Kajian Jembatan Penyeberangan

20
Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati) SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011 141 KAJIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO) PADA ZONA PENDIDIKAN DI KOTA BANDUNG (Studi kasus: JPO di Jalan H.H. Mustopha dan di Jalan Merdeka) Oleh: Sri Sularti, Fauzia Mulyawati Fakultas Teknik Universitas Langlangbuana Bandung ABSTRAK Jalur pejalan kaki merupakan salah satu komponen lalu lintas yang sangat penting terutama di perkotaan. Keberadaan pejalan kaki biasanya terkonsentrasi pada fasilitas umum seperti pusat pendidikan. Jembatan penyeberangan merupakan salah satu fasilitas penyeberangan tak sebidang bagi pejalan kaki untuk dapat beralih ke sisi lain jalan raya tanpa terganggu oleh lalu lintas yang ada. Fasilitas Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) diperlukan apabila jalur penyeberangan dengan menggunakan zebra atau pelikan sudah mengganggu lalu lintas kendaraan dan lokasi berada pada ruas jalan yang mempunyai arus lalulintas serta arus pejalan kaki yang padat. Peryaratan JPO harus memenuhi aspek keselamatan, kenyamanan dan kemudahan bagi pejalan kaki. Penelitian dilakukan dengan membuat kajian dari 2 JPO yang berada pada zona pendidikan, yaitu JPO-1 pada lokasi Jalan PHH Mustopha dan JPO-2 pada lokasi Jalan Merdeka Bandung. Tujuan penelitian untuk mengetahui keberadaan 2 JPO yang ditinjau dari aspek perkotaan & kriteria rancangan, identifikasi dari aspek struktur&konstruksi, identifikasi dari aspek keamanan dan kenyamanan serta aspek estetika kota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan JPO-1 dan JPO-2 masih diperlukan. Identifikasi aspek struktur dan konstruksi JPO-1 sebagian besar memenuhi persyaratan, JPO-2 memenuhi persyaratan. Identifikasi dari aspek keamanan & kenyamanan JPO-1 kurang memenuhi peryaratan, JPO-2 sebagian besar memenuhi persyaratan. Identifikasi dari aspek estetika kota JPO-1 sangat kurang memenuhi persyaratan ,JPO-2 memenuhi persyaratan. Kata Kunci : JPO, lokasi, struktur & konstruksi, aman & nyaman, estetika kota. ABSTRACT Pedestrian path is one of the most important traffic components, especially in urban area. Pedestrian are usually concentrated on public facilities such as educational center. A pedestrian bridge is a facility for pedestrian so they can move to the other side of the road safely without being distracted by the existing traffic. This pedestrian crossing bridge (Jembatan Penyeberangan Orang- JPO) is required if another road crossing facility (such as zebra cross and pelican) is disrupting the traffic or located in a crowded area. Pedestrian crossing bridge must meet the requirements of safety, comfort and convenience for pedestrians. Research carried out by studying two

description

Kajian Jembatan Penyeberangan

Transcript of Kajian Jembatan Penyeberangan

  • Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)

    SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011

    141

    KAJIAN JEMBATAN PENYEBERANGAN ORANG (JPO)

    PADA ZONA PENDIDIKAN DI KOTA BANDUNG

    (Studi kasus: JPO di Jalan H.H. Mustopha dan di Jalan Merdeka)

    Oleh:

    Sri Sularti, Fauzia Mulyawati

    Fakultas Teknik Universitas Langlangbuana Bandung

    ABSTRAK

    Jalur pejalan kaki merupakan salah satu komponen lalu lintas yang sangat penting

    terutama di perkotaan. Keberadaan pejalan kaki biasanya terkonsentrasi pada

    fasilitas umum seperti pusat pendidikan. Jembatan penyeberangan merupakan salah

    satu fasilitas penyeberangan tak sebidang bagi pejalan kaki untuk dapat beralih ke

    sisi lain jalan raya tanpa terganggu oleh lalu lintas yang ada. Fasilitas Jembatan

    Penyeberangan Orang (JPO) diperlukan apabila jalur penyeberangan dengan

    menggunakan zebra atau pelikan sudah mengganggu lalu lintas kendaraan dan lokasi

    berada pada ruas jalan yang mempunyai arus lalulintas serta arus pejalan kaki yang

    padat. Peryaratan JPO harus memenuhi aspek keselamatan, kenyamanan dan

    kemudahan bagi pejalan kaki. Penelitian dilakukan dengan membuat kajian dari 2

    JPO yang berada pada zona pendidikan, yaitu JPO-1 pada lokasi Jalan PHH

    Mustopha dan JPO-2 pada lokasi Jalan Merdeka Bandung. Tujuan penelitian untuk

    mengetahui keberadaan 2 JPO yang ditinjau dari aspek perkotaan & kriteria

    rancangan, identifikasi dari aspek struktur&konstruksi, identifikasi dari aspek

    keamanan dan kenyamanan serta aspek estetika kota. Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa keberadaan JPO-1 dan JPO-2 masih diperlukan. Identifikasi aspek struktur

    dan konstruksi JPO-1 sebagian besar memenuhi persyaratan, JPO-2 memenuhi

    persyaratan. Identifikasi dari aspek keamanan & kenyamanan JPO-1 kurang

    memenuhi peryaratan, JPO-2 sebagian besar memenuhi persyaratan. Identifikasi dari

    aspek estetika kota JPO-1 sangat kurang memenuhi persyaratan ,JPO-2 memenuhi

    persyaratan.

    Kata Kunci : JPO, lokasi, struktur & konstruksi, aman & nyaman, estetika kota.

    ABSTRACT

    Pedestrian path is one of the most important traffic components, especially in urban

    area. Pedestrian are usually concentrated on public facilities such as educational

    center. A pedestrian bridge is a facility for pedestrian so they can move to the other

    side of the road safely without being distracted by the existing traffic. This pedestrian

    crossing bridge (Jembatan Penyeberangan Orang- JPO) is required if another road

    crossing facility (such as zebra cross and pelican) is disrupting the traffic or located

    in a crowded area. Pedestrian crossing bridge must meet the requirements of safety,

    comfort and convenience for pedestrians. Research carried out by studying two

  • Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)

    SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011

    142

    pedestrian crossing bridge at educational zones, JPO-1 on JL PHH Mustopha and

    JPO-2 on Jl Merdeka. The purposes of this research is to determined all aspects of

    these 2 bridge, viewed from design, structure & construction, safety & comfort, and

    city aesthetic side. The result showed that the presence of both bridges is still

    needed. From the structure & construction criteria, both JPO-1 and JPO-2 comply.

    In security & comfort aspect, JPO-1 havent complied, JPO-2 comply. In aesthetic aspect, JPO-1 havent complied, JPO-2 comply.

    Keyword : pedestrian crossing bridge, location, structure & construction, safety &

    comfort, aesthetic.

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Transportasi merupakan sektor

    pendukung dalam setiap aktivitas

    manusia, baik kegiatan pekerjaan

    rutin, bisnis, pendidikan, sosial dan

    lain sebagainya. Peningkatan sistem

    transportasi memerlukan penanganan

    secara menyeluruh, mengingat bahwa

    transportasi timbul karena adanya

    perpindahan manusia dan barang dari

    satu tempat ke tempat lain. Meningkat

    nya perpindahan tersebut dituntut

    penyediaan fasilitas penunjang laju

    perpindahan manusia dan barang yang

    memenuhi ketentuan keselamatan,

    salah satunya adalah bagi pejalan kaki,

    dimana pejalan kaki merupakan salah

    satu komponen lalu lintas yang sangat

    penting terutama di perkotaan.

    Pergerakan pejalan kaki meliputi per-

    gerakan-pergerakan menyusuri jalan,

    memotong jalan dan persimpangan.

    Keberadaan pejalan kaki ini biasanya

    terkonsentrasi pada fasilitas umum

    seperti terminal, pusat pertokoan,

    pusat pendidikan serta tempat-tempat

    fasilitas umum lainnya. Keberadaan

    pejalan kaki tersebut memerlukan

    fasilitas, termasuk fasilitas penye-

    berangan jalan seperti zebra cross,

    pelikan cross atau Jembatan

    Penyeberangan Orang (JPO).

    JPO dipasang apabila diharuskan

    tidak ada pertemuan sebidang antara

    arus pejalan kaki dengan arus lalu

    lintas. Agar pejalan kaki mau untuk

    menggunakan JPO harus dijamin

    keamanan dan jarak berjalan tidak

    terlalu bertambah jauh. JPO dirancang

    dengan kriteria tertentu. Selain dapat

    memenuhi dari segi fungsi, stardar

    konstruksi, keamanan juga faktor

    estetika yang berhubungan dengan

    keindahan kota maupun kelengkapan

  • Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)

    SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011

    143

    street furniture dari lokasi jalan

    tersebut.

    Dari beberapa artikel dikoran

    maupun penelitian JPO antara lain

    menyebutkan bahwa JPO kurang

    dimanfaatkan secara maksimal oleh

    pejalan kaki. Dari persepsi para

    pengguna antara lain menyebutkan

    alasan kurang aman dan kurang

    nyaman. Belum pernah dilakuan

    tinjauan fisik dari JPO sendiri apakah

    sudah memenuhi standar keamanan,

    kenyamanan dan kriteria rancangan

    bangunannya. Dari pengamatan di

    kota Bandung ada beberapa JPO yang

    sudah ada, tetapi kondisi fisik dan

    penempatannya seperti kurang

    terencana dengan baik.

    Pada penelitian ini akan

    dilakukan kajian fisik JPO di Kota

    Bandung yang berada dizona

    pendidikan pada dua lokasi yaitu:

    didepan kompleks Yayasan Atikan

    Sunda (YAS) dijalan PHH.Mustopha

    dan didepan kompleks SD Banjarsari,

    dijalan Merdeka. Lokasi tersebut

    dipilih karena pada lokasi pertama

    terdapat tiga buah unit jenjang

    pendidikan (SD, SMP, SMA) dan

    lokasi kedua terdiri dari enam buah

    unit SD (SD Negeri 1 s/d SD Negeri

    6) sehingga pada zona tersebut

    terkonsentrasi jumlah orang yang

    banyak, terutama anak-anak sekolah.

    Perumusan Masalah

    Dari latar belakang yang telah

    diuraikan diatas dapat dirumuskan

    permasalahannya sebagai berikut:

    a. Bagaimana keberadaan 2 buah

    JPO dengan lokasi yang berbeda

    dilihat dari aspek perkotaan dan

    kriteria rancangan.

    b. Bagaimana kondisi fisik JPO

    dilihat dari aspek persyaratan

    teknik dan konstruksi.

    c. Bagaimana kondisi fisik JPO di

    lihat dilihat dari aspek persyaratan

    keamanan dan kenyamanan

    bangunan.

    d. Bagaimana ekspresi JPO dilihat

    aspek estetika dan keindahan kota.

    Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini ialah:

    a. Mengidentifikasi keberadaan 2

    buah JPO dengan lokasi yang ber-

    beda dilihat dari aspek perkotaan

    kriteria rancangan.

  • Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)

    SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011

    144

    b. Mengidentifikasi kondisi fisik JPO

    dilihat dilihat dari aspek per-

    syaratan teknik dan konstruksi.

    c. Mengidentifikasi kondisi fisik JPO

    dilihat dilihat dari aspek keamanan

    dan kenyamanan bangunan.

    d. Mengidentifikasi ekspresi JPO di

    lihat aspek estetika dan keindahan

    kota.

    Kontribusi Penelitian

    Kontribusi penelitian ini di-

    harapkan:

    a. Hasil penelitian diharapkan men-

    jadi awal bagi penelitian selanjut-

    nya dengan semakin lengkap dan

    teruji.

    b. Hasil penelitian berupa diskripsi

    yang berisi evaluasi kondisi fisik,

    bentuk dan ekspresi dari JPO

    dipakai sebagai pertimbangan

    untuk perancangan berikutnya.

    c. Manfaat lain diharapkan dari hasil

    penelitian ini adalah dapat menjadi

    masukan bagi perancang dan

    Pemda untuk merancang bangunan

    sejenis

    d. Untuk menambah atau melengkapi

    teori-teori yang telah ada tentang

    JPO, juga supaya pemerintah lebih

    memperhatikan fasilitas umum

    bagi masyarakat khususnya

    mengenai JPO.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Teori Perancangan Kota

    Menurut Lynch (1960) elemen-

    elemen pembetuk ruang kota atau

    biasa disebut dengan citra kota dibagi

    dalam lima elemen, yaitu:

    1) Path (Jalur)

    Path merupakan rute-rute

    sirkulasi yang biasanya digunakan

    orang untuk melakukan pergerakan

    secara umum, yakni jalan, gang-gang

    utama, jalan transit, lintasan kereta

    api, saluran dan lain sebagainya.

    Karakteristik Path meliputi Pola

    Jaringan jalan, Pencapaian bangunan,

    dan kekhasan Jalan.

    2) Edges

    Edges adalah elemen linier yang

    tidak dipakai sebagai path. Edge

    berada pada batas antara dua kawasan

    tertentu dan berfungsi sebagai

    pemutus linier, misalnya: pantai,

    tembok, lintasan jalan, dan jalur kereta

    api.

  • Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)

    SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011

    145

    3) District (kawasan)

    Sebuah district memiliki ciri

    khas yang mirip (bentuk, pola dan

    wujudnya) dan khas pula dalam

    batasnya, orang akan merasa harus

    mengakhiri atau memulainya. District

    mempunyai identitas yang baik jika

    batasnya dibentuk dengan jelas

    tampilannya dan dapat dilihat

    homogen, serta fungsi dan posisinya

    jelas (introvert atau ekstrovert; berdiri

    sendiri atau dikaitkan dengan yang

    lain). Citra distrik ini tidak boleh

    hilang, karena bila hal ini terjadi akan

    mengaburkan citra kawasan.

    4) Nodes (Simpul)

    Nodes merupakan simpul atau

    lingkaran daerah strategis yang arah

    atau aktivitasnya saling bertemu dan

    dapat dirubah ke arah atau ke aktivitas

    lain, misalnya persimpangan lalu

    lintas, pasar, taman dan lain sebagai-

    nya. Adalah suatu tempat yang orang

    mempunyai perasaan masuk dan

    keluar dalam tempat yang sama.

    Nodes mempunyai identitas yang lebih

    baik jika tempatnya memiliki bentuk

    yang jelas karena lebih mudah diingat

    serta tampilan berbeda dari

    lingkungannya.

    5) Landmark (Tanda)

    Landmark merupakan titik

    referensi, atau elemen eksternal dan

    merupakan bentuk visual yang paling

    menonjol dari sebuah kota. Landmark

    adalah elemen penting dari bentuk

    kota karena membantu orang untuk

    mengorientasikan diri di dalam kota

    dan membantu orang mengenali suatu

    daerah. Landmark mempunyai

    identitas yang lebih baik jika

    bentuknya jelas dan unik dalam

    lingkungannya, ada sekuens dari

    beberapa landmark serta ada

    perbedaan skala.

    Tinjauan Jembatan Penyeberangan

    Orang (JPO)

    Jembatan Penyeberangan Orang

    adalah jembatan yang letaknya

    bersilangan dengan jalan raya atau

    jalur kereta api, letaknya berada di

    atas kedua objek tersebut, dan hanya

    diperuntukkan bagi pejalan kaki yang

    melintas atau menyeberang jalan raya

    dan jalur kereta api. JPO juga dapat

    diartikan sebagai fasilitas pejalan kaki

    untuk menyeberang jalan yang ramai

    dan lebar, menyeberang jalan tol, atau

    jalur kereta api dengan menggunakan

  • Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)

    SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011

    146

    jembatan tersebut, sehingga alur

    sirkulasi orang dan lalu lintas

    kendaraan dipisah secara fisik dan

    kemungkinan terjadi kecelakaan dapat

    dikurangi. Karena posisinya yang

    lebih tinggi dari tanah, untuk

    memberikan akses kepada penderita

    cacat yang menggunakan kursi roda,

    di dekat tangga jembatan terdapat

    ramp dengan kelandaian tertentu.

    Langkah lain yang juga dilakukan

    untuk memberikan kemudahan akses

    bagi penderita cacat adalah dengan

    menggunakan tangga berjalan ataupun

    dengan menggunakan lift.

    Tata Cara Perencanaan Jem- batan

    Penyeberangan Untuk Pejalan Kaki

    di Perkotaan (Ditjen Bina Marga,

    1995)

    Tata cara ini memuat ketentuan-

    ketentuan tentang perencanaan teknik

    jembatan penyeberangan untuk

    pejalan kaki di perkotaan, yang

    melintas di atas jalan raya atau jalan

    kereta api meliputi bangunan atas,

    bangunan bawah, pondasi dan tangga

    penghubung serta lingkungan di

    sekitarnya.

    Tujuan tata cara ini adalah untuk

    menjamin perencanaan teknis

    jembatan penyeberangan yang

    memenuhi ketentuan kekuatan dan

    estetika, keseragaman bentuk dan tipe,

    serta keselamatan, keamanan, dan

    kenyamanan bagi pemakai jalan.

    Faktor-faktor yang harus

    dipertimbangkan dalam perencanaan

    teknik jembatan penyeberangan untuk

    pejalan kaki di perkotaan berdasarkan

    ketentuan tata cara perencanaan

    adalah sebagai berikut:

    1) Ketentuan pembangunan JPO dari

    aspek lokasi disarankan memenuhi

    kriteria sebagai berikut :

    a) Bila fasilitas penyeberangan

    dengan menggunakan zebra

    cross dan pelikan cross sudah

    mengganggu lalu lintas

    kendaraan yang ada.

    b) Pada ruas jalan dimana frekuensi

    terjadinya kecelakaan yang

    melibatkan pejalan kaki cukup

    tinggi.

    c) Pada ruas jalan yang mempunyai

    arus lalu lintas dan arus pejalan

    kaki yang tinggi, serta arus

    kendaraan memiliki kecepatan

    tinggi.

  • Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)

    SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011

    147

    2) Pelaksanaan Jembatan penye-

    berangan untuk pejalan kaki

    a) Pelaksanaannya cepat dan lebih

    mudah

    b) Tidak mengganggu kelancaran

    lalu lintas

    c) Memenuhi kriteria keselamatan

    dan kenyamanan para pemakai

    jembatan serta keamanan bagi

    pemakai jalan yang melintas di

    bawahnya

    d) Pemeliharaan cepat dan mudah

    tidak perlu dilakukan secara

    intensif.

    3) Memenuhi tuntutan estetika dan

    keserasian dengan lingkungan dan

    sekitarnya.

    4) Standar ketinggian bagian bawah

    jembatan penyeberangan orang

    (JPO):

    a) Jalan Raya: 4,6 meter (tidak

    dilalui bus tingkat)/5,1 meter

    (dilalui bus tingkat)

    b) Jalur kereta: 6,5 meter

    5) Ketentuan jembatan penyeberangan

    yang melintas di atas jalan raya:

    a) Tangga dan kepala jembatan

    diletakkan di luar jalur trotoar

    b) Pilar tengah diletakkan di tengan

    median.

    6) Ketentuan lebar badan jembatan

    a) Pada kedua sisi jalur pejalan

    kaki dan tangga harus dipasang

    sandaran yang mempunyai

    ukuran sesuai ketentuan yang

    berlaku.

    b) Pada jembatan penyeberangan

    pejalan kaki yang melintas di

    atas jalan, sepanjang bagian

    bawah sisi luar sandaran dapat

    dipasang elemen yang berfungsi

    untuk menanam tanaman hias

    yang bentuk dan dimensinya

    harus sesuai dengan ketentuan

    yang berlaku

    7) Perencanaan sandaran

    Perencanaan sandaran jembatan

    penyeberangan pejalan kaki harus

    mengikuti ketentuan sebagai

    berikut:

    a. Tinggi minimum sandaran

    jembatan penyeberangan untuk

    pejalan kaki adalah 1,35 m

    terhitung mulai dari permukaan

    lantai sampai dengan tepi atas

    sandaran.

    b. Setiap batang sandaran harus

    diperhitungkan mampu memikul

    gaya vertikal dan horizontal

    yang bekerja secara bersamaan

    sebesar 0,75 kN/m

  • Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)

    SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011

    148

    c. Tipe sandaran dapat dipilih salah

    satu dari bentuk yang tercantum

    dalam standar dari pipa logam,

    alloy yang menumpu di atas

    beton.

    8) Pada jembatan penyeberangan yang

    melintas di atas jalan raya dengan

    lalu lintas kecepatan tinggi, struktur

    sandaran harus berfungsi sebagai

    dinding pengaman yang dilapisi

    kawat kasa 12 x 12 mm serta tinggi

    minimum 3 m.

    9) Bila panjang jembatan lebih dari

    40 m, harus dipasang pelindung

    terhadap panas matahari dan hujan

    10) Persyaratan Mutu Bahan

    Perencanaan tumpuan gelagar

    jembatan penyeberangan harus

    mengacu pada ketentuan sebagai

    berikut:

    a. Pemilihan tipe tumpuan harus

    dilakukan dengan pertimbangan

    - Memenuhi kriteria kekuatan,

    keawetan, dan deformasi

    maksimum selama masa

    pelayanan.

    - Pemeliharaan sedikit mungkin.

    - Penggantian dapat dilakukan

    dengan cepat dan mudah

    b. Penggunaan tumpuan tipe

    bantalan elestomer dari neoprane

    maupun karet alam harus

    memenuhi ketentuan yang

    tercantum pada Standard

    Specification for Highway

    Bridges 1992 Section 18

    11) Perencanaan tangga

    Perencanaan tangga penghubung

    jembatan penyeberangan harus

    dilakukan mengikuti ketentuan

    sebagai berikut:

    a. Tangga direncanakan untuk

    memikul beban hidup nominal

    sebesar 5 kPa.

    b. Lebar bebas untuk jalur pejalan

    kaki minimum adalah 2 m.

    c. Perencanaan dimensi tanjakan

    dan injakan harus mengacu pada

    ketentuan:

    - Tinggi tanjakan minimum 15

    cm dan maksimum 21,5 cm

    - Lebar injakan minimum 21,5

    cm dan maksimum adalah

    30,5 cm

    - Jumlah tanjakan dan injakan

    ditetapkan berdasarkan tinggi

    lantai jembatan yang di-

    rencanakan.

    Dimensi perencanaan tangga

    dapat dilihat pada grafik Gambar 2.1.

  • Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)

    SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011

    149

    Gambar 2.1.

    Grafik Perencanaan Tangga JPO

    METODA PENELITIAN

    Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada

    dua lokasi zona pendidikan yaitu:

    1) Lokasi didepan kompleks Yayasan

    Atikan Sunda (YAS) di jalan

    PHH. Mustopha Bandung (JPO-1).

    2) Lokasi di depan kompleks SD

    Banjarsari, di jalan Merdeka,

    Bandung (JPO-2).

    Pengukuran (pengambilan data

    di lapangan) dilakukan sekitar 3

    minggu. Analisis dilakukan selama 4

    minggu, dan Pembahasan dengan

    laporan dilakukan selama 5 minggu.

    Semua kegiatan tahapan penelitian

    dilakukan secara fast track atau secara

    tumpang tindih (overlapping) waktu,

    sehingga keseluruhan penelitian

    direncanakan berlangsung tiga bulan,

    dilaksanakan dari tanggal 26 Mei

    sampai dengan 25 Agustus 2011.

    Alat Penelitian

    Alat yang digunakan :

    Kamera Nikon Coolpix2, diguna-

    kan untuk dokumentasi.

    Alat tulis

    Perangkat PC

  • Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)

    SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011

    150

    Printer HP Deskjet F 2276

    Roll Meter, Leica Disto, untuk

    mengukur panjang, lebar dan

    tinggi jembatan.

    Stigmat, untuk mengukur diameter

    besi.

    Metoda Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan

    menggunakan metode analisis

    deskriptif. Data kuantitatif akan

    dianalisis dengan tabulasi dan data

    kualitatif dianalisis secara naratif.

    Pengumpulan data akan menggunakan

    pengukuran langsung, pengamatan

    lapangan, serta studi literatur.

    Rancangan Penelitian

    Proses penelitian ini dilaksana-

    kan sesuai dengan rancangan

    penelitian seperti yang terlihat di

    dalam Gambar 3.1.

    Gambar 3.1. Diagram Rancangan Penelitian

    MULAI

    STUDI

    KEPUSTAKAAN

    SURVAI

    LAPANGAN

    KOMPILASI

    DATA:

    Data Kepustakaan

    Data lapangan

    ANALISIS

    DATA DAN

    NARATIF

    KESIMPULAN

    REKOMENDASI

  • Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)

    SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011

    151

    Cara Kerja

    Cara Pengumpulan data

    Cara mengumpulkan data dari

    penelitian ini sebagai berikut:

    1) Data primer

    Data primer diperoleh dari:

    Pengukuran langsung bangunan

    JPO dengan menggunakan alat-alat:

    roll meter, Leyca Disto untuk

    panjang, lebar, dan tinggi JPO.

    Pengukuran situasi lahan pada

    lokasi JPO

    Pengukuran detail-detail konstruksi

    menggunakan meteran dan stigmat

    Penggambaran menggunakan

    program AutoCad.

    Foto-foto dokumentasi

    2) Data sekunder

    Untuk memperoleh data

    sekunder, dilakukan penelitian dengan

    metode library research (studi

    pustaka), yaitu mengumpulkan data-

    data dari sumber pustaka maupun hasil

    penelitian yang berhubungan dengan

    masalah yang akan diteliti.

    Cara analisis data

    Data kuantitatif akan dianalisis

    dengan tabulasi dan data kualitatif

    dianalisis secara naratif. Data yang

    diperoleh di analisis dengan cara

    mengelompokan dari berbagai apek

    yang ditinjau yaitu aspek perkotaan &

    kriteria rancangan, aspek persyaratan

    teknik dan konstruksi, aspek per-

    syaratan keamanan dan kenyamanan

    bangunan dan aspek estetika kota.

    Cara analisis hasil penelitian

    Data yang telah disusun dalam

    tabel dianalisis dengan cara mem-

    bandingkan kondisi fisik yang ditinjau

    dari berbagai aspek yang telah

    ditetapkan dengan dengan persyaratan

    -persyaratan atau kriteria dari Tata

    Cara Perencanaan Jembatan

    Penyeberangan Untuk Pejalan Kaki di

    Perkotaan (Ditjen Bina Marga, 1995)

    dan acuan dari buku pustaka.

  • Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)

    SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011

    152

    HASIL PENELITIN

    Evaluasi JPO-1 dibandingkan

    dengan standar persyaratan

    1. Keberadaan JPO-1 dilihat dari

    aspek perkotaan dan kriteria

    rancangan

    Lokasi JPO-1 terletak pada zona

    pendidikan, terdapat kompleks

    Sekolah Yas yang meliputi SD, SMP

    dan SMA. Situasi jalan P.H.H.

    Mustopha sangat padat tetapi dari segi

    fungsi tetap berjalan, walaupun

    kemacetan sering terjadi. Pada ruas

    jalan tersebut mempunyai arus lalu

    lintas dan arus pejalan kaki yang

    cukup padat, dengan penyeberangan

    menggunakan zebra sangat meng-

    ganggu lalu lintas kendaraan yang ada.

    Dari fungsi pokok sebagai fasilitas

    pejalan kaki untuk menyeberang jalan

    yang ramai dan lebar, peranan

    jembatan penyeberangan pada lokasi

    tersebut masih sangat dibutuhkan,

    karena dapat menjadi alternative

    keselamatan dalam menghindari

    kecelakaan lalu-lintas dan kemacetan

    jalan.

    Dilihat dari persyaratan jalan

    masih ada kekurangan fasilitas pejalan

    kaki dan kelengkapan jalan (street

    furniture). Akses ke JPO kurang

    terlihat dengan jelas, sempit dan

    tertutup kaki lima dan akses tidak

    lewat trotoar.

    Posisi tangga berada di atas

    sungai yang memotong jalan PHH.

    Mustopha sangat berbahaya apabila

    ada yang terperosok. Tipe tangga lurus

    tanpa bordes, naik tangga menjadi

    capai. Idealnya ketinggian tangga

    yang sudah melebihi 2.00 m harus ada

    tempat pemberhentian sementara atau

    bordes. Dilihat dari aspek perkotaan

    dan kriteria rancangan kurang

    memenuhi persyaratan, khususnya

    untuk lokasi tangga tidak memenuhi

    persyaratan, lahan untuk JPO kurang

    luas.

    2. Kondisi fisik JPO-1 ditinjau dari

    aspek teknik dan konstruksi

    Untuk jalan kolektor geometri

    jalan sudah memenuhi ROW minimal

    15.00 m, tetapi untuk kelengkapan

    jalan yaitu trotoar, bahu jalan dan

    saluran drainase masih kurang dan

    belum tertata dengan baik. Struktur

    dan konstruksi Jembatan memenuhi

    peryaratan. Struktur dan konstruksi

    tangga juga memenuhi persyaratan,

  • Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)

    SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011

    153

    hanya kurang nyaman karena tidak

    ada bordes. Akses kearah tangga

    kurang jelas dan kurang terlihat, tidak

    ada ruang bebas dikaki jembatan.

    Orang enggan untuk melewati JPO

    karena arah masuknya tidak kelihatan.

    Jembatan dinaungi atap, dengan

    konstruksi rangka baja siku, penutup

    atap polycarbonat, diatasnya terpasang

    papan iklan berupa billboard, dibuat

    dari rangka baja siku dan didepannya

    dipasang cat walk dari pipa besi untuk

    pijakan perawatan. Kondisi ini

    memenuhi peryaratan konstruksi yang

    dianjurkan.

    3. Kondisi fisik JPO-1 ditinjau

    dari aspek keamanan dan

    kenyamanan

    Kondisi JPO aman karena

    memenuhi semua persyaratan standar

    ukuran, lebar lembatan minimum 2.00

    meter, standar ketinggian bagian

    bawah JPO 4,6 meter. Akses ke JPS

    kurang nyaman.

    Konstruksi tangga kokoh karena

    sudah sesuai dengan persyaratan dan

    aman karena ada sandaran, railing

    serta balustrade. Nyaman karena ada

    penutup atap yang melindungi dari

    panas dan hujan. Akses ke tangga

    tidak nyaman karena arah masuk

    kurang terlihat, dan naik tangga

    kurang nyaman karena tidak ada

    bordes.

    4. Kondisi ditinjau dari aspek

    estetika kota

    Selain fungsi pokok, jembatan

    penyeberangan mempunyai peranan

    sekunder yang cukup penting, yaitu

    sebagai elemen pembentuk ruang

    kota/citra kota, street furniture dan

    pelengkap kota. Di samping itu JPO

    berperan sebagai sarana komersial,

    dengan ditempatkannya papan-papan

    reklame/iklan yang dipasang pada

    badan jembatan yang menghadap

    keluar pada kedua sisinya. Sebaiknya

    bentuk dan ekspresi JPO dapat

    mevisualkan peran-peran tersebut.

    Bentuk JPO di Jl.PHH. Mustopha

    sangat standar, kurang megah dan

    kurang menarik. Area lokasi JPO

    sangat terbatas, bahkan ruang tangga

    dipaksakan pada posisi diatas sungai

    yang ada. Trotoar sebagai jalur kaki

    tidak tertata dengan baik, satu sisi

    berupa perkerasan paving, sisi lain

    berupa jalan tanah. Fasilitas street

  • Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)

    SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011

    154

    furniture tidak ada. Situasi lingkungan

    belum tertata dengan baik, banyak

    bangunan liar dipinggir jalan dan

    kesan semrawut, tidak ada peng-

    hijauan dan view tidak bagus.

    Posisi papan iklan berupa

    billboard berada diatas atap jembatan

    dengan tinggi bebas pandangan 2.40m,

    sehingga pengguna bisa menikmati

    view dari atas jembatan tanpa

    terhalang.

    Evaluasi JPO-2 dibandingkan

    dengan standar persyaratan

    1) Keberadaan JPO-1 dilihat dari

    aspek perkotaan dan kriteria

    rancangan

    Lokasi JPO-2 terletak pada zona

    pendidikan, perkantoran dan pusat

    pemerintahan kota Bandung. Terdapat

    kompleks Sekolah SD. Banjarsari

    (terdapat 6 SD), kompleks Sekolah

    Santa Angela (terdiri dari SD, SMP

    dan SMA). Situasi jalan PHH.

    Mustopha sangat padat tetapi dari segi

    fungsi tetap berjalan, walaupun

    kemacetan sering terjadi. Pada ruas

    jalan tersebut mempunyai arus lalu

    lintas satu arah dan arus pejalan kaki

    yang cukup padat, dengan

    penyeberangan menggunakan zebra

    sangat mengganggu lalu lintas

    kendaraan yang ada. Dari fungsi

    pokok sebagai fasilitas pejalan kaki

    untuk menyeberang jalan yang ramai

    dan lebar, peranan jembatan

    penyeberangan pada lokasi tersebut

    masih sangat dibutuhkan, karena dapat

    menjadi alternative keselamatan dalam

    menghindari kecelakaan lalu-lintas

    dan kemacetan jalan.

    Dilihat dari persyaratan jalan,

    fasilitas pejalan kaki dan kelengkapan

    jalan (street furniture) cukup

    memadai. Ditepi jalan terdapat trotoar,

    bahu jalan dan saluran drainase.

    Akses ke JPO melalui halaman

    Sekolah, trotoar dan halaman Taman

    Balaikota. Akses dari trotoar kurang

    terlihat dengan jelas, walaupun ada

    ruang bebas dikaki tangga tetapi agak

    sempit. Akses dari Taman cukup baik

    karena area taman luas, sehigga dapat

    digunakan dengan nyaman.

    Posisi tangga berada di halaman

    sekolah, trotoar dan taman balaikota,

    cukup mudah diakses oleh pejalan

    kaki. Tipe tangga lurus L dengan

    bordes, pengguna naik tangga ada

    kesempatan untuk bernafas sejenak.

    Persyaratan ukuran anak tinggi kurang

  • Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)

    SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011

    155

    baik, karena sudut kemiringan 35o,

    walaupun masih masuk dalan range

    kemiringan tangga dipersyaratkan, tapi

    hal ini membuat pengguna cepat capai,

    apalagi sebagian pengguna adalah

    anak-anak SD dan SMP yang

    mempunyai standar ergonomic yang

    berbeda dengan orang dewasa. Dilihat

    dari aspek perkotaan dan kriteria

    rancangan memenuhi persyaratan,

    lokasi tangga terlihat jelas dan lahan

    cukup luas, hanya perlu melengkapi

    kekurangan yang ada.

    2) Kondisi fisik JPO-2 ditinjau

    dari aspek teknik dan konstruksi

    Ditinjau dari aspek teknik dan

    konstruksi, untuk jalan kolektor

    geometri jalan sedikit kurang

    memenuhi ROW minimal 15.00 m,

    tetapi untuk kelengkapan jalan yaitu

    trotoar, bahu jalan dan saluran

    drainase sudah tertata dengan baik.

    Struktur dan konstruksi Jembatan

    memenuhi peryaratan. Struktur dan

    konstruksi secara teknis tangga juga

    memenuhi persyaratan, hanya kurang

    nyaman karena sudut kemiringan

    tangga cukup besar. Akses kearah

    tangga cukup terlihat, ada ruang bebas

    dikaki jembatan walaupun agak

    sempit.

    Jembatan dinaungi atap, dengan

    konstruksi rangka baja siku, penutup

    Atap Polycarbonat, diatasnya ter-

    pasang papan iklan berupa billboard,

    dibuat dari rangka baja siku, tidak ada

    cat walk untuk pijakan perawatan.

    Kondisi ini memenuhi peryaratan

    konstruksi yang dianjurkan.

    3) Kondisi fisik JPO-1 ditinjau

    dari aspek keamanan dan

    kenyamanan

    Ditinjau dari aspek keamanan

    dan kenyamanan, kondisi JPO aman

    karena memenuhi semua persyaratan

    standar ukuran, Lebar Jembatan

    minimum 2.00 meter, standar

    ketinggian bagian bawah JPO 4,6

    meter. Akses ke JPS cukup nyaman.

    Konstruksi tangga kokoh karena sudah

    sesuai dengan persyaratan dan aman

    karena ada sandaran, railing serta

    balustrade. Nyaman karena ada

    penurtup atap yang melindungi dari

    panas dan hujan. Akses ke tangga

    cukup nyaman karena arah masuk

    terlihat dengan baik, dan naik tangga

  • Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)

    SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011

    156

    agak kurang nyaman karena

    kemiringan tangga yang agak tinggi.

    4) Kondisi ditinjau dari aspek

    estetika kota

    Selain fungsi pokok, jembatan

    penyeberangan mempunyai peranan

    sekunder yang cukup penting, yaitu

    sebagai elemen pembentuk ruang kota/

    citra kota, street furniture dan

    pelengkap kota. Disamping itu JPO

    berperan sebagai sarana komersial,

    dengan ditempatkannya papan-papan

    reklame/iklan yang ditempatkan pada

    badan jembatan yang menghadap

    keluar pada kedua sisinya. Sebaiknya

    bentuk dan ekspresi JPO dapat

    mevisualkan peran-peran tersebut.

    Bentuk JPO di Jalan Merdeka, cukup

    megah, tetapi kurang terlihat dengan

    jelas karena rimbunnya pepohonan

    dari Taman Balaikota yang menutupi.

    Area lokasi JPO cukup memenuhi

    persyaratan. Trotoar sebagai jalur kaki

    sudah tertata dengan baik, yang

    berupa perkerasan paving, dan fasilitas

    street furniture ada, berupa lampu-

    lampu, bak bunga dan halte. Situasi

    lingkungan sudah tertata dengan baik,

    tidak ada bangunan liar dipinggir jalan

    dan kesan rapi. Penghijauan dan view

    pada lokasi tersebut bagus.

    Posisi papan iklan berupa

    billboard berada diatas atap jembatan

    agak rendah, dengan tinggi bebas

    pandangan 1.20 m, sehingga meng-

    halangi pandangan pengguna untuk

    menikmati view dari atas jembatan.

    Padahal lokasi tersebut mempunya

    view yang bagus, sehingga kurang

    bisa dinikmati.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa:

    1) Keberadaan 2 buah JPO dengan

    lokasi yang berbeda dilihat dari

    aspek perkotaan dan kriteria

    rancangan adalah sebagai berikut:

    a. Keberadaan JPO-1 di Jalan

    PHH Mustopha masih diperlu-

    kan, tetapi lokasi dan

    penempatan kurang memenuhi

    persyaratan.

    b. Keberadaan JPO-2 di Jalan

    Merdeka masih diperlukan,

    lokasi dan penempatan

    memenuhi persyaratan.

  • Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)

    SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011

    157

    2) Identifikasi kondisi fisik JPO

    dilihat dari aspek persyaratan

    teknik dan konstruksi adalah

    sebagai berikut:

    a. Lokasi JPO-1 di Jalan PHH.

    Mustopha ditinjau dari aspek

    teknik dan konstruksi me-

    menuhi peryaratan. Struktur

    dan konstruksi tangga secara

    teknis juga memenuhi per-

    syaratan, hanya kurang

    nyaman karena tidak ada

    bordes. Akses ke arah tangga

    kurang jelas dan kurang

    terlihat, tidak ada ruang bebas

    di kaki jembatan. Konstruksi

    penutup atap dan kelengkapan-

    nya memenuhi peryaratan

    konstruksi yang dianjurkan.

    b. Lokasi JPO-2 di Jalan Merdeka

    ditinjau dari aspek teknik dan

    konstruksi memenuhi per-

    syaratan. Struktur dan

    konstruksi tangga secara teknis

    juga memenuhi persyaratan,

    hanya kurang nyaman karena

    kemiringan tangga cukup

    besar. Akses ke JPO melalui

    halaman sekolah, trotoar dan

    halaman Taman Balaikota ada

    yang kurang terlihat dengan

    jelas, walaupun ada ruang

    bebas dikaki tangga tetapi agak

    sempit. Konstruksi penutup

    atap dan kelengkapannya me-

    menuhi peryaratan konstruksi

    yang dianjurkan.

    3) Identifikasi kondisi fisik JPO

    dilihat dari aspek keamanan dan

    kenyamanan bangunan

    a. Lokasi JPO-1 di Jalan PHH.

    Mustopha ditinjau dari aspek

    kemanan dan kenyamanan

    adalah: konstruksi tangga

    kokoh karena sudah sesuai

    dengan persyaratan dan aman

    karena ada sandaran, railing

    serta balustrade. Nyaman

    karena ada penurtup atap yang

    melindungi dari panas dan

    hujan. Akses ke tangga tidak

    nyaman karena arah masuk

    kurang terlihat, dan naik

    tangga kurang nyaman karena

    tidak ada bordes.

    b. Lokasi JPO-2 di Jalan Merdeka

    adalah konstruksi tangga

    kokoh karena sudah sesuai

    dengan persyaratan dan aman

    karena ada sandaran, railing

    serta balustrade. Nyaman

    karena ada penurtup atap yang

  • Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)

    SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011

    158

    melindungi dari panas dan

    hujan. Akses kearah tangga

    cukup terlihat, ada ruang bebas

    dikaki jembatan walaupun

    agak sempit tetapi naik tangga

    kurang nyaman karena sudut

    kemiringan tangga cukup

    besar, padahal pengguna

    jembatan sebagian besar anak-

    anak yang mempunyai standar

    ergonomic berbeda dengan

    orang dewasa.

    4) Identifikasi ekspresi JPO dilihat

    aspek estetika dan keindahan kota

    a. Lokasi JPO-1 di Jalan PHH.

    Mustopha ditinjau dari aspek

    estetika dan keindahan kota

    adalah sebagai berikut:

    Selain fungsi pokok,

    jembatan penyeberangan

    mempunyai peranan

    sekunder yang cukup

    penting, yaitu sebagai

    elemen pembentuk ruang

    kota/citra kota, street

    furniture dan pelengkap

    kota. Di samping itu JPO

    berperan sebagai sarana

    komersial, dengan

    ditempatkannya papan-

    papan reklame/iklan yang

    ditempatkan pada badan

    jembatan yang menghadap

    keluar pada kedua sisinya.

    Bentuk dan ekspresi JPO

    kurang mevisualkan peran

    -peran tersebut.

    Bentuk JPO di Jl.PHH.

    Mustopha sangat standar,

    kurang megah dan kurang

    menarik.

    Fasilitas street furniture

    tidak ada. Situasi ling-

    kungan belum tertata

    dengan baik, banyak

    bangunan liar dipinggir

    jalan dan kesan semrawut,

    tidak ada penghijauan,

    view buruk.

    Posisi papan iklan berupa

    billboard berada diatas atap

    jembatan dengan tinggi

    bebas pandangan 2.40 m,

    sehingga pengguna bisa

    menikmati view dari atas

    jembatan tanpa terhalang.

    b. Lokasi JPO-2 di Jalan Merdeka

    ditinjau dari aspek estetika

    dan keindahan kota adalah

    sebagai berikut:

  • Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)

    SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011

    159

    Selain fungsi pokok,

    jembatan penyeberangan

    mempunyai peranan

    sekunder yang cukup

    penting, yaitu sebagai

    elemen pembentuk ruang

    kota/citra kota, street

    furniture dan pelengkap

    kota. Di samping itu JPO

    berperan sebagai sarana

    komersial, dengan

    ditempatkannya papan-

    papan reklame/ iklan yang

    ditempatkan pada badan

    jembatan yang menghadap

    keluar pada kedua sisinya.

    Bentuk dan ekspresi JPO

    kurang mevisualkan peran

    -peran tersebut.

    Bentuk JPO di Jalan

    Merdeka cukup megah,

    tetapi kurang terlihat

    dengan jelas karena rimbun

    nya pepohonan dari Taman

    Balaikota yang menutupi.

    Area lokasi JPO cukup

    memenuhi persyaratan.

    Trotoar sebagai jalur kaki

    sudah tertata dengan baik,

    yang berupa perkerasan

    paving, dan fasilitas street

    furniture ada, berupa

    lampu-lampu, bak bunga

    dan halte. Situasi

    lingkungan sudah tertata

    dengan baik, tidak ada

    bangunan liar dipinggir

    jalan dan kesan rapi.

    Penghijauan dan view pada

    lokasi tersebut bagus.

    Posisi papan iklan berupa

    billboard berada di atas

    atap jembatan agak rendah,

    dengan tinggi bebas pan-

    dangan 1.20m, sehingga

    menghalangi pandangan

    pengguna untuk menik-

    mati view dari atas

    jembatan. Padahal lokasi

    tersebut mempunya view

    yang bagus, sehingga

    kurang bisa dinikmati.

    Dari hasil penelitian 2 buah JPO

    tersebut bahwa masing-masing mem-

    punyai kekurangan dan kelebihan,

    sehingga perlu dioptimalkan jembatan

    yang sudah ada dengan dilakukan

    renovasi dan memperbaiki kekurangan

    yang ada yang berupa fisik teknis

    dengan menyesuaikan standar per-

  • Kajian Jembatan Penyebrangan........(Sri Sularti & Fauzia Mulyawati)

    SOSIOHUMANITAS, XIII (2), Agustus 2011

    160

    syaratan yang ideal. Untuk estetika

    perlu finishing yang lebih baik dengan

    melibatkan ahlinya.

    Untuk lokasi JPO-1diusahakan

    perluasan area lokasi yang lebih

    memadai dan penataan yang lebih

    baik. Apabila perluasan lahan tidak

    memungkinkan, dengan bertahan pada

    lahan lebih sempit akses menggunakan

    tangga diusulkan diganti dengan lift.

    Untuk peran sekunder, khususnya

    sarana reklame perlu penertiban dan

    perbaikan dan koordinasi pengelolaan

    yang intergral dengan pengelola JPO.

    Saran

    Hasil penelitian yang telah

    dilakukan dirasakan masih jauh dari

    sempurna, maka perlu dilakukan

    penelitian lanjutan yang mencakup

    aspek-aspek lain yang lebih lengkap.

    Untuk mendapatkan kontribusi yang

    lebih luas dapat dilakukan penelitian

    JPO seluruh kota Bandung dengan

    penegelompokan zona yang berbeda.

    DAFTAR PUSTAKA

    Lynch, K., (1960). The Image of the

    City, MIT Press, Cambridge

    MA.

    Direktorat Jenderal Binamarga,

    (1995). Tata Cara Perencanaan

    Jembatan Penyeberangan untuk

    Pejalan kaki di perkotaan,

    Departemen Pekerjaan Umum.