Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan...

68
KAJIAN KESESUAIAN IKLAN PRODUK PANGAN DI MEDIA CETAK TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU Studi Kasus Pada Majalah AyahBunda, Femina dan Kartini Serta Tabloid Nova dan Nakita pada Periode Penerbitan Januari-Desember 2009 DINI GARDENIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Transcript of Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan...

Page 1: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

KAJIAN KESESUAIAN IKLAN PRODUK PANGAN DI MEDIA CETAK TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU

Studi Kasus Pada Majalah AyahBunda, Femina dan Kartini

Serta Tabloid Nova dan Nakita pada Periode Penerbitan Januari-Desember 2009

DINI GARDENIA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

Page 2: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Kajian Kesesuaian Iklan

Produk Pangan di Media Cetak Terhadap Peraturan Perundang-undangan adalah

karya saya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan

dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang

berasal atau dikut ip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan

dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar

Pustaka di bagian akhir laporan tugas akhir ini.

Bogor, Oktober 2010

Dini Gardenia F252050035

Page 3: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

CONFORMITY ASSESSMENT OF FOOD PRODUCTS

ADVERTISEMENTS IN NEWSPAPER AGAINST LEGISLATION Case Studies on Ayahbunda, Femina and Kartini Magazine, Nova and

Nakita In The Period January – December 2009

ABSTRACT One important aspect of food control is food labeling and advertising control. In Indonesia, control for the food advertising is done by National Agency of Drug and Food Control (NADFC). Based on our data, many adverstisement of food products do not comply with the formal regulation on labelling and advertising. . Analysis on 925 advertisements collected, 507 of advertisements (55%) were comply with the requirement and 418 of advertisements were not comply with the requirement.

Among 425 of advertisements which were not comply with requirement complementary breast feeding (50,59%) were the most dominant, followed by soft drink (13,41%), and milk and its processed product (11,7%). The most dominant category of violations is an advertisement that containing incorrect and misleading information related to nutrition, health benefits and food safety (72,86%).

Page 4: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

Dini Gardenia, F252050035. Kajian Kesesuaian Iklan Produk Pangan di Media Cetak Terhadap Peraturan Perundang-undangan : Studi Kasus pada majalah Ayah Bunda, Femina dan Kartini serta tabloid Nova dan Nakita pada periode penerbitan Januari – Desember 2009. Tugas Akhir. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Di bawah bimbingan Prof.Dr.Ir. Purwiyatno Hariyadi,M.Sc dan Dr.Ir. Feri Kusnandar,M.Sc.

RINGKASAN

Salah satu hak konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk pangan adalah memperoleh informasi yang benar dan tidak menyesatkan. Terkait hal tersebut, iklan produk pangan dituntut untuk memberikan informasi tentang suatu produk secara benar dan tidak menyesatkan.

Kebutuhan pangan semakin bertambah seiring jumlah penduduk yang semakin besar. Hal tersebut membawa tuntutan sekaligus keuntungan tersendiri bagi industri pangan agar dapat menghasilkan produk pangan yang beraneka ragam dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen. Hal tersebut mengakibatkan persaingan antar industri pangan yang selalu terjadi dalam menghasilkan produk pangan yang dapat disukai dan diterima oleh konsumen.

Produk pangan yang diluncurkan oleh produsen ke pasar kemudian diinformasikan dan diperkenalkan kepada konsumen melalui iklan. Oleh karena itu, produsen pangan selalu berkompetisi dalam meningkatkan brand awareness produk pangannya melalui iklan. Iklan dalam kedudukannya adalah sebagai usaha promosi produk yang ditujukan untuk merangsang perhatian, persepsi, sikap, dan perilaku konsumen sedemikian rupa sehingga konsumen tertarik untuk membeli dan mengkonsumsi produk yang diiklankan. Iklan merupakan salah satu strategi pemasaran setiap perusahaan, agar produk dapat cepat dikenal dan diterima masyarakat.

Persaingan yang ketat dalam menampilkan produk pangan agar terlihat sempurna dalam pandangan konsumen sering mengakibatkan pesan atau informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan mengelabui konsumen dengan klaim-klaim iklan yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Hal-hal inilah yang mengakibatkan persaingan tidak sehat dalam industri pangan Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh peta kesesuain klaim iklan pangan pada beberapa media cetak selama periode Januari – Desember 2009 dengan peraturan perundang-undang yang berlaku. Pangan yang diiklankan dikelompokkan menjadi 16 kategori pangan, yaitu coklat, kopi, teh (1,18%), kelapa dan hasil olahnya (0,32%), minyak dan lemak (4,19%), minuman serbuk (2,80%), minuman ringan (8,49%), jem dan sejenisnya (1,61%), air minum dalam kemasan (1,72%), ikan dan hasil olahnya (1,08%), gula, madu dan kembang gula (0,65%), daging dan hasil olahnya (0,86%), minuman sereal (1,29%), makanan diet khusus (0,43%), tepung dan hasil olahnya (3,01%), bumbu dan rempah (12,26%), susu dan hasil olahnya (14,41%) serta makanan bayi dan anak (45,70%).

Page 5: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

Berdasarkan hasil analisa dari 930 iklan yang diamati, maka diperoleh hasil 505 iklan (54,30%) memenuhi peraturan perundang-undangan dan 425 iklan (45,70%) tidak memenuhi peraturan perundang-undangan.

Dari 425 iklan pangan yang tidak memenuhi ketentuan yang berlaku, tersebar pada : kategori coklat,kopi, teh (0,94%), kategori kelapa dan hasil olahnya (0,71%), kategori minyak dan lemak (3,76%), kategori minuman serbuk (5,88%), kategori minuman ringan (13,41%), kategori jem dan sejenisnya (2,12%), kategori air minum dalam kemasan (0%), kategori ikan dan hasil olahnya (1.88%), kategori gula, madu dan kembang gula (0,47%), kategori daging dan hasil olahnya (1,18%), kategori minuman sereal (2,82%), kategori makanan diet khusus (0,71%), kategori tepung dan hasil olahnya (1,88%), kategori bumbu dan rempah(1,88%), kategori susu dan hasil olahnya (11,76%), serta kategori makanan bayi dan anak (50,59%).

Kategori pelanggaran yang paling mendominasi adalah iklan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan sebesar 72.86%, mencantumkan logo/pernyataan sebesar 12.14%, mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat sebesar 5.71%, mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan sebesar 5.24% dan mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain sebesar 4.05%.

Kategori pelanggaran pada kategori pangan yang banyak melakukan pelanggaran yaitu kategori makanan bayi dan anak serta susu dan hasil olahnya kategori pelanggarannya adalah mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan keterangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah, sedangkan untuk kategori minuman ringan kategori pelanggarannya adalah mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan karena mencantumkan kata "murni".

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh tesis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh tesis ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

Page 6: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

KAJIAN KESESUAIAN IKLAN PRODUK PANGAN DI MEDIA CETAK TERHADAP

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU

Studi Kasus Pada Majalah AyahBunda, Femina dan Kartini serta Tabloid Nova dan Nakita pada

Periode Penerbitan Januari-Desember 2009

Page 7: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

DINI GARDENIA

Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesi

pada Program Studi Teknologi Pangan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr.Ir.Dahrul Syah

Page 8: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan
Page 9: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

Judul Tugas Akhir : Kajian Kesesuaian Iklan Produk Pangan di Media Cetak terhadap Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku Nama mahasiswa : Dini Gardenia Nomor Pokok : F252050035 Program Studi : Teknologi Pangan

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof.Dr.Ir.Purwiyatno Hariyadi,M.Sc Ketua Anggota

Dr.Ir.Feri Kusnandar,M.Sc

Diketahui Ketua Program Studi Direktur Pasca Sarjana Teknologi Pangan Dr.Ir.Lilis Nuraida,M,Sc

Prof.Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro,MS

Tanggal Ujian : 21 Februari 2010 Tanggal Lulus :

Page 10: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

PRAKARTA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan. Laporan tesis Kajian Kesesuaian Iklan Produk Pangan di Media Cetak terhadap Peraturan Perundang-undangan disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Teknologi Pangan, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof.Dr.Ir. Purwiyatno Hariyadi,M.Sc dan Bapak Dr.Ir.Feri Kusnandar,M.Sc

selaku Ketua dan Anggota Komisi Pembimbing atas bimbingan dan arahannya selama proses penyusunan tesis ini hingga selesai.

2. Dr.Ir.Dahrul Syah sebagai dosen penguji. 3. Badan Pengawas Obat dan Makanan yang telah memberikan beasiswa kepada

penulis untuk melanjutkan pendidikan pada sekolah pascasarjana. 4. Ibu. Dra. Dewi Prawitasari,Apt,M.Kes, selaku Direktur Inspeksi dan

Sertifikasi Pangan yang telah memberikan ijin dan dukungan melakukan kajian pada Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan.

5. Ibu Kasubdit di lingkungan Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan, Badan POM atas dukungan dalam memberi semangat untuk penyelesaian tugas akhir ini.

6. Rekan-rekan di Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan yang selalu memberikan dukungan semangat untuk penyelesaian tesis ini.

7. Ibu Tika, sebagai asisten koordinator Program Studi Magister Profesi Teknologi Pangan yang selalu membantu pelaksanaan sidang komisi dan memberikan dukungan semangat untuk penyelesaian tugas akhir ini.

8. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil dalam penyelesaian tugas akhir ini.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak luput dari berbagai

kekurangan. Penulis juga berharap tesis ini dapat memberikan dukungan kontribusi pemikiran dan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dan memerlukannya.

Bogor, Oktober 2010

Dini Gardenia

Page 11: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 21 Februari 1962, sebagai anak

kedua dari delapan bersaudara dari Bapak Ukas Kosasih (alm) dan Ibu Siti

Hadidjah. Pada tahun 1980, penulis lulus dari SMA Negeri III Bandung.

Selanjutnya melanjutkan studi di Fakultas Farmasi Institut Teknologi Bandung.

Pada tahun 1992 penulis mengambil kuliah profesi apoteker pada Fakultas yang

sama. Sejak tahun 1993, penulis bekerja sebagai staf Subdit Registrasi Makanan

dan Minuman, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan yang sekarang

telah berubah nama menjadi Badan Pengawas Obat dan Makanan. Sejak tahun

2001 hingga saat ini, penulis bekerja di Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

sebagai Kepala Seksi Inspeksi Makanan Berlabel Halal.

Page 12: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

i

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR GAMBAR . ......................................................... ...............................iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. iv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Tujuan ................................................................... ................................2

1.3 Manfaat .................................................................. ...............................3

1.4 Ruang Lingkup dan Batasan ................................... ..............................3

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4

2.1 Pengertian Iklan ... ........ .........................................................................4

2.2 Sasaran, Tujuan dan Jenis Iklan ......................................................... 5

2.3 Media Iklan ........................................................................................ 5

2.4 Klaim iklan ........................................................................................... 6

2.5 Peraturan perundang-undang yang berkaitan dengan pelanggaran . ......7

2.6 Etika Pariwara Indonesia......................................................................11

III METODE PENELITIAN ........................................................................ 13

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 13

3.2 Bahan dan Alat .................................................................................... 13

3.3 Metode ............................................................................................. 13

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 17

4.1 Sebaran iklan pangan pada nama media cetak..................................... 17 4.2 Sebaran Iklan Berdasarkan Kategori Pangan ..................................... 17

4.3 Sebaran Iklan Pangan Berdasarkan Kesesuaian terhadap peraturan perundang-undangan.......................................................................... 18

4.4 Sebaran iklan pangan yang tidak memenuhi ketentuan yang ........... berlaku.................................................................................................19 4.5 Sebaran berdasarkan kategori pelanggaran iklan ............................... 20

4.6 Sebaran kategori pelanggaran pada setiap kategori pangan ...............32

Page 13: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

ii

V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 41

5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 41

5.2 Saran ................................................................................................ 42

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 44 LAMPIRAN ..................................................................................................... 46

Page 14: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

iv

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Kategori pelanggaran yang digunakan untuk mengevalusi

iklan pangan …………………………………………………..

14

2. Sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan keterangan yang tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan. (Kategori pelanggaran I) ........................................................

21

3. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan keterangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah .............................................................................

24

4. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan ....................................................................

24

5. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan kata-kata, gambar dan memberikan janji/jaminan ....................

24

6. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi,CPPB, dan lain-lain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi pangan...............

25

7. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan kalimat "tanpa bahan pengawet"................................................

25

8. Sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan. (Kategori pelanggaran II).........................................................................

26

9 Contoh pelanggaran yang mencantumkan mencantumkan kata "murni" ......................................................................................

27

10 Contoh pelanggaran yang mencantumkan teknologi pangan ... 28

11 Contoh pelanggaran yang mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat ...................

28

12 Contoh pelanggaran yang mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain.......

29

13 Sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan logo/pernyataan (Kategori pelanggaran V) .............................

29

Page 15: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

v

Halaman 14 Contoh pelanggaran yang mencantumkan pernyataan

seseorang/testimoni .................................................................. 30

15 Contoh pelanggaran yang mencantumkan pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisis dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan ................................

31

16 Contoh pelanggaran yang mencantumkan logo halal bukan pada label...................................................................................

31

17 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori Coklat , kopi, t e h ..........................................................................................

32

18 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori kelapa dan hasil olahnya ......................................................................................

33

19 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori minyak dan lemak..........................................................................................

33

20 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori minuman serbuk 34

21 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori minuman ringan 34 22 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori jem dan

sejenisnya ..................................................................................

35

23 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori ikan dan hasil olahnya ......................................................................................

36

24 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori gula, madu dan kembang gula ............................................................................

37

25 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori daging dan hasil olahnya ......................................................................................

37

26 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori minuman sereal 37

27 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori makanan diet khusus .......................................................................................

38

28 Sebaran kategori pelanggaran pada tepung dan hasil olahnya 38

29 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori bumbu dan rempah ......................................................................................

39

30 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori susu dan hasil olahnya ......................................................................................

39

31 Sebaran kategori pelanggaran pada kategori makanan bayi dan anak ....................................................................................

40

Page 16: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

iii

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Persentase iklan pangan pada lima media cetak (tabloid dan

majalah) ....................................................................................

17

2. Kesesuaian Iklan Pangan dalam lima media cetak terhadap Peraturan Perundang-undangan …………………………………..

18

3. Sebaran kategori pangan berdasarkan kesesuaian terhadap peraturan perundang-undangan...................................

19

4. Frekuensi Pelanggaran Iklan Pangan berdasarkan kategori pelanggarannya .........................................................................

20

Page 17: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Form penilaian iklan pangan …………………………………

46

2. Contoh iklan pangan yang tidak memenuhi ketentuan peraturanperundang-undangan ……………………………

52

3. Contoh iklan pangan yang memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan.................................................

60

Page 18: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pangan merupakan segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air,

baik yang diolah, yang diperuntukkan sebagai konsumsi manusia, termasuk bahan

tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam

proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman (PP

No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan).

Kebutuhan pangan semakin bertambah seiring jumlah penduduk yang

semakin besar. Hal tersebut membawa tuntutan sekaligus keuntungan tersendiri

bagi industri pangan agar dapat menghasilkan produk pangan yang beraneka

ragam dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen. Hal tersebut

mengakibatkan terjadinya persaingan antar industri pangan dalam menghasilkan

produk pangan yang dapat disukai dan diterima oleh konsumen.

Salah satu hak konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk pangan adalah

memperoleh informasi yang benar dan tidak menyesatkan. Terkait hal tersebut,

maka iklan produk pangan dituntut untuk dapat memberikan informasi tentang

suatu produk pangan secara benar dan tidak menyesatkan.

Produk pangan yang diluncurkan oleh produsen pangan ke pasaran

diinformasikan dan diperkenalkan kepada konsumen melalui iklan. Iklan produk

sangat penting untuk keberhasilan produk di pasaran, sehingga produsen pangan

selalu berkompetisi dalam meningkatkan brand awareness produk pangannya

melalui iklan. Iklan merupakan bentuk promosi produk yang ditujukan untuk

merangsang perhatian, persepsi, sikap, dan perilaku konsumen sedemikian rupa

sehingga konsumen tertarik untuk membeli dan mengkonsumsi produk yang

diiklankan (Jamilah, 2003). Iklan adalah salah satu strategi pemasaran setiap

perusahaan agar produk dapat cepat dikenal dan diterima masyarakat.

Persaingan yang ketat dalam menampilkan produk pangan agar terlihat

sempurna dalam pandangan konsumen sering mengakibatkan pesan atau

informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika

periklanan, menyesatkan konsumen, atau bahkan mengelabui konsumen dengan

Page 19: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

2

klaim-klaim iklan yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Hal-hal inilah yang

mengakibatkan terjadinya persaingan tidak sehat dalam industri pangan Indonesia.

Menyadari hal tersebut, maka pengawasan terhadap iklan sangat diperlukan,

baik oleh instansi pemerintah yang berwenang dalam penegakan hukum, kredibel

dan profesional maupun secara swadaya oleh kelompok masyarakat (Lembaga

Swadaya Masyarakat) atau individu sebagai salah satu bentuk pencerdasan

konsumen.

Pemerintah telah membuat peraturan perundang-undangan yang terkait

dengan iklan pangan antara lain Peraturan Menteri Kesehatan No. 386/MenKes/

SK/IV/1994 Tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat

Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Rumah Tangga dan Makanan

– Minuman, Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, Undang-Undang

No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Peraturan Pemerintah No. 69

Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, serta Peraturan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.00.05.52.1831

tentang Pedoman Periklanan Pangan.

Peraturan-peraturan tersebut di atas belum sepenuhnya ditaati oleh produsen

pangan dalam membuat iklan produknya. Berdasarkan hasil evaluasi pengawasan

iklan produk pangan yang dilakukan di Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan

pada tahun 2008, dari iklan pangan yang diamati 691 iklan, 57% yang memenuhi

ketentuan peraturan perundang-undangan dan 43% yang tidak memenuhi

ketentuan peraturan perundang-undangan. Data pelanggaran iklan tersebut belum

mengelompokkan jenis-jenis pelanggaran yang terjadi, sehingga diperlukan

penelitian untuk mengevaluasi kesesuaian iklan dengan peraturan yang berlaku,

mengevaluasi jenis-jenis pelanggarannya berdasarkan kategori produk pangan.

1.2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengevaluasi kesesuaian iklan pangan pada media cetak dengan peraturan

perundang-undangan.

2. Mengevaluasi variasi dan karakteristik jenis pelanggaran iklan yang banyak

terjadi di media cetak.

Page 20: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

3

3. Mengevaluasi karakteristik pelanggaran iklan pada beberapa kategori produk

pangan.

1.3. Manfaat

Kajian terhadap kesesuaian iklan pangan dengan peraturan perundang-

undangan beserta jenis pelanggaran serta karakteristik pelanggarannya ini

diharapkan mampu memberikan edukasi bagi masyarakat umum agar lebih

bersikap kritis terhadap iklan pangan yang ditayangkan. Kajian ini juga dapat

menjadi masukan bagi pemerintah untuk lebih meningkatkan pengawasan

terhadap iklan pangan serta bagi produsen pangan agar mampu menyajikan iklan-

iklan pangan secara benar dan tidak menyesatkan konsumen.

1.4. Ruang Lingkup dan Batasan

Dalam kajian ini dipilih media cetak karena media cetak merupakan sumber

media terbesar dalam pemantauan iklan pangan dan media cetak merupakan

media utama dalam periklanan pangan serta pemantauan di media cetak lebih

mudah dilakukan dibandingkan jenis media lainnya.

Page 21: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

4

II . TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Iklan

Kleppner (1986) menyatakan bahwa iklan (advertisement) berasal dari

bahasa latin ad-vere berarti menyampaikan pikiran dan gagasan pada pihak lain.

Pengertian iklan tersebut merupakan pengertian komunikasi satu arah. Proses

komunikasi ini penting sebagai alat pemasaran untuk membantu menjual barang,

memberi ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi persuasif.

Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi

seorang pembeli potensial dalam mempromosikan penjualan suatu produk atau

jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan publik

untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan para pemasang atau

pembuatnya (Pattis, 1993).

Menurut Undang-undang Pangan nomor 7 tahun 1996, iklan pangan adalah

setiap keterangan atau pernyataan mengenai pangan dalam bentuk gambar, tulisan

atau bentuk lain yang dilakukan dengan berbagai cara untuk pemasaran atau

perdagangan pangan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999

tentang Label dan Iklan Pangan, iklan pangan adalah setiap keterangan atau

pernyataan mengenai pangan dalam bentuk gambar, tulisan, atau bentuk lain yang

dilakukan dengan berbagai cara untuk pemasaran atau perdagangan.

Sidang Codex Committee on Food Labelling (CCFL) ke 35 bulan Mei 2007

menyimpulkan bahwa iklan adalah segala bentuk komunikasi komersial kepada

masyarakat yang dilakukan dengan berbagai cara kecuali label pangan, dalam

rangka meningkatkan secara langsung atau tidak langsung penjualan atau

konsumsi suatu pangan dengan menggunakan klaim gizi dan klaim kesehatan.

Dari perspektif perlindungan konsumen, iklan merupakan sumber informasi

tentang produk yang harus dapat dibuktikan kebenarannya. Informasi yang salah

atau tidak sesuai dengan kenyataan dalam iklan yang disebarkan dapat dituntut

(Sukmaningsih, 1997).

Page 22: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

5

2.2. Sasaran, Tujuan dan Jenis Iklan

Iklan digunakan oleh perusahaan untuk komunikasi langsung dalam rangka

meyakinkan publik agar tercapai target penjualan. Tujuan atau sasaran iklan dapat

diklasifikasikan berdasarkan maksud yang diinginkan, yaitu untuk memberi

informasi (periklanan informatif), untuk menyakinkan (periklanan persuasif) dan

untuk memberikan peringatan (periklanan mengingatkan). Periklanan Informatif

adalah periklanan yang memberitahu tentang produk baru, menjelaskan kegunaan

suatu produk, memberitahukan perubahan harga pada pasar, menjelaskan

bagaimana bekerjanya suatu produk, menjelaskan jasa-jasa yang tersedia, dan

memperbaiki kesan yang keliru dan membangun citra perusahaan. Periklanan

persuasif adalah periklanan yang mendorong konsumen beralih merek ke merek

yang diiklankan, mengubah persepsi pelanggan mengenai atribut produk dan

menyakinkan pelanggan untuk membeli pada waktu sekarang serta kunjungan

penjualan. Periklanan mengingatkan adalah periklanan yang mempertahankan

ingatan pelanggan, mengingatkan merek dimana membelinya, membuat mereka

tetap ingat selama masa bukan musimnya dan mengingatkan pelanggan bahwa

produk tersebut mungkin dibutuhkan dalam waktu dekat.

Engel dkk (1995) membagi iklan atas tiga bagian berdasarkan keberpihakan

pesan yaitu: (1) iklan informasional, yaitu iklan yang pesannya bersifat

memberikan informasi; (2) iklan komparatif, yaitu iklan yang pesannya berusaha

untuk merebut bisnis dari produk yang sudah ada; (3) iklan transformasional,

yaitu iklan yang pesannya berusaha membuat pengalaman produk lebih kaya dan

lebih hangat daripada yang diperoleh semata-mata dari uraian obyektif dari merek

yang diiklankan.

2.3. Media Iklan

Ada dua media yang sering digunakan untuk menyampaikan pesan iklan,

yaitu media lini atas dan media lini bawah. Media lini atas terdiri dari media cetak

dan media eletronik atau biasa disebut dengan media massa dan media luar ruang.

Media lini bawah terdiri dari atas pameran, direct mail, point of purchase

(Zulkarnaen, 1993).

Page 23: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

6

Media massa biasanya menjadi perhatian utama untuk digunakan sebagai

media iklan, walaupun tidak menutup kemungkinan digunakannya media lain

sebagai penunjang atau pelengkap iklan di media massa. Jangkauan media massa

lebih luas dan lebih berkembang ke arah spesialis khalayak. Dengan demikian

pengiklan lebih mudah merencanakan dan mengoptimalkan penggunaan media

massa (Susilo, 1993).

Jenis media utama berdasarkan urutan volume periklanan adalah surat

kabar, televisi, surat langsung (brosur), radio, majalah dan media luar ruangan.

Masing-masing jenis media tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan

tertentu. Pilihan ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan seperti kebiasaan

media, audiens sasaran, produk, pesan dan biaya (Kolter dan Amstrong, 1996).

2.4. Klaim Iklan

Klaim adalah pernyataan mengenai kelebihan relatif suatu poduk

dibandingkan pesaingnya. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.

69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, pernyataan (klaim) manfaat

kesehatan adalah pernyataan bahwa produk pangan tertentu mengandung zat gizi

dan atau zat non-gizi tertentu yang bermanfaat jika dikonsumsi atau tidak boleh

bagi kelompok tertentu, misalnya untuk anak-anak berusia di bawah lima tahun,

kelompok usia lanjut, ibu hamil, dan menyusui, dan sebagainya.

Klaim dapat menjadi sumber informasi bagi konsumen dalam menentukan

pilihan. Studi oleh Berney-Reddish dan Areni (2006) menunjukkan bahwa

pengaruh adanya klaim pada produk berbeda antara pria dan wanita, dimana

wanita cenderung untuk lebih menerima perbedaan klaim dalam iklan jika

dibandingkan pria. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh ambang pengolahan

informasi wanita yang lebih rendah dan wanita lebih sensitif terhadap penggunaan

kalimat dalam pesan. Hal ini lebih ditegaskan oleh Tias (2005) yang menyatakan

bahwa sebanyak 82% pengambil keputusan pembelian susu formula adalah ibu

(wanita).

Iklan produk pangan merupakan salah satu jenis iklan yang sering

menggunakan klaim yang dapat menipu konsumen. Suryani (2001) melalukan

penelitian tentang pelabelan dan analisis klaim gizi produk pangan berdasarkan

Page 24: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

7

pada kesesuaiannya dengan Nutrition Labelling of Singapore serta Keputusan

Dirjen POM No. 0202664/B/SK/VIII/1991 tentang Persyaratan Mutu Pengganti

ASI. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 1/6 dari produk yang diteliti memiliki

klaim gizi yang tidak benar.

Dengan semakin ketatnya persaingan antar produsen, berbagai cara

dilakukan termasuk pencantuman klaim yang dapat mengelabui konsumen. Iklan

sering dijadikan media klaim atas sesuatu tanpa bukti. Ada empat jenis klaim yang

digunakan untuk mengelabui konsumen, yaitu (1) Klaim yang tampak objektif;

seperti klaim tentang kandungan gizi tertentu dalam suatu produk pangan yang

harus dibuktikan melalui pengujian atau dibandingkan dengan standar yang telah

ada; (2) Klaim yang subjektif, seperti klaim yang menampilkan persepsi individu

(kesukaan, pilihan, kepercayaan) yang mungkin menghasilkan tafsiran berbeda

antar individu, klaim seperti ini sukar dibuktikan; (3) Klaim yang mendua, yaitu

suatu klaim yang menampilkan dua sisi pesan yang bersifat pro dan kontra

(sebagian benar dan sebagian salah); dan (4) Tidak mempunyai dasar, yaitu tidak

didukung oleh logika sehingga klaim yang dibuat hanya ditujukan untuk

kepentingan promosi yang lebih mengutamakan segi persuasi dibanding segi

informasinya (Sumarwan, 2006).

Menurut (Sumarwan, 2006), berdasarkan pada kebenaran informasi atau

klaimnya, iklan dapat dibagi menjadi (1) Literal truth atau kebenaran

sesungguhnya, yaitu klaim produk yang didukung oleh fakta secara objektif, (2)

True Impression advertising, yaitu iklan yang memberikan informasi yang benar

namun dapat menimbulkan kesan yang keliru di benak konsumen, (3) Discernible

exaggregation, yaitu iklan yang berlebihan atau tidak didukung oleh fakta, (4)

False impression advertising, yaitu iklan yang secara sengaja atau tidak sengaja

menciptakan salah impresi/ kesan di benak konsumen.

2.5. Peraturan-peraturan yang terkait dengan pelanggaran Iklan Pangan

Tinjauan pustaka terhadap peraturan perundang-undangan berikut dibagi

berdasarkan kategori pelanggaran, yaitu (1) iklan yang mencantumkan keterangan

tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan

keamanan pangan, (2) iklan yang memberikan keterangan tidak benar dan

Page 25: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

8

menyesatkan berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan, (3) yang

yang mengarah pada pernyataan baha pangan seolah-olah sebagai obat, (4) iklan

yang mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak

langsung produk pangan lain. serta (5) ilklan yang mencantumkan logo/

pernyataan.

2.5.1. Larangan iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar

dan menyesatkan yang berkaitan dengan gizi, manfaat kesehatan dan

keamanan pangan

Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK.00.05.52.1831 tanggal 14

April 2008 tentang Pedoman Periklanan Pangan menetapkan kata-kata atau

pernyataan yang tidak boleh digunakan dalam iklan yang berhubungan dengan

gizi, manfaat kesehatan, dan keamanan pangan, yaitu (1) yang bermakna

superlatif seperti “super”, “paling”, “nomor satu”, “top”, awalan “ter-“ (terbaik,

termurni); (2) satu-satunya, jika telah ada produk pembandingnya; (3)

“sehat”,”cerdas”, “pintar” jika terkait dengan sebab dan akibat dari mengkonsumsi

pangan yang diiklankan; dan (4) “aman”, “tidak berbahaya”, “tidak mengandung

risiko” atau “tidak ada efek samping” tanpa keterangan yang lengkap.

Peraturan tersebut juga melarang pencantuman kata higienis, sanitasi, cara

produksi pangan yang baik. Hal ini karena proses higienis, sanitasi dan produksi

pangan yang baik merupakan keharusan dalam proses produksi yang harus

dipenuhi oleh produsen pangan, sehingga tidak boleh diklaim dalam iklan.

Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan,

pasal 50, melarang iklan yang memuat keterangan bahwa pangan tersebut adalah

sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan. Pencantuman klaim

pada zat gizi ARA, DHA, Lutein, Sphingomyelin dan Gangliosida “ termasuk

kategori pelanggaran iklan yang menyesatkan. Hal tersebut diatur dalam Surat

Kepala Badan POM No. HK.00.05.1.52.3572 tanggal 10 Juli 2008 tentang

Penambahan zat gizi dan non gizi dalam produk pangan pasal 6 yang menyatakan

bahwa dilarang mencantumkan klaim gizi dan klaim kesehatan tentang ARA,

DHA, Lutein, Sphingomyelin dan Gangliosida.

Klaim tanpa bahan tambahan pangan termasuk kategori pelanggaran iklan

pangan yang menyesatkan, karena seolah-olah suatu bahan tambahan pangan

Page 26: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

9

dilarang atau berbahaya untuk digunakan. Penggunaan Bahan Tambahan Pangan

diperbolehkan sepanjang mengikuti aturan yang ditetapkan Badan POM

menerbitkan Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK.00.06.1.52.6635

tanggal 27 Agustus 2007 tentang Larangan Pencantuman Informasi Bebas Bahan

Tambahan Pangan pada Label dan Iklan Pangan.

2.5.2. Larangan iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar

dan menyesatkan yang berkaitan dengan proses dan asal serta sifat

bahan pangan

Peraturan Menteri Kesehatan No. 386/MenKes/SK/IV/1994 Tahun 1994

tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan,

Kosmetika, Perbekalan Rumah Tangga dan Makanan-minuman mengatur bahwa

iklan makanan harus memberikan informasi yang benar dan tidak menyesatkan.

Penggunaan kalimat, kata-kata, dan pernyataan tentang asal dan sifat bahan

pangan hanya boleh digunakan apabila tidak menyesatkan dan atau menimbulkan

penafsiran yang salah, seperti penggunaan kata ”alami”, “segar”, “murni” dan

“dibuat dari”. Kata “alami” hanya boleh digunakan untuk bahan mentah yang

tidak dicampur dan tidak diproses atau produk yang diproses secara fisik tetapi

tidak merubah sifat dan kandungannya. Kata ”segar” hanya boleh digunakan

untuk pangan yang tidak diproses, berasal dari suatu bahan dan menggambarkan

pangan yang belum mengalami penurunan mutu secara keseluruhan. Kata segar

juga boleh digunakan dalam kalimat atau ilustrasi yang tidak terkait secara

langsung dengan pangan. Kata ”murni” hanya boleh digunakan untuk bahan atau

produk yang tidak ditambahkan sesuatu apapun; Kata ”dibuat dari” hanya boleh

digunakan bila produk yang bersangkutan seluruhnya terdiri dari satu bahan dan

”100%” digunakan untuk produk pangan yang tidak ditambahkan/dicampur

dengan bahan lain. Ketentuan tersebut sesuai dengan Undang-undang RI No. 7

tahun 1996 tentang Pangan pasal 33 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap label

atau iklan tentang yang diperdagangkan harus memuat keterangan mengenai

pangan dengan benar dan tidak menyesatkan. Demikian juga dalam Peraturan

Pemerintah RI No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan pasal 44 ayat 1

yang menyatakan bahwa setiap iklan tentang pangan yang diperdagangkan wajib

Page 27: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

10

memuat keterangan mengenai pangan secara benar dan tidak menyesatkan, baik

dalam bentuk gambar dan atau suara, pernyataan, dan atau bentuk lainnya.

Penggunaan kata yang berlebihan termasuk dalam kategori iklan yang

menyesatkan, karena dapat menyesatkan konsumen. Hal ini diatur dalam

Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 9 ayat 1

butir j yang menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang menawarkan,

mempromosikan, mengiklankan suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar,

dan/atau seolah-olah menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak

berbahaya, tidak mengandung risiko atau efek samping tanpa keterangan yang

lengkap.

2.5.3. Larangan iklan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman

Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan

Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman mengatur bahwa iklan

makanan tidak boleh mengarah ke pendapat bahwa makanan yang bersangkutan

berkhasiat sebagai obat. Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label

dan Iklan Pangan pasal 53 juga jelas menyatakan bahwa iklan dilarang memuat

pernyataan atau keterangan bahwa pangan yang bersangkutan dapat berfungsi

sebagai obat.

2.5.4. Larangan iklan pangan yang mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain.

Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 386/ MenKes/SK/IV/1994 tentang

Pedoman Periklanan Makanan dan Minuman bagian Petunjuk Teknis Umum

melarang bahwa makanan yang berlabel gizi seolah-olah mempunyai kelebihan

dbandingkan makanan yang tidak berlabel gizi. Peraturan Pemerintah RI Nomor

69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan pasal 47 ayat (1) juga mengatur

bahwa iklan dilarang dibuat dalam bentuk apapun untuk diedarkan dan atau

disebarluaskan dalam masyarakat dengan cara mendiskreditkan produk pangan

lainnya.

Page 28: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

11

2.5.5. Larangan iklan pangan yang mencantumkan logo/pernyataan

Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.52.1831 Pedoman

Periklanan Pangan Bab II Ketentuan Umum Periklanan Pangan No.22 mengatur

bahwa logo yang dilarang untuk ditampilkan dalam iklan adalah logo lembaga

yang mengeluarkan sertifikat/penghargaan. Peraturan tersebut juga melarang

pencantuman pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama, logo

atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisis dan

mengeluarkan sertifikat terhadap pangan.

Permenkes No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Makanan dan

Minuman melarang pencantuma kata halal dalam iklan. Hal ini diperkuat dengan

Surat Keputusan Kepala badan POM No. HK. 00.05.52.1831 tanggal 14 April

2008 tentang Pedoman Periklanan Pangan yang menyatakan bahwa penggunaan

tulisan dan atau logo halal dalam iklan hanya dapat ditampilkan berupa label

pangan yang telah mendapat persetujuan pencantuman tulisan dan atau logo halal

dari Badan POM.

2.6. Etika Pariwara Indonesia

Etika Pariwara adalah ketentuan-ketentuan normatif yang menyangkut

profesi dan usaha periklanan yang telah disepakati untuk dihormati, ditaaati dan

ditegakkan oleh semua asosiasi dan lembaga pengembannya. Etika Pariwara

merupakan sistem nilai dan pedoman terpadu tata krama (code of conduct) dan

tata cara (code of practices). Etika Pariwara Indonesia tidak bertentangan dengan

undang-undang dan peraturan perundangan. Jika untuk sesuatu hal ditemui

penafsiran ganda, maka makna undang-undang dan peraturan perundangan yang

dianggap sahih.

Tata krama yang berhubungan iklan pangan diatur dalam pengggunaan

bahasa, yaitu iklan harus disajikan dalam bahasa yang bisa dipahami oleh

khalayak sasarannya dan tidak menggunakan persandian yang dapat menimbulkan

penafsiran selain dari yang dimaksud oleh perancang pesan iklan tersebut. Dalam

ketentuan tersebut juga iklan tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti

”paling”, ”nomor satu”, ”top” atau kata-kata berawalan ”ter”, dan atau yang

bermakna sama, tanpa secara khas menjelaskan keunggulan tersebut yang harus

Page 29: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

12

dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang

otentik. Penggunaan kata ”satu-satunya” atau yang bermakna sama juga dilarang

digunakan dalam iklan tanpa secara khas menyebutkan dalam hal apa produk

tersebut menjadi yang satu-satunya dan hal tersebut harus dapat dibuktikan dan

dipertanggungjawabkan. Demikian juga penggunaan kata ”100%”, ”murni”, ”asli”

untuk menyatakan sesuatu kandungan kadar, bobot, tingkat mutu, dan sebagainya

harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber

otentik.

Penerapan Etika Pariwara Indonesia diberlakukan kepada setiap pelaku

periklanan nasional, baik sebagai individu atau profesional, maupun sebagai

entitas, atau usaha. Pengawasan pelaksanaan Etika Pariwara Indonesia dilakukan

oleh lembaga pemantau, pengamat, atau pengawas periklanan serta masyarakat

luas dan pamong. Penegakan dilakukan oleh Dewan Periklanan Indonesia (DPI)

dengan membentuk organisasi internal yang bertugas khusus untuk itu. Disamping

hal tersebut diatas, peran Dewan Periklanan Indonesia adalah menjalankan

kemitraan dengan pamong dalam membina industri periklanan nasional.

Sebagai bentuk komitmen dalam melindungi konsumen, industri periklanan

mempunyai prinsip yang dinamakan swakarma (self-regulation) atau pengaturan

diri sendiri. Rumusan tentang prinsip tersebut adalah jujur, bertanggung jawab

dan tidak bertentangan dengan hukum negara; sejalan dengan nilai-nilai sosial

budaya masyarakat serta mendorong persaingan, namun dengan cara-cara yang

adil dan sehat.

Etika Pariwara tahun 2005 menyatakan bahwa periklanan harus memenuhi

tiga (3) asas, yaitu (1) jujur dan bertanggung jawab, dimana iklan tidak boleh

menyesatkan, seperti memberikan keterangan yang tidak benar, mengelabui,

memberikan janji yang berlebihan, dan menyalahgunakan kepercayaan dan

merugikan masyarakat, (2) bersaing secara sehat, dimana penggunaan kata-kata

yang berlebihan, perbandingan langsung, merendahkan produk lain baik langsung

maupun tidak langsung dan peniruan harus dihindarkan, (3) melindungi dan

menghargari khalayak, tidak merendahkan agama, budaya, negara, dan golongan,

serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.

Page 30: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

13

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan,

Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta pada periode Januari sampai dengan

Desember 2009. Penilaian dilakukan pada dua (2) jenis media cetak tabloid, yaitu

yaitu Nova dan Nakita, dan tiga (3) majalah, yaitu Femina, Kartini dan

Ayahbunda. Kelima jenis media cetak tersebut dipilih karena banyak memuat

iklan produk pangan.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Data sekunder hasil

pengawasan iklan pangan di Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan; dan (2)

Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan iklan pangan, yaitu (a)

Undang-undang Pangan No. 7 tentang Pangan, (b) Undang-undang No. 8 tentang

Perlindungan Konsumen, (c) Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994

tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan,

Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman,

(d) Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, serta

(e) Surat Keputusan Kepala badan POM No. HK. 00.05.52.1831 tahun 2008

tentang Pedoman Periklanan Pangan.

3.3. Metode

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengevaluasi secara post-market iklan-

iklan yang terdapat di lima media massa yang dipilih. Tahapan yang dilakukan

adalah (1) mengambil seluruh iklan pangan yang diiklankan pada 5 media cetak

yang dipilih selama periode Januari sampai Desember 2010 (2) Mengumpulkan

iklan produk pangan yang telah mempunyai nomor pendaftaran dan

mendokumentasikan iklan pangan tersebut dengan alat pemindai (scanner), (3)

mengelompokkan iklan pangan berdasarkan 16 kategori pangan dan jenis

pangannya; (4) menganalisis kesesuaian antara iklan dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku dengan menggunakan form penilaian iklan pangan

Page 31: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

14

(Lampiran 1); (5) Mengkategorikan iklan pangan tersebut menjadi iklan yang

memenuhi ketentuan (MK) dan yang tidak memenuhi ketentuan (TMK), dimana

iklan pangan dikategorikan tidak memenuhi ketentuan (MK) jika iklan pangan

tersebut melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan (6)

Mengelompok-kan jenis pelanggaran dalam lima (5) kategori seperti tercantum

dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kategori pelanggaran yang digunakan untuk mengevaluasi iklan pangan

Kategori Pelanggaran Deskripsi Pelanggaran Iklan

Kategori I Iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan, yaitu: 1. Mencantumkan kata yang bermakna superlatif seperti

"super", "paling", "nomor satu", "top", awalan ter- ("terbaik", "termurni").

2. Mencantumkan kata "Satu-satunya" jika telah ada produk pembandingnya.

3. Mencantumkan kata " jauh lebih ". Kecuali apabila diban-dingkan dengan produknya sendiri dan pernyataan tersebut terukur serta bersifat obyektif.

4. Mencantumkan kata " sehat", "cerdas". "pintar" yang terkait dengan sebab dan akibat dari mengkonsumsi pangan yang diiklankan.

5. Mencantumkan kata "aman","tidak berbahaya", "tidak mengandung risiko" atau "tidak ada efek samping" tanpa keterangan yang lengkap.

6. Mencantumkan keterangan atau pernyataan bahwa pangan tersebut sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan.

7. Mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi,CPPB, dan lain-lain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi pangan.

8. Mencantumkan keterangan-keterangan yang harus menda-patkan pembuktian secara ilmiah

9. Mencantumkan kata-kata, gambar dan memberikan janji/ jaminan.

10. Mencantumkan kalimat "tanpa bahan pengawet". 11. Mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat

menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan.

Page 32: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

15

Kategori Pelanggaran Deskripsi Pelanggaran Iklan

Kategori II Iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan, yaitu: 1. Mencantumkan kata non kolesterol. 2. Mencantumkan gambar buah, sayuran dan daging dalam

mengiklankan produk yang bukan berasal dari buah/sayuran dan daging. Gambar buah, sayuran, daging dan lainnya hanya boleh ditampilkan bila bahan tersebut merupakan bahan utama dalam ingredient pangan tersebut atau apabila berasal dari satu sumber.

3. Mencantumkan kata "alami". Kata alami hanya boleh digu-nakan untuk bahan mentah, yang tidak dicampur dan tidak diproses atau produk yang diproses secara fisika tetapi tidak merubah sifat dan kandungannya.

4. Mencantumkan kata "segar". Kata segar hanya boleh digu-nakan untuk pangan yang tidak diproses, berasal dari suatu bahan dan menggambarkan pangan yang belum mengalami penurunan mutu secara keseluruhan.

5. Mencantumkan kata "murni". Kata murni hanya boleh digu-nakan untuk bahan atau produk yang tidak ditambahkan sesuatu apapun.

6. Mencantumkan kata "dibuat dari “. Dibuat dari hanya boleh digunakan bila produk yang bersangkutan seluruhnya terdiri dari satu bahan.

7. Mencantumkan kata "dibuat dengan". Dibuat dengan hanya boleh digunakan bila produk terdiri dari beberapa bahan dan diikuti dengan nama bahan.

8. Mencantumkan kata " 100%". 100% hanya boleh digunakan untuk produk pangan yang tidak ditambahkan/dicampur dengan bahan lain.

9. Mencantumkan tekonologi pangan teknologi pangan tidak boleh diiklankan atau disangkut pautkan dengan iklan kecu-ali teknologi tersebut termasuk dalam kelompok jenis pangan dalam kategori pangan.

Kategori III Iklan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah berfungsi sebagai obat

Kategori IV Iklan pangan yang mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain.

Page 33: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

16

Kategori Pelanggaran Deskripsi Pelanggaran Iklan

Kategori V Iklan pangan yang mencantumkan logo/pernyataan, yaitu: 1. Mencantumkan pernyataan seseorang/testimoni yang

menyatakan bahwa pangan berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit/berindikasi sebagai obat.

2. Memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar labora-torium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan.

3. Mencantumkan logo halal bukan pada label.

Page 34: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sebaran Iklan Pangan pada Nama Media Cetak

Jumlah total iklan yang terdapat di kelima media yang dievaluasi selama

periode adalah 930 iklan pangan. Gambar 1 memperlihatkan persentasi iklan

pangan di kelima media cetak yang dievaluasi tersebut. Untuk kategori media

tabloid, iklan pangan paling banyak dimuat dalam tabloid Nova (30,03%),

sedangkan untuk kategori majalah, iklan pangan banyak dimuat di majalah

Ayahbunda (25,81%). Kedua media cetak tersebut banyak dibaca oleh

masyarakat, sehingga banyak dipilih oleh pemasang iklan.

39.03

14.1916.02

4.95

25.81

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Fre

ku

en

si (

%)

Nova Nakita Femina Kartini Ayahbunda

Nama media

Gambar 1. Persentase iklan pangan pada lima media cetak (tabloid dan majalah)

4.2. Sebaran Iklan Berdasarkan Kategori Pangan

Iklan pangan dari kelima media cetak dikelompokkan berdasarkan 16

kategori pangan, yaitu (1) coklat, kopi, dan teh (1,18%), (2) kelapa dan hasil

olahannya (0,32%), (3) minyak dan lemak (4,19%), (4) minuman serbuk (2,80%),

(5) minuman ringan (8,49%), (6) jem dan sejenisnya (1,61%), (7) air minum

dalam kemasan (1,72%), (8) ikan dan hasil olahnya (1,08%), (9) gula, madu dan

kembang gula (0,65%), (10) daging dan hasil olahnya (0,86%), (11) minuman

sereal (1,29%), (12) makanan diet khusus (0,43%), (13) tepung dan hasil olahnya

Page 35: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

18

(3,01%), (14) bumbu dan rempah (12,26%), (15) susu dan hasil olahnya (14,41%)

serta (16) makanan bayi dan anak (45,70%).

Dari data tersebut, maka diketahui bahwa persentase iklan pangan terbesar

adalah untuk makanan bayi dan anak (45,70%), susu dan hasil olahnya (14,41%),

bumbu-bumbu dan rempah (12,26%), minuman ringan (8,49%) serta minyak dan

lemak (4,19%). Di antara kategori produk tersebut, iklan kategori makanan bayi

dan anak mempunyai persentase terbesar dibandingkan dengan kategori lain. Hal

ini karena media cetak yang dievaluasi memiliki segmentasi pembaca dewasa,

pasangan yang baru menikah dan berpenghasilan menengah ke atas.

4.3. Sebaran Iklan Pangan Berdasarkan Kesesuaian terhadap Peraturan

Perundang-undangan

Berdasarkan hasil evauasi terhadap 930 iklan pangan yang diamati, iklan

yang memenuhi ketentuan (MK) peraturan perundangan berjumlah 505 iklan

(54,30%), sedang yang tidak memenuhi ketentuan (TMK) peraturan perundang-

undangan berjumlah 425 iklan (45,70%) (Gambar 2).

Gambar 2. Kesesuaian iklan pangan dalam lima media cetak (tabloid dan

majalah) terhadap ketentuan peraturan Perundang-undangan

Gambar 3 memperlihatkan ketidaksesuaian iklan pangan berdasarkan

kategori pangan. Kategori pangan yang mengiklankan pangan tidak memenuhi

ketentuan lebih banyak dibandingkan yang memenuhi ketentuan ditemukan pada

kategori produk kelapa dan hasil olahnya, minuman serbuk, minuman ringan, jem

54.30%

45.70%MKTMK

Page 36: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

19

dan sejenisnya, ikan dan hasil olahannya, daging dan hasil olahannya, minuman

sereal, makanan diet khusus, serta makanan bayi dan anak.

64%

36%

0%

100%

59%

41%

4%

96%

30%

70%

40%

60%

100%

0%

20%

80%

67%

33%38%

62%

0%

100%

25%

75%71%

29%

93%

7%

63%

37%

49%51%

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

% k

eses

uaia

n te

rhad

ap p

erun

dang

-und

anga

n

I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII XIII XIV XV XVI

Kategori pangan

Sebaran kategori pangan berdasarkan kesesuaian terhadap peraturan perundang-undangan

MK TMK

Gambar 3. Sebaran kategori pangan berdasarkan kesesuaian terhadap

peraturan perundang-undangan

4.4. Sebaran Iklan Pangan yang Tidak Memenuhi Ketentuan yang Berlaku

Dari jumlah iklan pangan yang diiklankan pada media cetak, dari 425 iklan

pangan yang tidak memenuhi ketentuan yang berlaku (TMK) berdasarkan

kategori pangan adalah sebagai berikut : kategori coklat, kopi, teh (0,94%),

kategori kelapa dan hasil olahnya (0,71%), kategori minyak dan lemak (3,76%),

kategori minuman serbuk (5,88%), kategori minuman ringan (13,41%), kategori

jem dan sejenisnya (2,12%) kategori air minum dalam kemasan (0%), kategori

ikan dan hasil olahnya (1.88%), kategori gula,madu dan kembang gula (0,47%),

kategori daging dan hasil olahnya (1,18%), kategori minuman sereal (2,82%),

kategori makanan diet khusus (0,71%), kategori tepung dan hasil olahnya

(1,88%), kategori bumbu dan rempah(1,88%) , kategori susu dan hasil olahnya

(11,76%) serta kategori makanan bayi dan anak (50,59%). Pelanggaran iklan

pangan terhadap ketentuan yang berlaku paling banyak dilakukan oleh kategori

makanan bayi dan anak sebesar 50,59%, minuman ringan sebesar 13,41% dan

susu dan hasil olahnya sebesar 11,76%.

Page 37: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

20

4.5. Sebaran Iklan Berdasarkan Kategori Pelanggaran Iklan

Gambat 4 memperlihatkan pelanggaran iklan berdasarkan 5 kategori

pelanggaran berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kategori

pelanggaran yang paling mendominasi adalah iklan yang mencantumkan

keterangan tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat

kesehatan dan keamanan pangan, yaitu 72.86%. Pelanggaran iklan terendah

ditemukan pada ketegori II, yaitu iklan yang berkaitan dengan proses dan asal

serta sifat bahan pangan), yaitu sebesar 5.24%.

72.86%

5.24% 5.71% 4.05%

12.14%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

Fre

ku

ens

i

I II III IV V

Kategori pelanggaran

Gambar 4. Frekuensi Pelanggaran Iklan Pangan berdasarkan

kategori pelanggarannya 4.5.1 Kategori Pelanggaran I : Iklan pangan yang mencantumkan kete-

rangan tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan.

Kategori pelanggaran I diuraikan lagi dalam sub-kategori pelanggaran, yaitu

mencantumkan kata "jauh lebih" dan pernyataan tersebut tidak terukur;

mencantumkan kata "sehat", "cerdas", "pintar" yang terkait dengan sebab dan

akibat dari pengkonsumsi pangan yang diiklankan; mencantumkan kata "aman",

Page 38: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

21

"tidak berbahaya", "tidak mengandung risiko" atau "tidak efek samping" tanpa

keterangan yang lengkap; mencantumkan keterangan atau pernyataan bahwa

pangan tersebut sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan,

mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi, CPPB, dan lain-lain yang sudah

merupakan keharusan dalam proses produksi pangan, mencantumkan keterangan-

keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah, mencantumkan

kata-kata, gambar dan memberikan janji/jaminan, mencantumkan kalimat "tanpa

bahan pengawet", mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat

menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang

bersangkutan.

Pada kajian ini sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan

keterangan tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat

kesehatan dan keamanan pangan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan keterangan

yang tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan (Kategori Pelanggaran I).

Sub kategori pelanggaran Jumlah % 1. Mencantumkan kata "jauh lebih" dan pernyataan tersebut tidak

terukur 2 0.65

2. Mencantumkan kata "sehat", "cerdas", "pintar" yang terkait dengan sebab dan akibat dari pengkonsumsi pangan yang diiklankan.

12 3.92

3. Mencantumkan kata "aman", "tidak berbahaya", "tidak mengandung risiko" atau "tidak efek samping" tanpa keterangan yang lengkap.

1 0.33

4. Mencantumkan keterangan atau pernyataan bahwa pangan tersebut sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan.

1 0.33

5. Mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi,CPPB, dan lain-lain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi pangan 9 2.94

6. Mencantumkan keterangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah 135 44.11

7. Mencantumkan kata-kata, gambar dan memberikan janji/jaminan 14 4.58

8. Mencantumkan kalimat "tanpa bahan pengawet" 8 2.61 9. Mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat

menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan

124 40.52

Tabel 2 memperlihatkan bahwa pelanggaran yang tinggi yang ditemukan

dalam kategori pelanggaran I adalah pencantuman klaim yang seharusnya

Page 39: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

22

mendapatkan pembuktian secara ilmiah sebanyak (44.11%), dan mencantumkan

klaim/keterangan yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan

pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan sebanyak (40,52%).

Pelanggaran yang relatif rendah terdapat pada pencantuman kata "aman", "tidak

berbahaya", "tidak mengandung risiko" atau "tidak efek samping" tanpa

keterangan yang lengkap (0.33%) dan pencantuman keterangan atau pernyataan

bahwa pangan tersebut sumber energi yang unggul dan segera memberikan

kekuatan (0,33%).

Bila dikelompokkan berdasarkan kategori pangan, pelanggaran yang tinggi

untuk kategori pelanggaran yang mencantumkan keterangan-keterangan yang

seharusnya mendapatkan pembuktian secara ilmiah adalah makanan bayi dan anak

(77.78%). Pelanggaran lainnya untuk kategori ini ditemukan pada minuman

ringan (0.74%), minuman serbuk (1,48%) dan susu dan hasil olahnya (20%).

Jenis-jenis pelanggaran yang ditemukan berdasarkan kategori di atas dapat

dilihat pada Tabel 3. Kategori makanan bayi dan anak (jenis pangan susu

pertumbuhan dan makanan bayi) banyak melanggar dalam mengiklankan

produknya. Misalnya, pencantuman klaim zat gizi DHA dimana fungsi zat gizi

tersebut untuk membantu perkembangan otak perlu dibuktikan secara ilmiah.

Untuk kategori minuman ringan (jenis pangan minuman fermentasi) klaim yang

dilanggar terkait dengan penambahan probiotik yang diklaim dapat menyebabkan

usus menjadi sehat. Pada kategori minuman serbuk, klaim pelanggaran iklan

terkait dengan peranan suatu zat yang dapat membantu proses pelepasan energi

untuk berpikir dan bermain, sedangkan pada kategori susu dan hasil olahannya

(jenis pangan susu ibu hamil dan menyusui) adalah klaim dari zat gizi DHA dan

prebiotik FOS yang dapat mendukung perkembangan otak dan fisik bayi sejak dalam

kandungan.

Page 40: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

23

Tabel 3. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkanketerangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah.

No. Kategori pangan Jenis pangan Narasi pada iklan

1. Makanan bayi dan anak

Makanan bayi

X makanan bayi yang mengandung DHA dan omega 3&6 untuk membantu perkembangan otaknya. Prebiotik FOS dapat membantu mem-pertahankan fungsi saluran cerna. Vitamin dan mineral, zat besi dapat membantu mencegah dan mengatasi anemia defisiensi zat besi.

2. Makanan bayi dan anak

Susu pertumbuhan

DHA dan omega 3 untuk membantu perkembangan otaknya

3. Susu dan hasil olahnya

Susu ibu hamil dan menyusui

Susu untuk ibu hamil dan menyusui dengan gizi seimbang untuk membantu si kecil tumbuh cemerlang. Kandungan DHA dan prebiotik FOS-nya mendukung perkembangan otak dan fisik buah hati sejak masih dalam kandungan.

4. Minuman serbuk

Minuman serbuk

Membantu proses pelepasan energi untuk berpikir dan juga bermain

5. Minuman ringan

Minuman fermentasi Minum X setiap hari, usus sehat sepanjang hari

Jenis iklan produk pangan yang melakukan pelanggaran karena

mencantumkan keterangan-keterangan yang dapat menimbulkan gambaran yang

menyesatkan terhadap pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan adalah

ikan dan hasil olahannya (2,42%), kelapa dan hasil olahnya (0.81%), makanan

bayi dan anak (69.35%), minuman ringan (8.06%), minuman sereal (3.23%),

minyak dan lemak (3.23%), susu dan hasil olahannya (10.48%), serta tepung dan

hasil olahannya (2.42%). Kategori makanan bayi dan anak (jenis pangan susu

pertumbuhan) paling banyak melakukan pelanggaran karena mencantumkan

keterangan yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan. Misalnya

klaim bahwa dengan mengkonsumsi produk tersebut dapat mendukung daya tahan

tubuh atau dapat mengatasi kekurangan nutrisi apabila anak susah makan serta

dapat membantu dalam proses belajar. Untuk kategori susu dan hasil olahannya

pelanggaran yang terjadi adalah mencantumkan keterangan bahwa dengan

mengkonsumsi produk tersebut dapat menjadi anak menjadi juara.

Page 41: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

24

Tabel 4. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan

No Kategori pangan Jenis pangan Narasi dalam iklan

1. Makanan bayi dan anak

Susu pertumbuhan

Si kecil bisa bereksplotasi sesukanya jika daya tahan tubuhnya optimal. Berikan nutrisi terbaik yang mengandung rangkaian nutrisi lengkap dan seimbang dalam jumlah tepat yang saling berkaitan untuk mendukung sistem daya tahan tubuh

2. Ikan dan hasil olahnya Sardines Membuat nutrisi ikan Sardines segar terjaga

utuh, hingga saat disajikan.

3. Makanan bayi dan anak

Susu pertumbuhan

Kini dilengkapi prebiotik, kolin dan mikronutrien untuk membantu mengoptimalkan setiap tahap perkembangan dan proses belajar.

4. Susu dan hasil olahnya

Susu ibu hamil dan menyusui

Mengandung gizi seimbang yang dibutuhkan sang buah hati untuk tumbuh cemerlang menjadi juara.

Kategori pangan yang melakukan pelanggaran mencantumkan kata-kata,

gambar dan memberikan janji/jaminan adalah minuman ringan (92.86%) dan

makanan diet khusus (7.14%). Kategori minuman paling banyak melakukan

pelanggaran dengan memberikan janji jaminan kepada konsumen mengenai

fungsi produk tersebut untuk kesehatan (Tabel 5).

Tabel 5. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan kata-kata, gambar dan memberikan janji/jaminan

No Kategori pangan

Jenis pangan Narasi dalam

1. Makanan diet khusus

Makanan diet khusus

Buktikan efektifnya yang dilengkapi Phase 2 technology untuk membantu mengurangi penyerapan karbohidrat hingga 66%. Dengan satu mangkuk mie yang Anda nikmati pun hanya terserap 1/3 nya

2. Minuman ringan

Minuman fermentasi

Buktikan manfaatnya untuk kesehatan pencernaan dan kelancaran BAB dalam 3 hari atau uang Anda kembali. Mencantumkan testimoni.

Kategori pangan yang melakukan pelanggaran mencantumkan kata-kata

higienis adalah kategori ikan dan hasil olahnya (74%), makanan bayi (12%) serta

jem dan sejenisnya (14%) (Tabel 6). Kata tersebut tidak perlu ditampilkan dalam

iklan karena hal tersebut sudah merupakan suatu keharusan dalam proses

produksi.

Page 42: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

25

Tabel 6. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi,CPPB, dan lain-lain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi pangan

No Kategori pangan Jenis pangan Narasi dalam iklan

1. Makanan bayi dan anak Susu pertumbuhan

Kini ada cara baru memenuhi kebutuhan nutrisi buah hati di mana saja kapan saja. Morinaga Chil Kid Platinum Stick Pack, inovasi terbaru dari Morinaga Chil Kid Platinum. Praktis dan higienis, tinggal tuang untuk setiap kali pemakaiannya di mana saja dan kapan saja.

2. Jem dan sejenisnya Jelly

My jelly nata decoco terbuat dari rumput laut yang diolah secara higienis dan modern, mengandung serat alami atau dietary fibre yang sangat berperan penting dalam membantu sistem pencernaan tubuh manusia, sehingga salah satu manfaatnya juga dapat mencegah

3. Ikan dan hasil olahnya Sardines

Makanan kaleng yang diproses dengan higienis, berisi bahan-bahan segar bergizi tinggi. Terbuat dari ikan sardine segar, serta bahan alami pilihan lainnya.

Kategori pangan yang melakukan pelanggaran mencantumkan kalimat

"tanpa bahan pengawet" adalah minuman ringan (87.50%), serta ikan dan hasil

olahnya (12.5%) (Tabel 7).

Tabel 7. Contoh pelanggaran yang termasuk kategori mencantumkan kalimat

"tanpa bahan pengawet"

No Kategori pangan Jenis pangan Narasi dalam iklan

1. Minuman ringan Minuman buah Mencantumkan klaim tanpa bahan pengawet

2. Minuman ringan Minuman teh Mencantumkan klaim tanpa bahan pengawet

3. Minuman ringan Minuman Isotonik

Mencantumkan klaim tdk mgd pengawet, pemanis buatan

4. Ikan dan hasil olahnya Sardines

Fakta-fakta Sardines C : Terbuat dari 100% ikan sardine segar dan bahan alami lainnya, seperti tomat, cabai dan lain sebagainya; 6 jam setelah ditangkap, ikan langsung dikalengkan; Dikemas secara higienis dengan dua kali pemasakan; Tidak mengandung bahan pengawet

Page 43: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

26

No Kategori pangan Jenis pangan Narasi dalam iklan

5. Minuman ringan Minuman Isotonik

Vitazone Isotonik Bervitamin. Praktis gantikan Cairan Tubuh dan Vitamin yang hilang saat berpuasa. 6 Vitamin penting + 5 Elekrolit tubuh. Advanced Sterilizing Technology. Tanpa bahan pengawet.

4.5.2. Kategori pelanggaran II : Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan

Kategori pelanggaran mencantumkan keterangan tidak benar dan

menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan, diuraikan

dalam sub-kategori pelanggaran berikut: mencantumkan kata non-kolesterol,

mencantumkan gambar buah, sayuran dan daging dalam mengiklankan produk

yang bukan berasal dari buah/sayuran dan daging, mencantumkan kata "alami",

mencantumkan kata "segar", mencantumkan kata "murni", mencantumkan kata

"dibuat dari “, mencantumkan kata "dibuat dengan", mencantumkan tekonologi

pangan. Jenis pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak

benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan

dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan keterangan

tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan (Kategori Pelanggaran II)

Sub kategori pelanggaran Jumlah % 1. Mencantumkan kata "murni" (hanya boleh

digunakan untuk bahan atau produk yang tidak ditambahkan

19 86.36%

2. Mencantumkan teknologi pangan (teknologi pangan tidak boleh diiklankan atau disangkut pautkan dengan iklan kecuali teknologi tersebut termasuk dalam kelompok jenis pangan dalam kategori pangan.

3 13.64%

Dari Tabel 8 tersebut terlihat bahwa kategori pelanggaran iklan pangan

yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan

proses dan asal serta sifat bahan pangan yaitu mencantumkan kata "murni"

(86.36%) dan yang mencantumkan teknologi pangan (13.64%).

Page 44: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

27

Kategori pangan yang melakukan pelanggaran dengan mencantumkan kata

"murni" adalah minuman ringan (77,27%), coklat, kopi dan teh sebanyak (4,55%)

serta susu dan hasil olahannya (4,55%) (Tabel 9). Kategori pangan yang

melakukan pelanggaran mencantumkan teknologi pangan adalah minuman serbuk

(9,09%) serta minyak dan lemak (4,55%) (Tabel 10).

Tabel 9. Contoh pelanggaran yang mencantumkan mencantumkan kata "murni"

No Kategori pangan Jenis pangan Narasi dalam iklan

1. Susu dan hasil olahnya

Susu UHT Murni susunya, alami sehatnya

2. Minuman ringan Sirup

Alam, telah memilih kemurnian marjan. Murninya Marjan Cocopandan begitu mewah dan menyegarkan. Terbuat dari saru buah pilihan menciptakan sensasi kenikmatan dan kesegaran alami.

3.

Coklat,kopi teh Teh celup

Advertorial. …5 kebaikan dalam kantong bundar : kesegaran, kemurnian, kepraktisan, rasa & aroma yang terjaga dari teknologi osmofilter dan ekonomis.

Tabel 10.Contoh pelanggaran yang mencantumkan teknologi pangan

No Kategori pangan Jenis pangan Narasi dalam iklan

1. Minuman serbuk Minuman serbuk

Advetorial. Menjelaskan teknologi pengolahan dan penggunaan bahan yang terpilih. Nutrisari lebih bergizi, lebih bernilai.

2. Minyak dan lemak

Minyak Goreng

Tropical minyak goreng 2x penyaringan sayangi jantung. Sayangi Jantung Anda. Logo "world of Mouth Marketing"

4.5.3. Kategori pelanggaran III : Mengiklankan pangan yang mengarah

bahwa pangan seolah olah sebagai obat

Iklan pangan yang melakukan pelanggaran terhadap kategori pelanggaran

mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah olah sebagai obat

(Tabel 11) adalah sebanyak 24 iklan, yang terdiri dari kategori gula, madu dan

kembang gula (8,33%), jem dan sejenisnya (4,17%), kelapa dan hasil olahnya

(8,33%), makanan diet khusus (8,33%), minuman ringan (8,33%), minuman

sereal (16,67%), minyak dan lemak (12,5%) dan susu dan hasil olahnya (12,5%).

Page 45: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

28

Tabel 11. Contoh pelanggaran yang mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat

No. Kategori pangan Jenis pangan Narasi dalam iklan

1. Makanan diet khusus

Makanan diet khusus

X merupakan produk penurun kolesterol dlm bntuk smoothie yg pertama di dunia yang efektif membantu menurunkan kolesterol total

2. Minyak dan lemak Minyak salad Y merupakan minyak yg sdh tdk mgd protein, shg aman untuk penderita asam urat. Happy salad oil mengandung PUFA tinggi 62% yang mampu menurunkan kadar kolesterol jahat.

3. Susu dan hasil olahnya

Susu berkalsium

Pilih susu kalsium tinggi tanpa enadapan sehingga aman buat ginjal. Produgen memiliki berbagai manfaat, seperti membantu menjaga kadar kolesterol, mengandung antioksidan dan memiliki kandungan lemak rendah. Segera dapatkan 100% manfaat untuk tulang Anda

4. Gula,madu dan kembang gula

Kembang gula

Kurangi risiko karies gigi Z dengan menekan jumlah bakteri penyebab gigi berlubang, menyempurnakan proses kembalinya mineral gigi yang hilang.

5. Kelapa dan hasil olahnya Sari kelapa

Mengandung IDF (Insoluble dietary fibre), SDF (soluble dietary fibre). Serat segar alaminya baik untuk pencernaan. Wong coco nata decoco terbuat dari air kelapa terbaik pilihan. Kaya akan kandungan IDF atau serat tidak larut dalam tubuh

6. Susu dan hasil olahnya

Susu ibu hamil dan menyusui

Advertorial. Minumlah 3 gelas sehari Lactamil Menyusui yang mengandung Sari Daun Katuk untuk membantu melancarkan produksi ASI Ibu

7. Jem dan sejenisnya Agar-Agar

Minum air agar hangat saat menutup sahur dan berbuka puasa, membantu menyamankan keadaan perut dan puasa lancar tanpa masalah. Sehat Berserat Kaya Manfaat. Advertorial. Agar-agar dengan kandungan seratnya yang tinggi bermanfaat untuk memperbaiki kerja usus.

8. Minuman sereal Sereal

Advertorial. Sehat Tapi Tetap Nikmat. Kandungan nutrisi energen oatmilk. Terbuat dari oats alami yang dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dalam darah, sumber energi, serta membantu pencernaan. Buah asli dengan semua kebaikannya:strawberry, blueberry

Page 46: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

29

4.5.4. Kategori pelanggaran IV : Mendiskreditkan atau merendahkan baik

secara langsung maupun tidak langsung pangan lain.

Kategori pangan yang melakukan pelanggaran terhadap kategori

pelanggaran mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun

tidak langsung pangan lain yaitu kategori pangan coklat, kopi dan teh (40%),

makanan bayi dan anak (40%) serta minuman ringan (20%) (Tabel 12).

Tabel 12. Contoh pelanggaran yang mendiskreditkan atau merendahkan baik

secara langsung maupun tidak langsung pangan lain. No. Kategori

pangan Jenis pangan Narasi pada iklan

1 Minuman ringan

Minuman fermentasi

Hanya X Multi Probiotic ABC

2 Coklat, kopi, teh

Teh celup Pasti! Bandingkan saja dgn t e h serbuk yg biasa anda minum. Biasanya t e h serbuk meninggalkan ampas.

3 Makanan bayi dan anak

Susu Pertumbuhan

Cek labelnya Lihat Bedanya. ….Nutrisi unggulan ditunjukkan melalui icon Perisai yang mendukung perlindungan optimal melalui : Lactobacillus PROTECTUS : kombinasi 2 jenis probiotik paten milik Nestle yaitu Lactobacillus paracasei dan Bifidobac

4.5.5. Kategori pelanggaran V : Mencantumkan Logo/Pernyataan

Kategori pelanggaran mencantumkan logo/pernyataan diuraikan dalam sub-

kategori pelanggaran, yaitu mencantumkan pernyataan seseorang (testimoni) yang

menyatakan bahwa pangan berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit/berindikasi

sebagai obat, memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium,

nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan

mengeluarkan sertifikat terhadap pangan serta mencantumkan logo halal bukan

pada label. Sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan logo/

pernyataan dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Sebaran pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan logo/ pernyataan.

Sub kategori pelanggaran Jumlah %

1. Mencantumkan pernyataan seseorang/ testimoni yang menyatakan bahwa pangan berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit/ berindikasi sebagai obat.

24 35,29%

Page 47: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

30

Sub kategori pelanggaran Jumlah % 2. Memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar

laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan.

17 25%

3. Mencantumkan logo halal bukan pada label. 27 39,71%

Dari Tabel 13 di atas terlihat bahwa pelanggaran mencantumkan pernyataan

seseorang/testimoni yang menyatakan bahwa pangan berkhasiat dan dapat

menyembuhkan penyakit/berindikasi sebagai obat adalah 35,29%, yang memuat

pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas

lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat

terhadap pangan adalah 25%, dan mencantumkan logo halal bukan pada label

adalah 39,71%. Kategori pangan yang melakukan pelanggaran mencantumkan

pernyataan seseorang/testimoni yang menyatakan bahwa pangan berkhasiat dapat

menyembuhkan penyakit/berindikasi sebagai obat adalah minuman serbuk

(87,5%) serta minuman ringan (4,41%).

Tabel 14. Contoh pelanggaran yang mencantumkan pernyataan seseorang/

testimoni No Kategori pangan Jenis pangan Narasi dalam iklan 1. Minuman serbuk Kedelai bubuk Testimoni pangan berkhasiat sebagai

obat 2. Minuman ringan Minuman

fermentasi Mencantumkan testimoni yang berhubungan dengan kesehatan

Kategori pangan yang melakukan pelanggaran memuat pernyataan dan atau

menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk

lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan

yaitu jem dan sejenisnya (5,88%), makanan bayi dan anak (35,29%), minuman

ringan (5,88%), minyak dan lemak (35,29%), susu dan hasil olahnya (11,76%)

serta tepung dan hasil olahnya (5,88%) (Tabel 15).

Page 48: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

31

Tabel 15. Contoh pelanggaran yang mencantumkan pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan

No Kategori pangan Jenis pangan Narasi dalam iklan

1. Susu dan hasil olahnya

Susu ibu hamil dan menyusui

Berikan nutrisi terbaik sejak masa hamil hingga menyusui.X telah dipercaya oleh Ibu Indonesia sebagai nutrisi ibu hamil sehingga memperoleh Golden Brand,Indonesia Best Brand Award. 6 dari 10 Ibu memilih X.6 dari 10 ibu hamil dan menyusui, me

2. Makanan bayi dan anak

Makanan bayi

Logo Indonesia Best Brand Award 2008. 6 dari 10 Ibu memilih X. Biskuit lanjutan bertekstur dan kaya gizi untuk merangsang dan membantu pertumbuhan gigi dan tulang. Bubur bayi bebas protein susu sapi dan gluten untuk menghindari gejala alergi.

3. Minyak dan lemak Minyak Goreng

Y minyak goreng 2x penyaringan sayangi jantung. Sayangi Jantung Anda. Logo "world of Mouth Marketing"

4. Minuman ringan Minuman ringan Logo 'Indonesia Best Brand Award'

5. Tepung dan hasil olahnya

Makanan Ringan Mengandung vitamin A, B1, B2, B6, B12. Ahh Kejunya! Logo Superbrands.

6. Jem dan sejenisnya Agar-agar

Segarkan hari Anda dengan Jus Buah dengan Agar-agar. Agar-agar serat makanan dari Rumput laut. Logo superbrands, SWA-MARS, Halal.

Kategori pangan yang melakukan pelanggaran mencantumkan logo halal bukan pada label, yaitu bumbu dan minyak (29.63%), daging dan hasil olahnya (18,52%), jem dan sejenisnya (11,11%), makanan bayi dan anak (14,82%), susu dan hasil olahnya (11,11%), tepung dan hasil olahnya (7,41%), minuman ringan (3,70%), serta minyak dan lemak (3,70%) (Tabel 16).Tabel 16. Contoh pelanggaran yang mencantumkan logo halal bukan pada label.

No Kategori pangan Jenis pangan Narasi dalam iklan

1. Bumbu dan rempah Tepung bumbu

Pencantuman logo halal bukan pada label produk. Kesempurnaan tepung bumbu. Renyahnya , pedasnya sempurna.

2. Bumbu dan rempah Kecap

Nikmatnya Ramadhan Begitu Kental di Hati..Saat Bedug Tanda Berbuka Bertalu.. Saatnya meraih manisnya kemenangan..Gak bisa makan tanpa kecap sedaap. Tulisan "Halal" di luar label.

Page 49: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

32

3. Bumbu dan rempah Kecap Tulisan "Halal" di luar label.

4. Bumbu dan rempah

Tepung Bumbu

Renyah pedasnya sempurna! Kesempurnaan Tepung Bunbu. Tulisan "Halal" di luar label.

5. Bumbu dan rempah Bumbu masak Cup..cup..cup Cap Mangkok Merah. Logo

halal di luar label.

4.6. Sebaran Kategori Pelanggaran Pada Setiap Kategori Pangan

Berikut ini adalah hasil analisa terhadap jenis kategori pelanggaran untuk

setiap kategori pangan.

4.6.1. Kategori pangan coklat, kopi dan t e h

Kategori pelanggaran pada kategori coklat, kopi dan t e h dapat dilihat pada

Tabel 17. Pelanggaran pada kategori coklat, kopi dan teh 80% mengiklankan

pangan dengan mendiskreditkan produk lain, yaitu jenis pangan teh yang

membandingkan nilai gizi antara produknya dengan produk lain.

Tabel 17. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori Coklat , kopi, teh. Kategori pangan Kategori pelanggaran %

Coklat, kopi dan teh

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan, yaitu mencantumkan kata murni

20

Mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain. 80

4.6.2. Kategori Kelapa dan Hasil Olahnya

Kategori pelanggaran pada kategori kelapa dan hasil olahnya dapat dilihat

pada Tabel 18. Pelanggaran pada kategori kelapa dan hasil olahnya (66,67%)

mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat

yang dilakukan oleh jenis pangan sari kelapa yaitu mengklaim bahwa sari kelapa

mengandung serat larut yang dapat menyehatkan saluran pencernaan dan

mencantumkan keterangan yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan

(33,33%).

Page 50: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

33

Tabel 18. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori kelapa dan hasil olahnya Kategori pangan Kategori pelanggaran %

Kelapa dan hasil olahnya

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan

33,33

Mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat 66,67

4.6.2. Kategori minyak dan lemak

Kategori pelanggaran pada kategori minyak dan lemak dapat dilihat pada

Tabel 19. Pelanggaran pada kategori minyak dan lemak 46,15% dilakukan oleh

jenis pangan minyak goreng karena mencantumkan logo lembaga yang

mengeluarkan sertifikat terhadap produk yang mempunyai nilai penjualan

terbesar, sedangkan 30,77% mencantumkan keterangan-keterangan lain yang

dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan

yang bersangkutan.

Tabel 19. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori minyak dan lemak

Kategori pangan Kategori pelanggaran %

Minyak dan lemak

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan

30,77

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan kata "aman","tidak berbahaya", "tidak mengandung risiko" atau "tidak ada efek samping" tanpa keterangan yang lengkap

7,69

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan karena mencantumkan teknologi pangan

7,69

Memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan.

46,15

Mencantumkan logo halal bukan pada label. 7,69

4.6.3. Kategori minuman serbuk

Kategori pelanggaran pada kategori minuman serbuk dapat dilihat pada

Tabel 20. Pelanggaran pada kategori minuman serbuk paling banyak dilakukan

Page 51: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

34

oleh kategori minuman serbuk jenis minuman serbuk bubuk kedelai sebesar 84%

yaitu mencantumkan pernyataan seseorang/testimoni yang menyatakan bahwa

pangan berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit/berindikasi sebagai obat.

Tabel 20. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori minuman serbuk Kategori pangan Kategori pelanggaran %

Minuman serbuk

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan keterangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah

8

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan karena mencantumkan tekonologi pangan

8

Mencantumkan pernyataan seseorang/testimoni yang menyatakan bahwa pangan berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit/berindikasi sebagai obat.

84

4.6.5. Kategori minuman ringan

Kategori pelanggaran pada kategori minuman ringan dapat dilihat pada

Tabel 21. Pelanggaan pada kategori minuman ringan dilakukan oleh jenis pangan

sirup. karena mencantumkan kata "murni" (31,48%), mencantumkan kata-kata,

gambar dan memberikan janji/jaminan (24,07%), mencantumkan keterangan-

keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan

pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan (18,52%), mencantumkan

kalimat "tanpa bahan pengawet" (12,96%). dilakukan oleh jenis pangan minuman

teh, karena dengan menggunakan proses tertentu untuk keawetan produk tersebut

tidak perlu ditambahan bahan pengawet.

Tabel 21. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori minuman ringan

Kategori pangan Kategori pelanggaran %

Minuman ringan

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan kata " jauh lebih ".

1,85

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan keterangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah

1,85

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan kata-kata, gambar dan memberikan janji/jaminan

24,07

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan 12,96

Page 52: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

35

Kategori pangan Kategori pelanggaran %

pangan karena Mencantumkan kalimat "tanpa bahan pengawet"Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan

18,52

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan karena mencantumkan kata "murni".

31.48

Mencantumkan pernyataan seseorang/testimoni yang menyatakan bahwa pangan berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit/berindikasi sebagai obat.

5,56

Memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan

1,85

Mencantumkan logo halal bukan pada label. 1,85

4.6.6. Kategori jem dan sejenisnya

Kategori pelanggaran pada kategori jem dan sejenisnya dapat dilihat pada

Tabel 22. Pelanggaan pada kategori jem dan sejenisnya dilakukan oleh jenis

pangan agar-agar yang mencantumkan kata higienis yang sudah merupakan

keharusan dalam proses produksi pangan (44,44%), mencantumkan logo halal

bukan pada label (33,33%), karena pangan tersebut sudah memperoleh

persetujuan pencantuman tulisan halal pada label

Tabel 22. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori jem dan sejenisnya

Kategori pangan Kategori pelanggaran %

Jem dan sejenisnya

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi,CPPB, dan lain-lain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi pangan

44,44

Mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat. 11,11

Memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan.

11,11

Mencantumkan logo halal bukan pada label. 33,3

Page 53: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

36

4.6.7. Kategori ikan dan hasil olahnya.

Kategori pelanggaran pada kategori ikan dan hasil olahnya dapat dilihat

pada Tabel 23. Pelanggaan pada kategori ikan dan hasil olahnya dilakukan oleh

jenis sarden dalam kaleng yang menyatakan bahwa setelah mengkonsumsi produk

tersebut menjadi sehat (37,5%).

Tabel 23. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori ikan dan hasil olahnya

Kategori pangan Kategori pelanggaran %

Ikan dan hasil olahnya

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan kata " sehat", "cerdas". "pintar" yang terkait dengan sebab dan akibat dari mengkonsumsi pangan yang diiklankan

37,5

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi,CPPB, dan lain-lain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi pangan

12,5

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan kalimat "tanpa bahan pengawet"

12,5

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan

37,5

4.6.8. Kategori gula, madu dan kembang gula

Kategori pelanggaran pada kategori gula, madu dan kembang gula dapat

dilihat pada Tabel 24. Pelanggaan pada kategori gula, madu dan kembang gula

dilakukan oleh jenis kembang gula yang memuat pernyataan bahwa pangan

tersebut dapat menekan jumlah bakteri penyebab gigi berlubang,

menyempurnakan proses kembalinya mineral gigi yang hilang.mencegah

terjadinya karies gigi sebanyak 100%.

Page 54: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

37

Tabel 24. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori gula, madu dan kembang gula.

Kategori pangan Kategori pelanggaran %

Gula, madu dan kembang gula

Mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat

100

4.6.9. Kategori daging dan hasil olahnya

Kategori pelanggaran pada kategori daging dan hasil olahnya dapat dilihat

pada Tabel 25. Pelanggaan pada kategori daging dan hasil olahnya dilakukan oleh

jenis kornet yang memuat logo/tulisan halal bukan pada label sebanyak 100%,

karena produk tersebut sudah memperoleh persetujuan pencantuman tulisan halal

pada label.

Tabel 25. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori daging dan hasil olahnya. Kategori pangan Kategori pelanggaran %

Daging dan hasil olah

Mencantumkan logo halal bukan pada label. 100

4.6.10. Kategori minuman sereal

Kategori pelanggaran pada kategori minuman sereal dapat dilihat pada

Tabel 26. Pelanggaan pada kategori daging dan hasil olahnya dilakukan oleh jenis

kornet yang memuat logo/tulisan halal bukan pada label sebanyak 100%, karena

produk tersebut sudah memperoleh persetujuan pencantuman tulisan halal pada

label.

Tabel 26. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori minuman sereal

Kategori pangan Kategori pelanggaran %

Minuman sereal

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan kata " sehat", "cerdas". "pintar" yang terkait dengan sebab dan akibat dari mengkonsumsi pangan yang diiklankan

33,33

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan

33,33

Mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat 33,33

Page 55: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

38

4.6.11. Kategori makanan diet

Kategori pelanggaran pada kategori makanan diet dapat dilihat pada Tabel

27. Pelanggaan pada kategori makanan diet khusus mengiklankan pangan tersebut

seolah-olah sebagai obat karena dengan mengkonsumsi pangan tersebut dapat

menurunkan kolesterol.

Tabel 27. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori makanan diet khusus

Kategori pangan Kategori pelanggaran %

Makanan diet khusus

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan kata-kata, gambar dan memberikan janji/jaminan

33,33

Mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat 66,67

4.6.12. Kategori tepung dan hasil olahnya

Kategori pelanggaran pada kategori tepung dan hasil olahnya dapat dilihat

pada Tabel 28. Pelanggaan pada kategori tepung dan hasil olahnya dilakukan oleh

jenis biskuit dan makanan ringan yang mencantumkan keterangan yang dapat

menyesatkan karena dengan menambahkan suatu zat gizi dapat menimbulkan

energi dengan segera serta memuat logo/tulisan halal bukan pada label.

Tabel 28. Sebaran kategori pelanggaran pada tepung dan hasil olahnya

Kategori pangan Kategori pelanggaran %

Tepung dan hasil olahnya

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan keterangan atau pernyataan bahwa pangan tersebut sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan.

14,29

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan

42,86

Memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan.

14,29

Mencantumkan logo halal bukan pada label. 28,57

Page 56: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

39

4.6.13. Kategori bumbu dan rempah

Kategori pelanggaran pada kategori bumbu dan rempah dapat dilihat pada

Tabel 29. Pelanggaan pada kategori bumbu dan rempah mencantumkan logo halal

bukan pada label sebanyak 100%.

Tabel 29. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori bumbu dan rempah Kategori pangan Kategori pelanggaran %

Bumbu dan rempah Mencantumkan logo halal bukan pada label. 100

4.6.14. Kategori susu dan hasil olahnya

Kategori pelanggaran pada kategori susu dan hasil olahnya dapat dilihat

pada Tabel 30. Pelanggaan pada kategori susu dan hasil olahnya dilakukan oleh

jenis susu ibu hamil dan menyusui yang mencantumkan keterangan perlu

pembuktian secara ilmiah yaitu dengan penambahan DHA.

Tabel 30. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori susu dan hasil olahnya. Kategori pangan Kategori pelanggaran %

Susu dan hasil olahnya

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan keterangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah

55,10

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan

26,53

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan karena mencantumkan kata "murni".

2,04

Mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat 6,12

Memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan.

4,08

Mencantumkan logo halal bukan pada label. 6,12

4.6.15. Kategori makanan bayi dan anak

Kategori pelanggaran pada kategori bayi dan anak dapat dilihat pada Tabel

31. Pelanggaan pada kategori makanan bayi dan anak dilakukan oleh jenis susu

Page 57: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

40

pertumbuhan yang mencantumkan keterangan perlu pembuktian secara ilmiah

yaitu dengan penambahan DHA.

Tabel 31. Sebaran kategori pelanggaran pada kategori makanan bayi dan anak Kategori pangan Kategori pelanggaran %

Makanan bayi dan anak

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesat-kan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan kata " jauh lebih ".

0,47

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesat-kan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan kata " sehat", "cerdas". "pintar" yang terkait dengan sebab dan akibat dari mengkonsumsi pangan yang diiklankan

2,35

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesat-kan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi,CPPB, dan lain-lain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi pangan

1,88

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesat-kan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena mencantumkan keterangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah

49,30

Mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesat-kan, berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan karena Mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan

40,38

Mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain. 0,94

Memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, terma-suk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan.

2,82

Mencantumkan logo halal bukan pada label. 1,88

.

Page 58: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

41

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh peta kesesuain klaim iklan

pangan pada beberapa media cetak selama periode Januari – Desember 2009

dengan peraturan perundang-undang yang berlaku. Pangan yang diiklankan

dikelompokkan menjadi 16 kategori pangan, yaitu coklat, kopi, teh (1,18%),

kelapa dan hasil olahnya (0,32%), minyak dan lemak (4,19%), minuman serbuk

(2,80%), minuman ringan (8,49%), jem dan sejenisnya (1,61%), air minum dalam

kemasan (1,72%), ikan dan hasil olahnya (1,08%), gula,madu dan kembang gula

(0,65%), daging dan hasil olahnya (0,86%), minuman sereal (1,29%), makanan

diet khusus (0,43%), tepung dan hasil olahnya (3,01%), bumbu dan rempah

(12,26%), susu dan hasil olahnya (14,41%) serta makanan bayi dan anak

(45,70%).

Berdasarkan hasil analisa dari 930 iklan yang diamati, maka diperoleh hasil

505 iklan (54,30%) memenuhi peraturan perundang-undangan dan 425 iklan

(45,70%) tidak memenuhi peraturan perundang-undangan.

Dari 425 iklan pangan yang tidak memenuhi ketentuan yang berlaku,

tersebar pada: kategori coklat,,kopi, teh (0,94%), kategori kelapa dan hasil

olahnya (0,71%), kategori minyak dan lemak (3,76%), kategori minuman serbuk

(5,88%), kategori minuman ringan (13,41%), kategori jem dan sejenisnya (2,12%)

kategori air minum dalam kemasan (0%), kategori ikan dan hasil olahnya

(1.88%), kategori gula,madu dan kembang gula (0,47%), kategori daging dan

hasil olahnya (1,18%), kategori minuman sereal (2,82%), kategori makanan diet

khusus (0,71%), kategori tepung dan hasil olahnya (1,88%), kategori bumbu dan

rempah(1,88%) , kategori susu dan hasil olahnya (11,76%) serta kategori makanan

bayi dan anak (50,59%).

Kategori pelanggaran yang paling mendominasi adalah iklan yang

mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan

gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan sebesar 72.86%, mencantumkan

logo/pernyataan (12.14%), mengiklankan pangan yang mengarah bahwa pangan

seolah-olah sebagai obat (5.71%), mencantumkan keterangan tidak benar dan

menyesatkan, berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan (5.24%)

Page 59: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

42

dan mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak

langsung pangan lain (4.05%).

Kategori pelanggaran pada kategori pangan yang banyak melakukan

pelanggaran yaitu kategori makanan bayi dan anak serta susu dan hasil olahnya

kategori pelanggarannya adalah mencantumkan keterangan tidak benar dan

menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan

karena mencantumkan keterangan-keterangan yang harus mendapatkan

pembuktian secara ilmiah, sedangkan untuk kategori minuman ringan kategori

pelanggarannya adalah mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan,

berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan karena mencantumkan

kata "murni".

Pelanggaran ini bisa terjadi karena ketidaktahuan produsen tentang

peraturan perundang-undangan iklan pangan atau belum adanya persepsi yang

sama dengan pemerintah terhadap iklan yang bersifat subyektif sehingga

menghasilkan penafsiran yang berbeda antara pemerintah dan konsumen. Untuk

mengantisipasi banyaknya pelanggaran iklan pangan yang mencantumkan

keterangan yang tidak benar dan menyesatkan, pemerintah dapat melakukan

sosialisasi. Untuk mengakomodir kreativitas dari pengiklan pangan tetapi masih

mematuhi peraturan perundang-undangan tentang iklan pangan pemerintah dalam

membuat suatu kebijakan agar memperhatikan (1) kepentingan/kepuasan

konsumen, (2) perlindungan masyarakat yaitu iklan sebagai sumber informasi,

informasi yang diberikan dalam iklan harus dapat dibuktikan kebenarannya dan

bersedia dituntut jika ternyata tidak sesuai dengan kenyataan dan

(3)pemasaran/bisnis.

5.2. Saran

1. Pengawasan iklan pangan perlu dilanjutkan pada media massa lainnya

terutama media elektronik untuk memperoleh gambaran yang utuh terhadap

kategori pelanggaran yang paling banyak terjadi. Hal ini berguna untuk

memperkuat fungsi pengawasan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun

konsumen serta edukasi terhadap konsumen itu sendiri.

Page 60: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

43

2. Melakukan pengawasan iklan secara pre market yaitu melakukan penilaian

terhadap iklan sebelum beredar/ditayangkan untuk menghindari terjadinya

pelanggaran. Disamping hal tersebut juga untuk mengurangi ketidakpedulian

produsen terhadap kepentingan konsumen serta kekurangtahuan dari pihak

produsen/pengiklan mengenai peraturan perundang-undangan tentang iklan

pangan.

3. Melakukan sosialisasi tentang peraturan perundang-undangan iklan pangan

kepada konsumen termasuk pengetahuan tentang hak mereka sebagai

pengguna produk yang diiklankan serta meningkat kesadaran , pengetahuan

dan pendidikan konsumen dalam mengkonsumsi pangan yang dihasilkan

produsen.

4. Pemerintah membuat aturan yang jelas terutama pada iklan yang memberikan

klaim subyektif, sehingga memberikan kesamaan persepsi dalam menilai suatu

iklan akibatnya penilaian lebih bersifat obyektif.

5. Pemerintah dalam hal ini Badan POM hendaknya melakukan pengawasan

yang lebih intensif dan menyeluruh.

6. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dalam pengawasan iklan

pangan.

Page 61: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

44

DAFTAR PUSTAKA

[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1994 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 386 tahun 1996 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga , Makanan dan Minuman, Jakarta

[Mensesneg RI] Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia. 1996. Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1996 tentang Pangan. Jakarta: Mensesneg.

[Mensesneg RI] Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia. 1999. Undang-

Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta: Mensesneg.

[Mensesneg RI] Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia. 2004. Peraturan

Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Jakarta: Mensesneg.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004a. Keputusan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 00.05.52.4321 tahun 2003 tentang Pedoman Umum Pelabelan Produk Pangan. Jakarta: BPOM.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2004b. Keputusan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 00.06.51.0475 tahun 2005 tentang Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi pada Label Pangan. Jakarta: BPOM.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2005. Keputusan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 00.05.1.52.0685 tahun 2005 tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional. Jakarta: BPOM.

[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2007. Keputusan Kepala Badan

Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK. 00.06.1.52.6635 tahun 2007 tentang Larangan Pencantuman Informasi Bebas Tambahan Pangan pada Label dan Iklan Pangan. Jakarta: BPOM.

[Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1998. Kumpulan

Peraturan Perundang-Undangan Bidang Makanan dan Minuman. Jakarta: Depkes RI.

Sukmaningsih,I. 1997 Iklan Pangan Kaitannya dengan Hak dan Perlindungan

Konsumen, Seminar Nasional Iklan Pangan dan Atisipasi Undang-Undang Nomor 7 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, Jakarta

Page 62: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

45

Sumarwan,Ujang. 2006. Peningkatan Kesejahteraan Melalui Pemenuhan Hak atas Informasi. Orasi Guru Besar Tetap Ilmu Perilaku Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Kurniawan,Hanif. 2008. Kajian Kesesuaian Iklan Produk Pangan di media massa

terhadap peraturan perundang-undangan : Studi kasus pada harian Kompas, Republika, Koran Tempo, Pikiran rakyat dan Radar Bogor periode Agustus – Nopember 2007, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Page 63: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

46

LAMPIRAN 1

FORM PENILAIAN IKLAN PANGAN

Nama produk : ……………………………………………….

Jenis produk : ………………………………………………..

(lihat kategori pangan )

Jenis media : Cetak/elektrobik/luar ruang

Nama media : ……………………………………………….

Tanggal terbit media : ………………………………………………..

No

Uraian

Ya

Tidak

Penilaian (MK/TMK)

Keterangan

I Iklan yang berkaitan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan

1 Apakah iklan pangan yang dicantumkan mencantumkan kata yang bermakna superlatif seperti "superlatif", "paling", "nomor satu", "top", awalan "ter". Apabila Ya, berarti

iklan tersebut TMK

2 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata " satu-satunya " jika telah ada produk pembandingnya. Apabila Ya, berarti

iklan tersebut TMK

3 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata "jauh lebih " Kata " jauh lebih " kecuali apabila dibandingkan dengan produknya sendiri dan pernyataan tersebut terukur serta bersifat objektif.

Apabila Ya, apakah dalam iklan tersebut disbanding kan dengan produknya sendiri atau pernyataan tersebut terukur atau bersifat obyektif. Apabila Ya, iklan tersebut MK

4 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata "Aman " Kata "aman", "tidak berbahaya", "tidak mengandung risiko" atau "tidak ada efek samping" tanpa keterangan yang lengkap.

Apabila Ya, apakah tanpa keterangan lengkap. Apabila Ya, iklan tersebut TMK

5 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan keterangan atau pernyataan bahwa pangan tersebut adalah sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan.

Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK

6 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata-kata higienis, sanitasi, Cara Produksi Pangan yang Baik dan hal-hal lain yang sudah merupakan keharusan dalam proses produksi.

Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK

Page 64: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

47

No

Uraian

Ya

Tidak

Penilaian (MK/TMK) Keterangan

7 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan keterangan-keterangan yang harus mendapatkan pembuktian secara ilmiah. Contoh : pencantuman DHA, gangliosida, lutein dll.

Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK kecuali apabila pembuktian itu dapat diper tanggung jawabkan

8 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata-kata, gambar dan janji-janji/jaminan.

Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK kecuali apabila pembuktian itu dapat dipertanggung jawabkan

9 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan klaim tanpa bahan tambahan pangan

Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK

10 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan bahwa sesuatu pangan dapat menyehatkan dan dapat memulihkan kesehatan.

Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK

11 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan keterangan-keterangan lain yang dapat menimbulkan gambaran yang menyesatkan pemahaman mengenai pangan yang bersangkutan

Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK

II Iklan Pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan, berkaitan dengan asal serta sifat bahan pangan

1 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan klaim " non-kolesterol"

Apabila Ya, iklan pangan tersebut TMK

2 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan gambar buah, sayuran, daging dan lainnya Gambar buah, sayuran, daging dan lainnya hanya boleh ditampilkan bila bahan tersebut merupakan bahan utama dalam ingredien pangan tersebut atau apabila berasal dari satu sumber Contoh : Gambar tomat dapat digunakan untuk mengiklankan pasta tomat. Gambar ikan sardin dapat digunakan untuk mengiklankan sardin kaleng.

Apabila Ya, apakah bahan tersebut merupakan bahan utama. Apabila Ya, iklan tersebut MK

3 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata "alami" ? Perkataan tersebut hanya boleh digunakan untuk bahan mentah, yang tidak dicampur dan tidak diproses atau produk yang diproses secara fisika tetapi tidak merubah sifat dan kandungannya.

Apabila Ya, apakah produk tersebut tidak dicampur atau diproses. Apabila Ya, iklan tersebut MK.

Page 65: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

48

No

Uraian

Ya

Tidak

Penilaian (MK/TMK) Keterangan

4 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata "Segar" Perkataan segar hanya boleh digunakan untuk pangan yang tidak diproses, berasal dari suatu bahan dan menggambarkan pangan yang belum mengalami penurunan mutu secara keseluruhan. Kata segar juga boleh digunakan dalam kalimat atau ilustrasi yang tidak terkait secara langsung dengan pangan. Contoh ; susu segar, daging segar, sayur segar Pemakaian kata segar dimaksudkan karena meminum minuman yang dingin.

5 Apakah iklan yang ditayanglan mencantumkan kata "murni" ? Kata murni hanya boleh digunakan untuk bahan atau produk yang tidak ditambahkan sesuatu apapun. Contoh : madu murni

Apabila Ya, apakah pada produk tersebut tidak ditambah kan sesuatu apapun. Apabila Ya, iklan pangan tersebut MK

6

Apakah iklan yang ditayangkan mencantumkan kata "Dibuat dari" Hanya boleh digunakan bila produk yang bersangkutan seluruhnya terdiri dari satu bahan Contoh : sari buah apel (dibuat dari buah apel)

Apabila Ya, apakah produk tersebut seluruhnya terdiri dari satu bahan. Apabila Ya, iklan pangan tersebut MK.

7 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan kata "dibuat dengan" atau "berisi" Bila produk terdiri dari beberapa bahan maka dapat diiklankan " dibuat dengan " atau " berisi ". Diikuti dengan nama bahan.

Page 66: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

49

No

Uraian

Ya

Tidak

Penilaian (MK/TMK)

Keterangan

8 Apakah iklan yang ditayangkan mencantumkan kata "100 % ? Kata 100 %, digunakan untuk produk pangan yang tidak ditambahkan/dicampur dengan bahan lain. Contoh ; 100 % terbuat dari buah apel (sari buah apel).

Apabila Ya, apakah produk tersebut tidak ditambah kan/ dicampur dengan bahan lain.

9 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan teknologi pangan Teknologi pangan tidak boleh diiklankan atau disangkut pautkan dengan iklan kecuali teknologi tersebut termasuk dalam kelompok jenis pangan dalam kategori pangan.

Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK

III Iklan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat

Apakah iklan pangan yang ditayangkanpangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat

Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK

IV Iklan pangan mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain.

Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan klaim yang melecehkan, mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tak langsung pangan lain.

Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK

V Iklan pangan yang mencantumkan logo/pernyataan

1 Apakah iklan pangan yang ditayangkan mencantumkan pernyataan seseorang/testimoni yang menyatakan bahwa pangan berkhasiat dapat menyembuhkan penyakit/berindikasi sebagai obat

Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK

Page 67: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan

50

No

Uraian

Ya

Tidak

Penilaian (MK/TMK)

Keterangan

2 Apakah iklan yang ditayangkan memuat pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisi dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan.

Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK

3 Apakah iklan yang ditayangkan mencantumkan logo halal bukan pada label.

Apabila Ya, berarti iklan tersebut TMK

Hasil penilaian : MK/TMK

(sebutkan kategori pelanggarannya)

Page 68: Kajian kesesuaian iklan produk pangan di media cetak ... · informasi tentang produk disampaikan secara berlebihan, melanggar etika periklanan, membingungkan konsumen, atau bahkan