KAJIAN KELAYAKAN INVESTASI REHABILITASI …/Kajian... · Studi kelayakan investasi berdasarkan 2...
Click here to load reader
Transcript of KAJIAN KELAYAKAN INVESTASI REHABILITASI …/Kajian... · Studi kelayakan investasi berdasarkan 2...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KAJIAN KELAYAKAN INVESTASI REHABILITASI GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNS SURAKARTA
FEASIBILITY STUDY ON INVESTMENT REHABILITATION OF STUDENTS DORMITORY UNS SURAKARTA BUILDINGS
T E S I S
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Magister Teknik
Disusun oleh:
MEILANDY PURWANDITO S 9 4 1 0 0 8 0 1 3
M A G I S T E R T E K N I K S I P I L K O N S E N T R A S I
TEKNIK REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SIPIL P R O G R A M P A S C A S A R J A N A
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2 0 1 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
T E S I S
KAJIAN KELAYAKAN INVESTASI REHABILITASI GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNS SURAKARTA
D isusun oleh: MEILANDY PURWANDITO
S 9 4 1 0 0 8 0 1 3
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Tim Pembimbing:
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing I Kusno Adi Sambowo, ST, Ph.D. ........................... .................. NIP. 196910261995031002 Pembimbing II S.A. Kristiawan, ST, M.Sc, Ph.D ........................... .................. NIP. 196905011995121001
Mengetahui:
Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS NIP. 194804221985032001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
KAJIAN KELAYAKAN INVESTASI REHABILITASI GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNS SURAKARTA
Disusun oleh: MEILANDY PURWANDITO
S 9 4 1 0 0 8 0 1 3
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Tesis
Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta
pada hari Kamis, tanggal 26 Januari 2012
Dewan Penguji:
Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua Ir. Ary Setyawan, M.Sc(Eng), Ph.D. ................................ NIP. 196612041995121001 Sekretaris Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS ................................ NIP. 194804221985032001 Penguji I Kusno Adi Sambowo, ST, Ph.D. ................................ NIP. 196910261995031002 Penguji II S.A. Kristiawan, ST, M.Sc, Ph.D ................................ NIP. 196905011995121001
Mengetahui: Direktur Program Ketua Program Studi Pascasarjana Magister Teknik Sipil Prof. Dr. Ir. Ahmad Yusuf, M.S Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS NIP. 196107171986011001 NIP. 194804221985032001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Meilandy Purwandito NIM : S941008013
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul:
KAJIAN KELAYAKAN INVESTASI REHABILITASI GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UNS SURAKARTA
adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, tertulis dalam tesis
tersebut, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari gelar tersebut.
Surakarta, 26 Januari 2012 Yang membuat pernyataan Meilandy Purwandito
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Syukur Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan
judul Kajian Kelayakan Investasi Rehabilitasi Gedung Asrama Mahasiswa UNS
Surakarta dapat diselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia Wilayah II Semarang, Kementerian
Pekerjaan Umum yang telah membantu kelancaran beasiswa pendidikan kepada
penulis.
4. Walikota Langsa melalui Badan Kepegawaian Daerah Pemerintah Kota Langsa,
dan Dinas Pekerjaan Umum Kota Langsa yang telah memberikan ijin Tugas
Belajar kepada penulis.
5. Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS, selaku Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil
Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Pembimbing Akademis.
6. Ir. Ary Setyawan, M.Sc.(Eng), Ph.D, selaku Sekertaris Program Studi Magister
Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Kusno Adi Sambowo, ST, Ph.D, selaku Pembimbing Utama.
8. S.A. Kristiawan, ST, M.Sc, Ph.D, selaku Pembimbing Pendamping.
9. Segenap Dosen, Staf Pengajar dan Staf Administrasi Program Studi Magister
Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak membantu
penulis selama kegiatan perkuliahan.
10. Kedua orangtuaku Suradi YS dan Sri Mulyati, Istriku tercinta, Intan Yuliani, dan
kedua anakku tersayang, Purwanditya Cahyani dan Shafira Aninditya yang terus
memberikan do a, semangat dan dukungan baik moril maupun materiil dalam
menyelesaikan pendidikan ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
11. Rekan-rekan Mahasiswa Magister Teknik Rehabilitasi dan Pemeliharaan
Bangunan Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2010, yang
selama ini memberikan masukan, bantuan dan dorongan.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan perkuliahan
dan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga tesis ini dapat memberi sumbangan ilmiah bagi civitas akademika,
praktisi di bidang bangunan gedung, dan bermanfaat bagi masyarakat luas pada
umumnya. Atas bantuan yang telah Bapak/Ibu berikan mendapat balasan yang
setimpal dari Allah S.W.T. Amiin.
Surakarta, 26 Januari 2012 Penulis, Meilandy Purwandito
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
Komplek Asrama Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta memiliki 4 (empat) unit Bangunan Gedung yang sudah tidak dipergunakan sejak tahun 2008. Bangunan tersebut adalah Gedung A, Gedung B, Gedung C, dan Gedung D. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Keandalan Bangunan Gedung eksisting, evaluasi struktur bangunan terhadap gempa rencana, rencana rehabilitasi guna mengembalikan fungsinya, dan studi kelayakan investasinya.
Metode yang digunakan untuk mengevaluasi Keandalan Bangunan Gedung eksisting menggunakan software Keandalan Bangunan yang dimodifikasi untuk Rusunawa. Evaluasi struktur bangunan terhadap gempa rencana berdasarkan analisis kinerja batas layan dan kinerja batas ultimit. Rencana rehabilitasi bangunan berdasarkan aspek struktural, arsitektural dan utilitas. Studi kelayakan investasi berdasarkan 2 kategori, yaitu analisis biaya rehabilitasi dan analisis ekonomi. Analisis biaya rehabilitasi berdasarkan rasio biaya rehabilitasi dan biaya pembangunan gedung baru. Analisis ekonomi berdasarkan rasio manfaat dan biaya, selisih manfaat dan biaya, tingkat pengembalian internal dan titik impas. Analisis ekonomi dilakukan dengan cara mensimulasikan variabel harga sewa kamar dan tingkat hunian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Keandalan Bangunan Gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta adalah tidak andal. Struktur bangunan aman terhadap kinerja batas layan dan kinerja batas ultimit. Total biaya konstruksi rehabilitasi (struktur, arsitektur dan utilitas) adalah sebesar Rp. 4.106.500.000, sedangkan biaya pembangunan Gedung baru adalah sebesar Rp. 17.526.500.000. Rasio biaya rehabilitasi dan biaya pembangunan Gedung baru adalah sebesar 23,43%, maka investasi dinilai layak secara biaya. Simulasi dilakukan pada masing-masing skenario dengan merubah variabel harga sewa dan variabel tingkat hunian. Skenario 1 dinilai layak jika tingkat hunian minimum sebesar 74%. Skenario 2 dinilai layak jika tingkat hunian minimum sebesar 98%. Skenario 3 dinilai layak jika tingkat hunian minimum sebesar 65%. Skenario 4 dinilai layak jika tingkat hunian minimum sebesar 87%.
Kata Kunci: bangunan gedung, rehabilitasi, kelayakan investasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
The students dormitory of Sebelas Maret University (UNS) Surakarta complex has 4 (four) units buildings that has not been used since 2008. They are building A, building B, building C and building D. The purpose of this study was to know the existing buildings reliability, evaluate the buildings structure against earthquake plan, rehabilitation plan to restore its function, and feasibility study of invesment.
The method that used to evaluate buildings realiability is using buildings realiability software that modified for Rusunawa. Assessment the buildings structure against earthquake plan based on analysis of the serviceability limit performance and the ultimate limit performance. The rehabilitation plan based on structure, architecture and utilities aspects. Feasibility study of investment based on two categories, i.e rehabilitation cost analysis and economic analysis. The rehabilitation cost analysis based on ratio of rehabilitation cost and new buildings construction cost. The economic analysis based on Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), and Break Event Point (BEP). The economic analysis conducted by simulating the variables of room rents and occupancy levels.
The results of research show that the buildings reliability of Student Dormitory UNS Surakarta is not reliable. All of the buildings are safe from the serviceability limit performance and the ultimate limit performance. The rehabilitation cost of structure, architecture, and utilities is Rp. 4.106.500.000, while the new building construction cost is Rp. 17.526.500.000. Ratio of rehabilitation cost and new building construction cost is 23,43%, so the investment is feasible to do. Simulations performed on each scenario determination of rental rates and occupancy levels. First scenario is feasible if a minimum occupancy level is 74%. Second scenario is feasible if its minimum occupancy level is 98%. Third scenario is feasible if a minimum occupancy level is 65%. Fourth scenario is feasible if a minimum occupancy level is 87%.
Keywords: buildings, rehabilitation, feasibility studi of invesment.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul
Kajian Kelayakan Investasi Rehabilitasi Gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta.
Tesis ini sebagai salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan Program
Pascasarjana pada bidang keahlian Teknik Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tesis ini mengangkat permasalahan tentang kelayakan investasi bangunan
gedung yang tidak dipergunakan lagi, khususnya pada gedung Asrama Mahasiswa
UNS Surakarta serta pemenuhan harga sewa optimum yang menguntungkan akibat
rehabilitasi yang dilakukan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih jauh dari
kesempurnaan, tetapi penulis berharap bahwa tesis ini dapat bermanfaat dan mampu
menambah khasanah keilmuan.
Surakarta, 26 Januari 2012 Penulis, Meilandy Purwandito
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................................. iv
UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ................................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xviii
DAFTAR NOTASI ................................................................................................... xxi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xxiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 3 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4 1.5 Batasan Masalah .............................................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ................................ 6
2.1 Studi Pustaka .................................................................................................... 6 2.2 Landasan Teori ................................................................................................. 9
2.2.1 Kerusakan Bangunan Gedung ............................................................... 9
2.2.2 Struktur Bangunan Gedung ................................................................. 12
2.2.3 Pengujian Kuat Tekan Beton .............................................................. 13
2.2.4 Pemodelan Struktur Bangunan Gedung .............................................. 15
2.2.4.1 Beban Mati ............................................................................ 15 2.2.4.2 Beban Hidup ......................................................................... 15 2.2.4.3 Beban Angin ......................................................................... 16 2.2.4.4 Beban Gempa ........................................................................ 17 2.2.4.5 Kombinasi Beban .................................................................. 20
2.2.5 Evaluasi Struktur Bangunan Gedung .................................................. 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2.2.5.1 Kinerja Batas Layan .............................................................. 21 2.2.5.2 Kinerja Batas Ultimit ............................................................ 21 2.2.5.3 Metode perbaikan dan Perkuatan Struktur ............................ 22
2.2.6 Arsitektur Bangunan Gedung .............................................................. 23
2.2.7 Utilitas Bangunan Gedung .................................................................. 23
2.2.7.1 Plambing ............................................................................... 23 2.2.7.2 Elektrikal ............................................................................... 25 2.2.7.3 Sistem Tata Udara (Air Conditoning) ................................... 27 2.2.7.4 Sistem Pemadam Kebakaran ................................................. 27 2.2.7.5 Sistem Proteksi Petir ............................................................. 28
2.2.8 Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung ................................ 28
2.2.9 Biaya ................................................................................................... 28
2.2.9.1 Biaya Modal (Capital Cost) .................................................. 29 2.2.9.2 Biaya Tahunan (Annual Cost) ............................................... 29
2.2.10 Angsuran Pinjaman ............................................................................. 29
2.2.11 Analisis Kelayakan Investasi .............................................................. 30
2.2.11.1 Rasio Manfaat dan Biaya ...................................................... 30 2.2.11.2 Selisih Manfaat dan Biaya .................................................... 31 2.2.11.3 Tingkat Pengembalian Internal ............................................. 31 2.2.11.4 Titik Impas ............................................................................ 32
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 33
3.1 Lokasi Penelitian ............................................................................................ 33 3.2 Alat yang digunakan dalam Penelitian ........................................................... 35 3.3 Pengumpulan Data ......................................................................................... 36 3.4 Analisis Data .................................................................................................. 36
3.4.1 Analisis Kondisi Eksisting Bangunan Gedung ................................... 36
3.4.2 Analisis Biaya Rehabilitasi Bangunan Gedung .................................. 37
3.4.2.1 Analisis Biaya Rehabilitasi Struktural .................................. 37 3.4.2.2 Analisis Biaya Rehabilitasi Arsitektural ............................... 38 3.4.2.3 Analisis Biaya Rehabilitasi Utilitas ...................................... 39
3.4.3 Analisis Kelayakan Biaya Rehabilitasi ............................................... 40
3.4.4 Analisis Aliran Kas Masuk/Manfaat ................................................... 40
3.4.5 Analisis Aliran Kas Keluar/Biaya ....................................................... 40
3.4.6 Simulasi dan Penentuan Skenario ....................................................... 41
3.4.7 Analisis Ekonomi ................................................................................ 41
3.5 Bagan Alir Penelitian ..................................................................................... 42 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN .............................................. 45
4.1 Data dan Kondisi Bangunan Gedung ............................................................. 45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
4.1.1 Data Umum ......................................................................................... 45
4.1.2 Kondisi Struktural ............................................................................... 48
4.1.3 Kondisi Arsitektural ............................................................................ 51
4.1.4 Kondisi Utilitas ................................................................................... 54
4.1.5 Keandalan Bangunan Gedung Eksisting ............................................. 56
4.2 Analisis Struktur Bangunan Gedung.............................................................. 59
4.2.1 Pemodelan dan Analisis Struktur Atap ............................................... 59
4.2.1.1 Data Teknis Kuda-kuda ........................................................ 59 4.2.1.2 Beban-beban pada Kuda-kuda .............................................. 60 4.2.1.3 Kombinasi Pembebanan ........................................................ 62 4.2.1.4 Pemodelan dan Analisis Struktur Kuda-kuda ....................... 63
4.2.2 Pemodelan Struktur Bangunan Gedung .............................................. 65
4.2.2.1 Hasil pengujian dengan Scmidt Rebound Hammer ............... 65 4.2.2.2 Data Teknis Bangunan Gedung ............................................ 66 4.2.2.3 Pembeban pada Bangunan Gedung....................................... 68 4.2.2.4 Kombinasi Beban pada Bangunan Gedung .......................... 71 4.2.2.5 Pemodelan Struktur dengan SAP2000 .................................. 72
4.2.3 Analisis Struktur Bangunan Gedung ................................................... 75
4.2.3.1 Analisis Kinerja Batas Layan ................................................ 75 4.2.3.2 Analisis Kinerja Batas Ultimit .............................................. 78
4.3 Rehabilitasi Bangunan Gedung ...................................................................... 81
4.3.1 Rehabilitasi Struktural ......................................................................... 81
4.3.2 Rehabilitasi Arsitektural ...................................................................... 82
4.3.3 Rehabilitasi Utilitas ............................................................................. 85
4.3.3.1 Kebutuhan Instalasi Air Bersih ............................................. 85 4.3.3.2 Kebutuhan Instalasi Air Kotoran, Air Bekas dan Air
Hujan ..................................................................................... 86 4.3.3.3 Kebutuhan Tata Udara .......................................................... 87 4.3.3.4 Kebutuhan Instalasi Listrik ................................................... 88 4.3.3.5 Kebutuhan Instalasi Penangkal Petir ..................................... 91 4.3.3.6 Kebutuhan Instalasi Pemadam Kebakaran ............................ 91
4.4 Analisis Kelayakan Biaya Rehabilitasi Bangunan ......................................... 92
4.4.1 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rehabilitasi .................................... 92
4.4.2 Kelayakan Biaya Rehabilitasi ............................................................. 96
4.5 Simulasi Kelayakan Investasi ........................................................................ 99
4.5.1 Penentuan Skenario ............................................................................. 99
4.5.2 Pemodelan Simulasi Kelayakan Investasi ......................................... 102
4.5.3 Biaya Modal (Skenario 3) ................................................................. 102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
4.5.4 Analisis Manfaat/Pemasukan (Skenario 3 dengan Tingkat Hunian 70%) ..................................................................................... 104
4.5.5 Analisis Biaya Pengeluaran (Skenario 3 dengan Tingkat Hunian 70%) ..................................................................................... 106
4.5.5.1 Analisis Angsuran Pinjaman ............................................... 106 4.5.5.2 Analisis Biaya Pengeluaran (Air Bersih) ............................ 108 4.5.5.3 Analisis Biaya Pengeluaran (Listrik) .................................. 111 4.5.5.4 Analisis Biaya Pengeluaran (Gaji Personil Pengelola) ....... 113 4.5.5.5 Analisis Biaya Pengeluaran (Pengadaan Baru di tahun
ke-5) .................................................................................... 115 4.5.5.6 Analisis Total Biaya Pengeluaran ....................................... 120
4.5.6 Analisis Depresiasi pada Skenario 3 ................................................. 121
4.5.7 Analisis Pajak Penghasilan (Skenario 3 dengan Tingkat Hunian 70%) ..................................................................................... 123
4.5.8 Analisis Kelayakan Investasi (Skenario 3 dengan Tingkat Hunian 70%) ..................................................................................... 123
4.5.8.1 Rasio Manfaat dan Biaya (BCR) ........................................ 124 4.5.8.2 Analisis Selisih Manfaat dan Biaya (NPV) ......................... 126 4.5.8.3 Analisis Tingkat Pengembalian Internal (IRR) ................... 127 4.5.8.4 Titik Impas (BEP) ............................................................... 128
4.6 Analisis Kelayakan Investasi ....................................................................... 129
4.6.1 Analisis Kelayakan Investasi pada masing-masing Simulasi ........... 129
4.6.2 Rasio Manfaat dan Biaya (BCR) pada Simulasi Skenario 1, 2, 3 dan 4 ............................................................................................... 131
4.6.3 Selisih Manfaat dan Biaya (NPV) pada Simulasi Skenario 1, 2, 3 dan 4 ............................................................................................... 132
4.6.4 Tingkat Pengembalian Internal (IRR) pada Simulasi Skenario 1, 2, 3 dan 4 ....................................................................................... 134
4.6.5 Titik Impas (BEP) pada Simulasi Skenario 1, 2, 3 dan 4 .................. 135
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 136
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 136 5.2 Saran............................................................................................................. 137
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 138
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Koefisien lantai bangunan terhadap harga satuan tertinggi bangunan gedung negara (Permen PU no. 45/PRT/M/2007) ................................... 11
Tabel 2.2 Faktor keutamaan (I) untuk berbagai kategori gedung dan bangunan (SNI 03-1726-2002) ................................................................................. 19
Tabel 2.3 Faktor redusi gempa (R) pada sistem rangka pemikul momen (SNI 03-1726-2002) .......................................................................................... 20
Tabel 2.4 Konsumsi air bersih berdasarkan kategori kota (kimpraswil, 2003) ....... 24
Tabel 2.5 Daya buang rata-rata perlengkapan saniter (Hartono Poerbo, 1992) ....... 24
Tabel 2.6 Debit maksimum pipa penyalur (Hartono Poerbo, 1992) ........................ 24
Tabel 2.7 Pipa pembuang air hujan berdasarkan luasan atap (Hartono Poerbo, 1992) ........................................................................................................ 24
Tabel 2.8 Luminasi berdasarkan jenis lampu (Hartono Poerbo, 1992) ................... 26
Tabel 2.9 Kebutuhan luminasi berdasarkan tipe ruangan (Hartono Poerbo, 1992) ........................................................................................................ 26
Tabel 2.10 Kemampuan kabel instalasi dalam menghantar arus listrik (Hartono Poerbo, 1992) ........................................................................................... 27
Tabel 2.11 Beban pendingin untuk berbagai fungsi bangunan (Jimmy, 2005) ......... 27
Tabel 4.1 Hasil penilaian Keandalan Bangunan berdasarkan aspek arsitektural ..... 57
Tabel 4.2 Hasil penilaian Keandalan Bangunan berdasarkan aspek struktural ....... 58
Tabel 4.3 Hasil penilaian Keandalan Bangunan berdasarkan aspek utilitas ............ 58
Tabel 4.4 Rekapitulasi penilaian Keandalan Bangunan ........................................... 59
Tabel 4.5 Reaksi perletakan kuda-kuda ................................................................... 65
Tabel 4.6 Hasil pengujian kuat desak beton rata-rata masing-masing bangunan .... 66
Tabel 4.7 Dimensi kolom struktur ........................................................................... 67
Tabel 4.8 Dimensi balok btruktur ............................................................................ 67
Tabel 4.9 Dimensi plat struktur ................................................................................ 67
Tabel 4.10 Elevasi bangunan ..................................................................................... 68
Tabel 4.11 Pembebanan pada komponen strutkur bangunan Gedung A,B,C,D. ....... 71
Tabel 4.12 Kinerja batas layan arah sumbu x ............................................................ 76
Tabel 4.13 Kinerja batas layan arah sumbu y ............................................................ 77
Tabel 4.14 Perhitungan faktor pengali ( ) pada masing-masing Gedung .................. 79
Tabel 4.15 Kinerja batas ultimit arah sumbu x .......................................................... 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Tabel 4.16 Kinerja batas ultimit arah sumbu y .......................................................... 80
Tabel 4.17 Penanganan rehabilitasi struktural berdasarkan jenis komponennya ....... 82
Tabel 4.18 Penanganan rehabilitasi struktural berdasarkan jenis komponennya ....... 84
Tabel 4.19 Kebutuhan daya listrik pada saat beban puncak ...................................... 89
Tabel 4.20 Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya (RAB) rehabilitasi gedung ........ 94
Tabel 4.21 Rekapitulasi estimasi biaya pembangunan gedung baru ......................... 96
Tabel 4.22 Perbandingan biaya rehabilitasi dengan biaya pembangunan gedung baru .......................................................................................................... 98
Tabel 4.23 Skenario simulasi kelayakan investasi ................................................... 100
Tabel 4.24 Perhitungan biaya modal pada skenario 3 ............................................. 103
Tabel 4.25 Estimasi pemasukan sewa kamar per-tahun pada Gedung A (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) ............................................... 104
Tabel 4.26 Estimasi pemasukan sewa kamar per-tahun pada Gedung B (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) ............................................................... 104
Tabel 4.27 Estimasi pemasukan sewa kamar per-tahun pada Gedung C (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) ............................................................... 105
Tabel 4.28 Estimasi pemasukan sewa kamar per-tahun pada Gedung D (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) ............................................... 105
Tabel 4.29 Rekapitulasi estimasi pemasukan sewa kamar per-tahun (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) .................................................................. 106
Tabel 4.30 Daftar suku bunga kredit Bank tahun 2011 (www.finance.detik.com) .. 107
Tabel 4.31 Perhitungan angsuran untuk biaya modal pada skenario 3 .................... 108
Tabel 4.32 Estimasi pengeluaran per-tahun untuk penggunaan air PDAM pada Gedung A (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) .............................. 108
Tabel 4.33 Estimasi pengeluaran per-tahun untuk penggunaan air PDAM pada Gedung B (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) .............................. 109
Tabel 4.34 Estimasi pengeluaran per-tahun untuk penggunaan air PDAM pada Gedung C (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) .............................. 109
Tabel 4.35 Estimasi pengeluaran per-tahun untuk penggunaan air PDAM pada Gedung D (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) .............................. 109
Tabel 4.36 Rekapitulasi estimasi pengeluaran per-tahun untuk penggunaan air PDAM (Skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) .................................. 110
Tabel 4.37 Estimasi pengeluaran per-tahun untuk penggunaan listrik pada Gedung A (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) .............................. 111
Tabel 4.38 Estimasi pengeluaran per-tahun untuk penggunaan listrik pada Gedung B (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) .............................. 111
Tabel 4.39 Estimasi pengeluaran per-tahun untuk penggunaan listrik pada Gedung C (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) .............................. 112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Tabel 4.40 Estimasi pengeluaran per-tahun untuk penggunaan listrik pada Gedung D (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) .............................. 112
Tabel 4.41 Rekapitulasi estimasi pengeluaran per-tahun untuk penggunaan listrik (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) ..................................... 113
Tabel 4.42 Banyak personil dan kenaikan gaji 10% per-tahun (skenario 3 tingkat hunian 70%) ........................................................................................... 113
Tabel 4.43 Estimasi pengeluaran per-tahun untuk gaji pegawai (skenario 3 tingkat hunian 70%) ............................................................................... 114
Tabel 4.44 Estimasi biaya pengeluaran pengadaan AC baru per-tahun (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) ............................................................... 115
Tabel 4.45 Estimasi biaya pengeluaran pengadaan tempat tidur dan kasur baru per-tahun (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) ............................... 116
Tabel 4.46 Estimasi biaya pengeluaran pengadaan meja belajar dan kursi baru per-tahun (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) ............................... 117
Tabel 4.47 Estimasi biaya pengeluaran pengadaan lemari baru per-tahun (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) ............................................... 118
Tabel 4.48 Estimasi biaya pengeluaran pengadaan gorden baru pada tahun ke-5 (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) ............................................... 119
Tabel 4.49 Rekapitulasi biaya estimasi pengeluaran pengadaan baru pada tahun ke-5 (Skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) ....................................... 119
Tabel 4.50 Rekapitulasi biaya pengeluaran (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) ....................................................................................................... 120
Tabel 4.51 Depresiasi gedung (penyusutan 2% per-tahun) pada skenario 3 ........... 121
Tabel 4.52 Depresiasi perabotan (penyusutan 10% per-tahun) pada skenario 3 ..... 121
Tabel 4.53 Depresiasi AC (penyusutan 20% per-tahun) pada Skenario 3 ............... 122
Tabel 4.54 Rekapitulasi depresiasi pada skenario 3 ................................................ 122
Tabel 4.55 Perhitungan Pajak Penghasilan (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) ....................................................................................................... 123
Tabel 4.56 Rekapitulasi manfaat (benefit) dan biaya (cost) .................................... 124
Tabel 4.57 Perhitungan rasio manfaat dan biaya pada skenario 3 dengan tingkat hunian 70% ............................................................................................ 125
Tabel 4.58 Perhitungan selisih manfaat dan biaya pada skenario 3 dengan tingkat hunian 70% ................................................................................ 126
Tabel 4.59 Aliran kas masuk dan keluar per-tahun pada skenario 3 dengan tingkat hunian 70% ................................................................................ 127
Tabel 4.60 Perhitungan titik impas balik (skenario 3 dengan tingkat hunian 70%) ....................................................................................................... 129
Tabel 4.61 Rekapitualsi analisis kelayakan investasi pada simulasi skenario 1 ...... 130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Tabel 4.62 Rekapitualsi analisis kelayakan investasi pada simulasi skenario 2 ...... 130
Tabel 4.63 Rekapitulasi analisis kelayakan investasi pada simulasi skenario 3 ...... 130
Tabel 4.64 Rekapitulasi analisis kelayakan investasi pada simulasi skenario 4 ...... 131
Tabel 4.65 Rekapitulasi rasio manfaat dan biaya pada masing-masing simulasi .... 131
Tabel 4.66 Rekapitulasi selisih manfaat dan biaya pada masing-masing simulasi .. 133
Tabel 4.67 Rekapitulasi tingkat pengembalian internal pada masing-masing simulasi .................................................................................................. 134
Tabel 4.68 Rekapitulasi BEP pada masing-masing simulasi ................................... 135
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Tampak gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta pada saat masih dipergunakan (www.asrama-ceria.com) .................................................. 2
Gambar 1.2 Kondisi Gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta tahun 2011 ............ 2
Gambar 2.1 Sudut pengambilan pada pengujian dengan Schmidt Rebound Hammer (Tutik Winarsih, 2010) ........................................................... 13
Gambar 2.2 Korelasi nilai dan sudut pembacaan Schmidt Rebound Hammer ........... 14
Gambar 2.3 Koefisien beban angin berdasarkan kemiringan atap (PPPURG 1987) ...................................................................................................... 16
Gambar 2.4 Wilayah gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun. (SNI 03-1726-2002) ......................... 18
Gambar 2.5 Respons spektrum gempa rencana untuk zona gempa 3 dan 4 (SNI 03-1726-2002) ....................................................................................... 18
Gambar 3.1 Lokasi Gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta (GoogleEarth) ...... 33
Gambar 3.2 Layout Gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta (GoogleEarth) ..... 34
Gambar 3.3 Tampak depan Gedung A ....................................................................... 34
Gambar 3.4 Tampak depan Gedung B ........................................................................ 34
Gambar 3.5 Tampak depan Gedung C ........................................................................ 35
Gambar 3.6 Tampak depan Gedung D ....................................................................... 35
Gambar 3.7 Diagram alir metode penelitian ............................................................... 42
Gambar 3.8 Diagram alir metode penelitian a1-a2 ...................................................... 43
Gambar 3.9 Diagram alir metode penelitian b1-b2 ...................................................... 44
Gambar 3.10 Diagram alir metode penelitian c1-c2 .................................................... 44
Gambar 4.1 Denah lantai 2 Gedung A ........................................................................ 46
Gambar 4.2 Denah lantai 2 Gedung B ........................................................................ 47
Gambar 4.3 Denah lantai 2 Gedung C ........................................................................ 47
Gambar 4.4 Denah lantai 2 Gedung D ........................................................................ 48
Gambar 4.5 Kondisi kolom struktur ........................................................................... 48
Gambar 4.6 Kondisi balok struktur ............................................................................. 49
Gambar 4.7 Kondisi rangka atap ................................................................................ 49
Gambar 4.8 Kondisi kuda-kuda atap .......................................................................... 50
Gambar 4.9 Kondisi rangka dan penutup langit-langit ............................................... 50
Gambar 4.10 Kondisi pelat tangga ............................................................................. 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
Gambar 4.11 Kondisi penutup dinding bagian luar (eksterior) .................................. 51
Gambar 4.12 Kondisi penutup dinding bagian dalam (interior) ................................. 52
Gambar 4.13 Kondisi dinding kamar mandi ............................................................... 52
Gambar 4.14 Kondisi penutup lantai .......................................................................... 53
Gambar 4.15 Kondisi railing tangga .......................................................................... 53
Gambar 4.16 Kondisi pintu dan jendela ..................................................................... 54
Gambar 4.17 Kondisi sumber air bersih (tandon dan pompa) .................................... 55
Gambar 4.18 Kondisi instalasi air bersih .................................................................... 55
Gambar 4.19 Kondisi instalasi air kotor ..................................................................... 55
Gambar 4.20 Kondisi instalasi listrik ......................................................................... 56
Gambar 4.21 Kondisi instalasi penangkal petir .......................................................... 56
Gambar 4.22 Detail kuda-kuda ................................................................................... 60
Gambar 4.23 Pemodelan kuda-kuda dengan software SAP2000 ................................ 63
Gambar 4.24 Beban mati (DL) kuda-kuda ................................................................. 63
Gambar 4.25 Beban hidup (LL) kuda-kuda ................................................................ 64
Gambar 4.26 Beban angin masuk (W1) kuda-kuda .................................................... 64
Gambar 4.27 Beban angin keluar (W2) kuda-kuda ..................................................... 64
Gambar 4.28 Reaksi perletakan kuda-kuda (output SAP2000) .................................. 65
Gambar 4.29 Pembagian grup lantai gedung .............................................................. 72
Gambar 4.30 Pembagian titik pengekangan masing-masing lantai ............................ 72
Gambar 4.31 Pemodelan struktur Gedung A dengan SAP2000 ................................. 73
Gambar 4.32 Pemodelan struktur Gedung B dengan SAP2000 .................................. 73
Gambar 4.33 Pemodelan struktur Gedung C dengan SAP2000 .................................. 73
Gambar 4.34 Pemodelan struktur Gedung D dengan SAP2000 ................................. 74
Gambar 4.35 Pemodelan elemen balok pada lantai 1 Gedung A ............................... 74
Gambar 4.36 Pemodelan pembebanan akibat kuda-kuda atap ................................... 75
Gambar 4.37 Pemodelan pembebanan akibat dinding pasangan bata ........................ 75
Gambar 4.38 Rencana sekat ruangan yang dihilangkan ............................................. 83
Gambar 4.39 Grafik RAB rehabilitasi masing-masing gedung .................................. 95
Gambar 4.40 Grafik persentase masing-masing sub-komponen rehabilitasi ............. 95
Gambar 4.41 Grafik rasio biaya rehabilitasi dan biaya pembangunan baru ............... 98
Gambar 4.42 Grafik hubungan tingkat hunian dan BCR pada masing-masing skenario ................................................................................................ 132
Gambar 4.43 Grafik hubungan tingkat hunian dan NPV pada masing-masing skenario ................................................................................................ 133
Gambar 4.44 Grafik Hubungan tingkat hunian dan nilai IRR pada masing-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
masing skenario ................................................................................... 134
Gambar 4.45 Grafik hubungan tingkat hunian dan BEP pada masing-masing skenario ................................................................................................ 135
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
DAFTAR NOTASI
A = luas ruangan
At = angsuran per tahun
BCR = rasio manfaat dan biaya (Benefit Cost Ratio)
Bt = manfaat (Benefit) pada tiap tahun
Ct = biaya (Cost) pada tiap tahun
DL = beban mati yang bekerja pada suatu bangunan (Dead Load)
E = beban gempa yang bekerja pada suatu bangunan (Earth Quake)
I = faktor keutamaan gedung dihitung sebagai faktor pengali dari pengaruh
gempa rencana
Ia = kuat arus listrik (Ampere)
IRR = tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return)
LL = beban hidup yang bekerja pada suatu bangunan (Life Load)
LLF = Light Loss Factor (0,7-0,8)
Lm = kebutuhan luminasi cahaya berdasarkan tipe ruangan
N = banyak sampel
Nlampu = Jumlah lampu yang digunakan.
NPV = selisih manfaat dan biaya
P = pokok pinjaman
Pa = beban daya listrik (watt)
Qwind = tekanan tiup dalam ( kg/m2)
SW = berat sendiri komponen struktur (Self Weight)
U = kuat perlu berdasarkan kombinasi pembebanan
W = beban angin yang bekerja pada suatu bangunan (Wind Load)
R = faktor reduksi gempa struktur gedung
RSx = beban gempa dinamik respons spektrum arah sumbu x bangunan
RSy = beban gempa dinamik respons spektrum arah sumbu y bangunan
SD = standar deviasi
UC = Coefficient of Utilization (50-60%)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxii
V = kecepatan angin (m/det)
V1 = gaya geser dasar nominal sebagai respons dinamik ragam yang pertama.
Vt = gaya geser dasar nominal yang didapat dari hasil analisis ragam spektrum
respons.
= kuat desak beton (kg/cm2)
= kuat desak rata-rata beton (kg/cm2)
= kuat desak beton berdasarkan bendauji kubus (MPa)
fck = kuat desak beton berdasarkan bendauji kubus (MPa)
hc = tinggi cerobong seluruhnya (m)
i = suku bunga kredit
m = jangka waktu pembayaran
n = jumlah tahun
p = tekanan angin (kg/m2)
t = tahun ke-1,2,3,..., n
= daya hantar jenis bahan penghantar, untuk tembaga (Cu) sebesar 50×106
(ohm.m)-1
= faktor pengali untuk kinerja batas ultimit
lampu = luminasi lampu
cos = faktor kerja (0,8-0,9)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Foto Visual Kondisi Bangunan Gedung
Lampiran B Penilaian Keandalan Bangunan Gedung
Lampiran C Hasil Pengujian Beton dengan Schmidt Rebound Hammer
Lampiran D Output Pemodelan dan Analisis Struktur pada SAP2000
Lampiran E Gambar Teknis Rencana Rehabilitasi Bangunan Gedung
Lampiran F Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rehabilitasi Gedung
Lampiran G Hasil Survei Harga Sewa Kamar
Lampiran H Grafik Hasil Analisis Simulasi Skenario 1, 2, 3, dan 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gedung asrama mahasiswa bertingkat merupakan hunian vertikal. Gedung ini
berfungsi sebagai tempat hunian bagi mahasiswa/i yang sedang menempuh jenjang
pendidikan di perguruan tinggi, baik perguruan tinggi swasta maupun perguruan
tinggi negeri. Banyak Gedung asrama mahasiswa yang telah beralih fungsi dan tidak
dipergunakan lagi.
Gedung Asrama Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta
merupakan salah satu bangunan gedung yang sudah tidak dipergunakan lagi. Gedung
ini dibangun berdasarkan keputusan Presiden tahun 1981 dan secara operasional
dikelola oleh Koperasi Mahasiswa (Kopma) UNS Surakarta mulai tahun 1986.
Gedung ini terletak di Jalan Kartika III Ngoresan, Kelurahan Jebres, Kecamatan
Jebres, Kota Surakarta. Bangunan gedung ini terdiri dari 4 unit blok (A, B, C dan D)
dengan 4 lobby (U, N, S dan K) di tiap gedungnya kecuali blok D yang hanya
memiliki 2 lobby saja (K dan M). Masing-masing lobby memiliki 5 (lima) sampai 6
(enam) kamar yang dapat dihuni oleh 2 orang per kamar. Sehingga total daya
tampung keseluruhan dapat mencapai 594 orang (www.asrama-ceria.com). Gedung
Asrama ini diperuntukkan khusus bagi mahasiswa putra yang menempuh jenjang
pendidikan perguruan tinggi di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Asrama-Ceria merupakan sebutan lain dari Asrama Mahasiswa UNS
Surakarta. Awalnya, Asrama-Ceria dilengkapi berbagai fasilitas penunjang studi
mahasiswa, seperti meja dan kursi belajar di setiap kamar, listrik, air, dan ruang serba
guna untuk kegiatan para penghuni. Pelayanan lain berupa laundry, ruang parkir,
antar jemput kampus, toko, dan kantin serta perpustakaan. Sarana olah raga bagi
penghuni berupa lapangan volly, lapangan sepakbola, lapangan basket, badminton,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
san tenis meja (www.asrama-ceria.com). Kondisi pada saat Gedung Asrama ini
masing dipergunakan dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1 Tampak gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta pada saat masih
dipergunakan (www.asrama-ceria.com)
Hunian mahasiswa di asrama ini berkurang mulai tahun 2007. Kemudian
kegiatan operasional dan pemeliharaannya ditutup. Selanjutnya, bangunan gedung
mulai mengalami kerusakan akibat penjarahan yang dilakukan oleh sekelompok
orang mulai tahun 2008. Hal ini menyebabkan kerusakan pada struktur, arsitektur
dan utilitas bangunan, yaitu hilangnya railing tangga, plafond dan rangkanya, daun
pintu dan jendela, dan lain-lain. Kini, Gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta
tidak dipergunakan dan dipelihara lagi. Kondisi eksisting Gedung Asrama (tahun
2011) dapat dilihat pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2 Kondisi Gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta tahun 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Bangunan Gedung Rumah Susun Sewa (Rusunawa) I dibangun pada tahun
2008. Gedung ini dibangun sebanyak 2 (dua) unit. Gedung ini merupakan bantuan
hibah dari Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktoral Jendral Cipta Karya.
Kemudian, Gedung rusunawa II juga dibangun pada akhir tahun 2009. Gedung ini
dibangun sebanyak 1 (satu) unit. Gedung ini merupakan bantuan hibah dari
Kementerian Perumahan Rakyat. Gedung rusunawa I dan rusunawa II dibangunan
pada komplek yang sama dengan Gedung asrama mahasiswa UNS Surakarta, yaitu
di bagian belakang komplek. Ironisnya, bangunan gedung Asrama Mahasiswa UNS
Surakarta yang sudah tidak dipergunakan itu justru berada di depan pintu masuk
komplek. Kesan suram jelas terlihat dari kondisi ini.
Rehabilitasi pada Gedung asrama mahasiswa UNS Surakarta perlu dilakukan
guna mengembalikan kembali fungsinya. Rehabilitasi dilakukan berdasarkan
assessment terhadap kondisi eksisting bangunan Gedung asrama mahasiswa UNS
Surakarta, baik pada aspek struktural, arsitektural, maupun utilitas.
Penelitian ini membahas mengenai rehabilitasi bangunan Gedung asrama
mahasiswa UNS Surakarta berdasarkan kondisi kerusakan eksisting bangunan
gedung agar laik fungsi. Kemudian, meninjau kelayakan investasi akibat rencana
rehabilitasi yang akan dilaksanakan. Studi kelayakan investasi dibagi menjadi 2 (dua)
kategori, yaitu analisis biaya rehabilitasi dan analisis ekonomi. Analisis biaya
rehabilitasi berdasarkan rasio biaya rehabilitasi dan biaya pembangunan gedung
baru. Analisis ekonomi berdasarkan rasio manfaat dan biaya, selisih manfaat dan
biaya, tingkat pengembalian internal dan titik impas. Analisis ekonomi dilakukan
dengan cara mensimulasikan skenario-skenario berdasarkam variabel harga sewa
kamar dan tingkat hunian.
1.2 Rumusan Masalah
Gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta telah mengalami kerusakan pada
komponen struktur, arsitektur dan utilitas. Untuk menentukan tujuan penelitian, perlu
dirumuskan permasalahan-permasalahan pada obyek yang ditinjau sebagai berikut:
1) Bagaimana konsep rehabilitasi yang tepat pada Gedung Asrama Mahasiswa
UNS Surakarta berdasarkan kondisi eksistingnya, baik secara struktural,
arsitektural maupun utilitas bangunan gedung agar dapat berfungsi kembali?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
2) Apakah rehabilitasi Gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta layak dilakukan
ditinjau berdasarkan analisis biaya rehabilitasinya?
3) Bagaimana skenario harga sewa kamar dan tingkat hunian yang layak dilakukan
pada Gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta berdasarkan analisis ekonomi?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1) Menganalisis kondisi eksisting masing-masing unit Gedung asrama mahasiswa
UNS Surakarta berdasarkan Keandalan Bangunan Gedung.
2) Mengevaluasi struktur masing-masing unit Gedung Asrama Mahasiswa UNS
Surakarta akibat gempa rencana dalam pemenuhan persyaratan kinerja batas
layan dan kinerja batas ultimit.
3) Menganalisis besarnya biaya konstruksi yang diperlukan untuk merehabilitasi
masing-masing unit Gedung asrama mahasiswa UNS Surakarta agar laik fungsi.
4) Menganalisis kelayakan rehabilitasi Gedung asrama mahasiswa UNS Surakarta
berdasarkan rasio biaya rehabilitasi dan biaya pembangunan gedung baru.
5) Menganalisis skenario-skenario penentuan harga sewa kamar dan tingkat hunian
yang layak ditinjau berdasarkan analisis ekonomi.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian dilakukan untuk memperoleh manfaat, baik berupa manfaat teoritis
maupun manfaat praktis. Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1) Manfaat teoritis:
Memperoleh tambahan pengetahuan dalam rehabilitasi berdasarkan aspek
keandalan bangunan gedung (struktural, arsitektural dan utilitas) yang dapat
digunakan dalam menentukan besarnya harga sewa dan tingkat huniannya agar
investasi layak untuk dilakukan, khususnya pada bangunan gedung yang
terbengkalai agar dapat difungsikan kembali.
2) Manfaat praktis:
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran kondisi eksisting
gedung dan rehabilitasi yang dapat dilakukan guna memfungsikan kembali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta, serta memberikan masukan berupa
rekomendasi skenario harga sewa kamar yang menguntungkan kepada pemilik
gedung.
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1) Tidak dilakukan peninjauan terhadap struktur bawah bangunan gedung.
2) Penilaian kondisi bangunan eksisting berdasarkan software keandalan bangunan
gedung yang dimodifikasi untuk Rusunawa (Rosalina, 2011).
3) Assessment struktur bangunan yang ditinjau adalah kinerja batas layan dan
kinerja batas ultimit berdasarkan SNI-1726-2002.
4) Struktur eksisting dimodelkan berupa Sistem Rangka Pemikul Momen
Menengah (SPRMM) beton bertulang dengan metode analisis gempa dinamik
ragam respons spektrum.
5) Pembebanan berdasarkan Peraturan Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk
Rumah dan Gedung (SKBI-1.3.53-1987).
6) Peninjauan aspek arsitektural dan utilitas berdasarkan Pedoman Persyaratan
Teknik Bangunan Gedung (Permen PU No. 29/PRT/M/2006).
7) Analisis ekonomi berdasarkan rasio manfaat biaya, selisih manfaat dan biaya,
tingkat pengembalian internal, dan titik impas investasi.
8) Tidak menganalisis pemanfaatan area komersial (laundry, kantin, foto kopi, dan
lain-lain) pada Gedung B.
9) Harga satuan yang digunakan dalam penentuan upah, harga bahan, tarif listrik,
tarif air, dan gaji personil adalah yang berlaku untuk Kota Surakarta tahun 2011.
10) Simulasi pada analisis ekonomi ditinjau selama 10 tahun investasi, dimana
pemenuhan tingkat hunian tidak ditinjau.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Studi Pustaka
Assessment terhadap Gedung Unit Gawat Darurat (UGD) dan Administrasi
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Banyudono, Kabupaten Boyolali bahwa telah
terjadi kerusakan yang memerlukan perbaikan. Kolom struktur bangunan tidak aman
terhadap beban geser. Kapasitas balok struktur tidak aman terhadap beban gempa
rencana sehingga diperlukan perkuatan. Assessment ini menggunakan peralatan:
Schmidt Rebound Hammer, Ultrasonic Pulse Velocitymeter (UPV), Rebar Locator,
Universal Testing Machine (UTM), Microcrackmeter, Theodolith dan Water Pass.
(Tutik, 2011)
Assessment terhadap suatu gedung di Osun, Nigeria dilakukan karena
bangunan mengalami kegagalan. Kegagalan terjadi akibat kurang tebalnya pelat
lantai satu, ketidakcukupan kapasitas balok dan kolom dalam memikul beban, dan
campuran beton yang rendah. Untuk dapat memfungsikan kembali bangunan gedung
tersebut diperlukan perbaikan dan perkuatan. (Olajumoke, 2006)
Gedung Asrama Pesantren Inshafuddin di Kota Banda Aceh mengalami
kerusakan akibat gempa dan gelombang tsunami. Perbaikan pada komponen balok
dan kolom yang mengalami retak-retak halus dilakukan injeksi epoxy dan patching.
Perkuatan yang dilakukan pada kolom berupa perbesaran tampang, sedangkan pada
balok dilakukan perbesaran tampang dan alternatif lainnya adalah perkuatan dengan
menggunakan Carbon Fibre Sheet (CFS). (Halida, 2009)
Gedung Timbul Jaya Plaza Kota Madiun juga mengalami alih fungsi, yang
sebelumnya merupakan Gedung Bank Harapan Sentosa (BHS). Uji beban langsung
yang dilakukan memperoleh hasil bahwa maksimum beban yang mampu dipikul oleh
struktur eksisting. Kinerja struktur dievaluasi berdasarkan Capacity Spectrum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Method. Rencana perkuatan pelat lantai dengan menggunakan balok anak jenis WF
Castella dinilai memenuhi persyaratan. (Rosyid, 2009)
Assessment terhadap struktur bangunan Gedung Rusunawa I UNS Surakarta
menghasilkan bahwa kinerja struktur bangunan tidak memenuhi persyaratan,
sehingga diperlukan perkuatan. Perkuatan yang digunakan adalah beruapa dinding
geser dengan posisi tertentu pada bagian bangunan. Penggunaan dinding geser
dilakukan dengan 3 (tiga) macam alternatif. Posisi dinding geser yang efektif terletak
pada dinding-dinding tangga, baik pada tangga di tengah gedung maupun pada
tangga di sudut gedung. (Pramono, 2010)
Penelitian Rosalina (2011) dilakukan untuk memperoleh sistem penilaian dan
pemeliharaan Gedung Rusunawa di Cilacap berdasarkan keandalan bangunan dan
Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis sub-
komponen di dalam SLF Gedung yang sesuai dengan sub komponen yang terdapat di
dalam Gedung Rusunawa guna mengevaluasi Form SLF Gedung. Komponen yang
ditinjau adalah struktural, arsitektural, utilitas, aksesibilitas, serta tata bangunan dan
lingkungan. penelitian ini menghasilkan sistem penilaian Keandalan Bangunan
gedung dan pemeliharaan untuk Rusunawa menggunakan aplikasi Microsoft Excel.
Kajian kelayakan investasi pada proyek pembangunan Rusunawa II UNS
Surakarta dilakukan untuk untuk menentukan besarnya harga sewa minimum per
meter persegi luas bangunan berdasarkan: Payback period (PP), Net Present Value
(NPV), dan Profitability Indeks (IP). (Dwi Puji R, 2009)
Faktor harga sewa mempunyai pengaruh paling dominan dibanding dengan
faktor lokasi, fasilitas, kondisi lingkungan dan struktur bangunan terhadap keputusan
penyewa untuk menyewa pada Rusunawa Joho Sukoharjo. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan kuisioner dengan variabel yang ditinjau berupa: lokasi,
fasilitas, kondisi lingkungan, struktur bangunan, dan harga sewa. (Dwi Haptasari,
2010)
Faktor risiko dalam suatu proyek konstruksi pada PT. Perusahaan Gas Negara
Indonesia memberikan pengaruh yang signifikan terhadap rencana investasinya.
Faktor risiko yang memiliki pengaruh tertinggi untuk proyek konstruksi adalah
kepemilikan hubungan dengan aspek ekonomis dan keuangan. Faktor-faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
ekonomi yang memiliki sensitivitas tinggi kelayakan investasi pinjaman suku bunga
dan peningkatan pendapatan. Sedangkan, faktor-faktor yang memiliki sensitivitas
rendah adalah inflasi dan persentase perubahan ekuitas. (Firmansyah, 2006)
Analisis ekonomi telah digunakan dalam memperkirakan harga air di
beberapa bendungan di Indonesia. Abdul, dkk (2011) melakukan penelitian pada
bendungan Selorejo guna memperoleh harga air yang layak untuk Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA) dan irigasi. Hari Prasetijo, dkk (2011) melakukan
penelitian terhadap bendungan Wonorejo guna memperoleh harga air yang layak
untuk air minum dan irigasi. Kedua penelitian tersebut menggunakan analisis
ekonomi berdasarkan BCR, NPV dan IRR.
Evaluasi kegiatan pengerukan sedimen pada bendungan Wlingi merupakan
upaya pemeliharaan untuk memperoleh volume tampungan yang dibutuhkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Pitojo (2011) membandingkan antara biaya yang
dikeluarkan akibat kegiatan pengerukan dan pemasukan yang diperoleh dari biaya
pembangkit listrik. Analisis kelayakan investasi yang digunakan adalah BCR, NPV,
IRR, BEP dan Sensitivity Analysis.
Penelitian awal telah dilakukan pada Gedung C Asrama Mahasiswa UNS
Surakarta. Penelitian tersebut dilakukan dengan menilai Keandalan Bangunan
berdasarkan form Keandalan Bangunan yang dikeluarkan oleh Puslitbang
Kementerian Pekerjaan Umum. Evaluasi struktur yang dilakukan akibat gempa
rencana berdasarkan kinerja batas layan dan kinerja batas ultimit. Biaya rehabilitasi
dilakukan terhadap komponen struktur, arsitektur dan utilitas. Biaya rehabilitasi
komponen struktur dan arsitektur dihitung berdasarkan perkiraan harga satuan di
pasaran. Biaya rehabilitasi komponen utilitas masih berupa perhitungan per meter
persegi bangunan dikalikan dengan koefisien komponen utilitas berdasarkan Permen
PU nomor 45/PRT/M/2007. Kelayakan investasi rehabilitasi dilakukan berdasarkan
analisis rasio manfaat dan biaya (BCR), selisih manfaat dan biaya (NPV), dan tingkat
pengembalian internal (IRR). Analisis ekonomi hanya dilakukan pada satu skenario
untuk memperoleh harga sewa minimum dengan tingkat hunian 100%. Variabel
kenaikan harga dan suku bunga yang digunakan masih berupa pendekatan dan
asumsi-asumsi. (Aris Afandi, dkk, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Penelitian pada tesis ini dilakukan pada masing-masing Gedung Asrama
Mahasiswa UNS Surakarta, yaitu Gedung A, Gedung B, Gedung C, dan Gedung D.
Penilaian kondisi eksisting berdasarkan software Keandalan Bangunan yang telah
dimodifikasi untuk Rusunawa yang merupakan hasil penelitian Rosalina (2011).
Evaluasi struktur akibat gempa rencana dilakukan pada masing-masing Gedung
Asrama Mahasiswa UNS Surakarta berdasarkan pemenuhan persyaratan kinerja
batas layan dan kinerja batas ultimit. Kelayakan investasi ditinjau berdasarkan
analisis biaya rehabilitasi dan analisis ekonomi. Analisis biaya rehabilitasi dilakukan
berdasarkan rasio biaya rehabilitasi dan biaya pembangunan gedung baru. Biaya
rehabilitasi dihitung berdasarkan volume sub-komponen harga satuan yang berlaku
untuk Kota Surakarta tahun 2011. Analisis ekonomi berdasarkan rasio manfaat dan
biaya (BCR), selisih manfaat dan biaya (NPV), tingkat pengembalian internal (IRR)
dan titik impas (BEP). Analisis ekonomi berdasarkan sensitivity analysis tidak
dilakukan pada penelitian ini, karena variabel-variabel bebas yang akan
disimulasikan lebih dari satu. Simulasi pada skenario-skenario dilakukan untuk
menutupi kelemahan dari sensitivity analysis.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Kerusakan Bangunan Gedung
Kerusakan bangunan adalah tidak berfungsinya bangunan atau komponen
bangunan akibat penyusutan/berakhirnya umur bangunan, atau akibat ulah manusia
atau perilaku alam seperti beban fungsi yang berlebih, kebakaran, gempa bumi, atau
sebab lain yang sejenis. Berdasarkan Pedoman Pemeliharaan dan Perawatan
Bangunan Gedung (Permen PU Nomor 24/PRT/M/2008), Intensitas kerusakan
bangunan dapat digolongkan atas tiga tingkat kerusakan, yaitu:
1) Kerusakan ringan
Kerusakan ringan adalah kerusakan terutama pada komponen non-struktural,
seperti penutup atap, langit-langit, penutup lantai, dan dinding pengisi.
Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum adalah sebesar
35% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang
berlaku, untuk tipe/kelas dan lokasi yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2) Kerusakan sedang
Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen non-struktural,
dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dan lain-lain.
Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum adalah sebesar
45% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru yang
berlaku, untuk tipe/kelas dan lokasi yang sama.
3) Kerusakan berat
Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan,
baik struktural maupun non-struktural yang apabila setelah diperbaiki masih
dapat berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Biayanya maksimum adalah
sebesar 65% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung baru
yang berlaku, untuk tipe/kelas dan lokasi yang sama.
Pekerjaan perbaikan dan/atau penggantian bagian bangunan, berupa
komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana dibagi atas:
1) Rehabilitasi.
Rehabilitasi adalah suatu kegiatan memperbaiki bangunan yang telah rusak
sebagian dengan maksud menggunakan sesuai dengan fungsi tertentu yang tetap,
baik arsitektur maupun struktur bangunan gedung tetap dipertahankan seperti
semula, sedang utilitas dapat berubah.
2) Renovasi.
Renovasi adalah suatu kegiatan memperbaiki bangunan yang telah rusak berat
sebagian dengan maksud menggunakan sesuai fungsi tertentu yang dapat tetap
atau berubah, baik arsitektur, struktur maupun utilitas bangunannya
3) Restorasi.
Restorasi adalah suatu kegiatan memperbaiki bangunan yang telah rusak berat
sebagian dengan maksud menggunakan untuk fungsi tertentu yang dapat tetap
atau berubah dengan tetap mempertahankan arsitektur bangunannya sedangkan
struktur dan utilitas bangunannya dapat berubah.
Biaya pembangunan gedung baru dapat dilakukan dengan cara menghitung
Rencana Anggaran dan Biaya (RAB) berdasarkan analisis harga satuan dan gambar
kerja. Berdasarkan Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
besarnya biaya yang dibutuhkan untuk membangunan bangunan gedung dapat
dilakukan berdasarkan harga satuan tertinggi per meter persegi yang dikeluarkan dan
ditetapkan oleh Walikota/Bupati/Gubernur. Selain itu, klasifikasi bangunan dan
koefisien lantai bangunan juga diperhitungkan untuk menentukan besarnya biaya
konstruksi pembangunan gedung baru. Besarnya koefisien lantai bangunan dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Koefisien lantai bangunan terhadap harga satuan tertinggi bangunan gedung negara (Permen PU no. 45/PRT/M/2007)
No Jumlah lantai Bangunan Harga satuan per-m2 Tertinggi
1 Bangunan 2 lantai 1,090 standar harga gedung bertingkat
2 Bangunan 3 lantai 1,120 standar harga gedung bertingkat
3 Bangunan 4 lantai 1,135 standar harga gedung bertingkat
4 Bangunan 5 lantai 1,162 standar harga gedung bertingkat
5 Bangunan 6 lantai 1,197 standar harga gedung bertingkat
6 Bangunan 7 lantai 1,236 standar harga gedung bertingkat
7 Bangunan 8 lantai 1,265 standar harga gedung bertingkat
Klasifikasi bangunan menurut Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan
Gedung Negara (Permen PU no.45/PRT/M/2007) adalah sebagai berikut:
1) Bangunan Sederhana
Klasifikasi bangunan sederhana adalah bangunan gedung negara dengan
karakter sederhana serta memiliki kompleksitas dan teknologi sederhana. Masa
penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama 10 (sepuluh) tahun. Yang
termasuk klasifikasi bangunan sederhana adalah:
o gedung kantor yang sudah ada disain prototipenya, atau bangunan gedung
kantor dengan jumlah lantai sampai dengan 2 (dua) lantai dengan luas sampai
dengan 500 m2;
o bangunan rumah dinas tipe C, D, dan E yang tidak bertingkat;
o gedung pelayanan kesehatan: puskesmas;
o gedung pendidikan tingkat dasar dan/atau lanjutan dengan jumlah lantai s.d. 2
lantai.
2) Bangunan Tidak Sederhana
Klasifikasi bangunan tidak sederhana adalah bangunan gedung negara dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
karakter tidak sederhana serta memiliki kompleksitas dan/atau teknologi tidak
sederhana. Masa penjaminan kegagalan bangunannya adalah selama paling
singkat 10 (sepuluh) tahun. Yang termasuk klasifikasi Bangunan Tidak
Sederhana, antara lain:
o gedung kantor yang belum ada disain prototipenya, atau gedung kantor
dengan luas di atas dari 500 m2, atau gedung kantor bertingkat lebih dari 2
lantai;
o bangunan rumah dinas tipe A dan B; atau rumah dinas C, D, dan E yang
bertingkat lebih dari 2 lantai, rumah negara yang berbentuk rumah susun;
o gedung Rumah Sakit Klas A, B, C, dan D;
o gedung pendidikan tinggi universitas/akademi; atau gedung pendidikan
dasar/lanjutan bertingkat lebih dari 2 lantai.
3) Bangunan Khusus
Klasifikasi bangunan khusus adalah bangunan gedung negara yang memiliki
penggunaan dan persyaratan khusus, yang dalam perencanaan dan
pelaksanaannya memerlukan penyelesaian/teknologi khusus. Masa penjaminan
kegagalan bangunannya paling singkat 10 (sepuluh) tahun.
o Istana negara dan rumah jabatan presiden dan wakil presiden, wisma negara;
o gedung instalasi nuklir;
o gedung instalasi pertahanan, bangunan POLRI dengan penggunaan dan
persyaratan khusus;
o gedung laboratorium, gedung terminal udara/laut/darat, stasiun kereta api,
stadion olah raga, rumah tahanan, gudang benda berbahaya, gedung bersifat
monumental; dan gedung perwakilan negara R.I. di luar negeri.
2.2.2 Struktur Bangunan Gedung
Unsur-unsur penilaian kondisi bangunan eksisting secara visual terhadap
komponen struktural bangunan gedung berdasarkan keandalan bangunan gedung
adalah sebagai berikut:
1) pondasi,
2) dinding pasangan bata,
3) kolom, balok praktis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
4) slab lantai,
5) rangka atap, ikatan angin dan gording,
6) rangka langit-langit,
7) penutup langit-langit,
8) tangga,
9) lantai bawah.
Evaluasi kemampuan struktur bangunan terhadap gempa rencana dilakukan
guna mendukung penilaian kondisi bangunan eksisting secara visual. Evaluasi
kemampuan struktur ini dapat dianalisis berdasarkan:
1) kemampuan struktur bawah (pondasi),
2) kemampuan struktur dalam memenuhi kinerja batas layan,
3) kemampuan struktur dalam memenuhi kinerja batas ultimit,
4) kapasitas struktur dalam memikul lentur,
5) kapasitas struktur dalam memikul geser,
6) kapasitas struktur dalam memikul torsi.
Evaluasi ini dapat dilakukan dengan bantuan berbagai macam perangkat lunak
(software) pemodelan dan analisis struktur berbasis sistem operasi windows, seperti:
SAP2000, ETABS, SANS Pro, maupun STAAD Pro.
2.2.3 Pengujian Kuat Tekan Beton
Rebound Hammer Test adalah suatu pengujian untuk mengetahui tegangan
karakteristik beton dengan mengukur kekuatan permukaannya. Cara kerja dari alat
adalah dengan cara menekan plunger head dari alat tersebut ke permukaan beton dan
akan menghasilkan suatu pantulan di dalam alat tersebut. Nilai yang dibaca dari hasil
pantulan tersebut adalah nilai kuat tekan beton (perlu dikalibrasi dahulu untuk
memperoleh kuat tekan beton) dari beton yang diuji.
Gambar 2.1 Sudut pengambilan pada pengujian dengan Schmidt Rebound Hammer
(Tutik Winarsih, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Gambar 2.2 Korelasi nilai dan sudut pembacaan Schmidt Rebound Hammer
Perhitungan kuat desak beton dilakukan dengan cara mengambil sampel
beberapa titik, dimana masing-masing sampel diambil sebanyak 5 kali tembakan.
Setelah itu, hasil pembacaan rebound dikorelasikan berdasarkan nilai dan sudut
pembacaan pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2. Hasil kuat tekan masing-masing
sampel kemudian di rata-rata dan dihitung standard deviasinya dengan persamaan:
1NSD
(2.1)
dengan: SD = Standar deviasi,
= Kuat desak beton (kg/cm2), = Kuat desak rata-rata beton (kg/cm2),
N = banyak sampel.
Kuat desak beton dihitung sebagai kuat desak rata-rata beton dikurangi dengan
standar deviasi.
Jika pada perhitungan kuat desak beton menggunakan standard pengukuran
untuk benda uji kubus (fck), maka hasil tersebut dikonversi kedalam bentuk
pengukuran untuk benda uji silinder ( ). Perhitungan ini menggunakan persamaan:
f = { 0,76+0,2 log (fck/15) } fck (2.2)
dengan: = Kuat desak beton berdasarkan bendauji silinder (MPa),
Hammer Rebound
Cu
be
Co
mp
res
siv
e S
tren
gth
(M
Pa
)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
fck = kuat desak beton berdasarkan bendauji kubus (MPa).
2.2.4 Pemodelan Struktur Bangunan Gedung
Kondisi alam mengakibatkan bangunan mengalami berbagai beban yang
berbeda besar dan jenisnya antara satu bangunan dengan bangunan lain, serta
dipengaruhi oleh lokasi dimana bangunan itu berada. Jenis beban yang bekerja pada
suatu bangunan pada prinsipnya dapat dibagi sebagai berikut:
2.2.4.1 Beban Mati
Beban mati adalah beban yang berasal dari berat sendiri semua bagian dari
gedung yang bersifat tetap, termasuk dinding dan sekat pemisah, kolom, balok,
lantai, atap, penyelesaian, mesin dan peralatan yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari gedung, yang nilai seluruhnya adalah sedemikian rupa sehingga
probabilitas untuk dilampauinya dalam kurun waktu tertentu terbatas pada suatu
persentase tertentu. Pada umumnya, probabilitas beban tersebut untuk dilampaui
adalah dalam kurun waktu umur gedung 50 tahun dan ditetapkan sebesar 10%.
Namun demikian, beban mati rencana yang biasa ditetapkan dalam standar
pembebanan struktur gedung, dapat dianggap sebagai beban mati nominal. (Anonim,
2002b)
2.2.4.2 Beban Hidup
Beban hidup adalah beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan
gedung tersebut, baik akibat beban yang berasal dari orang maupun dari barang yang
dapat berpindah atau mesin dan peralatan serta komponen yang tidak merupakan
bagian yang tetap dari gedung, yang nilai seluruhnya adalah sedemikian rupa
sehingga probabilitas untuk dilampauinya dalam kurun waktu tertentu terbatas pada
suatu persentase tertentu. Pada umumnya, probabilitas beban tersebut untuk
dilampaui adalah dalam kurun waktu umur gedung 50 tahun dan ditetapkan sebesar
10%. Namun demikian, beban hidup rencana yang biasa ditetapkan dalam standar
pembebanan struktur gedung, dapat dianggap sebagai beban hidup nominal.
(Anonim, 2002b)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2.2.4.3 Beban Angin
Beban angin adalah beban yang menganggap adanya tekanan positif
(pressure) dan tekanan negatif/isapan (suction) bekerja tegak lurus bidang yang
ditinjau. Beban ini ditentukan oleh bentuk geometris, tinggi, kemiringan atap, dan
lokasi bangunan. Besarnya beban angin ditentukan berdasarkan SKBI-1.3.53.1987
sebagai berikut:
a) tekanan tiup harus diambil minimum 25 kg/m2.
b) tekanan tiup di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai harus diambil
40 kg/m2.
c) untuk daerah-daerah di dekat laut dan daerah-daerah lain tertentu yang memiliki
kecepatan-kecepatan angin yang mungkin menghasilkan tekanan tiup yang lebih
besar dari pada ketentuan diatas, tekanan tiup harus dihitung dengan persamaan:
16
2Vp
(2.3)
dengan: p = Tekanan angin (kg/m2), V = Kecepatan angin (m/det).
d) pada struktur cerobong, tekanan angin diperhitungkan dengan persamaan:
hQwind 6,05,42 (2.4)
dengan: Qwind = Tekanan tiup dalam ( kg/m2), hc = Tinggi cerobong seluruhnya (m).
Tekanan tiup tersebut diatas dapat direduksi sebesar 0,5 jika dapat dijamin
gedung terlindung efektif dari suatu arah tertentu oleh gedung/bangunan lain.
Koefisien Angin diambil sesuai kemiringan atap dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Koefisien beban angin berdasarkan kemiringan atap (PPPURG 1987)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2.2.4.4 Beban Gempa
Beban gempa nominal, yang nilainya ditentukan oleh 3 hal, yaitu oleh
besarnya probabilitas beban itu dilampaui dalam kurun waktu tertentu, oleh tingkat
daktilitas struktur yang mengalaminya dan oleh kekuatan lebih yang terkandung di
dalam struktur tersebut. Menurut standar ini, peluang dilampauinya beban tersebut
dalam kurun waktu umur gedung 50 tahun adalah 10% dan gempa yang
menyebabkannya disebut gempa rencana (dengan periode ulang 500 tahun), tingkat
daktilitas struktur gedung dapat ditetapkan sesuai kebutuhan sedangkan faktor kuat
lebih f1 untuk struktur gedung umum nilainya adalah 1,6. Dengan demikian, beban
gempa nominal adalah beban akibat pengaruh gempa rencana yang menyebabkan
terjadinya pelelehan pertama di dalam struktur gedung, kemudian direduksi dengan
faktor kuat lebih f1. (Anonim, 2002b)
Beban gempa ini dihitung berdasarkan bentuk bangunan, lokasi, serta kondisi
tanah dasar. Berdasarkan bentuk struktur bangunan gedungnya, analisis beban gempa
dibagi atas:
1) struktur gedung beraturan, menggunakan analisis beban gempa statis ekivalen.
2) struktur gedung tidak beraturan, menggunakan:
a) analisis statis ekivalen,
b) analisis ragam spektrum respons (respons spectrum analysis),
c) analisis respons dinamik riwayat waktu (time history analysis)
Analisis ragam spektrum respons (respons spectrum analysis) adalah suatu
cara analisis untuk menentukan respons dinamik struktur gedung 3 dimensi yang
berperilaku elastik penuh terhadap pengaruh suatu gempa melalui suatu metoda
analisis yang dikenal dengan analisis ragam spektrum respons, dimana respons
dinamik total struktur gedung tersebut didapat sebagai superposisi dari respons
dinamik maksimum masing-masing ragamnya yang didapat melalui spektrum
respons Gempa Rencana.
Indonesia terbagi dalam 6 Wilayah Gempa, dimana Wilayah Gempa 1 adalah
wilayah dengan kegempaan paling rendah dan Wilayah Gempa 6 dengan kegempaan
paling tinggi. Pembagian Wilayah Gempa ini, didasarkan atas percepatan puncak
batuan dasar akibat pengaruh Gempa Rencana dengan perioda ulang 500 tahun. Hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
ini ditunjukkan dalam Gambar 2.4
Arah pembebanan gempa pada struktur bangunan gedung, arah utama
pengaruh gempa rencana harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga memberi
pengaruh terbesar terhadap unsur-unsur subsistem dan sistem struktur gedung secara
keseluruhan. Untuk mensimulasikan arah pengaruh gempa rencana yang sembarang
terhadap struktur gedung, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama tersebut
harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh
pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama pembebanan tadi, tetapi
dengan efektifitas hanya 30%.
Gambar 2.4 Wilayah gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar
dengan perioda ulang 500 tahun. (SNI 03-1726-2002)
Gambar 2.5 Respons spektrum gempa rencana untuk zona gempa 3 dan 4 (SNI 03-
1726-2002)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Lantai tingkat pada struktur bangunan gedung dapat dimodelkan sebagai
diafragma. Lantai tingkat, atap beton dan sistem lantai dengan ikatan suatu struktur
gedung dapat dianggap sangat kaku dalam bidangnya dan karenanya dapat dianggap
bekerja sebagai diafragma terhadap beban gempa horisontal. Eksentrisitas Pusat
massa lantai tingkat suatu struktur gedung adalah titik tangkap resultante beban mati,
berikut beban hidup yang sesuai, yang bekerja pada lantai tingkat itu. Pada
perencanaan struktur gedung, pusat massa adalah titik tangkap beban gempa statik
ekuivalen atau gaya gempa dinamik.
Faktor keutamaan gedung (I) adalah faktor pengali dari pengaruh gempa
rencana pada berbagai kategori gedung (I1), untuk menyesuaikan perioda ulang
gempa yang berkaitan dengan penyesuaian probabilitas dilampauinya pengaruh
tersebut selama umur gedung itu dan penyesuaian umur gedung itu (I2). Faktor
keutamaan gedung ini dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Faktor keutamaan (I) untuk berbagai kategori gedung dan bangunan (SNI 03-1726-2002)
Kategori Gedung Faktor Keutamaan I1 I2 I3
Gedung umum seperti untuk penghunian, perniagaan dan perkantoran
1,0 1,0 1,0
Monumen dan bangunan monumental 1,0 1,6 1,6
Gedung penting pasca gempa seperti rumah sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas radio dan televisi.
1,4 1,0 1,4
Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti gas, produk minyak bumi, asam, bahan beracun.
1,6 1,0 1,6
Cerobong, tangki di atas menara 1,5 1,0 1,5
Faktor reduksi gempa, rasio antara beban gempa maksimum akibat pengaruh
Gempa Rencana pada struktur gedung elastik penuh dan beban gempa nominal
akibat pengaruh Gempa Rencana pada struktur gedung daktail, bergantung pada
faktor daktilitas struktur gedung tersebut. Untuk sistem rangka pemikul momen
(Sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi
secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama melalui
mekanisme lentur), faktor reduksi gempa (R) pada ditentukan berdasarkan Tabel 2.3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Tabel 2.3 Faktor redusi gempa (R) pada sistem rangka pemikul momen (SNI 03-1726-2002)
No Sistem Pemikul Beban Gempa Reduksi gempa (R)
1 Rangka pemikul momen khusus (SRPMK)
a. Baja 8,5
b. Beton 8,5
2 Rangka pemikul momen menengah beton (SRPMM) 5,5
3 Rangka pemikul momen biasa (SRPMB)
a. Baja 4,5
b. Beton 3,5
4 Rangka batang baja pemikul momen khusus (SRBPMK) 6,5
2.2.4.5 Kombinasi Beban
Struktur dan komponen struktur harus direncanakan hingga semua penampang
mempunyai kuat rencana minimum sama dengan kuat perlu, yang dihitung
berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor yang sesuai dengan ketentuan.
Komponen struktur juga harus memenuhi ketentuan lain yang tercantum dalam tata
cara ini untuk menjamin tercapainya perilaku struktur yang cukup baik pada tingkat
beban kerja (sesuai SNI-03-2847-2002) adalah:
1) Kuat perlu U untuk menahan beban mati DL paling tidak harus sama dengan
U = 1,4 DL (2.5)
Kuat perlu U untuk menahan beban mati DL, beban hidup LL, dan juga beban
atap A atau beban hujan R, paling tidak harus sama dengan
U = 1,2 DL + 1,6 LL + 0,5 (A atau R) (2.6)
2) Bila ketahanan struktur terhadap beban angin W harus diperhitungkan dalam
perencanaan, maka pengaruh kombinasi beban DL, LL, dan W berikut harus
ditinjau untuk menentukan nilai U yang terbesar, yaitu:
U = 1,2 DL + 1,0 LL ± 1,6 W + 0,5 (A atau R) (2.7)
Kombinasi beban juga harus memperhitungkan kemungkinan beban hidup LL
yang penuh dan kosong untuk mendapatkan kondisi yang paling berbahaya,
yaitu:
U = 0,9 DL ± 1,6 W (2.8)
Perlu dicatat bahwa untuk setiap kombinasi beban DL, LL, dan W, kuat perlu U
tidak boleh kurang dari persamaan U = 1,2 DL + 1,6 LL + 0,5 (A atau R).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3) Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa E harus diperhitungkan dalam
perencanaan, maka nilai kuat perlu U harus diambil sebagai:
U = 1,2 DL + 1,0 LL ± 1,0 E (2.9)
atau U = 0,9 DL ± 1,0 E (2.10)
2.2.5 Evaluasi Struktur Bangunan Gedung
2.2.5.1 Kinerja Batas Layan
Kinerja batas layan struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar-tingkat
akibat pengaruh gempa rencana, yaitu untuk membatasi terjadinya pelelehan baja dan
peretakan beton yang berlebihan, di samping untuk mencegah kerusakan non-
struktur dan ketidaknyamanan penghuni. Simpangan antar-tingkat ini harus dihitung
dari simpangan struktur gedung tersebut akibat pengaruh Gempa Nominal yang telah
dibagi Faktor Skala. Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan struktur
gedung, dalam segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan
struktur gedung tidak boleh melampaui 0,03/R kali tinggi tingkat yang bersangkutan
atau 30 mm, bergantung yang mana yang nilainya terkecil. (SNI 03-1726-2002)
2.2.5.2 Kinerja Batas Ultimit
Kinerja batas ultimit struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan
simpangan antar-tingkat maksimum struktur gedung akibat pengaruh Gempa
Rencana dalam kondisi struktur gedung di ambang keruntuhan, yaitu untuk
membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung yang dapat
menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan berbahaya antar-
gedung atau antar bagian struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah/
delatasi. Persyaratan kinerja batas ultimit struktur gedung tidak boleh melampaui
0,02 kali tinggi tingkat yang bersangkutan. (SNI 03-1726-2002).
Simpangan dan simpangan antar-tingkat ini harus dihitung dari simpangan
struktur gedung akibat pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan suatu faktor
pengali sebagai berikut:
o untuk gedung beraturan, menggunakan rumus:
0,7 R (2.11)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dengan: = faktor pengali untuk kinerja batas ultimit,
R = faktor reduksi gempa struktur gedung.
o untuk gedung tidak beraturan, menggunakan rumus:
skalafaktorR7,0
(2.12)
dengan R adalah faktor reduksi gempa struktur gedung tersebut dan faktor skala
ditentukan berdasarkan rumus:
tVV
skalafaktor 18,0
(2.13)
dengan: V1 = Gaya geser dasar nominal sebagai respons dinamik ragam yang
pertama, Vt = Gaya geser dasar nominal yang didapat dari hasil analisis ragam
spektrum respons.
Sistem rangka pemikul momen yaitu sistem struktur yang pada dasarnya
memiliki rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap dimana beban lateral
dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur, faktor reduksi
gempa (R) ditentukan berdasarkan Tabel 2.3.
2.2.5.3 Metode perbaikan dan Perkuatan Struktur
Perbaikan komponen pada dasarnya mempunyai maksud untuk meningkatkan
kekuatan dan daktilitas yang ditentukan berdasarkan kondisi lokasi tempat bangunan
tersebut berdiri. Pada daerah resiko gempa tinggi gabungan faktor kekuatan dan
daktilitas merupakan pilihan yang tepat. Perbaikan pada konstruksi beton meliputi
bahan beton dan tulangan. Prinsip perlindungan dan perbaikan pada bahan beton
seperti: perlindungan terhadap kebocoran, pengontrol kelembaban, restorasi beton,
perkuatan struktur, peningkatan ketahanan fisik, peningkatan terhadap kimia. (Sjafei
Amri, 2006)
Metode perkuatan yang dipilih harus memperhatikan beberapa hal, yaitu
kapasitas struktur, lingkungan dimana struktur berada, peralatan yang tersedia,
kemampuan tenaga pelaksana serta batasan-batasan dari pemilik seperti keterbatasan
ruang kerja, kemudahan pelaksanaan, waktu pelaksanaan dan biaya perkuatan.
Metode perkuatan yang umumnya dilakukan adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
1) memperpendek bentang dari struktur dengan konstruksi beton ataupun dengan
konstruksi baja,
2) memperbesar dimensi daripada konstruksi beton,
3) menambah plat baja,
4) melakukan external prestressing,
5) menggunakan FRP (fibre reinforced polymer).
2.2.6 Arsitektur Bangunan Gedung
Unsur-unsur penilaian komponen arsitektural bangunan gedung berdasarkan
keandalan bangunan gedung adalah sebagai berikut:
1) kesesuaian penggunaan fungsi,
2) pelapis muka lantai, baik di luar maupun di dalam bangunan gedung,
3) pelesteran lantai baik di luar maupun di dalam bangunan gedung,
4) pelapis dinding, baik di luar maupun di dalam bangunan gedung,
5) pintu dan jendela bangunan gedung berserta assesorisnya,
6) penutup atap bangunan gedung.
2.2.7 Utilitas Bangunan Gedung
Unsur-unsur penilaian komponen utilitas bangunan gedung berdasarkan
keandalan bangunan gedung adalah:
1) instalasi pencegah kebakaran,
2) plambing,
3) instalasi listrik,
4) instalasi penangkal petir,
5) aksessibilitas,
6) tata bangunan dan lingkungan.
2.2.7.1 Plambing
Bangunan gedung tempat tinggal berupa asrama, untuk setiap 15 orang harus
dilengkapi sekurang-kurangnya dengan:
1) sebuah kloset,
2) sebuah bak mandi atau bak air mandi atau dus,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
3) sebuah tempat cuci tangan,
4) sebuah pengering lantai,
5) jumlah kloset di ruang toilet laki-laki dapat diganti dengan peturasan tidak lebih
dari 1/3 jumlah kloset yang dipersyaratkan.
(Anonim, 2000).
Kebutuhan air bersih daerah perkotaan pasti meningkat dari periode ke periode
sesuai dengan lajunya perkembangan dan tingkat pertambahan penduduk. konsumsi
air ditunjukkan pada Tabel 2.4. Daya buang perlengkapan bangunan dijelaskan pada
Tabel 2.5 sampai dengan Tabel 2.7. (Hartanto, 1992)
Tabel 2.4 Konsumsi air bersih berdasarkan kategori kota (kimpraswil, 2003)
Kategori Kota Jumlah Penduduk
(orang) Konsumsi air
(liter/orang/hari) kota metropolitan > 1.000.000 210
kota besar 500.000 1.000.000 170 kota sedang 100.000 500.000 150 kota Kecil 20.000 100.000 90
Tabel 2.5 Daya buang rata-rata perlengkapan saniter (Hartono Poerbo, 1992)
Perlengkapan Bangunan Daya buang rata-rata
Kloset 120 liter/menit Bak mandi 90 liter/menit
Westafel/urinoir 60 liter/menit Kebutuhan kloset 1 buah/40 orang
Tabel 2.6 Debit maksimum pipa penyalur (Hartono Poerbo, 1992)
Diameter pipa Debit (liter/menit)
12,5 30
65 1.500 2.000
Tabel 2.7 Pipa pembuang air hujan berdasarkan luasan atap (Hartono Poerbo, 1992)
Diameter pipa Luas atap (m2)
75 150
3 250
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2.2.7.2 Elektrikal
Kebutuhan maksimum instalasi listrik harus dihitung untuk jenis instalasinya
dan perlengkapan yang terpasang. Untuk maksud perhitungan, beban yang
tersambung pada setiap penghantar aktif harus diperlakukan terpisah. Untuk instalasi
bukan rumah (perumahan, hotel, asrama, pernginapan, dll), perhitungan kebutuhan
maksimum setiap fase dari instalasi harus ditentukan dengan mengambil jumlah dari
nilai-nilai yang diperoleh dengan menerapkan jenis instalasi pada kelompok beban.
Suatu kotak kontak (KK), yang terpasang pada ketinggian lebih dari 2,3 m di
atas lantai untuk penyambungan peranti dengan daya tidak lebih dari 100 W atau
luminer penerangan dapat dimasukkan sebagai titik lampu dalam kelompok beban A.
Suatu peranti dengan daya tidak lebih dari 100 W yang terpasang secara magun atau
dipasang pada KK yang dipasang lebih dari 2,3 m di atas lantai boleh dianggap
sebagai titik penerangan. (Anonim, 2000a)
Perhitungan pra-rencana untuk beban listrik suatu bangunan gedung perlu
dilakukan untuk mengetahui kebutuhan arus listrik pada saat beban puncak.
Kelompok beban listrik dalam suatu bangunan adalah sebagai berikut:
1) pencahayaan listrik.
2) stop kontak untuk peralatan rumah tangga maupun motor-motor kecil.
3) ventilasi gedung, pendingin ruangan atau air conditioning (AC).
4) plumbing/sanitari (pompa air dan lain-lain).
5) peralatan dapur.
6) peralatan khusus (laboratorium).
(Hartono, 2007).
Sistem pencahayaan berupa penerangan langsung menggunakan lampu yang
kebutuhannya dihitung berdasarkan satuan luminasi. Pada kondisi ruangnya dengan
warna plafond dan dinding terang, digunakan Coefficient of Utilization (CU) sebesar
50-60% dan Light Loss Factor (LLF) sebesar 0,7-0,8. Perhitungan jumlah lampu
yang diperlukan pada suatu ruangan dihitung dengan persamaan (Hartono, 2007):
lampulampu NUCLLF
ALm
(2.14)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
dengan: lampu = Luminasi lampu,
Lm = Kebutuhan luminasi cahaya berdasarkan tipe ruangan, A = Luas ruangan, LLF = Light Loss Factor (0,7-0,8), UC = Coefficient of Utilization (50-60%), dan Nlampu = Jumlah lampu yang digunakan.
Luminasi lampu dapat dilihat pada Tabel 2.8, sedangkan kebutuhan luminasi cahaya
untuk berbagai tipe ruangan disajikan pada Tabel 2.9.
Tabel 2.8 Luminasi berdasarkan jenis lampu (Hartono Poerbo, 1992)
Jenis Lampu Luminasi (lumen/watt) Umur rata-rata (jam)
Pijar 11-18 1.000 TL dengan ballast 50-80 900 1.800
Halogen 16-20 1.000 Mercury dengan ballast 30-60 16.000
Neon 80 7.000 15.000 Neon Kompak (SL) 60 7.000 15.000
Tabel 2.9 Kebutuhan luminasi berdasarkan tipe ruangan (Hartono Poerbo, 1992)
Jenis Ruangan Luminasi (lumen)
Ruang tidur 50 Kamar mandi 100
Tangga 300 Dapur 300
Perhitungan kuat arus litrik (fasa satu) yang dibutuhkan dari gardu PLN ke
panel utama dapat dihitung dengan persamaan:
cos1EP
I aa
(2.15)
dengan: Ia = kuat arus listrik (Ampere), Pa = beban daya listrik (watt), cos = faktor kerja (0,8-0,9).
Instalasi listrik merupakan suatu sistem jaringan listrik yang melalui suatu
penghantar berupa kabel-kabel dengan jenis dan ketebalan tertentu. Kemampuan
hantar arus pada kabel instalasi berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada Tabel 2.10.
(Hartono, 2007)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Tabel 2.10 Kemampuan kabel instalasi dalam menghantar arus listrik (Hartono Poerbo, 1992)
Luas penampang
nominal
Kabel NYA (dalam pipa
instalasi)
Kabel NYM
Kabel NYY atau NYFGbY Berurat 2 Berurat 3 dan 4
di tanah di udara di tanah di udara mm2 Ampere Ampere Ampere Ampere Ampere Ampere 1,5 10 20 - - - - 2,5 20 25 36 29 32 25 4 25 35 47 38 41 34 6 35 50 59 48 52 44
10 50 63 78 66 69 60
2.2.7.3 Sistem Tata Udara (Air Conditoning)
Sistem tata udara direncanakan agar diperoleh kenyamanan penghuni, baik dari sisi
suhu ruangan maupun kelembaban udaranya. Menurut Jimmy (2005), kenyamanan
udara dalam ruangan umumnya adalah sebesar 100C dibawah rata-rata tubuh
manusia (sekitar 260C). Untuk kebituhan udara dingin, sebagai pendekatan dapat
mengacu kepada Tabel 2.11.
Tabel 2.11 Beban pendingin untuk berbagai fungsi bangunan (Jimmy, 2005)
No Fungsi bangunan Beban per 100 m3 ruangan (TR)
1 Apartemen 0,5 1,0 2 Hotel 1,0 1,5 3 Kampus 1,5 2,0 4 Kantor 1,5 2,0 5 Rumah Sakit 1,0 1,5
Catatan: 1 TR = 12.000 BTU = 1,5 HP = 1,12 KW
2.2.7.4 Sistem Pemadam Kebakaran
Sistem pemadam kebakaran merupakan komponen dalam proteksi kebakaran
aktif pada bangunan gedung. Sistem ini terbagi menjadi:
1) sistem deteksi alarm kebakaran.
2) sprinkler otomatis.
3) gas pemadam api
4) hidran.
5) tabung pemadam api ringan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2.2.7.5 Sistem Proteksi Petir
Sistem proteksi petir (SPP) diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-
7015-2004. Adapun zona proteksi petir (ZPP) adalah ruang yang diproteksi harus
dibagi kedalam zona proteksi petir menurut tingkat ancaman perusakan akibat pulsa
elektromaknetik petir, dan menunjukkan lokasi untuk titik pengikat pada perbatasan
zona. Konstruksi sistem proteksi petir pada bangunan gedung terbagi atas dua, yaitu
sistem proteksi petir internal dan sistem proteksi petir eksternal. Konstruksi sistem
proteksi petir eksternal terdiri atas:
1) sistem terminasi-udara.
2) sistem konduktor penyalur.
3) sistem terminasi bumi.
2.2.8 Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung
Pemeliharaan bangunan gedung adalah kegiatan menjaga keandalan bangunan
gedung beserta prasarana dan sarananya agar bangunan gedung selalu laik fungsi.
Pekerjaan pemeliharaan meliputi jenis pembersihan, perapihan, pemeriksaan,
pengujian, perbaikan dan/atau penggantian bahan atau perlengkapan bangunan
gedung, dan kegiatan sejenis lainnya berdasarkan pedoman pengoperasian dan
pemeliharaan bangunan gedung.
Perawatan bangunan gedung adalah kegiatan memperbaiki dan/atau mengganti
bagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarana
agar bangunan gedung tetap laik fungsi. Pekerjaan perawatan meliputi perbaikan
dan/atau penggantian bagian bangunan, komponen, bahan bangunan, dan/atau
prasarana dan sarana berdasarkan dokumen rencana teknis perawatan bangunan
gedung, dengan mempertimbangkan dokumen pelaksanaan konstruksi.
2.2.9 Biaya
Pelaksanaan suatu pembangunan yang dimulai dari ide, studi kelayakan,
perencanaan, pelaksanaan, sampai pada operasi dan pemeliharaan membutuhkan
biaya. Secara garis besar biaya dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian (Kuiper,
1971) sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
1) biaya modal/investasi (capital cost),
2) biaya tahunan (annual cost).
2.2.9.1 Biaya Modal (Capital Cost)
Pengertian biaya modal (Suad Husnan, dkk, 2008) adalah semua pengeluaran
yang dibutuhkan mulai dari pra studi sampai proyek selesai dibangun. Semua biaya
modal dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1) biaya langsung, yaitu biaya yang diperlukan untuk pembangunan suatu proyek.
2) biaya tidak langsung, yaitu sejumlah pengeluaran yang merupakan porsi
substansial dari biaya langsung.
2.2.9.2 Biaya Tahunan (Annual Cost)
Biaya tahunan (Annual Cost) adalah pengeluaran yang dibutuhkan dalam satu
tahun sampai umur proyek selesai. Adapun komponen Cost untuk biaya tahunan
terdiri dari:
1) bunga Pinjaman (Interest)
2) cicilan Pinjaman (Amortisasi)
3) penyusutan (Depresiasi)
4) biaya operasional dan pemeliharaan
2.2.10 Angsuran Pinjaman
Biaya modal umumnya memiliki jumlah yang besar. Pinjaman ke salah satu
Bank merupakan alternatif yang sering digunakan dalam menganalisis kelayakan
suatu investasi. Besarnaya angsuran pinjaman ini dapat dihitung berdasarkan
persamaan:
11
1..m
m
ti
iiPA
(2.17)
dengan: At = Angsuran per tahun, P = pokok pinjaman, i = suku bunga kredit, m = jangka waktu pembayaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2.2.11 Analisis Kelayakan Investasi
Investasi dalam suatu proyek konstruksi dapat memberikan manfaat yang lebih
tinggi disamping ketidakpastian yang tinggi. Ketidakpastian tergantung pada banyak
faktor risiko. Pengaruh risiko yang diidentifikasi kemudian harus dievaluasi dan
dihitung terhadap kelayakan proyek. Sebelum investasi, kelayakan proyek harus
dilakukan sebagai salah satu pertimbangan untuk membuat keputusan apakah proyek
ini layak atau tidak. (Firmansyah, 2006)
Analisis kelayakan investasi dapat dihitung berdasarkan rasio manfaat dan
biaya (BCR), selisih manfaat dan biaya (NPV), tingkat Pengembalian internal (IRR),
dan titik impas (BEP). Klasifikasi persoalan ekonomi pada berbagai pengembangan
proyek dibedakan menurut 2 kategori:
1) Berupa persoalan, dimana manfaat dari kemungkinan proyek dapat dikenali
(identical), sehingga cara pemilihan kemungkinan pemecahan yang paling
ekonomis hanya membandingkan biaya proyek saja.
2) Berupa persoalan, dimana manfaat dan biaya dari kemungkinan proyek sangat
berbeda, sehingga perlu dilakukan analisis dari manfaat dan biaya untuk memilih
kemungkinan yang diinginkan.
Menurut Kuiper dalam Hari Prasetijo (2011), ada empat parameter dalam analisis
ekonomi manfaat (benefit) dan biaya (cost), yaitu:
1) Rasio manfaat biaya/Benefit Cost Ratio (BCR);
2) Selisih manfaat biaya/Net Present Value (NPV);
3) Tingkat pengembalian internal/ Internal Rate of Return (IRR).
4) Titik impas/Break Even Point (BEP)
2.2.11.1 Rasio Manfaat dan Biaya
Rasio manfaat dan biaya (benefit cost ratio/BCR) adalah perbandingan antara
nilai ekivalen dari Benefit (Manfaat) dengan nilai Ekuivalen dari Cost (Biaya) pada
suatu titik waktu yang sama, misalnya Present Worth (Sekarang), Future Worth
(yang akan datang) ataupun Annual Worth. Secara umum rumus untuk perhitungan
nilai ini dapat diuraikan pada persamaan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
nt
tt
nt
tt i
Ct
i
BtBCR
11 )1(:
)1( (2.18)
dengan: BCR = Rasio manfaat dan biaya (Benefit Cost Ratio), Bt = manfaat (Benefit) pada tiap tahun, Ct = biaya (Cost) pada tiap tahun, t = tahun ke-1,2,3,..., n, n = jumlah tahun, i = suku bunga.
investasi tersebut layak untuk dilaksanakan, sedangkan
apabila BCR<1 maka investasi tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
2.2.11.2 Selisih Manfaat dan Biaya
Selisih manfaat dan biaya adalah jumlah dari keseluruhan manfaat (benefit)
dikurangi dengan keseluruhan biaya (cost) pada suatu titik waktu yang sama,
misalkan nilai sekarang (present worth), nilai yang akan datang (future worth),
ataupun nilai periode yang sama (annual worth). Dari definisi tersebut diatas dapat
disimpulkan:
nt
tti
CtBtNPV
1 )1(
)(
(2.19)
dengan : NPV = Selisih manfaat dan biaya, Bt = Manfaat (Benefit) pada tiap tahun, Ct = Biaya (Cost) pada tiap tahun, t = tahun ke-1,2,3,..., n, n = jumlah tahun, i = suku bunga.
Apabila selisih manfaat dan biaya (net benefit) bernilai positif atau lebih besar
atau sama dengan nol, maka investasi tersebut layak untuk dilaksanakan. Sedangkan,
apabila selisih manfaat dan biaya (net benefit) bernilai negatif atau lebih kecil dari
pada nol, maka investasi tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
2.2.11.3 Tingkat Pengembalian Internal
Tingkat pengembalian internal (internal rate of return/IRR) merupakan nilai
suku bunga yang diperoleh jika rasio manfaat biaya (BCR) bernilai sama dengan 1
atau nilai suku bunga yang diperoleh jika selisih manfaat dan biaya (net benefit)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
bernilai sama dengan 0 (nol). Tingkat pengembalian internal (IRR) dihitung atas
dasar pendapatan per-tahun bersih dan total investasi yang diperlukan. Nilai tingkat
pengembalian internal (IRR) ini sangat penting diketahui untuk melihat sejauh mana
kemampuan proyek ini dapat dibiayai dengan melihat nilai suku bunga pinjaman
yang berlaku. Perhitungan nilai IRR menggunakan persamaan berikut:
0)1()(
1
nt
ttIRR
CtBt
(2.20)
dengan : IRR = Tingkat pengembalian internal (Internal Rate of Return), Bt = Manfaat (Benefit) pada tiap tahun, Ct = Biaya (Cost) pada tiap tahun, t = tahun ke-1,2,3,..., n, n = jumlah tahun.
Apabila nilai tingkat pengembalian internal (IRR) lebih besar daripada suku bunga (i)
yang ditetapkan maka investasi tersebut layak untuk dilaksanakan. Sedangkan, jika
tingkat pengembalian internal (IRR) lebih kecil daripada suku bunga (i) yang
ditetapkan, maka investasi tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.
2.2.11.4 Titik Impas
Titik impas, atau Break Even Point (BEP), adalah suatu titik keseimbangan
dimana pemasukan dapat menutupi pengeluaran. Titik impas perlu diketahui apakah
investasi yang dilakukan akan kembali dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
Perhitungan titik impas ini menggunakan persamaan sebagai berikut:
0)1(
)(
1
nt
tti
CtBt
(2.21)
dengan : Bt = Manfaat (Benefit) pada tiap tahun, Ct = Biaya (Cost) pada tiap tahun, t = tahun ke-1,2,3,..., n, n = jumlah tahun, i = suku bunga.
Apabila titik impas lebih cepat atau sama dengan jangka waktu yang telah
ditentukan, maka investasi dinyatakan layak untuk dilakukan. Sebaliknya, apabila
titik impas lebih lama daripada jangka waktu yang telah ditentukan, maka investasi
dinyatakan tidak layak utuk dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB 3 BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Subyek penelitian ini adalah bangunan gedung Asrama Mahasiswa Unversitas
Sebelas Maret (UNS) Surakarta sebanyak 4 (empat) unit, yaitu Gedung A, Gedung
B, Gedung C dan Gedung D. Bangunan gedung ini berlokasi di Jalan Kartika III
Ngoresan, Kelurahan Jebres, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Lokasi penelitian
dapat dilihat pada Gambar 3.1 sedangkan tampak bangunan yang diteliti pada
Gambar 3.3 sampai Gambar 3.6
Gambar 3.1 Lokasi Gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta (GoogleEarth)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Gambar 3.2 Layout Gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta (GoogleEarth)
Gambar 3.3 Tampak depan Gedung A
Gambar 3.4 Tampak depan Gedung B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Gambar 3.5 Tampak depan Gedung C
Gambar 3.6 Tampak depan Gedung D
3.2 Alat yang digunakan dalam Penelitian
Penelitian ini menggunakan alat-alat berupa perangkat keras maupun perangkat
lunak. Adapun alat yang digunakan adalah:
1) Pengukuran geometri dan komponen bangunan menggunakan alat ukur panjang.
2) Pengukuran kuat tekan beton eksisting menggunakan Schmidt Rebound Hammer.
3) Pemodelan dan analisis struktur menggunakan perangkat lunak SAP2000.
4) Simulasi analisis ekonomi menggunakan perangkat lunak Microsft Excel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
3.3 Pengumpulan Data
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa:
1) Data Primer, berupa:
a) Pengamatan visual dan survei pada obyek penelitian.
b) Mengukuran geometri bangunan.
c) Studi literatur.
d) Media cetak dan elektronik.
2) Data Sekunder, berupa:
a) Sejarah dan penggunaan bangunan.
b) Kondisi tanah disekitar lokasi penelitian.
c) Tarif penggunaan air bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota
Surakarta tahun 2011.
d) Tarif Dasar Listrik (TDR) Perusahaan Listrik Negara (PLN) tahun 2011.
e) Daftar harga satuan upah dan bahan untuk Kota Surakarta tahun 2011.
f) Analisa harga satuan pekerjaan untuk bangunan gedung yang masih berlaku.
3.4 Analisis Data
3.4.1 Analisis Kondisi Eksisting Bangunan Gedung
Survei lapangan dilakukan untuk memperoleh data-data bangunan eksisting
yang ditinjau, berupa:
1) Mengamati kondisi gedung secara keseluruhan.
2) Pengukuran geometri bangunan.
3) Mendata jenis dan kondisi masing-masing komponen bangunan.
Berdasarkan pengamatan dan pengukuran geometri bangunan, akan dilakukan
penggambaran ulang seluruh bangunan gedung yang mencakup layout bangunan,
denah arsitektur, denah struktur, dimensi komponen struktur (kolom, balok, tangga,
dan ring balok), rangka kuda-kuda atap, detail pintu dan jendela, dan lain-lain.
Pengujian mutu beton pada bangunan gedung eksisting diperlukan untuk
mengetahui kuat tekan beton. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat
schmidt rebound hammer. Pengujian dilakukan pada kolom, balok, pelat lantai dan
tangga. Masing-masing gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta diambil 10 titik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
sebagai sampel pengujian ini.
Perhitungan dan analisis struktur dilakukan untuk mengetahui kecukupan
penampang kolom dan balok struktur. Analisis struktur yang disyaratkan berdasarkan
kinerja batas layan dan kinerja batas ultimit. Jika tidak memenuhi persyaratan
tersebut, maka harus dilakukan perkuatan.
Penilaian kondisi bangunan gedung dilakukan untuk memperoleh gambaran
kondisi laik fungsi bangunan. Penilaian ini dilakukan berdasarkan software
Keandalan Bangunan untuk Rusunawa yang merupakan hasil penelitian Rosalina
(2011). Sebelum dipergunakan, Software tersebut akan dilakukan validasi terhadap
kebenaran input dan output.
3.4.2 Analisis Biaya Rehabilitasi Bangunan Gedung
Analisis biaya rehabilitasi dilakukan untuk masing-masing unit bangunan
Gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta, yaitu Gedung A, Gedung B, Gedung C
dan Gedung D. Biaya ini diperoleh dengan terlebih dahulu menganalisis Rencana
Anggaran Biaya (RAB) rehabilitasi terhadap masing-masing unit bangunan gedung
tersebut, kemudian dijabarkan kepada masing-masing aspek tinjauan yaitu
struktural, arsitektural, dan utilitas.
Analisis ini mengacu kepada Tata Cara Perhitungan Rencana Anggaran Biaya
(RAB) untuk Rumah dan Gedung berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh
Badan Standardisasi Nasional (BSN). Sedangkan, harga satuan untuk upah dan
bahan mengacu kepada standar harga untuk Kota Surakarta tahun 2011.
3.4.2.1 Analisis Biaya Rehabilitasi Struktural
Analisis biaya rehabilitasi struktur bangunan gedung ini diperoleh dengan
terlebih dahulu melakukan assessment terhadap struktur masing-masing unit
bangunan gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta. Assessment yang dilakukan
dibagai menjadi 2, yaitu berdasarkan:
1) kondisi kerusakan bangunan secara visual,
2) perhitungan analitis (kinerja batas layan dan kinerja batas ultimit).
Dengan mengetahui jenis dan penyebab kerusakan struktur bangunan secara visual
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
yang diperoleh melalui pengamatan dan pendataan pada masing-masing unit gedung,
maka dapat ditentukan penanganan rehabilitasi yang tepat.
Assssment struktur gedung juga dilakukan dengan cara perhitungan analitis.
Analisis ini dimulai dengan melakukan analisis pembebanan, pemodelan dan analisis
struktur kuda-kuda. Hasil analisis ini berupa gaya-gaya dalam maksimum perletakan
kuda-kuda yang akan didistribusikan pada ring balok portal ruang masing-masing
unit gedung sebagai beban mati. Setelah itu, dilakukan analisis struktur portal ruang
masing-masing unit gedung. Analisis ini mengacu kepada pemenuhan persyaratan
kinerja struktur. Kinerja struktur yang ditinjau adalah kinerja batas layan dan kinerja
batas ultimit.
Analisis beban-beban yang bekerja serta kombinasi pembebanan sesuai dengan
Peraturan Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-
1.3.5.3-1987), Tata Cara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SNI-
2847-2002), dan Pedoman Persyaratan Teknik Bangunan Gedung (Permen PU
No.29/PRT/M/2006). Perhitungan struktur menggunakan bantuan perangkat lunak
SAP2000. Jika hasil perhitungan tidak memenuhi syarat berdasarkan ketentuan
diatas, maka perlu dilakukan perkuatan. Selanjutnya, dilakukan kembali perhitungan
dengan memasukkan beban-beban baru. Kemudian dilakukan pemodelan dan analisis
struktur sampai pemenuhan syarat-syarat diatas terpenuhi. Setelah syarat batas
minimum struktural terpenuhi, maka akan dilakukan perhitungan Rencana Anggaran
Biaya (RAB) struktural untuk masing-masing unit gedung. Analisis rehabilitasi
struktural ini dapat dilihat pada Gambar 3.8.
3.4.2.2 Analisis Biaya Rehabilitasi Arsitektural
Analisis biaya rehabilitasi arsitektur bangunan gedung ini diperoleh dengan
terlebih dahulu melakukan assessment terhadap arsitektur masing-masing unit
gedung. Dengan mengetahui jenis dan penyebab kerusakan bangunan secara visual
yang diperoleh melalui pengamatan dan pendataan, maka dapat ditentukan teknik
perbaikan dan atau penggantian dengan komponen yang rusak dengan komponen
baru yang memiliki kesamaan fungsi. Pendataan jenis kerusakan komponen
arsitektur ini diklasifikasikan menjadi:
1) komponen arsitektur eksisting yang masih dapat dipergunakan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
2) komponen arsitektur eksisting yang masih dapat dipergunakan jika dilakukan
perbaikan,
3) komponen arsitektur eksisting yang tidak dapat dipergunakan lagi, dan
4) komponen arsitektur yang tidak ada tetapi dibutuhkan agar laik huni.
Untuk komponen arsitektur yang tidak dapat dipergunakan lagi, maka akan
dilakukan penggantian dengan komponen baru. Penggantian ini didasarkan agar tetap
berfungsi sebagaimana mestinya dengan jenis material yang paling ekonomis.
Penelitian juga dilakukan dengan peninjauan terhadap penataan ruangan pada
masing-masing unit gedung. Konsep penataan ulang ruangan diperlukan agar
diperoleh kondisi arsitektural yang lebih baik. Setelah itu, dilakukan perhitungan
Rencana Anggaran Biaya (RAB) arsitektural untuk masing-masing unit gedung.
Analisis rehabilitasi arsitektural ini dapat dilihat pada Gambar 3.9.
3.4.2.3 Analisis Biaya Rehabilitasi Utilitas
Analisis biaya rehabilitasi utilitas bangunan gedung ini diperoleh dengan
terlebih dahulu melakukan pendataan kondisi utilitas masing-masing unit gedung.
Komponen utilitas eksisting yang akan dianalisis adalah:
1) mekanikal,
2) elektrikal,
3) sistem pemadam kebakaran,
4) sistem penangkal petir.
Analisis biaya rehabilitasi utilitas juga dilakukan dengan pendataan jenis
kerusakan komponen utilitas berdasarkan klasifikasi sebagai berikut:
1) sub-komponen utilitas eksisting yang masih dapat dipergunakan,
2) sub-komponen utilitas eksisting yang masih dapat dipergunakan jika dilakukan
perbaikan,
3) sub-komponen utilitas eksisting yang tidak dapat dipergunakan lagi, dan
4) sub-komponen utilitas yang tidak ada tetapi dibutuhkan agar laik fungsi.
Sub-komponen utilitas bangunan yang tidak dapat dipergunakan lagi akan
diganti dengan komponen yang baru. Penggantian ini berdasarkan jenis material
yang paling ekonomis. Sedangkan, sub-komponen utilitas yang tidak ada tetapi
dibutuhkan, direncanakan berdasarkan penataan ruangan, jumlah penghuni, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
kemudahan pemeliharaannya. Setelah itu, perhitungan Rencana Anggaran Biaya
(RAB) utilitas dilakukan pada masing-masing unit gedung. Analisis rehabilitasi
utilitas ini dapat dilihat pada Gambar 3.10.
3.4.3 Analisis Kelayakan Biaya Rehabilitasi
Analisis kelayakan biaya rehabilitasi bangunan dilakukan untuk masing-
masing unit gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta. Perhitungan pada Analisis
ini berdasarkan rasio antara biaya rehabilitasi dengan biaya pembangunan baru pada
masing-masing unit gedung (Gedung A, B, C, D). Jika rasio tersebut lebih kecil atau
sama dengan 65% maka gedung tersebut layak untuk direhabilitasi, sedangkan jika
lebih besar daripada 65% maka gedung tersebut tidak layak untuk direhabilitasi.
3.4.4 Analisis Aliran Kas Masuk/Manfaat
Analisis aliran kas masuk/manfaat dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
jumlah pendapatan selama satu bulan. Pendapatan ini diakumulasikan menjadi
pendapatan selama satu tahun untuk masing-masing unit gedung. Adapun
pemasukan/manfaat yang dihitung adalah berupa sewa kamar per-orang per-bulan
dengan kenaikan harga per-tahun. Pemodelan dilakukan dengan cara simulasi (dapat
dilihat pada sub-bab 3.4.6.).
3.4.5 Analisis Aliran Kas Keluar/Biaya
Analisis aliran kas keluar/biaya dalam penelitian ini dihitung berdasarkan
jumlah pengeluaran selama satu bulan. Pengeluaran ini diakumulasikan menjadi
pengeluaran selama satu tahun untuk masing-masing unit gedung. Adapun biaya
pengeluaran yang dihitung adalah berupa:
1) Biaya operasional bangunan gedung, termasuk biaya penggunaan listrik dan air
bersih.
2) Biaya gaji personil pengelola, yaitu kepala pengelola, staf administrasi, staf
teknis (maintenance), dan petugas keamanan (satpam).
3) Biaya penggantian peralatan dan perabotan baru berdasarkan umur
ekonomisnya.
4) Pajak penghasilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3.4.6 Simulasi dan Penentuan Skenario
Analisis kelayakan investasi dapat dihitung dengan menentukan parameter-
parameter bebas dan terikat. Paramater ini akan didefinisikan dalam bentuk skenario-
skenario penyewaan kamar. Potensi area komersial, seperti laundry, kantin, foto kopi
dan lain-lain, tidak diperhitungkan dalam simulasi ini. Simulasi ini dibagi menjadi 3
skenario, yaitu skenario 1, skenario 2, skenario 3, dan skenario 4. Skenario 1
menggunakan harga sewa dasar lebih kecil atau sama dengan harga sewa kamar di
sekitar kampus UNS Surakarta. Skenario 2 menggunakan harga sewa dasar minimum
yang mampu diterapkan.
Penentuan harga sewa dasar ini berdasarkan survei harga sewa kamar kost di
sekitar kampus UNS Surakarta. Survei ini dilakukan dengan membagi menjadi 3
zona, yaitu:
1) zona 1, adalah daerah dibagian utara kampus UNS Surakarta.
2) zona 2, adalah daerah dibagian timur kampus UNS Surakarta.
3) zona 3, adalah daerah dibagian barat kampus UNS Surakarta.
Dari hasil survei ini akan diperoleh rata-rata sewa kamar berdasarkan luas kamar
yang disewakan. Adapun yang menjadi variabel yang disurvei adalah berupa:
1) lokasi (berdasarkan zona).
2) jumlah hunian per kamar.
3) fasilitas yang disediakan di kamar maupun lingkungan kost.
4) ukuran kamar kost.
5) harga sewa kamar per-kamar per-tahun pada tahun 2009, 2010 dan 2011.
3.4.7 Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi dilakukan dengan cara simulasi pada masing-masing
skenario. Masing-masing skenario akan dilakukan analisis kelayakan investasi yang
meliputi rasio manfaat biaya, selisih manfaat dan biaya, tingkat pengembalian
internal, dan titik impas. Investasi dinyatakan layak apabila ke-empat parameter
tersebut terpenuhi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
3.5 Bagan Alir Penelitian
Gambar 3.7 Diagram alir metode penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Gambar 3.8 Diagram alir metode penelitian a1-a2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Gambar 3.9 Diagram alir metode penelitian b1-b2
Gambar 3.10 Diagram alir metode penelitian c1-c2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
BAB 4 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Data dan Kondisi Bangunan Gedung
4.1.1 Data Umum
Data teknis bangunan Asrama Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS)
Surakarta diperoleh berdasarkan hasil survei dan pengukuran di lapangan. Data-data
tersebut adalah:
1) Nama Bangunan : Asrama Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta
2) Alamat / Lokasi : Jalan Kartika III Ngoresan, Kelurahan Jebres, Kecamatan
Jebres, Kota Surakarta.
3) Fungsi : Kamar sewa untuk mahasiswa UNS Surakarta
4) Jumlah Bangunan : 4 ( empat ) buah, yaitu Gedung A, Gedung B, Gedung C,
Gedung D
5) Luas Bangunan : 1410,75 m2 (Gedung A); 1570,53 m2 (Gedung B); 1410,75
m2 (Gedung C); 702,72 m2 (Gedung D)
6) Jumlah Lantai : 4 (empat) lantai
7) Ketinggian antar lantai bangunan:
a) Tinggi lantai 1-2 : 3,45
b) Tinggi lantai 2-3 : 3,25
c) Tinggi lantai 3-4 : 3,25
d) Tinggi lantai 4-ring balok : 3,25
8) Struktur Bangunan Merupakan struktur pracetak dengan sistem pemikul momen
rangka kolom dan balok, dengan spesifikasi sebagai berikut:
a) dimensi kolom : 30×60 cm2 (kolom K1); 30×30 (kolom K2)
b) dimensi balok induk : 30×55 cm2 (balok B1); 20×55 cm2 (balok B2)
c) dimensi balok anak : 20×25 cm2 (balok B3)
d) tebal plat lantai : 12 cm
e) dinding : pasangan ½ bata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
f) rangka atap : kuda-kuda kayu
g) penutup atap : genteng
9) banyak Kamar : 92 kamar (Gedung A); 69 kamar (Gedung B); 92 kamar
(Gedung C); 44 kamar (Gedung D)
10) jumlah Kamar : 297 kamar
11) daya tampung : 184 orang (Gedung A); 138 orang (Gedung B); 184 orang
(Gedung C); 88 orang (Gedung D)
12) jumlah hunian : 594 orang
13) ruangan lainnya : kantin, lobi, laundry, kantor, ruang serbaguna.
14) pemilik : Universitas Sebelas Maret Surakarta
15) thn.pembangunan : Tahun 1982-1986.
Denah Gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta umumnya tipikal dari
lantai 1 sampai dengan lantai 4. Masing-masing gedung (Gedung A, Gedung B,
Gedung C, Gedung D) memiliki denah yang berbeda-beda. Denah lantai 2 masing-
masing gedung ini dapat dilihat pada Gambar 4.1 sampai Gambar 4.4.
Gambar 4.1 Denah lantai 2 Gedung A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Gambar 4.2 Denah lantai 2 Gedung B
Gambar 4.3 Denah lantai 2 Gedung C
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gambar 4.4 Denah lantai 2 Gedung D
4.1.2 Kondisi Struktural
Kondisi struktur bangunan gedung pada umumnya tampak baik, hanya
beberapa bagian balok kantilever mengalami pengelupasan pada plesterannya.
Berikut adalah kondisi pada masing-masing komponen struktur bangunan Gedung
Asrama Mahasiswa UNS Surakarta:
1) Kolom struktur menyangga bangunan gedung tidak mengalami kerusakan, baik
kolom pada Gedung A, B, C dan D. Kondisi kolom struktur dapat dilihat pada
Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Kondisi kolom struktur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
2) Balok struktur pada umumnya tidak mengalami kerusakan, tetapi terjadi
pengelupasan plesteran pada blok kantilever. Pengelupasan ini menyebabkan
terbukanya tulangan balok. Kondisi balok struktur dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Kondisi balok struktur
3) Rangka kuda-kuda atap dan tritisan terbuat dari kayu. rangka kuda-kuda pada
Gedung A, B dan C masih terlihat kokoh, tetapi besi pengaku dan beberapa baut
telah hilang. Rangka kuda-kuda tidak ditemui pada Gedung D, sehingga seluruh
komponen bangunan pada lantai 4 gedung tersebut tidak terlindung dari cuaca.
Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 4.7 dan Gambar 4.8.
Gambar 4.7 Kondisi rangka atap
4) Penutup langit-langit Gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta menggunakan
rangka kayu dan triplek. Kondisi rangka plafond pada beberapa ruangan masih
tampak baik, dan beberapa lainnya telah rusak bahkan hilang. Kondisi ini dapat
dilihat pada Gambar 4.9.
5) Tangga menghubungkan antar lantai di Gedung A, B, C, dan D. Tangga ini berada
di bagian dalam bangunan untuk Gedung A, B, C dan berada di luar bangunan
untuk Gedung D. Masing-masing gedung memiliki tipe tangga yang sama, yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
tangga dengan satu bordes ditengahnya. Kerusakan ditemui pada beberapa pelat
tangga, berupa plesteran yang mengelupas dan tulangan yang terkorosi. Kondisi
ini dapat dilihat pada Gambar 4.10Gambar 4.10.
Gambar 4.8 Kondisi kuda-kuda atap
Gambar 4.9 Kondisi rangka dan penutup langit-langit
Gambar 4.10 Kondisi pelat tangga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
4.1.3 Kondisi Arsitektural
Komponen arsitektur bangunan gedung banyak yang telah hilang, seperti
pintu, jendela, dan railing tangga. Berikut ini kondisi komponen arsitektur bangunan
pada Gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta:
Penutup dinding bagian luar bangunan umumnya mengalami kerasakan berupa cat
yang telah pudar, tumbuhnya tanaman liar pada beberapa bagian dinding, dan
plesteran yang mengelupas. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Kondisi penutup dinding bagian luar (eksterior)
Penutup dinding bagian dalam bangunan mengalami kerusakan berupa pelapukan
pada plesteran pelat tangga, rusaknya dinding akibat instalasi mekanikal dan
elektrikal yang hilang, permukaan dinding yang kotor, dan sekat antar kamar yang
sebelumnya terbuat dari partisi kayu dan triplek telah rusak/hilang. Kondisi ini
dapat dilihat pada Gambar 4.12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Gambar 4.12 Kondisi penutup dinding bagian dalam (interior)
Kamar mandi disediakan terpisah dari kamar tidur. Umumnya, masing-masing
lantai bangunan terdiri dari 8 (delapan) kamar mandi lengkap dengan kloset
jongkok dan bak air. Selain itu, juga tersedia bak cuci piring/westafel yang terbuat
dari pasangan batu dengan finishing pasangan keramik ukuran 20/20. Pada
beberapa kamar mandi dijumpai kloset jongkok dan bak air yang rusak, bahkan
telah hilang. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 4.13.
Gambar 4.13 Kondisi dinding kamar mandi
4) Penutup lantai berupa keramik ukuran 40/40 baik pada lantai 1,2,3 dan 4.
Umumnya keramik dalam kondisi baik, hanya saja setelah diamati keramik yang
ada tidak dapat digunakan karena kotor, rusak dan hilang. Pada penutup lantai 1 di
beberapa ruangan kamar tidur terjadi kerusakan berupa ambles/turunnya pelat
Gambar 4.14.
Pelapukan Pada plestran di bawah tangga
Dinding rusak akibat hilangnya panel listrik
Dinding kotor dan terkelupas
Kerusakan pada dinding
Dinding Lembab Kondisi pada Dinding KM/ WC kerusakan Dinding
Keramik dapur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Gambar 4.14 Kondisi penutup lantai
5) Pada awalnya, tangga yang menghubungkan antar lantai dilengkapi dengan railing
yang terbuat dari besi. Tetapi, railing ini telah hilang. Kondisi ini dapat dilihat
pada Gambar 4.15.
Gambar 4.15 Kondisi railing tangga
6) Kondisi pintu dan jendela sebagian besar mengalami kerusakan berupa daun pintu
yang telah hilang, kaca yang telah pecah. Beberapa kusen pintu juga mengalami
kerusakan, khususnya pada lantai 1 masing-masing Gedung Asrama Mahasiswa
UNS Surakarta. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 4.16.
Lantai mengalami retak pada lantai dasar Penumpukan Sampah Pada Lantai
Kerusakan Pada lantai KM/WC Penumpukan Sampah Pada Lantai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Gambar 4.16 Kondisi pintu dan jendela
4.1.4 Kondisi Utilitas
Komponen utilitas mengalami kerusakan dan hilang. Beberapa komponen
bahkan tidak dapat berfungsi lagi, seperti pompa air, listrik, dan penangkal petir.
Berikut ini kondisi komponen utilitas pada bangunan Gedung Asrama Mahasiswa
UNS Surakarta:
1) Air bersih pada gedung Asrama ini bersumber dari air PDAM yang ditampung
dalam gound tank, kemudia dialirkan ke penampungan air di tower baja (roof
tank). Kemudian, air bersih ini dialirkan ke masing-masing gedung dengan
menggunakan sistem gravitasi. Tower air masih terlihat baik, dimana cat pada
rangka baja tower tampak memudar. Sedangkan, pompa telah rusak dan tidak
dapat berfungsi lagi. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 4.17.
2) Instalasi air bersih menggunakan pipa PVC. Instalasi berupa perpipaan dan kran
air telah hilang. Hal ini menyebabkan kerusakan pada plesteran dinding dan
keramik. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 4.18.
Kerusakan Pada jendela dan pintu
Kerusakan Pada dinding partisi Pintu kamar / KM WC
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Gambar 4.17 Kondisi sumber air bersih (tandon dan pompa)
3) Instalasi air kotor dan air bekas menggunakan sistem terpisah dan dialirkan
dengan sistem gravitasi. Sebahagian pipa masih dijumpai, dimana pipa
menggunakan bahan PVC. Pipa air kotor dan air bekas ditempatkan sebanyak 4
(empat) titik pada Gedung A, B, C, dan 2 (dua) titik pada Gedung D. Pipa-pipa ini
menghubungkan sanitari lantai 1,2,3 dan 4 melalui shaft-shaft dinding antar dua
kamar mandi. Kondisi ini dapat dilihat pada Gambar 4.19.
Gambar 4.18 Kondisi instalasi air bersih
Gambar 4.19 Kondisi instalasi air kotor
Tower Air Rumah Pompa
Ground Tank
Pompa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
4) Instalasi listrik berupa panel utama yang terletak diantara Gedung B dan Gedung
C. Sedangkan panel-panel lainnya dibuat terpisah antara lantai 1,2,3 dan 4 pada
masing-masing Gedung A, B, C dan D. Banyak instalasi listrik berupa kabel-kabel
indoor yang hilang, termasuk stop kontak, saklar dan lampu-lampu. Praktis,
seluruh instalasi pada seluruh gedung telah hilang. Kondisi ini dapat dilihat pada
Gambar 4.20.
Gambar 4.20 Kondisi instalasi listrik
5) Gedung Asrama Mahasiswa ini pada awalnya dilindungi oleh penangkal petir
yang dipasang di atap masing-masing bangunan gedung. Kondisi instalasinya
serupa dengan instalasi listrik, yaitu kabel-kabelnya telah hilang. Kondisi ini dapat
dilihat pada Gambar 4.21.
Gambar 4.21 Kondisi instalasi penangkal petir
4.1.5 Keandalan Bangunan Gedung Eksisting
Penilaian keandalan bangunan gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta
diperlukan guna memperoleh gambaran secara umum kondisi eksisting bangunan
tersebut, baik kondisi struktural, arsitektural, dan utilitas bangunan. Penilaian ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
menggunakan software keandalaan bangunan gedung yang telah dimodifikasi khusus
untuk bangunan Rumah Susun Sewa (Rusunawa). Software ini digunakan untuk
menilai 5 aspek, yaitu askpek arsitektur, aspek struktur, aspek utilitas, aspek
aksesibilitas, dan aspek tata bangunan dan lingkungan (Rosalina, 2011).
Penilaian keandalan bangunan dilakukan dengan pengamatan secara visual
kondisi eksisting bangunan. Pengamatan dilakukan dengan mendata jenis dan
volume komponen-komponen yang rusak kemudian diisikan kedalam software
Keandalan Bangunan yang telah dimodifikasi untuk Rusunawa. Software ini
merupakan hasil penelitian dari Rosalina (2011). Validasi terhadap Software ini telah
dilakukan dengan cara menginput nilai kondisi tertentu, mengecek bobot-bobot
penilaian, kebenaran input dan output pada masing-masing aspek, komponen dan
sub-komponennya. Penilaian selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.
Sedangkan, rekapitulasi penilaian arsitektural dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil penilaian Keandalan Bangunan berdasarkan aspek arsitektural
Kode Aspek yang dinilai Hasil Penilaian
Gedung A Gedung B Gedung C Gedung D
1.1.1. Kesesuaian Penggunaan Fungsi 100,00 100,00 100,00 100,00
1.1.2. Pelapis Muka Lantai 71,25 75,50 66,25 52,50
1.1.3. Plesteran Lantai 100,00 100,00 100,00 100,00
1.1.4. Pelapis Muka Dinding 75,00 56,25 32,50 34,75
1.1.5. Pintu/Jendela 70,50 34,25 48,00 46,55
1.2.1. Penutup Atap 96,25 51,00 20,00 3,23
1.2.2. Pelapis Muka Dinding Luar 63,75 51,25 35,00 12,50
1.2.3. Pelapis Muka Lantai Luar 100,00 100,00 100,00 100,00
1.2.4. Plesteran Lantai Luar 100,00 100,00 100,00 100,00
Pada Tabel 4.1. memberikan gambaran kondisi arsitektur masing-masing
bangunan Asrama Mahasiswa UNS Surakarta. Kondisi yang andal (hasil penilaian
antara 85,00-100,00) adalah kesesuaian penggunaan fungsi, plesteran lantai, penutup
atap (hanya Gedung A), pelapis muka lantai luar, dan plesteran lantai luar. Kondisi
kurang andal (hasil penilaian antara 75,00-84,99) adalah pelapis muka dinding
(hanya Gedung A). Sedangkan aspek yang lainnya masuk kategori tidak andal (lebih
kecil daripada 75,00).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 4.2 Hasil penilaian Keandalan Bangunan berdasarkan aspek struktural
Kode Aspek yang dinilai Hasil Penilaian
Gedung A Gedung B Gedung C Gedung D
2.1.1. Pondasi , Kepala Pondasi, Balok Pondasi 100,00 100,00 100,00 100,00
2.2.1. Dinding Pasangan Bata/Batako 100,00 100,00 100,00 100,00
2.2.2. Kolom dan Balok 100,00 100,00 100,00 100,00
2.2.3. Slab Lantai 100,00 100,00 100,00 100,00
2.2.4. Rangka Atap, Ikatan Angin dan Gording
80,00 60,00 40,00 0,00
2.3.1. Rangka Langit-langit 40,00 56,00 25,00 0,00
2.3.2. Penutup Langit-langit 40,00 62,00 30,00 0,00
2.3.3. Tangga 92,88 92,88 85,67 94,74
2.3.4. Lantai Bawah 85,71 100,00 78,57 96,31
Pada Tabel 4.2 memberikan gambaran kondisi struktur masing-masing
bangunan Asrama Mahasiswa UNS Surakarta. Kondisi yang andal (hasil penilaian
antara 95,00-100,00) adalah Pondasi, dinding pasangan bata/batako, kolom dan
balok, dan lantai. Kondisi kurang andal (hasil penilaian antara 85,00-94,99) adalah
tangg dan lantai bawah. Sedangkan kondisi tidak andal (lebih kecil daripada 85,00)
adalah rangka atap, rangka langit-langit, dan penutup langit-langit. Detail penilaian
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B.
Tabel 4.3 Hasil penilaian Keandalan Bangunan berdasarkan aspek utilitas
Kode Aspek yang dinilai Hasil Penilaian
Gedung A Gedung B Gedung C Gedung D
3 Utilitas 3.1. Instalasi Pencegah Kebakaran 57,00 57,00 57,00 57,00 3.2. Plambing 36,30 33,00 29,10 27,90 3.3. Instalasi Listrik 0,00 0,00 0,00 0,00 3.4. Instalasi Penangkal Petir 16,00 16,00 4,00 0,00 4 Aksesibilitas 4.1. Ukuran Dasar Ruang 100,00 100,00 100,00 100,00 4.2. Jalur Pedestrian dan Ram 48,00 48,00 48,00 48,00 4.3. Area Parkir 48,00 48,00 48,00 48,00 4.4. Perlengkapan dan Peralatan 0,00 0,00 0,00 0,00 4.5. Toilet 0,00 0,00 0,00 0,00 4.6. Pintu 95,00 95,00 95,00 95,00 5 Penataan Bangunan dan Lingkungan 4.1. Tata Bangunan dan Lingkungan 100,00 100,00 100,00 100,00
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Pada Tabel 4.3 memberikan gambaran kondisi utilitas masing-masing
bangunan Asrama Mahasiswa UNS Surakarta. Kondisi yang andal (hasil penilaian
antara 99,00-100,00) adalah ukuran dasar ruang untuk aksesibilitas, dan tata
bangunan dan lingkungan. Kondisi kurang andal (hasil penilaian antara 95,00-98,99)
adalah pintu untuk asksesibilitas. Sedangkan aspek yang lainnya masuk kedalam
kategori tidak andal (lebih kecil daripada 95,00. Detail penilaian selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran B.
Tabel 4.4 Rekapitulasi penilaian Keandalan Bangunan
No Aspek yang dinilai Nilai
Keandalan Maksimum
Nilai Keandalan Gedung
A Gedung
B Gedung
C Gedung
D
1 Arsitektur 10 8,55 7,09 6,54 6,11
2 Struktur 30 28,50 28,64 27,48 26,85
3 Utilitas 50 14,71 14,30 13,32 13,01 4 Aksesibilitas 5 2,64 2,64 2,64 2,64
5 Penataan Bangunan dan Lingkungan 5 5,00 5,00 5,00 5,00
Nilai Keandalan Gedung 100 59,40 57,67 54,98 53,60
Pada Tabel 4.4 memberikan gambaran kondisi keandalan masing-masing
bangunan Asrama Mahasiswa UNS Surakarta. Berdasarkan nilai keandalan yang
diperoleh, maka Gedung A, B, C dan D masuk kategori tidak andal.
4.2 Analisis Struktur Bangunan Gedung
4.2.1 Pemodelan dan Analisis Struktur Atap
4.2.1.1 Data Teknis Kuda-kuda
Konstruksi atap pada Gedung Asrama Mahasiswa adalah tipikal untuk semua
bangunan. Konstruksi atap menggunakan konstruksi kuda-kuda kayu dengan penutup
atap berupa genteng. Beban-beban pada bagian atas kuda-kuda ini didistribusikan ke
gording yang menumpu di atasnya. Berikut data-data teknis konstruksi kuda-kuda:
o Material : kayu
o Penutup Atap : genteng
o Berat Jenis : 7,1 kN/m3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
o Modulus Elastisitas : 11.000 Mpa (=N/mm2)
o Poisson's Ratio : 0,35 (kayu kelas I)
o Dimensi Penampang : 8/15 dan 8/12
o Jarak antar kuda-kuda : 4,50 m
o Berat Jenis genteng+ring+kasau : 50,000 kg/m2
o Berat jenis plafond+rangka : 7,000 kg/m2
o Beban hidup penutup atap : 60,000 kg/m2
o Beban angin penutup atap : 25,000 kg/m2
o Peraturan pembebanan menggunakan Peraturan Pedoman Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SKBI-1.3.5.3-1987).
Detail kuda-kuda ditunjukkan pada Gambar 4.22.
Gambar 4.22 Detail kuda-kuda
4.2.1.2 Beban-beban pada Kuda-kuda
Perhitungan beban-beban yang bekerja pada kuda-kuda atap ini adalah sebagai
berikut:
A. Beban Mati (DL)
Beban mati adalah beban yang bekerja pada konstruksi kuda-kuda yang
terdiri dari berat genteng, kasau, dan reng yang ditumpukan ke titik-titik gording,
dan berat plafond yang ditumpukan ke masing-masing titik buhul batang terik
bagian bawah kuda-kuda. Beban ini bekerja vertikal (900) dari elevasi bangunan
o Luas penampang untuk beban titik pada tiap gording
= (jarak antar kuda-kuda) × (jarak antar gording)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
= 4,500 × 2,000
= 9,000 m2
o Beban titik pada Gording akibat genteng
= (luas area) × (BJ genteng)
= 9,000 × 50,000
= 450,00 kg Arah z ( )
(jika di ujung maka beban dibagi 2)
o Beban titik pada joint batang tarik bawah akibat plafond
= (luas area) × (BJ plafond)
= 9,000 × 7,000
= 63,00 kg Arah z ( )
(jika di ujung maka beban dibagi 2)
B. Beban Hidup (LL)
Beban hidup adalah beban yang bekerja pada konstruksi kuda-kuda yang
terdiri dari beban hidup orang yang bekerja diatas genteng dimana beban
tersebut ditumpukan ke titik-titik gording. Beban ini bekerja vertikal (900) dari
elevasi bangunan
o Beban titik pada gording akibat beban hidup
= (luas area) × (beban hidup)
= 9,000 × 60,000
= 540,00 kg Arah z ( )
(jika di ujung maka beban dibagi 2)
C. Beban Angin (W)
Beban angin adalah beban yang bekerja pada konstruksi kuda-kuda yang
terdiri dari beban angin yang ditumpukan ke titik-titik gording. Beban ini
bekerja tegak lurus batang tekan atas. Berdasarkan korfisien beban angin untuk
kemiringan atap lebih kecil atau sama dengan 650 pada Gambar 2.3, maka beban
angin pada kuda-kuda atap dapat dihitung.
o Koefisien beban angin masuk (untuk kemiringan atap 50)
= 0,02 - 0,40
= 0,02 × 40 - 0,40
= 0,40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
o Koefisien beban angin keluar (untuk kemiringan atap 50)
= -0,40
o Beban titik pada gording akibat angin masuk
= (luas area) × (beban angin masuk) x (koefisien angin masuk)
= 9,000 × 25,000 × 0,40
= 90,00 kg
o Beban titik pada gording akibat angin masuk arah Z
= 90,00 × cos 400
= 68,94 kg Arah z ( )
o Beban titik pada gording akibat angin masuk arah X
= 90,00 / sin 400
= 66,15 kg Arah x ( )
o Beban titik pada gording akibat angin keluar
= (luas area) × (beban angin masuk) × (koefisien angin keluar)
= 90,000 × 25,000 x (-0,40)
= -90,00 kg
o Beban titik pada gording akibat angin keluar arah Z
= -90,00 × cos 400
= -68,94 kg Arah z ( )
o Beban titik pada gording akibat angin keluar arah X
= (90,00) / sin 400
= 66,15 kg Arah x ( )
4.2.1.3 Kombinasi Pembebanan
Kombinasi beban sesuai dengan SNI-03-2847-2002, bahwa beban gempa tidak
diperhitungan untuk konstruksi kuda-kuda. Oleh karena itu, kombinasi beban untuk
struktur kuda-kuda adalah sebagai berikut:
1) Kombinasi 1 (COMB1a) = 1,4 DL
2) Kombinasi 2 (COMB2a) = 1,2 DL + 1,6 LL
3) Kombinasi 3 (COMB3a) = 1,2 DL + 1,0 LL + 1,6 W
4) Kombinasi 4 (COMB4a) = 1,2 DL + 1,0 LL - 1,6 W
5) Kombinasi 5 (COMB5a) = 0,9 DL + 1,6 W
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
6) Kombinasi 6 (COMB6a) = 0,9 DL - 1,6 W
dengan DL adalah beban mati (termasuk berat sendiri), LL adalah beban hidup, dan
W adalah beban angin.
Pemodelan kuda-kuda tersebut dilakukan dengan menggunakan bantuan
program SAP2000. Input pembebanan dapat dilihat pada Gambar 4.23 sampai
Gambar 4.27. Data output reaksi perletakan dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Gambar
4.28.
4.2.1.4 Pemodelan dan Analisis Struktur Kuda-kuda
Gambar 4.23 Pemodelan kuda-kuda dengan software SAP2000
Gambar 4.24 Beban mati (DL) kuda-kuda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Gambar 4.25 Beban hidup (LL) kuda-kuda
Gambar 4.26 Beban angin masuk (W1) kuda-kuda
Gambar 4.27 Beban angin keluar (W2) kuda-kuda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Gambar 4.28 Reaksi perletakan kuda-kuda (output SAP2000)
Tabel 4.5 Reaksi perletakan kuda-kuda
Titik Kombinasi Tipe
Beban Fx Fy Fz
Beban (kg) (kg) (kg) 3 COMB1a Kombinasi 2.319,91 - 3.493,06 3 COMB2a Kombinasi 4.714,73 - 7.314,05 3 COMB3a Kombinasi 3.269,03 - 5.849,17 3 COMB4a Kombinasi 4.115,75 - 5.538,94 3 COMB5a Kombinasi 1.068,01 - 2.400,66 3 COMB6a Kombinasi 1.914,73 - 2.090,42 7 COMB1a Kombinasi (2.319,91) - 3.493,06 7 COMB2a Kombinasi (4.714,73) - 7.314,05 7 COMB3a Kombinasi (4.115,75) - 5.538,94 7 COMB4a Kombinasi (3.269,03) - 5.849,17 7 COMB5a Kombinasi (1.914,73) - 2.090,42 7 COMB6a Kombinasi (1.068,01) - 2.400,66
Maksimum 4.714,73 - 7.314,05 Minimum (4.714,73) - 2.090,42 Dipakai 4.714,73 - 7.314,05
Tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa besarnya beban yang akan didistribusikan
pada ring balok adalah sebesar 4.714,73 kg ke arah vertikal (ke arah bawah), dan
7.314,05 kg ke arah horizontal (ke arah luar).
4.2.2 Pemodelan Struktur Bangunan Gedung
4.2.2.1 Hasil pengujian dengan Scmidt Rebound Hammer
Pengujian dengan Schmidt Rebound Hammer dilakukan sebanyak 10
(sepuluh) titik pada masing-masing bangunan, dimana masing-masing titik diambil
sebanyak 5 kali. Pengujian ini dilakukan pada komponen kolom, balok, tangga dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
pelat lantai. Hasil masing-masing pengujian dapat dilihat pada Lampiran C.
Perhitungan kuat desak beton untuk gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta
dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil pengujian kuat desak beton rata-rata masing-masing bangunan
No Gedung kuat desak (kg/cm2
kuat desak rata-rata ( kg/cm2
1 A 330,9 336,6 -5,7 32,2 2 B 343,2 336,6 6,6 43,9 3 C 327,8 336,6 -8,8 77,0 4 D 344,4 336,6 7,8 61,2
Jumlah 1346,3 214,3
Pada Tabel 4.6 diperoleh kuat desak rata-rata gedung Asrama Mahasiswa adalah
sebagai berikut:
Kuat desak rata-rata = ( 330,9 + 343,2 + 327,8 + 344,3 ) / 4 = 336,6 kg/cm2.
Standar deviasi 5,814
3,214SD kg/cm2.
Kuat desak beton (fck) = 336,6 8,5 = 328,1 kg/cm2 (dalam satuan kubus)
Kuat desak pada hasil perhitungan diatas masih dalam standar pengujian untuk
kubus, maka harus dikonversi kedalam standar pengujian untuk silinder menjadi:
= {0,76 + 0,2 log (fck/15)} fck = {0,76 + 0,2 log (32,8/15)} 32,8
= (0,76 + 0,07) 32,8 = 0,83 × 32,8 = 27,2 27 MPa
Maka kuat desak beton pada bangunan Asrama Mahasiswa UNS Surakarta adalah
sebesar 270 kg/cm2.
4.2.2.2 Data Teknis Bangunan Gedung
Dalam pemodelan dan analisis struktur suatu bangunan gedung diperlukan
data-data teknis terkait material dan jenis konstruksi yang dipergunakan. Untuk data-
data yang tidak ada (tidak diperoleh) maka data-data tersebut dapat diasumsikan
dengan suatu pendekatan-pendekatan tertentu. Adapun data-data teknis Gedung A,
Gedung B, Gedung C dan Gedung D adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
A. Material Beton
massa per volume : 244,65 kg/m3
berat per volume : 2.400,00 kg/m3
modulus elastisitas (E) : 24.422 MPa
poisson's ratio : 0,20
koefisien muai panas : 0
kuat tekan beton silinder (f'c) : 27,00 MPa (K-328)
B. Material Baja
kuat tarik tulangan pokok (fy) : 360 MPa Bj.52 (Fe. 510)
kuat tarik tulangan geser (fys) : 240 MPa Bj.37 (Fe. 360)
Bangunan gedung terletak pada zona gempa 3 dengan jenis tanah sedang.
Properti elemen berupa dimensi balok, kolom, sloof, ring balok, lisplank maupun plat
lantai. Tabel dimensi elemen struktur yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 4.7
sampai Tabel 4.9.
Tabel 4.7 Dimensi kolom struktur
No Kolom b (m) h (m) Keterangan
1 K1 0,30 0,60 Kolom utama 2 K2 0,30 0,30
Tabel 4.8 Dimensi balok btruktur
No Balok b (m) h (m) Keterangan
1 B1 0,30 0,55 Balok induk 2 B2 0,20 0,55 Balok induk 3 B3 0,20 0,25 Balok anak 4 BL 0,10 0,55 Ring Balok 5 T1 0,18 1,20 Tangga
Tabel 4.9 Dimensi plat struktur
No PLAT tebal (m) Keterangan
1 Plat Lantai 2 s/d 4 0,12 2 Plat Lantai Canopy 0,12
Elevasi lantai dasar adalah sebagai elevasi referensi (±0.000). Elevasi
masing-masing lantai bangunan dapat dilihat pada Tabel 4.10.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.10 Elevasi bangunan
No Lantai Elev. Antar Lt (m) Tinggi Lantai (m)
1 Lantai 1 ±0.000 3,400 0,000 2 Lantai 2 +3.400 3,400 3,400 3 Lantai 3 +6.650 3,250 6,650 4 Lantai 4 +9.900 3,250 9,900 5 Ring Balok +13.150 3,250 13,150
4.2.2.3 Pembeban pada Bangunan Gedung
A. Berat sendiri (SW)
Berat sendiri atau self weight (SW) adalah berat semua bagian dari suatu
gedung yang bersifat tetap, berupa beban dari berat sendiri :
o Balok struktur beton bertulang,
o Kolom struktur beton bertulang
o Kanopy beton bertulang
o Plat lantai beton bertulang, tidak termasuk penutup lantai
o Ring balok beton bertulang
Untuk berat sendiri struktur bangunan akan secara otomatis dihitung dengan
bantuan software SAP2000.
B. Beban Mati (DL)
Beban mati atau dead load (DL) disini adalah berat dari semua beban
tambahan pada suatu bangunan gedung, yang berupa :
o Berat jenis Pas. dinding ½ bata dan plesteran : 1700 kg/m3,
o Berat sceed (spesi), keramik dan Instalasi M&E : 120 kg/m2.
o Beban akibat kuda-kuda atap.
Pasangan dinding setengah bata dihitung berdasarkan tebal dinding, yaitu 15 cm,
dan tinggi dinding dari lantai yang ditinjau ke lantai diatasnya, kemudian
dikalikan dengan berat jenisnya. Beban mati pasangan setengah dinding bata ini
akan dimodelkan sebagai beban merata (uniform load) pada balok struktur
(frame) per satuan panjang. Sedangkan untuk beban mati lantai dihitung dengan
mengalikan 1 m2 luas lantai dengan berat screed+keramik+M&E. Beban mati ini
akan dimodelkan sebagai beban area pada plat lantai (shell) per satuan luas
lantai bangunan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
C. Beban Hidup (LL)
Beban hidup atau life load (LL) adalah semua beban yang terjadi akibat
pemakaian dan penghunian suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai
yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah dan/atau beban akibat air
hujan pada atap. Beban hidup yang bekerja pada lantai bangunan Gedung
Asrama Mahasiswa yang berfungsi sebagai asrama (SKBI-1.3.53.1987), adalah
sebesar 250 kg/m2. Sedangkan, beban hidup tangga adalah sebesar 300 kg/m2.
Beban hidup ini dimodelkan sebagai beban area pada plat lantai (shell) per
satuan luas lantai bangunan.
Perhitungan beban-beban yang bekerja pada masing-masing bangunan dibagi
atas jenis beban yang bekerja pada komponen struktur bangunan dan lantai bangunan
itu sendiri. Pembebanan pada balok diidealisasikan berupa beban terpusat (beban
atap) dan beban merata (beban pasangan dinding). pembebanan pada pelat lantai
(keramik, dan beban hidup) yang diidealisasikan sebagai beban terbagi merata per
luasan pelat lantai. Berikut ini adalah perhitungan pembebanan yang bekerja pada
masing-masing bangunan Gedung Asrama Mahasiswa UNS Surakarta:
1) Pasangan ½ bata pada lantai 2, dihitung sebagai beban mati (DL) terbagi merata
di sepanjang balok struktur sebesar:
qbata = tinggi pasangan ½ bata × lebar pasangan ½ bata × berat jenis bata
= 3,325 m × 0,15 m × 1700 kg/m3
= 847,88
2) Pasangan ½ bata pada lantai 3, dihitung sebagai beban mati (DL) terbagi merata
di sepanjang balok struktur sebesar:
qbata = tinggi pasangan ½ bata × lebar pasangan ½ bata × berat jenis bata
= 3,250 m × 0,15 m × 1700 kg/m3
= 828,75
3) Pasangan ½ bata pada lantai 4 dihitung sebagai beban mati (DL) terbagi merata
di sepanjang balok struktur sebesar:
qbata = tinggi pasangan ½ bata × lebar pasangan ½ bata × berat jenis bata
= 4,875 m × 0,15 m × 1700 kg/m3
= 1.243,13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
4) Pasangan ½ bata pada ring balok, dihitung sebagai beban mati (DL) segitiga
dimana titik puncak beban berada di tengah bentang sebesar:
qbata = tinggi pasangan ½ bata × lebar pasangan ½ bata × berat jenis bata
= 4,62 m × 0,15 m × 1700 kg/m3
= 1178,10
sedangkan beban yang pekerja pada titik hubungan kolom dan ring balok dihitung
dengan cara interpolasi.
5) Keramik lantai, termasuk screed, plafond dan instalasi mekanikal elektrikal,
dihitung sebagai beban mati (DL) terbagi merata per luasan lantai sebesar:
qlantai = luasan lantai × berat jenis (keramik+screed+plafond+ME)
= 1,00 m × 88 kg/m3
= 88,00 kg/m2.
6) Keramik tangga, dihitung sebagai beban mati (DL) terbagi merata disepanjang
balok tangga sebesar:
qtangga = lebar tangga × berat jenis (keramik+screed)
= 1,20 m2 × 72 kg/m3
= 86,40 kg/m .
7) Beban hidup pada lantai bngunan dihitung sebagai beban hidup (LL) terbagi
merata per luasan lantai sebesar:
qlantai = luasan lantai × beban hidup untuk lantai gedung tempat tinggal
= 1,00 m × 250 kg/m3
= 250,00 kg/m2.
8) Beban hidup pada tangga dihitung sebagai beban hidup (LL) terbagi merata
sepanjang balok tangga sebesar:
qlantai = luasan lantai × beban hidup untuk tangga biasa
= 1,20 m2 × 300 kg/m3
= 360,00 kg/m .
9) Beban rangka kuda-kuda pada atap, dihitung sebagai beban mati (DL) terpusat
pada ring balok sebesar:
Patap = beban atap hasil analisis kuda-kuda atap
= 7.314,05 kg (arah kebawah) dan 4.714,73 kg (arah ke luar)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Rekapitulasi perhitungan beban-beban yang bekerja pada bangunan gedung Asrama
Mahasiswa UNS Surakarta (Gedung A, B, C dan D) dapat dilihat pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Pembebanan pada komponen strutkur bangunan Gedung A,B,C,D.
No KOMPONEN TYP
E ELEME
N PEMBEBANAN KETERANGAN
Beban Satuan Arah
1 Pasangan 1/2 Bata DL Frame 847,88 kg/m' -z Lantai 2
2 Pasangan 1/2 Bata DL Frame 828,75 kg/m' -z Lantai 3
3 Pasangan 1/2 Bata DL Frame 1.243,13 kg/m' -z Lantai 4
4 Pasangan 1/2 Bata DL Frame 214,20 kg/m' -z Ring Balok
5 Pasangan 1/2 Bata DL Frame 856,80 kg/m' -z Ring Balok
6 Pasangan 1/2 Bata DL Frame 1178,10 kg/m' -z Ring Balok
7 Keramik+Screed+ plafond+ME
DL Mesh 88,00 kg/m2 -z Lantai 2,3,4
8 Keramik tangga DL Frame 86,40 kg/m2 -z Tangga Lantai
1,2,3
9 Lantai Gedung untuk hunian
LL Mesh 250,00 kg/m2 -z Lantai 2,3,4
10 Tangga LL Frame 360,00 kg/m2 -z Tangga Lantai
1,2,3
11 Beban Joint akibat Kuda-kuda
DL Joint 7.314,05 kg -z Ring Balok
12 Beban Joint akibat Kuda-kuda
DL Joint 4.714,73 kg +-y Ring Balok
4.2.2.4 Kombinasi Beban pada Bangunan Gedung
Kombinasi beban-beban yang bekerja pada struktur Gedung C berdasarkan
SNI-03-2847-2002, adalah sebagai berikut:
1) Kombinasi 1 (COMB1b) = 1,4 SW + 1,4 DL
2) Kombinasi 2 (COMB2b) = 1,2 SW + 1,2 DL + 1,6 LL
3) Kombinasi 3 (COMB3b) = 1,2 SW + 1,2 DL + 1,0 LL + 1,0 RSx + 0,3 RSy
4) Kombinasi 4 (COMB4b) = 1,2 SW + 1,2 DL + 1,0 LL + 0,3 RSx + 1,0 RSy
5) Kombinasi 5 (COMB5b) = 0,9 SW + 0,9 DL + 1,0 RSx + 0,3 RSy
6) Kombinasi 6 (COMB6b) = 0,9 SW + 0,9 DL + 0,3 RSx + 1,0 RSy
dengan SW (Self-Weight) adalah berat sendiri struktur, DL (Dead Load) adalah
beban mati, LL (Life Load) adalah beban hidup, RSx (Response Spectrum) adalah
beban gempa dinamik ragam respons spektrum arah sumbu-x, dan RSy (Response
Spectrum) adalah beban gempa dinamik ragam respons spektrum arah sumbu-y.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
4.2.2.5 Pemodelan Struktur dengan SAP2000
Pemodelan struktur dilakukan dengan bantuan program SAP2000. Balok,
kolom dan tangga struktur dimodelkan sebagai batang (frame), sedangkan pelat
lantai sebagai mesh. Pembagian masing-masing grup lantai bangunan untuk
perhitungan berat sendiri komponen struktur dapat dilihat pada Gambar 4.29
Sedangkan, pembagian titik pengekangan (constraint) untuk perhitungan gempa
dapat dilihat pada Gambar 4.30.
Pemodelan rangka struktur bangunan Gedung Asrama Mahasiswa UNS
Surakarta masing-masing dapat dilihat pada Gambar 4.31 sampai Gambar 4.34.
Sedangkan pemodelan pembebanan dapat dilihat pada Gambar 4.35 sampai Gambar
4.37.
Gambar 4.29 Pembagian grup lantai gedung
Gambar 4.30 Pembagian titik pengekangan masing-masing lantai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Gambar 4.31 Pemodelan struktur Gedung A dengan SAP2000
Gambar 4.32 Pemodelan struktur Gedung B dengan SAP2000
Gambar 4.33 Pemodelan struktur Gedung C dengan SAP2000
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Gambar 4.34 Pemodelan struktur Gedung D dengan SAP2000
Gambar 4.35 Pemodelan elemen balok pada lantai 1 Gedung A
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Gambar 4.36 Pemodelan pembebanan akibat kuda-kuda atap
Gambar 4.37 Pemodelan pembebanan akibat dinding pasangan bata
4.2.3 Analisis Struktur Bangunan Gedung
4.2.3.1 Analisis Kinerja Batas Layan
Kinerja batas layan dihitung berdasarkan keterpenuhan persyaratan simpangan
antar tingkat yang terjadi. Karena bangunan yang ditinjau adalah bangunan gedung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
bertingkan dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) maka
faktor reduksi yang digunakan adalah sebesar 5,5. Persyaratan kinerja batas layan
harus lebih kecil dari:
o Lantai 2 = (0,03 / faktor reduksi) × tinggi lantai = (0,03/5,5) × 3400 = 18,5 mm
o Lantai 3 = (0,03 / faktor reduksi) × tinggi lantai = (0,03/5,5) × 3250 = 17,7 mm
o Lantai 4 = (0,03 / faktor reduksi) × tinggi lantai = (0,03/5,5) × 3250 = 17,7 mm
o Ring balok = (0,03 / faktor reduksi) × tinggi lantai = (0,03/5,5) × 3250 = 17,7 mm
Adapun kinerja batas layan yang terjadi pada Gedung Asrama Mahasiswa UNS
Surakarta ditunjukkan pada Tabel 4.12 dan Tabel 4.13.
Tabel 4.12 Kinerja batas layan arah sumbu x
No Lantai GE DU NG
Elevasi Lantai (mm)
Elevasi Antar
Tingkat (mm)
Simpang an terjadi
(mm)
Simpangan
Antar Tingkat (mm)
Kinerja Batas Layan (mm)
Persen-tase
Keterangan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Lantai 1 A 0 0 0,0 0,0 0,0 0,0% Memenuhi
2 Lantai 2 A 3400 3400 5,4 5,5 18,5 29,7% Memenuhi
3 Lantai 3 A 6650 3250 10,5 5,2 17,7 29,3% Memenuhi
4 Lantai 4 A 9900 3250 14,0 3,6 17,7 20,1% Memenuhi
5 Ring Balok A 13150 3250 15,2 1,2 17,7 6,9% Memenuhi
6 Lantai 1 B 0 0 0,0 0,0 0,0 0,0% Memenuhi
7 Lantai 2 B 3400 3400 5,1 5,2 18,5 28,2% Memenuhi
8 Lantai 3 B 6650 3250 10,3 5,3 17,7 30,1% Memenuhi
9 Lantai 4 B 9900 3250 14,1 3,9 17,7 22,0% Memenuhi
10 Ring Balok B 13150 3250 15,5 1,4 17,7 8,1% Memenuhi
11 Lantai 1 C 0 0 0,0 0,0 0,0 0,0% Memenuhi
12 Lantai 2 C 3400 3400 5,5 5,5 18,5 29,7% Memenuhi
13 Lantai 3 C 6650 3250 10,6 5,1 17,7 28,8% Memenuhi
14 Lantai 4 C 9900 3250 14,1 3,5 17,7 19,7% Memenuhi
15 Ring Balok C 13150 3250 15,4 1,3 17,7 7,3% Memenuhi
16 Lantai 1 D 0 0 0,0 0,0 0,0 0,0% Memenuhi
17 Lantai 2 D 3400 3400 5,5 5,5 18,5 29,7% Memenuhi
18 Lantai 3 D 6650 3250 10,6 5,1 17,7 28,8% Memenuhi
19 Lantai 4 D 9900 3250 14,2 3,6 17,7 20,3% Memenuhi
20 Ring Balok D 13150 3250 15,6 1,4 17,7 7,9% Memenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 4.13 Kinerja batas layan arah sumbu y
No Lantai GE DU NG
Elevasi Lantai (mm)
Elevasi Antar
Tingkat (mm)
Simpangan
terjadi (mm)
Simpang an Antar Tingkat (mm)
Kinerja Batas Layan (mm)
Persen-tase
Keterangan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Lantai 1 A 0 0 0,0 0,0 0,0 0,0% Memenuhi
2 Lantai 2 A 3400 3400 3,1 3,6 18,5 19,5% Memenuhi
3 Lantai 3 A 6650 3250 7,6 5,2 17,7 29,6% Memenuhi
4 Lantai 4 A 9900 3250 11,3 4,3 17,7 24,3% Memenuhi
5 Ring Balok A 13150 3250 13,5 2,6 17,7 14,5% Memenuhi
6 Lantai 1 B 0 0 0,0 0,0 0,0 0,0% Memenuhi
7 Lantai 2 B 3400 3400 2,3 2,7 18,5 14,7% Memenuhi
8 Lantai 3 B 6650 3250 7,3 5,9 17,7 33,4% Memenuhi
9 Lantai 4 B 9900 3250 11,0 4,4 17,7 24,7% Memenuhi
10 Ring Balok B 13150 3250 13,3 2,7 17,7 15,3% Memenuhi
11 Lantai 1 C 0 0 0,0 0,0 0,0 0,0% Memenuhi
12 Lantai 2 C 3400 3400 3,2 3,3 18,5 18,0% Memenuhi
13 Lantai 3 C 6650 3250 8,1 5,1 17,7 28,8% Memenuhi
14 Lantai 4 C 9900 3250 12,1 4,2 17,7 23,5% Memenuhi
15 Ring Balok C 13150 3250 14,8 2,8 17,7 15,9% Memenuhi
16 Lantai 1 D 0 0 0,0 0,0 0,0 0,0% Memenuhi
17 Lantai 2 D 3400 3400 3,0 3,1 18,5 16,5% Memenuhi
18 Lantai 3 D 6650 3250 7,2 4,3 17,7 24,1% Memenuhi
19 Lantai 4 D 9900 3250 10,7 3,6 17,7 20,1% Memenuhi
20 Ring Balok D 13150 3250 13,3 2,6 17,7 14,9% Memenuhi
Tabel 4.12 dan Tabel 4.13 menjelaskan perhitungan kinerja batas layan sebagai
berikut:
o Kolom 1 = nomor urut perhitungan
o Kolom 2 = posisi lantai yang ditinjau pada masing-masing bangunan
o Kolom 3 = gedung yang ditinjau
o Kolom 4 = elevasi lantai yang ditinjau dimana lantai dasar sebagai elevasi
acuan
o Kolom 5 = elevasi antar lantai, dihitung berdasarkan elevasi lantai yang
ditinjau dikurangi dengan elevasi lantai sebelumnya (dibawahnya).
o Kolom 6 = simpangan yang terjadi (output pemodelan SAP2000).
o Kolom 7 = simpangan antar tingkat yang dihitung berdasarkan simpangan
pada lantai yang ditinjau dikurangi dengan simpangan pada lantai