside a

landform. Both of cases showed that the approach of landform system in soil

mapping can not use to delineate soil unit boundary.

Page 5: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KERAGAMAN KARAKTERISTIK

DAN KLASIFIKASI TANAH DENGAN LANDFORM

SEBAGAI EVALUASI TERHADAP PEMETAAN TANAH

DI INDONESIA

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

MUHAMMAD GIRI WIBISONO A14060397

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 6: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

Judul Penelitian : Kajian Keterkaitan antara Keragaman Karakteristik dan Klasifikasi Tanah dengan Landform sebagai Evaluasi terhadap Pemetaan Tanah di Indonesia

Nama : MUHAMMAD GIRI WIBISONO NRP : A14060397

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II Dr Ir Darmawan, M.Sc Dr Ir D.P.T. Baskoro, M.Sc NIP. 19631103 199002 1 001 NIP. 19630126 198703 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan

Dr Ir Syaiful Anwar, M.Sc NIP. 19621113 198703 1 003

Tanggal Lulus :

Page 7: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 31 Oktober 1987 dari pasangan

H. Suharsono, S.Pd dan Dra. Hj. Liplip Mukhalipah. Penulis merupakan anak

kedua dari dua bersaudara.

Penulis memulai studi di Taman Kanak-Kanak (TK) Perwari tahun 1992

dan melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) I Ciherang, Kecamatan Pacet

Kabupaten Cianjur dan lulus pada tahun 2000. Setelah itu penulis melanjutkan

studi ke Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) I Cipanas, Kabupaten

Cianjur dan lulus pada tahun 2003. Selanjutnya, penulis melanjutkan studi ke

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Sukaresmi, Kabupaten Cianjur dan

lulus pada tahun 2006. Pada tahun yang sama dengan kelulusan SMA, penulis

diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk

IPB (USMI). Setelah menjalankan Tingkat Persiapan Bersama (TPB) pada tahun

pertama di IPB, penulis diterima di Program Studi Manajemen Sumberdaya

Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian.

Selama menjalankan studi di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif dalam

berbagai organisasi, baik organisasi kemahasiswaan maupun organisasi non-

kemahasiswaan. Organisasi yang pernah diikuti di antaranya Himpunan

Mahasiswa Ilmu Tanah (HMIT) IPB sebagai Ketua pada masa kepengurusan

tahun 2009-2010, Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah

Indonesia (FOKUSHIMITI) sebagai Koordinator Badan Eksekutif Wilayah II

Fokushimiti priode 2008-2010, dan Scooter IPB Club (SIC) sebagai anggota

sekaligus salah satu pendiri SIC tahun 2010. Selama itu juga penulis pernah

menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Survei dan Evaluasi Lahan serta

mata kuliah Morfologi dan Klasifikasi Tanah tahun 2010-2011.

Page 8: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta

anugrahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa tanpa dukungan, bantuan serta doa dari berbagai

pihak maka penyelesaian tugas akhir ini tidak akan berjalan dengan baik. Untuk

itu penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr Ir Darmawan, M.Sc selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan waktu, arahan, dan pengalamannya sehingga penulisan

skripsi ini terselesaikan dengan sangat baik.

2. Dr Ir Dwi Putro Tejo Baskoro, M.Sc selaku dosen pembimbing II yang

telah memberikan waktu, arahan, dan pengalamannya sehingga penulisan

skripsi ini terselesaikan dengan sangat baik.

3. Dr Ir Dyah Tjahyandari, M.appl.Sc selaku dosen penguji yang telah

memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini.

4. Ir Chendy Tafakresnanto, MP selaku peneliti Balai Besar Litbang

Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP) yang telah

memberikan waktu, arahan, bantuan serta fasilitas selama penyusunan

skripsi.

5. Keluarga tersayang Mamah, Bapak, Teteh dan segenap keluarga besar H.

Ahmad Furqon yang selalu memberikan dukungan serta doa kepada

penulis.

6. Teman-teman mahasiswa Manajemen Sumberdaya Lahan angkatan 43

serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam penelitian serta penulisan skripsi ini.

Penulis sangat berharap tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pihak

yang membacanya.

Bogor, Desember 2011

Penulis

Page 9: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

1.2. Tujuan ................................................................................................... 2

1.3. Hipotesis ............................................................................................... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4

2.1. Konsep dan Definisi Tanah .................................................................. 4

2.2. Proses Pembentukan Tanah .................................................................. 5

2.3. Klasifikasi Tanah .................................................................................. 6

2.3.1. Sistem Klasifikasi Tanah di Indonesia ....................................... 7

2.4. Karakteristik Tanah Untuk Klasifikasi ................................................. 10

2.5. Kaidah Pemetaan Tanah ....................................................................... 12

2.5.1. Pengertian Peta Tanah ................................................................ 12

2.5.2. Prinsip dan Tingkat Pemetaan .................................................... 13

2.5.3. Pendekatan Metode Survei Tanah .............................................. 14

2.6. Konsep dan Dasar-dasar Klasifikasi Landform ................................... 15

2.6.1. Pengertian Bentuk Lahan (Landform) ........................................ 16

2.6.2. Faktor dan Proses landform ........................................................ 16

2.6.3. Sistem Klasifikasi Landform di Indonesia ................................. 17

2.6.4. Klasifikasi Landform LREPP I .................................................. 17

2.6.5. Klasifikasi Landform LREPP II ................................................. 20

2.6.6. Kerangka Acuan LREPP II ........................................................ 22

III. BAHAN DAN METODE ........................................................................ 23

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 23

3.2. Metode Penelitian ................................................................................. 23

3.2.1. Tahap Kompilasi Data ................................................................ 23

3.2.2. Analisis Data .............................................................................. 24

Page 10: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

vi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 28

4.1. Hubungan Keterkaitan antara Landform dan Klasifikasi Tanah .......... 28

4.2. Gambaran Tingkat Homogenitas dan Heterogenitas Karakteristik

dan Klasifikasi Tanah pada Suatu Unit Landform ............................... 30

4.2.1. Grup Landform Aluvial (A) ....................................................... 32

4.2.2. Grup Landform Fluvio-Marin (B) .............................................. 45

4.2.3. Grup Landform Karst (K) ........................................................... 51

4.2.4. Grup Landform Marin (M) ......................................................... 54

4.2.5. Grup Landform Tektonik dan Struktural (T) .............................. 60

4.2.6. Grup Landform Volkanik (V) .................................................... 68

4.3 Karakteristik Tanah Penciri Klasifikasi yang Sulit Diduga dari Landform .............................................................................................. 74

4.4 Keragaman Karkteristik Tanah Pada Suatu Unit Landform Berdasarkan Data Lapang dan Laboratorium ....................................... 79

4.4.1. Landform Dataran Aluvial (A.1.3) ............................................. 80

4.4.2. Landform Dataran Fluvio-Marin (B.3) ....................................... 80

4.4.3. Landform Perbukitan Karst (K.3) ............................................... 81

4.4.4. Landform Dataran Pasang Surut Lumpur (M.2.2) .................... 81

4.4.5. Landform Perbukitan Tektonik (T.12.1) .................................... 82

4.4.6. Landform Pegunungan Volkanik Tua (V.3.3) ............................ 82

V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 83

5.1. Kesimpulan ........................................................................................... 83

5.2. Saran ..................................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 84

Page 11: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Parameter Bahan Induk ............................................................................. 26

2. Parameter Iklim ......................................................................................... 26

3. Kriteria Pengklasifikasian Keragaman Tanah Berdasarkan Nilai

Koefisien Keragaman ................................................................................ 27

4. Data Landform LREEP II yang Dianalisis ................................................ 29

5. Klasifikasi Tanah yang Dijumpai Pada Grup Landform LREPP II .......... 30

6. Lembar Peta Plotting Pengamatan Tanah LREPP II ................................ 31

7. Sebaran Landform A.1.3 dengan Karakteristik Tanah di Dalamnya ........ 33

8. Pengelompokan Klasifikasi Tanah Berdasarkan Bahan induk dan Iklim Pada Landform A.1.3 ................................................................................ 36

9. Klasifikasi pada masing-masing Poligon Landform di A.1.3 Karawang Bagian Barat .............................................................................................. 38

10. Klasifikasi Tanah pada masing-masing Poligon Landform di A.1.3 Karawang Bagian Timur ........................................................................... 39

11. Klasifikasi Tanah pada masing-masing Poligon Landform di A.1.3 Gresik - Jatim ............................................................................................ 42

12. Sebaran Landform B.3 dengan Karakteristik Tanah di Dalamnya ........... 46

13. Pengelompokan Klasifikasi Tanah Berdasarkan Bahan Induk dan Iklim Pada Landform B.3 ................................................................................... 47

14. Klasifikasi tanah pada masing-masing Poligon Landform di B.3 Karawang - Jabar ...................................................................................... 49

15. Sebaran Landform K.3 dengan Karakteristik Tanah di Dalamnya ........... 52

16. Pengelompokkan Klasifikasi Tanah Berdasarkan Bahan Induk dan Iklim Pada Landform K.3 ......................................................................... 54

17. Sebaran landform M.22 dengan Karakteristik Tanah di Dalamnya.......... 55

18. Pengelompokkan Klasifikasi Tanah Berdasarkan Bahan Induk dan Iklim Pada Landform M.22 ....................................................................... 56

19. Klasifikasi tanah pada masing-masing Poligon Landform di M.2.2 Karawang – Jabar ...................................................................................... 58

20. Klasifikasi tanah pada masing-masing Poligon Landform M.2.2 Oesao

– NTT ........................................................................................................ 60

21. Sebaran Landform T.12.1 dengan Karakteristik Tanah di Dalamnya ...... 62

Page 12: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

viii

22. Pengelompokkan Klasifikasi Tanah Berdasarkan Bahan Induk dan Iklim Pada Landform T.1.2.1 .................................................................... 64

23. Klasifikasi tanah pada masing-masing Poligon Landform di T.12.1 Karawang Bagian Selatan ......................................................................... 66

24. Klasifikasi tanah pada masing-masing Poligon Landform di T.1.2.1 Oesao – NTT ............................................................................................. 67

25. Sebaran Landform V.33 dengan Karakteristik Tanah di Dalamnya ......... 69

26. Pengelompokkan Klasifikasi Tanah Berdasarkan Bahan Induk dan Iklim Pada Landform V.33 ...................................................................... 71

27. Klasifikasi tanah pada masing-masing Poligon Landform di V.3.3 Pacitan – Jatim .......................................................................................... 73

28. Unsur Pembentuk Klasifikasi Tanah Pada Landform A.1.3 ..................... 75

29. Unsur Pembentuk Klasifikasi Tanah Pada Landform T.12.1 ................... 77

30. Karakteristik Tanah yang Sulit Diduga Landform Berdasarkan Klasifikasi ................................................................................................. 78

31. Perbandingan antara Koefisien Keseragaman (KK) Internal Karakteristik Tanah pada Masing-masing Landform dan Koefisien Keseragaman (KK) Karakteristik Tanah antar Landform ......................... 80

Lampiran

1. Perbandingan antara Koefisien Keseragaman (KK) Internal Karakteristik Tanah pada Landform A.1.3 dan Koefisien Keseragaman (KK) Karakteristik Tanah antar Landform................................................ 88

2. Perbandingan antara Koefisien Keseragaman (KK) Internal Karakteristik Tanah pada Landform B.3 dan Koefisien Keseragaman (KK) Karakteristik Tanah antar Landform................................................ 88

3. Perbandingan antara Koefisien Keseragaman (KK) Internal Karakteristik Tanah pada Landform K.3 dan Koefisien Keseragaman (KK) Karakteristik Tanah antar Landform................................................ 88

4. Perbandingan antara Koefisien Keseragaman (KK) Internal Karakteristik Tanah pada Landform M.22 dan Koefisien Keseragaman (KK) Karakteristik Tanah antar Landform................................................ 88

5. Perbandingan antara Koefisien Keseragaman (KK) Internal Karakteristik Tanah pada Landform T.121 dan Koefisien Keseragaman (KK) Karakteristik Tanah antar Landform................................................ 89

6. Perbandingan antara Koefisien Keseragaman (KK) Internal Karakteristik Tanah pada Landform V.33 dan Koefisien Keseragaman (KK) Karakteristik Tanah antar Landform................................................ 89

Page 13: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

ix

7. Perbandingan antara Koefisien Keseragaman (KK) Internal Karakteristik Tanah pada Masing-masing Landform dan Koefisien Keseragaman (KK) Karakteristik Tanah antar Landform ......................... 90

8. Unsur Pembentuk Klasifikasi Tanah Pada Landform A.1.3 ..................... 93

9. Unsur Pembentuk Klasifikasi Tanah Pada Landform K.3 ........................ 93

10. Unsur Pembentuk Klasifikasi Tanah Pada Landform B.3 ........................ 94

11. Unsur Pembentuk Klasifikasi Tanah Pada Landform M.2.2 .................... 94

12. Unsur Pembentuk Klasifikasi Tanah Pada Landform V.3.3 ..................... 94

13. Unsur Pembentuk Klasifikasi Tanah Pada Landform T.12.1 ................... 95

Page 14: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Diagram alir proses pemetaan tanah LREPP II ........................................ 22

2. Diagram alir tahapan kerja dalam penelitian ............................................ 24

3. Sebaran landform A.1.3 daerah Karawang - Jawa Barat .......................... 37

4. Sebaran pedon tanah pada landform A.1.3 Karawang – Jabar ................ 37

5. Sebaran pedon tanah pada landform A.1.3 Karawang – Jabar ................ 39

6. Sebaran landform A.1.3 daerah Gresik - Jawa Timur.............................. 40

7. Sebaran Pedon tanah pada landform A.1.3 Gresik - Jawa Timur ............ 41

8. Sebaran klasifikasi tanah pada landform A.1.3 bagian barat Karawang-

Jabar .......................................................................................................... 43

9. Sebaran klasifikasi tanah pada landform A.1.3 bagian timur Karawang -

Jabar .......................................................................................................... 43

10. Sebaran klasifikasi tanah pada landform A.1.3 Gresik - Jatim ................. 44

11. Sebaran pedon tanah pada landform B.3 Karawang – Jabar..................... 48

12. Sebaran pedon tanah pada landform B.3 Karawang – Jabar (Perbesaran

pada Gambar 11) ....................................................................................... 48

13. Sketsa sebaran klasifikasi tanah pada landform B.3 Karawang ............... 50

14. Sebaran landform M.2.2 daerah Karawang – Jabar .................................. 57

15. Sebaran pedon tanah pada landform M.2.2 Karawang - Jabar ................. 57

16. Sebaran landform M.2.2 daerah Oesao – NTT ......................................... 59

17. Sebaran landform M.2.2 daerah Oesao – NTT ......................................... 59

18. Sebaran landform T.1.2.1 daerah Karawang – Jabar ................................ 65

19. Sebaran pedon tanah pada landform Karawang – Jabar ........................... 65

20. Sebaran landform T.1.2.1 daerah Oesao - NTT ........................................ 66

21. Sebaran pedon tanah pada landform V.3.3 daerah Pacitan – Jatim .......... 72

Page 15: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemenuhan kebutuhan akan peta sumberdaya alam pada saat ini masih

belum memadai, termasuk peta tanah (soil map) di dalamnya. Survei dan peta

tanah merupakan sarana penting dalam mempersiapkan rencana pemanfaatan

lahan dan pengembangan pertanian, antara lain; perencanaan-perencanaan

pengembangan komoditas pertanian, irigasi, transmigrasi, rekomendasi

pemupukan, pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), serta monitoring kualitas

lahan, degradasi lahan, dan pencemaran lingkungan (Hikmatullah dan Hidayat,

2007). Peta tanah juga bermanfaat untuk perencanaan di bidang non-pertanian.

Survei dan pemetaan tanah di Indonesia dimulai sejak diperkenalkan

sistem klasifikasi Dudal dan Soepraptohardjo. Sampai saat ini, survei dan

pemetaan tanah di Indonesia belum dapat dikatakan tuntas. Hasil inventarisasi

sumberdaya lahan tingkat tinjau skala 1:250.000 menunjukkan bahwa wilayah

yang sesuai untuk pertanian dan perlu dilakukan pemetaan tanah lebih detil (>

semi detil) ialah seluas 100,7 juta ha (Badan Litbang Pertanian, 2005), termasuk

di dalamnya yang sudah terpetakan pada tingkat semi detil seluas 36.7 juta ha,

(Hikmatullah dan Hidayat, 2007).

Tantangan serta permasalahan pemetaan tanah di Indonesia saat ini adalah

bagaimana supaya wilayah yang belum terpetakan pada skala semi detil tersebut

dapat diselesaikan dengan waktu yang cepat dan biaya yang murah. Guna

mengatasi tantangan pemetaan tanah di Indonesia, kajian-kajian teknik pemetaan

tanah perlu terus dikembangkan. Salah satu pendekatan yang sudah diterapkan

untuk percepatan ialah menerapkan metode pendekatan landform (Fisiografik

Unit). Metode ini merupakan substitusi seluruh atau sebagian terhadap metode

pemetaan tanah Grid System yang memerlukan waktu lama dan intensif tenaga

sehingga menjadi mahal.

Pendekatan landform dalam pemetaan pada dasarnya terletak pada konsep

bahwa landform adalah sebagai dasar delineasi satuan pemetaan pada daerah

survei sehingga dapat mengurangi intensitas pengamatan di lapangan. Konsep ini

Page 16: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

2

didasarkan pada pandangan bahwa terdapat hubungan erat antara satuan landform

dengan satuan tanah.

Survei pemetaan tanah dengan pendekatan landform telah dilakukan pada

survei dan pemetaan tanah tingkat tinjau, skala 1:250.000 LREPP I (Buurman,

1987) dan LREPP II dengan Skala 1:50.000. Dari hasil pemetaan LREPP I

dijumpai fakta yang menunjukkan bahwa dalam satu satuan landform masih

terdapat variasi karakteristik tanah yang berimplikasi pada klasifikasi tanah yang

berbeda. Sehingga menyulitkan dalam menyajikan satuan peta dengan

heterogenitas yang rendah padahal seharusnya dalam satu satuan peta

mencerminkan satu tingkat manajemen yang sama. Hal yang sama juga

terindikasi kuat terjadi pada hasil survei dan pemetaan tanah yang lebih intensif

yaitu tingkat semi detil skala 1:50.000 LREPP II.

Fakta tersebut perlu dikaji lebih lanjut terutama mengenai tingkat dan

intensitas keragamannya yang kemudian dijadikan sebagai acuan dalam

penentuan pendekatan / metode survei selanjutnya. Database hasil survei

terdahulu cukup banyak tersedia untuk dijadikan sebagai dasar kajian ini.

1.2. Tujuan

1. Melakukan analisis keterkaitan hubungan karakteristik dan satuan

klasifikasi tanah dengan unit landform.

2. Mengetahui gambaran tingkat homogenitas dan heterogenitas karakteristik

dan klasifikasi tanah pada suatu unit landform dari hasil pemetaan

terdahulu skala 1:50.000.

3. Mengidentifikasi karakteristik tanah penciri klasifikasi yang sulit diduga

landform berdasarkan klasifikasi.

1.3. Hipotesis

1. Karakteristik tanah yang dicerminkan dalam satuan klasifikasi tanah

merupakan hasil dari proses pembentukan dan perkembangan tanah yang

dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk tanah, di mana faktor-faktor

pembentuk tanah tersebut terdapat dalam unsur-unsur satuan landform.

Page 17: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

3

2. Pendekatan analisis spasial faktor-faktor pembentuk tanah yang

didelineasi secara homogen menghasilkan karakteristik tanah yang

homogen.

3. Klasifikasi tanah yang dijumpai pada suatu satuan landform menunjukkan

karakteristik tanah penciri yang terdapat di dalam satuan landform

tersebut.

Page 18: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep dan Definisi Tanah

Pada tahun 1898 Dokuchaev mengusulkan proses pembentukan tanah

dengan faktor pembentuknya. Prosesnya yaitu:

s = f (cl, o, p) t0

Di mana s = tanah, cl = iklim, o = organisme, dan t0 yang merepresentasikan

waktu relatif. Meskipun relief atau topografi tidak termasuk sebagai salah satu

faktor pembentuk tanah pada persamaan tersebut, Dokuchaev mengakui bahwa

relief sebagai salah satu faktor yang penting. Para ahli selanjutnya memodifikasi

proses tersebut dan menambahkan relief sebagai faktor pembentuk tanah.

Sehingga prosesnya menjadi :

s = f (cl, o,r, p, t)

Di mana s adalah tanah, cl adalah iklim lingkungan, o adalah organisme, r adalah

relief, p adalah bahan induk, dan t adalah waktu terbentuknya tanah.

Dengan demikian, proses pembentukan tanah terjadi akibat beberapa

faktor yang saling beinteraksi sehingga dapat membentuk tanah. Faktor-faktor

tersebut adalah iklim, organisme, topografi (relief), bahan induk, dan waktu.

Kelima faktor tersebut dikenal dengan istilah faktor pembentuk tanah. Sebenarnya

banyak sekali faktor lain yang mempengaruhi dalam proses pembentukan tanah,

akan tetapi kelima faktor inilah yang dianggap paling berperan penting dalam

proses pembentukan tanah (Gerrard, 1980).

Para ahli mendefinisikan tanah sesuai dengan cara pandang dan penekanan

yang digunakan oleh masing-masing ahli tersebut (Tan, 1994). Buol et al. (1980)

mendefinisikan tanah sebagai suatu tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan

atau horizon-horizon dari komponen mineral atau organik dengan ketebalan yang

bervariasi. Sedangkan Tan (1994) menyebutkan bahwa tanah merupakan tubuh

alam, penutup permukaan bumi yang mendukung pertumbuhan tanaman, dan

terintegrasi akibat adanya pengaruh aktivitas iklim dan organisme terhadap bahan

induk.

Page 19: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

5

Selain para ahli secara individual, Soil Survey Staff (1975) mendefiniskan

bahwa tanah adalah kumpulan tubuh alami pada permukaan bumi yang dapat

berubah atau dibuat oleh manusia dari penyusun-penyusunnya, yang meliputi

bahan organik yang sesuai bagi perkembangan akar tanaman. Di bagian atas

dibatasi oleh oleh udara atau air yang dangkal, ke samping dapat dibatasi oleh air

yang dalam atau bahkan hamparan es atau batuan, sedangkan bagian bawah

dibatasi oleh suatu materi yang tidak dapat disebut sebagai tanah, yang sulit

didefinisikan, ukuran terkecilnya 1 – 10 m2 tergantung pada keragaman

horisonnya.

2.2. Proses Pembentukan Tanah

Buol et al. (1980) menjelaskan bahwa setiap faktor mempunyai peran

masing-masing dalam proses pembentukan tanah. Iklim merupakan faktor yang

sangat penting dari proses pembentukan tanah. Suhu dan curah hujan sangat

berpengaruh terhadap intensitas reaksi kimia dan fisika di dalam tanah. Adanya

curah hujan dan suhu tinggi di daerah tropika menyebabkan reaksi kimia berjalan

cepat sehingga proses pelapukan dan pencucian berjalan cepat. Selain itu, iklim

berperan dalam proses erosi dan pengendapan tanah yang mengakibatkan terjadi

pergerakan materi tanah termasuk bahan organik dari satu tempat ke tempat lain.

Hal ini terjadi akibat adanya interaksi antara iklim (curah hujan) dengan faktor

kemiringan lereng (relief).

Organisme merupakan faktor pembentuk tanah yang tergolong aktif.

Proses pelapukan mineral dan pencampuran merupakan salah satu tugas dari

organisme makro dan mikro. Organisme ini mempengaruhi pembentukan humus,

pembentukan profil tanah, dan sifat fisika-kimia tanah. Di samping itu organisme

hidup memperlancar peredaran unsur hara dan membina struktur tanah yang baik.

Di antara berbagai organisme, vegetasi (makroflora) merupakan yang paling

berperan dalam mempengaruhi proses genesis dan pekembangan profil tanah,

karena merupakan sumber utama biomass atau bahan organik tanah (Hanafiah,

2007).

Bahan Induk menentukan sifat fisik maupun kimiawi tanah yang terbentuk

secara endodinamomorf, tetapi pengaruhnya menjadi tidak jelas terhadap tanah-

Page 20: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

6

tanah yang terbentuk secara ektodinamomorf. Sifat dari bahan induk dengan nyata

dapat mempengaruhi ciri-ciri dari tanah, muda maupun dewasa, namun dalam

perkembangannya terjadi proses pelapukan lebih lanjut bahkan mengalami

pencucian atau erosi, maka pengaruh ini makin tidak jelas bahkan hilang sama

sekali (Hanafiah, 2007).

Relief adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah termasuk

di dalamnya perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Relief mempengaruhi

proses pembentukan tanah dengan cara mempengaruhi jumlah air hujan yang

meresap atau ditahan masa tanah, mempengaruhi dalamnya air tanah,

mempengaruhi besarnya erosi, dan mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan

yang terlarut di dalamnya (Hardjowigeno, 2003).

Waktu, berapa lamanya suatu bahan mengalami hancuran memegang

peranan penting dalam pembentukan tanah. Peranan waktu dalam perkembangan

tanah sangat tergantung pada faktor pembentuk tanah lainnya. Semakin lambat

faktor pembentuk tanah bekerja, semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk

tanah tersebut mengalami perkembangan (weathering), begitu juga sebaliknya

(Soepardi, 1983).

2.3. Klasifikasi tanah

Klasifikasi merupakan alat penata atau pengorganisasian pengetahuan

suatu objek yang diklasifikasikan, sehingga manusia mudah untuk mengingatnya.

Melalui klasifikasi tanah, manusia akan lebih mudah untuk memahami sifat-sifat

tanah baik secara umum maupun khusus. Klasifikasi tanah adalah suatu sistem

pengelompokan tubuh-tubuh tanah yang sama berdasarkan sifat-sifat penciri

tertentu (Rachim & Suwardi, 2002).

Buol et al. (1980) mengemukakan lima tujuan klasifikasi tanah, yaitu :

1. Menata atau mengorganisir pengetahuan tentang tanah.

2. Memudahkan dalam mengingat sifat-sifat dan perilaku tanah.

3. Mengetahui hubungan antar individu tanah.

4. Mempelajari hubungan-hubungan dan sifat-sifat tanah yang baru.

5. Mengelompokan tanah untuk tujuan yang lebih praktis antara lain:

menaksir sifat-sifat dan produktivitasnya, menentukan lahan yang buruk,

Page 21: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

7

baik, atau terbaik, menentukan areal untuk pertanian, atau kemungkinan

hasil ekstrapolasi penelitian di tempat lain.

2.3.1. Sistem Klasifikasi Tanah di Indonesia

Terdapat 3 sistem klasifikasi tanah yang pernah dan atau masih digunakan

di Indonesia saat ini. Sistem klasifikasi itu adalah sistem klasifikasi tanah Pusat

Penelitian Tanah (1983), sistem klasifikasi tanah menurut FAO/UNESCO (1974),

dan sistem Taksonomi Tanah yang dikembangkan oleh United State Departement

of Agriculture (USDA).

Sistem klasifikasi tanah PPT (1983) merupakan penyempurnaan dari

sistem Dudal dan Soepraptohardjo (1957, 1961). Perbaikan didasarkan atas

pengalaman para Staf Pusat Penelitian Tanah dan dari hasil evaluasi pemetaan

yang telah dilakukan. Sistem klasifikasi PPT ini menggunakan enam kategori

yaitu Golongan, Kumpulan, Jenis, Macam, Rupa, dan Seri. Kelebihan dari sistem

ini yaitu: dasar klasifikasinya menggunakan bahan induk sehingga memudahkan

dalam klasifikasi, dan sudah banyak dikenal oleh para ahli di Indonesia sehingga

memudahkan dalam berkomunikasi. Sedangkan kelemahannya yaitu: sistem ini

mengambil dari berbagai kriteria sistem klasifikasi, dan dari 6 kategori yang telah

disusun, hanya 2 kategori yang berkembang yaitu Jenis dan Macam.

Sistem klasifikasi FAO/UNESCO (1974) merupakan sistem klasifikasi

yang dibuat berdasarkan rekomendasi International Society of Soil Science.

Dalam sistem ini hanya dikenal nama tanah yang setara dengan greatgroup dan

subgroup dalam sistem Taksonomi Tanah. Kelebihan dari sistem klasifikasi ini

yaitu: sistematikanya sederhana, hanya terdiri dari 2 kategori sehingga mudah

untuk diingat, dan dilengkapi dengan peta tanah dunia sehingga dapat mengetahui

penyebaran setiap nama tanah di dunia. Sedangkan kelemahannya yaitu: sistem

ini mengambil nama tanah dari berbagai negara sehingga kriterianya tidak begitu

baik, dan didominasi nama-nama yang berasal dari negara pembuat sistem ini.

Sistem Klasifikasi Tanah USDA, yaitu sistem Klasifikasi Taksonomi

Tanah (Soil Taxonomy) yang dikembangkan oleh United State Departement of

Agriculture (USDA) mulai 1975 telah dipakai secara luas di dunia. Sistem ini

telah beberapa kali mengalami perbaikan baik definisi maupun nama-nama tanah

Page 22: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

8

pada setiap kategori. Taksonomi tanah terus dikembangkan sehingga selalu

mengalami perubahan dalam jangka waktu yang relatif pendek. Adapun kelebihan

dari sistem Taksonomi Tanah ini ialah: Pertama, sistematikanya sangat baik,

berjenjang seperti piramida dan setiap kategori berkembang proporsional. Kedua,

nama pada setiap kategori memiliki arti khusus sehingga dari namanya dapat

diketahui sifat-sifat tanahnya. Ketiga, sistem ini telah digunakan di seluruh dunia

minimal untuk komunikasi ilmiah. Sedangkan kelemahannya, pertama, sistem ini

belum banyak dikenal di Indonesia sehingga agak sulit untuk komunikasi selain

ahli tanah. Kedua, untuk dapat mengklasifikasikan dengan sistem ini memerlukan

data yang cukup detil dan akurat. Ketiga, pengembangan sistem ini sebagian besar

berdasar tanah-tanah di Amerika sehingga tidak seluruh nama tanah yang ada di

dalam sistem ini terdapat di Indonesia (Suwardi & Hidayat, 2000).

Indonesia termasuk negara yang merekomendasikan penggunaan sistem

Taksonomi Tanah dalam pembuatan peta tanah pada setiap survei tanah sejak

Kongres Nasional V Himpunan Ilmu Tanah Indonesia di Medan tahun 1989

(Hardjowigeno, 1993). Sistem ini dinilai lebih komprehensif dibandingkan dengan

sistem yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah (PPT, 1983) maupun

FAO/UNESCO (1974) (Suwardi & Hidayat, 2000).

Kategori Sistem Taksonomi Tanah adalah sekumpulan kelas yang

ditentukan kira-kira pada tingkat keumuman (generalisasi) atau abstraksi yang

sama dan mencakup semua tanah. Dalam taksonomi tanah ada enam kategori,

menurut urutan penggolongan dan peningkatan jumlah pembeda dan kelas-kelas,

kategori tersebut adalah order, suborder, greatgroup, subgroup, family, dan serie.

Kategori order adalah tingkat pengelompokan tanah tertinggi. Order

dibedakan oleh kehadiran dan ketidakhadiran horison penciri atau sifat yang

menjadi pembeda tanah dalam derajat dan jenis sekumpulan proses pembentukan

tanah yang dominan yang telah berjalan.

Kategori suborder adalah kategori satu tingkat di bawah order. Suatu

order dapat dipilah-pilah lagi untuk mengurangi keragaman sifat ke dalam kelas-

kelas pada tingkat suborder. Alasan pembedaan utamanya adalah ketidakhadiran

diferensiasi horison.

Page 23: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

9

Kategori greatgroup adalah kategori di bawah suborder, yang

menunjukan sifat-sifat taksa lebih homogen dari pada sifat-sifat taksa pada

suborder. Pembeda dalam kategori ini menempatkan tanah bersama-sama yang

memiliki sifat-sifat umum berikut :

1. Kesamaan yang erat dalam jenis, pengaturan, dan derajat ekspresi horison.

2. Kesamaan yang erat dalam regim kelembaban dan temperatur.

3. Kesamaan status basa.

Kategori subgroup adalah kategori satu tingkat di bawah greatgroup.

Kategori ini mempunyai tujuan dalam mengelompokan tanah sebagai tanda pada

sekumpulan proses yang dominan atau penting pada kategori greatgroup,

suborder, atau order.

Kategori Family adalah kategori yang tujuannya dalam mengelompokan

tanah dalam subgroup yang memiliki sifat fisik dan kimia yang sama, yang

mempengaruhi tanggapan terhadap pengolahan atau manipulasi dalam

penggunaannya. Family ditentukan terutama untuk mengelompokan tanah dengan

tekanan :

1. Distribusi ukuran butir dalam horison-horison aktivitas biologi utama di

bawah kedalaman lapisan olah.

2. Mineralogi horison-horison yang sama diperhatikan dalam penamaan

kelas-kelas ukuran butir.

3. Regim temperatur.

4. Ketebalan tanah yang dapat dipenetrasi akar.

5. Beberapa sifat lain yang digunakan dalam penentuan beberapa family

untuk menghasilkan homogenitas yang diperlukan.

Kategori serie adalah kategori terendah dalam taksonomi tanah. Ada dua

jenis pembeda yang ditetapkan untuk serie, yaitu:

1. Pembeda antara family dan antara kelas-kelas dari semua kategori yang

lebih tinggi adalah sebagai pembeda antar serie. Suatu serie tidak dapat

melewati selang batas dua family atau dua kelas dari kategori lebih tinggi.

2. Pembeda antar serie di dalam family yang sama adalah ditekankan pada

satu atau lebih selang sifat dari family (Rachim, 2001).

Page 24: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

10

2.4. Karakteristik Tanah untuk Klasifikasi

Sejumlah sifat tanah merupakan kunci dalam pengklasifikasian tanah.

Sifat-sifat tanah tersebut dapat dikelompokan ke dalam sifat morfologi yang dapat

diamati di lapangan dan sifat-sifat kimia yang dapat diketahui melalui analisis

laboratorium. Sifat-sifat morfologi tanah yang dapat diamati di lapangan

diantaranya horison tanah, warna tanah, tekstur lapang, dan kedalaman efektif

tanah. Sedangkan sifat-sifat kimia tanah yang diketahui melalui analisis

laboratorium diantaranya adalah tekstur tanah, pH tanah, dan kapasitas tukar

kation (KTK) tanah.

Horison tanah adalah lapisan tanah yang hampir sejajar dengan permukaan

tanah yang terbentuk karena proses pembentukan tanah (Suwardi & Hidayat,

2000). Ada 6 horison utama yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas

ke bawah yaitu horison O, A, E, B, C, dan R. Sedang horison yang menyusun

solum tanah adalah hanya horison A, E, dan B.

Horison O merupakan horison organik yang terbentuk di atas lapisan tanah

mineral. Di daerah rawa-rawa horison O merupakan horison utama pada tanah

gambut (Histosol). Horison A merupakan horison di permukaan tanah yang terdiri

dari campuran bahan organik dan bahan mineral berwarna lebih gelap daripada

horison di bawahnya. Horison E merupakan horison di mana terjadi pencucian

(eluviasi) maksimum terhadap liat, Fe, Al, bahan organik, serta berwarna pucat.

Horison B dalah horison utama, yang terdiri dari bahan-bahan telah diubah secara

kimia dan fisik, telah kehilangan hampir seluruhnya atau semua struktur batuan

asal, dan telah terbentuk di bawah horison A, E, dan O. Horison C merupakan

bahan induk, sedikit terlapuk, sehingga lunak dan dapat ditembus oleh akar

tanaman. Horison R merupakan batuan keras yang belum dilapuk, horison ini

tidak dapat ditembus oleh akar tanaman.

Kedalaman efektif tanah merupakan kedalaman di mana perakaran

tanaman masih bisa masuk ke dalam tanah dan berkembang dengan baik.

Kedalaman tersebut umumnya dibatasi oleh suatu lapisan penghambat, misalnya

berupa batu keras (bedrock), padas atau lapisan lain yang menganggu atau

menghambat perkembangan perakaran. Kedalaman efektif tanah dikelompokan

menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu: dangkal (<25 cm), sedang (25-75 cm), dan dalam

Page 25: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

11

(>75 cm) (Soepraptohardjo, 1970; Pusat Penelitian Tanah, 1983; Direktorat

Konservasi Tanah Dephut, 1984).

Tekstur tanah, biasanya juga disebut besar butir tanah merupakan

karakteristik tanah yang berhubungan erat dengan pergerakan air, zat terlarut, dan

luas permukaan spesifik (specifik surface) yang mempengaruhi potensi tanah

(Hilel, 1982). Tekstur tanah adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu,

dan liat, yaitu partikel tanah yang berdiameter efektif < 2 mm. Berbagai lembaga

penelitian atau institut mempunyai kriteria sendiri untuk membagi fraksi partikel

tanah. Dalam bidang pertanian umumnya menggunakan klasifikasi menurut

United State Departement of Agriculture (USDA). Berdasarkan perbandingan ke-

3 fraksi tanah, terkstur tanah di bagi menjadi 12 (dua belas) tekstur tanah (Soil

Survei Manual, 1993), yaitu: pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung,

lempung berdebu, debu, lempung liat berpasir, lempung berliat, lempung liat

berdebu, liat berpasir, liat berpasir, liat berdebu, dan liat. Soepraptohardjo (1970),

Subagyo (1975), dan Direktorat Konservasi Tanah Dephut (1984) untuk keperluan

evaluasi potensi atau kemampuan lahan telah melakukan penyederhanan kelas

tekstur tanah menjadi 3 (tiga), yaitu: kasar, sedang, dan halus.

Kemasaman tanah atau pH tanah merupakan jumlah log [H+] dalam

larutan tanah. pH tanah dapat memperkirakan keadaan hara tanah, jumlah basa-

basa, tingkat pelapukan tanah, derajat pencucian tanah. pH tanah menurut

Soepraptohardjo (1970), Subagyo (1975), dan Pusat Penelitian Tanah (1983)

dikelompokan menjadi 5 (lima) klas, yaitu: sangat masam (pH <4,5), masam (pH

4,5-5,6), agak masam (pH 5,6-6,5), netral (pH 6,6-7,5), dan alkalis (pH >7,5).

Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan kemampuan tanah untuk

menahan dan menukarkan kation-kation/basa-basa. KTK yang tinggi merupakan

petunjuk bahwa tanah mempunyai kemampuan untuk menahan unsur hara yang

besar. KTK tanah antara lain dipengaruhi oleh kadar liat dan C-organik tanah

(Tisdale dan Nelson, 1975; Tan, 1991), pH tanah untuk muatan terubahkan (Juo

dan Adams, 1986), kandungan oksida besi (Rachim, 1994; Hidayat, 1996).

Kondisi tersebut terkait dengan jenis bahan induk tanah dan kondisi iklim di mana

tanah tersebut terbentuk. KTK tanah dikelompokan menjadi 3 (tiga) kelas, yaitu:

Page 26: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

12

rendah (<16 me/100 g tanah), sedang (16-24 me/100 g tanah), tinggi (>24 me/100

g tanah) (Pusat Penelitian Tanah, 1983).

2.5. Kaidah Pemetaan Tanah

2.5.1. Pengertian Peta Tanah

Data tanah dapat disajikan secara spasial dengan berbagai teknik

tergantung tujuan (intensitas pengamatan) dan teknik pelaksanaannya yang

kesemuanya dapat dipandang sebagai peta tanah.

Berdasarkan cara penyajiannya, peta tanah dapat dibedakan sebagai

berikut:

1. Peta tanah bersimbolkan titik (Point soil maps), yaitu peta yang

menunjukkan lokasi titik-titik pengamatan yang sesungguhnya dilakukan,

disertai nama taksa (kelas) tanah atau satu atau lebih sifat-sifat tanah.

2. Peta tanah poligon kelas-areal. Daerah survei dibagi atau beberapa poligon

dengan menggunakan garis batas secara tegas. Masing-masing poligon

diberi simbol dengan nama kelas dan tiap-tiap kelas dijelaskan dalam

legenda.

3. Peta lapangan kontinyu yang dibuat dengan metode interpolasi. Peta ini

umumnya disajikan dengan isoline atau pada grid halus. Peta ini

memperlihatkan kontinuitas sebaran sifat sifat tanah yang diduga dengan

jalan interpolasi.

4. Peta lapangan kontinyu yang dibuat melalui pengamatan langsung di

seluruh daerah survei. Peta ini umunya disajikan dengan peta grid. Peta ini

memperlihatkan sebaran sifat tanah kontinyu yang diukur.

Dari semua jenis peta tanah tersebut, peta tanah poligon kelas-areal

merupakan peta yang paling umum dibuat (Rayes, 2006). Peta tanah jenis ini

merupakan peta yang dibuat untuk memperlihatkan sebaran taksa tanah dalam

hubungannya dalam kenampakan fisik dari permukaan bumi (Soil Survei Staff,

1975). Pada setiap peta tanah digambarkan garis-garis batas (delineasi) tanah-

tanah yang dijumpai di lapangan. Garis batas tersebut membentuk poligon-

poligon yang digambarkan pada peta tanah yang disebut satuan peta tanah (SPT),

Page 27: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

13

yang merupakan gambar sebaran tubuh tanah di lapangan (serupa dengan

polipedon).

Dalam setiap peta tanah umumnya selalu berisikan lebih dari satu satuan

peta tanah. Pada setiap satuan peta tanah, dapat terdiri atas satu satuan (taksa)

tanah tertentu atau dapat pula terdiri atas dua atau lebih taksa tanah, baik itu

berupa asosiasi maupun kompleks tanah yang didefinisikan dalam istilah

taksonomi tanah atau sistem klasifikasi tanah lainnya.

2.5.2. Prinsip dan Tingkat Pemetaan

Berdasarkan teknik pelaksanaannya, terdapat dua pendekatan yang

ditempuh oleh pemeta, yaitu:

1. Pendekatan sintetik (synthetic approach), mengamati, mendeskripsi dan

mengklasifikasikan profil tanah (pedon) pada beberapa lokasi di daerah

survei kemudian membuat (mendelineasi) batas di sekitar daerah yang

mempunyai profil tanah serupa, sesuai dengan klasifikasi yang digunakan.

2. Pendekatan analitik (analytical approach), membagi ‘kontinum’ atas

persil-persil atau satuan-satuan berdasarkan dalam pengamatan perubahan

dalam sifat-sifat tanah eksternal (sifat bentang lahan), melalui interpretasi

foto udara, yang diteruskan dengan melakukan pengamatan dan

pengklasifikasian tanah untuk masing-masing satuan yang dibuat tersebut.

Berdasarkan tingkatannya, survei tanah dibedakan atas enam macam, yaitu

peta tanah bagan, eksplorasi, tinjau, semi-detil, detil dan sangat detil. Masing-

masing peta tersebut memiliki skala peta yang berbeda-beda.

Peta tanah bagan, peta ini dibuat sebagai hasil kompilasi dan generalisasi

peta-peta tanah eksplorasi atau peta tanah tinjau. Peta ini hanya digunakan untuk

memperoleh gambaran umum tentang sebaran tanah secara nasional. Dalam

pembuatannya tidak dilakukan pengamatan lapangan. Skala peta sama atau lebih

kecil dari 1:2.500.000.

Peta tanah eksplorasi, peta ini menyajikan keterangan yang sangat umum

tentang keadaan tanah dari suatu daerah. Biasanya peta ini dibuat dengan survei

yang dilakukan sepanjang jalan atau menggunakan helikopter pada tempat-tempat

tertentu yang dianggap mempunyai perbedaan jenis tanah, yang ditunjukkan oleh

Page 28: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

14

bentang alam yang berbeda. Survei ini juga dapat dilakukan dengan bantuan

interpretasi foto udara atau citra satelit, dengan intensitas pengamatan yang sangat

rendah. Skala bervariasi dari 1:500.000 hingga 1:1.000.000.

Peta tanah tinjau, umumnya peta ini dibuat pada skala 1:250.000. Satuan

peta didasarkan atas satuan tanah-bentuk lahan atau sistem lahan yang didelineasi

melalui interpretasi foto udara dan atau citra satelit. Pengamatan di lapangan

kurang lebih 1 untuk 12,5 km2.

Peta tanah semi-detil, peta ini umumnya dibuat dengan skala 1:50.000,

dengan intensitas pengamatan sekitar 1 untuk setiap 50 hektar, tergantung dari

kerumitan bentang lahan. Biasanya dilakukan dengan sistem grid yang dibantu

oleh hasil interpretasi foto udara dan citra satelit. Peta ini memberi gambaran

tentang potensi daerah secara lebih terperinci serta dapat menunjukkan lokasi

proyek yang akan dilaksanakan.

Peta tanah detil, peta ini biasanya dibuat dengan skala 1:25.000 dan

1:10.000 serta ditujukan untuk mempersiapkan pelaksanaan suatu proyek

termasuk proyek konservasi tanah sehingga informasi sifat dan ciri tanah

diuraikan sedetil mungkin. Jumlah pengamatan untuk tanah adalah sekitar 1 untuk

setiap 2 ha sampai 12,5 ha.

Peta tanah sangat detil, peta tanah ini mempunyai skala > 1:10.000.

Pengamatannya 2 atau lebih untuk setiap hektarnya. Peta ini ditujukan untuk

penelitian khusus, misalnya untuk petak percobaan pertanian guna mempelajari

variabilitas respons tanaman terhadap pemupukan atau perlakuan tertentu dan

lain-lain (Rayes, 2006).

2.5.3. Pendekatan Metode Survei Tanah

Terdapat 3 macam pendekatan metode survei tanah, yaitu metode grid,

sistem fisiografi dengan bantuan interpretasi foto udara, dan grid bebas yang

merupakan penerapan gabungan dari kedua pendekatan tersebut. Metode survei

grid biasa disebut juga metode grid kaku. Skema pengambilan contoh tanah secara

sistematik dirancang dengan mempertimbangkan kisaran spasial autokorelasi

yang diharapkan. Jarak pengamatan dibuat secara teratur pada jarak tertentu untuk

seluruh daerah survei. Pengamatan tanah dilakukan dengan pola teratur dan jarak

Page 29: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

15

pengamatan tergantung dari skala peta. Survei grid ini sangat cocok diterapkan

pada daerah yang posisi pemetanya sukar ditentukan dengan pasti.

Keuntungan dari metode survei grid ini diantaranya tidak memerlukan

penyurvei yang berpengalaman karena lokasi titik-titik pengamatan sudah diplot

pada peta rencana pengamatan, sangat baik diterapkan pada daerah yang luas yang

memerlukan penyurvei dalam jumlah besar, cukup teliti dalam menentukan batas

satuan peta tanah pada daerah survei yang relatif datar, dan dapat mengurangi

sejumlah sifat tanah pada suatu variasi yang menggambarkan proporsi yang besar

dari data yang tersedia. Kerugian dari metode survei grid ini antara lain

memerlukan waktu yang lama, pemanfaatan seluruh titik-titik pengamatan

sehingga tidak efektif, sebagian lokasi pengamatan tidak mewakili satuan peta

yang dikehendaki.

Metode selanjutnya adalah metode survei fisiografi. Survei ini diawali

dengan melakukan interpretasi foto udara (IFU) untuk mendelineasi landform

yang terdapat di daerah survei, diikuti dengan pengecekan lapangan terhadap

komposisi satuan peta, biasanya hanya di daerah pewakil. Survei ini umumnya

diterapkan skala 1:50.000 - 1:200.000. Metode ini hanya dapat diterapkan jika

tersedia foto udara yang berkualitas tinggi. Batas satuan peta sebagian besar atau

seluruhnya didelineasi dari hasil IFU.

Metode yang terakhir adalah metode grid bebas (fleksibel). Metode ini

merupakan perpaduan metode grid kaku dan metode fisiografi. Metode ini

diterapkan pada survei detil hingga semi-detil, foto udara berkemampuan terbatas

dan di tempat-tempat yang orientasi di lapangan cukup sulit dilakukan.

Pengamatan lapangan dilakukan seperti pada grid-kaku, tetapi jarak pengamatan

tidak perlu sama dalam dua arah, tergantung fisiografi daerah survei. Dengan

demikian kerapatan pengamatan disesuaikan menurut kebutuhan skala survei yang

dilaksanakan serta tingkat kerumitan pola tanah di lapangan (Rayes, 2006).

2.6. Konsep dan Dasar-dasar Klasifikasi Landform

Sebagaimana sistem klasifikasi di bidang lain (flora, fauna, tanah, dan

lain-lain) yang mempunyai dasar-dasar dan sistematik tertentu, klasifikasi

landform juga harus ada dasar yang jelas dan disusun secara sistematik

Page 30: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

16

berdasarkan kategori-kategori dari golongan atau kelompok yang besar menjadi

kelompok yang kecil (hirarki). Mengingat bahwa landform merupakan bentukan

alam yang terjadi melalui serangkaian proses geomorfik dan evolusi, maka

klasifikasi landform didasarkan kepada kedua hal tersebut.

2.6.1. Pengertian Bentuk Lahan (Landform)

Bentuk lahan (landform) adalah bentukan alam di permukaan bumi,

khususnya di daratan, yang terjadi karena proses geomorfik tertentu dan melalui

serangkaian evolusi tertentu pula, dan dapat dibedakan berdasarkan skalanya dari

sub-kontinental (misalnya rangkaian pegunungan) sampai bagian dari lereng

tunggal (Marsoedi et al., 1997). Sedangkan Bloom (1979) mendefinisikan

landform adalah setiap elemen dari bentang lahan (lanskap) yang dapat diamati

secara keseluruhan, dan mempunyai bentuk yang konsisten atau perubahan bentuk

yang teratur.

2.6.2. Faktor dan Proses Landform

Menurut Wiradisastra et al. (1999) bentuk-bentuk lahan yang ada di muka

bumi terjadi melalui proses geomorfik yaitu semua perubahan, baik fisik maupun

kimia yang mempengaruhi perubahan bentuk permukaan bumi. Faktor

penyebabnya berupa tenaga geomorfik yaitu semua media alami yang mampu

memantapkan dan mengangkut bahan di permukaan bumi. Tenaga tersebut antara

lain berupa air mengalir, air tanah, gletser, angin, dan gerakan air lainnya

(gelombang laut, pasang surut, dan tsunami).

Menurut Thornbury (1969) secara garis besar proses geomorfik yang

membentuk rupa bumi terdiri dari proses eksogenetik (epigenetik), endogenetik

(hipogenetik), dan ekstraterestrial. Proses eksogenetik terjadi melalui proses

gradasi dan aktivitas organisme termasuk manusia. Proses gradasi dapat berupa

degradasi yang dapat terjadi melalui proses hancuran iklim (weathering

processes), gerakan massa (mass wasting), dan erosi. Proses gradasi dapat pula

terjadi melalui agradasi yang penyebabnya berupa air mengalir, air tanah,

gelombang air (laut atau danau), arus pasang surut, tsunami, gerakan angin dan

Page 31: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

17

gletser. Proses endogenetik terjadi melalui diastrofisme dan volkanisme,

sedangkan proses ekstraterestrial terjadi melalui jatuhnya meteor.

Proses hancuran iklim dan erosi yang terjadi pada batuan memberikan

pengaruh yang berbeda-beda terhadap bentuk lahan, yang disebabkan oleh tiga

faktor utama, yaitu: kondisi iklim, jenis penyusun batuan, dan lamanya proses

pembentukan lahan tersebut (Desaunettes, 1975).

2.6.3. Sistem Klasifikasi Landform di Indonesia

Christian & Steward (1968) menggunakan pendekatan Landsystem.

Pendekatan ini dikembangkan di Australia dan di Indonesia pernah digunakan

oleh Departemen Transmigrasi pada tahun 1989 dalam proyek RePPProT. Sistem

klasifikasi ini menggunakan aspek geomorfologi, iklim dan penutupan lahan.

Desaunnetes (1977), dengan “Catalogue Landform for Indonesia” yang

menggunakan pendekatan fisiografik dan bentuk wilayah. Katalog ini digunakan

oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat dalam penyusunan sistem klasifikasi

lahan untuk Proyek LREPP-I tahun 1985-1990.

Zuidam (1979) & Zuidam and Cancelado (1978) dengan metode “Terrain

Analysis” nya, menggunakan dasar geomorfologi disertai keadaan bentuk

wilayah, stratigrafi dan keadaan medan.

Buurman dan Balsem (1990) menggunakan pendekatan satuan lahan.

Sistem ini digunakan oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat dalam

penyusunan sistem klasifikasi lahan untuk Proyek LREPP-I di Pulau Sumatra

tahun 1985-1990.

Marsoedi, et.al. (1997) menggunakan pendekatan proses geomorfik.

Sistem ini merupakan perbaikan sistem Desaunnetes dan Buurman & Balsem

dengan memperhatikan kondisi di Indonesia.

2.6.4. Klasifikasi Landform LREPP I

Land Resources Evaluation and Planning Project (LREPP I) adalah

kegiatan survei dan pemetaan tanah tingkat tinjau dengan skala 1 : 250.000 di

Pulau Sumatera. Pembagian landform dalam LREPP I ini, kategori paling tinggi

berupa grup-grup fisiografi yang pada dasarnya berdasarkan proses geomorfik.

Page 32: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

18

Namun masih terdapat grup fisiografi yang masih tidak konsisten dalam

penamaannya, yaitu grup perbukitan, grup pegunungan, dan grup dataran, yang

menggunakan terminologi bentuk wilayah (relief). Di samping itu, karena sistem

ini digunakan khusus untuk Pulau Sumatera, maka muncul grup-grup fisiografi

khusus karena kekhasannya, yaitu: Grup dataran Tuff masam dan grup Tuff Toba

masam.

2.6.4.1. Landform Utama LREPP I

Grup Kubah Gambut (D), gambut ombrogen yang luas di daerah dataran

pantai, membentuk kubah setinggi 10 m atau lebih (di atas level batas permukaan

air sungai tertinggi), pada umumnya dipengaruhi oleh air dengan salinitas tinggi.

Bagian ini tidak termasuk kedalam bagian gambut topogen dengan level

permukaan hampir tidak cembung yang terjadi pada bagian rawa belakang. Grup

Aluvial dan daerah tersebut merupakan daerah yang mengalami banjir musiman

akibat posisi topografi daerah tersebut. Vegetasi khusus : hutan gambut.

Grup Aluvial (A), landform lain yang terkait dengan aktivitas danau

muda/recent, meandering dan sungai braiding, dan proses pengendapan akibat

kemiringan lereng (koluvium), tidak termasuk bagian-bagian di mana marin

berpengaruh dominan (tidak salin). Landform ini sebagian besar terdiri dari

dataran aluvial yang luas pada daerah pantai, lembah sungai pada daerah dataran

tinggi, endapan koluvial pada kipas aluvium dan foot slopes, endapan lakustrin,

dan teras sungai.

Grup Marin (B), landform recent dan subrecent lainnya yang terkait

dengan proses marin dan perimarin; lingkungan payau dan salin: punggung

pesisir, cekungan pesisir, rawa air asin, dataran lumpur, mangrove, endapan delta,

endapan estuarin, bukit pasir, terumbu karang. Grup ini bukan termasuk landform

yang berumur lebih tua, daerah dataran angkatan atau teras marin (pencucian

garam).

Grup Teras Marin (T), dataran pantai dan teras abrasi yang terangkat,

tererosi, dan tertoreh. Torehan landform, datar, horisontal, atau mempunyai

permukaan lereng yang halus. Landform ini mempunyai luas yang besar, pada

umumnya subsoil terdiri atas stratifikasi endapan marin atau hasil erosi batuan

Page 33: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

19

yang lebih tua. Teras sungai dan teras lakustrin tidak termasuk ke dalam satuan

landform ini, akan tetapi termasuk ke dalam grup landform Aluvial.

Grup Dataran Tuff Masam (I), dataran luas yang terdiri atas akumulasi tuff

volkan masam dengan karakteristiknya, landform, dan tanah. Tuf masam utama

yang tergolong pada grup ini adalah formasi Palembang (QTpv, Tpp, Tmp)

pembentuk tuff Lampung (Qhv), tuff Ranau (Qrv), dan lain-lain. Tuff masam ini

juga dikenal dengan istilah “ Ignimbrites”, bagian dari tuff yang telah mengendap

di dalam lingkungan cekungan marin. Rhyolit Toba tidak termasuk ke dalam

bagian ini.

Grup Dataran (P), dataran lain yang tidak terbentuk dari bahan volkan

masam. Daerah-daerah yang mempunyai keseragaman lereng dengan kemiringan

kurang dari 16% dan amplitudo kurang dari 50 m, serta cakupannya sangat luas.

Bentang lahan tua; yang telah tererosi dan terpotong. Volkan muda, marin,

dataran aluvial, dan dataran karst tidak termasuk ke dalam grup landform ini.

Grup Tuff Toba Masam (Q), tuff masam yang berasal dari erupsi Toba

(Toba Rhyolite), mencakup ketinggian 0 – 2000 m. Pada umumnya panjang,

mempunyai derajat kemiringan lereng yang homogen, terdapat pada lembah-

lembah sungai, plateau. Akumulasi endapan tuff masam, kadang terlihat.

Grup Volkanik (V), landform lain yang berumur recent dan subrecent,

secara umum intermedier sampai mafik, aktivitas volkan. Stratovolkan dan hasil

erosi stratovolkan, aliran lava, plateau lava, lahar. Blok patahan volkan tidak

termasuk di dalamnya, dan subgrup ini tidak mencakup Rhyolit Toba.

Grup Karst (K), landform yang sebagian besar terbentuk oleh bahan

berkapur. Bentuknya secara umum tidak beraturan, pelarutan bahan kapur lunak

menimbulkan munculnya batu gamping yang keras yang tahan terhadap pelarutan

ke permukaan. Berlereng curam dan bentuknya berombak tidak beraturan

dibandingkan dengan bahan yang muncul secara horisontal. Pada batu gamping

yang keras, tanah pada umumnya tidak memiliki solum yang dalam, kecuali

terjadi pada lekukan-lekukan daerah tersebut. Pada umumnya tanah yang terdapat

pada landform ini mempunyai solum yang dangkal dengan ketebalan yang

beragam. Pada umumya terdapat jalur drainase yang tampak jelas.

Page 34: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

20

Grup Perbukitan (H), landform yang terbentuk oleh proses erosi dan

orogenesa, terdiri dari bukit kecil dan perbukitan dengan amplitudo relief 10 – 50

m atau 50 – 300 m, dengan bahan induk yang bervariasi. Termasuk di dalamnya

yang diakibatkan oleh proses struktural.

Grup Pegunungan dan Plateau (M), gunung : area yang sangat luas dengan

amplitudo relief lebih dari 300 m. Rangkaian pegunungan, blok pegunungan.

Daerah ketinggian yang relatif datar, sedikit atau banyak tertoreh, dibatasi oleh

tebing yang terjal menuju daerah yang lebih rendah. Landform pegunungan akibat

proses volkanik baru dan Rhyolit Toba tidak termasuk ke dalam bagian ini.

Grup Aneka, landform lain yang tidak termasuk ke dalam salah satu grup

landform, dan bukan lahan pertanian atau pengaruh aktivitas manusia. Termasuk

ke dalam landform ini adalah lembah curam, kota, danau, tempat pembuangan

sampah akhir, dan lain-lain (Buurman dan Balsem, 1990).

2.6.5. Klasifikasi Landform LREPP II

Second Land Resource Evaluation and Planning Project (LREPP II)

adalah proyek kegiatan survei dan pemetaan tanah tingkat semi detil dengan skala

1:50.000 pada tahun 1992-1997 pada beberapa wilayah di Indonesia. Kegiatan

LREPP II ini merupakan lanjutan kegiatan LREPP I yang telah melaksanakan

kegiatan survei sumberdaya lahan tingkat tinjau skala 1:250.000 di Pulau

Sumatera. Sistem pambagian landform yang diterapkan oleh LREPP II ini

merupakan hasil perbaikan dari sistem landform LREPP I yang dinilai masih

kurang konsisten antara proses geomorfik dan relief.

Kategori paling tinggi dalam sistem landform LREPP II didasarkan pada

proses geomorfik utama, yaitu proses geomorfik karena gaya endogen/hipogen,

gaya eksogen/epigen, dan gaya ekstraterestrial. Kategori-kategori selanjutnya

didasarkan atas bentukan landformnya sendiri, relief, litologi, tingkat erosi atau

torehan, dan sebagainya (Marsoedi et al., 1997).

Page 35: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

21

2.6.5.1. Landform Utama LREPP II

Grup Aluvial (A), landform muda (recent dan subrecent) yang terbentuk

dari proses fluvial (aktivitas sungai), koluvial (gravitasi), atau gabungan dari

proses fluvial dan koluvial.

Grup Marin (M), landform yang terbentuk dari proses marin, baik yang

bersifat konstruktif (pengendapan) maupun destruksi (abrasi). Daerah yang

terpengaruh air permukaan yang bersifat asin secara langsung ataupun daerah

pasang-surut tergolong dalam landform marin.

Grup Fluvio-Marin (B), landform yang terbentuk oleh gabungan dari

proses fluvial dan marin. Keberadaan landform ini dapat terbentuk pada

lingkungan laut (berupa delta) ataupun di muara sungai yang terpengaruh

langsung oleh aktivitas laut.

Grup Gambut (G), landform yang terbentuk di daerah rawa (baik rawa

pedalaman maupun maupun di daerah dataran pantai) dengan akumulasi bahan

organik yang cukup tebal. Landform ini dapat berupa kubah (dome) maupun

bukan kubah.

Grup Eolin (E), landform yang terbentuk oleh proses pengendapan bahan

halus (pasir, debu) yang terbawa angin.

Grup Karst (K), landform yang didominasi oleh bahan batu gamping keras

dan masif, pada umumnya keadaan topografi daerah tidak teratur. Landform ini

terbentuk terutama karena proses pelarutan bahan batuan penyusun, dengan

terjadinya antara lain : sungai di bawah tanah, gua-gua dengan stalaktit dan

stalagmit, sinkhole, doline, uvala, polje, dan tower karst.

Grup Volkanik (V), landform yang terbentuk karena aktivitas volkan atau

gunung berapi. Landform ini terutama dicirikan dengan adanya bantukan kerucut

volkan, aliran lahar, lava ataupun wilayah yang merupakan akumulasi bahan

volkanik.

Grup Tektonik dan Struktural (T), landform yang terbentuk sebagai akibat

dari proses tektonik (orogenesis dan epirogenesis) berupa proses angkatan,

lipatan, dan atau patahan. Umumnya Landform ini mempunyai bentukan yang

ditentukan oleh proses-proses tersebut dan karena sifat litologinya (struktural).

Page 36: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

22

Grup Aneka (X), bentukan alam atau hasil kegiatan manusia yang tidak

termasuk dalam grup yang telah diuraikan di atas, misalnya : lahan rusak,

singkapan batuan, penambangan, penggalian, landslide, wilayah sangat berbatu,

dan lain-lain (Marsoedi et al., 1997).

2.6.6. Kerangka Acuan LREPP II

Tujuan utama dari kegiatan proyek LREPP II ini adalah pengembangan

kemampuan institusional dalam hal pengumpulan, penelitian, evaluasi, penyajian,

dan pengelolaan data sumberdaya lahan serta penggunaannya dalam proses

perencanaan fisik (Marsoedi et al., 1997).

Secara garis besar kerangka acuan pelaksanaan proyek LREPP II adalah

sebagai berikut :

Gambar 1. Diagram alir proses pemetaan LREPP II

Persiapan

Pengumpulan dan Evaluasi Data

- Peta Rupa Bumi 1: 50.000

- FU dan Citra Satelit

- Data Iklim

- Data Pendukung

Interpretasi Foto Udara

- Delineasi Landform

- Delineasi Land use &

Vegetasi

Prasurvei Laporan Persiapan

Survei Tanah Utama Pengamatan sifat

dan penyebaran

tanah

Analisa Tanah

- Fisik & Kimia

- Korelasi Tanah

Digitasi & Pencetakan Peta Tanah

Page 37: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan studi pustaka dari hasil-hasil survei dan

pemetaan tanah LREPP II yang tersedia di arsip data base Balai Besar Litbang

Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Jl. Ir. H. Juanda No. 98 Bogor.

Penelitian dimulai dari bulan Agustus 2010 hingga Januari 2011.

3.2. Metode Penelitian

Secara garis besar penelitian ini dilakukan melalui 2 (dua) tahapan, yaitu:

tahap kompilasi dan tahap analisis data, dengan rincian masing-masing disajikan

pada Gambar 2.

3.2.1. Tahap Kompilasi Data

Kompilasi data dilakukan dari data base Balai Besar Sumberdaya Lahan

Pertanian. Data yang dikompilasi berasal dari hasil survei dan pemetaan Second

Land Resource Evaluaton And Planning Project (LREPP II) yang terdiri dari 4

jenis data, yaitu data site dan horizon (SH), data soil sample analysis (SSA),

plotting pengamatan lapang, peta tanah dan legenda (MU). Data LREPP II yang

digunakan meliputi 8 lokasi, yaitu: daerah Karawang (Jawa Barat), Semarang

(Jawa Tengah), Pangkalanbun (Kalimantan Tengah), Pacitan dan Gresik (Jawa

Timur), serta daerah Oesao, Besikama, dan Bena (Nusa Tenggara Timur).

Data SH terdiri atas: nama pemeta, nomor observasi, data iklim, landform,

bahan induk, elevasi, relief, kedalaman efektif, drainase, dan klasifikasi tanah

sampai kategori serie tanah menurut sistem USDA 2003. Data SSA terdiri atas:

nama pemeta, nomor observasi, kedalaman, simbol lapisan, warna tanah, tekstur

struktur, konsistensi, pH, KTK tanah, KTK liat, kejenuhan basa, kadar Ca, Mg, K,

Na, N, dan kadar C. Plotting pengamatan terdiri atas data yang mempunyai

referensi geografis. Sedangkan peta tanah berupa data spasial dan legenda.

Legenda peta terdiri atas: No SPT, klasifikasi tanah pada kategori seri & famili,

persen kemiringan lereng, bentuk wilayah, landform, bahan induk, dan luas.

Page 38: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

24

Gambar 2. Diagram alir tahapan kerja dalam penelitian

Seleksi data dilakukan untuk memilih daerah lokasi survei LREPP II yang

memiliki data lengkap, yaitu data pedon yang mempunyai data SH, SSA, dan

plotting pengamatan lapang. Sedangkan data yang tidak lengkap dipisahkan dari

data yang akan dianalisis.

Database Tanah LREPP II

Database Daerah Terpilih

Landform KarakteristikKlasifikasi

Seleksi

Analisa - Uji Tabular - Analisis Statistik

Hasil Interpretasi Data - Konsistensi Landform Terhadap Jenis Tanah - Gambaran Keragaman Karakteristik & Klasifikasi Tanah - Pendugaan Karakteristik Tanah Penciri yang Sulit Diduga

Oleh Landform

Data Pedon Terpilih Terkoreksi

Page 39: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

25

Koreksi data dilakukan untuk memeriksa unsur-unsur data yang sudah

terpilih melalui proses seleksi, untuk meminimalisir adanya kesalahan data yang

dapat diakibatkan oleh manusia ataupun akibat kesalahan pada tahap proses data.

Proses ini dilakukan terhadap data SH. Setelah melakukan over lay data plotting

pengamatan dengan data MU maka perlu koreksi terhadap landform dan bahan

induk tanah. Hal ini perlu dilakukan supaya data tersebut valid atau layak

digunakan sebagai bahan penelitian.

Setelah melalui tahap seleksi dan koreksi, tahap selanjutnya adalah tahap

crosschek data. Tahap ini bertujuan agar data tabular (SH & SSA) memiliki

hubungan data yang sinkron dengan data spasial (plotting pengamatan lapang)

sehingga kedua jenis data tersebut sudah benar-benar berada dalam satu kesatuan

sistem yang saling terkait, pedon terpilih untuk tahap ini merupakan pedon yang

sudah siap untuk dianalisis pada tahap selanjutnya. Jumlah pedon terpilih adalah

sebanyak 475 pedon.

3.2.2. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan 2 (dua) cara, yaitu: uji

tabular dan analisis statistik.

3.2.2.1. Uji Tabular

Uji tabular dilakukan dengan mensortir pedon berdasarkan satuan

landform sehingga dapat diketahui sebaran jenis tanah (Subgroup) pada suatu

landform beserta faktor-faktor pembedanya. Satuan unit landform adalah satuan

terendah dalam klasifikasi landform LREPP II yang tidak dapat dipisahkan lagi.

Faktor pembeda yang digunakan adalah bahan induk dan iklim. Uji tabular

bertujuan untuk mencari hubungan klasifikasi tanah (Subgroup) dengan landform,

dan analisisnya secara deskriptif.

Parameter bahan induk dibedakan berdasarkan jenis bahan induk dan umur

geologi pembentukannya yang mengacu pada kriteria bahan induk yang

digunakan dalam pemetaan LREPP I. Parameter bahan induk selengkapnya tersaji

pada Tabel 1.

Page 40: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

26

Tabel 1. Parameter Bahan Induk No simbol Rincian 1 aK Kuarter andesit 2 akT Tersier andesit berkapur 3 aT Tersier andesit 4 bK Kuarter Basal 5 bT Tersier Basal 6 cT Tersier batu gamping 7 dK Kuarter liparit 8 dkT Tersier dasit berkapur 9 dT Tersier dasit 10 fK Kuarter endapan liat 11 fkT Tersier batu liat berkapur 12 fqK Kuarter endapan liat dan pasir 13 fqT Tersier batu liat dan batu pasir 14 fT Tersier batuliat 15 gT Tersier granit 16 kT Tersier batu kapur 17 oK Kuarter organik 18 qK Kuarter endapan pasit 19 qkT Tersier batu pasir berkapur 20 qT Tersier batupasir 21 tT Tersier skis 22 yT Tersier batu sabak

Parameter yang kedua adalah iklim, parameter iklim digunakan untuk

membedakan dan mengetahui sejauh mana proses perkembangan tanah kaitannya

terhadap iklim setempat. Iklim adalah sintesis atau kesimpulan dari perubahan

nilai-nilai unsur cuaca dalam jangka panjang di suatu tempat atau pada suatu

wilayah. Parameter iklim yang digunakan adalah curah hujan pertahun. Data iklim

(curah hujan) tersebut digolongkan kedalam 3 tipe iklim (Tabel 2). Dasar dari

pembeda iklim tersebut adalah perubahan sifat-sifat tanah terkait dengan dengan

kelembaban tanah (regim kelembaban tanah).

Tabel 2. Parameter Iklim Tipe Iklim CH (mm/th)

A ≥ 2000 B ≥ 1500 - 2000 C < 1500

3.2.2.2 Analisis Statistik

Untuk membandingkan keragaman antar karakteristik tanah penciri pada

masing-masing satuan landform serta untuk membandingkan keragaman internal

antar satuan landform dari satu karakteristik tanah penciri digunakan nilai

koefisien keragaman (KK) yang diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

Page 41: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

27

Adapun ͞x merupakan nilai rata-rata dari suatu karakteristik tanah penciri,

sedangkan s adalah simpangan baku yang dapat diperoleh dengan rumus :

S = √ ( xi2 – (xi

2) ) n

n - 1

Di mana,

x : nilai setiap contoh tanah dari suatu karakteristik tanah penciri

n : jumlah contoh/populasi setiap karakteristik tanah penciri

i : contoh ke-i (Steel dan Torris, 1982 dalam Baskoro, 1986)

Di bawah ini tabel kriteria pengklasifikasian keragaman tanah berdasarkan

nilai koefisien keragaman (Sitorus, 1983 dalam Baskoro, 1986).

Tabel 3. Kriteria Pengklasifikasian Keragaman Tanah Berdasarkan Nilai Koefisien Keragaman (Sitorus, 1983 dalam Baskoro, 1986)

Kelas Keragaman Koefisian Keragaman (%) Sangat rendah < 15

Rendah 16 – 33 Sedang 33 – 66 Tinggi > 66

Karakteristik tanah penciri yang dianalisis dengan menggunakan koefisien

keragaman (KK) adalah ketebalan solum, rasio perbandingan tekstur liat horison

A dan B, derajat kemasaman tanah (pH), C-organik, Kapasitas Tukar Kation

(KTK), KTK liat, dan Kejenuhan Basa (KB).

KK = ( s ) × 100% ͞x

Page 42: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

28

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hubungan Keterkaitan antara Landform dan Klasifikasi Tanah

Data yang digunakan berasal dari 475 pedon yang tersebar di 8 lokasi,

yaitu: Karawang (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), Pangkalan Bun

(Kalimantan Tengah), Pacitan dan Gresik (Jawa Timur), serta daerah Oesao,

Besikama, dan Bena (Nusa Tenggara Timur). Data pedon tersebut tersebar ke

dalam 6 landform utama menurut LREPP II, yaitu Aluvial (A), Fluvio-marin (B),

Karst (K), Marin (M), Tektonik (T), dan Volkan (V). Jumlah landform yang

dijumpai dari 6 landform utama tersebut sebanyak 64 landform (Tabel 4).

Landform merupakan suatu bentuk lahan yang disebabkan oleh proses

geomorfik tertentu. Oleh karena itu, setiap landform diharapkan memiliki suatu

hubungan keterkaitan dengan klasifikasi tanah yang terdapat di dalamnya.

Keterkaitan ini dapat ditinjau dengan melihat klasifikasi tanah pada masing-

masing kategori order yang dijumpai pada suatu delineasi landform utama

menurut LREPP II (Tabel 5).

Tabel 5, menunjukkan bahwa tanah yang terdapat dalam Landform utama

yang memiliki klasifikasi tanah paling beragam pada kategori order adalah adalah

landform tektonik & struktural, landform ini mempunyai jumlah kelas tanah yang

paling banyak. Dari semua kelas tanah yang dijumpai, hanya satu order tanah

saja tanah saja yang tidak dijumpai dalam landform ini yaitu order Andisol.

Landform tektonik & struktural merupakan landform dengan bahan induk yang

sangat beragam sehingga berimplikasi terhadap keberagaman klasifikasi tanah

yang dijumpai pada landform tersebut.

Landform aluvial mempunyai tanah yang lebih beragam dibandingkan

dengan landform lainnya yang dipengaruhi oleh air (fluvio-marin & marin). Hal

ini menunjukkan pada landform yang dipengaruhi oleh air, bahan endapan yang

diendapkan pada landform aluvial lebih beragam dibandingkan pada landform

fluvio-marin dan marin.

Order Ultisol dan Oxisol yang memiliki tingkat perkembangan tanah

lanjut, tidak dijumpai pada landform utama yang dipengaruhi oleh air (aluvial,

Page 43: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

29

Tabel 4. Data Landform LREPP II yang Dianalisis No Landform Utama Landform Jumlah pedon 1 Aluvial (A) A.1.1.1 4 2 A.1.1.2.1 5 3 A.1.1.2.2 18 4 A.1.1.2.6 2 5 A.1.1.2.7 4 6 A.1.1.2.8 2 7 A.1.1.3 2 8 A.1.2 7 9 A.1.2.1 6 10 A.1.2.3 1 11 A.1.3 64 12 A.1.4 5 13 A.1.5 5 14 A.2 4 15 A.2.1.1 1 16 A.2.1.3 3 17 A.2.2 2 18 A.2.2.1 6 19 A.2.2.2 1 20 Fluvio-Marin (B) B.1.2 2 21 B.3 25 22 Karst (K) K.1.1 1 23 K.1.2 2 24 K.1.3 1 25 K.2 2 26 K.2.1 2 27 K.3 4 28 K.3.1 1 29 K.5 1 30 Marin (M) M.1.1 2 31 M.1.1.2 1 32 M.1.2 2 33 M.1.3 2 34 M.1.7 4 35 M.2.2 10 36 M.3 1 37 M.3.2 3 38 M.3.3 1 39 Tektonik & Struktural T.10.2 1 40 T.10.3 7 41 T.11.1 8 42 T.11.2 26 43 T.11.3 13 44 T.1.2 1 45 T.12.1 42 46 T.12.2 8 47 T.5.5 2 48 T.6.1 6 49 T.6.2 2 50 T.6.4 2 51 T.6.5 5 52 T.8 33 53 T.9.2.1 6 54 Volkanik (V) V.1.1.3 7 55 V.1.1.4 3 56 V.1.1.5 6 57 V.1.3 2 58 V.1.6 4 59 V.2.2 12 60 V.3.1 3 61 V.3.2 24 62 V.3.3 40 63 V.4 2 64 V.ngarai 1

Total Pedon 475

*Warna berbeda menunjukan perbedaan pada tingkat grup landform Cetak tebal merupakan jumlah pedon pewakil terbanyak pada setiap grup landform

Page 44: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

30

Tabel 5. Klasifikasi Tanah yang Dijumpai pada Grup Landform LREPP II

Klasifikasi Tanah

Landform

Aluvial (A) Fluvio-Marin (B) Marin (M) Karst (K) Tektonik & Struktural (T) Volkanik (V)

Entisol √ √ √ √ √

Inceptisol √ √ √ √ √ √

Ultisol √ √

Vertisol √ √ √ √ √

Alfisol √ √

Mollisol √ √ √

Andisol √

Oxisol √ √

Spodosol √

fluvio-marin, & marin) dan pada landform karst. Kedua order tersebut hanya

dijumpai pada landform utama tektonik & struktural dan landform volkanik.

Secara umum order tanah yang paling banyak dijumpai pada setiap

landform utama adalah Inceptisol, diikuti oleh Entisol dan Vertisol. Banyaknya

Vertisol yang dijumpai pada penelitian ini adalah karena data yang digunakan

dalam penelitian ini berasal dari database LREPP II yang merupakan proyek

pemetaan pengembangan sumberdaya lahan di daerah Indonesia timur yang

memiliki perbedaan iklim basah dan iklim kering yang tegas. Sementara itu,

order lain yang paling sedikit dijumpai adalah order Andisol yang hanya dijumpai

pada landform volkanik dan order Spodosol yang hanya dijumpai pada landform

tektonik & struktural.

4.2. Gambaran Tingkat Homogenitas dan Heterogenitas Karakteristik dan

Klasifikasi Tanah pada Suatu Unit Landform

Landform yang dibahas pada subbab ini, adalah landform yang memiliki

jumlah data pedon paling banyak pada masing-masing landform utamanya (Tabel

4). Selain itu juga data spasial pedon tersebut diambil dari peta plotting titik

pengamatan tanah LREPP II Skala 1: 50.000 (Tabel 6).

Pada subbab pembahasan ini, klasifikasi tanah yang digunakan berasal dari

klasifikasi pedon tanah pewakil yang memiliki kelengkapan data lapang dan data

laboratorium, sehingga pada tampilan spasialnya, titik pengamatan tanah tersebut

Page 45: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

31

Tabel 6. Lembar Peta Plotting Pengamatan Tanah LREPP II

Lokasi Luas (ha) Nama Lembar Peta Nomor Peta

Besikama 58.650 Sukabisikun 2406-51&23

Besikama 2406-13&14

Anametan 2406-42

Nauleu 2406-11&12

Bena Tanjung Ela 2305-64

Tanjung Ela 2405-43

Panite 2305-63

Oesao 64.300 Oesao 2305-53&54

Oesao 2306-21&22

Semarang 132.550 Tugu 1409-221

Semarang Utara 1409-222

Wedung 1409-313

Sayung 1409-311

Boja 1408-543

Pacitan 74.420 Tegal Ombo 1507-44

Pacitan 1507-43

Klesem 1507-41

Sudimoro 1507-42

Gresik 166.992 Paciran 1509-32

Karawang 132.450 Sukatani 1209-53

Jatisari 1209-61

Pedes 1209-54

Cikarang 1209-51

Pangkalan Bun 73.703 Pangkalan Banteng 1513-52

Mulyajadi 1513-24

Pangkalan Bun 1513-23

terlihat tidak sesuai dengan kerapatan yang seharusnya ditampilkan pada skala

tertentu. Tampilan spasial titik pengamatan sebenarnya menampilkan seluruh titik

pengamatan baik itu pengamatan pedon maupun pengamatan boring tanah. Oleh

karena itu, posisi titik pengamatan tanah (klasifikasi) pada tampilan spasial

subbab ini apabila dikaitkan dengan prinsip Satuan Peta Tanah, masih belum

dapat disimpulkan secara pasti.

Page 46: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

32

4.2.1. Grup Landform Aluvial (A)

Bloom (1979) mendefinisikan bahwa aluvial adalah sedimen yang

diendapkan melalui aliran air dan mempunyai umur geologi yang relatif muda.

Sementara itu definisi landform aluvial menurut Marsoedi et al. (1997) adalah

landform muda (recent dan subrecent) yang terbentuk dari proses fluvial (aktivitas

sungai), koluvial (gravitasi), atau gabungan dari proses fluvial dan koluvial.

Menurut Gerrard (1980), tanah-tanah yang terdapat pada daerah aluvial

seringkali tergenang akibat terjadinya banjir berkala. Hal ini menyebabkan

terjadinya keberagaman tanah pada daerah aluvial ini. Akibat adanya genangan

air yang berkala terjadilah proses gleisasi pada tanah-tanah di daerah aluvial.

Tanah-tanah yang terdapat di daerah aluvial, pada umumnya memiliki tingkat

perkembangan dari fase tanah belum berkembang hingga fase tanah muda. Pada

daerah aluvial, akumulasi bahan organik sangatlah wajar, terutama pada bagian

backswamp yang merupakan daerah limpasan banjir sungai yang membawa bahan

material endapan.

Terdapat 19 landform yang termasuk dalam landform utama aluvial (Tabel

4). Landform yang memiliki jumlah pedon pewakil terbanyak pada landform

utama aluvial ini adalah landform A.1.3 dengan jumlah pedon pewakil sebanyak

64 pedon. Atas dasar hal tersebut, landform A.1.3 akan dibahas sebagai contoh

studi kasus gambaran tingkat homogenitas dan heterogenitas karakteristik dan

klasifikasi tanah pada suatu unit landform aluvial.

Landform A.1.3 merupakan landform dataran aluvial. Dataran aluvial

adalah dataran luas yang terbentuk karena pengendapan bahan aluvial oleh air,

terdiri lumpur, pasir atau kerikil, umumnya termasuk agak tua (subrecent) dan

sungai yang membentuk wilayah ini sudah tidak jelas lagi (Marsoedi et al., 1997).

Tabel 7 menunjukkan sebaran landform A.1.3 beserta karakteristik tanah

pencirinya yang dijumpai pada beberapa lokasi survei LREPP II. Lokasi tersebut

adalah Karawang (Jabar), Pacitan & Gresik (Jatim), dan Besikama, Bena, Oesao

(NTT). Landform A.1.3 ini tersebar pada lokasi-lokasi yang mempunyai iklim

tipe A (CH≥2000 mm/th), tipe B (CH≥1500-2000 mm/th) dan tipe C (CH<1500

Page 47: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

33

Tabel 7. Sebaran Landform A.1.3 dengan Karakteristik Tanah di Dalamnya

Data Site Tebal solum

avr clay Avr pH Avr C Avr KTK Avr KTK liat Avr KB lokasi ID Iklim BI+U Subgrup Relief (m dpl) A B A/B A B A B A B A B A B Jabar HS-219 A fK Aquic Eutrudepts n 22 170 54,00 57,25 0,94 6,00 6,78 1,68 0,63 34,59 33,85 64,06 59,24 86,00 96,75 Jabar HS-112 A fK Plinthic Endoaquepts n 14 140 39,00 50,25 0,78 5,00 4,85 1,15 0,41 24,65 18,75 63,21 37,43 73,00 48,00 Jabar AY-179 A fK Typic Endoaquepts n 12 79 50,00 45,50 1,10 5,00 5,13 1,42 0,41 28,79 25,88 57,58 56,91 70,00 69,25 Jateng DK-147 A fK Typic Ustorthents n 50 16 47,00 50,00 0,94 7,70 6,90 1,41 0,53 33,49 41,52 71,26 83,04 5,00 79,00 Jabar HJ-206 A fK Vertic Endoaquepts n 7 130 53,00 60,75 0,87 5,00 5,05 2,02 0,47 32,72 24,62 61,74 40,99 85,00 85,00 Jabar HJ-259 A fK Vertic Endoaquepts n 13 140 70,00 65,25 1,07 5,30 5,58 1,77 0,52 35,74 33,61 51,06 51,63 81,00 90,50 Jabar HJ-275 A fK Vertic Endoaquepts n 27 160 66,00 59,67 1,11 6,00 6,57 0,86 1,01 34,42 37,39 52,15 62,62 82,00 83,00 Jabar HS-126 A fK Vertic Endoaquepts n 16 150 49,00 62,50 0,78 6,70 6,73 0,68 0,81 39,72 37,28 81,06 59,95 75,00 90,00 Jabar HS-157 A fK Vertic Endoaquepts n 6 130 62,00 69,75 0,89 5,40 5,55 2,36 0,76 40,93 42,70 66,02 61,15 85,00 91,50 Jabar HS-187 A fK Vertic Endoaquepts n 19 170 69,00 63,75 1,08 5,20 6,18 0,89 0,79 38,05 36,29 55,14 56,96 63,00 82,50 Jabar HP-001 B fK Chromic Endoaquerts n 7 16 79,00 6,00 1,17 55,09 69,73 87,00 Jabar EA-062 B fK Vertic Endoaquepts n 7 150 76,00 70,20 1,08 5,30 6,22 2,08 0,63 49,00 45,09 64,47 66,85 76,00 89,20 Jabar EA-063 B fK Vertic Endoaquepts n 7 140 85,00 66,40 1,28 5,10 5,10 2,99 1,01 50,17 44,95 59,02 68,89 80,00 109,80 Jabar HP-002 B fK Vertic Endoaquepts n 6 160 67,00 61,20 1,09 5,30 6,28 1,55 0,36 26,46 33,63 39,49 55,27 99,00 104,20 Jabar SY-056 B fK Vertic Endoaquepts n 8 138 60,00 53,25 1,13 5,20 6,68 1,70 0,38 33,69 38,86 56,15 73,51 76,00 97,25 Jabar SY-121 B fK Vertic Endoaquepts n 6 135 82,00 72,60 1,13 5,30 5,84 2,20 0,76 44,51 39,33 54,28 55,23 79,00 115,00 Jabar SY-126 B fK Vertic Endoaquepts n 6 160 82,00 68,75 1,19 5,80 6,45 1,58 0,45 43,60 44,04 53,17 64,54 89,00 106,00 Oesao AK-054 C fK Aeric Endoaquepts n 10 155 13,50 34,90 0,39 7,80 8,08 3,57 1,07 24,14 24,13 178,81 73,51 100,00 100,00 Oesao AK-220 C fK Aeric Endoaquepts n 20 155 49,60 53,46 0,93 7,80 8,06 1,95 0,92 19,44 21,19 39,19 39,27 100,00 100,00 Gresik HI-076 C fK Aquic Eutrudepts n 28 140 53,00 79,25 0,67 7,70 7,30 0,78 0,83 31,36 50,20 59,17 63,28 106,00 98,75 Bena AK-222 C fK Aquic Haplustepts n 10 115 64,00 74,40 0,86 7,80 8,24 2,91 0,63 36,19 29,93 56,55 40,13 156,00 185,00 Besi CB-016 C fK Aquic Haplustepts n 5 100 18,00 39,33 0,46 8,70 8,63 0,80 0,70 20,83 24,46 115,72 63,18 259,00 231,33 Gresik BJ-125 C fK Chromic Endoaquerts n 10 20 81,00 75,80 1,07 7,50 7,48 1,04 0,57 49,35 46,89 60,93 61,76 107,00 119,00 Gresik EA-090 C fK Chromic Haplusterts n 15 135 84,00 77,80 1,08 7,30 7,52 0,78 0,35 47,80 43,29 56,90 55,53 94,00 91,00 Gresik SL-211 C fK Chromic Haplusterts n 10 175 77,00 77,67 0,99 7,50 7,77 0,57 0,59 56,20 46,09 72,77 59,91 112,00 132,33 Gresik TB-040 C fK Chromic Haplusterts n 20 100 56,00 72,25 0,78 8,00 8,20 0,74 0,17 39,36 45,94 70,29 63,78 108,00 109,75 Gresik AD-156 C fK Fluventic Eutrudepts n 20 155 73,00 73,33 1,00 7,60 7,67 0,71 0,68 46,14 48,29 63,23 65,67 156,00 133,00 Besi CB-030 C fK Fluventic Haplustepts n 10 62 49,00 31,50 1,56 7,80 8,05 1,60 0,68 30,73 22,12 62,71 75,64 184,00 256,50 Oesao TB-073 C fK Fluventic Haplustepts n 25 92 71,00 63,22 1,12 8,10 8,20 2,08 0,69 33,95 32,23 47,82 58,73 100,00 100,00 Oesao TB-186 C fK Fluventic Haplustepts n 13 67 35,70 12,80 2,79 7,90 8,20 2,40 0,75 23,93 11,88 67,03 197,01 100,00 100,00 Gresik SL-173 C fK Oxyaquic Haplustepts n 10 99 70,00 73,00 0,96 8,00 7,83 2,36 1,07 46,65 48,28 66,64 65,92 152,00 98,50 Gresik HP-083 C fK Typic Endoaquerts n 30 130 78,00 77,00 1,01 7,60 7,45 1,17 0,58 66,55 63,82 85,32 82,91 113,00 123,25 Gresik MS-133 C fK Typic Endoaquerts n 52 110 86,00 84,75 1,01 7,50 7,43 3,54 0,88 65,65 63,28 76,34 74,83 106,00 108,50 Gresik SM-070 C fK fK Typic Endoaquerts n 10 160 70,50 71,00 0,99 7,30 7,78 0,71 0,33 47,52 47,86 67,40 67,50 95,50 100,50 Gresik TN-046 C fK Typic Endoaquerts n 52 120 79,00 81,33 0,97 7,30 7,63 3,75 0,81 64,54 64,16 81,70 78,91 125,00 113,67 Besi AK-087 C fK Typic Haplustepts n 20 100 51,00 52,80 0,97 8,20 8,20 1,36 0,77 29,04 26,06 56,94 49,53 181,00 213,20 Oesao TB-023 C fK Typic Haplustepts n 25 150 66,00 58,00 1,14 7,80 8,22 1,77 0,75 43,93 40,19 66,56 71,38 100,00 100,00 Besi CB-010 C fK Typic Haplusterts n 20 55 55,00 49,00 1,12 8,00 8,15 1,53 0,64 51,73 39,24 94,05 79,83 96,00 145,50

Page 48: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

34

Lanjutan Tabel 7

*Kolom A dan B menunjukkan jenis horison (horison A dan horison B) Kolom A/B menunjukkan rasio perbadingan antara horison A dengan horison B

Data Site Tebal solum

avr clay Avr pH Avr C Avr KTK Avr KTK liat Avr KB lokasi ID Iklim BI+U Subgrup Relief (m dpl) A B A/B A B A B A B A B A B Gresik MK-050 C fK Typic Haplusterts n 20 115 85,00 86,50 0,98 7,40 7,18 1,42 0,87 54,18 50,83 63,74 58,71 107,00 107,50 Oesao TB-056 C fK Typic Haplusterts n 25 170 82,00 82,40 1,00 8,30 8,92 0,87 0,75 53,40 52,67 65,12 63,95 100,00 100,00 Gresik AD-130 C fK Vertic Endoaquepts n 100 69 67,00 69,50 0,96 5,80 6,55 0,97 0,35 36,05 34,14 53,81 49,13 83,00 98,50 Gresik HI-041 C fK Vertic Endoaquepts n 30 88 56,00 61,00 0,92 7,80 7,08 0,64 0,42 39,07 39,73 69,77 65,39 104,00 92,50 Gresik HI-092 C fK Vertic Endoaquepts n 30 145 72,00 77,00 0,94 6,00 7,06 0,88 0,57 60,99 63,42 84,71 84,95 113,00 112,80 Gresik HP-037 C fK Vertic Endoaquepts n 17 95 81,00 73,25 1,11 7,20 7,40 1,12 1,25 51,03 45,01 63,00 63,38 160,00 166,75 Gresik MK-046 C fK Vertic Endoaquepts n 10 91 75,00 66,80 1,12 5,10 5,12 1,46 0,55 39,09 39,95 52,12 63,52 70,00 86,80 Oesao BP-030 C fK Vertic Endoaquepts n 12 100 84,00 64,60 1,30 7,80 8,10 1,88 0,75 52,65 42,68 62,68 65,63 100,00 100,00 Oesao TB-022 C fK Vertic Endoaquepts n 26 156 59,00 59,67 0,99 7,80 7,97 2,64 0,83 45,81 42,34 77,64 71,11 100,00 100,00 Gresik AR-054 C fK Vertic Haplustepts n 10 157 64,00 61,00 1,05 7,30 8,03 0,55 0,30 26,58 32,77 41,53 54,01 130,00 110,75 Gresik AR-153 C fK Vertic Haplustepts n 20 150 67,00 67,60 0,99 7,70 7,96 1,87 0,86 38,83 34,16 57,96 50,50 118,00 67,20 Gresik SL-172 C fK Vertic Haplustepts n 15 165 71,00 70,50 1,01 7,70 7,78 0,91 0,88 45,03 43,24 63,42 61,50 123,00 137,50 Oesao HN-005 C fK Vertic Haplustepts n 20 160 46,00 68,00 0,68 8,00 8,48 1,79 0,53 41,36 31,96 89,91 47,05 100,00 100,00 pacitan HR-257 B fqK Typic Endoaquepts n 10 125 59,00 59,00 1,00 6,00 5,70 0,66 0,50 37,77 41,17 64,02 69,69 93,00 96,50 Oesao BP-220 C fqK Aeric Endoaquepts n 5 99 67,30 42,77 1,57 7,80 8,23 1,76 0,44 28,50 19,01 42,35 44,67 100,00 100,00 Oesao TB-185 C fqK Aeric Endoaquepts n 14 56 37,90 17,05 2,22 8,00 8,20 2,18 0,59 24,92 12,95 65,75 77,08 100,00 100,00 Besi UY-097 C fqK Fluventic Haplustepts n 6 100 37,00 34,00 1,09 7,90 8,08 0,82 0,46 23,28 21,69 62,92 69,26 212,00 254,25 Besi YS-116 C fqK Fluventic Haplustepts n 10 97 49,00 48,67 1,01 7,30 7,67 2,23 0,54 35,65 24,79 72,76 52,06 137,00 213,00 Gresik HI-083 C fqK Fluventic Haplustepts n 30 74 17,00 31,25 0,54 5,50 6,70 0,54 0,16 11,75 20,20 69,12 89,54 57,00 76,75 Oesao AK-213 C fqK Fluventic Haplustepts n 60 160 63,50 59,32 1,07 8,00 8,23 1,69 0,74 30,59 33,80 48,17 57,18 100,00 93,41 Besi AK-013 C fqK Typic Haplustepts n 20 100 12,00 21,25 0,56 7,80 8,10 1,85 0,51 24,23 17,24 201,92 81,23 154,00 211,50 Gresik AR-150 C fqK Typic Haplusterts n 52 60 80,50 83,00 0,97 7,45 7,53 0,66 0,33 49,67 48,47 61,69 58,36 97,50 102,33 Gresik SG-087 C fqK Typic Haplusterts n 20 103 55,50 67,50 0,82 7,40 6,95 0,64 0,41 37,08 39,87 66,79 59,52 94,00 98,50 Gresik MS-100 C fqK Vertic Endoaquepts n 52 150 86,00 70,60 1,22 7,10 7,04 1,23 0,70 60,95 54,13 70,87 82,71 104,00 102,20 Gresik TN-071 C fqK Vertic Endoaquepts n 30 125 92,00 94,00 0,98 7,00 7,27 1,02 2,14 45,33 56,20 49,27 60,04 160,00 142,33 Oesao BP-029 C fqK Vertic Endoaquepts n 12 150 79,00 76,80 1,03 8,00 8,24 1,69 0,60 47,60 47,80 60,25 62,34 100,00 100,00

Page 49: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

35

mm/th), dengan 2 bahan induk penyusun tanah yang dijumpai yaitu bahan induk

endapan liat kuarter (fK) yang bertekstur halus dan endapan liat & pasir kuarter

(fqK) yang bertekstur agak kasar. Seluruh landform A.1.3 yang dijumpai pada

lokasi-lokasi tersebut memiliki bentuk relief n (nearly flat) dengan slope 1-3 %.

Secara umum landform A.1.3 yang dijumpai berada pada daerah ketinggian <700

m dpl (dataran rendah).

Karakteristik tanah yang dijumpai pada landform ini, secara umum

memiliki kedalaman solum di atas 85 cm tergolong tebal (dalam). Tanah yang

memiliki sifat vertic dan fluventic pada landform ini cenderung memiliki

kandungan liat pada horison A lebih besar daripada horison B, sedangkan tanah

yang bersifat aquic kandungan liat pada horison A cenderung lebih kecil

dibanding pada horison B. Kondisi pH sangat berbeda terjadi pada tanah-tanah

yang beriklim basah dengan kering, pH 5-6 dapat dijumpai pada tanah-tanah yang

beriklim basah sedangkan tanah dengan pH 7-8 dijumpai di daerah yang beriklim

kering.

Klasifikasi tanah yang ditunjukkan pada Tabel 7 masih sangat beragam.

Keberagaman klasifikasi tanah tidak hanya terjadi pada tingkat subgroup dalam

order yang sama, keberagaman tanah juga dapat terjadi pada kategori order dalam

Landform A.1.3 ini. Hal ini dikarenakan di dalam landform A.1.3 ini unsur-unsur

pembentuk landform yang telah diuraikan sebelumnya (iklim & bahan induk)

masih beragam.

Sehubungan dengan masih adanya perbedaan unsur pembentuk landform

A.1.3, selanjutnya dilakukan pengelompokan klasifikasi tanah berdasarkan bahan

induk dan iklim yang terdapat pada landform A.1.3 ini (Tabel 8). Apabila

dikelompokan berdasarkan kategori Taksonomi, diketahui bahwa dalam delineasi

landform A.1.3 setelah dipisahkan lagi berdasarkan bahan induk dan iklimnya

masih dijumpai tanah dengan taksonomi yang sangat berbeda. Dengan demikian,

walaupun landform sudah dianggap homogen bahkan bahan induknya pun sudah

dianggap homogen pada kenyataanya klasifikasi tanah yang dijumpai masih

beragam.

Page 50: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

36

Tabel 8. Pengelompokan Klasifikasi Tanah Berdasarkan Bahan induk dan Iklim pada Landform A.1.3

BI+Umur Iklim Order Suborder Great Grup Subgrup fK A Entisol Orthent Usthorthent Typic Ustorthents

Inceptisol Udept Eutrudept Aquic Eutrudepts Aquept Endoaquept Typic Endoaquepts

Vertic Endoaquepts Plinthic Endoaquepts

B Inceptisol Aquept Endoaquept Vertic Endoaquepts

Vertisol Aquert Endoaquert Chromic Endoaquerts C Inceptisol Aquept Endoaquept Aeric Endoaquepts

Vertic Endoaquepts Udept Eutrudept Aquic Eutrudepts

Fluventic Eutrudepts Ustep Haplustept Aquic Haplustepts

Oxyaquic Haplustepts Vertic Haplustepts Fluventic Haplustepts Typic Haplustepts

Vertisol Aquert Endoaquert Chromic Endoaquerts Ustert Haplustert Typic Endoaquerts

Chromic Haplusterts Typic Haplusterts

fqK B Inceptisol Aquept Endoaquept Typic Endoaquepts

C Inceptisol Aquept Endoaquept Aeric Endoaquepts Vertic Endoaquepts

Ustep Haplustept Fluventic Haplustepts Typic Haplustepts

Vertisol Ustert Haplustert Typic Haplusterts

Gambar 3 memperlihatkan sebaran landform A.1.3 di daerah Karawang.

Pedon pewakil yang terdapat pada landform ini sebarannya terpusat pada bagian

barat (kotak merah) dan timur (kotak biru). Kotak merah memperlihatkan

sebaran klasifikasi pedon tanah di bagian barat daerah Karawang (Gambar 4),

sedangkan kotak biru memperlihatkan sebaran klasifikasi pedon tanah di bagian

timur daerah Karawang (Gambar 5).

Gambar 4 memperlihatkan posisi pedon pewakil yang dijumpai pada

landform A.1.3 daerah Karawang bagian barat. Dari gambar tersebut, terlihat

beberapa pedon yang menggerombol. Berdasarkan klasifikasinya (Tabel 9), tanah

yang terdapat pada wilayah tersebut didominasi oleh greatgroup Endoaquept,

walaupun keragaman klasifikasi tanah pada kategori subgrup masih terlihat tinggi.

Page 51: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

37

Gambar 3. Sebaran landform A.1.3 daerah Karawang - Jawa Barat

Gambar 4. Sebaran pedon tanah pewakil pada landform A.1.3 Karawang – Jabar (Kotak Merah)

Page 52: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

38

Tabel 9. Klasifikasi Tanah pada Masing-masing Poligon Landform di A.1.3 Karawang Bagian Barat

Pedon Order Subgrup Kode HP 001 Vertisol Chromic Endoaquerts * HS 112 Inceptisol Plinthic Endoaquepts *** AY 179 Inceptisol Typic Endoaquepts **** SY 121 Inceptisol Vertic Endoaquepts * SY 126 Inceptisol Vertic Endoaquepts * EA 063 Inceptisol Vertic Endoaquepts * EA 062 Inceptisol Vertic Endoaquepts * HP 002 Inceptisol Vertic Endoaquepts * SY 056 Inceptisol Vertic Endoaquepts **

Tanda (*) yang sama menunjukkan letak pedon pada suatu poligon yang sama

Tabel 9 memperlihatkan bahwa hampir seluruh klasifikasi tanah yang

dijumpai di daerah Karawang bagian barat didominasi oleh order Inceptisol.

Selain order Inceptisol terdapat juga satu pedon yang memiliki order Vertisol (HP

001). Pedon HP 001 yang memiliki order Vertisol letaknya berada pada poligon

landform yang sama dengan 5 pedon lain yang memiliki order Inceptisol dengan

subgrup Vertic Endoaquepts (SY 121, SY 126, EA 063, EA 062, dan HP 002).

Hal tersebut menunjukkan bahwa order berbeda bisa berada pada poligon

yang sama (HP 001 yang merupakan order Vertisol dengan SY 121, SY 126, EA

063, EA 062, dan HP 002 yang merupakan order Inceptisol). Sebaliknya pada

order yang sama dengan subgroup yang sama bisa berada pada poligon yang

berbeda. Dilihat dari posisinya pedon HP 001 dengan order Vertisol terletak satu

poligon dengan 5 poligon lain yang memiliki order Inceptisol. Untuk

menyimpulkan dalam penarikan batas SPT diperlukan delineasi lebih lanjut

dengan data-data boring yang mendukung guna menentukan apakah pedon

tersebut merupakan SPT asosiasi ataukah SPT inklusi.

Gambar 5 memperlihatkan sejumlah pedon yang bergerombol pada daerah

Karawang bagian timur. Klasifikasi tanah pada pedon yang dijumpai di daerah ini

seluruhnya didominasi oleh order Inceptisol (Tabel 10). Tabel 10 menunjukkan

bahwa terdapat 2 subgroup tanah yang dijumpai yaitu Vertic Endoaquepts dan

Aquic Eutrudepts, semua pedonnya berada dalam satu poligon yang sama

(Gambar 5).

Page 53: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

39

Gambar 5. Sebaran pedon tanah pada landform A.1.3 Karawang – Jabar (Kotak Biru)

Tabel 10. Klasifikasi Tanah pada masing-masing Poligon Landform di A.1.3 Karawang Bagian Timur

Pedon Order Subgrup Kode HS 157 Inceptisol Vertic Endoaquepts * HJ 206 Inceptisol Vertic Endoaquepts * HJ 259 Inceptisol Vertic Endoaquepts * HS 126 Inceptisol Vertic Endoaquepts * HS 187 Inceptisol Vertic Endoaquepts * HJ 275 Inceptisol Vertic Endoaquepts * HS 219 Inceptisol Aquic Eutrudepts *

Tanda (*) yang sama menunjukkan letak pedon pada suatu poligon yang sama

Subgroup Vertic Endoaquepts sangat dominan pada poligon ini. Menurut

prinsip SPT dalam kasus ini, pedon dengan subgroup Aquic Eutrudepts dapat

dikatakan sebagai tanah inklusi. Hal ini karena posisi pedon tersebut terletak

diantara pedon-pedon lain dengan subgroup yang relatif seragam (Vertic

Endoaquepts). Meskipun demikian, di daerah ini regim kelembaban aquic muncul

pada kategori pembentuk suborder dan subgroup yang menandakan pengaruh air

yang cukup dominan terjadi pada intensitas yang berbeda sehingga menghasilkan

klasifikasi tanah yang berbeda pada landform ini. Hal ini berarti pada landform

Page 54: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

40

yang telah didelineasi homogen masih dapat dijumpai proses pembentukan tanah

dengan intensitas yang tidak homogen.

Selain di daerah Karawang, landform A.1.3 dengan jumlah pedon yang

banyak dijumpai di daerah Gresik Jawa Timur. Sebaran pedon yang terlihat

menggerombol dijumpai di daerah Gresik bagian barat (Gambar 6). Jumlah pedon

yang dijumpai dalam delineasi landform A.1.3 di daerah Gresik bagian barat

berjumlah 16 pedon yang didominasi oleh 2 order tanah yaitu order Inceptisol

dan order Vertisol (Tabel 11).

Gambar 6. Sebaran landform A.1.3 daerah Gresik - Jawa Timur

Gambar 7 memperlihatkan pedon-pedon yang dijumpai pada daerah

tersebut posisinya tersebar pada beberapa poligon landform yang berbeda,

walaupun ada beberapa pedon yang berada dalam satu poligon landform. Pada

suatu poligon landform A.1.3 yang di dalamnya terdapat pedon HI 092, HI 083,

Page 55: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

41

HI 076, & MS 100 seluruhnya didominasi oleh order Inceptisol walaupun masih

terdapat keragaman pada tingkat subgroupnya.

Pada poligon lain yang didalamnya terdapat pedon AR 153, MK 050, MS

133, HP 083, EA 090, & AR 150 hampir seluruhnya didominasi oleh order

Vertisol walaupun masih terdapat keragaman pada tingkat subgroupnya. pedon

AR 153 merupakan subgroup Vertic Haplustepts (order Inceptisol) yang berada

pada satu poligon dengan MK 050 yang merupakan subgroup Typic Haplusterts

(order Vertisol). Jadi di dalam satu poligon, masih dijumpai kelas tanah yang

berbeda pada tingkat order (Vertisol dan Inceptisol) walaupun keduanya memiliki

karakteristik yang berdekatan (sama-sama memiliki sifat vertic). Namun

demikian, sifat vertic yang terdapat pada pedon AR 153 tidak terlalu kuat

sehingga masih belum termasuk ke dalam order Vertisol.

Gambar 7. Sebaran pedon tanah pada landform A.1.3 Gresik - Jawa Timur

(Kotak Merah) Daerah di mana pedon AD 130 dengan subgroup Vertic Endoaquepts

ditemukan menandakan bahwa terdapat sifat aquic yang dominan pada daerah

tersebut. Sementara pada daerah di mana ditemukannya pedon AR 153 dan MK

050 cenderung lebih kering dibandingkan dengan daerah di mana pedon pertama

Page 56: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

42

dijumpai. Walaupun demikian, terdapat juga pedon dengan klasifikasi yang sama

tetapi berada pada poligon yang berbeda.

Tabel 11. Klasifikasi Tanah pada masing-masing Poligon Landform di A.1.3

Gresik - Jatim Pedon Order Subgrup Kode HI 076 Inceptisol Aquic Eutrudepts 1* HI 083 Inceptisol Fluventic Haplustepts 1* SL 173 Inceptisol Oxyaquic Haplustepts 8* AD 130 Inceptisol Vertic Endoaquepts 9* HI 092 Inceptisol Vertic Endoaquepts 1* MS 100 Inceptisol Vertic Endoaquepts 1* MK 046 Inceptisol Vertic Endoaquepts 5* TN 071 Inceptisol Vertic Endoaquepts 4* SL 172 Inceptisol Vertic Haplustepts 7* AR 153 Inceptisol Vertic Haplustepts 2* EA 090 Vertisol Chromic Haplusterts 3* MS 133 Vertisol Typic Endoaquerts 2* HP 083 Vertisol Typic Endoaquerts 2* TN 046 Vertisol Typic Endoaquerts 6* AR 150 Vertisol Typic Haplusterts 3* MK 050 Vertisol Typic Haplusterts 2*

Angka bertanda (*) yang sama menunjukkan letak pedon pada suatu poligon yang sama

Untuk lebih memperjelas kondisi landform A.1.3 yang sebelumnya telah

diuraikan, Gambar 8, 9, dan 10 menyajikan sebaran klasifikasi yang terdapat pada

landform A.1.3 ini. Gambar 8 memperlihatkan bahwa pedon yang dijumpai

didominasi oleh order Inceptisol yang memiliki kelembaban aquik di mana letak

pedon tersebut dapat dijumpai dalam poligon yang sama maupun poligon yang

berbeda, meskipun pada daerah ini terdapat satu pedon Vertisol dengan regim

kelembaban aquic juga. Hal ini menunjukkan bahwa dalam satu poligon masih

terdapat perbedaan klasifikasi tanah.

Intensitas kerapatan posisi pedon tampak masih belum dapat memutuskan

apakah SPT di mana terdapatnya tanah dengan order Vertisol termasuk kedalam

SPT inklusi ataukah SPT asosiasi. Dengan demikian, besar kemungkinan poligon

tersebut masih dapat didelineasi kembali dengan menambah titik-titik pengamatan

sebagai dasar acuan pengambilan keputusan.

Page 57: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

43

Gambar 8. Sebaran klasifikasi tanah pada landform A.1.3 bagian barat Karawang – Jabar

Gambar 9. Sebaran klasifikasi tanah pada landform A.1.3 bagian timur Karawang - Jabar

Page 58: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

44

Gambar 9 memperlihatkan bahwa pedon yang terdapat pada daerah

tersebut sudah relatif homogen meskipun letaknya tidak berada dalam satu

poligon yang sama, di daerah ini juga muncul satu pedon yang karakteristiknya

berbeda walaupun berada dalam order tanah yang sama yaitu Vertic Endoaquepts

dengan Aquic Eutrudepts.

Gambar 10. Sebaran klasifikasi tanah pada landform A.1.3 Gresik - Jatim

Gambar 10 memperlihatkan bahwa dalam suatu delineasi landform A.1.3

(warna hijau tua) terdapat beberapa keragaman klasifikasi tanah. Keragaman

klasifikasi tanah tersebut meskipun terjadi perbedaan pada tingkat order, jika

dilihat dari sifat-sifatnya tidak jauh berbeda. Order tanah yang dimaksud adalah

Vertisol dan Inceptisol yang memiliki sifat vertik. Uraian diatas menunjukkan

bahwa delineasi landform ke dalam A.1.3 tidak berarti mendelineasi satuan tanah

yang terdapat dalam delineasi landform A.1.3 tersebut.

Berdasarkan prinsip SPT, pada kasus landform A.1.3 ini masih belum

dapat menyatakan bahwa perbedaan klasifikasi tanah dapat dinyatakan sebagai

Page 59: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

45

suatu asosiasi, konsosiasi, ataupun inklusi, karena jika diamati dari segi intensitas

titik pengamatannya masih sangat sedikit dan tidak cukup mewakili. Hal ini

menunjukkan bahwa pada landform aluvial A.1.3 ini jika pengamatan kurang

maka dapat dijumpai keragaman klasifikasi tanah seperti ini.

4.2.2. Grup Landform Fluvio-Marin (B)

Landform fluvio-marin adalah landform yang terbentuk oleh gabungan

dari proses fluvial dan marin. Keberadaan landform ini dapat terbentuk pada

lingkungan laut (delta) ataupun di muara sungai yang terpengaruh langsung oleh

aktivitas laut (Marsoedi et al., 1997). Terdapat 2 landform yang termasuk dalam

landform utama fluvio-marin (Tabel 4).

Satuan landform B.3 dengan jumlah pedon pewakil sebanyak 25 pedon

merupakan unit landform yang memilki pedon pewakil terbanyak pada landform

fluvio-marin ini. Atas dasar tersebut, landform B.3 menjadi contoh studi kasus

gambaran tingkat homogenitas dan heterogenitas karakteristik dan klasifikasi

tanah pada suatu unit landform fluvio-marin. Landform B.3 merupakan landform

“dataran fluvio-marin”. Dataran fluvio-marin adalah wilayah yang berasal dari

endapan marin yang saat ini terletak/posisinya relatif sudah jauh dari asal

pembentukannya dan sudah banyak dipengaruhi oleh bahan fluvial (Marsoedi et

al., 1997).

Tabel 12 menunjukkan sebaran landform B.3 beserta karakteristik tanah

pencirinya yang dijumpai pada beberapa lokasi survei LREPP II, yaitu Besikama,

Bena, & Oesao (NTT), serta daerah Karawang (Jabar). Landform B.3 ini tersebar

pada lokasi-lokasi yang mempunyai iklim tipe A (CH≥2000 mm/th), tipe B

(CH≥1500-2000 mm/th) dan tipe C (CH<1500 mm/th), dengan 2 bahan induk

penyusun tanah yang dijumpai yaitu bahan induk endapan liat kuarter (fK) yang

bertekstur halus dan endapan liat & pasir kuarter (fqK) yang bertekstur agak

kasar. Seluruh landform B.3 yang dijumpai memiliki bentuk relief n (nearly flat)

dengan slope 1-3 %.

Berdasarkan karakteristik kimia tanah-tanah yang dijumpai tebal solum

yang sangat bervariasi mulai dari ketebalan 15 - 165 cm (dangkal-sangat dalam).

Page 60: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

46

Tabel 12. Sebaran Landform B.3 dengan Karakteristik Tanah di Dalamnya Data Site Tebal avr clay Avr pH Avr C Avr KTK Avr KTK liat Avr KB

lokasi ID Iklim Bi+umur Subgrup Relief m dpl Solum A B A/B A B A B A B A B A B

Jabar BK 006 A fK Vertic Endoaquepts n 4 165 69,00 61,80 1,12 4,80 5,06 1,99 0,58 39,73 38,64 57,58 67,42 76,00 79,80

Jabar ER 345 B fK Aeric Endoaquepts n 5 102 66,00 55,25 1,19 6,10 6,33 1,76 0,91 37,92 36,93 57,45 68,15 88,00 92,25

Jabar SY 060 B fK Sulfic Endoaquepts n 5 113 84,00 70,25 1,20 5,30 4,30 2,52 1,32 52,38 44,51 62,36 65,34 82,00 84,75

Jabar HJ 020 B fK Typic Endoaquepts n 3 150 50,00 50,00 1,00 5,60 6,78 1,57 0,44 32,63 37,26 65,26 74,94 59,00 83,50

Jabar SY 118 B fK Typic Endoaquepts n 6 75 45,00 28,33 1,59 6,20 7,63 1,64 0,33 35,74 34,70 79,42 128,38 94,00 104,67

Jabar EA 041 B fK Typic Endofluvents n 5 17 28,00 6,50 0,53 29,57 105,61 93,00

Jabar EA 052 B fK Vertic Endoaquepts n 5 150 66,00 65,60 1,01 5,40 5,72 1,96 0,54 39,92 40,95 60,48 62,68 82,00 99,60

Jabar ER 002 B fK Vertic Endoaquepts n 4 95 57,00 57,75 0,99 6,40 7,38 1,74 0,36 42,06 42,46 73,79 77,14 70,00 81,00

Jabar ER 106 B fK Vertic Endoaquepts n 3 72 70,00 58,33 1,20 6,20 7,17 1,30 0,56 46,50 48,09 66,43 83,13 97,00 107,00

Jabar HJ 057 B fK Vertic Endoaquepts n 6 147 42,00 47,50 0,88 5,10 5,95 1,98 0,50 38,92 40,37 92,67 86,37 96,00 90,50

Oesao AK 101 C fK Aeric Endoaquepts n 10 160 48,10 42,20 1,14 8,90 8,75 1,62 0,85 29,83 26,22 62,02 63,07 100,00 100,00

Besi US 087 C fK Aquic Haplustepts n 3 100 40,00 35,00 1,14 7,40 9,37 1,83 0,34 25,21 19,17 63,03 57,04 238,00 278,33

Oesao HN 004 C fK Fluventic Haplustepts n 5 165 59,00 57,75 1,02 7,90 8,25 1,71 0,39 41,18 26,64 69,80 47,27 100,00 100,00

Besi CB 006 C fK Sodic Endoaquerts n 10 125 32,00 40,50 0,79 9,40 9,68 1,05 0,29 31,97 37,06 99,91 97,38 161,00 179,50

Besi HN 003 C fK Sodic Haplusterts n 15 68 69,00 67,00 1,03 8,00 8,40 2,38 0,61 45,98 30,50 66,64 45,52 118,00 213,00

Bena RR 280 C fK Sodic Haplusterts n 10 160 89,00 90,75 0,98 7,80 7,98 1,76 0,77 39,30 41,83 44,16 46,17 175,00 203,00

Bena RR 214 C fK Typic Endoaquepts n 10 53 64,00 57,50 1,11 8,00 8,15 1,10 0,77 29,52 24,84 46,13 44,00 199,00 222,50

Besi MY 006 C fK Typic Haplustepts n 4 150 35,50 44,75 0,79 7,80 8,15 0,98 0,40 29,56 29,34 83,37 65,75 161,50 202,50

Besi UY 115 C fK Typic Haplusterts n 4 89 63,00 53,67 1,17 7,50 7,77 1,22 0,76 36,17 36,99 57,41 87,25 186,00 179,33

Jabar AY 021 C fK Vertic Endoaquepts n 6 36 82,00 79,00 1,04 6,40 5,50 0,46 1,21 48,44 46,56 59,07 58,94 90,00 84,00

Oesao AK 017 C fK Vertic Endoaquepts n 10 155 65,00 69,50 0,94 8,10 8,18 1,62 0,78 44,54 45,73 68,52 65,81 100,00 100,00

Oesao AK 019 C fK Vertic Endoaquepts n 5 156 83,00 83,25 1,00 8,60 8,30 1,01 0,62 52,37 50,02 63,10 60,04 100,00 100,00

Jabar HS 101 B fqK Typic Endoaquents n 3 15 40,00 5,70 5,13 36,76 91,90 129,00

Besi AK 091 C fqK Aquic Haplustepts n 3 100 30,00 23,20 1,29 6,80 7,54 1,34 0,27 34,84 17,59 116,13 91,08 111,00 305,80

Bena US 215 C fqK Fluventic Haplustepts n 5 100 28,00 20,00 1,40 7,85 8,17 1,67 0,70 18,47 13,56 65,97 72,89 223,00 319,00

*Kolom A dan B menunjukkan jenis horison (horison A dan horison B) Kolom A/B menunjukkan rasio perbadingan antara horison A dengan horison B

Page 61: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

47

Perbandingan liat antara horison A dan B menunjukkan bahwa klasifikasi tanah

yang dijumpai pada landform ini merupakan tanah pada tingkat perkembangan

muda dan baru berkembang. Hal ini disebabkan karena hampir semua kelas tanah

mempunyai nilai rasio liat >1 yang menandakan bahwa kadar liat pada horison A

lebih besar daripada horison B. Kandungan C-organik pada kelas tanah yang

dijumpai secara umum pada horison A memiliki nilai < 2% sedangkan pada

horison B < 1%. Sementara itu, nilai kejenuhan basa secara umum > 35% yang

menandakan tanah-tanah pada landform B.3 ini memiliki nilai KB yang tinggi.

Secara umum landform B.3 yang dijumpai berada pada daerah dataran

rendah (<700 m dpl). Tingkat keragaman klasifikasi tanah yang ditunjukkan

dalam Tabel 12 masih sangat tinggi, selanjutnya dilakukan pengelompokan

klasifikasi tanah berdasarkan bahan induk dan iklim yang terdapat dalam delineasi

landform B.3 ini (Tabel 13).

Tabel 13. Pengelompokan Klasifikasi Tanah berdasarkan Bahan Induk dan Iklim pada Landform B.3

BI+Umur Iklim Order Suborder Great Grup Subgrup fK A Inceptisol Aquept Endoaquept Vertic Endoaquepts

B Entisol Fluvent Endofluvent Typic Endofluvents Inceptisol Aquept Endoaquept Aeric Endoaquepts

Sulfic Endoaquepts Typic Endoaquepts Vertic Endoaquepts

C Inceptisol Aquept Endoaquept Aeric Endoaquepts Typic Endoaquepts Vertic Endoaquepts

Ustept Haplustept Aquic Haplustepts Fluventic Haplustepts Typic Haplustepts

Vertisol Aquert Endoaquert Sodic Endoaquerts Ustert Haplustert Sodic Haplusterts

Typic Haplusterts fqK B Entisol Aquent Endoaquent Typic Endoaquents

C Inceptisol Ustept Haplustept Aquic Haplustepts Fluventic Haplustepts

Setelah dikelompokan, terdapat 3 order tanah yang dijumpai, yaitu

Entisol, Inceptisol, dan Vertisol, sehingga diketahui bahwa dalam delineasi

landform B.3 yang dipisahkan kembali berdasarkan bahan induk dan iklim yang

homogen, masih dijumpai klasifikasi tanah yang sangat berbeda.

Page 62: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

48

Gambar 11. Sebaran landform B.3 daerah Karawang – Jabar

Gambar 12. Sebaran pedon tanah pada landform B.3 Karawang – Jabar (Perbesaran pada Gambar 11)

Page 63: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

49

Gambar 11 memperlihatkan sebaran landform B.3 di daerah Karawang.

Sebaran pedon tanah pewakil pada landform ini terpusat di bagian utara daerah

lokasi survei (kotak merah). Kotak merah memperlihatkan sebaran pedon

(klasifikasi) tanah pada bagian utara Karawang (Gambar 12).

Gambar 12, memperlihatkan posisi pedon pewakil yang dijumpai pada

landform B.3 daerah Karawang sebelah utara. Dari gambar tersebut terlihat

beberapa pedon yang menggerombol. Berdasarkan klasifikasinya, tanah yang

terdapat pada wilayah tersebut didominasi oleh order Inceptisol dengan

greatgroup Endoaquept, walaupun keragaman klasifikasi tanah pada tingkat

subgroup masih terlihat beragam (Tabel 14).

Tabel 14. Klasifikasi Tanah pada masing-masing Poligon Landform di B.3 Karawang - Jabar

Pedon Order Subgrup Kode ER 345 Inceptisol Aeric Endoaquepts * SY 060 Inceptisol Sulfic Endoaquepts ** HJ 020 Inceptisol Typic Endoaquepts ** SY 118 Inceptisol Typic Endoaquepts ** BK 006 Inceptisol Vertic Endoaquepts ** EA 052 Inceptisol Vertic Endoaquepts ** ER 002 Inceptisol Vertic Endoaquepts ** ER 106 Inceptisol Vertic Endoaquepts ** HJ 057 Inceptisol Vertic Endoaquepts ** AY 021 Inceptisol Vertic Endoaquepts ** HS 101 Entisol Typic Endoaquents ** EA 041 Entisol Typic Endofluvents **

Tanda (*) yang sama menunjukkan letak pedon pada suatu poligon yang sama

Tabel 14 menunjukkan klasifikasi tanah yang dijumpai pada landform B.3

daerah Karawang utara termasuk dalam kategori tanah muda (Entisol) dan tanah

baru berkembang (Inceptisol). Sekitar 80% tanah yang dijumpai di daerah ini

didominasi order Inceptisol dengan greatgroup Endoaquepts. Kondisi tanah pada

landform B.3 di daerah ini sangat dipengaruhi oleh air, terbukti dengan

munculnya regim kelembaban aquic dan fluventic pada kategori pembentuk

greatgroup.

Hampir semua pedon yang dijumpai di daerah ini letaknya berada dalam

satu poligon landform yang sama, walaupun terdapat beberapa pedon yang

letaknya tidak berada dalam satu poligon. Pedon-pedon yang dijumpai dalam

delineasi landform B.3 daerah ini hampir semua klasifikasinya menunjukkan sifat-

Page 64: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

50

sifat aquic pada kategori greatgroup. Kemungkinan dijumpainya pedon dengan

order Entisol jika merujuk pada definisi landform B.3 dapat saja dijumpai. Akan

tetapi kondisi seperti ini yang dijumpai hanya sebagian kecil. Sehingga dalam

landform B.3 ini masih terdapat keragaman terutama pada karakteristik bahan

yang diendapkan. Keragaman bahan yang diendapkan tersebut secara tidak

langsung mempengaruhi pula pada tingkat perkembangan tanah yang dijumpai

pada landform ini.

Pada daerah tertentu yang iklimnya sedikit kering dan perbedaan iklimnya

tegas dapat dijumpai juga pedon-pedon tanah yang tidak dipengaruhi oleh air.

Karakteristik tanahnya memiliki sifat rekahan seperti jenis tanah dengan order

Vertisol. Pedon-pedon tanah yang dijumpai dalam delineasi landform B.3 hampir

seluruhnya dipengaruhi oleh regim kelembaban aquic, walaupun dari segi

klasifikasinya sifat tersebut muncul pada kategori greatgroup dan ada juga yang

Gambar 13. Sebaran klasifikasi tanah pada landform B.3 Karawang – Jabar

Page 65: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

51

muncul pada kategori subgroup. Hal ini tidak dapat diprediksi dari homogenitas

landform.

Gambar 13 menyajikan sebaran pedon berikut klasifikasi yang terdapat

pada landform B.3 (warna biru kelabu). Gambar tersebut memperlihatkan bahwa

pedon yang dijumpai di bagian utara Karawang didominasi oleh order Inceptisol

yang memiliki kelembaban aquic dan letak pedonnya dijumpai dalam poligon

yang berbeda. Meskipun demikian, pada daerah ini terdapat 2 pedon dengan order

Entisol yang hanya dijumpai pada sebagian kecil saja landform B.3 daerah

Karawang bagian utara. Hasil uraian tersebut, dapat diketahui bahwa delineasi

landform kedalam landform B.3 tidak sertamerta dapat mendelineasi satuan tanah

yang terdapat dalam satuan landform B.3.

4.2.3. Grup Landform Karst (K)

Menurut Bloom (1979) karst adalah bentuk permukaan bumi yang

terbentuk akibat adanya proses pelarutan batuan yang melibatkan air sebagai

pelarut alaminya. Karst juga didefinisikan sebagai bentang lahan yang kering, di

mana proses drainase lebih dominan terjadi di bawah permukaan tanah dari pada

terjadi pada permukaan bumi.

Landform karst menurut Marsoedi et al. (1997) adalah landform yang

didominasi oleh bahan batu gamping keras dan masif, pada umumnya keadaan

topografi daerah tidak teratur. Landform ini terbentuk terutama karena proses

pelarutan bahan batuan penyusun, dengan terjadinya antara lain : sungai di bawah

tanah, gua-gua dengan stalaktit dan stalagmit, sinkhole, doline, uvala, polje, dan

tower karst.

Terdapat 8 satuan landform yang termasuk ke dalam landform karst (Tabel

4). Landform K.3 merupakan unit landform karst yang memiliki pedon pewakil

terbanyak dengan jumlah pedon sebanyak 4 pedon. Atas dasar tersebut,

landform K.3 menjadi contoh studi kasus gambaran tingkat homogenitas dan

heterogenitas karakteristik dan klasifikasi tanah pada landform karst.

Page 66: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

52

Tabel 15. Sebaran Landform K.3 dengan Karakteristik Tanah di Dalamnya

Data Site Tebal avr clay Avr pH Avr C Avr KTK Avr KTK liat Avr KB

lokasi ID Iklim Bi+umur Subgrup Relief m dpl Solum A B A/B A B A B A B A B A B

Besi AK 088 C cT Lithic Argiustolls r 15 42 82,00 76,00 1,08 7,50 7,50 7,30 4,71 72,24 61,87 88,10 81,41 109,00 110,00

Oesao TB 201 C cT Lithic Haplustolls c 350 22 12,20 7,50 0,98 66,22 542,79 100,00

Besi UY 015 C cT Typic Haplusterts r 110 76 65,00 73,00 0,89 7,80 7,97 3,78 1,91 50,78 51,46 78,12 70,58 95,00 121,33

Oesao TB 120 C cT Typic Haplustolls c 350 38 42,90 16,80 2,55 7,60 7,80 11,24 7,29 47,13 45,70 109,86 272,02 100,00 100,00 *Kolom A dan B menunjukkan jenis horison (horison A dan horison B) Kolom A/B menunjukkan rasio perbadingan antara horison A dengan horison B

Page 67: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

53

Landform K.3 adalah landform perbukitan karst. Landform K.3 ini

merupakan wilayah karst dengan relief perbukitan. Tabel 15 menunjukkan

sebaran landform K.3 beserta karakteristik tanah pencirinya yang dijumpai pada 2

lokasi survei LREPP II, yaitu Besikama dan Oesao (NTT). Landform K.3 ini

tersebar pada lokasi-lokasi yang beriklim tipe C (CH<1500 mm/th).

Bahan induk penyusun tanah yang dijumpai berbahan induk batu gamping

tersier (cT). Landform K.3 yang dijumpai memiliki bentuk relief r

(bergelombang/rolling) dengan slope 8-15 % dan bentuk relief c (berbukit

kecil/hillocky) dengan slope 15-30 %. Secara umum landform K.3 yang dijumpai

berada pada daerah ketinggian dataran rendah (<700 m dpl).

Tebal solum pada tanah-tanah yang dijumpai tergolong tipis dan bervariasi

mulai dari ketebalan 22 cm sampai 76 cm. Kandungan liat pada tanah-tanah yang

dijumpai menunjukkan keragaman pada sifat tekstur tanahnya. Selain itu

pengaruh bahan induk berkapur sangat mempengaruhi pada karakteristik pH

didalamnya, nilai pH berkisar antara 7,50 sampai 7,80 yang menandakan pH

cukup tinggi. Selain itu juga untuk nilai KTK dan KB pada tanah-tanah yang

dijumpai tergolong tinggi.

Klasifikasi tanah yang ditunjukkan pada Tabel 15 masih cukup beragam.

Keberagaman klasifikasi tanah tidak hanya terjadi pada tingkat subgroup dalam

order yang sama, bahkan keberagaman tanah pada order yang berbeda pun masih

dijumpai pada Landform ini. Unsur pembentuk landform K.3 sudah dapat

dikatakan homogen, faktor perbedaan relief pada landform inilah yang menjadi

salah satu faktor yang masih belum homogen, sehingga masih terdapat keragaman

klasifikasi tanah yang dijumpai pada landform ini. Keragaman yang terjadi dapat

diduga dari teori pembentuk tanah melalui faktor lereng, sehingga apabila

landform K.3 didelineasi lagi berdasarkan lereng, maka tidak menutup

kemungkinan perbedaan klasifikasi dapat didelineasi.

Tabel 16, menunjukkan ringkasan klasifikasi tanah pada landform K.3

yang sudah dikelompokan berdasarkan iklim dan bahan induk yang sama.

Terdapat dua order klasifikasi tanah yang dijumpai yaitu order Mollisol dan

Page 68: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

54

Tabel 16. Pengelompokan Klasifikasi Tanah berdasarkan Bahan Induk dan Iklim pada Landform K.3

BI+U Iklim Order Suborder Great Grup Subgrup cT C Vertisol Ustert Haplustert Typic Haplusterts

Mollisol Ustoll Argiustoll Lithic Argiustolls Haplustoll Lithic Haplustolls

Typic Haplustolls

Vertisol. Kedua order tersebut mempunyai kesamaan pada kategori suborder

yaitu munculnya regim kelembaban ustic pada kategori suborder.

Dari nama klasifikasi tanah pembentuk subgroup, dapat diperkirakan

bahwa tanah yang dijumpai pada landform ini mempunyai kedalaman solum yang

beragam. Terbukti dengan munculnya nama Lithic dan Typic sebagai unsur

pembentuk subgroup. Hal ini menggambarkan bahwa tanah pada daerah tersebut

ada yang memiliki solum dangkal dan ada juga yang memiliki solum yang dalam,

sehingga untuk kedalaman solum ini sulit untuk diprediksi. Adanya keragaman

tersebut diduga terjadi akibat proses pelarutan pada bahan induk kapur. Semakin

murni bahan induk kapur maka semakin tipis solum tanah yang dapat terbentuk

begitu pula sebaliknya.

Tanah-tanah yang dijumpai pada landform K.3 ini umumnya sangat

dipengaruhi oleh bahan induk batu gamping (Vertisol & Mollisol). Sehingga

tanah yang muncul mempunyai pH yang basa akibat adanya pengaruh kandungan

Ca tinggi yang terdapat dalam bahan induk batu gamping (Tabel 16). Delineasi

landform ke dalam landform K.3 masih belum dapat mendelineasi satuan tanah

yang terdapat dalam satuan landform K.3. Walaupun dari segi bahan induk dan

iklim sudah homogen, diduga faktor relief lerenglah yang mengakibatkan masih

tetap dijumpainya klasifikasi tanah yang beragam pada landform ini.

4.2.4. Grup Landform Marin (M)

Landform marin adalah landform yang terbentuk oleh proses marin, baik

proses yang bersifat konstruktif (pengendapan) maupun destruktif (abrasi).

Daerah yang terpengaruh air permukaan yang bersifat asin secara langsung

ataupun bersifat pasang surut tergolong dalam landform marin (Marsoedi et al.,

1997).

Page 69: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

55

Tabel 17. Sebaran landform M.22 dengan Karakteristik Tanah di Dalamnya

Data Site Tebal avr clay Avr pH Avr C Avr KTK Avr KTK liat Avr KB

lokasi ID Iklim Bi+umur Subgrup Relief m dpl Solum A B A/B A B A B A B A B A B

Jabar AY 010 A fK Typic Endoaquents n 2 15 74,00 6,00 8,54 46,32 62,59 364,00

Jabar AY 062 A fK Typic Endoaquents n 4 18 79,00 6,50 8,30 48,74 61,70 204,00

Jabar SY 022 B fK Typic Endoaquents n 1 15 41,00 7,00 6,97 41,57 101,39 389,00

Oesao AK 024 C fK Aeric Endoaquepts n 3 160 45,00 57,25 0,79 7,80 8,05 1,02 0,85 39,21 43,08 87,13 76,92 100,00 100,00

Oesao AK 035 C fK Aeric Endoaquepts n 1 87 30,00 69,67 0,43 8,20 8,27 0,92 1,22 37,67 40,64 125,57 58,46 100,00 100,00

Oesao BP 048 C fK Aeric Endoaquepts n 1 100 52,20 59,95 0,87 8,20 8,35 1,26 1,19 37,09 39,07 71,05 83,32 100,00 100,00

Jabar AY 040 C fK Sulfic Endoaquents n 3 20 71,00 6,00 13,49 45,95 64,72 290,00

Oesao BP 042 C fK Typic Endoaquents n 1 20 72,00 8,30 1,66 40,94 56,86 100,00

Besi CB 127 C fK Typic Endoaquepts n 10 100 42,00 46,67 0,90 7,70 7,90 2,25 1,20 28,80 29,66 68,57 63,67 221,00 195,00

Besi AK 052 C fK Typic Fluvaquents n 1 15 27,00 7,20 4,48 26,03 96,41 333,00 *Kolom A dan B menunjukkan jenis horison (horison A dan horison B) Kolom A/B menunjukkan rasio perbadingan antara horison A dengan horison B

Page 70: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

56

Terdapat 9 unit landform yang termasuk dalam landform Marin (Tabel 4).

Dari 9 unit landform tersebut landform dengan pedon pewakil terbanyak pada unit

landform marin adalah landform M.2.2 dengan pedon sebanyak 10 pedon. Atas

dasar tersebut, subgrup landform M.2.2 menjadi contoh studi kasus gambaran

tingkat homogenitas dan heterogenitas karakteristik dan klasifikasi tanah pada

grup landform marin.

Landform M.2.2 adalah landform untuk dataran pasang surut lumpur.

Dataran pasang surut lumpur adalah wilayah pesisir yang terdiri dari bahan

berlumpur dan dipengaruhi pasang surut air laut (Marsoedi et al., 1997). Tabel 17,

menunjukkan sebaran landform M.2.2 beserta karakteristik tanah di dalamnya

yang dijumpai pada 3 lokasi survei LREPP II yaitu Karawang (Jabar), Besikama,

dan Oesao (NTT).

Landform M.2.2 ini tersebar pada lokasi-lokasi yang beriklim tipe A

(CH≥2000 mm/th), tipe B (CH≥1500-2000 mm/th) dan tipe C (CH<1500 mm/th),

dengan satu bahan induk penyusun tanah yang dijumpai. Nilai KB tanah-tanah

yang dijumpai pada landform ini memiliki nilai KB yang tergolong sangat tinggi

(>100). Klasifikasi tanah pada landform ini, tingkat keragamannya masih tinggi.

Keragaman klasifikasi tanah tidak hanya terjadi pada tingkat subgrup dalam

order yang sama, keberagaman tanah pada order yang berbeda pun masih

dijumpai pada Landform ini.

Selanjutnya dilakukan pengelompokan klasifikasi tanah berdasarkan bahan

induk dan iklim yang sama pada landform ini (Tabel 18). Setelah dikelompokan

berdasarkan kategori taksonomi, diketahui bahwa pada landform M.2.2 yang telah

dipisahkan berdasarkan bahan induk dan iklimnya masih dijumpai tanah dengan

klasifikasi yang sangat berbeda.

Tabel 18. Pengelompokan Klasifikasi Tanah berdasarkan Bahan Induk dan Iklim pada Landform M.22

BI+U Iklim Order Suborder Great Grup Subgrup fK A Entisol Aquent Endoaquent Typic Endoaquents

B Entisol Aquent Endoaquent Typic Endoaquents C Inceptisol Aquept Endoaquept Aeric Endoaquepts

Typic Endoaquepts Entisol Aquent Endoaquent Sulfic Endoaquents

Typic Endoaquents Fluvaquent Typic Fluvaquents

Page 71: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

57

Gambar 14. Sebaran landform M.2.2 daerah Karawang – Jabar

Gambar 15. Sebaran pedon tanah pada landform M.2.2 Karawang – Jabar (Kotak Merah)

Page 72: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

58

Gambar 14 memperlihatkan sebaran landform M.2.2 di daerah Karawang.

Sebaran pedon tanah pewakil yang terdapat pada landform ini terpusat di bagian

utara daerah Karawang (kotak merah). Dari kotak tersebut, terlihat beberapa

pedon yang menggerombol (Gambar 15). Berdasarkan klasifikasinya, tanah yang

terdapat pada wilayah tersebut didominasi oleh order Entisol dengan greatgroup

Endoaquent, walaupun pada tingkat subgroup masih terlihat beragam (Tabel 19).

Tabel 19. Klasifikasi Tanah pada masing-masing Poligon Landform di M.2.2 Karawang - Jabar

Pedon Order Subgrup Kode AY 062 Entisol Typic Endoaquents * AY 040 Entisol Sulfic Endoaquents * SY 022 Entisol Typic Endoaquents *

Tanda (*) yang sama menunjukkan letak pedon pada suatu poligon yang sama

Tabel 19 menunjukkan keragaman tanah pada kategori subgroup yang

tergolong tanah dengan tahap perkembangan baru (Entisol). Pedon AY 062

dengan pedon AY 040 yang letaknya berdekatan memiliki perbedaan unsur

pembentuk pada kategori subgroup. Pedon AY 062 memiliki subgrup Typic

Endoaquents sedangkan pedon AY 040 memiliki subgroup Sulfic Endoaquents.

Berdasarkan prinsip SPT dalam kasus ini, penentuan SPT masih bisa

ditelusuri batas-batasnya. Hal ini karena jarak antara satu titik pengamatan dengan

pengamatan yang lainnya saling berjauhan sehingga masih bisa ditelusuri batas-

batasnya dengan menambah jumlah titik pengamatan. Secara umum tanah yang

dijumpai pada daerah ini sangat dipengaruhi oleh air, terbukti dengan munculnya

regim kelembaban aquic sebagai unsur pembentuk klasifikasi pada kategori

suborder.

Selain daerah Karawang, sebaran landform M.2.2 juga dijumpai di daerah

Oesao (NTT). Gambar 15 memperlihatkan sebaran landform M.2.2 di daerah

Oesao yang terpusat di bagian barat Oesao. Sebaran landform M.2.2 di daerah ini

tidak begitu luas, sehingga pedon yang dijumpai jumlahnya sedikit. Sebaran

pedon pada kotak pengamatan (kotak merah) tersusun atas 4 pedon pewakil yang

dijumpai (Gambar 16). Letak keempat pedon tersebut berada pada satu poligon

dan jarak antara satu pedon dengan pedon lainnya saling berjauhan.

Page 73: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

59

Gambar 16. Sebaran landform M.2.2 daerah Oesao – NTT

Gambar 17. Sebaran landform M.2.2 daerah Oesao – NTT (Kotak Pengamatan)

Page 74: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

60

Tabel 20. Klasifikasi Tanah pada masing-masing Poligon Landform M.2.2 Oesao - NTT

Pedon Order Subgrup Kode BP 042 Entisol Typic Endoaquents * BP 048 Inceptisol Aeric Endoaquepts * AK 024 Inceptisol Aeric Endoaquepts * AK 035 Inceptisol Aeric Endoaquepts *

Tanda (*) yang sama menunjukkan letak pedon pada suatu poligon yang sama

Tabel 20 memperlihatkan bahwa hampir seluruh klasifikasi tanah yang

dijumpai pada daerah Oesao sebelah barat didominasi oleh order Inceptisol.

Selain order Inceptisol terdapat juga satu pedon dengan order Entisol (BP 042).

Keragaman pada tingkat order masih terjadi, pedon BP 042 yang memiliki order

Entisol letaknya tidak jauh dari pedon BP 048 yang memiliki order Inceptisol.

Dari kondisi lingkungannya dapat diperkirakan bahwa klasifikasi tanah yang

dijumpai di daerah ini sangat dipengaruhi oleh air, hal ini ditandai dengan

munculnya regim kelembaban aquic pada unsur pembentuk suborder baik pada

order Inceptisol maupun Entisol.

Pedon dengan dengan order Inceptisol mempunyai kategori subgroup

tanah yang homogen yaitu Aeric Endoaquepts. Dengan komposisi pedon seperti

diperjelas pada Gambar 19 maka pedon Typic Endoaquents yang dijumpai pada

daerah ini belum dapat dianggap sebagai tanah inklusi pada landform tersebut

karena berdasarkan prinsip SPT jumlah pengamatannya masih belum memenuhi

syarat untuk menentukan jenis SPT.

4.2.5. Grup Landform Tektonik dan Strultural (T)

Landform tektonik dan struktural adalah landform yang terbentuk sebagai

akibat dari proses tektonik (orogenesis dan epirogenesis) berupa proses angkatan,

lipatan, dan atau patahan. Umumnya landform ini mempunyai bentukan yang

ditentukan oleh proses-proses tersebut dan karena sifat litologinya (struktural)

(Marsoedi et al., 1997).

Terdapat 15 landform yang termasuk dalam grup landform utama tektonik

dan struktural (Tabel 4). Unit landform tektonik dan struktural yang memiliki

pedon pewakil terbanyak adalah landform T.12.1 dengan pedon sebanyak 42

pedon. Atas dasar tersebut, landform T.12.1 dijadikan sebagai contoh studi kasus

Page 75: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

61

gambaran tingkat homogenitas dan heterogenitas karakteristik dan klasifikasi

tanah pada grup landform tektonik dan struktural.

Landform T.12.1 adalah landform perbukitan tektonik. Perbukitan tektonik

adalah landform dengan relief perbukitan (lereng dominan >15% dan perbedaan

tinggi >300m) terbentuk karena proses tektonik, tetapi tidak atau sedikit

menunjukkan adanya indikasi struktural dan mempunyai variasi perbedaan

intensitas relief, kecuraman lereng, bentuk lereng, pola puncak, kerapatan dan

pola drainase serta pola diseksinya. Pembentukan landform ini dipengaruhi oleh

tipe batuan (litologi) dan struktur tektonik dalam kaitannya dengan proses

pelapukan dan erosi (Marsoedi et al., 1997).

Tabel 21 menunjukkan sebaran landform T.12.1 beserta karakteristik tanah

pencirinya yang dijumpai di beberapa lokasi survei LREPP II, yaitu Karawang

(Jabar), Gresik (Jatim), Pangkalan Bun (Kalteng) dan Besikama, Bena, serta

Oesao (NTT). Landform T.12.1 ini tersebar pada lokasi-lokasi yang mempunyai

iklim tipe A (CH≥2000 mm/th) dan tipe C (CH<1500 mm/th), dengan 8 jenis

bahan induk penyusun tanah yang dijumpai. Bahan induk yang dijumpai adalah

bahan induk batu gamping tersier (cT), batu liat berkapur tersier (fkT), batu liat

dan batu pasir berkapur (fqT), batu liat tersier (fT), batu kapur tersier (kT), batu

pasir berkapur tersier (qkT), dan batu pasir tersier (qT). Ketebalan solum pada

tanah yang berbahan induk cT <100 cm, fkT bervariasi (13-150 cm), fqT <40 cm,

fT <70 cm, kT bervariasi (31-130 cm), qkT <50 cm, dan qT bervariasi (14-90

cm).

Tanah-tanah yang berbahan induk cT dan fkT memiliki kandungan liat

horison B yang lebih tinggi daripada horison A, sedangkan tanah-tanah dengan

bahan induk fqT, fT, kT, qkT, dan qT memiliki kandungan liat yang bervariasi.

Derajat kemasaman (pH) tanah pada tanah-tanah berbahan induk cT, fkT, & fT

berada pada kisaran agak masam-alkalis, tanah-tanah berbahan induk fqT sangat

masam, kT netral-alkalis, qkT alkalis, dan qT berada pada kisaran sangat masam

sampai agak masam. Kandungan C-organik yang tedapat pada tanah-tanah yang

dijumpai pada landform ini berada pada kisaran < 3%. Tanah-tanah dengan bahan

induk fqT merupakan tanah-tanah yang mempunyai nilai KTK yang paling rendah

dibandingkan dengan tanah-tanah yang berbahan induk lain pada landform ini.

Page 76: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

62

Tabel 21. Sebaran Landform T.12.1 dengan Karakteristik Tanah di Dalamnya Data Site Tebal avr clay Avr pH Avr C Avr KTK Avr KTK liat Avr KB

lokasi ID Iklim Bi+umur Subgrup Relief m dpl Solum A B A/B A B A B A B A B A B

Jabar AY 011 A cT Lithic Hapludolls h 40 28 52,00 51,00 1,02 6,10 6,20 2,70 1,75 57,21 55,63 110,02 109,08 95,00 97,00

Jabar HS 250 A cT Lithic Hapludolls h 75 50 85,00 91,50 0,93 7,40 7,40 3,16 2,37 47,44 48,24 55,81 52,70 111,00 109,00

Jabar SY 180 A cT Lithic Hapludolls h 63 25 95,00 97,00 0,98 6,10 6,15 3,12 2,32 69,51 66,01 73,17 68,05 102,00 102,00

Gresik AR 112 C cT Calcic Hasplusterts u 52 55 71,00 75,75 0,94 7,20 7,88 1,52 0,31 37,21 30,84 52,41 40,69 90,00 209,25

Besi AK 090 C cT Lithic Rodustalfs u 90 44 28,00 54,00 0,52 7,20 7,70 3,89 2,25 46,88 40,23 167,43 74,50 122,00 135,00

Besi CB 111 C cT Typic Haplusterts r 100 55 71,00 66,50 1,07 8,10 8,25 2,36 1,06 41,62 35,69 58,62 53,50 159,00 184,50

Oesao TB 202 C cT Vertic Haplustepts c 200 87 9,20 14,42 0,64 8,10 8,16 2,29 0,41 32,36 31,57 351,74 595,37 100,00 100,00

Jabar WG 134 A fkT Typic Eutrudepts h 95 124 88,50 92,50 0,96 6,65 7,78 1,30 0,49 49,72 40,72 56,19 44,06 101,50 159,50

Jabar WG 169 A fkT Typic Eutrudepts h 80 130 91,00 94,75 0,96 6,40 6,83 2,44 1,14 66,97 65,98 73,59 69,63 105,00 120,25

Oesao AK 120 C fkT Lithic Haplustepts c 75 39 97,50 30,50 3,20 6,80 6,80 2,80 1,09 38,09 32,06 39,07 105,11 86,14 86,06

Oesao BP 153 C fkT Lithic Haplustolls m 400 32 49,30 52,30 0,94 7,90 8,25 2,88 0,98 31,85 22,91 64,60 43,89 100,00 100,00

Oesao BP 101 C fkT Lithic Usthortents h 300 13 75,40 7,70 3,82 63,05 83,62 100,00

Oesao AK 185 C fkT Typic Argiustolls c 100 42 19,60 65,15 0,30 7,40 7,45 2,27 0,99 43,74 42,29 223,16 61,65 100,00 96,53

Oesao AK 203 C fkT Typic Argiustolls c 220 19 18,20 41,85 0,43 7,90 7,95 5,10 1,79 35,06 23,66 192,64 56,52 100,00 100,00

Oesao UY 111 C fkT Typic Haplustepts c 250 33 88,20 96,95 0,91 7,80 7,95 1,75 1,15 38,18 34,85 43,29 35,93 100,00 100,00

Oesao SM 004 C fkT Typic Ustorthents c 300 20 35,00 7,70 1,32 16,55 47,29 100,00

Oesao AK 175 C fkT Vertic Haplustepts c 125 150 72,90 57,75 1,26 7,70 8,48 1,23 0,47 51,87 34,50 71,15 60,16 100,00 100,00

Oesao AK 195 C fkT Vertic Haplustepts c 120 92 77,00 76,58 1,01 8,00 8,58 1,22 0,35 29,23 28,63 37,96 37,46 100,00 100,00

Oesao BP 222 C fkT Vertic Haplustolls h 300 99 69,30 76,90 0,90 6,50 7,08 2,23 1,02 38,56 39,62 55,64 51,56 83,92 92,23

P.bun KK 086 A fqT Lithic Hapludults h 105 34 27,00 33,00 0,82 4,00 4,40 2,48 0,95 13,91 10,30 51,52 31,21 6,00 5,00

P.bun AI 152 A fqT Typic Udorthents u 30 11 6,00 4,60 2,59 3,06 51,00 35,00

Page 77: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

63

Lanjutan Tabel 21 Data Site Tebal avr clay Avr pH Avr C Avr KTK Avr KTK liat Avr KB

lokasi ID Iklim Bi+umur Subgrup Relief m dpl Solum A B A/B A B A B A B A B A B

Besi UY 060 C fT Lithic Ustorthents c 275 10 35,00 7,80 2,50 27,48 78,51 190,00

Oesao BP 111 C fT Typic Haplustalfs c 30 62 15,20 11,83 1,28 6,50 6,70 0,52 0,30 23,59 17,43 155,20 147,68 94,02 100,00

Oesao UY 152 C fT Typic Haplustepts m 110 47 41,90 56,10 0,75 6,50 6,70 3,28 1,30 39,82 41,48 95,04 73,94 90,46 100,00

Besi YS 118 C kT Lithic Haplustepts c 140 43 28,00 30,00 0,93 7,40 7,70 4,73 1,76 30,27 20,81 108,11 69,37 127,00 159,00

Besi AK 030 C kT Typic Haplustepts r 180 52 25,00 64,50 0,39 8,10 7,95 0,70 1,43 20,27 32,53 81,08 50,50 266,00 175,00

Besi US 097 C kT Typic Haplustepts c 200 75 68,00 63,67 1,07 8,20 8,33 1,15 0,73 31,37 33,35 46,13 53,07 155,00 186,67

Besi UY 078 C kT Typic Haplustepts r 200 53 68,00 54,00 1,26 7,80 8,05 1,93 0,88 39,39 26,99 57,93 49,98 146,00 201,50

Bena UY 227 C kT Typic Haplustepts r 140 31 43,00 44,50 0,97 7,90 8,15 1,74 0,64 20,10 13,89 46,74 31,17 252,00 373,50

Besi YS 011 C kT Typic Haplustepts h 140 41 83,00 70,50 1,18 7,80 8,05 2,68 1,17 53,21 39,19 64,11 54,60 137,00 189,50

Oesao SM 012 C kT Typic Haplustepts c 250 46 55,00 36,00 1,53 7,80 7,95 2,49 0,68 37,18 22,04 67,60 61,27 100,00 100,00

Bena YS 279 C kT Typic Haplustolls u 90 100 80,00 52,60 1,52 7,90 8,18 2,61 0,74 45,11 15,07 56,39 31,96 153,00 462,80

Oesao UY 125 C kT Typic Haplustolls h 75 55 67,50 62,37 1,08 7,90 7,73 1,19 1,83 32,88 37,89 48,71 59,05 100,00 99,72

Besi AK 036 C kT Vertic Haplustepts r 200 42 46,00 53,50 0,86 6,90 8,00 2,20 0,90 24,43 21,51 53,11 39,59 90,00 157,50

Bena CB 256 C kT Vertic Haplustepts n 39 130 70,00 72,50 0,97 7,90 8,00 1,75 0,77 35,73 33,59 51,04 46,47 185,00 196,25

Besi UY 051 C kT Vertic Haplustepts r 120 45 92,00 70,00 1,31 8,00 8,00 1,46 0,68 36,90 34,02 40,11 48,98 188,00 201,00

Bena UY 223 C qkT Lithic Haplustolls u 200 45 43,50 34,00 1,28 7,90 7,70 3,05 1,51 25,95 15,24 59,65 44,82 199,00 331,00

Besi AK 047 C qkT Typic Haplustolls c 260 32 67,00 70,00 0,96 7,00 7,40 3,72 2,10 54,65 53,69 81,57 76,70 92,00 100,00

Bena YS 232 C qkT Typic Ustorthents c 20 10 20,00 7,90 2,54 15,55 77,75 352,00

P.bun TB 127 A qT Typic Hapluhumults r 40 90 49,00 32,00 1,53 4,00 4,40 1,80 0,76 12,22 9,11 24,94 28,47 8,00 7,00

Oesao AK 138 C qT Lithic Usthortents m 300 14 20,30 6,60 1,44 36,18 178,23 100,00

Oesao BP 140 C qT Typic Ustipsamments m 350 16 15,80 6,90 1,38 11,79 74,62 100,00 *Kolom A dan B menunjukkan jenis horison (horison A dan horison B) Kolom A/B menunjukkan rasio perbadingan antara horison A dengan horison B

Page 78: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

64

Sedangkan dari nilai KB, hampir seluruh klasifikasi tanah yang dijumpai pada

landform ini tergolong tinggi.

Seluruh landform T.12.1 yang dijumpai pada lokasi-lokasi tersebut

memiliki bentuk relief yang sangat beragam. Landform T.12.1 yang dijumpai

berada pada daerah dataran rendah (<700 m dpl). Klasifikasi tanah yang

ditunjukkan pada Tabel 21, masih sangat beragam. Keberagaman klasifikasi tanah

tidak hanya terjadi pada tingkat subgroup dalam order yang sama, akan tetapi

keberagaman juga terjadi pada tingkat order pada Landform T.12.1.

Selanjutnya dilakukan pengelompokan klasifikasi tanah berdasarkan bahan

induk dan iklim yang sama (Tabel 22). Setelah dikelompokan, diketahui pada

landform T.12.1 masih dapat dijumpai klasifikasi tanah yang sangat beragam.

Tabel 22. Pengelompokan Klasifikasi Tanah berdasarkan Bahan Induk dan Iklim

pada Landform T.1.2.1 BI+U Iklim Order Suborder Great Grup Subgrup

cT A Mollisol Udoll Hapludoll Lithic Hapludolls C Inceptisol Ustept Haplustept Vertic Haplustepts

Vertisol Ustert Haplustert Calcic Haplusterts Typic Haplusterts

Alfisol Ustalf Haplustalf Lithic Rodustalfs fkT A Inceptisol Udept Eutrudept Typic Eutrudepts

C Inceptisol Ustept Haplustept Lithic Haplustepts Typic Haplustepts Vertic Haplustepts

Mollisol Ustoll Haplustoll Lithic Haplustolls Argiustoll Typic Argiustolls

Entisol Orthent Ustorthent Lithic Ustorthents Typic Ustorthents

fqT A Entisol Orthent Udorthent Typic Udorthents Ultisol Udult Hapludult Lithic Hapludults

fT C Entisol Orthent Ustorthent Lithic Ustorthents Alfisol Ustalf Haplustalf Typic Haplustalfs Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts

kT C Inceptisol Ustept Haplustept Lithic Haplustepts Typic Haplustepts Vertic Haplustepts

Mollisol Ustoll Haplustoll Typic Haplustolls qkT C Mollisol Ustoll Haplustoll Lithic Haplustolls

Typic Haplustolls Entisol Orthent Ustorthent Typic Ustorthents

qT A Ultisol Humult Haplohumult Typic Haplohumults C Entisol Orthent Ustorthent Lithic Usthortents

Psamment Ustipsamment Typic Ustipsamments

Gambar 18 memperlihatkan sebaran landform T.12.1 di daerah Karawang

yang beriklim tipe A. Pedon tanah pewakil yang dijumpai pada landform ini

sebarannya terpusat di bagian selatan (kotak merah) daerah lokasi survei (Gambar

19).

Page 79: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

65

Gambar 18. Sebaran landform T.1.2.1 daerah Karawang – Jabar (Kotak Merah)

Gambar 19. Sebaran pedon tanah pada landform T.12.1 Karawang – Jabar

Page 80: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

66

Tabel 23. Klasifikasi Tanah pada masing-masing Poligon Landform di T.12.1 Karawang Bagian Selatan

Pedon BI+Umur Order Subgrup Kode AY 011 cT Mollisol Lithic Hapludolls * HS 250 cT Mollisol Lithic Hapludolls * SY 180 cT Mollisol Lithic Hapludolls ** WG 134 kT Inceptisol Typic Eutrudepts * WG 169 kT Inceptisol Typic Eutrudepts *

Tanda (*) yang sama menunjukkan letak pedon pada suatu poligon yang sama

Tabel 23 menunjukkan klasifikasi tanah yang dijumpai di bagian selatan

Karawang sangat dipengaruhi oleh bahan induk. Pedon AY 011, HS 250, dan SY

180 terletak pada poligon yang sama dengan bahan induk batu gamping tersier

(cT). Ketiga pedon tersebut memiliki klasifikasi tanah yang sama yaitu Lithic

Hapludolls. Selain ketiga pedon tersebut, terdapat 2 pedon dengan bahan induk

batu kapur tersier dengan klasifikasi Typic Eutrudepts. Dengan demikian pedon

yang dijumpai pada daerah ini sangat tergantung dari jenis bahan induknya. Selain

di daerah Karawang, sebaran landform T.12.1 dengan pedon yang banyak

dijumpai berada di daerah Oesao (Gambar 20).

Gambar 20. Sebaran landform T.1.2.1 daerah Oesao – NTT

Page 81: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

67

Tabel 24. Klasifikasi Tanah pada masing-masing Poligon Landform di T.1.2.1 Oesao – NTT

Pedon BI+Umur Order Subgrup Kode BP 101 fkT Entisol Lithic Usthortents *** AK 175 fkT Inceptisol Vertic Haplustepts * AK 120 fkT Inceptisol Lithic Haplustepts *** UY 111 fkT Inceptisol Typic Haplustepts ** AK 195 fkT Inceptisol Vertic Haplustepts * BP 222 fkT Molisoll Vertic Haplustolls * BP 153 fkT Molisoll Lithic Haplustolls * AK 185 fkT Molisoll Typic Argiustolls * AK 203 fkT Molisoll Typic Argiustolls * AK 138 qT Entisol Lithic Usthortents * BP 140 qT Entisol Typic Ustipsamments * BP 111 fT Alfisol Typic Haplustalfs *** UY 152 fT Inceptisol Typic Haplustepts ** UY 125 kT Molisoll Typic Haplustolls ** SM 004 kT Entisol Typic Usthorthents **** SM 012 kT Inceptisol Typic Haplustepts ***** TB 202 cT Inceptisol Vertic Haplustepts *

Tanda (*) yang sama menunjukkan letak pedon pada suatu poligon yang sama

Tabel 24 menunjukkan klasifikasi tanah yang dijumpai di daerah Oesao

sangat beragam. Posisi beberapa pedon yang dijumpai berada pada satu poligon

dan ada pula berada pada poligon yang berbeda. Setelah dikelompokan

berdasarkan bahan induk yang homogen, klasifikasi tanah yang dijumpai pada

daerah ini masih tetap beragam. Namun pengaruh iklim sangat berpengaruh pada

klasifikasi tanah pada pedon yang dijumpai, ditanadai dengan munculnya regim

kelembaban ustik pada unsur pembentuk klasifikasi subgroup dan greatgroup.

Banyak pedon tanah pewakil yang berada dalam satu poligon yang

berasal dari bahan induk yang berbeda. Sebagai contoh, terdapat 2 pedon yang

letaknya berada satu poligon yaitu pedon UY 152 dan UY 125 yang letak kedua

pedon tersebut berjarak cukup dekat, akan tetapi memiliki klasifikasi yang

berbeda, pedon UY 152 termasuk ke dalam order Inceptisol sedangkan Pedon 125

termasuk ke dalam order Mollisol. Perbedaan tersebut terjadi karena bahan induk

yang terdapat pada kedua pedon tersebut berbeda pedon UY 152 berbahan induk

batu liat tersier (fT) sedangkan pedon UY 125 berbahan induk batu kapur tersier

(kT) (poligon sebelah kanan).

Dari hasil yang telah diuraikan dapat diketahui bahwa landform T.12.1

merupakan satuan landform yang paling banyak memiliki keragaman bahan induk

yang terdapat dalam satu delineasi (poligon yang sama) dengan tingkat keragaman

klasifikasi tanah yang dijumpai sangat tinggi. Sehingga delineasi landform ke

Page 82: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

68

dalam landform T.12.1 tidak sertamerta dapat mendelineasi satuan tanah yang

terdapat pada landform T.12.1 tersebut.

4.2.6. Grup Landform Volkanik (V)

Aktivitas volkan menurut Bloom (1979) didefinisikan sebagai hasil dari

erupsi letusan gunung berapi, cikal bakal terjadi proses perkembangan dan

struktur dari landform volkanik. Beberapa buku menerangkan bahwa gunung api

sebagai celah dimana material panas perut bumi keluar menuju dasar permukaan

bumi. Secara umum, aktivitas erupsi merupakan karakteristik dari gunung berapi,

di mana gas panas, cairan, batuan cair, dan fragmen-fragment hancuran batuan

keluar dari celah permukaan bumi yang terbuka.

Landform volkanik menurut definisi Marsoedi et al. (1997) adalah

landform yang terbentuk karena aktivitas volkan atau gunung berapi. Landform

ini terutama dicirikan dengan adanya bentukan kerucut volkan, aliran lahar, lava

ataupun wilayah yang merupakan akumulasi bahan volkanik. Terdapat 11

landform yang termasuk dalam landform volkanik (Tabel 4).

Landform yang memiliki jumlah pedon pewakil terbanyak pada unit

landform volkanik ini adalah landform V.3.3 dengan jumlah sebanyak 40 pedon.

Atas dasar tersebut, landform V.3.3 dijadikan sebagai contoh studi kasus

gambaran tingkat homogenitas dan heterogenitas karakteristik dan klasifikasi

tanah pada grup landform volkanik.

Landform V.33 merupakan landform “pegunungan volkanik tua”.

Landform pegunungan volkanik tua berupa wilayah dari bahan volkanik yang

telah mengalami proses lebih lanjut antara lain: erosi, denudasi, angkatan, lipatan,

dan patahan, sehingga asal-usulnya dari pusat erupsi tidak jelas lagi, umumnya

termasuk volkan tua. Landform ini memiliki lereng >15% dan perbedaan tinggi

lebih dari 300m (Marsoedi et al., 1997).

Tabel 25 menunjukkan sebaran landform V.3.3 beserta karakteristik tanah

pencirinya yang dijumpai hanya pada satu lokasi survei LREPP II, yaitu daerah

Pacitan (Jatim). Landform A.1.3 ini tersebar pada lokasi-lokasi yang mempunyai

iklim tipe A (CH≥2000 mm/th) dan tipe B (CH≥1500-2000 mm/th), dengan empat

Page 83: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

69

Tabel 25. Sebaran Landform V.33 dengan Karakteristik Tanah di Dalamnya

Data Site Tebal avr clay Avr pH Avr C Avr KTK Avr KTK liat Avr KB

lokasi ID Iklim Bi+umur Subgrup Relief m dpl Solum A B A/B A B A B A B A B A B

pacitan CD 239 A aT Lithic Hapludolls m 624 29 26,00 25,50 1,02 5,30 6,05 0,73 0,54 29,31 27,22 112,73 106,96 85,00 85,50

pacitan AR 254 A aT Typic Hapludolls m 820 80 24,00 50,33 0,48 5,80 5,73 0,31 1,17 14,21 16,54 59,21 33,18 77,00 50,67

pacitan CD 282 A aT Typic Hapludolls h 820 109 35,00 37,00 0,95 5,00 5,03 2,01 1,68 21,60 23,49 61,71 63,77 76,00 59,25

pacitan AR 253 A aT Typic Haplustepts m 720 109 64,00 58,33 1,10 5,60 5,97 0,34 0,32 36,09 41,09 56,39 70,79 62,00 68,00

pacitan AR 240 A aT Ustic Dystrudepts c 950 84 74,00 76,33 0,97 5,50 5,53 0,78 0,53 28,46 24,69 38,46 32,44 29,00 43,67

pacitan CD 276 A aT Ustic Dystrudepts r 800 154 67,00 72,50 0,92 5,30 5,63 1,63 0,65 28,46 27,51 42,48 38,15 27,00 24,25

pacitan CD 283 A aT Ustic Dystrudepts h 600 41 56,00 60,50 0,93 5,60 5,60 1,49 0,46 21,63 23,01 38,63 38,05 51,00 54,00

pacitan CD 312 B aT Lithic Haplustepts m 525 27 26,00 28,00 0,93 5,90 5,60 0,54 0,76 14,24 14,00 54,77 50,00 109,00 99,00

pacitan AR 259 B aT Oxiaquic Haplustalfs m 500 105 31,00 40,33 0,77 5,00 5,97 0,78 0,54 17,09 18,45 55,13 46,06 80,00 92,67

pacitan WS 198 B aT Oxiaquic Haplustepts m 600 10 41,00 41,50 0,99 4,70 5,70 0,77 0,60 14,38 13,29 35,07 32,02 59,00 86,50

pacitan AR 201 B aT Oxic Haplustepts m 700 57 50,00 57,00 0,88 5,40 5,67 0,97 0,65 11,44 11,12 22,88 19,49 96,00 92,67

pacitan AR 248 B aT Typic Argiustolls h 800 155 43,00 52,00 0,83 5,40 5,50 1,17 2,61 16,65 22,13 38,72 42,84 66,00 44,00

pacitan AR 202 B aT Typic Haplustepts m 475 38 40,00 39,00 1,03 6,10 6,20 0,68 0,64 18,82 20,85 47,05 53,46 103,00 103,00

pacitan AR 203 B aT Typic Haplustepts m 425 97 24,00 29,00 0,83 6,00 6,20 0,86 0,76 21,83 21,70 90,96 75,23 102,00 100,67

pacitan AR 217 B aT Typic Haplustepts m 200 85 28,00 29,67 0,94 5,40 5,87 0,67 0,46 17,59 17,17 62,82 58,19 98,00 104,00

pacitan AR 219 B aT Typic Haplustepts c 550 60 56,00 62,00 0,90 5,70 5,65 0,59 0,60 22,83 24,99 40,77 41,03 74,00 65,50

pacitan AR 220 B aT Typic Haplustepts c 510 57 55,00 49,00 1,12 4,80 5,10 1,27 0,97 17,78 15,91 32,33 32,47 61,00 66,00

pacitan AR 231 B aT Typic Haplustepts m 260 120 53,00 48,75 1,09 5,50 5,83 1,01 0,41 14,95 16,30 28,21 33,88 57,00 69,25

pacitan AR 243 B aT Typic Haplustepts c 790 98 51,00 52,00 0,98 5,30 5,80 0,56 0,38 30,75 30,53 60,29 58,77 62,00 63,67

pacitan AR 247 B aT Typic Haplustepts m 790 155 46,00 44,33 1,04 5,00 5,70 0,85 0,29 14,32 12,09 31,13 27,47 63,00 64,00

Page 84: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

70

Lanjutan Tabel 25

Data Site Tebal avr clay Avr pH Avr C Avr KTK Avr KTK liat Avr KB

lokasi ID Iklim Bi+umur Subgrup Relief m dpl Solum A B A/B A B A B A B A B A B

pacitan CD 274 B aT Typic Haplustepts m 650 92 54,00 50,75 1,06 5,40 5,65 0,81 0,35 14,00 12,07 25,93 23,79 46,00 62,50

pacitan CD 298 B aT Typic Haplustepts c 400 41 45,00 46,67 0,96 5,40 5,53 1,66 0,84 13,88 14,23 30,84 30,56 55,00 64,00

pacitan CD 304 B aT Typic Haplustepts m 720 75 51,00 51,67 0,99 5,40 5,80 1,91 1,04 35,22 34,38 69,06 66,75 79,00 72,67

pacitan HI 167 B aT Typic Haplustepts m 420 120 39,00 42,00 0,93 6,00 6,07 0,68 0,48 24,76 25,20 63,49 60,09 81,00 80,67

pacitan HR 176 B aT Typic Haplustepts m 230 115 52,00 61,00 0,85 6,00 5,25 0,91 0,44 17,24 17,01 33,15 27,92 74,00 49,25

pacitan HR 184 B aT Typic Haplustepts m 380 80 26,00 26,33 0,99 5,60 6,63 0,70 0,22 23,61 35,08 90,81 152,31 62,00 83,67

pacitan MK 082 B aT Typic Haplustepts m 420 53 25,00 23,00 1,09 6,00 5,90 0,46 0,18 12,27 14,44 49,08 64,34 70,00 74,00

pacitan MK 094 B aT Typic Haplustepts m 400 140 39,00 38,00 1,03 5,60 5,50 0,65 0,34 32,78 33,82 84,05 89,00 85,00 80,00

pacitan MK 114 B aT Typic Haplustepts m 36 41 40,00 40,00 1,00 6,10 6,00 0,70 0,68 27,78 25,91 69,45 64,78 91,00 93,00

pacitan MK 117 B aT Typic Haplustepts m 530 34 29,00 39,00 0,74 5,50 5,60 0,46 0,31 20,24 18,35 69,79 47,05 83,00 73,00

pacitan MK 118 B aT Typic Haplustepts m 450 105 35,00 40,67 0,86 5,80 6,27 0,51 0,31 15,61 15,55 44,60 38,23 83,00 83,67

pacitan TB 222 B aT Typic Haplustepts m 600 31 36,00 35,00 1,03 5,10 5,50 1,25 0,66 14,03 10,92 38,97 31,20 39,00 66,00

pacitan AR 270 B aT Ultic Haplustalfs m 425 48 20,00 28,00 0,71 5,50 5,20 1,26 0,74 10,01 10,83 50,05 38,68 70,00 63,50

pacitan CD 258 B aT Ultic Haplustalfs m 450 65 56,00 64,50 0,87 5,70 5,75 0,75 0,51 15,55 16,98 27,77 26,34 70,50 68,50

pacitan CD 261 B aT Ultic Haplustalfs m 450 45 48,00 52,67 0,91 6,20 6,33 1,44 0,40 13,46 12,14 28,04 23,24 72,00 74,00

pacitan HR 195 B aT Ultic Haplustalfs m 525 170 50,00 69,75 0,72 5,20 5,58 1,68 0,68 19,28 23,31 38,56 33,52 43,00 43,75

pacitan MS 250 B aT Ultic Haplustalfs m 340 90 35,00 47,33 0,74 6,30 6,03 0,76 0,34 17,40 26,73 49,71 63,20 108,00 80,33

pacitan AR 244 A dT Typic Eutrudepts c 850 175 75,00 84,25 0,89 5,20 5,45 1,14 0,41 23,35 30,62 31,13 36,56 35,00 32,00

pacitan AR 221 B gT Typic Haplustepts m 660 60 25,00 23,00 1,09 5,70 6,20 0,70 0,41 53,48 50,05 213,92 217,61 91,00 97,00

pacitan CD 244 B qT Typic Haplustepts m 325 74 9,00 10,00 0,90 5,20 5,35 0,83 0,60 14,76 14,71 164,00 151,50 107,00 95,50 *Kolom A dan B menunjukkan jenis horison (horison A dan horison B) Kolom A/B menunjukkan rasio perbadingan antara horison A dengan horison B

Page 85: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

71

jenis bahan induk penyusun tanah yang dijumpai, bahan induk tersebut adalah

bahan induk andesit tersier (aT), dasit tersier (dT), dan granit tersier (gT). Bentuk

relief yang terdapat pada landform V.3.3 di daerah Pacitan sangat beragam.

Secara umum landform V.3.3 yang dijumpai pada lokasi tersebut berada pada

daerah dataran rendah (<700 m dpl) dan dataran tinggi (>700 m dpl).

Ketebalan solum dari tanah-tanah yang dijumpai pada landform ini sangat

bervariasi dari yang dangkal sampai sangat dalam. Tanah-tanah yang dijumpai

memiliki kadar liat pada horison B lebih tinggi daripada horison A, dan

kandungan C-organiknya yang berkisar dibawah 2 %. Karakteristik pH yang

dijumpai relatif merata dan tergolong pada kisaran pH agak masam. Nilai KTK

yang dijumpai cukup bervariasi mulai dari KTK rendah sampai tinggi sedang

pada nilai KB relatif tinggi. Selanjutnya dilakukan pengelompokan klasifikasi

tanah berdasarkan bahan induk dan iklim yang sama (Tabel 26).

Tabel 26. Pengelompokan Klasifikasi Tanah berdasarkan Bahan Induk dan Iklim pada Landform V.3.3

BI+U Iklim Order Suborder Great Grup Subgrup aT A Mollisol Udoll Hapludoll Lithic Hapludolls

Typic Hapludolls Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts

Udept Dystrudept Ustic Dystrudepts B Inceptisol Ustept Haplustept Lithic Haplustepts

Oxiaquic Haplustepts Oxic Haplustepts Typic Haplustepts

Alfisol Ustalf Haplustalf Oxiaquic Haplustalfs Ultic Haplustalfs

Mollisol Ustoll Argiustoll Typic Argiustolls dT A Inceptisol Udept Eutrudept Typic Eutrudepts gT B Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts

Berdasarkan Tabel 26 diketahui bahwa pedon pewakil yang sudah

dianggap homogen faktor pembentuknya menunjukkan bahwa klasifikasi tanah

yang dijumpai masih beragam. Keberagaman klasifikasi tanah masih terjadi

walaupun berada pada daerah yang sama. Selain itu, pada landform ini tidak

dijumpai tanah dengan order Andisol, hal ini terjadi karena landform ini

merupakan landform volkanik tua dan kondisi ketinggiannya hampir semua

pengamatan pedon pewakil berada di bawah 700 m dpl.

Page 86: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

72

Gambar 21. Sebaran pedon tanah pada landform V.3.3 daerah Pacitan – Jatim

Gambar 21 memperlihatkan sebaran landform V.3.3 di daerah Pacitan.

Pedon tanah pewakil yang terdapat pada landform ini sebarannya terpusat pada

bagian utara daerah lokasi survei. Dari gambar tersebut, terlihat beberapa pedon

yang menggerombol. Letak pedon yang dijumpai di daerah tersebut berada dalam

satu poligon.

Tabel 27 menunjukkan bahwa bahan induk tanah yang terdapat dalam

delineasi landform V.3.3 daerah Pacitan utara didominasi oleh bahan induk

andesit tersier (aT). Namun demikian, walaupun telah dipisahkan berdasarkan

bahan induk yang sama, masih tetap terjadi perbedaan klasifikasi tanah. Pada

bahan induk andesit tersier yang mendominasi hampir seluruh pedon yang

terdapat di daerah ini, perbedaan klasifikasi tanah pada tingkat order masih dapat

dijumpai. Terdapat tiga order tanah dengan bahan induk andesit tersier (aT)

tersebut, yaitu Inceptisol, Mollisol, dan Alfisol. Dari ketiga order tersebut order

Inceptisol merupakan order yang paling banyak mendominasi pada di daerah

tersebut.

Page 87: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

73

Tabel 27. Klasifikasi Tanah pada masing-masing Poligon Landform di V.3.3 Pacitan – Jatim

Pedon BI+Umur Order Subgrup Kode AR 259 aT Alfisol Oxiaquic Haplustalfs * CD 258 aT Alfisol Ultic Haplustalfs * HR 195 aT Alfisol Ultic Haplustalfs ** AR 270 aT Alfisol Ultic Haplustalfs * CD 261 aT Alfisol Ultic Haplustalfs * MS 250 aT Alfisol Ultic Haplustalfs * CD 312 aT Inceptisol Lithic Haplustepts * WS 198 aT Inceptisol Oxiaquic Haplustepts * AR 201 aT Inceptisol Oxic Haplustepts * AR 202 aT Inceptisol Typic Haplustepts * AR 203 aT Inceptisol Typic Haplustepts * TB 222 aT Inceptisol Typic Haplustepts * CD 304 aT Inceptisol Typic Haplustepts * CD 298 aT Inceptisol Typic Haplustepts * AR 219 aT Inceptisol Typic Haplustepts * AR 220 aT Inceptisol Typic Haplustepts * AR 253 aT Inceptisol Typic Haplustepts * AR 243 aT Inceptisol Typic Haplustepts * AR 217 aT Inceptisol Typic Haplustepts * AR 247 aT Inceptisol Typic Haplustepts * HI 167 aT Inceptisol Typic Haplustepts * AR 231 aT Inceptisol Typic Haplustepts * CD 274 aT Inceptisol Typic Haplustepts * CD 244 qT Inceptisol Typic Haplustepts * CD 276 aT Inceptisol Ustic Dystrudepts * CD 283 aT Inceptisol Ustic Dystrudepts * AR 240 aT Inceptisol Ustic Dystrudepts * CD 239 aT Molisoll Lithic Hapludolls * AR 248 aT Molisoll Typic Argiustolls * AR 254 aT Molisoll Typic Hapludolls * CD 282 aT Molisoll Typic Hapludolls * AR 244 dT Inceptisol Typic Eutrudepts * AR 221 gT Inceptisol Typic Haplustepts *

Tanda (*) yang sama menunjukkan letak pedon pada suatu poligon yang sama

Dari hasil uraian tersebut menunjukkan bahwa landform V.3.3 merupakan

satuan landform yang masih memiliki keragaman klasifikasi tanah yang tinggi,

walaupun landform, bahan induk, serta unsur-unsur pembentuk landform tersebut

telah dianggap homogen. Sehingga delineasi landform ke dalam landform V.3.3,

tidak dapat mendelineasi satuan tanah yang terdapat pada landform V.3.3 tersebut.

Dari seluruh pembahasan dapat diketahui bahwa tingkat keragaman

karakteristik tanah pada masing-masing landform tersebut tingkat keragamannya

masih tinggi walaupun faktor-faktor pembentuk tanahnya sudah dikelompokan

secara homogen. Selain itu, dalam setiap delineasi landform tidak dapat diprediksi

Page 88: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

74

kondisi karagaman tanah yang terdapat dalam suatu poligon landform pada suatu

delineasi landform yang sama.

4.3. Karakteristik Tanah Penciri Klasifikasi yang Sulit Diduga dari

Landform

Landform pada dasarnya memiliki hubungan erat terkait dengan sifat-sifat

tanah. Hal ini dikarenakan landform merupakan tempat di mana terdapatnya

tanah. Delineasi landform merupakan suatu pendekatan analisis spasial faktor-

faktor pembentuk tanah yang dianggap secara homogen. Diharapkan dengan

homogennya faktor-faktor pembentuk tanah, karakteristik tanah yang dijumpai

akan homogen pula. Karakteristik tanah dalam hal ini dapat dicerminkan dari

nama klasifikasi tanah yang dihasilkan.

Akan tetapi, hasil kajian pada subbab sebelumnya menunjukkan bahwa

dalam suatu unit landform yang faktor-faktor pembentuk tanahnya sudah

dikelompokkan secara homogen masih dapat dijumpai keragaman karakteristik

tanah. Keragaman karakteristik tanah tersebut tercermin dalam perbedaan

klasifikasi tanah yang dijumpai. Oleh karena itu, perlu adanya identifikasi

mengenai karakteristik tanah penciri klasifikasi tanah yang sulit diduga oleh

landform berdasarkan nama klasifikasi tanah yang dijumpai.

Setelah dilakukan identifikasi karakteristik tanah berdasarkan nama

klasifikasi pada seluruh landform yang terdapat dalam penelitian ini, diperoleh

hasil yang menunjukkan bahwa karakteristik penciri tanah yang sulit diduga dari

suatu landform berbeda-beda antara satu landform dengan landform yang lainnya.

Perbedaan ini tergantung dari jenis karakteristik landform, seperti pada landform

yang dipengaruhi oleh daerah air (grup landform aluvial, fluvio-marin, dan marin)

tentunya memiliki karakteristik tanah penciri klasifikasi yang berbeda dengan

dengan jenis landform yang tidak dipengaruhi air (grup landform karst, tektonik,

dan volkanik).

Tabel 28 dan 29, menunjukkan contoh identifikasi karakteristik tanah

penciri klasifikasi yang sulit diduga dari landform A.1.3 dan T.12.1. Setiap pedon

Page 89: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

75

tanah yang dijumpai pada landform tersebut kemudian dikelompokan berdasarkan

poligon dimana pedon tersebut dijumpai.

Tabel 28. Unsur Pembentuk Klasifikasi Tanah Pada Landform A.1.3

Poligon Iklim BI Taksa yang berbeda

Sifat Penciri Taksa Jml Order Suborder Greatgroup Subgrup

1 B fK Vertisol Aquert Endoaquert Chromic Endoaquerts Vertic, Aquic, Chroma 1 fK Inceptisol Aquept Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 5

2 A fK Inceptisol Aquept Endoaquept Typic Endoaquepts Aquic 1 3 B fK Inceptisol Aquept Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1 4 A fK Inceptisol Aquept Endoaquept Plinthic Endoaquepts Aquic, Plinthic 1 5 A fK Inceptisol Udept Eutrudept Aquic Eutrudepts KB tinggi, Aquic 1

fK Inceptisol Aquept Endoaquept Plinthic Endoaquepts Aquic, Plinthic 6 6 A fK Entisol Orthent Ustorthent Typic Ustorthents Ustic 1 7 C fK Inceptisol Ustept Haplustept Vertic Haplustepts Ustic, Vertic 1 8 C fK Inceptisol Ustept Haplustept Oxyaquic Haplustepts Aquic 1 9 C fK Inceptisol Aquept Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1 10 C fK Inceptisol Udept Eutrudept Aquic Eutrudepts KB tinggi, Aquic 1

fK Aquept Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1 fqK Ustept Haplustept Fluventic Haplustepts Ustic, Fluvial 1 fqK Aquept Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1

11 C fK Vertisol Ustert Haplustert Chromic Haplusterts Vertic, Ustic, Chroma 1 fqK Typic Haplusterts Vertic, Ustic 1

12 C fK Vertisol Aquert Endoaquert Typic Endoaquerts Vertic, Aquic 2 fK Ustert Haplustert Typic Haplusterts Vertic, Ustic 1 fK Inceptisol Ustept Haplustept Vertic Haplustepts Ustic, Vertic 2

13 C fK Inceptisol Aquepts Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1 14 C fK Vertisol Aquert Endoaquert Typic Endoaquerts Vertic, Aquic 1 15 C fK Vertisol Aquert Endoaquert Typic Endoaquerts Vertic, Aquic 1

fqK Inceptisol Aquepts Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1 16 C fK Inceptisol Udept Eutrudept Fluventic Eutrudepts KB tinggi, Fluvial 1 17 C fK Vertisol Aquert Endoaquert Chromic Endoaquerts Vertic, Aquic, Chroma 1 18 C fK Vertisol Aquert Endoaquert Chromic Endoaquerts Vertic, Aquic, Chroma 1

fK Inceptisol Aquept Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1 fqK Vertisol Ustert Haplustert Typic Haplusterts Vertic, ustic 1

19 C fK Inceptisol Aquept Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1 20 C fK Inceptisol Ustept Haplustept Aquic Haplustepts Ustic, Aquic 1 21 B fK Inceptisol Aquept Endoaquept Typic Endoaquepts Aquic 1 22 C fK Inceptisol Aquept Endoaquept Aeric Endoaquepts Aquic, dangkal 2

fK Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1 fK Ustept Haplustept Fluventic Haplustepts Ustic, Fluvial 1 fK Typic Haplusteps Ustic 1 fqK Aquept Endoaquept Aeric Endoaquepts Aquic, dangkal 1

23 C fK Inceptisol Ustept Haplustept Fluventic Haplustepts Ustic, Fluvial 1 fK Vertic Haplustepts Ustic, Vertic 1 fqK Fluventic Haplustepts Ustic, Fluvial 1 fK Vertisol Ustert Haplustert Typic Haplusterts Vertic, Ustic 1

24 C fK Inceptisol Aquept Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1 fqK Aeric Endoaquepts Aquic, dangkal 1 fqK Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1

25 C fK Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts Ustic 1 fqK Fluventic Haplustepts Ustic, Fluvial 1

26 C fK Inceptisol Ustept Haplustept Aquic Haplustepts Ustic, Aquic 1 27 C fK Inceptisol Ustept Haplustept Fluventic Haplustepts Ustic, Fluvial 1 28 C fK Vertisol Ustert Haplustert Typic Haplusterts Vertic, Ustic 1 29 C fqK Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts Ustic 1 30 C fqK Inceptisol Ustept Haplustept Fluventic Haplustepts Ustic, Fluvial 1 31 C fK Vertisol Ustert Haplustert Chromic Haplusterts Vertic, Ustic, Chroma 1

Page 90: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

76

Tabel 28 menunjukkan bahwa terdapat 31 poligon yang dijumpai pada

satuan landform A.1.3 beserta pedon-pedon pengamatan di dalamnya. Berbagai

keragaman karakteristik yang dicirikan oleh klasifikasi terjadi baik dalam internal

poligon maupun antar poligon dalam satu landform. Dalam satu poligon landform

A.1.3 terjadi keragaman klasifikasi tanah yang sudah terjadi pada kategori order

dengan bahan induk yang sama seperti yang terjadi pada poligon 1 dan 23 (Tabel

28). Keragaman lain yang terjadi dalam satu poligon ialah terjadinya keragaman

klasifikasi pada kategori suborder, greatgroup, atau subgroup dalam order yang

sama dengan bahan induk yang sama seperti ditunjukkan oleh poligon 5, 10, dan

12 (Tabel 28).

Keragaman klasifikasi yang terjadi akibat perbedaan bahan induk yang

dijumpai di lapangan dalam satu poligon landform A.1.3 dapat mengakibatkan

terjadinya perbedaan klasifikasi pada kategori order sepeti yang terjadi pada

poligon 15 (Tabel 28). Selain itu, tidak semua perbedaan bahan induk

mengakibatkan terjadinya perbedaan klasifikasi pada tingkat order, akan tetapi

hanya mengakibatkan terjadinya perbedaan klasifikasi pada kategori suborder,

greatgroup, atau subgroup yang masih berada dalam satu order seperti yang

terjadi pada poligon 10, 22, 24, dan 25 (Tabel 28).

Secara keseluruhan keragaman yang terjadi dalam satuan landform A.1.3

masih sangat tinggi. Selain karena setiap poligon dalam landform ini berbeda

antara satu dengan yang lainnya, ditambah dengan terjadinya keragaman

klasifikasi yang terjadi dalam internal poligon itu sendiri. Selain itu karakteristik

tanah yang secara umum dapat dijumpai pada satuan landform A.1.3 ini adalah

sifat aquik dan sifat vertik, walaupun tidak semua tanah yang dijumpai pada

landform tersebut memiliki kedua sifat tersebut.

Kedua sifat tersebut merupakan sifat penciri yang paling utama karena

muncul pada kategori unsur pembentuk klasifikasi tanah yang paling tinggi,

semakin karakteristik unsur pembentuk klasifikasi muncul pada kategori

taksonomi yang lebih rendah semakin lemah pula pengaruh sifat karakteristik

tersebut dalam klasifikasi tanah. Selain itu, walaupun terdapat karakteristik

penciri klasifikasi yang muncul pada unsur pembentuk subgroup, delineasi

Page 91: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

77

landform A.1.3 ini masih belum dapat menduga tanah-tanah yang bersifat vertic,

memiliki solum dalam atau dangkal, mempunyai warna dengan chroma tertentu,

dan sebagainya.

Tabel 29. Unsur Pembentuk Klasifikasi Tanah Pada Landform T.12.1

Poligon Iklim BI Taksa yang berbeda

Sifat Penciri Taksa Jml Order Suborder Greatgroup Subgrup

1 A cT Mollisol Udoll Hapludoll Lithic Hapludolls Mollic, Udic, Lithic 2

fkT Inceptisol Udept Eutrudept Typic Eutrudepts Udic, KB tinggi 2

2 A cT Mollisol Udoll Hapludoll Lithic Hapludolls Mollic, Udic, Lithic 1 3 C cT Vertisol Ustert Haplustert Calcic Hasplusterts Vertic, Ustic, Calcic 1 4 C fkT Inceptisol Ustept Haplustept Lithic Haplustepts Ustic, Lithic 1

Entisol Orthent Ustorthent Lithic Usthortents Recent, Lithic 1

fT Alfisol Ustalf Haplustalf Typic Haplustalfs KB tinggi, Ustic 1

kT Inceptisol Ustept Haplustept Vertic Haplustepts Ustic, vertic 1

5 C cT Inceptisol Ustept Haplustept Vertic Haplustepts Ustic, vertic 1

C fkT Mollisol Ustol Haplustoll Lithic Haplustolls Mollic, Ustic, Lithic 1

C fkT Mollisol Ustol Argiustoll Typic Argiustolls Mollic, Argilik 2

C fkT Inceptisol Ustept Haplustept Vertic Haplustepts Ustic, vertic 2

C fkT Mollisol Ustol Haplustoll Vertic Haplustolls Mollic, ustic, vertic 1

C qT Entisol Orthent Ustorthent Lithic Usthortents Recent, Ustic, Lithic 1

C qT Entisol Psamment Ustipsamment Typic Ustipsamments Recent, Pasir, Ustic 1

6 C fkT Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts Ustic 1

C fT Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts Ustic 1

C kT Mollisol Ustoll Haplustoll Typic Haplustolls Mollic, ustic 1

7 C fkT Entisol Orthent Ustorthent Typic Ustorthents Recent, ustic 1

C kT Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts Ustic 1

8 C fT Entisol Orthent Ustorthent Lithic Ustorthents Recent, Ustic, Lithic 1

C kT Inceptisol Ustept Haplustept Lithic Haplustepts Ustic, Lithic 1

C kT Inceptisol Ustept Haplustept Vertic Haplustepts Ustic, vertic 1

C qkT Mollisol Ustoll Haplustoll Typic Haplustolls Mollic, ustic 1

9 C kT Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts Ustic 1 10 C kT Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts Ustic 2 11 C cT Alfisol Ustalf Rodustalf Lithic Rodustalfs KB tinggi, Ustic,

Rodic, Lithic 1

12 C cT Vertisol Ustert Haplustert Typic Haplusterts Vertic, Ustic 1 13 C kT Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts Ustic 1 14 A fqT Ultisol Udults Hapludult Lithic Hapludults Argilik, Udic, Lithic 1 14 A fqT Entisol Orthent Udoerthent Typic Udorthents Recent, Udik 1 15 A qT Ultisol Humult Haplohumult Typic Haplohumults Argilik, BO tinggi 1 16 C kT Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts Ustic 1

C qkT Mollisol Ustoll Haplustoll Lithic Haplustolls Mollic, Ustic, Lithic 1

17 C kT Mollisol Ustoll Haplustoll Typic Haplustolls Mollic, ustic 1 18 C qkT Entisol Orthent Ustorthent Typic Ustorthents Recent, ustic 1 19 C kT Inceptisol Ustept Haplustept Vertic Haplustepts Ustic, vertic 1

Tabel 29 memperlihatkan 19 poligon landform yang dijumpai pada

landform T.12.1 beserta pedon-pedon pengamatan di dalamnya. Perbedaan bahan

induk yang terdapat dalam satu poligon landform T.12.1 membawa perbedaan

klasifikasi pada kategori order. Sehingga dalam satuan landform T.12.1 peran

bahan induk tanah akan sangat menentukan jenis tanah yang kemudian akan

dihasilkan.

Selain itu Tabel 29 memuat contoh identifikasi karakteristik yang sulit

diduga oleh landform T.12.1 menunjukkan bahwa pada kategori suborder, unsur

Page 92: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

78

pembentuk klasifikasinya hampir seluruhnya didominasi oleh regim kelembaban

iklim. Dengan demikian delineasi landform T.12.1 hanya dapat menduga tanah-

tanah yang dijumpai pada landform ini tidak bersifat aquic.

Pada kategori subgroup, karakteristik penciri tanah yang mayoritas

muncul dalam delineasi landform T.12.1 adalah sifat kedalaman solum dan sifat

vertik. Dengan demikian delineasi landform T.12.1 ini masih belum dapat

menduga apakah tanah-tanah yang terdapat dalam landform tersebut memiliki

ketebalan solum yang dalam atau dangkal dan menduga tanah-tanah yang

memiliki sifat vertic atau tidak.

Tidak semua identifikasi karaktersitik tanah penciri klasifikasi yang sulit

diduga landform ditampilkan seluruhnya, hanya landform yang sebelumnya

menjadi pewakil dalam setiap landform utama yang akan ditampilkan. Tabel 30

memperlihatkan karakteristik tanah yang sulit diduga oleh landform pada

landform A.1.3, B.3, K.3, M.2.2, T.12.1, & V.3.3.

Tabel 30 menunjukkan bahwa karakteristik tanah yang sulit diduga oleh

landform berbeda antara satu landform dengan landform yang lainnya. Hal ini

disebabkan oleh faktor lingkungan yang dijumpai dalam suatu unit landform

berbeda antara satu dengan yang lain. Kelompok landform yang termasuk

landform yang dipengaruhi oleh air, hanya landform M.2.2 yang dapat menduga

tanahnya bersifat aquic berdasarkan data klasifikasi tanah yang dijumpai.

Sedangkan landform lain yang juga termasuk ke dalam landform yang secara

umum bersifat aquic yaitu landform A.1.3 dan B.3 tidak dapat menduga apakah

tanahnya bersifat aquic atau tidak.

Tabel 30. Karakteristik Tanah yang Sulit Diduga dari Landform Landform Karakteristik penciri tanah

A.1.3 (Dataran Aluvial) Kejenuhan Air; Kedalaman solum; Sifat vertic; C-organik; Warna chroma; Sifat plinthic.

B.3 (Dataran Fluvio-Marin) Kejenuhan Air; Kedalaman solum; Sifat vertic; C-organik; Natrium; Bahan sulfidik.

K.3 (Perbukitan Karst) Kedalaman solum; Sifat Vertic; Tekstur. M.2.2 (Dataran Pasang Surut Lumpur) Kedalaman solum; Bahan sulfidik. T.12.1 (Perbukitan Tektonik) Kedalaman solum; Sifat Vertic; Tekstur, C-

organik; Sifat Calcic. V.3.3 (Pengunungan Volkanik Tua) Kedalaman solum; Kejenuhan air; Tekstur; KB;

KTK liat.

Page 93: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

79

Sementara itu, landform-landform yang berada pada daerah kering (K.3,

T.1.2.1, & V.3.3) hampir semuanya tidak bisa menduga karakteristik kedalaman

solum tanah, apakah kedalaman tanah yang terdapat dalam delineasi landform

tersebut memiliki ketebalan solum yang dangkal ataukah dalam. Hal ini ditandai

dengan munculnya unsur pembentuk klasifikasi Lithic dan Typic pada klasifikasi

tanah yang dijumpai pada landform tersebut. Dengan demikian, hasil identifikasi

karakteristik tanah penciri yang sulit diduga oleh landform tidak dapat

menyimpulkan suatu karakteristik penciri yang sulit diduga oleh landform yang

berlaku untuk semua landform.

4.4. Keragaman Karakteristik Tanah pada Suatu Unit Landform

berdasarkan Data lapang dan Laboratorium

Setelah diketahui bahwa karakteristik tanah yang dicerminkan oleh

klasifikasi dalam delineasi landform menurut LREPP II masih sangat beragam.

Dalam subbab ini akan diamati tingkat keragaman karakteristik tanah penciri

berdasarkan sifat kimianya tanpa melihat klasifikasi tanah yang dijumpai pada

suatu unit landform. Untuk mengetahui hal tersebut, digunakan analisis statistik

koefisien keragaman untuk mengetahui sejauh mana tingkat keragaman

karakteristik tanah dilihat dari data morfologi lapang dan analisis laboratorium

dalam suatu landform.

Diperlukan adanya analisis perbandingan antara nilai koefisien keragaman

(KK) sifat-sifat tanah penciri pada setiap unit landform dengan nilai koefisien

keragaman (KK) sifat tanah penciri antar landform. Nilai koefisien Keragaman

(KK) sifat tanah penciri antar landform berasal dari seluruh nilai sifat-sifat tanah

yang terdapat pada 64 landform yang dianalisis dalam penelitian ini (Tabel 4).

Sifat-sifat tanah penciri yang akan dibandingkan nilai koefisien

keragamannya (KK) antara lain tebal solum, rasio perbandingan persentase liat

horison A dan B, derajat kemasaman tanah (pH), kandungan C-organik tanah,

Kapasitas Tukar Kation (KTK), KTK liat, dan Kejenuhan Basa (KB). Tidak

semua landform nilai koefisien keragaman sifat-sifat tanah pencirinya akan

Page 94: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

80

dibahas, hanya landform yang memiliki pedon terbanyak pada masing-masing

grup landform LREPP II yang telah dibahas pada subbab sebelumnya.

Tabel 31. Perbandingan antara Koefisien Keseragaman (KK) Internal Karakteristik Tanah pada Masing-masing Landform dan Koefisien Keseragaman (KK) Karakteristik Tanah antar Landform

KK (%) LREPP Tebal Liat pH C KTK KTK Liat KB

II Solum A/B A B A B A B A B A B A.1.3 33,52 32,84 15,78 14,06 50,99 44,70 30,34 32,73 37,96 31,44 35,51 37,66 B.3 43,39 16,80 18,33 18,52 52,26 44,55 22,02 28,71 25,24 27,72 40,85 52,21 K.3 51,03 60,41 1,86 3,05 76,23 58,03 20,40 15,46 110,28 80,17 5,77 9,66

M.2.2 95,28 28,96 12,23 2,52 87,51 15,82 18,70 15,40 28,00 16,30 53,51 38,38 T.12.1 67,33 45,54 14,43 13,14 43,45 53,13 42,31 42,74 73,31 128,60 51,77 62,19 V.3.3 51,56 14,06 6,98 6,01 45,84 68,67 41,31 41,22 65,04 71,07 29,88 27,41

Antar LF 44,19 63,59 16,55 15,09 64,58 75,08 37,01 35,56 71,77 77,27 70,99 56,27 *Kolom A dan B menunjukkan jenis horison (horison A dan horison B) Kolom A/B menunjukkan rasio perbadingan antara horison A dengan horison B

4.4.1. Landform Dataran Aluvial (A.1.3)

Karakteristik tanah penciri yang terdapat dalam landform dataran aluvial

ini tergolong dalam kelas kelas keragaman rendah – sedang. Walaupun apabila

dilihat dari segi klasifikasinya cukup beragam. Pada landform ini, karakteristik

tanah penciri internal landform A.1.3 nilai koefisien keragamannya tidak ada yang

melebihi nilai karakteristik tanah penciri eksternal (Tabel 31).

4.4.2. Landform Fluvio-Marin (B.3)

Karakteristik tanah penciri yang terdapat dalam landform dataran fluvio-

marin ini tergolong dalam kelas kelas keragaman rendah – sedang. Walaupun

apabila dilihat dari segi klasifikasinya cukup beragam. Pada landform ini,

karakteristik tanah penciri internal landform B.3 nilai koefisien keragamannya ada

yang melebihi nilai karakteristik tanah penciri eksternal yaitu pada karakteristik

pH tanah (Tabel 31).

Karakteristik pH tanah pada horison A maupun pada horison B apabila

dilihat dari nilai KK pada karakteristik pH tanah yang terdapat dalam landform

B.3 ini termasuk kedalam kelas keragaman rendah lebih tinggi daripada nilai KK

pada karakteristik pH antar landformnya. Sehingga pada landform ini karakteristik

pH tanah tidak dapat dijadikan penciri pada landform ini.

Page 95: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

81

4.4.3. Landform Perbukitan Karst (K.3)

Karakteristik tanah penciri yang terdapat dalam landform perbukitan karst

ini tergolong dalam kelas kelas keragaman sangat rendah – tinggi. Karakteristik

tanah penciri yang termasuk ke dalam kelas keragaman sangat rendah adalah pada

pH tanah, sementara yang termasuk ke dalam kelas keragaman tinggi adalah

karakteristik KTK liat. Pada landform ini, Terdapat 2 karakteristik tanah penciri

internal landform K.3 yang nilai koefisien keragamannya melebihi nilai

karakteristik tanah penciri eksternal (Tabel 31).

Karakteristik tersebut adalah tebal solum dan KTK liat baik itu KTK liat

pada horison A maupun pada horison B. Kelas keragaman untuk nilai koefisien

keragaman (KK) untuk karakteristik KTK liat tergolong ke dalam kelas

keragaman tinggi. Sehingga karakteristik tebal solum dengan KTK liat tidak dapat

dijadikan penciri pada landform ini.

4.4.4. Landform Dataran Pasang Surut Lumpur (M.2.2)

Karakteristik tanah penciri yang terdapat dalam landform dataran pasang

surut lumpur ini tergolong dalam kelas kelas keragaman sangat rendah – tinggi.

Karakteristik tanah penciri yang termasuk ke dalam kelas keragaman sangat

rendah adalah pada pH tanah, kadar C-organik pada horison B, dan KTK pada

horison B. Sementara yang termasuk ke dalam kelas keragaman tinggi adalah

karakteristik tebal solum, kadar C-organik pada horison A, dan KB pada Horison

B. Pada landform ini, Terdapat 2 karakteristik tanah penciri internal landform

M.2.2 yang nilai koefisien keragamannya melebihi nilai karakteristik tanah

penciri eksternal (Tabel 31).

Karakteristik tersebut adalah tebal solum dan C-organik pada horison A.

Kelas keragaman untuk nilai koefisien keragaman (KK) untuk tebal solum dan C-

organik pada horison A tergolong ke dalam kelas keragaman tinggi. Sehingga

karakteristik tebal solum dan C-organik pada horison A tidak dapat dijadikan

penciri pada landform ini.

Page 96: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

82

4.4.5. Landform Perbukitan Tektonik (T.12.1)

Karakteristik tanah penciri yang terdapat dalam landform perbukitan

tektonik ini tergolong dalam kelas kelas keragaman sangat rendah – tinggi.

Karakteristik tanah penciri yang termasuk ke dalam kelas keragaman sangat

rendah adalah pada pH tanah, sementara yang termasuk ke dalam kelas

keragaman tinggi adalah karakteristik tebal solum dan KTK liat. Pada landform

ini, Terdapat 4 karakteristik tanah penciri internal landform T.12.1 yang nilai

koefisien keragamannya melebihi nilai karakteristik tanah penciri eksternal (Tabel

31). Karakteristik tersebut adalah tebal solum dan C-organik pada horison A.

Sehingga karakteristik tersebut tidak dapat dijadikan penciri pada landform ini.

4.4.6. Landform Pegunungan Volkanik Tua (V.3.3)

Karakteristik tanah penciri yang terdapat dalam landform pegunungan

volkanik tua tergolong dalam kelas kelas keragaman sangat rendah – tinggi.

Karakteristik tanah penciri yang termasuk ke dalam kelas keragaman sangat

rendah adalah pada rasio pebandingan liat horison A & B dan pH tanah.

Sementara yang termasuk ke dalam kelas keragaman tinggi adalah karakteristik

C-organik dan KTK liat pada horison B. Pada landform ini, Terdapat 2

karakteristik tanah penciri internal landform V.3.3 yang nilai koefisien

keragamannya melebihi nilai karakteristik tanah penciri eksternal (Tabel 31).

Karakteristik tersebut adalah tebal solum dan KTK tanah horison A dan B. Kelas

keragaman pada 2 karakteristik tanah tersebut tergolong ke dalam kelas

keragaman sedang. Sehingga karakteristik tersebut tidak dapat dijadikan penciri

pada landform ini.

Page 97: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Keragaman karakteristik tanah pada suatu satuan landform yang

didefinisikan LREPP II masih tinggi dan dapat menyebabkan keragaman

klasifikasi tanah pada satuan hierarki klasifikasi tanah dari tingkat subgroup

hingga tingkat order. Landform tidak serta merta dapat dijadikan batas delineasi

satuan peta tanah, walaupun berdasarkan konsep klasifikasi landform yang

digunakan, satuan tersebut diasumsikan sudah sangat homogen dilihat dari faktor-

faktor pembentuk tanahnya. Karakteristik penciri klasifikasi tanah yang sulit

diduga oleh landform berdasarkan klasifikasi tanahnya tergantung dari satuan

landform masing-masing, hal ini dikarenakan setiap landform memiliki faktor

lingkungan dan karakteristik tanahnya masing-masing sehingga karakteristik

tanah penciri yang sulit diduga landform berbeda satu sama lainnya.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan database pemetaan

tanah tingkat semidetil menggunakan sistem landform lain (non LREPP II). Selain

itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari faktor penyebab

karakteristik tanah yang sulit diduga oleh landform pada masing- masing satuan

landform berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Page 98: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

DAFTAR PUSTAKA

Baskoro, D.P.T. 1986. Keragaman Lateral Hantaran Hidrolik Jenuh, Stabilitas Agregat, dan Air tersedia Lapisan Atas Pada Suatu Profil Lereng Di Daerah Ciapus-Bogor [skirpsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bloom, A. L. 1979. Geomorphology. Depatement of Geological Science. Cornel

University. New Delhi. Buol, S. W., E. D. Hole, R. J. McCracken. 1980. Soil Genesis and Classification

Second Edition. Ames: The Lowa University Press. Buurman, P. dan T. Balsem. 1990. Land Unit Classification the Reconaissance

Soil. Survey of Sumatera Tech. Rep no 3. Center for Soil and Agroclimat Research.

[CSAR] Center For Soil And Agroclimate Research. 1996. Kerangka Acuan

Survei Tanah Semi-Detail Daerah Prioritas. LREPP II. Bogor. Desaunettes, J. R. Catalogue of Landform for Indonesia. Working Paper No. 13.

AGL/TF/INS/44. Bogor: SRI Gerrard, A. J. 1980. Soils and Landform. Departement of Geography. University

of Birmingham. Hanafiah, K. A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. RajaGrafindo Persada: Jakarta. Hikmatulah dan A. Hidayat. 2007. Tinjauan Pemetaan Sumberdaya Lahan Di

Indonesia: strategi penyelesaian dan alternatif teknologinya. Jurnal Sumberdaya Lahan 1 (3): 43-56.

Puslitanak. 1995. Laporan Akhir Survei dan Pemetaan Sumberdaya Tanah

Tingkat Semidetil (Skala 1:50.000) Daerah DAS Citarum Bawah Provinsi Jawa Barat. Bogor: Puslitanak.

Puslitanak. 1995. Laporan Akhir Survei dan Pemetaan Sumberdaya Tanah

Tingkat Semidetil (Skala 1:50.000) Daerah DAS Grindulu Provinsi Jawa Timur. Bogor: Puslitanak.

Puslitanak. 1995. Laporan Akhir Survei dan Pemetaan Sumberdaya Tanah

Tingkat Semidetil (Skala 1:50.000) Daerah Pantai Timur Laut (Tuban-Gresik) Provinsi Jawa Timur. Bogor: Puslitanak.

Puslitanak. 1995. Laporan Akhir Survei dan Pemetaan Sumberdaya Tanah

Tingkat Semidetil (Skala 1:50.000) Daerah Semarang Provinsi Jawa Tengah. Bogor: Puslitanak.

Page 99: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

85

Puslitanak. 1996. Laporan Akhir Survei dan Pemetaan Sumberdaya Tanah Tingkat Semidetil (Skala 1:50.000) Daerah Dataran Bena Provinsi Nusa Tenggara Timur. Bogor: Puslitanak.

Puslitanak. 1996. Laporan Akhir Survei dan Pemetaan Sumberdaya Tanah

Tingkat Semidetil (Skala 1:50.000) Daerah Dataran Besikama Provinsi Nusa Tenggara Timur. Bogor: Puslitanak.

Puslitanak. 1996. Laporan Akhir Survei dan Pemetaan Sumberdaya Tanah

Tingkat Semidetil (Skala 1:50.000) Daerah Oesao Provinsi Nusa Tenggara Timur. Bogor: Puslitanak.

Puslitanak. 1996. Laporan Akhir Survei dan Pemetaan Sumberdaya Tanah

Tingkat Semidetil (Skala 1:50.000) Daerah Pangkalan Bun Provinsi Kalimatan Tengah. Bogor: Puslitanak.

Marsoedi et al. 1997. Pedoman Klasifikasi Landform. LREPP II. Center For Soil

And Agroclimate Research. Bogor. Rachim, D. A. 2001. Mengenal Taksonomi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas

Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rachim, D. A. dan Suwardi. 2002. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Jurusan

tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Rayes, M. L. 2006. Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Yogyakarta: Andi

Yogyakarta. Sitorus, S. R. P. 1985. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito. Soil Survey Staff. 1951. Soil Survey Manual. Washington: USDA. Suwardi dan Hidayat W. 2000. Penuntun Praktikum Morfologi dan Klasifikasi

Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Tafakresnanto, Chendy. 2009. Proposal Penelitian Pengembangan Metodolologi

Identifikasi dan Evaluasi Potensi Sumberdaya Lahan melalui Analisis Data Base Tanah dengan memanfaatkan Citra Satelit dan DEM. Program Study Ilmu Tanah. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Tan, K. H. 1994. Environmental Soil Science. The University of Georgia. Athens,

Georgia. Thornbury, W.D. 1969. Principles of Geomorfologi Second Edition. Departement

of Geologi. Indiana University.

Page 100: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

86

Wiradisastra, U.S., dkk. 1999. Geomorfologi dan Analisis Lanskap. Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi. IPB. Bogor

Young, Anthony. 1976. Tropical Soil And Soil Survey. Cambridge: Cambridge

University Press.

Page 101: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

LAMPIRAN

Page 102: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

88

Tabel Lampiran 1. Perbandingan antara Koefisien Keseragaman (KK) Internal Karakteristik Tanah pada Landform A.1.3 dan Koefisien Keseragaman (KK) Karakteristik Tanah antar Landform

LF/BI/Iklim KK (%)

K S Liat pH C KTK KTK Liat KB A/B A B A B A B A B A B

A.13/fK/A 36,94 13,34 15,55 13,32 38,10 31,64 14,29 23,34 14,68 21,95 34,34 17,24 A.13/fK/B 39,41 6,42 6,18 9,19 31,27 42,71 23,06 11,09 16,92 11,60 10,08 8,87 A.13/fK/C 32,20 36,55 9,20 8,69 57,87 34,16 29,73 31,44 34,69 37,87 30,27 34,64 A.13/fK 33,75 30,96 16,82 14,89 50,99 34,34 28,23 29,44 31,57 34,08 35,90 34,81 A.13/fqK/B - - - - - - - - - - - - A.13/fqK/C 32,38 41,16 9,51 7,47 45,31 78,93 39,67 47,43 57,56 20,76 34,73 44,49 A.13/fqK 30,97 39,73 10,73 10,33 47,54 77,10 37,81 45,07 55,72 19,85 34,33 44,20 A.13 33,52 32,84 15,78 14,06 50,99 44,70 30,34 32,73 37,96 31,44 35,51 37,66 Antar LF 44,19 63,59 16,55 15,09 64,58 75,08 37,01 35,56 71,77 77,27 70,99 56,27

Tabel Lampiran 2. Perbandingan antara Koefisien Keseragaman (KK) Internal Karakteristik Tanah pada Landform B.3 dan Koefisien Keseragaman (KK) Karakteristik Tanah antar Landform

LF/BI/Iklim KK (%)

K S Liat pH C KTK KTK Liat KB A/B A B A B A B A B A B

B.3/fK/A - - - - - - - - - - - - B.3/fK/B 43,23 19,37 8,86 16,98 32,61 53,85 17,54 10,78 21,99 25,95 15,28 10,65 B.3/fK/C 39,75 12,46 9,55 12,42 37,00 40,77 23,18 28,66 23,07 26,92 34,09 39,18 B.3/fk 40,20 16,05 18,92 19,39 34,55 43,95 19,96 22,52 22,76 28,70 40,90 45,46 B.3/fqK/B - - - - - - - - - - - - B.3/fqK/C 0,00 5,61 10,14 5,64 15,50 62,27 43,44 18,32 38,96 15,69 47,42 2,99 B.3/fqK 68,48 5,61 15,85 5,64 77,37 62,27 33,49 18,32 27,47 15,69 38,97 2,99 B.3 43,39 16,80 18,33 18,52 52,26 44,55 22,02 28,71 25,24 27,72 40,85 52,21 Antar LF 44,19 63,59 16,55 15,09 64,58 75,08 37,01 35,56 71,77 77,27 70,99 56,27

Tabel Lampiran 3. Perbandingan antara Koefisien Keseragaman (KK) Internal Karakteristik Tanah pada Landform K.3 dan Koefisien Keseragaman (KK) Karakteristik Tanah antar Landform

LF/BI/Iklim KK (%)

K S Liat pH C KTK KTK Liat KB A/B A B A B A B A B A B

K.3/cT/C 51,03 60,41 1,86 3,05 76,23 58,03 20,40 15,46 110,28 80,17 5,77 9,66 Antar LF 44,19 63,59 16,55 15,09 64,58 75,08 37,01 35,56 71,77 77,27 70,99 56,27

Tabel Lampiran 4. Perbandingan antara Koefisien Keseragaman (KK) Internal Karakteristik Tanah pada Landform M.22 dan Koefisien Keseragaman (KK) Karakteristik Tanah antar Landform

LF/BI/Iklim

KK (%)

K S Liat pH C KTK KTK Liat KB

A/B A B A B A B A B A B M.2.2/fK/A 12,86 - 5,66 - 2,02 - 3,60 - 1,02 - 39,84 - M.2.2/fK/B - - - - - - - - - - - - M.2.2/fK/C 76,78 28,96 10,67 2,52 126,62 15,82 18,93 15,40 29,05 16,30 57,55 38,38 M.2.2 95,28 28,96 12,23 2,52 87,51 15,82 18,70 15,40 28,00 16,30 53,51 38,38 Antar LF 44,19 63,59 16,55 15,09 64,58 75,08 37,01 35,56 71,77 77,27 70,99 56,27

Page 103: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

89

Tabel Lampiran 5. Perbandingan antara Koefisien Keseragaman (KK) Internal Karakteristik Tanah pada Landform T.121 dan Koefisien Keseragaman (KK) Karakteristik Tanah antar Landform

LF/BI/Iklim KK (%)

K S Liat pH C KTK KTK Liat KB

A/B A B A B A B A B A B

T.1.2.1/cT/A 39,76 4,65 11,49 10,75 8,51 16,04 19,05 15,77 34,75 38,05 7,81 5,87

T.1.2.1/cT/C 30,82 32,31 6,79 3,18 39,46 88,92 15,68 12,51 88,75 141,31 25,97 31,21

T.1.2.1/cT 42,02 23,87 11,49 11,87 27,99 60,26 26,50 30,02 87,35 141,66 21,15 33,95

T.1.2.1/fkT/A 3,34 0,27 2,71 9,20 43,35 56,40 20,91 33,48 18,96 31,82 2,40 19,84

T.1.2.1/fkT/C 83,07 79,99 6,65 8,31 50,76 45,03 32,67 21,60 77,30 38,83 6,53 5,34

T.1.2.1/fkT 74,92 72,89 8,19 8,45 49,91 44,75 33,98 33,76 73,69 35,82 6,39 19,79

T.1.2.1/fqT/A 72,28 - 9,87 - 3,07 - 90,42 - 0,72 - 100,03 -

T.1.2.1/fqT 72,28 - 9,87 - 3,07 - 90,42 - 0,72 - 100,03 -

T.1.2.1/fT/C 67,47 37,43 10,83 0,00 67,75 88,87 27,97 57,74 36,83 47,06 45,24 0,00

T.1.2.1/fT 67,47 37,43 10,83 0,00 67,75 88,87 27,97 57,74 36,83 47,06 45,24 0,00

T.1.2.1/kT/C 48,39 28,60 4,41 2,18 50,95 42,44 28,66 31,58 31,21 22,84 35,68 50,66

T.1.2.1/kT 48,39 28,60 4,41 2,18 50,95 42,44 28,66 31,58 31,21 22,84 35,68 50,66

T.1.2.1/qkT/C 61,01 20,38 6,84 2,81 19,09 23,11 63,19 78,89 16,04 37,10 60,97 75,80

T.1.2.1/qkT 61,01 20,38 6,84 2,81 19,09 23,11 63,19 78,89 16,04 37,10 60,97 75,80

T.1.2.1/qT/A - - - - - - - - - - - -

T.1.2.1/qT/C 9,43 - 3,14 - 3,01 - 71,90 - 57,95 - 0,00 -

T.1.2.1/qT 108,28 - 27,34 - 14,75 - 69,58 - 84,46 - 76,61 -

T.121 67,33 45,54 14,43 13,14 43,45 53,13 42,31 42,74 73,31 128,60 51,77 62,19 Antar LF 44,19 63,59 16,55 15,09 64,58 75,08 37,01 35,56 71,77 77,27 70,99 56,27

Tabel Lampiran 6. Perbandingan antara Koefisien Keseragaman (KK) Internal Karakteristik Tanah pada Landform V.33 dan Koefisien Keseragaman (KK) Karakteristik Tanah antar Landform

LF/BI/Iklim KK (%)

K S Liat pH C KTK KTK Liat KB A/B A B A B A B A B A B

V.3.3/aT/A 49,44 22,01 4,84 5,94 64,15 63,47 27,61 28,60 44,18 50,46 40,22 34,87 V.3.3/aT/B 52,34 12,53 7,49 5,94 41,96 71,86 33,86 37,34 39,75 54,11 25,18 21,69 V.3.3/aT 51,11 14,36 7,08 5,93 47,18 69,62 34,77 37,03 40,92 52,81 28,62 25,86 V.3.3/dT/A - - - - - - - - - - - - V.3.3/gT/B - - - - - - - - - - - - V.33 51,56 14,06 6,98 6,01 45,84 68,67 41,31 41,22 65,04 71,07 29,88 27,41 Antar LF 44,19 63,59 16,55 15,09 64,58 75,08 37,01 35,56 71,77 77,27 70,99 56,27

Page 104: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

90

Tabel Lampiran 7. Perbandingan antara Koefisien Keseragaman (KK) Internal Karakteristik Tanah pada Masing-masing Landform dan Koefisien Keseragaman (KK) Karakteristik Tanah antar Landform

No. KK (%)

LREPP Tebal Liat pH C KTK KTK Liat KB II Solum A/B A B A B A B A B A B

1 A.111 81,22 8,25 5,34 6,45 28,83 34,68 40,72 36,82 70,28 74,33 15,31 12,96 2 A.1121 31,62 47,35 18,08 14,40 37,30 40,58 31,13 41,57 56,11 41,78 58,66 76,05 3 A.1122 30,01 8,13 9,73 4,55 67,14 60,97 12,29 11,06 11,23 21,30 15,84 47,66 4 A.1126 1,99 24,73 3,82 0,30 20,04 38,44 17,79 13,14 20,79 41,21 36,82 32,61 5 A.1127 71,02 41,52 19,46 19,79 62,28 29,97 16,76 27,17 22,60 8,51 75,91 47,22 6 A.1128* 84,16 - 4,45 - 17,37 - 44,72 - 25,67 - 32,21 - 7 A.113 4,22 5,60 3,07 4,22 52,19 54,04 21,66 18,77 15,95 8,38 5,24 40,41 8 A.12 37,09 54,81 17,63 13,36 26,04 56,02 29,63 40,21 34,99 45,60 44,68 31,56 9 A.121 60,99 26,05 14,50 13,11 48,65 22,72 50,26 11,27 26,29 16,61 66,15 58,85 10 A.123** - - - - - - - - - - - - 11 A.13 33,52 32,84 15,78 14,06 50,99 44,70 30,34 32,73 37,96 31,44 35,51 37,66 12 A.14 36,67 15,17 14,37 14,72 126,06 69,92 34,80 42,93 21,98 40,55 57,42 60,53 13 A.15 44,01 19,45 14,52 17,58 32,24 44,62 26,73 27,21 15,69 19,32 10,29 1,56 14 A.2 41,08 35,88 11,72 10,10 27,21 39,26 44,07 28,52 18,81 27,20 27,48 22,77 15 A.211** - - - - - - - - - - - - 16 A.213 43,64 34,34 22,91 14,99 42,54 37,11 53,53 24,70 7,44 7,01 67,06 57,27 17 A.22 2,81 17,43 4,75 2,30 40,87 12,25 22,94 10,60 6,45 2,42 9,81 3,68 18 A.221 48,35 17,31 9,28 4,85 30,65 40,30 53,15 62,15 27,68 34,66 43,52 63,79 19 A.222 - - - - - - - - - - - - 20 B.12* 99,52 - 2,85 - 66,27 - 12,75 - 36,13 - 50,89 - 21 B.3 43,39 16,80 18,33 18,52 52,26 44,55 22,02 28,71 25,24 27,72 40,85 52,21 22 K.11** - - - - - - - - - - - - 23 K.12 108,15 6,24 3,93 13,73 26,26 18,42 2,83 12,19 5,67 23,99 14,57 48,24 24 K.13** - - - - - - - - - - - - 25 K.2 9,32 7,96 1,81 1,61 38,57 18,48 24,26 37,65 29,61 32,79 14,75 25,01 26 K.21* 28,28 - 5,51 - 63,08 - 4,67 - 4,67 - 24,89 -

Page 105: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

91

Lanjutan Tabel Lampiran 7

No. KK (%)

LREPP Tebal Liat pH C KTK KTK Liat KB II Solum A/B A B A B A B A B A B

27 K.3 51,03 60,41 1,86 3,05 76,23 58,03 20,40 15,46 110,28 80,17 5,77 9,66 28 K.31** - - - - - - - - - - - - 29 K.5** - - - - - - - - - - - - 30 M.11* 21,21 - 1,29 - 62,85 - 59,53 - 60,64 - 96,70 - 31 M.112** - - - - - - - - - - - - 32 M.12* 35,36 - 15,71 - 101,02 - 35,15 - 13,07 - 19,84 - 33 M.13* 35,36 - 1,75 - 82,72 - 54,36 - 96,14 - 85,18 - 34 M.17 59,82 9,62 3,91 5,47 50,35 12,24 51,08 7,17 78,20 40,92 48,29 12,81 35 M.22 95,28 28,96 12,23 2,52 87,51 15,82 18,70 15,40 28,00 16,30 53,51 38,38 36 M.3** - - - - - - - - - - - - 37 M.32 33,29 3,54 5,97 6,77 31,56 50,21 20,11 19,87 7,22 5,40 69,55 50,57 38 M.33** - - - - - - - - - - - - 39 T.102** - - - - - - - - - - - - 40 T.103 64,32 26,56 16,78 19,17 117,21 25,40 37,92 25,67 7,93 17,86 58,70 54,88 41 T.111 26,82 41,93 20,67 20,29 53,18 52,33 87,84 119,20 63,96 55,06 126,97 124,72 42 T.112 38,99 19,87 22,71 20,59 52,73 87,23 80,36 97,45 82,60 95,68 82,35 83,49 43 T.113 40,27 40,57 28,48 26,03 43,54 56,77 63,38 57,54 48,36 42,90 64,98 76,26 44 T.12** - - - - - - - - - - - - 45 T.121 67,33 45,54 14,43 13,14 43,45 53,13 42,31 42,74 73,31 128,60 51,77 62,19 46 T.122 41,14 33,80 2,15 3,28 31,45 29,57 24,76 24,07 33,89 30,19 35,00 48,67 47 T.55 96,17 - 2,93 - 39,22 - 75,23 - 2,17 - 20,98 - 48 T.61 64,59 32,45 11,29 17,10 29,82 37,32 45,19 48,66 50,89 68,44 33,60 66,98 49 T.62 24,07 - 0,92 - 4,33 - 0,74 - 83,96 - 4,03 - 50 T.64 6,43 36,24 3,93 0,96 51,07 15,46 35,83 45,34 105,84 79,30 5,95 2,09 51 T.65 41,02 39,58 4,79 2,97 28,97 28,91 34,89 44,74 29,33 34,21 18,66 45,58 52 T.8 54,68 32,37 12,69 13,98 117,51 74,13 40,87 34,66 167,04 72,71 28,53 42,69 53 T.921 33,88 26,66 3,55 8,83 97,33 40,40 29,33 34,40 62,37 31,80 10,99 16,90

Page 106: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

92

Lanjutan Tabel Lampiran 7

No.

KK (%)

LREPP Tebal Liat pH C KTK KTK Liat KB

II Solum A/B A B A B A B A B A B

54 V.113 44,74 37,68 5,74 10,44 49,12 105,51 19,63 36,53 52,90 79,20 84,84 82,92

55 V.114 15,85 76,28 11,71 16,18 86,02 48,51 32,86 16,99 56,67 111,27 37,01 53,01

56 V.115 32,92 39,75 9,67 12,29 62,24 146,21 21,85 23,15 41,26 87,99 28,90 55,99

57 V.13 31,86 38,10 4,12 2,06 89,93 115,16 8,26 31,00 88,95 121,79 103,71 32,68

58 V.16 75,71 19,28 13,56 18,02 22,90 32,65 39,09 38,42 53,73 33,64 45,86 75,94

59 V.22 30,98 29,31 11,20 10,69 34,78 112,50 50,59 54,38 120,98 104,45 50,22 59,12

60 V.31 57,46 77,71 22,46 21,44 44,51 19,22 50,50 57,32 98,17 64,29 86,10 111,00

61 V.32 54,72 26,56 18,47 6,24 30,67 34,44 53,02 63,04 56,48 68,73 26,13 32,28

62 V.33 51,56 14,06 6,98 6,01 45,84 68,67 41,31 41,22 65,04 71,07 29,88 27,41

63 V.4 15,71 0,75 10,10 7,44 58,12 26,60 11,98 4,88 42,61 27,48 10,71 9,92

64 V.ngarai** - - - - - - - - - - - -

65 Antar LF 44,19 63,59 16,55 15,09 64,58 75,08 37,01 35,56 71,77 77,27 70,99 56,27 Tanda (*) Menandakan landform tersebut hanya memiliki horison A pada pedon tanah pewakilnya Tanda (**) Menandakan landform tersebut hanya memiliki 1 pedon pewakil

Page 107: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

93

Tabel Lampiran 8. Unsur Pembentuk Klasifikasi Tanah Pada Landform A.1.3

Tabel Lampiran 9. Unsur Pembentuk Klasifikasi Tanah Pada Landform K.3 Poligon Iklim BI

Taksa yang berbeda Sifat Penciri Taksa Jml

Order Suborder Greatgroup Subgrup 1 C cT Mollisol Ustoll Argiustoll Lithic Argiustolls Mollic, Argirlik, Lithic 1 2 C cT Vetisol Ustert Haplustert Typic Haplusterts Vertic, Ustic 1 3 C cT Mollisol Ustoll Haplustoll Lithic Haplustolls Mollic, Ustic, Lithic 1 4 C cT Mollisol Ustoll Haplustoll Typic Haplustolls Mollic, Ustic 1

Poligon Iklim BI Taksa yang berbeda

Sifat Penciri Taksa Jml Order Suborder Greatgroup Subgrup

1 B fK Vertisol Aquert Endoaquert Chromic Endoaquerts Vertic, Aquic, Chroma 1 fK Inceptisol Aquept Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 5

2 A fK Inceptisol Aquept Endoaquept Typic Endoaquepts Aquic 1 3 B fK Inceptisol Aquept Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1 4 A fK Inceptisol Aquept Endoaquept Plinthic Endoaquepts Aquic, Plinthic 1 5 A fK Inceptisol Udept Eutrudept Aquic Eutrudepts KB tinggi, Aquic 1

fK Inceptisol Aquept Endoaquept Plinthic Endoaquepts Aquic, Plinthic 6 6 A fK Entisol Orthent Ustorthent Typic Ustorthents Ustic 1 7 C fK Inceptisol Ustept Haplustept Vertic Haplustepts Ustic, Vertic 1 8 C fK Inceptisol Ustept Haplustept Oxyaquic Haplustepts Aquic 1 9 C fK Inceptisol Aquept Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1 10 C fK Inceptisol Udept Eutrudept Aquic Eutrudepts KB tinggi, Aquic 1

fK Aquept Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1 fqK Ustept Haplustept Fluventic Haplustepts Ustic, Fluvial 1 fqK Aquept Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1

11 C fK Vertisol Ustert Haplustert Chromic Haplusterts Vertic, Ustic, Chroma 1 fqK Typic Haplusterts Vertic, Ustic 1

12 C fK Vertisol Aquert Endoaquert Typic Endoaquerts Vertic, Aquic 2 fK Ustert Haplustert Typic Haplusterts Vertic, Ustic 1 fK Inceptisol Ustept Haplustept Vertic Haplustepts Ustic, Vertic 2

13 C fK Inceptisol Aquepts Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1 14 C fK Vertisol Aquert Endoaquert Typic Endoaquerts Vertic, Aquic 1 15 C fK Vertisol Aquert Endoaquert Typic Endoaquerts Vertic, Aquic 1

fqK Inceptisol Aquepts Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1 16 C fK Inceptisol Udept Eutrudept Fluventic Eutrudepts KB tinggi, Fluvial 1 17 C fK Vertisol Aquert Endoaquert Chromic Endoaquerts Vertic, Aquic, Chroma 1 18 C fK Vertisol Aquert Endoaquert Chromic Endoaquerts Vertic, Aquic, Chroma 1

fK Inceptisol Aquept Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1 fqK Vertisol Ustert Haplustert Typic Haplusterts Vertic, ustic 1

19 C fK Inceptisol Aquept Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1 20 C fK Inceptisol Ustept Haplustept Aquic Haplustepts Ustic, Aquic 1 21 B fK Inceptisol Aquept Endoaquept Typic Endoaquepts Aquic 1 22 C fK Inceptisol Aquept Endoaquept Aeric Endoaquepts Aquic, dangkal 2

fK Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1 fK Ustept Haplustept Fluventic Haplustepts Ustic, Fluvial 1 fK Typic Haplusteps Ustic 1 fqK Aquept Endoaquept Aeric Endoaquepts Aquic, dangkal 1

23 C fK Inceptisol Ustept Haplustept Fluventic Haplustepts Ustic, Fluvial 1 fK Vertic Haplustepts Ustic, Vertic 1 fqK Fluventic Haplustepts Ustic, Fluvial 1 fK Vertisol Ustert Haplustert Typic Haplusterts Vertic, Ustic 1

24 C fK Inceptisol Aquept Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1 fqK Aeric Endoaquepts Aquic, dangkal 1 fqK Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1

25 C fK Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts Ustic 1 fqK Fluventic Haplustepts Ustic, Fluvial 1

26 C fK Inceptisol Ustept Haplustept Aquic Haplustepts Ustic, Aquic 1 27 C fK Inceptisol Ustept Haplustept Fluventic Haplustepts Ustic, Fluvial 1 28 C fK Vertisol Ustert Haplustert Typic Haplusterts Vertic, Ustic 1 29 C fqK Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts Ustic 1 30 C fqK Inceptisol Ustept Haplustept Fluventic Haplustepts Ustic, Fluvial 1 31 C fK Vertisol Ustert Haplustert Chromic Haplusterts Vertic, Ustic, Chroma 1

Page 108: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

94

Tabel Lampiran 10. Unsur Pembentuk Klasifikasi Tanah Pada Landform B.3

Tabel Lampiran 11. Unsur Pembentuk Klasifikasi Tanah Pada Landform M.2.2 Poligon Iklim BI

Taksa yang berbeda Sifat Penciri Taksa Jml

Order Suborder Greatgroup Subgrup 1 A fK Entisol Aquent Endoaquent Typic Endoaquents Recent, Aquic 1 2 A fK Entisol Aquent Endoaquent Typic Endoaquents Recent, Aquic 1

B fK Entisol Aquent Endoaquent Typic Endoaquents Recent, Aquic 1 C fK Entisol Aquent Endoaquent Sulfic Endoaquents Recent, Aquic, Sulfic 1

3 C fK Inceptisol Aquepts Endoaquepts Aeric Endoaquepts Aquic, Dangkal 3 Entisol Aquent Endoaquent Typic Endoaquents Recent, Aquic 1

4 C fK Inceptisol Aquepts Endoaquepts Typic Endoaquepts Aquic 1 5 C fK Entisol Aquent Fluvaquent Typic Fluvaquents Recent, Fluvial 1

Tabel Lampiran 12. Unsur Pembentuk Klasifikasi Tanah Pada Landform V.3.3 Poligon Iklim BI

Taksa yang berbeda Sifat Penciri Taksa Jml

Order Suborder Greatgroup Subgrup 1 A aT Mollisol Udol Hapludoll Lithic Hapludolls Mollic, Udic, Lithic 1

Typic Hapludolls Mollic, Udic 2 A aT Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts Ustic 1

Udept Dystrudept Ustic Dystrudepts Udic, KB rendah 3 B aT Inceptisol Ustept Haplustept Lithic Haplustepts Ustic, lithic 1 B aT Oxiaquic Haplustepts Ustic, aquic 1 B aT Oxic Haplustepts Ustic, Oxic 1 B aT Typic Haplustepts Ustic 21 B aT Alfisol Ustalf Haplustalf Ultic Haplustalfs Argilik, KB tinggi, Ustic, Ultic 4 B aT Oxiaquic Haplustalfs Argilik, KB tinggi, Aquic 1 B aT Typic Argiustolls Mollic, Ustic, Argilik 1 A dT Inceptisol Udept Eutrudept Typic Eutrudepts Udic, KB tinggi 1 B gT Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts Ustic 1

2 B aT Alfisol Ustalf Haplustalf Ultic Haplustalfs Argilik, KB tinggi, Ustic, Ultic 1

Poligon Iklim BI Taksa yang berbeda

Sifat Penciri Taksa Jml Order Suborder Greatgroup Subgrup

1 A fK Inceptisol Aquept Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1 B fK Inceptisol Aquept Endoaquept Sulfic Endoaquepts Aquic, Sulfic 1

Typic Endoaquepts Aquic 2 Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 4

Entisol Fluvent Endofluvent Typic endofluvents Recent, Fluvial 1 C Inceptisol Aquept Endoaquept Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 1

fqK Entisol Aquent Endoaquent Typic Endoaquents Aquic, Recent 1 2 B fK Inceptisol Aquept Endoaquept Aeric Endoaquepts Aquic, Dangkal 1 3 C fK Inceptisol Aquept Endoaquept Aeric Endoaquepts Aquic, Dangkal 1

Vertic Endoaquepts Aquic, Vertic 2 Ustept Haplustepts Fluventic haplustepts Ustic, Fluvial 1

4 C fK Inceptisol Ustept Haplustepts Aquic Haplustepts Ustic, Aquic 1 5 C fK Vertisol Aquert Endoaquert Sodic Endoaquerts Vertic, Aquic, Sodic 1

Usterts Haplusterts Sodic Haplusterts Vertic, Ustic, Sodic 1 Inceptisol Ustept Haplustepts Typic Haplustepts Ustic 1

6 C fK Vertisol Usterts Haplusterts Typic Haplusterts Vertic, Ustic 1 7 C fqK Inceptisol Ustept Haplustepts Aquic Haplustepts Ustic, Aquic 1 8 C fK Vertisol Usterts Haplusterts Sodic Endoaquerts Vertic, Ustic, Sodic 1 9 C fK Inceptisol Aquept Endoaquept Typic Endoaquepts Aquic 1 10 C fqK Inceptisol Ustept Haplustepts Fluventic haplustepts Ustic, Fluvial 1

Page 109: KAJIAN KETERKAITAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/54025/1/A11mgw.pdf · kajian keterkaitan antara karakteristik dan klasifikasi tanah dengan

95

Tabel Lampiran 13. Unsur Pembentuk Klasifikasi Tanah Pada Landform T.12.1 Poligon Iklim BI

Taksa yang berbeda Sifat Penciri Taksa Jml

Order Suborder Greatgroup Subgrup 1 A cT Mollisol Udoll Hapludoll Lithic Hapludolls Mollic, Udic, Lithic 2

fkT Inceptisol Udept Eutrudept Typic Eutrudepts Udic, KB tinggi 2 2 A cT Mollisol Udoll Hapludoll Lithic Hapludolls Mollic, Udic, Lithic 1 3 C cT Vertisol Ustert Haplustert Calcic Hasplusterts Vertic, Ustic, Calcic 1 4 C fkT Inceptisol Ustept Haplustept Lithic Haplustepts Ustic, Lithic 1

Entisol Orthent Ustorthent Lithic Usthortents Recent, Lithic 1 fT Alfisol Ustalf Haplustalf Typic Haplustalfs KB tinggi, Ustic 1 kT Inceptisol Ustept Haplustept Vertic Haplustepts Ustic, vertic 1

5 C cT Inceptisol Ustept Haplustept Vertic Haplustepts Ustic, vertic 1 C fkT Mollisol Ustol Haplustoll Lithic Haplustolls Mollic, Ustic, Lithic 1 C fkT Mollisol Ustol Argiustoll Typic Argiustolls Mollic, Argilik 2 C fkT Inceptisol Ustept Haplustept Vertic Haplustepts Ustic, vertic 2 C fkT Mollisol Ustol Haplustoll Vertic Haplustolls Mollic, ustic, vertic 1 C qT Entisol Orthent Ustorthent Lithic Usthortents Recent, Ustic, Lithic 1 C qT Entisol Psamment Ustipsamment Typic Ustipsamments Recent, Pasir, Ustic 1

6 C fkT Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts Ustic 1 C fT Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts Ustic 1 C kT Mollisol Ustoll Haplustoll Typic Haplustolls Mollic, ustic 1

7 C fkT Entisol Orthent Ustorthent Typic Ustorthents Recent, ustic 1 C kT Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts Ustic 1

8 C fT Entisol Orthent Ustorthent Lithic Ustorthents Recent, Ustic, Lithic 1 C kT Inceptisol Ustept Haplustept Lithic Haplustepts Ustic, Lithic 1 C kT Inceptisol Ustept Haplustept Vertic Haplustepts Ustic, vertic 1 C qkT Mollisol Ustoll Haplustoll Typic Haplustolls Mollic, ustic 1

9 C kT Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts Ustic 1 10 C kT Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts Ustic 2 11 C cT Alfisol Ustalf Rodustalf Lithic Rodustalfs KB tinggi, Ustic,

Rodic, Lithic 1

12 C cT Vertisol Ustert Haplustert Typic Haplusterts Vertic, Ustic 1 13 C kT Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts Ustic 1 14 A fqT Ultisol Udults Hapludult Lithic Hapludults Argilik, Udic, Lithic 1 14 A fqT Entisol Orthent Udoerthent Typic Udorthents Recent, Udik 1 15 A qT Ultisol Humult Haplohumult Typic Haplohumults Argilik, BO tinggi 1 16 C kT Inceptisol Ustept Haplustept Typic Haplustepts Ustic 1

C qkT Mollisol Ustoll Haplustoll Lithic Haplustolls Mollic, Ustic, Lithic 1 17 C kT Mollisol Ustoll Haplustoll Typic Haplustolls Mollic, ustic 1 18 C qkT Entisol Orthent Ustorthent Typic Ustorthents Recent, ustic 1 19 C kT Inceptisol Ustept Haplustept Vertic Haplustepts Ustic, vertic 1